lapsus CRS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus CRS

Citation preview

STUDI KASUS

1. KETERANGAN UMUM PENDERITANama: Ny. WartiniUmur: 52 tahunJenis Kelamin: PerempuanAgama: IslamPekerjaan: Guru SDAlamat: Purwosari RT / RW laweyan, Sukoharjo.NO RM: 848899Tempat perawatan: Poliklinik Fisioterapi.

1. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT1. DIAGNOSA MEDISTgl. 6 01 2009 Cervical Root Syndrome1. CATATAN KLINISHasil foto roentgen tanggal 6 januari 2009 yaitu. Didapatkan gambar bahwa tampak spondilosis cervicalis C-4. C-5.

1. TERAPI UMUM ( GENERAL TREATMENT)Miloxican 2x1Neurodes 2x1Amitripthil 2x1

1. RUJUKAN FISIOTERAPI DARI DOKTERMohon dilakukan tindakan fisioterapi kepada pasien Ny. Wartini.

1. SEGI FISIOTERAPI 1. Anamnesis ( AUTO ) 0. KELUHAN UTAMANyeri pada leher dan menjalar ke lengan kanan sampai dengan jari jari tangan.

0. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGKurang lebih 1 tahun yang lalu pasien pernah jatuh dari sepeda motor dengan posisi kepala memutar, dan nyeri mulai dirasakan sekitar 5 bulan yang lalu sampai dengan sekarang. Kemudian pasien periksa ke dokter syaraf RSUD Dr. Moewardi dan dari syaraf di rujuk ke rehabilitasi medik atau fisioterapi.

0. RIWAYAT PENYAKIT DAHULUSebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama.

0. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTARiwayat penyakit penyerta seperti:Hipertensi, DM, Jantung dan Asam urat tidak ada keluhan. 0. RIWAYAT PRIBADI (KETERANGAN UMUM PENDERITA)Pasien adalah seorang guru sudah berkeluarga dan mempunyai anak dua, hobi pasien adalah olah raga bulu tangkis.

0. RIWAYAT KELUARGATidak ada riwayat keluarga pasien yang memiliki penyakit yang serupa dengan pasien.

0. ANAMNESIS SISTEM6. Kepala dan LeherPasien merasakan pusing dan keterbatasan gerak pada leher..6. KardiovaskulerPasien tidak merasakan nyeri dada maupun mengeluh jantung berdebar-debar.6. RespirasiPasien tidak merasakan sesak napas maupun batuk.6. GastrointestinalisBAB terkontrol.6. UrogenetalisBAK terkontrol6. Muskuloskeletal Pasien mengeluh kaku pada leher atau spasme pada otot sternocleidomastoideus dan otot trapezius.6. NervorumPasien merasakan kesemutan atau tebal tebal dari lengan kanan sampai dengan jari jari tanga

1. Pemeriksaan 1. PEMERIKSAAN FISIK0. TANDA-TANDA VITAL0. Tekanan Darah: 120/80 mmHg0. Denyut Nadi: 81 x/menit0. Pernapasan: 20 x/menit0. Temperatur: 36 0C0. Tinggi Badan: 160 cm0. Berat Badan : 54 kg

0. INSPEKSIStatis: Ekspresi wajah tidak tampak pucat, bahu kanan dan kiri simetris, tidak ada oedem dan keadaan umum pasien baikDinamis : Saat menggerakan leher ke semua arah gerakan leher terlihat adanya keterbatasan ditandai dengan raut wajah menahan rasa sakit.

0. PALPASISuhu lokal kanan dan kiri sama hangat, ditemukan nyeri tekan pada otot trapezius dan otot sternocleidomastoideus.

0. PERKUSI Tidak dilakukan

0. AUSKULTASITidak dilakukan

0. GERAK DASAR5. Gerak Aktif ( Leher )0. Fleksi Exstensi: Dapat menggerakan tetapi tidak full ROM ada nyeri dengan koordinasi baik.0. Lateral Fleksi kanan kiri: Dapat menggerakan tetapi tidak full ROM ada nyeri dengan koordinasi baik.0. Siderotasi kanan kiri: Dapat menggerakan tetapi tidak full ROM ada nyeri dengan koordinasi baik. 5. Gerak Pasif ( Leher )1. Fleksi Exstensi: Dapat digerakan tidak full ROM ada nyeri dan endfel normal1. Lateral Fleksi kanan kiri: dapat digerakan tidak full ROM ada nyeri dan endfel normal.1. Siderotasi kanan kiri: Dapat digerakan tidak full ROM ada nyeri dan endfel normal.

