Upload
andi-citra-pratiwi
View
137
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Contextual Teaching and Learning Berbasis Lokal “Ekosistem Terumbukarang Takabonerate”
OLEH:ANDI CITRA PRATIWI (091404170)ARYANTI INDAH JAYA (091404188)
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2012
PENDAHULUAN
Takabonerate terbentuk dari tiga kata: taka berarti karang, bone berarti pasir, dan
rate berarti di atas. Jadi, takabonerate berarti hamparan karang di atas pasir. Takabonerate
merupakan nama sebuah kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.
Hal yang menarik dari pantai-pantai itu, di lautnya terbentang atol (pulau karang) sepanjang
220.000 hektar, dikenal sebagai Taman Nasional Takabonerate (TNTB). Sebagai atol
ketiga terbesar di dunia (setelah kwajivein di Moldiva Island dan Suvadiva di Moldiva
Island), kawasan ini patut menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia, khususnya bagi
masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam rangkaian Hari jadi Kepulauan Selayar,
di lokasi ini setiap tahunnya diadakan festival yang bertajuk Sail Taka Bonerate atau
sebelumnya disebut Takabonerate Island Expedition (TIE).
Ada sebanyak 15 buah pulau di Taman Nasional Taka Bonerate, sehingga sangat
bagus untuk kegiatan menyelam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya. Topografi kawasan
sangat unik dan menarik, dimana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau karang dan
rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang
cukup banyak. Pada bagian permukaan rataan terumbu, banyak terdapat kolam-kolam kecil
yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat
dengan jelas daratan kering dan diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam
kecil.
Taman Nasional Taka Bonerate memiliki beberapa pulau yang telah berubah
menjadi tempat tinggal/permukiman. Hal ini disebabkan karena kawasan ini dan wilayah
disekitarnya kaya akan sumber daya alam laut yang dapat memenuhi kebutuhan hidup para
nelayan. Penduduk yang menetap di kawasan ini telah mencapai 5.101 jiwa yang tersebar
di beberapa pulau antara lain Pulau Rajuni 1.272 jiwa, Pulau Tarupa 1.204 jiwa, Pulau
Latondu 512 jiwa, Pulau Jinato 651 jiwa dan Pulau Pasi Tallu 1.462 jiwa.
Warga Takabonerate terdiri dari suku Makassar, Bugis, dan Flores. Mereka
umumnya bekerja sebagai nelayan. Sangat disayangkan karena sebagian dari mereka
mencari ikan dengan cara ekstrim: menggunakan bahan peledak yang kemudian
menghancurkan pulau karang di dalam laut. Atas kebiasaan itu, para pegawai Taman
Nasional Takabonerate berupaya membangun komunikasi dengan warga, khususnya
nelayan, agar tidak menangkap ikan dengan cara merusak.
Kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem karang nampaknya tidak hanya
perlu ditanamankan kepada para nelayan, namun juga kepada para siswa. Kesadaran akan
pentingnya menjaga kelestarian ekosistem karang dapat ditanamkan melalui pembelajaran
berbasis contextual pada Mata Pelajaran Biologi Kelas 1 SMA semester 1.
Pembelajaran berbasis kontekstual yang dikenal dengan sebutan Contextual
teaching and Learning merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke
permasalahan/konteks lainnya. Dalam hal ini, guru mengarahkan siswa agar mereka
mampu mengkaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong
pebelajar membuat hubungan antara materi pelajaran dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Melalui proses pembelajaran berbasis kontekstual pada materi ekosistem dengan
memanfaatkan kondisi ekosistem lokal, yakni Ekosistem Terumbukarang Taman Nasional
Takabonerate (TNTB), maka siswa akan menyadari bahwa materi pelajaran yang mereka
terima di lingkungan sekolah bukanlah sesuatu yang abstrak, melainkan suatu pengetahuan
yang lahir dari kondisi nyata di lingkungan mereka. Dengan demikian, selain memahami
materi pelajaran, siswa juga akan mampu memahami kondisi lingkungan sekitar mereka,
dalam hal ini kondisi ekosistem terumbukarang di TNTB, sehingga mereka mampu
menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan berbagai masalah
lingkungan yang ada disekitar mereka.
Pada proses pembelajaran, guru menampilkan video tentang ekosistem bawah laut di
TNTB. Setelah penampilan video, guru lalu menjelaskan tentang materi ekosistem, yang
meliputi pengertian ekosistem, jenis-jenis ekosistem, interaksi antar-komponen ekosistem.
1. Penampilan video ekosistem bawah laut di TNTB
2. Siswa dibentuk kelompok, lalu diminta untuk menjelaskan interaksi antar-komponen
penyusun ekosistem yang ada di TNTB.
3. Untuk problem based learning, siswa diperlihatkan gambar-gambar penggunaan bom
ikan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab, yang mengakibatkan rusaknya
ekosistem terumbu karang. Siswa diminta untuk menganalisis dampak yang dapat
dimbul dari perusakan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem TNTB.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI I BENTENGMata Pelajaran : BiologiKelas/ Semester : X (Sepuluh)/ 1Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem,
perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
A. Kognitif
1. Produk
a. Mengidentifikasi defenisi ekosistem
b. Mendeskripsikan komponen-komponen penyusun ekosistem.
c. Mendeskripsikan tipe-tipe ekosistem
2. Proses
a. Menjelaskan defenisi ekosistem
b. Memaparkan komponen-komponen penyusun ekosistem.
c. Memaparkan berbagai tipe ekosistem
B. Afektif
1. Karakter
a. Rasa ingin tahu
b. Mandiri
c. Menghargai Pendapat Orang Lain
2. Proses
a. Bertanya
b. Menyumbangkan ide atau berpendapat
c. Menjadi Pendengar yang baik
II. Tujuan Pembelajaran
A. Kognitif
1. Produk
a. Secara mandiri, siswa dapat mendefinisikan pengertian ekosistem.
b. Secara mandiri, siswa membedakan komponen-komponen penyusun
ekosistem.
c. Secara mandiri, siswa dapat membedakan berbagai tipe ekosistem
2. Proses
a. Secara mandiri, siswa dapat menjelaskan definisi ekosistem
b. Secara mandiri, siswa dapat memaparkan perbedaan antara komponen-
komponen penyusun ekosistem.
c. Secara mandiri, siswa dapat memaparkan perbedaan berbagai tipe ekosistem.
B. Afektif
1. Karakter
Siswa secara aktif memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyan yang
diajikan guru selama proses pembelajaran. Siswa menunjukkan rasa ingin tahu
yang tinggi dalam proses pembelajaran, kemandirian belajar, berani
mengemukakan pendpat serta menghormati pendapat teman sekelas yang lain.
