Upload
vokhanh
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 1
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN TERHADAP PERUBAHAN NILAI LAHAN DI
KECAMATAN BOGOR UTARA KOTA BOGOR
Sulikawati*) , Jupri*), L. Somantri*) [email protected] , [email protected] , [email protected]
Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia, utamanya di pulau Jawa sudah tak terkendali. Setiap tahun 80
ribu Ha lahan pertanian hilang. Diperkirakan tahun 2025 luas lahan pertanian di Indonesia tersisa dua
juta hektare. Salah satu wilayah yang mengalami alih fungsi lahan adalah Kecamatan Bogor Utara. Alih
fungsi lahan yang terjadi karena pertumbuhan penduduk, yang mengakibatkan permintaan lahan
meningkat, sehingga lahan pertanian semakin berkurang dan lahan terbangun semakin meningkat.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola dan sebaran alih fungsi lahan serta menganalisis
perkembangan nilai lahan di Kecamatan Bogor Utara. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Teknik
analisis data yang digunakan interpretasi dan penampalan, pengelompokan data, penyajian data
tersusun, skoring dan matching data. Didapat bahwa adanya alih fungsi lahan, pada tahun 2000 luas
lahan pertaniannya 17,36% dan lahan permukiman 63,83% dari luas keseluruhan wilayah penelitian,
kemudian pada tahun 2014 luas lahan pertanian berkurang menjadi 11,67% dan lahan permukiman
meningkat menjadi 81,84%. Pola pemukiman sudah memusat karena perkembangan wilayah sudah
sangat pesat. Tetapi di Kelurahan Kedunghalang dan Kelurahan Cimahpar permukiman penduduk
belum terlalu padat karena masih banyak lahan pertanian dan pola permukimannya sedikit menyebar,
setelah terjadi alih fungsi lahan bentuk dan pola permukiman menjadi linear dan semakin memusat.
Kualitas fasilitas umum semakin meningkat. Banyak pembangunan sarana/prasarana lainnya di wilayah
penelitian, sehingga berdampak terhadap perubahan nilai lahan. Nilai lahan mengalami peningkatan
tiap tahunnya serta perkembangannya sangat drastis. Kelurahan Bantarjati memiliki nilai lahan sangat
tinggi, karena dipengaruhi oleh lokasi yang strategis, aksesibilitas yang mudah serta merupakan pusat
bisnis di Kota Bogor.
Kata Kunci : alih fungsi lahan, perubahan nilai lahan.
2 | Sulikawati, dkk
Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…
ABSTRACT
Conversion of land in Indonesia especially in Java island it’s not under control. Every years 80.000
hectare agriculture was disappear. It is estimated in 2025 agricultural area in Indonesia only 2 million
hectare. In this research become explain land changing in in North Bogor Sub district. Every years
agriculture land was change become resident area, industrial area, and public services. The land was
change because some factor between growing up population and land demand request of population.
The purpose of this research it is to analyst pattern, spreading land changing and identification of the
value of land Bogor Sub District in Bogor City. On this research used descriptive method. To analyst
data use interpretation technic, grouping of data, arranged in orderly data, scoring, and match data.
The result of this research this area had land changed. In the period 2009 this area had 17,36% of for
agriculture land and 63,83% for another land used, but on 2014 this area had 11,67% of agriculture
land, and the another land was growing up 81,84% of the all North Bogor Sub District area. The pattern
of residential area was central pattern because highest growth of economic. Some this village had a
different, the one of this village is Kedunghalang and Cihampar. On this villages had middle density,
because had spread residential pattern and had a half of agriculture land. After land conversion the
residential pattern change was elongated ( between road) and centered. The quality of the public
services was improve that’s way this area had many land conversion every years this case impact for
land values. The land values growing up every years and the improvement was fast. Bantarjati had
highest land value because had a strategic location, good accessibility and become central business
district of Bogor City.
