39

Dialog Bulan Puasa 6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

H Bakri Wahid

Citation preview

Page 1: Dialog Bulan Puasa 6
Page 2: Dialog Bulan Puasa 6

1

DIALOG

BULAN PUASA

6

Keterangan :

Selaku Pak Kyai oleh : Haji Bakri Wahid, B.A.

Daeng Naba oleh : Syamsul Marlin, B.A.

Page 3: Dialog Bulan Puasa 6

2

LAKSANAKAN :

SHALAT FARDU, PUASA DAN

BANYAK ZAKAT

DG. NABA : Kenapa ini Pak Kiay belum datang, sudah waktu

belum datang. Lebih baik saya bacakan surat-surat

dulu sambil menunggu Pak Kiay. Ini surat baru,

kami dengan identitas, nama Arifin Rasang alamat

Jl. Nuri 23B Ujung Pandang. Surat Sdr. Sudah

diterima Dengan. Nab. Selanjutnya dari Ati

Abdruryatum Hidayat, ini agak lucu sayang Pak

Kiayai tidak ada. Kan Kiay dan Babe Nab, dari

Abduryatum Jl. Belibis L No. 5. Selanjutnya

Syamsir B. Ujung Pandang. Kemudian

Mallamebasang Dengan. Gassing, di S. Minasa

Surat anda sudah kami terima. Muslimin K. Ujung

Pandang. Dari Siregar Muhammad Jl. Eteran 291

Uj. Pandang. Surat Anda sudah diterima.

Selanjutnya dari Murtin Anis, Mah. Fak. Sospol

Univ Hasanuddin UP. Selanjutnya Saleh H. Bellu

Jl. S. Walanae Uj. Pandang Dari U. Pandang lagi

dari Sr. Mangguluan UP. Surat anda sudah

diterima, jawaban bersabar. Selanjutnya dari kami

Temanggambari bapaknya Ude. Ini rupanya surat

dari Palopo Luwu. Selanjutnya Muslimin Kawasi,

td sudah ada lagi Muslimin, Uj. Pandang Surat

anda sudah diterima. Sekarang Sdr. Saut dari

Selayar. M. Hasan Zainuddin Pekalongan Jawa

Tengah. Ini sudah juga saya rasa dulu. Kenapa Pak

Kiayai belum datang ini. Mi’ra Dengan. Tapala Jl.

Page 4: Dialog Bulan Puasa 6

3

Tarakan 102 Uj. Pandang. Kemudian dari

Enrekang, Sdr. Muh. Ridwan. Selanjutnya surt dari

Kahar Masbh Campalagian daerah Mandar. Sulsel.

Dari Hajrah Uj. Pandang. Surat anda sudah

diterima. Selanjutnya dari R.H. Edy Said Jawatan

Hukum Kodam XIV HN Uj. Pandang. Surat Bapak

sudah diterima.

PAK KIAY : Assalamu'alaikum

DG. NABA : Wa alaikummusalam

PAK KIAY : Sd ada Dengan. Naba ?

DG. NABA : Ia, kenapa terlambat Pak Kiay.

PAK KIAY : Ketiduran sedikit Dengan. Naba.

DG. NABA : Tapi Pak Kiay sempat makan sahur ?

PAK KIAY : Alhamdulillah.

DG. NABA : Tidak apa-apa Pak Kiay. Disini tidak disediakan

makan sahur Pak Kiay. Dg. Naba sudah setengah

mati dari td tunggu-tunggu, sudah cemas.

Andaikata Pak Kiay tidak datang, ni surat saya

baca semua. Ini surat-surat yang saya telah baca

Pak Kiay, yang itu belum

PAK KIAY : Biar, nanti lain kali lagi.

DG. NABA : Ini terakhir dari Arif Gaffar di Uj. Pandang. Tadi

ada surat yang aneh Pak Kiay ?

PAK KIAY : Apa yang aneh ?

Page 5: Dialog Bulan Puasa 6

4

DG. NABA : Diundang makan sahur dari Afriatum Jl. Belibis,

tapi bukan Pak Kiay dia panggil.

PAK KIAY : Siapaji ?

DG. NABA : Kan Kiay dan babe Naba.

PAK KIAY : Bagus juga ya. Rupanya beliau dari mana itu.

