Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/139/jtptiain... · belajar siswa pada mata pelajaran kimia materi pokok Laju

  • Upload
    vancong

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA

    MATERI POKOK LAJU REAKSI MELALUI PENGGUNAAN

    KOMBINASI METODE EKSPERIMEN DENGAN METODE MIND

    MAPPING BERVISI SETS PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NU 05

    BRANGSONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

    guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

    Ilmu Pendidikan Kimia

    Oleh

    Nurul Faizah

    NIM : 053711238

    FAKULTAS TARBIYAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2012

  • ii

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Nurul Faizah

    NIM : 053711238

    Jurusan/Program Studi : Tadris Kimia

    menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah penelitian/karya saya

    sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

    Semarang, 14 Juni 2012

    Saya yang menyatakan,

    Nurul Faizah

    NIM. 053711238

  • iii

  • iv

    NOTA PEMBIMBING Semarang, 14 Juni 2012

    Kepada

    Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

    IAIN Walisongo

    di Semarang

    Assalamu alakum wr. Wb.

    Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

    koreksi naskah skripsi dengan :

    Judul : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA

    PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI MELALUI

    PENGGUNAAN KOMBINASI METODE EKSPERIMEN

    DENGAN METODE MIND MAPPING BERVISI SETS

    PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NU 05 BRANGSONG

    TAHUN PELAJARAN 2011/2012

    Nama : Nurul Faizah

    Nim : 053711238

    Jurusan : Tadris

    Progam Studi : Tadris Kimia

    Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

    Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam bidang Munaqosah.

    Wassalamu alaikum wr. Wb

  • v

    NOTA PEMBIMBING Semarang, 14 Juni 2012

    Kepada

    Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

    IAIN Walisongo

    di Semarang

    Assalamu alakum wr. Wb.

    Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

    koreksi naskah skripsi dengan :

    Judul : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA

    PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI MELALUI

    PENGGUNAAN KOMBINASI METODE EKSPERIMEN

    DENGAN METODE MIND MAPPING BERVISI SETS

    PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NU 05 BRANGSONG

    TAHUN PELAJARAN 2011/2012

    Nama : Nurul Faizah

    Nim : 053711238

    Jurusan : Tadris

    Progam Studi : Tadris Kimia

    Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

    Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam bidang Munaqosah.

    Wassalamu alaikum wr. Wb

  • vi

    MOTTO

    Sholawat Penambah Ketenangan Hati

    &

    Harap Antri

  • vii

    ABSTRAK

    Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok

    Laju Reaksi Melalui Penggunaan Kombinasi Metode Eksperimen

    dengan Metode Mind Mapping Bervisi SETS Pada Siswa Kelas XI

    IPA SMA NU 05 Brangsong Tahun Pelajaran 2011/2012.

    Nama : Nurul Faizah

    NIM : 053711238

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan kombinasi antara metode

    eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS dalam meningkatkan hasil

    belajar siswa pada mata pelajaran kimia materi pokok Laju Reaksi. Studi kasus siswa

    kelas XI SMA NU 05 Brangsong tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 19

    siswa.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari

    perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan menggunakan

    kombinasi antara metode eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS.

    Metode ini merupakan suatu metode yang memanfaatkan imajinasi dan asosiasi

    dengan belajar melihat gambaran secara keseluruhan yang dikaitkan dengan aspek

    Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling

    mempengaruhi secara timbal balik dan dikombinasikan dengan praktikum yang dapat

    membantu siswa untuk belajar lebih cepat, mudah dan efisien sehingga hasil belajar

    siswa dapat meningkat lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lembar mind mapping

    bervisi SETS, lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi kinerja guru dan

    evaluasi belajar di tiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa dan hasil

    kinerja guru dalam proses pembelajaran.

    Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai tes evaluasi di tiap akhir siklus.

    Sedangkan keberhasilan keaktifan siswa diperoleh dengan metode observasi.

    Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap prasiklus, siklus I dan siklus

    II. Pada tahap prasiklus, keaktifan siswa mencapai 52,63% dan rata-rata hasil belajar

    66,63 dengan ketuntasan belajar 52,63%, pada tahap ini tidak menggunakan

    kombinasi antara metode eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS.

    Kemudian dilaksanakan tindakan pada siklus I, dengan kombinasi antara metode

    eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS, siswa menjadi aktif dan

    pemahaman konsep siswa lebih optimal. Keaktifan belajar siswa meningkat menjadi

    68,75% dan rata-rata hasil belajar 69,47 dengan ketuntasan klasikal sebesar 64,73%.

    Sedangkan pada siklus II setelah diadakan refleksi pelaksanaan tindakan, pada siklus

    II keaktifan siswa mengalami peningkatan yaitu 88,15% dengan rata-rata hasil

    belajar adalah 76,84 dan ketuntasan klasikal sebesar 89,47%. Dari penelitian ini

    dapat disimpulkan bahwa dengan kombinasi antara metode eksperimen dengan

    metode mind mapping bervisi SETS, keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat.

    Dengan demikian, diharapkan dari hasil penelitian ini akan bisa memberikan

    sumbangsih dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, serta informasi sekaligus

    masukan bagi civitas akademika Fakultar Tarbiyah IAIN Walisongo khususnya dan

    segenap praktisi pendidikan pada umumnya, guna menciptakan satu pola pendidikan

    yang senatiasa sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,

    tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta

    inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan

    judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok Laju

    Reaksi Melalui Penggunaan Kombinasi Metode Eksperimen dengan Metode

    Mind Mapping Bervisi SETS Pada Siswa Kelas XI IPA SMA NU 05 Brangsong

    Tahun Pelajaran 2011/2012. dengan baik.

    Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh

    gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo

    Semarang jurusan Tadris Kimia. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat

    bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini

    dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Bapak Dr. Sujai, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

    Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam

    rangka penyusunan skripsi ini.

    2. Ibu Atik Rahmawati M. Si, selaku Ketua Prodi Tadris Kimia Fakultas Fakultas

    Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah

    memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.

    3. Ibu Ratih Rizki Nirwana, S,Si M.Pd, selaku Pembimbing I, yang telah

    memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan

    skripsi ini.

    4. Drs Mahfud Junaedi M Ag, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan waktu

    dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.

    5. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah

    Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.

    6. Bapak Drs. H. Mawardi, selaku Kepala sekolah SMA NU 05 Brangsong Kendal

    yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

  • ix

    7. Bapak Heri Supriyanto, ST, selaku guru kimia SMA NU 05 Brangsong Kendal,

    yang telah membantu pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.

    8. Imamku tercinta Muhammad Zen, yang selalu ada dikala senang maupun susah

    terima kasih untuk kasih sayang, doa, motivasi dan semuanya serta Buah hatiku

    tersayang Uyun Najwa Zen, terima kasih dik untuk kasih sayangnya doa ibu

    selalu menyertaimu.

    9. Kedua orang tua (H.Musyafak dan Hj.Sunantin) & (Muhammad Toha dan Siti

    Zaenabah) tercinta, yang senantiasa memberikan doa dan kasih sayangnya.

    10. Kakak-kakaku, (almarhum Muthrofin & Miftakhul yazid terima kasih kak untuk

    kasih sayang yang singkat ini semoga Yang Khaliq mengikhlaskan surganya

    untukmu), Kak In, Mbak Dah, Mbak Nung, Mbak Iroh, Kak Ring, Mbak Nur,

    Kak Rif terimakasih untuk doa dan kasih sayangnya.

    11. Keluarga besar PSHT IAIN Walosongo semarang,( mas Akmal, Mugni, Anshori,

    Eli, Wahdah, Yumi, Qoqo dan saudara-saudaraku yang tidak dapat penulis tulis

    namanya satu per satu) terima kasih untuk doa dan semangatnya serta selalu

    memayu hayuning bawono.

    12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

    membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

    penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil

    yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdoa, semoga

    bermanfaat adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal aalamin.

    Semarang, 14 Juni 2012

    Penulis

    Nurul Faizah

    NIM. 053711238

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul .............................................................................................. i

    Pernyataan Keaslian ..................................................................................... ii

    Halaman Pengesahan ................................................................................... iii

    Nota Pembimbing......................................................................................... iv

    Halaman Motto ............................................................................................ vi

    Halaman Abstrak .......................................................................................... vii

    Kata Pengantar ............................................................................................. viii

    Halaman Daftar Isi ...................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B. Perumusan Masalah .............................................................. 4

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 4

    1. Tujuan Penelitian ................................................... .... 4

    2. Manfaat Penelitian ................................................. .... 5

    BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Kajian Pustaka ....................................................................... 6

    B. Kerangka Teoritik................................................................... 7

    1. Definisi Belajar dan Hasil Belajar serta Faktor yang

    Mempengaruhinya .......................................................... 7

    2. Metode Eksperimen ......................................................... 12

    3. Metode Mind Mapping..................................................... 12

    4. Visi SETS ......................................................................... 17

    5. Metode Mind Mapping bervisi SETS ............................... 19

    6. Pengertian Kimia.............................................................. 21

    7. Laju Reaksi ...................................................................... 21

    C. Hipotesis Tindakan ................................................................. 29

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ...................................................................... 30

    B. Subjek Penelitian ................................................................... 32

  • xi

    C. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 33

    D. Kolaborator ............................................................................. 34

    E. Desain Penelitian ................................................................... 35

    F. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 44

    G. Indikator Keberhasilan .......................................................... 46

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Pra Siklus ............................................................................... 48