5. Gerak Isometrik Melawan Tahanan Mampu melawan tahanan minimal dari ke semua gerakan leher.

0. KOGNITIF, INTRAPERSONAL & INTERPERSONAL6. Kognitif: Pasien dapat mengingat memori jangka panjang maupun memori jangka pendek.6. Intrapersonal : Baik karena pasien dapat memahami keadaan dirinya serta pasien mempunyai semangat tinggi untuk sembuh.6. Interpersonal : Baik karena pasien mampu berkomunikasi baik dengan terapis dan orang lain.

0. KEMAMPUAN FUNGSIONAL & LINGKUNGAN AKTIVITAS7. Kemampuan Fungsional DasarPasien mengalami keterbatasan untuk semua gerakan leher yaitu EleksiExstensi, Lateral Fleksi kanankiri dan Siderotasi kanankiri.7. Aktivitas fungsional Pasien mengalami keterbatasan dari duduk lama ke berdiri dan saat mengendarai sepeda motor7. Lingkungan AktivitasTempat tidur pasien di rumah biasanya menggunakan bantal yang tebal, lingkungan di rumah sakit tempat dan ruangan pasien menjalani terapi cukup bersih dan luas, sehingga mendukung untuk kesembuhan pasien dan dilakukannya terapi.

1. PEMERIKSAAN SPESIFIK (FT C)0. Pemeriksaan Nyeri dengan VAS ( Visual Analogue Scale )0. Spasme dengan palpasi0. Tes Lermhitt ( + )0. Tes Distraksi ( + )0. Pemerikasaan LGS ( Lingkup Gerak Sendi ) dengan Midline 1. Diagnosa Fisioterapi4. Impairment 0. Ada nyeri untuk semua gerakan leher0. Keterbatasan gerak untuk semua gerakan leher0. Spasme pada otot trapezius dan otot sternocleidomastoideus4. Functional Limitation Pasien merasa terganggu dengan nyeri yang dirasakan saat mengendarai sepeda motor.4. DisabilityDengan kondisi pasien saat ini pasien tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan maksimal

1. Program / Rencana Fisioterapi 1. Tujuan1. Jangka pendek0. Mengurangi nyeri0. Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi ( LGS )0. mengurangi spasme1. Jangka panjang1. Melanjutklan tujuan jangka pendek1. Meningkatkan kemampuan fungsional gerak dan fungsi penderita guna meningkatkan kualitas hidup.

1. Tindakan Fisioterapi1. Teknologi Fisioterapi0. Teknologi Fisioterapi0. IR ( Infra Merah )0. TENS ( Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation )0. SWD ( Short Wave Diatermy )0. MWD ( Mikro Wave Diatermy )0. TERAPI LATIHAN0. US ( Ultra Sonic )0. UV ( Ultra Violet )

0. Teknologi Yang Dilaksanakan 1. IR ( Infra Merah) tujuan Dengan adanya kenaikan suhu atau temperatur akan menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan darah kejaringan setempat hal ini bermanfaat menyembuhkan luka dan mengatsi infeksi dijaringan superficial. Dengan demikian sinar Infra Merah sangat membantu meningkatkan suplai darah ke jaringan yang diobati. Seperti diketahui juga bahwa relaksasi akan mudah dicapai bila jaringan otot tersebut dalam keadaan hangat dan rasa nyeri tidak ada sehingga dengan demikian bisa menurunkan spasme dan relaksasi otot.1. Mengurangi nyeri dengan TENS menggunakan Tori Gate Kontrol. Ransangan terhadap serabut nosiceptor ( A Delta & C ) menyebabkan substansi gelatinosa tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini memungkinkan impuls noksius diteruskan ke sentral sehinggga sensasi nyeri dirasakan. Bila terjadi aktifitas pada serabut aferen yang berdiameter besar ( A Beta ) maka akan mengaktivasi sel-sel interneuron dan substansi gelatinosa dengan kata lain substansi gelatinosa menjadi aktif sehinggga terjadi peningkatan kontrol presinapsis sehingga gerbang akan menutup yang berujung terhinbisinya transmisi impuls nyeri ke sistam sentral sehingga kualitas nyeri akan menurun. (Newton AR, 1990). 1. Terapi latihan, Hold Rilex dan streching tujuan menambah LGS dan untuk memperpanjang pemendekan susunan soft tissue secara patologis agar mudah rilex semakin otot menjadi rilex maka seseorang dapat bergerak dengan full tanpa adanya rasa nyeri.

