Upload
rizki-ismi-arsyad-ii
View
252
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/16/2019 MTE katarak
1/19
Meet The Expert
Etiologi dan Patogenesis Katarak Senilis
Disusun Oleh:
Andra Yuliandi 0910312101
Ikhsan Nurul Huda 1110311027
Rizki Ismi Arsyad 1110313014
Preseptor :
dr. Yaskur Syarif, Sp.M
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
1
8/16/2019 MTE katarak
2/19
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh. Lensa mata yang normal adalah jernih. Bila terjadi proses katarak, lensa
menjadi buram seperti kaca susu. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat
dengan jelas. Lensa mata penderita menjadi keruh dan tak tembus cahaya sehingga
cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.1
Sebagian besar katarak terjadi akibat adanya perubahan komposisi kimia lensa
mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh. Penyebabnya dapat faktor usia,
paparan sinar ultra violet dan faktor gizi.2
Gejala gangguan penglihatan penderita katarak tergantung dari letak kekeruhan
lensa mata. Bila katarak terdapat di bagian pinggir lensa, maka penderita akan merasa
adanya gangguan penglihatan. Bila kekeruhan terdapat pada bagian tengah lensa, maka
tajam penglihatan akan terganggu. Gejala awal biasanya ditandai adanya penglihatan
ganda, peka atau silau terhadap cahaya sehingga mata hanya merasa nyaman bila melihat
pada malam hari. Dan biasanya mata mengalami perubahan tajam penglihatan sehingga
sering mengganti ukuran kaca mata.2
1.2 BATASAN MASALAH
Meet the expert membahas mengenai anatomi dan embriologi lensa, definisi,
frekuensi, etiologi, penggolongan, gambaran klinik, penatalaksanaan serta prognosis
katarak senilis.
1.3 TUJUAN PENULISAN
Penulisan meet the expert ini bertujuan untuk menambahkan pengatahuan
mengenai katarak senilis.
1.4 METODE PENULISAN
2
8/16/2019 MTE katarak
3/19
Penulisan Clinical Science Session ini menggunakan metode tinjauan pustaka
dengan mengacu pada berbagai literatur dan kepustakaan berupa buku, jurnal dan
internet.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa yang menyebabkan turunnya
tajam penglihatan dengan atau tanpa gangguan fungsional pada pasien.1 Katarak
menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh
cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak senilis adalah katarak yang terjadi pada usia lanjut yang diawali dengan
terjadinya kekeruhan pada lensa, kemudian terjadi pembengkakan pada lensa dan diakhiri
dengan hilangnya transparansi dari lensa.2
2.2. Epidemiologi
Di dunia Katarak merupakan penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah.
Implantasi dari lensa intraokular mungkin prosedur bedah yang paling efektif di semua
obat. Lebih dari 1,8 juta prosedur katarak dilakukan pada populasi yang lebih tua usia >65
tahun di Amerika Serikat setiap tahun, dan kecacatan visual yang terkait dengan
pembentukan katarak menyumbang lebih dari 8 juta setiap tahun
Katarak senilis sangat sering bahkan dapat dikatakan sebagai suatu hal yang
dapat dipastikan timbul dengan bertambahnya usia penderita. Berbagai studi cross
sectional melaporka prevalensi katarak pada individu berusia 65 tahun sebanyak 50 % dan
prevalensi ini meningkat 70 % pada individu diatas 75 tahun. 5
2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
2.3.1 Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate.1
Tebal sekitar 4 mm dan
diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula ( zonula Zinnii) yang
3
8/16/2019 MTE katarak
4/19
menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humos aquos
dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis
epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai denganbertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-
kelamaan menjadi kurang elastic.2
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk
teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf di
lensa.2
2.3.2 Embriologi Lensa
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm
permukaan pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan
diri dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam batas-
batas dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan, maka
sel-sel bagian posterior memanjang dan menutupi bagian yang kososng. Pada stadium ini,
kapsul hialin dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari
daerah ekuator dan tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan
ke belakang di bawah kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura
lentis, yang berbentuk huruf Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di posterior.
