4
A-181 ISBN 978-979-18342-1-6 PEMANFAATAN ULANG HASIL SCRAPPING CAMPURAN ASPAL ( Kasus Ruas Jalan Tol Surabaya– Gempol Km 00+00 s/d Km 46+00 ) Djoko Sulistiono 1 , Amalia Firdaus Mawardi 1 , Ami Asparini 1 1 ) Dosen Program Diploma Teknik Sipil FTSP-ITS ABSTRAK Scraping merupakan pekerjaan penggarukan / pengelupasan lapis permukaan jalan ( aspal beton ) yang telah rusak untuk diganti lapisan baru yang lebih baik. Pekerjaan ini mampu mengurangi tingginya permukaan jalan karena sering dilapis ulang, tetapi akan menghasilkan material buangan berupa bongkahan aspal beton. Material buangan berupa bongkahan tersebut masih mengandung agregate dan asphalt cement, yang masih dapat dimanfaatkan kembali. Permasalahan, sampai sejauh mana material tersebut dapat dimanfaatkan ? Metode penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengujian material bongkahan di laboratorium sesuai standar Bina Marga yang berlaku. Hasil pengujian diperoleh bahan material pembentuk campuran aspal beton yang masih memenuhi persyaratan gradasi, berat jenis, dan keausan. Kemudian setelah dilakukan ekstraksi pada dua sample diperoleh kadar aspal dalam bongkahan sebesar masing – masing 5,70 % dan 5,89 % yang berarti memerlukan tambahan asphalt cement untuk mencapai kadar aspal optimum 6,75 %. Hasil test Marshall pada beberapa variasi kadar aspal untuk sample km 8 + 00 telah memenuhi persyaratan stabilitas, flow, rongga terisi aspal, air void, terkecuali sample km 46 + 00 pada persyaratan flow dan air void, yang berakibat aspal beton tersebut mudah retak dan ketahanan terhadap pengaruh cuaca ( durabilitas ) menjadi berkurang. Kata Kunci : Scrapping, Bongkahan Aspal Beton, Ekstraksi PENDAHULUAN Scrapping merupakan pekerjaan penggarukan / pengelupasan lapis permukaan jalan ( aspal beton ), yang telah rusak untuk diganti dengan lapisan baru yang lebih baik. Pekerjaan ini juga mampu mengurangi tingginya permukaan jalan karena begitu sering dilapis ulang, disamping menghasilkan material buangan, berupa bongkahan aspal beton. Sebagai material buangan, bongkahan tersebut masih mengandung agregate dan asphalt cement yang masih dapat dimanfaatkan kembali. Permasalahan, sampai sejauh mana material terbuang bisa dimanfaatkan lagi ? Hal ini diharapkan bisa terjawab dalam pembahasan berikut ini. TINJAUAN PUSTAKA Aspal beton adalah campuran panas agregate, asphalt cement dan filler, yang salah satu kegunaannya adalah sebagai lapis permukaan jalan raya. Kwalitas campuran aspal beton ( hot mix ) sangat dipengaruhi oleh kondisi material pembentuknya, yang dapat diketahui melalui pengujian / test – test dilaboratorium, sesuai standart pengujian yang berlaku. Sesuai Petunjuk Bina Marga tentang Pelaksanaan LASTON ( 1983 ) diperoleh spesifikasi bahan pembentuk aspal beton sebagaimana tabel 1 berikut Tabel 1. Spesifikasi Bina Marga untuk bahan pembentuk aspal beton Macam/jenis test bahan pembentuk aspal beton Standart pemeriksaan sesuai manual pemeriksaan bahan jalan Spesifikasi Bina Marga ( 1983 ) Asphalt cement 60/70 - Penetrasi - Titik lembek - Titik nyala PA-0301-76 PA-0302-76 PA-0303-76 60 – 79 48 0 C – 58 0 C > 200 0 C bakar - Daktilitas - Berat jenis PA-0306-76 PA-307-76 100 cm 1 Agregate Kasar - Berat jenis - Penyerapan air - Keausan - Kelekatan PB-0202-76 PB-0202-76 PB-0206-76 PB-0205-76 Min 2,5 Max 3 % Max 40 % Min 95 % Agregate Halus - Berat jenis - Penyerapan air PB-0203-76 PB-0205-76 Min 2,5 Max 3 % Sumber : Manual Pemeriksaan Bahan Jalan Ditjen Bina Marga ( 1984 ) Disamping itu pihak PT. Jasa Marga selaku pengelola jalan tol juga mempunyai persyaratan gradasi untuk agregat sebagaimana tabel 2. Tabel 2. Persyaratan Gradasi Agregat No Ayakan Jumlah Lolos 3/4 100 1/2 80-100 3/8 70-90 4 50-70 8 35-50 30 18-29 50 13-23 100 8-16 200 4-10 Sumber : PT Jasa Marga Material hasil scrapping harus memenuhi spesifikasi Bina Marga dan PT Jasa Marga di atas agar diperoleh campuran yang memenuhi kriteria stabilitas, durabilitas, flexibilitas, skid resistance, workability, dan fatique resistance. Hal ini telah diatur dalam spesifikasi sebagaimana tabel 3

