13
DAKRIOSISTITIS I. Pendahuluan Dakriosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal. Kebanyakan peradangan ini disebabkan oleh stasis cairan (airmata dan sekresi mukus) yang merupakan akibat dari obstruksi duktus nasolakrimalis. Pada anak-anak, obstruksi ini biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang dewasa akibat tertekannya saluran air mata misalnya akibat adanya polip hidung. 1,2 Penyakit ini dapat ditemukan pada anak-anak dan dewasa, tapi lebih sering ditemukan pada orang dewasa berumur diatas 40 tahun terutama perempuan. Jarang ditemukan pada orang dewasa usia pertengahan, kecuali apabila didahului oleh infeksi jamur. 2,3 Perjalanan penyakit dapat akut ataupun kronik. Dakriosistitis akut biasanya disebabkan oleh infeksi kuman seperti : stafilokok, pneumokok, streptokok, Neisseria catarrhalis dan pseudomonas. Pneumokok merupakan penyebab yang paling berbahaya. Sedangkan 1

Dakriosistitis MTE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dakrio

Citation preview

Page 1: Dakriosistitis MTE

DAKRIOSISTITIS

I. Pendahuluan

Dakriosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal. Kebanyakan

peradangan ini disebabkan oleh stasis cairan (airmata dan sekresi mukus) yang

merupakan akibat dari obstruksi duktus nasolakrimalis. Pada anak-anak, obstruksi

ini biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada

orang dewasa akibat tertekannya saluran air mata misalnya akibat adanya polip

hidung. 1,2

Penyakit ini dapat ditemukan pada anak-anak dan dewasa, tapi lebih sering

ditemukan pada orang dewasa berumur diatas 40 tahun terutama perempuan.

Jarang ditemukan pada orang dewasa usia pertengahan, kecuali apabila didahului

oleh infeksi jamur. 2,3

Perjalanan penyakit dapat akut ataupun kronik. Dakriosistitis akut

biasanya disebabkan oleh infeksi kuman seperti : stafilokok, pneumokok,

streptokok, Neisseria catarrhalis dan pseudomonas. Pneumokok merupakan

penyebab yang paling berbahaya. Sedangkan dakriosistitis kronis biasanya

dihubungkan dengan obstruksi nasolakrimal karena berbagai sebab seperti karena

polip hidung, penyakit sinus, trauma dan lain-lain. Dakriosistitis akut dapat

berlanjut menjadi dakriosistitis menahun yang bersifat rekuren.2,4

Diagnosis dakriosistitis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

1

Page 2: Dakriosistitis MTE

Apparatus Lakrimalis

Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlihat dalam produksi

dan drainase air mata. Komponennya terdiri dari sistem sekresi dan ekskresi.

Sistem sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur pembentuk

cairan air mata, sedangkan duktus nasolakrimalis merupakan sistem ekskresi yang

mencurahkan sekret ke dalam hidung. Cairan air mata disebarkan di atas

permukaan mata melalui kedipan mata.5

Sistem Ekskresi Air Mata

Sistem ekskresi terdiri atas puncta, kanakuli, sakus lakrimalis, dan ductus

nasolakrimalis. Setiap mata kita berkedip, palpebra menutup mulai dari lateral,

menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke

dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Dalam keadaan normal, air

mata yang dihasilkan dengan kecepatan sesuai dengan jumlah yang diuapkan. Hal

inilah yang menyebabkan hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Setelah

memenuhi sakus konjungtivae, air mata akan memasuki puncta sebagian karena

hisapan kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pra tarsal yang

mengelilingi ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan dengan

hal tersebut, palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi fasia

mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan

menimbulkan tekanan negatif di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik

air mata ke dalam sakus yang kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis

karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan ke dalam meatus inferior

hidung.5

2

Page 3: Dakriosistitis MTE

Kelainan Sistem Eksresi Lakrimalis

Dakriosistitis

1. Dakriosistitis Akut

Definisi

Dakriosistitis akut adalah peradangan supuratif sakus lakrimal disertai dengan

selulitis jaringan di atasnya.2,6

Etiologi

Etiologi dari dakriosistitis akut antara lain: 5,6,7

- kerusakan dinding sakus lakrimal pada waktu mengadakan probing,

sehingga sekret yang penuh kuman dapat menjalar ke jaringan

disekitarnya

- riwayat trauma pada hidung, konjungtivitis trakomatosa atau

konjungtivitis lainnya.