    B. Hasil Penelitian ...................................................................... 49

    1. Siklus I ............................................................................. 49

    2. Siklus II ............................................................................ 58

    C. Pembahasan ........................................................................... 71

    BAB V KESIMPULAN , SARAN, DAN PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................. 75

    B. Saran ...................................................................................... 75

    C. Penutup .................................................................................. 76

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Silabus

    Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

    Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

    Lampiran 4 : Kisi-kisi Instrumen Tes Ketuntasan Belajar Siklus I

    Lampiran 5 : Instrumen Tes Ketuntasan Belajar Siklus I

    Lampiran 6 : Kisi-kisi Instrumen Tes Ketuntasan Belajar Siklus II

    Lampiran 7 : Instrumen Tes Ketuntasan Belajar Siklus II

    Lampiran 8 : Kunci Jawaban Tes Ketuntasan Belajar Siklus I

    Lampiran 9 : Kunci Jawaban Tes Ketuntasan Belajar Siklus II

    Lampiran 10 : Indikator Keberhasilan Keaktifan Siswa

    Lampiran 11 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus

    Lampiran 12 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I

    Lampiran 13 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II

    Lampiran 14 : Nilai Pra Siklus Keaktifan Siswa

    Lampiran 15 : Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus I

    Lampiran 16 : Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus II

    Lampiran 17 : Lembar Observasi Guru Pengelolaan Pembelajaran Siklus I

    Lampiran 18 : Lembar Observasi Guru Pengelolaan Pembelajaran Siklus II

    Lampiran 19 : Gambar Mind Mapping bervisi SETS dengan tema Laju Reaksi

    Lampiran 20 : Proses Kegiatan Belajar Melalui Penggunaan Metode Eksperimen

    dengan Metode Mind Mapping Bervisi SETS

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 : Skema dari Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

    Gambar 2.2 : Keterkaitan antar Unsur SETS

    Gambar 2.3 : Metode Grafis untuk Menentukan Laju Rerata

    Gambar 2.4 : Teori Tumbukan dengan Kompleks Teraktifasi

    Gambar 2.5 : Teori Tumbukan

    Gambar 3.1 : Kegiatan Inti Penelitian

    Gambar 4.1 : Grafik Perbandingan Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 : Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping

    Tabel 2.2 : Data percobaan antara gas hydrogen dengan nitrogen oksida pada

    suhu 8000 C

    Tabel 3.1 : Daftar Nama Siswa Kelas XI SMA NU 05 Brangsong

    Tabel 3.2 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    Tabel 4.1 : Perbandingan Hasil Siklus I dan Siklus II

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

    fenomena yang berupa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

    penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta. Konsep-konsep atau

    prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.1

    Kimia merupakan salah satu dari cabang IPA yang dapat menjadi wahana

    bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

    pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

    Proses pembelajarannya menekankan pada pembelajaran pengalaman langsung untuk

    mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara

    ilmiah. Namun pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada

    secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep

    kimia karena guru cenderung dengan metode pembelajaran ceramah dengan

    pencatatan materi yang konvensional, padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan

    teknologi semakin maju. Sehingga siswa sering bosan dengan pembelajaran kimia

    yang berakibat pada hasil belajar kimia.

    Kebosanan yang dialami siswa saat pembelajaran kimia yang berkepanjangan

    akan mengakibatkan rendahnya hasil kimia pada siswa tersebut. Berbagai upaya

    telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kualitas dan kuantitas

    sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang menonjol dalam setiap usaha

    pembaharuan sistem pendidikan Nasional. Upaya perbaikan, perubahan dan

    pembaharuan di bidang pendidikan juga masih merupakan tanggung jawab guru

    sebagai salah satu komponen kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satunya

    yaitu penggunaan metode pembelajaran. Dalam metode pembelajaran guru

    mempunyai peran yang sangat penting, dimana metode yang digunakan harus sesuai

    1 Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu. (Jakarta Pusat : Depdiknas), hlm. 4.

  • 2

    dengan zaman atau kemajuan teknologi serta mampu diterapkan dalam sekolahan

    tersebut.

    Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kimia dianggap sebagai perangkat

    faktor-faktor yang perlu dihafalkan. Hal tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan

    siswa mengenai kegunaan kimia dalam praktek sehari-hari. Sehingga siswa cepat

    bosan dan tidak tertarik pada mata pelajaran kimia. Padahal kimia juga bisa dipelajari

    dengan pemahaman konsep dan pengetahuan nyata sehingga siswa dapat mengamati

    atau mengalami sendiri. Dari observasi awal yang peneliti lakukan diketahui bahwa

    hasil belajar kognitif pada siswa kelas XI IPA SMA NU 05 Brangsong pada semester

    genap tahun pelajaran 2010/2011 belum memenuhi kriteria ketuntasan baik secara

    individual, klasikal maupun didasarkan pada Standar Ketuntasan Minimum (SKM)

    mata pelajaran kimia yang telah ditetapkan dalam silabus ini yaitu mencapai

    minimum 70 dan sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa di kelas tersebut.

    Berdasarkan beberapa tes harian, nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IPA

    masih relatif rendah.

    Sebagian siswa kelas XI IPA kurang tertarik dengan pelajaran kimia.

    Menurut mereka, kimia merupakan pelajaran yang membahas hal-hal abstrak yang

    sulit digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga merasa

    kesulitan dalam mempelajari kimia, khususnya yang ada hubungannya dengan rumus

    dan hitungan. Keengganan siswa dalam menerima pelajaran kimia yang akhirnya

    berakibat pada kurang kesiapan siswa dalam menerima pelajaran kimia yang

    berujung pada hasil belajar kognitif yang masih di bawah standar ketuntasan belajar

    klasikal standar. Adapun keaktifan siswa belum dapat dioptimalkan oleh guru

    mengingat ketersediaan media, sarana dan prasarana yang terbatas.

    SMA NU 05 merupakan sekolah yang baru didirikan dengan ketersediaan

    media, sarana dan prasarana yang masih terbatas. Adanya keterbatasan tersebut

    sebagai guru harus mengatur strategi dalam kegiatan belajar mengajar yang tepat.

    Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, siswa tidak hanya dituntut untuk

    mengetahui konsep & teori akan tetapi siswa juga di tuntut untuk trampil dalam

    menerapkan pengetahuan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan

    teknologi. Strategi yang dilakukan guru sebaiknya berorientasi pada tujuan

  • 3

    pembelajaran, mengembangkan kemampuan akademik dan interaksi sosial. Untuk itu

    guru perlu menghadirkan suasana bermakna dalam pembelajaran dengan

    keterbatasan yang ada.

    Pembelajaran yang bermakna diharapkan dapat menghadirkan pengalaman

    yang kongkrit dalam memahami konsep kimia yang menurut sebagian siswa adalah

    konsep yang abstrak dan sulit untuk di aplikasikan dalam lingkungan sekitar. Metode

    eksperimen merupakan metode yang sifatnya obyektif, baik yang dilakukan di dalam

    atau di luar kelas maupun di dalam suatu laboratorium tertentu dan Fungsi dari

    metode eksperimen merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menentukan

    prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip - prinsip yang dikembangkan.

    Sedangkan Metode Mind Mapping merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara

    individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, merencanakan penelitian

    baru.2 Pembelajaran ini menjadikan mengingat dengan lebih baik (konsentrasi),

    karena belajar melihat gambaran secara keseluruhan dengan imajinasi dan asosiasi.

    Mind map menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk

    menghasilkan hasil yang maksimal. Dengan kombinasi warna, gambar dan cabang-

    cabang melengkung, Mind map lebih merangsang secara visual daripada pencatatan

    tradisional, yang cenderung linier dan satu warna sehingga ilmu yang diperoleh dari

    pembelajaran mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengkaitkan

    ilmu yang di dapat dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

    Keterkaitan ilmu pengetahuan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

    tersebut bisa di ajarkan pada siswa melalui pendekatan SETS. SETS merupakan

    akronim dari Science, Environment, Tecnology, and Society, bila diterjemahkan

    dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi dan

    Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filosofis yang mencerminkan

    kesatuan unsur-unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam

    susunan akronim tersebut3. Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang

    membawa ke arah pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam

    2 Siberman, Melvin L, Active Learning: 101 Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: PUSTAKA

    INSAN MADANI, 2007), hlm. 188.

    3 http://www.yatikurniawati.com/pendekatan-pembelajaran-bervisi-SETS-dalam-ipa/

  • 4

    kehidupan ini mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat

    (SETS) sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi secara timbal balik.4 Secara

    keseluruhan keempat unsur SETS tersebut akan selalu menyatu tak terpisahkan.

    Metode Mind Mapping bervisi SETS merupakan suatu metode pembelajaran

    yang memanfaatkan imajinasi dan asosiasi dengan belajar melihat gambaran secara

    keseluruhan yang dikaitkan dengan aspek Sains, Lingkungan, Teknologi dan

    Masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik

    yang dapat membantu siswa untuk belajar lebih cepat, mudah dan efisien sehingga

    hasil belajar siswa dapat meningkat lebih baik.

    Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dilakukan upaya

    pengembangan pembelajaran dengan mengkombinasikan antara metode

    pembelajaran dengan visi, yaitu penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya

    Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok Laju Reaksi Melalui

    Penggunaan Kombinasi Metode Eksperimen dengan Metode Mind Mapping Bervisi

    SETS Pada Siswa Kelas XI IPA SMA NU 05 Brangsong Tahun Ajaran 2011/2012.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan

    masalah dari skipsi ini adalah sebagai berikut: Apakah melalui penggunaan

    kombinasi metode eksperimen dengan metode Mind Mapping bervisi SETS pada

    materi pokok laju reaksi dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA

    SMA NU 05 Brangsong Tahun Ajaran 2011/2012 ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Manfaat dan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sesuai dengan latar

    belakang dan perumusan masalah yang penulis paparkan yaitu sebagai berikut :

    1. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah penggunaan kombinasi metode eksperimen

    dengan metode Mind Mapping bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar kimia

    pada materi pokok laju reaksi pada siswa XI IPA SMA NU 05 Brangsong Tahun

    Pelajaran 2011/2012.

    4 Binadja Ahmad, Pendidikan SETS dalam Penerapannya dalam Mengajar, makalah disajikan

    pada Seminar Lokakarya Nasional Pendidikan SETS, (Semarang: UNNES, 1999), hlm.3.

  • 5

    2. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

    a. Bagi Siswa

    1) Meningkatkan hasil belajar kimia siswa

    2) Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran

    b. Bagi Guru

    1) Hasil penelitian ini akan memberikan wawasan kepada guru tentang

    metode pencatatan yang tepat khususnya pokok bahasan laju reaksi.

    2) Meningkatkan rangsangan bagi guru untuk menciptakan strategi

    pembelajaran yang baik pada mata pelajaran kimia dan menciptakan

    pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa.

    c. Bagi Sekolah

    1) Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk

    semua pelajaran.

    2) Memberikan perbaikan kondisi pembelajaran kimia di kelas XI IPA SMA

    NU 05 Brangsong.

  • 6

    BAB II

    LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

    A. Kajian Pustaka

    Kajian pustaka sementara yang penulis gunakan sebagai referensi awal

    dalam melakukan penelitian ini adalah:

    1. Dalam skripsi Evi Lisnayanti (4301405056) jurusan kimia Fakultas MIPA

    Universitas Negeri Semarang yang berjudul Pengaruh Penerapan Metode

    Pembelajaran Mind Mapping bervisi SETS terhadap hasil belajar kimia siswa

    untuk pokok bahasan Termokimia. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas

    XI IPA SMA Negeri Semarang. Sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI

    IPA 3 sedangkan sebagai kelas kontrol adalah kelas XI IPA 2.Setelah

    pembelajaran, rata-rata hasil posttest pada kelas eksperimen sebesar 79 dan

    kelas kontrol sebesar 73 dan untuk mengetahui ada tidaknya hasil belajar

    antara kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji t. Hasil yang

    diperoleh t hitung sebesar 4.689 dan t tabel sebesar 1,67. t hitung > t tabel berarti

    bahwa belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Dengan

    demikian adanya pengaruh positif dalam pembelajaran dengan menggunakan

    metode mind mapping bervisi SETS terhadap hasil belajar siswa.

    2. Dalam skripsi Nisa Nur Hidayanti (4301406056) jurusan kimia Fakultas

    MIPA Universitas Negeri Semarang yang berjudul Efektifitas Pembelajaran

    Bervisi SETS Berbasis Elektronik terhadap Hasil Belajar Kimia Kelarutan dan

    Hasil Kali Kelarutan SMA Negeri 2 Pemalang. Dari hasil penelitian

    menunjukkan bahwa rata-rata hasil post test kelas eksperimen sebesar 78

    dengan kriteria baik dan kelas kontrol sebesar 74 dengan kriteria cukup baik.

    Uji peningkatan hasil belajar di peroleh t hitung > t tabel, artinya setelah

    pembelajaran ada peningkatan hasil belajar yang signifikan. Rata-rata nilai

    afektif dan psikomotorik kelas eksperimen sebesar 90 dan 91 dengan kriteria

    sangat baik. Dengan demikian pembelajaran bervisi SETS berbasis elektronik

    efektif membantu ketuntasan hasil belajar dan ada peningkatan hasil belajar

    yang signifikan.

  • 7

    Persamaan dari hasil kedua penelitian di atas adalah pembelajaran dengan

    bervisi SETS mempunyai pengaruh yang sangat baik untuk meningkatkan

    motivasi dan hasil belajar yang dilakukan dengan penelitian kuantitatif.

    Sedangkan perbedaan dari keduanya adalah metode yang digunakan. Oleh karena

    itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode maupun visi yang sama

    seperti yang digunakan pada penelitian pertama pada kajian pustaka di atas.

    Tetapi pada metode dikombinasi dengan metode eksperimen, disesuaikan dengan

    materi laju reaksi yang membutuhkan suatu percobaan dalam penyampaian

    materi. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK. Sedangkan pada penelitian

    yang kedua pada kajian pustaka di atas, peneliti menggunakan visi SETS sebagai

    kajian relevansi dalam melakukan penelitian yang dilakukan pada SMA NU 05

    Brangsong. Sehingga pembelajaran dengan mengkombinasikan metode

    eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS diharapkan dapat

    diterapkan pada pembelajaran kimia dengan materi pokok Laju Reaksi dengan

    jenis tindakan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPA SMA NU 05

    Brangsong tahun ajaran 2011/2012 dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

    B. Kerangka Teoritik

    1. Definisi Belajar dan Hasil Belajar serta Faktor yang Mempengaruhinya

    a. Pengertian Belajar

    Adapun definisi belajar menurut pakar pendidikan, diantaranya

    sebagai berikut:

    1) Gagne

    Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

    seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

    langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

    2) Cronbach

    Learning is shown by a change in behavior as a result of

    experience.(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.

  • 8

    3) Geoch

    Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar

    adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).1

    4) Dalam Kitab Mudkhola ilal Manahij wa Turuqut Tadris

    Belajar adalah perubahan perilaku secara sengaja melalui proses

    pembelajaran.

    5) Menurut T. Morgan

    Learning is relatively permanent change in behavior which occurs as

    result of eksperimence or praktice.3

    Yang artinya adalah sebagai berikut:

    Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan

    hasil dari pengalaman atau latihan.

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

    adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk memperoleh pengetahuan,

    perubahan tingkah laku yang berasal dari proses pembelajaran atau hasil dari

    interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya

    sehingga mampu berinteraksi dengan lingkungannya.

    b. Pengertian Hasil belajar

    Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan

    perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan.4 Hasil belajar juga

    merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapanpercakapan potensial

    1 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2010), Cet. IV, hlm. 2.

    2 M. Muzamil Basir dan M. Malik M. Said, Mudkhola ilal Manahij wa Turuqut Tadris,

    (Mekkah: Darul Liwa,t.th.), hlm. 64.

    3 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology,(New York: Pretice Hall,1971), hlm.187

    4 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.49

  • 9

    atau kapasitas yang dimiliki seseorang.5 Berikut ini berapa definisi tentang

    hasil belajar atau prestasi belajar antara lain:

    1) Menurut Winkel: Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

    manusia yang berubah dalam sikap dan tingkah lakunya6.

    2) Hasil belajar menurut Gagne antara lain :

    a) Informasi Verbal yaitu kualitas mengungkapkan pengetahuannya

    dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

    b) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

    dan lambang.

    c) Strategi kognitif yaitu keaktifan menyalurkan aktifitas kognitifnya

    sendiri.

    d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

    gerakan dalam urusan dan koordinasi.

    e) Sikap adalah kemampuan untuk menerima atau menolak objek

    berdasarkan penilaian terhadap objek.7

    Dari definisi di atas, bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah

    dicapai dalam suatu perubahan adanya proses, latihan atau pengalaman dan

    usaha belajar dalam hal ini mewujudkannya berupa hasil.

    c. Aspek-Aspek Hasil Belajar

    Menurut Benyamin Bloom secara garis besar hasil belajar

    diklasifikasikan menjadi tiga antara lain:8

    1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari

    enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

    analisis, sintesis dan evaluasi.

    2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari,

    penerimaan, jawaban atau reaksi, menilai, organisasi dan internalisasi.

    5Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2009), hlm. 102.

    6Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm.45.

    7Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 5-6.

    8 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya)hlm. 22.

  • 10

    3) Ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan

    kemampuan bertindak individu yang terdiri dari lima aspek, yakni gerakan

    refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan

    atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan

    interpretatif.

    Jadi ketiga hasil belajar yang telah dijelaskan di atas penting diketahui

    oleh guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-

    alat penilaian, baik tes maupun bukan tes.

    d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi tiga

    macam, yaitu :9

    1) Faktor-Faktor Stimuli Belajar

    Stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu yang merangsang,

    individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli

    dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan

    eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar.

    2) Faktor-faktor metode belajar

    Cara mengajar atau lebih dikenal dengan metode pembelajaran ,

    menyangkut cara guru memberikan pengalaman belajar siswa sehingga

    kemampuannya dapat berkembang, dan belajar dapat berjalan secara

    efisien serta bermakna bagi siswa.10

    Dalam kegiatan belajar mengajar,

    metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan

    tujuan yang ingin di capai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak

    akan dapat melaksanakan tugasnya apabila dia tidak menguasai satupun

    metode mengajar. Metode yang digunakan seorang guru dapat

    mempengaruhi proses belajar dari peserta didik, misalnya peta konsep,

    digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pokok tentang

    tumbuhan atau klasifikasi hewan. Karena dengan peta konsep ini peserta

    9 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 109-113.

