Click here to load reader
Upload
adelinesfirdaus
View
125
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dakriostenosis
Citation preview
DAKRIOSTENOSIS
STANDAR KOMPETENSI : 2
Sistem lakrimal terdiri dari glandula lakrimal dan saluran lakrimal.
Glandula lakrimal yang berada di atas bola mata ini menghasilkan
air mata yang berfungsi untuk membasahi dan mengkilapkan permukaan
kornea, menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan memberikan
nutrisi pada kornea.
Air mata ini akan mengalir melewati mata dan kemudian ke duktus
lakrimal. Lubang kecil dari tiap ujung palpebra medial merupakan pintu
gerbang untuk masuknya air mata ke saluran lakrimal, yang kemudian ke
sakus lakrimal yang ada pada sisi hidung dan diteruskan ke duktus
lakrimal dan kemudian ke dalam hidung.
Ketika saluran lakrimal ini tersumbat atau (dakriostenosis), air mata
akan menggenang di dalam mata dan jatuh ke pipi. Air mata yang
tersumbat pada sistemlakrimal juga akan menyebabkan infeksi dan
mencetuskan serangan ulang matamerah. Keadaan ini juga akan
menyebabkan perubahan kulit dari pelpebra inferior karena terus
berkontak dengan air mata.
Untuk mencegah terjadinya efek yang lebih buruk dari
tersumbatnya saluran lakrimal ini, maka pengobatan harus segera
dilakukan. Pada anak ± anak yang saluran lakrimalnya tidak berkembang
dengan baik dapat dilakukan pemijatan beberapa kali sampai saluran
terbuka. Jika tidak berhasil, dapat dilakukan probing yang memerlukan
anastesi. Pada orang dewasa, penyebab dari penyumbatan harus
diketahui dan ditatalaksana sesuai kasusnya. Operasi biasanya diperlukan
agar saluran lakrimal kembali normal.
Definisi
Dakriostenosis adalah Penyempitan abnormal dari duktus nasolakrimal,
baik karena kelainan kongenital atau karena infeksi atau trauma.
Dakriosistorinostomi mungkin diperlukan untuk mengkoreksi keadaan ini.
Etiologi
1.Kongenital :
Agenesis punctum dan kanalikuli
Obstruksi duktus nasolakrimal
2.Didapat :
Abnormalitas Punctum
Sumbatan Kanalikuli
Plak Lakrimal
Obat ± obatan
Infeksi
Penyakit inflamasi
Trauma
Neoplasma
Sumbatan duktus nasolakrimal
Stenosis involusi
Dakriolith
Penyakit sinus
Trauma
Penyakit Inflamasi
Plak lakrimasi
Neoplasma
Epidemiologi
Obstruksi Duktus Lakrimal Kongenital terdapat pada 50 % neonatus,
namun pada banyak kasus akan membuka spontan setelah 4 ± 6 minggu
kelahiran. Pada 2-6% bayi umur 3 ± 4 minggu akan menetap dan
bermanisfestasi, 1/3 nya bersifat bilateral. Sembilan puluh persen kasus
akan hilang sendiri pada satu tahun pertama kehidupan.
Obstruksi duktus lakrimal murni atau dakriostenosis lebih sering
terjadi pada orang tua, 3% dari pasien yang ke klinik dipikirkan
berhubungan dengan masalah ini. Dakriostenosis yang didapat
merupakan masalah pada orang tua dimana wanita 4xlebih sering terjadi
dibandingkan laki ± laki.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimal
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi
dan drainase air mata. Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang
menghasilkan berbagai unsur pembentuk cairan air mata. Duktus
nasolakrimal merupakan unsur sekresi sistem ini, yang mencurahkan air
mata ke dalam hidung. Cairan air mata disebarkan diatas permukaan
mata oleh kedipan mata.
Sistem sekresi air mata
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata utama
yang terletak di fosa lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Kelenjar
yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator
menjadi lobus orbita yanglebih besar dan lobus palpebra yang lebih kecil,
masing-masing dengan sistem saluran pembuangannya tersendiri ke
dalam fornix temporal superior. Lobus palpebra kadang-kadang dapat
dilihat dengan membalikkan palpebra superior. Sekresi dari kelenjar
lakrimal utama dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air
mata mengalir melimpah melewati tepian palpebra (epiphora).
