Upload
dhea-dhevinka
View
672
Download
167
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan anatomi dan fisiologi tumbuhan
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN“JARINGAN PADA AKAR & BATANG DIKOTIL DAN
MONOKOTIL”
OLEH:
DHEA VIVIN. K
(F05112088)
Kelompok 6
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sistem jaringan pada batang
dan akar dikotil dan monokotil, mempelajari tipe berkas pengangkut pada batang
dan akar dikotil dan monokotil, dan mempelajari tipe stele pada batang dan akar
dikotil dan monokotil. Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 13 Maret
2014 di Laboratorium Biologi, Untan. Metode praktikum dilakukan dengan
melakukan pengamatan preparat awetan dan preparat segar batang dan akar
dikotil dan monokotil menggunakan mikroskop, kemudian jaringan yang tampak
digambar dan diberi keterangan. Hasil praktikum menunjukkan bahwa tumbuhan
dikotil, terdapat jaringan-jaringan yang terdiri dari jaringan epidermis, korteks,
endodermis, dan ikatan pembuluh yaitu xylem, floem dan cambium. Sedangkan
pada tumbuhan monokotil jaringan yang tampak adalah epidermis, korteks, floem,
xilem dan empulur. Pada akar maupun batang monokotil jaringan penyusunnya
tidak teratur (tersebar), sedangkan pada dikotil jaringannya penyusunnya teratur.
Tipe berkas pengangkut pada batang monokotil terdapat sebaran yang tidak
beraturan yang saling berhubungan di dalam sitoplasma dan dinamakan tipe
kolateral tertutup. Tipe berkas pengangkut pada batang dikotil tersusun pada suatu
berkas berbentuk bulat dan dinamakan tipe kolateral terbuka.
Kata kunci : akar, batang, dikotil, jaringan, monokotil
PENDAHULUAN
Tumbuhan pada umumnya terbagi menjadi dua tipe tumbuhan, yaitu
monokotil dan dikotil. Telah kita ketahui bahwa terdapat perbedaan tipe biji dari
kedua jenis tumbuhan tersebut. Akan tetapi bagaimana dengan struktur jaringan
pada akar dan batangnya, tipe berkas pengangkut, dan tipe stelenya ? Dan juga
apakah ada perbedaan dan bagaimana letaknya ? Hal tersebutlah yang melatar
belakangi praktikum kali ini. Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari
sistem jaringan pada batang dan akar dikotil dan monokotil, mempelajari tipe
berkas pengangkut pada batang dan akar dikotil dan monokotil, dan mempelajari
tipe stele pada batang dan akar dikotil dan monokotil.
Dengan sekitar 275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini
angiosperma merupakan kelompok tumbuhan yang paling beraneka ragam dan
paling luas. Para ahli membagi angiosperma menjadi dua kelas: monokotil,
dinamai demikian karena kotiledonnya (keping atau daun biji) hanya ada satu dan
dikotil, yang memiliki dua kotiledon (Campbell, 2003).
Plants are conventionally, divided into two major classes: Dicotyledons
(Magnoliopsida) and Monocotyledons (Liliopsida). This separation into two
classes is commonly taken for granted, because it is “patently obvious”, but
botanists have not always recognized these as the two fundamental groups of
angiosperms (Barabe, Brouillet, 1982).
Despite the problems with recognizing basal angiosperm taxa, the
conventional distinctions between dicotyledons and monocotyledons are still quite
useful. The main morphological differences between monocotyledons and
dicotyledons are, respectively, embryo with a single cotyledon vs. embryo with
two cotyledons; pollen with a single furrow or pore vs. pollen with three furrows
or pores; flower parts in multiples of three vs. flower parts in multiples of four or
five; parallel major leaf veins vs. reticulated major leaf vein; scattered vs.
Ringshaped pattern of stem vascular bundles; adventitious
roots vs. roots developing from radicles; secondary growth absent vs. secondary
growth often present. It is thanks to the extreme plasticity of their vegetative and
reproductive organs that angiosperms have become so widely and successfully
established (Takhtajan, 1953).
