Upload
la-ode-sahrul-ramadan
View
35
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan kasus mengenai penyakit demensia
Citation preview
LAPORAN KASUS
Pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa, 9 Maret 2011 pukul 09.40
WITA, di Poliklinik RSKD. Atma Husada Mahakam Samarinda.
Sumber Pemeriksaan : Alloanamnesis dan autoanamnesis
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NS
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Janda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Suku : Kutai
Alamat : Muara Ancalong
Keluhan Utama:
Sering Keluyuran
Autoanamnesa:
Seorang wanita tua datang ke poli psikiatri RSKD Atma Husada Mahakam
Samarinda diantar oleh anaknya. Saat mau masuk ke kamar periksa, pasien
Nampak kebingungan dan sempat berhenti beberapa saat di depan pintu, baru
kemudian masuk. Stelah itu terjadi dialog antara pewawancara dokter muda (dm)
dengan pasien:
Dm : “Selamat pagi Bu, bagaimana kabarnya hari ini?
Pasien : (langsung berbaring di tempat tidur tanpa melepas sandal, kemudian
pasien seperti mengingat sesuatu, lalu melepaskan sendalnya dan berbaring lagi)
Dm : “perkenalkan, saya salyanti, siapa nama Ibu?” (sambil mengulurkan
tangan)
Pasien : (diam sambil celingukan ke lingkungan di sekitarnya)
Dm : “Ibu, siapa namanya?” (tangan kiri memegang bahu pasien, tangan kanan
mengulurkan tangan)
Pasien : (pasien kemdian menyebutkan namanya, dm dan pasien kemudian
berjabat tangan)
Dm : “Ibu tinggalnya dimana?”
Pasien : (Celingukan, melihat ke arah anak yang mengantarkannya)
Dm : “siapa ini Bu? Ibu kenal?” (dm menunjuk ke arah anak pasien)
Pasien : (menggelengkan kepalanya)
Dm : “Ibu ke sini sama siapa?”
Pasien : “Aduh, sama siapa ya?”(pasien Nampak kebingungan)
Dm : (diam sejenak sambil memperhatikan pasien). “Bu, saya tensi ya?”
Pasien : (masih diam saja)
Dm : (sambil mengukur nadi dan tekanan darah pasien). “Ibu katanya suka
jalan ya?”
Pasien : “Iya, habis di rumah banyak orang, disuruh jalan saja katanya”
Dm : “ada yang nyuruh ibu jalan? Suara-suara begitu?”
Pasien : “iya, suara, saya takut, makanya saya jalan”
Dm : “Orangnya kelihatan tdk bu?”
Pasien : “tidak, suara saja”
Dm : “orangnya bilang apa?”
Pasien : “disuruh jalan saja katanya. Keluar dari rumah”
Dm : “Ibu sekarang lagi dimana?”
Pasien : (melihat keadaan sekitar, kemudian celingukan dan kebingungan lalu
menggeleng).
Dm : “tadi malam bisa tidur Bu?”
Pasien : “tidak, kalo malam mau jalan saja.”
Dm : “kalau malam suaranya ada juga ya Bu?”
Pasien : “Iya, ada, makanya saya jalan”
Kemudian dm melanjutkan pemeriksaan dan mengakhiri wawancara.
Pasien Nampak cemas dan kemudian dm melakukan wawancara dengan anak
pasien.
