If you can't read please download the document
Upload
vancong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA PADA
MATERI POKOK LAJU REAKSI MELALUI PENGGUNAAN
KOMBINASI METODE EKSPERIMEN DENGAN METODE MIND
MAPPING BERVISI SETS PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NU 05
BRANGSONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Kimia
Oleh
Nurul Faizah
NIM : 053711238
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nurul Faizah
NIM : 053711238
Jurusan/Program Studi : Tadris Kimia
menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 14 Juni 2012
Saya yang menyatakan,
Nurul Faizah
NIM. 053711238
iii
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 14 Juni 2012
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu alakum wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA
PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI MELALUI
PENGGUNAAN KOMBINASI METODE EKSPERIMEN
DENGAN METODE MIND MAPPING BERVISI SETS
PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NU 05 BRANGSONG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama : Nurul Faizah
Nim : 053711238
Jurusan : Tadris
Progam Studi : Tadris Kimia
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam bidang Munaqosah.
Wassalamu alaikum wr. Wb
v
NOTA PEMBIMBING Semarang, 14 Juni 2012
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu alakum wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan :
Judul : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA
PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI MELALUI
PENGGUNAAN KOMBINASI METODE EKSPERIMEN
DENGAN METODE MIND MAPPING BERVISI SETS
PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NU 05 BRANGSONG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama : Nurul Faizah
Nim : 053711238
Jurusan : Tadris
Progam Studi : Tadris Kimia
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam bidang Munaqosah.
Wassalamu alaikum wr. Wb
vi
MOTTO
Sholawat Penambah Ketenangan Hati
&
Harap Antri
vii
ABSTRAK
Judul : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok
Laju Reaksi Melalui Penggunaan Kombinasi Metode Eksperimen
dengan Metode Mind Mapping Bervisi SETS Pada Siswa Kelas XI
IPA SMA NU 05 Brangsong Tahun Pelajaran 2011/2012.
Nama : Nurul Faizah
NIM : 053711238
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan kombinasi antara metode
eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran kimia materi pokok Laju Reaksi. Studi kasus siswa
kelas XI SMA NU 05 Brangsong tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 19
siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi dengan menggunakan
kombinasi antara metode eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS.
Metode ini merupakan suatu metode yang memanfaatkan imajinasi dan asosiasi
dengan belajar melihat gambaran secara keseluruhan yang dikaitkan dengan aspek
Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling
mempengaruhi secara timbal balik dan dikombinasikan dengan praktikum yang dapat
membantu siswa untuk belajar lebih cepat, mudah dan efisien sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat lebih baik. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: lembar mind mapping
bervisi SETS, lembar observasi keaktifan siswa, lembar observasi kinerja guru dan
evaluasi belajar di tiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar siswa dan hasil
kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai tes evaluasi di tiap akhir siklus.
Sedangkan keberhasilan keaktifan siswa diperoleh dengan metode observasi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap prasiklus, siklus I dan siklus
II. Pada tahap prasiklus, keaktifan siswa mencapai 52,63% dan rata-rata hasil belajar
66,63 dengan ketuntasan belajar 52,63%, pada tahap ini tidak menggunakan
kombinasi antara metode eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS.
Kemudian dilaksanakan tindakan pada siklus I, dengan kombinasi antara metode
eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS, siswa menjadi aktif dan
pemahaman konsep siswa lebih optimal. Keaktifan belajar siswa meningkat menjadi
68,75% dan rata-rata hasil belajar 69,47 dengan ketuntasan klasikal sebesar 64,73%.
Sedangkan pada siklus II setelah diadakan refleksi pelaksanaan tindakan, pada siklus
II keaktifan siswa mengalami peningkatan yaitu 88,15% dengan rata-rata hasil
belajar adalah 76,84 dan ketuntasan klasikal sebesar 89,47%. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa dengan kombinasi antara metode eksperimen dengan
metode mind mapping bervisi SETS, keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat.
Dengan demikian, diharapkan dari hasil penelitian ini akan bisa memberikan
sumbangsih dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa, serta informasi sekaligus
masukan bagi civitas akademika Fakultar Tarbiyah IAIN Walisongo khususnya dan
segenap praktisi pendidikan pada umumnya, guna menciptakan satu pola pendidikan
yang senatiasa sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih,
tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan
judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok Laju
Reaksi Melalui Penggunaan Kombinasi Metode Eksperimen dengan Metode
Mind Mapping Bervisi SETS Pada Siswa Kelas XI IPA SMA NU 05 Brangsong
Tahun Pelajaran 2011/2012. dengan baik.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang jurusan Tadris Kimia. Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat
bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini
dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sujai, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam
rangka penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Atik Rahmawati M. Si, selaku Ketua Prodi Tadris Kimia Fakultas Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah
memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi.
3. Ibu Ratih Rizki Nirwana, S,Si M.Pd, selaku Pembimbing I, yang telah
memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan
skripsi ini.
4. Drs Mahfud Junaedi M Ag, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan waktu
dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini.
5. Dosen, pegawai, dan seluruh civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang.
6. Bapak Drs. H. Mawardi, selaku Kepala sekolah SMA NU 05 Brangsong Kendal
yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian.
ix
7. Bapak Heri Supriyanto, ST, selaku guru kimia SMA NU 05 Brangsong Kendal,
yang telah membantu pencapaian keberhasilan dalam penelitian ini.
8. Imamku tercinta Muhammad Zen, yang selalu ada dikala senang maupun susah
terima kasih untuk kasih sayang, doa, motivasi dan semuanya serta Buah hatiku
tersayang Uyun Najwa Zen, terima kasih dik untuk kasih sayangnya doa ibu
selalu menyertaimu.
9. Kedua orang tua (H.Musyafak dan Hj.Sunantin) & (Muhammad Toha dan Siti
Zaenabah) tercinta, yang senantiasa memberikan doa dan kasih sayangnya.
10. Kakak-kakaku, (almarhum Muthrofin & Miftakhul yazid terima kasih kak untuk
kasih sayang yang singkat ini semoga Yang Khaliq mengikhlaskan surganya
untukmu), Kak In, Mbak Dah, Mbak Nung, Mbak Iroh, Kak Ring, Mbak Nur,
Kak Rif terimakasih untuk doa dan kasih sayangnya.
11. Keluarga besar PSHT IAIN Walosongo semarang,( mas Akmal, Mugni, Anshori,
Eli, Wahdah, Yumi, Qoqo dan saudara-saudaraku yang tidak dapat penulis tulis
namanya satu per satu) terima kasih untuk doa dan semangatnya serta selalu
memayu hayuning bawono.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan hasil
yang telah didapat. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berdoa, semoga
bermanfaat adanya dan mendapat ridho dari-Nya, Amin Yarabbal aalamin.
