11
Demam Tipoid Demam tipoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan disebabkan oleh S. typhi. Demam pararifoid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh S. paratyphi A, B dan C keduanya termasuk demam enterik. Gejala keduanya sama namun demam paratifoid lebih ringan (Widoyono,2008). Sejarah demam tifoid pada tahun 1813 Breteneu pertama kali melaporkan tetang klinis dan anatomis demam tifoid. Kemudian Cornwalls Hewett (1826) melaporkan perubahan patologisnya. Selanjutnya seorang ilmuan dari prancis bernama Piere Louis (1829) memberikan nama typhos berasal dari bahasa yunani yang artinya asap (kabut) karena penderita sering disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat (Rampengan,1993). Demam tifoid penularannya melalui air dan makanan dinyatakan oleh Gaffky dan berhasil membiakan S. typhi pada media kultur pada tahun 1884 (Widoyono,2008). Selanjutnya seorang ilmuan bernama A.pfeifer berhasil menemukan Salmonella sp. di feses penderita, kemudian pada urin oleh Hueppe dan dalam darah oleh R.Neuhausss. Pada waktu bersamaan Widal (1896) berhasil memperkenalkan diagnosis demam tifoid (Rampengan,1993).10 2.2.1 Patogenesis dan Gejala Klinik Demam tifoid disebabkan oleh S. typhi, dan demam paratifoid disebabkan S paratyphi A, B, dan C. Kuman yang masuk melalui mulut masuk kedalam lambung kemudian ke usus halus di bagian proksimal. Melakukan penetrasi kedalam sel epitel mukosa, selanjutnya masuk ke

Demam Tipoid 1.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fjjdfgdgj

Citation preview

Page 1: Demam Tipoid 1.docx

Demam Tipoid

Demam tipoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan

disebabkan oleh S. typhi. Demam pararifoid adalah penyakit sejenis yang

disebabkan oleh S. paratyphi A, B dan C keduanya termasuk demam

enterik. Gejala keduanya sama namun demam paratifoid lebih ringan

(Widoyono,2008).

Sejarah demam tifoid pada tahun 1813 Breteneu pertama kali

melaporkan tetang klinis dan anatomis demam tifoid. Kemudian Cornwalls

Hewett (1826) melaporkan perubahan patologisnya. Selanjutnya seorang

ilmuan dari prancis bernama Piere Louis (1829) memberikan nama typhos

berasal dari bahasa yunani yang artinya asap (kabut) karena penderita

sering disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat

(Rampengan,1993).

Demam tifoid penularannya melalui air dan makanan dinyatakan

oleh Gaffky dan berhasil membiakan S. typhi pada media kultur pada

tahun 1884 (Widoyono,2008). Selanjutnya seorang ilmuan bernama

A.pfeifer berhasil menemukan Salmonella sp. di feses penderita,

kemudian pada urin oleh Hueppe dan dalam darah oleh R.Neuhausss.

Pada waktu bersamaan Widal (1896) berhasil memperkenalkan diagnosis

demam tifoid (Rampengan,1993).10

2.2.1 Patogenesis dan Gejala Klinik

Demam tifoid disebabkan oleh S. typhi, dan demam paratifoid

disebabkan S paratyphi A, B, dan C. Kuman yang masuk melalui mulut

masuk kedalam lambung kemudian ke usus halus di bagian proksimal.

Melakukan penetrasi kedalam sel epitel mukosa, selanjutnya masuk ke

kelenjar getah bening regional mesentrium dan terjadi bakterimia. S. typhi

sampai ke hati, limpa, sum-sum tulang dan gijal. Di organ-organ tersebut

S. typhi difagosit dan disini S. typhi memperbanyak diri tidak terpengaruh

oleh antibodi pada penderita. Setelah periode multiplikasi intraseluler,

Page 2: Demam Tipoid 1.docx

organisme akan dilepaskan lagi ke aliran darah (bakterimia kedua)

menyebabkan panas tinggi. S. typhi bila masuk ke kantung empedu dan

plaque Peyer akan terjadi radang. Maka terjadi nekrosis jaringan secara

klinik ditandai kholesistis nekrotikans dan pendarahan. Diagnosis kultur

tinja akan positif dan menyababkan carrier kronik.

Masa inkubasi demam tifoid umumnya 1-2 minggu paling singkat 3

hari dan paling lama 2 bulan. Gejalanya demam tinggi pada minggu ke-2

dan ke-3. Gejala lain yang sering ditemukan nyeri otot, sakit kepela, batuk

dan lain-lain. Selain itu dapat dijumpai adanya bradikardia relatif,

pembesaran hati dan limpa, bintik Rose sekitar umbilikus. Kemudian

terjadi komplikasi antar lain hepatitis dan pendarahan pada usus. Terjadi

setelah 1-3 minggu setelah pengobatan dihentikan (Karsinah et al, 1994).11

2.2.2 Diagnosis Demam Tifoid

Diagnosis demam tifoid ada beberapa metode yaitu diagnosis klinik,

diagnosis mikrobiolgik (kultur) dan diagnosis serologik. Yang merupakan

pemeriksaan atau diagnosis gold standart demam tifoid dengan diagnosis

mikrobiologik yaitu kultur darah, faeses, urin dan sum-sum tulang

penderita demam tifoid (Karsinah et al, 1994). Berikut beberapa

pemeriksaan laboratorium :

a. Pemeriksaan Mikrobiologi (kultur)

Metode diagnosis mikrobiologik atau kultur merupakan gold

standart untuk diagnosis demam tifoid. Spesifikasinya lebih dari 90% pada

penderita yang belum diobati, kultur darahnya positif pada minngu

pertama. Jika sudah diobati hasil positif menjadi 40% namun pada kultur

sum-sum tulang hasil positif tinggi 90%. Pada minggu selanjutnya kultur

tinja dan urin meningkat yaitu 85% dan 25%, berturut-turut positif pada

minggu ke-3 dan ke-4. Selama 3 bulan kultur tinja dapat positif kira-kira

3% karena penderita tersebut termasuk carrier kronik. Carrier kronik sering

terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak dan lebih sering pada

Page 3: Demam Tipoid 1.docx

wanita daripada laki-laki (Karsinah et al., 1994).12

b. Pemeriksaan Klinik (darah)

a. Hitung lekosit total pada demam tifoid menunjukkan lekopenia,

kemungkinan 3.000 sampai 8.000 per mm kubik.

b. Hitung jenis lekosit : Kemungkinan limfositosis dan monositosis

(Julius,1990) .

c. Pemeriksaan Serologi

1. Widal test

Merupakan uji yang medeteksi anti bodi penderita yang timbul pada

minggu pertama. Uji ini mengukur adanya antibodi yang ditimbulkan oleh

antigen O dan H pada Salmonella sp. (Julius, 1990). Hasil bermakna jika

hasil titer O dan H yaitu 1:160 atau lebih (Jawezt et al, 2008). Sebagian

besar rumah sakit di Indonesia menggunakan uji widal untuk

mendiagnosis demam tifoid (Muliawan et al, 1999)

2. IDL Tubex® test

Tubex® test pemeriksaan yang sederhana dan cepat. Prinsip

pemeriksaannya adalah mendeteksi antibodi pada penderita. Serum yang

dicampur 1 menit dengan larutan A. Kemudian 2 tetes larutan B dicampur

selama 12 menit. Tabung ditempelkan pada magnet khusus. Kemudian

pembacaan hasil didasarkan pada warna akibat ikatan antigen dan

antibodi. Yang akan menimbulkan warna dan disamakan dengan warna

pada magnet khusus (WHO, 2003).13

3. Typhidot® test

Uji serologi ini untuk mendeteksi adanya IgG dan IgM yang spesifik

untuk S. typhi. Uji ini lebih baik dari pada uji Widal dan merupakan uji

Enzyme Immuno Assay (EIA) ketegasan (75%), kepekaan (95%). Studi

evaluasi juga menunjukkan Typhidot-M® lebih baik dari pada metoda

kultur. Walaupun kultur merupakan pemeriksaan gold standar.

Perbandingan kepekaan Typhidot-M® dan metode kultur adalah >93%.

Page 4: Demam Tipoid 1.docx

Typhidot-M® sangat bermanfaat untuk diagnosis cepat di daerah endemis

demam tifoid (WHO, 2003).

4. IgM dipstick test

Pengujian IgM dipstick test demam tifoid dengan mendeteksi

adanya antibodi yang dibentuk karena infeksi S. typhi dalam serum

penderita. Pemeriksaan IgM dipstick dapat menggunakan serum dengan

perbandingan 1:50 dan darah 1 : 25. Selanjutnya diinkubasi 3 jam pada

suhu kamar. Kemudian dibilas dengan air biarkan kering.. Hasil dibaca jika

ada warna berarti positif dan Hasil negatif jika tidak ada warna. Interpretasi

hasil 1+, 2+, 3+ atau 4+ jika positif lemah (WHO, 2003).14

2.2.3 Epidemiologi Demam Tifoid

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat

endemis dan merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang

seperti di Indonesia. Terutama dari golongan masyarakat dengan standar

hidup dan kebersihannya rendah (Muliawan et al, 1999). Angka kejadian

demam tifoid di Indonesia masih sangat tinggi berkisar 0,7% sampai1%

menurut data Depkes tahun 1985 (Karsinah et al, 1994).

Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan transmisi

Salmonella sp khususnya S. typhi, carrier pada manusia adalah sumber

infeksi. S. typhi bias berada di air, es, debu, sampah kering, dan bila

masuk kedalam vehicle yang cocok misalnya daging, kerang dan

sebagainya. S. typhi akan berkembangbiak mencapai dosis infektif. Maka

perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah,

cara memasak air dan bahan makanan secara benar untuk pencegahan

Salmonellosis terutama demam tifoid (Karsinah et al, 1994)

Akibat infeksi oleh Salmonella sp. klien membuat antibodi atau

aglutinin yaitu :

1) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal

dari tubuh kuman).

Page 5: Demam Tipoid 1.docx

2) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal

dari flagel kuman).

3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal

dari simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan

titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita

thypoid.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-sodikinkur-5696-2-babiik-s.pdf

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu:

1. Komplikasi intestinal

Komplikasi didahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi.Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu:

a. Perdarahan usus

Dilaporkan dapat terjadi pada 1-10% kasus demam tifoid anak. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena.

b. Perforasi usus

Dilaporkan dapat terjadi pada 0,5-3%. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, defance muskulare, dan nyeri pada penekanan.

(Djoko, 2009)

2. Komplikasi di luar usus (ekstraintestinal)

Page 6: Demam Tipoid 1.docx

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.

- Komplikasi kardiovaskuler : gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis.

- Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, KID, rthritis.

- Komplikasi paru : pneumonia, empiema, pleuritis

- Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolesistitis

- Komplikasi ginjal : glumerolunofritis, pielonefritis, perinefritis

- Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis

- Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik

(Djoko, 2009)

LINGKUNGAN HIDUP

1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat C).

2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Juga jangan pernah membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan

3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.

DIRI SENDIRI

1. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

2. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah, sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.

Dua vaksin yang aman dan efektif telah mendapat lisensi dan sudah ada di pasaran. Satu vaksin berdasar subunit antigen tertentu dan yang lain berdasar bakteri (whole cell) hidup dilemahkan. Vaksin pertama, mengandung Vi polisakarida, diberikan cukup sekali, subcutan atau intramuskular. Diberikan mulai usia > 2 tahun. Re-imunisasi tiap 3 tahun. Kadar protektif bila mempunyai antibodi anti-Vi 1 µg/ml.

Page 7: Demam Tipoid 1.docx

Vaksin Ty21a hidup dilemahkan diberikan secara oral, bentuk kapsul enterocoated atau sirup. Diberikan 3 dosis, selang sehari pada perut kosong. Untuk anak usia ≥ 5 tahun. Reimunisasi tiap tahun. Tidak boleh diberi antibiotik selama kurun waktu 1 minggu sebelum sampai 1 minggu sesudah imunisasi.

Kebal Antibiotik

Penelitian menunjukkan, kini banyak kuman Salmonella typhi yang kebal terhadap antibiotika. Akhirnya, penyakit ini makin sulit disembuhkan. Hanya saja, jika bakteri sudah menyerang otak, tetap akan membawa dampak. Misalnya, kesadarannya berkurang, kurang cepat tanggap, dan lambat dalam mengingat. Jadi, jangan sepelekan demam tifoid dan rawat anak baik-baik jika ia terserang penyakit ini.

Makanan Yang Dianjurkan

1. Boleh semua jenis makanan, yang penting lunak.

2. Makanan harus mudah dicerna, mengandung cukup cairan, kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

3. Makanan saring/lunak diberikan selama istirahat.

4. Jika kembali kontrol ke dokter dan disarankan makan nasi yang lebih keras, harus dijalankan.

5. Untuk kembali ke makanan “normal”, lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama makanan lunak, hari ke-2 makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.

Farmakologis

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah sebagai berikut:

Obat Dosis RuteFirst-line Antibiotics Kloramfenikol 500 mg 4x /hari Oral, IV

Trimetofrim –Sulfametakzol

160/800 mg 2x/hari,  4-20 mg/kg  bagi 2 dosis

Oral, IV

Ampicillin/ Amoxycillin

1000-2000 mg 4x/hari ; 50-100 mg/kg , bagi 4 dosis

Oral, IV, IM

Second-line Antibiotics( Fluoroquinolon)

Norfloxacin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

Oral

Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

Oral , IV

Ofloxacin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

Oral

Pefloxacin 400 mg/hari selama 7 hari

Oral, IV

Fleroxacin 400 mg/hari selama 7 hari

Oral

Page 8: Demam Tipoid 1.docx

Cephalosporin Ceftriaxon 1-2 gr/hari ; 50-75 mg/kg : dibagi 1-2 dosis selama 7-10 hari

IM, IV

Cefotaxim 1-2 gr/hari, 40-80 mg/hari: dibagi 2-3 dosis selama 14 hari

IM, IV

Cefoperazon 1-2 gr 2x/hari 50-100 mg/kg dibagi 2 dosis selama 14 hari

Oral

Antibiotik lainnya Aztreonam 1 gr/ 2-4x/hari ; 50-70 mg/kg

IM

Azithromycin 1 gr  1x/hari ; 5-10 mg/kg

Oral

(RM. Santillan, 2000)

Menjelaskan penatalaksanaan demam tifoid

Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam tifoid bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, feses dan urine untuk mencegah penularan.

Nonfarmakologis

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu :

Istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif), dan pemberian antimikroba.

· Istirahat yang berupa tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum,mandi, buang air kecil, buang air besar akan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. (Djoko, 2009)

· Diet dan terapi penunjang merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama. Pemberian bubur saring bertujuan untukk menghindari komplikasi pendarahan saluran cerna atau perforasi usus. (Djoko, 2009)