Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    1/290

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    2/290

    DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP

    PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

    DI DKI JAKARTA

    OLEH

    OSWAR MUADZIN MUNGKASA

    860 0000 067

    DISERTASI

    Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

    Doktor dalam bidang Ilmu Ekonomi

    pada Program Studi Ilmu Ekonomi

    Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

    DEPOK

    2006

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    3/290

    PERSETUJUAN DISERTASI

    Nama : OSWAR MUADZIN MUNGKASA

    N.P.M. : 860 0000 067

    Kekhususan : Ekonomi Publik

    Judul Disertasi : DAMPAK INVESTASI AIR MINUM

    TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

    DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI DKI

    JAKARTA

    Depok, 15 Agustus 2006

    Promotor, Ketua tim penguji,

    Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto Prof. Dr. Moh. Arief Djanin

    Kopromotor, Penguji,

    Dr. Mohamad Ikhsan Dr. B. Raksaka Mahi

    Dr. Montty Girianna Dr. Arindra A. Zainal

    Ketua Program Studi, Dr. Luky Alfirman

    Dr. Arindra A. Zainal

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    4/290 iii

    ABSTRAK DISERTASI

    DAMPAK INVESTASI AIR MINUM TERHADAP

    PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

    DI DKI JAKARTA

    OSWAR MUNGKASA

    860 0000 067

    Program Studi Ilmu Ekonomi

    Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi

    Universitas Indonesia

    Klasifikasi JEL : C68, D31, D58, E22, E62

    Kata Kunci: 1. Investasi air minum 4. Pertumbuhanpro poor

    2. Pertumbuhan ekonomi 5. DKI Jakarta3. Distribusi pendapatan 6. Computable General Equilibrium

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan yang terkait dengan

    penyediaan air minum bagi penduduk miskin di perkotaan dengan mengambil kasus

    DKI Jakarta. Pemerintah belum mampu menyediakan prasarana dan sarana pelayanan

    publik yang memadai, diantaranya, dalam bentuk pelayanan kebutuhan air minum.

    Pemenuhan kebutuhan air minum penduduk melalui air minum perpipaan khususnya

    penduduk miskin perkotaan, ditengarai dapat mengurangi beban pengeluaran air

    minum, beban pengeluaran bagi biaya pengobatan akibat penggunaan air minum yang

    tidak layak, dan mengurangi jumlah hari nonproduktif. Kondisi ini akan mendorong

    peningkatan produktivitas dan tabungan rumah tangga miskin yang mengarah pada

    meningkatnya pendapatan per kapita dan membaiknya kesenjangan pendapatan, yang

    akhirnya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian secara keseluruhan.

    Investasi air minum, baik secara teoritis maupun secara empiris, terbukti

    mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, pemenuhan kebutuhan air

    minum penduduk perkotaan, khususnya penduduk miskin, dapat meningkatkan

    kesejahteraan penduduk yang berdampak pada perbaikan distribusi pendapatan.

    Kombinasi dari investasi air minum dan pemenuhan kebutuhan air minum penduduk

    miskin perkotaan akan menghasilkan pertumbuhan pro-poor, yaitu pertumbuhan

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    5/290 iv

    ekonomi yang dapat mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Dikaitkan

    dengan kondisi DKI Jakarta, investasi air minum yang bersifat pro poor merupakan

    suatu keniscayaan, dengan berbagai pertimbangan diantaranya (i) tingkat urbanisasi

    yang masih tinggi, dan (ii) proporsi penduduk yang belum mendapat akses air minum

    perpipaan masih cukup tinggi.

    Oleh karena itu, pertanyaan yang mengemuka adalah (i) apakah investasi air

    minum perpipaan di DKI Jakarta telah memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat

    pro-poor, (ii) apakah investasi air minum nonperpipaan di DKI Jakarta memicu

    pertumbuhan ekonomipro-poor; (iii) apakah subsidi pemerintah dalam penyediaan air

    minum di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomipro-poor.

    Untuk menjawab pertanyaan tersebut, disertasi ini menggunakan modelkomputasi keseimbangan umum (Computable General Equilibrium/CGE) atau

    disingkat model CGE. Model CGE adalah suatu sistem persamaan simultan tak-linier

    yang mensimulasikan perilaku optimal dari semua konsumen dan produsen yang ada di

    dalam suatu perekonomian. Tiga skenario simulasi diterapkan dalam studi ini dengan

    menggunakan data SNSE DKI Jakarta Tahun 2000 untuk mengetahui skenario

    pembangunan air minum yang dapat mengarah pada pertumbuhan pro-poor, yaitu (i)

    simulasi investasi berupa peningkatan investasi air minum perpipaan dan air minum

    nonperpipaan, (ii) simulasi subsidi berupa penyediaan subsidi air minum bagi rumah

    tangga miskin yang bersumber dari peningkatan pajak air minum perpipaan maupun

    pemerintah pusat, (iii) simulasi investasi dan subsidi berupa peningkatan investasi air

    minum perpipaan yang disertai penyediaan subsidi air minum bagi rumah tangga

    miskin, baik dari peningkatan pajak air minum perpipaan maupun pemerintah pusat.

    Hasil simulasi menunjukkan bahwa peningkatan investasi air minum di DKI

    Jakarta berdampak pada pertumbuhan ekonomi tetapi tidak berpengaruh pada

    pengurangan kesenjangan, yang berarti pembangunan air minum di DKI Jakarta belum

    bersifat pro poor. Selain itu, agar terjadi pertumbuhan pro poor, investasi air minum

    perpipaan sebaiknya disertai dengan penyediaan subsidi dari pemerintah pusat.

    Semakin besar nilai investasi, semakin besar subsidi yang perlu diberikan.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    6/290 v

    Beberapa rekomendasi penting, yaitu (i) pemerintah daerah sebaiknya

    menjadikan akses air minum bagi penduduk miskin sebagai salah satu target dan

    indikator keberhasilan pembangunan DKI Jakarta, (ii) penyediaan subsidi bagi rumah

    tangga miskin masih diperlukan jika proporsi rumah tangga miskin yang belum

    mendapat akses air minum perpipaan masih relatif besar. Sumber dana subsidi yang

    potensil diantaranya adalah dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari

    perusahaan (iii) mengembangkan program pembangunan air minum berbasis

    masyarakat, (iv) air minum nonperpipaan masih dapat menjadi alternatif sumber air

    minum jika dilakukan pembenahan aspek regulasi, penyediaan sumber dana investasi,

    dan peningkatan jumlah sumber air seperti kran umum sehingga harga air minum

    nonperpipaan menjadi terjangkau, dan (v) pembenahan kendala akses bagi rumahtangga miskin seperti biaya pemasangan yang terjangkau.

    Background of this study is the existence of a number of problems in relation to

    provision of drinking water for poor people in urban area by taking case of the Jakarta

    Special Territory Administration (DKI Jakarta). Government is not yet able to provide

    proper public service facilities and infrastructures, among others are in the form

    service of drinking water need. Fulfillment of drinking water need for people through

    piped water especially poor people in urban area, is assumed to reduce drinking water

    expenses burden, medication costs are resulted from the use of unreasonable drinking

    water, and minimizing the number of non-productive days. This condition will boost

    productivity and poor family saving directing to the rise of income per capita and

    improving gap of income which finally produced impact on improvement of economic

    condition entirely.

    Investment on drinking water, either theoretically or empirically, is proven to

    encourage the economic growth. Meanwhile, fulfillment of drinking water need for

    people in urban area, especially poor people, can increase the people welfare that may

    result on improvement of income distribution. Combination between drinking water

    investment and fulfillment of drinking water need for poor people in urban area will

    produce a pro-poor growth that is the economic growth that will minimize income gap

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    7/290 vi

    and poverty. In relation to DKI Jakartas conditions, investment on drinking water

    which is pro-poor in nature is a certainty, with a number of considerations (i)

    urbanization level that remains high, and (ii) the number of people who have not yet

    obtained access of piped water remains high.

    Thus, the questions revealed are (i) does investment on piped water in DKI

    Jakarta trigger a pro-poor economic growth?, (ii) does investment on non-piped water

    in DKI Jakarta trigger a pro-poor economic growth?, (iii) does the government subsidy

    on provision of drinking water in DKI Jakarta trigger pro-poor economic growth?

    To answer those questions, this dissertation uses a Computable General

    Equilibrium (CGE) or shortened with CGE Model. CGE model is a non-linier

    simultaneous equation that simulates optimal attitude of all consumers and producerswithin economy. Three scenarios of simulation is implemented in this study using data

    of SNSE (social accounting matrices/SAM) DKI Jakarta year 2000 to know scenario of

    development of drinking water that directs to a pro-poor growth, that is (i) investment

    simulation in the form of increasing investment on piped water and non-piped water,

    (ii) subsidy simulation in the form of provision of drinking water subsidy for poor

    family derived from increasing piped water tax and the central government transfer,

    (iii) investment simulation and subsidy in the form of increasing investment of piped

    water along with provision of drinking water subsidy for poor family either from

    increasing tax on piped water or the central government transfer.

    Result of simulation indicates that drinking water investment increase in DKI

    Jakarta resulted on economic growth but it did not influence on income gap reduction,

    meaning that the drinking water development in DKI Jakarta has not yet reached a

    pro-poor nature. Besides, in order to establish a pro-poor growth, the piped water

    investment should be supported with provision of subsidy from the central government.

    The higher investment value, the more subsidy needed.

    Some important recommendations, i.e. (i) the local government should make

    access of drinking water for poor people as one of targets and indicators of

    successfulness of development in DKI Jakarta, (ii) provision of subsidy for poor people

    is still needed if the proportion of poor family who have not yet enjoyed piped water

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    8/290 vii

    remains high. Potential subsidy fund source includes Corporate Social Responsibility

    (CSR) funds from the big company (iii) increase a community-based drinking water

    development program, (iv) non-piped water still become drinking water source

    alternative if there is improvement on regulation, provision of investment funds source,

    and adding water sources such as public service tapping so that non-piped water is

    affordable, and (v) improvement of access barrier for poor family such as affordable

    installment costs.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    9/290 viii

    KATA PENGANTAR

    Pertama-tama puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

    perkenanNya sehingga disertasi ini dapat terselesaikan untuk memenuhi salah satu

    persyaratan mencapai gelar Doktor dalam bidang Ilmu Ekonomi pada Program

    Pascasarjana Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.

    Bagi penulis, disertasi ini merupakan kulminasi dari kerja keras dan dukungan

    dari banyak pihak. Perjalanan penyusunannya melewati rentang waktu yang cukup

    lama, hampir 1,5 tahun sejak masih berbentuk pemikiran awal. Dikerjakan pada

    berbagai tempat dan kesempatan, mulai dari sepanjang malam setelah jam kantor dikantor Kelompok Kerja Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL), di tengah

    rapat yang membosankan, di bandara ketika menunggu pesawat yang sering terlambat,

    di mall sambil menunggu anak main game, di sela-sela kunjungan lapangan, di kampus

    pada akhir pekan, dan tentu saja di rumah ketika memungkinkan khususnya di akhir

    pekan.

