62
DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA A/H5 PADA KUNING TELUR AYAM DARI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL DI KOTA SURABAYA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh WIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS NIM 060313215 Menyetujui Komisi Pembimbing, Jola Rahmahani, M.Kes., Drh Rimayanti, M.Kes., Drh Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA WIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA A/H5 PADA

KUNING TELUR AYAM DARI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL

DI KOTA SURABAYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Oleh

WIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

NIM 060313215

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Jola Rahmahani, M.Kes., Drh Rimayanti, M.Kes., Drh

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 2: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi berjudul :

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza A/H5 Pada Kuning Telur

Ayam Dari Beberapa Pasar Tradisional Di Kota Surabaya

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surabaya, Desember 2007

Wijayanti Liestiyoningtiyas

NIM 060313215

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 3: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Telah dinilai pada Seminar Hasil Penelitian

Tanggal : 11 Desember 2007

KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN

Ketua : Emmanuel Djoko Poetranto, M.S., Drh.

Sekretaris : Dr. Agnes Theresia Soelih Estoepangestie, Drh.

Anggota : Dr. Suwarno, M.Si., Drh.

Pembimbing I : Jola Rahmahani, M.Kes., Drh.

Pembimbing II : Rimayanti, M.Kes., Drh.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 4: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Telah diuji pada

Tanggal : 19 Desember 2007

KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Emmanuel Djoko Poetranto, M.S., Drh.

Anggota : Dr. Agnes Theresia Soelih Estoepangestie, Drh.

Dr. Suwarno, M.Si., Drh.

Jola Rahmahani, M.Kes., Drh.

Rimayanti, M.Kes., Drh.

Surabaya, 10 Januari 2008

Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga

Dekan,

Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., Drh.

NIP. 130687305

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 5: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

THE DETECTION OF ANTIBODY OF A/H5 AVIAN INFLUENZA VIRUS

IN EGG YOLK FROM TRADITIONAL MARKETS

IN SURABAYA

Wijayanti Liestiyoningtiyas

ABSTRACT

The aim of this study is to detect the antibody of A/H5 Avian Influenza (AI)

virus in egg yolk from consumption eggs sold in traditional markets in Surabaya.

Total of 300 eggs were collected from 15 markets of five districts in Surabaya using

Stratified Random Sampling method and were examined by Haemaglutination

Inhibition test. The result showed that there were significantly different (p<0,05)

among the five districts in Surabaya, North Surabaya was a district with the highest

AI A/H5 antibody titer and Central Surabaya was the lowest. The variable of egg type

showed that antibody titer against AI A/H5 of kampong chicken egg yolk was higher

then domestic (p<0,01). The combination of district and type of egg was significantly

different (p<0,01). The AI A/H5 antibody titer of kampong chicken egg yolk from

North Surabaya and domestic from West Surabaya were the highest.

Key words : Antibody, Avian Influenza virus, egg yolk, Haemagglutination Inhibition.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 6: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah dilimpahkan

sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi dengan

judul Deteksi Antibodi Terhadap Avian Influenza A/H5 Pada Kuning Telur

Ayam Dari Beberapa Pasar Tradisional Di Kota Surabaya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Hj. Romziah

Sidik, Ph.D., Drh., atas kesempatan mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga.

Jola Rahmahani, M.Kes., Drh., selaku pembimbing pertama, Rimayanti,

M.Kes., Drh selaku pembimbing kedua dan Dr. Suwarno, M.Si., Drh., selaku

pembimbing penelitian sekaligus anggota penguji atas saran dan bimbingannya

sampai dengan selesainya skripsi ini.

Emmanuel Djoko Poetranto, MS., Drh., selaku ketua penguji dan Dr Agnes

Theresia Soelih Estoepangestie Drh., selaku sekretaris penguji.

Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas

wawasan keilmuan selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga.

Seluruh dosen dan staf di Laboratorium Virologi dan Imunologi Bagian

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga atas bantuan teknik

dalam proses penelitian ini.

Ayahku Widji, ibuku Alm. Lissiyah serta kakak-kakakku Listiyanto D.,

Liestiyani W., dan Wiwik L. yang tercinta atas segala do’a, pengorbanan, kasih

sayang, dukungan dan nasehatnya selama ini.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 7: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Teman sepenelitian Mega Yunita atas semangat, do’a dan kesabarannya,

Nurma S. H., Yuni Widhi, dan teman-teman angkatan 2003 atas segala bantuan dan

nasehatnya.

Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis

mengharap kritik dan saran dari pembaca sebagai upaya penyempurnaan makalah ini.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya pencegahan dan pengendalian

penyakit AI.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Surabaya, Desember 2007

Penulis

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 8: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ ii

HALAMAN IDENTITAS ....................................................................................... iii

ABSTRACT ............................................................................................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................... 4

1.3. Landasan Teori.................................................................................... 5

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

1.5.1. Manfaat Teoritis........................................................................ 6

1.5.2. Manfaat Praktis ......................................................................... 6

1.6. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7

2.1. Virus Avian Influenza ........................................................................... 7

2.1.1. Etiologi dan Morfologi ............................................................. 7

2.1.2. Sifat Virus AI............................................................................ 8

2.1.3. Variasi Antigenik Virus AI...................................................... 9

2.1.4. Sumber dan Cara Penularan AI................................................. 10

2.1.5. Gejala Klinik............................................................................. 11

2.1.6. Diagnosis dan Diagnosis Banding ............................................ 12

2.1.7. Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan AI................... 13

2.1.8. Pengobatan................................................................................ 15

2.2. Telur..................................................................................................... 16

2.2.1. Struktur Telur ........................................................................... 16

2.2.2. Komposisi Telur........................................................................ 16

2.2.3. Kualitas telur ............................................................................. 17

2.3. Hemaglutinasi Inhibisi ......................................................................... 18

2.3.1. Hemaglutinasi ........................................................................... 18

2.3.2. Hemaglutinasi Inhibisi .............................................................. 19

BAB 3 MATERI DAN METODE........................................................................... 20

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 20

3.2. Bahan dan Materi Penelitian................................................................ 20

3.2.1. Bahan Penelitian ....................................................................... 20

3.2.2. Alat-alat Penelitian.................................................................... 20

3.3. Metode Penelitian ................................................................................ 21

3.3.1. Sampel Telur ............................................................................. 21

3.3.2. Ekstraksi Kuning Telur ............................................................. 21

3.3.3. Titrasi Antigen .......................................................................... 22

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 9: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

3.3.4. Retitrasi Antigen 4 HA Unit ..................................................... 22

3.3.5. Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) Mikroteknik ........................... 23

3.4. Rancangan Penelitian........................................................................... 24

3.5. Peubah Yang Diamati .......................................................................... 24

3.6. Analisis Data........................................................................................ 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN.................................................................................. 25

BAB 5 PEMBAHASAN.......................................................................................... 28

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN ...................................................................... 33

6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 33

6.2 Saran ..................................................................................................... 33

RINGKASAN .......................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 36

LAMPIRAN............................................................................................................. 40

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 10: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Rata-rata dan simpangan baku titer antibodi (log2) kuning telur ayam

buras dan ras di lima wilayah kota Surabaya ................................................. 25

4.2 Selisih rata-rata total titer antibodi (log2) pada perlakuan wilayah................ 26

4.3 Hasil uji BNJ 5% untuk perlakuan wilayah.................................................... 27

4.3 Hasil uji BNJ 5% untuk perlakuan kombinasi antara wilayah dengan jenis

Telur................................................................................................................ 27

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 11: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Ilustrasi virus Avian influenza......................................................................... 8

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 12: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Analysis of Variance ....................................................................................... 40

2 Bahan dan Alat Penelitian................................................................................ 43

3 Ekstraksi Kuning Telur Ayam Ras dan Buras ................................................. 44

4 Tabel Hasil Uji HI Telur Ayam Ras dan Buras ............................................... 45

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 13: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor peternakan merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia.

Menurut Sudaryani dan Sentosa (1997) ternak unggas, khususnya ayam, merupakan

komoditas ternak yang cepat berproduksi dan banyak dipelihara karena relatif murah

dan mudah pemeliharaannya jika dibandingkan dengan ternak lain. Perkembangan

usaha peternakan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor salah satunya adalah

penyakit. Menurut Lusiastuti dkk (2006) penyakit dapat mempengaruhi kesejahteraan

ternak, produktifitas ternak dan secara langsung maupun tidak langsung akan

berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Salah satu penyakit infeksi pada unggas

yang disebabkan oleh virus adalah avian influenza (AI) atau flu burung.

Keberadaan virus ini sudah ada sejak lama dan tersebar luas di dunia yang

dapat menyebabkan influenza pada babi, kuda dan unggas serta manusia (Fenner et

al., 1995). Avian influenza yang menyebabkan kematian sangat tinggi pada unggas

dilaporkan pertama kali di Italia tahun 1878 dan dikenal sebagai “fowl plaque”. Fowl

plaque telah dikenal di Eropa sejak abad ke-19 tetapi virus penyebabnya baru

diidentifikasi sebagai virus influenza A pada tahun 1955 (Tabbu, 2000). Diuraikan

oleh Murphy et al. (1999) bahwa pandemi AI di dunia telah terjadi pada abad ke-20,

yaitu Spanish Flu tahun 1918 yang menyebabkan 25 hingga 40 juta orang meninggal

dunia. Menurut Tabbu (2000) virus influenza A strain H5NI yang menyerang ayam

dan burung peliharaan pernah dilaporkan mewabah di Hong Kong pada tahun 1997.

Letupan wabah AI atau flu burung di Indonesia telah terjadi pada akhir 2003

sampai awal 2004. Wabah tersebut telah menyebabkan kematian unggas di beberapa

propinsi di Pulau Jawa seperti Jawa timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 14: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pemerintah mengindikasikan penyebab kematian

ayam tersebut adalah penyakit Newcastle Disease velogenic viscerotropic (vvND).

Departemen Pertanian pada tanggal 25 Januari 2004 mengumumkan secara resmi

bahwa penyebab kematian unggas yang menyerang Indonesia adalah virus AI sub tipe

H5NI (Rahardjo, 2004).