1. Edukasi2. Saat tidur supaya tidak menggunakan bantal yang terlalu tebal dan keras.2. Pasien disarankan untuk memakai collar brace2. Melarang pasien untuk menggerakan leher secara spontan2. Untuk mengurangi nyeri saat di rumah bisa dengan kompres panas.2. Melakukan latihan yang telah diberikan oleh terapis

1. RENCANA EVALUASI Untuk mengetahui hasil terapi yang diberikan maka dilakukan perencanaan tentang suatu tindakan berupa evaluasi. Dengan adanya evaluasi maka dapat dinilai apakah terapi yang diberikan sudah sesuai dengan tujuan terapi atau belum. Evaluasi yang dilakukan pada kondisi Cervical Root Syndrome meliputi : 1. Pemeriksaan nyeri dengan VAS1. Pengukuran LGS dengan Midline1. Pemeriksaan Spasme dengan palpasi

1. PELAKSANAAN FISIOTERAPI0. IR ( Infra Merah )0. Persiapan alatMeliputi pemeriksaan kabel apakah kabel dalam keadaan kondisi baik atau tidak lecet, pemeriksaan lampu IR apakah masih hidup atau sudah mati, persiapan tabung reaksi untuk tes sensibilitas, kemudian kabel mesin atau stop kontak di hubungkan dengan arus listrik, mesin dihidupkan atau dipanasi dengan waktu kurang lebih 5 meni jenis lampu IR yang digunakan yaitu luminious generator.

0. Persiapan pasienPosisikan pasien dengan aman dan nyaman yaitu tidur tengkurap dengan kepala di ganjal pakai bantal, daerah yang diterapi dibebaskan dari pakaian. Dibersihkan atau dikeringkan dengan handuk pada daerah tersebut dilakukan tes sensasi panas dan dingin dengan menggunakan tabung reaksi yang sudah diisi air panas dan satunya air dingin, kedua tabung reraksi ditempatkan pada kulit pasien secara bergantian. Apabila pasien dapat membedakan sensasi panas dan dingin maka IR dapat diberikan. Pasien diberi penjelasan tentang rasa hangat yang dikeluarkan oleh IR dan seandainya timbul rasa panas pasien disarankan untuk memberitahukan terapis. Pasien diberi penjelasan tidak boleh mengubah posisi alat IR, pasien diberitahu kalau anggota yang diterapi tidak boleh digeser kemana-mana.0. Pelaksanaan terapiSetelah persiapan alat dan pasien selesai selanjutnya lampu IR di pasang atau diarahkan pada otot trapezius dan otot sternocleidomastoideus dengan posisi IR tegak lurus dengan jarak kurang lebih 45 s/d 50 cm, dosis yang digunakan atau waktu terapi 15 menit hidukan stop kontak intensitas normalis yaitu pasien merasakan hangat dan nyaman. Setelah waktunya habis maka lampu IR secara otomatis akan mati sendiri, setelah selesai terapis mengambil atau memindahkan IR dari atas leher pasien dan membersihkan alat serta merapikan IR dengan cara menyabut stopkontak atau merapikan alat kembali.