- pada bayi disebabkan oleh kelambatan kanalisasi dari duktus

nasolakrimal.

- Kuman yang sering ditemukan pada dakriosistitis akut antara lain:

Haemophilus influenzae (menimbulkan dakriosistitis akut pada anak-

anak), Staphylococcus aureus dan Streptococcus ß haemolyticus

(menimbulkan dakriosistitis akut pada orang dewasa), dan

Pneumococcus.

3

Page 4: Dakriosistitis MTE

Gambaran Klinis:2,5,6,7

Kulit pada daerah ini bengkak, merah, kadang-kadang kecoklatan, juga mengenai

palpebra dan konjungtiva yang berdekatan, biasanya disertai dengan

pembengkakan kelenjar pre aurikuler dan submandibular. Terasa sangat nyeri,

suhu tubuh dapat naik, epifora, regurgitasi pada penekanan daerah sakus lakrimal,

disertai gejala umum yang terdapat pada peradangan akut. Lama kelamaan pada

kulit di daerah sakus lakrimal timbul warna kekuning-kuningan, tanda

terbentuknya abses. Bila abses ini pecah, tanda radang akut reda dan terbentuk

fistel. Bila fistel tetap terbuka, cairan yang keluar mencair. Selama fistel ini

terbuka, penderita terhindar dari serangan akut. Segera fistel ini tertutup, timbul

lagi bahaya pembentukan abses dengan segala akibatnya. Kadang-kadang fistel

masih ada, tetapi sangat kecil dan tidak cukup untuk dapat mengeluarkan cairan

dengan sempurna.

Diagnosis Banding : Sinusitis etmoidal akut

4

Page 5: Dakriosistitis MTE

Penatalaksanaan :

Pengobatan dakriosistitis pada anak/neonatus dilakukan pengrutan pada

kantong mata ke arah pangkal hidung. Dapat diberikan antibiotik atau tetes mata,

sulfonamid 4-5 kali sehari. Bila perlu dapat dilakukan probing ulang. Sedangkan

pada dewasa pengobatan dapat dilakukan dengan kompres hangat pada daerah

sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering. Antibiotik yang sesuai,

baik sistemik maupun lokal. Bila terjadi abses dapat dilakukan insisi dan drainase.

Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila peradangan sudah dapat diatasi

terlebih dahulu.2

Berikut ini adalah beberapa petunjuk penatalaksanaan dakriosistitis akut :1

- Hindari irigasi atau probing sistem kanaliklar sampai infeksi

teratasi. Pada kebanyakan kasus, irigasi tidak diperlukan untuk

menegakkan diagnosis dan akan sangat nyeri jika dilakukan

pada infeksi yang sedang aktif.

- Hampir sama, probing diagnostik atau terapi pada duktus

nasolakrimal tidak diindikasikan pada pasien dewasa dengan

dakriosistitis akut.

- Antibiotik topikal terbatas penggunannya. Mereka tidak sampai

ke fokus infeksi karena terjadi stasis pada sistem drainase

akrimal. Mereka juga tidak bisa penetrasi sempurna kedalam

jaringan sekitar.

- Antibiotik oral efektif pada kebanyakan infeksi. Bakteri gram

positif adalah penyebab terbanyak pada dakriosistitis akut.

Bagaimanapun diduga organisme gram negatif pada pasien

5

Page 6: Dakriosistitis MTE

dengan diabetes atau imunokompromis atau pada orang-orang

yang terpapar patogen atipikal (misal, idividu yang dalam masa

perawatan).

- Antibotik parenteral biasa digunakan pada penatalaksanaan

kasus-kasus yang berat, terutama jika terdapat selulitis atau

ekstensi orbital.

- Aspirasi sakus lakrimal mungkin bisa dilakukan jika terdapat

folikel-mukokel yang terlokalisir dan melekat pada kulit.

Informasi antibiotik sistemik yang digunakan adalah

berdasarkan hasil kultur..

- Abses yang terlokalisir pada sakus lakrimalis dan jaringan

sekitar ditatalaksanakam dengan insisi dan drainase.

Penatalaksanaan ini harus direservasi untuk kasus yang berat

dan kasus-kasus yang tidak respon pada tindakan konservatif,

karena secara kronis dapat terbentuk eptelialisasi-fistula antara

yang menghubungkan drainase dengan sakus lakrimalis.

- Dakriosistitis yang mengindikasikan terjadinya obstruksi total

pada duktus nasolakimalis memerlukan tindakan

dakriosistorinostomi (DCR) pada kebanyakan kasus karena

terjadi epifora persisten dan infeksi berulang. Pada umumnya,

tindakan pembedahan ditunda sampai terjadi resolusi infeksi

akut. Beberapa pasien, bagaimanapun, berlanjut mendapatkan

infeksi subakut sampai bedah drainase definitif dilakukan.

6

Page 7: Dakriosistitis MTE

2. Dakriosistitis Kronik

Definisi

Dakriosistitis kronik adalah peradangan menahun dari sakus lakrimal, akibat

adanya sumbatan di duktus nasolakrimal.6

Etiologi

Etiologi dari dakriosistitis kronik antara lain : 6

- Kongenital

Terjadi akibat adanya membran yang menutupi meatus inferior

- Akuisita

Disebabkan oleh:

1. Peradangan menahun dari hidung

2. radang atau ulkus akibat lues, tuberkulosis, lepra, infeksi jamur

3. sumbatan duktus nasolakrimalis dapat juga disebabkan oleh polip

hidung, deviasi septum.

4. sering juga tidak diketahui sebabnya.

Penumpukan air mata di sakus lakrimal segera disusul dengan infeksi akibat

pengotoran dengan kuman-kuman yang berasal dari konjungtiva, seperti

streptokok, stafilokok, pneumokok.

Gambaran Klinis : 6

- epifora

- pembengkakan sakus lakrimal (mukokel). Penekanan pada daerah ini,

akan menyebabkan keluarnya sekret cairan kuning kehijauan di

7

Page 8: Dakriosistitis MTE

pungtum lakrimal. Tanda radang tidak nyata. Kadang-kadang hanya

ada peradangan konjungtiva di sudut medial dan blefaritis. Karena tak

ada tanda-tanda radang, maka dapat berlalu bertahun-tahun, sebelum

penderita mencari pengobatan. Setelah masa yang mukopurulen ini

lama mengisi sakus lakrimal, timbul atrofi dari membrana mukosa dari

dinding sakus, sedang dinding sakus menjadi atrofi, melebar dan

timbullah mukokel. Sekret dalam mukokel ini menjadi lebih cair dan

terdiri dari air mata dengan banyak sekali kuman-kuman. Dalam

perjalanan penyakitnya mungkin menjadi akut, bila pada probing

terjadi kerusakan dinding dari sakus lakrimal.

Penatalaksanaan

Pada dakriosistitis kronik dilakukan irigasi dengan antibiotik. Bila

penyumbatan menetap perbaiki sumbatan duktus nasolakrimal dengan cara

dakriosistorinstomi bila keadaan radang sudah tenang. Masase atau pemijatan

dapat menimbulkan refluks material mukoid melewati sistem kanalikuli ke

permukaan mata. Probing diagnostik dan irigasi harus dilakukan pada saluran atas

mata pada pasien dewasa karena probing duktus nasolakrimalis tidak membuat

terjadinya patensi persisten pada dewasa. Jika tidak dicurigai adanya tumor, tidak

ada evaluasi diagnostik lanjut yang diindikasikan untuk memastikan diagnosis

obstruksi duktus nasolakrimalis total. Dakriosistitis kronis perlu diatasi secara

pembedahan sebelum pembedahan intraokular elektif. 1,2

8

Page 9: Dakriosistitis MTE

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology Eye System M. D. Association.

2008. Eye Lid, Orbita, and Lacrimal System

2. Ilyas S, dkk, 2002. Sistem Lakrimal. Dalam: Ilmu Penyakit Mata untuk

Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Perhimpunan Dokter Spesialis

Mata Indonesia. Jakarta: Sagung Seto. Hal. 77-80

3. Galloway NR-Common Eye Disease and Their Management 3E-springer.

2006. pdf

4. Clinical Ophthalmology. pdf

5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis.

Dalam: Oftalmologi Umum. Ed. 14. Jakarta: Widya Medika. Hal. 92-93

6. Nana Wijana. Aparatus Lakrimal. Dalam: Ilmu Penyakit Mata.

7. James B, Chew C, Bron A, 2003. Sistem Lakrimal. Dalam: Lecture Notes:

Oftalmologi. Ed. 9. Jakarta: Erlangga. Hal. 60

9