Semarang, 14 Juni 2012
Penulis
Nurul Faizah
NIM. 053711238
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Pernyataan Keaslian ..................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ................................................................................... iii
Nota Pembimbing......................................................................................... iv
Halaman Motto ............................................................................................ vi
Halaman Abstrak .......................................................................................... vii
Kata Pengantar ............................................................................................. viii
Halaman Daftar Isi ...................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 4
1. Tujuan Penelitian ................................................... .... 4
2. Manfaat Penelitian ................................................. .... 5
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ....................................................................... 6
B. Kerangka Teoritik................................................................... 7
1. Definisi Belajar dan Hasil Belajar serta Faktor yang
Mempengaruhinya .......................................................... 7
2. Metode Eksperimen ......................................................... 12
3. Metode Mind Mapping..................................................... 12
4. Visi SETS ......................................................................... 17
5. Metode Mind Mapping bervisi SETS ............................... 19
6. Pengertian Kimia.............................................................. 21
7. Laju Reaksi ...................................................................... 21
C. Hipotesis Tindakan ................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 30
B. Subjek Penelitian ................................................................... 32
xi
C. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 33
D. Kolaborator ............................................................................. 34
E. Desain Penelitian ................................................................... 35
F. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 44
G. Indikator Keberhasilan .......................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pra Siklus ............................................................................... 48
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 49
1. Siklus I ............................................................................. 49
2. Siklus II ............................................................................ 58
C. Pembahasan ........................................................................... 71
BAB V KESIMPULAN , SARAN, DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 75
B. Saran ...................................................................................... 75
C. Penutup .................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Silabus
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 4 : Kisi-kisi Instrumen Tes Ketuntasan Belajar Siklus I
Lampiran 5 : Instrumen Tes Ketuntasan Belajar Siklus I
Lampiran 6 : Kisi-kisi Instrumen Tes Ketuntasan Belajar Siklus II
Lampiran 7 : Instrumen Tes Ketuntasan Belajar Siklus II
Lampiran 8 : Kunci Jawaban Tes Ketuntasan Belajar Siklus I
Lampiran 9 : Kunci Jawaban Tes Ketuntasan Belajar Siklus II
Lampiran 10 : Indikator Keberhasilan Keaktifan Siswa
Lampiran 11 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pra Siklus
Lampiran 12 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I
Lampiran 13 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II
Lampiran 14 : Nilai Pra Siklus Keaktifan Siswa
Lampiran 15 : Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus I
Lampiran 16 : Hasil Analisis Nilai Keaktifan Siswa Siklus II
Lampiran 17 : Lembar Observasi Guru Pengelolaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 18 : Lembar Observasi Guru Pengelolaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 19 : Gambar Mind Mapping bervisi SETS dengan tema Laju Reaksi
Lampiran 20 : Proses Kegiatan Belajar Melalui Penggunaan Metode Eksperimen
dengan Metode Mind Mapping Bervisi SETS
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Skema dari Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Gambar 2.2 : Keterkaitan antar Unsur SETS
Gambar 2.3 : Metode Grafis untuk Menentukan Laju Rerata
Gambar 2.4 : Teori Tumbukan dengan Kompleks Teraktifasi
Gambar 2.5 : Teori Tumbukan
Gambar 3.1 : Kegiatan Inti Penelitian
Gambar 4.1 : Grafik Perbandingan Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Tabel 2.2 : Data percobaan antara gas hydrogen dengan nitrogen oksida pada
suhu 8000 C
Tabel 3.1 : Daftar Nama Siswa Kelas XI SMA NU 05 Brangsong
Tabel 3.2 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 4.1 : Perbandingan Hasil Siklus I dan Siklus II
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
fenomena yang berupa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta. Konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.1
Kimia merupakan salah satu dari cabang IPA yang dapat menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pembelajaran pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Namun pada umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada
secara aktif mencari untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep
kimia karena guru cenderung dengan metode pembelajaran ceramah dengan
pencatatan materi yang konvensional, padahal perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin maju. Sehingga siswa sering bosan dengan pembelajaran kimia
yang berakibat pada hasil belajar kimia.
Kebosanan yang dialami siswa saat pembelajaran kimia yang berkepanjangan
akan mengakibatkan rendahnya hasil kimia pada siswa tersebut. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Kualitas dan kuantitas
sampai saat ini masih merupakan suatu masalah yang menonjol dalam setiap usaha
pembaharuan sistem pendidikan Nasional. Upaya perbaikan, perubahan dan
pembaharuan di bidang pendidikan juga masih merupakan tanggung jawab guru
sebagai salah satu komponen kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satunya
yaitu penggunaan metode pembelajaran. Dalam metode pembelajaran guru
mempunyai peran yang sangat penting, dimana metode yang digunakan harus sesuai
1 Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu. (Jakarta Pusat : Depdiknas), hlm. 4.
2
dengan zaman atau kemajuan teknologi serta mampu diterapkan dalam sekolahan
tersebut.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kimia dianggap sebagai perangkat
faktor-faktor yang perlu dihafalkan. Hal tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan
siswa mengenai kegunaan kimia dalam praktek sehari-hari. Sehingga siswa cepat
bosan dan tidak tertarik pada mata pelajaran kimia. Padahal kimia juga bisa dipelajari
dengan pemahaman konsep dan pengetahuan nyata sehingga siswa dapat mengamati
atau mengalami sendiri. Dari observasi awal yang peneliti lakukan diketahui bahwa
hasil belajar kognitif pada siswa kelas XI IPA SMA NU 05 Brangsong pada semester
genap tahun pelajaran 2010/2011 belum memenuhi kriteria ketuntasan baik secara
individual, klasikal maupun didasarkan pada Standar Ketuntasan Minimum (SKM)
mata pelajaran kimia yang telah ditetapkan dalam silabus ini yaitu mencapai
minimum 70 dan sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa di kelas tersebut.
Berdasarkan beberapa tes harian, nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IPA
masih relatif rendah.
Sebagian siswa kelas XI IPA kurang tertarik dengan pelajaran kimia.
Menurut mereka, kimia merupakan pelajaran yang membahas hal-hal abstrak yang
sulit digunakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga merasa
kesulitan dalam mempelajari kimia, khususnya yang ada hubungannya dengan rumus
dan hitungan. Keengganan siswa dalam menerima pelajaran kimia yang akhirnya
berakibat pada kurang kesiapan siswa dalam menerima pelajaran kimia yang
berujung pada hasil belajar kognitif yang masih di bawah standar ketuntasan belajar
klasikal standar. Adapun keaktifan siswa belum dapat dioptimalkan oleh guru
mengingat ketersediaan media, sarana dan prasarana yang terbatas.
SMA NU 05 merupakan sekolah yang baru didirikan dengan ketersediaan
media, sarana dan prasarana yang masih terbatas. Adanya keterbatasan tersebut
sebagai guru harus mengatur strategi dalam kegiatan belajar mengajar yang tepat.
Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi, siswa tidak hanya dituntut untuk
mengetahui konsep & teori akan tetapi siswa juga di tuntut untuk trampil dalam
menerapkan pengetahuan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan
teknologi. Strategi yang dilakukan guru sebaiknya berorientasi pada tujuan
3
pembelajaran, mengembangkan kemampuan akademik dan interaksi sosial. Untuk itu
guru perlu menghadirkan suasana bermakna dalam pembelajaran dengan
keterbatasan yang ada.
Pembelajaran yang bermakna diharapkan dapat menghadirkan pengalaman
yang kongkrit dalam memahami konsep kimia yang menurut sebagian siswa adalah
konsep yang abstrak dan sulit untuk di aplikasikan dalam lingkungan sekitar. Metode
eksperimen merupakan metode yang sifatnya obyektif, baik yang dilakukan di dalam
atau di luar kelas maupun di dalam suatu laboratorium tertentu dan Fungsi dari
metode eksperimen merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menentukan
prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip - prinsip yang dikembangkan.
Sedangkan Metode Mind Mapping merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara
individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, merencanakan penelitian
baru.2 Pembelajaran ini menjadikan mengingat dengan lebih baik (konsentrasi),
karena belajar melihat gambaran secara keseluruhan dengan imajinasi dan asosiasi.
Mind map menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk
menghasilkan hasil yang maksimal. Dengan kombinasi warna, gambar dan cabang-
cabang melengkung, Mind map lebih merangsang secara visual daripada pencatatan
tradisional, yang cenderung linier dan satu warna sehingga ilmu yang diperoleh dari
pembelajaran mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan mengkaitkan
ilmu yang di dapat dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
Keterkaitan ilmu pengetahuan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
tersebut bisa di ajarkan pada siswa melalui pendekatan SETS. SETS merupakan
akronim dari Science, Environment, Tecnology, and Society, bila diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi dan
Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filosofis yang mencerminkan
kesatuan unsur-unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam
susunan akronim tersebut3. Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang
membawa ke arah pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam
2 Siberman, Melvin L, Active Learning: 101 Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: PUSTAKA
INSAN MADANI, 2007), hlm. 188.
3 http://www.yatikurniawati.com/pendekatan-pembelajaran-bervisi-SETS-dalam-ipa/
4
kehidupan ini mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
(SETS) sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi secara timbal balik.4 Secara
keseluruhan keempat unsur SETS tersebut akan selalu menyatu tak terpisahkan.
Metode Mind Mapping bervisi SETS merupakan suatu metode pembelajaran
yang memanfaatkan imajinasi dan asosiasi dengan belajar melihat gambaran secara
keseluruhan yang dikaitkan dengan aspek Sains, Lingkungan, Teknologi dan
Masyarakat sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik
yang dapat membantu siswa untuk belajar lebih cepat, mudah dan efisien sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat lebih baik.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka akan dilakukan upaya
pengembangan pembelajaran dengan mengkombinasikan antara metode
pembelajaran dengan visi, yaitu penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok Laju Reaksi Melalui
Penggunaan Kombinasi Metode Eksperimen dengan Metode Mind Mapping Bervisi
SETS Pada Siswa Kelas XI IPA SMA NU 05 Brangsong Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan
masalah dari skipsi ini adalah sebagai berikut: Apakah melalui penggunaan
kombinasi metode eksperimen dengan metode Mind Mapping bervisi SETS pada
materi pokok laju reaksi dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA
SMA NU 05 Brangsong Tahun Ajaran 2011/2012 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Manfaat dan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sesuai dengan latar
belakang dan perumusan masalah yang penulis paparkan yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah penggunaan kombinasi metode eksperimen
dengan metode Mind Mapping bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar kimia
pada materi pokok laju reaksi pada siswa XI IPA SMA NU 05 Brangsong Tahun
Pelajaran 2011/2012.
