Upload
ana-lucy
View
189
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dakrio
Citation preview
DAKRIOSISTITIS
I. Pendahuluan
Dakriosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal. Kebanyakan
peradangan ini disebabkan oleh stasis cairan (airmata dan sekresi mukus) yang
merupakan akibat dari obstruksi duktus nasolakrimalis. Pada anak-anak, obstruksi
ini biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada
orang dewasa akibat tertekannya saluran air mata misalnya akibat adanya polip
hidung. 1,2
Penyakit ini dapat ditemukan pada anak-anak dan dewasa, tapi lebih sering
ditemukan pada orang dewasa berumur diatas 40 tahun terutama perempuan.
Jarang ditemukan pada orang dewasa usia pertengahan, kecuali apabila didahului
oleh infeksi jamur. 2,3
Perjalanan penyakit dapat akut ataupun kronik. Dakriosistitis akut
biasanya disebabkan oleh infeksi kuman seperti : stafilokok, pneumokok,
streptokok, Neisseria catarrhalis dan pseudomonas. Pneumokok merupakan
penyebab yang paling berbahaya. Sedangkan dakriosistitis kronis biasanya
dihubungkan dengan obstruksi nasolakrimal karena berbagai sebab seperti karena
polip hidung, penyakit sinus, trauma dan lain-lain. Dakriosistitis akut dapat
berlanjut menjadi dakriosistitis menahun yang bersifat rekuren.2,4
Diagnosis dakriosistitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
1
Apparatus Lakrimalis
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlihat dalam produksi
dan drainase air mata. Komponennya terdiri dari sistem sekresi dan ekskresi.
Sistem sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk
cairan air mata, sedangkan duktus nasolakrimalis merupakan sistem ekskresi yang
mencurahkan sekret ke dalam hidung. Cairan air mata disebarkan di atas
permukaan mata melalui kedipan mata.5
Sistem Ekskresi Air Mata
Sistem ekskresi terdiri atas puncta, kanakuli, sakus lakrimalis, dan ductus
nasolakrimalis. Setiap mata kita berkedip, palpebra menutup mulai dari lateral,
menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke
dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Dalam keadaan normal, air
mata yang dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan jumlah yang diuapkan. Hal
inilah yang menyebabkan hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Setelah
memenuhi sakus konjungtivae, air mata akan memasuki puncta sebagian karena
hisapan kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pra tarsal yang
mengelilingi ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan dengan
hal tersebut, palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fasia
mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan
menimbulkan tekanan negatif di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik
air mata ke dalam sakus yang kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis
karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan ke dalam meatus inferior
hidung.5
2
Kelainan Sistem Eksresi Lakrimalis
Dakriosistitis
1. Dakriosistitis Akut
Definisi
Dakriosistitis akut adalah peradangan supuratif sakus lakrimal disertai dengan
selulitis jaringan di atasnya.2,6
Etiologi
Etiologi dari dakriosistitis akut antara lain: 5,6,7
- kerusakan dinding sakus lakrimal pada waktu mengadakan probing,
sehingga sekret yang penuh kuman dapat menjalar ke jaringan
disekitarnya
- riwayat trauma pada hidung, konjungtivitis trakomatosa atau
konjungtivitis lainnya.
- pada bayi disebabkan oleh kelambatan kanalisasi dari duktus
nasolakrimal.
- Kuman yang sering ditemukan pada dakriosistitis akut antara lain:
Haemophilus influenzae (menimbulkan dakriosistitis akut pada anak-
anak), Staphylococcus aureus dan Streptococcus ß haemolyticus
(menimbulkan dakriosistitis akut pada orang dewasa), dan
Pneumococcus.
3
Gambaran Klinis:2,5,6,7
Kulit pada daerah ini bengkak, merah, kadang-kadang kecoklatan, juga mengenai
palpebra dan konjungtiva yang berdekatan, biasanya disertai dengan
pembengkakan kelenjar pre aurikuler dan submandibular. Terasa sangat nyeri,
suhu tubuh dapat naik, epifora, regurgitasi pada penekanan daerah sakus lakrimal,
disertai gejala umum yang terdapat pada peradangan akut. Lama kelamaan pada
kulit di daerah sakus lakrimal timbul warna kekuning-kuningan, tanda
terbentuknya abses. Bila abses ini pecah, tanda radang akut reda dan terbentuk
fistel. Bila fistel tetap terbuka, cairan yang keluar mencair. Selama fistel ini
terbuka, penderita terhindar dari serangan akut. Segera fistel ini tertutup, timbul
lagi bahaya pembentukan abses dengan segala akibatnya. Kadang-kadang fistel
masih ada, tetapi sangat kecil dan tidak cukup untuk dapat mengeluarkan cairan
dengan sempurna.
Diagnosis Banding : Sinusitis etmoidal akut
4
Penatalaksanaan :
Pengobatan dakriosistitis pada anak/neonatus dilakukan pengrutan pada
kantong mata ke arah pangkal hidung. Dapat diberikan antibiotik atau tetes mata,
sulfonamid 4-5 kali sehari. Bila perlu dapat dilakukan probing ulang. Sedangkan
pada dewasa pengobatan dapat dilakukan dengan kompres hangat pada daerah
sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering. Antibiotik yang sesuai,
baik sistemik maupun lokal. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila peradangan sudah dapat diatasi
terlebih dahulu.2
Berikut ini adalah beberapa petunjuk penatalaksanaan dakriosistitis akut :1
- Hindari irigasi atau probing sistem kanaliklar sampai infeksi
teratasi. Pada kebanyakan kasus, irigasi tidak diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan akan sangat nyeri jika dilakukan
pada infeksi yang sedang aktif.
- Hampir sama, probing diagnostik atau terapi pada duktus
nasolakrimal tidak diindikasikan pada pasien dewasa dengan
dakriosistitis akut.
- Antibiotik topikal terbatas penggunannya. Mereka tidak sampai
ke fokus infeksi karena terjadi stasis pada sistem drainase
akrimal. Mereka juga tidak bisa penetrasi sempurna kedalam
jaringan sekitar.
- Antibiotik oral efektif pada kebanyakan infeksi. Bakteri gram
positif adalah penyebab terbanyak pada dakriosistitis akut.
Bagaimanapun diduga organisme gram negatif pada pasien
5
dengan diabetes atau imunokompromis atau pada orang-orang
yang terpapar patogen atipikal (misal, idividu yang dalam masa
perawatan).
- Antibotik parenteral biasa digunakan pada penatalaksanaan
kasus-kasus yang berat, terutama jika terdapat selulitis atau
ekstensi orbital.
- Aspirasi sakus lakrimal mungkin bisa dilakukan jika terdapat
folikel-mukokel yang terlokalisir dan melekat pada kulit.
Informasi antibiotik sistemik yang digunakan adalah
berdasarkan hasil kultur..
- Abses yang terlokalisir pada sakus lakrimalis dan jaringan
sekitar ditatalaksanakam dengan insisi dan drainase.
Penatalaksanaan ini harus direservasi untuk kasus yang berat
dan kasus-kasus yang tidak respon pada tindakan konservatif,
karena secara kronis dapat terbentuk eptelialisasi-fistula antara
yang menghubungkan drainase dengan sakus lakrimalis.
- Dakriosistitis yang mengindikasikan terjadinya obstruksi total
pada duktus nasolakimalis memerlukan tindakan
dakriosistorinostomi (DCR) pada kebanyakan kasus karena
terjadi epifora persisten dan infeksi berulang. Pada umumnya,
tindakan pembedahan ditunda sampai terjadi resolusi infeksi
akut. Beberapa pasien, bagaimanapun, berlanjut mendapatkan
infeksi subakut sampai bedah drainase definitif dilakukan.
6
2. Dakriosistitis Kronik
Definisi
Dakriosistitis kronik adalah peradangan menahun dari sakus lakrimal, akibat
adanya sumbatan di duktus nasolakrimal.6
Etiologi
Etiologi dari dakriosistitis kronik antara lain : 6
- Kongenital
Terjadi akibat adanya membran yang menutupi meatus inferior
- Akuisita
Disebabkan oleh:
1. Peradangan menahun dari hidung
2. radang atau ulkus akibat lues, tuberkulosis, lepra, infeksi jamur
3. sumbatan duktus nasolakrimalis dapat juga disebabkan oleh polip
hidung, deviasi septum.
4. sering juga tidak diketahui sebabnya.
Penumpukan air mata di sakus lakrimal segera disusul dengan infeksi akibat
pengotoran dengan kuman-kuman yang berasal dari konjungtiva, seperti
streptokok, stafilokok, pneumokok.
Gambaran Klinis : 6
- epifora
- pembengkakan sakus lakrimal (mukokel). Penekanan pada daerah ini,
akan menyebabkan keluarnya sekret cairan kuning kehijauan di
7
pungtum lakrimal. Tanda radang tidak nyata. Kadang-kadang hanya
ada peradangan konjungtiva di sudut medial dan blefaritis. Karena tak
ada tanda-tanda radang, maka dapat berlalu bertahun-tahun, sebelum
penderita mencari pengobatan. Setelah masa yang mukopurulen ini
lama mengisi sakus lakrimal, timbul atrofi dari membrana mukosa dari
dinding sakus, sedang dinding sakus menjadi atrofi, melebar dan
timbullah mukokel. Sekret dalam mukokel ini menjadi lebih cair dan
terdiri dari air mata dengan banyak sekali kuman-kuman. Dalam
perjalanan penyakitnya mungkin menjadi akut, bila pada probing
terjadi kerusakan dinding dari sakus lakrimal.
Penatalaksanaan
Pada dakriosistitis kronik dilakukan irigasi dengan antibiotik. Bila
penyumbatan menetap perbaiki sumbatan duktus nasolakrimal dengan cara
dakriosistorinstomi bila keadaan radang sudah tenang. Masase atau pemijatan
dapat menimbulkan refluks material mukoid melewati sistem kanalikuli ke
permukaan mata. Probing diagnostik dan irigasi harus dilakukan pada saluran atas
mata pada pasien dewasa karena probing duktus nasolakrimalis tidak membuat
terjadinya patensi persisten pada dewasa. Jika tidak dicurigai adanya tumor, tidak
ada evaluasi diagnostik lanjut yang diindikasikan untuk memastikan diagnosis
obstruksi duktus nasolakrimalis total. Dakriosistitis kronis perlu diatasi secara
pembedahan sebelum pembedahan intraokular elektif. 1,2
8
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophthalmology Eye System M. D. Association.
2008. Eye Lid, Orbita, and Lacrimal System
2. Ilyas S, dkk, 2002. Sistem Lakrimal. Dalam: Ilmu Penyakit Mata untuk
Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 77-80
3. Galloway NR-Common Eye Disease and Their Management 3E-springer.
2006. pdf
4. Clinical Ophthalmology. pdf
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis.
Dalam: Oftalmologi Umum. Ed. 14. Jakarta: Widya Medika. Hal. 92-93
6. Nana Wijana. Aparatus Lakrimal. Dalam: Ilmu Penyakit Mata.
7. James B, Chew C, Bron A, 2003. Sistem Lakrimal. Dalam: Lecture Notes:
Oftalmologi. Ed. 9. Jakarta: Erlangga. Hal. 60
9