CRS JIWA

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Lapsus Jiwa

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun. Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.1Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan.2Pada umumnya pasien dengan skizofrenia ditandai dengan penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5; yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana.2 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 3 Salah satu tipe skizofrenia yang paling stabil dan paling sering dialami adalah skizofrenia tipe paranoid. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid dan pasien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh. 1 Dalam hal penatalaksanaan pasien dengan skizofrenia paranoid dapat dilakukan perawatan di rumah sakit sesuai dengan indikasi, terapi somatik dengan pengobatan antipsikotik, dan melakukan terapi psikososial. Prognosis pasien dengan skizofrenia secara umum adalah 25% individu dapat sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. 1

BAB IISTATUS PSIKIATRI

Nama Pasien:FirmansyahNo RM:-Tanggal Periksa:22 April 2013Dokter Pemeriksa:dr. Utami TariganDokter Muda:

Diagnosis :Aksis I:F20.0 Skizofrenia paranoidAksis II:tidak ada diagnosisAksis III: Tidak ada diagnosisAksis IV: Masalah dengan primary group dan stressor psikososialAksis V: GAF 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

KETERANGAN PRIBADI PASIEN Nama :Firmansyah Jenis Kelamin:laki-laki Tempat, tanggal Lahir/ Umur:Jambi/ 16-3-1960/ 53 Tahun Status Perkawinan:Menikah Bangsa :Indonesia Suku:Melayu Agama:Islam Pendidikan:SMA Pekerjaan:pedagang Alamat:Jln. Hidayat No. 20 Tanjung Jabung Barat

Pernah masuk Rumah Sakit dengan:Tidak pernah masuk rumah sakitkeluhan yang sama atau berbeda

KETERANGAN DARI ALLO/INFORMAN Nama : Fauzi Jenis Kelamin: laki-laki Umur: 51 tahun Pekerjaan: swasta Hubungan dengan Pasien: Adik kandung pasien Keakraban dengan Pasien: Akrab Kesan pemeriksa/Dokter terhadap: Dapat dipercaya keterangan yang diberikan

I. ANAMNESISKeterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari :1. Pasien sendiri2. Informan

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan: Keluarga2. Sebab utama pasien dibawa ke laboratorium psikiatri: pasien 1 bulan SMRS sering mengamuk dan ingin membakar rumah. Selain itu pasien sudah 5 bulan sering keluar rumah malam hari dan jarang kembali ke rumah. 3. Keluhan utama pasien dan telah berlangsung selama:Pasien gelisah dan tidak bisa tidur

4. Riwayat perjalanan penyakit pasien sekarang:Pasien 1 bulan SMRS sering mengamuk, susah tidur, memukul orang dan ingin membakar rumah. Selain itu pasien sudah 5 bulan sering keluar rumah malam hari dan jarang kembali kerumah. pasien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk keluar rumah setiap malam. Menurut keluarga pasien seperti ini karena bercerai dengan istri 1,5 tahun semenjak itu pasien suka melamun dan menyendiri, bicara sendiri, tidak mau bekerja, tidak mau mengurus diri.

5. Riwayat penyakit pasien sebelumnya : Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini. Riwayat trauma kapitis (-), kejang (-), demam tinggi (-), asma (-).

6. Riwayat Keluarga pasien:a. Identitas Orang tuaIDENTITASORANG TUA

AYAH: Tn. BahtirarIBU: Ny. halimah

BangsaIndonesiaIndonesia

SukumelayuMelayu

AgamaIslamIslam

PendidikanTamat SDTamat SD

PekerjaanTaniTani

UmurMeninggal 65 tahun

AlamatJln. Hidayat No. 20 Tanjung Jabung BaratJln. Hidayat No. 20 Tanjung Jabung Barat