Kejadian AI di Indonesia telah mengalami perkembangan. Bulan April tahun

2005, virus AI telah ditemukan pada babi di Tangerang - Propinsi Banten. Memasuki

bulan Juni, kasus AI pertama pada manusia terjadi di Tangerang-Banten. Kasus AI

pada manusia juga menimpa warga Kalideres - Jakarta Barat dan Serpong -

Tangerang yang diduga terkait dengan bangkai bebek yang dibuang di sungai (Poultry

Indonesia, 2007). Flu burung dipastikan telah menyerang wilayah Surabaya setelah

hasil uji laboratorium Balai Besar Veteriner di Wates, Yogyakarta, menyatakan

bahwa kasus di Kedurus, Surabaya, positif flu burung (Kompas, 2006). Dampak dari

merebaknya kasus ini sangatlah jelas, yaitu menurunnya permintaan broiler hingga

50%, melemahnya permintaan DOC dan menurunnya permintaan pakan mendorong

agrobisnis perunggasan menghadapi ancaman kebangkrutan (Poultry Indonesia,

2007). Selain itu, alokasi dana yang digunakan untuk pencegahan, pengendalian dan

pemberantasan penyakit avian influenza juga tidak sedikit jumlahnya.

Masalah avian influenza ini membutuhkan perhatian yang sangat serius dari

inter disiplin profesi, termasuk kerja sama diantara pemerintah, kalangan Kedokteran

Umum dan Kedokteran Hewan serta tak lepas dari dukungan masyarakat. Salah satu

upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal itu adalah tindakan pencegahan dan

pemberantasan penyakit yang didukung dengan diagnosis yang tepat.

Diagnosis avian influenza secara klinik pada umumnya tidak bisa digunakan

untuk meneguhkan diagnosis penyakit secara pasti karena gejala klinik yang beragam

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 15: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

(Murphy et al., 1999). Secara umum, diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk

mendiagnosis penyakit virus hewan, meliputi isolasi dan identifikasi agen penyebab

penyakit dari bahan tersangka, uji serologi untuk mendeteksi dan mengukur antibodi

spesifik yang terbentuk selama kejadian penyakit, menemukan antigen virus dalam

lesi dengan menggunakan antibodi yang diwarnai dengan fluoresein atau peroksidase,

dan pemeriksaan dengan mikroskop elektron dari bahan tersangka dengan pewarnaan

positif dan negatif guna mengenal dan mengetahui ukuran partikel virus (Ernawati

dkk., 2002). Diungkapkan oleh Rahardjo (2004) bahwa pemeriksaan serologik yang

sering dipakai adalah uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) untuk mengetahui antibodi

terhadap Hemaglutinin (H) dan Agar Gel Presipitasi (AGP) untuk mengetahui adanya

antibodi terhadap Neuraminidase (N). Uji serologik yang lain adalah Netralisasi Virus

(VN), Neuraminidase-Inhibition (NI), Enzyme Linked Immuno- sorbent Assay

(ELISA), antibodi monoklonal, dan hibridisasi in situ.

Status avian influenza pada peternakan ayam dapat ditentukan dengan uji

serum darah. Metode uji serum darah merupakan uji serologis yang dapat digunakan

untuk mendeteksi antibodi terhadap virus AI (Beck et al., 2003). Metode ini dapat

menjadi suatu kendala tertentu karena membutuhkan tenaga intensif untuk

penanganan tiap individu ayam. Supernatan yang berasal dari kuning telur ayam dapat

digunakan sebagai uji serologis sebagai pengganti serum darah. Seperti halnya dengan

serum darah, kuning telur juga mengandung antibodi yang dapat digunakan sebagai

uji serologis. Menurut Camenish et al. (1999) sumber antibodi pada kuning telur

adalah imunoglobulin (IgY).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 16: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Apakah antibodi anti-AI A/H5 dapat dideteksi pada kuning telur

ayam?

2. Apakah terdapat perbedaan titer antibodi anti-AI A/H5 antara kuning

telur ayam ras dan buras ?

3. Apakah terdapat perbedaan lokasi pengambilan sampel terhadap titer

antibodi anti-AI A/H5 pada kuning telur ayam ras dan buras ?

1.3 Landasan Teori

Tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit AI yang didukung dengan

diagnosis yang tepat sangat dibutuhkan untuk mengatasi merebaknya kasus AI.

Murphy et al. (1999) menyatakan bahwa diagnosis secara klinik pada umumnya tidak

bisa digunakan untuk meneguhkan diagnosis penyakit secara pasti karena gejala

klinik yang beragam. Menurut Ernawati dkk. (2002) diperlukan pemeriksaan

laboratorium untuk mendiagnosis penyakit virus hewan, salah satunya adalah uji

serologi untuk mendeteksi antibodi spesifik.

Status avian influenza pada peternakan ayam dapat ditentukan dengan uji

serum darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap virus AI. Sebagai metode tes

alternatif, kuning telur ayam dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap

virus avian influenza (Beck et al., 2003). Indriani dan Dharmayanti (2006)

mengungkapkan bahwa perpindahan unggas maupun produk asal unggas, baik di

dalam negeri maupun dari dan ke luar negeri, memerlukan sertifikat untuk menjamin

produk unggas tersebut bebas penyakit AI. Penentuan status AI pada suatu flok dapat

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 17: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

dilakukan dengan mendeteksi antibodi dalam sampel yang berasal dari kuning telur

dan dapat diperoleh tanpa mengganggu unggas saat pengambilan contoh sampel.

Suartha dkk (2003) menyebutkan bahwa antibodi spesifik (IgY) yang ada dalam darah

induk ayam dapat ditransfer secara baik ke dalam telur dalam jumlah yang cukup

banyak. Kandungan IgY pada kuning telur mencapai 10 hingga 20 mg/ml.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi terhadap virus AI A/H5

pada kuning telur ayam buras dan ras dari beberapa pasar tradisional di kota

Surabaya.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai landasan ilmiah bahwa

kuning telur mengandung antibodi yang dapat digunakan sebagai uji

serologis untuk mendeteksi antibodi virus AI.

1.5.2 Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai metode alternatif pada uji serologis dengan menggunakan kuning

telur ayam sebagai pengganti serum darah.

2. Kuning telur dapat dimanfaatkan sebagai uji serologis dalam prosedur

monitoring penyakit AI pada peternakan ayam.

3. Penggunaan kuning telur dalam uji serologis merupakan salah satu upaya

untuk menentukan tindakan pencegahan penyakit AI.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 18: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

1.6 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat perbedaan titer antibodi anti-AI A/H5 antara kuning telur ayam

buras dan ras.

2. Terdapat perbedaan lokasi pengambilan sampel terhadap titer antibodi

anti-AI A/H5 pada kuning telur ayam ras dan buras.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 19: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Virus Avian Influenza

2.1.1 Etiologi Dan Morfologi

Avian influenza disebabkan oleh virus influenza yang tergolong dalam famili

Orthomyxoviridae (Tabbu, 2000). Famili ini terbagi menjadi tiga tipe, yaitu virus

influenza tipe A, B, dan C (Cox et al., 2000; Indriani dan Dharmayanti, 2006;

Rantam, 2005). Virus influenza A patogen pada kuda, babi, mink, anjing laut, paus,

unggas dan manusia. Virus influenza B patogen pada manusia, sedangkan virus

influenza C dapat menginfeksi manusia dan babi (Murphy et al., 1999).

Virus avian influenza berbentuk spherical atau pleomorphic, mempunyai

amplop dan berdiameter 80-120 mm (Murphy et al., 1999). Jenis asam nukleat dari

famili Orthomyxoviridae adalah ribonukleat acid (RNA) dan beruntai tunggal (single

stranded) (Ernawati dkk., 2002).Virus ini dibungkus oleh glikoprotein dan dilapisi

oleh lapisan lemak ganda (bilayer lipid). Glikoprotein HA dan NA merupakan protein

permukaan yang sangat berperan dalam penempelan dan pelepasan virus dari sel

inang (Rahardjo, 2004).

Diungkapkan oleh Fouchier et al. (2005) yang dikutip oleh Indriani dan

Dharmayanti (2006) bahwa virus influenza A diklasifikasikan berdasarkan antigenitas

dari glikoprotein hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) yang diekspresikan

pada permukaan partikel virus. Virus AI mempunyai 16 subtipe HA dan 9 subtipe NA

yang telah dideteksi pada burung-burung liar dan unggas di dunia.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 20: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Gambar 2.1 Ilustrasi virus Avian influenza (Heinen, 2003)

2.1.2 Sifat virus AI

Virus influenza relatif tidak stabil terhadap lingkungan. Suhu yang panas,

perubahan pH yang ekstrim atau kondisi non isotonik dan kekeringan dapat

menyebabkan virus menjadi inaktif (www.agnr.umd.edu_avianflu, 2006). Lapisan

lemak ganda pada selubung virus menjadikan virus influenza ini sensitif terhadap

pelarut lemak, misalnya deterjen, sehingga virus menjadi tidak infektif lagi.

Infektivitas ini juga dirusak dengan cepat oleh formalin, asam encer, eter, dan

senyawa iodium. Virus juga akan mati pada temperatur 560C selama tiga jam atau

600C selama 30 menit atau lebih (Rahardjo, 2004). Sebaliknya virus ini masih dapat

bertahan hidup dalam air dengan suhu 22°C selama empat hari dan 0°C selama lebih

dari 30 hari (Departemen Pertanian, 2005). Virus avian influenza masih tetap infektif

dalam feses selama 30-35 hari pada temperatur 40C dan selama tujuh hari pada

temperatur 200C. Virus influenza dapat diisolasi dari air danau atau kolam yang

terletak di daerah yang banyak dihuni oleh unggas air. Virus ini dapat tumbuh di

dalam telur ayam bertunas umur 9-11 hari (Tabbu, 2000). Virus juga dapat diisolasi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 21: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

dalam jumlah besar dari feses dan sekresi respirasi dari ayam yang terinfeksi (Beck et

al., 2003).

2.1.3 Variasi Antigenik Virus AI

Virus influenza A bersifat sangat mudah mutasi, terutama pada HA dan NA

(Rahardjo, 2004). Variasi antigenik pada virus influenza dapat terjadi melalui dua

cara, yaitu drift dan shift (Tabbu, 2000). Antigenic drift merupakan keadaan virus

influenza yang mengalami mutasi kode genetik pada antigen permukaan HA dan NA

(Zage, 1998). Mekanisme tersebut menghasilkan strain virus baru yang menyebabkan

virus influenza tidak dikenali oleh antibodi. Antigenic drift dapat terjadi ketika

seseorang terinfeksi oleh virus influenza di mana antibodi telah terbentuk untuk

melawan virus tersebut. Strain virus baru yang dihasilkan dari mekanisme antigenic

drift menyebabkan antibodi dalam tubuh tidak dapat mengenali virus ini. Mekanisme

inilah yang menyebabkan seseorang dapat terinfeksi vius influenza lebih dari satu kali

selama hidupnya (www.cdc.gov/flu/ avian/gen-info/flu-viruses.htm, 2005).