4 Binadja Ahmad, Pendidikan SETS dalam Penerapannya dalam Mengajar, makalah disajikan
pada Seminar Lokakarya Nasional Pendidikan SETS, (Semarang: UNNES, 1999), hlm.3.
5
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar kimia siswa
2) Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran
b. Bagi Guru
1) Hasil penelitian ini akan memberikan wawasan kepada guru tentang
metode pencatatan yang tepat khususnya pokok bahasan laju reaksi.
2) Meningkatkan rangsangan bagi guru untuk menciptakan strategi
pembelajaran yang baik pada mata pelajaran kimia dan menciptakan
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk
semua pelajaran.
2) Memberikan perbaikan kondisi pembelajaran kimia di kelas XI IPA SMA
NU 05 Brangsong.
6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka sementara yang penulis gunakan sebagai referensi awal
dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Dalam skripsi Evi Lisnayanti (4301405056) jurusan kimia Fakultas MIPA
Universitas Negeri Semarang yang berjudul Pengaruh Penerapan Metode
Pembelajaran Mind Mapping bervisi SETS terhadap hasil belajar kimia siswa
untuk pokok bahasan Termokimia. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas
XI IPA SMA Negeri Semarang. Sebagai kelas eksperimen adalah kelas XI
IPA 3 sedangkan sebagai kelas kontrol adalah kelas XI IPA 2.Setelah
pembelajaran, rata-rata hasil posttest pada kelas eksperimen sebesar 79 dan
kelas kontrol sebesar 73 dan untuk mengetahui ada tidaknya hasil belajar
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji t. Hasil yang
diperoleh t hitung sebesar 4.689 dan t tabel sebesar 1,67. t hitung > t tabel berarti
bahwa belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Dengan
demikian adanya pengaruh positif dalam pembelajaran dengan menggunakan
metode mind mapping bervisi SETS terhadap hasil belajar siswa.
2. Dalam skripsi Nisa Nur Hidayanti (4301406056) jurusan kimia Fakultas
MIPA Universitas Negeri Semarang yang berjudul Efektifitas Pembelajaran
Bervisi SETS Berbasis Elektronik terhadap Hasil Belajar Kimia Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan SMA Negeri 2 Pemalang. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata hasil post test kelas eksperimen sebesar 78
dengan kriteria baik dan kelas kontrol sebesar 74 dengan kriteria cukup baik.
Uji peningkatan hasil belajar di peroleh t hitung > t tabel, artinya setelah
pembelajaran ada peningkatan hasil belajar yang signifikan. Rata-rata nilai
afektif dan psikomotorik kelas eksperimen sebesar 90 dan 91 dengan kriteria
sangat baik. Dengan demikian pembelajaran bervisi SETS berbasis elektronik
efektif membantu ketuntasan hasil belajar dan ada peningkatan hasil belajar
yang signifikan.
7
Persamaan dari hasil kedua penelitian di atas adalah pembelajaran dengan
bervisi SETS mempunyai pengaruh yang sangat baik untuk meningkatkan
motivasi dan hasil belajar yang dilakukan dengan penelitian kuantitatif.
Sedangkan perbedaan dari keduanya adalah metode yang digunakan. Oleh karena
itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode maupun visi yang sama
seperti yang digunakan pada penelitian pertama pada kajian pustaka di atas.
Tetapi pada metode dikombinasi dengan metode eksperimen, disesuaikan dengan
materi laju reaksi yang membutuhkan suatu percobaan dalam penyampaian
materi. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK. Sedangkan pada penelitian
yang kedua pada kajian pustaka di atas, peneliti menggunakan visi SETS sebagai
kajian relevansi dalam melakukan penelitian yang dilakukan pada SMA NU 05
Brangsong. Sehingga pembelajaran dengan mengkombinasikan metode
eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS diharapkan dapat
diterapkan pada pembelajaran kimia dengan materi pokok Laju Reaksi dengan
jenis tindakan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas XI IPA SMA NU 05
Brangsong tahun ajaran 2011/2012 dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Kerangka Teoritik
1. Definisi Belajar dan Hasil Belajar serta Faktor yang Mempengaruhinya
a. Pengertian Belajar
Adapun definisi belajar menurut pakar pendidikan, diantaranya
sebagai berikut:
1) Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh
langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
2) Cronbach
Learning is shown by a change in behavior as a result of
experience.(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman.
8
3) Geoch
Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar
adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).1
4) Dalam Kitab Mudkhola ilal Manahij wa Turuqut Tadris
Belajar adalah perubahan perilaku secara sengaja melalui proses
pembelajaran.
5) Menurut T. Morgan
Learning is relatively permanent change in behavior which occurs as
result of eksperimence or praktice.3
Yang artinya adalah sebagai berikut:
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan
hasil dari pengalaman atau latihan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu kegiatan atau aktivitas untuk memperoleh pengetahuan,
perubahan tingkah laku yang berasal dari proses pembelajaran atau hasil dari
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya
sehingga mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan
perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan.4 Hasil belajar juga
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapanpercakapan potensial
1 Agus Supriono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), Cet. IV, hlm. 2.
2 M. Muzamil Basir dan M. Malik M. Said, Mudkhola ilal Manahij wa Turuqut Tadris,
(Mekkah: Darul Liwa,t.th.), hlm. 64.
3 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology,(New York: Pretice Hall,1971), hlm.187
4 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.49
9
atau kapasitas yang dimiliki seseorang.5 Berikut ini berapa definisi tentang
hasil belajar atau prestasi belajar antara lain:
1) Menurut Winkel: Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia yang berubah dalam sikap dan tingkah lakunya6.
2) Hasil belajar menurut Gagne antara lain :
a) Informasi Verbal yaitu kualitas mengungkapkan pengetahuannya
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
b) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang.
c) Strategi kognitif yaitu keaktifan menyalurkan aktifitas kognitifnya
sendiri.
d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerakan dalam urusan dan koordinasi.
e) Sikap adalah kemampuan untuk menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek.7
Dari definisi di atas, bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah
dicapai dalam suatu perubahan adanya proses, latihan atau pengalaman dan
usaha belajar dalam hal ini mewujudkannya berupa hasil.
c. Aspek-Aspek Hasil Belajar
Menurut Benyamin Bloom secara garis besar hasil belajar
diklasifikasikan menjadi tiga antara lain:8
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari,
penerimaan, jawaban atau reaksi, menilai, organisasi dan internalisasi.
5Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 102.
6Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, hlm.45.
7Agus Suprijono, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 5-6.
8 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar dan Mengajar, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya)hlm. 22.
10
3) Ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak individu yang terdiri dari lima aspek, yakni gerakan
refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Jadi ketiga hasil belajar yang telah dijelaskan di atas penting diketahui
oleh guru dalam rangka merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alat-
alat penilaian, baik tes maupun bukan tes.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu :9
1) Faktor-Faktor Stimuli Belajar
Stimuli belajar yaitu segala hal di luar individu yang merangsang,
individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli
dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan
eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar.
2) Faktor-faktor metode belajar
Cara mengajar atau lebih dikenal dengan metode pembelajaran ,
menyangkut cara guru memberikan pengalaman belajar siswa sehingga
kemampuannya dapat berkembang, dan belajar dapat berjalan secara
efisien serta bermakna bagi siswa.10
Dalam kegiatan belajar mengajar,
metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan
tujuan yang ingin di capai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak
akan dapat melaksanakan tugasnya apabila dia tidak menguasai satupun
metode mengajar. Metode yang digunakan seorang guru dapat
mempengaruhi proses belajar dari peserta didik, misalnya peta konsep,
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pokok tentang
tumbuhan atau klasifikasi hewan. Karena dengan peta konsep ini peserta
9 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 109-113.
10Mulyati Arifin,dkk, Strategi Belajar Mengajar Kimia,( Bandung: Jurusan Pendidikan
Kimia Upi, 2000), hlm.118
11
didik akan lebih mudah mempelajarinya dan dengan peta konsep yang
dibuat oleh peserta didik tentunya daya ingat peserta didik terhadap materi
tersebut akan lebih baik.
