12
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1 DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI KECAMATAN BOGOR UTARA KOTA BOGOR Sulikawati *) , Jupri *) , L. Somantri *) [email protected] , [email protected] , [email protected] Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia, utamanya di pulau Jawa sudah tak terkendali. Setiap tahun 80 ribu Ha lahan pertanian hilang. Diperkirakan tahun 2025 luas lahan pertanian di Indonesia tersisa dua juta hektare. Salah satu wilayah yang mengalami alih fungsi lahan adalah Kecamatan Bogor Utara. Alih fungsi lahan yang terjadi karena pertumbuhan penduduk, yang mengakibatkan permintaan lahan meningkat, sehingga lahan pertanian semakin berkurang dan lahan terbangun semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola dan sebaran alih fungsi lahan serta menganalisis perkembangan nilai lahan di Kecamatan Bogor Utara. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan interpretasi dan penampalan, pengelompokan data, penyajian data tersusun, skoring dan matching data. Didapat bahwa adanya alih fungsi lahan, pada tahun 2000 luas lahan pertaniannya 17,36% dan lahan permukiman 63,83% dari luas keseluruhan wilayah penelitian, kemudian pada tahun 2014 luas lahan pertanian berkurang menjadi 11,67% dan lahan permukiman meningkat menjadi 81,84%. Pola pemukiman sudah memusat karena perkembangan wilayah sudah sangat pesat. Tetapi di Kelurahan Kedunghalang dan Kelurahan Cimahpar permukiman penduduk belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola permukimannya sedikit menyebar, setelah terjadi alih fungsi lahan bentuk dan pola permukiman menjadi linear dan semakin memusat. Kualitas fasilitas umum semakin meningkat. Banyak pembangunan sarana/prasarana lainnya di wilayah penelitian, sehingga berdampak terhadap perubahan nilai lahan. Nilai lahan mengalami peningkatan tiap tahunnya serta perkembangannya sangat drastis. Kelurahan Bantarjati memiliki nilai lahan sangat tinggi, karena dipengaruhi oleh lokasi yang strategis, aksesibilitas yang mudah serta merupakan pusat bisnis di Kota Bogor. Kata Kunci : alih fungsi lahan, perubahan nilai lahan.

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

  • Upload
    vokhanh

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI

KECAMATAN BOGOR UTARA KOTA BOGOR

Sulikawati*) , Jupri*), L. Somantri*) [email protected] , [email protected] , [email protected]

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia, utamanya di pulau Jawa sudah tak terkendali. Setiap tahun 80

ribu Ha lahan pertanian hilang. Diperkirakan tahun 2025 luas lahan pertanian di Indonesia tersisa dua

juta hektare. Salah satu wilayah yang mengalami alih fungsi lahan adalah Kecamatan Bogor Utara. Alih

fungsi lahan yang terjadi karena pertumbuhan penduduk, yang mengakibatkan permintaan lahan

meningkat, sehingga lahan pertanian semakin berkurang dan lahan terbangun semakin meningkat.

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola dan sebaran alih fungsi lahan serta menganalisis

perkembangan nilai lahan di Kecamatan Bogor Utara. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Teknik

analisis data yang digunakan interpretasi dan penampalan, pengelompokan data, penyajian data

tersusun, skoring dan matching data. Didapat bahwa adanya alih fungsi lahan, pada tahun 2000 luas

lahan pertaniannya 17,36% dan lahan permukiman 63,83% dari luas keseluruhan wilayah penelitian,

kemudian pada tahun 2014 luas lahan pertanian berkurang menjadi 11,67% dan lahan permukiman

meningkat menjadi 81,84%. Pola pemukiman sudah memusat karena perkembangan wilayah sudah

sangat pesat. Tetapi di Kelurahan Kedunghalang dan Kelurahan Cimahpar permukiman penduduk

belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola permukimannya sedikit menyebar,

setelah terjadi alih fungsi lahan bentuk dan pola permukiman menjadi linear dan semakin memusat.

Kualitas fasilitas umum semakin meningkat. Banyak pembangunan sarana/prasarana lainnya di wilayah

penelitian, sehingga berdampak terhadap perubahan nilai lahan. Nilai lahan mengalami peningkatan

tiap tahunnya serta perkembangannya sangat drastis. Kelurahan Bantarjati memiliki nilai lahan sangat

tinggi, karena dipengaruhi oleh lokasi yang strategis, aksesibilitas yang mudah serta merupakan pusat

bisnis di Kota Bogor.

