48
Case dan Referat DF & DHF Oleh: S. Ratriazqi Rachmayanti 030.09.219 Pembimbing : Dr. Hj.Etty Aminah, Sp.PD,FINASIM Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota Bekasi Periode 17 Februari 2014 – 26 April 2014

dhf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

c + r

Citation preview

Case dan ReferatDF & DHF

Oleh:S. Ratriazqi Rachmayanti030.09.219

Pembimbing :Dr. Hj.Etty Aminah, Sp.PD,FINASIM

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Kota BekasiPeriode 17 Februari 2014 26 April 2014Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta

LEMBAR PENGESAHANREFERATDF & DHF

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian akhirKepanitraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit DalamRSUD Kota Bekasi

Disusun oleh :S. Ratriazqi Rachmayanti030.09.219

Jakarta, Maret 2014

Menyetujui,Dokter pembimbing

Dr. Hj.Etty Aminah, Sp.PD,FINASIM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penyusunan referat dan case yang berjudul DHF. Penyusunan referat dan case ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi.Pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini, terutama kepada :1. Dr. Hj.Etty Aminah, Sp.PD,FINASIM 2. Rekan-rekan koasisten Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit dalam RSUD bekasi periode 17 Februari 26 April 2014Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak lain yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung.Saya menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih ditemui banyak kekurangan , baik isi maupun format penyusunan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang.Akhir kata, saya selaku penyusun berharap referat mengenai DHF ini dapat berguna bagi rekan-rekan sekalian

Jakarta, Maret 2014Penyusun

S. Ratriazqi Rachmayanti030.09.219BAB IPENDAHULUANDemam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini, infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia dimasukkan dalam kategori A dalam stratifikasi DBD oleh World Health Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.1-3 Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan pada tahun 2006 (dibandingkan tahun 2005) terdapat peningkatan jumlah penduduk, provinsi dan kecamatan yang terjangkit penyakit ini, dengancase fatality rate sebesar 1,01% (2007).4-5Berbagai faktor kependudukan berpengaruh pada peningkatan dan penyebaran kasus DBD, antara lain:1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, 2. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali,3. Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan4. Peningkatan sarana transportasi.4Upaya pengendalian terhadap faktor kependudukan tersebut (terutama kontrol vektor nyamuk) harus terus diupayakan, di samping pemberian terapi yang optimal pada penderita DBD, dengan tujuan menurunkan jumlah kasus dan kematian akibat penyakit ini. Sampai saat ini, belum ada terapi yang spesifik untuk DBD, prinsip utama dalam terapi DBD adalah terapi suportif, yakni pemberian cairan pengganti.6 Dengan memahami patogenesis, perjalanan penyakit, gambaran klinis dan pemeriksaan laboratorium, diharapkan penatalaksanaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.Infeksi dengue merupakan penyakit yang muncul kembali, cepat menyebar, ditularkan oleh nyamuk Aedes, terutama Aedes aegypti1. Dalam 50 tahun terakhir ini insidensinya telah meningkat 30 kali lipat, dan telah terjadi ekspansi geografis ke negara-negara baru terutama di negra sub tropis. Diperkirakan ada 50 juta orang terinfeksi dengue setiap tahunnya. Terdapat 2.5 milyar orang yang tinggal di daerah endemis dengue2.Sejak tahun 1968 penyakit ini telah ditemukan di Surabaya dan Jakarta. Seiring dengan berjalannya waktu penyakit ini tersebar ke seluruh wilayah Republik Indonesia, dan seiring menyebabkan timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB). Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cenderung meningkat. Menurut Depkes RI insidensi DBD mulai dari 0,05 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1968, menjadi 35.19 insidensi per 100.000 penduduk di tahun 1998, dan menjadi 41.48 insiden per 100.000 penduduk di tahun 2010.Virus Dengue menyebabkan infeksi yang bersifat simptomatik maupun asimtomatik. Infeksi dengue simtomatik merupakan infeksi sistemik dalam perjalanan penyakit yang sangat dinamis3, sulit diramalkan, dengan spectrum penyakit yang luas dan bermanifestasi klinis mulai dari gejala yang ringan sampai berat.Meskipun manifestasi infeksi cukup kompleks tetapi secara umum tatalaksananya relatif simple, tidak mahal, dan sangat efektif dalam menyelematkan hidup penderita, sepanjang penanganan diambil pada waktu yang tepat. Kunci keberhasilan penanganan adalah dengan memahami dan waspada terhadap problem klinis selama fase-fase yang berbeda sepanjang perjalanan penyakit, sehingga tatalaksana yang dilakukan sesuai dengan pendekatan yang rational2.Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau terapi antivirus untuk infeksi dengue dan tatalaksana yang tepat sangat membantu penyembuhan4. Pengenalan tanda awal kegawatan infeksi dengue sangat diperlukan oleh para dokter yang menangani pasien infeksi sejak awal penyakit, karena hal ini sangat menentukan luarannya.

BAB IILAPORAN KASUSSTATUS PASIENI. IDENTITAS PASIENNama: Nn. Nadya Ayu Wahyono PutriUmur: 15 tahunJenis Kelamin: WanitaAlamat: Jl. Belida Raya No. 54 RT 02/10Agama: MuslimPekerjaan: PelajarPendidikan Terakhir: SMPStatus: Belum menikahTanggal Masuk RS: 11 Maret 2014No. RM: 03.31.78.69Ruang: Bougenville

II. ANAMNESISDilakukan anamnesis secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 11 Maret 2013

KELUHAN UTAMADemam sejak 3 hari yang lalu

KELUHAN TAMBAHANBatuk dan sakit tenggorokan.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPasien Nn. Nadya dating ke RSUD kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam tidak terus menerus namun dirasakan naik lalu turun. Pasien merasakan bahwa demam terutama naik pada malam hari lalu menurun pada pagi harinya. Pasien juga mengeluh batuk dan merasa sakit pada tenggorokannya. Selain itu pasien juga mengeluh BAB mencret, cair 2 kali dalam sehari. Pasien agak sulit makan karena merasa mual dan sebelumnya muntah 2 kali berupa makanan yang dikonsumsinya. Tidak terdapat keluhan mengenai buang air kecilnya. Sebelum datang ke RSUD kota Bekasi pasien sudah mengunjungi klinik namun merasa keluhan tidak juga berkurang.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULUPasien mengaku belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, paru, diabetes mellitus, dan hipertensi.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGATidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat penyakit jantung, paru, hipertensi dan diabetes mellitus pada keluarga disangkal.

RIWAYAT KEBIASAAN DAN KEHIDUPAN PRIBADIPasien memiliki kebiasaan untuk mengonsumsi jajanan di sekolah.

RIWAYAT PENGOBATANPasien menyatakan sudah pergi ke klinik untuk mengatasi keluhannya, namun tidak ada perubahan.

III. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan UmumKesadaran: Compos mentisKesan sakit: Tampak sakit sedangKesan gizi: Gizi cukup

Tanda VitalTekanan darah: 90/60 mmHgNadi: 80 x/menitPernafasan: 16 x/menitSuhu: 37,8 C

Status GiziBerat badan: 55 kgTinggi badan: 157 cmBMI: 22.3 (normal)

STATUS GENERALISKepala: Normocephali, tidak terdapat deformitas, rambut hitam kecoklatan, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut.Mata: Pupil bulat isokor, CA -/-, SI -/-, Refleks cahaya langsung +/+, Refleks cahaya tidak langsung +/+, oedem -/-, gerak bola mata baik.Hidung: Simetris, deviasi septum (-), deformitas (-), sekret (-).Telinga: Normotia, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik (-).Mulut: bibir simetris, sianosis (-), normoglosia, arcus faring simetris, hiperemis (+) tonsil T1-T1.Leher: KGB dan tiroid tidak teraba membesar, JVP 5+2 cmH2O, deviasi trakea (-).Thorax:I. Paru: InspeksiGerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada hemithorax yang tertinggal, warna kulit sawo matang, ikterik (-), spider nervy (-), efloresensi (-), retraksi sela iga (-), pernapasan thorakoabdominal. PalpasiGerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada hemithorax yang tertinggal, vocal fremitus simetris pada kedua lapang paru. PerkusiSonor di kedua lapang paru. AuskultasiSuara nafas vesikuler, ronkhi -/- , wheezing -/-.II. Jantung: InspeksiPulsasi ictus cordis tidak terlihat jelas. PalpasiIctus cordis tidak teraba. Perkusi AuskultasiS1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-).Abdomen: InspeksiDatar, warna kulit sawo matang, ikterik (-), dilatasi vena (-), spider nervy (-), smiling umbilicus (-). AuskultasiBising usus (+) 2x / menit, arterial bruit (-), venous hum (-). PerkusiTimpani pada seluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-). PalpasiSupel di seluruh kuadran abdomen, turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, ballottement (-), tes undulasi (-).Ekstremitas:I. Superior: InspeksiSimetris, deformitas (-), edema (-), efloresensi bermakna (-), ikterik (-). PalpasiHangat, tonus otot baik, edema (-).II. Inferior: InspeksiSimetris, deformitas (-), edema (-), efloresensi bermakna (-), ikterik (-). PalpasiHangat, tonus otot baik, edema (-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGHEMATOLOGIHasil Unit Nilai Rujukan

Darah Lengkap

Laju endap darah19 mm0-15

Leukosit 2.6 ribu/uL5-10

Hitung jenis

Basofil0%