Selain itu monokotil dan dikotil memiliki beberapa perbedaan struktur
yang lain antaranya : pada monokotil susunan tulang daun umumnya melengkung
atau menjari, berkas vaskuler umumnya tersusun secara kompleks, sistem akar
serabut dan bagian-bagian bunga umumnya dalam kelipatan tiga. Sedangkan
dikotil susunan tulang daun umumnya seperti jari, berkas vaskuler umumnya
tersusun dalam bentuk lingkaran, sistem akar tunggang dan bagian-bagian bunga
umumnya dalam kelipatan empat atau lima (Isharmanto, 2011).
Meristem adalah jaringan yang sel-selnya mampu membelah diri dengan
cara mitosis secara terus menerus (bersifat embrional) untuk menambah jumlah
sel-sel tubuh pada tumbuhan. Meristem terdapat pada bagian-bagian tertentu saja
pada tumbuhan. Berdasarkan letaknya, meristem dibedakan atas: 1. meristem
apikal (meristem ujung) terdapat pada ujung-ujung pokok batang dan cabang serta
ujung akar, 2. meristem interkalar/aksilar (meristem antara), terdapat di antara
jaringan dewasa, misalnya pada pangkal ruas batang, 3. meristem lateral
(meristem samping), terletak sejajar dengan permukaan organ, misalnya kambium
dan kambium gabus (Aldi, 2010).
Berdasarkan asal terbentuknya, jaringan meristem digolongkan menjadi
dua, yaitu meristem primer dan meristem skunder. Meristem primer pemanjangan
meristem apikal, berada pada ujung akar dan pada pucuk tunas, menghasilkan sel-
sel bagi tumbuhan untuk tumbuh memanjang. Meristem sekunder, yaitu aktivitas
penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang terbentuk sebelumnya oleh
pertumbuhan primer. Pertumbuhan sekunder adalah produk meristem lateral,
silinder-silinder yang terbentuk dari sel-sel yang membelah ke samping di
sepanjang akar dan tunas pada tumbuhan berkayu (Febriani, et al, 2013).
Dari jaringan meristem sekunder akan menghasilkan pertumbuhan
sekunder yang menyebabkan batang menjadi bertambah besat misalnya aktivitas
kambium pada batang tumbuhan clikotil akan menghasilkan pembuluh kayu
(xilem) ke bagian dalam dan pembuluh tapis (floem) ke bagian luar. Selain itu,
terdapat kambium gabus (felogen) yang juga merupakan bagian dari pertumbuhan
sekunder yang disebut periderm. Kambium gabus terdiri atas tiga bagian yaitu: 1.
felem, yaitu jaringan gabus itu sendiri yang tersusun atas sel - sel mati, 2. felogen,
yaitu bagian kambium gabus yang mengarah ke luar membentuk felem, 3.
feloderm, yaitu bagian vang dibentuk felogen kearah dalam dan merupakan
jaringan yang sifatnva serupa parenkim dan terdiri atas sel-sel hidup (Angga,
2009).
Jaringan dewasa merupakan kelompok sel tumbuhan yang berasal dari
pembelahan sel - sel meristem dan telah mengalami pengubahan bentuk yang
disesuaikan dengan fungsinya (Diferensiasi). Jaringan dewasa ada yang sudah
tidak bersifat meristematik lagi (sel penyusunnya sudah tidak membelah lagi)
sehingga disebut jaringan permanen. Berdasarkan bentuk dan fungsinya, jaringan
dewasa pada tumbuhan dibedakan menjadi empat macam jaringan yaitu: jaringan
epiderm, jaringan dasar (parenkim), jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut
(Steven, 2008).
Epidermis adalah sistem sel-sel yang bervariasi struktur dan fungsinya,
yang menutupi tubuh tumbuhan primer. Struktur epidermis ini dapat dihubungkan
dengan peranan jaringan tersebut sehingga lapisan sel yang berhubungan dengan
lingkungan luar. Adanya bahan lemak, kutin, dalam dinding terluar dan pada
permukaannya (kutikula) membatasi penguapan. Karena susunan sel-selnya yang
kompak dan adanya kutikula yang keras, maka epidermis berfungsi pula sebagai
penyokong mekanis. Dinding sel epidermis yang tipis pada akar-akar rambut
menunjukkan bahwa epidermis yang tipis dan akar muda berfungsi khusus untuk
absorbsi. Epidermis pada bagian tumbuhan tertentu ada yang tetap berfungsi
selama hidupnya tumbuhan atau ada yang kemudian diganti oleh jaringan proteksi
lain, yaitu periderm (Haryanti, 2010).
Jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas sel-
sel kolenkim dan sklerenkim. Kedua bentuk jaringan ini merupakan jaringan
sederhana, karena sel-sel penyusunnya hanya terdiri atas satu tipe sel. Kolenkim
terdiri atas sel-sel berdinding tebal sebagai jaringan penyokong, sangat
berhubungan erat dengan parenkim. Kolenkim seperti halnya parenkim masih
mempunyai protoplas, mampu mengadakan aktivitas meristematis. Dinding
selnya merupakan dinding primer, tidak berlignin. Kolenkim berbeda dengan
jaringan penyokong lainnya yaitu dengan sklerenkim dalam hal struktur dinding
dan kondisi protoplas. Kolenkim mempunyai dinding yang lunak, plastis, dinding
primer yang tidak berlignin, mempunyai protoplas yang aktif, mampu
menghilangkan penebalan dinding jika sel diinduksi untuk aktivitas meristematis,
seperti pembentukan kambium gabus atau kalau ada rangsangan luka. Sklerenkim
mempunyai dinding yang keras, kaku, dinding sekunder yang biasanya berlignin.
Dinding sekunder terdapat pada sel-sel untuk mengalirkan air dari xilem, dan
sering terdapat pula pada sel-sel parenkim xilem. Selain itu sel-sel parenkim
dalam daerah jaringan lainnya dapat pula bersifat sklereid (sclereid) yang
berfungsi untuk mengalirkan air batasannya tidak begitu jelas (Suradinata, 1998).
Jaringan pengangkut bertugas mengangkut zat-zat yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Ada 2 macam jaringan; yakni xilem atau pembuluh kayu dan floem
atau pembuluh lapis/pembuluh kulit kayu. Xilem bertugas mengangkut air dan
garam-garam mineral terlarut dari akar ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Xilem
ada 2 macam: trakea dan trakeid. Pada trakeid tidak terdapat perforasi (lubang-
lubang), hanya ada celah (noktah), berupa plasmodesmata yang menghubungkan
satu sel dengan sel lainnya. Sedangkan pada trakea terdapat perforasi pada bagian
ujung-ujung selnya. Floem bertugas mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh bagian tubuh tumbuhan (Frasiandini, 2012).
Pada jaringan-jaringan memliki perbedaan antara tumbuhan dikotil dan
monokotil. Oleh karena itu diadakan praktikum ini, dengan adanya masalah yaitu
apa tipe berkas pengangkut yang terdapat pada batang dan akar Zea mays,
Arachis hypogaea, Helianthus sp., Cyperus sp., dan Arthocarpus integra. Serta
bagaimana struktur jaringan yang menyusun akar dan batang dikotil dan
monokotil.
METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 13 Maret 2014 pukul
12.30 WIB – 15.00 WIB di Laboratorium Biologi FKIP Untan.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu mikroskop, silet, kaca
objek dan kaca penutup, sedangkan bahan yang digunakan antara lain preparat
awetan batang dikotil Arachis hypogaea dan akar dikotil Helianthus sp., preparat
awetan batang dan akar monokotil Zea mays, sediaan segar monokotil yaitu
Cyperus sp. dan dikotil yaitu Arthocarpus integra.
Cara kerjanya yaitu pertama-tama preparat diperiksa dengan perbesaran
lemah untuk mengamati susunan jaringan pada batang. Lalu satu sektor dari irisan
tersebut dibesarkan dengan pembesaran kuat. Kemudian digambar dan diberi
keterangan. Setelah itu tipe berkas pengangkut dan tipe stele masing-masing
tanaman disebutkan.
HASIL PENGAMATAN & PEMBAHASAN
PENGAMATAN PREPARAT AWETAN
Tabel Pengamatan Preparat Awetan Batang dan Akar Dikotil dan Monokotil
Preparat awetan batang dikotil
Objek : Arachis hypogaea
Perbesaran : 25 X 10
Preparat awetan batang monokotil
Objek : Zea mays
Perbesaran : 40 X 10
Keterangan :
1. epidermis
2. floem
3. xilem
4. korteks
5. empulur
Tipe kolateral : terbuka
Keterangan :
1. epidermis
2. korteks
3. floem
4. xylem
5. empulur
Tipe kolateral : tertutup
Preparat awetan akar dikotil
Objek : Helianthus sp.