Hubungan dengan OsBiasaAkrab

b. Kepribadian, dijelaskan oleh adik os.Ayah : Ayah os seorang yang pemarah (+), banyak teman (+)Ibu: Ibu os seorang yang penyedih (+), mudah marah kepada Os, banyak teman (+)

c. Os bersaudara sebelas orang dan Os anak ke sembilan

d. Urutan saudara dan usianya :1. Laki-Laki ( tahun) 2. Laki-Laki ( tahun) 3. Laki-Laki ( tahun)4. Perempuan ( tahun)5. Perempuan ( tahun)6. Laki-Laki ( tahun)7. Perempuan ( tahun)8. Perempuan ( tahun)9. Laki-Laki ( tahun) OS10. Laki-Laki ( tahun)11. Laki-Laki ( tahun)

e. Gambaran kepribadian masing-masing saudara os dan hubungan terhadap saudara :Saudara keGambaran kepribadianHubungan dengan saudara

1. Cenderung pendiamAkrab

2. Mudah bergaul, banyak temanAkrab

3. Mudah bergaul, banyak temanAkrab

4. Mudah bergaul, banyak temanAkrab

5. Cenderung pendiam Akrab

6. Mudah bergaul, banyak temanAkrab

7.

Mudah bergaul, banyak temanAkrab

8. Mudah bergaul, banyak temanAkrab

9. Cenderung pendiam-

10.

Mudah bergaul, banyak temanAkrab

11.Mudah bergaul, banyak temanAkrab

f. Gambaran kepribadian orang lain yang tinggal di rumah Os dan hubungan terhadap Os : Os tinggal bersama keluarga yaitu, ibunya.

g. Riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik pada anggota keluarga : Riwayat penyakit jiwa di keluarga disangkal.

h. Riwayat tempat tinggalRumah tempat tinggalKeadaan Rumah

TenangCocokNyamanTak Menentu

Rumah orangtua os

7. Gambaran seluruh faktor-faktor fisik dan mental yang bersangkut paut dengan perkembangan kejiwaan os selama masa sebelum sakit (premorbid)a. Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan : Os lahir aterm, lahir dengan dukun dan tidak ada kelainan. Os anak yang direncanakan dan diinginkan

b. Riwayat masih bayi dan anak-anak Pertumbuhan fisik : Normal seperti anak sebaya os Minum ASI: () sampai usia 2 tahun Usia mulai bicara: 10 bulan Usia mulai jalan: 12 bulan

c. Simptom-simptom yang berhubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada masa kanak-kanak Tidak dapat dinilai

d. Toilet training Tidak dapat dinilai

e. Kesehatan fisik masa kanak-kanak` Riwayat t. Kapitis (-), kejang (-) pada usia 2 tahun, demam tinggi (-), asma (-).

f. Kepribadian serta tempramen sewaktu anak-anak Cenderung penyendiri, banyak teman, mudah bergaul

g. Masa sekolah PerihalSDSMPSMA

Umur 7-12 tahun12-15 tahun15-17 tahun

PrestasiBaikBaikBaik

Aktifitas SekolahBaikBaik Baik

Sikap terhadap Teman BaikBaik Baik

Sikap terhadap Guru BaikCenderung pendiamCenderung pendiam

h. Masa remaja Os seorang yang tertutup, namun suka bergaul dan banyak teman.i. Riwayat pekerjaan Os bekerja sebagai pedagang. j. Percintaan, perkawinan, kehidupan sosial, dan rumah tangga : Os sudah menikah dan memiliki empat orang anak, namun os sudah bercerai.8. Stressor psikososial Os bercerai dengan istrinya

9. Riwayat penyakit fisik yang pernah diderita os Tidak ada riwayat penyakit fisik

10. Pernah suicide (-); Os tidak pernah ingin melukai dirinya sendiri. 11. Penggunaan alkohol/zat adiktif lainnya (-); Os pernah menggunakan alkohol/zat adiktif lainnya.