Antigenic shift dapat terjadi melalui transmisi langsung dari unggas ke

manusia maupun melalui percampuran genetik (genetic reassortment) dari dua virus

influenza yang berbeda yang menginfeksi sel (Harimoto and Kawaoka, 2001).

2.1.4 Sumber dan Cara Penularan AI

Virus avian influenza bereplikasi di dalam epitel usus halus dan

diekskresikan melalui feses dengan konsentrasi yang tinggi dan dapat bertahan dalam

jangka waktu yang lama, terutama di dalam air pada suhu yang rendah (Murphy et al.,

1999). Unggas air merupakan reservoir alami dari virus influenza A

(www.agnr.umd.edu_avianflu, 2006). Hal serupa juga diungkapkan oleh Irawan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 22: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

(1995), bahwa unggas air seperti itik dan angsa merupakan sumber utama penularan

penyakit flu burung.

Unggas air yang menjadi sumber penyakit avian influenza, umumnya memang

tidak memberi petunjuk adanya gejala-gejala terserang, tetapi akan mengeluarkan

virus selama jangka waktu yang lama. Apabila kalkun yang terserang penyakit AI,

virusnya tetap berada dalam tubuhnya selama beberapa bulan dan virus yang telah

diisolasi dari telur kalkun menunjukkan adanya pemindahan vertikal meskipun

virusnya akan membunuh embrio (Murtidjo, 1992).

Penularan penyakit AI dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

Penularan secara langsung terjadi ketika kontak dengan ternak yang sakit melalui

udara, cairan atau lendir yang berasal dari hidung, mulut, dan mata, serta kotoran dan

udara. Penularan tak langsung terjadi melalui air, peralatan, telur, pakan serta alat

transportasi yang terkontaminasi oleh virus AI (Departemen Pertanian, 2006).

2.1.5 Gejala Klinik

Menurut Franco and Herenda (1996) masa inkubasi AI bervariasi mulai dari

beberapa jam sampai tujuh hari, tergantung dari dosis infeksi virus, virulensi, umur

ayam yang terinfeksi, spesies dan status kekebalan dalam kandang, serta faktor

lingkungan. Virus dengan virulensi yang tinggi dapat menyebabkan morbiditas dan

mortalitas mencapai 100%.

Strain “Highly Virulent” menyebabkan kematian mendadak atau tiba-tiba

tanpa gejala klinis yang tampak (Murphy et al., 1999). Pada umumnya kematian dapat

terjadi dalam beberapa jam setelah gejala klinis yang muncul pertama kali. Sebelum

terjadi kematian temperatur akan menurun hingga menjadi subnormal (Barlough et

al., 1988). Jika unggas bertahan lebih dari 48 jam, maka akan terjadi penghentian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 23: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

masa bertelur, kesulitan bernapas, lakrimasi, sinusitis, diare, edema kepala, muka dan

leher, serta sianosis pada kulit yang tidak berbulu, terutama pada pial dan jengger.

Virulen virus yang tidak ganas dapat menyebabkan anoreksia, menurunnya berat

badan, menurunnya produksi telur, penyakit respirasi dan sinusitis (Murphy et al.,

1999). Populasi yang padat, rendahnya sistem ventilasi dan munculnya infeksi yang

lain merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit (Quinn et al., 2002). Pada

beberapa kasus terlihat adanya kongesti, hemoragi, transudat dan fosi nekrotik pada

kulit dan pial. Eksudat fibrinous juga tampak pada kantung udara, perikardium,

peritonium dan oviduk. Pada limpa, hati, ginjal dan paru-paru dapat ditemukan fosi

nekrotik (Franco and Herenda, 1996).

2.1.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis secara klinik pada umumnya tidak bisa digunakan untuk

meneguhkan diagnosis penyakit secara pasti karena adanya gejala klinik yang

bervariasi (Murphy et al., 1999). Secara umum, diperlukan pemeriksaan laboratorium

untuk mendiagnosis penyakit virus hewan meliputi isolasi dan identifikasi (Ernawati

dkk., 2002). Isolasi virus dapat dilakukan pada telur ayam bertunas umur 10-11 hari

menggunakan jaringan trakea dan/atau kloaka dari unggas yang mati ataupun hidup

(Tabbu, 2000). Pemeriksaan serologis dapat dilakukan untuk mengetahui adanya

pembentukan antibodi terhadap virus influenza A (Tabbu, 2000). Antibodi anti-

influenza dapat dideteksi pada serum ayam betina tujuh hari pasca inokulasi virus

hidup, sedangkan deteksi antibodi pada kuning telur dilakukan 14 hari pasca inokulasi

(Beck et al., 2003). Pemeriksaan serologis yang sering dipakai adalah uji

Hemaglutinasi Inhibisi (HI) untuk mengetahui adanya antibodi terhadap Hemaglutinin

(H) dan Agar Gel Presipitasi (AGP) untuk mengetahui adanya antibodi terhadap

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 24: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Neuraminidase (N). Uji serologis yang lain adalah Netralisasi Virus (VN),

Neuraminidase-Inhibition (NI), Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA),

antibodi monoklonal, dan hibridisasi in situ (Rahardjo, 2004).

Diagnosis banding dari penyakit AI adalah viscerotropic velogenic Newcastle

Disease (vvND), Fowl Cholera, Clamydiosis dan Mycoplasmosis (Franco and

Herenda, 1996). Penyakit lain yang mirip dengan AI adalah Pigeon Paramyxovirus,

Infectious Bronchitis (IB) dan Swollen Head Syndrome. AI juga mirip dengan

Infectious Laryngotracheitis dari gejala gangguan pernapasan dan adanya eksudat

bercampur darah dari lumen trakea (Rahardjo, 2004).

2.1.7 Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan AI

Prinsip dasar yang diterapkan dalam pencegahan, pengendalian, dan

pemberantasan avian influenza atau flu burung ini adalah mencegah kontak antara

hewan peka dengan virus AI, menghentikan produksi virus AI oleh unggas tertular,

meningkatkan resistensi (pengebalan) dengan vaksinasi, menghilangkan sumber

penularan virus dan peningkatan kesadaran masyarakat (public awarness)

(Departemen Pertanian, 2005).

Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui sembilan tindakan yang

merupakan satu kesatuan, yaitu peningkatan biosecurity, vaksinasi, depopulasi atau

pemusnahan terbatas di daerah tertular, pengendalian lalu lintas keluar masuk unggas,

surveilans dan penelusuran, pengisian kandang kembali atau peremajaan, stamping

out atau pemusnahan menyeluruh di daerah tertular baru, peningkatan kesadaran

masyarakat, serta monitoring dan evaluasi (Departemen Pertanian, 2005)

Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk

pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak atau

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 25: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Tindakan biosecurity

yang harus dilakukan meliputi pengawasan lalu lintas dan tindak karantina atau isolasi

lokasi peternakan tertular dan lokasi tempat-tempat penampungan unggas yang

tertular serta dekontaminasi atau desinfeksi (Direktur Jenderal Bina Produksi

Peternakan, 2004).

Tindakan pemusnahan unggas selektif di daerah tertular dapat dilakukan

dengan cara pemusnahan selektif (depopulasi) dan disposal. Depopulasi adalah suatu

tindakan untuk mengurangi populasi unggas yang menjadi sumber penularan

penyakit. Disposal adalah prosedur untuk melakukan pembakaran dan penguburan

terhadap unggas mati (bangkai), karkas, telur, kotoran (feses), bulu, alas kandang

(sekam), pupuk dan pakan ternak yang tercemar serta bahan dan peralatan lain

terkontaminasi yang tidak dapat didekontaminasi atau didesinfeksi secara efektif

(Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2004).

Vaksinasi merupakan pertahanan kedua dalam upaya mengendalikan dan

memberantas wabah penyakit AI. Tindakan vaksinasi dilakukan secara massal

terhadap seluruh unggas sehat pada daerah tertular dan vaksin yang dipergunakan

adalah vaksin inaktif. Monitoring pasca vaksinasi dilakukan untuk mengetahui tingkat

kekebalan unggas yang divaksin dengan metode pemeriksaan serologi HI tes

menggunakan antigen yang homolog dengan strain vaksin (Direktur Jenderal Bina

Produksi Peternakan, 2004).

Tindakan surveilans bertujuan untuk menetapkan sumber infeksi di daerah

baru tertular, menetapkan penyebaran atau perluasan penyakit di daerah tertular,

memantau epidemiologi dan dinamika penyakit untuk mengetahui perkembangan

pengendalian dan pemberantasan penyakit, menetapkan wilayah daerah bebas, daerah

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 26: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

terancam dan daerah tertular penyakit, serta mendeteksi tingkat kekebalan kelompok

pasca vaksinasi (Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2004).

Pengisian kembali (restocking) unggas ke dalam kandang dapat dilakukan

sekurang-kurangnya satu bulan setelah dilakukan pengosongan kandang. Pada daerah

bebas atau terancam apabila timbul kasus avian influenza dan telah didiagnosis secara

klinis, patologi anatomis dan epidemiologis serta dikonfirmasi secara laboratoris,

maka dilakukan tindakan pemusnahan menyeluruh (stamping-out). Tindakan ini

dilakukan dengan cara memusnahkan seluruh ternak unggas yang sakit maupun yang

sehat pada peternakan tertular dan juga terhadap semua unggas yang berada dalam

radius 1 km dari peternakan tertular tersebut (Direktur Jenderal Bina Produksi

Peternakan, 2004).

Kegiatan monitoring dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan kegiatan

dan dampak serta permasalahan yang timbul pada saat kegiatan dilaksanakan.

Pelaporan meliputi laporan situasi penyakit dan perkembangan pelaksanaan

pengendalian dan pemberantasan penyakit. Evaluasi pelaksanaan pencegahan,

pengendalian dan pemberantasan dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian target

fisik kegiatan dan dampak keberhasilannya serta permasalahan yang timbul di

lapangan. (Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2004).

2.1.8 Pengobatan

Menurut Tabbu (2000) Avian influenza tidak dapat diobati, pemberian

antibiotik atau antibakteri hanya ditujukan untuk mengobati infeksi sekunder oleh

bakteri atau Mycoplasma. Di samping itu, perlu juga dilakukan pengobatan suportif

dengan multivitamin untuk membantu proses rehabilitasi jaringan yang rusak.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 27: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

2.2 Telur

2.2.1 Struktur Telur

Bentuk telur yang normal pada umumnya adalah bulat lonjong, tetapi ada

sebagian kecil yang berbentuk abnormal yaitu terlalu bulat atau terlalu lonjong.