Persyarafan kelenjar utama datang dari nucleus lakrimalis pons melalui
nervus intermedius dan menempuh jalur rumit dari cabang maxillaris
nervus trigeminus.
Sistem ekskresi air mata
Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, sakus lakrimal, dan
duktusnasolakrimal. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan
risleting,menyebabkan air mata secara merata di atas kornea, dan
menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra.
Dalam keadaan normal, air matadihasilkan dengan kecepatan sesuai
dengan jumlah yang diuapkan, dan itulah sebabnya hanya sedikit yang
sampai ke sistem ekskresi. Bila memenuhi sakus konjungtiva, air mata
akan memasuki punctum sebagian karena sedotan kapiler. Kemudian air
mata akan masuk ke dalam sakus dan berjalan melalui duktus
nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan, ke
dalam meatusinferior hidung. Lipatan-lipatan mirip katup dari epitel
pelapis sakus cenderung menghambat aliran balik air mata dan udara.
Yang paling berkembang diantara lipatan ini adalah ´katup´ Hasner
diujung distal duktus nasolakrimalis. Struktur ini penting karena bila tidak
berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan
dakriosistitis menahun
Patofisiologi
1.Kongenital
Agenesis punctum dan kanalikuli
Terdapat membran yang memblok katup Hasner yang menutupi
duktusnasolakrimal pada hidung
2. Didapat
- Abnormalitas Punctum
Abnormalitas punctum termasuk punctum yang terlalu kecil (oklusi dan
stenosis) atau terlalu besar (biasanya iatrogenic), dan punctum yang
mengalami malformasi atau tersumbat oleh bagian lain disekitar
punctum.
- Sumbatan Kanalikuli
Sumbatan bisa terjadi pada kanalikuli komunis, superior atau inferior. Hal
ini disebabkan karena :
a) Plak Lakrimal
Plak punctum dan kanalikuli bisa dalam berbagai ukuran dan bentuk. Plak
ini awalnya bertujuan untuk menyumbat aliran lakrimal dalam
pengobatan matakering.
b) Obat ± obatan
Obat obatan yang biasanya menyebabkan obstruksi kanalikuli adalah
obatkemoterapi sistemik ( 5- Fluorouracil, Docetaxel,Idoxuridine ). Obat ±
obat ini disekresi dalam air mata dan ini akan mengakibatkan inflamasi
dan jaringan parut pada kanalikuli. Jika kondisi ini dapat dideteksi dini ±
sebelum obstruksi komplit ± stent bisa dipasang untuk meregangkan
kanalikuli yang menyempit dan juga untuk mencegah penyempitan lebih
lanjut selama pemakaian obat kemoterapi. Obstruksi kanalikuli juga
terjadi akibat penggunaan obat topical (Phospholine iodine, serine),
namun jarang terjadi.
c) Infeksi
Berbagai infeksi dapat menyebabkan obstruksi kanalikuli, biasanya
obstruksi terjadi pada infeksi konjungtiva difus (virus vaccinia, virus
herpes simpleks).Infeksi kanalikuli terisolasi (kanalikulitis) bisa juga
menyebabkan obstruksi.
d)Penyakit inflamasi.
Keadaan inflamasi seperti pemfigoid, sindrom Steven Johnson, dan
juga penyakit Graft ± vs- Host sering menyebabkan bagian punctum dan
kanalikuli rusak. Namun, oleh karena adanya penyakit mata kering yang
terjadi pada saat yang sama, penderita biasanya tidak mengalami
epiphora.
e)Trauma
Trauma pada kanalikuli bisa menyebabkan kerusakan permanen
kanalikuli jika tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat.
f) Neoplasma
Apabila neoplasma berada di kantus medial, setelah pembedahan reseksi
komplit, biasanya ikut mengangkat punctum dan kanalikuli. Jaringan yang
ikut dieksisi ketika eksisi tumor komplit harus dipastikan
dengan pemeriksaan histopatologi sebelum penyambungan kembali
antara sistem drainase lakrimal dengan meatus media.
