5
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai dokter yang profesional, dalam bekerja dokter harus berpedoman pada etika dan hukum profesi. Etika dan hukum menjaga tindakan dokter agar tetap berada di jalur yang benar. Menurut kaidah dasar bioetik, dalam membuat keputusan dokter selalu membuat pertimbangan dari beberapa alternatif, untuk ditentukan satu pilihan yang akan diberikan pada pasiennya. Perrtimbangan ini berdasar pada beneficence (tanpa pamrih), autonomy (pasien mempunyai otoritas sendiri), non-maleficence (menolong pasien emergensi), dan justice (adil, memperlakukan sesuatu secara universal). Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau kehamilan. (Dorland, 2002). Sejak KB (Keluarga Berencana) menjadi program nasional RI pada tahun 1970, berbagai cara kontrasepsi telah ditawarkan dalam pelayanan KB, mulai dari cara tradisional, barier, hormonal, (pil, suntikan, susuk KB), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan kontrasepsi mantap (kontap) berupa vasektomi dan tubektomi. (Hanafiah, et. al., 1999). Berikut ini adalah permasalahan dalam skenario 3: Pasutri datang ke rumah sakit, konsultasi masalah kontrasepsi. Mereka tidak ingin anak lagi. Setelah mendaftar mereka konsultasi dengan bidan, mereka bingung akan memakai KB steril atau hormonal. Bidan kemudian merujuk mereka ke dokter, untuk konsultasi lebih lanjut. Dokter pada kesempatan itu menyarankan untuk melakukan KB steril saja. Dari masalah diatas, penulis akan mencoba menganalisis metode penentuan kontrasepsi yang tepat berdasarkan etika dan hukum serta latar belakang dokter diatas menyarankan penggunaan KB steril pada pasutri. B. RUMUSAN MASALAH Apa saja dasar pertimbangan penggunaan KB steril dan hormonal? o Apa dasar pertimbangan dokter menyarankan penggunaan KB steril? o Bagaimana sudut pandang penggunaan KB dilihat dari aspek etika dan hukum? C. TUJUAN PENULISAN Mengetahui dasar pertimbangan penggunaan KB steril dan hormonal. Mengetahui dasar pertimbangan dokter menyarankan penggunaan KB steril. Mengetahui sudut pandang penggunaan KB dilihat dari aspek etika dan hukum. D. MANFAAT PENULISAN Mahasiswa dilatih untuk memecahkan berbagai macam kasus yang memerlukan pertimbangan dari beberapa aspek terkait sesuai etika dan hukum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam keputusan Menkes RI No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, jenis dan indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek samping berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil, suntik, AKDR, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, tablet vagina dan tisu vagina. (Supari, 2007). Kontrasepsi mantap (kontap) dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada wanita, disebut tubektomi) atau saluran sperma (pada pria, disebut vasektomi). (Anonim, 2008). Vasektomi adalah pengangkatan duktus (vas) deferens atau sebagian darinya secara bedah. (Dorland, 2002). Vasektomi berguna untuk menghalangi transport spermatozoa di pipa-pipa sel mani pria. (Anonim, 2008). Tubektomi adalah pengangkatan bedah tuba uterina. (Dorland, 2002). Kontra indikasi bagi vasektomi adalah radang di sekitar skrotum, hernia, diabetes melitus, kelainan mekanisme pembekuan darah, dan kejiwaan tidak stabil. Kontra indikasi bagi tubektomi adalah penderita dengan penyakit jantung, paru-paru, hernia, pernah dioperasi di daerah perut, berat badan lebih dari 70 kg, dan pasangan yang masih ragu menggunakan metode ini. (Anonim, 2008). Alat kontrasepsi hormonal mengandung hormon-hormon reproduksi wanita. Alat kontrasepsi hormonal mencegah proses pematangan sel telur sehingga tidak bisa dibuahi. Metode kontrasepsi ini terdiri dari jenis pil, suntikan, dan susuk. (Anonim, 2008). Kontra indikasi pil adalah penderita sakit kuning, kelainan jantung, varises, hipertensi, diabetes, migrainm, dan pendarahan tanpa sebab yang jelas. Kontra indikasi suntik adalah ibu hamil, penderita tumor/kanker, penyakit jantung, hati, hipertensi, diabetes, dan penyakit paru- paru. Kontra indikasi susuk adalah penderita tumor, gangguan jantung, hati, hipertensi, diabetes, usia >35 tahun, dan pendarahan tanpa sebab yang jelas. Wanita yang belum mempunyai anak tidak dianjurkan menggunakan susuk KB. (Anonim, 2008). Menurut etika kedokteran, pelaksanaan kontrasepsi dapat dilaksanakan, walaupun penggunaan AKDR dan kontap menimbulkan berbagai pertentangan. Belakangan, AKDR terutama yang mengandung copper berfungsi sebagai kontrasepsi, bukan hanya mencegah nidasi. Dari segi hukum, kontap dapat dianggap melanggar KUHP pasal 354 yang melarang usaha pencegahan kehamilan dan melanggar pula pasal 351 karena merupakan mutilasi alat tubuh. Namun, karena KB telah menjadi program pemerintah, maka terhadap hal ini dapat dibuat pengecualian. (Hanafiah et. al., 1999). Secara umum, KB dapat diterima dalam ajaran Islam. Alat kontrasepsi yang dapat diterima syar’i adalah yang menghalangi bertemunya ovum dengan sperma, dan adanya pembolehan cara ber-KB jika pelaksanaannya tidak bertentangan dengan batasan syar’i yang lain. (Zuhroni, et.al., 2003). BAB III PEMBAHASAN Pemilihan metode kontrasepsi yang tepat sebaiknya didasarkan pada tujuan berkontrasepsi, kontra indikasi, dan hak autonomi pasien berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik. Pasien dapat memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkan, sedangkan dokter hanya dapat menyarankan. Pasutri yang hanya bertujuan ingin mengatur jarak kelahiran anak, disarankan menggunakan KB hormonal atau AKDR. Metode sederhana seperti kondom, tisu KB, dan spermisida juga dapat digunakan, namun relatif lebih merepotkan dibandingkan metode KB hormonal atau AKDR. Pil KB diminum setiap hari, sehingga dapat diatur kapan akan memutuskan untuk mempunyai anak lagi, demikian pula metode suntik yang dilakukan secara berkala. Sementara susuk mempunyai jangka waktu