Perbedaan tersebut terjadi karena faktor genetis, umur ayam sewaktu bertelur, sifat

biologis induknya, dan sifat fisilogis pada induknya sewaktu bertelur. Bentuk telur

ayam dinyatakan dalam indeks perbandingan antara lebar dan panjang telur (Sarwono,

1994). Hal ini sesuai dengan pendapat Sudaryani (1996) yang menyatakan bentuk

telur yang baik adalah proporsional tidak terlalu bulat dan juga tidak terlalu lonjong,

perbandingan antara panjang dan lebar adalah 5,7 cm dan 4,2 cm.

2.2.2 Komposisi Telur

Telur tersusun dari 11% cangkang, 58% putih telur (albumin) dan 31%

kuning telur (yolk) (Indartono, 2007). Kulit dan membran telur berfungsi sebagai

pelindung masuknya mikroba ke dalam telur yang dapat menurunkan kualitas dari

telur (Lubis dan Parimin, 2001). Menurut Taylor and Field (2004) kerabang telur

mengandung 94% mineral kalsium karbonat, 1% magnesium karbonat dan 1%

kalsium phospor. Putih telur atau albumin terdiri dari lapisan tipis bagian luar yang

disebut outer thin, lapisan tipis bagian dalam (inner thin), chalaziferous serta chalaza

yang berfungsi mempertahankan kuning telur agar tetap pada tempatnya. Kuning telur

terdiri dari light yolk layer, dark yolk layer, latebra, blastoderm dan membran vitelin.

Pada sebutir telur ayam dengan berat 50 gram akan diperoleh 6,3 gram protein, 0,6

gram karbohidrat, 5 gram lemak, serta sejumlah vitamin dan mineral penting. Selain

itu, telur juga mengandung asam amino esensial dan non esensial, juga mineral dan

semua vitamin, kecuali vitamin C. Vitamin A yang ada dalam telur dapat langsung

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 28: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

diserap oleh usus untuk dimanfaatkan tubuh manusia. Selain vitamin A, telur juga

kaya akan vitamin B yaitu vitamin B2, niasin, tiamin, dan riboflavin. Vitamin lain

yang juga cukup tinggi dalam telur adalah vitamin E dan D. Mineral penting yang

terkandung dalam telur yakni besi, fosfor, kalsium, tembaga, iodium, magnesium,

mangan, kalium, natrium, seng, klorida dan sulfur (Indartono, 2007).

Selain zat gizi, di dalam telur juga terkandung antibodi. Sumber antibodi pada kuning

telur adalah imunoglobulin (IgY). Embrio ayam dan anak ayam yang baru ditetaskan

memperoleh kekebalan pasif melalui perpindahan immunoglobulin maternal dari

serum ke kuning telur (Camenish et al., 1999).

2.2.3 Kualitas Telur

Mutu telur dapat dinilai melalui candling (peneropongan), yaitu dengan cara

meletakkan telur pada jalur sorotan yang kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan

bagian dalam telur (Buckle dkk., 1987). Pemeriksaan melalui candling bertujuan

untuk mengetahui adanya keretakan kulit telur, blood spot, pertumbuhan benih

maupun ukuran kuning telur dan kantong udara (Koestanti, 2007).

Menurut Koestanti (2007) penilaian mutu telur ditentukan oleh beberapa

faktor, meliputi berat telur, keadaan putih dan kuning telur serta pergeseran posisi

kuning telur. Standart berat telur ayam ras adalah 58 gram sedangkan untuk ayam

lokal beratnya kurang dari 58 gram. Keadaan putih telur dapat dilihat pada kekentalan

putih telurnya, telur yang segar memiliki kekentalan yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan telur yang sudah lama disimpan. Keadaan putih telur ini dapat

diukur menggunakan metode Haugh Unit (HU) untuk mengetahui sifat keenceran

putih telur berdasarkan korelasi antara berat telur (gram) dan tinggi putih telur (mm)

dengan rumus : 100 log ( H + 7,57 - 1,7 W 0,37

). Telur segar memiliki nilai HU

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 29: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

berkisar antara 90-100 dan telur yang rusak memiliki nilai HU kurang dari 50. Posisi

kuning telur akan mengalami pergeseran ke bagian tepi apabila disimpan terlalu lama.

Menurut Ingham (1998) posisi kuning telur pada telur yang segar terletak di tengah-

tengah putih telur (upstanding), berbentuk bundar dan sedikit lebih tinggi dari putih

telur.

2.3 Hemaglutinasi Inhibisi

2.3.1 Hemaglutinasi

Beberapa virus memiliki kemampuan untuk mengadsorbsi sel darah merah

burung atau mamalia dan menimbulkan aglutinasi (Fudge, 2000). Virus dari golongan

Myxovirus, Enterovirus, Arbovirus dan Poxvirus dapat mengaglutinasikan eritrosit

dari spesies unggas dan mamalia. Kemampuan mengaglutinasi eritrosit ini disebabkan

karena virus mempunyai hemaglutinin, di mana pada golongan Myxovirus

hemaglutinin adalah partikel virus itu sendiri (virion). Di samping itu golongan ini

juga mempunyai enzim neuraminidase yang dapat melepas ikatan antara hemaglutinin

dengan permukaan eritrosit. Hal inilah yang menyebabkan ikatan antara virus dengan

eritrosit (hemaglutinasi) sifatnya hanya sementara (reversible) (Ernawati dkk., 2004).

Aglutinasi sempurna (100%) terlihat jelas berupa lapisan eritrosit secara

merata (difuse) pada dasar sumuran dan penjernihan dari cairan bagian atas tanpa

terjadinya pengendapan eritrosit berbentuk titik di tengah sumuran (Ernawati dkk.,

2004).

2.3.2 Hemaglutinasi Inhibisi

Antibodi spesifik terhadap hemaglutinin virus dapat menghambat terjadinya

hemaglutinasi. Reaksi penghambatan ini kemudian disebut uji hambatan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 30: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

hemaglutinasi (Hemagglutination Inhibition). Reaksi hambatan ini dapat membantu

diagnosis laboratorium dalam melakukan identifikasi virus, selain itu uji ini dapat

digunakan untuk mengetahui titer antibodi hasil vaksinasi maupun hasil infeksi.

Hambatan aglutinasi sempurna (100%) adalah terjadinya pengendapan eritrosit pada

dasar lubang mikroplat (Ernawati dkk., 2004).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 31: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

BAB 3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Virologi dan Imunologi, Bagian

Mikrobiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

mulai bulan Agustus 2006 hingga Mei 2007.

3.2 Bahan dan Materi Penelitian

3.2.1 Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel telur yang

diperoleh dari beberapa pasar tradisional di Surabaya. Jumlah keseluruhan sampel

telur yang digunakan adalah 300 sampel telur yang meliputi telur ayam ras dan buras.

Bahan lain yang digunakan untuk ekstraksi kuning telur dan uji HI adalah chloroform,

NaCl fisiologis, aquadest steril, alkohol 70%, antigen AI A/H5N1 dari laboratorium

Virologi dan Imunologi FKH Unair.

3.2.2 Alat-Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembakar bunsen, venoject,

mikroplate U, lemari es, rak tabung, sentrifuge, vorteks mixer, pinset, gunting, pipet

hisap, pipet pasteur, autoclave, microtube steril, alumunium foil, gelas beker, labu

erlenmayer, timbangan, mikropipet tunggal dan mikropipet multi.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Sampel Telur

Penentuan lokasi pengambilan sampel menggunakan metode stratified

random sampling (Martin et al., 1987). Sampel telur dikoleksi dari beberapa pasar

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 32: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

tradisional yang ada di Surabaya dengan pembagian wilayah Surabaya Timur,

Surabaya Barat, Surabaya Pusat, Surabaya Utara dan Surabaya Selatan dengan

masing-masing wilayah diwakili oleh tiga pasar. Lokasi pengambilan sampel untuk

wilayah Surabaya Utara adalah pasar Pabean, Pegirian, dan Sidotopo sedangkan

sampel untuk wilayah Surabaya Timur diambil dari pasar Mulyosari, Rungkut, dan

Manyar. Sampel untuk wilayah Surabaya Selatan berasal dari pasar Wonokromo,

Gayung Sari, dan Pagesangan sedangkan untuk wilayah Surabaya Barat berasal dari

pasar Benowo, Tandes, dan Manukan. Sampel untuk wilayah Surabaya Pusat berasal

dari pasar Keputran, Kembang, dan Blauran. Penentuan besaran sampel menggunakan

rumus (t-1) (n-1) ≥ 15 (Rochiman, 1989). Masing-masing pasar diwakili oleh dua

pedagang dan tiap pedagang diambil 5 butir telur untuk tiap jenisnya, sehingga

didapatkan 150 butir telur ayam ras dan 150 butir telur ayam buras, total keseluruhan

sampel yang diperoleh adalah 300 butir.

3.3.2 Ekstraksi Kuning Telur

Ekstraksi kuning telur dilakukan dengan menambahkan satu bagian kuning

telur ditambah satu bagian NaCl fisiologis ( PZ ). Selanjutnya campuran dikocok

dengan mixer dan ditambahkan dua bagian Chloroform. Campuran ini diinkubasikan

pada suhu ruangan selama 30 menit dan dikocok dengan mixer setiap 5 menit.

Selanjutnya dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3000rpm selama 15 menit ( Beck

et al., 2003; Selleck, 2005; Indriani dan Dharmayanti, 2006). Hasil ekstraksi kuning

telur berupa cairan yang berwarna putih dan jernih terdapat pada lapisan paling atas

yang disebut supernatan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 33: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

3.3.3 Titrasi Antigen

Antigen yang digunakan pada uji HI perlu dititrasi terlebih dahulu untuk

mengetahui titer antigen yang digunakan. Titrasi dilakukan untuk mendapatkan

antigen 4 HA unit yang akan dipakai pada uji HI. Sebelum dilakukan titrasi antigen,

antigen yang akan dipakai terlebih dahulu diinaktifkan dengan menggunakan formalin

0,1% dan didiamkan selama satu malam di dalam kulkas. Langkah pertama yang

dilakukan untuk titrasi antigen adalah mengisikan 0,025 ml PZ ke dalam lubang

mikroplate nomor satu sampai 12 dengan menggunakan mikropipet volume 0,025 ml.