Alloanamnesa:
Diperoleh dari:
Nama : Ny. Jannah
Umur : 32 tahun
Alamat : Muara Ancalong
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Pasien sering keluyuran sejak 2 tahun yang lalu. Pasien tidak hanya
keluyuran di siang hari, namun juga sering kali pasien keluyuran di atas pkl.00.00
malam. Jika dilarang untuk keluyuran, pasien akan marah dan mengamuk. Pasien
juga jarang berbicara dengan anak-anaknya. Hal tsb disadari oleh anak
kandungnya semenjak suami pasien meninggal 2 tahun yang lalu. Beberapa
minggu setelah suami pasien meninggal, pasien mengurung diri di kamar. Sejak
saat itu pasien jarang berbicara dengan anak-anaknya dan mulai keluyuran. Jika
dilarang untuk pergi ke luar pasien akan marah-marah bahkan memukul orang
yang melarangnya untuk jalan. Selain itu pasien juga sering minta uang dan
barang pada warung di dekat rumah pasien, padahal pasien memiliki uang. Pasien
juga sering lupa jalan pulang. Pasien sering kesasar, bahkan seringkali keluyuran
seharian untuk mencari jalan pulang. Jika tidak diperbolehkan jalan, pasien akan
mengamuk, melempar barang-barang bahkan memukul anaknya. Pasien juga
mengeluhkan susah tidur dan sakit kepala kepada anak-anaknya. Apabila sakit
kepala muncul, pasien meminum Bodrex 2 sampai 3 tablet sekaligus. Untuk
melakukan kegiatan sehari-hari pasien harus dimotivasi. Untuk mandi, makan dsb
harus diingatkan oleh keluarganya. Keluhan tsb juga dirasakan sejak suami pasien
meninggal. Namun sejak itu pasien tidak pernah bicara ataupun tertawa sendiri.
Pasien hanya bicara seperlunya kepada anak-anaknya. Pasien juga pernah
dikurung di rumah oleh anaknya, namun karena itu pasien mengamuk dan
melempar barang-barang. Menurut keterangan anaknya, pasien dikurung agar
tidak keluyuran.
Riwayat Keluarga:
Saudara-saudara pasien tidak ada yang memiliki penyakit serupa, namun
ayah dan ibu pasien yang sudah meninggal tidak diketahui apakah memiliki
penyakit serupa dengan pasien.
?????? ? ?
Genogram:
Riwayat Kelahiran, Pertumbuhan dan Perkembangan:
Sukar dievaluasi, karena kedua orangtua pasien telah meninggal.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien tidak pernah menunjukkan gejala yang sama sebelumnya. 3 hari
sebelum suami pasien meninggal, pasien sempat terjatuh, kepala terbentur ujung
meja dan pasien pingsan. Namun setelah itu pasien tidak dibawa ke rumah sakit,
karena siuman dalam beberapa jam. Riwayat tekanan darah tinggi (+) yang
diketahui sejak pasien berusia 40 tahun, riwayat stroke (-), riwayat kencing manis
(-). Riwayat kejang pada saat bayi maupun anak-anak tidak dapat dievaluasi.
Tidak ada riwayat ancaman bunuh diri.
Riwayat psikiatri sebelumnya
Pasien tidak pernah mengkonsultasikan adanya kelainan psikiatri sebelumnya.
Kepribadian sebelum sakit
Pasien merupakan seorang ibu yang terbuka dan sering menasihati anak-anaknya.
Riwayat Sosial-ekonomi Keluarga :
Termasuk golongan keluarga yang menengah ke bawah.
Riwayat religious :
Pasien berasal dari keluarga yang beragama Islam sejak kecil.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : sakit ringan
Kesadaran : composmentis, GCS E4V5M6
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Frekuensi nadi : 64 x/menit
Frekuensi napas : 20 x/menit
Suhu : afebris
Kepala : rambut putih beruban, massa (-)
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks
pupil baik
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Mulut : oral higiene cukup, tampak gigi pasien yang caries
Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : datar lemas, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : simetris, akral hangat, edema -/-, perfusi perifer
cukup
Status Neurologikus
Gejala rangsang selaput otak (-)
Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, RCL +/+
Refleks fisiologis normal
Nervus kranialis: kesan paresis (-), nistagmus (-)
Refleks patologis (-)
Motorik Movement Test:
5 5
5 5
Gejala ekstrapiramidal : gaya berjalan dan postur tubuh normal, stabilitas postur
tubuh normal, rigiditas ekstremitas tidak ada, gangguan keseimbangan, tremor (+)
Sensibilitas : parestesia di kaki-tangan kiri dan kanan (-)
Pemeriksaan psikiatri (keadaan mental)
Perilaku umum : Pasien nampak cemas. Pasien lupa melepas sandal saat
diarahkan untuk berbaring. Namun beberapa saat kemudian pasien menyadarinya
dan melepas sandalnya.
Berbicara : lambat, inkoheren.
Afek : Berubah-ubah, anxietas (+), bingung, ketakutan.