- Sumbatan duktus nasolakrimal
1.Stenosis involusi
Penyebab terjadinya proses ini tidak diketahui namun ada penelitian
patologi klinik yang mengatakan kompresi lumen duktus nasolakrimal
terjadi akibat infiltrat inflamasi dan edema.
Ini mungkin terjadi akibat infeksi yang tidak diketahui atau kemungkinan
penyakit autoimun.
2.Dakriolith
Dakriolith ataupun pembentukan cast dalam sacus lakrimal bisa
menyebabkan obstruksi duktus nasolakrimal. Dakriolith terdiri dari sel
epithelial, lemak dandebris amorphous dengan atau tanpa kalsium.
Dakriolit : terdapatnya kapur yang mengendap di kantung lakrimal
akibat gangguan keseimbangan air mata atau peradangan sakus lakrimal
yang biasanya disebabkan oleh infeksi jamur.
3.Penyakit sinus
Pada penderita sebaiknya ditanyakan riwayat operasi sinus karena
kerusakan pada duktus nasolakrimal kadang ± kadang terjadi apabila
ostium sinus maksilaris bagian anterior dibesarkan.
4.Trauma Fraktur nasoorbital bisa mengenai duktus nasolakrimal.
Trauma juga bisa terjadi saat rhinoplasty atau operasi sinus endoskopi.
5.Penyakit Inflamasi
Penyakit granuloma termasuk sarkoidosis, Wegener granulomatosis, dan
Lethal midline granuloma bisa juga menyebabkan obstruksi
duktusnasolakrimal. Apabila diduga adanya penyakit sistemik, biopsi
sakus lakrimalatau duktus nasolakrimal harus dilakukan sewaktu
Dacryocystorhinostomy.
6. Plak lakrimasi
Prosesnya menyerupai cara plak bermigrasi dari punctum ke kanalikuli
danmenyebabkan obstruksi kanalikuli. Plak pada punctum dan kanalikuli
yangterlepas bisa bermigrasi dan menyumbat duktus lasolakrimal. Bagian
± bagiandari stent silicone yang menetap karena tidak dibuang dengan
benar juga bisamenyebabkan obstruksi duktus nasolakrimal.
7. Neoplasma
Neoplasma harus dipikirkan kemungkinannya pada semua penderita
obstruksi duktus nasolakrimal. Pada pasien dengan presentasi atypical
termasuk usia muda dan jenis kelamin laki ± laki, pemeriksaan lebih
lanjut diperlukan. Bila ada discharge pendarahan di punctum atau distensi
sakus lakrimal di atas tendon kantus medial sangat mengarah pada
neoplasma. Riwayat keganasan terutama yang berasal dari sinus atau
nasofaring, jugasangat perlu dilakukan pemeriksaan lanjut
Manifestasi Klinis
1.Pada anak - anak
Tanda-tanda dapat timbul beberapa hari atau beberapa minggu setelah
lahir dan sering bertambah berat karena infeksi saluran pernafasan atas
atau karena pemajanan terhadap suhu dingin atau angin. Manifestasi
obstruksi duktus nasolakrimal yang lazim adalah berair mata (tearing),
yang berkisar dari sekedar mata basah (peningkatan di cekungan air
mata) sampai banjir air mata yang jelas(epiphora), penimbunan cairan
mukoid atau mukopurulen (sering digambarkan orang tua sebagai nanah),
dan kerak. Mungkin ada eritema atau maserasi kulit karena iritasi dan
gesekan yang disebabkan oleh tetes-tetes air mata dan cairan. Pada
banyak kasus refluks cairan jernih atau mukopurulen dapat dihilangkan
dengan massase sakus nasolakrimal, yang membuktikan adanya
obstruksi terhadap aliran. Bayi dengan sumbatan duktus nasolakrimal
dapat mengalami infeksi akut dan radang sakus nasolakrimal
(dakriosistitis), radang jaringan sekitarnya (perisistitis), atau bahkan
selulitis periorbita. Pada dakriosistitis daerah sakus bengkak, merah dan
nyeri, dan mungkin ada tanda sistemik infeksi seperti demam dan
iritabilitas.
