Upload
herika
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengelolaan pendidikan
Citation preview
DEMOKRASI PENDIDIKAN
A. Pengertian Demokrasi Pendidikan
Demokrasi menurut kamus hukum yaitu didalam istilah bahasa Inggris dikenal
dengan democracy atau di dalam istilah bahasa Belanda dikenal dengan
democtaric. Jadi demokrasi adalah :
1. Bentuk atau sistem pemerintahan dimana segenap rakyat turut serta
memerintah melalui perantaraan, wakil-wakilnya atau pemerintah rakyat.
2. Gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan hak dan kewajiban
serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
Pendidikan menurut kamus bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses atau cara
perbuatan mendidik.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa demokrasi Pendidikan adalah
proses perbuatan mendidik yang mengutamakan hak dan kewajiban serta
perlakuan yang sama bagi semua peserta didik.
Demokrasi Pendidikan dapat diartikan juga sebagai hak setiap warga negara
atas kesempatan yang seluas–luasnya untuk menikmati Pendidikan, yang sesuai
dengan bunyi pernyataan Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 4 ayat ( 1)
yaitu “ Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa.
Dua hal yang penting dalam mengikuti pendidikan yaitu:
1. Memperoleh pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam batas
tertentu yakni pada level pendidikan dasar Sembilan tahun.
2. Adanya peluang untuk memilih satuan pendidikan sesuai dengan
karakteristiknya.
Demokrasi Pendidikan bukan hanya sekedar prosedur, tetapi juga nilai-nilai
pengakuan dalam kehormatan dan martabat manusia. Melalui upaya Demokrasi
1
Pendidikan diharapkan mampu mendorong munculnya individu yang kreatif dan
produktif tanpa keterbukaan dalam kehidupan berpolitik. Proses ini menuntut
adanya relasi kemasyarakatan yang Demokratis. Tanggung jawab dari
pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional dalam transformasi sosial yang tengah
berlangsung adalah menanamkan dan mengoperasikan ethos, nilai, dan moralitas
bangsa dalam menerima dan mengelola informasi yang silih berganti menjadi aset
dalam meningkatkan kualitas dirinya.
Pengakuan terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk menuntut
pendidikan pada dasarnya telah mendapatkan pengakuan secara legal
sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang–Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan Pendidikan. Oleh
karena itu seluruh komponen bangsa yang mencakupi orang tua, masyarakat, dan
pemerintah memiliki kewajiban dalam bertanggung jawab untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui pendidikan. Mengenai tanggung jawab pemerintah
secara tegas telah menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang–Undang.
Dengan demikian tampaknya Demokrasi Pendidikan merupakan pandangan
hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang
sama didalam berlangsungnya proses pendidikan antara pendidikan dan anak
didik, serta juga dengan pengelola pendidikan. UU No. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang bunyinya adalah memberikan kesempatan yang
sama untuk menikmati pendidikan yang diatur oleh UU Sistem Pendidikan
Nasional. Pasal 5 yang bunyinya adalah tiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan. Pasal 6 yang bunyinya adalah tiap warga
berhak atas kesempatan mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan yang setara dengan tamatan pendidikan dasar.
Pasal 7 bunyinya adalah penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu
satuan pendidikan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan
sosial dan kemampuan ekonomi. Pasal 8 yang menyebutkan bahwa warga negara
2
yang memiliki kelainan fisik atau mental berhak memperoleh pendidikan luar
biasa dan warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
berhak memperoleh perhatian khusus.
Demokrasi pendidikan memberikan manfaat dalam praktek kehidupan dan
pendidikan dalam beberapa hal yaitu:
1. Rasa hormat terhadap harkat sesama manusia.
Demokrasi dianggap sebagai pilar pertama untuk menjamin persaudaraan
hak manusia dengan tidak memandang jenis kelamin, umur, warna kulit,
agama dan bangsa. Dalam pendidikan, nilai-nilai inilah yang memandang
perbedaan antara satu dengan lainnya baik hubungan antara peserta didik
dengan gurunya dengan saling menghargai dan menghormati diantara mereka.
2. Setiap manusia memiliki perubahan kearah pikirannya yang sehat.
Dari acuan prinsip inilah timbul pandangan bahwa manusia itu harus di
didik, karena dengan mendidik manusia akan berubah dan berkembang kearah
yang lebih sehat baik dan sempurna.
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kebaikan bersama
Dalam demokrasi kita untuk mendahulukan kepentingan bersama daripada
kepentingan pribadi. Kesejahteraan hanya akan dapat tercapai apabila setiap
warga negara atau anggota masyarakat dapat mengembangkan tenaga atau
pikirannya untuk memajukan kepentingan bersama. Kebersamaan dan
kerjasama inilah yang menjadi pilar penyangga demokrasi yang selalu
menggunakan dialog dan musyawarah sebagai pendekatan sosialnya untuk
mengambil keputusan supaya tercapai satu tujuan yaitu kesejahteraan dan
kebahagiaan. Jelaslah bahwa pendidikan kewarganegaraan dan ketatanegaraan
menjadi penting dan sesuatu yang tidak bisa diabaikan untuk diberikan kepada
setiap warga negara, anak-anak atau peserta didik dan upaya mempraktekkan
salah satu dari prinsip demokrasi.
3
B. Prinsp-Prinsip Demokrasi Dalam Pendidikan
Dalam setiap pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah
antara lain :
a. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan.
b. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan.
c. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka.
Melihat dari masalah-masalah yang disebutkan diatas dapat dipahami bahwa
ide dan nilai demokrasi pendidikan itu sangat banyak dipengaruhi oleh alam
pikiran, sifat dan jenis masyarakat dimana mereka berada. Misalnya, masyarakat
agraris berbeda dengan masyarakat metropolitan.
Demokrasi pendidikan mempunyai prinsip sebagai berikut:
1. Menjungjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai
luhurnya.
2. Wajib menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia yang bermartabat
dan berbudi luhur.
3. Mengusahakan suatu pemenuhan hak setiap warga negara untuk
memperoleh pendidikan dan pengajaran nasional dengan memanfaatkan
kemampuan pribadinya dalam rangka mengembangkan kreasinya kearah
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
tanpa merugikan orang lain.
C. Demokrasi Pendidikan di Indonesia
Sebenarnya bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas
demokrasi dalam pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga masa
pembangunan sekarang ini.
Hal ini dapat dilihat pada apa yang terdapat dalam:
a. Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 berbunyi:
− Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
− Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
4
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 pasal 5 tentang
sistem pendidikan nasional yang berbunyi:
− Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan.
Pengakuan terhadap hak asasi setiap individu anak bangsa untuk menuntut
pendidikan pada dasarnya telah mendapatkan pengakuan secara legal
sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
yang berbunyi “bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Oleh karena itu seluruh komponen bangsa yang mencakupi orang tua, masyarakat,
dan pemerintah memiliki kewajiban dalam bertanggung jawab untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Mengenai tanggung jawab
pemerintah secara tegas telah dicantumkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945
pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan undang-undang”.
Terkait dengan pernyataan tersebut, sejak tanggal 8 Juli 2003 pemerintah
telah mengesahkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menggantikan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 yang
dianggap sudah tidak memadai lagi. Pembaharuan Sistem Pendidikan Nasioanal
dilakukan untuk memperbarui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan
nasional. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tersebut secara tegas
memperkuat tentang amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 tentang
pendidikan.
Secara retorik kedua ayat tersebut, telah cukup dapat dipergunakan sebagai
jawaban atas tuntutan reformasi di bidang pendidikan yakni diberinya peluang
bahkan dalam batas tertentu diberikan kebebasan, kepada keluarga dan
masyarakat untuk mendapatkan dan menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan
minat dan kebutuhan masyarakat serta sesuai dengan kondisi dan tuntuan
lapangan kerja. Hal ini berarti bahwa intervensi pemerintah yang berlebihan
5
dalam penyelenggaraan pendidikan perlu ditiadakan, dikurangi atau setidaknya
ditinjau kembali hal-hal yang sudah tidak relevan.
Dalam kaitannya dengan masyarakat belajar (learning society) perlu
diberikan kebebasan kepada masyarakat untuk dapat memilih belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan
undang-undang dan falsafah negara. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan
prinsip belajar seumur hidup.
Selama ini memang kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan telah menuju pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga
secara konseptual pemerintah telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Namun secara realita masih cukup banyak diantara
kelompok usia sekolah yang tidak dapat menikmati pendidikan karena alasan
tertentu baik karena ketidakterjangkauan biaya, tempat maupun kesempatan,
sehingga hak mereka seolah “terampas” dengan sendirinya
Sebenarnya bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas
demokrasi dalam pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga
sekarang. Hal ini terdapat dalam :
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 5, 6, 7 dan pasal 8 ayat 1, 2 dan ayat 3.
Garis-garis Besar Haluan Negara di Sektor Pendidikan.
D. Membangun Sistem Pendidikan Demokratis
Paradigma pendidikan di masa depan adalah pendidikan yang demokratis dan
hanya dapat diwujudkan dalam masyarakat, bangsa dan negara yang juga
demokratis. Demokrasi termasuk demokrasi pendidikan memang tidak
menyembuhkan berbagai penyakit pembangunan termasuk untuk mendapatkan
pendidikan yang bermutu tetapi demokrasi memberikan peluang terbaik bagi
terlaksananya keadilan dan terhormatinya harkat dan martabat kemanusiaan.
Pendidikan yang demokratis akan menghasilkan lulusan yang mampu
6
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan mampu mempengaruhi
pengambilan keputusan kebijakan publik.
