Upload
riana-azna
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................................
1. Tujuan Umum...................................................................................................................
2. Tujuan Khusus..................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................................
1. Konsep teori.............................................................................................................................
A. Pengertian.................................................................................................................................
B. Etiologi.....................................................................................................................................
C. Tanda dan Gejala......................................................................................................................
D. Patofisiologi..............................................................................................................................
e. Fathway....................................................................................................................................
f. Penatalaksanaan........................................................................................................................
g. Komplikasi.............................................................................................................................
2. Asuhan Keperawatan Rheumatoid Atritis..............................................................................
A. Pengkajian...........................................................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun dari jaringan ikat
terutama sinovial dan kausanya multifaktor. Penyakit ini ditemukan pada
semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain
menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki,
pergelangan kaki, dan lutut. Artritis kronik yang terjadi pada anak yang
menyerang satu sendi atau lebih, dikenal ,jengan artritis reumatoid juvenil.
Noers (1,996) mengarakan, artriris rematoid merupakan suatu penyakit
inflamasi sistemik kronik yang walaupun
Manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.
Biasanya artritis reumatoid timbul secara sistemik. Gejala yang
timbul berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul
seringterdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid,
yang merupakan manifestasi ekstra artikuler. Bila penyakit ini terjadi
bukan pada sendi, seperti di bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya
dinamakan rematoid ekstraartikuler. Biasanya terjadi destruksi sendi
progresif, walaupun terjadi masa serangan, sendi tetap dapat mengalami
masa remisi.
Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah
destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan enzim-enzim
hidrolitik lainnya. Enzin-enzim ini memecahkan tulang rawan, ligamen,
tendon, dan tulang pada sendi, sertadilepaskan bersama-sama dengan
radikal oksigen dan metabolit asam arakidonat oleh leukosit
polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses ini diduga adalah bagian
dari satu respons autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara lokal.
Selain itu, destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus reumatoid.
Panus merupakan jaringan granulasi vaskular yang terbentuk dari
sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Sepanjang
pinggir paus didapatkan destruksi kolagen dan proteoglikan melalui
projuksi enzim olehsel-sel di dalam panus tersebut.
Berdasarkan penelitian kalinoglou, et al., (200g), indeks masa tubuh
(bmi), dan lemak tubuh klien artritis reumatoid berhubungan dengan
merokok sigaret. Penurunan masa otot berhubungan dengan perokok berat.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian rheumatoid artritis
2. Untuk mengetahui etiologi reumatoid artritis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala reumatoid artritis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan fathway reumatoid artritis
5. Untuk mengetahu asuhan keperawatan reumatoid artritis
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk
mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya
pada mata kuliah keperawatan Komunitas 4 tentang askep studi kasus
Reumatoid Artritis.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa
mengetahui Pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi dan
fathway, dan asuhan keperawatan reumatoid artritis
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep teori Reumatoid Artritis
A. Anatomi Fisiologi Persendian.
Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan
ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut)
dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang
mungkin dilakukan pada persendian).
Gambar. Sendi
1. Klasifikasi struktural persendian :
a. Persendian fibrosa
b. Persendian kartilago
c. Persendian sinovial.
2. Klasifikasi fungsional persendian :
a. Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati
b. Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan ikat
fibrosa atau kartilago.
c. Amfiartrosis
d. Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya
sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .
e. Diartrosis
f. Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi
ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul
sendi yang menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada
sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.
3. Klasifikasi persendian sinovial :
a. Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih
besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi
bahu.
b. Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh :
persendian pada lutut dan siku.
c. Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis
sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang
radius dan ulna.
d. Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di
sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan
tulang karpal.
e. Sendi pelana : Contoh : ibu jari.
f. Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu
tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.
B. Pengertian Reumatoid Atritis
Reumatoid Artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis
yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya
kerusakan dan proliferasi pada membran sinovial. yang menyebabkan
kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Mekanisme
imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan timbulnya
penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, artritis reumatoid adalah
gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini
adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus
yang diperantarai oleh imunitas.
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang
bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis yang menyerang berbagai
sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit
jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak
diketahui sebabnya. Biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun
episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi. Artritis
reumatoid merupakan inflamasi kronis yang paling sering ditemukan
pada sendi. Insiden puncak antara usia 40-60 tahun, lebiln sering pada
wanita daripada pria dengan perbandingan 3;1. Penyakit ini menyerang
sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar pada lutut,
panggul, serta pergelangan tangan.
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah
suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan
kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi
(Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis
adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis
dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
C. Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid yaitu:
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus,
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik,jenis kelamin atau faktor lingkungan.
Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti
walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.
Penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor
genetik. Namun, berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa
memengaruhi reaksi autoimun.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga karena faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi
mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup
difteroid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan
sendi klien. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma,
virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis.
Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai
oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme,
namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain
biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng
ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ).
FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan
destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik
terhadap penyakit autoimun.
Penyakit ini tidak dapat dibuktikan hubungan pastinya dengan
genetik. Terdapat kaitan dengan tanda genetik seperti HLA-Dw4 dan
HLA-DR5 pada orang kulit putih. Akan tetapi, pada orang Amerika kulit
hitam, Jepang, dan Indian Chippewa hanya ditemukan kaitan dengan
HLA-Dw4. Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah
adanya faktor genetik yang mengarah pada perkembangan penyakit
setelah terjangkit beberapa penyakit virus, seperti infeksi virus Epstein-
Barr
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang
berperan dalam timbulnya penyakit artritis reumatoid adalah jenis
kelamin, keturunan, lingkungan, dan infeksi.
D. Tanda dan Gejala
Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien
artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat
yang bersamaan. oleh karenanya penyakit ini memliki manifestasi klinis
yang sangat bervariasi.
1. Tanda dan gejala setempat.
a. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat
generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan
ini berbeda denrgan kekaluan sendi pada osteoartriris, yang
biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari satu jam.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
c. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat
terserang.
d. Artitis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada
gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik
mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada
radiogram.
e. Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi
sendi metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher
angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang
disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi
mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan
bergerak yang total.
f. Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi
pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku
(bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan
bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium
yaitu:
a. Stadium synovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial
yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri
pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan
kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi
pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap.
Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada
pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis
tulang.
E. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus,
atau penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor reumatoid
(seropositif gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus.
Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang,
akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu
gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot.
e. Fathway
Rentang Gerak Berkurang
Kerusakan sendi Progresif
Terbentuk nodul- nodul
rematoid ekstrasinoviu
Pemecahan Kolagen
Pembentukan Jaringan Parut
Akumulasi Sel Darah Putih
Fagositosis ektensif
Inflamasi Kronis Pada Tendon, Ligamen juga terjadi deruksi jaringan
FR menempati dikapsula sendi
Pelepasan Faktor Reumatoid (FR)
Individu yang mengidap AR membentuk antibodi IgM
Predisposisi Genetik
Penyakit autoimun
Respon IgG awal menghancurkan mikroorganisme
Reaksi autoimun dalam jaringan
sinovial (antibodi IgG)
Menginfeksi sendi secara antigenik
Faktor Pencetus: Bakteri, mikroplasma, atau virus
Edema, poliferasi membrane sinovial
Kekakuan sendi
4. Kurang Pengetahuan
Mengenai penyakit
1. Nyeri Kronis
Nyeri
Nekrosis Sel
Hambatan Aliran Darah
Penurunan elastisitas dan kontraksi otot
Menghilangnya permukaan sendi
Erosi Sendi dan Tulang
Kartilago dirusak
f. Penatalaksanaan
Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk
menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan
kemampuan maksimal dari klien, serta mencegah dan / atau memperbaiki
deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan yang sengaja di
rancang untuk mencapai tujua-tujuan itu meliputi pendidikan, istirahat,
latihan fisik dan termoterapi, gizi, serta obat-obatan.
Pengobatan harus diberikan secara paripurna, karena penyakit sulit
sembuh. oleh karena itu, pengobatan dapat dimulai secara lebih dini.
Klien harus diterangkan mengenai penyakitnya dan diberikan dukungan
psikologis. Nyeri dikurangi atau bahkan dihilangkan, reaksi inflamasi
harus ditekan, fungsi sendi dipertahankan, dan deformitas dicegah
dengan obat anti inflamasi nonsteroid, alat penopang ortopedis, dan
latihan terbimbing pada keadaan akut kadang dibutuhkan pemberian
steroid garau imunosupresan. Sedangkan, pada keadaan kronik
sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada destruksi sendi yang luas.
Bila terdapat destruksi sendi atau deformitas dapat dianjurkan dan
dilakukan tindakan artrodesis atau artroplastik. Sebaiknya pada revalidasi
disediakan bermacam alat bantu untuk menunjang kehidupan sehari-hari
di rumah maupun di tempat kerja.
Langkah pertama dari program penatalaksaan artritis rematoid adalah:
1. Pendidikan Kesehatan. Memberikan pendidikan kesehatan yang
cukup tentang penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa saja
yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan yang
diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi penyakit,
penyebab dan prognosis penyakit, semua komponen program
penatalaksanaan termasuk regimen obat kompleks, sumber-sumber
bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses
pendidikan kesehatan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
Pendidikan dan informasi kesehatan juga dapat diberikan dari
bantuan klub penderita, badan-badan kemasyarakatan, dan dari
orang-orang lain yang juga menderita artritis reumatoid, serta
keluarga mereka.
2. Istirahat, penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa
lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap
hari, tetapi ada masa-masa di mana klien merasa keadaannya lebih
baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat
meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien dapat
mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.
3. Latihan, latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif
dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya dilakukan
sedikitnya dua kali sehari. obat-obat penghilang nyeri mungkin perlu
diberikan sebelum latiham, dan mandi parafin dengan suhu yang
dapat diatur antara suhu panas dan dingin dapat dilakukan. Alat-alat
pembantu dan adaptif mungkin diperlukan untuk melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Latihan yang diberikan sebaiknya
dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah mendapatkan pelatihan
sebelumnya, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja karena latihan
yang berlebihan dapat merusak struktur-struktur penunjang sendi
yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
4. Gizi, Penderita artritis reumatoid tidak memerlukan diet khusus
karena variasi pemberian diet yang ada belum terbukti
kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang
sangat penting. Penyakit ini dapat juga menyerang sendi
temporomandibular, sehingga membuat gerakan mengunyah menjadi
sulit. Sejumlah obat-obat tertentu dapat menyebabkan rasa tidak
enak pada lambung dan mengurangi nutrisi yang diperlukan.
Pengaturan berat badan dan aktivitas klien haruslah seirnbang karena
biasanya klien akan mudah menjadi terlalu gemuk disebabkan
aktivitas klien dengan penyakit ini relatif rendah. Namun, bagian
yang penting dari seluruh program penatalaksanaan adalah
pemberian obat.
5. Obat, Obat-obat dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan, dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Nyeri hampir tidak dapat dipisahkan dari artritis reumatoid, sehingga
ketergantungan terhadap obat harus diusahakin seminimal mungkin.
Obat utama pada artritis reumatoid adalah ( NSAID ) .Obat anti
inflamasi nonsteroid bekerja dengan menghalangi proses produksi
mediator peradangan. Tepatnya menghambat sintesis prostaglandin
atau siklo-oksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak
sistemik endogen, yaitu asam arakidonat menjadi prostaglandin,
prostasiklin, tromboksan, dan radikal-radikal oksigen.
g. Komplikasi.
1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Terjadi splenomegaly
h. Penecegahan
Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri
juga bisa dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres
es. Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi
enzim. Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh
penderita rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat
mengurangi gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan
nyeri rematik, misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau
minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.
Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat
membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh
berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga
ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena
Jalan kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun
tulang yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.
Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu
melindungi terhadap serangan penyakit rematik masa depan:
1. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas
(sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari.
2. Batasi atau menghindari alkohol.
3. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu
produk-lemak.
4. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.
5. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.
6. Menjaga berat badan yang diinginkan.
2. Asuhan Keperawatan Rheumatoid Atritis
A. Konsep asuhan keperawatan keluarga
1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks gengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga
dan individu sebagai anggota keluarga
Tahapan dari proses keperawatan keluaarga meliputi
a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga.
1) Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah:
a) Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural
b) Data lingkungan
c) Struktur dan fungsi keluarga
d) Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga
e) Perkembangan keluarga
2) Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota
keluarga adalah:
a) Fisik
b) Mental
c) Emosi
d) Sosial
e) Spirtual
b. Perumusan diagnosis keperawatan.
c. Penyusun perencanaan
Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan,
identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi
keperawatan.
d. Pelaksanaan asuhan keperawatan
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi
sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah
e. Evaluasi
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan.
2. Tahap-tahap Asuhan Keperawatan
a. Tahap Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang
dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat
menggunakan metode :
1) Wawancara keluarga
2) Observasi fasilitas rumah
3) Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
4) Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear
dan sebagainya.
Hal-hal yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:
a) Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
1) Nama kepala keluarga (KK)
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi Keluarga
6) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah2 yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
7) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan
kesehatan.
8) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg
dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
Selain itu status sosial ekonomi ditentkan pula oleh kebutuhan2
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang2 yg dimiliki oleh
keluarga , siapa yg mengatur keuangan.
10) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi
bersama2unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga ini.
Contoh:
Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama
berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka
keluarga bapak A berada pada tahapan perkembangan keluarga
dengan usia anak sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga, perhatian biasa digunakan
terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta
pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
c) Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank,
jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan
serta denah rumah.
2) Karateristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana
interaksinya dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup
fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota
keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
d) Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota
keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
3) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh
keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
e) Fungsi Keluarga
1) Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana
kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit,
sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.
Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan
5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluaarga melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah:
(a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
(b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang
perlu dikaji adalah:
(1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai
sifat dan luasnya masalah
(2) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga
(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah
yang di alami
(4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari
tindakan penyakit
(5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap
masalah kesehatan
(6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
yang ada
(7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga
kesehatan
(8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah
terhadap tindakan dalam mengatasi masalah
(c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan
penyakitnya (sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan
cara perawatannya)
(1) Sejauh mana keluar mengetahui tentang sifat dan
perkembangan perawatan yang di butuhkan
(2) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
yang di perlukan untuk perawatan
(3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada
dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggungjawab, sumber keuangan/Finansial,
fasilitas fisik, psikososial)
(4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit
(d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga
memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu
dikaji adalah:
(1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga
yang dimiliki
(2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat
pemeliharaan lingkungan
(3) Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene
sanitasi
(4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga
(e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat,
hal yang perlu dikaji adalah:
(1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan
(2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang
dapat di peroleh dari fasilitas kesehatan
(3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap
petugas dan fasilitas kesehatan
(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang
baik terhadap petuga kesehatan
(5) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh
keluarga
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga
adalah:
(a) Berapa juamlah anak
(b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota
keluarga
(c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlsh anggota keluarga
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
(a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan
(b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga.
f) Stress dan Koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
(a) Stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6
bulan
(b) Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga
yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6
bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi /stressor
3) Strategi koping yang di gunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan
4) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di
gunakan bila menghadapi permasalahan
g) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik klinik.
h) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
b. Tahap Diagnosa
a) Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan
yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian
fungsi perawatan keluarga.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:
1) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi
defisit/gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala dari gangguan kesehatan. Sebagai contoh:
(a) Gangguan nutrisi
Kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga
Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan masalah kekurangan
nutrisi.
(b) Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu S) keluarga
Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
( rematik).
(c) Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) Berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran
sebagai suami.
(6) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman
kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan. Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih,
pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang
yang tidak adekuat. Sebagai contoh:
(a) Risiko terjadi konflik pada keluarga Bapak I
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah komunikasi.
(b) Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N)
keluarga Bapak Y berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi
terhadap balita.
(c) Risiko gangguan pergerakkan pada lansia ( Ibu Y)
keluarga Bapak A berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan keterbatasan gerak
2) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk
diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak
menggunakan etiologi. Sebagai contoh:
(a) Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil
(Ibu M) keluarga Bapak K.
(b) Potensial peningkatan status kesejahteraan pada bayi
keluarga Bapak X.
(c) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru
menikah keluarga Bapak I.
3) Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
(menurut Ballon dan Maglaya, 1978).
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat Masalah
Skala:
- Aktual (Tidak/Kurang
sehat)
- Ancaman kesehatan
- Keadaan Sejahtera
3
2
1
1
2. Kemungkinan Masalah
Skala:
- Mudah
- Sebagian
- Tidak dapat
2
1
0
2
3. Potensial Masalah untuk Dicegah
Skala:
- Tinggi
- Cukup
- Rendah
3
2
1
1
4. Menonjolnya Masalah
Skala:
- Masalah berat harus segera
ditangani
- Ada masalah, tapi tidak perlu
ditangani
2
1
0
1
- Masalah tidak dirasakan
Skoring:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.
Skor X Bobot
Angka tertinggi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:
Kriteria 1:
Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat
karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari
dan dirasakan oleh keluarga.
Kriteria 2:
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor2 sebagai berikut:
1. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik,
keuangan dan tenaga.
2. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan
waktu.
3. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan
sokongan masyarakat.
Kriteria 3:
Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah .
2. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah
itu ada.
3. Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat
dalam memperbaiki masalah.
4. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
Kriteria 4:
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai Skor yang tertinggi
yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.
c. Tahap Intervensi/Tahap Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan
berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
d. Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan
perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan
keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a) Memberikan informasi
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara:
a) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan cara:
a) Mendemonstrasikan cara perawatan
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
a) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga
b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungk
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara:
a) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
e. Tahap Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan
penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu
disusun rencana baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam
satu kali kunjungan ke keluarga.
Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan
kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:
S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan
nyerinya berkurang.
O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1
bulan.
A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
tujuan yang terkait dengan diagnosis.
P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari
keluarga pada tahapan evaluasi .
Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan
keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir
BAB III STUDI KASUS
ASKEP KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA
MENDERITA REUMATOID ATRITIS
A. Pengkajian (Tanggal 27 September 2015)
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama KK : Bpk. Mustamin
Umur : 69 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Pelabu Kecamatan Kuripan Lombok Barat
Agama : Islam
2. Komposisi Keluarga
No Nama L/P Umur Hub.Kel Pend
.
Pekerjaan Status Kes
1. Mustamin L 69 Th KK SD Buruh Vertigo
2. Sarwati P 68 Th Istri SD Buruh Sakit Rematik
3. Rispandi L 44 Th Anak SMP Swasta Sehat
4. Hamdani L 40 Th Anak SMP Swasta Sehat
5. Nuraini P 35 Th Anak SMP Swasta Sehat
3. Genogram
Keterangan : : Laki-laki : Meninggal Perempuan
: Perempuan : Tinggal Serumah
: Anggota Keluarga yang sakit
: Meninggal Laki-laki
4. Tipe Keluarga
a. Tipe keluarga : Nuclear Family yang terdiri dari ayah dan ibu
b. Kewarganegaraan /suku bangsa :
Bapak M berasal dari Pelabu, sedangkan Ibu bersal dari Kediri. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Sasak. Penduduk di lingkungan tempat tinggal
umumnya berasal dari Pelabu juga dan masih ada hubungan keluarga.
Namun, ada juga pendatang lain yang mempunyai latar belakang budaya
hampir sama sehingga tidak ada kendala dalam berinteraksi dengan
masyarakat sekitar
c. Agama : Islam, Kedua orangtua rajin beribadah. Bapak M selalu mengikuti
kegiatan pengajian yang ada di mushola dan menjadi anggota suatu
perkumpulan pengajian dimushola tersebut
d. Status social ekonomi keluarga
- Anggota keluarga yang mencari nafkah : Suami
- Penghasilan : Rp. 50.000 ribu/ hari, itupun tak tentu
- Penghasilan didapatkan dari pekerjaan sebagai buruh bangunan dan
itupun hamper sama dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk
mencukupi kehidupannya
- Pada hari sabtu dan minggu, ia membantu cucu nya untuk berjualan kaset
CD di pasar Kediri
e. Aktifitas rekreasi Keluarga
Keluarga tidak pernah melakukan rekreasi ke tempat hiburan. Rekreasi
hanya berkumpul dengan keluarga.Menurut Bapak M dan Ibu S, keluarganya
bila selesai mengurus rumah biasanya mengobrol-ngobrol dan bercerita
dengan tetangga karena hal tersebut dapat membuat mereka merasa senang
dan dapat menghilangkan kebosanan.
5. Riwayat Perkembangan Keluarga
a. Tahapan Perkembangan Keluarga :
- Mensosialisasikan anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya. Hal tersebut sudah
dipenuhi oleh keluarga, yaitu dengan memberi kesempatan anak belajar
bersama teman-temannya.
- Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. Tidak ada
masalah dalam intensitas pertemuan dengan anggota keluarga lain.
- Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. Keluarga
berusaha memenuhi kebutuhan kesehatan anggotanya. Bila ada yang
sakit, biasanya mereka membeli obat di warung/apotik. Bila tidak
sembuh, anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke pelayanan
kesehatan Puskesmas Kuripan atau pergi ke Bidan.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, tinggal memenuhi
kebutuhan perkembangan individu sesuai usianya.
c. Riwayat keluarga inti
Bapak M adalah orang Pelabu, Sedangkan Ibu S adalah orang Kediri. Mereka
bertemu saat sama-sama bekerja Sebagai buruh bangunan di Kediri. Mereka
berpacaran selama satu tahun sebelum akhirnya menikah. Ketiga anak
merupakan anggota keluarga yang direncanakan dan mereka menyayanginya.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Hubungan antara keluarga pihak Bapak M dan Ibu S saat ini baik, Adik Ipar
Suami tinggal sebelah rumah. Tidak ada konflik dalam berhubungan,
sedangkan kedua orang tua Ibu S tinggal di Kediri, mereka sering berkunjung
bila hari libur.
6. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah yang ditempati adalah milik sendiri. Rumah itu berukuran 8 x 12 m
yang terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, satu dapur, satu WC dan
satu ruang keluarga. Lantai rumah tampak bersih, Hal ini terlihat dari tidak
adanya kotoran pada lantai, perabotan rumah tertata dengan rapi. Lantai
rumah terbuat dari semen tanpa keramik. Dinding rumah terbuat dari kayu,
jendela hanya ada pada bagian ruang tamu. Plafon tidak ada sehingga saat
siang hari terasa sangat panas. Kamar tidur tidak ada jendela. Pencahayaan
hanya dari ventilasi dekat ruang tamu. Atap rumah dari seng. Halaman
rumah bersih jika tidak ada hujan. Bila musim hujan, halaman rumah tampak
becek. Kondisi air minum bening, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak
bewarna. Keluarga mempunyai kebiasaan merawat rumah dengan menyapu
setiap hari dan kadang-kadang dipel pada pagi hari.
Keterangan : Posisi ruangan rumah dapat dilihat pada denah rumah
dihalaman ini.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Lingkungan tetangga umumnya berasal pelabu juga dan masih ada hubungan
keluarga. Ada beberapa warga berasal dari jawa sudah cukup lama menetap
di Pelabu dan mempunyai adat dan kebiasaan yang sama. Keluarga sering
terlihat duduk bersama-sama di waktu sore hari. Tempat berbelanja
kebutuhan dapur sekitar 20 m dari rumah. Sekolah , Tempat ibadah, dan
Posyandu tidak jauh dari rumah. Untuk pergi ke Posyandu biasanya mereka
mendapat pengumuman lewat masjid.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
TETANGGA
DAPUR
WC
K. TIDUR
RUANG TAMU
RUANG KELUARGA
JALAN
Keluarga Bapak M sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak
berumah tangga dari tahun 1965 sampai sekarang, tempat tinggalnya
berdampingan dengan saudara yang lainnya.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti kegiatan
masyarakat, dengan keluarga dilingkungan nya seperti pengajian dan yang
lainnya tampak saling berinteraksi dengan baik. Istri Bapak M yang
menderita Rematik juga seorang yang aktif.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Adik Ipar Bapak M tinggal disebelah rumah dan dapat membantu. Keluarga
tidak mempunyai tabungan asuransi, namun sudah terdaftar di JPS. Fasilitas
penunjang kesehatan dari JAMSOSKES
7. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi
masalah, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan
suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami istri dan 3 orang
anak dan saling perhatian
c. Struktur peran keluarga
- Bapak M sebgai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur
rumah tangganya dan sebagai pengambil keputusan
- Ibu S sebagai istri bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
- Rispandi dan Hamdani sebagai anak pertama dan kedua telah menikah
dan bekerja sebagai pedagang di pasar kuripan dan nuraini anak ke 3
juga telah menikah.
d. Nilai dan Norma Keluarga
Fungsi nilai budaya yang dianut keluarga adalah saling menghormati antara
anggota keluarga satu dengan lainnya dan menghormati yang lebih tua. Hal
ini terlihat pada cucu yang setiap perawat berkunjung ke rumahnya selalu
menyalami. Nilai yang ada di keluarga merupakan gambaran nilai agama
yang dianutnya (Islam), tidak terlihat adanya konflik dalam nilai, dan tidak
ada yang memengaruhi status kesehatan keluarga dalam menggunakan nilai
yang di yakini oleh keluarga.
8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi Sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku social yang baik.
Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang
ada di masyarakat.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit
rematik hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak
masalah kesehatan akibat penyakit rematik. Keluarga juga tidak tahu bahwa
penyakitnya bisa kambuh lagi dan harus mendapat pengobatan jangka
panjang lagi. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga
terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang
terjadi pada penyakit rematik. Keluarga tidak mengetahui langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mencegah penularan dan menangani
penyakitnya.
d. Fungsi Reproduksi
Bapak M berusia 69 Tahun dan Ibu S 68 Tahun merupakan usia yang tidak
lagi produktif.
e. Fungsi ekonomi
Bapak M bekerja buruh dan membantu cucu nya berjualan Kaset pada hari
sabtu dan minggu disela-sela hari liburnya dan Ibu S sendiri bekerja sebagai
Ibu Rumah Tangga
9. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor yang dimiliki
Stressor yang dimiliki oelh keluarga Bpak M adalah Penyakit Rematik yang
diderita oleh Istrinya
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita oleh
istrinya karena sudah berobat ke Puskesmas dan pasrah kepada Tuhan
terhadap situasi sakitnya
c. Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi masalahnya biasanya keluarga berdiskusi
d. Strategi adaptasi disfungsional
Ibu S sejak timbul penyakit rematik dan didiagnosis Puskesmas Merdeka
merasakan penyakitnya tidak sembuh-sembuh
10. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum Ibu S Nampak masih kuat, tetapi daya keseimbangannya
kurang, makan dan minum masih dalam batas normal
Tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : 36,5 ºC
TB : 155 cm dan BB : 59 Kg
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
- Kepala dan Leher
Pada pemeriksaan kepala, tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala
normal
- Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena Jugularis dan
Arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (Struma)
- Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih
baik
- Telinga
Pendengaran berkurang
- Hidung
Tidak ada kelainan yang ditemukan
- Mulut
Tidak ada kelainan
- Dada
Pergerakan dada terlihat simetris
- Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak ditemukan adanya pembesaran hepar,
tidak kembung, pergerakan peristaltic usus baik, tidak ada bekas luka
operasi
- Ekstremitas
Pada Ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat udema, ekstremitas pada
kaki sedkit terganggu akibat penyakitnya dan sedkit sulit digerakkan.
11. Harapan Keluarga
Keluarga Bapak M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya dan tidak menular
kepada keluarganya sehingga dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan
nyaman.
B. Analisa Data
No DATA ETIOLOGI MASALAH1. Data Subyektif
1. Bapak M mengatakan Ibu S sudah lama mengalami asam urat dan dikatakan menderita Rematik setelah berobat ke Puskesmas kuripan
2. Ibu S mengatakan orang tua (Bapak) pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
Data Objektif1. Usia 68 Tahun2. Berdasarkan hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkanTD : 120/80 mmHgRespirasi : 20 x/mntSuhu : 36,5 ºCTB : 155 cm dan BB : 59 KgEktremitas bawah : terbatas pergerakannya
3. Ruangan rumah dan kamar tidur gelap dan bertingkat (panggung)
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit rematik
Resiko terjadinya trauma
2. Data Subyektif1. Bapak M mengatakan Ibu S
sudah lama mengalami asam urat dan berobat ke Puskesmas kuripan dinyatakan menderita Rematik sejak tanggal 25 Desember 2011
2. Keluarga memilih ke Puskesmas karena dipikir obatnya murah dan tidak mahal dibanding dengan obat di RS serta Biaya pengobatan yang terlalu besar.
3. Selain dibawa ke Puskesmas, Ibu S juga diobati dengan cara
Kurang pengetahuan tentang perawatan rematik
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit
diurut oleh dukun pijat.
Data Obyektif1. Usia 68 Tahun2. Pendidikan Bapak dan Ibu SD3. Saat ini keluarga berobat di
Puskesmas
C. Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadinya traumaberhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pencegahan penyakit rematik
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga
yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan rematik
Skoring Prioritas Masalah
1. Resiko terjadinya traumaberhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pencegahan penyakit rematik
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. a. Sifat Masalah :
Ancaman
Kesehatan
b. Kemungkinan
masalah dapat
diubah : Hanya
sebagian
c. Potensial
masalah untuk
dicegah : Cukup
2
1
3
2
1
2
1
1
2/3x1 = 2/3
1/2x2 = 1
3/3x1 = 1
2/2x1 = 1
Keluarga tidak tahu
penyakitnya mudah
mengakibatkan
resiko trauma
Kondisi klien pada
usia tersebut
mempengaruhi
penyerapan
informasi
Keluarga mau diajak
kerjasama
d. Menonjolnya
masalah :
Masalah berat,
harus segera
ditangani
Total 3 2/3
(Kooperatif)
Bila tidak segera
ditangani
memungkinkan
penyembuhan lama
dan terjadi resiko
trauma kepada
anggota keluarga
tersebut
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga
yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan rematik
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. a. Sifat Masalah :
Ancaman
Kesehatan
b. Kemungkinan
masalah dapat
diubah : Hanya
sebagian
c. Potensial
masalah untuk
dicegah : Cukup
d. Menonjolnya
2
1
3
0
1
2
1
1
2/3x1 = 2/3
1/2x2 = 1
3/3x1 = 1
0/2x1 = 1
Rematik adalah
penyakit yang terjadi
akibat penurunan
kondisi tubuh dan
dipengaruhi oleh
factor umur
Klien tidak tahu
kalau penyakitnya
dapat menyebabkan
resiko trauma
Penderita kooperatif
dalam penyuluhan
dan penatalaksanaan
masalah :
Masalah berat,
harus segera
ditangani
Total 2 2/3
Keluarga tidak tahu
penyakit rematik nya
perlu pengobatan
rutin dan lama.
Keluarga merasa
perlu berobat ke
dokter yang lebih
manjur
Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan pada
Keluarga Bapak Mustamin adalah sebagai berikut :
1. Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang pencegahan penyakit rematik
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga
yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan rematik
D. Rencana, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga
No Dx
Tujuan Kriteria Evaluasi
IntervensiUmum Khusus Kriteria Standar
1. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengenal dan mampu mencegah terjadinya resiko trauma pada penyakit rematik pada anggota
Klien mampu :1. Dapat
menjelaskan akibat penyakit rematik terhadap kondisi pasien sendiri dan keluarganya
2. Dapat menyebutkan sumber yang dapat menyebabka
Verbal 1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan akibat penyakit rematik
2. Klien dan keluarga dapat menyebutka sumber penyebab penyakit rematik
3. Klien dan keluarga dapat menyebutkan upaya untuk
1. Kaji pengetahuan keluarga
2. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada Ibu Sar utnuk menghindari resiko trauma
3. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat penyakit
keluarganya
n penyakit rematik
3. Dapat menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya trauma
mencegah terjadinya trauma
rematik terhadap diri sendiri
4. Diskusikan alterrnatif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya trauma
5. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan dengan keluarga
6. Berika pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung upaya pencegahan.
2. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mampu mengambil keputusan untuk berobat secara teratur dan benar
Keluarga mampu :1. Menyebutka
n pengertian rematik
2. Menybutkan tanda dan gejala rematik
3. Menyebutkan factor resiko yang menybabkan rematik
4. Menyebutkan pengobatan dan perawatan rematik
Verbal pengetahuan
1. Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala penyakit Rematik
2. Keluarga dapat mengidentifikasi cara pengobatan dan perawatan
3. Keluarga dapat memutuskan tindakan yang harus dilakukan bila obat habis
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit rematik, penyebab, gejala dan cara penanganannya
2. Berikan penyuluhan keluarga cara mengidentifikasi serangan ulang
3. Anjurkan berobat kembali ke Puskesmas/RS setelah
5. Mampu mengambil keputusan dalam pengobatan
mendapatkan serangan berulang
4. Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjutnya dalam pengobatan
5. Berikan pujian terhadap kemampuan ide/sikap yang positif yang diungkapkan keluarga dalam menyikapi kekambuhan penyakitnya.
No Dx
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Implementasi Evaluasi
1. Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit rematik
29 September
2015
Memberi penyuluhan pencegahan terjadinya trauma
1. Struktura. Keluarga Bapak
Mustamin dapat bekerjasama dengan mahasiswa
b. Keluarga khususnya klien Ibu Sar mengerti maksud dan tujuan kunjungan hari ini
2. Prosesa. Keluarga dapat
terlihat aktif dalam diskusi
b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang
dapat dilakukanc. Keluarga
memberikan respon verbal dan non verbal yang baik
d. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung
3. Hasila. Keluarga dapat
menjelaskan akibat rematik bagi diri sendiri dan keluarga lainnya
b. Menyebutkan bagian tubuh yang rawan terjadi rematik
c. Menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya trauma
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan rematik
29 September
2015
Penyuluhan tentang :1. Pengertian
rematik2. Penyebab
Rematik3. Tanda dan gejala
rematik4. Penatalaksanaan
rematik
1. Struktura. Keluarga Bapak
Mustamin dapat bekerjasama dengan mahasiswa
b. Keluarga khususnya klien Ibu Sar menegrti maksud dan tujuan kunjungan hari ini
2. Prosesa. Keluarga dapat
terlihat aktif dalam diskusi
b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang dpat dilakukan
c. Keluarga dapat
memberikan respon verbal dan non verbal yang baik
d. Keluarga kooperatif selam kegiatan berlangsung
e. Keluarga bersedia konsul ke Puskesmas ataupun RS
3. Hasila. Keluarga dapat
menyebutkan pengertian rematik
b. Menyebutkan tanda dan gejala rematik
c. Menyebutkan factor resiko yang menyebabkan rematik
d. Menyebutkan akibat rematik bila tidak dirawat
e. Klien telah berobat dan mendapat obat rematik
Daftar Pustaka
Mubarok, I, dkk, 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto