Upload
hoangdung
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma
domestica Val) TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus
aureus DAN Staphylococcus epidermidis SECARA In Vitro
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Pendidikan Diploma IV Kesehatan
Program Studi Analis Kesehatan
Diajukan Oleh
Abdullatif
G1C215033
PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016
httplibunimusacid
httplibunimusacid
httplibunimusacid
DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val)
TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus
epidermidis SECARA In Vitro
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
ABSTRAK
Kunyit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat karena
memiliki senyawa seperti kurkumin minyak atsiri flavonoid dan alkaloid yang
berfungsi sebagai antioksidan antikostrol antitumor antivirus dan antibakteri
Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri
yang dapat penyebab infeksi kulit infeksi saluran pencernaan infeksi saluran
pernapasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara maserasi dengan
variasi konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan cara infusum konsentrasi 25
50 75 dan 100 bv Hasil ekstraksi di uji yang digunakan yaitu disk diffution
sumuran waktu kontak dan serat halus rimpang kunyit Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak kunyit tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada semua variasi
konsentrasi yang ditunjukan dengan tidak terbentuk zona bening disekitar paper
disk
Kata Kunci Kunyit Saureus Sepidermidis Daya hambat
httplibunimusacid
INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE
GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In
Vitro IN
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University
of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University
of Muhammadiyah Semarang
ABSTRACT
Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds
such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants
antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections
gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to
know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using
varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum
concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were
used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results
showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus
aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by
not formed a clear zone around the paper disk
Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation
httplibunimusacid
httplibunimusacid
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita
Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang
2016
Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan
skripsi ini
2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan
inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini
4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu
mendukung secara moral moril dan materi
6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada
hentinya
7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada
dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang
httplibunimusacid
8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam
menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak
yang telah membantu
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Semarang September 2016
Penyusun
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
httplibunimusacid
httplibunimusacid
DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val)
TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus
epidermidis SECARA In Vitro
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
ABSTRAK
Kunyit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat karena
memiliki senyawa seperti kurkumin minyak atsiri flavonoid dan alkaloid yang
berfungsi sebagai antioksidan antikostrol antitumor antivirus dan antibakteri
Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri
yang dapat penyebab infeksi kulit infeksi saluran pencernaan infeksi saluran
pernapasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara maserasi dengan
variasi konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan cara infusum konsentrasi 25
50 75 dan 100 bv Hasil ekstraksi di uji yang digunakan yaitu disk diffution
sumuran waktu kontak dan serat halus rimpang kunyit Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak kunyit tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada semua variasi
konsentrasi yang ditunjukan dengan tidak terbentuk zona bening disekitar paper
disk
Kata Kunci Kunyit Saureus Sepidermidis Daya hambat
httplibunimusacid
INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE
GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In
Vitro IN
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University
of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University
of Muhammadiyah Semarang
ABSTRACT
Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds
such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants
antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections
gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to
know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using
varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum
concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were
used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results
showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus
aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by
not formed a clear zone around the paper disk
Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation
httplibunimusacid
httplibunimusacid
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita
Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang
2016
Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan
skripsi ini
2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan
inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini
4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu
mendukung secara moral moril dan materi
6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada
hentinya
7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada
dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang
httplibunimusacid
8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam
menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak
yang telah membantu
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Semarang September 2016
Penyusun
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
httplibunimusacid
DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val)
TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus
epidermidis SECARA In Vitro
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
ABSTRAK
Kunyit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat karena
memiliki senyawa seperti kurkumin minyak atsiri flavonoid dan alkaloid yang
berfungsi sebagai antioksidan antikostrol antitumor antivirus dan antibakteri
Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri
yang dapat penyebab infeksi kulit infeksi saluran pencernaan infeksi saluran
pernapasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara maserasi dengan
variasi konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan cara infusum konsentrasi 25
50 75 dan 100 bv Hasil ekstraksi di uji yang digunakan yaitu disk diffution
sumuran waktu kontak dan serat halus rimpang kunyit Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak kunyit tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada semua variasi
konsentrasi yang ditunjukan dengan tidak terbentuk zona bening disekitar paper
disk
Kata Kunci Kunyit Saureus Sepidermidis Daya hambat
httplibunimusacid
INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE
GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In
Vitro IN
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University
of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University
of Muhammadiyah Semarang
ABSTRACT
Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds
such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants
antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections
gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to
know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using
varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum
concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were
used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results
showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus
aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by
not formed a clear zone around the paper disk
Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation
httplibunimusacid
httplibunimusacid
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita
Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang
2016
Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan
skripsi ini
2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan
inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini
4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu
mendukung secara moral moril dan materi
6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada
hentinya
7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada
dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang
httplibunimusacid
8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam
menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak
yang telah membantu
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Semarang September 2016
Penyusun
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val)
TERAHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus
epidermidis SECARA In Vitro
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Program Studi D IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
ABSTRAK
Kunyit merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat sebagai obat karena
memiliki senyawa seperti kurkumin minyak atsiri flavonoid dan alkaloid yang
berfungsi sebagai antioksidan antikostrol antitumor antivirus dan antibakteri
Bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri
yang dapat penyebab infeksi kulit infeksi saluran pencernaan infeksi saluran
pernapasan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cara maserasi dengan
variasi konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan cara infusum konsentrasi 25
50 75 dan 100 bv Hasil ekstraksi di uji yang digunakan yaitu disk diffution
sumuran waktu kontak dan serat halus rimpang kunyit Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak kunyit tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada semua variasi
konsentrasi yang ditunjukan dengan tidak terbentuk zona bening disekitar paper
disk
Kata Kunci Kunyit Saureus Sepidermidis Daya hambat
httplibunimusacid
INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE
GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In
Vitro IN
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University
of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University
of Muhammadiyah Semarang
ABSTRACT
Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds
such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants
antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections
gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to
know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using
varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum
concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were
used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results
showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus
aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by
not formed a clear zone around the paper disk
Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation
httplibunimusacid
httplibunimusacid
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita
Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang
2016
Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan
skripsi ini
2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan
inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini
4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu
mendukung secara moral moril dan materi
6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada
hentinya
7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada
dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang
httplibunimusacid
8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam
menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak
yang telah membantu
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Semarang September 2016
Penyusun
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
INHIBITION EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) ON THE
GROWTH AND Staphylococcus aureus AND Staphylococcus epidermidis In
Vitro IN
Abdullatif1 Stalis Norma Ethica
2 Muhammad Evy Prastiyanto
3
1 Study Program Analyst D IV Health Faculty of Nursing and Health University