    10Mulyati Arifin,dkk, Strategi Belajar Mengajar Kimia,( Bandung: Jurusan Pendidikan

    Kimia Upi, 2000), hlm.118

  • 11

    didik akan lebih mudah mempelajarinya dan dengan peta konsep yang

    dibuat oleh peserta didik tentunya daya ingat peserta didik terhadap materi

    tersebut akan lebih baik.

    3) Faktor-faktor individual

    Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar

    seseorang, seperti kondisi kesehatan jasmani dan rohani, kapasitas mental,

    usia dan lain sebagainya. Di samping itu faktor lain yang dapat

    mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang, dapat

    diintisarikan seperti pada gambar 2.1 berikut:11

    Gambar 2.1 skema dari faktor yang mempengaruhi

    proses dan hasil belajar

    11

    Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2007).

    hlm.107

    Faktor

    Luar

    Dalam

    Lingkungan

    Instrumental

    Alam

    Sosial

    Kurikulum

    Guru/pengajar

    Sarana +

    Fasilitas

    Administrasi/

    Manajemen

    Fisiologi

    Psikologi

    Kondisi Fisik

    Kondisi Panca

    Indra

    Bakat/

    Motivasi

    Minat/

    Kemampuan

    Kognitif/

    Kecerdasan

  • 12

    2. Metode Eksperimen

    Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu

    alam, ilmu kimia dan sejenisnya. Biasanya digunakan metode yang sifatnya

    obyektif, baik yang dilakukan di dalam atau di luar kelas maupun di dalam suatu

    laboratorium tertentu.12

    Fungsi dari metode eksperimen merupakan penunjang

    kegiatan proses belajar untuk menentukan prinsip tertentu atau menjelaskan

    tentang prinsip - prinsip yang dikembangkan.

    a. Keuntungan penggunaan metode eksperimen

    1. Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa

    2. Siswa dapat mengalami proses

    3. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri

    4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah

    5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelaran lebih efektif dan

    efisien.

    b. Persiapan guru sebelum melaksanakan praktikum

    1. Menentukan tujuan praktikum

    2. Menyiapkan prosedur praktikum

    3. Menyiapkan lembar pengamatan

    4. Menyiapkan alat dan zat

    5. Menyiapkan lembar observasi kegiatan praktikum13

    3. Metode Mind Mapping

    Mind Mapping disebut juga peta pikiran. Yakni suatu cara mencatat yang

    kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran.14

    Peta pikiran

    membantu siswa menangkap pikiran dan gagasan pada kertas dengan jelas,

    lengkap dan mudah.

    12

    Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAil

    Media group, cet.IV, 2009), hlm.20

    13Mulyati Arifin,dkk, Strategi Belajar Mengajar Kimia, hlm.122-123

    14Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet.

    6, hlm. 4.

  • 13

    Metode ini merupakan visi terhadap keseluruhan otak yang membuat

    siswa mampu membuat catatan yang menyeluruh satu pokok bahasan dalam satu

    halaman. Dengan metode ini siswa akan mudah mengidentifikasi secara kreatif

    apa yang telah mereka pelajari dan apa yang mereka rencanakan dengan dimulai

    hal yang paling sederhana, misalkan mereka yang membuat Mind Map yang

    bertemakan buah-buahan, maka tema utama adalah buah, selanjutnya buah

    dikelompokkan lagi, pengelompokannya berdasarkan warna atau rasanya

    sehingga siswa dapat lebih mudah memahami tentang buah.

    Mind Mapping (peta pikiran) adalah suatu metode pencatatan yang

    berbeda dari bentuk pencatatan secara konvensional.15

    Lebih lanjut, peta pikiran

    adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan

    masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih

    mudah memahaminya. Tabel 2.1 tentang perbedaan catatan biasa dengan Mind

    Mapping berikut ini menjelaskan perbedaan antara catatan tradisional (catatan

    biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (Mind Mapping)

    Tabel 2.1 Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping.

    Catatan Biasa Peta Pikiran (Mind Mapping)

    1. Hanya berupa tulisan-tulisan saja

    2. Hanya dalam satu warna 3. Untuk mereview ulang

    memerlukan waktu yang lama

    4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama

    5. Statis

    1. Berupa tulisan, symbol dan gambar 2. Berwarna-warni 3. Untuk mereview ulang diperlukan

    waktu yang pendek

    4. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif

    5. Membuat individu menjadi lebih kreatif.

    Dari uraian tersebut, peta pikiran (Mind Mapping) adalah suatu teknik

    mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan

    mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan

    adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seseorang untuk

    mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun

    15

    Yovan P. Putra, Memori dan Pembelajaran Efektif, (Bandung: CV Yrama Widya, 2008),

    hlm. 257.

  • 14

    secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya

    memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.

    a. Cara Membuat Mind Map (Peta Pikiran)

    Karena mind map begitu mudah dan alami, bahan-bahan untuk

    membuat mind map sangatlah sedikit antara lain:

    1) Kertas kosong yang tak bergaris

    2) Pena dan pensil warna

    3) Otak

    4) Imajinasi

    Cara membuat Mind Mapping adalah sebagai berikut:

    1) Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjang nya diletakkan

    mendatar. Dimulai dari tengah untuk memberi kebebasan pada otak agar

    dapat menyebar ke segala wilayah dan untuk mengungkapkan dirinya

    dengan lebih bebas dan alami.

    2) Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Sebuah gambar dapat

    memberikan seribu makna kata dan membantu dalam menggunakan

    imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap

    lebih fokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.

    3) Menggunakan warna. Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.

    Warna membuat mind map lebih hidup, menambah energi kepada

    pemikiran kreatif, dan menyenangkan.

    4) Menghubungkan gambar-gambar utama ke gambar pusat dan hubungkan

    cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan

    seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengingatkan

    dua atau tiga atau empat hal sekaligus. Sehingga mind mapping akan

    lebih mudah di mengerti dan di ingat.

    5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. garis yang

    berupa garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang lurus

    dan organis, seperti cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

    6) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal

    memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map. Setiap

  • 15

    kata tunggal atau seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan

    hubungannya sendiri. Penggunaan kata tunggal, akan lebih bebas dan

    lebih bisa memicu ide serta pikiran baru.

    7) Menggunakan gambar. Seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna

    seribu kata. Jadi bila mempunyai 10 gambar di dalam mind map maka

    mind map tersebut setara dengan 10.000 kata catatan. 16

    b. Kiat-kiat untuk membuat Mind Mapping (peta pikiran)

    Ada beberapa kiat dalam pembuatan Mind Mapping (peta pikiran) antara lain:

    1) Di tengah kertas membuat lingkaran dari gagasan utama

    2) Menambahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci

    gunakan pulpen warna-warni.

    3) Menuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang, kembangkan

    untuk menambahkan detail-detail.

    4) Menambahkan simbol dan ilustrasi.

    5) Menggunakan huruf kapital

    6) Menulis gagasan-gagasan penting dengan huruf yang lebih besar.

    7) Menghidupkan peta pikiran Anda.

    8) Menggarisbawahi kata-kata tersebut dan gunakan huruf-huruf tebal.

    9) Sikap kreatif dan berani

    10) Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan poin-poin atau

    gagasan-gagasan.

    11) Membuat peta pikiran secara horisontal.17

    c. Fungsi Mind Map (Peta Pikiran)

    Menurut Tony Buzan, peta pikiran dapat membantu banyak hal, yaitu :

    1) Merencanakan

    2) Berkomunikasi

    3) Menjadi lebih kreatif

    4) Menyelesaikan masalah

    16

    Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, hlm. 14-16.

    17Bobi De Poter dan Mike Hernacki, Quantum Theacing Student Success (Bandung: PT.

    Mizan Pustaka 2003), hlm. 157.

  • 16

    5) Memusatkan perhatian

    6) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran

    7) Mengingat dengan lebih baik

    8) Belajar lebih cepat dan efisien

    Menurut Michael Michaliko dalam buku Cracking Creative Mind

    Mapping, mengatakan bahwa kegunaan peta pikiran adalah :

    1) Mengaktifkan seluruh otak

    2) Membereskan akal dari kekusutan mental

    3) Memungkinkan kita fokus pada pokok bahasan.

    4) Membantu menunjukkan hubungan antara bagian informasi-informasi

    yang saling terpisah.

    5) Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, dan membantu kita dalam

    membandingkan.18

    d. Tujuan Pembuatan Mind map (Peta Pikiran)

    Peta pikiran mengajarkan cara mencatat yang sistematis dan

    mendorong aliran proses berfikir yang alami, yakni dengan menciptakan

    putaran umpan balik yang positif antara otak dan catatan. Potensi otak

    menghasilkan gagasan yang sangat tidak terbatas. Kemampuan ini dicapai

    secara maksimal jika membiarkan ide mengembara seperti air yang mengalir,

    bebas belum ada keinginan untuk menatanya.19

    Tujuan peta pikiran adalah menciptakan atau menangkap pikiran serta

    data yang dianggap penting sesuai dengan cara sendiri, sedang membuat

    catatan merupakan kegiatan mengorganisasikan pikiran sendiri (kreativ,

    inovatif). Mencatat berarti meringkas pikiran orang lain seperti diekspresikan

    dalam buku, artikel, ceramah dan sebagainya.20

    Tujuan membuat Mind Mapping adalah untuk mengingat segala

    sesuatu yang dipikirkan dalam pikiran yang berangkat dari gagas sentral.