Pola pikir : inkoheren (jawaban tidak sesuai apa yang
ditanyakan).
Isi pikir : waham (-)
Persepsi : Halusinasi auditorik (+), pasien mengaku
mendengar suara-suara yang mengajaknya jalan di malam hari. Ilusi (-)
Obsesi kompulsi : (-)
Orientasi : tempat (-), waktu (-), orang (-)
Daya ingat : pasien tidak ingat dengan anak yang
mengantarkannya. Pasien tidak tahu saat itu sedang berada di mana. Pasien sering
lupa jalan pulang.
Perhatian dan konsentrasi : atensi (+), sulit berkonsentrasi, mudah dialihkan.
Intelegensia
1. Taraf Pendidikan : lulusan SD
2. Keadaan Intelek : Kesan kurang
3. Kemampuan Menyampaikan Pendapat : kesan kurang
4. Pengertian Tentang Diri : (-)
FORMULASI DIAGNOSIS
Telah diperiksa seorang wanita, Ny NS usia 65 tahun, bertempat tinggal di
Muara Ancalong, suku Kutai, agama Islam, status janda, datang ke Poli diantar
oleh anak kandungnya.
Pada pasien ditemukan sindrom atau pola perilaku atau psikologis yang
bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam fungsi pekerjaan dan aktivitas sehari-hari pasien. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa sesuai
dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
Diagnosis Multiaksial :
1. Aksis I : Demensia + Depresi sedang
2. Aksis II : tidak ada diagnosa
3. Aksis III : Hipertensi grade II
4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga dan lingkungan sosial
5. Aksis V : GAF 70-61
DAFTAR MASALAH
1. Organobiologis: Hipertensi Grade II
2. Psikologis:
Demensia
Depresi sedang
Adanya gangguan psikotik berupa halusinasi auditorik dan mengamuk
jika tidak diperbolehkan jalan.
Terapi Farmakologi
Halloperidol 1,5 mg 2x1
THD 2 mg 2x1
Alganax 0,5 mg 0-0-1
Captopril 25 mg 2 x 1
Psikoterapi
Terhadap penderita
Jika kehilangan daya ingat yang ringan, pertimbangkan penggunaan
alat bantu atau pengingat
Hindari penempatan penderita ditempat atau situasi yang asing
Mendorong untuk mulai beraktifitas. Ajak melakukan kegiatan secara
mandiri, seperti mandi sendiri, makan sendiri, dst
Terhadap Keluarga, mengajak keluarga agar :
1. Menemani dan mengajak berbicara
2. Menfasilitasi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makan, minum,
kebersihan
3. Mengajak untuk melakukan kegiatan yang biasa dan bisa dilakukan sehari-
hari
4. Membantu membuat prioritas penyelesaian masalah yang ada dikeluarga
5. Saling memberikan dukungan dan semangat
6. Saling memberikan dukungan secara non verbal seperti memeluk, memuji,
mengelus, dll
Terhadap Lingkungan Sekitar
Kehilangan daya ingat dan kebingungan bisa menyebabkan problem prilaku
(misalnya; agitasi, kecurigaan, letupan emosional) untuk itu diperlukan pengertian
dari masyarakat agar dapat menciptakan lingkungan yang kondusif
USULAN PEMERIKSAAN LANJUTAN
a. Pemeriksaan laboratorium darah, yang perlu diperhatikan di sini adalah:
- Pemeriksaan MMSE untuk membuktikan adanya penurunan fungsi
kognitif, format pemeriksaan terlampir.
- Skala iskemik Hascinski untuk menyingkirkan kejadian demensia
Alzheimer, format pemeriksaan terlampir.
- CT Scan untuk memeriksa kemungkinan terjadinya TIA dan iskemik
otak.
- Leukosit, untuk membuktikan adanya peningkatan yang disebabkan
oleh hormone kortisol yang menyebabkan meningkatnya system imun.
- GDS untuk memeriksa adanya DM
- Kolesterol untuk memeriksa kemungkinan terjadinya aterosklerosis
- Renal Function Test untuk memeriksa gangguan ginjal dan hipertensi.
- Liver Function Test untuk memeriksa adanya kelainan hepar.
- EKG dan Echocardiografi untuk memeriksa gangguan jantung.