3) Faktor-faktor individual
Faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
seseorang, seperti kondisi kesehatan jasmani dan rohani, kapasitas mental,
usia dan lain sebagainya. Di samping itu faktor lain yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang, dapat
diintisarikan seperti pada gambar 2.1 berikut:11
Gambar 2.1 skema dari faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar
11
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2007).
hlm.107
Faktor
Luar
Dalam
Lingkungan
Instrumental
Alam
Sosial
Kurikulum
Guru/pengajar
Sarana +
Fasilitas
Administrasi/
Manajemen
Fisiologi
Psikologi
Kondisi Fisik
Kondisi Panca
Indra
Bakat/
Motivasi
Minat/
Kemampuan
Kognitif/
Kecerdasan
12
2. Metode Eksperimen
Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti ilmu
alam, ilmu kimia dan sejenisnya. Biasanya digunakan metode yang sifatnya
obyektif, baik yang dilakukan di dalam atau di luar kelas maupun di dalam suatu
laboratorium tertentu.12
Fungsi dari metode eksperimen merupakan penunjang
kegiatan proses belajar untuk menentukan prinsip tertentu atau menjelaskan
tentang prinsip - prinsip yang dikembangkan.
a. Keuntungan penggunaan metode eksperimen
1. Dapat memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa
2. Siswa dapat mengalami proses
3. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan inkuiri
4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah
5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelaran lebih efektif dan
efisien.
b. Persiapan guru sebelum melaksanakan praktikum
1. Menentukan tujuan praktikum
2. Menyiapkan prosedur praktikum
3. Menyiapkan lembar pengamatan
4. Menyiapkan alat dan zat
5. Menyiapkan lembar observasi kegiatan praktikum13
3. Metode Mind Mapping
Mind Mapping disebut juga peta pikiran. Yakni suatu cara mencatat yang
kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran.14
Peta pikiran
membantu siswa menangkap pikiran dan gagasan pada kertas dengan jelas,
lengkap dan mudah.
12
Ismail, SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAil
Media group, cet.IV, 2009), hlm.20
13Mulyati Arifin,dkk, Strategi Belajar Mengajar Kimia, hlm.122-123
14Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet.
6, hlm. 4.
13
Metode ini merupakan visi terhadap keseluruhan otak yang membuat
siswa mampu membuat catatan yang menyeluruh satu pokok bahasan dalam satu
halaman. Dengan metode ini siswa akan mudah mengidentifikasi secara kreatif
apa yang telah mereka pelajari dan apa yang mereka rencanakan dengan dimulai
hal yang paling sederhana, misalkan mereka yang membuat Mind Map yang
bertemakan buah-buahan, maka tema utama adalah buah, selanjutnya buah
dikelompokkan lagi, pengelompokannya berdasarkan warna atau rasanya
sehingga siswa dapat lebih mudah memahami tentang buah.
Mind Mapping (peta pikiran) adalah suatu metode pencatatan yang
berbeda dari bentuk pencatatan secara konvensional.15
Lebih lanjut, peta pikiran
adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan
masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih
mudah memahaminya. Tabel 2.1 tentang perbedaan catatan biasa dengan Mind
Mapping berikut ini menjelaskan perbedaan antara catatan tradisional (catatan
biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (Mind Mapping)
Tabel 2.1 Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping.
Catatan Biasa Peta Pikiran (Mind Mapping)
1. Hanya berupa tulisan-tulisan saja
2. Hanya dalam satu warna 3. Untuk mereview ulang
memerlukan waktu yang lama
4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
5. Statis
1. Berupa tulisan, symbol dan gambar 2. Berwarna-warni 3. Untuk mereview ulang diperlukan
waktu yang pendek
4. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
5. Membuat individu menjadi lebih kreatif.
Dari uraian tersebut, peta pikiran (Mind Mapping) adalah suatu teknik
mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan
adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan seseorang untuk
mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun
15
Yovan P. Putra, Memori dan Pembelajaran Efektif, (Bandung: CV Yrama Widya, 2008),
hlm. 257.
14
secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya
memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima.
a. Cara Membuat Mind Map (Peta Pikiran)
Karena mind map begitu mudah dan alami, bahan-bahan untuk
membuat mind map sangatlah sedikit antara lain:
1) Kertas kosong yang tak bergaris
2) Pena dan pensil warna
3) Otak
4) Imajinasi
Cara membuat Mind Mapping adalah sebagai berikut:
1) Mulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjang nya diletakkan
mendatar. Dimulai dari tengah untuk memberi kebebasan pada otak agar
dapat menyebar ke segala wilayah dan untuk mengungkapkan dirinya
dengan lebih bebas dan alami.
2) Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Sebuah gambar dapat
memberikan seribu makna kata dan membantu dalam menggunakan
imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap
lebih fokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita.
3) Menggunakan warna. Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar.
Warna membuat mind map lebih hidup, menambah energi kepada
pemikiran kreatif, dan menyenangkan.
4) Menghubungkan gambar-gambar utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan
seterusnya. Otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengingatkan
dua atau tiga atau empat hal sekaligus. Sehingga mind mapping akan
lebih mudah di mengerti dan di ingat.
5) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. garis yang
berupa garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang lurus
dan organis, seperti cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
6) Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal
memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind map. Setiap
15
kata tunggal atau seperti pengganda, menghasilkan sederet asosiasi dan
hubungannya sendiri. Penggunaan kata tunggal, akan lebih bebas dan
lebih bisa memicu ide serta pikiran baru.
7) Menggunakan gambar. Seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna
seribu kata. Jadi bila mempunyai 10 gambar di dalam mind map maka
mind map tersebut setara dengan 10.000 kata catatan. 16
b. Kiat-kiat untuk membuat Mind Mapping (peta pikiran)
Ada beberapa kiat dalam pembuatan Mind Mapping (peta pikiran) antara lain:
1) Di tengah kertas membuat lingkaran dari gagasan utama
2) Menambahkan sebuah cabang dari pusatnya untuk tiap-tiap poin kunci
gunakan pulpen warna-warni.
3) Menuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang, kembangkan
untuk menambahkan detail-detail.
4) Menambahkan simbol dan ilustrasi.
5) Menggunakan huruf kapital
6) Menulis gagasan-gagasan penting dengan huruf yang lebih besar.
7) Menghidupkan peta pikiran Anda.
8) Menggarisbawahi kata-kata tersebut dan gunakan huruf-huruf tebal.
9) Sikap kreatif dan berani
10) Menggunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan poin-poin atau
gagasan-gagasan.
11) Membuat peta pikiran secara horisontal.17
c. Fungsi Mind Map (Peta Pikiran)
Menurut Tony Buzan, peta pikiran dapat membantu banyak hal, yaitu :
1) Merencanakan
2) Berkomunikasi
3) Menjadi lebih kreatif
4) Menyelesaikan masalah
16
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, hlm. 14-16.
17Bobi De Poter dan Mike Hernacki, Quantum Theacing Student Success (Bandung: PT.
Mizan Pustaka 2003), hlm. 157.
16
5) Memusatkan perhatian
6) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran
7) Mengingat dengan lebih baik
8) Belajar lebih cepat dan efisien
Menurut Michael Michaliko dalam buku Cracking Creative Mind
Mapping, mengatakan bahwa kegunaan peta pikiran adalah :
1) Mengaktifkan seluruh otak
2) Membereskan akal dari kekusutan mental
3) Memungkinkan kita fokus pada pokok bahasan.
4) Membantu menunjukkan hubungan antara bagian informasi-informasi
yang saling terpisah.
5) Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, dan membantu kita dalam
membandingkan.18
d. Tujuan Pembuatan Mind map (Peta Pikiran)
Peta pikiran mengajarkan cara mencatat yang sistematis dan
mendorong aliran proses berfikir yang alami, yakni dengan menciptakan
putaran umpan balik yang positif antara otak dan catatan. Potensi otak
menghasilkan gagasan yang sangat tidak terbatas. Kemampuan ini dicapai
secara maksimal jika membiarkan ide mengembara seperti air yang mengalir,
bebas belum ada keinginan untuk menatanya.19
Tujuan peta pikiran adalah menciptakan atau menangkap pikiran serta
data yang dianggap penting sesuai dengan cara sendiri, sedang membuat
catatan merupakan kegiatan mengorganisasikan pikiran sendiri (kreativ,
inovatif). Mencatat berarti meringkas pikiran orang lain seperti diekspresikan
dalam buku, artikel, ceramah dan sebagainya.20
Tujuan membuat Mind Mapping adalah untuk mengingat segala
sesuatu yang dipikirkan dalam pikiran yang berangkat dari gagas sentral.
18
Tony Buzan, Buku Pintar Mind Map, hlm. 6.
19P. Pasaribu, T. Lukman, Melipat gandakan Potensi Otak Teknik Praktis Melejitkan Daya
Ingat, (Jakarta: Gramedia 2005), hlm. 69.
20P. Pasaribu, T. Lukman, Melipat gandakan Potensi Otak Teknik Praktis Melejitkan Daya
Ingat, hlm. 70.
17
Karena pikiran akan mengeluarkan gagasan lebih cepat dari yang akan ditulis.
Maka tidak boleh ada waktu sela dalam menulis. Jika berhenti akan melihat
pena atau pensil bergetar diatas kertas. 21
e. Manfaat Mind Mapping
Ada beberapa manfaat dalam penggunaan Mind Mapping atau peta
pikiran antara lain:
1) Fleksibel, jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan
suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannya
ditempat yang sesuai dalam peta pikiran Anda tanpa harus kebingungan.
2) Dapat memusatkan perhatian, Anda tidak perlu berfikir untuk menangkap
setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapat berkonsentrasi pada
gagasan-gagasannya.
3) Meningkatkan pemahaman, ketika membaca tulisan atau laporan teknik,
peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan
tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.
4) Menyenangkan, imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas. Dan hal itu
menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih
menyenangkan.22
4. Visi SETS
Pembelajaran sains di sekolah sekolah selama ini kebanyakan hanya
menekankan pada pembelajaran sainsnya saja tanpa menghubungkan dengan
unsur lain seperti teknologi, lingkungan maupun masyarakat yang tergabung
dalam SETS. Untuk itulah pembelajaran bervisi SETS memberi penekanan
penting pada kesalingterkaitan antar elemen-elemen SETS.
SETS kepanjangan dari Science, Environment, Technology and Society,
dalam bahasa Indonesia menjadi sains (ilmu pengetahuan), lingkungan, teknologi
dan masyarakat. Pada konteks pembelajaran bervisi dan bervisi SETS, urutan
SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk
teknologi (T) dalam memenuhi kebutuhan Masyarakat (S- kedua) diperlukan
21
Bobi De Poter dan Mike Hernacki, Quantum Theacing Student Success,hlm. 106.
22Bobi De Poter dan Mike Hernacki, Quantum Theacing Student Success, hlm. 172.
18
pemikiran tentang berbagai implikasinya dalam Lingkungan (E) secara fisik
maupun mental. Oleh karena itu unsur sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat saling berkaitan satu sama lain.
Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah
pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini
mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu
kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik. Sementara visi SETS
merupakan cara pembelajaran dengan cara mengaitkan aspek Sains, Lingkungan,
Teknologi dan Masyarakat yang sesuai secara timbal balik sebagai satu bentuk
keterkaitan intergratif. Dengan demikian, SETS dapat di anggap sebagai simpul
pertemuan (hub) antar berbagai (ilmu) pengetahuan yang telah dan akan diketahui
oleh manusia.23
Keterkaitan antar unsure SETS dijelaskan pada Gambar 2.2
dibawah ini:
Society
Science
Environment Technology
Gambar 2.2 Keterkaitan antar unsur SETS
a. Karakteristik Visi SETS
Ada beberapa karakteristik dari visi SETS, antara lain:
1) Tetap memberi pengajaran sains.
2) Membawa murid ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk
teknologi untuk kepentingan masyarakat.
23
Binadja Achmad,2005c, Pedoman praktis Pengembangan Rencana Pembelajaran
Berdasar Kurikulum 2004 Bervisi dan berpendekatan SETS(Science, Environment, Technology
and Society),Semarang Laboratorium SETS UNNES Semarang . Hlm.8
19
3) Meminta murid untuk berfikir tentang bagaimana kemungkinan akibat yang
terjadi dalam proses pentrasferan sains tersebut ke bentuk teknologi.
4) Meminta murid untuk menjelaskan keterkaitan antara unsur sains yang
dibincangkan dengan unsur lain SETS.
5) Membawa murid untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian
daripada menggunakan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk
teknologi berkenaan.
6) Dalam konteks kontruktivisme, murid dapat diajak berbincang tentang
SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal
bergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa yang
bersangkutan.24
b. Kelebihan Visi SETS
Dianjurkan Visi SETS tersebut adalah karena sejumlah kelebihan
berikut:
1) Visi SETS memberi peluang pada peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan sekaligus kemampuan berfikir dan bertindak berdasarkan data
analisis dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan
aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan
tak terpisah.
2) Visi SETS memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan
peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di
bidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat.
3) Visi SETS memberi kesempatan pendidik dan peserta didik untuk
mengaktualisasikan diri dengan kelebihan SETS
4) Visi SETS mengukur keberhasilan penyampaian suatu konsep dalam
pembelajaran bervisi SETS dengan adanya suatu evaluasi. Evaluasi bersifat
non konvensional yakni yang ditekankan disini bukan hanya konsep dasar
24
Binadja Ahmad, 1999.Pendidikan SETS Penerapannya pada Pada Pengajaran.Makalah
disajikan dalam Seminar Lokakarya Pendidikan SETS, Kerja sama antara SEAMEO RESCAM
dan UNNES, 14-15 Desenber 1999, hlm.6
20
tetapi juga pengembangan aplikasi konsep dasar tersebut dan
keterkaitannya dengan unsur-unsur SETS.25
Ciri Pembelajaran bervisi SETS perlu ditampilkan. Yang di maksud di sini,
konsep sains yang dipelajari tidak sekedar diperkenalkan sebagai konsep sains
murni akan tetapi dikaitkan dengan unsur lain dari SETS. Pembelajaran bervisi
SETS dapat bersifat sangat menantang , pengajaran sains bervisi SETS akan sangat
membantu perkembangan intelektual, penalaran, ketrampilan, serta inisiatif dan
kreatifitas siswa.
Di dalam pengajaran menggunakan visi SETS, Siswa diminta
menghubungkaitkan antara unsur SETS. Yang dimaksudkan adalah murid
menghubungkaitkan antara konsep sains yang di pelajari dengan benda-benda
berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain dalam SETS, sehingga
memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan
konsep tersebut dengan unsur lingkungan, teknologi, masyarakat, baik dalam
bentuk kelebihan ataupun kekurangannya.26
5. Metode Mind Mapping bervisi SETS
Metode Mind Mapping merupakan pembelajaran yang membantu siswa
untuk belajar lebih cepat, mudah dan efisien melalui pengaitan antara konsep yang
telah dimiliki. Pembelajaran itu menjadikan mengingat lebih baik (konsentrasi)
karena belajar melihat gambaran secara keseluruhan dengan imajinasi dan
asosiasi.
Visi SETS merupakan cara pandang ke depan yang membawa ke arah
pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini
mengandung aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu
kesatuan serta saling mempengaruhi secara timbal balik.27
Secara keseluruhan,
keempat unsur SETS tersebut akan selalu menyatu tak terpisahkan. Metode Mind
Mapping bervisi SETS merupakan suatu metode pembelajaran yang
memanfaatkan imajinasi dan asosiasi dengan belajar melihat gambaran secara
25
Binadja Achmad,2005c, hlm.10
26 Binadja Ahmad, 1999, hlm.24
27 Binadja Ahmad,1999, hlm.7
21
keseluruhan yang dikaitkan dengan aspek sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat sebagai satu kesatuan yang saling mempengaruhi secara timbal balik
sehingga dapat membantu siswa belajar lebih cepat, mudah dan efisien.
6. Pengertian Kimia
Chemistry is the study of matter and the changes it undergoes.28
Kimia
adalah ilmu tata susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat. Sedangkan ilmu
kimia adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Science) yang
mengambil materi (matter) sebagai objek. Yang dikembangkan oleh ilmu kimia
adalah deskripsi tentang materi, khususnya kemungkinan perubahan menjadi
benda lain (transformation of matter) secara permanen serta energi yang terlibat
dalam perubahan termaksud.29
7. Laju Reaksi
a. Kemolaran
Sering dibutuhkan penentuan konsentrasi suatu larutan secara
kuantitatif dan ada beberapa cara untuk memperoleh konsentrasi larutan secara
kuantitatif. Suatu istilah yang sangat berguna yang berkaitan dengan
stoikiometri suatu reaksi dalam larutan disebut konsentrasi molar atau
molaritas, dengan symbol M. Dinyatakan sebagai jumlah mol suatu solute
dalam larutan dibagi dengan volume larutan yang dinyatakan dalam liter.30
Molaritas =
1) Pelarutan Zat Terlarut Murni
Zat kimia di laboratorium kebanyakan berupa zat padat. Larutan
dibuat dengan mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah
tertentu. Prosedur pembuatan larutan dengan molaritas tertentu dapat
dilakukan dengan cara:
28
Raymond Chang, Chemistry, (America: Northern Arizona University, 2005), 8th
Ed., p.4.
29 I Made Sukarna, JICA Kimia Dasar 1, ( Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam UNNES), hlm. 1
30 James E. Brady, KIMIA UNIVERSITAS Asas & Struktur Jilid 1,(Jakarta: Bina rupa Aksara,1999),Hlm.98
22
a) Zat terlarut atau solut ditimbang dengan tepat, dimasukkan kedalam
labu takar.
b) Air yang sudah didestilasi ditambahkan.
c) Labu digoyang dan diputar untuk melarutkan solute.
d) Setelah iti air ditambah lagi, dengan menggunakan pipet tetes, air
ditambah hati-hati sehingga volumenya sampai pada garis yang
mengelilingi leher labu tersebut.
e) Labu ditutup kemudian dikocok agar larutan menjadi homogen.