Perbesaran :25 X 10
Preparat awetan akar monokotil
Objek : Zea mays
Perbesaran : 40 X 10
Keterangan :
1. epidermis
2. korteks
3. endodermis
4. floem
5. xilem
6. empulur
Tipe kolateral : terbuka
Keterangan :
1. epidermis
2. korteks
3. endodermis
4. empulur
5. floem
6. xilem
7. stele
Tipe kolateral : tertutup
PENGAMATAN PREPARAT SEGAR
Tabel Pengamatan Preparat Segar Batang Dikotil dan Monokotil
Preparat awetan batang dikotil
Objek : Arthocarpus integra
Perbesaran : 40 X 10
Preparat awetan batang monokotil
Objek : Cyperus sp.
Perbesaran : 40 X 10
Keterangan :
1. epidermis
2. korteks
3. floem
4. xilem
5. empulur
Tipe kolateral : terbuka
Keterangan :
1. epidermis
2. korteks
3. floem
4. xilem
5. empulur
Tipe kolateral : tertutup
Pada praktikum yang berjudul Jaringan pada Akar dan Batang dikotil dan
Monokotil ini bertujuan untuk mempelajari sistem jaringan, tipe berkas
pengangkut, dan tipe stele pada batang tanaman monokotil dan dikotil.
Sistem jaringan dikotil dan monokotil pada setiap tumbuhan itu berbeda.
Jaringan yang dimiliki oleh tumbuhan dikotil berasal dari sistem apikal.
Jaringannya yaitu seperti protoderma, jaringan dasar, jaringan meristem dan
prokambium. Jaringan ini terdiri dari jaringan epidermis, korteks, endodermis,
dan ikatan pembuluh yaitu xylem, floem dan kambium. Jaringan permanen yang
terbentuk pada tumbuhan monokotil didapat dari jaringan meristem apikal dan
meristem interkalar. Tumbuhan monokotil pada umumnya tidak memiliki
kambium sehingga batangnya relatif lebih kecil dari tumbuhan dikotil (Angga,
2009).
Berdasarkan bentuk dan fungsinya, jaringan dewasa pada tumbuhan
dibedakan menjadi empat macam jaringan yaitu: jaringan epidermis, jaringan
dasar (parenkim), jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut.Tumbuhan
dikotil terdiri dari jaringan epidermis, jaringan korteks, jaringan endodermis, dan
ikatan pembuluh yang terdiri dari xylem, floem dan kambium (Steven, 2008).
Pada pengamatan preparat awetan kelompok kami menggunakan awetan
batang dan akar Zea mays (monokotil) dan batang Arachis hipogea (dikotil) serta
akar Helianthus sp. (dikotil).
Dari hasil pengamatan pada preparat awetan batang dan akar tumbuhan
monokotil dan dikotil yang dilakukan, terdapat perbedaan antara batang dan akar
tumbuhan dikotil dan monokotil tersebut.
Pada jaringan akar monokotil yang tampak yaitu empulur, floem,
xylem,endodermis, korteks, dan epidermis. Sedangkan akar dikotil yang tampak
yaitu epidermis, korteks, floem, xylem, dan empulur. Pengamatan yang dilakukan,
bila di bandingkan dengan referensi, empulur terdapat pada akar seperti tumbuhan
monokotil yang tidak membentuk xilem dipusat akar. Dapat dilihat data
pengamatan tersebut, bahwa akar dikotil memiliki bagian empulur, hal tersebut
kemungkinan kesalahan dalam menentukan bagian-bagiannya.
Menurut (Campbell, 2003) perbedaan antara akar dikotil dan monokotil
adalah terletak pada susunan berkas pembuluhnya. Pada akar dikotil berkas
pembuluh xilem memencar seperti jari-jari dari pusat roda hal ini dapat diartikan
bahwa letak pembuluh angkut pada akar dikotil ini tersebar, sedangkan pada akar
monokotil letak pembuluh floem dan xilemnya bergantian didalam stele yang
dapat diartikan bahwa letak pembuluh pada akar monokotil adalah teratur. Pada
korteks akar tumbuhan monokotil biasanya terdapat skelerenkim. Protofloem akar
tumbuhan dikotil tidak mempunyai sel pengiring sedangkan metafloem
mempunyai sel penggiring.