4
8/16/2019 MTE katarak
5/19
Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan penghidupan foetal. Inilah yang membentuk
substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan proliferasi dari
serat-serat sekunder berlangsung terus selama hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa
menjadi bertambah besar lambat-lambat. Kemudian terjadi kompresi dari serat-serattersebut dengan disusul oleh proses sklerosis.5
2.3.3 Fisiologi Lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa
menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut
antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal
sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai
bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang
±18.0 Dioptri.2
2.3.4 Metabolisme Lensa Normal
Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian
anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior
lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar
Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K
dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap
dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob
(95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis
asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase.
Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol
dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.
5
8/16/2019 MTE katarak
6/19
8/16/2019 MTE katarak
7/19
menunjukkan peningkatan produk oksidasi misalnya glutathione teroksidasi serta
penurunan vitamin antioksidan dan enzim superoxida dismutase mempunyai peran
penting dalam proses oksidatif dalam proses kataraktogenesis.
Mekanisme lain yang terlibat adalah konversi larutan dengan berat molekul rendahprotein sitoplasma lensa menjadi larutan agregat dengan berat molekul tinggi, fase tidak
larut, dan matrix membran protein yang tidak dapat larut. Perubahan protein yang tejadi
menyebabkan fluktuasi mendadak dalam indeks bias dari lensa, sinar menghamburkan
cahaya, dan mengurangi transparansi. Hal lainnya sedang diselidiki termasuk peran gizi
dalam perkembangan katarak, khususnya keterlibatan glukosa , mineral dan vitamin. (5,6)
Beberapa kemungkinan proses yang menyebabkan terjadinya katarak dikelompokkan
menjadi berikut :
Biofisik: beberapa pertimbangan penting dari segi biofisik adalah sebagai berikut .
Sekitar 90% dari sinar UV yang mengenai lensa adalah UVA (315-400 nm), triptofan
menyerap 95% dari energi foton diserap oleh asam amino dalam lensa, triptofan + UV
menghasilKAN 3-HKG (hydroxykynurenine) dan produk lainnya, dan 3-HKG-melekat
pada protein dan berubah darijernih menjadi berwarna coklat.
Biokimia: Beberapa pertimbangan biokimia terkait dengan katarak lentikular
berhubungan dengan cedera oksidatif potensial seiring dengan penuaan: enzim
pertahanan, Glukosa-3- Fosfat dehidrogenase, G-6-PD, Aldolase, Enolase, dan aktvitas
phospokinase menurun dengan usia Penuaan berhubungan dengan menurunnya
konsentrasi antioksidan (misalnya, glutation, askorbat), yang menyebabkan peningkatan
kerentanan terhadap kerusakan oksidatif dan peroksidasi lipid. Penuaan juga berhubungan
dengan kelarutan protein menurun dan peningkatan jumlah protein yang tidak larut
(denaturasi protein oleh radikal bebas), ikatan disulfida pada protein meningkat, oksidasi
protein tiol, dan perubahan dalam permeabilitas membran , yang semuanya dapat
menyebabkan dehidrasi osmotik sel lentikular. Efek ini ditonjolkan dengan paparan
radiasi. Berikut ini adalah yang sering diamati pada katarak senilis yang khas: 1)
pembentukan dari kristalin, agregat dengan berat molekul tinggi yang menumpuk dengan
penuaan; 2) polipeptida yang terdegradas dan 3) perubahan asam amino (misalnya,
hilangnya kelompok slfihidril dan deaminasi glutamin dan asparagin)
Fisiologis :perubahan fisiologis khas diamati di lensa dengan penuaan meliputi: hilangnya
gap junction protein dengan usia, hilangnya potensial membran selular,peningkatan
7
8/16/2019 MTE katarak
8/19
8/16/2019 MTE katarak
9/19
(intake makanan), diabetes (diabetes) , dehydration (dehidrasi) , dan don’t know
(idiopatik). Selain itu, efek buruk dari metabolisme glukosa dalam lensa dan perubahan
terkait pada potensi reduksi oksidasi sel epitel lensa tidak boleh diabaikan, mengingat
efeknya memperburuk perubahan ini oksidatif. Lensa dirancang untuk memfokuskan
cahaya ke retina sepanjang hidup individu, tetapi konsekuensi dari ini adalah foto-
oksidasi struktur lensa. Lensa mungkin muncul struktur relatif inert, tetapi memiliki
tingkat ATP setinggi seperti yang ditemukan dalam otot, jaringan yang jauh lebih aktif.