Kata Kunci : alih fungsi lahan, perubahan nilai lahan.

Page 2: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

2 | Sulikawati, dkk

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…

ABSTRACT

Conversion of land in Indonesia especially in Java island it’s not under control. Every years 80.000

hectare agriculture was disappear. It is estimated in 2025 agricultural area in Indonesia only 2 million

hectare. In this research become explain land changing in in North Bogor Sub district. Every years

agriculture land was change become resident area, industrial area, and public services. The land was

change because some factor between growing up population and land demand request of population.

The purpose of this research it is to analyst pattern, spreading land changing and identification of the

value of land Bogor Sub District in Bogor City. On this research used descriptive method. To analyst

data use interpretation technic, grouping of data, arranged in orderly data, scoring, and match data.

The result of this research this area had land changed. In the period 2009 this area had 17,36% of for

agriculture land and 63,83% for another land used, but on 2014 this area had 11,67% of agriculture

land, and the another land was growing up 81,84% of the all North Bogor Sub District area. The pattern

of residential area was central pattern because highest growth of economic. Some this village had a

different, the one of this village is Kedunghalang and Cihampar. On this villages had middle density,

because had spread residential pattern and had a half of agriculture land. After land conversion the

residential pattern change was elongated ( between road) and centered. The quality of the public

services was improve that’s way this area had many land conversion every years this case impact for

land values. The land values growing up every years and the improvement was fast. Bantarjati had

highest land value because had a strategic location, good accessibility and become central business

district of Bogor City.

Keywords: Land Conversion, Changes in Land Values

*) Penulis, Penanggung Jawab

PENDAHULUAN

Lahan salah satu sumberdaya alam

yang tidak dapat diperbaharui dan

merupakan sarana untuk menopang

kelangsungan hidup manusia. Pertumbuhan

penduduk yang tinggi akan mempengaruhi

kebutuhan lahan, baik lahan untuk

permukiman, industri ataupun untuk

kebutuhan infrastruktur lainnya. Pada tahun

2014 jumlah penduduk Indonesia mencapai

dua ratus empat puluh juta jiwa dengan laju

pertumbuhan 1,49% per tahun, permintaan

lahan semakin meningkat sehingga

menimbulkan ketimpangan antara luas

lahan kebutuhan manusia dengan luas lahan

yang tersedia. (Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana, 2015)

Pemanfaatan lahan di suatu wilayah

harus mempertimbangkan beragai aspek,

seperti aspek sosial maupun aspek fisik.

Hal tersebut dikarenakan agar pemanfaatan

lahan lebih tepat, sehingga menguntungkan

bagi semua pihak baik secara ekonomis

maupun ekologis. Dan kerusakan terhadap

lingkungan pun dapat diminimalkan.

Banyaknya pembangunan dalam

berbagai kegiatan mendorong perubahan

Page 3: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 3

penggunaan lahan, seperti penggunaan

lahan pertanian atau non pertanian berubah

fungsi menjadi lahan permukiman atau pun

lahan terbangun lainnya.

Menurut Suma’atmadja (1997,

hlm.56) konversi tata guna lahan dengan

tidak mengutamakan kondisi geografis

yang termasuk faktor fisik dengan daya

dukungnya dalam kurun waktu yang

panjang akan mengakibatkan dampak

negatif terhadap lahan dan lingkungan yang

bersangkutan. Alih fungsi lahan yang tidak

terkendali dan tanpa memperhatikan

kondisi geografis akan mempengaruhi

kualitas maupun kuantitas lingkungan,

sehingga lingkungan menjadi rusak dan

tercemar.

Alih fungsi lahan yang sering terjadi

yaitu pada lahan pertanian. Hal ini

disebabkan daya tarik masyarakat untuk

bertani semakin rendah. Dan juga, alih

fungsi lahan pertanian yang tak terkendali

karena belum optimalnya pelaksanaan

peraturan mengenai tata guna lahan,

sehingga fenomena yang terjadi berbeda

dengan yang terdapat dalam peraturan.

Maka dari itu, alih fungsi lahan pertanian

adalah ancaman yang tidak dapat

disepelekan karena dampak yang

ditimbulkan berkaitan langsung dengan

ketahanan pangan dan lingkungan.