DG. NABA : Kira-kira dari Jawa kira-kira Pak Kiay Ini Pak

Kiay jawab pertanyaan dulu. Ini minta jawaban

Pak Kiay. Ini dari Limau manis dari Blitung. Ini

pertanyaannya Pak Kiay. Bagaimana menurut

pendapat Pak Kiay jika kita ummat Islam ini ada

yang mengerjakan ibadahnya misalnya mereka

mengerjakan puasa cukup dalam sebulan,

mengerjakan sembahyang Idul Fitri dan Idul Adha

dan lain-lain amal bakti lainnya. Tetapi mereka ini

tidak mengerjakan sembahyang Fardhu. Ini Pak

Kiay bagaimana itu.

PAK KIAY : Jawabannya Dg. Naba, menjalankan ibadah puasa,

sholat, zakat Fitrah, terutama bulan puasa, selesai

puasa, ibadah sholat tidak lagi dikerjakan. Bagian

Dg. Naba mereka belum mencapai derajat taqwa.

Jadi ibadah puasanya kalau ditanya sahkan itu atau

tidak, tentu sah saja. Cuma tidak akan tercapai

keampunan dosa keseluruhannya. Karena ibadah

sholat tarawih dan sholat Fardu, itu tidak bisa

dipisah-pisahkan Dg. Naba.

DG. NABA : Dengan kata lain Pak Kiay, perbuatan itu tidak

betul. Begitukah ?

PAK KIAY : Betul

Page 6: Dialog Bulan Puasa 6

5

DG. NABA : Yang betul bagaimana Pak Kiay

PAK KIAY : Harus dia laksanakan sholat Fardu, puasa, bayar

zakat begitu Dg. Naba.

DG. NABA : Dg. Naba agak lain sedikit.

PAK KIAY : Bagaimana Dg. Naba

DG. NABA : Bukan bayar zakat, tapi terima zakat. Ini lagi Pak

Kiay (No. 2) Ada beberapa orang disekitar daerah

kami yang melakukan perkawinan. Mula-mulanya

laki-laki agama Islam perempuan agama lain.

Tetapi berhubung untuk melakukan perkawinan,

terpaksalah si perempuan ini masuk agama Islam.

Setelah mereka ini akad nikah dan sah menjadi

suami isteri, kemudian si isteri ini kembali lagi

keagamanya semula, tapi mereka ini tidak bercerai,

masih terus sebagai suami isteri. Yang ingin saya

tanyakan kepada Pak Kiay, bagaimana hukumnya

kepada mereka itu menurut pandangan Islam.

Terutama mereka bila sudah punya anak.

Bagaimana hukumnya kepada si Anak tadi apakah

anak itu dianggap anak haram, anak jadah, anak

diluar nikah.

PAK KIAY : Bagian Dg. Naba. Bila wanita masuk agama Islam,

kalau terpaksa, itu tidak benar sebab dalam agama

tidak boleh ada paksaan. Jadi dia sudah masuk

agama Islam kemudian mereka melakukan akad

nikah, sah perkawinannya. Anak yang lahir dari

perkawinan tadi, adalah anak sah. Tetapi Dg. Naba

bila si wanita kembali kepada agama yang dianut

semula, (sebelum agama Islam), itu murtad

namanya.

Page 7: Dialog Bulan Puasa 6

6

DG. NABA : O. ia. Sudah Islam, lalu keluar lagi, itu namanya

murtad. Dengan sendirinya Dg. Naba,

perkawinannya jadi batal.

DG. NABA : Perkawinannya batal, secara otomatis karena

murtadnya tadi.

PAK KIAY : Betul. Bila terjadi hubungan sex, jelas akan

dimasukkan kepada hukum zina karena

perkawinannya sudah batal.

DG. NABA : Ia, lalu hubungan sex juga berarti zina itu.

PAK KIAY : Ia, karena dia tidak ceraikan isterinya. Pada hal

istilahnya sudah otomatis cerai dengan murtadnya.

Bila lahir sesudah murtad ini, anak itu dimasukkan

dalam hukum anak zina.

DG. NABA : Anak zina, begitu ya? Tidak ada lagi Pak Kiay ?

PAK KIAY : Tidak ada lagi.

DG. NABA : Itulah jawaban Pak Kiay terhadap pertanyaan Sdr.