Metabolisme oksidatif jelas penting dalam menjaga lensa dalam keadaan transparan.
Namun, ini berarti bahwa, selain terus menerus dalam cahaya, lensa juga 'bermandikan'
oksigen. Reaktivitas tinggi oksigen dijelaskan pada tingkat molekuler oleh Linus Pauling:
oksigen adalah unsur yang paling elektro-negatif setelah fluor dan luar biasa dalam
memiliki dua elektron pada orbital px2p yang antibonding dalam orientasi spin paralel.
Prinsip eksklusi Pauli berarti bahwa, dalam reduksi oksigen ke air, reaksi ini harus
berlangsung melalui perantara dari radikal superoksida O-2. Jadi dioksigen yang relatif
jinak molekul O2 dikonversi menjadi radikal bebas yang sangat reaktif. Stres oksidatif
dikaitkan dengan peningkatan spesies oksigen reaktif yang dikenal untuk mempercepat
pembentukan katarak. Superoksida dikonversi dalam jaringan sebagian besar tubuh,
termasuk lensa, menjadi hidrogen peroksida oleh dismutases superoksida tapi bahkan
hidrogen peroksida dapat menjadi sangat beracun karena menghasilkan radikal hidroksil
OH. Toksisitas ini dicegah oleh katalase dan glutation peroksidase. Kunci utama antara
foto-oksidasi dan katarak adalah bahwa foto-oksidasi kelompok tiol pada lensa kristalin
menghasilkan jembatan disulfida antara moleul-molekul dan proses ini akan
menyebabkan agregasi protein dan katarak. Sebagai catatan Harding, perubahan-
perubahan agregatif tidak terbatas pada lensa, kondisi ini juga terjadi pada usia lainnya
yang berhubungan dengan degenerasi jaringan seperti jaringan saraf pusat dalam penyakit
Alzheimer, tetapi mungkin sangat jelas pada jaringan yang dilaluicahaya terus menerus.
Truscott menunjukkan bahwa, lensa mengandung filter terhadap UV yang mengurangi
efek dari spektrum elektromagnetik pada protein lensa, namun seiring dengan usia ini
akan berkurang dengan sendirinya. (60
Konsep yang menyatakan kemungkinan keterlibatan lipid pada proses terjadinya
katarak didasarkan pada deskripsi bahan lipoidal pada lensa kristalin yang dilaporkan oleh
Berzelius pada tahun 1825. Sejak penemuan awal ini, beberapa peneliti telah mempelajari
9
8/16/2019 MTE katarak
10/19
mengenai lipid lenticular mengarah ke opasitas lensa. Pada tahun 1965, Feldman GL dan
Felman LS menemukan kadar kolesterol, cephalins, lesitin, dan shingomyelin yang lebih
tinggi pada lensa manusia yang katarak bila dibandingkan dengan lensa yang normal.
Sekitar 40% dari total lipid serat lensa manusia adalah kolesterol, adanya faktor intrinsik atau ekstrinsik memodifikasi kadarnya dan dapat mengubah sifat lensa optik.