2.Pada orang dewasa
- Mata yang basah memenuhi danau air mata dan ketika berlebihan
jatuh ke pipi.
- Akumulasi discharge mucus atau mukopurulen biasanya
menimbulkan perlengketan pada waktu bangun tidur.
- Eritema atau maserasi pada kulit palpebra inferior
- Keluarnya mukus atau mukopurulen saat sakus nasolakrimal ditekan
- Keadaan ini bisa hilang timbul atau menetap selama beberapa bulan
- Infeksi saluran pernapasan atas dapat memperburuk keadaan
- Biasanya unilateral, namun kadang bilateral
- Eritema dan iritasi ringan pada konjungtiva
Pemeriksaan
Pemeriksaan sistem lakrimal terdiri dari 3 bagian :
1.Pemeriksaan periorbital, palpebra dan sistem lakrimal.
a. Perhatikan seluruh wajah, termasuk kening dan pipi, daerah kantus
medial dan palpebra. Lihat apakah ada periorbital asimetris, bengkak,
ptosis, dan palpebramalposisi. Pada daerah kantus medial lihat apakah
ada fistul, inflamasi dandischarge. Punctum seharusnya mengarah ke
danau lakrimal, pastikan keempat punctum ada dan terbuka. Lihat juga
apa ada karunkel.
b.Lakukan pemeriksan punctum dan eksternal mata dengan slitlamp. Ukur
ketinggian vertical meniscus air mata sebelum diberi tetes mata. Ketika
memeriksa meniscus air mata, singkirkan blepharitis, mata kering
dan penyakit eksternal lain, sebagai penyebab hipersekresi dan
peninggian meniscus air mata
c.Lakukan Fluorescein Dye Retention Test (FDRT)
Fluorescein Dye RetentionTest (FDRT) ini merupakan pemeriksaan
semikuantitatif untuk aliran air mata yang lambat dan terobstruksi. Juga
dipanggil fluorescein dye disappearance test.
Teteskan satu tetes fluorescein 2% kesakus konjungtiva tanpa anestesi
sebelumnya. Catat jumlah warna yang tertinggal setelah 3 dan 5 menit
pada satu atau kedua mata dan intensitas pewarnaan yang tertinggal
(residual) dinilai. Pemeriksaan bernilai positif jika ada fluorescein residual.
Pewarna (dye) biasanya keluar dari sistem padawaktu 3 ± 5 menit. Jika
ada obstruksi, pemeriksaan FDRT positif. Negatif palsu bisa didapatkan
sekiranya sakus lakrimal yang besar atau mucocoele, atau sumbatan
distal duktus nasolakrimal di mana pewarna bisa terkumpul disakus atau
duktus.
Hasil FDRT: gred menggunakan skala 0-4.
0 = tiada fluoresceind
4 = ada semua fluoresceind.
d. Irigasi dan eksplorasi sistem lakrimal
Irigasi dan eksplorasi sistem drainase lakrimal bagian proksimal
dapatmendeteksi adanya obstruksi, mengetahui dimana lokasi obstruksi
dan juga jenis obstruksi parsial atau komplit. Jika terjadi regurgitasi mukus
saat pemeriksaan, ini menandakan adanya mucocoele yang kecil. Jika ada
mucocoele yang besar atau dakriosistitis cukup lakukan eksplorasi
kanalikuli dengan lembut, tidak boleh diirigasi karena akan menyebabkan
nyeri.
2.Pemeriksaan bagian nasal
Lakukan pemeriksaan endonasal dengan teleskop rigid untuk
menyingkirkan penyebab epiphora oleh nasal dan mengidentifikasi variasi
anatomik yangmempengaruhi hasil tindakan operasi, misalnya pada
deviasi septum.
3.Radiologi
Pemeriksaan radiologi membantu mengkonfirmasi lokasi stenosis atau
obstruksi, perlambatan aliran air mata fungsional dan melihat
patologi paranasal.