2) Pengenceran Larutan Pekat
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut yang diperoleh volume akhir
yang lebih besar. Melalui proses ini mol solute tetap konstan dan hanya
volumenya yang bertambah. Jika molaritas larutan M dengan volume V,
akan didapatkan jumlah mol dalam solute.
M x V =
=
Karena jumlah mol solute tetap sama selama pengenceran, maka hasil
perkalian molaritas dengan volume senyawa yang semula digunakan
(MiVi) harus sma dengan hasil akhir senyawa tersebut setelah pengenceran
(MfVf). Hal ini menghasilkan persamaan: 31
MiVi = MfVf
b. Konsep Laju Reaksi
1) Pengertian laju reaksi
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi
ataupun produk dalam suatu satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau laju
bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan
dalam mol per liter tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan atmosfer,
millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan sebagai konsentrasi.
31 James E. Brady,KIMIA UNIVERSITAS Asas & Struktur Jilid 1,hlm.102-103
23
Satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari, atau bahkan tahun, bergantung
apakah reaksi itu cepat ataukah lambat.32
2) Stoikiometri laju reaksi
Bahwa dalam setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan
umum diantaranya: A B
A diumpamakan sebagai reaktan dan B sebagai produk. Persamaan ini
memberitahukan bahwa, selama berlangsungnya suatu reaksi, molekul
reaktan bereaksi sedangkan molekul produk terbentuk. Sebagai hasilnya
dapat diamati hasilnya dengan cara memantau menurunnya konsentrasi
reaktanatau meningkatnya konsentrasi produk. Menurunnya jumlah
molekul A dan meningkatnya jumlah molekul B seiring dengan
waktu.Secara umum lebih mudah menyatakan laju dalam perubahan
konsentrasi terhadap waktu. Jadi, untuk reaksi di atas laju dapat
dinyatakan sebagai:
Laju =[]
atau Laju =
[]
dengan [A] dan [B] adalah perubahan konsentrasi (dalam molaritas)
selama waktu t. Karena konsentrasi A menurun selama selang waktu
tersebut, [A] merupakan kuantitas negative. Laju reaksi adalah kuantitas
positif, sehingga tanda minus diperlukan dalam rumus laju agar lajunya
positif. Sebaliknya, laju pembentukan produk tidak memerlukan tanda
minus sebab [B] adalah kuantitas positif (konsentrasi B meningkat
seiring waktu)
Sedangkan untuk penulisan rumus laju untuk reaksi yang lebih
rumit, misalkan, reaksi: 2A B
Dua mol A menghilang untuk setiap mol B yang terbentuk. Dengan
demikian hilangnya A adalah 2 kali lebih cepat dibandingkan laju
terbentuknya B. Penulisan lajunya sebagai:
Laju = - 1
2
[]
t atau laju =
[]
32
Keenan,dkk, Kimia Untuk Universita Jilid 1,(Jakarta: Penerbit Erlangga 1984),hlm. 516
24
Untuk reaksi: aA + bB cC + dD
Lajunya reaksinya33
3) Penentuan laju reaksi
Laju reaksi rerata analog dengan kecepatan rerata mobil. Jika
rerata mobil dicatat pada dua waktu yang berbeda, maka:
Kecepatan rerata =
=
Dengan cara yang sama, laju reaksi rerata diperoleh dengan membagi
perubahan konsentrasi reaktan atau produk dengan interval waktu
terjadinya reaksi:
Laju reaksi rerata =
Jika konsentrasi diukur dalam mol L-1
dan waktu dalam detik, maka laju
reaksi mempunyai satuan mol L-1
s-1
. sebagai contoh reaksi fasa gas:
NO2 (g) + CO(g) NO(g) + CO2 (g)
NO2 dan CO dikonsumsi pada saat pembentukan NO dan CO2. Jika
sebuah kuar dapat mengukur konsentrasi NO, laju reaksi rerata dapat
diperkirakan dari nisbah perubahan konsentrasi NO, tterhadap
interval waktu, :
Laju rerata =
=
[][]
Perkiraan ini bergantung pada intervak waktu yang dipilih, sebab laju
dihasilkannya NO berubah dari waktu ke waktu. Dari data pada gambar
2.3 laju reksi rerata pada 50 detik pertama adalah:
Laju rerata =
=
0,0160 1
50 0 = 3,2 1014 11
Selama 50 detik pertama, laju rerata ialah 1,6 x 10-4
mol L-1
s-1
,
dan selama 50 detik ketiga ialah 9,6 x 10-5 mol L-1
s-1
. Jelas bahwa reaksi
melambat dengan berlalunya waktu, dan memang laju rerata bergantung
33
Raimond Cang,Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti jilid 1(Jakarta: Penerbit
Erlangga.2005),hlm.30-31
t
D
dt
C
ct
B
bt
A
a
1111
25
pada interval waktu yang dipilih, Gambar 2.3 di bawah ini menunjukkan
metode grafis untuk menentukan laju rerata. Laju rerata ialah lereng garis
lurus yang menghubungkan konsentrasi pada titik awal dan titik akhir
pada suatu interval waktu. Laju sesaat suatu reaksi diperoleh dengan
menganggap waktu yang sangat kecil, (dengan demikian nilai
yang semakin kecil). Sewaktu mendekati 0, laju menjadi lereng kurva
pada waktu t. Lereng ini ditulis sebagai turunan [NO] terhadap waktu:
Laju sesaat = 0[]+[]
=
[]
Laju sesaat suatu reaksi pada saat awal ( pada t = 0 ) disebut laju awal
reaksi tersebut.
Gambar 2.3 Metode Grafis untuk menentukan Laju Rerata34
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Factor-faktor yang mempengaruhi kelajuan suatu reaksi kimia antara lain:
1) Sifat pereaksi
Dalam suatu reaksi kimia, terjadi pemutusan ikatan dan
pembentukan ikatan baru, sehingga kelajuan reaksi harus tergantung pada
macam ikatan yang terdapat. Secara percobaan kecepatan reaksi
tergantung pada senyawa-senyawa yang melakukan reaksi bersama.
Sebagai contoh, reaksi permanganate dalam larutan bersifat asam oleh ion
34 David W Oxoby, Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm. 416-417
26
ferro, terjadi sangat cepat.
4MnO akan lenyap secepat penambahan
larutan ferro sulfat, factor yang menentukan adalah kecepatan
bercampurnya larutan. Pada keadaan lain, reduksi ion permanganate
dalam larutan yang bersifat asam oleh asam oksalat, berjalan
tidak cepat. Warna ungu karakteristik dari
4MnO tidak hilang setelah
lama larutan-larutan dicampurkan.
2) Konsentrasi
Percobaan menunjukkan bahwa kelajuan reaksi kimia yang
bersifat homogen tergantung pada konsentrasi pereaksi-pereaksi. Reaksi
homogen merupakan reaksi yang terjadi hanya dalam satu fasa. Reaksi
heterogen berjalan yang meliputi lebih dari satu fasa. Kenyataan bahwa
reaksi heterogen berbanding dengan luas permukaan antara fasa-fasa
pereaksi.
Kelajuan suatu reaksi homogen tergantung pada konsentrasi dari
pereaksi-pereaksi dalam larutan. Larutan dapat berupa cairan atau gas.
Dalam larutan, cairan konsentrasi pereaksi dapat diubah berdasarkan
penambahan pereaksi atau pengambilan pereaksi atau dengan pengubahan
volume dari system atau berdasarkan penambahan atau pengurangan
pelarut. Data reaksi antara gas hydrogen dengan nitrogen oksida pada
table 2.2 dibawah ini merupakan contoh hubungan konsentrasi dengan
laju reaksi.35
Tabel 2.2 Data percobaan antara gas hydrogen dengan nitrogen
oksida pada suhu 8000 C
Percobaan Konsentrasi molar Awal Laju awal
atm/menit NO H2
I 0,006 0,001 0,025
II 0,006 0,002 0,050
III 0,006 0,003 0,075
35 Sardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar, (Yogyakarta: UGM,2005)hlm.159-160
422 OCH
27
Dari data di atas dapat di ketahui bahwa laju reaksi berlangsung
lebih cepat jika konsentrasi pereaksi diperbesar. Sehingga kelajuan reaksi
tergantung pada konsentrasi-konsentrasi pereaksi-pereaksi, karena jumlah
tumbukan naik sesuai dengan kenaikan konsentrasi.36
3) Temperatur
Berdasarkan pengamatan pada setiap percobaan kelajuan
menunjukkan bahwa hampir menaikkan kelajuan dari setiap reaksi. Lebih
lanjut, penurunan dalam suhu akan menurunkan kelajuan dan ini tak
tergantung apakah reaksi eksoterm atau endotermis. Perubahan kelajuan
terhadap suhu dinyatakan oleh suatu perubahan dalam tetapan kelajuan
spesifik k. Untuk setiap reaksi, k naik dengan kenaikan suhu. Besarnya
kenaikan berbeda-beda dari satu reaksi dengan reaksi lainnya. 37
4) Katalisator
Katalis adalah zat yang mempengaruhi laju reaksi, yang pada akhir
reaksi didapatkan kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Ada dua
macam katalis, yaitu katalis positif (katalisator) yang berfungsi
mempercepat reaksi, dan katalis negatif yang dikenal sebagai inhibitor,
yang berfungsi memperlambat laju reaksi. Katalis positif berperanan
menurunkan energi pengaktifan, dan membuat orientasi molekul sesuai
untuk terjadinya tumbuhan. Hal ini sesuai dengan syarat terjadinya reaksi,
yaitu energi tumbukan molekul-molekul reaktan harus melampaui energi
pengaktifan dan orientasi molekul harus sesuai untuk terjadinya reaksi,
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4 dibawah ini:
36 Sardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar, hlm.170 37
Sardjono Sastrohamidjojo, Kimia Dasar,hlm.165-166
28
Gambar 2.4 teori tumbukan dengan kompleks teraktivasi
Kompleks teraktivasi adalah keadaan antara (intermediate), yang
rnempunyai energi tinggi sehingga tak stabil, dan akan cepat berubah
menjadi produk.
Banyak logam yang dapat mengikat cukup banyak molekul
molekul gas pada permukaannya, misalnya: Ni, Pt, Pada. dan V. Gaya
tarik-menarik antara atom logam dengan molekul gas dapat rnemperlemah
ikatan kovalen pada molekul gas, dan bahkan dapat memutuskan ikatan
itu. Akibatnya molekul gas yang terserap pada permukaan logam mi
menjadi lebih reaktif daripada molekul gas yang tidak terserap. Prinsip mi
adalah kerja dan katalis heterogen, yang banyak dimanfaatkan untuk
mengkatalis reaksi-reaksi gas.
Di beberapa negara maju, kendaraan bermotor telah dilengkapi
dengan katalis dan oksida logam atau paduan logam pada knalpotnya
sehingga dapat mempercepat reaksi antara gas CO dengan udara. Dalam
industri banyak dipergunakan nikel atau platina sebagai katalis pada reaksi
hidrogenasi terhadap asam lemak tak jenuh.
d. Teori Tumbukan
Menurut teori ini, reaksi kimia terjadi karena adanya molekul-molekul
yang saling bertumbukan. Laju suatu tahap reaksi sangat tergantung pada
jumlah tumbukan persatuan waktu, dan fraksi tumbukan efektif. Makin
banyak tumbukan yang terjadi akan makin cepat reaksi berlesung, namun
demikian hanya fraksi tumbukan yang efektif yang memungkinkan reaksi
cepat berlangsung. Yang dimaksud dengan tumbukan yang efektif, adalah
tumbukan antar molekul yang orientasinya sesuai dan memungkinkan untuk
menghasilkan produk. Dengan perkataan lain, hanya bila tumbukan
menghasilkan energi yang dapat melampui energi pengaktifan maka reaksi
akan dapat berlangsung.38
Gambar 2.5 dibawah ini merupakan gambar
tumbukan yang memungkinkan terjadi atau tidaknya suatu reaksi.
38
Crys Fajar Pratama, dkk, Kimia Dasar 2, (Yogyakarta: UNY, 2003), hlm. 51-57.
29
Gambar 2.5 teori tumbukan
Gambar di atas yang memungkinkan terjadinya reaksi hanya tumbukan 1yang
merupakan tumbukan efektif. Tumbukan yang menghasilkan zat baru adalah
tumbukan efektif. Tumbukan efektif dapat terjadi jika:
1. Molekul-molekul memiliki energi yang cukup agar dapat mulai bereaksi
dengan memutuskan ikatan kimia lawan, dan molekul itu sendiri ikatan
kimianya akan putus karena tumbukan dari molekul lain lawan. Energi
yang diperlukan ini dinamakan energi aktivasi (Ea), yaitu sejumlah energi
minimum yang diperlukan oleh suatu zat untuk memulai reaksi.
2. Posisi tumbukan harus tepat mengenai sasaran, sehingga ikatan kimia
lawan dan molekul itu sendiri dapat putus. Jadi putusnya ikatan kimia
memerlukan 2 hal penting, yaitu tumbukan dengan Ea dan posisi yang
tepat. Perhatikan gambar di atas, walaupun energi cukup, namun jika
posisinya tidak tepat, tidak semua energi mengenai ikatan, sehingga terjadi
pemborosan energi. Sebaliknya walaupun posisinya tepat mengenai
sasaran, namun jika energi molekul belum mencapai Ea, tumbukannya
akan pelan, sehingga gaya tarik pada ikatan kimia tidak dapat diputus.39
C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah penggunaan kombinasi metode
eksperimen dengan metode Mind Mapping bervisi SETS pada materi pokok Laju
Reaksi dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA NU 05
Brangsong Tahun Pelajaran 2011/2012.
39
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/laju_reaksi1/teori_tumbukan/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_fisika1/laju_reaksi1/teori_tumbukan/
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Adapun penjelasan mengenai PTK adalah sebagai berikut:
1. Pengertian PTK
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang didasarkan atas
empat konsep yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflection). Dalam bahasa inggris PTK di artikan dengan
Classroom Action Research (CAR).1 Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah
penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki
mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses
belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input (silabus, materi, dan lain-
lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang
terjadi di dalam kelas. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat tiga unsur atau
konsep, yaitu2:
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan metodologi
tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
b. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama pula.
Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas
atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau
1Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas,(Jakarta: Bumi Aksara,
2008),Cet.7,hlm.2
2Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas,hlm.58
31
peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.3 Bisa juga penelitian tindakan
kelas (PTK) merupakan kajian sistematik upaya perbaikan pelaksanaan praktik
pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam
pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan
tersebut.4
2. Langkah-langkah pelaksanaan PTK
PTK dilakukan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap
seperti berikut:
a. Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada PTK dimana peneliti dan
guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada
kesepakatan antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan
mengamati proses jalannya tindakan.5
b. Tindakan (pelaksanaan)
Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu
tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan,
materi apa yang diajarkan atau dibahas.6
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (Observasi) adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data)
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan
ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan, catatan lapangan, jurnal
harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, atau alat
3 Susilo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,2009),hlm.16
4 Sukarno,Penelitian Tindakan Kelas prinsip-prinsip dasar dan implementasinya,(Surakarta:
Media Perkasa,2009),hlm.1
5 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), Cet.
VII.hlm. 75.
6 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.
Indeks, 2010), Cet. 3, hlm. 39.
32
perekam elektronik. Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif,
misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya.7
d. Refleksi
Refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya
evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator yang terkait dengan suatu PTK.
Refleksi ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai
masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat
ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi.
Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya
ditentukan.8
3. Tujuan dan manfaat Penelitian Tindakan kelas (PTK)
Tujuan utama PTK adalah memecahkan permasalahan yang nyata
didalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru
dalam pengembangan profesionalnya. Pada intinya PTK bertujuan untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu
pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar.9
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran adalah:
1) Inovasi pembelajaran
2) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas
3) Peningkatan profesionalisme guru atau pendidik10
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA NU 05
Brangsong yang berjumlah 19 siswa semester I tahun ajaran 2011-2012 pada Tabel
3.1 sebagai berikut:
7 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2010), hlm. 143.
8 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagrama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT.
Indeks, 2010), Cet. 3, hlm. 40.
9 Suharsimi Arikunto,dkk Penelitian Tindakan Kelas,hlm.60
10 Susilo Penelitian Tindakan Kelas, hlm.18
33
Tabel 3.1. Daftar Nama Siswa Kelas XI SMA NU 05 Brangsong11
No Nama
1 Achmad Nasrul Ulum
2 Aliyah
3 Ana amalia
4 Khoirun Nisak
5 Diah Nuryanti
6 Haryanti
7 Isdalifah
8 Khafidatul Lutfiah
9 Kiswanto
10 Muchtar Sidiq
11 Muhammad Ikhsan
12 Rofiatun
13 Siti Anisah
14 Siti Muasaroh
15 Siti Musfirotun
16 Siti Nuriyanah
17 Slamet Sulton
18 Sri Indarwati
19 Unun Amaliyah
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA NU 05 Brangsong. Sedangkan waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan November tahun 2011, seperti pada Tabel 3.2
sebagai berikut:
Tabel 3.2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Tahapan Tanggal/Bulan Alokasi
Waktu Kegiatan
1. Observasi
Awal 03-04 Agustus
2011 2 hari
1. Wawancara dengan guru kimia kelas IX IPA.
2. Persiapan dan pencarian data yang mendukung rencana
pelaksanaan penelitian.