Salah satu daerah yang mengalami

alih fungsi lahan adalah di daerah

Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor.

Dilihat pada tabel 1 mengenai luas lahan

pertanian menurut Kecamatan di Kota

Bogor berikut.

Page 4: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

4 | Sulikawati, dkk

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…

Tabel 1

Penggunaan Lahan di Kecamatan Bogor Utara

tahun 2000

Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014.

Berdasarkan tabel 1 penggunaan

lahan di Kecamatan Bogor Utara menurut

Kelurahan memiliki luasan area non

terbangun sebanyak 34% dari luas

keseluruhan wilayah Kecamatan Bogor

Utara, termasuk didalamnya lahan sawah,

kebun, semak belukar, tanah kosong dan

area hijau. Dan 66% lainnya merupakan

area terbangun, yang didalamnya

merupakan lahan permukiman,

perkantoran, pergudangan, perdagangan,

industri dan penggunaan lahan lain (jalan,

terminal, stasiun, parkir, dan lainnya). Area

terbangun di Kecamatan Bogor Utara pada

tahun 2000 sudah mulai mendominasi. Jika

dibandingkan dengan tahun 2014,

penggunaan lahan yang ada akan sangat

berbeda. Dapat dilihat pada tabel 2.

Berdasarkan perbandingan tabel 1

dan tabel 2 perubahan penggunaan lahan

antara tahun 2000 sampai dengan tahun

2014, lahan area terbangun menjadi

penggunaan lahan yang dominan. Akan

tetapi tetap ada perbedaan disetiap

tahunnya. Lahan permukiman dan area

terbangun lainnya terus meningkat, pada

tahun 2000 seluas 66% dari luas

keseluruhan wilayah, sedangkan pada

tahun 2014 meningkat menjadi 82% dari

luas wilayah Kecamatan Bogor Utara.

Tabel 2

Penggunaan Lahan di Kecamatan Bogor Utara

tahun 2014

Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014.

Untuk area non terbangun semakin

menyusut luasnya, pada tahun 2000 luas

area non terbangun seperti lahan sawah,

semak belukar, kebun dan lainnya seluas

34% dari luas keseluruhan wilayah,

sedangkan pada tahun 2014 luas area non

terbangun menyusut menjadi 18%, sebab

pergeseran luas jenis-jenis penggunaan

lahan yang cukup besar.

METODE

Metode yang digunakan adalah

metode survey, untuk mengamati objek

penelitian secara langsung di lapangan, dan

metode deskriptif untuk menganalisis data

penelitian yang didapat dari masalah yang

ada di lapangan. Menggunakan metode ini

bertujuan untuk mengumpulkan data, fakta-

fakta daerah penelitian, informasi dan

Page 5: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 5

keterangan tentang alih fungsi lahan dan

dampaknya tersebut di Kecamatan Bogor

Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah

wilayah yang mengalami alih fungsi di

daerah penelitian yaitu Kelurahan

Bantarjati, Kelurahan Tanah Baru,

Kelurahan Cibuluh, Kelurahan Cimahpar

dan Kelurahan Kedunghalang, sedangkan

populasi manusia yang diambil dalam

penelitian ini adalah penduduk yang tinggal

di daerah penelitian.

Sampel wilayah berdasarkan

perhitungan jumlah sampel dengan

menggunakan rumus menurut Dixon dan B,

diperoleh jumlah sampel sebanyak 67

responden.

Variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 3

Variabel Penelitian

Untuk mendapatkan data dan

informasi yang sesuai dengan tujuan

penelitian, maka penulis menggunakan

teknik pengumpulan data Observasi

Lapangan, Wawancara, Studi Literatur dan

Dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian ini

adalah Interpretasi dan penampalan

(overlay), peta diinterpretasikan dan

tampalan untuk memperoleh informasi

yang berhubungan dengan alih fungsi lahan

untuk menentukan kualitas lahan dan

penentuan sampel. Pengelompokan data,

untuk mengetahui apakah data penelitian

sudah memenuhi atau belum. Penyajian

data tersusun, data hasil penelitian disajikan

dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan

peta. Skoring dan matching Data, dilakukan

untuk memberikan skor terhadap parameter

kemudian disajikan, lalu membandingkan

parameter yang terukur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Bogor Utara terletak di

antara 6°32’37” – 6°35’21,1” LS dan

106°48’2,6” – 106°49’80” BT serta

mempunyai ketinggian rata-rata minimal

200 meter dan maksimal 300 meter di atas

permukaan laut.