dfabbnbgfhs gfnsn

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dgandgnsagdn gjnerhswghrr nrtgnehsg gnswgjhnwrn

Citation preview

Page 1: dfabbnbgfhs gfnsn

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGSebagai dokter yang profesional, dalam bekerja dokter harus berpedoman pada etika dan hukum profesi. Etika dan hukum menjaga tindakan dokter agar tetap berada di jalur yang benar. Menurut kaidah dasar bioetik, dalam membuat keputusan dokter selalu membuat pertimbangan dari beberapa alternatif, untuk ditentukan satu pilihan yang akan diberikan pada pasiennya. Perrtimbangan ini berdasar pada beneficence (tanpa pamrih), autonomy (pasien mempunyai otoritas sendiri), non-maleficence (menolong pasien emergensi), dan justice (adil, memperlakukan sesuatu secara universal).Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau kehamilan. (Dorland, 2002). Sejak KB (Keluarga Berencana) menjadi program nasional RI pada tahun 1970, berbagai cara kontrasepsi telah ditawarkan dalam pelayanan KB, mulai dari cara tradisional, barier, hormonal, (pil, suntikan, susuk KB), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan kontrasepsi mantap (kontap) berupa vasektomi dan tubektomi. (Hanafiah, et. al., 1999).Berikut ini adalah permasalahan dalam skenario 3:Pasutri datang ke rumah sakit, konsultasi masalah kontrasepsi. Mereka tidak ingin anak lagi. Setelah mendaftar mereka konsultasi dengan bidan, mereka bingung akan memakai KB steril atau hormonal. Bidan kemudian merujuk mereka ke dokter, untuk konsultasi lebih lanjut. Dokter pada kesempatan itu menyarankan untuk melakukan KB steril saja.Dari masalah diatas, penulis akan mencoba menganalisis metode penentuan kontrasepsi yang tepat berdasarkan etika dan hukum serta latar belakang dokter diatas menyarankan penggunaan KB steril pada pasutri.B. RUMUSAN MASALAH

Apa saja dasar pertimbangan penggunaan KB steril dan hormonal? o Apa dasar pertimbangan dokter menyarankan penggunaan KB steril? o Bagaimana sudut pandang penggunaan KB dilihat dari aspek etika dan hukum?