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Dakriosistografi (DCG)
Pemeriksaan susunan anatomi sistem lakrimal (kanaliku, sakus dan
duktus nasolakrimal) dengan kontras dan gambaran radiologiknya yang
berguna untuk melihat adanya penyumbatan / stenosis sistem sekresi
lakrimal ataupun massa / obstruksi didalam sakus lakrimal dan untuk
membedakan stenosis presakus dan post sakus.
Tekniknya adalah :
- Teteskan pantokain pada mata
- Dilatasi pungtum lakrimal
- Masukkan kontras ke dalam kantung lakrimal sebanyak -,5 – 1 ml dan
tunggu 30 menit. Kontras akan mengalir ke dalam hidung dan
menghilang dari sakus 20 menit setelah pemeriksaan radiologik
- Kontras akan terlihat pada sistem ekskresi ini karena bersifat
radioopak pada pemeriksaan radiologik.
- Radioopak (Gambaran Putih), Radiolusen(Gambaran Hitam)
2. Nukleur Lakrimal Sintigrafi
Menggunakan technitium 99m pertechnetate yang diteteskan kedalam
sakuskonjungtiva, dan diambil foto dengan kamera gama. Dakriosistografi
dan Nukleur Lakrimal Sintigrafi harus dilakukan sebelum dilakukan
Dakriosistorinostomi.
3. Computer Tomografi (CT)
4. Magnetic Resonance
Imaging (MRI) ± jarang dilakukan
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang menunjukkan gejala klinis yang menyerupai
dakriostenosis antara lain:
1.Blefaritis
Merupakan radang yang sering terjadi pada kelopak dan tepi kelopak.
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan
kronis atau menahun. Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata
merah, bengkak, sakit, eksudat lengket, dan epiphora. Blefaritis sering
disertai dengan konjungtivitis dankeratitis.
2.Dakriosistitis
Merupakan peradangan sakus lakrimal. Biasanya peradangan ini dimulai
oleh terdapatnya obstruksi duktus nasolakrimal. Gejala utama
dakriosistitis adalah berair mata dan bertahi mata. Pada keadaan akut,
didaerah sakus lakrimalis terdapat gejala radang, sakit, bengkak, dan
nyeri tekan. Materi purulen dapat memancar dari sakus lakrimalis. Pada
keadaan menahun, satu-satunya tanda adalah berair mata, materimukoid
akan memancar bila sakus di tekan.
Apabila terdapat dakriosistitis ini merupakan kontraindikasi dilakukan
tindakan bedah membuka bola mata seperti operasi katarak, glaukoma
karena dapat menimbulkan infeksi intraokular seperti endoftalmitis
ataupun panoftalmitis
3.Sindrom mata kering (dry eye syndrome atau keratokonjungtivitis sicca)
Mata kering dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dengan defisiensi
unsure film air mata (akuos, musin, atau lipid), kalainan permukaan
palpebra, ataukelainan epitel. Pasien dengan mata kering paling sering
mengeluh tentang sensasi gatal atau berpasir (benda asing). Gejala
umum lain adalah gatal, sekresi mukus berlebihan, tidak mampu
menghasilkan air mata, sensasi terbakar, fotosensitivitas,merah, sakit,
dan sulit menggerakkan palpebra. Mata terlihat normal pada pemeriksaan
pada kebanyakan pasien. Ciri paling khas pada pemeriksaan slitlamp
adalah tidak adanya meniscus air mata di tepi palpebra inferior.
4.Benda asing kornea (cornea foreign body)
Benda asing di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat
dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan.
5.Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata. Gejala penting
konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau
panas, gatal, dan fotofobia. Gambaran klinis yang terlihat pada
konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi
konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi
hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil,
folikel,membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, dan mata merasa
seperti adanya benda asing.
Komplikasi
Kompikasi yang sering terjadi akibat dakriostenosis antara lain :
1.Dakriosistitis
Inflamasi pada sakus lakrimalis dengan edema, eritem, dan nyeri
tekan didaerah sekitar duktus mengalami penyumbatan, biasanya pada
akut disertai demam. Pada keadaan menahun tidak terdapat nyeri, tanda
radang, jadi biasanya gelajanya seperti mata berair yang bertambah bila
terkena angin.
