Upload
hariesatria
View
35
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Case Report Session
KANKER PAYUDARA
oleh
HarieSatria. E. S
1110312030
Preseptor:
dr. Ismeldi, Sp.B, K (Onk)
BAGIAN ILMU BEDAH RSUD ACHMAD MUCHTAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
BUKITTINGGI
2016
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Anatomi Payudara
Glandula mammae terletak pada fasia pektoris yang meliputi dinding anterior
dada. Pada anak-anak dan pria glandula mammae rudimenter. Pada wanita setelah
pubertas glandula mammae membesar dan dianggap berbentuk sferis. Pada
wanita dewasa muda galandula mammae terletak di atas costa II sampai VI dan
rawan costanya dan terbentang dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris
media. Pinggir lateral atasnya meluas samapi sekitar bawah m.pectoralis major
dan masuk ke axilla. Pada bagian lateral atas yang keluar ke arah aksila
membentuk penonjolan yang disebut penonjolan Spencer atau ekor payudara6.
Gambar 1. Anatomi Payudara (Snells R.S., 2006)
Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus laktiferus. Di antara
kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat
yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk payudara7.
I.1.1 Vaskularisasi Payudara8,9,10
a. Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari:
1. Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna yang memperdarahi
tepi medial glandula mammae
2. Rami pektoralis a. thorakoakromialis yang memperdarahi glandula
mammae bagian dalam (deep surface)
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) yang memperdarahi
bagian lateral payudara
Pembuluh darah lain yang juga penting artinya meskipun tidak
memperdarahi glandula mammae adalah a. thorakodorsalis. Pada tindakan
radikal mastektomi perdarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit
dikontrol sehingga daerah ini dinamakan “the bloody angle”.
b. Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena yaitu:
1. Cabang cabang perforantes v. mammaria interna
2. Cabang-cabang v. aksilaris
a. v. thorako-akromialis
b. v. thorako-dorsalis
c. v. thorako lateralis
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis kemudian bermuara
pada v. azygos (melalui vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi
di paru).
I.1.2 Persarafan Payudara8,9,10
Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis
sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh sistem simpatis.
Persarafan sensoris di bagian superior dan lateral berasal dari nervus supraklavikular
(C3 dan C4) dari cabang lateral nervus interkostal torasik (3–4 ). Bagian medial
payudara dipersarafi oleh cabang anterior nervus interkostal torasik. Kuadran lateral
atas payudara dipersarafi terutama oleh nervus interkostobrakialis ( C8 dan T1 ). Pada
mastektomi dengan diseksi aksila n. interkostobrakialis dan n. kutaneus brakius
madialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas
sedapat mungkin dipertahankan agar tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.
2.1.3 Sistem Limfatik Payudara8,9,11
Pembuluh getah bening pada payudara antara lain pembuluh getah bening aksila,
pembuluh getah bening mamaria interna, pembuluh getah bening di daerah tepi
medial kuadran medial bawah payudara. Kelenjar getah bening aksila terdiri atas :
1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna, terbagai dalam dua kelompok :
i. Kelompok superior setinggi interkostal II-III
ii. Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI
2. Kelenjar getah bening skapula
3. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan
terbanyak jumlahnya, terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak.
Beberapa di antaranya terletak sangat superfisial di bawah kulit dan fascia
kira-kira pada pertengahan lipat ketiak sehingga relatif paling mudah
diraba.
1. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)
2. Kelenjar getah bening v. aksilaris
3. Kelenjar getah bening subklavikula
4. Kelenjar getah bening prepektoral
5. Kelenjar getah bening mammaria eksterna
I.2 Kanker Payudara
I.2.1 Epidemiologi
Karsinoma payudara menempati urutan pertama di Indonesia.1 Indonesia
mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun, dengan kenyataan bahwa
lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Kurva insiden usia bergerak
naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia di
bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma
mammae pada lelaki hanya 1% dari kejadian pada perempuan12.
I.2.2 Klasifikasi
Kanker payudara sedikit lebih sering mengenai payudara kiri daripada kanan.
Pada sekitar 4 % pasien ditemukan tumor bilateral atau tumor sekuensial di payudara
yang sama. Lokasi tumor di dalam payudara adalah sebagai berikut13 :
Kuadran luar atas 38,5%
Bagian sentral 29%
Kuadran luar bawah 14,2%
Kuadran dalam atas 14,2%
Kuadran dalam bawah 5%
Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran basal
(noninvasif) dan kanker yang sudah (invasif). Bentuk utama karsinoma payudara
dapat diklasifikasikan sebagai berikut7,13.
A. Noninvasif
1. Karsinoma duktus in situ (DCIS; karsinoma intraduktus)
2. Karsinoma lobulus in situ (LCIS)
B. Invasif (infiltratif)
1. Karsinoma duktus invasif (“not otherwise specified”; NOS; tidak
dirinci lebih lanjut)
2. Karsinoma lobulus invasif
3. Karsinoma medularis
4. Karsinoma koloid (karsinoma musinosa)
5. Karsinoma tubulus
6. Tipe lain
Karsinoma duktus invasif merupakan jenis tersering.
I.2.3 Etiologi
Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa gen.
Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh disebut
dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada lokus
17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen keempat
yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y. Mutasi gen ini
berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi kanker payudara
masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang paling diyakini
sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa berupa
mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase dan malondyaldehida
(MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga sebagai penyebab
namun belum dapat dibuktikan pada manusia.11,14
I.2.4 Faktor Resiko Kanker Payudara
Saat ini, penyebab pasti kanker payudara belum diketahui secara pasti, namun
berbagai penelitian dan pengumpulan bukti-bukti epidemiologi telah dilakukan untuk
mencari tahu faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Berbagai faktor itu antara lain :
a. Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun tapi
insidennya meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%).
Setelah usia 50 tahun frekuensinya tetap meningkat tapi perlahan.
Perbedaan insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan sebagai efek dari
hormon ovarium pada perkembangan penyakit.8,9
Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker payudara yang invasif ditemukan
pada wanita yang lebih muda dari usia 45 tahun, sedangkan 2 hingga 3
kejadian ditemukan pada wanita berusia 55 tahun keatas.2
b. Geografi
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-negara
diseluruh dunia. Wanitaasian-hispanic memiliki risiko kejadian kanker
payudara yang lebih rendah dari pada wanita african-american. Angka
kejadian kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali lebih tinggi
daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden kanker payudara
berbeda-beda. Misalnya di Israel, keturunan Jews mempunyai risiko
empat kali lebih tinggi dari pada non-Jews dan di Italia terdapat perbedaan
angka kejadian sekitar dua kali lipat antara daerah utara dan selatan.
Variasi geografis ini lebih disebabkan oleh faktor lingkungan daripada
genetik karena penduduk yang bermigrasi dari negara berisiko rendah ke
negara berisiko tinggi mengalami peningkatan frekuensi kanker payudara.8
c. Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan dari
pada laki-laki. Hal ini karena pada wanita, sel-sel pada payudara lebih
sering terpapar oleh hormon-hormon estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada payudara. Angka kejadian
kanker payudara pada laki-lakihanya berkisar 1 %.8
d. Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat
meningkatkan risiko kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun
mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar dari menarche setelah
usia 15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika
menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause
terjadi setelah usia 55 tahun. 8,11 Hal ini mungkin disebabkan karena
paparan hormon estrogen dan progesterone yang berkepanjangan yang
mempengaruhi pertumbuhan sel-sel payudara.2
e. Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara.
Wanita yang tidak pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali
melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun mempunyai risiko tiga
hingga empat kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan
anak pertamanya sebelum berusia 18 tahun. Wanita yang mempunyai
banyak anak (multipara) diasosiasikan dengan berkurangnya risiko kanker
payudara, tentunya setelah memperhitungkan usia saat melahirkan anak
pertama. Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan risiko
kanker payudara.8,9,11
f. Diet
Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia
menunjukkan bahwa diet mungkin memegang peranan penting dalam
perkembangan kanker payudara. Bukti-bukti yang ada menyebutkan
bahwa tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat
meningkatkan risiko sedangkan tingginya konsumsi serat, sayur, buah,
vitamin dan phytoestrogens dapat menurunkan risiko. Diet di negara-
negara Barat biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi sedangkan
di Asia dan negara yang belum berkembang dietnya lebih banyak
mengandung vitamin dan serat. Wanita-wanita dari negara Barat
mempunyai risiko terkena kanker payudara enam kali lebih tinggi
dibandingkan wanita-wanita Asia dan negara berkembang lainnya. Risiko
ini akan berubah jika penduduk dari negara berisiko rendah migrasi ke
negara berisiko tinggi dan mengadaptasi pola makan di negara tersebut.
Meskipun demikian pengaruh diet pada insiden kanker payudara
tampaknya terjadi pada usia muda seperti anak-anak dan remaja. Tidak
ada data yang membuktikan bahwa perubahan pola makan dari diet tinggi
lemak ke diet rendah lemak pada usia pertengahan dan tua dapat
menurunkan risiko kanker payudara. 8,9,11
g. Ukuran tubuh
Ukuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan dengan
sendirinya dapat mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Usia
terjadinya menarche sangat dipengaruhi oleh ukuran tubuh dengan
demikian gizi pada masa anak-anak akan mempengaruhi pada usia berapa
menarche terjadi. Tinggi badan yang lebih yang juga ditentukan oleh
keadaan nutrisi diteliti dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara
terutama setelah menopause. Pada usia dewasa, tubuh yang kurus dapat
meningkatkan risiko kanker payudara sebelum menopause sedangkan
obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah menopause. Lemak tubuh
adalah situs konversi androstenedione menjadi oestradiol, satu-satunya
sumber endogenik estrogen setelah menopause, mungkin inilah yang
memediasi efek berat badan terhadap risiko kanker payudara pada wanita
post-menopause. 8,9,11
h. Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker
payudara terjadi pada sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar
diwarisi secara familial berdasarkan analisis pedigree. Dengan demikian
individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi
untuk terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini dipengaruhi oleh
jumlah anggota keluarga yang menderita kanker payudara, sejak usia
berapa mereka menderita kanker dan hubungan mereka terhadap individu
tersebut. Risiko kanker payudara meningkat kira-kira dua kali pada anak
perempuan yang ibunya menderita kanker dan pada wanita yang saudara
perempuannya menderita kanker. Kanker familial ini cenderung terjadi
pada usia lebih muda dan bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar
disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang mempredisposisi kanker
payudara. Pada keluarga berisiko tinggi, dengan empat atau lebih anggota
keluarga terkena kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi
BRCA-1. Suatu studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari
193 wanita (6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun
dan pada 15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada
anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker
payudara familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ
lain seperti colon, ovarium dan uterus. 8,9,11
i. Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya
menunjukkan peran hormon seks dalam perkembangan kanker payudara.
Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel dan jaringan payudara
serta meningkatkan karsinogenesis payudara pada hewan percobaan,
namun bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia masih merupakan
konflik. Mungkin hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam pengukurannya.
Sebuah studi populasi pada wanita postmenopause yang berasal dari
negara berisiko tinggi menunjukkan level serum oestradiol rata-rata
sekitar 20% lebih tinggi daripada wanita-wanita yang berasal dari negara
berisiko rendah. Studi case-control lain menunjukkan wanita dengan
kanker payudara mempunyai level progesterone yang lebih tinggi dari
kelompok kontrol pada analisis yang terbatas pada saat ovulasi. Prolactin
adalah mitogen dalam jaringan payudara dan merupakan hormon yang
penting untuk perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan tapi
perannya pada kanker payudara manusia belum jelas. Meskipun demikian
terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa level prolaktin dipengaruhi
oleh sejumlah even yang juga mempengaruhi risiko kanker payudara.
Selain hormon seks endogen, hormon seks eksogen seperti terapi
pengganti hormon dan kontrasepsi oral juga dianggap berpengaruh
terhadap risiko kanker payudara. Terapi pengganti hormon meningkatkan
risiko kanker payudara pada orang-orang yang baru atau sedang
menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun). Risiko meningkat sekitar
2% untuk setiap satu tahun penggunaan. Kontrasepsi oral juga dikatakan
dapat meningkatkan risiko bila digunakan jangka panjang. Pada penelitian
terbukti kontrasepsi oral hanya sedikit meningkatkan risiko kanker
payudara yaitu sebesar 1,24% pada orang yang sedang menggunakan dan
sebesar 1,16% pada orang yang telah berhenti menggunakan 1-4 tahun
sebelumnya. 8,9,11
j. Radiasi
Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi sebagai
faktor penyebab kanker payudara. Dari penelitian epidemiologi setelah
ledakan bom atom atau penelitian pada orang setelah pajanan sinar
rontgen, perana sinar ionisai sebagai faktor penyebab pada manusia lebih
jelas.15
I.2.5 Patofisiologi
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-ciri
proliferasi sel yang berlebihan dan tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan
sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan
proliferasi yang tidak terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan
menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-
organ yang jauh. Di dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal.16, 17
Karsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal. Awalnya terjadi hiperplasia sel–sel dengan perkembangan sel–sel
atipik. Sel–sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira–kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kir –kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis.
Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. 16, 17
Pada keluarga dengan riwayat kanker payudara yang kuat, banyak perempuan
memiliki mutasi dalam gen kanker payudara yang disebut BRCA-1 (di kromosom
17q21.3). Pola keturunan adalah dominan autosomal dan dapat diturunkan melalui
garis maternal maupun paternal. Sindrom kanker payudara familial lainnya berkaitan
dengan gen pada kromosom 13 yang disebut BRCA-2 (di kromosom 13q12-13).
Kedua gen ini diperkirakan berperan penting dalam perbaikan DNA. Keduanya
bekerja sebagai gen penekan tumor karena kanker muncul jika kedua alel inaktif atau
cacat. Pertama disebabkan oleh mutasi sel germinativum dan kedua oleh sel somatik
berikutnya. Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang belum menembus membran
basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal (invasif). 16, 17
I.2.6 Patogenesis 16,17
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi lingkungan
mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada manusia.
Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai bisa
merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat,
jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen,
lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, kerentanan
jaringan, dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang
bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung
kemih, kulit dan payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak, dan menginfiltrasi melalui membrane
sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3
dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar, maka kemungkinan penyebaran ke tempat-tempat
lain bertambah.
I.2.7 Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara, rasa
sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan,
ulserasi, peau de’orange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis
jauh. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.
Perubahan pada kulit yang biasa terjadi adalah :
1. Tanda dimpling. Ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae,
ligamen tersebut akan memendek hingga kulit setempat menjadi cekung,
yang disebut dengan ’tanda lesung’
2. Perubahan kulit jeruk (peau de’orange). Ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,
folikel rambut tenggelam ke bawah tampak sebagai ’tanda kulit jeruk’
3. Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar, secara klinis disebut ’tanda satelit’
4. Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi itu
dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut
’tanda kembang kol’
5. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut ’karsinoma mammae
inflamatorik’, tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan, dapat disebut ’tanda peradangan’. Tipe ini
sering ditemukan pada kanker payudara waktu hamil atau laktasi7,13,18
Perubahan papilla mammae pada karsinoma mammae adalah7,13 :
1. Retraksi, distorsi papilla mammae. Umumnya akibat tumor menginvasi
jaringan subpapilar
2. Sekret papilar (umumnya sanguineus). Sering karena karsinoma papilar
dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus besar
Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(Paget disease). Klinis tampak areola, papilla mammae tererosi, berkrusta, sekret,
deskuamasi, sangat mirip eksim.
Adanya gejala metastasis jauh :
1. Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis
2. Paru : efusi, sesak nafas
3. Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruktif
4. Tulang : nyeri, patah tulang
I.2.8 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap
dilanjutkan dengan keluhan utama. Keluhan utama penderita dapat berupa: adanya
benjolan pada payudara; rasa nyeri; keluar cairan dari puting susu; retraksi puting
susu; adanya ekzema di sekitar areola; keluhan kulit berupa dimpling, venektasi,
ulserasi atau adanya peau d’orange; adanya benjolan di ketiak; edema lengan dan
tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebrae, femur), rasa penuh di ulu hati,
batuk, sesak, dan sakit kepala hebat. 8,10,14,15
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker payudara dan
merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker cenderung soliter, unilateral,
padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan (nonmobile), cepat membesar dan tidak
nyeri. Cairan yang keluar secara spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah
tanda kedua yang paling umum dari kanker payudara. Karakter nipple discharge
dapat membantu menegakkan diagnosis. Cairan seperti susu menandakan galaktore,
cairan purulen disebabkan oleh infeksi, dan cairan multiwarna atau lengket
menandakan ektasia duktus (comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus, berdarah
atau seperti air mungkin menandakan papiloma (80%) atau karsinoma intraduktal
(20%).11
Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus menstruasi terhadap
keluhan tumor; menstruasi pertama pada usia berapa; bila sudah menopause, pada
usia berapa; usia saat pertama kali melahirkan anak; menyusui atau tidak; riwayat
kanker payudara atau kanker lainnya dalam keluarga; riwayat pemakaian obat-obat
hormonal; riwayat operasi tumor payudara atau tumor ginekologik; dan riwayat
radiasi di daerah dada. Faktor-faktor risiko ini perlu ditanyakan agar dokter dapat
mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan mamografi pada penderita yang
berisiko tinggi, dan bagi pasien agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan
payudara sendiri. Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan metastasis
perlu ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri tulang, dan sakit
kepala hebat. Tanda-tanda umum tentang nafsu makan dan penurunan berat badan
juga perlu ditanyakan.8,15
b. Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa performance status
penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen
dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat pengaruh
hormon ini seminimal mungkin, yaitu setelah lebih kurang satu minggu dari hari
pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan
pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan8,9,18
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di depan
dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat simetri
payudara kiri dan kanan; perubahan kulit berupa peau d’orange, kemerahan,
dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit; kelainan puting susu seperti
retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas
lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal kecil
terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan
mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III dan IV yang
dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke
distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah sentral
subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral
(sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau
ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil. Pemeriksaan dengan
rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan kuat karena rabaan halus
akan dapat membedakan kepadatan massa payudara.
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran payudara
(lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan daerah sentral), ukuran
tumor (diameter terbesar), konsistensi, permukaan, bentuk dan batas-batas tumor,
jumlah tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan sekitar payudara, kulit,
m.pektoralis dan dinding dada.
c. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional
1. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila jatuh ke
bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang dapat dicapai.
Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan penderita diletakkan atau
dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan pemeriksa dan aksila diperiksa dengan
tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari eksterna di bagian
anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB subskapularis di posterior
aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB apikal di ujung atas fossa
aksilaris. Pada perabaan ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah
terfiksasi satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya.
2. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan
cermat dan teliti.
Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah paru, tulang,
hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.
I.2.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic
yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker
payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker
payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum mereka dapat
diraba. Adanya proses keganasan akan memberikan tanda–tanda
primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign,
mikrokalsifikasi, deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau cur
vilinear, dan distorsi duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa
bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor dan jaringan
fibroglanduler tidak teratur. Mammografi sangat baik digunakan untuk
diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk skrining harganya mahal
sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif yaitu untuk wanita-
wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas mammografi sekitar 75% dan
spesifisitasnya hampir 90%.11
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau
kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle biopsy.
Mammografi dan USG payudara dilakukan pada tumor yang
berukuran < 3cm.
3. Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)
Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk menegakkan
diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan dapat diambil
melalui biopsi eksisional (untuk ukuran tumor < 3cm) atau biopsi
insisional (untuk tumor operabel dengan ukuran > 3cm sebelum
operasi definitif dan untuk tumor yang inoperabel) yang kemudian
diperiksa potong beku atau PA. Untuk biopsi kelainan yang tidak
dapat diraba seperti temuan pada mammografi dapat dilakukan
ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu pungsi dengan jarum
besar yang akan menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup
untuk pemeriksaan termasuk teknik biokimia.8,11,15
4. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle
aspiration biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan
dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara pengambilan dan
diekspertise oleh ahlinya.8,15
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai
dengan perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver
function tests untuk metastasis ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor
untuk metastase tulang.8,11,15
6. Pemeriksaan metastase jauh
Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning dan/atau bone
survey, USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk mencari
metastasis jauh. Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh PERABOI
adalah foto thoraks dan USG abdomen sedangkan bone scanning
dan/atau bone survey (bila sitologi dan/atau klinis sangat
mencurigakan pada lesi > 5cm)dan CT scan dilakukan atas indikasi.
Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan
gambaran coin lesion yang multipel dengan ukuran yang bermacam-
macam. Metastasis dapat pula mengenai pleura yang akan
menimbulkan efusi pleura. Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat
pada foto rontgen sebagai gambaran osteolitik/destruksi yang dapat
menyebabkan fraktur patologis.8,15
7. Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimia
Pemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin berguna
untuk memantau respon terhadap terapi pada penyakit yang sudah
lanjut. Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR, c-erb-2 (HER-2
neu), cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.11
I.2.9 Klasifikasi Stadium TNM (UICC/AJCC) 2002
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari
UICC/AJCC tahun 2002 adalah sebagai berikut7:
T = ukuran tumor primer (Ukuran T secara klinis, radiologis dan mikroskopis
adalah sama. Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm)
N = kelenjar getah bening regional
M = metastasis jauh
TxT0TisTis (DCIS)Tis (LCIS)Tis (Paget’s)T1T1micT1aT1bT1cT2T3T4
T4aT4b
T4cT4d
Tumor primer tidak dapat dinilaiTidak terdapat tumor primerKarsinoma in situDuctal carcinoma in situLobular carcinoma in situPenyakit paget pada puting tanpa adanya tumorTumor dengan ukuran diameter terbesarnya ≤ 2 cmAdanya mikroinvasi ukuran ≤ 0,1 cmTumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm - 0,5 cmTumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm - 1 cmTumor dengan ukuran lebih dari 1 cm -i 2 cmTumor dengan ukuran diameter > 2 cm – 5 cmTumor dengan ukuran diameter > 5 cmUkuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada/kulitEkstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pectoralisEdema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit, pada kulit yang terbatas pada 1 payudaraMencakup kedua hal diatas (T4a+T4b)Mastitis karsinomatosa
Nx
N0N1
N2
N2a
N2b
N3
N3a
N3b
N3c
Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai (telah diangkat)Tidak terdapat metastasis kelenjar getah bening regionalMetastasis ke kelenjar getah bening regional axilla ipsilateral, mobilMetastasis ke kelenjar getah bening regional axilla ipsilateral, terfiksir, berkonglomerasi, atau adanya pembesaran kelenjar getah bening mammaria interna ipsilateral tanpa adanya metastasis ke kelenjar getah bening axilla Metastasis ke kelenjar getah bening regional axilla ipsilateral, terfiksir, berkonglomerasi, atau melekat ke struktur lainMetastasis hanya ke kelenjar getah bening mammaria interna ipsilateral secara klinis dan tidak terdapat metastasis pada axillaMetastasis pada kelenjar getah bening infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis kelenjar getah bening axila atau klinis terdapat metastasis pada kelenjar getah mammaria interna ipsilateral klinis dan metastasis pada kelenjar getah bening axilla, atau metastasis pada kelenjar getah bening supraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa metastasis pada kelenjar getah bening axilla/mammaria internaMetastasis ke kelenjar getah bening infraklavikular ipsilateralMetastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna dan kelenjar getah bening axillaMetastasis ke kelenjar getah bening supraklavikular
MxM0M1
Metastasis jauh belum dapat dinilaiTidak terdapat metastasis jauhTerdapat metastasis jauh
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium II B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium III B T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium III C Any T N3 M0
Stadium IV Any T Any N M1
(American Joint Committee on Cancer, 2002)
I.2.10 Terapi Kanker Payudara
Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa dipilih:
1. Operasi 8,15
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS (breast
conserving surgery), simple mastectomy, modified radical mastectomy,
dan radical mastectomy. Di antara beberapa jenis operasi tersebut
metode yang paling tua adalah mastektomi radikal klasik dari Halsted.
Pada mastektomi radikal dilakukan pengangkatan payudara dengan
sebagian besar kulitnya, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan
semua kelenjar ketiak sekaligus. Pembedahan ini merupakan standar
baku sejak awal abad ke-20 hingga tahun 50-an namun sekarang sudah
jarang dilakukan kecuali bila ada tumor payudara yang sangat besar
dan melekat ke otot pektoralis.
Setelah tahun 60-an mastektomi radikal mulai digantikan oleh
mastektomi radikal yang telah dimodifikasi oleh Patey. Pada
mastektomi radikal modifikasi ini m.pektoralis mayor dipertahankan
sehingga suplai persarafannya tidak terganggu dan efek kosmetik pada
dinding dada yang terjadi bila dilakukan mastektomi radikal dapat
dikurangi. M.pektoralis minor dapat pula dipertahankan, atau diangkat,
atau diretraksi untuk mendapatkan akses ke aksila. Bukti-bukti
menunjukkan tidak ada perbedaan pada tingkat rekurensi lokal dan
survival antara mastektomi radikal dan mastektomi radikal modifikasi.
Pada mastektomi simpel dilakukan pengangkatan payudara
saja tanpa mengangkat limfonodus atau otot. Pembesaran KGB aksila
dirawat dengan radioterapi. Metode ini dipopulerkan oleh MacWhirter
di Inggris. Bila dilakukan pengangkatan payudara pertimbangkan
kemungkinan rekonstruksi mammae dengan implantasi prostesis atau
cangkok flap muskulokutan. Rekonstruksi ini dapat dilakukan
sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa waktu setelah
radioterapi atau kemoterapi adjuvan. Bila hal ini tidak dapat dilakukan
usahakan prostesis eksterna.
Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan
mempertahankan payudara yang disebut dengan breast conserving
surgery (BCS). BCS merupakan satu paket yang terdiri dari tiga
tindakan yaitu pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau
tumorektomi atau segmentektomi atau kuadrantektomi) ditambah
diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada sisa payudara tersebut.
Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara
dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain
(karsinoma multisentrik). BCS secara kosmetik lebih baik dari
mastektomi bahkan yang telah direkonstruksi sekalipun. Tapi diseksi
aksila disini lebih sulit dikerjakan karena otot-otot pektoral tetap intact
dan jaringan payudara masih ada sehingga pembukaan lapangan
operasi aksila terhambat.
2. Radiasi 8,11,15
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai
terapi primer, adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal tidak
begitu efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat. Radioterapi
paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila
tumor sudah tidak operabel.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai
berikut:
Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
Tepi sayatan dekat (T ≥ T2) atau tidak bebas tumor
Tumor sentral atau medial
KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radioterapi:
Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila
beserta supraklavikula) kecuali:
- pada keadaan T ≤ T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan
radiasi pada KGB aksila supraklavikula
- pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan
radiasi pada mammaria interna
Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan
sebagai berikut:
- pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy
(misalnya tepi sayatan dekat tumor atau post BCS)
- pada yang terdapat massa tumor atau residu post op
(mikroskopik atau makroskopik) maka diberikan booster
dengan dosis 20 Gy kecuali untuk aksila 15 Gy
3. Terapi adjuvant sistemik
a. Terapi hormonal
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-
40% kanker payudara adalah hormon dependen. Terapi ini semakin
berkembang dengan ditemukannya reseptor estrogen dan progesteron.
Kanker payudara dengan reseptor estrogen dan progesteron yang
merespons positif terapi hormonal mencapai 77%. Terapi hormonal
merupakan terapi utama stadium IV di samping kemoterapi karena
kedua-duanya merupakan terapi sistemik. Terapi hormonal biasanya
diberikan sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan
efek sampingnya lebih sedikit.
Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor
(estrogen receptor/ER positif atau progesteron receptor/PR positif) dan
dipertimbangkan status hormonal penderita (premenopause, 1-5 tahun
menopause, dan pascamenopause). Setelah itu dapat ditentukan apakah
terapi hormonal akan diberikan secara additif atau ablatif. Terapi
additif berupa pemberian obat-obatan (antiestrogen, aromatase
inhibitor, megestrol acetate dan androgen atau estrogen) dilakukan
pada pasien pascamenopause. Yang tergolong antiestrogen adalah
tamoxifen citrate, toremifene, dan raloxifene tapi raloxifene lebih
banyak digunakan untuk pengobatan osteoporosis. Aromatase
inhibitor seperti anastrozole dan letrozole menghambat konversi
androgen menjadi estrogen. Terapi ablatif berupa ovarektomi
bilateral, dilakukan bila tanpa pemeriksaan reseptor, pada wanita
premenopause dan wanita yang sudah 1-5 tahun menopause dengan
ER (+) dan pada penyakit yang bersifat slowgrowing dan intermediate
growing.
1. Tamoxifen
Tamoxifen merupakan selective estrogen receptor modulator
(SERM), yang mengikat dan menghambat reseptor estrogen di
payudara. Sebagai antagonis reseptor, tamoxifen efektif untuk
wanita premenopause dan postmenopause. Tamoxifen memiliki
efek stimulasi reseptor estrogen di jaringan lain, seperti tulang
dan endometrium.
2. Aromatase inhibitor (AI)
AI berfungsi menghambat aromatase, suatu enzim yang berperan
dalam mengubah hormon-hormon steroid menjadi estrogen.
Aromatase ditemukan di lemak tubuh, kelenjar adrenal, dan
jaringan payudara, termasuk sel tumornya. Aromatase
merupakan sumber estrogen penting pada wanita postmenopause
dan mungkin dapat menjadi alasan obesitas meningkatkan risiko
kanker payudara pada wanita postmenopause. AI tidak
memengaruhi produksi estrogen ovarium, sehingga hanya efektif
pada wanita postmenopause.19
b. Kemoterapi adjuvant
Kombinasi regimen kemoterapi yang biasa digunakan adalah
taxotere, adriamisin, siklofosfamid (TAC) tiap 21 hari sebanyak 6
siklus; Adriamisin, siklofosfamid, paclitaxel (TAC) tiap 21 hari
sebanyak 4 siklus; 5-FU, epirubisin, siklofosfamid (FEC) tiap 21
hari sebanyak 6 siklus; 5-FU, adriamisin, siklofosfamid (FAC) tiap
21 hari sebanyak 4 siklus; siklofosfamid, metotreksat, 5-FU (CMF)
setiap 28 hari sebanyak 6 siklus; taxotere, siklofosfamid (TC) tiap
21 hari sebanyak 4 siklus; taxotere, carboplatin, trastuzumab
(TCH) tiap 21 hari sebanyak 6 siklus7,19.
c. Kemoterapi preoperatif
Secara umum, terapi preoperatif telah berhasil dalam downstaging
tumor, baik mengurangi ukuran tumor maupun mengurangi jumlah
limfonodi aksilaris yang terkena tumor. Sangat jarang terjadi
tumor tetap progresif selama terapi preoperatif, dan jumlah wanita
yang bisa menjalani operasi semakin bertambah7,14.
4. Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti
ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk
menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi
pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk
menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.
2.2.11 Prognosis
Prognosis kanker payudara dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu11:
a. Stadium klinik
Tabel 3. Prognosis kanker payudara berdasarkan stadium klinik
Stadium Klinik 5 tahun (%) 10 tahun (%)
0 > 90 90
I 80 65
II 60 45
IIIA 50 40
IIIB 35 20
IV 10 5
b. Keterlibatan histologik KGB aksila
Tabel 4. Prognosis kanker payudara berdasarkan keterlibatan histologik KGB
aksila
KGB aksila 5 tahun (%) 10 tahun (%)
Tidak ada
1-3 KGB
> 3 KGB
80
65
30
65
40
15
c. Ukuran tumor
Tabel 5. Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor
Ukuran tumor (cm) 10 tahun (%)
< 1
3-4
5-7,5
80
55
45
d. Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi mempunyai
prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang well
differentiated.
e. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu
survival yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker yang
bersifat ER negatif.
2.2.12 Screening dan Deteksi Awal Kanker Payudara
Kanker payudara tergolong dalam keganasan yang dapat didiagnosis secara dini.
American Cancer Society (ACS) merekomendasikan usaha untuk melakukan
diagnosis dini yaitu dengan20,10:
a. Periksa payudara sendiri (SADARI) atau breast-self examination
Penelitian menunjukkan 85% dari kasus kanker payudara diketahui atau
ditemukan lebih dulu oleh penderita. Oleh karena itu penting bagi wanita
untuk mengetahui cara memeriksa payudara yang benar agar bila ada
suatu kelainan dapat diketahui segera. SADARI sebaiknya mulai biasa
dilakukan pada usia sekitar 20 tahun, minimal sekali sebulan. SADARI
dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari hari
pertama menstruasi terakhir. Untuk wanita yang sudah menopause,
SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan.
b. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau clinical breast examination
Pemeriksaan oleh dokter secara lege artis sebaiknya dilakukan setiap 3
tahun untuk wanita berusia 20-40 tahun dan setiap tahun untuk wanita
berusia lebih dari 40 tahun.
c. Mammografi
Wanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali baseline
mammography. Wanita berusia 40-49 tahn sebaiknya melakukan
mammografi setiap 2 tahun dan wanita berusia lebih dari 50 tahun
sebaiknya melakukan mammografi setiap tahun.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 45 tahun
Alamat : Tilatang Kamang
Pekerjaan : IRT
Tanggal Pemeriksaan : 14 April 2016
Seorang pasien perempuan usia 45 tahun datang ke poliklinik RSAM dengan
keluhan benjolan di payudara kanan sejak 1 tahun yang lalu.
Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Benjolan di payudara kanan sejak 1 tahun yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Benjolan di payudara kanan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya benjolan
teraba sebesar kelereng dan sekarang sudah teraba sebesar ibu jari.
Pasien mengeluhkan nyeri di payudara kanan.
Tidak ditemukan pembesaran KGB.
Penurunan berat badan tidak ada.
Pasien tidak ada mengalami nyeri tulang dan sesak nafas.
c. Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga yang merasakan keluhan dan penyakit yang sama.
d. Riwayat Obstetri :
Menstruasi pertama umur 13 tahun dengan siklus yang teratur.
Melahirkan anak pertama di umur 27 tahun dan sekarang sudah
memiliki 3 orang anak.
Riwayat menyusui ada.
Riwayat menggunakan kontrasepsi suntik setelah kelahiran anak
pertama.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit lain sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : komposmentis kooperatif
HR : 89 kali/menit
TD : 120/90 mmHg
Nafas : 22 kali/menit
Suhu : 36,8 °C
Status Generalis :
Normal
Status Lokalis :
Regio Mamae Dextra
Inspeksi :
Mamae kanan lebih daripada kiri, tidak simetris, dan tidak tampak
kelainan kulit seperti ulserasi dan ulkus.
Terdapat retraksi pada putting payudara kanan.
Palpasi :
Teraba massa pada kuadran superomediolateral dekstra dengan ukuran
5x4x4 cm, konsistensi kenyal padat, batas tidak tegas, permukaan rata,
dan terfiksir.
Regio Mamae Sinistra
Inspeksi :
Tidak terlihat adanya benjolan
Palpasi :
Tidak teraba massa
Regio Aksilla
Tidak teraba pembengkakan pada KGB aksilla.
Pemeriksaan Penunjang
Lab. Darah :
Hb : 13,8
Leukosit : 8200
Ht : 40 %
Trombosit : 171.000
PT : 11,8
APTT : 37,7
USG Mammaae :
Kesan penebalan jaringan lemak pada payudara kanan.
FNAB :
Dari sediaan apus FNAB dari mamae dextra, nodul ± 5 cm, terfiksir,
batas kurang tegas. Mikroskopik tampak kelopmpokan dan sebaran
sel-sel dengan inti monomorf, kromatin halus. Tampak juga adanya
kelompokan sel dengan inti vesicular,kromatin kasar, beberapa
nucleoli nyata. Kesan Hiperplasia Epitel dengan bagian yang Atipik.
Diagnosis
Tumor Payudara Dextra T3NOMO (Stadium II B) susp. keganasan
Terapi
Biopsi Insisi
Menunggu hasil biopsi untuk tatalaksana selanjutnya
BCT
Mastektomi
Modified Radikal Mastektomi
Kemoterapi
Radioterapi
Terapi Hormonal
BAB III
DISKUSI
Seorang pasien perempuan usia 45 tahun datang ke Poliklinik RSAM
Bukittinggi dengan keluhan utama benjolan di payudara kanan sejak 1 tahun yang
lalu. Benjolan juga disertai dengan rasa nyeri. Secara Epidemiologi kasus tumor
payudara memang sering terjadi pada pasien yang berusia 45-66 tahun.
Pada anamnesis awalnya benjolan teraba sebesar kelereng dan sekarang sudah
teraba sebesar ibu jari. Pasien mempunyai 3 orang anak dan riwayat menyusui serta
pemakaian kontrasepsi ada. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan dan
penyakit yang sama.
Pada pemeriksaan fisik teraba massa di payudara pada kuadran
superolateromedial payudara kanan dengan ukuran 5x4x4 cm. Konsistensi kenyal
padat, batas tidak tegas, permukaan rata, dan terfiksir. Terdapat retraksi pada puting
payudara pasien. Pada pemeriksaan KGB, tidak terdapat pembesaran pada KGB
aksilla, supraklikula, dan infraklavikula. Sesuai dengan teori bahwa pembengkakan
yang dialami oleh pasien ini kemungkinan besar merupakan tumor payudara yang
curiga pada sebuah keganasan.
Pada pasien ini sudah dilakukan pemeriksaan FNAB dengan hasil Hiperplasia
Epitel dengan bagian yang Atipik pada payudara kanan. Untuk lebih pastinya, pada
pasien ini dilakukan Biopsi Insisi pada 13 April 2016.
Tatalaksana selanjutnya pada pasien ini menunggu hasil biopsi. Setelah hasil
biopsi keluar, akan jelas jenis tumor pada pasien ini dan akan dilakukan tatalaksana
yang sesuai dengan hasil biopsi. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan pada
tinjauan pustaka bahwa tatalaksana sesuai dengan stadium. Pada pasien ini masih
diduga terjadi keganasan. Ada beberapa pilihan terapi nanti nya, yaitu BCT, MRM,
Kemoterapi, Radioterapi, dan Terapi hormonal.
Prognosis pasien belum jelas. Menunggu hasil biopsi agar dapat dilakukan
tatalaksana yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN). Panduan Nasional Penanganan Kanker Payudara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
2. American Cancer Society. Breast cancer. 2015.3. Sathiaseelan P. Frekuensi penderita kanker payudara di RSUP Haji Adam
Malik tahun 2010. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2012.
4. Azamris. Buku ajar manajemen kanker payudara. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. 2014.
5. Prawesty. Kanker payudara. 2010. Diakses dari: http://bidanku.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50:kanker-payudara&catid=34:umum
6. Snells R.S., 2006. Anatomi Klinik, Edisi 6, EGC, Jakarta.7. Sjamsuhidayat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Edisi
3, EGC, Jakarta.8. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor).
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm: 342-364.
9. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003. Available from: http://www.usu.ac.id.
10. De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi Pertama . 2005 . Hlm : 387-402.
11. Manuaba, Tjakra W. Payudara. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (editor). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. EGC. 2004. Hlm: 387-402.
12. Tim Penanggulangan & Pelayanan Kanker Payudara Terpadu Paripurna R.S Kanker Dharmais. 2003. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini, edisi 1, Pustaka Obor, Jakarta.
13. Staf Pengajar Bagian Ilmu Bedah FKUI. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara, Jakarta.
14. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed. Oxford Press. Page: 110-116
15. American Cancer Society . Detailed Guide : Breast Cancer . 2009. Available from : www.acs.org.
16. Price, Sylvia. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006.
17. Robbins. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC; 2007.18. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009.
Available from : www.who.int.19. Makhoul, Issam. Breast Cancer: Overview. 2006 Available from:
http://www.emedicine.com.
20. Riksheim M. A simulation of the development and screening of Cancer Mammae. Norwegian University of Science and Technology. 2009.