26
LAPORAN KASUS Pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa, 9 Maret 2011 pukul 09.40 WITA, di Poliklinik RSKD. Atma Husada Mahakam Samarinda. Sumber Pemeriksaan : Alloanamnesis dan autoanamnesis IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. NS Umur : 65 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status Perkawinan : Janda Pendidikan : SD Pekerjaan : Tidak Bekerja Suku : Kutai Alamat : Muara Ancalong Keluhan Utama: Sering Keluyuran Autoanamnesa:

Demensia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus mengenai penyakit demensia

Citation preview

Page 1: Demensia

LAPORAN KASUS

Pemeriksaan dilakukan pada hari Selasa, 9 Maret 2011 pukul 09.40

WITA, di Poliklinik RSKD. Atma Husada Mahakam Samarinda.

Sumber Pemeriksaan : Alloanamnesis dan autoanamnesis

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. NS

Umur : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Janda

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Suku : Kutai

Alamat : Muara Ancalong

Keluhan Utama:

Sering Keluyuran

Autoanamnesa:

Seorang wanita tua datang ke poli psikiatri RSKD Atma Husada Mahakam

Samarinda diantar oleh anaknya. Saat mau masuk ke kamar periksa, pasien

Nampak kebingungan dan sempat berhenti beberapa saat di depan pintu, baru

Page 2: Demensia

kemudian masuk. Stelah itu terjadi dialog antara pewawancara dokter muda (dm)

dengan pasien:

Dm : “Selamat pagi Bu, bagaimana kabarnya hari ini?

Pasien : (langsung berbaring di tempat tidur tanpa melepas sandal, kemudian

pasien seperti mengingat sesuatu, lalu melepaskan sendalnya dan berbaring lagi)

Dm : “perkenalkan, saya salyanti, siapa nama Ibu?” (sambil mengulurkan

tangan)

Pasien : (diam sambil celingukan ke lingkungan di sekitarnya)

Dm : “Ibu, siapa namanya?” (tangan kiri memegang bahu pasien, tangan kanan

mengulurkan tangan)

Pasien : (pasien kemdian menyebutkan namanya, dm dan pasien kemudian

berjabat tangan)

Dm : “Ibu tinggalnya dimana?”

Pasien : (Celingukan, melihat ke arah anak yang mengantarkannya)

Dm : “siapa ini Bu? Ibu kenal?” (dm menunjuk ke arah anak pasien)

Pasien : (menggelengkan kepalanya)

Dm : “Ibu ke sini sama siapa?”

Pasien : “Aduh, sama siapa ya?”(pasien Nampak kebingungan)

Dm : (diam sejenak sambil memperhatikan pasien). “Bu, saya tensi ya?”

Pasien : (masih diam saja)

Dm : (sambil mengukur nadi dan tekanan darah pasien). “Ibu katanya suka

jalan ya?”

Pasien : “Iya, habis di rumah banyak orang, disuruh jalan saja katanya”

Dm : “ada yang nyuruh ibu jalan? Suara-suara begitu?”

Page 3: Demensia

Pasien : “iya, suara, saya takut, makanya saya jalan”

Dm : “Orangnya kelihatan tdk bu?”

Pasien : “tidak, suara saja”

Dm : “orangnya bilang apa?”

Pasien : “disuruh jalan saja katanya. Keluar dari rumah”

Dm : “Ibu sekarang lagi dimana?”

Pasien : (melihat keadaan sekitar, kemudian celingukan dan kebingungan lalu

menggeleng).

Dm : “tadi malam bisa tidur Bu?”

Pasien : “tidak, kalo malam mau jalan saja.”

Dm : “kalau malam suaranya ada juga ya Bu?”

Pasien : “Iya, ada, makanya saya jalan”

Kemudian dm melanjutkan pemeriksaan dan mengakhiri wawancara.

Pasien Nampak cemas dan kemudian dm melakukan wawancara dengan anak

pasien.

Alloanamnesa:

Diperoleh dari:

Nama : Ny. Jannah

Umur : 32 tahun

Alamat : Muara Ancalong

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien : Anak Kandung

Page 4: Demensia

Riwayat perjalanan penyakit sekarang:

Pasien sering keluyuran sejak 2 tahun yang lalu. Pasien tidak hanya

keluyuran di siang hari, namun juga sering kali pasien keluyuran di atas pkl.00.00

malam. Jika dilarang untuk keluyuran, pasien akan marah dan mengamuk. Pasien

juga jarang berbicara dengan anak-anaknya. Hal tsb disadari oleh anak

kandungnya semenjak suami pasien meninggal 2 tahun yang lalu. Beberapa

minggu setelah suami pasien meninggal, pasien mengurung diri di kamar. Sejak

saat itu pasien jarang berbicara dengan anak-anaknya dan mulai keluyuran. Jika

dilarang untuk pergi ke luar pasien akan marah-marah bahkan memukul orang

yang melarangnya untuk jalan. Selain itu pasien juga sering minta uang dan

barang pada warung di dekat rumah pasien, padahal pasien memiliki uang. Pasien

juga sering lupa jalan pulang. Pasien sering kesasar, bahkan seringkali keluyuran

seharian untuk mencari jalan pulang. Jika tidak diperbolehkan jalan, pasien akan

mengamuk, melempar barang-barang bahkan memukul anaknya. Pasien juga

mengeluhkan susah tidur dan sakit kepala kepada anak-anaknya. Apabila sakit

kepala muncul, pasien meminum Bodrex 2 sampai 3 tablet sekaligus. Untuk

melakukan kegiatan sehari-hari pasien harus dimotivasi. Untuk mandi, makan dsb

harus diingatkan oleh keluarganya. Keluhan tsb juga dirasakan sejak suami pasien

meninggal. Namun sejak itu pasien tidak pernah bicara ataupun tertawa sendiri.

Pasien hanya bicara seperlunya kepada anak-anaknya. Pasien juga pernah

dikurung di rumah oleh anaknya, namun karena itu pasien mengamuk dan

melempar barang-barang. Menurut keterangan anaknya, pasien dikurung agar

tidak keluyuran.

Riwayat Keluarga:

Saudara-saudara pasien tidak ada yang memiliki penyakit serupa, namun

ayah dan ibu pasien yang sudah meninggal tidak diketahui apakah memiliki

penyakit serupa dengan pasien.

Page 5: Demensia

?????? ? ?

Genogram:

Riwayat Kelahiran, Pertumbuhan dan Perkembangan:

Sukar dievaluasi, karena kedua orangtua pasien telah meninggal.

Riwayat penyakit dahulu:

Pasien tidak pernah menunjukkan gejala yang sama sebelumnya. 3 hari

sebelum suami pasien meninggal, pasien sempat terjatuh, kepala terbentur ujung

meja dan pasien pingsan. Namun setelah itu pasien tidak dibawa ke rumah sakit,

karena siuman dalam beberapa jam. Riwayat tekanan darah tinggi (+) yang

diketahui sejak pasien berusia 40 tahun, riwayat stroke (-), riwayat kencing manis

(-). Riwayat kejang pada saat bayi maupun anak-anak tidak dapat dievaluasi.

Tidak ada riwayat ancaman bunuh diri.

Riwayat psikiatri sebelumnya

Pasien tidak pernah mengkonsultasikan adanya kelainan psikiatri sebelumnya.

Kepribadian sebelum sakit

Pasien merupakan seorang ibu yang terbuka dan sering menasihati anak-anaknya.

Riwayat Sosial-ekonomi Keluarga :

Termasuk golongan keluarga yang menengah ke bawah.

Page 6: Demensia

Riwayat religious :

Pasien berasal dari keluarga yang beragama Islam sejak kecil.

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan umum : sakit ringan

Kesadaran : composmentis, GCS E4V5M6

Tekanan darah : 160/100 mmHg

Frekuensi nadi : 64 x/menit

Frekuensi napas : 20 x/menit

Suhu : afebris

Kepala : rambut putih beruban, massa (-)

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks

pupil baik

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)

Mulut : oral higiene cukup, tampak gigi pasien yang caries

Jantung : BJ I/II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : datar lemas, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal

Ekstremitas : simetris, akral hangat, edema -/-, perfusi perifer

cukup

Status Neurologikus

Gejala rangsang selaput otak (-)

Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, RCL +/+

Page 7: Demensia

Refleks fisiologis normal

Nervus kranialis: kesan paresis (-), nistagmus (-)

Refleks patologis (-)

Motorik Movement Test:

5 5

5 5

Gejala ekstrapiramidal : gaya berjalan dan postur tubuh normal, stabilitas postur

tubuh normal, rigiditas ekstremitas tidak ada, gangguan keseimbangan, tremor (+)

Sensibilitas : parestesia di kaki-tangan kiri dan kanan (-)

Pemeriksaan psikiatri (keadaan mental)

Perilaku umum : Pasien nampak cemas. Pasien lupa melepas sandal saat

diarahkan untuk berbaring. Namun beberapa saat kemudian pasien menyadarinya

dan melepas sandalnya.