C. TUJUAN PENULISAN Mengetahui dasar pertimbangan penggunaan KB steril dan hormonal. Mengetahui dasar pertimbangan dokter menyarankan penggunaan KB steril. Mengetahui sudut pandang penggunaan KB dilihat dari aspek etika dan hukum.

D. MANFAAT PENULISAN Mahasiswa dilatih untuk memecahkan berbagai macam kasus yang memerlukan pertimbangan dari beberapa aspek terkait sesuai etika dan hukum.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Dalam keputusan Menkes RI No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, jenis dan indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek samping berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil, suntik, AKDR, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, tablet vagina dan tisu vagina. (Supari, 2007).Kontrasepsi mantap (kontap) dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada wanita, disebut tubektomi) atau saluran sperma (pada pria, disebut vasektomi). (Anonim, 2008). Vasektomi adalah pengangkatan duktus (vas) deferens atau sebagian darinya secara bedah. (Dorland, 2002). Vasektomi berguna untuk menghalangi transport spermatozoa di pipa-pipa sel mani pria. (Anonim, 2008). Tubektomi adalah pengangkatan bedah tuba uterina. (Dorland, 2002). Kontra indikasi bagi vasektomi adalah radang di sekitar skrotum, hernia, diabetes melitus, kelainan mekanisme pembekuan darah, dan kejiwaan tidak stabil. Kontra indikasi bagi tubektomi adalah penderita dengan penyakit jantung, paru-paru, hernia, pernah dioperasi di daerah perut, berat badan lebih dari 70 kg, dan pasangan yang masih ragu menggunakan metode ini. (Anonim, 2008).Alat kontrasepsi hormonal mengandung hormon-hormon reproduksi wanita. Alat kontrasepsi hormonal mencegah proses pematangan sel telur sehingga tidak bisa dibuahi. Metode kontrasepsi ini terdiri dari jenis pil, suntikan, dan susuk. (Anonim, 2008). Kontra indikasi pil adalah penderita sakit kuning, kelainan jantung, varises, hipertensi, diabetes, migrainm, dan pendarahan tanpa sebab yang jelas. Kontra indikasi suntik adalah ibu hamil, penderita tumor/kanker, penyakit jantung, hati, hipertensi, diabetes, dan penyakit paru-paru. Kontra indikasi susuk adalah penderita tumor, gangguan jantung, hati, hipertensi, diabetes, usia >35 tahun, dan pendarahan tanpa sebab yang jelas. Wanita yang belum mempunyai anak tidak dianjurkan menggunakan susuk KB. (Anonim, 2008).Menurut etika kedokteran, pelaksanaan kontrasepsi dapat dilaksanakan, walaupun penggunaan AKDR dan kontap menimbulkan berbagai pertentangan. Belakangan, AKDR terutama yang mengandung copper berfungsi sebagai kontrasepsi, bukan hanya mencegah nidasi. Dari segi hukum, kontap dapat dianggap melanggar KUHP pasal 354 yang melarang usaha pencegahan kehamilan dan melanggar pula pasal 351 karena merupakan mutilasi alat tubuh. Namun, karena KB telah menjadi program pemerintah, maka terhadap hal ini dapat dibuat pengecualian. (Hanafiah et. al., 1999).Secara umum, KB dapat diterima dalam ajaran Islam. Alat kontrasepsi yang dapat diterima syar’i adalah yang menghalangi bertemunya ovum dengan sperma, dan adanya pembolehan cara ber-KB jika pelaksanaannya tidak bertentangan dengan batasan syar’i yang lain. (Zuhroni, et.al., 2003).

BAB IIIPEMBAHASAN

Pemilihan metode kontrasepsi yang tepat sebaiknya didasarkan pada tujuan berkontrasepsi, kontra indikasi, dan hak autonomi pasien berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik. Pasien dapat memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkan, sedangkan dokter hanya dapat menyarankan.Pasutri yang hanya bertujuan ingin mengatur jarak kelahiran anak, disarankan menggunakan KB hormonal atau AKDR. Metode sederhana seperti kondom, tisu KB, dan spermisida juga dapat digunakan, namun relatif lebih merepotkan dibandingkan metode KB hormonal atau AKDR.Pil KB diminum setiap hari, sehingga dapat diatur kapan akan memutuskan untuk mempunyai anak lagi, demikian pula metode suntik yang dilakukan secara berkala. Sementara susuk mempunyai jangka waktu penggunaan yang cukup panjang, sehingga hanya disarankan untuk pasutri yang tidak akan merencanakan kehamilan dalam 4 hingga 5 tahun kedepan.Pasutri yang tidak berniat mempunyai anak lagi dapat menggunakan metode KB steril, yaitu dengan vasektomi dan tubektomi. Dengan KB steril, pasutri tidak perlu repot mengatur jadwal minum pil, atau suntik dan susuk secara berkala.Sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran, metode KB steril ini ternyata tidak sepenuhnya permanen, karena saluran yang diikat masih mempunyai kemungkinan rekanalisasi seperti semula, baik buatan maupun spontan.Menurut etika, hukum, dan agama, kontrasepsi steril / kontrasepsi mantap (kontap) diperbolehkan, dan tidak mempunyai ganjalan baik dari segi etika, hukum, dan agama.

BAB IVKESIMPULAN

Penggunaan metode kontrasepsi dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan KB, kontra indikasi metode kontrasepsi, dan hak autonomi pasien berdasarkan Kaidah Dasar bioetik (KDB). Calon akesptor KB dalam kasus ini berniat untuk tidak mempunyai anak lagi, bukan mengatur waktu dan jarak kelahiran, sehingga dokter menyarankan agar calon akseptor menggunakan metode kontap (steril). Disamping itu, calon akseptor KB dalam kasus ini mungkin saja mempunyai kontra indikasi terhadap metode kontrasepsi hormonal, sehingga dokter menyarankan agar calon akseptor menggunakan metode KB steril (kontap).Dilihat dari aspek etika, agama, dan hukum, penggunaan kontrasepsi sebetulnya diperbolehkan, tergantung dari metode dan pelaksanaannya. Metode kontap yang dahulu tidak diperbolehkan pun sekarang dapat diperbolehkan karena belakangan diketahui bahwa ada kemungkinan rekanalisasi saluran, baik spontan maupun buatan.

MACAM-MACAM CARA KONTRASEPSIDalam memilih kontrasepsi apa yang akan cocok untuk anda, sebaiknya anda mengetahui keuntungan dan kelemahan dari masing-masing metode yang ada, dan berdiskusilah dengan pasangan anda karena yang terpenting adalah anda dan pasangan merasa aman dan nyaman dengan pilihan kontrasepsi anda berdua.Bila anda masih ragu jangan pernah malu untuk bertanya dan berkonsultasi dengan dokter anda untuk memilih jenis metode kontrasepsi apa yang terbaik untuk anda.