Daur Ulang Aspal Jalan Tol Sby - Gempol 2009

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Daur Ulang Aspal Jalan Tol Sby - Gempol

Citation preview

Page 1: Daur Ulang Aspal Jalan Tol Sby - Gempol 2009

A-181 ISBN 978-979-18342-1-6

PEMANFAATAN ULANG HASIL SCRAPPING CAMPURAN ASPAL ( Kasus Ruas Jalan Tol Surabaya– Gempol Km 00+00 s/d Km 46+00 )

Djoko Sulistiono1, Amalia Firdaus Mawardi1, Ami Asparini1

1) Dosen Program Diploma Teknik Sipil FTSP-ITS

ABSTRAK Scraping merupakan pekerjaan penggarukan / pengelupasan lapis permukaan jalan ( aspal beton ) yang telah rusak untuk diganti lapisan baru yang lebih baik. Pekerjaan ini mampu mengurangi tingginya permukaan jalan karena sering dilapis ulang, tetapi akan menghasilkan material buangan berupa bongkahan aspal beton. Material buangan berupa bongkahan tersebut masih mengandung agregate dan asphalt cement, yang masih dapat dimanfaatkan kembali. Permasalahan, sampai sejauh mana material tersebut dapat dimanfaatkan ? Metode penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengujian material bongkahan di laboratorium sesuai standar Bina Marga yang berlaku. Hasil pengujian diperoleh bahan material pembentuk campuran aspal beton yang masih memenuhi persyaratan gradasi, berat jenis, dan keausan. Kemudian setelah dilakukan ekstraksi pada dua sample diperoleh kadar aspal dalam bongkahan sebesar masing – masing 5,70 % dan 5,89 % yang berarti memerlukan tambahan asphalt cement untuk mencapai kadar aspal optimum 6,75 %. Hasil test Marshall pada beberapa variasi kadar aspal untuk sample km 8 + 00 telah memenuhi persyaratan stabilitas, flow, rongga terisi aspal, air void, terkecuali sample km 46 + 00 pada persyaratan flow dan air void, yang berakibat aspal beton tersebut mudah retak dan ketahanan terhadap pengaruh cuaca ( durabilitas ) menjadi berkurang. Kata Kunci : Scrapping, Bongkahan Aspal Beton, Ekstraksi

PENDAHULUAN Scrapping merupakan pekerjaan penggarukan / pengelupasan lapis permukaan jalan ( aspal beton ), yang telah rusak untuk diganti dengan lapisan baru yang lebih baik. Pekerjaan ini juga mampu mengurangi tingginya permukaan jalan karena begitu sering dilapis ulang, disamping menghasilkan material buangan, berupa bongkahan aspal beton. Sebagai material buangan, bongkahan tersebut masih mengandung agregate dan asphalt cement yang masih dapat dimanfaatkan kembali. Permasalahan, sampai sejauh mana material terbuang bisa dimanfaatkan lagi ? Hal ini diharapkan bisa terjawab dalam pembahasan berikut ini.

TINJAUAN PUSTAKA Aspal beton adalah campuran panas agregate, asphalt cement dan filler, yang salah satu kegunaannya adalah sebagai lapis permukaan jalan raya. Kwalitas campuran aspal beton ( hot mix ) sangat dipengaruhi oleh kondisi material pembentuknya, yang dapat diketahui melalui pengujian / test – test dilaboratorium, sesuai standart pengujian yang berlaku. Sesuai Petunjuk Bina Marga tentang Pelaksanaan LASTON ( 1983 ) diperoleh spesifikasi bahan pembentuk aspal beton sebagaimana tabel 1 berikut

