72
DAFTAR ISI DAFTAR ISI..................................................... BAB 1 PENDAHULUAN.............................................. A. Latar Belakang............................................. B. Rumusan Masalah............................................ C. Tujuan..................................................... 1. Tujuan Umum.............................................. 2. Tujuan Khusus............................................ BAB II TINJAUAN TEORI.......................................... 1. Konsep teori................................................ A. Pengertian.................................................. B. Etiologi.................................................... C. Tanda dan Gejala............................................ D. Patofisiologi............................................... e. Fathway..................................................... f. Penatalaksanaan............................................. g. Komplikasi................................................. 2. Asuhan Keperawatan Rheumatoid Atritis...................... A. Pengkajian................................................ BAB III PENUTUP............................................... A. Kesimpulan................................................

DAFTAR IS2

Embed Size (px)

Citation preview

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................

C. Tujuan...................................................................................................................................

1. Tujuan Umum...................................................................................................................

2. Tujuan Khusus..................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................................................

1. Konsep teori.............................................................................................................................

A. Pengertian.................................................................................................................................

B. Etiologi.....................................................................................................................................

C. Tanda dan Gejala......................................................................................................................

D. Patofisiologi..............................................................................................................................

e. Fathway....................................................................................................................................

f. Penatalaksanaan........................................................................................................................

g. Komplikasi.............................................................................................................................

2. Asuhan Keperawatan Rheumatoid Atritis..............................................................................

A. Pengkajian...........................................................................................................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................................................

B. Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun dari jaringan ikat

terutama sinovial dan kausanya multifaktor. Penyakit ini ditemukan pada

semua sendi dan sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain

menyerang sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki,

pergelangan kaki, dan lutut. Artritis kronik yang terjadi pada anak yang

menyerang satu sendi atau lebih, dikenal ,jengan artritis reumatoid juvenil.

Noers (1,996) mengarakan, artriris rematoid merupakan suatu penyakit

inflamasi sistemik kronik yang walaupun

Manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi

penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.

Biasanya artritis reumatoid timbul secara sistemik. Gejala yang

timbul berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul

seringterdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis reumatoid,

yang merupakan manifestasi ekstra artikuler. Bila penyakit ini terjadi

bukan pada sendi, seperti di bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya

dinamakan rematoid ekstraartikuler. Biasanya terjadi destruksi sendi

progresif, walaupun terjadi masa serangan, sendi tetap dapat mengalami

masa remisi.

Destruksi jaringan sendi terjadi melalui dua cara. Pertama adalah

destruksi pencernaan oleh produksi protease, kolagenase, dan enzim-enzim

hidrolitik lainnya. Enzin-enzim ini memecahkan tulang rawan, ligamen,

tendon, dan tulang pada sendi, sertadilepaskan bersama-sama dengan

radikal oksigen dan metabolit asam arakidonat oleh leukosit

polimorfonuklear dalam cairan sinovial. Proses ini diduga adalah bagian

dari satu respons autoimun terhadap antigen yang diproduksi secara lokal.

Selain itu, destruksi jaringan juga terjadi melalui kerja panus reumatoid.

Panus merupakan jaringan granulasi vaskular yang terbentuk dari

sinovium yang meradang dan kemudian meluas ke sendi. Sepanjang

pinggir paus didapatkan destruksi kolagen dan proteoglikan melalui

projuksi enzim olehsel-sel di dalam panus tersebut.

Berdasarkan penelitian kalinoglou, et al., (200g), indeks masa tubuh

(bmi), dan lemak tubuh klien artritis reumatoid berhubungan dengan

merokok sigaret. Penurunan masa otot berhubungan dengan perokok berat.

B. Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian rheumatoid artritis

2. Untuk mengetahui etiologi reumatoid artritis

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala reumatoid artritis

4. Untuk mengetahui patofisiologi dan fathway reumatoid artritis

5. Untuk mengetahu asuhan keperawatan reumatoid artritis

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk

mendukung kegiatan belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya

pada mata kuliah keperawatan Komunitas 4 tentang askep studi kasus

Reumatoid Artritis.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa

mengetahui Pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi dan

fathway, dan asuhan keperawatan reumatoid artritis

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Konsep teori Reumatoid Artritis

A. Anatomi Fisiologi Persendian.

Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan

ada tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi

dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian tersebut)

dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang

mungkin dilakukan pada persendian).

Gambar. Sendi

1. Klasifikasi struktural persendian :

a. Persendian fibrosa

b. Persendian kartilago

c. Persendian sinovial.

2. Klasifikasi fungsional persendian :

a. Sendi Sinartrosis atau Sendi Mati

b. Secara struktural, persendian di dibungkus dengan jaringan ikat

fibrosa atau kartilago.

c. Amfiartrosis

d. Sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya

sedikit gerakan sebagai respon terhadap torsi dan kompresi .

e. Diartrosis

f. Sendi ini dapat bergerak bebas,disebut juga sendi sinovial.Sendi

ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial,suatu kapsul

sendi yang menyambung kedua tulang, dan ujung tilang pada

sendi sinovial dilapisi kartilago artikular.

3. Klasifikasi persendian sinovial :

a. Sendi fenoidal : memungkinkan rentang gerak yang lebih

besar,menuju ke tiga arah. Contoh : sendi panggul dan sendi

bahu.

b. Sendi engsel : memungkinkan gerakan ke satu arah saja. Contoh :

persendian pada lutut dan siku.

c. Sendi kisar : memungkinkan terjadinya rotasi di sekitar aksis

sentral.Contoh : persendian antara bagian kepala proximal tulang

radius dan ulna.

d. Persendian kondiloid : memungkinkan gerakan ke dua arah di

sudut kanan setiap tulang. Contoh : sendi antara tulang radius dan

tulang karpal.

e. Sendi pelana : Contoh : ibu jari.

f. Sendi peluru : memungkinkan gerakan meluncur antara satu

tulang dengan tulang lainnya. Contoh : persendian intervertebra.

B. Pengertian Reumatoid Atritis

Reumatoid Artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis

yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya

kerusakan dan proliferasi pada membran sinovial. yang menyebabkan

kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Mekanisme

imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan timbulnya

penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, artritis reumatoid adalah

gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini

adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus

yang diperantarai oleh imunitas.

Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang

bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis yang menyerang berbagai

sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit

jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak

diketahui sebabnya. Biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun

episode peradangan sendi dapat mengalami masa remisi. Artritis

reumatoid merupakan inflamasi kronis yang paling sering ditemukan

pada sendi. Insiden puncak antara usia 40-60 tahun, lebiln sering pada

wanita daripada pria dengan perbandingan 3;1. Penyakit ini menyerang

sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar pada lutut,

panggul, serta pergelangan tangan.

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang

berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah,

arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah

suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan

kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan

seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi

(Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, rheumatoid arthritis

adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis

dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi

diartroidial.

C. Etiologi

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Beberapa teori yang

dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid yaitu:

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus,

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolik

5. Faktor genetik,jenis kelamin atau faktor lingkungan.

Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti

walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap.

Penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor

genetik. Namun, berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa

memengaruhi reaksi autoimun.

Pada saat ini, artritis reumatoid diduga karena faktor autoimun dan

infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi

mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup

difteroid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan

sendi klien. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma,

virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis.

Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperatarai

oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme,

namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain

biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng

ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ).

FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan

destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik

terhadap penyakit autoimun.

Penyakit ini tidak dapat dibuktikan hubungan pastinya dengan

genetik. Terdapat kaitan dengan tanda genetik seperti HLA-Dw4 dan

HLA-DR5 pada orang kulit putih. Akan tetapi, pada orang Amerika kulit

hitam, Jepang, dan Indian Chippewa hanya ditemukan kaitan dengan

HLA-Dw4. Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah

adanya faktor genetik yang mengarah pada perkembangan penyakit

setelah terjangkit beberapa penyakit virus, seperti infeksi virus Epstein-

Barr

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang

berperan dalam timbulnya penyakit artritis reumatoid adalah jenis

kelamin, keturunan, lingkungan, dan infeksi.

D. Tanda dan Gejala

Ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien

artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat

yang bersamaan. oleh karenanya penyakit ini memliki manifestasi klinis

yang sangat bervariasi.

1. Tanda dan gejala setempat.

a. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat

generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan

ini berbeda denrgan kekaluan sendi pada osteoartriris, yang

biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu

kurang dari satu jam.

b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.

c. Poliartritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-

sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi

interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat

terserang.

d. Artitis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada

gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik

mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada

radiogram.

e. Deformitas → pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi

sendi metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher

angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang

disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi

mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan

bergerak yang total.

f. Rematoid nodul → merupakan massa subkutan yang terjadi

pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku

(bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan

bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.

2. Tanda dan gejala sistemik

Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia.

Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium

yaitu:

a. Stadium synovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial

yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri

pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan

kekakuan.

b. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial

terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya

kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi

pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.

c. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang

kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap.

Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada

pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis

tulang.

E. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,

kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang

berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular

kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus,

atau penutup yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang sub

chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan

gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan

sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara

permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).

Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi

lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.

Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya artritis reumatoid berbeda dari tiap orang. Ditandai

dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada

orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak

terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor reumatoid

(seropositif gangguan reumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang

progresif.

Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada

jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam

sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi

edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus.

Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang,

akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu

gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami

perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan

kontraksi otot.

e. Fathway

Rentang Gerak Berkurang

Kerusakan sendi Progresif

Terbentuk nodul- nodul

rematoid ekstrasinoviu

Pemecahan Kolagen

Pembentukan Jaringan Parut

Akumulasi Sel Darah Putih

Fagositosis ektensif

Inflamasi Kronis Pada Tendon, Ligamen juga terjadi deruksi jaringan

FR menempati dikapsula sendi

Pelepasan Faktor Reumatoid (FR)

Individu yang mengidap AR membentuk antibodi IgM

Predisposisi Genetik

Penyakit autoimun

Respon IgG awal menghancurkan mikroorganisme

Reaksi autoimun dalam jaringan

sinovial (antibodi IgG)

Menginfeksi sendi secara antigenik

Faktor Pencetus: Bakteri, mikroplasma, atau virus

Edema, poliferasi membrane sinovial

Kekakuan sendi

4. Kurang Pengetahuan

Mengenai penyakit

1. Nyeri Kronis

Nyeri

Nekrosis Sel

Hambatan Aliran Darah

Penurunan elastisitas dan kontraksi otot

Menghilangnya permukaan sendi

Erosi Sendi dan Tulang

Kartilago dirusak

f. Penatalaksanaan

Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk

menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan

kemampuan maksimal dari klien, serta mencegah dan / atau memperbaiki

deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan yang sengaja di

rancang untuk mencapai tujua-tujuan itu meliputi pendidikan, istirahat,

latihan fisik dan termoterapi, gizi, serta obat-obatan.