Page 2: dfabbnbgfhs gfnsn

Ada beberapa metode kontrasepsi atau KB yang tersedia. Untuk memilih apa kontrasepsi atau KB yang cocok untuk anda, sebaiknya anda mengetahui kebaikan dan kekurangan dari metode KB ini.Metode PerlindunganMetode kontrasepsi jenis ini yang paling banyak digunakan adalah Kondom; yang juga termasuk metode ini adalah diafragma, kondom untuk wanita, dan juga spermatisida.1. Kondom, bekerja dengan mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Penggunaan kondom akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan spermatisida (senyawa kimia terdapat dalam bentuk jeli, tablet vagina, kream, busa vaginal yang berfungsi membunuh sperma).Penggunaan kondom cukup efektif selama digunakan secara tepat dan benar. Kegagalan kondom dapat diperkecil dengan menggunakan kondom dengan cara benar, gunakanlah saat ereksi dan lepaskan pada saat ejakulasi.Kegagalan biasanya terjadi bila kondom robek karena kurang hati-hati atau karena tekanan pada saat ejakulasi sehingga terjadi perembesan.Efek samping dari kondom adalah bila terdapat alergi terhadap karet kondom.Keuntungan dari kondom dapat dibeli secara bebas di apotek-apotek, mudah digunakan dan kondom juga memperkecil penularan penyakit kelamin.2. Spermatisida, bahan kimia aktif untuk ‘membunuh’ sperma, berbentuk cairan, krim atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama. Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina sudah dibilas dalam waktu < 6 jam setelah senggama.3. Vaginal diafragma, lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat kecil, karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak pas, tergeser saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (< 8 jam) setelah senggama.HormonalAda beberapa cara/metode yang dapat diberikan yaitu suntikan, bentuk pil yang diminum serta susuk atau implant. Pemakaian kontrasepsi dengan metode hormonal tidak dianjurkan untuk wanita dengan riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit jantung.1. PilKeuntungan pil tetap membuat menstruasi yang teratur, mengurangi kram atu sakit saat menstruasi dan penelitian terakhir menyatakan pemakaian pil kb dapat mencegah terjadinya kanker rahim. Kesuburan juga dapat kembali pulih dengan menghentikan pemakaian pil ini saja.Pil termasuk metode yang efektif saat ini, bekerja dengan mencegah pelepasan sel telur. Pil mempunyai efektifitas yang tinggi (99%) bila digunakan dengan tepat dan secara teratur.Tentu saja ada sedikit efek samping dari pil ini yaitu kenaikan atau penurunan berat badan, payudara terasa kencang, mual, muntah, depresi. Dalam pemakaian Pil diperlukan komitmen dari wanita untuk dapat memakai secara teratur dan tepat.2. SuntikSuntikan dan implant/susuk mempunyai cara kerja seperti pil.Untuk suntikan yang diberikan 3 bulan sekali (depo Provera) keuntungannya mengurangi resiko lupa minum pil dan keamanan selama 3 bulan.Efek samping yang diberikan , menstruasi yang tidak teratur dan peningkatan berat badan serta pemulihan kesuburan agak terlambat.3. SusukImplant/susuk dengan cara memasukkan tabung kecil di bawah kulit di bagian tangan yang dilakukan oleh dokter anda, dan hormon yang terdapat dalam tabung akan terlepas sedikit–sedikit untuk mencegah kehamilan.Keuntungannya tidak harus minum pil atau suntikan, dan proses memasukkan tabung ini 1 X dan untuk 2-5 tahun. Dan bila anda ingin berencana hamil kembali hanya melepas implant ini kembali.Efek samping yang ditimbulkan seperti menstruasi yang tidak teratur dan peningkatan berat badan.4. Koyo Kontrasepsi (Patch)Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang berkulit sensitif sering menimbulkan reaksi alergi.Kontrasepsi Teknik1. Coitus Interruptus (senggama terputus), ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar2. Sistem kalender (pantang berkala). Pada beberapa wanita ini menjadi satu-satunya metode yang dapat diterima.Cara ini adalah dengan memperkirakan saat masa subur (ovulasi) dan tidak melakukan hubungan seksual pada saat tersebut.Metode ini tidak terlalu efektif dan diperlukan kedisiplinan dari wanita untuk selalu mengetahui waktu ovulasi atau masa subur. Dan sebaliknya pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur akan sulit untuk menggunakan metode ini.Ada beberapa cara untuk mengetahui masa subur, yaitu:

dengan cara menghitung tanggal/kalender, cara ini cocok untuk yang punya siklus haid teratur. Perhitungan ini didasarkan saat ovulasi terjadi pada hari ke-14 dari menstruasi yang akan datang dan dikurangi 2 hari karena sperma dapat hidup selama 48 jam setelah ejakulasi dan ditambahkan 2 hari karena sel telur dapat hidup 24 jam setelah ovulasi. Jadi Misalnya siklus haidnya 28 hari dan haid terakhirnya terjadi tanggal 1, tanggal haid bulan berikutnya adalah tanggal 28. Dengan demikian, perkiraan waktu ovulasi anda , yaitu di tengah - tengah periode haid yakni tanggal 14. Jadi, masa subur berada pada rentang tanggal 12 hingga 16

dengan menilai peningkatan suhu badan, biasanya suhu badan meningkat menjelang dan sesudah masa ovulasi karena pengaruh hormon progesteron

dengan menilai lendir rahim. Hormon estrogen mencapai puncaknya pada saat ovulasi terjadi dan mempengaruhi lendir rahim. Menjelang ovulasi biasanya lendir rahim jadi agak encer dan bila diraba dengan dua jari membentuk benang dan berwarna bening

Ketiga hal ini dapat menjadi petunjuk masa ovulasi/masa subur anda3. Prolonged lactation atau menyusui, selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan menstruasi belum terjadi, otomatis Anda tidak akan hamil. Tapi begitu Ibu hanya menyusui < 6 jam / hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar

BAB IPENDAHULUAN

LATAR BELAKANGDewasa ini dunia kedokteran menghasilkan berbagai teknologi yang bertujuan membantu meningkatkan taraf kesehatan dengan tujuan menyejahterakan masyarakat. Akan tetapi seperti yang kita ketahui bersama dengan lahirnya teknologi-teknologi tersebut juga memicu lahirnya pro kontra baru. Aspek-aspek kehidupan seperti agama, etika moral serta hukum juga mempunyai pandangan tersendiri menyikapi hal ini. Kita sebagai mahasiswa kedokteran yang nantinya menjadi dokter yang terjun di masyarakat diharapkan mampu mengambil kebijakan kesehatan tanpa melanggar nurma-nurma yang ada di masyarakat dan tetap berpegang teguh pada kode etik kedokteran yang ada.

1. DEFINISI MASALAHPada scenario 2 "Anak saya sudah cukup, nggak mau nambah lagi" muncul permasalahan sebagai berikut :

Ibu Suharto ingin melakukan KB tetapi oleh suaminya ditentang. Ibu Suharto datang ke dokter keluarga dan minta KB tanpa ijin suami. Dokter keluarga melakukan KB kepada Ibu Suharto tanpa meminta ijin kepada suaminya.

1. TUJUAN PEMBELAJARAN1. Mengenali dimensi etik kedokteran dalam mengobati/memperlakukan individu pasien sebagai individu dalam lingkup sosio-budayanya.2. Mampu mengambil keputusan etis – medis (KEM) dalam stuasi yang masih bersifat konflik, sesuai dengan tuntutan masyarakat dalam

negara brkembang2. MANFAAT PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari blok ini diharapkan mahasiswa :

Page 3: dfabbnbgfhs gfnsn

1. Mampu menentukan, menyatakan dan mengenalisis segi etika dalam kebijakan kesehatan.2. Mampu menganalisa secara sistematik dan mempertahankan pilihan etik dalam pengobatan atau penyelesaian masalah setiap individu

pasien.3. Mampu berperilaku professional dalam hubungan dokter pasien

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1. Keluargaadalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri; suami-isteri dan anaknya; ayah dan anaknya; ibu dan anaknya.

2. Keluarga Berencanaadalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan. keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

3. Metode KB1. KB Hormonal

Pil pengendali kehamilan Suntikan Susuk

2. Metode Perintang Kondom Diafragma Spermisida IUD (Intra Ultra Device)

3. Metode KB alamiah Memberi ASI pada 6 bulan pertama Metode pengecekan lender Metode pengecekan irama

4. Sterilisasi Vasektomi Tubektomi

1. Sterilisasi1. Vasektomi adalah operasi sederhana untuk memotong saluran pembawa sperma (vas deferens). Vasektomo tidak menyebabkan laki-

laki impotent juga tidak mengurangi kenikmatan waktu berhubungan seksual.2. Tubektomi adalah operasi untuk mengikat atau memotong saluran telur agar sel telur tidak menuju rahim.

2. KB menurut pandangan Islam"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi kepada mereka dan kepada kamu." (QS. Al Isra':31)"Nikahilah olehmu wanita yang penyayang dan subur(yang dapat melahirkan banyak anak) karena aku akan berbangga-bangga dengan kalian dihadapan umat-umat lain. (Ahmad, Abu Dawud yang disahihkan oleh Al Albani) Dari penggalan ayat serta hadits di atas disimpulkan bahwa Islam tidak memberi toleransi terhadap adanya program KB yang beralasan takut miskin atau membatasi jumlah anak. Akan tetapi para ulama membolehkan KB untuk mengatur jarak kelahiran serta jika dalam keadaan darurat (tidak dimungkinkan untuk hamil karena suatu penyakit).Untuk vasektomi dan tubektomi Islam sangat melarang kecuali dalam keadaan tertentu seperti mengidap penyakit.Pandangan lain muncul dari MUI yang menyatakan mendukung upaya pemerintah mengendalikan angka pertumbuhan yang tinggi, sejauh masih dalam koridor syari'ah. MUI memperbolehkan vasektomi dan tubektomi selama keduanya tidak memutu total keturunan atau bisa direhabilitasi kembali.