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK KHUSUSA. Gambaran Umum1. PenampilanSikap Tubuh: baik Cara berpakaian: Tidak rapi () os menggunakan baju tidur.Kesehatan fisik : baik 2. Perilaku dan aktifitas psikomotorCara berjalan: bisa berjalan, Katalepsi (-), Stupor Katatonik (-), Rigiditas katatonik (-), Postur katatonik (-) 3. Sikap terhadap pemeriksakooperatif ( ), curiga (-), mau menjawab dan menatap wajah pemeriksa ( )B. Pembicaraan dan fragmen pembicaraanArus pembicaraan : pembicaraan inkoherent ( )Produktifitas :Pembendaharaan bahasa: biasa C. Afek, mood, dan emosi lainnyaAfek: inappropriate (afek yang tidak sesuai)Mood: labilD. Pikiran : waham curiga ( )E. Persepsi: Halusinasi auditorik ()F. Mimpi dan fantasi: -G. Sensorium1. Alertness: compos mentis, os bereaksi terhadap stimulus disekitarnya2. Orientasi: Waktu, tempat, dan orang terganggu3. Konsentrasi dan kalkulasi: sulit dinilai4. Memori: terganggu5. Pengetahuan Umum: sulit dinilai6. Pikiran abstrak : TergangguH. Insight Derajat 1. Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakitI. JudgmentJudgement sosial: TergangguJudgement tes: TergangguJ. Kemampuan mengendalikan rangsang dari dalam diri : tergangguK. Kemampuan mengendalikan dari dalam sendiri : TergangguL. Pemeriksaan psikiatrik khusus lainnya Tidak dilakukan

III. PEMERIKSAAN INTERNA Keadaan Umum

Sensorium:Compos mentisSuhu:36,8oCBB:60 kg

Nadi: 88x/menitPernafasan:20x/menitTB :172 cm

TD:120/80 mmHgTurgor: BaikStatus Gizi: -

Sistem kardiovaskular:Tidak ada kelainan Sistem Respiratorik: Tidak ada kelainan Sistem Gastrointestinal:Tidak ada kelainan Sistem Urogenital:Tidak ada kelianan Kelainan Khusus:Tidak ada

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGI Panca Indra: Tidak ada kelainan Gejala Rangsang Meningeal: Tidak ada Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial:Tidak ada Mata ;- Gerakan: Gerakan baik ke segala arah, tidak ada kelumpuhan/nistagmus Persepsi Mata : Baik, diplopia (-), visus normal Pupil : Bentuk : Bulat, isokor Ukuran: 3mm/3mm Refleks Cahaya: +/+ Refleks Konvergensi: +/+ Refleks Kornea: +/+ Pemeriksaan Oftalmoskop:Tidak dilakukan Motorik: Tonus: eutoni Koordinasi: baik Turgor: baik Refleks: Refleks fisiologis +/+ ; Refleks patologis -/- Kekuatan: Kekuatan otot lengan 5/5; otot tungkai 5/5 Sensibilitas: Tidak ada kelainan Susunan saraf vegetatif: Tidak ada kelainan Fungsi luhur: Tidak ada kelainan Kelainan khusus: Tidak ada

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS LAINNYA : Tidak dilakukan

VI. PEMERIKSAAN OLEH PSIKOLOG/PETUGAS SOSIAL DAN LAIN-LAIN : Tidak dilakukan

VII. RESUME Tn. F (53 tahun), bercerai, pendidikan terakhir SMA dengan kepribadian premorbid tertutup, namun suka bergaul dan banyak teman dibawa oleh keluarga ke RSJ Provinsi Jambi dengan keluhan Pasien 1 bulan SMRS sering mengamuk, susah tidur, memukul orang dan ingin membakar rumah. Selain itu pasien sudah 5 bulan sering keluar rumah malam hari dan jarang kembali kerumah. pasien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk keluar rumah setiap malam. Menurut keluarga pasien seperti ini karena bercerai dengan istri 1,5 tahun semenjak itu pasien suka melamun dan menyendiri, bicara sendiri, tidak mau bekerja, tidak mau mengurus diri.Dari hasil observasi, didapatkan keadaan umum; kesadaran: kompos mentis, kontak ada serta kooperatif. Keadaan psikiatrik khusus : afek inappropriate dan mood labil. Daya ingat terganggu, orientasi terganggu, dan daya konsentrasi terganggu. Didapatkan juga gangguan spesifik pada bentuk pikiran berupa inkoheren (+). Selain itu, terdapat pula gangguan spesifik pada isi pikiran berupa waham curiga. Pada sensasi dan persepsi Tn.F, ditemukan halusinasi auditorik (+).Atas dasar gejala-gejala di atas, maka berdasarkan PPDGJ-III dipertimbangkan diagnosis berupa F.20.00 Skizofrenia Paranoid. VIII. DIAGNOSIS BANDING1. Skizofrenia paranoid2. Gangguan skizoafektif3. Berpura-pura dan gangguan buatan