Pengobatan harus diberikan secara paripurna, karena penyakit sulit

sembuh. oleh karena itu, pengobatan dapat dimulai secara lebih dini.

Klien harus diterangkan mengenai penyakitnya dan diberikan dukungan

psikologis. Nyeri dikurangi atau bahkan dihilangkan, reaksi inflamasi

harus ditekan, fungsi sendi dipertahankan, dan deformitas dicegah

dengan obat anti inflamasi nonsteroid, alat penopang ortopedis, dan

latihan terbimbing pada keadaan akut kadang dibutuhkan pemberian

steroid garau imunosupresan. Sedangkan, pada keadaan kronik

sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada destruksi sendi yang luas.

Bila terdapat destruksi sendi atau deformitas dapat dianjurkan dan

dilakukan tindakan artrodesis atau artroplastik. Sebaiknya pada revalidasi

disediakan bermacam alat bantu untuk menunjang kehidupan sehari-hari

di rumah maupun di tempat kerja.

Langkah pertama dari program penatalaksaan artritis rematoid adalah:

1. Pendidikan Kesehatan. Memberikan pendidikan kesehatan yang

cukup tentang penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa saja

yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan yang

diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi penyakit,

penyebab dan prognosis penyakit, semua komponen program

penatalaksanaan termasuk regimen obat kompleks, sumber-sumber

bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metode-metode yang efektif

tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses

pendidikan kesehatan ini harus dilakukan secara terus-menerus.

Pendidikan dan informasi kesehatan juga dapat diberikan dari

bantuan klub penderita, badan-badan kemasyarakatan, dan dari

orang-orang lain yang juga menderita artritis reumatoid, serta

keluarga mereka.

2. Istirahat, penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa

lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat timbul setiap

hari, tetapi ada masa-masa di mana klien merasa keadaannya lebih

baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat

meningkat apabila beristirahat. Hal ini memungkinkan klien dapat

mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.

3. Latihan, latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam

mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif

dan pasif pada semua sendi yang sakit, dan sebaiknya dilakukan

sedikitnya dua kali sehari. obat-obat penghilang nyeri mungkin perlu

diberikan sebelum latiham, dan mandi parafin dengan suhu yang

dapat diatur antara suhu panas dan dingin dapat dilakukan. Alat-alat

pembantu dan adaptif mungkin diperlukan untuk melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari. Latihan yang diberikan sebaiknya

dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah mendapatkan pelatihan

sebelumnya, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja karena latihan

yang berlebihan dapat merusak struktur-struktur penunjang sendi

yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.

4. Gizi, Penderita artritis reumatoid tidak memerlukan diet khusus

karena variasi pemberian diet yang ada belum terbukti

kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang

sangat penting. Penyakit ini dapat juga menyerang sendi

temporomandibular, sehingga membuat gerakan mengunyah menjadi

sulit. Sejumlah obat-obat tertentu dapat menyebabkan rasa tidak

enak pada lambung dan mengurangi nutrisi yang diperlukan.

Pengaturan berat badan dan aktivitas klien haruslah seirnbang karena

biasanya klien akan mudah menjadi terlalu gemuk disebabkan

aktivitas klien dengan penyakit ini relatif rendah. Namun, bagian

yang penting dari seluruh program penatalaksanaan adalah

pemberian obat.

5. Obat, Obat-obat dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan

peradangan, dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.

Nyeri hampir tidak dapat dipisahkan dari artritis reumatoid, sehingga

ketergantungan terhadap obat harus diusahakin seminimal mungkin.

Obat utama pada artritis reumatoid adalah ( NSAID ) .Obat anti

inflamasi nonsteroid bekerja dengan menghalangi proses produksi

mediator peradangan. Tepatnya menghambat sintesis prostaglandin

atau siklo-oksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak

sistemik endogen, yaitu asam arakidonat menjadi prostaglandin,

prostasiklin, tromboksan, dan radikal-radikal oksigen.

g. Komplikasi.

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya

proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

4. Terjadi splenomegaly

h. Penecegahan

Selain dengan menggunakan obat-obatan, untuk mengurangi nyeri

juga bisa dilakukan tanpa obat , misalnya dengan menggunakan kompres

es. Kompres es bias menurunkan ambang nyeri dan menggurangi fungsi

enzim. Kemudian banyak jenis sayuran yang dapat di konsumsi oleh

penderita rematik, misalnya jus seledri, kubis dan wortel yang dapat

mengurangi gejala rematik. Beberapa jenis herbal juga dapat melawan

nyeri rematik, misalnya jahe, kunyit, biji seledri, daun lidah buaya atau

minyak juniper yang bisa menghilangkan bengkak pada sendi.

Menjaga berat badan ideal juga perlu. Kelebihan berat badan dapat

membebani sendi di bagian ekstermitas bawah. Selain itu bobot tubuh

berlebih dapat memperbesar resiko terkena penyakit rematik. Olahraga

ringan seperti jalan kaki bermanfaat bagi penderita rematik. Ini karena

Jalan kaki dapat membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun

tulang yang kuat tanpa menggangu persendian yang sakit.

Selama periode bebas gejala, ini pedoman diet dapat membantu

melindungi terhadap serangan penyakit rematik masa depan:

1. Jaga asupan cairan tubuh anda tinggi. Sekitar 8 sampai 16 gelas

(sekitar 2 sampai 4 liter) air setiap hari.