3. KB menurut pandangan KristenManusia ditugaskan oleh Allah untuk "beranak cucu dan bertambah banyak" (Kejadian 1:28)Anak adalah Hadiah dari Allah (Kejadian 4:1, Kejadian 35:5) Anak adalah berkat dari Tuhan (Lukas 1:42) Dari beberapa penggalan Al kitab di atas Kristen tidak memperbolehkan penggunaan kontrasepsi karena tidak ingin punya anak atau bingung mengurus banyak anak. Akan tetapi Kristen mengijinkan jika umatnya ingin mengatur jarak kelahiran agar lebih dewasa, lebih siap dalam kerohanian serta keuangan.

4. Dasar Hukum dan Undang-Undang yang Mengatur KB.KB (Keluarga Berencana) merupakan progam pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakat. Dalam hal ini Program KB diatur dalam :

GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) 1999 Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional. Undang-undang No. 10 Tahun 1992 dalam butir 17, 18, 19.

Berdasarkan hukum, status pria dan wanita adalah Adil dengan persetujuan bersama (UU No. 10 Tahun 1992 Pasal 19) Suami istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama serta kedudukan yang sederajat dalam menentukan cara pengaturan kelahiran.

BAB IIIDISKUSI

Dalam scenario ini terdapat dua situasi besar yang menimbulkan permasalahan yang perlu didiskusikan yaitu kebijakan yang diambil oleh dua dokter; spesialis kandungan dan dokter keluarga. Seperti yang telah dipelajari sebelumnya bahwa semua tindakan medis harus didasari oleh Kaidah Dasar Bioetik (KDB), Kode Etik Kedokteran, hukum yang berlaku serta tidak menyimpang dari nurma-nurma yang ada di masyarakat. Beberapa hal yang perlu diingat bahwa :

Tindakan medis tidak menjanjikan hasil Dipilih option yang resikonya paling kecil Hukum dan Undang-undang adalah mutlak, tidak boleh dilanggar. Etika, moral dan agama adalah permasalahan yang nantinya dikembalikan kepada individu masing-masing.

KDB kedoteran mempunyai empat hal/kaidah yang bisa digunakan dokter untuk mengambil kesimpulan. Kaidah itu ialah :1. beneficence (B)2. autonomy (A)3. non maleficence (N)4. justice (Ju)

Empat kaidah di atas memiliki criteria masing-masing sehingga seorang dokter dapat memilih kaidah mana yang sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Criteria dari beneficence(B) antara lain :

1.Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter. Criteria dari autonomy (A) antara lain :

Page 4: dfabbnbgfhs gfnsn

1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi elektif)3. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri.4. Menjaga rahasia pasien,berterus terang dan menjaga privasi dan lain-lain

criteria dari non malificence (N) antara lain :1. Menolong pasien emergensi2. Mengobati pasien yang luka3. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia) dan lain-lain

Criteria dari justice (Ju) antara lain :1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama dan lain-lain

Dari uraian criteria KDB diatas dapat kita bahas bahwa tindakan yang dilakukan dokter kandungan cukup tepat karena sesuai dengan KDB serta hukum yang ada sedangkan dokter keluarga keluarga melakukan tindakan yang berbeda dengan langsung melakukan KB pada pasien. Tindakan ini tidak salah karena dokter tersebut berdasar pada kaidah autonomy akan tetapi semua kaidah tersebut dibatasi dengan hukum yang sifatnya tegas dan tidak boleh dilanggar

BAB IVKESIMPULAN

Setelah ditinjau dari beberapa aspek meliputi Kaidah Dasar Bioetik (KDB), Kode Etika Kedokteran, etika moral, agama dan hukum dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh dokter kandungan telah sesuai dengan prosedur serta KDB kedokteran (dalam hal ini dokter tersebut menggunakan autonomy dan justice) dan hukum yang berlaku sebab dokter kandungan telah memberi informasi tentang KB serta menyarankan agar KB dilaksanakan jika kedua belah pihak dalam hal ini suami isteri telah setuju. Sedangkan tindakan yang dilakukan dokterkeluarga tersebut kurang tepat karena hanya menggunakan kaidah autonomy padahal kita tahu bahwa dalam undang-undang kedudukan suami isteri sama dalam hal pengaturan kelahiran.