Keywords: Land Conversion, Changes in Land Values
*) Penulis, Penanggung Jawab
PENDAHULUAN
Lahan salah satu sumberdaya alam
yang tidak dapat diperbaharui dan
merupakan sarana untuk menopang
kelangsungan hidup manusia. Pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan mempengaruhi
kebutuhan lahan, baik lahan untuk
permukiman, industri ataupun untuk
kebutuhan infrastruktur lainnya. Pada tahun
2014 jumlah penduduk Indonesia mencapai
dua ratus empat puluh juta jiwa dengan laju
pertumbuhan 1,49% per tahun, permintaan
lahan semakin meningkat sehingga
menimbulkan ketimpangan antara luas
lahan kebutuhan manusia dengan luas lahan
yang tersedia. (Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana, 2015)
Pemanfaatan lahan di suatu wilayah
harus mempertimbangkan beragai aspek,
seperti aspek sosial maupun aspek fisik.
Hal tersebut dikarenakan agar pemanfaatan
lahan lebih tepat, sehingga menguntungkan
bagi semua pihak baik secara ekonomis
maupun ekologis. Dan kerusakan terhadap
lingkungan pun dapat diminimalkan.
Banyaknya pembangunan dalam
berbagai kegiatan mendorong perubahan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 3
penggunaan lahan, seperti penggunaan
lahan pertanian atau non pertanian berubah
fungsi menjadi lahan permukiman atau pun
lahan terbangun lainnya.
Menurut Suma’atmadja (1997,
hlm.56) konversi tata guna lahan dengan
tidak mengutamakan kondisi geografis
yang termasuk faktor fisik dengan daya
dukungnya dalam kurun waktu yang
panjang akan mengakibatkan dampak
negatif terhadap lahan dan lingkungan yang
bersangkutan. Alih fungsi lahan yang tidak
terkendali dan tanpa memperhatikan
kondisi geografis akan mempengaruhi
kualitas maupun kuantitas lingkungan,
sehingga lingkungan menjadi rusak dan
tercemar.
Alih fungsi lahan yang sering terjadi
yaitu pada lahan pertanian. Hal ini
disebabkan daya tarik masyarakat untuk
bertani semakin rendah. Dan juga, alih
fungsi lahan pertanian yang tak terkendali
karena belum optimalnya pelaksanaan
peraturan mengenai tata guna lahan,
sehingga fenomena yang terjadi berbeda
dengan yang terdapat dalam peraturan.
Maka dari itu, alih fungsi lahan pertanian
adalah ancaman yang tidak dapat
disepelekan karena dampak yang
ditimbulkan berkaitan langsung dengan
ketahanan pangan dan lingkungan.
Salah satu daerah yang mengalami
alih fungsi lahan adalah di daerah
Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor.
Dilihat pada tabel 1 mengenai luas lahan
pertanian menurut Kecamatan di Kota
Bogor berikut.
4 | Sulikawati, dkk
Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…
Tabel 1
Penggunaan Lahan di Kecamatan Bogor Utara
tahun 2000
Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014.
Berdasarkan tabel 1 penggunaan
lahan di Kecamatan Bogor Utara menurut
Kelurahan memiliki luasan area non
terbangun sebanyak 34% dari luas
keseluruhan wilayah Kecamatan Bogor
Utara, termasuk didalamnya lahan sawah,
kebun, semak belukar, tanah kosong dan
area hijau. Dan 66% lainnya merupakan
area terbangun, yang didalamnya
merupakan lahan permukiman,
perkantoran, pergudangan, perdagangan,
industri dan penggunaan lahan lain (jalan,
terminal, stasiun, parkir, dan lainnya). Area
terbangun di Kecamatan Bogor Utara pada
tahun 2000 sudah mulai mendominasi. Jika
dibandingkan dengan tahun 2014,
penggunaan lahan yang ada akan sangat
berbeda. Dapat dilihat pada tabel 2.
Berdasarkan perbandingan tabel 1
dan tabel 2 perubahan penggunaan lahan
antara tahun 2000 sampai dengan tahun
2014, lahan area terbangun menjadi
penggunaan lahan yang dominan. Akan
tetapi tetap ada perbedaan disetiap
tahunnya. Lahan permukiman dan area
terbangun lainnya terus meningkat, pada
tahun 2000 seluas 66% dari luas
keseluruhan wilayah, sedangkan pada
tahun 2014 meningkat menjadi 82% dari
luas wilayah Kecamatan Bogor Utara.
Tabel 2
Penggunaan Lahan di Kecamatan Bogor Utara
tahun 2014
Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014.
Untuk area non terbangun semakin
menyusut luasnya, pada tahun 2000 luas
area non terbangun seperti lahan sawah,
semak belukar, kebun dan lainnya seluas
34% dari luas keseluruhan wilayah,
sedangkan pada tahun 2014 luas area non
terbangun menyusut menjadi 18%, sebab
pergeseran luas jenis-jenis penggunaan
lahan yang cukup besar.
METODE
Metode yang digunakan adalah
metode survey, untuk mengamati objek
penelitian secara langsung di lapangan, dan
metode deskriptif untuk menganalisis data
penelitian yang didapat dari masalah yang
ada di lapangan. Menggunakan metode ini
bertujuan untuk mengumpulkan data, fakta-
fakta daerah penelitian, informasi dan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 5
keterangan tentang alih fungsi lahan dan
dampaknya tersebut di Kecamatan Bogor
Utara.
Populasi dalam penelitian ini adalah
wilayah yang mengalami alih fungsi di
daerah penelitian yaitu Kelurahan
Bantarjati, Kelurahan Tanah Baru,
Kelurahan Cibuluh, Kelurahan Cimahpar
dan Kelurahan Kedunghalang, sedangkan
populasi manusia yang diambil dalam
penelitian ini adalah penduduk yang tinggal
di daerah penelitian.
Sampel wilayah berdasarkan
perhitungan jumlah sampel dengan
menggunakan rumus menurut Dixon dan B,
diperoleh jumlah sampel sebanyak 67
responden.
Variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 3
Variabel Penelitian
Untuk mendapatkan data dan
informasi yang sesuai dengan tujuan
penelitian, maka penulis menggunakan
teknik pengumpulan data Observasi
Lapangan, Wawancara, Studi Literatur dan
Dokumentasi.
Analisis data dalam penelitian ini
adalah Interpretasi dan penampalan
(overlay), peta diinterpretasikan dan
tampalan untuk memperoleh informasi
yang berhubungan dengan alih fungsi lahan
untuk menentukan kualitas lahan dan
penentuan sampel. Pengelompokan data,
untuk mengetahui apakah data penelitian
sudah memenuhi atau belum. Penyajian
data tersusun, data hasil penelitian disajikan
dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan
peta. Skoring dan matching Data, dilakukan
untuk memberikan skor terhadap parameter
kemudian disajikan, lalu membandingkan
parameter yang terukur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kecamatan Bogor Utara terletak di
antara 6°32’37” – 6°35’21,1” LS dan
106°48’2,6” – 106°49’80” BT serta
mempunyai ketinggian rata-rata minimal
200 meter dan maksimal 300 meter di atas
permukaan laut.
Rata-rata pertumbuhan penduduk di
daerah penelitian mencapai 2,06%
pertahun. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Bogor Utara adalah kelahiran,
kematian dan migrasi. Berdasarkan tabel 4
menggambarkan bahwa telah dan terus
terjadi pertambahan penduduk tiap
tahunnya di Kecamatan Bogor Utara. Laju
pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Bogor Utara ini dipengaruhi oleh beberapa
6 | Sulikawati, dkk
Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…
faktor, yaitu kelahiran, kematian serta
migrasi penduduk. Dan faktor yang paling
dominan terhadap pertumbuhan penduduk
di daerah penelitian adalah faktor migrasi.
Gambar 1
Peta Adminitrasi Wilayah Penelitian
Tabel 4
Pertumbuhan Penduduk Kecamatan
Bogor Utara
Sumber : Monografi Kecamatan Bogor Utara
Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi
Lahan Permukiman
Alih fungsi lahan pertanian menjadi
lahan permukiman merupakan suatu
fenomena yang sedang terjadi. Dan
perkembangan luas lahan pertanian di
wilayah yang menjadi objek penelitian
yaitu Kelurahan Bantarjati, Kelurahan
Tanah Baru, Kelurahan Cimahpar,
Kelurahan Cibuluh dan Kelurahan
Kedunghalang sangat signifikan. Berikut
ini adalah data lahan pertanian dan non
pertanian di wilayah penelitian pada tahun
2000.
Tabel 5
Data Lahan Pertanian dan Non Pertanian
tahun 2000
Sumber : Arsip Monografi Kec. Bogor Utara
Tabel 5 menunjukan bahwa lahan
pertanian di wilayah penelitian pada tahun
2000 memiliki luas 17,36%, tidak
mencapai setengah dari luas penggunaan
lahan keseluruhan di wilayah penelitian.
Dan luas lahan permukiman atau area
terbangun lainnya memiliki jumlah seluas
63,83% dari keseluruhan luas wilayah.
Kelurahan yang memiliki luas lahan
pertanian terluas pada tahun 2000 adalah
Kelurahan Cimahpar mencapai 79,68 Ha
dan Kelurahan yang memiliki luas lahan
pertanian paling sedikit adalah Kelurahan
Bantarjati hanya seluas 6,561 Ha.
Lahan yang digunakan sebagai lahan
permukiman serta area terbangun lainnya,
Kelurahan Tanah Baru adalah Kelurahan
yang memiliki luas lahan permukiman serta
area terbangun terluas yaitu 35,50%, karena
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 7
pada saat itu Kelurahan lainnya seperti
Kelurahan Bantarjati lebih difokuskan
menjadi pusat bisnis kota saja, tidak seperti
sekarang yang telah banyak dibangun
perumahan, sehingga Kelurahan Tanah
Baru lah yang paling banyak permukiman
karena letaknya yang dekat dengan pusat
kota, dan yang terendah luas lahan
permukimannya adalah Kelurahan
Cimahpar yaitu seluas 93,18 Ha, karena
Kelurahan Cimahpar memiliki luas lahan
pertanian yang paling luas, sehingga pola
permukimannya pun menyebar dan
penduduk belum terlalu banyak bermukim
di wilayah tersebut.
Luas lahan pertanian atau pun non
pertanian pada tahun 2000 termasuk
didalamnya adalah lahan permukiman,
tentunya sangat berbeda bila dibandingkan
dengan tahun 2014. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6
Data Lahan Pertanian dan Non Pertanian
tahun 2014
Sumber : Arsip Monografi Kecamatan Bogor Utara, 2014
Tabel 6 menunjukkan bahwa lahan
pertanian di wilayah penelitian pada tahun
2014 seluas 11,67% dari luas penggunaan
lahan keseluruhan di wilayah penelitian,
sedangkan wilayah permukiman dan area
terbangun lainnya seluas 81,84% yaitu
hampir semua dari luas penggunaan lahan
keseluruhan di wilayah penelitian.
Kelurahan Cimahpar pada tahun
2014 masih merupakan wilayah penelitian
paling luas yang memiliki lahan pertanian
dan satu-satunya wilayah yang lahan
pertaniannya di perluas, yaitu menjadi
seluas 94% dari keseluruhan luas pertanian
yang ada di wilayah penelitian, sebab
wilayah tersebut berencana dijadikan
sebagai wilayah berbasis pertanian
walaupun perubahan lahan menjadi
permukiman tetap meningkat, sedangkan
Kelurahan Tanah Baru dan Kelurahan
Kedunghalang merupakan wilayah yang
tidak memiliki lahan pertanian (0 Ha). Hal
ini karena di daerah tersebut lahan
pertanian yang dahulu pernah ada sudah
dialih fungsikan menjadi permukiman,
kebun dan lahan terbangun lainnya.
Lahan yang digunakan untuk
permukiman dan area terbangun,
Kelurahan Tanah Baru merupakan daerah
yang memiliki luas permukiman serta area
terbangun tertinggi yaitu 37%, karena
Kelurahan Tanah Baru terletak di dekat
pusat kota sehingga akses menuju fasilitas
umum pun sangat mudah.
Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6 dapat
menampilkan pola perubahan luas lahan
pertanian dan lahan yang digunakan untuk
8 | Sulikawati, dkk
Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…
permukiman atau lainnya dari tiap
kelurahan yaitu sebagai berikut.
Tabel 7
Perbandingan dan Perubahan Luas Lahan
Pertanian antara Tahun 2000 dan Tahun
2014
Sumber : Data Penelitian, 2016
Tabel 7 menunjukkan bahwa alih
fungsi lahan yang terjadi di Kecamatan
Bogor Utara sangatlah pesat. Alih fungsi
lahan pertanian menjadi non pertanian
sangat tinggi setiap tahunnya. Berdasarkan
data luas pertanian tahun 2000 dan tahun
2014, Kelurahan Kedunghalang merupakan
wilayah tertinggi adanya alih fungsi lahan
pertanian menjadi permukiman atau area
terbangun lainnya yaitu mencapai 57,31
Ha, sedangkan wilayah terendah adanya
alih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman atau area terbangun lainnya
adalah Kelurahan Bantarjati yang hanya
mencapai 2 Ha. Dan Kelurahan Cimahpar
merupakan satu-satunya kelurahan yang
memperluas lahan pertaniannya, tetapi
bukan berarti di kelurahan Cimahpar tidak
terjadi aih fungsi lahan pertanian menjadi
permukiman. Sebab tetap ada alih fungsi
lahan pertanian menjadi permukiman di
Kelurahan Cimahpar, tetapi tidak seluas
seperti Kelurahan lainnya, dan perluasan
lahan pertanian tersebut dari alih fungsi
lahan kebun, semak belukar dan lahan
kosong.
Untuk perbandingan luas lahan
permukiman tahun 2000 dan tahun 2014
terdapat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8
Perbandingan dan Perubahan Luas Lahan
Permukiman antara Tahun 2000 dan
Tahun 2014
Sumber : Data Penelitian, 2016
Perkembangan jumlah penduduk
yang terus meningkat akan mempengaruhi
kebutuhan lahan, sehingga menyebabkan
lahan non permukiman beralih fungsi
menjadi lahan permukiman. Berdasarkan
tabel 8 Kelurahan Tanah Baru mengalami
perubahan luas permukiman cukup tinggi
dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2014
yaitu mencapai 90,3 Ha. Karena
pembangunan permukiman dan area
terbangun lain yang terus menerus setiap
tahunnya. Diikuti oleh Kelurahan
Kedunghalang yang mencapai 64 Ha
pertambahan luas permukiman yang
terjadi. Selain pembangunan permukiman,
di Kelurahan Kedunghalang banyak pula
pembangunan pabrik, fasilitas umum, serta
area terbangun lainnya, sehingga lahan
pertanian yang terdapat di Kelurahan
Kedunghalang seluruhnya sudah teralih
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 9
fungsi menjadi lahan terbangun. Dapat
dilihat perubahan lahan yang terjadi di
wilayah penelitian pada gambar 3, gambar
4 dan gambar 5.
Berdasarkan data dan peta, semakin
jelas perubahan luas lahan pertanian
terutama perubahan lahan menjadi
permukiman dan area terbangun lainnya,
serta memberikan gambaran bahwa dalam
rentan waktu 14 tahun terakhir mayoritas
penduduk hanya bermukim di wilayah yang
memiliki aksesibilitas yang tinggi baik ke
pusat kota maupun ke fasilitas-fasilitas
umum lainnya.
Alih fungsi lahan yang sangat pesat di
wilayah penelitian ini disebabkan oleh
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.
Banyaknya penduduk pendatang pun
merupakan salah satu faktor kebutuhan
akan lahan meningkat, begitu juga dengan
nilai lahannya, sehingga pembangunan
permukiman atau pun lahan terbangun
lainnya tak terelakan dan membuat
penduduk yang memiliki lahan pertanian,
kebun atau pun lahan non permukiman
lainnya menjual lahannya. Hasil penjualan
lahannya pun digunakan untuk berbagai
macam kebutuhan, ada yang digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari ataupun untuk
membeli lahan lagi di daerah lain yang
lebih murah harganya.
Berdasarkan data dan peta, semakin jelas
perubahan luas lahan pertanian terutama
perubahan lahan menjadi permukiman atau
area terbangun lainnya, serta memberikan
gambaran bahwa dalam rentan waktu 14
tahun terakhir mayoritas penduduk hanya
bermukim di wilayah yang memiliki
aksesibilitas yang tinggi baik ke pusat kota
maupun ke fasilitas-fasilitas umum lainnya.
Alih fungsi lahan yang sangat pesat di
wilayah penelitian ini disebabkan oleh
pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi.
Banyaknya penduduk pendatang pun
merupakan salah satu faktor kebutuhan
akan lahan meningkat, begitu juga dengan
nilai lahannya, sehingga pembangunan
permukiman atau pun lahan terbangun
lainnya tak terelakan dan membuat
penduduk yang memiliki lahan pertanian,
kebun atau pun lahan non permukiman
lainnya menjual lahannya.
10 | Sulikawati, dkk
Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…
Gambar 3
Peta Penggunaan Lahan Kecamatan
Bogor Utara Tahun 1998
Gambar 4 Peta Penggunaan Lahan Tahun
2015
Gambar 5 Peta Perubahan Lahan Tahun
1998-2015
Sumber: Citra Google Earth 2015; Peta RBI
Lembar Bogor 1209-143 Skala
1:25.000; Observasi Lapangan
tahun 2016
Nilai Lahan
Kajian terhadap perkembangan nilai
lahan sangat penting dilakukan karena
berhubungan langsung dengan berbagai
aktivitas perekonomian masyarakat,
diantaranya pajak tanah, biaya kontruksi
bangunan/gedung, kredit dengan kolateral
tanah, dan lain sebagainya. Untuk melihat
perkembangan harga lahan di wilayah
penelitian, berikut merupakan data
perkembangan harga lahan dari tahun
2004-2014 di wilayah penelitian yaitu
Kecamatan Bogor Utara khususnya
Kelurahan Bantarjati, Kelurahan Tanah
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2016 | 11
Baru, Kelurahan Cimahpar, Kelurahan
Cibuluh dan Kelurahan Kedunghalang.
Harga rata-rata tanah permeter
persegi tiap tahunnya terus menerus
meningkat, dan harga rata-rata tertingginya
terjadi di daerah Kelurahan Bantarjati. Hal
tersebut dikarenakan Kelurahan Bantarjati
merupakan pusat bisnis dan jalur akses
utama dari berbagai daerah menuju pusat
Kota seperti berhubungan langsung dengan
Kabupaten Bogor serta ibukota Negara,
sehingga peningkatan harga lahan untuk
permukiman ataupun lahan terbangun
lainnya sangat signifikan. Hal yang berbeda
dengan Kelurahan lainnya terutama
Cimahpar, walaupun terjadi kenaikan harga
tiap tahunnya namun tidak terlalu drastis
seperti yang terjadi di Kelurahan Bantarjati.
Fluktuasi kenaikan harga lahan yang
terjadi di wilayah penelitian semakin jelas
ketika digambarkan dalam bentuk grafik,
seperti pada gambar berikut.
Berdasarkan gambar 7 dapat
diketahui bahwa setiap tahunnya terjadi
perubahan harga lahan yang semakin
meningkat. Pada tahun 2012 sampai dengan
tahun 2014 peningkatan harga lahan terjadi
lebih signifikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Sebab, selain pertumbuhan
penduduk yang meningkat, permintaan
akan lahan untuk tempat bermukim pun
semakin meningkat pula, dan banyaknya
pembangunan permukiman dan bangunan
lainnya seperti hotel, factory outlet, rumah
sakit ataupun fasilitas umum lainnya.
Gambar 7
Grafik Harga Rata-rata Tanah
Dan juga keadaan transportasi pun
mengalami peningkatan, sehingga
berpengaruh terhadap pembangunan akses
jalan serta bermunculan bangunan rumah
makan maupun minimarket di wilayah
penelitian.
KESIMPULAN
Terjadi alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan permukiman di Kecamatan
Bogor Utara Kota Bogor. Pada tahun 2000
luas lahan pertanian mencapai 37,14% dan
lahan permukiman mencapai 20,78% dari
luas keseluruhan wilayah penelitian,
sedangkan pada tahun 2014 luas lahan
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
20
04
20
07
20
10
20
13
HargaRata-rataTanah(Rp/m²)Bantarjati
HargaRata-rataTanah(Rp/m²)TanahBaru
HargaRata-rataTanah(Rp/m²)Cimahpar
12 | Sulikawati, dkk
Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Permukiman…
pertanian menjadi 17,26% dan lahan
permukiman meningkat menjadi 45,69%.
Mayoritas penduduk bermukim di wilayah
yang memiliki aksesibilitas yang tinggi
Adanya alih fungsi lahan membuat kualitas
fasilitas umum semakin meningkat dan
berdampak terhadap perubahan nilai lahan.
Nilai lahan di daerah penelitian mengalami
peningkatan tiap tahunnya serta
perkembangan nilai lahan sangat drastis.
Kelurahan Bantarjati merupakan wilayah
yang memiliki nilai lahan sangat tinggi,
karena dipengaruhi oleh lokasi yang
strategis, aksesibilitas yang mudah serta
merupakan pusat bisnis di Kota Bogor,
sedangkan Kelurahan Cimahpar memiliki
nilai lahan yang paling rendah
dibandingkan dengan wilayah penelitian
lainnya sebab letaknya yang tidak terlalu
dekat dengan pusat Kota.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ibadurrahman, M. Geografi UPI. (2013).
Pengaruh Faktor-faktor Geografi
terhadap perubahan Nilai Lahan di
Kec. Parongpong. Skripsi.
Departemen Pendidikan Geografi
FPIPS-UPI, Bandung : Tidak
Diterbitkan.
Lestari, A. Geografi UPI. (2012).
Perkembangan Nilai Lahan di
Kecamatan Tanjung Pandan Kab.
Belitung. Skripsi. Departemen
Pendidikan Geografi FPIPS-UPI,
Bandung : Tidak Diterbitkan.
Sitorus, Santun RP. (2004). Evaluasi
Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.
Sumaatmadja, N. (1988). Geografi
Pembangunan. Jakarta. Depdikbud:
Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependudukan.
Tika, P. (2005). Metoda Penelitian
Geografi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumber Dokumen
Kecamatan Bogor Utara. (2015).
Monografi Kecamatan Bogor Utara.
Bogor.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor.
(2014). Bogor.
Badan Pertanahan Nasional. (2014). Harga
Tanah. Bogor.
Sumber Internet
Anonymous. 2013. Alih Fungsi Lahan di
Indonesia.
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-
barat/2013/12/25/263653/alih-
fungsi-lahan-pertanian-di-indonesia-
80-ribu-hektar-tahun
Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
Anonymous. 2015. Perubahan Lahan
Pertanian di Jawa Barat.
http://bisniskeuangan.kompas.com/r
ead/2015/08/24/204114026/Di.Indon
esia.Alih.Fungsi.Lahan.Paling.Serin
g.Terjadi.pada.Sawah.
Diakses pada tanggal 3 Juli 2015
Anonymous. 2015. Kondisi Fisik Kota
Bogor.
http://kotabogor.go.id/index.php/pag
e/detail/120/potensi-
usaha#.Vo49ll1b_o8
Diakses pada tanggal 7 Januari 2016.