Tabel 1. Spesifikasi Bina Marga untuk bahan

pembentuk aspal beton Macam/jenis

test bahan pembentuk aspal beton

Standart pemeriksaan

sesuai manual pemeriksaan bahan jalan

Spesifikasi Bina Marga

( 1983 )

Asphalt cement 60/70 - Penetrasi - Titik lembek - Titik nyala

PA-0301-76 PA-0302-76 PA-0303-76

60 – 79 480C – 580C > 2000C

bakar - Daktilitas - Berat jenis

PA-0306-76 PA-307-76

100 cm 1

Agregate Kasar - Berat jenis - Penyerapan

air - Keausan - Kelekatan

PB-0202-76 PB-0202-76 PB-0206-76 PB-0205-76

Min 2,5 Max 3 % Max 40 % Min 95 %

Agregate Halus - Berat jenis - Penyerapan

air

PB-0203-76 PB-0205-76

Min 2,5 Max 3 %

Sumber : Manual Pemeriksaan Bahan Jalan Ditjen Bina Marga ( 1984 ) Disamping itu pihak PT. Jasa Marga selaku pengelola jalan tol juga mempunyai persyaratan gradasi untuk agregat sebagaimana tabel 2.

Tabel 2. Persyaratan Gradasi Agregat No Ayakan Jumlah Lolos

3/4 100 1/2 80-100 3/8 70-90 4 50-70 8 35-50 30 18-29 50 13-23

100 8-16 200 4-10

Sumber : PT Jasa Marga Material hasil scrapping harus memenuhi spesifikasi Bina Marga dan PT Jasa Marga di atas agar diperoleh campuran yang memenuhi kriteria stabilitas, durabilitas, flexibilitas, skid resistance, workability, dan fatique resistance. Hal ini telah diatur dalam spesifikasi sebagaimana tabel 3

Page 2: Daur Ulang Aspal Jalan Tol Sby - Gempol 2009

A-182 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Tabel 3. Spesifikasi Campuran aspal beton Jenis Pemeriksaaan Spesifikasi Bina Marga

( ll berat ) Stabilitas ( Kg ) 750 Flow ( mm ) 2-4 Rongga terisi aspal ( % ) 75-82 Air Void ( % ) 3-5 Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (1983) METODOLOGI Penelitian ini terbatas menguji kelayakan material bongkahan aspal beton sebagai hasil scrapping, agar material tersebut bisa dipakai lagi sebagai lapis permukaan jalan raya. Urutan pelaksanaan studi di atas adalah sebagai berikut : - Melakukan tes terhadap material bongkahan,

meliputi ekstrasi dan tes saringan untuk mengetahui kandungan aspal yang ada dan gradasi campuran agregat

- Melakukan tes keausan, kelekatan, setelah tes ekstrasi dan tes saringan

- Melakukan test terhadap bahan asphalt cement sebagai bahan tambahan, meliputi tes penetrasi, titik lembek, titik nyala / bakar, daktilitas dan berat jenis

- Memanaskan bongkahan aspal beton pada suhu 100 – 150 0 C, selanjutnya tambahkan asphalt cement ( AC ) hinggan kadarnya bervariasi menjadi 6%, 6.5% dan 7%.

- Melakukan tes Marshall 2 x 75 pukulan terhadap campuran aspal beton yang baru pada kadar asphalt cement 6%, 6.5% dan 7% untuk memperoleh kadar aspal yang optimum

- Sesuai kadar aspal yang optimum, dilukukan tes Marshall untuk mengetahui karakteristik campuran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian laboratorium yang dilakukan di laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS oleh beberapa peneliti terhadap material hasil scrapping ruas tol jalan Surabaya Gempol sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Ekstraksi material bongkahan scrapping ( km 0 sampai km 46 )

No Percobaan Kadar aspal ( % ) 1 1 4,98 2 2 6,05 3 3 5,60 4 4 6,20 Rata – rata 5,70 Sumber : Djoko Sulistiono dan Lazurdi,AM (2002)

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Ekstraksi material bongkahan scrapping ( km 8 )

No Pwecobaan Kadar aspal ( % ) 1 1 6,00 2 2 5,80 3 3 5,87 Rata - rata 5,89 Sumber: Chomaedhi, Maharani H dan Arsiyanti A (1994)

Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Saringan material bongkahan scrapping ( km 0 sampai km 46 )

No Ayakan Percobaan Saringan Spesifikasi

( % Lolos ) 1 ( % Lolos )

2 ( % Lolos )