    Disertasi ini merupakan buah dari bantuan berbagai pihak. Pertama-tama saya

    ucapkan penghargaan dan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto,

    selaku promotor, yang dengan sabar dan penuh perhatian memberi saran dan masukan

    bagi perbaikan disertasi ini, baik secara langsung maupun melalui email. Penghargaan

    dan rasa terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Mohamad

    Ikhsan, selaku kopromotor I, yang dengan tekun memberi kritik dan saran bagi

    perbaikan disertasi saya, selain menyangkut model dan teori ekonomi, juga

    menyangkut tata cara penulisan, bahkan berkenan secara khusus membaca keseluruhan

    rancangan final disertasi ini sebelum menjadi naskah disertasi seperti saat ini. Selain

    itu, Bapak Dr. Montty Girianna, selaku kopromotor II, yang banyak memberi saran dan

    masukan terutama ketika penulis dalam kondisi mulai putus asa dengan penyelesaian

    model yang tidak kunjung mendapatkan solusi serta penyempurnaan materi narasi.

    Proses penyusunan disertasi ini melalui empat tahapan penting yaitu ujian

    proposal, ujian seminar hasil, sidang tertutup, dan sidang promosi. Pada setiap tahapan

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    10/290 ix

    tersebut, terdapat Tim Penguji yang melakukan evaluasi terhadap materi yang

    disampaikan oleh penulis. Tim penguji terdiri dari promotor, Kopromotor ditambah

    dengan empat penguji lain. Untuk itu, terima kasih dan penghargaan saya sampaikan

    kepada Bapak Prof. Dr. Moh. Arief Djanin, selaku ketua Penguji, yang dengan sabar

    memimpin sesi sidang dan memberi masukan penyempurnaan khususnya kesimpulan

    disertasi, Bapak Dr. Luky Alfirman, selaku anggota Penguji, yang banyak memberi

    masukan dari aspek ekonomi publik, Bapak Dr. B. Raksaka Mahi, selaku anggota

    Penguji, yang banyak memberi saran dan masukan bagi perbaikan model, Bapak Dr.

    Arindra A. Zainal, selaku anggota Penguji, yang memberi masukan perbaikan terutama

    pada materi kesimpulan dan juga selaku Ketua Program yang banyak memberi

    kemudahan bagi penyelesaian studi penulis. Selain itu, juga kepada Bapak Dr. SuahasilNazara dan Bapak Dr. Sugiharso Safuan yang memberi masukan penyempurnaan

    proposal penulis pada saat ujian proposal.

    Bersekolah di UI pada awalnya tidak secara sengaja menjadi pilihan penulis.

    Ketika pada tahun 2000, setelah menyelesaikan tugas mengembangkan proyek

    Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi (PDMDKE) sebagai

    bagian dari program Jaring Pengaman Sosial (JPS), penulis terdorong mengambil

    kuliah setelah melihat sahabat penulis Hanggono T. Nugroho yang telah terlebih dahulu

    menjadi mahasiswa program S-3 Ekonomi UI. Proses kuliah kemudian tidak seperti

    yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata terasa sangat menyenangkan ditengah tugas

    dan beban kuliah yang berat terutama karena fakultas ekonomi UI terkenal dengan

    pameo sulit masuk apalagi keluarnya. Kesenangan ini terutama disumbangkan oleh

    keberadaan rekan-rekan program pascasarjana ekonomi angkatan 2000, yang sangat

    kompak dan saling mendukung. Beberapa diantara teman-teman tersebut adalah Edy

    Suratman, Djoni Hartono, Mas Iwan, Wildan, Tauhid, Pak Bambang, Esa, Ratna,

    Syarkawi, Mawardi, Bintoro dan banyak lagi yang lain. Masa bersama mereka semua

    menjadi bagian yang indah untuk dikenang.

    Bantuan rekan-rekan Angkatan 2000 yang mengingatkan penulis tentang tugas

    dan ujian yang kadangkala terlupakan karena kesibukan penulis, termasuk juga

    meminjamkan catatan dan memberi penjelasan, sangat membantu melancarkan proses

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    11/290 x

    perkuliahan penulis. Tanpa bantuan dan dorongan mereka, masa-masa kuliah S-3 akan

    terasa sangat kering dan bahkan mungkin disertasi ini tidak terwujud. Terima kasih atas

    tahun-tahun yang penuh warna tersebut.

    Keeratan hubungan diantara rekan-rekan mahasiswa S-3 juga tentunya sangat

    membantu proses penyelesaian perkuliahan. Masa-masa belajar bersama menghadapi

    ujian preliminary sangat menyenangkan, bersama-sama kita saling mengisi kekurangan

    masing-masing. Penulis yang sangat tertolong dalam proses ini, karena latar belakang

    penulis yang bukan ekonomi menjadikan penulis sebagai anak bawang dalam proses

    persiapan tersebut. Beberapa diantara rekan S-3 tersebut diantaranya Edy Suratman,

    Hanggono T. Nugroho, Sony, Pak Hasman, Willem, Andi Alfian, Beta, Jenny,

    Widyono, Wanto, dan banyak lagi yang lain. Terselesaikannya disertasi ini melengkapikebersamaan kita yang menyenangkan tersebut.

    Proses awal penulisan disertasi ini merupakan langkah yang cukup berat,

    terutama setelah penulis mengambil cuti selama 2 tahun berturut-turut, yang kemudian

    disertai kesibukan penulis yang menyita waktu. Akan tetapi, rekan dan sahabat penulis

    Djoni Hartono banyak mendorong penulis melalui sms, email bahkan kunjungan

    langsung ke kantor, yang kemudian membangkitkan semangat penulis. Ide awal

    disertasi ini banyak didukung oleh hasil diskusi penulis dengan Djoni. Termasuk dalam

    proses ini juga penulis berhutang budi kepada Bapak Donny Azdan yang

    memperkenankan untuk mengadopsi model CGE-nya. Proses selanjutnya juga tidak

    kurang menariknya karena ternyata penyusunan model CGE sangat menyita waktu dan

    pikiran, apalagi penyusun bertekad untuk melakukannya sendiri. Walaupun demikian

    dalam proses ini, Djoni yang sedang menyelesaikan disertasi dan Dewi yang pada saat

    yang bersamaan dalam tahap akhir penyelesaiaan tesisnya, banyak membantu penulis

    untuk memahami model CGE sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan

    model CGE air minum ini. Terima kasih penulis pada keduanya atas pengorbanan

    waktunya. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih pada Pak Pipit dari BPS,

    yang membantu penulis menyiapkan data SNSE Air Minum DKI Jakarta Tahun 2000.

    Tanpa data tersebut, model CGE air minum DKI Jakarta tak mungkin terselesaikan.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    12/290 xi

    Bekerja dan bersekolah ternyata bukan sesuatu yang mudah. Namun, dorongan

    dan dukungan dari atasan, rekan sejawat, mitra kerja, dan sesama staf menjadikan

    hidup lebih mudah. Terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak

    Herman Haeruman, yang pada saat itu selaku Deputi Regional Bappenas, dan Bapak

    Max Pohan yang pada saat itu selaku Kepala Biro Peningkatan Kapasitas Daerah

    Bappenas, yang memberi kesempatan penulis untuk mengikuti pendidikan S-3

    Pascasarjana Ekonomi UI. Walaupun secara resmi sebenarnya penulis tidak mendapat

    tugas belajar dari Bappenas, tetapi hal tersebut tidak mengurangi semangat

    menyelesaikan perkuliahan. Kemudian di tengah proses perkuliahan, penulis berpindah

    tugas ke Direktorat Permukiman dan Perumahan Bappenas, yang menjadikan penulis

    lebih sibuk lagi terutama dengan tugas baru untuk juga menjadi anggota Pokja AMPL.Kerelaan dan dorongan Bapak Basah Hernowo selaku atasan penulis memberi

    kesempatan menyelesaikan sekolah sangat membantu mempercepat terselesaikannya

    disertasi ini. Tentunya termasuk juga kerelaan dan dorongan semangat kadang disertai

    sindiran kapan selesainya dari rekan-rekan kantor Nugroho Tri Utomo, Pungki

    Sumadi, Bastary Pandji Indra, Salusra Ilus Widya, Anti, Ita, Nurul, Andre, Mbak Mia,

    Sali yang ternyata memicu semangat penulis. Sindiran membawa berkah.

    Sebagian besar waktu penulisan disertasi ini dilakukan di kantor sekretariat

    Pokja AMPL. Pada beberapa kesempatan ketika sedang sibuk sekali, terpaksa penulis

    meminta bantuan rekan-rekan staf sekretariat Pokja. Untuk itu, terima kasih buat Rudi

    yang membantu merapikan grafik, Meddy, Adi, Puput yang merapikan tampilan narasi,

    Agus Suhada yang ketambahan tugas mengantar rancangan disertasi dan undangan ke

    pembimbing dan penguji, Andri yang selalu setia menemani ketika penulis begadang di

    kantor, Aini yang sibuk menghubungi pusat bahasa Depdiknas dalam rangka perbaikan

    tata bahasa disertasi ini, dan Reski yang membaca seluruh naskah disertasi sebelum

    dijilid. Terima kasih juga atas kesabaran semua staf sekretariat Pokja AMPL dan

    WASPOLA yang sedikit terganggu ritme kerjanya oleh kesibukan penulis

    menyelesaikan disertasi.

    Keterlibatan dalam Pokja AMPL yang intensif dalam 3 tahun terakhir memberi

    inspirasi penulis untuk mengambil topik disertasi ini. Air minum belum menjadi

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    13/290 xii

    perhatian pengambil keputusan. Menjadikan air minum sebagai topik disertasi

    merupakan upaya penulis untuk meningkatkan profil air minum di Indonesia.

    Disamping itu, kekompakan dan kegembiraan yang selalu penulis rasakan selama

    bergabung dengan Pokja AMPL secara tidak langsung juga mendorong penulis

    menyumbang pemikiran bagi sektor air minum dan penyehatan lingkungan. Dorongan

    dan pengertian dari rekan-rekan anggota Pokja AMPL untuk menyelesaikan disertasi

    ini sangat terasa terutama kerelaan rekan pokja untuk sedikit terbebani tugas rutin pokja

    yang seharusnya menjadi porsi saya, sangat saya hargai.

    Dalam proses penetapan hari sidang, maupun proses administrasi lainnya,

    penulis sangat merasakan dukungan dari sekretariat program pascasarjana ekonomi UI

    khususnya bantuan dari Mirna. Tak lupa Ibu Niken, Sekretaris Pak Prijono diJamsostek, juga sangat berperan membantu dalam proses penentuan waktu sidang

    tertutup, yang dapat terlaksana ditengah-tengah kepulangan Pak Pri dari Jepang untuk

    keperluan RUPS Jamsostek. Terima kasih atas bantuan yang diberikan.