Berbicara : lambat, inkoheren.

Afek : Berubah-ubah, anxietas (+), bingung, ketakutan.

Pola pikir : inkoheren (jawaban tidak sesuai apa yang

ditanyakan).

Isi pikir : waham (-)

Persepsi : Halusinasi auditorik (+), pasien mengaku

mendengar suara-suara yang mengajaknya jalan di malam hari. Ilusi (-)

Obsesi kompulsi : (-)

Orientasi : tempat (-), waktu (-), orang (-)

Page 8: Demensia

Daya ingat : pasien tidak ingat dengan anak yang

mengantarkannya. Pasien tidak tahu saat itu sedang berada di mana. Pasien sering

lupa jalan pulang.

Perhatian dan konsentrasi : atensi (+), sulit berkonsentrasi, mudah dialihkan.

Intelegensia

1. Taraf Pendidikan : lulusan SD

2. Keadaan Intelek : Kesan kurang

3. Kemampuan Menyampaikan Pendapat : kesan kurang

4. Pengertian Tentang Diri : (-)

FORMULASI DIAGNOSIS

Telah diperiksa seorang wanita, Ny NS usia 65 tahun, bertempat tinggal di

Muara Ancalong, suku Kutai, agama Islam, status janda, datang ke Poli diantar

oleh anak kandungnya.

Pada pasien ditemukan sindrom atau pola perilaku atau psikologis yang

bermakna secara klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya

(disability) dalam fungsi pekerjaan dan aktivitas sehari-hari pasien. Oleh karena

itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa sesuai

dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.

Diagnosis Multiaksial :

1. Aksis I : Demensia + Depresi sedang

2. Aksis II : tidak ada diagnosa

3. Aksis III : Hipertensi grade II

4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga dan lingkungan sosial

5. Aksis V : GAF 70-61

Page 9: Demensia

DAFTAR MASALAH

1. Organobiologis: Hipertensi Grade II

2. Psikologis:

Demensia

Depresi sedang

Adanya gangguan psikotik berupa halusinasi auditorik dan mengamuk

jika tidak diperbolehkan jalan.

Terapi Farmakologi

Halloperidol 1,5 mg 2x1

THD 2 mg 2x1

Alganax 0,5 mg 0-0-1

Captopril 25 mg 2 x 1

Psikoterapi

Terhadap penderita

Jika kehilangan daya ingat yang ringan, pertimbangkan penggunaan

alat bantu atau pengingat

Hindari penempatan penderita ditempat atau situasi yang asing

Mendorong untuk mulai beraktifitas. Ajak melakukan kegiatan secara

mandiri, seperti mandi sendiri, makan sendiri, dst

Terhadap Keluarga, mengajak keluarga agar :

1. Menemani dan mengajak berbicara

Page 10: Demensia

2. Menfasilitasi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti makan, minum,

kebersihan

3. Mengajak untuk melakukan kegiatan yang biasa dan bisa dilakukan sehari-

hari

4. Membantu membuat prioritas penyelesaian masalah yang ada dikeluarga

5. Saling memberikan dukungan dan semangat

6. Saling memberikan dukungan secara non verbal seperti memeluk, memuji,

mengelus, dll

Terhadap Lingkungan Sekitar

Kehilangan daya ingat dan kebingungan bisa menyebabkan problem prilaku

(misalnya; agitasi, kecurigaan, letupan emosional) untuk itu diperlukan pengertian

dari masyarakat agar dapat menciptakan lingkungan yang kondusif

USULAN PEMERIKSAAN LANJUTAN

a. Pemeriksaan laboratorium darah, yang perlu diperhatikan di sini adalah:

- Pemeriksaan MMSE untuk membuktikan adanya penurunan fungsi

kognitif, format pemeriksaan terlampir.

- Skala iskemik Hascinski untuk menyingkirkan kejadian demensia

Alzheimer, format pemeriksaan terlampir.

- CT Scan untuk memeriksa kemungkinan terjadinya TIA dan iskemik

otak.

- Leukosit, untuk membuktikan adanya peningkatan yang disebabkan

oleh hormone kortisol yang menyebabkan meningkatnya system imun.