PROGNOSIS
Malam, karena berhubungan dengan penyakit degenerative yang tidak bisa
disembuhkan, hanya saja terapi rehabilitative dapat meringankan beban pasien
dan memperlambat progresivitas penyakit.
PEMBAHASAN
Gambaran Klinis Pasien Demensia
a. Kepribadian
Perubahan kepribadian pada seseorang yang menderita demensia biasanya
akan mengganggu bagi keluarganya. Ciri kepribadiaan sebelum sakit mungkin
dapat menonjol selama perkembangan demensia. Pasien dengan demensia juga
menjadi tertutup serta menjadi kurang perhatian dibandingkan sebelumnya.
Seseorang dengan demensia yang memiliki waham paranoid umumnya lebih
cenderung memusuhi anggota keluarganya dan pengasuhnya. Pasien yang
mengalami kelainan pada lobus fraontalis dan temporalis biasanya mengalami
perubahan kepribadian dan mungkin lebih iritabel dan eksplosif.
b. Halusinasi dan Waham
Diperkirakan sekitar 20 hingga 30 persen dengan demensia (terutama pasien
dengan demensia tipe Alzheimer) memiliki halusinasi, dan 30 hingga 40 persen
memiliki waham, terutama waham paranoid yang bersifat tidak sistematis,
meskipun waham yang sistematis juga dilaporkan pada pasien tersebut. Agresi
fisik dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya lazim ditemukan pada pasien dengan
demensia yang juga memiliki gejala-gejala psikotik.
c. Mood
Pada pasien dengan gejala psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan
kecemasan merupakan gejala utama yang ditemukan pada 40 hingga 50 persen
pasien dengan demensia, meskipun sindrom depresif secara utuh hanya tampak
pada 10 hingga 20 persen pasien. Pasien dengan demensia juga dapat menujukkan
perubahan emosi yang ekstrem tanpa provokasi yang nyata (misalnya tertawa dan
menangis yang patologis).
d. Perubahan Kognitif
Pada pasien demensia yang disertai afasia lazim ditemukan adanya apraksia
dan agnosia dimana gejala-gejala tersebut masuk dalam kriteria DSM IV. Tanda-
tanda neurologis lainnya yang dikaitkan dengan demensia adalah bangkitan yaitu
ditemukan kira-kira pada 10 persen pasien dengan demensia tipe Alzheimer serta
20 persen pada pasien dengan demensia vaskuler. Refleks primitif seperti refleks
menggenggam, refleks moncong (snout), refleks mengisap, refleks tonus kaki
serta refleks palmomental dapat ditemukan melalui pemeriksaan neurologis pada
5 hingga 10 persen pasien. Untuk menilai fugsi kognitif pada pasien demensia
dapat digunakan The Mini Mental State Exam (MMSE).
Pasien dengan demensia vaskuler mungkin mempunyai gejala-gejala
neurologis tambahan seperti sakit kepala, pusing, kepala terasa ringan,
kelemahan, tanda defisit neurologis fokal terutama yang terkait dengan penyakit
serebro-vaskuler, pseudobulber palsy, disartria, dan disfagia yang lebih menonjol
dibandingkan dengan gejala-gejala diatas pada jenis-jenis demensia lainnya
Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani kasus demensia adalah melakukan verifikasi
diagnosis. Diagnosis yang akurat sangat penting mengingat progresifitas penyakit
dapat dihambat atau bahkan disembuhkan jika terapi yang tepat dapat diberikan.
Tindakan pengukuran untuk pencegahan adalah penting terutama pada demensia
vaskuler. Pengukuran tersebut dapat berupa pengaturan diet, olahraga, dan
pengontrolan terhadap diabetes dan hipertensi. Obat-obatan yang diberikan dapat
berupa antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet. Pengontrolan terhadap tekanan
darah harus dilakukan sehingga tekanan darah pasien dapat dijaga agar berada dalam
batas normal, hal ini didukung oleh fakta adanya perbaikan fungsi kognitif pada
pasien demensia vaskuler. Tekanan darah yang berada dibawah nilai normal
menunjukkan perburukan fungsi kognitif, secara lebih lanjut, pada pasien dengan
demensia vaskuler. Pilihan obat antihipertensi dalam hal ini adalah sangat penting
mengingat antagonis reseptor -2 dapat memperburuk kerusakan fungsi kognitif.
Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan diuretik telah dibuktikan tidak
berhubungan dengan perburukan fungsi kognitif dan diperkirakan hal itu disebabkan
oleh efek penurunan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah otak. Tindakan
bedah untuk mengeluarkan plak karotis dapat mencegah kejadian vaskuler berikutnya
pada pasien-pasien yang telah diseleksi secara hati-hati. Pendekatan terapi secara
umum pada pasien dengan demensia bertujuan untuk memberikan perawatan medis
suportif, dukungan emosional untuk pasien dan keluarganya, serta terapi
farmakologis untuk gejala-gejala yang spesifik, termasuk perilaku yang merugikan.
Terapi Psikososial
Kemerosotan status mental memiliki makna yang signifikan pada pasien dengan
demensia. Keinginan untuk melanjutkan hidup tergantung pada memori. Memori
jangka pendek hilang sebelum hilangnya memori jangka panjang pada kebanyakan
kasus demensia, dan banyak pasien biasanya mengalami distres akibat memikirkan
bagaimana mereka menggunakan lagi fungsi memorinya disamping memikirkan
penyakit yang sedang dialaminya. Identitas pasien menjadi pudar seiring perjalanan
penyakitnya, dan mereka hanya dapat sedikit dan semakin sedikit menggunakan daya
ingatnya. Reaksi emosional bervariasi mulai dari depresi hingga kecemasan yang
berat dan teror katastrofik yang berakar dari kesadaran bahwa pemahaman akan
dirinya (sense of self) menghilang.
Pasien biasanya akan mendapatkan manfaat dari psikoterapi suportif dan
edukatif sehingga mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah dari penyakit
yang dideritanya. Mereka juga bisa mendapatkan dukungan dalam kesedihannya dan
penerimaan akan perburukan disabilitas serta perhatian akan masalah-masalah harga
dirinya. Banyak fungsi yang masih utuh dapat dimaksimalkan dengan membantu
pasien mengidentifikasi aktivitas yang masih dapat dikerjakannya. Suatu pendekatan
psikodinamik terhadap defek fungsi ego dan keterbatasan fungsi kognitif juga dapat
bermanfaat. Dokter dapat membantu pasien untuk menemukan cara “berdamai”
dengan defek fungsi ego, seperti menyimpan kalender untuk pasien dengan masalah
orientasi, membuat jadwal untuk membantu menata struktur aktivitasnya, serta
membuat catatanuntuk masalah-masalah daya ingat.
Intervensi psikodinamik dengan melibatkan keluarga pasien dapat sangat
membantu. Hal tersebut membantu pasien untuk melawan perasaan bersalah,
kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan karena ia merasa perlahan-lahan dijauhi
oleh keluarganya.
Farmakoterapi
Dokter dapat meresepkan benzodiazepine untuk insomnia dan kecemasan,
antidepresi untuk depresi, dan obat-obat antipsikotik untuk waham dan halusinasi,
akan tetapi dokter juga harus mewaspadai efek idiosinkrasi obat yang mungkin terjadi
pada pasien usia lanjut (misalnya kegembiraan paradoksikal, kebingungan, dan
peningkatan efek sedasi). Secara umum, obat-obatan dengan aktivitas antikolinergik
yang tinggi sebaiknya dihindarkan.
Donezepil, rivastigmin, galantamin, dan takrin adalah penghambat
kolinesterase yang digunakan untuk mengobati gangguan kognitif ringan hingga
sedang pada penyakit Alzheimer. Obat-obat tersebut menurunkan inaktivasi dari
neurotransmitter asetilkolin sehingga meningkatkan potensi neurotransmitter
kolinergik yang pada gilirannya menimbulkan perbaikan memori. Obat-obatan
tersebut sangat bermanfaat untuk seseorang dengan kehilangan memori ringan hingga
sedang yang memiliki neuron kolinergik basal yang masih baik melalui penguatan
neurotransmisi kolinergik. Donezepil ditoleransi dengan baik dan digunakan secara
luas. Takrin jarang digunakan karena potensial menimbulkan hepatotoksisitas. Sedikit
data klinis yang tersedia mengenai rivastigmin dan galantamin, yang sepertinya
menimbulkan efek gastrointestinal (GI) dan efek samping neuropsikiatrik yang lebih
tinggi daripada donezepil. Tidak satupun dari obat-obatan tersebut dapat mencegah
degenerasi neuron progresif.