    Salah satu hal yang menjadi prioritas dalam hidup penulis adalah dapat

    membahagiakan orang tua. Penulis berharap, terselesaikannya disertasi ini dapat

    melengkapi kebahagian bagi Ibu Mungkasa, nenek penulis, yang selalu berpuasa setiap

    kali penulis dapat melewati ujian, Bapak dan Mama yang selalu berdoa bagi

    keberhasilan penulis, adik-adik penulis yang selalu mendorong dan membantu dikala

    penulis sedang butuh bantuan, serta Mertua penulis yang selalu menemani cucunya di

    rumah ketika penulis harus berkutat dengan tugas sekolah. Semuanya pengorbanan

    tersebut sangat penulis hargai.

    Terakhir, yang paling utama bagi penulis adalah adanya dorongan dan

    dukungan dari istriku Verosya Ade Zaina dan anakku Fakhrie Fadhlullah Mungkasa

    yang dengan sabar menunggu penulis dapat menyelesaikan sekolah S-3 ini. Setelah ini,

    Insya Allah tidak ada lagi hari-hari sibuk di akhir pekan.

    Depok, Agustus 2006.

    Oswar Mungkasa

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    14/290 xiii

    DAFTAR ISI

    Hal

    RINGKASAN ......................................................................................................

    KATA PENGANTAR ..........................................................................................

    DAFTAR ISI .......................................................................................................

    DAFTAR TABEL ...............................................................................................

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... DAFTAR KOTAK ........

    DAFTAR SINGKATAN ...........

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ..........1.2 Masalah Penelitian 1.3 Tujuan dan Hipotesis Penelitian 1.4 Manfaat dan Kontribusi Penelitian 1.5 Pendekatan dan Ruang Lingkup Penelitian ..1.6 Sistematika Penulisan

    BAB II KONDISI SEKTOR AIR MINUM DKI JAKARTA

    2.1 Gambaran Umum DKI Jakarta .2.1.1 Administrasi .2.1.2 Kependudukan .

    2.2 Kondisi Perekonomian DKI Jakarta 2.2.1 Pangsa dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi ..2.2.2 Pendapatan per Kapita .2.2.3 Tingkat Kemiskinan .2.2.4 Distribusi Pendapatan ..2.2.5 Kebijakan Sektor Air Minum DKI Jakarta ..2.2.6 Pola Penyediaan Air Minum di DKI Jakarta

    2.3 Perkembangan dan Rencana Pengembangan Penyediaan AirMinum DKI Jakarta .

    2.3.1 Praprivatisasi Pengeloalaan Air Minum DKI Jakarta .2.3.2 Privatisasi Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta .

    iii

    viii

    xiii

    xvii

    xxi

    xxvi

    xxvii

    1

    5

    6

    9

    10

    12

    1414

    14

    15

    15

    17

    17

    19

    21

    21

    22

    22

    26

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    15/290 xiv

    2.3.3 Kinerja Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta SetelahPrivatisasi ...

    2.3.4 Sistem Distribusi Pelayanan Air Minum Nonperpipaan2.3.5 Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi

    Energi untuk Penyediaan Prasarana Air Bersih ..

    BAB III PENYEDIAAN AIR MINUM, PERTUMBUHAN EKONOMI,

    DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN: SUATU TINJAUAN

    PUSTAKA

    3.1 Karakteristik Air Minum ..3.2 Penyediaan Air Minum (Publik, Swasta, Penyedia Skala Kecil)

    dan Penanggulangan Kemiskinan

    3.2.1 Penyediaan Air Minum oleh Pemerintah dan Privatisasi3.2.2 Privatisasi Air Minum dan Penanggulangan Kemiskinan

    3.3 Penyedia Air Minum Skala Kecil: Salah Satu Alternatif 3.3.1 Keterbatasan Penyediaan Air Minum Skala Besar ..3.3.2 Kategori Penyedia Air Minum Skala Kecil .3.3.3 Peran Penyedia Air Minum Skala Kecil .3.3.4 Beberapa Pengalaman Pengelolaan .3.3.5 Masa Depan Pelayanan Air Minum Skala Kecil ....

    3.4 Kaitan Pembangunan Air Minum terhadap Kemiskinan,Distribusi Pendapatan, dan Pertumbuhan Eonomi .

    3.4.1 Pembangunan Air Minum dan Kemiskinan 3.4.2 Pembangunan Air Minum dan Pertumbuhan Ekonomi ..3.4.3 Pembangunan Air Minum dan Kesenjangan ...

    3.5 Pertumbuhan Pro Poor 3.6 Rangkuman .

    BAB IV PEMODELAN DAMPAK INVESTASI AIR MINUM

    4.1 Teori Keseimbangan Umum ...4.2 Model Komputasi Keseimbangan Umum (CGE) ...

    4.2.1 Prinsip dan Kerangka Dasar

    Hal

    28

    33

    34

    36

    38

    38

    42

    48

    48

    49

    50

    51

    53

    54

    54

    60

    61

    61

    63

    67

    68

    68

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    16/290 xv

    4.2.2 Model Standar Komputasi Keseimbangan Umum .4.3 Model CGE Air Minum DKI Jakarta .

    4.3.1 Kebutuhan Data ..........

    4.3.2 Penyesuaian SNSE dalam Model CGE ..

    4.3.3 Beberapa Prinsip Dasar ..

    4.3.4 Aktor dan Perilakunya ....

    4.3.5 Variabel dan Skalar .

    4.3.6 Persamaan Model ...

    4.4 Perubahan Kesejahteraan ...

    BAB V SKENARIO KEBIJAKAN DAN HASIL SIMULASI

    5.1 Validasi Model CGE ..................................................................5.2 Skenario Simulasi .......................................................................5.3 Hasil Simulasi .

    5.3.1 Simulasi I: Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan

    5.3.2 Simulasi II: Peningkatan Investasi Air Minum Non

    Perpipaan

    5.3.3 Simulasi III: Penyediaan Subsidi dari Peningkatan

    Pajak Air Minum ....

    5.3.4 Simulasi IV: Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ..

    5.3.5 Simulasi V: Peningkatan Investasi Air Minum

    Perpipaan dan Penyediaan Subsidi dari Pajak Air

    Minum Perpipaan

    5.3.6 Simulasi VI: Peningkatan Investasi Air Minum

    Perpipaan dan Penyediaan Subsidi dari Dana

    Pemerintah Pusat ........................................

    5.4 Rangkuman .

    5.4.1 Pertumbuhan Ekonomi

    5.4.2 Distribusi Pendapatan .

    5.4.3 Kelompok Penerima Manfaat .

    5.4.4 Pertumbuhan Pro Poor...

    Hal

    69

    8282

    82

    84

    84

    89

    89

    98

    100

    100

    109

    109

    111

    112

    118

    120

    126

    132

    132

    146

    154

    154

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    17/290 xvi

    BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    6.1 Kesimpulan ..6.2 Rekomendasi ....6.3 Beberapa Catatan .

    6.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Model CGE .6.3.2 Kelemahan Model CGE Air Minum DKI Jakarta ...

    6.4 Studi Lanjutan ..DAFTAR PUSTAKA ..

    Lampiran 1 Konsep dan Definisi ..

    Lampiran 2 Fungsi Penting dalam Model CGE ..

    Lampiran 3 Sistem Neraca Sosial Ekonomi .

    Lampiran 4 Sistem Neraca Sosial Ekonomi DKI Jakarta 2000 (45x45,

    Jutaan Rupiah) ...........................................................................

    Lampiran 5 Penyesuaian Sistem Neraca Sosial Ekonomi DKI Jakarta 2000

    Lampiran 6 Deklarasi Indeks ........................................................................

    Lampiran 7 Ukuran Distribusi Pendapatan ..................................................

    BIOGRAFI SINGKAT ........................................................................................

    Hal

    157

    160

    164

    164

    166

    168

    169

    181

    185

    187

    193

    196

    203

    206

    208

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    18/290 xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 (dalam

    persen) ..

    Tabel 2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun

    1980-2004

    Tabel 2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta Tahun

    2000 dan 2003 (Berdasar Harga Konstan 1993) dalam Rp. Juta .

    Tabel 2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita DKI Jakarta

    Periode 1996-2003 ...

    Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 1996, 2000 dan 2003

    Tabel 2.5 Distribusi Pendapatan per Kapita DKI Jakarta Menurut Golongan

    Rumah Tangga, Tahun 2000 ....

    Tabel 2.6 Distribusi Pendapatan per Kapita DKI Jakarta Menurut Golongan

    Rumah Tangga Tahun 2000 ....

    Tabel 2.7 Target Teknis Tahun 1998-2002 ..

    Tabel 2.8 Rencana Investasi PT. Thames PAM Jaya dan PT. PAM

    Lyonnaise Jaya, 1998-2002...

    Tabel 2.9 Kinerja Privatisasi Pengelolaan Air Minum DKI Jakarta Tahun

    2004

    Tabel 2.10 Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 ......

    Tabel 2.11 Klasifikasi Rumah Tangga Berdasar Sumber Air Minum Tahun

    2003

    Tabel 2.12 Peningkatan Layanan Air Minum bagi Penduduk Miskin di Jakarta

    (1998-2002) ..

    Tabel 2.13 Sistem Tarif Air Minum DKI Jakarta, Tahun 2005 ..

    Tabel 2.14 Realisasi Dana Program Subsidi Energi Air Bersih (SE-AB) Tahun

    2001-2004 .Tabel 3.1 Rangkuman Kaitan Ekonomi Makro antara Peningkatan Partisipasi

    Swasta dalam Pembangunan Infrastruktur dan Kesejahteraan

    Penduduk Miskin ..........

    Tabel 3.2 Rangkuman Kaitan Ekonomi Mikro antara Peningkatan Partisipasi

    Swasta dalam Pembangunan Infrastuktur dan Kesejahteraan

    Penduduk Miskin ..

    hal

    4

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    27

    28

    29

    29

    30

    31

    32

    35

    43

    45

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    19/290 xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.3 Model Kemitraan Pemerintah Swasta yang Potensial Melayani

    Penduduk Miskin ......

    Tabel 3.4 Tipe dan Karakteristik Penyedia Air Minum Skala Kecil . ..............

    Tabel 3.5 Perbandingan Harga Air Minum Penjaja Keliling dan Perpipaan di

    Kota Besar Dunia .....

    Tabel 3.6 Proporsi Pengeluaran Air Minum Rumah Tangga Miskin Perkotaan

    Tabel 4.1 Struktur Dasar SAM pada Model CGE .....

    Tabel 4.2 Penyesuaian Klasifikasi SNSE DKI Jakarta Tahun 2000 Ukuran

    103x103 ..

    Tabel 4.3 Persamaan Produksi ...

    Tabel 4.4 Persamaan Ekspor dan Impor ...

    Tabel 4.5 Persamaan Modal ..

    Tabel 4.6 Persamaan Pendapatan ..

    Tabel 4.7 Persamaan Pengeluaran .