Nrudin tadi. Sekarang ada lagi pertanyaan Pak

Kiay, dari Yunus Ibrahim Uj. Pandang. Tapi

pertanyaannya adalah :

1. Apakah sah menurut hukum Islam seorang

perempuan Islam kawin dengan seorang laki-

laki yang bukan Islam.

PAK KIAY : Jawabnya singkat saja itu Dg. Naba, tidak sah.

DG. NABA : Tidak sah, kalau Dg. Naba, lain lagi, tidak boleh

PAK KIAY : Ini sudah banyak pertanyaan semacam ini. Sudah

banyak kita jawab.

Page 8: Dialog Bulan Puasa 6

7

DG. NABA : Kalau dibalik, bagaimana, yaitu laki-laki Islam.

PAK KIAY : Itu kita kembali kepada surat Muntahina Dg. Naba.

Sebab Tuhan memerintahkan selidiki dulu.

DG. NABA : Yang kedua, bagaimana hukumnya kalau ada

muballig Islam turut mengawinkan / merestui atau

turut menghadiri perkawinan semacam itu.

PAK KIAY : Perkawinan yang tidak sah ikut direstui, berarti

ikut berestui yang tidak dihalalkan Tuhan.

DG. NABA : Dengan kata lain merestui yang salah, tentu kita

salah. Pintar orangnya yang bertanya ini Pak Kiay,

macam-macam ditanya. Yang ketiga Pak Kiay, di

dalam dialog bulan puasa, pada kekafiran. Nabi

katakan, An Aroos Qala s.a.w. KADAL FAKRU

AYYAKUNA KUFRAN RAWAAHU AL

BAIHAQIJ. Adalah kemiskinan itu dekat kepada

kekafiran. Jadi jelas orang Islam tidak mau jadi

Kafir, dekat dari kafir tidak mau. Janganlah

dikatakan kafir, tidak mau, mendekati kekafiran

dia tidak mau. Kalau tidak mau dikatakan

mendekati kekafiran, berarti tidak mau miskin.

Kalau tidak mau miskin, harus kerja keras.

DG. NABA : Ia, kalau sudah kerja keras, harus hidup sederhana.

Yang ketiga apalagi Pak Kiay.

PAK KIAY : Yang ketiga Dg. Naba, itu ada pernah nasehat Nabi

kepada Said bin Abi Wakas. Beliau diwaktu itu

harap meninggal dunia, sudah keras. Tapi orang

kaya beliau ini, mempunyai seorang naka putri.

Diwaktu itu beliau mau mensedekahkan seperdua

hartanya, seperdua untuk anaknya dan itu sudah

Page 9: Dialog Bulan Puasa 6

8

cukup untuk seumur hidup. Nabi mencegah.

Karena nabi mencegah, dia minta seprtiga. Nabi

katakan, itu boleh. Oleh sebab itu Nabi

memberikan fatwa begini : Agar engkau

meninggalkan anakmu dalam kecukupan itu lebih

baik dari pada anakmu jadi pengemis setelah

engkau tak ada di dunia ini.

DG. NABA : O, jadi sepertiga untuk ditinggalkan boleh …

PAK KIAY : Seperti yang diambil untuk disedekahkan. Nah dua

pertiga jatuh kepada anak perempuannya itu. Pada

hal maunya terbalik. Duapertiga untuk

disedekahkan, sepertiga untuk anaknya. Nabi tidak

izinkan, akhirnya sepertiga yang disedekahkan.

DG. NABA : O .. begitu. Bagaimana bunyi peringatan itu Pak

Kiay.

PAK KIAY : Itu hadistnya tidak usaha saya bacakan, tetapi

adalagi Al Qur'an yang memberikan penjelasan

lebih jauh. Bunyi ayatnya begini :

WALYAKHSYALLA DZIENA LAUT ARAKUU

MIN HALFIHIM DZURRIYYATAN

DHI’AAFAA KHAAFUU ALAIHIM,

FALYATTAQILLAAHA WAQ UULUU

QAULAN SADIEDA”. Hendaklah kamu takut

meninggalkan orang-orang yang dibelakang kamu,

anak-anak cucu yang lemah-lemah. Lemah-lemah

disini dapat diterjemahkan Dg. Naba, lemah dalam

bidang ekonomi. Takutlah kamu kepada Allah dan

ucapkanlah kata yang benar. Ini Dg. Naba.