Setelah itu isi lubang nomor 1 dengan antigen yang telah diinaktifkan sebanyak 0,025

ml menggunakan mikropipet. Langkah selanjutnya adalah mencampur antigen dan PZ

pada lubang nomor satu menggunakan mikropipet dengan cara menghisap dan

mengeluarkan cairan pada lubang tersebut, kemudian ambil 0,025 ml dan masukkan

ke dalam lubang berikutnya sampai dengan lubang nomor 11. Lubang nomor 12

digunakan sebagai kontrol eritrosit (tanpa antigen). Setelah itu isi semua lubang

dengan 0,05 ml eritrosit ayam 0,5% dan inkubasikan pada suhu kamar selama 30

menit (Ernawati dkk, 2004).

3.3.4 Retitrasi Antigen 4 HA Unit

Untuk menguji ketepatan pengenceran perlu dilakukan retitrasi dengan cara

yang sama seperti pada titrasi antigen. Langkah pertama yang dilakukan untuk

retitrasi antigen 4 HA unit adalah mengisikan 0,025 ml PZ kedalam lubang

mikroplate nomor satu sampai lima dengan menggunakan mikropipet volume

0,025ml. Setelah itu isi lubang pertama dengan antigen yang telah diencerkan (

antigen 4 HA unit ) sebanyak 0,025 ml dengan menggunakan mikropipet volume

0,025 ml. Langkah selanjutnya adalah mencampur antigen dan PZ pada lubang nomor

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 34: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

satu menggunakan mikropipet dengan cara menghisap dan mengeluarkan cairan pada

lubang tersebut, kemudian ambil 0,025 ml dan masukkan ke dalam lubang berikutnya

sampai dengan lubang nomor empat. Lubang nomor lima digunakan sebagai kontrol

eritrosit (tanpa antigen). Selanjutnya semua lubang diisi dengan 0,05 ml eritrosit ayam

0,5% dan diinkubasikan pada suhu kamar selama 30 menit. Bila pengenceran pada uji

HA tepat, maka pada lubang nomor satu dan dua akan terjadi aglutinasi (Ernawati

dkk, 2004).

3.3.5 Uji Hemaglutinasi Inhibisi (HI) Mikroteknik

Langkah-langkah dalam uji HI mikroteknik adalah sebagai berikut: lubang

mikroplat diisi PZ sebanyak 0,025 ml dari lubang satu sampai dua belas. Lubang

nomor satu dan dua belas diisi dengan supernatan hasil dari ekstraksi kuning telur

sebanyak 0,025 ml dengan menggunakan mikropipet volume 0,025 ml. PZ dan

supernatan pada lubang nomor satu dicampur menggunakan mikropipet dengan cara

menghisap dan mengeluarkan cairan pada lubang tersebut, kemudian ambil 0,025 ml

dan masukkan ke dalam lubang berikutnya sampai dengan lubang nomor sepuluh.

Lubang nomor satu sampai sepuluh diisi antigen empat HA unit dengan menggunakan

mikropipet volume 0,025 ml. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu kamar selama tiga

puluh menit. Semua lubang diisi eritrosit 0,5 % sebanyak 0,05 ml dengan

menggunakan mikropipet 0,05 ml. Selanjutnya diinkubasi lagi selama tiga puluh

menit pada suhu kamar atau sampai kontrol eritrosit pada lubang nomor sebelas

terbaca. Pada kontrol tersebut terjadi endapan eritrosit seperti titik merah pada dasar

lubang mikroplat. Pada lubang nomor dua belas merupakan kontrol supernatan yang

dalam hal ini tidak menjadi pembanding (Ernawati dkk., 2002).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 35: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

3.4 Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak

lengkap pola faktorial (Rochiman, 1990).

3.5 Peubah Yang Diamati

Adanya antibodi terhadap virus avian influenza A/H5 pada telur ayam ras dan

buras yang berasal dari beberapa pasar tradisional di kota Surabaya.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance, apabila terdapat

perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNJ 5% (Rochiman, 1989).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 36: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Penelitian dari 300 sampel telur ayam buras dan ras di lima wilayah kota

Surabaya telah diperiksa dengan uji HI untuk mengetahui titer antibodi anti-AI A/H5.

Hasil penelitian yang menunjukkan rata-rata dan simpangan baku titer antibodi

kuning telur ayam buras dan ras di lima wilayah kota Surabaya disajikan pada Tabel

4.1.

Tabel 4.1 Rata-rata dan simpangan baku titer antibodi (log2) kuning telur ayam buras

dan ras di lima wilayah kota Surabaya

Wilayah Jenis Telur X ± SB

Surabaya Pusat Buras 0,70 ± 1,466

Ras 2,03 ± 2,025

Surabaya Utara Buras 1,30 ± 2,087

Ras 4,00 ± 2,087

Surabaya Selatan Buras 1,37 ± 1,921

Ras 2,47 ± 2,224

Surabaya Barat Buras 2,20 ± 2,670

Ras 1,50 ± 1,796

Surabaya Timur Buras 0,57 ± 1,832

Ras 3,17 ± 1,832

Total Buras 1,23a ± 2,089

Ras 2,63b

± 2,248

Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata

Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (Lampiran 1) dan

didapatkan bahwa variabel wilayah memberikan hasil p<0,05 yang menunjukkan

terdapat perbedaan yang nyata diantara wilayah. Variabel jenis telur memberikan

hasil p<0,01 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antara

telur buras dan ras, dari tabel di atas terlihat bahwa telur ras memiliki titer antibodi

yang tinggi daripada buras. Variabel wilayah dengan jenis telur memberikan hasil

p<0,01 dan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata diantara

variabel tersebut.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 37: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Adanya perbedaan yang nyata di setiap variabel, ternyata masih belum dapat

memberikan keterangan tentang variabel mana yang berbeda sehingga pengujian

sampel dilanjutkan dengan uji Tukey dengan Beda Nyata Jujur (5%) (Rochiman,

1989). Uji ini dilakukan dengan membandingkan variabel tersebut satu persatu untuk

menentukan variabel mana yang berbeda dengan yang lain. Selisih rata-rata total titer

antibodi pada variabel wilayah disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Selisih rata-rata total titer antibodi (log2) pada variabel wilayah

(I) Wilayah (J) Wilayah Selisih Hasil (I-J)

Surabaya Pusat Surabaya Utara -1,28a

Surabaya Selatan -0,55

Surabaya Barat -0,48

Surabaya Timur -0,50

Surabaya Utara Surabaya Pusat 1,28b

Surabaya Selatan 0,73

Surabaya Barat 0,80

Surabaya Timur 0,78

Surabaya Selatan Surabaya Pusat 0,55

Surabaya Utara -0,73

Surabaya Barat 0,07

Surabaya Timur 0,05

Surabaya Barat Surabaya Pusat 0,48

Surabaya Utara -0,80

Surabaya Selatan -0,07

Surabaya Timur -0,02

Surabaya Timur Surabaya Pusat 0,50

Surabaya Utara -0,78

Surabaya Selatan -0,05

Surabaya Barat 0,02 Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan terdapat perbedaan yang

nyata.

Hasil uji BNJ 5% yang disajikan pada Tabel 4.3. menunjukkan bahwa titer

antibodi anti-AI A/H5 yang tertinggi diperoleh wilayah Surabaya Utara yang berbeda

nyata dengan Surabaya Pusat namun tidak berbeda nyata dengan Surabaya Barat,

Timur dan Selatan. Titer antibodi terendah diperoleh wilayah Surabaya Pusat yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 38: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

berbeda nyata dengan Surabaya Utara namun tidak berbeda nyata dengan Surabaya

Barat, Timur dan Selatan.

Tabel 4.3 Hasil uji BNJ 5% untuk variabel wilayah

Wilayah Subset

Surabaya Pusat 1,37a

Surabaya Barat 1,85ab

Surabaya Timur 1,87ab

Surabaya Selatan 1,92ab

Surabaya Utara 2,65b

Superskrip a berbeda nyata dengan b. Superskrip a dan b tidak berbeda nyata dengan ab

Hasil uji BNJ 5% yang disajikan pada Tabel 4.4. untuk variabel wilayah

dengan jenis telur menunjukkan hasil bahwa titer antibodi anti-AI A/H5 yang

tertinggi pada telur ras berasal dari wilayah Surabaya Utara yang berbeda nyata

dengan wilayah Surabaya Barat dan Pusat namun tidak berbeda nyata dengan

Surabaya Timur dan Selatan. Titer antibodi anti-AI A/H5 tertinggi pada telur buras

berasal dari wilayah Surabaya Barat yang tidak berbeda nyata dengan Surabaya

Selatan, Utara, Pusat dan Timur.

Tabel 4.4 Hasil uji BNJ 5% untuk variabel wilayah dengan jenis telur

Wilayah * jenis telur Subset

Surabaya Timur * buras 0,57a

Surabaya Pusat * buras 0,70a

Surabaya Utara * buras 1,30ab

Surabaya Selatan * buras 1,37ab

Surabaya Barat * ras 1,50abc

Surabaya Pusat * ras 2,03abc

Surabaya Barat * buras 2,20abc

Surabaya Selatan * ras 2,47bcd

Surabaya Timur * ras 3,17cd

Surabaya Utara * ras 4,00d

Superskrip a berbeda nyata dengan bcd, cd dan d. Superskrip a tidak berbeda nyata dengan ab

dan abc. Superskrip d berbeda nyata dengan a, ab dan abc. Superskrip d tidak berbeda nyata

dengan bcd dan cd.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 39: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa

antibodi anti-AI A/H5 dapat dideteksi pada kuning telur ayam buras dan ras dengan

uji HI. Hal ini menunjukkan bahwa kuning telur mengandung antibodi seperti halnya

serum darah yang dapat digunakan sebagai uji serologi. Menurut Purnama (2003)

antibodi humoral utama pada ayam adalah Imunoglobulin Y atau lazim disebut IgY,

ditemukan pertama kali oleh Klemperer pada tahun 1893 yang menggambarkan

adanya kekebalan pasif terhadap toksin tetanus yang diturunkan dari induk ke anak

ayam. Pemindahan IgY dimulai dari serum menuju kuning telur dan pada tahap

berikutnya adalah transmisi IgY dari kuning telur ke embryo ayam. Suartha dkk

(2003) menyebutkan bahwa antibodi spesifik (IgY) yang ada dalam darah induk ayam

dapat ditransfer secara baik ke dalam telur dalam jumlah yang cukup banyak.

Konsentrasi IgY pada kuning telur mencapai 10 hingga 20 mg/ml.