2. Keterampilan Sosial
Terlibat dalam proses belajar mengajar berpusat pada siswa, paling tidak siswa
dinilai membuat kemajuan dalam menunjukkan perilaku, kketerampilan sosial
bertanya, menyumbang idea tau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, dan
komunikatif
III. Materi Ajar
Terlampir
IV. Metode Pembelajaran
Ceramah
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
Jenis Kegiatan Alokasi waktu
Kegiatan Awal (15 menit)
Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam,
dan mempersilahkan siswa untuk membaca doa
belajar sesuai agama dan kepercayaannya masing-
masing.
Fase 1
Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai di papan tulis, untuk memusatkan perhatian
siswa terhadap materi yang akan dipelajari
Apersepsi:
Guru memperlihatkan gambar ekosistem aquarium.
Guru bertanya “Apakah komponen penyusun
ekosistem aquarium tersebut?”. Siswa akan menjawab
komponen penyusunnya terdiri atas air, kerang-
kerangan, ikan-ikan, hydra, dan udara. Setelah itu
guru akan lanjut bertanya, “Apa yang terjadi jika ikan
pada aquarium tersebut tidak melakukan interaksi
dengan komponen ekosistem lainnya?”. Diharapkan
siswa menjawab bahwa ikan pada aaquarium tersebut
2 menit
5 menit
8 menit
tidak akan bisa bertahan jika tidak melakukan
interaksi dengan komponen ekosistem lainnya.
Kegiatan Inti (60 menit)
Fase 2 (Menjelaskan materi)
Guru menampilkan video ekosistem terumbu karang.
Berdasarkan video tersebut, guru lalu menjelaskan
materi ekosistem kepada siswa. Guru menjelaskan
pengertian individu, populasi, komunitas, dan
ekosistem.
Fase 3 (Memberi Bimbingan)
Guru meminta siswa menyebutkan dan membedakan
satuan-satuan mahluk hidup dalam ekosistem yang
diperlihatkan pada video dan komponen ekosistem
yang ada di lingkungan sekitar siswa.
Guru meminta siswa memberikan contoh komponen
biotik dan abiotik penyusun ekosistem yang
ditampilkan pada video.
Fase 4 (Mengecek Pemahaman dan Memberi
Penguatan)
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-
hal yang kurang dipahami. Guru juga memberi
kesempatan kepada siswa lain jika ada yang ingin
mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan teman
sekelasnya.
Guru memberi penguatan kepada siswa yang bertanya
dan memberi jawaban.
25 menit
20 menit
15 menit
Kegiatan penutup (15 menit)
Fase 5 (Memberi Kesempatan untuk Pelatihan
Lanjutan dan Lebih Kompleks)
Guru memperlihatkan gambar pengeboman ikan di
ekosistem terumbu karang, serta gambar kerusakan
ekosistem akibat pengeboman tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, siswa diminta untuk
membuat tulisan mengenai dampak yang terjadi pada
keseimbangan ekosistem terumbu karang, serta
dampak yang didapatkan manusia jika pengeboman
terus menerus dilakukan.
Guru menutup kelas
5 menit
3 menit
2 menit
VI. Alat/ Bahan/ Sumber
Buku Kerja Biologi
Buku Biologi SMA kelas X,
Powerpoint
Video
VII. Penilaian
Keaktifan siswa
Tugas Tertulis
Benteng, 1 April 2012 Mengetahui
Kepala Sekolah SMA 1 Benteng Guru Bidang Studi
Alim Sukarno, S.Pd Andi Citra Pratiwi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA NEGERI I BENTENGMata Pelajaran : BiologiKelas/ Semester : X (Sepuluh)/ 1Pertemuan : 2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menitStandar Kompetensi: 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem,
perubahan materi dan energi, serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan
Kompetensi Dasar : 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/ pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
I. Indikator Pencapaian Kompetensi
A. Kognitif
1. Produk
a. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan
b. Menganalisis keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
2. Proses
a. Mengenali faktor-faktor yang dapat meyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan
b. Memaparkan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
B. Afektif
1. Karakter
a. Rasa ingin tahu
b. Empati
c. sopan
2. Proses
a. Bertanya
b. Menyumbangkan pendapat tentang permasalahan lingkungan yang ada
c. Mengemukakan pendapat dengan santun
II. Tujuan Pembelajaran
A. Kognitif
1. Produk
a. Secara mandiri, siswa dapat menjelaskan pengertian
perusakan/pencemaran lingkungan
b. Secara mandiri, siswa dapat mengemukakan keterkaitan antara kegiatan
manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan.
2. Proses
a. Secara mandiri, siswa dapat mencari tahu definisi
pengrusakan/pencemaran lingkungan
b. Secara mandiri, siswa dapat menemukan keterkaitan antara kegiatan
manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan.
B. Afektif
1. Karakter
Siswa terlibat secara aktif pada proses belajar mengajar, dengan
menunjukkan kemajuan dalam rasa ingin tahu, sikap mandiri dalam
mengkaji masalah yang muncul, dan saling menghargai pendapat ketika
berdiskusi dengan teman sekelasnya.
2. Keterampilan Sosial
Siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar, dengan paling
tidak menunjukkan kemajuan dalam keterampilan sosial bertanya,
menyumbang idea tau berpendapat, menjadi pendengar yang baik, dan
komunikatif.
III. Materi Ajar
Terlampir
IV. Metode Pembelajaran
Metode Diskusi
Metode Pemecahan Masalah
V. Langkah-Langkah Pembelajaran
Jenis Kegiatan Alokasi waktu
Kegiatan Awal (15 menit)
Guru membuka kelas dengan mengucapkan
salam, dan mempersilahkan siswa untuk membaca
doa belajar sesuai agama dan kepercayaannya
masing-masing.
Apersepsi: Guru melakukan tanya jawab tentang
tugas yang telah dikerjakan pertemuan lalu.
a. Apakah dampak yang ditimbulkan oleh
aktivitas pengeboman ikan pada kawasan
terumbu karang?
b. Apakah tindakan yang dapat anda lakukan
untuk menanggulangi masalah tersebut?
Fase 1 (Orientasi siswa terhadap masalah)
Guru memperlihatkan gambar suatu ekosistem
yang telah rusak/tercemar akibat aktivitas
manusia. Guru memperlihatkan 4 macam gambar
kerusakan ekosistem karang, yakni: kerusakan
akibat penggunaan bom ikan; pukat harimau;
bubu; dan cianida. Lalu guru memotivasi siswa
dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mereka memahami pemecahan masalah
lingkungan tersebut.
Guru menuliskan tujuan pembelajaran yang akan
2 menit
5 menit
8 menit
dicapai di papan tulis, untuk memusatkan
perhatian siswa terhadap materi yang akan
dipelajari
Guru menyampaikan cakupan materi dan uraian
kegiatan yang akan dilakukan. Materi yang akan
dibahas pada pertemuan kali ini adalah
keseimbangan ekosistem, termasuk berbagai
pencemaran yang dapat mengganggu
keseimbangan lingkungan. Kegiatan yang akan
dilakukan oleh siswa yaitu penjelasan, tanya
jawab, diskusi kelompok, presentasi hasil diskusi,
dan penugasan.
Kegiatan Inti (60 menit)
Fase 2 (Mengorganisasi siswa untuk belajar)
Guru membagi siswa dalam 4 kelompok, dan
masing-masing kelompok diberikan satu gambar
sebagai bukti terjadinya perusakan/pencemaran
lingkungan disekitar mereka. Masing-masing
kelompok diarahkan untuk saling bekerja sama
dan bertukar pendapat dalam menganalisis faktor
penyebab terjadinya tindakan perusakan
lingkungan serta akibat yang ditimbulkan dari
perusakan tersebut. Adapun keempat gambar
tersebut adalah:
1. Gambar pengeboman ikan
2. Gambar penggunaan cianida
3. Gambar penggunaan pukat harimau
10 menit
4. Gambar penggunaan bubu
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok)
Guru membantu siswa dalam pengumpulan
informasi yang diperlukan dalam memecahkan
masalah yang mereka hadapi. Siswa juga
diajarkan etika penelitian yang benar. Guru
mendorong pertukaran ide antar-siswa secara
bebas dalam tahap penyelidikan dalam rangka
pembelajaran berbasis masalah. Selama dalam
tahap penyelidikan, guru memberikan bantuan
yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas
siswa
Siswa menyusun hasil penyelidikan dan hasil
diskusi dengan teman sekelompoknya dalam
bentuk laporan.
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
Masing-masing perwakilan kelompok diberi
kesempatan untuk mempresentasikan laporan
hasil penyelidikan kelompok mereka. Siswa lain
diberi kesempatan untuk menanyakan hal yang
kurang mereka pahami pada kelompok yang
sedang memaparkan hasil kerjanya.
Guru memberi penguatan kepada siswa yang
bertanya dan memberi jawaban.
20 menit
30 menit
Kegiatan penutup (15 menit)
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah)
Guru membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
Guru menutup kelas
8 menit
2 menit
VI.Alat/ Bahan/ Sumber Buku Kerja Biologi Buku Biologi SMA kelas X, Powerpoint Media Visual (Gambar)
VII. Penilaian Keaktifan siswa Laporan Hasil Diskusi
Benteng, 1 April 2012 Mengetahui
Kepala Sekolah SMA 1 Benteng Guru Bidang Studi
Alim Sukarno, S.Pd Andi Citra Pratiwi
MATERI AJAR
EKOSISTEM
Setiap mahluk hidup di dunia tidak hidup sendiri dan tidak dapat hidup sendiri.
Mahluk hidup harus berinteraksi dengan lingkungan biotik dan abiotik di sekitarnya untuk
dapat bertahan hidup. Suatu mahluk hidup tunggal disebut individu. Kumpulan individu
sejenis yang hidup bersama pada suatu tempat dan waktu tertentu disebut populasi.
Beberapa populasi hidup bersama pada suatu tempat waktu tertentu membentuk komunitas.
Komunitas beserta lingkungan abiotiknya membentuk suatu ekosistem. Secara
umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekosistem air, ekosistem darat, dan ekosistem buatan.
Salah satu contoh ekosistem laut yang ada di daerah kabupaten selayar yakni ekosistem
terumbu karang di Taman Nasioal Taka Bonerate (TNTB).
A. Komponen penyusun ekosistem
Komponen penyusun ekosistem terdiri komponen abiotik dan komponen biotik.
a. Komponen abiotik
Abiotik adalah komponen tak hidup. Komponen abiotik adalah komponen fisik dan
kimia yang membentuk lingkungan abiotik. Lingkungan abiotik membentuk ciri
fisik dan kimia tempat hidup makhluk hidup. Contoh komponen abiotik antara lain
suhu, cahaya, air, kelembapan, udara, garam-garam mineral, dan tanah. Komponen
ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling berinteraksi sehingga mempengaruhi sifat yang
satu dengan sifat yang lain.
b. Komponen biotik
Komponen biotik adalah mahluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari
spesies berbeda yang hidup di tempat yang sama. Komponen-komponen biotik
terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, jamur, ganggang, lumut, invertebrata,
dan vertebrata. Setiap komponen biotik memiliki cara hidup sendiri yang akan
menentukan interaksinya dengan komponen biotik lain dan komponen abiotik.
B. Rantai makanan
Komunitas dari suatu ekosistem berinteraksi satu sama lain dan juga berinteraksi
dengan lingkungan abiotik. Interaksi suatu organisme dengan lingkungannya terjadi
untuk kelangsungan hidupnya. Kelangsungan hidup organisme memerlukan energi.
Energi untuk kegiatan hidup diperoleh dari bahan organik. Energi dari bahan organik
disebut sebagai energi kimia. Bahan organik dalam komponen biotik awalnya terbentuk
dengan bantuan energi cahaya matahari dan unsur-unsur hara, seperti karbon dan
nitrogen. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-unsur kimia ditransfer sari
satu organisme ke organisme lain.
Perpindahan energi kimia dan unsur hara berlangsung melalui interaksi makan
dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar-organisme dalam suatu ekosistem
membentuk struktur trofik yang terdiri atas tingkat-tingkat trofik. Setiap tingkat trofik
merupakan kumpulan berbagai organisme dengan sumber makanan tertentu.
Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrof, yakni organisme
yang dapat membuat bahan organik sendiri dengan bantuan cahaya matahari. Yang
termasuk organisme autotrof yakni tumbuhan hijau, fitoplankton. Dalam struktur trofik,
organisme autotrof disebut produsen. Produsen pada ekosistem darat adalah tumbuhan
hijau. Produsen pada ekosistem perairan adalah ganggang dan tumbuhan air.
Tingkat trofik kedua dari struktur trofik suatu ekosistem ditempati oleh berbagai
organisme yang tidak dapat membuat bahan organik sendiri. Organisme tersebut
tergolong organisme heterotrof. Bahan organik diperoleh dengan memakan organisme
atau sis organsme lain, sehingga organisme heterotrof disebut juga konsumen.
Konsumen primer adalah organisme pemakan prosen atau disebut juga
herbivora. Contoh kosumen primer adalah serangga, siput, burung pemakan biji-bijian
dan buah-buahan. Contoh konsumen primer diperairan zooplankton, seperti protista
heterotrof dan udang-udangan kecil.
Konsumen sekunder merupakan organisme pemakan konsumen primer
(herbivora). Konsumen sekunder disebut juga karnivora karena makanannya berupa
hewan. Konsumen sekunder biadanya memiliki ukuran tubuh kecil, sehingga disebut
pula karnivora kecil. Konsumen sekunder di perairan misalnya kerang, teripang, dan
cumi-cumi.
Konsumen tersier adalah organisme pemakan konsumen sekunder. Konsumen
tersier disebut juga karnivora besar. Konsumen tersier di daratan misalnya elang, singa,
dan harimau. Konsumen tersier diperairan misalnya paus dan gurita.
Jalur makan dan dimakan dari organisme pada suatu tingkat trofik ke tingkat
trofik berikutnya membentuk urutan dan arah tertentu dan disebut rantai makanan.
Didalam suatu ekosistem umumnya tidak hanya terdiri dari satu rantai makanan. Suatu
jenis produsen atau detritus dapat dimakan oleh berbagai konsumen primer. Suatu jenis
konsumen primer juga dapat memakan berbagai jenis produsen. Dengan demikian,
dalam suatu ekosistem hubungan makan dan dimakan menjadi sangat kompleks, saling
berkaitan, bercabang-cabang sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
C. Homeostasis Ekosistem
Homeostatis merupakan istilah untuk kecenderungan sistem biologi untuk
menahan perubahan dan selalu berada dalam keseimbangan. Ekosistem mampu
memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen yang menyusunnya,
yaitu organisme dan populasi. Kemampuan ekosistem untuk memelihara dan mengatur
diri sendiri mengarah pada tercapainya keseimbangan ekosistem. Sementara itu,
aktivitas manusia cenderung berdampak mengacaukan sistem pengendalian alamiah
keseimbangan ekosistem.
Salah satu tindakan manusia yang dapat merusak keseimbangan ekosistem adalah
pengeboman ikan di kawasan ekosistem Terumbu Karang Taka Bonerate. Tindakan ini
menyebabkan karang mengalami kerusakan parah. Karang yang rusak tidak lagi
memiliki kemampuan untuk menjadi tempat berlindung dan tempat mencari makan bagi
hewan-hewan laut lainnya. Ikan-ikan yang biasanya melimpah ruah di sekitar karang,
kini tak ditemukan lagi.
Ketika karang rusak, maka ikan-ikan akan kehilangan tempat berlindung dan
tempat untuk meletakkan telur-telur mereka. Akibatnya, populasi ikan akan menurun.
Menurunnya populasi ikan karang akan menyebabkan predator-predator lainnya
kehilangan sumber makanan, sehingga akhirnya populasi predator juga akan mengalami
penurunan.
Penurunan populasi hewan-hewan laut di ekosistem terumbu karang yang telah
rusak pada akhirnya juga akan berdampak pada manusia. Karena tindakan pengebom
ikan yang tidak bertanggung jawab, para nelayan yang menangkap ikan dengan
peralatan tradisional akan mengalami kesulitan memperoleh ikan. Bagi masyarakat
umum, jika pengrusakan ekosistem terumbu karang terus-menerus dilakukan, sumber
daya laut benar-benar akan habis, dan masyarakat akan kesulitan memperoleh sumber
daya laut (ikan, udang, kerang-kerangan) untuk dikonsumsi.
D. Ekosistem terumbu Karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan
sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis
filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memilikiTentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri
dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya
dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi. Koloni karang dibentuk oleh ribuan
hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu
polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di
bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Terumbu karang merupakan habitat bagi
berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya (Anonimb.
2012).
Karang berfotosintesis dengan bantuan alga dan sinar matahari. Proses
fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan
menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut:
Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2
Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu
menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali
lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak
bersimbiose dengan zooxanthellae. Hasil dari fotosintesis berguna untuk hewan-hewan
yang hidup pada ekosistem terumbu karang tersebut (Anonimb. 2012)
E. Rantai Makanan Pada Ekosistem terumbu Karang
Penjelasan rantai makanan pada ekosistem terumbu karang diatas yaitu :
Sinar matahari : berperan sangat penting dalam proses fotosintesis karang
Phytoplankton, zooxanthalae, rumput laut, lamun, alga merah : berperan sebagai
produsen utama dalam proses rantai makanan yang terjadi pada ekosistem terumbu
karang.
Zooplankton, larva invertebrate, ikan kecil, landak laut, bivalves, spons dan lain-
lain : berperan sebagai konsumen tingkat I yang memakan phytoplankton, rumput
laut, alga merah dan zooxhanthalae.
Molusca, crustasea, tigerfish, lobster, ikan-ikan sedang (pemangsa konsumen
tingkat I) : berperan sebagai konsumen tingkat II memangsa larva invertebrate, ikan
kecil, zooplankton.
Ikan hiu dan ikan-ikan karnivor lainnya (pemangsa konsumen tingkat II) : berperan
sebagai konsumen tingkat III (tingkat tinggi) yang memakan ikan-ikan sedang,
lobster, molusca, crustacean dan lain-lain.
Decomposer, bakteri dan fungi : berperan sebagai pengurai dari semua mahluk
hidup yang telah mati di ekosistem terumbu karang.
Kawasan ini Taman Nasional Takabonerate memiliki keanekaragaman mahluk
hidup yang tinggi. Menurut data dari Departemen Kehutanan, kekayaan alam bawah
laut di kawasan tersebut adalah sebagai berikut:
350 jenis ikan karang dan berbagai jenis ikan konsumsi yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Jenis-jenis tersebut antara lain adalah Kerapu (Epinephelus spp),
Cakalang (Katsuwonus spp), Tenggiri (Scomberomorus spp), Napoleon wrasse
(Cheilinus undulatus), Baronang (Siganus sp), Cheitodon sp dan sebagainya.
Telah diidentifikasi sebanyak 237 jenis terumbu karang yang tumbuh pada
kedalaman 5–20 meter. Jenis-jenis tersebut antara lain Akar Bahar (Antiphates sp),
Karang Meja (Acropora spp), Karang tanduk (Acropora spp), Pavona spp,
Montipora spp dan Fungia spp. Secara umum jenis-jenis karang telah membentuk
terumbu karang, baik dalam bentuk atol (Barrier reef) dan terumbu tepi (Fringing
reef).
Tercatat sebanyak 101 jenis moluska antara lain dari klas Gastropoda : Lola
(Trochus spp), Kerang Kepala Kambing (Cassis cornuta), Triton (Charonia tritonis)
dan Batulaga (Turbo spp). Klas Bivalva : Kima (Tridacna spp), Kerang mutiara
(Pincfada spp) dan Klas Chephalopoda : Nautilus (Nautilus sp), Cumi-cumi (Squid
sp) dan Gurita (Octopus sp).
Telah diidentifikasi ada 4 jenis penyu di kawasan ini, yang paling dominan adalah
Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), di
samping jenis penyu Tempayan (Caretta caretta) dan penyu Lekang (Lepidochelys
olivacea).
Jenis-jenis echinodermata yang ditemui di perairan Taman Nasional Laut Taka
Bonerate antara lain : Teripang (Holothuroidea sp), bintang laut (Asteroidea), Lili
Laut (Criroidea) dan Bulu Babi (Echinoidea) (Anonimc. 2012).
F. Satuan Mahluk Hidup Dalam Ekosistem Terumbu Karang Takabonerate
1. Tumbuhan Hijau (produsen) :
Komponen ekosistem yang bertindak sebagai produsen di ekosistem
terumbukarang takabonerate adalah fitoplankton dan Lamun. Fitoplankton
merupakan tumbuhan laut yang hidup terapung dilaut, terdiri atas bakteri dan
ganggang yang mampu berfotosintesis. Lamun merupakan tumbuhan laut yang bisa
berbunga, berbuah dan berbiji. Sistem akar yang dimilikinya membantu melekat pada
dasar berpasir atau lumpur. Lamun memiliki bentuk seperti rumput tinggi atau alang-
alang yang hidup dalam air. Hamparan lamun biasa ditemukan pada perairan yang
dangkal dan tenang diantara garis pantai dan terumbu karang.Peranan padang lamun
sangat besar terutama sebagai tempat hidup, mencari makan, membesarkan anak dan
lain sebagainya, selain itu lamun adalah sumber karbonat bagi perairan.
Pengamatan yang dilakukan oleh Tim RPTN (RPTN, 1997) menemukan 10
spesies yang tersebar di seluruh kawasan Taka Bonerate. Jenis Lamun yang paling
dominan adalah Thalassodedendron ciliata, Halophila ovalis, Cymdocea rotuda,
Cymdocea serrulata, Thallasia hemprichii and Enhalus acoroides. Jenis lain yang
tidak jumpai namun dalam skala yang kurang adalah Halophila minor, Syringodium
(Anonima. 2012)
2. Konsumen tingkat 1:
Komponen ekosistem terumbu karang taka bonerate yang bertindak sebagai
konsumen tingkat 1 adalah anemon, yang makanan utamanya adalah fitoplankton.
Anemon laut adalah hewan dari kelas Anthozoa yang sekilas terlihat seperti
tumbuhan, tapi jika diamati lebih jauh, anemon laut merupakan jenis hewan. Anemon
adalah berguna sebagai filter, yaitu mereka akan menyaring air dan memakan partikel
organik kecil yang mengapung di sekitar laut. Namun ada banyak spesies yang masuk
ke dalam hubungan simbiotik dengan ganggang hijau untuk mampu
berfotosintesis.Dengan melakukan ini, anemon tidak perlu bergerak pada arus itu
membawa makanan yang cocok, melainkan akan menerima nutrisi dari ganggang.
Hal ini juga akan dapat menyerap oksigen yang dihasilkan sebagai produk-bi
fotosintesis. Manfaat ganggang hijau dari hubungan itu karena lebih baik harus
terpasang ke suatu tempat yang cukup terang daripada hanyut ke sekitar secara acak
di laut dan risiko yang tersisih ke tempat di mana cahayayang kurang.Ganggang hijau
akan hidup di dalam sel khusus pada anemon.
Konsumen tingkat 1 lainnya adalah zooplankton. Zooplankton adalah
kategorisasi untuk organisme kecil yang termasuk protozoa kecil dan metazoa besar.
Kepentingan ekologi dari zooplankton termasuk foraminifera, radiolaria dan
dinoflagellate. Zooplankton metazoa penting termasuk cnidaria seperti ubur-ubur,
crustacea seperti copepoda.
3. Konsumen Tingkat 2:
Komponen ekosistem terumbu karang taka bonerate yang bertindak sebagai
konsumen tingtat 2 adalah lobster dan ikan sedang yang memakan ikan-ikan kecil,
diantaranya ikan kepe-kepe, ikan badut, dan ikan napoleon.
4. Konsumen Tingkat 3:
Komponen ekosistem terumbu karang taka bonerate yang bertindak sebagai
konsumen tingkat 3 adalah octopus dan ikan-ikan karnivora.
PRODUSEN
No Nama Organisme Gambar
1 Phytoplankton
2 Lamun
3 Alga
KONSUMEN TINGKAT I
No Nama Organisme Gambar
1 Landak Laut
2 Zooplankton (Copepoda)
3 Penyu (Chelonia sp)
KONSUMEN TINGKAT II
1 Lobster
2 Ikan badut
3 Ikan kepe-Kepe
4 Ikan Napoleon
KONSUMEN TINGKAT III
1 Octopus
G. Kerusakan Ekosistem Akibat Aktivitas manusia
Gambar 1. Pelaku Pengeboman Ikan (Perusak ekosistem karang)
Gambar 2. Ekosistem karang Yang rusak Akibat Pengeboman
Materi Pertemuan II
A. Keseimbangan Ekosistem
Suatu ekosistem terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Jika komponen biotik
berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat trofik dengan komponen
abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik, maka ekosistem tersebut
dikatakan berada dalam keseimbangan (stabil).
Keseimbangan ekosistem tidak statis, artinya dapat terjadi penurunan dan
kenaikan jumlah komponen biotik ataupun jumlah intensitas komponen abiotik.
Perubahan komponen biotik dan abiotik dalam batas-batas tertentu tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan. Namun, keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak jika
terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lenting lingkungan. Daya
dukung adalah kemampuan lingkungan mendukung kehidupan berbagai mahluk hidup
di dalamnya. Daya lenting lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk pulih
kembali pada keadaan seimbang jika terjadi perubahan atau gangguan.
B. Faktor-Faktor Pengganggu Keseimbangan Lingkungan
Keseimbangan lingkungan terganggu jika terjadi pencemaran. Pencemaran
adalah perubahan yang tidak diinginkan pada lingkungan yang meliputi udara, daratan,
dan air, baik secara fisik, kimia, ataupun biologi. Mahluk hidup, zat, energi, atau
komponen penyebab pencemaran disebut polutan.
C. Aktivitas Manusia yang Mengganggu Keseimbangan Ekosistem Terumbu Karang
Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab seringkali merusak ekosistem
terumbu karang, sehingga pada akhirnya keseimbangan ekosistem di kawasan terumbu
karang menjadi terganggu. Sekelompok masyarakat yang berpendidikan dan bermodal
kuat namun tidak bertanggung jawab menggunakan bahan-bahan cyanida dan bom
serta didukung dengan kapal dan peralatan selam untuk mengeksploitasi sumberdaya
ikan karang serta berkompetisi dengan masyarakat nelayan tradisional.
Ekosistem terumbu karang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar
sehingga mendorong masyarakat melakukan over exploitation dengan tidak
mengindahkan kaidah-kaidah konservasi. Karena adanya asumsi bahwa sumberdaya
yang berada di ekosistem terumbu karang adalah milik bersama (common property),
sehingga bila mereka tidak memanfaatkannya pada saat ini, maka akan dimanfaatkan
orang lain (tragedy of common). Untuk mengeksploitasi sumberdaya hayati tersebut,
sebagian besar dari mereka menggunakan racun cyanida, bahan peledak, muro ami,
dan bubu yang semuanya itu merusak ekosistem terumbu karang. Para pengguna racun
Cyanida umumnya bermaksud menangkap ikan karang untuk dipasarkan dalam
keadaan hidup di negara tertentu, sehingga mereka membentuk jaringan penangkap
dan pemasaran secara internasional. Sedang ikan-ikan yang dibom biasanya mati dan
mengalami kehancuran sehingga perlu dipasarkan dalam skala propinsi, regional atau
nasional.
Aktivitas wisata bahari seperti penyelam juga memberikan kontribusi terhadap
laju kerusakan akibat jangkar perahu atau terinjak penyelam pemula. Intensifikasi
pertanian di DAS Hulu, akan meningkatkan laju erosi tanah dan sedimentasi kelaut.
Jika tidak ada ekosistem mangrove yang efektif menyerap sedimen tanah, maka proses
sedimentasi ini akan menutupi permukaan karang sehingga karangnya mati. Kegiatan
pembangunan dipesisir sekitar ekosistem terumbu karang juga menimbulkan dampak
negatif yang mengganggu kelestariannya, seperti kegiatan reklamasi di Teluk Manado
dan Teluk Lampung, serta daerah-daerah lainnya.
Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang:
1. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
2. Membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu
sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
3. Pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula
limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
4. Pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut
dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang
ke laut juga.
5. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu
karang yang berada di bawahnya.
6. Penambangan
7. Pembangunan pemukiman
8. Reklamasi pantai
Faktor yang dapat merusak terumbu karang diantaranya adalah:
1. Pengendapan kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat
mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa kelaut dan menutupi
karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari tertutup oleh
sedimen.
2. Aliran air tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar tersebut
dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah pabrik yang
tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
3. Berbagai jenis limbah dan sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah
pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.
4. Pemanasan suhu bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara.
Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global, yang
dapat mengakibatkan naik nya suhu air laut sehingga karang menjadi memutih
(bleaching) seiring dengan perginya zooxanthelae dari jaringan kulit karang, jika
terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang terhambat dan akan mati.
5. Uji coba senjata militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan reaktor
nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat bertahan
hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan dan
perubahan genetis (mutasi) biota laut.
6. Cara tangkap yang merusak
Kasus kerusakan terumbu karang akibat dari penangkapan ikan dengan
menggunakan alat dan bahan yang merusak banyak terjadi di hampir periaran
Indonesia. Kegiatan tersebut antara lain : penangkapan ikan dengan menggunakan
bahan peledak, muroami, pukat harimau, bubu, jangkar, tokang dan aktivitas
penancangan tiang budidaya rumput laut.
7. Penambangan dan pengambilan karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan
bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter persegi
terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
8. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu
karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun hempasan
rantainya yang sangat merusak koloni karang.
Kegiatan manusia secara langsung dapat menyebabkan bencana kematian di terumbu
melalui penggalian dan pencemaran (Nybakken 1988). Berdasarkan analisis Burke,
dkk. (2002) 25% kerusakan terumbu karang diakibatkan oleh pembangunan pesisir, 7%
diakibatkan oleh pencemaran, 21% diakibatkan oleh sedimentasi, 64% akibat
penangkapan yang berlebihan, 54% akibat penangkapan ikan dengan melakukan
pengrusakan, 18% diakibatkan oleh pemutihan terumbu karang.
Penyakit yang biasanya menyerang karang disebut sebagai White band disease dan
Blank band disease atau penyakit gelang putih, ditandai dengan memutihnya sebagian
koloni terumbu. Hal ini disebabkan oleh serangan bakteri. Penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dipicu oleh kondisi lingkungan yang tidak normal seperti pencemaran dan
kenaikan suhu air laut (Akmal 2002).
Beban nutrient yang berlebihan menyebabkan berkembangnya alga secara berlebihan
(eutrofikasi) sehingga dapat menutupi dan membunuh organisme coral atau timbulnya
blooming dari fitoplakton (Dahuri, dkk 2004) Akmal (2002) mengungkapkan
hubungan antara pemanasan global, penipisan ozon dan terumbu karang
mengakibatkan tingkat karbondioksida meningkat secara kimiawi akan menghambat
pertumbuhan bunga karang oleh polip-polip. Perubahan suhu menimbulkan pemutihan
karang pada musim panas.
Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang di Kawasan Taman Nasional
Takabonerate
1. Pengeboman Ikan
Penggunaan bahan peledak dalam usaha penangkapan ikan ini banyak dilakukan oleh
masyarakat. Hal ini dilakukan karena kegiatan ini dianggap oleh sebagian masyarakaat
sangat efektif dan tidak tergantung pada musim. Salah satu alasan masyarakat
melakukan kegiatan tersebut adalah karena kegiatan tersebut dapat dilakukan setiap
saat dengan mudahnya dan hasil yang diperoleh relatif besar. Selain itu, waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan ini relatif lebih singkat dibandingkan dengan
kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan peralatan lainnya seperti jaring,
pancing dan sebagainya. Pada umumnya kegiatan pengeboman dilakukan di tempat-
tempat yang ikannya relatif banyak, seperti di taket-taket (patch reef) yaitu suatu
tempat dimana terdapat banyak terumbu karang. Ledakan yang ditimbulkan oleh
pengeboman inilah yang menyebabkan terjadinya kerusakan ekosistem terumbu
karang.
2. Penggunaan Bubu
Kasus pemasangan bubu banyak terjadi Kawasan Indonesai bagian Timur terutama di
P. Ambon dan Pulau-pulau sekitarnya. Di daerah tersebut bubu yang terbuat dari
Bambu, biasanya dipasang di tubir pada tempat-tempat yang diduga sebagai jalur lalu
lintasnya ikan. Pada alat tangkap bubu diikatkan seutas tali ke darat, kemudian bubu
ditarik ke darat pada saat tertentu (2-3 hari setelah dipasang). Peristiwa rusaknya
ekosistem terumbu karang pada aktivitas ini adalah pada saat penarikan bubu ke darat.
Pada saat penarikan tersebut biasanya turut tersarut pula karang-karang hidup. Adapula
bubu yang dipasang, dimana pada bagian atasnya ditutupi oleh patahan karang hidup
(Acropora table), sehingga bubu tidak tampak. Jika ada banyak bubu semacam ini
dipasang, maka dapat dibayangkan betapa besar kerusakan yang diderita karang hidup
3. Penggunaan Pukat Harimau
Penangkapan ikan dengan menggunakan pukat harimau biasanya dilakukan di perairan
kawasan Barat Indonesia. Penggunaan pukat harimau ini juga terjadi di kawasan
terumbu karang Takabonerate oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Penggunaan
pukat harimau merupakan suatu teknik penangkapan ikan yang dilakukan secara
berkelompok (melibatkan 30-35 orang) dengan menggunakan jaring khusus yang
berukuran sangat besar, biasanya menggunakan perahu sebanyak tiga buah.
Menurut Bjordal (2002) saat ini telah banyak paparan terumbu karang dunia yang telah
dirusak memerlukan lebih dari seratus tahun untuk dapat memulihkannya.
4. Jangkar Kapal
Pancing merupakan salah satu alat yang banyak digunakan oleh para nelayan
tradisional untuk menangkap ikan karang. Peralatan pancing sendiri tidak merusak
karang tetapi benturan jangkar perahu yang digunakan pada saat memancing yang
merusak karang. Untuk dapat meningkatkan keramahan alat pancing yang
dioperasikan di perairan terumbu karang, modifikasi yang dilakukan bukan pada
alatnya tetapi metode penangkapan yang digunakan. Di daerah-daerah konservasi
terumbu karang misalnya di Taka Bonerate, Kabupaten Selayar telah dilakukan
pemasangan jangkar permanen dibeberapa tempat untuk dapat digunakan oleh para
nelayan pemancing menambatkan perahunya saat melakukan operasi penangkapan
sehingga para nelayan tidak lagi membuang jangkar di sembarang tempat yang dapat
mengakibatkan kehancuran karang.
5. Penggunaan Cianida
Para pengguna racun Cyanida umumnya bermaksud menangkap ikan karang untuk
dipasarkan dalam keadaan hidup di negara tertentu, sehingga mereka membentuk
jaringan penangkap dan pemasaran secara internasional. Penggunaan cyanida pada
ekosistem terumbu karang dapat menyebabkan terjadinya keputihan karang hingga
akhirnya karang-karang tersebut mati.
6. Penggunaan muro ami (Samba)
Dari sekian banyak alat penangkap ikan, muro ami atau di Selayar dikenal dengan
nama ”samba’” yang secara fisik hampir tidak bersentuhan dengan terumbu karang,
tetapi pada pengoperasiannya, tongkat-tongkat para nelayan yang digunakan untuk
menggiring ikan karang menuju alat ini ternyata dapat menghancurkan terumbu karang
terutama karang bercabang sehingga alat ini dikategorikan sebagai alat yang tidak
ramah lingkungan.
Sumber:
Anonima. 2012. Ekosistem terumbu Karang. Diakses pada maret 2012. http://asc04 unhalu.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Anonimb. 2012. Zonasi dan rantai Makanan Ekosistem terumbu Karang. Diakses pada maret 2012. http://muhammadisal.wordpress.com/2010/06/02/zonasi-dan-rantai-makanan-pada-ekosistem-terumbu-karang-di-kepulauan-togean-sulawesi-tengah/
Anonimb. 2012. Zonasi dan rantai Makanan Ekosistem terumbu Karang. Diakses pada maret 2012. http://www.dephut.go.id/informasi/tamnas/taka_2.html
EVALUASI MATERI I
1. Makhluk hidup dan faktor-faktor abiotik pada suatu lingkungan merupakan satu
kesatuan yang disebut . . .
A. populasi
B. ekosistem
C. komunitas
D. habitat
E. bioma
2. Berkaitan dengan konsep ekosistem, pernyataan berikut ini yang tidak benar adalah
…….
A. ekosistem mencakup komponen biotic dan abiotik
B. ekosistem menerima masukan dan menghasilkan keluaran
C. batasan ekosistem tidak selalu dapat dinyatakan dengan jelas
D. ekosistem mengalirkan energi dan memutuskan materi
E. ekosistem harus merupakan system tertutup
3. Secara umum ada tiga tipe ekosistem yaitu …..
A. ekosistem air, ekosistem darat, dan ekosistem buatan
B. populasi, komunitas, ekosistem
C. herbivora, karnivora, bakteri pengurai
D. biologis, simbiosis, kompetensi
E. komensalisme, mutualisme, interaksi
4. Komponen penyusun ekosistem terdiri atas …..
A. individu dan populasi
B. komunitas dan biosfer
C. abiotik dan biotik
D. simbiosis dan mutualisme
E. suksesi dan predasi
5. Pada suatu ekosistem terdapat komponen abiotik dan biotik. Berikut ini yang bukan
merupakan komponen abiotik adalah …..
A. tingkat keasaman tanah
B. kadar garam suatu perairan
C. Suhu udara
D. sekelompok bakteri
E. air
6. komponen biotik terdiri dari …..
A. microorganisme
B. udara
C. bioma
D. garam – garam mineral
E. energi
7. kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam
keseimbangan merupakan istilah dari …..
A. Ekosistem
B. Homeostatis
C. Organisme
D. Populasi
E. Konsumen
8. Salah satu tindakan manusia yang dapat merusak keseimbangan ekosistem adalah….
A. menangkap ikan dengan peralatan tradisional
B. memancing ikan di laut
C. menjadi anggota lingkungan yang baik
D. dapat menghasilkan keturunan lebih sedikit
E. pengeboman ikan
9. Apakah akibat dari kerusakan karang ….
A. populasi ikan akan bertambah
B. tidak terjadi perubahan apapun
C. Karang yang rusak tidak lagi memiliki kemampuan untuk menjadi tempat
berlindung dan tempat mencari makan bagi hewan-hewan laut lainnya.
D. berkurangnya populasi burung, bertambahnya plankton
E. kemungkinan untuk bermigrasi sedikit
10. Apakah yang akan terjadi jika pengerusakan terumbu karang terus menerus terjadi ….
A. populasi semua organisme yang terlibat terjadi penambahan
B. penurunan populasi bakteri
C. produktivitas ekosositem akan meningkat
D. sumber daya laut benar-benar akan habis
E. tercapainya keseimbangan ekosistem
EVALUASI MATERI II
1. Pada saat apakah ekosistem dikatakan seimbang ?a. Terjadi penurunan dan kenaikan jumlah komponen biotik.b. Komponen biotik berada dalam komposisi yang proporsional antara tingkat
trofik dengan komponen abiotik yang mendukung kehidupan komponen biotik.c. Jika terjadi perubahan atau gangguan.d. Keseimbangan lingkungan terganggu jika terjadi pencemarane. Perubahan komponen biotik dan abiotic
2. Keseimbangan lingkungan dapat menjadi rusak jika ……a. Terjadi perubahan yang melebihi daya dukung dan daya lenting lingkunganb. Kemampuan lingkungan untuk pulih kembali pada keadaan seimbang berkurangc. terjadi penurunan dan kenaikan jumlah komponen biotik ataupun jumlah intensitas
komponen abiotikd. Mendukung kehidupan berbagai mahluk hidup di dalamnyae. Terjadi erubahan yang tidak diinginkan pada lingkungan
3. Komponen penyebab pencemaran disebut …..a. Perusak keseimbangan ekosistem b. Pencemaran c. Polutan d. Pendukung Pencemaran e. Perusak Lingkungan
4. Berikut ini adalah aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang, kecuali …..a. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut.
b. Menangkap ikan dengan menggunakan bubu.
c. Menangkap ikan secara hati-hati dengan menggunakan pukat harimau.
d. Melakukan pengeboman ikan.
e. Melakukan transplantasi karang.
5. Salah satu faktor yang dapat merusak terumbu karang adalah …..
a. Kemampuan ekosistem untuk memelihara dan mengatur diri sendiri.
b. Perpindahan energi kimia dan unsur hara.
c. Penambangan dan pengambilan karang.
d. Kemampuan menyusun bahan organik sendiri.
e. Struktur trofik.
6. Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab seringkali merusak ekosistem terumbu
karang, sehingga ….
a. Populasi ikan tidak lagi memiliki tempat bertelur.
b. Pada akhirnya keseimbangan ekosistem di kawasan terumbu karang menjadi
terganggu.
c. Terjadi eksploitasi sumberdaya ikan karang di kawasan ekosistem terumbukarang.
d. Muncul asumsi bahwa sumberdaya di kawasan terumbu karang tidak akan pernah
habis.
e. Masyarakat pesisir menjadi resah.
7. Proses sedimentasi akan menutupi permukaan karang sehingga karang dapat mati, jika
…..
a. Menimbulkan dampak negatif yang mengganggu kelestariannya.
b. Mereka membentuk jaringan penangkap dan pemasaran secara internasional.
c. Aktivitas wisata bahari seperti penyelam juga memberikan kontribusi terhadap laju
kerusakan.
d. Tidak ada ekosistem mangrove yang efektif menyerap sedimen tanah.
e. Mengeksploitasi sumberdaya hayati.
8. Penggunaan bubu dapat merusak ekosistem terumbukarang karena……
a. Bubu dapat menangkap ikan dalam jumlah yang sangat banyak.
b. Bubu menangkap ikan besar maupun ikan kecil.
c. Bubu yang ditanam menggunakan patahan karang untuk kamuflase, dan
karang hidup dapat turut tersarut ketika bubu ditarik ke darat.
d. Proses penempatan bubu di jalur perjalanan ikan dapat mematikan karang
e. Penggunaan bubu dapat menyebabkan munculnya penyakit bagi karang hidup.
9. Penyakit yang biasanya menyerang karang disebut …..
a. White band disease.
b. Black band disease.
c. Block Diseace.
d. Blank Disease.
e. Band Disease.
10. Sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab ingin menjual ikan-ikan dalam
keadaan hidup ke luar negeri. Mereka menangkap ikan dengan menggunakan suatu
senyawa kimia yang berbahaya bagi kelangsungan hidup karang. Senyawa kimia yang
dimaksud yaitu …..
a. Timbal
b. Chlor
c. Cyanida
d. Belerang
e. Natrium
KUNCI JAWABAN
Materi I
1. B
2. E
3. A
4. C
5. D
6. A
7. B
8. E
9. C
10. D
Materi II
1. B
2. A
3. C
4. E
5. C
6. B
7. D
8. C
9. A
10. C
Lembar Kerja Siswa
Berdasarkan masalah pengrusakan karang (pengeboman ikan, penggunaan cianida, penggunaan bubu, dan penggunaan pukat harimau) yang ditangani oleh masing-masing kelompok, jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Faktor penyebab timbulnya pencemaran lingkungan adalah...
2. Akibat dari tindakan pengrusakan lingkungan tersebut terhadap keseimbangan ekosistem karang adalah... (Jelaskan dampak yang dapat timbul pada berbagai aspek kehidupan!)
3. Langkah penanggulangan yang dapat dilakukan adalah ...
Standar kompetensi: 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar Indikator Materi pelajaran
Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu (Menit)
Sumber/ Bahan Ajar
4.1 mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia
serta pemanfaatan komponen
ekosistem bagi kehidupan.
a. Menjelaskan definisi ekosistem
b. Mendeskripsikan komponen-komponen penyususn ekosistem
c. Mendeskripsikan tipe-tipe ekosistem
Terlampir a. Siswa mengidentifikasi komponen penyusun suatu ekosistem berdasarkan video yang diperlihatkan guru
b. Siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya tentang interaksi antar-komponen ekosistem
c. Siswa mendengarkan penjelasan guru melalu media powerpoint
a. Jenis Tagihan:
Tugas kelompok
Tugas Individu
b. Bentuk Instrumen:
Laporan Hasil Kerja Kelompok
2 x 45’ Sumber:
a. Buku Biologi
b. Video Ekosistem terumbukanag Taman nasional takabonerate
c. Powerpoint
4.2 Menjelaskan d. mengidentifikasi Terlampir a. Mengumpulkan a. Jenis Tagihan: 2 x 45’ Sumber:
SILABUS
keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan
pelestarian lingkungan
faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan
e.Menganalisis keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan
informasi dari berbagai sumber tentang penyebab terjadinya kerusakan karang di kawasan Taman Nasional Takabonerate (TNTB)
b. Menganalisis keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan karang di kawasan TNTB
c. Menganalisis dampak yang akan terjadi jika kerusakan karang terus menerus meningkat
d. Melakukan diskusi untuk mencari solusi dalam mengatasi masalah keseimbangan ekosistem di kawasan TNTB
Tugas kelompok
Tugas Individu
b. Bentuk Instrumen:
Laporan Hasil Kerja Kelompok
a.Buku Biologi
b. Gambar aktivitas manusia yang menyebabkan rusaknya karang