1/2 ” 96,32 98,41 80-100 3/8 ” 87,25 89,64 70-90 No 4 68,76 65,22 50-70 No 8 42,94 47,33 35-50 No 30 25,69 26,28 18-29 No 50 15,86 14,21 13-23 No 100 12,63 10,58 8-16 No 200 8,14 6,11 4-10 Sumber : Djoko Sulistiono dan Lazurdi,AM (2002)

Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Saringan material bongkahan scrapping ( km 8 )

No Ayakan

Percobaan Saringan Spesifikasi (%Lolos) 1

(%Lolos) 2

(%Lolos) 3

(%Lolos) 1/2 ” 91,10 91,68 90,00 80-1003/8 ” 77,74 77,35 73,87 70-90 No 4 47,56 53,62 42,92 50-70 No 8 40,26 41,30 38,03 35-50 No 30 26,55 28,26 22,98 18-29 No 50 17,50 15,75 14,08 13-23 No200 3,93 2,79 5,75 4-10 Sumber: Chomaedhi, Maharani H dan Arsiyanti A (1994) Hasil pemeriksaan pada tabel 4 dan tabel 5, rata – rata kadar / kandungan aspal hasil scrapping adalah 5,70 % dan 5,89 % yang berarti memerlukan tambahan asphalt cement 60/70 untuk mencapai kadar yang direncanakan 6%, 6.5% dan 7%. Kemudian pemeriksaan saringan sebagaiman tabel 6 dan tabel 7 secara rata – rata menunjukkan hasil yang memenuhi persyaratan spesifik saringan atau gradasinya masih cukup baik. Demikian pula hasil test terhadap material agregat, secara umum telah memenuhi persyaratan sebagaimana tabel berikut.

Tabel 8. Hasil pemeriksaan agregat material hasil

scrapping ( km 0 sampai km 46 ) Macam Test Hasil

Pemeriksaan Spesifikasi Bina Marga

Agregat Kasar - Berat Jenis - Penyerapan

Air

2,67 1,62 %

Min 2,50 Max 3 %

Agregat Halus - Berat Jenis - Penyerapan

Air

2,57 2,6 %

Min 2,50 Max 3 %

Sumber : Djoko Sulistiono dan Lazurdi,AM (2002)

Tabel 9. Hasil pemeriksaan agregat material hasil scrapping ( km 8 )

Macam Test Hasil Pemeriksaan

Spesifikasi Bina Marga

Agregat Kasar - Keausan - Kelekatan

32,50 % 95 %

Max 40 % Min 95 %

Sumber: Chomaedhi, Maharani H dan Arsiyanti A (1994)

Page 3: Daur Ulang Aspal Jalan Tol Sby - Gempol 2009

A-183 ISBN 978-979-18342-1-6

Hasil pemeriksaan terhadap bahan tambahan Asphalt Cement ( AC ) 60/70 sebagai berikut :

Tabel 10. Hasil test bahan tambahan AC 60/70 Macam Test Hasil

Pemeriksaan Spesifikasi Bina Marga

- Penetrasi - Titik lembek - Titik nyala

bakar - Daktilitas - Berat jenis

75 480C 3160C/3180C 98,25 cm 1,03

60-70 480C-580C 2000C min 100 cm min 1

Sumber: Chomaedhi, Maharani H dan Arsiyanti A (1994) Bahan tambahan Asphalt Cement 60/70 yang telah memenuhi syarat dicampur pada kondisi panas dengan material hasil scrapping dengan jumlah sesuai keperluan sehingga mencapai kadar 6%, 6.5% dan 7%. Hasil pemeriksaan Marshall ditunjukkan pada tabel 11 dan 12 sebagai berikut.

Tabel 11. Hasil test Marshall pada variasi kadar aspal 60/70

Jenis Pemerik

saan

Kadar Aspal(%) Spesifikasi Bina Marga ( LL berat) 6 6,5 7

Stabilitas(Kg) 1376 1242 1399 750 Flow ( mm ) 3,33 3,37 3,33 2-4 Rongga terisi aspal(% )

57,65 53,97 66,69 78-82

Air Void ( % ) 18,87 21,76 18,71 3-5

Sumber : Djoko Sulistiono dan Lazurdi,AM (2002) Tabel 12. Hasil test Marshall pada variasi kadar aspal

60/70 Jenis

Pemeriksaan

Kadar Aspal(%) Spesifikasi Bina Marga ( LL berat) 6 6,5 7

Stabilitas(Kg) 1462 1442 1300 Min 750 Flow ( mm ) 1,82 2,21 3,16 2-4 mm Rongga terisi aspal(% )

68,27 82,00 81,66 78-82 %

Air Void ( % ) 5,90 3,16 3,10 3-6 %

Sumber: Chomaedhi, Maharani H dan Arsiyanti A (1994) Tabel 11 menunjukkan adanya persyaratan yang tidak terpenuhi yaitu rongga terisi aspal yang lebih kecil persyararan dan air void yang lebih besar dari persyaratan, sedangkan stabilitas dan flow telah memenuhi syarat. Akibat dari kondisi aspal beton cenderung mudah retak ( stabilitas kurang ) dan durabilitas ( ketahanan terhadap pengaruh cuaca, air ) rendah. Lain kondisinya dengan tabel 12 semua persyaratan telah terpenuhi, sehingga lebih tahan terhadap retak dan cuaca. Kadar aspal optimum sesuai tabel 12 di atas dapat diperoleh melalui gambar 1 sebagai berikut, yaitu sebesar 6,75 %.

Stabilitas (kg)

Flow (mm)

Rongga terisi (%)

Air Void

Gambar 1. Hasil rentang pengujian Marshall yang

memenuhi syarat. Kemudian sesuai kadar aspal optimum sebesar 6,75 % tersebut dilakukan test Marshall diperoleh hasil seperti tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil test Marsall pada kadar aspal optimum

6,75 % Jenis

Pemeriksaan Percobaan Spesifikasi

Bina Marga I II Stabilitas (Kg) 1178 1197 Min 750 Flow ( mm ) 2,58 2,28 2-4 mmRongga terisi aspal (% ) 86,50 85,70 78-82 % Air Void ( % ) 3,12 3,12 3-6 % Sumber: Chomaedhi, Maharani H dan Arsiyanti A (1994) Tabel 13 di atas menunjukkan rongga terisi aspal sedikit di atas persyaratan, kondisi sepeti rawan terjadi bleeding, walaupun durabilitas dan fleksibilitasnya baik. Mengamati hasil pemeriksaan sebagaimana tabel 11 dan tabel 13, nilai stabilitas dan flow tidak ada permasalahan / semua telah memenuhi persyaratan, terkecuali harga rongga terisi aspal ada variasi diluar persyaratan. Hal ini memberi resiko durabilitas dan fleksibilitas kurang baik atau bahkan sebaliknya. Kualitas yang bervariasi dari material hasil scrapping sangat mungkin terjadi, pada ruas jalan tol sepanjang 46 km, terlebih ada rentang waktu pengambilan sample yang cukup lama ( 8 th ). KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut : - Bongkahan aspal beton hasil scrapping ( 2002 )

ruas jalan tol Surabaya – Gempol km 0 sampai km 46 dapat dimanfaatkan, walaupun harus menambah asphalt cement 60/70, tetapi tetap mempunyai resiko fleksibilitas dan durabilitas yang kurang baik.

- Bongkahan aspal beton hasil scrapping ( 1994 ) ruas jalan tol Surabaya – Gempol km 8 masih dapat dimanafaatkan, walaupun harus menambah asphalt cement 60/70 dari semula 5,89 % menjadi 6,75 %, tetapi tetap mempunyai resiko bleeding sehubungan rongga terisi aspal lebih besar dari persyaratan.

- Variasi harga rongga terisi aspal, yang lebih kecil atau lebih besar persyaratan, dimungkinkan terjadi, karena panjang ruas jalan tol 46 km dan

6,75% 6 % 6,5 % 7 %

Page 4: Daur Ulang Aspal Jalan Tol Sby - Gempol 2009

A-184 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

ada perbedaan waktu pengambilan sampel cukup lama ( 8 tahun ).

DAFTAR PUSTAKA [1] Chomaedhi, Maharani N dan Arsiyanti A (1994)

” Studi Pemanfaatan Ulang Campur Aspal Beton Hasil Scrapping “ Tugas Akhir Program Diploma III Teknik Sipil Perhubungan FTSP ITS.

[2] Direktorat Jenderal Bina Marga ( 1983) “Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton “

[3]Sulistiono,D dan Lazuardi ( 2002 ) ” Studi Pemanfaatan Ulang Campuran Aspal Hasil Scrapping km 0 sampai km 46 ruas jalan tol Surabaya – Gempol ” Tugas Akhir Program Diploma III Teknik Sipil Bngunan Transportasi FTSP ITS.

[4] Sukirman, S ( 2003) ” Beton Aspal Campuran Panas.” Granit Jakarta.