Berdasarkan Analysis of Variance (Lampiran 1) variabel wilayah memberikan

hasil p<0,05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara

variabel. Setelah dilanjutkan dengan uji BNJ 5% didapatkan hasil bahwa titer antibodi

anti-AI A/H5 tertinggi diperoleh dari sampel yang berasal dari wilayah Surabaya

Utara. Titer antibodi terendah diperoleh dari sampel yang berasal dari wilayah

Surabaya Pusat. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sampel telur yang berasal dari

Surabaya Utara memiliki titer antibodi anti-AI A/H5 paling tinggi dibandingkan

dengan sampel dari wilayah yang lain, dengan kisaran titer antibodi antara 2-7 log2.

Titer antibodi terendah didapatkan pada sampel yang sama dari wilayah Surabaya

Pusat dengan kisaran titer 1-6 log2. Adanya titer antibodi pada telur mengindikasikan

bahwa di dalam tubuh induk ayam tersebut terdapat antibodi anti-AI A/H5 yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 40: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

bersumber dari vaksinasi maupun infeksi. Bila telur tersebut berasal dari peternakan

ayam petelur yang belum pernah melakukan program vaksinasi, maka perlu dicurigai

bahwa titer antibodi tersebut disebabkan karena ayam terserang oleh virus AI.

Menurut Trampel et al. (2006) antibodi yang terdapat pada kuning telur dapat

diisolasi serta dapat digunakan untuk mengukur titer antibodi dan juga untuk melihat

status infeksi pada seekor unggas.

Berdasarkan Analysis of Variance variabel jenis telur memberikan hasil p<0,01

yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata diantara dua variabel

yaitu antara telur buras dan ras. Hasil tersebut menunjukkan bahwa titer antibodi anti

AI A/H5 pada telur ayam ras lebih tinggi jika dibandingkan dengan telur ayam buras.

Perbedaan tinggi rendahnya titer antibodi pada kedua jenis telur tersebut mungkin

disebabkan oleh faktor pemeliharaan. Umumnya, terdapat perbedaan sistem

pemeliharaan diantara kedua jenis ayam tersebut. Ayam buras petelur banyak

dipelihara secara tradisional di lingkungan rumah tangga. Sistem pemeliharaan secara

tradisional umumnya tidak menerapkan program vaksinasi seperti halnya pada ayam

ras petelur, sehingga titer antibodi pada ayam yang divaksin akan lebih tinggi

daripada ayam yang tidak divaksin. Ditemukannya antibodi anti-AI A/H5 pada ayam

dapat mengindikasikan bahwa dalam tubuh ayam tersebut terdapat virus AI. Tabbu

(yang dikutip oleh Poultry, 2006) menyebutkan bahwa dari hasil pemeriksaan

serologis pada unggas yang tidak divaksinasi didapatkan hasil yang positif terhadap

H5N1. Menurut Chaidir (2005) vaksinasi dapat merangsang terbentuknya perlawanan

dalam tubuh ayam yang dikenal dengan istilah antibodi. Timbulnya anitibodi

merupakan simbol perlawanan tubuh terhadap masuknya virus. Ada atau tidaknya dan

tinggi rendahnya kadar antibodi dapat diidentifikasi melalui uji laboratorium. Tabbu

(2006) mengungkapkan bahwa vaksinasi dapat meningkatkan ketahanan terhadap

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 41: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

tantangan virus lapang, menekan tingkat penyebaran virus dan menekan dinamika

penyebaran virus AI. Baratawidjaja (2006) mengungkapkan bahwa di antara berbagai

spesies ada perbedaan kerentanan yang jelas terhadap berbagai mikroba. Saat antigen

masuk ke dalam tubuh pertama kali, maka tubuh akan bereaksi membentuk zat anti

yang disebut antibodi (www.infeksi.com/articles, 2007). Ketika tubuh berusaha

mempertahankan diri dari serangan penyakit, reaksi yang ditimbulkan mungkin

berbeda antara satu individu dengan individu lainnya, ada yang rentan dan ada yang

kebal terhadap penyakit tertentu.

Hasil Analysis of Variance untuk variabel wilayah dengan jenis telur

memberikan hasil p<0,01 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat

nyata diantara variabel tersebut. Setelah dilanjutkan dengan uji BNJ 5% didapatkan

hasil bahwa titer antibodi anti-AI A/H5 yang tertinggi pada telur ras berasal dari

wilayah Surabaya Utara dan terendah berasal dari Surabaya Barat. Titer antibodi anti-

AI A/H5 yang tertinggi pada telur buras berasal dari wilayah Surabaya Barat dan

terendah berasal dari Surabaya Timur. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kejadian AI

yang bersumber dari hasil vaksinasi atau infeksi pada telur ayam ras di wilayah

Surabaya Utara lebih tinggi dari Surabaya Barat, sedangkan telur ayam buras di

wilayah Surabaya Barat lebih tinggi dibandingkan dengan Surabaya Timur.

Status penyakit AI di Jawa Timur telah menjadi epizootik di lima daerah pada

tahun 2005, yaitu Tuban, Bojonegoro, Magetan, Trenggalek dan Tulung Agung.

Epizootik merupakan kejadian penyakit yang meningkat secara tajam melebihi rata-

rata kejadian dalam satu tahun dengan waktu yang relatif singkat, serta penyakit yang

belum pernah terjadi atau penyakit baru (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur,

2007). Hal tersebut dapat membuat kita untuk lebih waspada terhadap penyakit AI,

sehingga tindakan pengendalian, pencegahan dan pemberantasan AI dapat dilakukan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 42: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

oleh seluruh komponen masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab. Chaidir

(2005) menyebutkan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam tindakan

pencegahan dan pengendalian penyakit AI melalui maximum security dengan

pengawasan yang ketat di setiap pintu masuk resmi maupun tidak resmi dan

pelarangan pengangkutan unggas atau hewan sejenisnya dari daerah tertular dengan

alasan apapun. Disadari bahwa tindakan tersebut memerlukan tenaga pihak Karantina

Hewan yang cukup banyak dan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.

Salah satu prinsip dasar yang diterapkan dalam pencegahan, pengendalian, dan

pemberantasan avian influenza adalah meningkatkan resistensi (pengebalan) dengan

vaksinasi (Departemen Pertanian, 2005). Antibodi yang terkandung dalam kuning

telur ayam dapat disebabkan oleh vaksinasi, selain dari infeksi virus A. Beck et al.

(2003) mengungkapkan bahwa antibodi anti-AI dapat dideteksi pada kuning telur

ayam 14 hari pasca inokulasi virus dan 18 hari pasca vaksinasi.

Berdasarkan hasil uji HI yang menunjukkan bahwa di dalam kuning telur

ayam terdapat antibodi anti-AI A/H5, sebenarnya tidak menjadi cukup alasan untuk

membuat masyarakat takut mengkonsumsi telur unggas. Trisna (2005) menyatakan

bahwa AI merupakan penyakit zoonosis, bukan termasuk penyakit food borne

disease. Menurut Rahardjo (2004) virus AI akan mati pada temperatur 560C selama

tiga jam atau 600C selama 30 menit atau lebih. Berdasarkan sifat inilah daging unggas

dan telurnya aman dikonsumsi jika dimasak pada suhu yang sesuai, yaitu 800C selama

satu menit untuk memasak daging unggas dan 640C selama lima menit untuk

memasak telur (Kompas, 2007).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 43: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Antibodi anti-AI A/H5 dapat dideteksi pada kuning telur ayam.

2. Titer antibodi anti-AI A/H5 pada kuning telur ayam ras lebih tinggi daripada

buras.

3. Terdapat perbedaan lokasi pengambilan sampel terhadap titer antibodi anti-AI

A/H5 pada kuning telur ayam ras dan buras. Titer antibodi anti-AI A/H5

tertinggi yang bersumber dari vaksinasi atau infeksi pada kuning telur ayam ras

berasal dari Surabaya Utara sedangkan pada ayam buras berasal dari Surabaya

Barat.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Dalam usaha pencegahan penyakit AI, perlu dilakukan diagnosis laboratorium

dengan uji serologis untuk mendeteksi antibodi anti-AI A/H5 pada kuning telur

ayam guna mengetahui tingkat kekebalan terhadap penyakit AI pada peternakan

ayam.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mendeteksi adanya antigen AI A/H5 pada

telur ayam buras dan ras dari beberapa pasar tradisional di kota Surabaya

dengan menggunakan sampel yang proporsional.

3. Perlu dilakukan tindakan surveilans terhadap penyakit AI guna mengetahui

sejauh mana penyebaran AI subtipe H5 baik tingkat regional maupun nasional.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 44: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

RINGKASAN

Avian influenza (AI) atau yang lebih dikenal dengan flu burung adalah

penyakit pada unggas yang disebabkan oleh virus dari golongan Orthomyxoviridae.

Penyakit ini bersifat zoonosis dengan morbiditas dan mortalitas pada unggas

mencapai 100%. AI merupakan problema bagi masyarakat perunggasan karena dapat

mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar seperti penurunan permintaan

broiler hingga 50%, melemahnya permintaan DOC, penurunan permintaan pakan

serta alokasi dana untuk pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit AI.

Unggas yang pernah terinfeksi maupun yang pernah divaksinasi AI akan

memproduksi antibodi sebagai perlawanan tubuh terhadap masuknya virus. Selain

pada serum darah, antibodi juga dapat ditemukan pada kuning telur. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeteksi antibodi anti-AI A/H5 pada kuning telur ayam ras dan

buras dari beberapa pasar tradisional di Surabaya.

Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified

random sampling yang membagi Surabaya menjadi lima wilayah, yaitu Surabaya

Timur, Barat, Utara, Selatan dan Pusat. Masing-masing wilayah diwakili oleh tiga

pasar, sebanyak 20 sampel dikoleksi dari tiap pasar untuk dua jenis sampel telur ayam

ras dan buras. Setelah sampel telur terkumpul kemudian dilakukan ekstraksi pada

kuning telur untuk mendapatkan antibodi dan tahap selanjutnya adalah melakukan uji

serologis Haemagglutination Inhibition (HI) untuk mengetahui ada tidaknya serta

tinggi rendahnya kadar antibodi. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of

Variance dan dilanjutkan dengan uji BNJ 5%.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada variabel

wilayah (p<0,05). Titer antibodi anti-AI A/H5 tertinggi diperoleh dari sampel

Surabaya Utara dan terendah diperoleh dari Surabaya Pusat. Variabel jenis telur

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 45: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

memberikan hasil p<0,01 menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata diantara

dua jenis telur. Titer antibodi anti-AI A/H5 pada kuning telur ayam ras lebih tinggi

dibandingkan buras. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh perbedaan sistem

pemeliharaan yang berhubungan dengan pelaksanaan vaksinasi. Variabel wilayah

dengan jenis telur memberikan hasil p<0,01 menunjukkan terdapat perbedaan yang

sangat nyata diantara dua variabel. Titer antibodi anti-AI A/H5 yang tertinggi pada

telur ras berasal dari wilayah Surabaya Utara dan terendah Surabaya Barat. Titer

antibodi anti-AI A/H5 yang tertinggi pada telur buras berasal dari wilayah Surabaya

Barat dan terendah Surabaya Timur.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan untuk melakukan diagnosis

laboratorium dengan uji serologis untuk mendeteksi antibodi anti-AI A/H5 pada

kuning telur ayam guna mengetahui tingkat kekebalan terhadap penyakit AI pada

peternakan ayam dalam usaha pencegahan penyakit AI. Diperlukan penelitian lebih

lanjut untuk mendeteksi adanya antigen AI A/H5 pada telur ayam buras dan ras dari

beberapa pasar tradisional di kota Surabaya dengan menggunakan sampel yang

proporsional. Tindakan surveilans terhadap penyakit AI juga perlu dilakukan guna

mengetahui sejauh mana penyebaran AI subtipe H5 baik tingkat regional maupun

nasional.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 46: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K. G. 2006. Imunologi Dasar. Edisi ke-7. Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Barlough, J. E., F.W. Scott., J. H. Gillespie and J. F. Timoney. 1988. Hagan and

Bruner’s Microbiology and Infectious Diseases of Domestic Animals.

Comstoc Publishing. USA. 784-788.

Beck, J. R., D. E. Swayne, S. Davison, S. Casavant and C. Gutierrez. 2003. Validation

of Egg Yolk Antibody Testing As a Method to Determine Influenza Status in

White Leghorn Hens. Avian Diseases. 47:867-71.

Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet and M. Weaton. 1987. Ilmu Pangan.

Terjemahan. Universitas Indonesia press. Jakarta. 306-312.

Camenish, G., M. Tini, D. Chilov, I. Kvietikova, V. Srinivas, J. Caro, P. Spielmann,

R. H. Wenger and M. Gassmann. 1999. General applicability of chicken egg

yolk antibodies the performance of IgY immunoglobulins raised againts the

hypoxia induciblefactor1. TheFaseb Journal. http://www.fasebj.org/cgi/content

/full/13/1/81. [21 November 2006]

Chaidir. 2005. Flu Burung Akhirnya Tiba. Tabloid Mingguan Mentari. Edisi 221/Th

V/19-25 Desember.http://www.chaidir.com/?m=bc&id=313. [1 November

2007].

Cox, N. J., F. Fuller, N. Kaveria, H. D. Klenk, R. A. Lamb, B. W. J. Mahy, J.

McCauley, K. Nakamura, P. Palese and R. G. Webster.2000.Orthomyoviridae,

p.585-597. In:M. H. V. Van Rogenmortel, C. Malinoff, M. A. Myo, D. J.

McGeoch, C. R. Pringle and R. B. Wickner (ed). Virus Taxonomy:seventh

report of the International Commite on Taxonomy of Viruses. Academic

Press. San Diego. California.

Departemen Pertanian. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung (AI).

http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/221. [15 April 2007]

Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung

(Avian Influenza) Pada Peternakan Unggas Skala Kecil. Biro Hukum dan

Humas Departemen Pertanian.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2007. Situasi Penyakit Avian influenza Di

Jawa Timur Tahun 2005. http://www.disnak-jatim.go.id. [1 November 2007].

Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan. Keputusan Direktur Jenderal Bina

Produksi Peternakan No:17/Kpts/PD.640/F/02.04 tanggal 4 Februari 2004

Tentang Pedoman Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

Hewan Menular Influenza Pada Unggas (Avian Influenza).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 47: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Ernawati, R., Soelistiyanto, A. P. Rahardjo, N. Sianita, F. A. Rantam, J. Rahmahani

dan Suwarno. 2002. Diktat Virologi Veteriner. Laboratorium Virologi dan

Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Ernawati, R., A. P. Rahardjo, N. Sianita, F.A. Rantam, J. Rahmahani, Suwarno dan T.

Wahyu. 2004. Petunjuk Praktikum Pemeriksaan Virologi dan Serologi.

Laboratorium Virologi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Airlangga. Surabaya.

Fenner, F. J., E. P. J. Gibbs, F. A. Murphy, R. Rott, M. J. Studdert and D. O. White.

1995. Veterinary Virology 2nd

Ed. Harya Putra dkk., trans. IKIP Semarang

Press.

Fouchier, R. A. M., M. Vincent, A. Wallansten, T. M. Bestebroer, S. Herfst, D. Smith,

G. F. Rimmelzwaan, B. Olsen and A. D. M. E. Osterhuas. 2005.

Characterization of Novel Influenza A Virus Haemagglutinin Subtype (H16)

Obtained from black-headed Gulls. J. Virol. 79. (5): 2814-2822.

Franco, D. A., and D. C. Herenda. 1996. Poultry Diseases and Meat Hygiene. A Color

Atlas. Exotic or unusual diseases of poultry. Avian Inluenza. Iowa State

University Press.

Fudge, A. M. 2000. Laboratory Medicine. Avian and Exotic Pets. Avian Viral

Diagnostic. W. B. Saunders Company. USA.

Harimoto, T. and Y. Kawaoka. 2001. Pandemic Threat Posed by Avian Influenza A

Viruses. Clinical Microbiology Reviews. Vol. 14, No. 1. Copyright © 2001,

American Society for Microbiology. All Rights Reserved.

Haryoto. 1996. Pengawetan Telur Segar. Kanisius. Yogyakarta.

Heinen, P. 2003. Swine influenza: a zoonosis.http://www.vetscite.org/publish/articles

/000041/print.html. [25 Oktober 2007]

Indartono, A. S. 2007. Telur Kapsul Alami Bergizi Tinggi. Poultry Indonesia. Edisi

Maret. Vol II. 44-45.

Indriani, R., dan NLP I. Dharmayanti. 2006. Deteksi Antibodi Avian Influenza dalam

Kuning Telur Ayam Pasca Vaksinasi (AI) Subtipe H5N1. Media Kedokteran

Hewan. Edisi Mei Vol 22, No. 2. 84-87.

Irawan, A. 1995. Menanggulangi Berbagai Penyakit Ayam. Memberantas, Mencegah

dan Mengobati Penyakit Ayam. CV. Aneka. Solo.

Koestanti, E. 2007. Penilaian Mutu Telur. Disampaikan Pada Kuliah Kesehatan

Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.

Surabaya.

Kompas. 2006. Flu Burung Ditemukan Di Surabaya. Edisi 20 Februari 2006.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0602/20/jatim/49776.htm

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 48: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Kompas. 2007. http://www.kompas.com/kesehatan/news/0401/31/091249.htm. [30

Mei 2007].

Lubis, A. M., dan F. B. Parimin. 2001. Delapan Kiat Mencegah Penurunan Produksi

Telur Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lusiastuti, A. M., G. C. de Vries, H. P. Siswanto, A. T. S. Estoepangestie, M. H.

Effendi, dan Budiarto. 2006. Bahan Ajar Epidemiologi dan Ekonomi

Veteriner. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Martin, S. W., A. H. Meek and P. Willeberg. 1987. Veterinary Epidemiology.

Principles and Methods. Iowa State University Press. USA.

Murphy, F. A., E. P. J. Gibbs, M. C. Horzinek and M. J. Studdert. 1999. Veterinary

Virology. Third Edition. Orthomyxoviridae. Academic Press. USA.

Murtidjo, B. A. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Penyakit Flu Ayam

(Avian Influenza). Kanisius. Yogyakarta.

Poultry Indonesia. 2007. Demam Flu Burung. Edisi Maret. Vol II. 12-13.

Purnama, J. 2003. Telur Ayam Sebagai Imunoterapi. http://mma/mb.ipb.ac.id/

today/artikelview.html?topic=rubrikagribisnis&sizenum=1862343336&page=

telur ayam sebagai imunoterapi.html.

Quinn, P. J., B. K. Markey, M. E. Carter, W. J. Donnelly and F. C. Leonard. 2002.

Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Publishing.

Rahardjo, Y. 2004. Avian Influenza, Pencegahan, Pengendalian dan

Pemberantasannya. Hasil Investigasi Kasus Lapangan. Gallus Indonesia

Utama. Jakarta.

Rantam, F. A. 2005. Virologi. Airlangga University Press. Surabaya.

Rochiman, K. 1990. Perancangan Percobaan: Rancangan Acak Kelompok, Rancangan

Bujursangkar Latin, dan Percobaan Faktorial. Universitas Airlangga.

Surabaya.

Rochiman, K. 1989. Dasar Perancangan Percobaan dan Rancangan Acak Lengkap.

Universitas Airlangga. Surabaya.

Sarwono, B. 1994. Pengawetan dan Pemanfaatan Telur. Cetakan Ketiga. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Selleck, P. 2005. Internet communication. Paul [email protected].

Suartha, I. N., Y. L. R. Tulung, H. Hetharie, H. Mahatmi, J. A. N. Masrikat, J. P.

Saerang dan I. W. Batan. 2003. Telur Sebagai Imunoterapi Penyakit Menular.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 49: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Makalah Kelompok 14 Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana / S3

Institut Pertanian Bogor. http://tumoutou.net/702_07134/71034_14.htm

Sudaryani, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya. Cetakan Pertama. Jakarta.

Sudaryani, T dan H. Sentosa.1997. Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Kandang Baterai.

Cetakan ketujuh. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tabbu, C. R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangan Penyakit Bakterial, Mikal

dan Viral. Kanisius. Yogyakarta.

Tabbu, C. R. 2006. AI, Virus vs Vaksinasi. Poultry Indonesia. http://www.Poultryin

donesia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=1125. [1 November

2007]

Taylor, R. E. and T. G. Field. 2004. Scientific Farm Animal Production; An

Introduction to Animal Science. 8th

ed. Pearson Education, Inc., Upper Saddle

River New Jersey.

Trampel, D. W., En-Min Zhoi, Kyoung-Jin Yoon Ang Kenne and J. Koehler. 2006.

Detection or Antibodies in Serum and Egg Yolk Following Infection of

Chickens with an H6N2 Avian Influenza Virus. Journal of Veterinary

Diagnostic Investigation Vol. 18 Issue 5, 437-442 Copyright © 2006 by

American Association of Veterinary Laboratory Diagnosticians.