IX. DIAGNOSISAksis I: F20.0 Skizofrenia Paranoid Aksis II: tidak ada diagnosisAksis III: Tidak ada diagnosisAksis IV: Masalah keluargaAksis V: GAF 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam fungsi.X. PROGNOSISPrognosis Tn. F dubia ad bonam.XI. TERAPI1. Farmakoterapi Risperidon 2 mg dalam bentuk tablet diberikan 2 x 2 mg/hari/oralFarmakoterapi yang diberikan adalah risperidon (antipsikotik atipikal) 2 x 2 mg sebagai antipsikotik dengan efek sekunder berupa sedasi kuat yang bermanfaat untuk menghilangkan gejala positif dan gejala negatif pada pasien serta mengatasi gangguan tidur.2. Psikoedukasia. Individu: menjalin komunikasi interpersonal dengan pasien sehingga menumbuhkan rasa percaya terhadap orang lain, membantu pasien dalam mempelajari kekuatan dan kelemahan diti serta memotivasi pasien untuk minum obat secara teraturb. Keluarga: memotivasi keluarga pasien untuk membawa pasien kontrol berobat secara teratur, menunjukkan kehangatan dan keakraban dalam keluarga, serta menciptakan suasana yang dapat membantu penyembuhan pasien.c. Lingkungan: tidak menjauhi pasien dan memahami keadaannya serta membiarkan os berinteraksi dengan lingkungan sehingga membantu resosialisasi

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiSkizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku.2Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana.3 Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 10

2.2 EpidemiologiPenelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe skizofrenia.9Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia laki-laki.Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari daerah lainnya.2

2.3 EtiologiPenyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).2Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik. 2Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif meningkat. 22. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif. 23. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik. 24. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.4

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.2

2.4 Gejala dan DiagnosisGejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala positif dan negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.4 Gejala waham dan halusinasi dapat muncul dan terutama waham curiganya. 2Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut:A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):1) Waham2) Halusinasi3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.E. Penyingkiran zat/kondisi medis umumF. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif 3Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda.thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); danthought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;c) Halusinasi auditorik:Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atauMendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atauJenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasiend) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa

2.5 Diagnosa Banding1. Gangguan Psikotik Sekunder dan akibat ObatGejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat. Saat memeriksa seseorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadaran. Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lengkap, termasuk riwayat gangguan medis, neurologis, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien nonskizofrenik. Anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding ini.2

2. Berpura- pura dan Gangguan BuatanDiagnosis berpura- pura atau gangguan buatan diberikan kepada orang yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Berpura- pura skizofrenia (malingering) biasanya dilakukan seseorang yang memiliki masalah hukum atau finansial. Pasien yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia sering kali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.

3. Gangguan Psikotik lainGangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofreniform, gangguan psikotik singkat & gangguan skizoafektif. Perbedaan skizofrenia dengan skizofreniform dilihat dari durasi gejalanya. Pada skizofreniform gejalanya sekurang 1 bulan tetapi kurang dari enam bulan. Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung sekurangnya satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. Gangguan skizoafektif jika sindrom manic atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia. 2

2.6 TerapiTidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada skizofrenia paranoid, gejala positif lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal (CPZ, HLP).9Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun negatif.2 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secara kuantitatif karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.6Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.6 Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.2Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.2Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia. 2Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi. 2

2.7 PrognosisPrognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan.

Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel 2.1. 2,3Prognosis baikPrognosis buruk

Onset lambatFaktor pencetus yang jelasOnset akutRiwayat sosial, seksual, pekerjaan pramorbid baikGejala gangguan moodMenikahRiwayat keluarga gangguan moodSistem pendukung yang baikGejala positif

Onset mudaTidak ada faktor pencetusOnset tidak jelasRiwayat sosial, seksual, pekerjaan pramorbid burukPerilaku menarik diri, autistikTidak menikah, bercerai, janda/dudaRiwayat keluarga skizofreniaSistem pendukung yang burukGejala negatifTanda dan gejala neurologisRiwayat trauma perinatalTidak ada remisi dalam tiga tahunBanyak relapsRiwayat penyerangan

Saat ini dengan pengobatan modern, ternyata bila penderita itu datang berobat dalam tahun pertama setelah serangan pertama, maka kira-kira sepertiga dari mereka akan sembuh sama sekali (full remission atau recovery), sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka masih harus sering diperiksa dan diobati selanjutnya (social recovery). Yang sisanya biasanya memiliki prognosis yang jelek, mereka tidak dapat berfungsi di masyarakat dan menuju kemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap rumah sakit jiwa.