    18

    Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, hlm. 6.

    19P. Pasaribu, T. Lukman, Melipat gandakan Potensi Otak Teknik Praktis Melejitkan Daya

    Ingat, (Jakarta: Gramedia 2005), hlm. 69.

    20P. Pasaribu, T. Lukman, Melipat gandakan Potensi Otak Teknik Praktis Melejitkan Daya

    Ingat, hlm. 70.

  • 17

    Karena pikiran akan mengeluarkan gagasan lebih cepat dari yang akan ditulis.

    Maka tidak boleh ada waktu sela dalam menulis. Jika berhenti akan melihat

    pena atau pensil bergetar diatas kertas. 21

    e. Manfaat Mind Mapping

    Ada beberapa manfaat dalam penggunaan Mind Mapping atau peta

    pikiran antara lain:

    1) Fleksibel, jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan

    suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannya

    ditempat yang sesuai dalam peta pikiran Anda tanpa harus kebingungan.

    2) Dapat memusatkan perhatian, Anda tidak perlu berfikir untuk menangkap

    setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapat berkonsentrasi pada

    gagasan-gagasannya.

    3) Meningkatkan pemahaman, ketika membaca tulisan atau laporan teknik,

    peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan

    tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.

    4) Menyenangkan, imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas. Dan hal itu

    menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih

    menyenangkan.22

    4. Visi SETS

    Pembelajaran sains di sekolah sekolah selama ini kebanyakan hanya

    menekankan pada pembelajaran sainsnya saja tanpa menghubungkan dengan

    unsur lain seperti teknologi, lingkungan maupun masyarakat yang tergabung

    dalam SETS. Untuk itulah pembelajaran bervisi SETS memberi penekanan

    penting pada kesalingterkaitan antar elemen-elemen SETS.

    SETS kepanjangan dari Science, Environment, Technology and Society,

    dalam bahasa Indonesia menjadi sains (ilmu pengetahuan), lingkungan, teknologi

    dan masyarakat. Pada konteks pembelajaran bervisi dan bervisi SETS, urutan

    SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk

    teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan Masyarakat (S- kedua) diperlukan

    21

    Bobi De Poter dan Mike Hernacki, Quantum Theacing Student Success,hlm. 106.

    22Bobi De Poter dan Mike Hernacki, Quantum Theacing Student Success, hlm. 172.

  • 18

    pemikiran tentang berbagai implikasinya dalam Lingkungan (E) secara fisik

    maupun mental. Oleh karena itu unsur sains, lingkungan, teknologi dan

    masyarakat saling berkaitan satu sama lain.

    Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah

    pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini

    mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu

    kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik. Sementara visi SETS

    merupakan cara pembelajaran dengan cara mengaitkan aspek Sains, Lingkungan,

    Teknologi dan Masyarakat yang sesuai secara timbal balik sebagai satu bentuk

    keterkaitan intergratif. Dengan demikian, SETS dapat di anggap sebagai simpul

    pertemuan (hub) antar berbagai (ilmu) pengetahuan yang telah dan akan diketahui

    oleh manusia.23

    Keterkaitan antar unsure SETS dijelaskan pada Gambar 2.2

    dibawah ini:

    Society

    Science

    Environment Technology

    Gambar 2.2 Keterkaitan antar unsur SETS

    a. Karakteristik Visi SETS

    Ada beberapa karakteristik dari visi SETS, antara lain:

    1) Tetap memberi pengajaran sains.

    2) Membawa murid ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk

    teknologi untuk kepentingan masyarakat.

    23

    Binadja Achmad,2005c, Pedoman praktis Pengembangan Rencana Pembelajaran

    Berdasar Kurikulum 2004 Bervisi dan berpendekatan SETS(Science, Environment, Technology

    and Society),Semarang Laboratorium SETS UNNES Semarang . Hlm.8

  • 19

    3) Meminta murid untuk berfikir tentang bagaimana kemungkinan akibat yang

    terjadi dalam proses pentrasferan sains tersebut ke bentuk teknologi.

    4) Meminta murid untuk menjelaskan keterkaitan antara unsur sains yang

    dibincangkan dengan unsur lain SETS.

    5) Membawa murid untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian

    daripada menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk

    teknologi berkenaan.

    6) Dalam konteks kontruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang

    SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal

    bergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang

    bersangkutan.24

    b. Kelebihan Visi SETS

    Dianjurkan Visi SETS tersebut adalah karena sejumlah kelebihan

    berikut:

    1) Visi SETS memberi peluang pada peserta didik untuk memperoleh

    pengetahuan sekaligus kemampuan berfikir dan bertindak berdasarkan data

    analisis dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan

    aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan

    tak terpisah.

    2) Visi SETS memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan

    peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di

    bidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat.

    3) Visi SETS memberi kesempatan pendidik dan peserta didik untuk

    mengaktualisasikan diri dengan kelebihan SETS

    4) Visi SETS mengukur keberhasilan penyampaian suatu konsep dalam

    pembelajaran bervisi SETS dengan adanya suatu evaluasi. Evaluasi bersifat

    non konvensional yakni yang ditekankan disini bukan hanya konsep dasar

    24

    Binadja Ahmad, 1999.Pendidikan SETS Penerapannya pada Pada Pengajaran.Makalah

    disajikan dalam Seminar Lokakarya Pendidikan SETS, Kerja sama antara SEAMEO RESCAM

    dan UNNES, 14-15 Desenber 1999, hlm.6

  • 20

    tetapi juga pengembangan aplikasi konsep dasar tersebut dan

    keterkaitannya dengan unsur-unsur SETS.25

    Ciri Pembelajaran bervisi SETS perlu ditampilkan. Yang di maksud di sini,

    konsep sains yang dipelajari tidak sekedar diperkenalkan sebagai konsep sains

    murni akan tetapi dikaitkan dengan unsur lain dari SETS. Pembelajaran bervisi

    SETS dapat bersifat sangat menantang , pengajaran sains bervisi SETS akan sangat

    membantu perkembangan intelektual, penalaran, ketrampilan, serta inisiatif dan

    kreatifitas siswa.

    Di dalam pengajaran menggunakan visi SETS, Siswa diminta

    menghubungkaitkan antara unsur SETS. Yang dimaksudkan adalah murid

    menghubungkaitkan antara konsep sains yang di pelajari dengan benda-benda

    berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga

    memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan

    konsep tersebut dengan unsur lingkungan, teknologi, masyarakat, baik dalam

    bentuk kelebihan ataupun kekurangannya.26

    5. Metode Mind Mapping bervisi SETS

    Metode Mind Mapping merupakan pembelajaran yang membantu siswa

    untuk belajar lebih cepat, mudah dan efisien melalui pengaitan antara konsep yang

    telah dimiliki. Pembelajaran itu menjadikan mengingat lebih baik (konsentrasi)

    karena belajar melihat gambaran secara keseluruhan dengan imajinasi dan

    asosiasi.

    Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah

    pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini

    mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu

    kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik.27

    Secara keseluruhan,

    keempat unsur SETS tersebut akan selalu menyatu tak terpisahkan. Metode Mind

    Mapping bervisi SETS merupakan suatu metode pembelajaran yang

    memanfaatkan imajinasi dan asosiasi dengan belajar melihat gambaran secara

    25

    Binadja Achmad,2005c, hlm.10

    26 Binadja Ahmad, 1999, hlm.24

    27 Binadja Ahmad,1999, hlm.7

  • 21

    keseluruhan yang dikaitkan dengan aspek sains, lingkungan, teknologi dan

    masyarakat sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi secara timbal balik

    sehingga dapat membantu siswa belajar lebih cepat, mudah dan efisien.

    6. Pengertian Kimia

    Chemistry is the study of matter and the changes it undergoes.28

    Kimia

    adalah ilmu tata susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat. Sedangkan ilmu

    kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science) yang

    mengambil materi (matter) sebagai objek. Yang dikembangkan oleh ilmu kimia

    adalah deskripsi tentang materi, khususnya kemungkinan perubahan menjadi

    benda lain (transformation of matter) secara permanen serta energi yang terlibat

    dalam perubahan termaksud.29

    7. Laju Reaksi

    a. Kemolaran

    Sering dibutuhkan penentuan konsentrasi suatu larutan secara

    kuantitatif dan ada beberapa cara untuk memperoleh konsentrasi larutan secara

    kuantitatif. Suatu istilah yang sangat berguna yang berkaitan dengan

    stoikiometri suatu reaksi dalam larutan disebut konsentrasi molar atau

    molaritas, dengan symbol M. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu solute

    dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang dinyatakan dalam liter.30

    Molaritas =

    1) Pelarutan Zat Terlarut Murni

    Zat kimia di laboratorium kebanyakan berupa zat padat. Larutan

    dibuat dengan mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah

    tertentu. Prosedur pembuatan larutan dengan molaritas tertentu dapat

    dilakukan dengan cara:

    28

    Raymond Chang, Chemistry, (America: Northern Arizona University, 2005), 8th

    Ed., p.4.

    29 I Made Sukarna, JICA Kimia Dasar 1, ( Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES), hlm. 1

    30 James E. Brady, KIMIA UNIVERSITAS Asas & Struktur Jilid 1,(Jakarta: Bina rupa Aksara,1999),Hlm.98

  • 22

    a) Zat terlarut atau solut ditimbang dengan tepat, dimasukkan kedalam

    labu takar.

    b) Air yang sudah didestilasi ditambahkan.

    c) Labu digoyang dan diputar untuk melarutkan solute.

    d) Setelah iti air ditambah lagi, dengan menggunakan pipet tetes, air

    ditambah hati-hati sehingga volumenya sampai pada garis yang

    mengelilingi leher labu tersebut.

    e) Labu ditutup kemudian dikocok agar larutan menjadi homogen.

    2) Pengenceran Larutan Pekat

    Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi

    tinggi) dengan cara menambahkan pelarut yang diperoleh volume akhir

    yang lebih besar. Melalui proses ini mol solute tetap konstan dan hanya

    volumenya yang bertambah. Jika molaritas larutan M dengan volume V,

    akan didapatkan jumlah mol dalam solute.

    M x V =

    =

    Karena jumlah mol solute tetap sama selama pengenceran, maka hasil

    perkalian molaritas dengan volume senyawa yang semula digunakan

    (MiVi) harus sma dengan hasil akhir senyawa tersebut setelah pengenceran

    (MfVf). Hal ini menghasilkan persamaan: 31

    MiVi = MfVf

    b. Konsep Laju Reaksi

    1) Pengertian laju reaksi

    Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi

    ataupun produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat

    dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju

    bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan

    dalam mol per liter tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan atmosfer,

    millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan sebagai konsentrasi.

    31 James E. Brady,KIMIA UNIVERSITAS Asas & Struktur Jilid 1,hlm.102-103

  • 23

    Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, atau bahkan tahun, bergantung

    apakah reaksi itu cepat ataukah lambat.32

    2) Stoikiometri laju reaksi

    Bahwa dalam setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan

    umum diantaranya: A B

    A diumpamakan sebagai reaktan dan B sebagai produk. Persamaan ini

    memberitahukan bahwa, selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul

    reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Sebagai hasilnya

    dapat diamati hasilnya dengan cara memantau menurunnya konsentrasi

    reaktanatau meningkatnya konsentrasi produk. Menurunnya jumlah

    molekul A dan meningkatnya jumlah molekul B seiring dengan

    waktu.Secara umum lebih mudah menyatakan laju dalam perubahan

    konsentrasi terhadap waktu. Jadi, untuk reaksi di atas laju dapat

    dinyatakan sebagai:

    Laju =[]

    atau Laju =

    []

    dengan [A] dan [B] adalah perubahan konsentrasi (dalam molaritas)

    selama waktu t. Karena konsentrasi A menurun selama selang waktu

    tersebut, [A] merupakan kuantitas negative. Laju reaksi adalah kuantitas

    positif, sehingga tanda minus diperlukan dalam rumus laju agar lajunya

    positif. Sebaliknya, laju pembentukan produk tidak memerlukan tanda

    minus sebab [B] adalah kuantitas positif (konsentrasi B meningkat

    seiring waktu)

    Sedangkan untuk penulisan rumus laju untuk reaksi yang lebih

    rumit, misalkan, reaksi: 2A B

    Dua mol A menghilang untuk setiap mol B yang terbentuk. Dengan

    demikian hilangnya A adalah 2 kali lebih cepat dibandingkan laju

    terbentuknya B. Penulisan lajunya sebagai:

    Laju = - 1

    2

    []

    t atau laju =

    []

    32

    Keenan,dkk, Kimia Untuk Universita Jilid 1,(Jakarta: Penerbit Erlangga 1984),hlm. 516

  • 24

    Untuk reaksi: aA + bB cC + dD

    Lajunya reaksinya33

    3) Penentuan laju reaksi

    Laju reaksi rerata analog dengan kecepatan rerata mobil. Jika

    rerata mobil dicatat pada dua waktu yang berbeda, maka:

    Kecepatan rerata =

    =

    Dengan cara yang sama, laju reaksi rerata diperoleh dengan membagi

    perubahan konsentrasi reaktan atau produk dengan interval waktu

    terjadinya reaksi:

    Laju reaksi rerata =

    Jika konsentrasi diukur dalam mol L-1

    dan waktu dalam detik, maka laju

    reaksi mempunyai satuan mol L-1

    s-1

    . sebagai contoh reaksi fasa gas:

    NO2 (g) + CO(g) NO(g) + CO2 (g)

    NO2 dan CO dikonsumsi pada saat pembentukan NO dan CO2. Jika

    sebuah kuar dapat mengukur konsentrasi NO, laju reaksi rerata dapat

    diperkirakan dari nisbah perubahan konsentrasi NO, tterhadap

    interval waktu, :

    Laju rerata =

    =

    [][]

    Perkiraan ini bergantung pada intervak waktu yang dipilih, sebab laju

    dihasilkannya NO berubah dari waktu ke waktu. Dari data pada gambar

    2.3 laju reksi rerata pada 50 detik pertama adalah:

    Laju rerata =

    =

    0,0160 1

    50 0 = 3,2 1014 11

    Selama 50 detik pertama, laju rerata ialah 1,6 x 10-4

    mol L-1

    s-1

    ,

    dan selama 50 detik ketiga ialah 9,6 x 10-5 mol L-1

    s-1

    . Jelas bahwa reaksi

    melambat dengan berlalunya waktu, dan memang laju rerata bergantung

    33

    Raimond Cang,Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti jilid 1(Jakarta: Penerbit

    Erlangga.2005),hlm.30-31

    t

    D

    dt

    C

    ct

    B

    bt

    A

    a

    1111

  • 25

    pada interval waktu yang dipilih, Gambar 2.3 di bawah ini menunjukkan

    metode grafis untuk menentukan laju rerata. Laju rerata ialah lereng garis

    lurus yang menghubungkan konsentrasi pada titik awal dan titik akhir

    pada suatu interval waktu. Laju sesaat suatu reaksi diperoleh dengan

    menganggap waktu yang sangat kecil, (dengan demikian nilai

    yang semakin kecil). Sewaktu mendekati 0, laju menjadi lereng kurva

    pada waktu t. Lereng ini ditulis sebagai turunan [NO] terhadap waktu:

    Laju sesaat = 0[]+[]

    =

    []

    Laju sesaat suatu reaksi pada saat awal ( pada t = 0 ) disebut laju awal

    reaksi tersebut.

    Gambar 2.3 Metode Grafis untuk menentukan Laju Rerata34

    c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

    Factor-faktor yang mempengaruhi kelajuan suatu reaksi kimia antara lain:

    1) Sifat pereaksi

    Dalam suatu reaksi kimia, terjadi pemutusan ikatan dan

    pembentukan ikatan baru, sehingga kelajuan reaksi harus tergantung pada

    macam ikatan yang terdapat. Secara percobaan kecepatan reaksi

    tergantung pada senyawa-senyawa yang melakukan reaksi bersama.

    Sebagai contoh, reaksi permanganate dalam larutan bersifat asam oleh ion

    34 David W Oxoby, Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 416-417

  • 26

    ferro, terjadi sangat cepat.

    4MnO akan lenyap secepat penambahan

    larutan ferro sulfat, factor yang menentukan adalah kecepatan

    bercampurnya larutan. Pada keadaan lain, reduksi ion permanganate

    dalam larutan yang bersifat asam oleh asam oksalat, berjalan

    tidak cepat. Warna ungu karakteristik dari

    4MnO tidak hilang setelah

    lama larutan-larutan dicampurkan.

    2) Konsentrasi

    Percobaan menunjukkan bahwa kelajuan reaksi kimia yang

    bersifat homogen tergantung pada konsentrasi pereaksi-pereaksi. Reaksi

    homogen merupakan reaksi yang terjadi hanya dalam satu fasa. Reaksi

    heterogen berjalan yang meliputi lebih dari satu fasa. Kenyataan bahwa

    reaksi heterogen berbanding dengan luas permukaan antara fasa-fasa

    pereaksi.

    Kelajuan suatu reaksi homogen tergantung pada konsentrasi dari

    pereaksi-pereaksi dalam larutan. Larutan dapat berupa cairan atau gas.

    Dalam larutan, cairan konsentrasi pereaksi dapat diubah berdasarkan

    penambahan pereaksi atau pengambilan pereaksi atau dengan pengubahan

    volume dari system atau berdasarkan penambahan atau pengurangan

    pelarut. Data reaksi antara gas hydrogen dengan nitrogen oksida pada

    table 2.2 dibawah ini merupakan contoh hubungan konsentrasi dengan

    laju reaksi.35

    Tabel 2.2 Data percobaan antara gas hydrogen dengan nitrogen

    oksida pada suhu 8000 C

    Percobaan Konsentrasi molar Awal Laju awal

    atm/menit NO H2

    I 0,006 0,001 0,025

    II 0,006 0,002 0,050

    III 0,006 0,003 0,075

    35 Sardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar, (Yogyakarta: UGM,2005)hlm.159-160

    422 OCH

  • 27

    Dari data di atas dapat di ketahui bahwa laju reaksi berlangsung

    lebih cepat jika konsentrasi pereaksi diperbesar. Sehingga kelajuan reaksi

    tergantung pada konsentrasi-konsentrasi pereaksi-pereaksi, karena jumlah

    tumbukan naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi.36

    3) Temperatur

    Berdasarkan pengamatan pada setiap percobaan kelajuan

    menunjukkan bahwa hampir menaikkan kelajuan dari setiap reaksi. Lebih

    lanjut, penurunan dalam suhu akan menurunkan kelajuan dan ini tak

    tergantung apakah reaksi eksoterm atau endotermis. Perubahan kelajuan

    terhadap suhu dinyatakan oleh suatu perubahan dalam tetapan kelajuan

    spesifik k. Untuk setiap reaksi, k naik dengan kenaikan suhu. Besarnya

    kenaikan berbeda-beda dari satu reaksi dengan reaksi lainnya. 37

    4) Katalisator

    Katalis adalah zat yang mempengaruhi laju reaksi, yang pada akhir

    reaksi didapatkan kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Ada dua

    macam katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang berfungsi

    mempercepat reaksi, dan katalis negatif yang dikenal sebagai inhibitor,

    yang berfungsi memperlambat laju reaksi. Katalis positif berperanan

    menurunkan energi pengaktifan, dan membuat orientasi molekul sesuai

    untuk terjadinya tumbuhan. Hal ini sesuai dengan syarat terjadinya reaksi,

    yaitu energi tumbukan molekul-molekul reaktan harus melampaui energi

    pengaktifan dan orientasi molekul harus sesuai untuk terjadinya reaksi,

    seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4 dibawah ini:

    36 Sardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar, hlm.170 37

    Sardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar,hlm.165-166

  • 28

    Gambar 2.4 teori tumbukan dengan kompleks teraktivasi

    Kompleks teraktivasi adalah keadaan antara (intermediate), yang

    rnempunyai energi tinggi sehingga tak stabil, dan akan cepat berubah

    menjadi produk.

    Banyak logam yang dapat mengikat cukup banyak molekul

    molekul gas pada permukaannya, misalnya: Ni, Pt, Pada. dan V. Gaya

    tarik-menarik antara atom logam dengan molekul gas dapat rnemperlemah

    ikatan kovalen pada molekul gas, dan bahkan dapat memutuskan ikatan

    itu. Akibatnya molekul gas yang terserap pada permukaan logam mi

    menjadi lebih reaktif daripada molekul gas yang tidak terserap. Prinsip mi

    adalah kerja dan katalis heterogen, yang banyak dimanfaatkan untuk

    mengkatalis reaksi-reaksi gas.

    Di beberapa negara maju, kendaraan bermotor telah dilengkapi

    dengan katalis dan oksida logam atau paduan logam pada knalpotnya

    sehingga dapat mempercepat reaksi antara gas CO dengan udara. Dalam

    industri banyak dipergunakan nikel atau platina sebagai katalis pada reaksi

    hidrogenasi terhadap asam lemak tak jenuh.

    d. Teori Tumbukan

    Menurut teori ini, reaksi kimia terjadi karena adanya molekul-molekul

    yang saling bertumbukan. Laju suatu tahap reaksi sangat tergantung pada

    jumlah tumbukan persatuan waktu, dan fraksi tumbukan efektif. Makin

    banyak tumbukan yang terjadi akan makin cepat reaksi berlesung, namun

    demikian hanya fraksi tumbukan yang efektif yang memungkinkan reaksi

    cepat berlangsung. Yang dimaksud dengan tumbukan yang efektif, adalah

    tumbukan antar molekul yang orientasinya sesuai dan memungkinkan untuk

    menghasilkan produk. Dengan perkataan lain, hanya bila tumbukan

    menghasilkan energi yang dapat melampui energi pengaktifan maka reaksi

    akan dapat berlangsung.38

    Gambar 2.5 dibawah ini merupakan gambar

    tumbukan yang memungkinkan terjadi atau tidaknya suatu reaksi.

    38

    Crys Fajar Pratama, dkk, Kimia Dasar 2, (Yogyakarta: UNY, 2003), hlm. 51-57.

  • 29

    Gambar 2.5 teori tumbukan

    Gambar di atas yang memungkinkan terjadinya reaksi hanya tumbukan 1yang

    merupakan tumbukan efektif. Tumbukan yang menghasilkan zat baru adalah

    tumbukan efektif. Tumbukan efektif dapat terjadi jika:

    1. Molekul-molekul memiliki energi yang cukup agar dapat mulai bereaksi

    dengan memutuskan ikatan kimia lawan, dan molekul itu sendiri ikatan

    kimianya akan putus karena tumbukan dari molekul lain lawan. Energi

    yang diperlukan ini dinamakan energi aktivasi (Ea), yaitu sejumlah energi

    minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk memulai reaksi.

    2. Posisi tumbukan harus tepat mengenai sasaran, sehingga ikatan kimia

    lawan dan molekul itu sendiri dapat putus. Jadi putusnya ikatan kimia

    memerlukan 2 hal penting, yaitu tumbukan dengan Ea dan posisi yang

    tepat. Perhatikan gambar di atas, walaupun energi cukup, namun jika

    posisinya tidak tepat, tidak semua energi mengenai ikatan, sehingga terjadi

    pemborosan energi. Sebaliknya walaupun posisinya tepat mengenai

    sasaran, namun jika energi molekul belum mencapai Ea, tumbukannya

    akan pelan, sehingga gaya tarik pada ikatan kimia tidak dapat diputus.39

    C. Rumusan Hipotesis

    Hipotesis pada penelitian ini adalah penggunaan kombinasi metode

    eksperimen dengan metode Mind Mapping bervisi SETS pada materi pokok Laju

    Reaksi dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA NU 05

    Brangsong Tahun Pelajaran 2011/2012.

    39

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/laju_reaksi1/teori_tumbukan/

    http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/laju_reaksi1/teori_tumbukan/

  • 30

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian

    Tindakan Kelas (PTK). Adapun penjelasan mengenai PTK adalah sebagai berikut:

    1. Pengertian PTK

    Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang didasarkan atas

    empat konsep yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

    (observing), dan refleksi (reflection). Dalam bahasa inggris PTK di artikan dengan

    Classroom Action Research (CAR).1 Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah

    penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

    mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses

    belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input (silabus, materi, dan lain-

    lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang

    terjadi di dalam kelas. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat tiga unsur atau

    konsep, yaitu2:

    a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan metodologi

    tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk

    meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

    b. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

    tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

    c. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang

    sama dari guru yang sama pula.

    Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas

    atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau

    1Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Bumi Aksara,

    2008),Cet.7,hlm.2

    2Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas,hlm.58

  • 31

    peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.3 Bisa juga penelitian tindakan

    kelas (PTK) merupakan kajian sistematik upaya perbaikan pelaksanaan praktik

    pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam

    pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan

    tersebut.4

    2. Langkah-langkah pelaksanaan PTK

    PTK dilakukan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap

    seperti berikut:

    a. Perencanaan

    Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, di mana, oleh

    siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada PTK dimana peneliti dan

    guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada

    kesepakatan antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan

    mengamati proses jalannya tindakan.5

    b. Tindakan (pelaksanaan)

    Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu

    tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan,

    materi apa yang diajarkan atau dibahas.6

    c. Pengamatan (observasi)

    Pengamatan (Observasi) adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data)

    untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan

    ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan, catatan lapangan, jurnal

    harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, atau alat

    3 Susilo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,2009),hlm.16

    4 Sukarno,Penelitian Tindakan Kelas prinsip-prinsip dasar dan implementasinya,(Surakarta:

    Media Perkasa,2009),hlm.1

    5 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet.

    VII.hlm. 75.

    6 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.

    Indeks, 2010), Cet. 3, hlm. 39.

  • 32

    perekam elektronik. Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif,

    misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya.7

    d. Refleksi

    Refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya

    evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator yang terkait dengan suatu PTK.

    Refleksi ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai

    masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat

    ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi.

    Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya

    ditentukan.8

    3. Tujuan dan manfaat Penelitian Tindakan kelas (PTK)

    Tujuan utama PTK adalah memecahkan permasalahan yang nyata

    didalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru

    dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK bertujuan untuk

    memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu

    pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan

    siswa yang sedang belajar.9

    Adapun manfaat penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran adalah:

    1) Inovasi pembelajaran

    2) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas

    3) Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik10

    B. Subyek Penelitian

    Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA NU 05

    Brangsong yang berjumlah 19 siswa semester I tahun ajaran 2011-2012 pada Tabel

    3.1 sebagai berikut:

    7 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,

    (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010), hlm. 143.

    8 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagrama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.

    Indeks, 2010), Cet. 3, hlm. 40.

    9 Suharsimi Arikunto,dkk Penelitian Tindakan Kelas,hlm.60

    10 Susilo Penelitian Tindakan Kelas, hlm.18

  • 33

    Tabel 3.1. Daftar Nama Siswa Kelas XI SMA NU 05 Brangsong11

    No Nama

    1 Achmad Nasrul Ulum

    2 Aliyah

    3 Ana amalia

    4 Khoirun Nisak

    5 Diah Nuryanti

    6 Haryanti

    7 Isdalifah

    8 Khafidatul Lutfiah

    9 Kiswanto

    10 Muchtar Sidiq

    11 Muhammad Ikhsan

    12 Rofiatun

    13 Siti Anisah

    14 Siti Muasaroh

    15 Siti Musfirotun

    16 Siti Nuriyanah

    17 Slamet Sulton

    18 Sri Indarwati

    19 Unun Amaliyah

    C. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMA NU 05 Brangsong. Sedangkan waktu

    penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2011, seperti pada Tabel 3.2

    sebagai berikut:

    Tabel 3.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

    No Tahapan Tanggal/Bulan Alokasi

    Waktu Kegiatan

    1. Observasi

    Awal 03-04 Agustus

    2011 2 hari

    1. Wawancara dengan guru kimia kelas IX IPA.

    2. Persiapan dan pencarian data yang mendukung rencana

    pelaksanaan penelitian.

    2. Siklus I

    (pertemuan

    I)

    03 November

    2011

    2 x 45

    menit 1. Penjelasan tentang materi

    yang akan disampaikan

    dengan menggunakan

    kombinasi metode

    eksperimen dengan metode

    mind mapping bervisi SETS

    2. Pelaksanaan pembelajaran

    11

    Diperoleh dari dokumentasi SMA NU 05 Brangsong

  • 34

    dengan kombinasi metode

    eksperimen dengan metode

    mind mapping bervisi SETS

    pada materi kemolaran. 3. Siklus I

    (pertemuan

    II)

    04 November

    2011

    2 x 45

    menit Pelaksanaan pembelajaran

    dengan kombinasi metode

    eksperimen dengan metode mind

    mapping bervisi SETS pada

    materi konsep laju reaksi. 4. Siklus I

    (pertemuan

    III)

    10 November

    2011

    2 x 45

    menit Pelaksanaan tes evaluasi siklus I

    5.

    Siklus II

    (pertemuan

    I)

    11 November

    2011

    2 x 45

    menit 1. Siswa dikelompokkan

    menjadi 3-4 anak

    2. Siswa melakukan percobaan secara berkelompok

    mengenai faktor-faktor yang

    mempengaruhi laju reaksi

    3. Siswa mengumpulkan hasil percobaan yang di lakukan.

    6. Siklus II

    (pertemuan

    ke II)

    18 November

    2011

    2 x 45

    menit 1. Siswa membuat Mind

    mapping bervisi SETS

    dengan tema faktor-faktor

    yang mempengaruhi laju

    reaksi dengan cara

    berdiskusi.

    2. Setiap kelompok mempresentasikan hasil

    mind mappingnya di depan

    kelas.

    3. Kelompok yang tidak menjelaskan diberi

    kesempatan bertanya. 7. Siklus II

    (pertemuan

    ke III)

    23 November

    2011

    2x45

    menit Tes evaluasi siklus II

    D. Kolaborator

    Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi atau kerjasama antara

    praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman,

    kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan, dan akhirnya melahirkan

    kerjasama tindakan (action). Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka

    kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi hal sangat penting.

    Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing

  • 35

    mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling

    melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama (kolaborasi) sangat menentukan

    keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan,

    melaksanakan penelitian, menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun

    laporan akhir.12

    Kolaborasi dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru

    kimia SMA NU 05 Brangsong yaitu bapak Heri Supriyanto.

    E. Desain Penelitian

    Berdasarkan penjelasan langkah-langkah PTK di atas, maka PTK terdiri atas

    rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus ke empat tahapan tersebut

    meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan(observasi ), dan refleksi. Gambar

    3.1 berikut adalah tahapan-tahapan pelaksanaan dalam PTK

    SIKLUS I

    SIKLUS II

    Gambar 3.1 Kegiatan Inti Penelitian13

    12

    Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas,hlm. 63.

    13 Suharsimi Arikunto,dkk, Penelitian Tindakan Kelas,hlm.74

    Permasalahan Perencanaan

    tindakan I

    Pelaksanaan

    tindakan I

    Refleksi I Pengamatan/

    pengumpulan

    data I

    Permasalahan baru hasil

    refleksi

    Perencanaan

    tindakan I

    Pelaksanaan

    tindakan I

    Refleksi I Pengamatan/

    pengumpulan

    data I

    Dilanjutkan

    ke siklus

    berikutnya

    Apabila permasalahan

    belum terselesaikan

  • 36

    Penelitian ini dirancang dalam tiga tahap yaitu pra siklus, siklus1 dan siklus

    2. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Pra Siklus

    Dalam pra siklus ini peneliti melihat hasil belajar kimia pada mid semester

    pertama yang pelaksanaannya belum menggunakan kombinasi metode eksperimen

    dengan metode mind mapping bervisi SETS. Hasil belajar dan ketuntasan klasikal

    pada mid semester pertama kemudian dirata-rata sebagai nilai pra siklus. Untuk

    mengetahui tingkat keaktifan siswa peneliti juga menggunakan hasil mid semester

    pertama data dari guru pengampu yang tidak menggunakan kombinasi metode

    eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS.

    2. Siklus I

    Rincian pada setiap kegiatan adalah sebagai berikut:

    a. Perencanaan

    Perencanaan dalam penelitian ini adalah mencari untuk mengatasi

    masalah yang timbul berdasarkan observasi awal. Perencanaan yang

    dilakukan antara lain:

    1) mengidentifikasikan permasalahan bersama guru kelas

    2) menyusun rencana pembelajaran

    3) menyusun Mind Mapping bervisi SETS yang belum lengkap, dengan

    cara: Peneliti mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber,

    antara lain buku-buku pelajaran yang digunakan di sekolah, internet dan

    makalah. Kemudian dikonsultasikan dengan guru kelas dan dosen

    pembimbing.

    4) merancang dan membuat Mind Mapping bervisi SETS

    5) membuat lembar observasi keaktifan siswa

    6) membuat lembar observasi keaktifan guru

    7) menyusun alat evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa apakah sudah

    tercapai secara optimal.

  • 37

    b. Pelaksanaan

    1) Pertemuan ke-1

    a) Guru menyiapkan fisik siswa dengan mengatur posisi yang baik dan

    mengondisikan siswa agar siap belajar

    b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

    c) Guru memotifasi siswa dengan menjelaskan bahwa materi laju reaksi

    sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.

    d) Guru mengarahkan pada siswa tentang pembelajaran yang akan

    dilakukan yaitu dengan kombinasi metode eksperimen dengan metode

    mind mapping bervisi SETS.

    e) Guru menjelaskan cara pembuatan mind mapping bervisi SETS di

    papan tulis dengan tema buah-buahan yaitu dengan langkah-langkah

    sebagai berikut:

    1) Memulai dengan membuat gambar yang menggambarkan arti buah-

    buahan ditengah white board sebagai gambar sentral

    2) Membuat beberapa cabang tebal yang memancar dari gambar

    sentral, dengan menggunakan spidol warna yang berbeda-beda pada

    setiap cabang

    3) Menulis setiap kata kunci tunggal pada setiap cabang dengan huruf

    kapital. Misalkan: warna, rasa dan bentuk.

    4) Menggambar lagi cabang-cabang lanjutan yang memancar dari tiap

    kata kunci tersebut dengan warna sesuai warna cabang sebelumnya.

    5) Kemudian menulis kata kunci lagi pada setiap anak cabang tersebut,

    yaitu untuk Warna : kuning, hijau, merah, coklat, untuk Rasa :

    manis, asam dan untuk Bentuk : bulat, lonjong

    6) Dari kata-kata kunci tersebut ditarik cabang-cabang lanjutan lagi

    dengan spidol warna yang berbeda atau sesuai warna cabang

    sebelumnya dan di beri kata kunci sesuai kata kunci sebelumnya

    sebagai contoh, untuk buah yang berwarna kuning antara lain:

    jeruk, mangga, pisang, dan seterusnya untuk kata kunci yang lain.

  • 38

    7) Menambahkan gambar-gambar kecil pada anak cabang yang

    mewakili dan menguatkan ide-ide dengan spidol warna dan

    imajinasi.

    8) Dari gambar sentral diberi cabang tebal lagi dengan warna yang

    berbeda dan membuat 4 lingkaran melingkar dengan anak panah

    yang saling berhubungan, lingkaran 1 tentang Ilmu Pengetahuan

    yang berisi vitamin, lingkaran 2 tentang Lingkungan yang berisi (a.

    Buah-buahan berkurang karena di ambil dari lingkungan, b. Sampah

    dari kulit buah bermanfaat untuk pupuk kompos), lingkaran 3

    tentang Teknologi yang berisi jus buah dan untuk lingkaran ke-4

    tentang Masyarakat yang berisi (a. kebutuhan vitamin masyarakat

    terpenuhi, b. Pendapatan masyarakat bertambah)

    9) Mind mapping bervisi SETS dengan tema buah-buahan sudah jadi.

    f) Guru menanyakan pada siswa apakah ada yang belum jelas tentang

    mind mapping yang di jelaskannya

    g) Guru menjelaskan sedikit tentang kemolaran melalui diskusi informasi

    h) Guru membagikan mind Mapping bervisi SETS tentang kemolaran

    yang belum lengkap

    i) Siswa melengkapi mind mapping bervisi SETS tentang kemolaran yang

    belum lengkap tersebut.

    j) Siswa yang sudah selesai melengkapi Mind mapping bervisi SETS

    tentang kemolaran mempresentasikan di depan kelas

    k) Siswa lain diberi kesempatan untuk bertanya

    l) Guru memberikan soal untuk menguji kepahaman siswa.

    m) Guru memeriksa dan menilai Mind mapping bervisi SETS tentang

    kemolaran yang dilengkapi siswa

    n) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang

    materi yang belum jelas

    o) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari atau

    memberikan konfirmasi tentang hasil eksplorasi dan elaborasi siswa

  • 39