of Muhammadiyah Semarang 2 Laboratory of Chemistry Faculty of Nursing and Health Sciences University of
Muhammadiyah Semarang 3 Laboratory of Microbiology Faculty of Nursing and Health Sciences University
of Muhammadiyah Semarang
ABSTRACT
Turmeric is a plants that has many benefits as a medicine because it has compounds
such as curcumin essential oils flavonoids and alkaloids that act as antioxidants
antikostrol antitumor antiviral and antibacterial Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis is a bacteria that can cause skin infections
gastrointestinal infections respiratory tract infections The aim of this research is to
know the inhibitation turmeric extract against Staphylococcus aureus and
Staphylococcus epidermidis The extraction method used is maceration using
varying concentrations of 5 10 25 and 50 v v and the way infusum
concentration of 25 50 75 and 100 w v Extraction results in the test were
used that disk diffution pitting contact time and fine fiber turmeric The results
showed that the turmeric extract is not able to inhibit the growth of Staphylococcus
aureus and Staphylococcus epidermidis on all variations of concentration shown by
not formed a clear zone around the paper disk
Keywords Turmeric Saureus Sepidermidis Inhibitation
httplibunimusacid
httplibunimusacid
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita
Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang
2016
Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan
skripsi ini
2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan
inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini
4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu
mendukung secara moral moril dan materi
6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada
hentinya
7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada
dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang
httplibunimusacid
8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam
menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak
yang telah membantu
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Semarang September 2016
Penyusun
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
httplibunimusacid
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita
Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang
2016
Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan
skripsi ini
2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan
inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini
4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu
mendukung secara moral moril dan materi
6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada
hentinya
7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada
dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang
httplibunimusacid
8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam
menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak
yang telah membantu
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Semarang September 2016
Penyusun
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat hidayah dan inayah-Nya Sholawat dan salam kepada junjungan kita
Baginda Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ldquoDaya Hambat Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis secara In Vitrordquo
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Diploma IV Analis Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Semarang
2016
Penulis menyadari bahwa terelesaikannya tugas akhir ini tidak lepas dari
bimbingan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1 Dr Stalis Norma Ethica MSi selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan motivasi arahan serta dukungan dalam penyusunan
skripsi ini
2 Muhammad Evy Prastiyanto M Sc selaku pembimbing kedua yang juga
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
3 DrSri Darmawati MSi selaku penguji utama yang telah memberikan
inspirasi arahan saran dan kritikan yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini
4 Dra Sri Sinto Dewi MSi Med selaku ketua program studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang
5 Kedua Orangtua tercinta dan keluarga besar Yamin Jafar yang selalu
mendukung secara moral moril dan materi
6 Yunia Sulistia AmdAk yang selalu memberikan semangat yang tiada
hentinya
7 Diaman AmdAk dan Muslimah Syamsyudin AmdAk yang selalu ada
dalam suka maupun duka selama hidup di Semarang
httplibunimusacid
8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam
menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak
yang telah membantu
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Semarang September 2016
Penyusun
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
8 Sahabat seperjuangan program studi DIV Analis Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang yang telah berjuang bersam-sama dalam
menyelesaikan pendidikan studi DIV Analis Kesehatan dan semua pihak
yang telah membantu
Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam
penulisan tugas akhir ini Kritik dan saran yang membangun Semoga tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
Semarang September 2016
Penyusun
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAK iv
SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Tujuan Umum 3
Tujuan Khusus 4
Manfaat Penelitian 4
Orisinalitas Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis 7
Tinjauan Umum Kunyit 7
Umum Umum Bakteri 15
Tinjauan Umum Bakteri S Aureus 15
Tinjauan Umum Bakteri S epidermidis 22
Penyakit Yang Disebabkan Staphylococcus 26
Mekanisme Kerja Antibiotik 28
Metode Pengujian Antibakteri 30
Metode Ekstraksi 32
Kerangka Teori 36
Kerangka Konsep 36
BAB III METODE PENELITIA
Jenis Penelitian 37
Desain Penelitian 37
Variabel Penelitian 37
Rancangan Penelitian 38
Defenisi Operasional 38
Obyek Penelitian 39
Alat dan Bahan 39
Prosedur Penelitian 39
Alur Penelitian 43
Tehnik Pengumpulan Dan Analisis Data 44
Tempat Dan Waktu Penelitian 44
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel 45
42 Hasil Penelitian 46
43 Pembahasan 51
42 Pembahasan 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 51 Kesimpulan 56
52 Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian 5
Tabel 21 Kandungan Kimia Kunyit 10
Tabel 22 Sifat Minyak Ansiri 12
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat 31
Tabel 31 Definisi Operasional 38
Tabel 41 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Maserasi 46
Tabel 42 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 47
Tabel 43 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum 24 jam 48
Tabel 44 Hasil Zona Hambat Ekstrak Metode Infusum Spread plate 48
Tabel 45 Hasil Zona Hambat Serat Kunyit 49
Tabel 46 Hasil Uji Kontrol Positif (Ampisilin) 50
Tabel 47 Hasil Uji Kontrol Positif (kloramfenikol) 50
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 21 Struktur Pigmen Kunyit 11
Gambar 22 Kerangka Teori 36
Gambar 23 Kerangka Konsep 36
Gambar 31 Alur Penelitian 43
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
BAB I
PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat yang tidak pernah dapat diatasi secara tuntas dan menjadi
penyebab utama penyakit di daerah tropis seperti di Indonesia Penyakit infeksi
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia dan
disebabkan oleh suatu mikroorganisme seperti virus parasit jamur dan bakteri
(Jawetz dkk 2005)
Penyakit karena bakteri yang sering terjadi di lingkungan sekitar yaitu infeksi
kulit salah satunya jerawat bisul dll yang umumnya ditemukan pada orang dengan
sanitasi yang buruk Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu spesies
bakteri jenis Staphylococcus yang secara alami umumnya hidup dikulit dan
membran mukosa yang dapat menimbulkan peradangan (abses atau nanah) seperti
jerawat infeksi kulit infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal (Radji 2011)
Selain bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan penyakit infeksi
kulit Staphylococcus aureus juga merupakan bakteri Gram-positif bersifat
koagulase positif yang membedakan dengan spesies lain dan sering di temukan
sebagai bakteri mikroflora normal pada kulit Apabila bakteri ini masuk ke dalam
tubuh akan dapat menyebabkan pneumonia meningitis endokarditis dan infeksi
kulit (Jawetz dkk 2005)
Banyak tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat infeksi
kulit yaitu kunyit tanaman kunyit mempunyai efek antibakteri selain itu juga
mempunyai efek sebagai antiradang dan antioksidan (Tjay dan Rahardja 2002)
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Bagian yang berperan dan banyak digunakan untuk obat dari kunyit yaitu
rimpangnya Rimpang kunyit digunakan secara tradisional untuk penambah napsu
makan obat luka gatal-gatal antiradang sesak napas antidiare dan merangsang
keluarnya angin dari perut Sebagai obat luar kunyit digunakan sebagai lulur
kecantikan dan kosmetik Secara umum rimpang kunyit digunakan untuk
stimulansia pemberi warna masakan dan minuman serta digunakan sebagai bumbu
dapur (Sudarsono dkk 1996)
Kandungan utama rimpang kunyit yaitu kurkumin dan minyak atsiri yang
berfungsi sebagai antioksidan antikolestrol antitumor anti HIV dan antibakteri
(Hargono 2000) Beberapa grub senyawa kimia utama yang bersifat antimikroba
antara lain fenol dan senyawa turunannya terbukti sebagai antibakteri dengan cara
merusak dindang sel yang mengakibatkan lisis atau menghambat pembentukan
komponen dinding sel pada sel yang sedang tumbuh mengubah permeabilitas
membran sitoplasma sehingga menyebabkan kebocoran nutrisi dari dalam sel
denaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim di dalam sel (Pelczar dan Reid
1972)
Selain itu senyawa antibakteri dalam kunyit yaitu flavonid dan alkaloid
Menurut Heinrich (2009) senyawa flavonoid mampu merusak dinding sel sehingga
menyebabkan kematian sel Sundari et al (1996) menyatakan bahwa flavonoid
dapat menghambat pembentukan protein sehingga menghambat pertumbuhan
mikroba Selain flavonoid kandungan senyawa lain seperti senyawa tanin juga
dapat merusak membran sel Cowan (1999) menyatakan bahwa senyawa tanin
dapat merusak pembentukan konidia jamur Kandungan senyawa lain seperti
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
alkaloid dalam kunyit mampu mendenaturasi protein sehingga merusak aktivitas
enzim dan menyebabkan kematian sel (Robinson 1991) Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hidayati (2002) secara in vitro membuktikan bahwa senyawa aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur virus dan
bakteri
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai uji ektrak
rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis untuk menguji potensi ekstrak kunyit
sebagai zat antibakteri alternatif yang alami
12 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan masalah ldquoBagaimana
daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dan Staphylococcus epidermidisrdquo
13 Tujuan Penelitian
131 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengatahui daya hambat ektrak
rimpang kunyit terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
132 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengukur daya hambat ektrak
rimpang kunyit pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
14 Manfaat Penelitian
141 Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ragam penelitian di bidang
Mikrobiologi
142 Manfaat bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi tentang mafaat
rimpang kunyit dan tentang bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis baik pada tingkat teoritis maupun pada tingkat praktik
143 Manfaat bagi Tenaga laboratorium
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi tambahan atau menjadi
referensi tambahan dalam proses penyempurnaan dan peningkatan profesionalisme
kerja analis dalam bidang bakteriologi dan kimia
144 Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan peneliti
dalam dunia bakteritologi dan kimia yang kemudian diterapkan dalam dunia
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
15 Orisinalitas Penelitian
Orisinalitas penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 11
Tabel 11 Orisinalitas Penelitian
No Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Daya Antibakteri Ekstrak
Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus
Nugroho
Tristyanto
2011
Jenis penelitian ini
adalah penelitian
ekperimen
laboratorium
bahwa ekstrak buah Mahkota
dewa mempunyai daya
hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus yaitu
pada konsentrasi terendah 90
2 Uji Efektivitas Ekstrak
Kunyit Sebagai
Antibakteri Terhadap
Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Sp Dan Shigella
Dysentriae Secara In Vitro
Cut
Marnaini
2013
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik metode
disc diffusion
menunjukkan ekstrak kunyit
mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus
sp dan Shigella dysentriae
3 Aktifitas antibakteri
Ekstrak Etanol daun
belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L)
Terhadap Staphylococcus
aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Siti Nur
2012
Penelitian ini
merupakan penelitian
ekperimental
Laboratorik