Pada anak – anak biasanya disebabkan akibat tidak terbukanya
membran nasolakrimal, sedangkan pada orang dewasa akibat tertekan
salurannya misalnya pada polip hidung. Penyebab paling berbahaya
adalah pneumokok dan ini akut dan bisa berlanjut menahun.
Pengobatan dakriosistitis adalah dengan melakukan pengurutan
daerah sakus sehingga nanah bersih dari dalam kantung dan kemudian
diberi antibiotik lokal dan sistemik. Apabila terdapat fluktuasi dengan
abses pada sakus lakrimal maka lakukan insisi. Bila kantung lakrimal telah
tenang danbersih maka lakukan pemasokan pelebaran duktus
nasolakrimal, dan apabila tetap meradang dan ada obstruksi duktus
nasolakrimal maka lakukan pembedahan dakriosistorinostomi atau
operasi Toti.
Pengobatan pada anak (neonatus) : pengurutan kantong air mata
arah pangkal hidung. Beri antibiotik / tetes mata, sulfonamid 4-5x sehari,
dan bila perlu lakukan probing ulangan.
Pengobatan dakriosistitis akut dewasa : irigasi dengan antibiotik,
bila penyumbatan menetap perbaiki sumbatan duktus nasolakrimal
dengan cara dakriosistorinostomi bila keadaan radang sudah tenang
Pengobatan dakriosistitis kronis dewasa : lakukan irigasi dengan
antibiotik, apabila penyumbatan menetap lakukan dariosistorinostomi bila
keadaan radang sudah tenang.
Komplikasi dakriosistitis adalah apabila pus pecah dapat
menyebabkan fistel sakus lakrimal, abses kelopak, ulkus, dan selulitis
orbita.
2.Perisistitis
Peradangan pada jaringan sekitar duktus yang tersumbat.
3.Mukocele
Masa subkutan berwarna kebiruan dibawah tendon kantus media.
4.Selulitis periorbita
Peradangan didaerah ipsilateral mata
Penatalaksanaan
Dalam kebanyakan kasus, prosedur
dakriosistorinostomi bypass akan
memulihkan keadaan pasien jika obstruksi terletak di bagian bawah sakus
lakrimal atau duktus. Apabila kanalikuli yang terobstruksi, rekonstruksi
kanalikuli dilakukan.Pada obstruksi duktus nasolakrimal kongenital ±
pembukaan spontan membran ini terjadi sebelum anak berusia 6 bulan.
Jika menetap, eksplorasi duktus nasolakrimal sebelum usia 12 bulan
biasanya dapat menyembuhkan.
Namun begitu, untuk mencegah kegagalan dari penatalaksanaan yang
tidak sesuai prosedur atau inkomplet, probe yang dalam inferior nasal
meatus harus diperhatikan.
Tindakan Pembedahan : Dakriosistorinostomi (DCR)
Dakriosistorinostomi (DCR) yaitu operasi yang membuat lubang permanen
dari sakus lakrimal ke dalam rongga hidung yang akan dilewati oleh air
mata, operasi ini dilakukan pada kasus epiphora dan discharge.
Indikasi :
Pasien dengan epifora, mucocoele atau dakriosistitis kronis akibat dari
stenosisduktus nasolakrimal dengan kanalikuli normal atau hanya
sumbatan pada distalmembran kanalikuli komunis.
Kelebihan external DCR :
1. Sakus lakrimal terlihat semuanya, patologi intra-sakus bisa
diidentifikasi dankatup Rosenmuller bisa dilihat dengan jelas.
2. Membranektomi pembukaan kanalikuli komunis dapat dilakukan
3. Rhinostominya besar (sekurang-kurangnya 10mm), dimana semua
tulang dansinus yang berada disekitar pembukaan juga diangkat. Jadi,
rhinostomy yangsudah sembuh tidak akan menutup kembali.
Kekurangan external DCR :
1. Perdarahan sewaktu operasi menghalangi terlihatnya pembukaan
komunis dan ini sulit untuk menjahit flap posterior.
2. Operasi yang lama, bisa sampai 60 menit, tergantung kepada
pengalaman ahli bedahnya.