Pada akar Zea mays terlihat bagian luarnya tebal yang merupakan
epidermisnya. Jaringan pembuluh pengakut tepat di bagian tengah sel dalam
sitoplasma. Preparat ini tidak memiliki kambium yang memisahkan antara bagian
xylem dan floemnya. Pada akar Helianthus sp. memiliki bagian yang seperti
batang dikotil yaitu terdapat penyebaran yang merata dalam penyebaran sistem
pengangkutan. Terdiri dari beberapa bagian yaitu epidermis pada bagian terluar
kemudian di belakangnya terdapat jaringan dasar atau korteks. Didekat bagian
berkas pembuluh terdapat endodermis yang dapat menyokong bagian pembuluh
pengangkut. Ikatan pembuluhnya juga terlihat jelas, dimana antara kambium,
xylem dan floem telah terpisah dan dapat diamati dengan jelas.
Pada jaringan batang monokotil yang tampak yaitu epidermis, korteks,
floem, xylem, dan empulur. Sedangkan batang dikotil yang tampak yaitu
epidermis, korteks, dan endodermis, floem dan xylem tidak terlihat jelas pada
objek. Perbedaan susunan keduanya terletak pada letak jaringan pembuluh yaitu
xylem dan floem.
Pada batang Zea mays, jaringan pembuluh terletak di seluruh jaringan dasar
(tersebar), sehingga tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium. Hal ini
sesuai dengan teori yakni dikemukakan (Budi, 2008) yaitu pada stele monokotil
terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang
artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium.
Tidak adanya kambium pada monokotil menyebabkan batang monokotil
tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan
menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan
pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp.)
dan pohon Nenas seberang (Agave sp.).
Pada batang Arachis hypogea, jaringan dewasa primer berasal dari sistem
apikal (protoderm, ground meristem, dan prokambium) dan terdiri dari jaringan
epidermis pada bagian terluar kemudian di belakangnya terdapat jaringan dasar
atau korteks. Ikatan pembuluhnya juga terlihat jelas, dimana antara kambium,
xylem dan floem telah terpisah dan dapat diamati dengan jelas.
Tipe berkas pengangkut pada batang dikotil dan monokotil memiliki
perbedaan, yaitu pada batang dikotil tersusun pada suatu berkas berbentuk bulat
dan tertutup. Berhubungan satu sama lainnya dengan ikatan kambium, dengan
demikian sering disebut kolateral tertutup. Sedangkan pada batang monokotil
terdapat sebaran yang tidak beraturan yang saling berhubungan didalam
sitoplasma dan dinamakan tipe kolateral terbuka.
Pada praktikum selanjutnya, yaitu pada preparat segar hasil pengamatan
yang didapatkan juga sama, terlihat pada preparat segar ini yaitu pada batang
tumbuhan monokotil (Cyperus sp.) berkas pengangkut terlihat tidak teratur dan
merupakan tipe kolateral tertutup dan dikotil (Arthocarpus integra) terlihat teratur
dan merupakan tipe kolateral terbuka.
Akan tetapi semua hasil pengamatan tersebut kurang sesuai dengan
literatur yang ada menurut (Nugroho, dkk. 2006) pada umumnya batang dan akar
memiliki struktur yang sama, keduanya memiliki stele dengan xilem dan floem,
perisikel, endodermis, korteks dan epidermis. Sedangkan pada praktikum yang
dilakukan pada umumnya hasil pengamatan pada batang dan akar tersebut hanya
memiliki epidermis, jaringan pengangkut (xilem dan floem), korteks dan empulur.
Hal ini terjadi karena ketidaktelitian pada saat mengamati preparat dari kedua
jenis tumbuhan monokotil dan dikotil terutama pada batang dan akarnya tersebut.
Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada awetan
yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan dalam mengiris
suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan pekerjaan yang sulit,
memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta ketelitian. Walaupun
demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati karena preparat yang
digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut masih memiliki sedikit
pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan dengan awetan kering.