    Tabel 4.8 Persamaan Kliring Pasar

    Tabel 5.1 Skenario Simulasi I dan II .

    Tabel 5.2 Skenario Simulasi III .....

    Tabel 5.3 Skenario Simulasi IV ....

    Tabel 5.4 Skenario Simulasi V .........................................................................

    Tabel 5.5 Skenario Simulasi VI .......................................................................

    Tabel 5.6 Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar

    Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan ....

    Tabel 5.7 Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar

    Peningkatan Investasi Air Minum Non Perpipaan ....

    Tabel 5.8 Pengaruh Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan terhadap

    Indikator Ekonomi ................

    Tabel 5.9 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar

    Skenario Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum

    Perpipaan ...................................................................

    hal

    47

    50

    56

    57

    69

    83

    91

    92

    93

    94

    96

    97

    106

    106

    106

    106

    107

    110

    111

    114

    117

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    20/290 xix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.10 Perubahan PDRB dan Pendapatan Rumah Tangga berdasar

    Penyediaan Subsidi dari Pemerintah Pusat ...............

    Tabel 5.11 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar

    Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 10 Persen

    dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum

    Perpipaan...........................................................................................

    Tabel 5.12 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar

    Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 25 Persen

    dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum

    Perpipaan .

    Tabel 5.13 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasarSkenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 50 Persen

    dan Penyediaan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum

    Perpipaan ..

    Tabel 5.14 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar

    Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 10 Persen

    dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ...

    Tabel 5.15 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar

    Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 25 Persen

    dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ...

    Tabel 5.16 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan berdasar

    Skenario Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan 50 Persen

    dan Penyediaan Subsidi dari Pusat ...

    Tabel 5.17 Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Peningkatan

    Investasi Air Minum .....................

    Tabel 5.18 Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Subsidi ..

    Tabel 5.19 Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Investasi Air Minum

    Perpipaan dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .

    Tabel 5.20 Rekapitulasi Pertumbuhan Ekonomi Simulasi Investasi Air Minum

    Perpipaan dan Subsidi dari Pemerintah Pusat ..

    Tabel 5.21 Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Peningkatan Investasi

    Air Minum .

    hal

    119

    121

    123

    125

    127

    129

    131

    133

    138

    144

    145

    146

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    21/290 xx

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.22 Rekapitulasi Dampak Subsidi terhadap Distribusi Pendapatan .......

    Tabel 5.23 Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Investasi Air Minum

    Perpipaan dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .............

    Tabel 5.24 Rekapitulasi Distribusi Pendapatan Simulasi Investasi Air Minum

    Perpipaan dan Subsidi dari Pemerintah Pusat ..................................

    Tabel 5.25 Rekapitulasi Pertumbuhan Pro Poor...............................................

    hal

    149

    152

    153

    156

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    22/290 xxi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 PDRB DKI Jakarta 2000-2003 Harga Konstan 1993 ...

    Gambar 2.2 Pertumbuhan PDRB/Kapita DKI Jakarta Harga Konstan 1993

    Tahun 1996-2002 ..

    Gambar 2.3 Penyebaran Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 1996, 2000,

    2003 ...........................................................................................

    Gambar 2.4 Distribusi Pendapatan DKI Jakarta 2000 ......

    Gambar 2.5 Produksi dan Air Terjual PAM Jaya 1993-1997 ..

    Gambar 2.6 Penerimaan dan Biaya Operasional PAM Jaya 1993-1997 ..

    Gambar 2.7 Jumlah Sambungan PAM Jaya 1993-1997 ..

    Gambar 2.8 Sistem Jaringan Pipa Distribusi Air Minum DKI Jakarta .

    Gambar 2.9 Distribusi Air Minum Nonperpipaan dari Sumber Air Minum

    Perpipaan Tahun 2005 ..

    Gambar 3.1 Pengaruh Ketersediaan Air Minum terhadap Beragam Dimensi

    Kemiskinan ...

    Gambar 3.2 Jalur Utama Penularan Penyakit melalui Air ....

    Gambar 3.3 Kebijakan, Pertumbuhan, Perubahan Distribusi dan Penurunan

    Kemiskinan ................................

    Gambar 4.1 Struktur Dasar Model CGE ............................................................

    Gambar 4.2 Teknologi Produksi ...

    Gambar 4.3 Aliran Komoditas yang Dipasarkan ..

    Gambar 4.4 Struktur Fungsi Sektor Produksi ...

    Gambar 4.5 Struktur Fungsi Konsumsi ....

    Gambar 4.6 Keterkaitan Antarsektor dalam Wilayah ...

    Gambar 4.7 Struktur Fungsi Sektor Produksi ...

    Gambar 5.1 Bagan Alir Skenario Simulasi ............................

    Gambar 5.2 Bagan Alir Simulasi .......................................................................

    hal

    15

    16

    18

    20

    24

    24

    25

    25

    33

    55

    58

    63

    70

    71

    75

    77

    81

    88

    90

    105

    108

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    23/290 xxii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 5.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini Skenario Peningkatan

    Investasi Air Minum Perpipaan ....

    Gambar 5.4 Peningkatan Pendapatan per Kapita Skenario Peningkatan

    Investasi Air Minum Perpipaan ...................................

    Gambar 5.5 Pangsa Pendapatan per Kelompok RT Miskin Skenario

    Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan ................................

    Gambar 5.6 Pertumbuhan Ekonomi dan Rasio Gini Skenario Peningkatan

    Pajak Air Minum Perpipaan Bersumber dari Pajak .......

    Gambar 5.7 Perubahan Pendapatan RT berdasar Skenario Peningkatan PajakAir Minum Perpipaan.....................................

    Gambar 5.8 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Subsidi dari Peningkatan Pajak

    Air Minum Perpipaan ..................................................................

    Gambar 5.9 Rasio Gini Skenario Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum

    Perpipaan ...

    Gambar 5.10 Perubahan Pendapatan RT berdasar Penyediaan Subsidi dari

    Peningkatan Pajak Air Minum ......................................................

    Gambar 5.11 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Subsidi dari Pemerintah Pusat .

    Gambar 5.12 Rasio Gini Skenario Subsidi dari Pemerintah Pusat ..................

    Gambar 5.13 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Subsidi

    dari Pemerintah Pusat ....................................................................

    Gambar 5.14 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (10%) dan Subsidi

    dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ..............

    Gambar 5.15 Rasio Gini Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari

    Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan .....

    Gambar 5.16 Perubahan Pendapatan RT/Kapita Skenario Investasi (10%) dan

    Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum ........................

    Gambar 5.17 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (25%) dan Subsidi

    dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ..........

    Gambar 5.18 Rasio Gini Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari

    Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan .........

    Gambar 5.19 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita Skenario Investasi (25%)

    dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum ...........

    hal

    110

    110

    110

    112

    112

    117

    117

    117

    119

    119

    119

    121

    121

    121

    123

    123

    123

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    24/290 xxiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 5.20 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (50%) dan Subsidi

    dari Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan ..............................

    Gambar 5.21 Rasio Gini Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari

    Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan .....

    Gambar 5.22 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi

    (50%) dan Subsidi dari Peningkatan Pajak Air Minum .

    Gambar 5.23 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (10%) dan Subsidi

    dari Dana Pemerintah Pusat ...........................................................

    Gambar 5.24 Rasio Gini Skenario Investasi (10%) dan Subsidi dari Dana

    Pemerintah Pusat .....

    Gambar 5.25 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi

    (10%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat .

    Gambar 5.26 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (25%) dan Subsidi

    dari Dana Pemerintah Pusat ...........

    Gambar 5.27 Rasio Gini Skenario Investasi (25%) dan Subsidi dari Dana

    Pemerintah Pusat .....

    Gambar 5.28 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi

    (25%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ...

    Gambar 5.29 Pertumbuhan Ekonomi Skenario Investasi (50%) dan Subsididari Dana Pemerintah Pusat ...........

    Gambar 5.30 Rasio Gini Skenario Investasi (50%) dan Subsidi dari Dana

    Pemerintah Pusat .....

    Gambar 5.31 Pertumbuhan Pendapatan RT/Kapita berdasar Skenario Investasi

    (50%) dan Subsidi dari Dana Pemerintah Pusat ...

    Gambar 5.32 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...

    Gambar 5.33 Keterkaitan Investasi Air Minum dengan Pertumbuhan Ekonomi

    dan Distribusi Pendapatan (Simulasi I dan II) ...............................

    Gambar 5.34 Dampak Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi .......................

    Gambar 5.35 Keterkaitan Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan dengan

    Distribsui Pendapatan dan Pertumbuhan Ekonomi ......................

    hal

    125

    125

    125

    127

    127

    127

    129

    129

    129

    131

    131

    131

    133

    137

    138

    139

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    25/290 xxiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 5.36 Keterkaitan Peningkatan Pajak Air Minum Perpipaan yangDialokasikan untuk Subsidi dengan Distribusi Pendapatan dan

    Pertumbuhan Ekonomi (Simulasi III) ............................................

    Gambar 5.37 Keterkaitan Peningkatan Transfer Dana Pusat yang Dialokasikan

    untuk Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Distribusi

    Pendapatan (Simulasi IV) ..............................................................

    Gambar 5.38 Keterkaitan Peningkatan Investasi Air Minum Perpipaan dan

    Subsidi terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Distribusi

    Pendapatan (Simulasi V - VI) ........................................................

    Gambar 5.39 Dampak Investasi 10% dan Subsidi dari Pajak Air Minum

    terhadap Pertumbuhan Ekonomi ....

    Gambar 5.40 Dampak Investasi 25% dan Subsidi dari Pajak Air Minum

    terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...

    Gambar 5.41 Dampak Investasi 50% dan Subsidi dari Pajak Air Minum

    terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...

    Gambar 5.42 Dampak Investasi 10% dan Subsidi dari Pusat terhadap

    Pertumbuhan Ekonomi ..............................

    Gambar 5.43 Dampak Investasi 25% dan Subsidi dari Pusat terhadap

    Pertumbuhan Ekonomi ..............

    Gambar 5.44 Dampak Investasi 50% dan Subsidi dari Pusat terhadap

    Pertumbuhan Ekonomi ..............

    Gambar 5.45 Dampak Investasi Air Minum terhadap Distribusi Pendapatan .....

    Gambar 5.46 Dampak Subsidi dari Pajak Air Minum Perpipaan terhadap

    Distribusi Pendapatan ....................................................................

    Gambar 5.47 Dampak Subsidi dari Pemerintah Pusat terhadap Distribusi

    Pendapatan .....................................................................................

    Gambar 5.48 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (10%) dan Subsidi dari

    Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan .......Gambar 5.49 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (25%) dan Subsidi dari

    Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan .......

    Gambar 5.50 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (50%) dan Subsidi dari

    Pajak Air Minum Perpipaan terhadap Distribusi Pendapatan .......

    hal

    141

    141

    141

    144

    144

    144

    145

    145

    145

    146

    150

    150

    152

    152

    152

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    26/290 xxv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 5.51 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (10%) dan Subsidi dariPemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan ........................