Pembentukan kristal ini terkait dengan komposisi lipid lensa, dan diperkirakan
berhubungan dengan sphingomyelin andihydrosphingomyelin. Peran kolesterol dalam
pembentukan katarak juga didukung oleh pengamatan yang dilakukan di berbagai
patologi yang berhubungan dengan defek metabolisme kolesterol. Dengan demikian,
pasien dengan Smith-Lemli-Opitz sindrom, aciduria mevalonic, atau cerebrotendinous
xanthomatosis yang ditandai dengan mutasi pada enzim metabolisme kolesterol (7-
dehydrocholesterol reduktase, mevanolate kinase, dan CYP27A1, Resp.) sering
mengalami katarak. Lensa manusia secara terus menerus dalam lingkungan fotoksidatif
kuat, paparan kronis terhadap sinar UV, dan ozon dapat menyebabkan pembentukan dari
beberapa turunan oksida kolesterol (oxysterols) yang berkontribusi untuk mengganggu
sintesis kolesterol dan homeostasis dalam serat lensa manusia. Selain itu 7-ketokolesterol
telah disebutkan dapat mempengaruhi aktivitas Na / K ATPase, dan homeostasis lipid
intraselular, oxysterol ini diperkirakan merupakan suatu faktor risiko penting dalam
patofisiologi terjadinya katarak. Telah dijelaskan bahwa aktivitas Na / K ATPase adalah
pemeliharaan gradien konsentrasi ionik dan transparansi lensa, dan komposisi lipid yang
tidak lazim memodifikasi fluiditas membran lensa. Oxyterol dapat berinteraksi dengan
membran sel dan untuk menyebabkan perubahan kolesterol dan fosfolipid, selain itu
oxyterol dapat memodifikasi distribusi kolesterol serat lensa manusia dan berkontribusi
pada opasitas lensa.(4,5,6)
2.5 Klasifikasi
Katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe utama:
1. Katarak Nuklear
Katarak nuclear adalah sclerosis dan penguningan yang berlebihan pada lensa.
Dimana sebenarnya secara fisiologis lensa memang mengalami sclerosis dan penguningan
sesuai dengan pertambahan umur. Namun hal ini tidak berpengaruh banyak pada fungsi
visual. Apabila sclerosis dan penguningan lensa ini sudah berlebihan maka ia disebut
10
8/16/2019 MTE katarak
11/19
katarak nuclear. Cara mengevaluasi katarak nuclear adalah dengan menggunakan slit-
lamp biomicroscope dan dengan memeriksa refleks warna merah dengan dilatasi pupil.
Ciri-ciri katarak nuclear:
•Perkembangannya lambat
• Biasanya bilateral dan mungkin asimetris
• Menyebabkan penurunan penglihatan jauh dibandingkan penglihatan dekat.
• Pada stadium awal, karena proses pengerasan dari nucleus lensa, seringkali terjadi
peningkatan indeks refraksi lensa yang berakibat terjadi myopic shift pada refraksi
(myopia lentikuler). Pada beberapa kasus, myopc shift dapat membuat orang-orang
dengan presbiopi dapat membaca dengan kacamata, kondisi ini disebut juga
sebagai second sight (penglihatan sekunder).4
Gambar 2.1. Katarak Nuklear4
2. Katarak Kortikal
Terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta komposisi air dari
serat-serat pembentuk lensa. Terbentuk kekeruhan berbentuk baji yang menyebar
dari pinggir lensa ke tengah. Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp
akan mendapatkan gambaran vakuola, degenerasi hidropik serabut lensa, serta
pemisahan lamela kortek anterior atau posterior oleh air. 4
11
8/16/2019 MTE katarak
12/19
Gambar 2.2 Katarak kortikal8
3. Katarak Subkapsular Posterior
Katarak subcapsular posterior sering terjadi pada pasien dengan usia yang lebih
muda dari katarak kortikal dan nuclear. Lokasinya di lapisan kortikal posterior dan
biasanya axial. Pasien sering mengeluh silau dan penglihatan yang jelek pada kondisi
cahaya tertutup. Tajam penglihatan dekat menurun lebih banyak dibandingkan tajam
penglihatan jauh. Monocular diplopia. Pemeriksaan terbaik katarak subkapsular posterior
adalah dengan menggunakan slit-lamp dalam kondisi pupil dilatasi.
Gambar 2.3 Katarak Subkapsular8
2.6 Manifestasi klinis
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium:
a. Katarak Insipien
Kekeruhan pada stadium ini terletak pada bagian perifer korteks anterior dan
posterior sehingga menimbulkan keluhan poliopia karena indeks refraksi bagian lensa
yang berbeda-beda. Pada stadium ini, tajam penglihatan penderita biasanya masih
baik dan bisa mencapai 6/6.7,8
b. Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur lebih tebal dan luas dibandingkan katarak
insipien, akan tetapi masih ada bagian lensa yang jernih. Pada katarak imatur akan
dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa
12
8/16/2019 MTE katarak
13/19
yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan
hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada stadium ini dapat terjadi
miopisasi dan glaukoma sekunder karena terjadi intumesensi lensa. Tajam
penglihatan bisa menurun hingga1/60.7,8
c. Katarak matur
Pada stadium ini, seluruh bagian korteks lensa mengalami kekeruhan. Akan
tetapi, lensa kembali mengecil karena air keluar bersama hasil disintegrasi. Keluarnya
air akan mengembalikan iris pada posisi semula sehingga kedalaman camera oculi
anterior menjadi normal. Penglihatan memburuk pada stadium ini, bahkan terkadang
pasien hanya bisa membedakan gelap dan terang.7,8
d. Katarak hipermatur
Katarak hipermatur ditandai dengan protein kortikal yang mencair dan keluar
melalui kapsul lensa sehingga kapsul akan menyusut, mengerut dan berwarna kuning.
Pencairan protein kortek yang terus menerus menyebabkan nukleus mengapung bebas
didalam kantong kapsul, keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.4
Tabel 2.1 Perbedaan Stadium Katarak Senilis6
Pembeda Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air
masuk)
Normal Berkurang
(air+ massa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow TestNegatif Positif Negatif Pseudopos
13
8/16/2019 MTE katarak
14/19
Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Galukoma
2.7 Diagnosis Katarak Senilis
Diagnosis katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
mata serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis:9
• Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
• Mata tidak sakit, gatal, atau merah (kecuali pada katarak traumatik).
• Penglihatan seperti berkabut, berasap, tertutup film.
• Perubahan daya lihat warna dan kontras sensitivitas.• Silau pada mata terutama saat mengendarai kendaraan malam hari, lampu yang
terang
• Diplopia dan polypia
• Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).
Pemeriksaan fisik:9
• Pemeriksaan visus.
• Slit lamp
•Tonometri
• Ophtalmoscopy direct atau indirect.
Pemeriksaan laboratorium diminta sebagai bagian dari proses screening pra
operasi untuk mendeteksi penyakit yang menyertai, seperti diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit jantung. Stadium katarak senilis ditentukan berdasarkan
ketajaman penglihatan pasien. Pada pemeriksaan slit lamp biasanya dijumpai keadaan
palpebra, konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan COA dalam keadaan normal. Pada lensa
pasien katarak, didapatkan lensa keruh. Selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan
shadow test untuk menentukan stadium pada penyakit katarak senilis.7
2.8 Tatalaksana
Tatalaksana pada katarak adalah tindakan pembedahan. Pengobatan yang diberikan
biasanya hanya memperlambat proses, tetapi tidak menghentikan proses degenerasi lensa.
Kunci utama untuk membuat keputusan untuk melakukan bedah katarak adalah adanya
penurunan fungsi penglihatan.
14
8/16/2019 MTE katarak
15/19
1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction )
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang
metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.
2. ECCE ( Extra Capsular Cataract Extraction )
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa
dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya
katarak sekunder.
Gambar 2.4. Teknik Extra Capsular Cataract Extraction
Perawatan Pasca Bedah
Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk
bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda
berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan.
Matanya dapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya
dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian.
15
8/16/2019 MTE katarak
16/19
Selain itu juga akan diberikan obat untuk:7,8,9
- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.
- Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.
Setelah pembedahan hal yang tidak boleh dilakukan antara lain; menggosok
mata, membungkuk, menggendong yang berat, membaca yang berlebihan dari
biasanya, mengedan keras sewaktu buang air besar, berbaring ke sisi mata yang baru
dibedah.