KESIMPULAN
Pada praktikum ini dapat disimpulkan pada tumbuhan dikotil jaringan
yang dimiliki berasal dari meristem apikal. Jaringan ini terdiri dari jaringan
epidermis, korteks, endodermis, dan ikatan pembuluh yaitu xylem, floem dan
kambium. Pada tumbuhan monokotil jaringan permanen yang terbentuk didapat
dari dari jaringan meristem apikal dan meristem interkalar. Tipe berkas
pengangkut pada batang dikotil tersusun pada suatu berkas berbentuk bulat dan
terbuka. Tipe berkas pengangkut pada batang monokotil terdapat sebaran yang
tidak beraturan yang saling berhubungan di dalam sitoplasma dan dinamakan tipe
kolateral tertutup. Pada batang dikotil terdapat berbagai macam tipe stele, yaitu
eustele, sifonostele ektofloik, dan sifonostele amfifloik.
DAFTAR PUSTAKA
Aldi. 2010. Sel dan Jaringan pada Tumbuhan. (online).
(http://www.tentangbiologi.co.cc/2010/05/sel-dan-jaringan-pada-
tumbuhan.) Diakses tanggal 15 Maret 2014.
Angga. 2009. Perbedaan Dikotil dan Monokotil. (online).
(http://anggachip.blogspot.com/2009/03/perbedaan-dikotil-dan-
monokotil.html) Diakses tanggal 15 Maret 2014.
Barabe D and L. Brouillet, 1982. Feedback system Classification of angiosperms
Takhtajan. Acta Biotheoretica 31: 127-141.
Budi. 2008. Batang Dikotil Dan Monokotil. (online).
(http://setracrew.multipl.com/journal/item/12). Diakses tanggal 15 Maret
2014.
Campbell, Neil A. 2003. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Febriani, et al. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Pada Tanaman Jagung. Jurnal
Penelitian Tumbuhan 3: 81-82.
Frasiandini. 2012. Akar dan Batang Jagung. Jurnal Struktur Morfologi dan
Anatomi 1 (2) : 7-8.
Hartanto, Nugroho, dkk. 2006. Struktur & Perkembangan Tumbuhan. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Haryanti, Sri. 2010. Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan. Jurnal Anatomi
dan Fisiologi 18 (2) : 21-22.
Isharmanto. 2011. Angiospermae. (online).
(http://www.ruangilmu.com/index.php?
action=artikel&cat=40&id=188&rtlan). Diakses tanggal 15 Maret 2014.
Steven. 2008. Jaringan pada Tumbuhan. (online).
(http://stevenfilan.blog.friendster.com/2008/10/jaringan-pada-tumbuhan/).
Diakses tanggal 15 Maret 2014.
Suradinata. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa.
Takhtajan A. L. 1953. Phylogenetic principles of the system of higher plants.
Botanical Review 19 (1): 1-4.
LAMPIRAN
1. Apakah perbedaan letak jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil baik
pada akar maupun batang?
Jawab: Letak perbedaannya adalah pada tumbuhan dikotil letak jaringannya
beraturan sedangkan pada tumbuhan monokotil tidak beraturan dan ada atau
tidaknya kambium dan letak dari berkas pembuluh angkut.
2. Bagaimana air masuk ke dalam xilem?
Jawab: Secara osmosis (simplas) dan difusi (apoplas) melalui dinding selnya.
3. Jelaskan bagaimana air masuk ke dalam xilem melalui beberapa jaringan akar!
Jawab: Pertama-tama air diserap oleh rambut akar dengan cara osmosis,
kemudian air masuk dengan cara difusi didaerah simplas selanjutnya melewati
corpus (apoplas) dan korteks menuju silinder pusat tapi terlebih dahulu
melewati endodermis yang terletak di antara korteks dan stele (silinder pusat).
Dimana di endodermis terdapat pita kaspari. Setelah itu air pun diterima oleh
xilem dan diangkut ke daun.
4. Bagaimana hasil pengamatan pada preparat segar dengan preparat awetan?
Jawab: Bila dibandingkan awetan kering dengan awetan segar yaitu pada
awetan yang segar, sulit dalam menentukan bagiannya hal ini dikarenakan
dalam mengiris suatu objek menjadi irisan-irisan yang tipis merupakan
pekerjaan yang sulit, memerlukan kesabaran dan keterampilan latihan serta
ketelitian. Walaupun demikian, awetan segar seharusnya mudah untuk di amati
karena preparat yang digunakan masih hidup/segar dan awetan segar tersebut
masih memiliki sedikit pergerakan pada sitoplasmanya, bila dibandingkan
dengan awetan kering.