Menurut Witjaksana Roan terapi farmakologi pada pasien demensia berupa:
Antipsikotika tipik: Haloperidol 0,25 - 0,5 atau 1 - 2 mg
Antipsikotika atipik:
o Clozaril 1 x 12.5 - 25 mg
o Risperidone 0,25 - 0,5 mg atau 0,75 - 1,75
o Olanzapine 2,5 - 5,0 mg atau 5 - 10 mg
o Quetiapine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mg
o Abilify 1 x 10 - 15 mg
Anxiolitika
o Clobazam 1 x 10 mg
o Lorazepam 0,5 - 1.0 mg atau 1,5 - 2 mg
o Bromazepam 1,5 mg - 6 mg
o Buspirone HCI 10 - 30 mg
o Trazodone 25 - 10 mg atau 50 - 100 mg
o Rivotril 2 mg (1 x 0,5mg - 2mg)
Antidepresiva
o Amitriptyline 25 - 50 mg
o Tofranil 25 - 30 mg
o Asendin 1 x 25 - 3 x 100 mg (hati2, cukup keras)
o SSRI spt Zoloft 1x 50 mg, Seroxat 1x20 mg, Luvox 1 x 50 -100 mg,
Citalopram 1 x 10 - 20 mg, Cipralex, Efexor-XR 1 x 75 mg, Cymbalta 1 x 60
mg.
o Mirtazapine (Remeron) 7,5 mg - 30 mg (hati2)
Mood stabilizers
o Carbamazepine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mg
o Divalproex 125 - 250 mg atau 500 - 750 mg
o Topamate 1 x 50 mg
o Tnileptal 1 x 300 mg - 3 x mg
o Neurontin 1 x 100 - 3 x 300 mg bisa naik hingga 1800 mg
o Lamictal 1 x 50 mg 2 x 50 mg
o Priadel 2 - 3 x 400 mg
Obat anti-demensia pada kasus demensia stadium lanjut sebenarnya sudah tak
berguna lagi, namun bila diberikan dapat mengefektifkan obat terhadap BPSD
(Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia):
Nootropika:
o Pyritinol (Encephabol) 1 x100 - 3 x 200 mg
o Piracetam(Nootropil) 1 x 400 - 3 x 1200 mg
o Sabeluzole (Reminyl)
Ca-antagonist:
o Nimodipine (Nimotop 1 - 3 x 30 mg)
o Citicholine (Nicholin) 1 - 2 x 100 - 300 mg i.v / i.m.
o Cinnarizine(Stugeron) 1 - 3 x 25 mg
o Pentoxifylline (Trental) 2 - 3 x 400 mg (oral), 200 - 300 mg infuse
o Pantoyl-GABA
Acetylcholinesterase inhibitors
o Tacrine 10 mg dinaikkan lambat laun hingga 80 mg. Hepatotoxik
o Donepezil (Aricept) centrally active reversible cholinesterase inhibitor, 5 mg
1x/hari
o Galantamine (Riminil) 1 - 3 x 5 mg
o Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4, 5, 6 mg
o Memantine 2 x 5 - 10 mg
Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD)
Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD) penting untuk
diperhatikan karena merupakan satu akibat yang merepotkan bagi pengasuh dan
membuat payah bagi sang pasien karena ulahnya yang amat mengganggu:
Gangguan perilaku
Agitasi
Hiperaktif
Keluyuran
Perilaku yang tak adekuat
Agresi
Gangguan nafsu makan
Gangguan ritme diurnal: Tidur/bangun
Gangguan afektif
Anxietas
lritabilitas
Gejala depresif.
Depresi berat
Labilitas emosional
Apati
Sindrom waham & salah-identifikasi
Orang menyembunyikan dan mencuri barangnya
paranoid, curiga
Rumah lama dianggap bukan rumahnya
Halusinasi