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh mempunyai aktivitas
antibakteri terhadap S aureus
zona hambat sebesar 92 mm
103 mm dan 113 mm
Sedangkan S epidermidis zona
hambat sebesar 76 mm 85
mm dan 102 mm Sehingga S
aureus lebih rentan terhadap
ekstrak etanol daun belimbing
wuluh
Berdasarkan Tabel 11 perbedaan antara penelitian pertama dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu pada bahan ekstrak Penelitian pertama
menggunakan ekstrak buah mahkota dewa terhadap bakteri Staphylococcus aureus
sedangkan penelitian ini menggunakan ekstrak rimpang kunyit terhadap
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Perbadaan antara
penelitian kedua dengan penelitian ini yaitu pada objek penelitian penelitian kedua
mengunakan bakteri Bacillus sp dan Shigella Dysentria sedangkan penelitian ini
mengunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dan
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
perbadaan antara penelitian ketiga dengan penelitian ini yaitu penelitian ketiga
mengunakan ektrak belimbing wulu terhadap Staphylococcusa ureus dan
Staphylococcus epidermidis sedangkan penelitian ini mengunakan ektrak rimpang
kunyit terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
21 Tinjauan Teoritis
211 Tinjauan Umum Kunyit
2111 Definisi Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica Val) adalah tanaman yang berasal dari Asia
Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan tumbuh subur di
dataran rendah lebih kurang 90 meter sampai 2000 meter di atas permukaan laut
(Rukmana dan Rahmat 1994)
Berdasarkan klasifikasi botani tanaman kunyit diklasifikasikan dalam
(Thomas 2006)
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyte
Sub Divisi Angiospermae
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Fimili Zingiberaceae
Genus Curcuma
Spesies Curcums Domestica Valet
2112 Nama Daerah
Nama kunyit di berbagai daerah antara lain Hunik (Batak) kunyir
(Lampung) temu kuning kunir (Jawa) koneng (Sunda) konyet temu koneng
(Madura) kunidi (Sulawesi Utara) kuminu (Ambon) dan rame (Irian)
(Muhlisah 2001)
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
2113 Morfologi Tanaman
Tanaman kunyit tumbuh berumpun dengan tinggi 40-100 cm dengan ciri-ciri
sebagai berikut
a) Batang merupakan batang semu tegak berbentuk bulat tersusun dari pelepah
daun
b) Daun tunggal bentuk bulat telur memanjang hingga 10-40 cm lebar 8-125 cm
dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat Ujung dan pangkal daun
runcing tepi daun rata
c) Bunga majemuk berambut dan bersisik panjang 10-15 cm dengan mahkota
panjang sekitar 3 cm dan lebar 15 cm berwarna putihkekuningan
d) Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hapsoh dan Rahmawati 2008)
Rimpang atau akar tinggal tanaman kunyit berbentuk bulat memanjang dan
memiliki akar serabut Rimpang kunyit memiliki dua bagian tanaman yaitu rimpang
induk (umbi utama empu) dan tunas atau rimpang cabang Rimpang utama ini
biasanya ditumbuhi tunas-tunas yang tumbuh kearah samping Jumlah tunas
umumnya banyak tumbuh mendatar atau melengkung serta berbuku-buku pendek
lurus atau melengkung Kulit rimpang berwarna jingga kecoklatan Warna daging
jingga kekuningan dengan bau khas dan rasanya agak pahit Rimpang cabang akan
berkembang secara terus-menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang
semu sehingga pada akhirnya terbentuk rumpun (Nugroho 1997)
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
2114 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan Cina Selatan Taiwan
Indonesia dan Filipina Tanaman kunyit tumbuh dengan baik ditanah yang baik
tata pengairannya curah hujan yang cukup banyak dan ditempat yang sedikit
kenaungan tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih besar dan baik ditanam
di tempat yang terbuka (Prawiro 1977)
2115 Sifat
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik rasa agak pahit agak pedas
dan dapat bertindak sebagai astringensia (Prawiro 1977) Astringensia merupakan
zat yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi Akibat dari
aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan astringen
menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula (Santoso 1993)
2116 Kandungan Rimpang Kunyit
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda tergantung daerah
pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al 1981)
Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati protein selulosa beberapa
mineral kurkuminoid dan minyak atsiri Komponen yang paling banyak pada
kunyit adalah pati yang berkisar 40-50 (Purseglove et al 1981) Tabel 2
menunjukkan kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Tabel 21 Kandungan kimia rimpang kunyit kunyit kering dan bubuk kunyit
per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Tabel 21 Kandungan kimia kunyit
Sumber Farrell (1990) a Shankaracharya dan Natarajan (1977)
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya
(kurkumin) nilai organoleptik dan penampakan umum ukuran dan bentuk fisik
rimpangnya Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam
umur rimpang waktu dipanen penanganan pengolahan dan teknik sortasinya
(Purseglove et al 1981) Kurkuminoid dan minyak atsiri merupakan komponen
utama yang menentukan mutu kunyit
a) Kurkuminoid
Kurkuminoid adalah senyawa yang berpartisipasi dalam pembentukan warna
pada kunyit Menurut Srinivasan (1953) kurkuminoid merupakan campuran analog
antara kurkumin desmetoksi kurkumin dan bis-desmetoksi kurkumin pada kunyit
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
dimana kurkumin merupakan komponen yang paling dominan Gambar 22
menunjukkan struktur komponen kurkuminoid pada kunyit
Gambar 21 strukyur pigmen kurkuniod
(Purseglove 1981)
Kurkumin merupakan senyawa berbentuk kristal bubuk dan berwarna kuning
Nama trivial kurkumin adalah 17 bis-(hidroksi-3-metoksi-fenil)-16-heptadiena-35
dione atau di (4hidroksi-3-metoksi sinamoil) metana Kurkumin memiliki rumus
dan bobot molekul masing-masing adalah C21H20O6 dan 36837 Titik lebur
kurkumin berkisar 183 ordmC Kurkumin tidak larut dalam air dan eter tetapi larut
dalam etanol dan asam asetat glasial Jacob (1944) menyatakan bahwa kurkumin
sedikit larut dalam air panas Kurkumin tidak stabil terhadap cahaya dan kondisi
alkali tetapi tahan terhadap perlakuan panas Menurut Krisnamurthy et al (1976)
kunyit mengandung 25-6 pigmen kurkumin Sedangkan berdasarkan penelitian
Jusuf (1980) diperoleh gambaran bahwa kandungan kurkumin kunyit dari Jawa
adalah 063-076 (ww) dengan menggunakan analisa spektrofotometri terhadap
ekstrak kasar kunyit Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan anti
inflamasi efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung Pada
penelitian yang dilakukan oleh Chipault et al (1955) kunyit mempunyai indeks
antioksidan sebesar 159 (ulangan I) dan 296 (ulangan II) yang diuji dengan teknik
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
absorbsi oksigen Sedangkan Cort (1974) yang dikutip Farrell (1990) menyatakan
bahwa indeks antioksidan pada kunyit sebesar 50
b) Minyak atsirih
Selain kurkumin kunyit juga mengandung minyak atsiri yang menentukan
aroma dan cita rasa kunyit Dalam perdagangan Internasional minyak ini dikenal
sebagai turmeric oil atau turmerol (Purseglove 1981) Minyak atsiri diperoleh
dengan cara ekstraksi atau penyulingan Minyak atsiri mempunyai beberapa sifat
yang disajikan pada Tabel 22
Tabel 22 Sifat-sifat minyak atsiri kunyit
Sumber Krisnamurthy et al (1976)
Guenther (1952) menyatakan bahwa pada destilasi rimpang kunyit kering
dihasilkan 13-55 minyak atsiri dengan bau aromatis dan berwarna jingga
kemerahan Sedangkan Krisnamurthy et al (1976) melaporkan bahwa kandungan
minyak atsiri rimpang kunyit bervariasi antara 25-75 tergantung pada varietas
kunyit dan tempat tumbuhnya
Kandungan lengkap dari minyak atsiri yaitu (1) monoterpen yang terdiri dari
p-simen 18-sineol α-feladren sabinen borneol dan (2) sesquiterpen yang terdiri
dari turmeron ar-turmeron zingiberen αatlanton γ-atlanton dan β-sesquifeladren
(Purseglove et al 1981) Kedua komponen di atas terdapat dalam empat bentuk
yaitu monoterpen hidrokarbon monoterpen teroksigenasi sesquiterpen
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
hidrokarbon dan sesquiterpen teroksigenasi Komponen yang paling dominan
adalah sesquiterpen teroksigenasi Komponen utama dari minyak atsiri ini adalah
turmerol yaitu suatu alkohol dengan rumus molekul C13H18O atau C14H10O
(Purseglove et al 1981) Turmerol merupakan sesquiterpen teroksigenasi yang
terdiri dari turmeron dan ar-turmeron
2117 Kegunaan Kunyit
Diantara semua genus Curcuma kunyit merupakan jenis yang paling banyak
kegunaannya Menurut Rukmana (1995) manfaat kunyit antara lain sebagai bahan
bumbu dalam berbagai masakan bahan pembuat ramuan untuk mengobati berbagai
jenis penyakit pada manusia bahan baku industri jamu dan kosmetika bahan
penunjang industri teknik dan kerajinan mencegah serangan penyakit pada hewan
contohnya penyakit pencernaan ayam dan desinfektan untuk mengawetkan benih
yang disimpan Sedangkan menurut Sastroamidjojo (1988) kunyit mempunyai
khasiat sebagai penghilang gatal antipasmodikum obat gingivatis (radang gusi)
obat radang selaput mata obat sesak nafas obat sakit perut astrigentia dan
analgetika
Kunyit dapat digunakan sebagai obat dalam maupun luar Kunyit sebagai obat
luar berfungsi untuk mengobati eksim bengkak dan rematik bengkak karena
digigit serangga atau gatal-gatal karena ulat bulu dan memperlancar air susu ibu
Sedangkan sebagai obat dalam kunyit digunakan untuk mengobati berbagai
gangguan kesehatan seperti panas dalam demam diare gusi bengkak kencing
manis kencing batu hepatitis dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita
yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga 2006)
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
2118 Sifat Antimikroba Kunyit
Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan dan aktifitas mikroba (Pelczar dan Reid 1972)
Pada kunyit senyawa yang memiliki aktifitas antimikroba adalah kurkumin
Pada penelitian Ramprasad dan Sirsi (1956) menunjukkan bahwa kurkumin
mempunyai sifat antibakteri terutama terhadap Micrococcus pyrogenes var
aureus Kurkumin dalam bentuk natrium kurkuminat bersifat bakteristatik terhadap
Micrococcus pyrogenes var aureus dengan dosis 1 ppm Hal ini karena kurkumin
merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa
fenolik lainnya yang berfungsi sebagai antimikroba
Fenol dan senyawa turunannya telah terbukti mempunyai sifat bakteristatik
dan bakterisidal sehingga sering digunakan sebagai desinfektan Senyawa fenol
berfungsi sebagai antimikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak
membran sel Senyawa fenol bersifat aktif terhadap sel vegetatif bakteri tetapi
tidak terhadap spora bakteri Keaktifannya menurun dengan adanya pengenceran
dan reaksi dengan senyawa organik lain Senyawa fenol sangat aktif pada pH asam
(Hugo dan Russel 1981)
Kurkumin juga diduga memiliki struktur yang mirip dengan senyawa
nordihidroguaiaretik (NDGA) yang mempunyai sifat antibakteri yang kuat Shih
dan Harris (1977) melaporkan bahwa NDGA pada konsentrasi 1000 ppm
mempunyai pengaruh letalitas yang kuat terhadap E coli dan pada 50 ppm sangat
menghambat pertumbuhan S aureus Menurut Fardiaz et al (1988) kunyit bersifat
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
menghambat bakteri Gram positif berbentuk batang karena kandungan
kurkuminnya
Kunyit memiliki sifat antimikroba dalam bentuk ekstrak maupun bubuk
Menurut Huhtanen (1980) bahwa ekstrak kunyit dalam etanol dapat menghambat
Clostridium botulinum dengan Minimum Inhibitory Concentrations (MIC) sebesar
500 μgml Pada penelitian Suwanto (1983) ditunjukkan bahwa pada konsentrasi
sebesar 2 gl bubuk kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri Gram positif
batang yaitu Bacillus subtilis dan Lactobacillus acidophilus Lukman (1984) pada
penelitiannya menyimpulkan bahwa bubuk kunyit utuh bersifat bakterisidal
terhadap semua bakteri batang gram positif yaitu Lactobacillus fermentum
Lactobacillus bulgaricus Bacillus cereus Bacillus subtilis dan Bacillus
megaterium dengan waktu kontak 05 jam Bubuk kunyit residu dietil eter dan
etanol juga bersifat bakterisidal pada waktu kontak yang cukup lama yaitu 168 jam
212 Tinjauan Umum Bakteri
2121 Bakteri Staphylococcus aureus
a) Definisi Umum (Brooks G dkk 1996)
Staphylococcus berasal dari perkataan staphyle yang berarti kelompok buah
anggur dan kokus yang berarti benih bulat Kuman ini sering ditemukan sebagai
kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia Dapat menjadi
penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan Bakteri ini mudah tumbuh
pada berbagai pembenihan dan mempunyai metabolisme aktif meragikan
karbohidrat serta menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning
tua Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
manusia golongan lainnya menyebabkan pernanahan abses berbagai infeksi
piogen dan bahkan septicemia yang fatal Staphylococcus cepat menjadi resisten
terhadap banyak zat antimikroba sehingga menimbulkan masalah pengobatan yang
sulit
Genus Staphylococcus terdiri dari sekurangnya 30 spesies Tiga spesies utama
yang penting secara klinik adalah Staphylococcus aureus Staphylococcus
epidermis Staphylococcus saprophyticus Staphylococcus aureus (S aureus)
merupakan bentuk koagulasi positif hal ini membedakannya dengan spesies lain S
aureus merupakan pathogen utama bagi manusia Hampir setiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi S aureus sepanjang hidupnya bervariasi dalam
beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi
berat yang mengancam jiwa
Bakteri S aureus adalah bakteri Gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning bersifat aerob fakultatif tidak menghasilkan spora dan tidak motil
umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok dengan diameter sekitar 08-
10 S aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37 C dengan waktu pembelahan
047 jam Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon adanya penyakit luka atau perlakuan menggunakan steroid
atau obat lain yang mempengaruhi imunitas shingga terjadi pelemahan inang
Infeksi S aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi diantaranya
bisul jerawat pneumonia meningitis dan arthritis Sebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik S aureus juga menghasilkan katalase yaitu enzim yang mengkonversi
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang menyebakan fibrin
berkoagulasi dan menggumpal Koagulase diasosiasikan dengan patogenitas karena
menggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim terakumulasi disekitar bakteri
sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai bakteri dan fagositosis
terhambat
b) Morfologi dan Klasifikasi (Syahrurachman A dkk 1994 Rosenbach1884)
Bakteri ini berbentuk sferis bila berkumpul dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan Diameter kuman antara 08-10 mikron
Pada sediaan langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri berpasangan
berkumpul dan bahkan tersusun seperti rantai pendek Susunan gerombolan yang
tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari pembenihan padat
sedangkan dari pembenihan kaldu biasa ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai
rantai pendek
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora Akibat pengaruh beberapa
zat kimia misalnya penicillin Staphylococcus bisa kehilangna dinding selnya yang
keras dan berubah menjadi bentuk L (protoplas) Protoplas ini bisa berubah kembali
menjadi Staphylococcus yang berdinding keras jika pengaruh bahan kimia yang
bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk beberapa waktu Staphylococcus
tidak dipengaruhi oleh garam empedu dan optochin
Sifat biakan Staphylococcus
Staphylococcus mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri pada
keadaan aerobik atau microaerofilik Bakteri ini tumbuh paling cepat pada
suhu 37C tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
(20-25 C) Pada lempeng agar koloni Staphylococcus terbentuk bulat licin
cembung dan mengkilat Koloni Staphylococcus berwarna abu-abu sampai
kuning tua keemasan Pigmen dari Staphylococcus tidak terbentuk pada
keadaan anaerob atau bila tumbuh pada medium cair
Sifat pertumbuhan
S aureus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan Strepcoccus
Bakteri ini meragikan banyak karbohidrat dengan lambat menghasilkan asam
laktat tetapi tidak menghasikan gas
Menurut Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai
berikut
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus aureus
c) Struktur Antigen Staphylococcus aureus (Brooks G dkk 1996)
S aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel Peptodoglikan suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai merupakan
eksoskeleton yang kaku pada dinding sel Peptodoglikan dihancurkan oleh asam
kuat atau lizozim Hal ini penting dalam phatogenesis infeksi Zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen-endogen) dan antibody opsonik dan zat
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
ini juga dapat menjadi zat kimia penarik (kemoaktraktan) untuk leukosit
polimorfonuklir mempunyai aktifitas mirip dengan endotoksin menghasilkan
fenomena Shwartzman local dan mengaktifkan komplemen
Asam tekoat yang merupakan polimer gliserol atau ribitol fosfat berkaitan
dengan peptodoglikan dan menjadi bersifat antigenic Antibodi antiteikoat yang
dapat diteksi dengan difusi gel dapat ditemukan pada penderita endokarditis aktif
yang disebabkan S aureus
Protein A merupakan komponen dinding sel kebanyakan strain S aureus yang
terikat pada bagian Fc molekul IgG kecuali IgG3 Bagian Fab pada IgC yang
terikat pada protein A bebas untuk berkaitan dengan molekul IgG yang diarahkan
terhadap antigen bakteri tententu akan mengaglutinasi bakteri yang mempunyai
antigen itu (koaglutinasi)
Beberapa strain Saureus mempunyai sampai yang dapat menghambat
fagositosis oleh leukosit polimorfonuklir kecuali kalau ada antibody spesifik
Kebanyakan strain Saureus mempunyai koagulase atau faktor penggumpal pada
permukaan dinding sel koagulase terikat secara non enzimatik dengan fibrinogen
sehingga bakteri beragregasi
d) Faktor-faktor Pathogen Staphylococcus aureus
Mekanisme dari Saureus dalam menyebabkan penyakit merupakan
multifaktor melibatkan toksin enzim dan komponen seluler Patogenitasnya
merupakan efek gabungan dari berbagai macam metabolit yang dihasilkannya
Kuman phatogen (S aureus) bersifat invasive penyebab hemolisis membentuk
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
koagulase mencairkan gelatin membentuk pigmen kuning emas dan
menfermentasi manitol (Syahrurachman A dkk 1994)
Faktor-faktor itu antara lain
1) Enterotoxin A B C D E dan H menyebabkan gejala gastrointestinal akut
yang dihubungkan dengan racun pada makanan Enterotoksin resisten pada
enzim dalam traktus gastrointestinal
2) Toxic shock syndrome (TSS) memberikan banyak sifat biologis bersama
dengan enterotoxin yang bertanggung jawab dalam pembentukan
supraantigen keduanya hanya dapat menstimulasisebanyak 105 dari sel T
pada manusia Ketika antigen normal hanya dapat menstimulasi sekitar
11000000 sel T intensitas respon imun ini mengakibatkan produksi
interleukin-1 dan 2 faktor nekrosis tumor dan interferon TSS adalah gen
yang berperan dalam memproduksi syndrome toxic shock
3) Alpha toxin merupakan eksotoksin yang letal pada banyak sel dalam
konsentrasi yang rendah Alpha toxin menghemolisis sel darah merah
menghancurkan platelet dan menyebabkan nekrosis pada kulit
4) Leukocidin letal pada neutrophils melalui penghancuran membrane sedikit
demi sedikit
5) Koagulase merubah fibrinogen menjadi fibrin Dalam proses ini koagulase
melindungi Staphylococcus dari mekanisme pertahanan tubuh dan
antibiotik Selain itu koagulase positif Staphylococcus tumbuh dengan baik
pada serum normal manusia Sementara koagulase negative Staphylococcus
tidak
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
6) Protein A mengikat setengah Fe dari IgG 1 dan 2 dan menghalangi
opsonisasi dari mediasi antibody
7) Kapsul Mayoritas dari Staphylococcus aureus diidolasi dari specimen klinis
yang dimiliki kapsul polisakarida yang dapat berinterferensi yang mudah
bercampur dengan fagositosis
8) Exfoliatin atau epidermiolitik toxin merupakan agen yang bertanggung
jawab untuk memproduksi Staphylococcal scalded skin syndrome (Ritterrsquos
disease) pada jaringan baru untuk toxin epidermal necrolysis pada orang
tua Toxin ini merupakan enzim proteolitik yang memisahkan epidermis
pada lapisan glanuler Pasien sering demam dankadang-kadang memiliki
penurunan mukopurulen mata Diagnose ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena sindrom kulit tersiram air panas mungkin keliru untuk eritema
multiforme atau nekrolisis epidermal toksik yang dapat diobati dengan
kortikosteroid Keterlambatan pengobatan dapat meningkatkan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi meskipun angka kematian rendah pada anak
dengan keadaan ini kebanyakan kematian dikaitkan dengan keterlambatan
dalam diagnosis (Tolan R 2010)
e) Pengobatan
Diantara kokus Gram-positif hampir semua infeksi oleh Staphylococcus
disebabkan oleh kuman penghasil penisilinase dan karena itu harus diobati penisilin
yang tahan terhadap penisilinase Staphylococcus yang resisten terhadap metisilin
(methicilin-resistant S aureus = MRSA) harus dibasmi dengan vankomisin atau
siprofloksasin ( Bagian Farmakologi FKUI2001 )
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
2122 Bakteri Staphylococcus epidermidis
a) Morfologi dan Identifikasi
Bakteri Staphylococcus epidermidis (S epidrmindis) merupakan bakteri yang
bersifat oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah) Bakteri ini adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial khususnya
yang berkaitan dengan infeksi benda asing Orang yang paling rentan terhadap
infeksi ini adalah pengguna narkoba suntikan bayi baru lahir lansia dan mereka
yang menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya Organisme ini
menghasilkan glycocalyx lendir yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik S epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90
dari semua Staphylococcus yang ditemukan dari flora aerobik manusia Orang
yang sehat dapat memiiliki hingga 24 strain (jenis) dari spesies beberapa di
antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama
Hospes bagi organisme ini adalah manusia dan hewan berdarah panas lainnya
(Nilsson 1998)
Klasifikasi dan morfologi Staphylococcus epidermidis menurut jawetz dkk
(2005)
Domain Bacteria
Kerajaan Eubacteria
Filum Firmicutes
Kelas Bacilli
Ordo Bacillales
Famili Staphylococcaceae
Genus Staphylococcus
Spesies Staphylococcus epidermidis
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Menurut Tortora tahun 2001 ciri-ciri bakteri Staphylococcus epidermidis
1) Gram-positif koagulasi negatif katalase positif
2) Aerob dan anaerob
3) Berbentuk kokus tunggal bepasangan tetrad dan berbentuk rantai juga
tanpak dalam biakan cair
4) Berdiameter 05-15 microm yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak
teratur
5) Bakteri yang tidak memiliki kapsul tidak berspora dan tidak bergerak
6) Berkoloni mengerombol menyerupai buah anggur Koloni biasanya
berwarna putih atau krem bersifat anaerob
7) S epidermidis tumbuh cepat pada temperatur optimal 37 ordmC
Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang tergolong
1) Koagulasi Negatif
Koagulasi merupakan protein ekstraseluler yang mengikat prothrombin
hospes dan membentuk kompleks yang disebut staphylothrombin Karakteristik
aktifasi protease pada thrombin diaktifkan dalam kompleks tersebut Bakteri S
epidermidis tidak membentuk kompleks tersebut sehingga darah tidak
menggumpal (Bergey 2005)
2) Katalase Positif
Uji katalase digunakan untuk mengatahui aktivitas katalase pada bakteri
Bakteri S epidermidis memproduksi enzim katalase yang memecahkan H2O2
menjadi H2O dan O2 Karena H2O2 dapat menjadi racun bagi bakteri selain itu
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
proses tersebut merupakan mekanisme pernapasan bakteri tersebut (Bergey
2005)
Dinding luar bakteri S epidermidis terdiri atas peptidoglikan yaitu suatu
polimer protein polisakarida yang mengandung subunit-subunit Lapisan
tersebut menempel pada permukaan luar membran sel Bakteri ini tidak
memiliki membran luar maupun ruang periplasmik sehingga ketika
mengunakan perwarnaan gram maka akan terlihat warna ungu (Bergey 2005)
Peptidoglikan memiliki beberapa fungsi yaitu (Ray dan George 2004)
1) Dapat mempertahankan bentuk bakteri
2) Dapat menahan tekana osmotik perlawanan sampai 20 atmosfir
3) Sebagai antigen yang dapat membentuk Imunoglibulin pada manusia
4) Bersifat sensitif sehingga hanya dapat didesifektan oleh basis fenol
b) Patologi Bakteri Staphylococcus epidermidis
Infeksi S epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup
jantung buatan shunts dan lain-lain) tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan
kateter dan luka besar Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah Dalam hal ini buang air kecil
sangat menyakitkan
Septicaemia dan endokarditis termasuk penyakit yang berhubungan dengan
S epidermidis Gejala yang timbul adalah demam sakit kepala dan kelelahan
untuk anoreksia dan dyspnea Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal terutama
ketika bayi lahir dengan berat badan sangat rendah Sedangkan endokarditis
adalah infeksi katup jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung S
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
epidermidis dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan
lingkungan
c) Epidimiologi
Staphylococcus terutama merupakan parasit manusia yang ada dimana-
mana Sumber infeksi utama adalah tumpukan bakteri pada lesi manusia benda ndash
benda yang terkontaminasi lesi tersebut dan saluran respirasi manusia serta kulit
Penyebaran infeks melalui kontak telah dianggap sebagai faktor yang penting di
rumah sakit dimana populasi luas dari staf dan pasien membawa Staphylococcus
yang resisten antibiotika pada hidung atau kulit mereka Meskipun kebersian
higienis dan penatalaksanaan lesi secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran
Staphylococcus dari lesi tersebut beberapa metode tersedia untuk mencegah
penyebarluasan Staphylococcus dari pembawa Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi Staphylococcus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi unit perawatan intensif ruang operasi dan bangsal kemoterapi kanker (Geo
2005)
d) Pengobatan
Infeksi S epidermidis sulit disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat
protese dimana bakteri dapat menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari
obat antimikroba S epidermidis lebih sering resisten terhadap antimikroba dari
pada S aureus hampir 75 strain S epidermidis resisten terhadap nafsilin
(Jawetz dkk 2001)
Karena banyak galur yang resisten obat maka tiap isolat Staphylococcus
harus diuji kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Resistensi terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan
digunakan secara tunggal untuk mengobati infeksi kronik Resistensi obat
(terhadap penicilin tetrasiklin aminoglikosida dan eritromisin) ditentukan oleh
plasmid yang ditransmisikan oleh Staphylococcus dengan transdksi dan juga
dengan konjungasi (Jawetz dkk 2001)
Bakteri S epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin
novobiocin klindamisin dan penisilin benzil Untuk mengobati infeksi digunakan
vankomisin hasil atau rifampin
213 Penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh Staphylococcus
Menurut Tolan R Tahun 2010 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
Staphylococcus adalah sebagai berikut
a) Infeksi superficial
Infeksi pada bagian superficial tubuh adalah infeksi S aureus yang paling
sering ditemukan Gejala-gejala yang khas dari penyakit tersebut adalah
pembentukan nanah yang banyak nekrosis jaringan setempat dan pembentukan
abses yang penuh nanah
b) Infeksi jaringan yang dalam
1) Osteomyelitis S aureus paling sering ditemukan sebagai penyebab
osteomyelitis terutama pada anak-anak Mikroba ini biasanya sampai ke
tulang karena penyebab infeksi secara hematogen dari satu infeksi di tempat
lain
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
2) Pneumonia sering disertai terjadinya abses paru-paru umumnya penderita
dengan daya tahan tubuh yang rendah Biasanya terjadi sebagai komplikasi
virus influensa setelah penderita menghirup benda asing
3) Endokarditis akut yang khas dengan adanya kolonisasi bakteri yang
berkembang biak pada katup jantung Hal ini biasanya terjadi pada
pemakaian narkoba secara intravenous atau setelah operasi katup jantung
4) Arthritis bakteremia septicemia dan abses organ dalam misalnya abses
otak ginjal paru-paru biasa disebabkan oleh S aureus S epidermis S
aprophyticus makin banyak diisolasi dari penderita infeksi saluran kemih
dan bakteremia
c) Penyakit-penyakit akibat toksin
1) Scalded skin syndrome satu manifestasi kulit dari strain S aureus yang
menghasilkan toxin ekfoliatif Penyakit ini banyak menyerang anak-anak
balita Nampak eksfoliatif kulit menyebabkan sejumlah besar bulla-bulla
yang luas di tempat yang jauh dari lokasi infeksi
2) Keracunan makanan karena Staphylococcus (Staphylococcal food
poisoning) ditandai dengan muntah yang eksplosof dan diare yang terjadi 1-
5 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi Gejala ini
disebabkan oleh enterotoxin yang dihasilkan oleh S aureus yang tahan
panas dan tidak bisa di rusak oleh asam lambung
3) Toxic shock syndrome (TSS) yang secara klinik merupakan satu penyakit
deman yang bisa berkembang menjadi kegagalan salah satu organ vital dan
menyebabkan kematian Definisi kasus mencakup demam eritema makula
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
difus dan tekanan darah rendah dengan melibatkan 3 atau lebih sistem
organ Muntah dan diare muncul pada saat sakit Diare sekresi dan
berlimpah dan ditemukan pada hamper semua pasien dengan TSS tetapi
jarang pada pasien anti syok Mialgia parah menjadi salah satu manifestasi
awal dari penyakit Aspek yang paling mencolok dari penyakit ini adalah
dengan kecepatan penyakit yang dapat meningkatkan perkembangan dalam
individu yang sebelumnya sehat dari segala usia Hai ini terutama terjadi
pada pasien pascaoperasi terutama setelah operasi hidung karena ini
merupakan daerah yang umumnya terinfeksi dengan S aureus akhir-onset
temuan dermatologi termasuk pruritik makulopapular ruam dan merah
desquamation dari jari tangan dan kaki dan telogen effluvium
214 Mekanisme Kerja Antibakteri
Faktor-faktor yang menghambat sintesis dinding sel bakteri telah dijelaskan
dalam berbagai penelitian Antibakteri merusak lapisan peptidoglikan yang
menyusun dinding sel bakteri Gram negatif maupun Gram positif Mekanisme
kerjanya adalah dengan mencegah ikatan silang peptidoglikan pada tahap akhir
sintesis dinding sel yaitu dengan cara menghambat protein pengikat penisilin
(penicillin binding protein) protein ini merupakan enzim dalam membran sel
bakteri yang secara normal terlibat dalam penambahan asam amino yang berikatan
silang dengan peptidoglikan dinding sel bakteri dan memblok aktivasi enzim
traspeptidase yang membungkus ikatan silang polimer-polimer gula panjan yang
membentuk dinding sel bakteri sehingga bakteri menjadi rapuh dan mudah lisis
Termaksud didalam golongan β-laktam (misalnya pinisilin cephalosporins dan
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
carbapenems) dan agen lainnya seperti cycloserine vankomisin dan bacitracin
(Brunton et al 2006 Pratiwi 2008)
Contoh beberapa Antibakteri menurut Brunton et al (2006) dan Pratiwi
(2008)
a) Antibiotik yang mengganggu fungsi membran sel meningkatkan
permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa intraselular Membran
plasma bersifat semipermeabel dan mengendalikan trasport berbagai
metabolit kedalam dan luar sel Adanya gangguan atau kerusakan struktur
pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan
membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu
sejumlah proses biosintesis yang diperlukan dalam membran Agen yang
mengganggu fungsi riboson subunit 30S atau 50S secara reversibel
menghambat sintesis protein yang umumnya adalah bekteriostatik (misalnya
kloramfenikol tetrasiklin eritromisin klindamisin streptogramins dan
linezolid) dan bakterisidal ( misalnya aminoglikosida)
b) Agen yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri Penghambat
terhadap transkripsi dan repikasi mikroorganisme seperti firamycins
(misalnya rifampisin dan rifabutin) yamg mengahmbat RNA polimerase dan
quinolon yang menghambat topoisomerase
c) Antimetabolit yaitu sunstansi yang secara kompetitif menghambat metabolit
mikroorganisme karena memiliki struktur yang mirip dengan substrat normal
bagi enzim metabolisme Termaksud didalamnya trimetoprim dan sulfonamid
yang menghambat enzim penting metabolisme folat
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
213 Metode Pengujian Antibiotik Antibakteri
Menurut Turnidge (2008) penentuan kepekaan bakteri terhadap antimikroba
dapat dilakukan dengan dua metode pokok yaitu metode difusi dan dilusi
Pengujian ini memanfaatkan mikroorganisme sebagai indikator pengujian Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sistem pengobatan yang efektif dan efisien dalam
penanganan penyakit yang disebabkan oleh organisme uji
2141 Metode Difusi
a) Disk diffusion
Disk diffution adalah sebuah metode pengujian untuk menentukan aktivitas
agen antibakteri Cakram kertas saring yang berisi agen antibakteri diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami koloni murni suatu bakteri pada
permukaannya Area jernih yang terbentuk setelah inkubasi menunjukkan adanya
hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada permukaan medium agar
zona hambatan yang terbentuk diukur untuk menentukan apakah bakteri sensitif
atau resisten dengan cara membandingkan dengan standar pada obat
b) E- test
E-test adalah suatu metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
mikroorganisme Metode ini menggunakan strip plastik yang telah menganding
agen antimikroba dari kadar terendah hingga kadar tertinggi yang diletakkan pada
permukaan medium agar yang telah ditanami mikroorganisme
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
c) Ditch- Plate Technique
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan agen antimikroba pada parit
yang dibuat dengan cara memotong media dalam cawan petri pada bagian
tengahnya dan mikroba uji digoreskan kearah parit yang berisi agen anti mikroba
d) Cup- Plate Technique
Metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion Metode ini dilakukan
dengan cara membuat sumur pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme
dan pada sumuran tersebut diberi agen anti mikroba
e) Gradient- Plate Technique
Metode ini menggunakan agen antimikroba dengan konsentrasi bervariasi yang
ditambahkan pada media agar dan diletakkan dalam cawan petri dalam posisi
miring Lalu ditmbahkan nutrisi kedua diatasnya dan diinkubasi agar agen
antimikroba berdifusi dan permukaan media mongering Mikroorganisme uji
digoreskan pada media dan dihitung panjang total pertumbuhan mikroorganisme
maksimum yang dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan
Klasifikasi respon daya hambat pertumbuhan bakteri ditunjukkan pada
Tabel 23
Tabel 23 Klasifikasi Zona Hambat
Diameter Zona Hambat Respon Hambat Bakteri
gt20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
11-15 mm Lemah
lt10 mm Tidak Ada
(Sumber Greenwood dkk 1995)
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
2142 Metode Dilusi
Metode Dilusi dibedakan menjadi dua jenis yaitu dilusi cair dan diusi padat
a) Dilusi cair
Metode dilusi cair dilakukan dengan cara membuat seri pengenceran dari
agen antibakteri dalam media cair lalu ditambahkan mikroba uji yang dilihat
pertumbuhan bakteri dari kekeruhan yang terjadi (Jawetz et al 2005) Prinsip dari
metode ini untuk mengukur Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari agen antibakteri Suatu larutan antibakteri pada kadar
terkecil yang terlihat jernih setelah penambahan bakteri uji merupakan kadar
hambat minimum dari agen antibakteri Larutan yang telah ditetapkan sebagai
KHM ini kemudian dikultur lagi untuk mengtahui kadar bunuh minimum KBM
ditetapkan jika dari larutan tersebut tidak menunjukkan penumbuhan bakteri setelah
diinkubasi pada media cair tanpa agen antibakteri (Pratiwi 2008)
b) Metode dilusi padat
Pada prinsipnya metode dilusi padat hampir sama dengan metode dilusi cair
hanya saja metode ini menggunakan media padat Keuntungan metode ini
dibandingkan yang cair adalah satu konsentrasi agen anti mikroba yang diuji padat
(Pratiwi 2008)
216 Metode Ekstraksi
a) Tujuan ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa
komponen zat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan
antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
b) Jenis-jenis ekstraksi (Dirjen POM 1986)
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara
panas dengan cara refluks dan penyulingan uap air dan ekstraksi secara dingin
dengan cara maserasi perkolasi dan alat soxhlet
c) Cara-cara ekstraksi (Harbone 1987 Dirjen POM 1986)
1) Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan Cairan penyari dipanaskan sampai mendidih Uap
penyari akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan lagi oleh
pendingin tegak Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon maka seluruh cairan
akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
2) Ekstraksi secara perkolasi
Perkolasi dilakukan dengan cara dibasahkan 10 bagian simplisia
dengan derajat halus yang cocok menggunakan 25 bagian sampai 5 bagian
cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator ditambahkan
cairan penyari Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam kemudian kran
dibuka dengan kecepatan 1 ml permenit sehingga simplisia tetap terendam
Filtrat dipindahkan ke dalam bejana ditutup dan dibiarkan selama 2 hari pada
tempat terlindung dari cahaya
3) Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10 bagian simplisia
dengan derajat yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi dengan
penyari 75 bagian ditutup dan dibiarkan selama3-5 hari terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali-kali setiap hari lalu diperas dan ampasnya
dimaserasi kembali dengan cairan penyari Penyarian diakhiri setelah pelarut
tidak berwarna lagi lalu dipindahkan ke dalam bejana tertutup dibiarkan
pada tempat yang tidak bercahaya setelah dua hari lalu endapan dipisahkan
4) Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak
lalu dipanaskan sampai mendidih Cairan penyari akan menguap uap tersebut
akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
dalam simplisia tersebut demikian seterusnya Ekstraksi ini biasanya
dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam
5) Ekstraksi secara penyulingan
Penyulingan dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia
yang mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih yang tinggi
pada tekanan udara normal yang pada pemanasan biasanya terjadi kerusakan
zat aktifnya Untuk mencegah hal tersebut maka penyari dilakukan dengan
penyulingan
6) Ekstraksi cara infusum
Pembuatan dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia dengan
kehalusan yang sesuai dengan iar secukupnya panaskan di atas air panas
selama 15 menit terhitung mulai suhu 90ordmC sambil sesekali diaduk Saring
selagi panas melalui atau dengan menggunakan kain flannel serta tambahkan
air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang
dikehendaki
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
217 Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 25
Gambar 25 Kerangka teori
Rimpang Kunyit
Zat aktif
Antibakteri
Menghambat dan membunuh bakteri S aurues dan S
epidermidis
Antiinflamasi dan
peradanagan Antioksidan dan antiinfeksi
Minyak atsiri
Flavonoid
Alkaloid
Mengganggu
proses
pembentukan
membrane sel
bakteri
(Lee 2000)
Denaturasi
Protein sehingga
merusak
aktivitas enzim
(Aniszewki
2007)
Merusak
membran sel dan
menghambat
pembentukan
protein
(Chee 2009)
Kurkuminoid
Berinteraksi dengan
dinding sel bakteri
terabsorbsi dan
penetrasi ke dalam
sel sehingga terjadi
denaturasi protein
(Tarwija (2001)
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
218 Kerangka Konsep
Kerangka teori penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 26 Kerangka konsep
Ekstak Rimpang Kunyit Konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
Pertumbuhan bakteri S aurues dan S
epidermidi yang dilihat dari diameter
zona hambatnya
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
BAB III
METODE PENELITIAN
31 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam metode ini adalah menggunakan jenis analisa
kuantitatif dengan tujuan untuk menguji suatu obyek untuk menentukan nilai ukur
atau persentase dalam perbandingan kadar konsentrasi
32 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium Sampel
diberi perlakuan selanjutnya dilakukan pengukuranpemeriksaan hasil dengan
menggunakan metode disk diffution untuk melihat keefektifan ekstrak rimpang
kunyit pada beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S
epidermidis
33 Variabel Penelitian
331 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit konsentrasi
5 vv 10 vv 25 vv dan 50 vv
332 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan S aureus dan
S epidermidis pada media MHA yang dilihat dari diameter zona hambat yang
terbentuk
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
34 Rancangan Kerja
Rancangan penelitian uji keefektifan ekstrak rimpang kunyit terhadap
pertumbuhan S aureus dan S epidermidis dilakukan dengan rumus pengulangan
Federer
(t- 1) (r ndash 1) ge 15
(4-1) (r-1) ge 15
3r-3 ge 15
3r ge 15 + 3
3r ge 18
r ge 6
Keterangan
t adalah konsentrasi ekstrak rimpang kunyit yang digunakan (5 vv 10 vv
25 vv dan 50 vv) kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan r adalah
jumlah sampel
35 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Variabel Definisi Operasional
Ekstrak kunyit
Daya Hambat
Rimpang kunyit yang telah dilakukan ekstraksi menggunakan
dengan cara maserasi (perendaman) pada konsentrasi 5 10 25
dan 50 vv
Kemampuan zat (ekstrak kunyit) dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis yang diukur
pada paper disk
Pertumbuhan S aureus
dan S epidermidis
Bakteri yang tumbuh pada media agar dengan karateristik
berbentuk bulat halus menonjol dan berkilau-kilau pigmen
berwarna kuning keemasan sampai warna putih yang terlihat di
sekitar paper disk
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
36 Obyek Penelitian
Obyek penelitian berupa kultur bakteri S aureus dan S epidermidis murni
Isoliat TB negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dengan
ciri berbentuk rimpang serta berwana kekuningan yang di ekstraksi menggunakan
teknik maserasi
37 Alat dan Bahan
371 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah seperangkat alat maserasi
batang pengaduk rotary evaporator (Heidolph) neraca analitik tabung reaksi
erlenmeyer kertas saring Whatman nomor 4 mikropipet cawan petri lampu
spirtus autoclave dan inkubator
372 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain rimpah kunyit (Curcuma Domestica Val)
aquades streril etanol 96 sampel bakteri S aureus S epidermidis media BHI
(Brain Heart Infusion) HIA miring MSA (Manitol Salt Agar) standar Mc Farland
05 konsentrasi 108 CFUmL media MHA (Mueller-Hinton Agar) dan larutan
NaCl 09
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
38 Prosedur Penelitian
381 Sterilisasi Alat
Dalam proses sterilisasi alat yang terbuat dari gelas sebelum digunakan
dicuci terlebih dahulu sampai bersih dikeringkan kemudian dibungkus dengan
kertas diautoclave pada temperatur 121degC dengan tekanan 1 atm selama 15 menit
setelah itu dikeringkan dalam oven temperatur 150 degC 30 menit
382 Persiapan Bakteri
Pada persiapan bakteri bakteri S aureus dan S epidermidis murni isolat TB
negatif yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang pada bulan Juli 2016 dibuat suspensi bakteri dengan
cara mengambil masing-masing satu koloni murni bakteri S aureus dan S
epidermidis lalu dimasukkan ke dalam media BHI (Brain Heart Infusion) cair
dalam tabung reaksi diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 6-10 jam Suspensi
ditanam pada media MSA (Manitol Salt Agar) diinkubasi pada temperatur 37 ordmC
selama 24 jam Suspensi kemudian ditanam pada media HIA miring yang
diinkubasi pada temperatur 37 ordmC selama 24 jam Koloni dibuat suspensi pada
tabung reaksi yang berisi NaCl 095 (fisiologis) dengan menggunakan ose mata
kemudian divortek supaya homogen Kekeruhan suspensi disamakan dengan
larutan standar Mc Farland 05 agar diperoleh bakteri sebanyak 15x108 selmL
383 Persiapan dan Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji
Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak kunyit rimpang kunyit
dipotong-potong dan di keringkan tampa terkena sinar matahari langsung
kemudian rimpang kunyit di-blender atau digiling Sehingga didapakan serbuk
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
halus dari rimpang kunyit Sebanyak 1 kg serbuk kunyit tersebut di larutkan dengan
10 liter etanol 96 (110) Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan
pelarut etanol 96 Ekstrak didiamkan selama 72 jam (3 x 24 jam) di tempat yang
sejuk dan terlindung dari cahaya langsung sambil dilakukan pengadukan
menggunakan stirer Setelah 72 jam hasil maserasi disaring menggunakan kertas
saring Whatman nomor 4 semua maserat dikumpul dan diuapkan menggunakan
vacuum rotary evaporator pada temperatur 50-60degC hingga diperoleh ekstrak
kental (Kusuma 2012) Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh diencerkan
dengan aquades steril dibuat seri konsentrasi
Pembuatan konsentrasi 5 vv ekstrak kunyit didapat dengan cara memipet
ekstrak rimpang kunyit sebanyak 1 ml dan diencerkan dalam akuades steril
sebanyak 20 ml Konsentrasi 10 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 2 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 25 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril Konsentrasi 50 vv ekstrak rimpang kunyit didapat dengan cara
memipet ekstrak rimpang kunyit sebanyak 10 ml dan diencerkan dengan 20 ml
akuades steril
384 Pembuatan Paper Disk
Konsentrasi ekstrak kunyit yang telah dibuat dipipet sebanyak 50 μl
dimasukkan kedalam tube Larutan ekstrak rimpang kunyit lalu diteteskan ke disk
paper yang diletakkan di cawan petri sebanyak 10 μl hingga disk blank lembab dan
dimasukkan kedalam inkubator pada temperatur 40ordmC hingga ekstrak menyerap
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
dalam paper disk Setelah ekstrak menyerap lalu ditetesi lagi dengan larutan ekstrak
yang dibuat sebanyak 10 μl dan diinkubasi hingga menyerap Hal ini dilakukan
hingga larutan dalam tube habis
385 Uji Aktivitas Antibakteri Metode Disk Diffution
Media HMA yang sudah dipadatkan ke dalam cawan petri kemudian
dimasukkan 100 μL suspensi bakteri yang sudah disamakan dengan standar Mc
Farland 05 (108
CFUmL) dan diratakan dengan spreader glass diamkan selama 5
ndash 10 menit agar suspensi bakteri dapat meresap Setelah suspensi kering media
diletakan disk yang berisi masing-masing konsentrasi ekstrak kunyit yaitu 5 10 25
dan 50 vv Kemudian diinkubasi selama 18 - 24 jam pada temperatur 37 0C
tanpa dibalik
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Dikupas dibersihkan dikeringkan dan diblendergiling
Dievaporasi pada temperatur sampai-60ordm C
Diinkubasi 18-24 jam
Temperatur 37 0C
Dibuat seri konsentrasi larutan uji
Disaring
Dibuat paper disk
39 Alur Penelitian
Alur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 31 berikut
Gambar 31 Alur penelitian
Rimpang Kunyit
Serbuk kunyit
Maserasi selama 3 x 24 jam
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Media MHA + 100 microL suspensi bakteri
+ Paper disk
Diamati dan diukur zona
hambat di sekitar Paper disk
5 vv 25 vv 50 vv 10 vv
Proses Maserasi
1 kg serbuk kunyit + 10 liter
etanol 96
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
310 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan analisis
hasil aktivitas antibakteri ekstrak kunyit dilakukan secara visual dengan mengukur
diameter zona radikal di sekitar paper disk
311 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) yang terletak di Jalan Kedungmundu Raya
No 18 Semarang Waktu penelitian akan dilaksanakan Agustus - September 2016
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
41 Gambaran Umum Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang kunyit Rimpang
yang sudah dikumpulkan kemudian dibersihkan dipotong-potong dan dikeringkan
tanpa terkena cahaya matahari langsung Setelah kering potongan kunyit tersebut
diblender sampai menjadi serbuk atau bubuk kunyit Selanjutnya serbuk diekstrak
mengunakan metode maserasi dengan menimbang sebanyak 1 kg serbuk kunyit
tersebut kemudian di larutkan sebanyak 10 liter etanol 96 kemudian
dipekatkan dengan alat rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental
Selanjutnya dibuat konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv Dan masing-masing
konsentrasi dipipet kedalam disk blank
Isolat Saureus dan Sepidermidis yang telah murni didapat pada sputum BTA
negatif Strain murni tersebut kemudian ditanam pada media MSA miring dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37degC Secara makroskopis Saureus mampu
memfermentasi manitol dan menghasilkan asam yang merubah indikator menjadi
warna kuning sedangkan Sepidermidis tidak menghasilkan warna Hal ini
menunjukan bahwa bakteri tahan terhadap kadar garam tinggi tetapi tidak mampu
memfermentasi manitol menjadi asam sedangkan secara mikroskop yaitu dengan
pengecatan Gram memiliki ciri-ciri berbentuk bulat berwarna ungu bergerombol
seperi anggur
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
42 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai daya hambat ekstrak rimpang kunyit
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis dengan menggunakan
metode difusi paper disc dan sumuran kemudian dilakukan uji daya hambat
antibakteri setelah masa inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37 ordmC dan hasil yang
diperoleh dapat dilihat pada tabel 41
Tabel 41 Hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 41 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan metode maserasi dengan larutan etanol 96 pada
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv belum menunjukkan zona hambat terhadap
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian
ini menunjukan bahwa ekstraks rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara
maserasi belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis
Karena daya hambat ekstrak secara maserasi belum menghasilkan zona
hambat maka dilakukan eksperimen kedua dengan menggunakan metode ekstraksi
yang berbeda yaitu dengan cara infusum Ekstrak infusum yang diperoleh diuji
dengan uji disk difusi metode paper disk dan sumuran dan hasilnya dapat dilihat
pada tabel 42
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
25 50 75 100 25 50 75 100 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Berdasarkan Tabel 42 hasil uji daya hambat bakteri Saureus dan
Sepidermidis menggunakan cara paper disk dan sumuran oleh ekstrak rimpang
kunyit yang diekstraksi dengan cara infusum pada konsentrasi 25 50 75 dan 100
bv juga belum menunjukkan zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus
dan Sepidermidis Dengan demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
rimpang kunyit yang diperoleh dengan cara infusum belum mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Langkah lebih lanjut dilakukan eksperimen ketiga dengan merendam disk
blank didalam ekstrak infusum dari hasil infusum dengan volume disk sebanyak 50
microl yang kemudian didiamkan selama 1x24 jam dan hasil dapat dilihat pada tabel
43
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Rimpang Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 43 hasil uji daya hambat bakteri menggunakan cara
paper disk perendaman selama 24 jam oleh ekstrak rimpang kunyit yang diekstraksi
dengan cara infusum pada konsentrasi 100 bv juga belum menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis Dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak rimpang kunyit yang
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
diperoleh dengan cara infusum dan direndam selama 1x24 jam belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Eksperimen keempat selanjutnya dilakukan yaitu dengan metode permukaan
(spread plate) dengan ekstrak rimpang kunyit secara infusum dan hasil dapat dilihat
pada tabel 44
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak rimpang kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Rimpang Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Berdasarkan Tabel 44 hasil uji spread plate dilakukan dengan dengan
konsentrasi ekstrak 100 bv yang diperoleh dari cara infusum Kontrol positif
yang digunakan berisi suspensi bakteri sebesar 9x107cfuml sedangkan pada larutan
uji ekstrak hasil infusum 100 bv yaitu larutan kontrol positif dipipet sebanyak
100 microl suspense bakteri control positif ditambahkan 2000 microl ekstrak kemudian
campuran suspense bakteri dengan ekstrak tersebut didiamlan selama 30 menit dan
dipipet sebanyak 10 microl ke dalam media uji dan di inkubasi selama 1x24 jam pada
suhu 73 ordmC Hasil yang diperoleh diamati dengan cara membandingkan kontol
positif dangan media uji Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa infusa rimpang
kunyit belum mampu menghambat pertumbuhan koloni bakteri Saureus dan
Sepidermidis karena hasilnya masih setara dengan kontrol positif
Karena hasil ekstraksi dengan dua metode dan beberapa cara uji diatas belum
mampu menghambat maka dilakukan eksperimen kelima yaitu uji daya hambat
terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan menggunakan
serat kunyit dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 45
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Berdasarkan Tabel 45 hasil uji daya hambat serat kunyit sebanyak 2 gram
menggunakan cara sumuran pada konsentrasi 100 juga tidak menunjukkan zona
hambat terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan
demikian hasil penelitian ini menunjukan bahwa serat kunyit juga belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Pada penelitian ini awalnya peneliti menggunakan ampisilin sebagai kontrol
positif dan paper disk yang berisi akuades steril sebagai kontrol negatif dan
hasilnya dapat dilihat pada tabel 46
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
Berdasarkan Tabel 46 hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif
(akuades steril) Menunjukkan anbiotik ampisilin tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis
Karena antibiotik ampisilin tidak mampu menghambat bakteri maka peneliti
menggunakan kloramfenikol sebagai kontrol pisitif dan kontrol negatif
menggunakan aquades steril Dan hasil dapat dilihat pada tabel 47
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
Berdasarkan Tabel 47 hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) dan kontrol
negatif (akuades steril) Menunjukkan anbiotik kloramfenikol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Saureus dan Sepidermidis dengan diameter masing-masing
24 dan 29 mm
43 Pembahasan
Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia dan laboratorium mikrobiologi
pada bulan Juli ndash September 2016 Sampel pada penelitian ini yaitu ekstrak
rimpang kunyit yang di ekstrak secara maserasi infusum dan serat kunyit dengan
berbagai konsentrasi yang diuji disk diffution sumuran spread plate guna untuk
mengatahui kemampuan daya hambat ekstrak kunyit dan mengukur zona hambat
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis
Berdasarkan hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak rimpang kunyit
dengan cara maserasi infusum serat kunyi yang di uji dengan berbagai metode
pengujian menujukan bahwa tidak terdapat zona hambat terhadap bakteri S
aureus dan S epidermidis
Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya hambat
suatu ekstrak bahan hasil alam terhadap pertumbuahan bakteri yakni kandungan
senyawa antibakteri pada bahan tersebut karakteritik dinding sel bakteri dan
terjadinya resistensi terhadap antibiotik Pada penelitian ini beberapa jenis ekstrak
kunyit yang diperoleh dari dua macam metode ekstraksi yaitu cara maserasi dan
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
infusum dan hasilnya telah diujikan menggunakan cara paper disk dan sumuran
terhadap pertumbuhan bakteri S aureus dan S epidermidis secara penelitin
dilakukan aseptis tetapi belum mampu menghambat pertumbuhan kedua spesies
bakteri tersebut karena itu perlu dilakukan studi literatur yang membahas lebih jauh
tentang kandungan senyawa aktif rimpang kunyit di bandingkan dengan bahan alam
lain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Saurues dan Sepidermidis
Menurut Rismunadar (1998) kandungan senyawa aktif dari rimpang kunyit
yaitu minyak atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid
Komposisi kimia tersebut merupakan senyawa antibakteri
Komponen minyak atsiri yang diduga berperang aktif sebagai antibakteri
adalah sabinen β-mirsen α-pinen α-tuyan trans-kariofelin dan β- pinen Senyawa
β- pinen dan α-pinen merupakan senyawa terpenoid yang dikenal mempunyai efek
antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merusak intregitas seluler dan respon
menghambat serta dapat merusak proses trasport (Lee 2000)
Kurkuminoid merupakan senyawa fenolik Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri sehingga menyebabkan presipitas dan denaturasi protein
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferai sel bakteri (Tarwiyah 2001)
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol yang mempunyai sifat
meningkatkan permeabilitas sel dapat menghambat mikroorganisme karena
kemampuannya membentuk senyawa kompleks dengan protein dengan rusaknya
protein maka aktifitas metabolisme mikroba menjadi terganggu sehingga
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
mengakibatkan kematian mikroba (Chee 2009) Pembentukan kompleks
menyebabkan rusaknya membran sel karena terjadi perubahan permeabilitas sel dan
hilangnya kandungan isi sel di dalam sitoplasma yang mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel mikroba (Anggara et al 2014)
Menurut Aniszewki (2007) alkaloid merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas antimikroba yaitu menghambat esterase DNA dan RNA polimerase
serta menghambat respirasi sel dan berperan dalam interkalasi DNA Alkaloid
adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi
sel imun yang menghancurkan bakteri virus jamur serta sel kanker (Olivia et al
2004)
Ekstrak maserasi dan infusa rimpang kunyit pada penelitian ini tidak mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Saureus dan S epidermidis hal ini mungkin
dapat disebabkan oleh kandungan senyawa antibakteri yang sedikit yitu minyak
atsiri 13-55 kurkuminoid 25-6 alkaloid dan flavonoid pada rimpang kunyit
sehingga diperkirakan dengan kandungan antibakteri yang sedikit belum mampu
merusak dinding sel dan denaturasi protein sel bakteri Saureus dan S epidermidis
Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tuasikal (2016) daging buah pala
(Mfragrans Houtt) mampu menghambat dan membunuh bakteri Saureus dan S
epidermidis dengan katagori sangat sensetif Menurut Okukpe et al (2012) daging
buah pala mengandungan senyawa antibakteri yaitu flavonoid 137 saponin
4932 dan alkaloid 842 Semakin banyak kandungan antibakteri pada suatu
bahan alam semakin besar juga potensi dalam menghambat bahkan menbunuh
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
bakteri karena mampu merusak dinding sel dan masuk kedalam sel melakukan
denaturasi protein sehingga bakteri tersebut menjadi lisis
Selain faktor kandungan senyawa antibakteri yang terkandung dalam bahan
alam Bakteri juga memiliki sistem pertahanan tubuh untuk melindungi diri demi
keberlangsungan hidup salah satunya yaitu dinding sel Bakteri Staphylococcus
memiliki dinding sel yang terdiri dari jaringan makromolekul (peptidoglikan) yang
bias tersusun tunggal atau dengan kombinaksi dengan zat lain Dinding bakteri
Gram-positif mempunyai lapisan peptidoglikan yang banyak sehingga struktur yang
terbentuk tebal dan kaku selain itu juga bakteri Gram-positif mengandung asam
teichoic dan asam teichuronic yang mengatur fungsi elastisitas porositas kekuatan
tarik dan sifat elektrstatis dinding sel Selain itu bakteri S aureus juga memiliki
polisakarida kapsulercapsuler polysaccharides (CPs) yang salah satu fungsinya
yaitu meningkatkan kolonisasi dan ketahanan pada permukaan mukosa (Tortora
2013 dan Jawetz 2010) Sehingga senyawa kurkuminoid dan flavoniod dalam
kunyit tidak mampu merusak dinding sel bakteri Saureus dan Sepidermidis
Selain itu penggunaan antibiotik yang terus menerus meningkat dapat
menimbulkan berbagai masalah Salah satu masalah terpenting adalah timbulnya
galur bakteri resisten terhadap berbagai jenis antibiotik yang dapat menyebabkan
pengobatan penyakit infeksi dengan antibiotik tidak lagi efektif Resisten yaitu
kemampuan bakteri dalam menahan efek satu antibiotik atau lebih diantaranya
yaitu resisten antibiotik pinisilin (β laktam) terhadap bakteri Staphylococcus dapat
disebabkan satu dari empat mekanisme umum resisten (1) inaktivasi antibiotik β-
laktam oleh enzim β-laktase Produksi enzim β-laktase merupakan mekanisme
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
tersering Enzim β-laktase yang diproduksi oleh bakteri akan memecah struktur dari
cincin antibiotik β laktam sehingga otomatis antibiotik trsebut sudah tidak
mempunyai daya antibakteri (2) modifikasi target PBP (penicillin binding protein)
antibiotik sebagai bahan antibakteri memiliki sebuah reseptor yang spesifik salah
satu reseptor yaitu PBP PBP merupakan protein spesifik dari antibiotik kelompok
penisillin Ketika PBP mengalami perubahan sifat ikatan seperti perubahan PBP2
menjadi PBP2a maka kelompok penisillin tidak akan mampu bekerja sebagai
bahan antibakteri Pada bakteri MRSA PBP2a tidak mampu mengikat antibiotik-
antibiotik kelompok penisillin akibatnya penisillin tidak mampu menghambat
proses transpeptidase shingga bakteri bakteri tetap mampu melakukan sintesis
protein (3) gangguan penembusan antibiotik ke PBP semua bakteri termaksud
genus Staphylococcus mempunyai membran plasma dan dinding sel Kebanyakan
zat antibiotik memasuki sel bakteri melalui pori-pori pada membran sel
Konsentrasi antibiotik dalam sel sebanding dengan jumlah pori-pori sel bakteri
Ada bakteri yang resisten terhadap antibiotik dengan mekanisme mengurangi
jumlah pori-pori pada membran sel sehingga jumlah antibiotik yang masuk tidak
cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut (4) pompa efflux bakteri
memproduksi pompa efluks untuk mengeluarkan antibiotik yang sudah terlanjur
masuk sel sebelum antibiotik dapat merusaknya Terdapat pompa khusus untuk
obat tertentu saja dan dan pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik
Pompa yang dapat mengekspor berbagai antibiotik ini dikenal sebagai pompa Multy
Drug Resistance (MDR) dan bakteri yang mempunyai pompa ini resisten terhadap
berbagai antibiotik Pompa-pompa ini mungkain telah berevolusi dari fungsi aslinya
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
yaitu mengekspor substansi kimia toksin yang dijumpai bakteri di alam (Katzung
2009 dan Freeman-cook 2006)
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
51 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa
1 Ekstrak rimpang kunyit dengan metode ekstraksi cara dengan maserasi dan
infusa rimpang kunyit yang dilakukan pada penelitian ini belum mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis yang telah diuji dengan menggunakan metode
disk sumuran dan permukaan (Spread plate) atau waktu kontak
2 Variasi konsentrasi daya hambat maserasi rimpang kunyit dengan
konsentrasi 5 10 25 dan 50 vv dan infusa rimpang kunyit dengan
konsentrasi 25 59 75 dan 100 bv tidak mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
epidermidis
52 Saran
Penelitian daya hambat ekstrak rimpang kunyit terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis telah dilakukan
sehingga disarankan agar
1 Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya hambat ekstrak
rimpang kunyit terhadap bakteri Gram-positif maupun Gram-negatif yang
lain
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
2 Dapat dilakukan metode ekstraksi rimpang kunyit yang lain seperti refluks
digesti perkolasi dan lain-lain untuk mendapatkan zat aktif secara murni
sehingga mampu menghambat pertumbuhan S aureus dan S epidermidis
3 Selanjutnya perlu dilakukan uji kualitatif tarhadap kandungan rimpang
kunyit terlebih dahulu agar dapat diketahui kandungan senyawa antimikroba
yang terkandung didalam rimpang kunyit
4 Dapat dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan bakteri Saureus dan
Sepidermidis dengan bahan alam lain yang memiliki senyawa antibakteri
yang tinggi
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
DAFTAR PUSTAKA
Agus Syahrurachman dkk 1994 Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi
Jakarta Bina Rupa Aksara
Aniszewki T 2007 Alkaloid Secrets of Life AmsterdamElsevier pp 18
Brooks G F dkk 2005 Medical Microbiology New York Mc Graw Hill
Budiono Santoso dkk 1993 Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan
Pengujian Klinik Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam
Jakarta Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica 19-21
Cowan MM(1999) Plant Productas Antimicrobial Agents Oxford M331
Cut Marnaini (2013) Uji Efektivitas Ekstrak Kunyit Sebagai Antibakteri
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus Sp Dan Shigella Dysentriae
Secara In Vitro
Ditjen POM Depkes RI 2000 Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta9-1116
Fardiaz 1988 Mikrobiologi Pangan I Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Farrell KT 1990 Spices Condiments and Seasonings Edisi Kedua Editor Van
Vostrand Reinhold New York
Frazier WC and DC Westhoff 1979 Food Microbiology Third Edition Mc
Graw Hill Book Co Inc New Delhi
Greenwood Norman N Earnshaw Alan 1997 Chemistry of the Elements 2
Hapsoh Rahmawati 2008 Modul Agronomi Budidaya Tanaman Obat-Obatan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Harborne JB (1987) Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa
TumbuhanTerjemahan K Padmawinata Edisi II Bandung ITB Press
Halaman 152
Hargono D Winarso MW Dan Werawati A (2000) Pengaruh Perasan Daun
Ngokilo (Gynura Procumbens Lour Merr) Terhadap Aktivitas Sistem Imun
Mencit Putih Cermin Dunia Kedokteran 127 22-29
Heinrich M Barnes J Gibbons S Williamson E (2009) Farmakognosi Dan
Fitoterapi Jakarta Penerbit Buku Kedokteran Hal 85 105
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Hidayati E Juli N Marwani E (2002) Isolasi Enterobacteriaceae Patogen Dari
Makanan Berbumbu Dan Tidak Berbumbu Kunyit (Curcuma Longa L)
Serta Uji Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Longa L)
Terhadappertumbuhan Bakteri Yang Diisolasi Departemen Biologi F
MIPA ITB Bandung
Hugo WB and AD Russel(1981) Pharmaceutical Microbiology
BlackwellScientific PublicationOxford
Huhtanen CN 1980 ldquoInhibition of Clostridium botulinum by spice extracts and
aliphatic alcoholsrdquoJournal Of Food Protect 43(3) 195
Jacob MB 1944 The chemistry and technology of food and food products Vo 1
New York
Jawetz E J Melnick Et Al 2005 Jakarta EGC Mikrobiologi Kedokteran
Katzung B Masters S and Trevor A 2009 Basicamp Clinical Pharmacology New
York McGraw-Hill Medical
Kedokteran 107 118 201-207 295 Jakarta Buku Kedokteran EGC
Kerlinger F N dan Lee H B (2000) Foundation of Behavioral Research (Fourth
Edition) USA Holt Reinnar amp Winston Inc
Krishnamurthy N A G Matthew E S Nambudiri S Shivashankar Y S Lewis
and C P Naratajan 1976 Oil and oleoresin of turmeric Trop Sci 18(1)
37-45
Muhlisah F 2005 Tanaman Obat Keluarga Penebar Swadaya Jakarta
Murine Septic Arthritis Infect and Immun67(3)1045-1049
Nilsson AH O Hartford T Foster and A Tarkawski 1999 Alpha toxin and
Gamma toxin Jointly Promote Staphylococcus aureus Virulensice in
Nugroho Tristyanto (2011) Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Nugroho NA (1997) Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit Yogyakarta
Penerbit Trubus Agriwidya Hal 6-7
Pelczar M J D Reid dan E C S Chan 1977 Microbiology 4th Edition
McGraw-Hill Book Co London
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Pelczar MJ RD Reid 1972 ldquoMicrobiologyrdquo Mc Graw Hill Book Company
New York
Pratiwi ST (2008) Mikrobiologi FarmasiYogyakarta Penerbit Erlangga
Halaman176
Prawiro 1977 Tanaman Kunyit Yogyakarta
Purseglove JW E B Brown C L green and S R J Robbins 1981 Spices Vol I
Longman London and New York P 229 ndash 285
Radji M 2011 Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi
Rismunandar 1993 Lada Budidaya dan Tataniaganya Penebar SwadayaJakarta
Robinson T1991 Kandungan Organiktumbuhan Tinggi Edisi Ke6ABKosasih
Padmawinata Penerbit ITB Bandung
Rosenbach ME E Orlans N Butters 1974 immunoglobulin classes in the Henrsquos
Egg their segregation in yolk and white Eur J Immunol4 521-523
Rukmana HR 1994 Kunyit Jakarta Penerbit Kanisius
Rukmana R 2004 Temu-temuan Apotik Hidup di Perkarangan Kanisius
Yogyakarta
Sastroamidjojo S 1988 Obat Asli Indonesia Dian Rakyat Jakarta
Sinaga MS 2006 Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan Penebar Swadaya
Jakarta
Siti Nur (2012) Aktifitas antibakteri Ekstrak Etanol daun belimbing Wulung
(Averrhoa Bilimbi L) Terhadap Staphylococcus aereus dan Staphylococcus
epidermidis
Srinivasan KR 1953 a Chromatographi of the curcuminiod in Curcuma longa J
Pharm pharmacol
Sudarsono Agus P Didik G Dkk 1996 Tumbuhan Obat Yogyakarta UGM
Sundari D P Kosasih Dan K Ruslan 1996 Analisis Fitokimia Ekstrak Etanol
Daging Buah Pare (Momordica Charantia L) [Tesis] Jurusan Farmasi
Suwanto 1983 Kandungan dalam Rimpang Kunyit Penebar Swadaya Jakarta
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Tarwiyah Kemal 2001Minyak KelapaDewan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Industri Sumatera Barat http warintek ristek go id Diakses tanggal 05
Juli 2016
Thomas ANS (1989) Tanaman Obat Tradisional KanisiusYogyakarta
Tolan RW 2008 Pseudomonas aeruginosa infection Avalaible online
athttpwwwemedicinecompedtopic2704htm
Tolan RW 2011 Taenia Infection Available from [Accessed 30 April 2011]
httpemedicinemedscapecomarticle999727-overviewa0104
Trachtman H 2007 Bacteria and Foodborne Illness Available from (Accessed 2
April 2011)
Tuasikal Muh (2016) Daya hambat ekstrak daging buah pala terhadap jamur
penyebab sariawan secara in vitro Universitas Muhammadiyah Semarang
TurnidgeJ RaoN ChangFY Fowler JrVG KellieSM ArnoldS LeeBY
(2008) bdquoStaphylococcus aureusrsquo 6
httpwwwantimicrobeorgsample_staphylococcusasp [accessed June
2012]
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pembuatan larutan kerja dan media pertumbuhan bakteri
a Pembuatan larutan NaCl fisoalogis 09
Sebanyak 9 gr NaCl ditimbang lalu dilarutkan dalam 1 liter akuades
steril Selanjutnya larutan dihomogenkan dan ditutup dengan kapas dan
aluminium foil dan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ordmC tekanan 2
bar selama 15 menit
b Pembuatan standar Mac Farland 05
Sebanyak 05 ml larutan barium klorida 0048 M (BaCl2 2H2O 1175
) dicampurkan dengan 95 ml larutan asam sulfat 018 M (H2SO4 1 bv)
dalam labu takar dan dihomogenkan Suspensi ini digunakan sebagai larutan
standar pembanding kekeruhan suspensi bakteri uji
c Pembuatan media MHA (Manitol Salt Agar)
Sebanyak 38 gram serbuk MHA ditimbang lalu dilarutkan dalam 1
liter akuades steril Selanjutnya larutan tersebut dilarutkan dengan
menggunakan merebus sampai larut Kemudian di sterilisasi dengan
autoklaf dengan suhu 121 ordmC selama 10 ndash 15 menit Kemudian dipadatkan
pada cawing petri steril dengan ketebalan 06 ml
d Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara maserasi
Sebanyak 50 25 10 dan 5 gram serbuk kunyit dilarutkan kedalam
masing-masing 100 ml etanol 96 selama 3 hari Kemudian larutan tersebut
Dievaporasi pada temperatur 50-60 ordmC larutan uji siap digunakan
e Pembuatan ekstrak kunyit dengan cara infusum
Sebanyak 100 75 50 dan 25 gram kunyit dilarutkan kedalam 100
ml akuades steril (kecuali 100 gram) Kemudian larutan tersebut di
panaskan pada water bath sampai suhu 90 ordmC Selanjutnya infusa tersebut di
saring sampai mendapatkan cairan infusa tersebut larutan uji siap
digunakan
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Lampiran 2 Pembuatan paper disk blank suspensi bakteri media uji dan
pewarnaan Gram
a Pembuatan paper disk
Larutan uji (ekstrak kunyit dengan cara marerasi dan infusum) di
pipet sebanyak 10 microl ke dalam paper disk blank Kemudian di simpan di
oven selama 20 ndash 30 menit dengan suhu plusmn 30 ordmC dilakukan prosedur yang
sama sampai volume dalam paper disk sebanyak 50 microl
b Pembuatan suspensi bakteri
Diambil sebanyak 1-2 ose koloni bakteri Kemudian dimasukan
kedalam tabung yang berisi NaCl 09 Dihomogenkan dan dibandingkan
dengan standar Mac Farland
c Pembuatan media uji
Diambil media MHA yang sudah padat kemudian dipipet suspensi
bakteri sebanyak 100 microl selanjutnya di ratakan dan didiamkan selama 15
menit Setelah itu media yang berisi suspensi bakteri di simpan dalam
inkobator pada suhu 37 ordmC selama 1x24 jam
d Prosedur pewarnaan Gram
Disiapkan preparat sampel dalam bentuk suspensi diatas kaca objek
dan dikeringkan dengan mengangin-anginkan Setelah itu lalukan di atas api
sebanyak 3x Ditetesi preparat tersebut dengan zat warna Karbol Gentian
Violet Didiamkan selama 30 detik dibuang zat warna berlebih
Ditambahkan zat pematek Lugol (Iodium Kalium Iodium Aquades = 1
2 300) selama 30 detik Kemudian dicuci dengan air dibilas preparat
dengan alkohol 96 selama 2 detik hingga zat warna larut kemudian dibilas
dengan akuades ditetesi preparat dengan pewarna safranin Didiamkan
selama 30 detik Buang kelebihan zat warna Bilas dengan akuades
Dikeringkan preparat
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Lampiran 3 Skema pembuatan isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Strain murni dari media BHI
inokolasi pada media MSA
Gambar 1 Bagan Skema Pembuatan Isolat bakteri Saureus dan Sepidermidis
Mengamati makroskopis pada
media MSA
Warna abu-abu
Bentuk Bulat
Konsistensi Smoot
Elevasi Cembung
Mengamati mikroskopis
Pewarnaan Gram
Gram positif warna ungu
Gram negatif warna merah
Mengamati warna media MSA
Warna kuning Saureus
Warna pink Sepidermidis
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Lampian 4 Dokumentasi penelitian
Gambar 2 koloni Saureus (AU) dan
Sepidermidis (EPI) pada media MSA
Gambar 2 Pewarnaa Gram
Gambar 3 Ekstrak maserasi kunyit
konsentrasi 5 10 25 dan 50
Gambar 3 Ekstrak infusum maserasi
kunyit konsentrasi 25 50 75 dan 100
Gambar 4 Larutan uji dengan berbagai metode ekstraksi ( maserasi
perasan lansung infusum dan serat halus kunyit
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Gambar 5 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri Saureus
Gambar 6 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
paper disk konsentrasi 100 75 50 dan 25 terhadap bakteri
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara maserasi kunyit
dengan sumuran konsentrasi 50 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
100 25 100 25
Gambar 7 Hasil uji daya hambat ekstraksi cara infusum kunyit dengan
sumuran konsentrasi 100 dan 25 terhadap bakteri Saurues dan
Sepidermidis
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Gambar 8 Suspensi Sauareus dan Sepidermidis pengenceran 107
dan Infusa kunyit konsentrasi 100 dengan waktu kontak 30
Menit
Gambar 9 Hasil uji daya kontak terdapat pertumbuhan Saureus
dan Sepidermidis setelah dikontakkan 30 menit pada konsentrasi
100 yaitu 10x107 Cfuml
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
100
100
Gambar 9 Hasil uji serat halus dan serat infusum kunyit konsentrasi
100 terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 9 Hasil uji kontrol positif (kloramfenikol) terhadap
pertumbuhan Saureus (24 mm) dan Sepidermidis (29)
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Gambar 9 Hasil uji ekstrak buah pala konsentrasi 25 dan 35
terhadap pertumbuhan Saureus dan Sepidermidis
Gambar 10 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) terhadap pertumbuhan
Saureus dan Sepidermidis
S aureus S epidermidis
AMP
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Lampiran 5 Hasil zona hambat ekstraksi kunyit cara maserasi dan infusum
metode disk diffution san sumuran
Tabel 1 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode maserasi
Bakteri
Zona Hambat Ekstrak Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 42 hasil zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disc Sumuran Kontrol
5 10 25 50 5 10 25 50 (-) (+)
S aureus - - - - - - - - - 24
S epidermidis - - - - - - - - - 29
Tabel 43 hasil uji zona hambat ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Zona Hambat Infusum Kunyit (mm)
Paper disk (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 44 Hasil uji spread plate dengan ekstrak kunyit metode Infusun
Bakteri
Hambat Infusum Kunyit (100)
Waktu kontak (30 menit) Kontrol
S aureus Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
S epidermidis Koloni tak terhitung Koloni tak terhitung
Tabel 45 Hasil uji zona hambat dengan serat halus kunyit
Bakteri
Zona Hambat Serat Kunyit (mm)
Sumuran (100) Kontrol
S aureus - - 24
S epidermidis - - 29
Tabel 46 Hasil uji kontrol positif (ampisilin) dan kontrol negatif akuades steril
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Ampisilin Akuades Steril
S aureus - -
S epidermidis - -
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
Tabel 47 Hasil uji kontrol positif (Kloramfenikol) dan kontrol negatif (akuades
steril)
Bakteri
Zona Hambat Kontrol (mm)
Kloramfenikol Akuades Steril
S aureus 24 -
S epidermidis 29 -
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A DATA PRIBADI
Nama Lengkap Abdullatif
Jenis Kelamin Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir Dompu 12 Desember 1995
Alamat Dusun Daha Barat RT 005RW 002 Kelurahan
Daha Kecamatan Hu‟u Kabupaten Dompu Provinsi
Nusa Tenggara Barat
B RIWAYAT PENDIDIKAN
1 Tahun 2001 ndash 2007 SDN 1 Hu‟u Dompu NTB
2 Tahun 2007 ndash 2009 SLTP Negeri1 Hu‟u Dompu NTB
3 Tahun 2009 ndash 2012 SLTA Negeri 1 Hu‟u Dompu NTB
4 Tahun 2009 ndash 2012 DIII Analis Kesehatan STIKes Mega Rezky Makassar
5 Tahun 2015 ndash 2016 DIV Analis Kesehatan UNIMUS
httplibunimusacid