Rata-rata pertumbuhan penduduk di

daerah penelitian mencapai 2,06%

pertahun. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan penduduk di

Kecamatan Bogor Utara adalah kelahiran,

kematian dan migrasi. Berdasarkan tabel 4

menggambarkan bahwa telah dan terus

terjadi pertambahan penduduk tiap

tahunnya di Kecamatan Bogor Utara. Laju

pertumbuhan penduduk di Kecamatan

Bogor Utara ini dipengaruhi oleh beberapa

Page 6: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

6 | Sulikawati, dkk

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…

faktor, yaitu kelahiran, kematian serta

migrasi penduduk. Dan faktor yang paling

dominan terhadap pertumbuhan penduduk

di daerah penelitian adalah faktor migrasi.

Gambar 1

Peta Adminitrasi Wilayah Penelitian

Tabel 4

Pertumbuhan Penduduk Kecamatan

Bogor Utara

Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara

Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi

Lahan Permukiman

Alih fungsi lahan pertanian menjadi

lahan permukiman merupakan suatu

fenomena yang sedang terjadi. Dan

perkembangan luas lahan pertanian di

wilayah yang menjadi objek penelitian

yaitu Kelurahan Bantarjati, Kelurahan

Tanah Baru, Kelurahan Cimahpar,

Kelurahan Cibuluh dan Kelurahan

Kedunghalang sangat signifikan. Berikut

ini adalah data lahan pertanian dan non

pertanian di wilayah penelitian pada tahun

2000.

Tabel 5

Data Lahan Pertanian dan Non Pertanian

tahun 2000

Sumber : Arsip Monografi Kec. Bogor Utara

Tabel 5 menunjukan bahwa lahan

pertanian di wilayah penelitian pada tahun

2000 memiliki luas 17,36%, tidak

mencapai setengah dari luas penggunaan

lahan keseluruhan di wilayah penelitian.

Dan luas lahan permukiman atau area

terbangun lainnya memiliki jumlah seluas

63,83% dari keseluruhan luas wilayah.

Kelurahan yang memiliki luas lahan

pertanian terluas pada tahun 2000 adalah

Kelurahan Cimahpar mencapai 79,68 Ha

dan Kelurahan yang memiliki luas lahan

pertanian paling sedikit adalah Kelurahan

Bantarjati hanya seluas 6,561 Ha.

Lahan yang digunakan sebagai lahan

permukiman serta area terbangun lainnya,

Kelurahan Tanah Baru adalah Kelurahan

yang memiliki luas lahan permukiman serta

area terbangun terluas yaitu 35,50%, karena

Page 7: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 7

pada saat itu Kelurahan lainnya seperti

Kelurahan Bantarjati lebih difokuskan

menjadi pusat bisnis kota saja, tidak seperti

sekarang yang telah banyak dibangun

perumahan, sehingga Kelurahan Tanah

Baru lah yang paling banyak permukiman

karena letaknya yang dekat dengan pusat

kota, dan yang terendah luas lahan

permukimannya adalah Kelurahan

Cimahpar yaitu seluas 93,18 Ha, karena

Kelurahan Cimahpar memiliki luas lahan

pertanian yang paling luas, sehingga pola

permukimannya pun menyebar dan

penduduk belum terlalu banyak bermukim

di wilayah tersebut.

Luas lahan pertanian atau pun non

pertanian pada tahun 2000 termasuk

didalamnya adalah lahan permukiman,

tentunya sangat berbeda bila dibandingkan

dengan tahun 2014. Hal tersebut dapat

dilihat pada tabel 6.

Tabel 6

Data Lahan Pertanian dan Non Pertanian

tahun 2014

Sumber : Arsip Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa lahan

pertanian di wilayah penelitian pada tahun

2014 seluas 11,67% dari luas penggunaan

lahan keseluruhan di wilayah penelitian,

sedangkan wilayah permukiman dan area

terbangun lainnya seluas 81,84% yaitu

hampir semua dari luas penggunaan lahan

keseluruhan di wilayah penelitian.

Kelurahan Cimahpar pada tahun

2014 masih merupakan wilayah penelitian

paling luas yang memiliki lahan pertanian

dan satu-satunya wilayah yang lahan

pertaniannya di perluas, yaitu menjadi

seluas 94% dari keseluruhan luas pertanian

yang ada di wilayah penelitian, sebab

wilayah tersebut berencana dijadikan

sebagai wilayah berbasis pertanian

walaupun perubahan lahan menjadi

permukiman tetap meningkat, sedangkan

Kelurahan Tanah Baru dan Kelurahan

Kedunghalang merupakan wilayah yang

tidak memiliki lahan pertanian (0 Ha). Hal

ini karena di daerah tersebut lahan

pertanian yang dahulu pernah ada sudah

dialih fungsikan menjadi permukiman,

kebun dan lahan terbangun lainnya.

Lahan yang digunakan untuk

permukiman dan area terbangun,

Kelurahan Tanah Baru merupakan daerah

yang memiliki luas permukiman serta area

terbangun tertinggi yaitu 37%, karena

Kelurahan Tanah Baru terletak di dekat

pusat kota sehingga akses menuju fasilitas

umum pun sangat mudah.

Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6 dapat

menampilkan pola perubahan luas lahan

pertanian dan lahan yang digunakan untuk

Page 8: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

8 | Sulikawati, dkk

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…

permukiman atau lainnya dari tiap

kelurahan yaitu sebagai berikut.

Tabel 7

Perbandingan dan Perubahan Luas Lahan

Pertanian antara Tahun 2000 dan Tahun

2014

Sumber : Data Penelitian, 2016

Tabel 7 menunjukkan bahwa alih

fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan

Bogor Utara sangatlah pesat. Alih fungsi

lahan pertanian menjadi non pertanian

sangat tinggi setiap tahunnya. Berdasarkan

data luas pertanian tahun 2000 dan tahun

2014, Kelurahan Kedunghalang merupakan

wilayah tertinggi adanya alih fungsi lahan

pertanian menjadi permukiman atau area

terbangun lainnya yaitu mencapai 57,31

Ha, sedangkan wilayah terendah adanya

alih fungsi lahan pertanian menjadi

permukiman atau area terbangun lainnya

adalah Kelurahan Bantarjati yang hanya

mencapai 2 Ha. Dan Kelurahan Cimahpar

merupakan satu-satunya kelurahan yang

memperluas lahan pertaniannya, tetapi

bukan berarti di kelurahan Cimahpar tidak

terjadi aih fungsi lahan pertanian menjadi

permukiman. Sebab tetap ada alih fungsi

lahan pertanian menjadi permukiman di

Kelurahan Cimahpar, tetapi tidak seluas

seperti Kelurahan lainnya, dan perluasan

lahan pertanian tersebut dari alih fungsi

lahan kebun, semak belukar dan lahan

kosong.

Untuk perbandingan luas lahan

permukiman tahun 2000 dan tahun 2014

terdapat pada tabel 8 berikut.

Tabel 8

Perbandingan dan Perubahan Luas Lahan

Permukiman antara Tahun 2000 dan

Tahun 2014

Sumber : Data Penelitian, 2016

Perkembangan jumlah penduduk

yang terus meningkat akan mempengaruhi

kebutuhan lahan, sehingga menyebabkan

lahan non permukiman beralih fungsi

menjadi lahan permukiman. Berdasarkan

tabel 8 Kelurahan Tanah Baru mengalami

perubahan luas permukiman cukup tinggi

dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2014

yaitu mencapai 90,3 Ha. Karena

pembangunan permukiman dan area

terbangun lain yang terus menerus setiap

tahunnya. Diikuti oleh Kelurahan

Kedunghalang yang mencapai 64 Ha

pertambahan luas permukiman yang

terjadi. Selain pembangunan permukiman,

di Kelurahan Kedunghalang banyak pula

pembangunan pabrik, fasilitas umum, serta

area terbangun lainnya, sehingga lahan

pertanian yang terdapat di Kelurahan

Kedunghalang seluruhnya sudah teralih

Page 9: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 9

fungsi menjadi lahan terbangun. Dapat

dilihat perubahan lahan yang terjadi di

wilayah penelitian pada gambar 3, gambar

4 dan gambar 5.

Berdasarkan data dan peta, semakin

jelas perubahan luas lahan pertanian

terutama perubahan lahan menjadi

permukiman dan area terbangun lainnya,

serta memberikan gambaran bahwa dalam

rentan waktu 14 tahun terakhir mayoritas

penduduk hanya bermukim di wilayah yang

memiliki aksesibilitas yang tinggi baik ke

pusat kota maupun ke fasilitas-fasilitas

umum lainnya.

Alih fungsi lahan yang sangat pesat di

wilayah penelitian ini disebabkan oleh

pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.

Banyaknya penduduk pendatang pun

merupakan salah satu faktor kebutuhan

akan lahan meningkat, begitu juga dengan

nilai lahannya, sehingga pembangunan

permukiman atau pun lahan terbangun

lainnya tak terelakan dan membuat

penduduk yang memiliki lahan pertanian,

kebun atau pun lahan non permukiman

lainnya menjual lahannya. Hasil penjualan

lahannya pun digunakan untuk berbagai

macam kebutuhan, ada yang digunakan

untuk kebutuhan sehari-hari ataupun untuk

membeli lahan lagi di daerah lain yang

lebih murah harganya.

Berdasarkan data dan peta, semakin jelas

perubahan luas lahan pertanian terutama

perubahan lahan menjadi permukiman atau

area terbangun lainnya, serta memberikan

gambaran bahwa dalam rentan waktu 14

tahun terakhir mayoritas penduduk hanya

bermukim di wilayah yang memiliki

aksesibilitas yang tinggi baik ke pusat kota

maupun ke fasilitas-fasilitas umum lainnya.

Alih fungsi lahan yang sangat pesat di

wilayah penelitian ini disebabkan oleh

pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.

Banyaknya penduduk pendatang pun

merupakan salah satu faktor kebutuhan

akan lahan meningkat, begitu juga dengan

nilai lahannya, sehingga pembangunan

permukiman atau pun lahan terbangun

lainnya tak terelakan dan membuat

penduduk yang memiliki lahan pertanian,

kebun atau pun lahan non permukiman

lainnya menjual lahannya.

Page 10: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

10 | Sulikawati, dkk

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…

Gambar 3

Peta Penggunaan Lahan Kecamatan

Bogor Utara Tahun 1998

Gambar 4 Peta Penggunaan Lahan Tahun

2015

Gambar 5 Peta Perubahan Lahan Tahun

1998-2015

Sumber: Citra Google Earth 2015; Peta RBI

Lembar Bogor 1209-143 Skala

1:25.000; Observasi Lapangan

tahun 2016

Nilai Lahan

Kajian terhadap perkembangan nilai

lahan sangat penting dilakukan karena

berhubungan langsung dengan berbagai

aktivitas perekonomian masyarakat,

diantaranya pajak tanah, biaya kontruksi

bangunan/gedung, kredit dengan kolateral

tanah, dan lain sebagainya. Untuk melihat

perkembangan harga lahan di wilayah

penelitian, berikut merupakan data

perkembangan harga lahan dari tahun

2004-2014 di wilayah penelitian yaitu

Kecamatan Bogor Utara khususnya

Kelurahan Bantarjati, Kelurahan Tanah

Page 11: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 11

Baru, Kelurahan Cimahpar, Kelurahan

Cibuluh dan Kelurahan Kedunghalang.

Harga rata-rata tanah permeter

persegi tiap tahunnya terus menerus

meningkat, dan harga rata-rata tertingginya

terjadi di daerah Kelurahan Bantarjati. Hal

tersebut dikarenakan Kelurahan Bantarjati

merupakan pusat bisnis dan jalur akses

utama dari berbagai daerah menuju pusat

Kota seperti berhubungan langsung dengan

Kabupaten Bogor serta ibukota Negara,

sehingga peningkatan harga lahan untuk

permukiman ataupun lahan terbangun

lainnya sangat signifikan. Hal yang berbeda

dengan Kelurahan lainnya terutama

Cimahpar, walaupun terjadi kenaikan harga

tiap tahunnya namun tidak terlalu drastis

seperti yang terjadi di Kelurahan Bantarjati.

Fluktuasi kenaikan harga lahan yang

terjadi di wilayah penelitian semakin jelas

ketika digambarkan dalam bentuk grafik,

seperti pada gambar berikut.

Berdasarkan gambar 7 dapat

diketahui bahwa setiap tahunnya terjadi

perubahan harga lahan yang semakin

meningkat. Pada tahun 2012 sampai dengan

tahun 2014 peningkatan harga lahan terjadi

lebih signifikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Sebab, selain pertumbuhan

penduduk yang meningkat, permintaan

akan lahan untuk tempat bermukim pun

semakin meningkat pula, dan banyaknya

pembangunan permukiman dan bangunan

lainnya seperti hotel, factory outlet, rumah

sakit ataupun fasilitas umum lainnya.

Gambar 7

Grafik Harga Rata-rata Tanah

Dan juga keadaan transportasi pun

mengalami peningkatan, sehingga

berpengaruh terhadap pembangunan akses

jalan serta bermunculan bangunan rumah

makan maupun minimarket di wilayah

penelitian.

KESIMPULAN

Terjadi alih fungsi lahan pertanian

menjadi lahan permukiman di Kecamatan

Bogor Utara Kota Bogor. Pada tahun 2000

luas lahan pertanian mencapai 37,14% dan

lahan permukiman mencapai 20,78% dari

luas keseluruhan wilayah penelitian,

sedangkan pada tahun 2014 luas lahan

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

20

04

20

07

20

10

20

13

HargaRata-rataTanah(Rp/m²)Bantarjati

HargaRata-rataTanah(Rp/m²)TanahBaru

HargaRata-rataTanah(Rp/m²)Cimahpar

Page 12: DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI …antologi.upi.edu/file/Dampak_Alih_Fungsi_Lahan_Pertanian_menjadi... · belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola

12 | Sulikawati, dkk

Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…

pertanian menjadi 17,26% dan lahan

permukiman meningkat menjadi 45,69%.

Mayoritas penduduk bermukim di wilayah

yang memiliki aksesibilitas yang tinggi

Adanya alih fungsi lahan membuat kualitas

fasilitas umum semakin meningkat dan

berdampak terhadap perubahan nilai lahan.

Nilai lahan di daerah penelitian mengalami

peningkatan tiap tahunnya serta

perkembangan nilai lahan sangat drastis.

Kelurahan Bantarjati merupakan wilayah

yang memiliki nilai lahan sangat tinggi,

karena dipengaruhi oleh lokasi yang

strategis, aksesibilitas yang mudah serta

merupakan pusat bisnis di Kota Bogor,

sedangkan Kelurahan Cimahpar memiliki

nilai lahan yang paling rendah

dibandingkan dengan wilayah penelitian

lainnya sebab letaknya yang tidak terlalu

dekat dengan pusat Kota.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ibadurrahman, M. Geografi UPI. (2013).

Pengaruh Faktor-faktor Geografi

terhadap perubahan Nilai Lahan di

Kec. Parongpong. Skripsi.

Departemen Pendidikan Geografi

FPIPS-UPI, Bandung : Tidak

Diterbitkan.

Lestari, A. Geografi UPI. (2012).

Perkembangan Nilai Lahan di

Kecamatan Tanjung Pandan Kab.

Belitung. Skripsi. Departemen

Pendidikan Geografi FPIPS-UPI,

Bandung : Tidak Diterbitkan.

Sitorus, Santun RP. (2004). Evaluasi

Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.

Sumaatmadja, N. (1988). Geografi

Pembangunan. Jakarta. Depdikbud:

Proyek Pengembangan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependudukan.

Tika, P. (2005). Metoda Penelitian

Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber Dokumen

Kecamatan Bogor Utara. (2015).

Monografi Kecamatan Bogor Utara.

Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor.

(2014). Bogor.

Badan Pertanahan Nasional. (2014). Harga

Tanah. Bogor.

Sumber Internet

Anonymous. 2013. Alih Fungsi Lahan di

Indonesia.

http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-

barat/2013/12/25/263653/alih-

fungsi-lahan-pertanian-di-indonesia-

80-ribu-hektar-tahun

Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

Anonymous. 2015. Perubahan Lahan

Pertanian di Jawa Barat.

http://bisniskeuangan.kompas.com/r

ead/2015/08/24/204114026/Di.Indon

esia.Alih.Fungsi.Lahan.Paling.Serin

g.Terjadi.pada.Sawah.

Diakses pada tanggal 3 Juli 2015

Anonymous. 2015. Kondisi Fisik Kota

Bogor.

http://kotabogor.go.id/index.php/pag

e/detail/120/potensi-

usaha#.Vo49ll1b_o8

Diakses pada tanggal 7 Januari 2016.