2. Batasi atau menghindari alkohol.

3. Makan diet seimbang. Makanan sehari-hari Anda harus menekankan

buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan bebas atau rendah lemak susu

produk-lemak.

4. Dapatkan protein dari lemak susu produk-rendah.

5. Batasi konsumsi daging, ikan dan unggas.

6. Menjaga berat badan yang diinginkan.

2. Asuhan Keperawatan Rheumatoid Atritis

A. Konsep asuhan keperawatan keluarga

1. Pengertian

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks gengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga

dan individu sebagai anggota keluarga

Tahapan dari proses keperawatan keluaarga meliputi

a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga.

1) Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah:

a) Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural

b) Data lingkungan

c) Struktur dan fungsi keluarga

d) Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga

e) Perkembangan keluarga

2) Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota

keluarga adalah:

a) Fisik

b) Mental

c) Emosi

d) Sosial

e) Spirtual

b. Perumusan diagnosis keperawatan.

c. Penyusun perencanaan

Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan,

identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi

keperawatan.

d. Pelaksanaan asuhan keperawatan

Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi

sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah

e. Evaluasi

Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap

kegiatan yang sudah dilaksanakan.

2. Tahap-tahap Asuhan Keperawatan

a. Tahap Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil

data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang

dibinanya. Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat

menggunakan metode :

1) Wawancara keluarga

2) Observasi fasilitas rumah

3) Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)

4) Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear

dan sebagainya.

Hal-hal yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:

a) Data Umum

Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:

1) Nama kepala keluarga (KK)

2) Alamat dan telepon

3) Pekerjaan kepala keluarga

4) Pendidikan kepala keluarga

5) Komposisi Keluarga

6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau

masalah2 yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

7) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta

mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan

kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg

dapat mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik

dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Selain  itu status sosial ekonomi ditentkan pula oleh kebutuhan2

yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang2 yg dimiliki oleh

keluarga , siapa yg mengatur keuangan.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi

bersama2unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun

dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga

merupakan aktivitas rekreasi.

b) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua

dari keluarga ini.

Contoh:

Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama

berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka

keluarga bapak A berada pada tahapan perkembangan keluarga

dengan usia anak sekolah.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum

terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas

perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,

yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan

masing-masing anggota keluarga, perhatian biasa digunakan

terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber

pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta

pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

c) Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,

tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan

ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank,

jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan

serta denah rumah.

2) Karateristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan

komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,

aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang

mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana

interaksinya dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup

fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari anggota

keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat

setempat.

d) Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota

keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik

secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh

keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.

e) Fungsi Keluarga

1) Fungsi efektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga,

perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan

keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana

kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,

norma, budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit,

sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit.

Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan

5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal

masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

terdapat di lingkungan setempat.

Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluaarga melakukan

pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah:

(a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, yang perlu dikaji  adalah sejauhmana keluarga

mengetahui mengenai fakta2 dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan

mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap

masalah.

(b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil

keputusan mengenai tindakan kesehatan yg tepat, hal yang

perlu dikaji adalah:

(1) Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai

sifat dan luasnya masalah

(2) Apakah masalah kesehatan di rasakan oleh keluarga

(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah

yang di alami

(4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari

tindakan penyakit

(5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap

masalah kesehatan

(6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan

yang ada

(7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga

kesehatan

(8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah

terhadap tindakan dalam mengatasi masalah

(c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan

penyakitnya (sifat,penyebaran,komplikasi,prognosa dan

cara perawatannya)

(1) Sejauh mana keluar mengetahui tentang  sifat dan

perkembangan perawatan yang di butuhkan

(2) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

yang di perlukan untuk perawatan

(3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 yang ada

dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggungjawab, sumber keuangan/Finansial,

fasilitas fisik, psikososial)

(4) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit

(d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga

memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu

dikaji adalah:

(1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber2 keluarga

yang dimiliki

(2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan /manfaat

pemeliharaan lingkungan

(3) Sejauh mana keluarga mengetahui Pentingnya higiene

sanitasi

(4) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga

(e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat,

hal yang perlu dikaji adalah:

(1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas

kesehatan

(2) Sejauh mana keluarga memahami keuntungan2 yang

dapat di peroleh dari fasilitas kesehatan

(3) Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap

petugas dan fasilitas kesehatan

(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yg kurang

baik terhadap petuga kesehatan

(5) Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh

keluarga

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga

adalah:

(a) Berapa juamlah anak

(b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota

keluarga

(c) Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlsh anggota keluarga

5) Fungsi Ekonomi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:

(a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,

pangan dan papan

(b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan

keluarga.

f) Stress dan Koping keluarga

1) Stresor jangka pendek dan panjang

(a) Stresor janka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6

bulan

(b) Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga

yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6

bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon

terhadap situasi /stressor

3) Strategi koping yang di gunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan

4) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di

gunakan bila menghadapi permasalahan

g) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode

yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan

pemeriksaan fisik klinik.

h) Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga

terhadap petugas kesehatan yang ada.

b. Tahap Diagnosa

a) Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan

yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian

fungsi perawatan keluarga.

Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:

1) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi

defisit/gangguan kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan

gejala dari gangguan kesehatan. Sebagai contoh:

(a) Gangguan nutrisi

Kurang dari kebutuhan pada balita (Anak N), keluarga

Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga dengan masalah kekurangan

nutrisi.

(b) Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (Ibu S) keluarga

Bapak Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak

( rematik).

(c) Perubahan peran dalam keluarga (Bapak A) Berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran

sebagai suami.

(6) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman

kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi

gangguan. Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih,

pola makan yang tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang

yang tidak adekuat. Sebagai contoh:

(a) Risiko terjadi konflik pada keluarga Bapak I

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah komunikasi.

(b) Risiko gangguan perkembangan pada balita (Anak N)

keluarga Bapak Y berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga melakukan stimulasi

terhadap balita.

(c) Risiko gangguan pergerakkan pada lansia ( Ibu Y)

keluarga Bapak A berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan keterbatasan gerak

2) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera

sehingga kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk

diagnosa keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak

menggunakan etiologi. Sebagai contoh:

(a) Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil

(Ibu M) keluarga Bapak K.

(b) Potensial peningkatan status kesejahteraan pada bayi

keluarga Bapak X.

(c) Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru

menikah keluarga Bapak I.

3) Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

(menurut Ballon dan Maglaya, 1978).

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat Masalah

         Skala:

-          Aktual (Tidak/Kurang

sehat)

-          Ancaman kesehatan

-          Keadaan Sejahtera

3

2

1

1

2. Kemungkinan Masalah

         Skala:

-          Mudah

-          Sebagian

-          Tidak dapat

2

1

0

2

3. Potensial Masalah untuk Dicegah

         Skala:

-          Tinggi

-          Cukup

-          Rendah

3

2

1

1

4. Menonjolnya Masalah

         Skala:

- Masalah berat harus segera

ditangani

-   Ada masalah, tapi tidak perlu

ditangani

2

1

0

1

-  Masalah tidak dirasakan

Skoring:

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.

2. Skore dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.

    Skor X Bobot

Angka tertinggi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:

Kriteria 1:

Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat

karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari

dan dirasakan oleh keluarga.

Kriteria 2:

Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan

terjangkaunya faktor2 sebagai berikut:

1. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah.Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik,

keuangan dan tenaga.

2. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan

waktu.

3. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam

masyarakat: dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan

sokongan masyarakat.

Kriteria 3:

Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan

adalah:

1. Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah .

2. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah

itu ada.

3. Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat

dalam memperbaiki masalah.

4. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

Kriteria 4:

Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana

keluarga melihat  masalah kesehatan tersebut. Nilai Skor yang tertinggi

yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

c. Tahap Intervensi/Tahap Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang

mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan

kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik

tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan

berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

d. Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan

keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai

masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:

a) Memberikan informasi

b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

c) Mendorong  sikap emosi yang sehat terhadap masalah

2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang

tepat, dengan cara:

a) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan

b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara:

a) Mendemonstrasikan cara perawatan

b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara:

a) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga

b) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungk

5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang

ada, dengan cara:

a) Mengenakan fasilitas kesehatan yang ada

b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

e. Tahap Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan

penilaian untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu

disusun rencana baru yang sesuai.

Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam

satu kali kunjungan ke keluarga.

Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan

kesediaan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:

S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan

nyerinya berkurang.

O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1

bulan.

A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada

tujuan yang terkait dengan diagnosis.

P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari

keluarga pada tahapan evaluasi .

Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.  Evaluasi

formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan

keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir

BAB III STUDI KASUS

ASKEP KELUARGA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA

MENDERITA REUMATOID ATRITIS

A. Pengkajian (Tanggal 27 September 2015)

1. Identitas Kepala Keluarga

Nama KK : Bpk. Mustamin

Umur : 69 Tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Desa Pelabu Kecamatan Kuripan Lombok Barat

Agama : Islam

2. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Umur Hub.Kel Pend

.

Pekerjaan Status Kes

1. Mustamin L 69 Th KK SD Buruh Vertigo

2. Sarwati P 68 Th Istri SD Buruh Sakit Rematik

3. Rispandi L 44 Th Anak SMP Swasta Sehat

4. Hamdani L 40 Th Anak SMP Swasta Sehat

5. Nuraini P 35 Th Anak SMP Swasta Sehat

3. Genogram

Keterangan : : Laki-laki : Meninggal Perempuan

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Anggota Keluarga yang sakit

: Meninggal Laki-laki

4. Tipe Keluarga

a. Tipe keluarga : Nuclear Family yang terdiri dari ayah dan ibu

b. Kewarganegaraan /suku bangsa :

Bapak M berasal dari Pelabu, sedangkan Ibu bersal dari Kediri. Bahasa yang

digunakan adalah bahasa Sasak. Penduduk di lingkungan tempat tinggal

umumnya berasal dari Pelabu juga dan masih ada hubungan keluarga.

Namun, ada juga pendatang lain yang mempunyai latar belakang budaya

hampir sama sehingga tidak ada kendala dalam berinteraksi dengan

masyarakat sekitar

c. Agama : Islam, Kedua orangtua rajin beribadah. Bapak M selalu mengikuti

kegiatan pengajian yang ada di mushola dan menjadi anggota suatu

perkumpulan pengajian dimushola tersebut

d. Status social ekonomi keluarga

- Anggota keluarga yang mencari nafkah : Suami

- Penghasilan : Rp. 50.000 ribu/ hari, itupun tak tentu

- Penghasilan didapatkan dari pekerjaan sebagai buruh bangunan dan

itupun hamper sama dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk

mencukupi kehidupannya

- Pada hari sabtu dan minggu, ia membantu cucu nya untuk berjualan kaset

CD di pasar Kediri

e. Aktifitas rekreasi Keluarga

Keluarga tidak pernah melakukan rekreasi ke tempat hiburan. Rekreasi

hanya berkumpul dengan keluarga.Menurut Bapak M dan Ibu S, keluarganya

bila selesai mengurus rumah biasanya mengobrol-ngobrol dan bercerita

dengan tetangga karena hal tersebut dapat membuat mereka merasa senang

dan dapat menghilangkan kebosanan.