    Gambar 5.52 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (25%) dan Subsidi dari

    Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan ........................

    Gambar 5.53 Dampak Investasi Air Minum Perpipaan (50%) dan Subsidi dari

    Pemerintah Pusat terhadap Distribusi Pendapatan .......................

    Gambar 5.54 Pertumbuhan Pro PoorSimulasi Investasi Air Minum Perpipaan

    dan Subsidi .....................................................................................

    hal

    153

    153

    153

    154

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    27/290xxvi

    DAFTAR KOTAK

    hal

    Kotak 4.1 Hukum Walras .. 67

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    28/290 xxvii

    DAFTAR SINGKATAN

    ADB = Asian Development Bank

    APF = Aggregate Production Function

    Bappenas = Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

    BBM = Bahan Bakar Minyak

    BOT = Build Operate Transfer

    Bodetabek = Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi

    BPS = Badan Pusat Statistik

    CES = Constant Elasticity of Substitution

    CET = Constant Elasticity of Transformation

    CGE = Computable General Equilibrium

    CPI = Costumer Price Index

    DKI = Daerah Khusus Ibukota

    FOC = First Order Condition

    FGT = Foster-Greer-Thorbecke

    HU = Hidran Umum

    KK = Kepala Keluarga

    LES = Linear Expenditure System

    LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat

    MCK = Mandi, Cuci, Kakus

    MDG = Millenium Development Goals

    MPS = Marginal Propensity to Save

    PAM Jaya = Perusahaan Air Minum Jakarta Raya

    PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum

    PDB = Produk Domestik Bruto

    PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

    PP = Peraturan Pemerintah

    PPD-PSE = Program Penanggulangan Dampak Pengurangan

    Subsidi Energi

    PT = Perusahaan Terbatas

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    29/290 xxviii

    PTO = Penyesuaian Tarif Otomatis

    ROW = Rest of the World

    RT = Rumah Tangga

    SAM = Social Accounting Matrix

    SE-AB = Subsidi Energi-Air Bersih

    SIPAS = Sistem Penyediaan Air Bersih Sederhana

    SNSE = Sistem Neraca Sosial Ekonomi

    TA = Terminal Air

    TFP = Total Factor Production

    TK = Tenaga Kerja

    TPJ = Thames Pam Jaya

    UGM = Universitas Gajah Mada

    USD = United State Dollar

    VA = Value Added

    WHO = World Health Organization

    WTP = Water Treatment Plant

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    30/290

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangMemasuki Milenium baru, hampir setengah dari total penduduk dunia

    bertempat tinggal di daerah perkotaan1. Percepatan pertambahan penduduk perkotaan

    melampaui kemampuan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan dasar penduduk.

    Akibatnya, sejumlah penduduk mengalami kesulitan mendapatkan kebutuhan dasar

    untuk perumahan, air minum2, sanitasi, kesehatan, pekerjaan dan pendidikan.

    Mendekati 1,3 miliar penduduk dunia di negara berkembang, mayoritas penduduk

    miskin, kekurangan akses terhadap kecukupan air.

    Dampak ketidakcukupan air dan sanitasi terutama dirasakan oleh penduduk

    miskin. Akibat kualitas air minum yang tidak memadai, penduduk miskin kota

    menanggung dampak berupa berjangkitnya penyakit diare dan kolera3

    yang

    mengharuskan mereka mengeluarkan dana untuk obat dan perawatan medis. Lebih

    lanjut, hal itu mengakibatkan anak-anak tidak sekolah, dan orang dewasa kehilangan

    waktu kerja. Akibatnya, selain berdampak pada besarnya pengeluaran untuk membeli

    air, kurangnya akses ke air minum yang memadai, aman, terjangkau juga berdampak

    langsung pada penghidupan dan pendapatan penduduk miskin kota4.

    1Pada tahun 2015, penduduk perkotaan akan bertambah dua kali lipat sehingga mencapai 3,5 miliar

    penduduk. Selain itu, 1 dari 5 penduduk akan berlokasi di kota besar berpenduduk lebih dari 10 juta

    dibanding 1 dari 9 saat ini (Dasgupta, 2002) Sementara sekitar 95 persen dari pertambahan penduduk

    perkotaan tersebut akan berlokasi di negara berkembang dan separuhnya merupakan penduduk miskin,

    serta bertempat tinggal di daerah kumuh (Annez, 1996).2Definisi air minum yang dipergunakan adalah air minum rumah tangga baik yang langsung dapat

    diminum maupun yang masih perlu diolah, yang berasal dari sumber yang aman dari

    pencemaran.Pengertian air minum disini sama dengan istilah air bersih yang sering dipergunakan

    ditambah dengan air yang langsung bias diminum tetapi tidak termasuk air kemasan maupun air isi

    ulang.3Diperkirakan 10 ribu penduduk meninggal setiap hari disebabkan penyakit terkait air dan sanitasi dan

    ribuan lainnya menderita.4 Penghidupan dan pendapatan penduduk diartikan sebagai kemampuan terlibat dalam kegiatan

    menghasilkan uang, pendapatan dari kegiatan tersebut, dan pengeluaran yang ditimbulkannya.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    31/290

    2

    Ketika penduduk termiskin tidak mendapat akses ke air sistem perpipaan, air

    dari penyedia air minum skala kecil (small scale water provider) atau air

    nonperpipaan5

    menjadi alternatifnya. Besarnya tarif air minum nonperpipaan

    mengakibatkan biaya yang dikeluarkan menjadi jauh lebih mahal, sehingga

    ketidaktersediaan air minum menjadi salah satu penentu utama tingkat kemiskinan bagi

    sebagian besar rumah tangga. Sebagai contoh, Okun (1988) memperkirakan bahwa

    rumah tangga miskin yang tidak terlayani oleh sistem perpipaan menghabiskan sekitar

    10-30 persen dari pendapatannya untuk kebutuhan air, sementara rumah tangga kaya

    umumnya hanya mengeluarkan kurang dari dua persen (Satterwaithe, 1998)6.

    Akibatnya, air diperoleh dengan biaya mahal dalam jumlah jauh dari kebutuhan

    normal. Jadi, ketika kebutuhan air minum penduduk miskin terpenuhi, mereka terpaksamembayar dengan harga yang jauh lebih mahal

    7.

    Hal ini kemudian berujung pada penurunan kualitas hidup, pengurangan

    produktivitas, penambahan beban biaya kesehatan, dan polusi lingkungan yang tak

    terhindarkan. Keseluruhannya mengarah pada peningkatan kemiskinan di perkotaan.

    Diperkirakan pada tahun 2010 penduduk miskin perkotaan mencapai sekitar 47 persen

    dari total penduduk miskin Indonesia, meningkat dari sekitar 38 persen pada tahun

    2000 (Dasgupta, 2002).

    Segala keuntungan dari keberadaan kota menjadi terhalangi oleh merebaknya

    kemiskinan di perkotaan. Mexico City, Beijing, dan Jakarta merupakan contoh nyata

    dengan permasalahan tidak memadainya akses air minum, khususnya bagi penduduk

    miskin (Black, 1996). Kondisi ini mempengaruhi langsung sebagian penduduk, tetapi

    pada akhirnya secara tidak langsung dapat berdampak pada keseluruhan kota.

    5

    Secara umum disepakati bahwa kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai penyedia air minum skalakecil ketika (i) melaksanakan kegiatan dengan menggunakan pegawai dalam jumlah kecil; (ii)

    melaksanakan kegiatan berdasar prinsip pemulihan biaya dan orientasi keuntungan; (iii) menggunakan

    modal sendiri tanpa bantuan dari pemerintah dan LSM; (iv) menyediakan air minum merupakan

    kegiatan utamanya (Conan, 2002).6Pada negara industri, pengeluaran air berkisar 0,5 sampai dua persen dari pendapatan rata-rata (1,3

    persen di Jerman dan Belanda, 1,2 persen di Perancis) dan air minum dianggap mahal ketika

    pengeluaran melampaui tiga persen dari pendapatan rata-rata penduduk (Water Academy, 2004).7 Sebagai gambaran, berdasar data Water Supply and Sanitation Collaborative Council (1999), tarif

    penjaja air keliling pada beberapa kota besar di negara berkembang mencapai sekitar 5 sampai 20 kali

    dari tarif air minum perpipaan.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    32/290

    3

    Kemampuan mengatasi kondisi ini akan menentukan kelangsungan kota dan

    perekonomian. Hal ini didasari pada pertimbangan dampak utama pengurangan

    kemiskinan di perkotaan tidak hanya pada penduduk miskin, tetapi terjadi juga pada

    keseluruhan penduduk kota, dalam hal (i) mengurangi ketimpangan sosial, (ii)

    menghindari masalah lingkungan dan kesehatan skala besar, (iii) mendorong

    pembangunan ekonomi lokal, (iv) membantu pertumbuhan ekonomi nasional.

    Ketimpangan sosial dapat mengarah pada ketegangan sosial yang bermuara pada

    benturan antarkelompok. Masalah kesehatan dan lingkungan pada daerah kumuh dapat

    berdampak pada keseluruhan kota seperti merebaknya diare, kolera, demam berdarah.

    Ketidakcukupan air dan sanitasi dapat berdampak pada penurunan kualitas air

    permukaan dan air tanah dangkal. Perkembangan ekonomi lokal dapat membantumeningkatkan kondisi kehidupan penduduk miskin sehingga mendukung produktifitas

    dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan kota yang baik akan mendorong terjadinya

    pertumbuhan ekonomi nasional, karena kota berfungsi sebagai pusat pertumbuhan

    (Baharoglu, 2000)

    Jakarta sebagai salah satu kota yang dalam waktu dekat akan menjadi

    megacity8, juga mengalami masalah dengan akses air minum, khususnya bagi penduduk

    miskin. Meningkatnya urbanisasi menyebabkan peningkatan kebutuhan layanan

    infrastruktur termasuk air minum. Pada tahun 1996, sebelum privatisasi penyediaan air

    minum9, cakupan pelayanan air minum di Jakarta mencapai 41 persen dengan tingkat

    kebocoran 57 persen dan penggunaan air tanah berlebihan. Setelah empat tahun

    privatisasi (2002), mengabaikan banyaknya keluhan terhadap kualitas dan kuantitas

    pelayanan, kedua operator telah mencapai perkembangan yang nyata. Pelayanan telah

    bertambah menjadi 44 persen di bagian barat, dan 62 persen di bagian timur, yang

    secara keseluruhan mencapai 52,4 persen untuk seluruh Jakarta.

    8Megacity didefinisikan sebagai metropolitan dengan penduduk lebih dari 10 juta.