2. Siklus I
(pertemuan
I)
03 November
2011
2 x 45
menit 1. Penjelasan tentang materi
yang akan disampaikan
dengan menggunakan
kombinasi metode
eksperimen dengan metode
mind mapping bervisi SETS
2. Pelaksanaan pembelajaran
11
Diperoleh dari dokumentasi SMA NU 05 Brangsong
34
dengan kombinasi metode
eksperimen dengan metode
mind mapping bervisi SETS
pada materi kemolaran. 3. Siklus I
(pertemuan
II)
04 November
2011
2 x 45
menit Pelaksanaan pembelajaran
dengan kombinasi metode
eksperimen dengan metode mind
mapping bervisi SETS pada
materi konsep laju reaksi. 4. Siklus I
(pertemuan
III)
10 November
2011
2 x 45
menit Pelaksanaan tes evaluasi siklus I
5.
Siklus II
(pertemuan
I)
11 November
2011
2 x 45
menit 1. Siswa dikelompokkan
menjadi 3-4 anak
2. Siswa melakukan percobaan secara berkelompok
mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
3. Siswa mengumpulkan hasil percobaan yang di lakukan.
6. Siklus II
(pertemuan
ke II)
18 November
2011
2 x 45
menit 1. Siswa membuat Mind
mapping bervisi SETS
dengan tema faktor-faktor
yang mempengaruhi laju
reaksi dengan cara
berdiskusi.
2. Setiap kelompok mempresentasikan hasil
mind mappingnya di depan
kelas.
3. Kelompok yang tidak menjelaskan diberi
kesempatan bertanya. 7. Siklus II
(pertemuan
ke III)
23 November
2011
2x45
menit Tes evaluasi siklus II
D. Kolaborator
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi atau kerjasama antara
praktisi (guru, kepala sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman,
kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan, dan akhirnya melahirkan
kerjasama tindakan (action). Dalam pelaksanaan tindakan di dalam kelas, maka
kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi hal sangat penting.
Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-masing
35
mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan saling
melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama (kolaborasi) sangat menentukan
keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan,
melaksanakan penelitian, menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun
laporan akhir.12
Kolaborasi dalam penelitian ini, peneliti berkolaborasi dengan guru
kimia SMA NU 05 Brangsong yaitu bapak Heri Supriyanto.
E. Desain Penelitian
Berdasarkan penjelasan langkah-langkah PTK di atas, maka PTK terdiri atas
rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus ke empat tahapan tersebut
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan(observasi ), dan refleksi. Gambar
3.1 berikut adalah tahapan-tahapan pelaksanaan dalam PTK
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3.1 Kegiatan Inti Penelitian13
12
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas,hlm. 63.
13 Suharsimi Arikunto,dkk, Penelitian Tindakan Kelas,hlm.74
Permasalahan Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
Refleksi I Pengamatan/
pengumpulan
data I
Permasalahan baru hasil
refleksi
Perencanaan
tindakan I
Pelaksanaan
tindakan I
Refleksi I Pengamatan/
pengumpulan
data I
Dilanjutkan
ke siklus
berikutnya
Apabila permasalahan
belum terselesaikan
36
Penelitian ini dirancang dalam tiga tahap yaitu pra siklus, siklus1 dan siklus
2. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Dalam pra siklus ini peneliti melihat hasil belajar kimia pada mid semester
pertama yang pelaksanaannya belum menggunakan kombinasi metode eksperimen
dengan metode mind mapping bervisi SETS. Hasil belajar dan ketuntasan klasikal
pada mid semester pertama kemudian dirata-rata sebagai nilai pra siklus. Untuk
mengetahui tingkat keaktifan siswa peneliti juga menggunakan hasil mid semester
pertama data dari guru pengampu yang tidak menggunakan kombinasi metode
eksperimen dengan metode mind mapping bervisi SETS.
2. Siklus I
Rincian pada setiap kegiatan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan dalam penelitian ini adalah mencari untuk mengatasi
masalah yang timbul berdasarkan observasi awal. Perencanaan yang
dilakukan antara lain:
1) mengidentifikasikan permasalahan bersama guru kelas
2) menyusun rencana pembelajaran
3) menyusun Mind Mapping bervisi SETS yang belum lengkap, dengan
cara: Peneliti mengumpulkan bahan dan materi dari berbagai sumber,
antara lain buku-buku pelajaran yang digunakan di sekolah, internet dan
makalah. Kemudian dikonsultasikan dengan guru kelas dan dosen
pembimbing.
4) merancang dan membuat Mind Mapping bervisi SETS
5) membuat lembar observasi keaktifan siswa
6) membuat lembar observasi keaktifan guru
7) menyusun alat evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa apakah sudah
tercapai secara optimal.
37
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan ke-1
a) Guru menyiapkan fisik siswa dengan mengatur posisi yang baik dan
mengondisikan siswa agar siap belajar
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Guru memotifasi siswa dengan menjelaskan bahwa materi laju reaksi
sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari.
d) Guru mengarahkan pada siswa tentang pembelajaran yang akan
dilakukan yaitu dengan kombinasi metode eksperimen dengan metode
mind mapping bervisi SETS.
e) Guru menjelaskan cara pembuatan mind mapping bervisi SETS di
papan tulis dengan tema buah-buahan yaitu dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Memulai dengan membuat gambar yang menggambarkan arti buah-
buahan ditengah white board sebagai gambar sentral
2) Membuat beberapa cabang tebal yang memancar dari gambar
sentral, dengan menggunakan spidol warna yang berbeda-beda pada
setiap cabang
3) Menulis setiap kata kunci tunggal pada setiap cabang dengan huruf
kapital. Misalkan: warna, rasa dan bentuk.
4) Menggambar lagi cabang-cabang lanjutan yang memancar dari tiap
kata kunci tersebut dengan warna sesuai warna cabang sebelumnya.
5) Kemudian menulis kata kunci lagi pada setiap anak cabang tersebut,
yaitu untuk Warna : kuning, hijau, merah, coklat, untuk Rasa :
manis, asam dan untuk Bentuk : bulat, lonjong
6) Dari kata-kata kunci tersebut ditarik cabang-cabang lanjutan lagi
dengan spidol warna yang berbeda atau sesuai warna cabang
sebelumnya dan di beri kata kunci sesuai kata kunci sebelumnya
sebagai contoh, untuk buah yang berwarna kuning antara lain:
jeruk, mangga, pisang, dan seterusnya untuk kata kunci yang lain.
38
7) Menambahkan gambar-gambar kecil pada anak cabang yang
mewakili dan menguatkan ide-ide dengan spidol warna dan
imajinasi.
8) Dari gambar sentral diberi cabang tebal lagi dengan warna yang
berbeda dan membuat 4 lingkaran melingkar dengan anak panah
yang saling berhubungan, lingkaran 1 tentang Ilmu Pengetahuan
yang berisi vitamin, lingkaran 2 tentang Lingkungan yang berisi (a.
Buah-buahan berkurang karena di ambil dari lingkungan, b. Sampah
dari kulit buah bermanfaat untuk pupuk kompos), lingkaran 3
tentang Teknologi yang berisi jus buah dan untuk lingkaran ke-4
tentang Masyarakat yang berisi (a. kebutuhan vitamin masyarakat
terpenuhi, b. Pendapatan masyarakat bertambah)
9) Mind mapping bervisi SETS dengan tema buah-buahan sudah jadi.
f) Guru menanyakan pada siswa apakah ada yang belum jelas tentang
mind mapping yang di jelaskannya
g) Guru menjelaskan sedikit tentang kemolaran melalui diskusi informasi
h) Guru membagikan mind Mapping bervisi SETS tentang kemolaran
yang belum lengkap
i) Siswa melengkapi mind mapping bervisi SETS tentang kemolaran yang
belum lengkap tersebut.
j) Siswa yang sudah selesai melengkapi Mind mapping bervisi SETS
tentang kemolaran mempresentasikan di depan kelas
k) Siswa lain diberi kesempatan untuk bertanya
l) Guru memberikan soal untuk menguji kepahaman siswa.
m) Guru memeriksa dan menilai Mind mapping bervisi SETS tentang
kemolaran yang dilengkapi siswa
n) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum jelas
o) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari atau
memberikan konfirmasi tentang hasil eksplorasi dan elaborasi siswa
39