3. Ada resiko untuk terjadi sindrom sump apabila rhinostomi terletak
terlalu tinggi dibandingkan sakus lakrimal. Pada sindrom sump, sistem
lakrimal terbuka sewaktu dilakukan irigasi tetapi gejala epiphora akan
menetap karena sakus lakrimal tidak bisa keluar sepenuhnya.
4. Jaringan parut/sikatrik kadang-kadang bisa kelihatan.
Kelebihan endonasal DCR :
1.Karena anestesi lokal yang dipakai, rehabilitasi post operasinya cepat.
Sangat sesuai untuk orang tua yang beresiko secara medis jika diberikan
anestesi umum dan operasi berlangsung lama.
2.Hemostasis yang baik.
3.Tindakan berlangsung 10-35 menit.
4.Tidak ada resiko untuk terjadi sindrom sump, kerana rhinostomi
dilakukan disebelah sakus lakrimal bagian bawah.
5.Operasi dilakukan secara lokal jadi kerusakan kolateral sangat sedikit
6.Tidak dilakukan insisi kulit, jadi tidak adanya jaringan parut yang
kelihatan.
7. Pasien lebih memilih tindakan ini karena tidak mau ada jaringan parut
diwajahnya dan menginginkan operasi yang cepat walaupun sudah
diberitahu angka keberhasilan endonasal DCR adalah lebih rendah dari
external DCR
Kekurangan endonasal DCR :
1.Bagi oftalmologist, adanya kurva belajar, dengan anatomi san instrumen
yang baru. Tindakan lebih baik dilakukan dengan pakar THT yang
sudahmempunyai keahlian dan instrumen yang mencukupi.
2.Biaya instrumen dan endoskop yang mahal.
3.Intubasi silikon sementara biasanya diindikasi selama sekurang-
kurangnya 5 minggu.
4.Bagian dalam sakus lakrimal dan pembukaan komunis tidak
selalunyakelihatan.
5.Mukosa lakrimal yang lembut mungkin rusak, dan mengakibatkan parut.
6.Angka keberhasilan operasi yang rendah, oleh sebab granuloma dan
fibrosis submukosal kadang-kadang menyebabkan penutupan rhinostomi.
Managemen post operasi :
External DCR :
1. Menutup mata/ luka, bisa dilakukan atau tidak
2. Pasien didudukkan 45 secepatnya untuk mengurangkan perdarahan
3.Jangan menghembus (nose-blowing) dalam 4-7 hari ini
4.Antibiotik spektrum luas diberi untuk satu minggu, atau berikan
antibiotic bolus sewaktu operasi jika terdapat mucocoele atau sinusitis.
5.Berikan steroid topikal dan obat antibiotik tetes mata selama 3 minggu.
Endonasal DCR :
1.Biasanya tidak ada nasal pack
2.Pasien didudukkan seperti pada external DCR
3.Jangan menghembus (nose-blowing) dalam 4-7 hari
4.Berikan steroid topikal dan obat antibiotik tetes mata selama 4 minggu
5.Biasanya tidak diperlukan penggunaan obat semprot steroid nasal
Prognosis
Walaupun penyumbatan pada kasus yang lebih ringan dapat
dibersihkan dengan irigasi, explorasi dan beberapa cara lain,
penyumbatan dapat berulang dan disertaiinfeksi berlanjut.
Telah dilaporkan keberhasilan berbagai prosedur
pembedahan,dimana paling sedikit 60% kasus menunjukkan perbaikan.
Tanpa pengobatan, akan terbentuk bekas luka permanen pada
duktus lakrimal.
Jenis – jenis tindakan bedah pada sakus lakrimal :
1. Dakriositostomi : menyayat kantung lakrimal dengan memasang
drainase, dilakukan jika terdapat abses kantung lakrimal
2. Dakriositorinostomi : membuat saluran kantung lakrimal dengan
rongga hidung tengah
3. Dakriosistorinostomi (DCR/bedah Toti)
4. Dakriosistektomi : mengangkat kantung air mata, dilakukan hanya
pada tumor ganas sakus lakrimal, atau kadang pada pasien usia lanjut
dg dakriosistitis kronik ataupun keluhan epifora