5. Riwayat Perkembangan Keluarga

a. Tahapan Perkembangan Keluarga :

- Mensosialisasikan anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya. Hal tersebut sudah

dipenuhi oleh keluarga, yaitu dengan memberi kesempatan anak belajar

bersama teman-temannya.

- Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. Tidak ada

masalah dalam intensitas pertemuan dengan anggota keluarga lain.

- Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. Keluarga

berusaha memenuhi kebutuhan kesehatan anggotanya. Bila ada yang

sakit, biasanya mereka membeli obat di warung/apotik. Bila tidak

sembuh, anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke pelayanan

kesehatan Puskesmas Kuripan atau pergi ke Bidan.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Semua tahap perkembangan keluarga sudah terpenuhi, tinggal memenuhi

kebutuhan perkembangan individu sesuai usianya.

c. Riwayat keluarga inti

Bapak M adalah orang Pelabu, Sedangkan Ibu S adalah orang Kediri. Mereka

bertemu saat sama-sama bekerja Sebagai buruh bangunan di Kediri. Mereka

berpacaran selama satu tahun sebelum akhirnya menikah. Ketiga anak

merupakan anggota keluarga yang direncanakan dan mereka menyayanginya.

d. Riwayat keluarga sebelumnya

Hubungan antara keluarga pihak Bapak M dan Ibu S saat ini baik, Adik Ipar

Suami tinggal sebelah rumah. Tidak ada konflik dalam berhubungan,

sedangkan kedua orang tua Ibu S tinggal di Kediri, mereka sering berkunjung

bila hari libur.

6. Keadaan Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

Rumah yang ditempati adalah milik sendiri. Rumah itu berukuran 8 x 12 m

yang terdiri dari satu ruang tamu, satu kamar tidur, satu dapur, satu WC dan

satu ruang keluarga. Lantai rumah tampak bersih, Hal ini terlihat dari tidak

adanya kotoran pada lantai, perabotan rumah tertata dengan rapi. Lantai

rumah terbuat dari semen tanpa keramik. Dinding rumah terbuat dari kayu,

jendela hanya ada pada bagian ruang tamu. Plafon tidak ada sehingga saat

siang hari terasa sangat panas. Kamar tidur tidak ada jendela. Pencahayaan

hanya dari ventilasi dekat ruang tamu. Atap rumah dari seng. Halaman

rumah bersih jika tidak ada hujan. Bila musim hujan, halaman rumah tampak

becek. Kondisi air minum bening, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak

bewarna. Keluarga mempunyai kebiasaan merawat rumah dengan menyapu

setiap hari dan kadang-kadang dipel pada pagi hari.

Keterangan : Posisi ruangan rumah dapat dilihat pada denah rumah

dihalaman ini.

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW

Lingkungan tetangga umumnya berasal pelabu juga dan masih ada hubungan

keluarga. Ada beberapa warga berasal dari jawa sudah cukup lama menetap

di Pelabu dan mempunyai adat dan kebiasaan yang sama. Keluarga sering

terlihat duduk bersama-sama di waktu sore hari. Tempat berbelanja

kebutuhan dapur sekitar 20 m dari rumah. Sekolah , Tempat ibadah, dan

Posyandu tidak jauh dari rumah. Untuk pergi ke Posyandu biasanya mereka

mendapat pengumuman lewat masjid.

c. Mobilitas Geografis Keluarga

TETANGGA

DAPUR

WC

K. TIDUR

RUANG TAMU

RUANG KELUARGA

JALAN

Keluarga Bapak M sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak

berumah tangga dari tahun 1965 sampai sekarang, tempat tinggalnya

berdampingan dengan saudara yang lainnya.

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat

Keluarga termasuk anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti kegiatan

masyarakat, dengan keluarga dilingkungan nya seperti pengajian dan yang

lainnya tampak saling berinteraksi dengan baik. Istri Bapak M yang

menderita Rematik juga seorang yang aktif.

e. Sistem Pendukung Keluarga

Adik Ipar Bapak M tinggal disebelah rumah dan dapat membantu. Keluarga

tidak mempunyai tabungan asuransi, namun sudah terdaftar di JPS. Fasilitas

penunjang kesehatan dari JAMSOSKES

7. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga

Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi

masalah, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan

suatu permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami istri dan 3 orang

anak dan saling perhatian

c. Struktur peran keluarga

- Bapak M sebgai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur

rumah tangganya dan sebagai pengambil keputusan

- Ibu S sebagai istri bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga

- Rispandi dan Hamdani sebagai anak pertama dan kedua telah menikah

dan bekerja sebagai pedagang di pasar kuripan dan nuraini anak ke 3

juga telah menikah.

d. Nilai dan Norma Keluarga

Fungsi nilai budaya yang dianut keluarga adalah saling menghormati antara

anggota keluarga satu dengan lainnya dan menghormati yang lebih tua. Hal

ini terlihat pada cucu yang setiap perawat berkunjung ke rumahnya selalu

menyalami. Nilai yang ada di keluarga merupakan gambaran nilai agama

yang dianutnya (Islam), tidak terlihat adanya konflik dalam nilai, dan tidak

ada yang memengaruhi status kesehatan keluarga dalam menggunakan nilai

yang di yakini oleh keluarga.

8. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga

b. Fungsi Sosial

Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku social yang baik.

Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang

ada di masyarakat.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit

rematik hal ini ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak

masalah kesehatan akibat penyakit rematik. Keluarga juga tidak tahu bahwa

penyakitnya bisa kambuh lagi dan harus mendapat pengobatan jangka

panjang lagi. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga

terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang

terjadi pada penyakit rematik. Keluarga tidak mengetahui langkah-langkah

yang harus dilakukan dalam mencegah penularan dan menangani

penyakitnya.

d. Fungsi Reproduksi

Bapak M berusia 69 Tahun dan Ibu S 68 Tahun merupakan usia yang tidak

lagi produktif.

e. Fungsi ekonomi

Bapak M bekerja buruh dan membantu cucu nya berjualan Kaset pada hari

sabtu dan minggu disela-sela hari liburnya dan Ibu S sendiri bekerja sebagai

Ibu Rumah Tangga

9. Stress dan Koping Keluarga

a. Stressor yang dimiliki

Stressor yang dimiliki oelh keluarga Bpak M adalah Penyakit Rematik yang

diderita oleh Istrinya

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan penyakit yang diderita oleh

istrinya karena sudah berobat ke Puskesmas dan pasrah kepada Tuhan

terhadap situasi sakitnya

c. Strategi koping yang digunakan

Dalam menghadapi masalahnya biasanya keluarga berdiskusi

d. Strategi adaptasi disfungsional

Ibu S sejak timbul penyakit rematik dan didiagnosis Puskesmas Merdeka

merasakan penyakitnya tidak sembuh-sembuh

10. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan umum Ibu S Nampak masih kuat, tetapi daya keseimbangannya

kurang, makan dan minum masih dalam batas normal

Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg

Respirasi : 20 x/mnt

Suhu : 36,5 ºC

TB : 155 cm dan BB : 59 Kg

b. Pemeriksaan Fisik Khusus

- Kepala dan Leher

Pada pemeriksaan kepala, tidak ditemukan kelainan, bentuk kepala

normal

- Leher

Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena Jugularis dan

Arteri carotis, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (Struma)

- Mata

Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih

baik

- Telinga

Pendengaran berkurang

- Hidung

Tidak ada kelainan yang ditemukan

- Mulut

Tidak ada kelainan

- Dada

Pergerakan dada terlihat simetris

- Abdomen

Pada pemeriksaan abdomen tidak ditemukan adanya pembesaran hepar,

tidak kembung, pergerakan peristaltic usus baik, tidak ada bekas luka

operasi

- Ekstremitas

Pada Ekstremitas atas dan bawah tidak terdapat udema, ekstremitas pada

kaki sedkit terganggu akibat penyakitnya dan sedkit sulit digerakkan.

11. Harapan Keluarga

Keluarga Bapak M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya dan tidak menular

kepada keluarganya sehingga dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan

nyaman.

B. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH1. Data Subyektif

1. Bapak M mengatakan Ibu S sudah lama mengalami asam urat dan dikatakan menderita Rematik setelah berobat ke Puskesmas kuripan

2. Ibu S mengatakan orang tua (Bapak) pernah mengalami penyakit ini sebelumnya

Data Objektif1. Usia 68 Tahun2. Berdasarkan hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkanTD : 120/80 mmHgRespirasi : 20 x/mntSuhu : 36,5 ºCTB : 155 cm dan BB : 59 KgEktremitas bawah : terbatas pergerakannya

3. Ruangan rumah dan kamar tidur gelap dan bertingkat (panggung)

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit rematik

Resiko terjadinya trauma

2. Data Subyektif1. Bapak M mengatakan Ibu S

sudah lama mengalami asam urat dan berobat ke Puskesmas kuripan dinyatakan menderita Rematik sejak tanggal 25 Desember 2011

2. Keluarga memilih ke Puskesmas karena dipikir obatnya murah dan tidak mahal dibanding dengan obat di RS serta Biaya pengobatan yang terlalu besar.

3. Selain dibawa ke Puskesmas, Ibu S juga diobati dengan cara

Kurang pengetahuan tentang perawatan rematik

Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit

diurut oleh dukun pijat.

Data Obyektif1. Usia 68 Tahun2. Pendidikan Bapak dan Ibu SD3. Saat ini keluarga berobat di

Puskesmas

C. Rumusan Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terjadinya traumaberhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang

pencegahan penyakit rematik

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga

yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan rematik

Skoring Prioritas Masalah

1. Resiko terjadinya traumaberhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang

pencegahan penyakit rematik

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1. a. Sifat Masalah :

Ancaman

Kesehatan

b. Kemungkinan

masalah dapat

diubah : Hanya

sebagian

c. Potensial

masalah untuk

dicegah : Cukup

2

1

3

2

1

2

1

1

2/3x1 = 2/3

1/2x2 = 1

3/3x1 = 1

2/2x1 = 1

Keluarga tidak tahu

penyakitnya mudah

mengakibatkan

resiko trauma

Kondisi klien pada

usia tersebut

mempengaruhi

penyerapan

informasi

Keluarga mau diajak

kerjasama

d. Menonjolnya

masalah :

Masalah berat,

harus segera

ditangani

Total 3 2/3

(Kooperatif)

Bila tidak segera

ditangani

memungkinkan

penyembuhan lama

dan terjadi resiko

trauma kepada

anggota keluarga

tersebut

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga

yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan rematik

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1. a. Sifat Masalah :

Ancaman

Kesehatan

b. Kemungkinan

masalah dapat

diubah : Hanya

sebagian

c. Potensial

masalah untuk

dicegah : Cukup

d. Menonjolnya

2

1

3

0

1

2

1

1

2/3x1 = 2/3

1/2x2 = 1

3/3x1 = 1

0/2x1 = 1

Rematik adalah

penyakit yang terjadi

akibat penurunan

kondisi tubuh dan

dipengaruhi oleh

factor umur

Klien tidak tahu

kalau penyakitnya

dapat menyebabkan

resiko trauma

Penderita kooperatif

dalam penyuluhan

dan penatalaksanaan

masalah :

Masalah berat,

harus segera

ditangani

Total 2 2/3

Keluarga tidak tahu

penyakit rematik nya

perlu pengobatan

rutin dan lama.

Keluarga merasa

perlu berobat ke

dokter yang lebih

manjur

Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan pada

Keluarga Bapak Mustamin adalah sebagai berikut :

1. Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga

tentang pencegahan penyakit rematik

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga

yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan rematik

D. Rencana, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga

No Dx

Tujuan Kriteria Evaluasi

IntervensiUmum Khusus Kriteria Standar

1. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengenal dan mampu mencegah terjadinya resiko trauma pada penyakit rematik pada anggota

Klien mampu :1. Dapat

menjelaskan akibat penyakit rematik terhadap kondisi pasien sendiri dan keluarganya

2. Dapat menyebutkan sumber yang dapat menyebabka

Verbal 1. Klien dan keluarga dapat menjelaskan akibat penyakit rematik

2. Klien dan keluarga dapat menyebutka sumber penyebab penyakit rematik

3. Klien dan keluarga dapat menyebutkan upaya untuk

1. Kaji pengetahuan keluarga

2. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada Ibu Sar utnuk menghindari resiko trauma

3. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat penyakit

keluarganya

n penyakit rematik

3. Dapat menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya trauma

mencegah terjadinya trauma

rematik terhadap diri sendiri

4. Diskusikan alterrnatif yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya trauma

5. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan dengan keluarga

6. Berika pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung upaya pencegahan.

2. Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mampu mengambil keputusan untuk berobat secara teratur dan benar

Keluarga mampu :1. Menyebutka

n pengertian rematik

2. Menybutkan tanda dan gejala rematik

3. Menyebutkan factor resiko yang menybabkan rematik

4. Menyebutkan pengobatan dan perawatan rematik

Verbal pengetahuan

1. Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala penyakit Rematik

2. Keluarga dapat mengidentifikasi cara pengobatan dan perawatan

3. Keluarga dapat memutuskan tindakan yang harus dilakukan bila obat habis

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit rematik, penyebab, gejala dan cara penanganannya

2. Berikan penyuluhan keluarga cara mengidentifikasi serangan ulang

3. Anjurkan berobat kembali ke Puskesmas/RS setelah

5. Mampu mengambil keputusan dalam pengobatan

mendapatkan serangan berulang

4. Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjutnya dalam pengobatan

5. Berikan pujian terhadap kemampuan ide/sikap yang positif yang diungkapkan keluarga dalam menyikapi kekambuhan penyakitnya.

No Dx

Diagnosa Keperawatan

Tanggal Implementasi Evaluasi

1. Resiko terjadinya trauma berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pencegahan penyakit rematik

29 September

2015

Memberi penyuluhan pencegahan terjadinya trauma

1. Struktura. Keluarga Bapak

Mustamin dapat bekerjasama dengan mahasiswa

b. Keluarga khususnya klien Ibu Sar mengerti maksud dan tujuan kunjungan hari ini

2. Prosesa. Keluarga dapat

terlihat aktif dalam diskusi

b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang

dapat dilakukanc. Keluarga

memberikan respon verbal dan non verbal yang baik

d. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung

3. Hasila. Keluarga dapat

menjelaskan akibat rematik bagi diri sendiri dan keluarga lainnya

b. Menyebutkan bagian tubuh yang rawan terjadi rematik

c. Menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya trauma

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan rematik

29 September

2015

Penyuluhan tentang :1. Pengertian

rematik2. Penyebab

Rematik3. Tanda dan gejala

rematik4. Penatalaksanaan

rematik

1. Struktura. Keluarga Bapak

Mustamin dapat bekerjasama dengan mahasiswa

b. Keluarga khususnya klien Ibu Sar menegrti maksud dan tujuan kunjungan hari ini

2. Prosesa. Keluarga dapat

terlihat aktif dalam diskusi

b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang dpat dilakukan

c. Keluarga dapat

memberikan respon verbal dan non verbal yang baik

d. Keluarga kooperatif selam kegiatan berlangsung

e. Keluarga bersedia konsul ke Puskesmas ataupun RS

3. Hasila. Keluarga dapat

menyebutkan pengertian rematik

b. Menyebutkan tanda dan gejala rematik

c. Menyebutkan factor resiko yang menyebabkan rematik

d. Menyebutkan akibat rematik bila tidak dirawat

e. Klien telah berobat dan mendapat obat rematik

Daftar Pustaka

Mubarok, I, dkk, 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung Seto

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_files/mp_376/images/hal14a.jpg)