    9 Pada tahun 1998, PT. Palyja (Ondeo) dan PT. TPJ (Thames International, RWE) mendapatkan

    kontrak konsesi penyediaan air minum di Jakarta. Jakarta dibagi dalam 2 (dua) wilayah yaitu PT Palyja

    bertanggungjawab untuk pengembangan dan pengelolaan air minum di bagian Barat, dan PT. TPJ di

    bagian timur.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    33/290

    4

    Tabel 1.1

    Cakupan Layanan Air Minum di Jakarta Tahun 2002 (dalam persen)

    Terlayani

    Air Perpipaan

    Tak Terlayani Air

    PerpipaanTotal

    Tidak Miskin 39,7 36,9 76,6

    Miskin 12,7 10,7 23,4

    Total 52,4 47,6 100,0

    Sumber: Anwar (2003)

    Keberhasilan peningkatan cakupan tersebut masih menyisakan proporsi sekitar

    10,7 persen penduduk miskin yang belum terlayani oleh air perpipaan. Penduduk

    miskin yang tidak terlayani oleh air perpipaan menggunakan beragam bentuk pelayanan

    air minum untuk memenuhi kebutuhannya, diantaranya berupa sumur dangkal, air

    tanah dalam, kran umum, penjaja keliling, sebagian penduduk menjual air ke

    tetangganya, truk air, dan air kemasan isi ulang.

    Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena ternyata sebagian besar penduduk

    miskin menggunakan sumur tidak terlindungi dan fasilitas umum yang merupakan

    sumber pencemaran dan terjangkitnya wabah diare dan kolera. Selain itu, penduduk

    miskin yang tidak terlayani membeli air dengan harga jauh lebih mahal sampai 15 kali

    tarif air perpipaan (Anwar, 2003).Ketika tidak segera ditanggulangi, kondisi ini akan berdampak pada semakin

    terperangkapnya penduduk dalam kemiskinan, yang selanjutnya dapat berdampak tidak

    hanya pada penduduk miskin, tetapi berdampak juga pada seluruh penduduk kota

    dalam berbagai bentuk.

    Teori sederhana dan bukti empiris menunjukkan bahwa pengurangan

    kemiskinan dapat dicapai melalui percepatan pertumbuhan ekonomi dan/atau

    perubahan distribusi pendapatan. Ravallion (2001), melalui studi antarnegara,

    menunjukkan bahwa peningkatan satu persen pendapatan rata-rata rumah tangga atau

    konsumsi menghasilkan penurunan kemiskinan yang bervariasi antara 0,6 persen

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    34/290

    5

    sampai 3,5 persen. Ketika pertumbuhan ekonomi menghasilkan penurunan kemiskinan,

    pertumbuhan tersebut disebutpro-poor.10

    Berkaitan dengan permasalahan kemiskinan perkotaan yang terkait dengan

    masih rendahnya ketersediaan air minum bagi penduduk miskin DKI Jakarta, dan

    investasi air minum yang secara teori dan empiris dapat berdampak pada

    penanggulangan kemiskinan, disertasi ini berusaha menjawab pertanyaan apakah

    investasi air minum di DKI Jakarta menghasilkan pertumbuhan pro-poor sehingga

    dapat dijadikan salah satu bagian dari kebijakan penanggulangan kemiskinan

    khususnya di perkotaan.

    1.2 Masalah PenelitianPerkembangan perkotaan dunia dan Indonesia menunjukkan perubahan yang

    pesat. Dalam waktu singkat jumlah penduduk perkotaan meningkat tajam, bahkan

    dalam waktu tidak lama lagi proporsi penduduk perkotaan akan melampaui penduduk

    perdesaan. Diperkirakan pada tahun 2010, proporsi penduduk perkotaan Indonesia akan

    mencapai 54,2 persen, meningkat dari sekitar 35 persen (1990) dan 42 persen (2000)

    (Bappenas, 2005). Kondisi itu berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan

    perkotaan, diantaranya berupa tidak terpenuhinya kebutuhan air minum. Sebagian

    terbesar penduduk yang tidak terlayani adalah penduduk miskin.

    Telah menjadi kesepakatan bahwa peningkatan akses air minum dapat menjadi

    jalan menuju penanggulangan kemiskinan. Investasi yang ditanamkan di sektor air

    minum dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat pro-poor. Pertumbuhan

    ekonomi yang terjadi mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan.

    Dikaitkan dengan kondisi Jakarta, investasi air minum yang bersifat pro-poor

    merupakan suatu keniscayaan, dengan berbagai pertimbangan di antaranya (i) tingkat

    10Terdapat dua definisi pertumbuhan pro-poor. Pada konsep pertama, pertumbuhan pro-poor terjadi

    ketika pendapatan penduduk miskin meningkat lebih cepat dari penduduk tidak miskin. Sementara

    konsep kedua menyatakan bahwa pertumbuhan pro-poor terjadi ketika jumlah absolut penduduk miskin

    berkurang (Vos, 2005). Dapat disimpulkan bahwa perbedaan mendasar hanya pada fokusnya yaitu (i)

    konsep pertama pada kesenjangan (White dan Anderson, 2000), (Kakwani dan Pernia, 2000) dan (ii)

    konsep kedua pada kemiskinan (Ravallion dan Chen, 2003).Studi ini menggunakan definisi pertama.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    35/290

    6

    urbanisasi yang mengarah pada peningkatan jumlah penduduk miskin masih relatif

    tinggi, (ii) proporsi penduduk miskin yang belum terlayani oleh air minum masih cukup

    besar. Oleh karena itu, pertanyaan yang mengemuka adalah (i) apakah investasi air

    minum perpipaan di DKI Jakarta telah memicu pertumbuhan ekonomi yang bersifat

    pro-poor, (ii) apakah investasi air minum nonperpipaan di DKI Jakarta memicu

    pertumbuhan ekonomipro-poor, (iii) apakah subsidi pemerintah dalam penyediaan air

    minum di DKI Jakarta memicu pertumbuhan ekonomipro-poor.

    1.3 Tujuan dan Hipotesis Penelitian

    Tujuan umum dari studi ini adalah menjawab pertanyaan apakah investasi air

    minum di DKI Jakarta sudah bersifat pro-poor yang ditunjukkan oleh terjadinya

    pertumbuhan yang mengurangi kesenjangan.

    Tujuan khusus dari studi adalah (i) mengembangkan model komputasi

    keseimbangan umum air minum, (ii) menganalisis dampak investasi air minum

    perpipaan terhadap pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan, (iii) menganalisis

    dampak penyediaan air minum nonperpipaan terhadap pertumbuhan ekonomi dan

    distribusi pendapatan, (iv) menganalisis dampak penyediaan subsidi air minum bagi

    rumah tangga berpendapatan rendah, dan (v) memberikan rekomendasi kebijakan

    pembangunan air minum di DKI Jakarta.

    Secara teoritis, terdapat empat faktor pertumbuhan, yaitu sumber daya manusia,

    sumber daya alam, pembentukan modal, dan teknologi (Nordhaus, 2004). Oleh karena

    itu, investasi infrastruktur, termasuk air minum yang berupa penambahan modal,

    merupakan salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi.

    Secara empiris, terdapat banyak studi yang membuktikan kebenaran pengaruh

    positif investasi infrastruktur, termasuk air minum, terhadap pertumbuhan ekonomi. (i)

    Barro (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang tergantung

    pada langkah pemerintah dalam penyediaan infrastruktur. (ii) studi Bank Dunia pada 63

    negara berkembang menunjukkan bahwa penambahan satu persen stok infrastruktur

    berkorelasi dengan pertumbuhan satu persen PDB. (iii) Canning (1999), dan

    Demetriades dan Mamuneas (2000) melaporkan kontribusi output yang signifikan dari

    infrastruktur. (iv) Stephen Yeaple dan Stephen S. Golub (2002) menyimpulkan bahwa

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    36/290

    7

    penambahan kapasitas pelayanan infrastruktur sebesar satu persen akan meningkatkan

    nilai produktivitas faktor total (TFP) sebesar 0,12. (v) Estache dkk (2002) menunjukkan

    bahwa penambahan stok infrastruktur sebesar 10 persen menghasilkan peningkatan

    Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 1,5 persen. (vi) Kajian Pusat Studi Transportasi

    dan Logistik UGM (2003) menunjukkan bahwa investasi infrastruktur meningkatkan

    pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pemerataan. (vii) Kajian Bappenas (2004)

    menunjukkan bahwa penambahan kapasitas pelayanan infrastruktur memberikan

    dampak positif pada perekonomian nasional.

    Sementara kajian WHO (2004) melalui the Swiss Tropical Institute

    menyimpulkan bahwa investasi air minum dan sanitasi sebesar USD.1 akan

    memberikan pengembalian sebesar antara USD.3 sampai USD.34, bergantung padalokasinya. Selain itu, beberapa analisis terbaru menunjukkan bahwa pengelolaan air

    berada pada peringkat kedua terbesar dalam investasi infrastruktur bagi kebangkitan

    ekonomi (Tan, 2000).

    Debat kaitan antara pertumbuhan pendapatan per kapita dan kesenjangan

    diprakarsai oleh Kutznets (1955) yang menemukan bahwa terdapat hubungan U

    terbalik antara pendapatan dan kesenjangan berdasar penelitian antarnegara.

    Pertumbuhan terjadi dahulu, kesenjangan melebar, lalu kemudian kesenjangan menurun

    (Anand dan Kanbur, 1993).

    Di pihak lain, literatur empiris terkini, seperti oleh Deininger dan Squire

    (1996), Chen dan Ravallion (1997), Easterly (1999), dan Dollar dan Kraay (2002),

    seluruhnya menyatakan bahwa pertumbuhan tidak mempunyai dampak pada

    kesenjangan (World Bank Poverty Net).

    Pada kenyataannya, perbedaan pendapat tentang kaitan pertumbuhan dan

    kesenjangan lebih terlihat pada literatur teoritis, sementara literatur empiris secara

    seragam menyatakan bahwa pertumbuhan tidak mempunyai dampak sistematik pada

    kesenjangan.

    Perdebatan ini juga kemudian makin kontroversial ketika penyediaan air

    minum diserahkan pada swasta. Meskipun pengamatan secara internasional

    menunjukkan secara umum dampak privatisasi menguntungkan (Kikeri dan Nellis,

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    37/290

    8

    2001; Megginson dan Netter, 2001; Shirley dan Walsh, 2001), dampaknya di negara

    berkembang tetap kontroversial (Parker, 2003).

    Debat tentang peran swasta dalam penyediaan air minum telah berlangsung

    lama, sebagian mendukung dan selebihnya menentang. Pihak pendukung menyatakan

    privatisasi meningkatkan efisiensi (misalnya tingkat kebocoran air menurun dan

    tagihan macet berkurang), dan mendorong bertambahnya investasi. Pihak penentang

    menyatakan bahwa swasta hanya mementingkan keuntungan dengan mengabaikan

    kesejahteraan dan meningkatkan tarif tanpa mempedulikan kualitas layanan.

    Jika dikaitkan dengan pembangunan air minum di DKI Jakarta yang sejak tahun

    1997 dilaksanakan oleh swasta melalui skema konsesi, hasilnya telah cukup memadai,

    seperti menurunnya tingkat kebocoran dan meningkatnya investasi yang tentunyamendorong pertumbuhan ekonomi. Di pihak lain, masih banyak penduduk miskin

    yang belum terlayani. Hal ini ditengarai oleh tidak tersedianya insentif yang memadai

    bagi perusahaan ketika penyediaan air minum diarahkan pada penduduk miskin.

    Bahkan, dalam tujuan kerja sama pemerintah dan swasta tersebut tidak secara eksplisit

    dicantumkan keberpihakan pada penduduk miskin.

    Kondisi ini kemudian mendasari hipotesis pertama dari studi ini yang

    menyatakan bahwa peningkatan investasi air minum perpipaan akan meningkatkan

    pertumbuhan ekonomi, tetapi sebaliknya akan memperburuk distribusi pendapatan.

    Ketidaktersediaan akses air minum yang memadai bagi penduduk khususnya

    penduduk miskin, mendorong penduduk mencari alternatif sumber air minum. Salah

    satu sumber air minum yang menjadi pilihan bagi penduduk adalah penyedia air

    minum skala kecil (small scale water provider). Kebutuhan air minum perpipaan yang

    baru menjangkau sekitar 52,4 persen penduduk menjadikan investasi penyedia air

    minum skala kecil ini relatif siginifikan walaupun dalam bentuk investasi yang kecil

    dan tersebar dalam jumlah yang cukup banyak. Kondisi itu menjadikan investasi air

    minum nonperpipaan mendorong pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, karena harga air

    minum nonperpipaan relatif besar, bahkan mencapai sekitar 10 sampai 20 kali harga

    air minum perpipaan, secara umum porsi pengeluaran penduduk menjadi signifikan.

    Pendapatan yang dapat ditabung untuk keperluan lain menjadi jauh berkurang

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    38/290

    9

    sehingga kesejahteraan penduduk menjadi relatif berkurang. Tentunya pengurangan

    kesejahteraan itu menjadi suatu pilihan yang relatif lebih baik ketika pilihan lainnya,

    seperti sumur, dan air sungai, berpotensi menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan

    akibat serangan penyakit yang diakibatkan oleh air (water-borne disease) yang jauh

    lebih besar dampaknya.

    Dalam memperhatikan kondisi itu, hipotesis kedua dari studi ini menjadi

    peningkatan penyediaan air minum nonperpipaan akan meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi dan memperburuk distribusi pendapatan

    Sebagaimana diketahui bahwa dari sisi pengeluaran, penanggulangan

    kemiskinan dan redistribusi pendapatan oleh pemerintah dapat dilaksanakan secara

    langsung melalui tiga instrumen, yaitu (i) subsidi langsung atau individual yangditargetkan pada rumah tangga miskin, (ii) subsidi harga yang berupa pemberian

    subsidi harga pada kebutuhan dasar, dan (iii) pengeluaran pemerintah pada

    infrastruktur dan layanan publik khususnya kesehatan dan pendidikan, yang

    menguntungkan masyarakat miskin (Damuri, 2003).

    Ketika ketiadaan akses air minum menjadi salah satu penyebab semakin besarnya

    kemiskinan perkotaan, pemerintah dapat melakukan terobosan dengan memberikan

    subsidi penyediaan air minum kepada penduduk miskin yang belum memperoleh akses

    yang layak.

    Secara teoritis, terlepas dari besarnya kemungkinan kebocoran di lapangan,

    pemberian subsidi dalam jangka pendek akan sangat membantu dalam meningkatkan

    kesejahteraan penduduk miskin. Pengaruh subsidi air minum terhadap pertumbuhan

    ekonomi tidak akan sebesar pengaruh investasi air minum, tetapi dampaknya terhadap

    kesejahteraan akan signifikan. Hal ini akan memunculkan hipotesis ketiga yaitu subsidi

    pemerintah akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki distribusi

    pendapatan.

    1.4 Manfaat dan Kontribusi Penelitian

    Manfaat studi ini adalah memberi pemahaman mendalam mengenai dampak

    kebijakan investasi air minum, baik berupa investasi maupun subsidi pemerintah,

    terhadap perekonomian daerah khususnya pertumbuhan ekonomi dan distribusi

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    39/290

    10

    pendapatan. Diharapkan pengambil kebijakan dapat memahami bahwa investasi air

    minum bukan sekadar alat pemenuhan kebutuhan dasar, melainkan juga sebagai alat

    penanggulangan kemiskinan melalui pembenahan distribusi pendapatan.

    Kontribusi utama dari studi ini adalah sebagai berikut.

    (i) Pengembangan basis data (data base) SNSE Air Minum DKI Jakarta Tahun 2000.Basis data ini merupakan pengembangan dari SNSE DKI Jakarta 2000 skala

    103x103.

    (ii) Pengembangan model komputasi keseimbangan umum air minum DKI Jakarta.Telah banyak studi yang meneliti dampak investasi infrastruktur dengan

    menggunakan model komputasi keseimbangan umum di Indonesia, tetapi belum

    terdapat model komputasi kesetimbangan umum yang secara khusus menelitidampak investasi air minum di tingkat subnasional.

    (iii) Saran dan masukan bagi kebijakan pembangunan air minum DKI Jakarta. Hasilstudi dapat dijadikan sebagai masukan bagi pengembangan kebijakan terkait

    dengan pembangunan air minum di DKI Jakarta.

    1.5 Pendekatan dan Ruang Lingkup PenelitianStudi ini menggunakan model komputasi keseimbangan umum (Computable

    General Equilibrium). Pemilihan model ini dilakukan dengan mempertimbangkan

    kemampuan model untuk menyimulasikan, baik dampak langsung maupun tidak

    langsung, dari suatu kebijakan terhadap kondisi ekonomi makro dan kondisi sosial

    sehingga akibat suatu kebijakan dapat dievaluasi secara lebih baik dan menyeluruh.

    Penerapan model komputasi kesetimbangan umum (CGE) melalui beberapa

    tahap, yaitu sebagai berikut.

    a. Studi literatur.Fokus kegiatan awal ini adalah berupa penelusuran penerapan model CGE dalam

    analisis perekonomian. Keluaran dari tahapan ini adalah berupa pilihan model

    CGE yang berkesesuaian dengan tujuan studi berikut dasar-dasar spesifikasi

    model CGE yang akan dikembangkan agar dapat dipergunakan sebagai alat

    analisis sesuai dengan tujuan studi ini.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    40/290

    11

    b. Pengembangan basis data yang diperlukan.Data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini sebagian besar akan berasal

    dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) DKI Jakarta Tahun 2000. SNSE ini

    kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan studi dengan melakukan (i)

    pembagian klasifikasi pada faktor produksi bukan tenaga kerja menjadi dua yaitu

    investasi air minum perpipaan (PAM Jaya) dan investasi air minum nonperpipaan

    dan investasi lainnya, dan (ii) pemecahan sektor produksi air bersih menjadi dua

    yaitu air minum perpipaan (PT. Thames Jaya dan PT. Palyja) dan air minum

    nonperpipaan (small scale provider, dan lainnya). SNSE ini kemudian disebut

    SNSE Air Minum DKI Jakarta 2000, yang kemudian diverifikasi dengan

    menggunakan data-data tambahan seperti data perekonomian DKI Jakarta(PDRB), data kemiskinan, dan lainnya.

    c. Pengembangan model.Pengembangan model mengadopsi Model Donny Azdan

    11dengan melakukan

    beberapa perubahan yang mengacu pada perbedaan (i) sumber data yang

    dipergunakan. Model Azdan menggunakan basis data SNSE DKI Jakarta Tahun

    1993, sementara model pada studi ini menggunakan SNSE DKI Jakarta Tahun

    2000, (ii) dampak yang akan dihitung. Model Azdan menjelaskan dampak

    perubahan kebijakan harga air minum dan penggunaan air tanah sebagai sumber

    air minum terhadap pendapatan rumah tangga, sementara studi ini menjelaskan

    pengaruh peningkatan investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi, dan

    distribusi pendapatan, (iii) simulasi kebijakan yang akan dilakukan. Simulasi

    model Azdan difokuskan pada aspek harga air minum dan substitusi air tanah.

    Sementara model dalam studi ini difokuskan pada investasi air minum perpipaan,

    air minum nonperpipaan, dan subsidi pemerintah.

    d. Pelaksanaan simulasi.Terdapat enam simulasi yang dilakukan yaitu sebagai berikut.

    (i) peningkatan investasi air minum perpipaan.11

    Azdan, M. Donny. Water Policy Reform in Jakarta, Indonesia: A CGE Analysis. UnpublishedDissertation. The Ohio State University 2001.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    41/290

    12

    (ii) peningkatan investasi air minum nonperpipaan.(iii) peningkatan penyediaan air minum melalui subsidi pemerintah. Dalam

    hubungan dengan simulasi (iii), terdapat dua skenario pada simulasi ini,

    yaitu (a) sumber subsidi dari peningkatan pajak air minum dan (b) sumber

    subsidi dari pemerintah pusat.

    (iv) peningkatan investasi air minum perpipaan disertai penyediaan subsidi.Dalam hubungan dengan simulasi (iv), terdapat dua skenario pada simulasi

    ini, yaitu (a) sumber subsidi dari peningkatan pajak air minum perpipaan

    dan (b) sumber subsidi dari pemerintah pusat.

    Selain itu, khusus untuk simulasi (iii) dan (iv), dilakukan pembedaan hasil

    simulasi berdasarkan kelompok penerima subsidi yaitu kelompok penerimarumah tangga termiskin (RT sangat miskin I) dan kelompok penerima seluruh RT

    miskin (kelompok rumah tangga sangat miskin I, sangat miskin II, miskin I, dan

    miskin II).

    e. Perumusan rekomendasi.Dalam menindaklanjuti hasil simulasi, beberapa rekomendasi kebijakan dapat

    dihasilkan.

    Lingkup studi adalah mengkaji dampak investasi air minum, baik perpipaan

    maupun nonperpipaan, dan dampak subsidi air minum di DKI Jakarta terhadap

    pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Sebagaimana dipercayai selama ini,

    investasi merupakan pemicu terjadinya pertumbuhan ekonomi yang kemudian

    diharapkan dapat menjadi alat dalam menanggulangi kemiskinan. Secara harafiah,

    ketika penduduk miskin lebih banyak mendapat manfaat jika dibandingkan dengan

    yang lainnya dari pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan disebut pro-poor. Selain itu,

    untuk dapat disebut pertumbuhan pro-poor, pertumbuhan harus disertai pengurangan

    kesenjangan. Dengan kata lain, studi ini akan menguji apakah investasi air minum

    mendorong terjadinya pertumbuhan pro-poor. Untuk itu, dampak investasi difokuskan

    pada pertumbuhan ekonomi, dan distribusi pendapatan.