- GDS untuk memeriksa adanya DM

- Kolesterol untuk memeriksa kemungkinan terjadinya aterosklerosis

- Renal Function Test untuk memeriksa gangguan ginjal dan hipertensi.

- Liver Function Test untuk memeriksa adanya kelainan hepar.

- EKG dan Echocardiografi untuk memeriksa gangguan jantung.

Page 11: Demensia

PROGNOSIS

Malam, karena berhubungan dengan penyakit degenerative yang tidak bisa

disembuhkan, hanya saja terapi rehabilitative dapat meringankan beban pasien

dan memperlambat progresivitas penyakit.

PEMBAHASAN

Gambaran Klinis Pasien Demensia

a. Kepribadian

Perubahan kepribadian pada seseorang yang menderita demensia biasanya

akan mengganggu bagi keluarganya. Ciri kepribadiaan sebelum sakit mungkin

Page 12: Demensia

dapat menonjol selama perkembangan demensia. Pasien dengan demensia juga

menjadi tertutup serta menjadi kurang perhatian dibandingkan sebelumnya.

Seseorang dengan demensia yang memiliki waham paranoid umumnya lebih

cenderung memusuhi anggota keluarganya dan pengasuhnya. Pasien yang

mengalami kelainan pada lobus fraontalis dan temporalis biasanya mengalami

perubahan kepribadian dan mungkin lebih iritabel dan eksplosif.

b. Halusinasi dan Waham

Diperkirakan sekitar 20 hingga 30 persen dengan demensia (terutama pasien

dengan demensia tipe Alzheimer) memiliki halusinasi, dan 30 hingga 40 persen

memiliki waham, terutama waham paranoid yang bersifat tidak sistematis,

meskipun waham yang sistematis juga dilaporkan pada pasien tersebut. Agresi

fisik dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya lazim ditemukan pada pasien dengan

demensia yang juga memiliki gejala-gejala psikotik.

c. Mood

Pada pasien dengan gejala psikosis dan perubahan kepribadian, depresi dan

kecemasan merupakan gejala utama yang ditemukan pada 40 hingga 50 persen

pasien dengan demensia, meskipun sindrom depresif secara utuh hanya tampak

pada 10 hingga 20 persen pasien. Pasien dengan demensia juga dapat menujukkan

perubahan emosi yang ekstrem tanpa provokasi yang nyata (misalnya tertawa dan

menangis yang patologis).

d. Perubahan Kognitif

Pada pasien demensia yang disertai afasia lazim ditemukan adanya apraksia

dan agnosia dimana gejala-gejala tersebut masuk dalam kriteria DSM IV. Tanda-

tanda neurologis lainnya yang dikaitkan dengan demensia adalah bangkitan yaitu

ditemukan kira-kira pada 10 persen pasien dengan demensia tipe Alzheimer serta

20 persen pada pasien dengan demensia vaskuler. Refleks primitif seperti refleks

menggenggam, refleks moncong (snout), refleks mengisap, refleks tonus kaki

serta refleks palmomental dapat ditemukan melalui pemeriksaan neurologis pada

5 hingga 10 persen pasien. Untuk menilai fugsi kognitif pada pasien demensia

dapat digunakan The Mini Mental State Exam (MMSE).

Page 13: Demensia

Pasien dengan demensia vaskuler mungkin mempunyai gejala-gejala

neurologis tambahan seperti sakit kepala, pusing, kepala terasa ringan,

kelemahan, tanda defisit neurologis fokal terutama yang terkait dengan penyakit

serebro-vaskuler, pseudobulber palsy, disartria, dan disfagia yang lebih menonjol

dibandingkan dengan gejala-gejala diatas pada jenis-jenis demensia lainnya

Penatalaksanaan

Langkah pertama dalam menangani kasus demensia adalah melakukan verifikasi

diagnosis. Diagnosis yang akurat sangat penting mengingat progresifitas penyakit

dapat dihambat atau bahkan disembuhkan jika terapi yang tepat dapat diberikan.

Tindakan pengukuran untuk pencegahan adalah penting terutama pada demensia

vaskuler. Pengukuran tersebut dapat berupa pengaturan diet, olahraga, dan

pengontrolan terhadap diabetes dan hipertensi. Obat-obatan yang diberikan dapat

berupa antihipertensi, antikoagulan, atau antiplatelet. Pengontrolan terhadap tekanan

darah harus dilakukan sehingga tekanan darah pasien dapat dijaga agar berada dalam

batas normal, hal ini didukung oleh fakta adanya perbaikan fungsi kognitif pada

pasien demensia vaskuler. Tekanan darah yang berada dibawah nilai normal

menunjukkan perburukan fungsi kognitif, secara lebih lanjut, pada pasien dengan

demensia vaskuler. Pilihan obat antihipertensi dalam hal ini adalah sangat penting

mengingat antagonis reseptor -2 dapat memperburuk kerusakan fungsi kognitif.

Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor dan diuretik telah dibuktikan tidak

berhubungan dengan perburukan fungsi kognitif dan diperkirakan hal itu disebabkan

oleh efek penurunan tekanan darah tanpa mempengaruhi aliran darah otak. Tindakan

bedah untuk mengeluarkan plak karotis dapat mencegah kejadian vaskuler berikutnya

pada pasien-pasien yang telah diseleksi secara hati-hati. Pendekatan terapi secara

umum pada pasien dengan demensia bertujuan untuk memberikan perawatan medis

suportif, dukungan emosional untuk pasien dan keluarganya, serta terapi

farmakologis untuk gejala-gejala yang spesifik, termasuk perilaku yang merugikan.

Terapi Psikososial

Kemerosotan status mental memiliki makna yang signifikan pada pasien dengan

demensia. Keinginan untuk melanjutkan hidup tergantung pada memori. Memori

jangka pendek hilang sebelum hilangnya memori jangka panjang pada kebanyakan

kasus demensia, dan banyak pasien biasanya mengalami distres akibat memikirkan

bagaimana mereka menggunakan lagi fungsi memorinya disamping memikirkan

Page 14: Demensia

penyakit yang sedang dialaminya. Identitas pasien menjadi pudar seiring perjalanan

penyakitnya, dan mereka hanya dapat sedikit dan semakin sedikit menggunakan daya

ingatnya. Reaksi emosional bervariasi mulai dari depresi hingga kecemasan yang

berat dan teror katastrofik yang berakar dari kesadaran bahwa pemahaman akan

dirinya (sense of self) menghilang.

Pasien biasanya akan mendapatkan manfaat dari psikoterapi suportif dan

edukatif sehingga mereka dapat memahami perjalanan dan sifat alamiah dari penyakit

yang dideritanya. Mereka juga bisa mendapatkan dukungan dalam kesedihannya dan

penerimaan akan perburukan disabilitas serta perhatian akan masalah-masalah harga

dirinya. Banyak fungsi yang masih utuh dapat dimaksimalkan dengan membantu

pasien mengidentifikasi aktivitas yang masih dapat dikerjakannya. Suatu pendekatan

psikodinamik terhadap defek fungsi ego dan keterbatasan fungsi kognitif juga dapat

bermanfaat. Dokter dapat membantu pasien untuk menemukan cara “berdamai”

dengan defek fungsi ego, seperti menyimpan kalender untuk pasien dengan masalah

orientasi, membuat jadwal untuk membantu menata struktur aktivitasnya, serta

membuat catatanuntuk masalah-masalah daya ingat.

Intervensi psikodinamik dengan melibatkan keluarga pasien dapat sangat

membantu. Hal tersebut membantu pasien untuk melawan perasaan bersalah,

kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan karena ia merasa perlahan-lahan dijauhi

oleh keluarganya.

Farmakoterapi

Dokter dapat meresepkan benzodiazepine untuk insomnia dan kecemasan,

antidepresi untuk depresi, dan obat-obat antipsikotik untuk waham dan halusinasi,

akan tetapi dokter juga harus mewaspadai efek idiosinkrasi obat yang mungkin terjadi

pada pasien usia lanjut (misalnya kegembiraan paradoksikal, kebingungan, dan

peningkatan efek sedasi). Secara umum, obat-obatan dengan aktivitas antikolinergik

yang tinggi sebaiknya dihindarkan.

Donezepil, rivastigmin, galantamin, dan takrin adalah penghambat

kolinesterase yang digunakan untuk mengobati gangguan kognitif ringan hingga

sedang pada penyakit Alzheimer. Obat-obat tersebut menurunkan inaktivasi dari

neurotransmitter asetilkolin sehingga meningkatkan potensi neurotransmitter

kolinergik yang pada gilirannya menimbulkan perbaikan memori. Obat-obatan

tersebut sangat bermanfaat untuk seseorang dengan kehilangan memori ringan hingga

Page 15: Demensia

sedang yang memiliki neuron kolinergik basal yang masih baik melalui penguatan

neurotransmisi kolinergik. Donezepil ditoleransi dengan baik dan digunakan secara

luas. Takrin jarang digunakan karena potensial menimbulkan hepatotoksisitas. Sedikit

data klinis yang tersedia mengenai rivastigmin dan galantamin, yang sepertinya

menimbulkan efek gastrointestinal (GI) dan efek samping neuropsikiatrik yang lebih

tinggi daripada donezepil. Tidak satupun dari obat-obatan tersebut dapat mencegah

degenerasi neuron progresif.

Menurut Witjaksana Roan terapi farmakologi pada pasien demensia berupa:

Antipsikotika tipik: Haloperidol 0,25 - 0,5 atau 1 - 2 mg

Antipsikotika atipik:

o Clozaril 1 x 12.5 - 25 mg

o Risperidone 0,25 - 0,5 mg atau 0,75 - 1,75

o Olanzapine 2,5 - 5,0 mg atau 5 - 10 mg

o Quetiapine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mg

o Abilify 1 x 10 - 15 mg

Anxiolitika

o Clobazam 1 x 10 mg

o Lorazepam 0,5 - 1.0 mg atau 1,5 - 2 mg

o Bromazepam 1,5 mg - 6 mg

o Buspirone HCI 10 - 30 mg

o Trazodone 25 - 10 mg atau 50 - 100 mg

o Rivotril 2 mg (1 x 0,5mg - 2mg)

Antidepresiva

o Amitriptyline 25 - 50 mg

o Tofranil 25 - 30 mg

o Asendin 1 x 25 - 3 x 100 mg (hati2, cukup keras)

o SSRI spt Zoloft 1x 50 mg, Seroxat 1x20 mg, Luvox 1 x 50 -100 mg,

Citalopram 1 x 10 - 20 mg, Cipralex, Efexor-XR 1 x 75 mg, Cymbalta 1 x 60

mg.

o Mirtazapine (Remeron) 7,5 mg - 30 mg (hati2)

Mood stabilizers

o Carbamazepine 100 - 200 mg atau 400 - 600 mg

o Divalproex 125 - 250 mg atau 500 - 750 mg

Page 16: Demensia

o Topamate 1 x 50 mg

o Tnileptal 1 x 300 mg - 3 x mg

o Neurontin 1 x 100 - 3 x 300 mg bisa naik hingga 1800 mg

o Lamictal 1 x 50 mg 2 x 50 mg

o Priadel 2 - 3 x 400 mg

Obat anti-demensia pada kasus demensia stadium lanjut sebenarnya sudah tak

berguna lagi, namun bila diberikan dapat mengefektifkan obat terhadap BPSD

(Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia):

Nootropika:

o Pyritinol (Encephabol) 1 x100 - 3 x 200 mg

o Piracetam(Nootropil) 1 x 400 - 3 x 1200 mg

o Sabeluzole (Reminyl)

Ca-antagonist:

o Nimodipine (Nimotop 1 - 3 x 30 mg)

o Citicholine (Nicholin) 1 - 2 x 100 - 300 mg i.v / i.m.

o Cinnarizine(Stugeron) 1 - 3 x 25 mg

o Pentoxifylline (Trental) 2 - 3 x 400 mg (oral), 200 - 300 mg infuse

o Pantoyl-GABA

Acetylcholinesterase inhibitors

o Tacrine 10 mg dinaikkan lambat laun hingga 80 mg. Hepatotoxik

o Donepezil (Aricept) centrally active reversible cholinesterase inhibitor, 5 mg

1x/hari

o Galantamine (Riminil) 1 - 3 x 5 mg

o Rivastigmin (Exelon) 1,5, 3, 4, 5, 6 mg

o Memantine 2 x 5 - 10 mg

Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD)

Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia (BPSD) penting untuk

diperhatikan karena merupakan satu akibat yang merepotkan bagi pengasuh dan

membuat payah bagi sang pasien karena ulahnya yang amat mengganggu:

Gangguan perilaku

Agitasi

Hiperaktif

Page 17: Demensia

Keluyuran

Perilaku yang tak adekuat

Agresi

Gangguan nafsu makan

Gangguan ritme diurnal: Tidur/bangun

Gangguan afektif

Anxietas

lritabilitas

Gejala depresif.

Depresi berat

Labilitas emosional

Apati

Sindrom waham & salah-identifikasi

Orang menyembunyikan dan mencuri barangnya

paranoid, curiga

Rumah lama dianggap bukan rumahnya

Halusinasi

Page 18: Demensia
Page 19: Demensia