BAB IVANALISIS KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang dilakukan terhadap pasien Tn. F (53 tahun), bercerai, pendidikan terakhir SMA dengan kepribadian premorbid tertutup, namun suka bergaul dan banyak teman dibawa oleh keluarga ke RSJ Provinsi Jambi dengan keluhan Pasien 1 bulan SMRS sering mengamuk, susah tidur, memukul orang dan ingin membakar rumah. Selain itu pasien sudah 5 bulan sering keluar rumah malam hari dan jarang kembali kerumah. pasien sering mendengar suara yang menyuruhnya untuk keluar rumah setiap malam. Menurut keluarga pasien seperti ini karena bercerai dengan istri 1,5 tahun semenjak itu pasien suka melamun dan menyendiri, bicara sendiri, tidak mau bekerja, tidak mau mengurus diri.Dari hasil observasi, didapatkan keadaan umum; kesadaran: kompos mentis, kontak ada serta kooperatif. Keadaan psikiatrik khusus : afek inappropriate dan mood labil. Daya ingat terganggu, orientasi terganggu, dan daya konsentrasi terganggu. Didapatkan juga gangguan spesifik pada bentuk pikiran berupa inkoheren (+). Selain itu, terdapat pula gangguan spesifik pada isi pikiran berupa waham curiga. Pada sensasi dan persepsi Tn.F, ditemukan halusinasi auditorik (+).Atas dasar gejala-gejala di atas, maka berdasarkan PPDGJ-III dipertimbangkan diagnosis berupa F.20.00 Skizofrenia Paranoid. Diagnosis banding yang dipertimbangkan adalah (F 20.0) Skizofrenia Paranoid, gangguan skizoafektif, berpura-pura dan gangguan buatan. Pada penderita, berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ke III 1993 (PPDGJ-III), tanda dan gejala yang dialami penderita dapat digolongkan dalam gangguan skizofrenia paranoid( F. 20.0)Penatalaksanaan yang diberikan pada penderita ini adalah dengan farmakoterapi dan nonfarmakoterapi. Jenis farmakoterapi yang digunakan pada penderita ini adalah golongan neuroleptik tipikal yaitu Haloperidol dengan pertimbangan untuk mengatas gejala postif yang dominan pada pasien ini. Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Prognosis penderita ini adalah dubia ad malam. Hal ini didasarkan pada penilaian terhadap GAF Scale penderita selama beberapa bulan dalam 1 tahun terakhir.

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir, Nurmiati. Skizofrenia. Dalam: buku ajar psikiatri. Sylvia D.E, Gitayanti H., editor. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. hal. 172 3.2. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Grebb. Skizofrenia Dalam: synopsis psikiatri. Jilid satu. Jakarta: Binapura Aksara; 2010. hal. 474; 699 743.3. Maramis, F willy. skizofrenia dalam catatan ilmu kedokteran jiwa. Edisi: II. Jakarta: Airlangga University press; 2009.hal. 259 2814. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT.Nuh Raya; 2001. hal. 52 3. 5. Maslim, Rusdi. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi 1999. Jakarta; 1999. hal 14-216. Kesley, Jeffrey E, D Jeffrey Newport dan Charles B. Nemeroff. 2006. Prinsiples of Psychopharmacology for Mental Health Professionals. Canada : Wiley-Liss Inc.7. Soares JC, Gershon S. 2004 Handbook of Medical Psychiatry ed. 2nd. Philadelphia : Elsevier.8. Mansjoer, Arif. Gangguan Psikotik. Dalam: kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1999. hal. 199.9. Syamsulhadi dan Lumbantobing. Skizofrenia. FK UI. Jakarta: 2007. hal 26-34.10. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC. Jakarta:1998. hal. 970.

24