Trisna, A. A. I. N. 2005. Dampak Ekonomi Penyakit Flu Burung. Harian Bali

Post. Edisi 27 Juli 2005.

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/27/o3.htm

www.agnr.umd.edu_avianflu_images_scrap1.gif.htm. 2006. The Molecular Basis of

Interspecies Transmission, Pathogenesis and Cross-Protection of Influenza A

viruses. [21 September 2006]

www.cdc.gov/flu/ avian/gen-info/flu-viruses.htm. 2005. Influenza Viruses.

www.infeksi.com/articles. 2007. Kekebalan Tubuh. [5 Agustus 2007].

Zage, D. 1998. Antigenic Drift. http://www.cs.bsu.edu/homepages/dmz/david/drift.

html.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 50: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Lampiran 1. Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

S_Pusat 60

S_Utara 60

S_Selatan 60

S_Barat 60

S_Timur 60

Buras 150

Ras 150

1

2

3

4

5

Wilayah (Surabaya)

1

2

Jenis Telur

Value Label N

Descriptive Statistics

Dependent Variable: Titer pd Uji HI (2log)

.70 1.466 30

2.03 2.025 30

1.37 1.877 60

1.30 2.087 30

4.00 2.181 30

2.65 2.517 60

1.37 1.921 30

2.47 2.224 30

1.92 2.134 60

2.20 2.670 30

1.50 1.796 30

1.85 2.284 60

.57 1.832 30

3.17 2.230 30

1.87 2.411 60

1.23 2.089 150

2.63 2.248 150

1.93 2.278 300

Jenis Telur Buras Ras

Total

Buras

Ras

Total

Buras Ras

Total

Buras Ras

Total

Buras Ras

Total

Buras Ras

Total

Wilayah (Surabaya) S_Pusat

S_Utara

S_Selatan

S_Barat

S_Timur

Total

Mean Std. Deviation N

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Titer pd Uji HI (2log)

1431.167 a 10 143.117 33.529 .000

50.780 4 12.695 2.974 .020

148.403 1 148.403 34.768 .000

114.513 4 28.628 6.707 .000

1237.833 290 4.268

2669.000 300

Source

Model

Wilayah

Jenis_telur

Wilayah * Jenis_telur

Error

Total

Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

R Squared = .536 (Adjusted R Squared = .520)a.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 51: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Homogeneous Subsets

Multiple Comparisons

Dependent Variable: Titer pd Uji HI (2log) Tukey HSD

-1.28 * .377 .007 -2.32 -.25

-.55 .377 .591 -1.59 .49

-.48 .377 .703 -1.52 .55

-.50 .377 .676 -1.54 .54

1.28 * .377 .007 .25 2.32

.73 .377 .296 -.30 1.77

.80 .377 .214 -.24 1.84

.78 .377 .233 -.25 1.82

.55 .377 .591 -.49 1.59

-.73 .377 .296 -1.77 .30

.07 .377 1.000 -.97 1.10

.05 .377 1.000 -.99 1.09

.48 .377 .703 -.55 1.52

-.80 .377 .214 -1.84 .24

-.07 .377 1.000 -1.10 .97

-.02 .377 1.000 -1.05 1.02

.50 .377 .676 -.54 1.54

-.78 .377 .233 -1.82 .25

-.05 .377 1.000 -1.09 .99

.02 .377 1.000 -1.02 1.05

(J) Wilayah (Surabaya) S_Utara S_Selatan

S_Barat

S_Timur

S_Pusat

S_Selatan

S_Barat

S_Timur

S_Pusat

S_Utara S_Barat

S_Timur

S_Pusat

S_Utara S_Selatan

S_Timur

S_Pusat

S_Utara S_Selatan

S_Barat

(I) Wilayah (Surabaya) S_Pusat

S_Utara

S_Selatan

S_Barat

S_Timur

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

Based on observed means.

The mean difference is significant at the .05 level. *.

Titer pd Uji HI (2log)

Tukey HSD a,b

60 1.37 60 1.85 1.85 60 1.87 1.87 60 1.92 1.92 60 2.65

.591 .214

Wilayah (Surabaya) S_Pusat S_Barat S_Timur S_Selatan

S_Utara Sig.

N 1 2 Subset

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = 4.268.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 60.000. a.

Alpha = .05.b.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 52: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Homogeneous Subsets

Titer pd Uji HI (2log)

Tukey HSD a

30 .57

30 .70

30 1.30 1.30

30 1.37 1.37

30 1.50 1.50 1.50

30 2.03 2.03 2.03

30 2.20 2.20 2.20

30 2.47 2.47 2.47

30 3.17 3.17

30 4.00

.072 .468 .060 .118

Perlakuan Kombinasi

S_Timur*Buras

S_Pusat*Buras S_Utara*Buras

S_Selatan*Buras

S_Barat*Ras

S_Pusat*Ras

S_Barat*Buras

S_Selatan*Ras

S_Timur*Ras

S_Utara*Ras

Sig.

N 1 2 3 4

Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Uses Harmonic Mean Sample Size = 30.000. a.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 53: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Lampiran 2. Bahan dan Alat Penelitian

Telur Ayam Buras

Telur Ayam Ras

Peralatan Uji HI

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 54: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Lampiran 3. Ekstraksi Kuning Telur Ayam Ras dan Buras

Ekstraksi kuning telur sebelum sentrifugasi

Ekstraksi kuning telur setelah sentrifugasi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 55: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

Lampiran 4. Tabel Hasil Uji HI Telur Ayam Ras dan Buras

WILAYAH ASAL PASAR JENIS TELUR TITER ANTIBODI

(log2)

BURAS (B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 2

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 6

(R) 4

(R) 0

(R) 0

(R) 2

(R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 0

P

A

S

A

R

K

E

M

B

A

N

G

(R) 0

BURAS (B) 4

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 3

(B) 4

(B) 0

(B) 0

(B) 4

(B) 0

RAS (R) 0

(R) 5

(R) 4

(R) 4

(R) 1

(R) 3

(R) 3

(R) 2

(R) 1

P

A

S

A

R

T

E

M

B

O

K

(R) 2

BURAS (B) 0

(B) 4

(B) 0

S

U

R

A

B

A

Y

A

P

U

S

A

T

(B) 0

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 56: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 3

(R) 2

(R) 0

(R) 0

(R) 6

(R) 2

(R) 3

(R) 2

(R) 6

S

U

R

A

B

A

Y

A

P

U

S

A

T

P

A

S

A

R

K

E

P

U

T

R

A

N

(R) 0

BURAS (B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 5

(B) 0

(B) 6

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 2

(R) 0

(R) 3

(R) 3

(R) 5

(R) 0

(R) 6

(R) 7

(R) 4

P

A

S

A

R

P

A

B

E

A

N

(R) 3

BURAS (B) 0

(B) 0

(B) 4

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 3

RAS (R) 5

S

U

R

A

B

A

Y

A

U

T

A

R

A

P

A

S

A

R

(R) 4

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 57: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

RAS (R) 6

(R) 7

(R) 3

(R) 5

(R) 6

(R) 5

(R) 5

P

E

G

I

R

I

A

N (R) 4

BURAS (B) 5

(B) 3

(B) 5

(B) 4

(B) 4

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 4

(R) 5

(R) 7

(R) 6

(R) 0

(R) 7

(R) 2

(R) 4

(R) 0

S

U

R

A

B

A

Y

A

U

T

A

R

A

P

A

S

A

R

S

I

D

O

T

O

P

O

(R) 2

BURAS (B) 3

(B) 4

(B) 0

(B) 1

(B) 6

(B) 4

(B) 6

(B) 5

(B) 7

(B) 4

RAS (R) 4

(R) 4

(R) 5

(R) 0

(R) 4

(R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 0

S

U

R

A

B

A

Y

A

B

A

R

A

T

P

A

S

A

R

M

A

N

U

K

A

N

(R) 0

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 58: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

BURAS (B) 0

(B) 7

(B) 7

(B) 5

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 2

(R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 3

(R) 0

P

A

S

A

R

B

E

N

O

W

O

(R) 0

BURAS (B) 0

(B) 4

(B) 0

(B) 0

(B) 3

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 5

(R) 1

(R) 2

(R) 2

(R) 2

(R) 2

(R) 2

(R) 0

(R) 2

S

U

R

A

B

A

Y

A

B

A

R

A

T

P

A

S

A

R

T

A

N

D

E

S

(R) 5

BURAS (B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 2

(B) 4

(B) 0

(B) 1

P

A

S

A

R

(B) 5

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 59: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

(B) 3

(B) 0

RAS (R) 2

(R) 1

(R) 4

(R) 4

(R) 3

(R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 0

W

O

N

O

K

R

O

M

O

(R) 0

BURAS (B) 0

(B) 2

(B) 4

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 2

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 6

(R) 4

(R) 7

(R) 2

(R) 0

(R) 3

(R) 2

(R) 7

(R) 2

P

A

S

A

R

P

A

G

E

S

A

N

G

A

N

(R) 1

BURAS (B) 0

(B) 4

(B) 4

(B) 0

(B) 4

(B) 6

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 0

(R) 6

(R) 2

(R) 2

(R) 2

S

U

R

A

B

A

Y

A

S

E

L

A

T

A

N

P

A

S

A

R

G

A

Y

U

N

G

(R) 0

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 60: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

(R) 2

(R) 4

(R) 6

S

A

R

I (R) 2

BURAS (B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 7

(B) 0

(B) 7

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 6

(R) 0

(R) 5

(R) 4

(R) 5

(R) 2

(R) 4

(R) 0

(R) 3

P

A

S

A

R

M

U

L

Y

O

S

A

R

I

(R) 1

BURAS (B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 0

(R) 5

(R) 4

(R) 4

(R) 6

(R) 4

P

A

S

A

R

M

A

N

Y

A

R

(R) 0

BURAS (B) 0

(B) 3

(B) 0

S

U

R

A

B

A

Y

A

T

I

M

U

R

(B) 0

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 61: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

(B) 0

RAS (R) 4

(R) 4

(R) 6

(R) 5

(R) 0

(R) 3

(R) 6

(R) 5

(R) 4

S

U

R

A

B

A

Y

A

T

I

M

U

R

P

A

S

A

R

R

U

N

G

K

U

T

(R) 5

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS

Page 62: DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZA …repository.unair.ac.id/21681/13/gdlhub-gdl-s1-2009-liestiyoni-9610-kh55_08.pdf · Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi DETEKSI ANTIBODI TERHADAP VIRUS AVIAN INFLUENZAWIJAYANTI LIESTIYONINGTIYAS