Sampai saat ini, pendidikan yang demokratis masih merupakan cita-cita yang
belum terwujud. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20
tahun 2003 bab III pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan
bangsa. Namun dalam kenyataan masih terdapat fenomena pendidikan yang tidak
demokratis, misalnya fenomena kurang memadainya kualitas proses dan produk
pendidikan.
Gambaran pendidikan saat ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Proses pendidikan didominasi oleh penyampaian informasi bukan
pemrosesan informasi.
2) Proses pendidikan masih berpusat pada kegiatan mendengarkan dan
menghafalkan, bukan interprestasi dan makna terhadap apa yang dipelajari
dan upaya membangun pengetahuan.
3) Proses pendidikan masih didominasi oleh guru/dosen yang otoriter.
4) Selama ini siswa ditempatkan sebagai objek, belum menempati
kedudukannya sebagai subjek, sehingga kurang ada peluang bagi
siswa/mahasiswa untuk berkreasi, memberi kesempatan untuk
mengembangkan dan menunjukkan kemampuan yang beragam.
Impian pendidikan berkualitas hanya dapat diwujudkan dalam alam demokrasi
pendidikan dan demokrasi pendidikan hanya dapat diwujudkan dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Namun,
kenyatannya kehidupan yang demokratis masih lebih merupakan keinginan
daripada kenyataan.
Konsep sistem pendidikan yang demokratis terkait dengan bagaimana
pendidikan tersebut disiapkan, dirancang dan dikembangkan sehingga
memungkinkan terwujudnya ciri-ciri atau nilai-nilai demokrasi. Ini juga bersifat
umum dalam arti mengemas sistem pendidikan dengan seluruh komponen, yaitu
kurikulum, materi pendidikan, sarana prasarana, lingkungan siswa, guru dan
7
tenaga pendidikan lainnya, proses pendidikan dan lainnya. Bisa juga bersifat
khusus yaitu pengemasan komponen-komponen tertentu dari sistem pendidikan
tersebut misalnya bagaimana kurikulum atau bahan pelajaran atau proses belajar
mengajar dirancang sedemikian rupa sehingga mencerminkan dan memungkinkan
terbentuknya nilai-nilai demokrasi.
Dalam mengembangkan sistem pendidikan yang demokratis di Indonesia,
perlu memperhatikan tujuh butir yang merupakan prinsip-prinsip dalam prosedur-
prosedur yang demokratis dan mencerminkan pandangan serta jalan hidup
demokratis yang diinginkan. Tujuh butir tersebut yaitu:
(1) Mengutamakan kepentingan masyarakat,
(2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama,
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan,
(5) Memiliki i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah,
(6) Musyawarah yang dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur,
(7) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
8
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Demokratisasi pendidikan merupakan suatu kebijakan yang sangat didamba-
kan oleh masyarakat. Melalui kebijakan tersebut diharapkan peluang masyarakat
untuk menikmati pendidikan menjadi semakin lebar sesuai dengan kemampuan
dan kesempatan yang dimiliki. Jurang pemisah antara kelompok terdidik dan
belum terdidik menjadi semakin terhapus, sehingga informasi pembangunan tidak
lagi menjadi hambatan. Ungkapan pendidikan untuk semua dan semuanya untuk
pendidikan diharapkan bukan sekedar wacana tetapi sudah harus merupakan
komitmen pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkannya.
Demokrasi pendidikan adalah proses perbuatan mendidik yang mengutamakan
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua peserta didik. Manfaat
demokrasi pendidikan dalam praktek kehidupan dan pendidikan antara lain yaitu
rasa hormat terhadap harkat sesama manusia, setiap manusia memiliki perubahan
kearah pikiran yang sehat, rela berbakti untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
Pelaksanaan demokrasi dalam pendidikan itu telah dicoba baik secara
eksperimen maupun secara operasional dalam beberapa tempat dan negara yang
banyak sekali.
B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan
menambah wawasan kita tentang Demokrasi Pendidikan di Indonesia. Dengan
mengetahui demokrasi pendidikan kita akan menjadi manusia yang demokrasi
baik dalam pendidikan dan hal-hal yang lainnya dalam penyelesaian masalah
dengan demokratis.
9
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Amsal. 2009. Studi Filsafat Pendidikan. Banda Aceh: Yayasan PeNA.
Direktorat Binbaga. 2001. Filsafat Pendidikan, Jakarta: Direktorat Binbaga.
Djumranjah. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Malang: Bayumedia
Publishing.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pustaka Widyatama.
Djohar. 2003. Pendidikan Strategik, Alternatif untuk Pendidikan Masa Depan.
Jogjakarta: LESFI.
Mastuhu. 2003. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam
Abad 21. Jogyakarta: Safiria Insania Press.
10