Upload
aldika-wajburni
View
216
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
delirium
Citation preview
Delirium
Istilah delirium berasal dari bahasa latin de, yang berarti “dari” atau “diluar” dan lira,
yang berarti “celah” atau “jalur”. Usia tersebut merujuk pada kondisi keluar jalur atau
menyimpang dari kondisi normal. Pasien kadang secara cukup mendadak mengalami kesulitan
besar untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian serta tidak mampu mempertahankan alur
pikiran yang runut dan terarah. Pada tahap awal delirium orang tersebut biasanya sering gelisah,
terutama pada malam hari. Siklus tidur dan terjaga mengalami gangguan sehingga penderita
tersebut mengantuk di siang hari dan terjaga dimalam hari.
Pasien yang mengalami delirium tidak mungkin dapat terlibat dalam percakapan karena
perhatian mereka yang tidak terfokus pada satu hal dan pikirannya yang terpecah-pecah. Pada
delirium parah, bicaranya menjadi tidak karuan dan tidk runut, gelisah dan bingung, beberapa
induvidu yang mengalami delirium dapat mengalami disorientasi waktu tempat dan keadaan diri
yaitu mereka tidak mengetahui dengan pasti hari apakah sekarang, dimana mereka berada, atau
bahkan siapa diri mereka. Mereka sering kali sangat tidak dapat memusatkan perhatian sehingga
tidak dapat terlibat dalam percakapan. Kelemahan memori, utamanya mengenai berbagai
peristiwa yang belum lama berselang, umum dialami. Meskipun demikian dalam satu periode
dalam 24 jam orang –orang yang mengalami delirium dapat mengalami masa interval dimana
yang bersangkutan dalam kondisi waras dan menjadi sadar serta runut. Fluktuasi harian tersebut
membantu membedakan delirium dengan sindrom lain terutama penyakit Alzheimer.
Penyebab Delirium
Penyebab delirium pada orang lanjut usia dapat dibagi dalam beberapa kelompok umur:
intoksikasi obat dan putus obat, ketidak seimbangan metabolism dan nutrisi seperti pada diabetes
yang tak terkendali dan disfungsi thyroid. Infeksi atau demam, gangguan neurologis, stress
karena perubahan sekeliling orang yang bersangkutan. Delirium juga dapat disebabkan setelah
menjalani operasi besar, yang paling sering adalah operasi tulang pinggul, selama masa putus
zat-zat psikoaktif dan setelah terjadi trauma kepala dan kejang-kejang. Penyakit fisik umum yang
menyebabkan delirium dalam kelompok umur ini mencakup gagal jantung karena penyumbatan,
pneumonia, infeksi saluran urin, kanker, gagal ginjal/hati, malnutrisi, dan kecelakaan
cerebrovaskuler atau stroke.
Meskipun biasanya delirium berkembang dengan cepat (dalam beberapa jam atau hari)
cara terjadinya yang pasti tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Delirium yang
diakibatkan oleh reaksi toksik atau goncangan terjadi secara tiba-tiba, bila infeksi atau gangguan
metabolic yang menyebabkan delirium, terjadinya symptom-simpton yang sedikit lebih bertahap.
(Psikologi Abnormal Ed 9; 753 & 755)
Patofisiologi delirium
Banyak kondisi sistemik dan obat bisa menyebabkan delirium, contoh antikolinergika,
psikotropika, dan opioida. Mekanisma tidak jelas, tetapi mungkin terkait dengan gangguan
reversibilitas dan metabolisma oxidatif otak, abnormalitas neurotransmiter multipel, dan
pembentukan sitokines (cytokines). Stress dari penyebab apapun bisa meningkatkan kerja saraf
simpatikus sehingga mengganggu fungsi kolinergik dan menyebabkan delirium. Usia lanjut
memang dasarnya rentan terhadap penurunan transmisi kolinergik sehingga lebih mudah terjadi
delirium. Apapun sebabnya, yang jelas hemisfer otak dan mekanisma siaga (arousal
mechanism)dari talamus dan sistem aktivasi retikular batang otak jadi terganggu.
Terdapat faktor predisposisi gangguan otak organik: seperti demensia, stroke. Penyakit
parkinson, umur lanjut, gangguan sensorik, dan gangguan multipel. Faktor presipitasi termasuk
penggunaan obat baru lebih dan 3 macam, infeksi, dehidrasi, imobilisasi, malagizi, dan
pemakaian kateter buli-buli. Penggunaan anestesia juga meningkatkan resiko delirium, terutama
pada pembedahan yang lama. Demikian pula pasien lanjut usia yang dirawatdi bagian ICU
beresiko lebih tinggi.