2.9 Komplikasi Katarak Senilis
Pada perjalanan katarak dapat terjadi penyulit. Yang tersering adalah
glaucoma, yang terjadi karena proses:4
a. Fakomorfik Oleh karena proses intumesensi, iris terdorong ke depan, sudut COA
dangkal, aliran COA tidak lancar sedang produksi terus berlangsung, sehingga
tekanan intraokuler meninggi dan menimbulkan glaucoma. Pasien biasanya
tampak mata merah, nyeri pada mata dan riwayat penurunan penglihatan sebagai
akibat pembentukan katarak sebelum keadaan akut.Kornea biasanya udem dan
COA dangkal.Tatalaksana awal termasuk penurunan tekanan intraorbita dengan
obat-obatan.b. Fakolitik
1. Lensa yang keruh, jika kapsul menjadi rusak, substansi lensa yang keluar
akan diresorpsi oleh sebukan fagosit atau makrofag yang banyak di COA,
sebukan ini sedemikian banyaknya sehingga dapat menyumbat sudut COA
dan menyebabkan glaucoma
2. Penyumbatan dapat terjadi pula oleh karena substansi lensa sendiri yang
menumpuk di sudut COA, terutama bagian kapsul lensa, dan menyebabkan
eksfolasi glaukomac. Fakotoksik Partikel Lensa
16
8/16/2019 MTE katarak
17/19
Substansi lensa di COA merupakan zat yang toksik bagi mata (protein asing)
sehingga terjadi reaksi alergi.
Selain glaucoma sekunder, terdapat penyulit dislokasi lensa pada katarak stadium
matur. Stadium matur, yang didiamkan dapat terjadi terlepasnya zonula zinii sehingga
menyebabkan dislokasi lensa yang juga menyebabkan uveitis dan glaucoma.7,8
BAB III
KESIMPULAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis ialah karena proses degeneratif.
17
8/16/2019 MTE katarak
18/19
Selain itu katarak senilis juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti adanya
penyakit metabolisme, trauma serta paparan sinar ultraviolet.
Katarak senilis secara klinis dikenal dalam empat stadium, yaitu stadium insipien,
imatur, matur dan hipermatur. Gejala umum gangguan katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya, dapat
terjadi penglihatan ganda pada satu mata memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat
membaca, lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Pengobatan pada katarak adalah pembedahan. Untuk menentukan kapan katarak
dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan dikaitkan
dengan tugas sehari-hari penderita.
Apabila dibiarkan katarak akan menimbulkan gangguan penglihatan dan
komplikasi seperti glaukoma, uveitis dan kerusakan retina.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak senilis
ialah disebabkan oleh faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal
yang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah paparan langsung
terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap dan sebagainya.
Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E) secara teori bermanfaat.
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat
yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Optometric Association. Care of the Adult Patient in Cataract. 2010.
2. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San Fransisco:
MD Association, 2011-2012.
3. WHO. Priority Eye Disease. Diakses dari http://who.int/blindness/ causes/
priority/indek1.html
18
http://who.int/blindness/http://who.int/blindness/
8/16/2019 MTE katarak
19/19
4. Jones JA, McCarten M, Manuel K. Cataract Formation Mechanisms and Risk in
Aviation and Space Crews. In: Aviation , Space , and Environment Medicine.
Houston: NASA Johnson Spce Center; 2007;78:A55-A66
5. Williams DL. Oxidation, antioxidants and cataract formation: a literature review. In:
Veterinary Opthalmology. Cambridge: Department of Clinical Veterinary Medicine;
2006;9:292-298
6. Vejux A, Sammai M, Lizard G. Contribution of Cholesterol and Oxysterols in the
Physopathology of Cataract: Implication for the Development of Pharmalogical
Treatments. In: Journal of Opthalmology. France: University of Burgundy;
2011;471947:1-6
7. Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Dalam buku Oftalmologi Umum edisi 14. Alih
Bahasa Tambajong J, Pendit UB. Widya Medika : Jakarta. 2000; hal 175-7, 183-4
8. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke-3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2008:
34,200-11
7. Liao Shuh-Bin, Ku Wan-Chen. Progression of diabetic retinopathy after
phacoemulsification in diabetic patients: a three year analysis. Chang Gung
MedJ.2003;26(11):829-832.
8. Zaczek A, Olivestedt G and Zetterstrom C. Visual Outcome After
Phacoemulsification and IOL Implantation. Br J Ophthalmol.1999;83:1036-41.
9. Ocampo Jr, Vicente VD. Senile Cataract. 2012. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview