Refrat Delirium

  • Upload
    ncek88

  • View
    231

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    1/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    BAB I.

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar belakang

    Gangguan kognitif pada pasien akan mempengaruhi kemampuan

    berpikir rasional seseorang. Respon kognitif yang ditimbulkan berbeda,

    tergantung pada bagian yang mengalami gangguan. Perubahan dalam

    perilaku juga akan terjadi.

    Pada kasus delirium akan terjadi gangguan pada proses

    berpikir,sedangkan pada demensia akan mengalami respon kognitif yang

    mal-adaptif.Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien

    perlu dikaji lebih lanjut tentang Gangguan kognitif dan mental organic pada

    pasien.

    Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran

    secara umum tentang informasi penting pasien dengan gangguan kognitif,

    sehingga dapat membantu para praktisi medis dalam penatalaksanaan

    penyakit gangguan kognitif yang diaplikasikan dalam hal :- Pengkajian

    - Penegakan diagnosa

    - Intervensi

    - Implementasi

    - Evaluasi.

    Pemberian informasi yang maksimal dapat membantu pasien untuk

    menghadapi masalahnya dan meminimalkan resiko yang akan terjadi.

    1Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    2/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    GANGGUAN KOGNITIF DAN MENTAL ORGANIK

    I. Definisi :

    Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan

    rasional,termasukproses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan

    memperhatikan1)

    Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena

    kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak .

    II. Fungsi Otak :

    1. Lobus Frontalis

    Pada bagian lobus ini berfungsi untuk :

    - Proses belajar

    - Abstraksi

    - Alasan

    2. Lobus Temporal

    Secara umum berfungsi untuk :

    - Diskriminasi bunyi

    - Prilaku verbal

    - Bicara

    3. Lobus Parietal

    Berfungsi untuk :

    - Diskriminasi waktu

    - Fungsi somatik

    - Fungsi motorik

    2Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    3/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    4. Lobus Oksipitalis

    Berfungsi untuk :

    - Diskriminasi visual

    - Diskriminasi beberapa aspek memori

    5. Sisitim Limbik

    Hal ini akan berpengaruh pada fungsi :

    - Perhatian

    - Flight of idea

    - Memori

    - Daya ingat

    Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka seseorang akan

    mengalami gejala yang berbeda, sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu

    :

    1. Gangguan pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sebagai

    berikut :

    - Kemampuan memecahkan masalah berkurang

    - Hilang rasa sosial dan moral

    - Impilsif

    - Regresi

    2. gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sebagai

    berikut:

    - Amnesia

    - Demensia

    3Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    4/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala

    gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi

    4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang

    bervariasi antara lain :

    - Gangguan daya ingat

    - Memori

    - Disorientasi

    RENTANG RESPON KOGNITIF SECARA UMUM :2)

    Respon Adaptif ----------------------------------------- Respon Maladaptif

    ----------------------------------------------------------------------------------

    - Decisiveness - Periodic - - Tidak mampu membuat

    indecisiveness keputusan

    - Memori baik

    - Orientasi penuh -Pelupa - Kerusakan memori

    - Persepsi akurat - Kadang-kadang bingung - Kerusakan penilaian

    - Perhatian terfokus - Ragu - Disorientasi

    - Koheren - Mispersepsi - Mispersepsi

    - Berfikir logis - Pikiran kacau - Perhatian tidak fokus

    - Kadang-kadang - Sulit memberikan alasan

    pikiran tidak yang logis

    jernih

    4Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    5/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    BAB II.

    PENGKAJIAN KHUSUS.

    II. 1 .Definisi

    Gangguan kognitif dapat menyebabkan gangguan perilaku,antara

    lain dapat berupa delirium maupun demensia. Pada kasus refrat ini saya

    akan membahas lebih dalam pada gangguan kognitif yaitu delirium.

    Delirium adalah suatu kondisi yang dikarakterisasi dengan adanya

    perubahan kognitif akut (defisit memori,disorientasi,gangguan berbahasa)

    dan gangguaan pada sistem kesadaran manusia. Delirium bukanlah suatu

    penyakit melainkan suatu sindrom dengan penyebab multipel yang terdiri

    atas berbagai macam pasangan gejala akibat dari suatu penyakit dasar.

    Delirium didefinisikan sebagai disfungsi cerebral yang reversible,akut dan

    bermanifestasi klinis pada abnormalitas neuropsikiatri.

    Delirium sering salah diintrepretasikan dengan

    demensia,depresi,mania, schizophrenia akut, atau akibat usia tua, hal ini

    dapat terjadi karena gejala dan tanda dari delirium juga muncul pada

    demensia,depresi,mania,psikosis dll. Kata delirium berasal dari bahasa

    latin yang artinya lepas jalur. Sindrom ini pernah dilaporkan pada masa

    Hippocrates dan pada tahun 1813 Sutton mendeskripsikan sebagai delirium

    tremens,kemudian Wernicke menyebutnya sebagai Encephalopathy

    Wernicke.3)

    5Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    6/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    II. 2. Patofisiologi

    Berdasarkan pada bangkitan, terdapat 3 tipe delirium.3)

    1. Delirium hiperaktif : didapatkan pada pasien dengan gejala putus

    substansi antara lain; alkohol,amfetamin,lysergic acid diethylamideatau LSD.

    2. Delirium hipoaktif : didapatkan pada pasien pada keadaan hepatic

    encephalopathy dan hipercapnia.

    3. Delirium campuran : pada pasien dengan gangguan tidur, pada siang

    hari mengantuk tapi pada malam hari terjadi agitasi dan gangguan

    sikap.

    Mekanisme penyebab delirium masih belum dipahami secara

    seutuhnya. Delirium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan

    structural dan fisiologik. Neuropatologi dari delirium telah dipelajari pada

    pasien dengan hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan putus

    alcohol. Hipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang

    reversibel dan abnormalitas dari multipel neurotransmiter.3)

    a. Asetilkolin

    data studi mendukung hipotesis bahwa asetilkolin adalah salah

    satu dari neurotransmiter yang penting dari pathogenesis

    terjadinya delirium. Hal yang mendukung teori ini adalah bahwa

    obat antikolinergik diketahui sebagai penyebab keadaan

    bingung,pada pasien dengan transmisi kolinergik yang

    terganggu juga muncul gejala ini. Pada pasien post operatifdelirium serum antikolinergik juga meningkat.

    6Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    7/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    b. Dopamine

    Pada otak,hubungan muncul antara aktivitas kolinergik dan

    dopaminergik. Pada delirium muncul aktivitas berlebih dari

    dopaminergik,pengobatan simptomatis muncul pada pemberian

    obat antipsikosis seperti haloperidol dan obat penghambat

    dopamine.

    c. Neurotransmitter lainnya

    Serotonin ; terdapat peningkatan serotonin pada pasien dengan

    encephalopati hepatikum.

    GABA (Gamma-Aminobutyric acid); pada pasien dengan hepatic

    encephalopati,peningkatan inhibitor GABA juga ditemukan.

    Peningkatan level ammonia terjadi pada pasien hepatic

    encephalopati,yang menyebabkan peningkatan pada asam

    amino glutamat dan glutamine (kedua asam amino ini

    merupakan precursor GABA). Penurunan level GABA pada

    susunan saraf pusat juga ditemukan pada pasien yang

    mengalami gejala putus benzodiazepine dan alkohol.

    d. Mekanisme peradangan/inflamasi

    Studi terkini menyatakan bahwa peran sitokin, seperti

    interleukin-1 dan interleukin-6,dapat menyebabkan delirium.

    Mengikuti setelah terjadinya infeksi yang luas dan paparan

    toksik,bahan pirogen endogen seperti interleukin-1 dilepaskan

    dari sel. Trauma kepala dan iskemia, yang sering dihubungkan

    dengan delirium,terdapat hubungan respon otak yang dimediasi

    oleh interleukin-1 dan interleukin 6.

    7Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    8/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    e. Mekanisme reaksi stress

    Stress psikososial dan gangguan tidur mempermudah terjadinya

    delirium.

    f. Mekanisme struktural

    Pada pembelajaran terhadap MRI terdapat data yang

    mendukung hipotesis bahwa jalur anatomi tertentu memainkan

    peranan yang lebih penting daripada anatomi yang lainnya.

    Formatio reticularis dan jalurnya memainkan peranan penting

    dari bangkitan delirium.Jalur tegmentum dorsal diproyeksikan

    dari formation retikularis mesensephalon ke tectum dan

    thalamus adalah struktur yang terlibat pada delirium.

    Kerusakan pada sawar darah otak juga dapat menyebabkan

    delirium,mekanismenya karena dapat menyebabkan agen neuro

    toksik dan sel-sel peradangan (sitokin) untuk menembus otak.

    II. 3. DIAGNOSTIK

    Kriteria diagnostik untuk delirium :4)

    a. Gangguan kesadaranPenurunan kesadaran terhadap lingkungan sekitar ,dengan

    penurunan kemampuan untuk fokus,mempertahankan atau

    mengganti perhatian.

    b. Perubahan kognitif ( defisit memori, disorientasi, gangguan

    berbahasa )

    c. Gangguan perkembangan dalam periode waktu yang singkat

    d. Bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau pemeriksaanlaboratorium yang mengindikasikan bahwa gangguan disebabkan

    8Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    9/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    oleh konsekuensi fisiologik langsung atau akibat kondisi medis yang

    umum.

    II. 4. Onset/ level fluktuasi dari kesadaranDelirium ditandai dari perubahan mental akut dari pasien,perubahan

    fluktuatif pada kognitif termasuk memori,berbahasa dan organisasi.4)

    A. Gangguan atensi

    Pasien dengan delirium mengalami kesulitan untuk

    memperhatikan. Mereka mudah melupakan instruksi dan

    mungkin dapat menanyakan instruksi dan pertanyaan untuk

    diulang berkali-kali. Metode untuk mengidentifikasi gangguanatensi yaitu dengan menyuruh pasien menghitung angka terbalik

    dari 100 dengan kelipatan 7.

    B. Gangguan memori dan disorientasi

    Defisit memori, hal yang sering jelas terlihat pada pasien

    delirium. Disorientasi waktu,tempat dan situasi juga sering

    didapatkan pada delirium.

    C. AgitasiPasien dengan delirium dapat menjadi agitasi sebagai akibat dari

    disorientasi dan kebingungan yang mereka alami. Sebagai

    contoh; pasien yang disorientasi menggangap mereka dirumah

    meskipun ada dirumah sakit,sehingga staff rumah sakit dianggap

    sebagai orang asing yang menerobos kerumahnya.

    D. Apatis dan menarik diri terhadap sekitar/withdrawal.

    Pasien dengan delirium dapat menampilkan apatis danwithdrawal. Mereka dapat terlihat depresi,penurunan nafsu

    makan,penurunan motivasi dan gangguan pola tidur.

    9Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    10/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    E. Gangguan tidur.

    Pada pasien delirium sering tidur pada waktu siang hari tapi

    bangun pada waktu malam hari. Pola ini digabungkan dengan

    disorientasi,kebingungan dapat menimbulkan situasi yang

    berbahaya pada pasien yang resikonya dapat jatuh dari tempat

    tidur,menarik kateter atau iv dan pipa nasogastric.

    F. Emosi yang labil

    Delirium dapat menyebabkan emosi pasien yang labil seperti

    gelisah,sedih,menangis dan kadang kadang gembira yang

    berlebih. Emosi ini dapat muncul bersamaan ketika seseorang

    mengalami delirium.

    G. Gangguan persepsi

    Terjadi halusinasi visual dan auditori

    H. Tanda tanda neurologis

    Pada delirium dapat muncul tanda neurologis antara lain : tremor

    gait, asterixis mioklonus,paratonia dari otot terutama leher,sulit

    untuk menulis dan membaca dan gangguan visual.

    II. 5. Gejala delirium

    Gejala-gejala utama dari delirium :4)

    Kesadaran yang terganggu

    Kesulitan untuk mempertahankan atau mengubah perhatian

    Disorientasi

    Ilusi

    Halusinasi

    Kesadaran yang berubah fluktuasi

    10Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    11/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    Gejala gejala neurogikal:

    Disfasia

    Disarthria

    Tremor Asterixis pada encephalopati hepatikum dan uremia

    Abnormalitas pada motorik

    II. 6. Perbedaan antara delirium dan demensia.2)

    Delirium Demensia

    Onset Biasanya tiba-tiba Biasanya perlahan

    Lama Biasanya singkat/ < 1 bulan biasanya lama dan

    progressif.

    Paling banyak dijumpai

    pada usia > 65 th.

    Stressor Racun, infeksi, trauma,

    Hipertermia

    Hipertensi, hipotensi,

    anemia. Racun, defisit

    vitamin, tumor atropi

    jaringan otakPerilaku Fluktuasi tingkat kesadaran

    - Disorientasi

    - Gelisah

    - Agitasi

    - Ilusi

    - Halusinasi

    - Pikiran tidak teratur

    -Gangguan penilaian dan

    Hilang daya ingat

    - Kerusakan penilaian

    - Perhatian menurun

    - Perilaku sosial tidak sesuai

    - Afek labil

    - Gelisah

    - Agitasi

    11Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    12/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    pengambilan keputusan

    - Afek labil

    DELIRIUM MNEMONICS (suatu rangkaian kata yang dapat dipakai untuk

    membedakan diagnosis delirium):4)

    I WATCH DEATH

    Infection : HIV,sepsis,pneumonia

    Withdrawal : alcohol, barbiturate, hipnotik-sedatif

    Acute metabolic : asidosis,alkalosis,gangguan elektrolit, ga-

    Gal hepar, gagal ginjal

    Trauma : luka kepala tertutup,heat stroke,postoperative,

    Subdural hematoma,abses et causa terbakar

    CNS patologis : infeksi,stroke,tumor, metastasis,vaskulitis,

    Encephalitis, meningitis,sifilis

    Hipoksia : anemia,keracunan gas CO, hipotensi, gagal

    pulmoner atau gagal jantung.

    Defisiensi : vitamin B12, folat, niacin, thiamine

    Endorinopati : hiper/hipoadenokortism,hiper/hipoglikemi,mix-

    Udem, hiperparatiroidism.

    Acute vaskuler : hipertensif encephalopati,stroke,arrhythmia,

    Shock

    Toxin atau obat : obat yang diresepkan,pestisida,pelarut ber-

    Bahaya

    Heavy metals : mangan,air raksa,timah hitam

    II. 7.faktor resiko delirium.

    Faktor resiko delirium dapat dibagi menjadi 2 yaitu:5)

    12Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    13/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    Pasien dengan karakteristik

    Pasien dengan kondisi medis

    Pasien dengan kharakteristik antara lain :Orang tua yang masuk rumah sakit

    Sakit stadium terminal

    Anak kecil

    Gangguan tidur

    Pasien dengan pengobatan multi drugs

    Gangguan sensori (pendengaran atau visual)

    Pasien dengan kondisi medis antara lain :

    Demensia

    Status postoperasi (jantung,transplantasi,panggul)

    Luka bakar

    Gejala putus terhadap alcohol maupun obat

    Malnutrisi

    Penyakit hati kronisPasien dengan hemodialisis

    Penyakit Parkinson

    Infeksi HIV

    Status post stroke

    II. 8. Penyebab /etiologi delirium

    13Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    14/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    hampir semua penyakit medis,intoksikasi atau medikasi dapat

    menyebabkan delirium. Seringkali delirium merupakan multifaktorial dalam

    etiologinya. Dibawah ini merupakan multifaktorial etiologi :6)

    Penyebab reversible antara lain :1. Hipoksia

    2. Hipoglikemia

    3. Hipertermia

    4. Antikolinergik delirium

    5. Putus alcohol atau sedative

    Perubahan structural :

    1. Trauma tertutup kepala atau perdarahan cerebral

    2. Kecelakaan cerebrovaskular antara lain : infark cerebri,perdarahan

    subarachnoid,hipertensif encephalopathy

    3. Tumor kepala primer maupun metastase

    4. Abses otak

    Akibat metabolic

    1. Gangguan air dan elektrolit, gangguan asam basa,hipoksia

    2. Hipoglikemia

    3. Gagal ginjal atau gagal hati

    4. Defisiensi vitamin terutama Thiamine dan cyanocobalamin

    5. Endokrinopati terutama berhubungan dengan tiroid dan paratiroid

    Keadaan hipoperfusi :

    1. Shock

    2. CHF (Congestif heart failure)

    3. Cardiac aritmia

    4. Anemia

    Infeksi :

    14Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    15/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    1. Infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis

    2. Ensephalitis

    3. Infeksi otak yang berhubungan dengan HIV

    4. Septicemia

    5. Pneumonia

    6. URTI (urinaria tractus infection )

    Toksik :8)

    1. Intoksikasi substansi illegal : alkohol,heroin,ganja,LSD

    2. Delirium yang dipicu oleh obat antara lain :

    Antikolinergik(Benadryl,tricyclic antidepressant)

    Narkotik (meperidine)

    Hipnotik sedative (benzodiazepine)

    Histamine-2 bloker (cimetidine)

    Kortikosteroid

    Antihipertensif ( methyldopa,reserpine)

    Antiparkinson (levodopa)

    Penyebab lainnya :

    1. Lingkungan yang tidak nyaman bagi pasien demensia menjadipencetus delirium

    2. Retensio urin, gangguan tidur, perubahan lingkungan

    II. 9. Tata laksana.6)

    15Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    16/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    Pengobatan terutama pada pasien delirium adalah untuk

    mengkoreksi kondisi medis yang menyebabkan gangguan-gangguan utama.

    Langkah pertama pada tata laksana pasien dengan delirium adalah

    melakukan pemeriksaan yang hati hati terhadap riwayat

    penderita,pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Informasi dari

    pasien tentang riwayat pasien terdahulu maupun status penderita sekarang

    sangat membantu para praktisi medis untuk melakukan tata laksana yang

    baik untuk mengobati delirium.

    Anamnesa terbaik dari pasien delirium dapat menyingkirkan

    differensial diagnose lain terutama hasil laboratorium juga dapat

    memperjelas etiologi dari delirium.

    Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain :6)

    1. Darah rutin ; untuk mendiagnosa infeksi dan anemia

    2. Elektrolit ; untuk mendiagnosa low atau high elektrolit level

    3. Glukosa ; untuk mendiagnosa hipoglikemi,ketoasidosis diabetikum,

    atau keadaan hiperosmolar non ketotic

    4. Test hati dan ginjal ; untuk mendiagnosa gagal ginjal atau hati

    5. Analisis urine ; untuk mendiagnosa URTI

    6. Test penggunaan pada urin dan darah

    7. HIV test

    8. Thiamine dan vit B12 level

    9. Sedimentasi urine

    10.test fungsi tiroid

    Test neuroimaging :9)

    1. CT Scan kepala

    16Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    17/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    2. MRI berfungsi untuk mendiagnosa dari stroke,perdarahan, dan lesi

    structural

    Pemeriksaan elektrofisiologi:9)

    1. Pada delirium,umumnya perlambatan pada ritme dominan posterior

    dan peningkatan aktifitas gelombang lambat pada hasil pencatatan

    EEG.

    2. Pada delirium akibat putus obat/alcohol, didapatkan peningkatan

    aktifitas gelombang cepat pada pencatatan.

    3. Pada pasien dengan hepatic encephalopati, didapatkan peningkatan

    gelombang difuse.

    4. Pada toksisitas atau gangguan metabolik didapatkan pola gelombang

    triphasic, pada epilepsy didapatkan gelombang continuous discharge,

    pada lesi fokal didapatkan gelombang delta.

    Foto radiologi dada :9)

    Digunakan untuk melihat apakah terdapat pneumonia atau CHF ( congestive

    heart failure).

    Test lainnya antara lain :10)

    1. Pungksi lumbal, dilakukan apabila curiga terdapat infeksi susunan

    saraf pusat

    2. Pulse oximetry, dilakukan untuk mendiagnosa hipoksia sebagai

    penyebab delirium

    3. ECG ( elektrokardiogram) dilakukan untuk mendiagnosa iskemia dan

    arrhythmia sebagai penyebab delirium.

    II. 10. Terapi medis5)

    17Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    18/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    Prinsip terapi pada pasien dengan delirium yaitu mengobati gejala

    gejala klinis yang timbul (medikasi) dan melakukan intervensi personal dan

    lingkungan terhadap pasien agar timbul fungsi kognitif yang optimal.

    Medikasi yang dapat diberikan antara lain :

    1. Neuroleptik (haloperidol,risperidone,olanzapine)

    Haloperidol (haldol)

    Suatu antipsikosis dengan potensi tinggi. Salah satu antipsikosis efektif

    untuk delirium.

    DOSIS :

    Dewasa : gejala ringan ; 0,5-2 mg per oral

    Gejala berat ; 3-5 mg per oral

    Geriatric ; 0,5- 2 mg per oral

    Anak : 3-12 tahun ; 0,05mg/kg bb/hari

    6-12 tahun ; 0,15mg/kg bb/hari

    Risperidone (risperdal)

    Antipsikotik golongan terbaru dengan efek ekstrapiramidal lebih sedikit

    dibandingkan dengan haldol. Mengikat reseptor dopamineD2 dengan

    afinitas 20 kali lebih rendah daripada 5-ht2-reseptor.

    DOSIS :

    Dewasa : 0,5-2 mg per oral

    Geriatric ; 0,5 mg per oral

    2. Short acting sedative ( lorazepam )

    Digunakan untuk delirium yang diakibatkan oleh gejala putus obat atau

    alcohol. Tidak digunakan benzodiazepine karena dapat mendepresi

    18Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    19/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    nafas, terutama pada pasien dengan usia tua,pasien dengan masalah

    paru.

    DOSIS :

    Dewasa : 0,5-2 mg per oral/iv/im

    3. Vitamin ,thiamine(thiamilate) dan cyanocobalamine

    (nascobal,cyomin,crystamine).11)

    Seperti telah diungkapkan diatas bahwa defisiensi vitamin b6 dan

    vitamin b12 dapat menyebabkan delirium maka untuk mencegahnya

    maka diberikan preparat vitamin b per oral.

    DOSIS :

    Dewasa : 100 mg per iv (thiamilate)

    100 mcg per oral/hari (nascobal,cyomin,crystamine)

    Anak : 50 mg per iv (thiamilate)

    10-50 mcg per im/hari (nascobal,cyomin,crystamine)

    4. Terapi cairan dan nutrisi.

    Intervensi personal dan lingkungan terhadap pasien delirium juga

    sangat berguna untuk membina hubungan yang erat terhadap pasien

    dengan lingkungan sekitar untuk dapat berinteraksi serta dapat

    mempermudah pasien untuk melakukan ADL (activity of daily living)

    sendirinya tanpa tergantung orang lain.12)

    Intervensi personal yang dapat dilakukan antara lain :13)

    19Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    20/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    a. Kebutuhan Fisiologis

    - Prioritas : menjaga keselamatan hidup

    - Kebutuhan dasar dengan mengutamakan nutrisi dan cairan

    - Jika pasien sangat gelisah perlu :

    Pengikatan untuk menjaga therapi, tapi sedapat mungkin harus

    dipertimbangkan dan jangan ditinggal sendiri

    - Gangguan tidur :

    * Kolaborasi pemberian obat tidur

    Gosok punggung apabila pasien mengalami sulit tidur

    Beri susu hangat

    Berbicara lembut

    Libatkan keluarga

    Temani menjelang tidur

    Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur

    Hindari tidur diluar jam tidur

    Mandi sore dengan air hanngat

    Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll

    Lakukan methode relaksasi seperti : napas dalam

    - Disorientasi :

    Ruangan yang terang

    Buat jam, kalender dalam ruangan

    Lakukan kunjungan sesering mungkin Orientasikan pada situasi linkumngan

    Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar

    20Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    21/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    Orientasikan pasien pada barang milik pribadinya ( kamar, tempat tidur,

    lemari, photo keluarga, pakaian, sandal ,dll)

    Tempatkan alat-alat yang membantu orientasi massa

    Ikutkan dalam terapi aktifitas kelompok dengan program orientasi

    (orang, tempat, waktu).

    b. Halusinasi

    - Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri

    - Ruangan :

    Hindari dari benda-benda berbahaya

    Barang-barang seminimal mungkin- Perawatan 1 1 dengan pengawasan yang ketat

    - Orientasikan pada realita

    - Dukungan dan peran serta keluarga

    - Maksimalkan rasa aman

    - Sikap yang tegas dari pemberi/ pelayanan perawatan (konsisten)

    c. Komunikasi- Pesan jelas

    - Sederhana

    - Singkat dan beri pilihan terbatas

    d. Pendidikan kesehatan

    - Mulai saat pasien bertanya tentang yang terjadi pada keadaan

    sebelumnya- Seharusnya perawat harus harus tahu sebelumnya tentang :

    Masalah pasien

    21Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    22/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    Stressor

    Pengobatan

    Rencana perawatan

    Usaha pencegahan

    Rencana perawatan dirumah

    - Penjelasan diulang beberapa kali

    - Beri petunjuk lisan dan tertulis

    - Libatkan anggota keluarga agar dapat melanjutkan perawatan dirumah

    dengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan.

    22Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    23/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    A Picture of ICU Delirium (foto deskripsi seorang pasien delirium di

    intensive care unit )14)

    Tulisan untuk gambar diatas :

    aku perlahan-lahan bangun pada ICU setelah operasi dan mencoba untuk

    membuka mataku dan menggerakkan tangan kananku. Tetapi hey? Perasaan

    aneh apa yang terdapat pada tanganku? Aku mengangkat kepalaku dan

    melihat beberapa mahluk kecil merayap pada kasurku dan tanganku. Aku

    23Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    24/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    mencoba untuk berteriak kepada perawat : SUSTER,SUSTER!! Tolong aku

    untuk bangun dari tempat tidur. Aku berjuang dan berjuang untuk

    memanggil namun tidak satupun yang dating. Tidak ada seorang pun yang

    sepertinya mendengar teriakanku, aku merasa sendiri. Akhirnya seseorang

    dating. Dia tertawa kepadaku dan saya mencoba untuk melihatnya lebih

    dekat. Dia mendekat dan saya melihat sesuatu melingkar di lehernya. Apa

    itu ? itu merayap dan makin besar dan membesar! Apa..apakah itu ular?

    Tidak, itu tidak mungkin,tetapi saya dapat melihatnya bergerak! Ini tidak

    baik! Bagaimanakah saya dapat keluar dari sini? Perawat berkata kepada

    seseorang yang tidak dapat saya lihat. Mereka mentertawakan dan

    membuatku malu, apakah mereka mentertawakan saya ? saya harap

    seseorang datang dan menolong saya untuk keluar dari tempat mengerikan

    ini. Sekarang saya dapat melihat dengan siapakah perawat itu bicara.

    Apakah orang ini datang untuk menolong saya? Saya mencoba melihatnya

    lebih dekat, dan kelihatanya dia berbulu dan aneh. Dia mirip seperti

    seseorang.ataukah seekor hewan? Oh ,tidak dia membuka mulutnya dan

    mengaum seperti singa! Saya sangat takut,apakah tidak ada seseorang pun

    yang dapat menolongku ?....Text disadur asli dari Peter Spronk MD, Netherlands

    24Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    25/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    BAB III.

    KESIMPULAN

    Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami gangguan jiwa,

    erat hubungannnya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari

    gambaran secara umum perilaku/ gejala yang timbul akan dipengaruhi pada

    bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus oksipitalis,

    lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.

    Pada delirium gangguan fungsi kognitif harus dapat diidentifikasi

    dengan gangguan psikiatri yang lainnya, antara lain dengan demensia

    ,psikosis, depresi dikarenakan karena pada delirium dan gangguan psikiatri

    lainnya terdapat gejala gejala yang hampir mirip.

    Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien ,

    hal utama yang dilakukan adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi

    terapeutik. Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan

    keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai

    kesembuhan pasien.

    Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat

    penting diketahui apa penyebab terjadinya . Sehingga intervensi yang

    diberikan tepat dan sesuai untuk mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien

    diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan

    terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan pasien.

    25Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    26/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    Teknik teknik penatalaksanaan juga diharapkan dapat membantu

    untuk mendiagnosis secara tepat dan akurat disamping itu penatalaksanaan

    yang baik dapat meliputi hasil antara lain, Pasien dapat mencapai fungsi

    kognitif yang optimal,Menjaga keselamatan hidup,pemenuhan kebutuhan

    bio-psiko-sosial disamping itu diperlukan juga untuk meliibatkan keluarga

    dalam menyampaikan Pendidikan kesehatan mental.

    26Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    27/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    DAFTAR PUSTAKA

    1. ( Stuart and Sundeen, 1987. Hal.612).

    2. Stuart, Gw. and Sundeen S.J (1995). Perbandingan Delirium, Depresi

    dan Demensia.St.louis : Mosby year book

    3. White S. The neuropathogenesis of delirium. Rev Clin

    Gerontol. 2002;12:62-67.

    4. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of

    Mental Disorders (DSM-IV-TR). 4th ed. Washington, DC: American

    Psychiatric Association; 2000.

    5. American Psychiatric Association. Practice guideline for the treatment of

    patients with delirium.Am J Psychiatry. May 1999;156(5 Suppl):1-

    20. [Medline]

    6. Inouye SK, van Dyck CH, Alessi CA, Balkin S, Siegal AP, Horwitz RI.

    Clarifying confusion: the confusion assessment method. A new method

    for the detection of delirium. Ann Intern Med 1990;113:941-8.

    7. www.aafp.org

    8. Alagiakrishnan K, Wiens CA. An approach to drug induced delirium in

    the elderly. Postgrad Med J. Jul 2004;80(945):388-93. [Medline].

    9. Alsop DC, Fearing MA, Johnson K, Sperling R, Fong TG, Inouye SK. The

    role of neuroimaging in elucidating delirium pathophysiology.J

    Gerontol A Biol Sci Med Sci. Dec 2006;61(12):1287-93. [Medline].

    10.Bergeron N, Dubois MJ, Dumont M, Dial S, Skrobik Y. Intensive Care

    Delirium Screening Checklist: evaluation of a new screening

    tool. Intensive Care Med. 2001;27:859-864.

    27Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota SemarangPeriode 11 Mei 14 Juni 2009

    http://www.medscape.com/medline/abstract/10327941http://www.aafp.org/http://www.medscape.com/medline/abstract/15254302http://www.medscape.com/medline/abstract/17234822http://www.medscape.com/medline/abstract/10327941http://www.medscape.com/medline/abstract/10327941http://www.aafp.org/http://www.medscape.com/medline/abstract/15254302http://www.medscape.com/medline/abstract/15254302http://www.medscape.com/medline/abstract/15254302http://www.medscape.com/medline/abstract/17234822http://www.medscape.com/medline/abstract/17234822http://www.medscape.com/medline/abstract/17234822http://www.medscape.com/medline/abstract/10327941
  • 8/14/2019 Refrat Delirium

    28/28

    Delirium Agustinus(406081005)

    11.Day JJ, Bayer AJ, McMahon M. Thiamine status, vitamin supplements

    and postoperative confusion.Age Ageing. Jan 1988;17(1):29-

    34. [Medline].

    12.Towsend, M.C (1993). Psychiatric Mental Health Nursing : Concept of

    Care ,Philadelphia, 2nd, Davis Company

    13.Wilson, H.S, and Kneils, C.R . (1992). Psychiatric Nursing . California :

    Addison Wesley Nursing.

    14.www.icudelirium.org

    28Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit SarafFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraRumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang

    http://www.medscape.com/medline/abstract/3364308http://www.icudelirium.org/http://www.medscape.com/medline/abstract/3364308http://www.medscape.com/medline/abstract/3364308http://www.medscape.com/medline/abstract/3364308http://www.icudelirium.org/