    1.6 Sistematika PenulisanPenulisan disertasi ini dibagi dalam enam bagian, yaitu sebagai berikut.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    42/290

    13

    Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, masalah penelitian, tujuan dan

    hipotesis penelitian, manfaat dan kontribusi penelitian, pendekatan dan ruang

    lingkup, serta sistematika penulisan

    Bab II Kondisi Sektor Air Minum DKI Jakarta, yang menjabarkan kondisi umum

    dan perekonomian DKI Jakarta, kebijakan sektor air minum, sumbangan

    sektor air minum terhadap perekonomian DKI Jakarta, kondisi pelayanan air

    minum praprivatisasi dan pascaprivatisasi DKI Jakarta.

    Bab III Penyediaan Air Minum, Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi

    Pendapatan, yang memerinci, baik tinjauan teoritis maupun empiris, tentang

    penyediaan air minum perpipaan dan nonperpipaan, keterkaitan kemiskinan

    perkotaan dan ketersediaan air minum, dampak ketersediaan air minum

    terhadap pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan dan kemiskinan,

    keterkaitan pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan

    penanggulangan kemiskinan.

    Bab IV Pemodelan Dampak Investasi Air Minum, yang menguraikan SNSE dan

    model komputasi keseimbangan umum (termasuk riset terdahulu yang

    menggunakan model dan bidang yang sama), menjabarkan proses pemodelan

    dampak investasi air minum terhadap pertumbuhan ekonomi, dan distribusi

    pendapatan di DKI Jakarta.

    Bab V Skenario Kebijakan dan Hasil Simulasi. Pada bagian ini dijelaskan tentang

    skenario kebijakan, simulasi, dan hasil simulasi.

    Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi. Sebagai bagian akhir diuraikan kesimpulan

    studi dan rekomendasi, beberapa kelemahan studi ini, dan kemungkinan studi

    lanjutan.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    43/290

    14

    Sumber: Situs Pemda DKI

    Peta DKI Jakarta

    BAB II

    KONDISI SEKTOR AIR MINUM DKI JAKARTA

    2.1 Gambaran Umum DKI Jakarta

    2.1.1 Administrasi

    Luas DKI Jakarta mencapai 662 km2 dan terbagi dalam 6 wilayah administrasi,

    yaitu Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan

    Kepulauan Seribu.

    2.1.2 Kependudukan

    Penduduk DKI Jakarta pada

    tahun 2004 sebanyak 8,72 juta jiwa

    dengan tingkat pertumbuhan 1,01

    persen per tahun selama periode 2000

    2004. Laju pertumbuhan penduduk DKI

    Jakarta pada periode 1980-1990

    mencapai 2,42 persen per tahun, kemu-

    dian menurun tajam selama periode

    1990-2000 yang menjadi hanya 0,16

    persen per tahun. Laju pertumbuhan

    periode 2000-2004 relatif lebih besar daripada periode 1990-2000 walaupun masih

    lebih kecil daripada pertumbuhan periode 1980-1990.

    Jumlah penduduk sangat berbeda antara siang hari dan malam hari. Siang hari

    penduduk DKI Jakarta mencapai sekitar 11 juta sebagai akibat banyaknya penduduk

    pendatang khususnya asal Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Bodetabek) yang bekerja

    di Jakarta.

    Persebaran penduduk DKI Jakarta tahun 2004 relatif tidak merata. Sekitar 28

    persen bertempat tinggal di Jakarta Timur, kemudian 23 persen di Jakarta Barat, dan

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    44/290

    15

    21 persen di Jakarta Selatan. Selebihnya, sekitar 10 persen bertempat tinggal di Jakarta

    Pusat dan 0,27 persen di Kepulauan Seribu.

    Kepadatan penduduk rata-rata DKI Jakarta tahun 2004 mencapai 13 ribu

    jiwa/km2. Jakarta Pusat mempunyai tingkat kepadatan tertinggi (18 ribu jiwa/km2),

    sementara daerah lainnya bervariasi antara 9 ribu sampai 15 ribu jiwa/km2.

    Tabel 2.1

    Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk DKI Jakarta Tahun 1980 - 2004

    Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbuhan (%)

    Kota1980 1990 2000 2004

    1980-

    1990

    1990-

    2000

    2000-

    2004

    Jakarta Utara 981.272 1.369.630 1.444.027 1.423.845 3,39 0,55 -0,36Jakarta Barat 1.234.885 1.822.762 1.906.385 2.020.030 3,97 0,46 1,50

    Jakarta Timur 1.460.068 2.067.222 2.353.023 2.473.200 3,54 1,35 1,27

    Jakarta Pusat 1.245.030 1.086.568 893.198 899.460 -1,35 -2,01 0,17

    Jakarta Selatan 1.582.194 1.913.084 1.789.006 1.885.785 1,92 -0,69 1,34

    Kepulauan Seribu -** -** -** 23.310 -** -** -**

    DKI Jakarta 6.503.440 8.259.266 8.385.639 8.725.630 2,42 0,16 1,01

    Sumber: BPS DKI Jakarta berbagai tahun Keterangan: ** belum terbentuk

    2.2 Kondisi Perekonomian DKI Jakarta

    2.2.1 Pangsa dan Pertumbuhan Sektor Ekonomi

    Sektor PDRB yang

    dominan di DKI Jakarta

    pada tahun 2003 berdasar-

    kan sumbangannya terhadap

    perekonomian adalah Perda-gangan, Hotel dan Restoran

    (24,3 persen); Industri Peng-

    olahan (21,1 persen); Keu-

    angan, Persewaan, dan Jasa

    Perusahaan (22,2 persen).

    S umber: Tabel 2.2

    Gambar 2.1

    PDRB DKI akarta 2000-2003

    Har a Konstan 1993 R . Triliun

    0 5 10 15 20

    Industri Pen olahan

    Listrik Gas dan Air Bersih

    Ban unan

    Perda an an Hotel dan Restoran

    Pen an kutan dan Komunikasi

    Keuan an Persewaan dan Jasa

    Perusahaan

    Jasa-Jasa

    2000 2003

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    45/290

    16

    Gambar 2.2

    Pertumbuhan PDRB/Kapita DKI JakartaHarga Konstan 1993 Tahun 1996-2002

    -20.00

    -15.00

    -10.00

    -5.00

    0.00

    5.00

    10.00

    96/97 97/98 98/99 99/00 00/01 01/02

    Periode

    Persen

    Sementara Listrik, Gas dan Air Bersih hanya menyumbang sebesar 2,2 persen terhadap

    total PDRB. Pangsa tersebut relatif stabil jika dibandingkan dengan kondisi tahun

    2000.

    Pertumbuhan PDRB DKI Jakarta periode 2000-2003, berdasar harga konstan

    1993, mencapai sekitar 4,17 persen per tahun. Ada tiga sektor yang pertumbuhannya

    relatif tinggi. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencapai 6,17 persen per tahun.

    Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih mencapai 5,49 persen per tahun. Kemudian, sektor

    Perdagangan, Hotel dan Restoran mencapai 5,1 persen per tahun. Ketiga sektor

    tersebut mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan rata-rata

    PDRB DKI Jakarta pada periode yang sama.

    Tabel 2.2Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta

    Tahun 2000 dan 2003 (Berdasar Harga Konstan 1993) dalam Rp. Juta

    2000 2003

    No Lapangan UsahaAbsolut (%) Absolut (%)

    1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 115.742 0,2 107.430 0,2

    2 Pertambangan dan Penggalian 0 0 0 0

    3 Industri Pengolahan 12.875.191 21,6 14.172.360 21,1

    4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.245.846 2,1 1.450.360 2,2

    5 Bangunan 6.535.392 10,9 7.068.180 10,5

    6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.166.037 23,7 16.334.370 24,3

    7 Pengangkutan dan Komunikasi 5.736.012 9,6 6.797.170 10,1

    8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 13.285.022 22,3 14.946.130 22,2

    9 Jasa-Jasa 5.735.176 9,6 6.286.710 9,4

    Total 59.694.418 100,0 67.162.710 100,0

    Sumber: BPS, berbagai tahun

    Pangsa sektor listrik, gas,

    dan air bersih relatif kecil terhadap

    total PDRB DKI Jakarta, tetapi laju

    pertumbuhannya relatif besar yang

    melebihi tingkat pertumbuhan rata-

    rata DKI Jakarta.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    46/290

    17

    2.2.2 Pendapatan per Kapita

    PDRB per Kapita DKI Jakarta Tahun 2002 berdasarkan harga konstan 1993

    mencapai sekitar Rp. 7,6 juta. Pertumbuhan PDRB per Kapita me-nunjukkan

    peningkatan yang stabil sejak tahun 1999, dengan angka pertumbuhan sekitar 3,08

    sampai 3,99 persen per tahun. PDRB per kapita DKI Jakarta berdasarkan harga

    konstan 1993 sempat mengalami pertumbuhan negatif sejak krisis ekonomi melanda

    Indonesia, dengan pertumbuhan negatif tertinggi mencapai 17,62 persen per tahun

    (1998/1999). Walaupun demikian tingkat pertumbuhan beberapa tahun terakhir belum

    menyamai tingkat pertumbuhan sebelum krisis. Hal itu selengkapnya dapat dilihat

    pada Tabel 2.3.

    Tabel 2.3

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita

    DKI Jakarta Periode 1996-2002

    PDRB/Kapita (Rp.)

    Tahun Harga

    Berlaku

    Harga Kons-

    tan 1993

    Pertumbuh-

    an PDRB/

    Kapita*

    Periode

    1996 9.983.491 7.998.277

    1997 11.664.943 8.393.272 4.94 96/97

    1998 16.696.695 6.914.252 - 17.62 97/98

    1999 19.767.326 6.883.322 - 0.45 98/99

    2000 22.425.675 7.095.199 3.08 99/00

    2001 26.172.486 7.364.777 3.80 00/01

    2002 30.184.176 7.658.911 3.99 01/02

    Sumber: BPS DKI Jakarta, 2003 Keterangan: * harga konstan

    2.2.3 Tingkat Kemiskinan

    Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin DKI Jakarta cenderung

    meningkat setelah krisis ekonomi. Sebelum krisis ekonomi (tahun 1996), penduduk

    miskin mencapai 215 ribu jiwa (tingkat kemiskinan 2,4 persen), kemudian meningkat

    menjadi 284,7 ribu jiwa (2,9 persen) pada tahun 2000. Angka ini terlihat tetap

    meningkat pada tahun 2003 yaitu 314,7 ribu jiwa dengan tingkat kemiskinan mencapai

    3,7 persen.

  • 7/31/2019 Dampak Investasi Air Minum terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi Pendapatan di DKI Jakarta

    47/290

    18

    Daerah dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi melampaui tingkat

    kemiskinan rata-rata DKI Jakarta (3,7 persen) adalah Jakarta Utara (9,2 persen),

    Jakarta Pusat (5,2 persen), dan Kepulauan Seribu (11,3 persen).

    Tabel 2.4

    Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta Tahun 1996, 2000 dan 2003

    Jumlah Penduduk Miskin (jiwa)Tingkat Kemiskinan*)

    (%)Kota

    1996 2000 2003 1996 2000 2003

    Jakarta Utara 73.300 103.570 129.196 4,