0. TENS ( Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation )1. Persiapan alat Pastikan mesin masih dalam keadan baik. Siapkan elektroda yang sama besar dan elektroda dalam kondisi yang cukup basah atau menggunakan jeli, di usap rata pada seluruh permukaan elektroda. Hindarkan adanya gelembung, jangan terlalu tipis ataupun tebal sehingga hantaran listrik yang sampai ke jaringan dapat maksimal. Harus diperhatikan pula pemasangan kabel, metode pemasangan dan penempatan elektroda sampai pemilihan frekuensi, durasi pulsa, durasi waktu dan intensitas. 1. Persiapan pasien Posisikan pasien pada posisi aman dan nyaman, yaitu dengan posisi tidur tengkurap. Beri penjelasan pada pasien tentang terapi yang akan dilakukan. Penjelasan bisa berupa nama terapi, mengapa terapi ini dipilih, rasa yang diharapkan selama terapi dan efek terapi.1. Pelaksanaan terapi dengan TENS konvensional.Pasang elektroda dengan anoda (origo) dan katoda (insercio) pada otot sternocleidomastoideus dan otot trapezius atau pada daerah yang nyeri. Kemudian hidupkan mesin dan atur arus dengan gelombang bifasik symetris, fase durasi 200s, frekuensi 100 Hz, frekuensi modulasi program 1/1, intensitas 20,5 mA, dan waktu 15 menit. Hidupkan salah satu saluran sampai penderita merasakan adanya rangsangan berupa tingling, kemudian naikan intensitasnya sampai terjadi getaran yang kuat tapi tetap nyaman, sensasi yang dirasakan tidak boleh menimbulkan rasa nyeri atau kontraksi otot kecil. Setelah 5 menit terapi berjalan, periksalah pasien untuk mengetahui apa yang dirasakan. Jika pasien tidak lagi merasakan arus, maka intensitas harus dinaikkan. Pertimbangkanlah untuk menggunakan busrt atau bentuk modulasi atau ubah durasi dan frekuensi pulsa tetap pada parameter yang telah ditentukan. Setelah terapi selesai turunkan intensitas dan mesin dimatikan. Lepaskan elektroda periksalah daerah yang diterapi, apakah terdapat warna kemerah-merahan sebagai tanda iritabilitas dan simpanlah unit TENS sehabis digunakan.

0. Terapi Latihan1. Hold relaxLatihan ini bertujuan untuk menambah luas gerak sendi pada daerah cervical0. Posisi pasien: Duduk di kursi0. Posisi terapis: Posisi terapis disamping pasien, satu tangan memegang kepala bagian lateral dan tangan yang satu memfiksasi pada bagian akromeon.0. Pelaksanaan: Pasien menggerakan leher ke arah lateral fleksi kanan sampai batas luas gerak sendi yang pasien miliki secara aktif, pasien diminta melakukan kontraksi isometrik dengan meluruskan ke posisi normal, kemudian terapis memberikan tahanan di kepala bagian leteral, dengan aba-aba tahantahan!. Kontraksi dipertahankan selama 10 detik kemudian pasien diminta merileksasikan, lalu dilakukan penguluran kearah lateral fleksi kiri secara pasif (Kisner, 1996) gerakan diulang 5 kali.1. Streching atau penguluran1. Penguluran otot scaleni0. Posisi pasien duduk di kursi dan terapis berdiri di samping pasien.0. Pelaksanaan terapis menggerakan leher ke homolateral rotasi, lateral fleksi dan exstensi gerakan ini dilaksanakan secara perlahanlahan sampai batas nyeri, apabila sudah mencapai batas nyeri, sedikit kembali ke posisi rilex untuk dipertahankan dan selanjutnya dengan kontraksi isometric. Pasien melawan tahanan pada hitungan ke 6 kemudian rilex sambil menghembuskan nafas, kemudian terapis memberikan penguluran ke arah homolateral rotasi, lateral fleksi dan exstensi. 1. Penguluran otot trapeziusPosisi pasien duduk dan terapis berdiri di samping pasien pelaksanaan pada otot ini paling epektif bila dilakukan transvers streching langsung pada m. trapezius dengan kedua tangan. Peregangan dengan cara leher posisi lateral fleksi kontra lateral sampai hitungan ke 5. pada hitungan ke 6 pasien diminta untuk menghembuskan nafas dan terapis mendorong pundak ( shoulder girdle ) ke arah caudal bersamaan dengan tehnik contrak rilex.1. EVALUASI1. Nyeri dengan VAS (Visual Analogue Scale )NOKeteranganTerapi pertamaTerapi keduaTerapi ketigaTerapi keempatTerapi kelimaTerapi keenam

1Nyeri diam pada posisi tidur terlantang000000

2Nyeri tekan pada otot trapezius dan otot sternocleidomastoideus444332

3Nyeri gerak setelah digerakan FleksiExstensi, Lateral Fleksi kanan dan Siderotasi kanan kiri. 777665

Tabel 2.3. Hasil pemeriksaan nyeri dari terapi pertama s/d ke enam.2. LGS ( Lingkup Gerak Sendi ) dengan Midlinea. Hari pertamaNOGerakanPosisi awalSetelah digerakanhasil

1Fleksi10 cm8 cm2 cm

2Exstensi10 cm8 cm2 cm

3Lateral fleksi dextra20 cm18 cm2 cm

4Lateral fleksi sinistra20 cm18 cm2 cm

5Siderotasi dextra22 cm19 cm3 cm

6Siderotasi sinistra22 cm19 cm3 cm

b. Hari ke duaNOGerakanPosisi awalSetelah digerakanhasil

1Fleksi10 cm7 cm3 cm

2Exstensi10 cm7 cm3 cm

3Lateral fleksi dextra20 cm18 cm2 cm

4Lateral fleksi sinistra20 cm18 cm2 cm

5Side rotasi dextra22 cm19 cm3 cm

6Side rotasi sinistra22 cm19 cm3 cm

c. Hari ke tigaNOGerakanPosisi awalSetelah digerakanhasil

1Fleksi10 cm7 cm3 cm

2Exstensi10 cm7 cm3 cm

3Lateral fleksi dextra20 cm17 cm3 cm

4Lateral fleksi sinistra20 cm17 cm3 cm

5Siderotasi dextra22 cm19 cm3 cm

6Siderotasi sinistra22 cm19 cm3 cm

d. Hari ke empatNOGerakanPosisi awalSetelah digerakanhasil

1Fleksi10 cm6 cm4 cm

2Exstensi10 cm6 cm4 cm

3Lateral fleksi dextra20 cm17 cm3 cm

4Lateral fleksi sinistra20 cm17 cm3 cm

5Siderotasi dextra22 cm19 cm3 cm

6Siderotasi sinistra22 cm19 cm3 cm

e. Hari ke limaNOGerakanPosisi awalSetelah digerakanhasil

1Fleksi10 cm6 cm4 cm

2Exstensi10 cm6 cm4 cm

3Lateral fleksi dextra20 cm16 cm4 cm

4Lateral fleksi sinistra20 cm16 cm4 cm

5Siderotasi dextra22 cm18 cm4 cm

6Side rotasi sinistra22 cm18 cm4 cm

f. Hari ke enamNOGerakanPosisi awalSetelah digerakanhasil

1Fleksi10 cm6 cm4 cm

2Exstensi10 cm6 cm4 cm

3Lateral fleksi dextra20 cm16 cm4 cm

4Lateral fleksi sinistra20 cm16 cm4 cm

5Siderotasi dextra22 cm17 cm5 cm

6Siderotasi sinistra22 cm17 cm5 cm

Tabel 2.4. Hasil pemeriksaan LGS leher mulai dari terapi pertama s/d ke enam 3. Spasme dengan palpasiNOTerapiPalpasi pada m. Trapezius & m. sternocleidomastoideus

1Terapi pertama tgl. 4-2-2009Spasme masih ada

2Terapi kedua tgl. 7-2-2009Spasme masih ada

3Terapi ketiga tgl.11-2-2009Spasme berkurang

4Terapi keempat tgl 14-2-2009Spasme berkurang

5Terapi kelima tgl. 18-2-2009Spasme sudah tidak ada

6Terapi keenam tgl. 21-2-2009Spasme sudah tidak ada

Tabel 2.5. Hasil pemeriksaan spasme dari terapi pertama s/d ke enam.

1. HASIL TERAPI TERAKHIRPasien yang bernama Ny. Wartini yang berumur 45 tahun (wanita) setelah mendapat terapi dengan modalitas IR, TENS dan TERAPI LATIHAN sebanyak 6X diperoleh hasil: 1. Ada penurunan nyeri tekan pada T6 tgl. 21- 02 2009 yakni dari niali 4 menjadi 2 dan penurunan nyeri gerak pada terapi hari ke 6 yakni dari 7 menjadi 5.1. Ada peningkatan Lingkup Gerak Sendi ( LGS ) pada terapi ke enam yaitu: 1. Gerakan Fleksi dari 2 menjadi 41. Exstensi dari 2 menjadi 4 1. Lateral Fleksi Kanan dari 2 menjadi 41. Lateral fleksi kiri dari 2 menjadi 41. Side rotasi kanan dari 3 menjadi 51. Side rotasi kiri dari 3 menjadi 51. Ada penurunan spasme dari terapi pertama spasme masih ada pada terapi ke enam spasme sudah tidak ada dan ada peningkatan aktivitas fungsional.

1. PEMBAHASAN KASUSDari evaluasi yang dilakukan sebanyak 6 kali pada pasien dengan kondisi Cervical Root Sndrome ini yang dijumpai masalah yaitu Nyeri, penurunan LGS (Lingkup Gerak Sendi) dan Spasme proses pengurangannya sebagai berikut: Dengan pemberian sinar infra merah (IR) dapat menurunkan spasme dan relaksasi otot. Hal itu disebabkan karena dengan penyinaran, relaksasi akan mudah dicapai bila jaringan tersebut dalam keadaan hangat dan rasa nyeri tidak ada. Radiasi sinar infra merah disamping dapat mengurangi rasa nyeri, dapat juga menaikan suhu atau temperatur jaringan sehingga dengan demikian bisa menghilangkan spasme dan relaksasi pada otot juga meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi. Spasme yang terjadi akibat penumpukan asam laktat dan sisa-sisa pembakaran dapat dihilangkan dengan pemberian pemanasan, hal ini akan terjadi oleh karena pemanasan akan mengaktifkan glandula gudoifera (kelenjar keringat) di daerah jaringan yang diberikan penyinaran atau pemanasan sehingga dengan demikian akan meningkatkan pembuangan sisa-sisa metabolisme melalui keringat. (Sujatno, 1993).Penurunan nyeri dengan aplikasi TENS menggunakan Tori Gate Kontrol mekanismenya yaitu sebagai berikut. Ransangan terhadap serabut nosiceptor (A Delta & C) menyebabkan substansi gelatinosa tidak aktif sehingga gerbang terbuka dan ini memungkinkan impuls noksius diteruskan ke sentral sehinggga sensasi nyeri dirasakan. Bila terjadi aktifitas pada serabut aferen yang berdiameter besar (A Beta) maka akan mengaktivasi sel-sel interneuron dan substansi gelatinosa dengan kata lain substansi gelatinosa menjadi aktif sehinggga terjadi peningkatan kontrol presinapsis sehingga gerbang akan menutup yang berujung terhinbisinya transmisi impuls nyeri ke sistam sentral sehingga kualitas nyeri akan menurun. (Newton AR, 1990). Pengaruh exercise terapi terhadap penurunan nyeri dan peningkatan LGS, Terapi latihan dalam bentuk relaksasi dapat memberikan efek pengurangan nyeri, baik secara langsung maupun memutus siklus nyeri spasme nyeri. Gerakan yang ringan dan perlahan merangsang propioceptor yang merupakan aktivasi dari serabut afferent berdiameter besar. Hal ini akan mengakibatkan menutupnya spinal gate (Sri Mardiman, 2001). Apabila terjadi perlengketan jaringan ikat secara histology terjadi abnormal cros link, jika dilakukan peregangan atau streching akan terjadi perobekan pada cros link sehingga menimbulkan nyeri. Nyeri leher karena regangan atau penguluran dan akan mengaktivasi Gamma Motor Neuron (GMN) sehingga terjadi iskemia dan mengakibatkan nyeri. Metode peregangan atau streching dapat secara selektif dan tidak hanya pada tendon saja, tetapi mencapai permysium, epysium dan ensonysium. Sedangkan untuk pelaksanaan streching itu harus dengan posisi yang benar dan dengan suara atau perintah yang jelas tidak keras, sehingga pelaksanaan dapat berlangsung baik dan otot yang semakin diulur atau dikontraksikan akan mudah rilex semakin otot menjadi rilex maka seseorang dapat bergerak dengan full tanpa adanya rasa nyeri. Streching adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan atau menguraikan beberapa manuver pengobatan yang ditujukan untuk memperpanjang pemendekan susunan soft tissue secara patologis dan menambah LGS. (Sugiyanto, 2002).