Page 10: Dialog Bulan Puasa 6

9

DG. NABA : O o. begitu. Jadi takutlah kamu nanti

meninggalkan anak cucu yang lemah ekonominya.

Makan dengan demikian pemalas…

PAK KIAY : Tidak ada mungkin lagi, dari orang-orang yang

menjalankan agama Islam dengan sebaik-baiknya.

Karena begitu banyak dorongan-dorongan untuk

kita bekerja. Dorongan untuk diri-sendiri,

dorongan untuk keturunan, dorongan untuk

bersedekah seperti yang dikemukakan oleh Said

bin Abi Wakas tadi, dengan dasar itu Dg. Naba

tidak mungkin orang Islam jadi pemalas. Klui dia

pemalas, mungkin dia tidak menjalankan ajaran

Islam yang sesempurna.

DG. NABA : Jadi kalau sesungguhnya, tidak bisa malas. Kalau

orang malas, artinya tidak sesungguhnya. Baik Pak

Kiay, sudah waktu, sampai disini saja Pak Kiay

saya permisi dulu, Assalamu Alaikum.

PAK KIAY : Alaikummussalam w.w.

Page 11: Dialog Bulan Puasa 6

10

PEMINDAHAN ARAH ORANG YANG

BERBEDA AGAMA

PAK KIAY : Assalamu Alaikum

DG. NABA : Alaikummussalam w.w.

PAK KIAY : sudah lm Dg. Naba.

DG. NABA : Ia, saya baca-baca ini surat Pak Kiay, banyak lagi

yang datang Pak Kiay.

PAK KIAY : Coba dari mana-mana

DG. NABA : Ini Pak Kiay dari Abd. Rahman Syarif Lasangka

dari Uj. Pandang. Ada lagi ini dari Abubakar M.

Yacub Uj. Pandang. Ini Kartu Pos, M.Hasan

Zainuddin Pekalongan Jawa Tengah. Kemudian ini

lagi dari Uj. Pandang, Burhanuddin, qside. Dan

selanjutnya M. Ali Ashar. Uj. Pandan pencinta

siaran sahur. Ini lagi Pak Kiay Alimuddin Dengan.

Ma’puji dari Luwu Malili. Selanjutnya dari Abd.

Rahman Syarif Lasangka lagi Uj. Pandang (Ini

surat kedua). Ini Saharuddin Kab. Luwu. Ada lagi

ini dari Sdr. Kaharuddin M. dari Rappang Ini lagi

dari Sultra Kendari, Muh. Syarif Dengan. Laila.

Kemudian ini dari M. Ronggawaseli Ternate

Maluku Utara. Ini M. Hamzah Saidin, Kab.

Takalar. Muhy. Basrin Hamzah Uj. Pandang Jl.

Belibis Nuraedah Bahyus Irjaya. Surat anda sudah

diterima, sudah sampai ditangan Dg. Naba,

sekarang suratnya, belum diberikan sama Pak

Kiay. Selanjutnya Kamaluddin M. di Ambon,

Page 12: Dialog Bulan Puasa 6

11

Skomdak 20 Maluku. Sahardi Tandelau

Samarinda. Kemudian dari Sayhruddin Kab.

Mamuju. Yang ini, Yasin Monowarta Biak Irjaya.

Kemudian Hasan Sandiri Uj. Pandang Kemudian

M. Sultan M.S. Manipi Sinjai Barat. Kemudian

Lase’da IRjaya (Sorong) Kemudian dari Sdr. M.

Alim Bahri Kab. Gowa Kemudian M. Ali Ashar

Uj. Pandang (sudah dua kali suratnya). Kemudian

dari Hasidin Mamente Uj. Pandang. Ini lagi Baso

Al Bin Pampang, dari Kab. Luwu Kec. Wara Luwu

Palopo. Selanjutnya dari Sudriman Fasla (dulu ada

juga ini) Uj. Pandang. Kemudian dari A. Zainuddin

S. Uj. Pandang. Husni Jl. Soma Opu Uj. Pandang.

Masih ada satu lagi Pak Kiay dari Syahruddin

Rasjid Jl. Rusa UP. Begitu surat yang diterima Pak

Kiay, barangkali besok ada lagi. Ini Pak Kiay

pertanyaan dari Biak. Dari Yasin Monowarfa, dari

Biak Irian Jy. 1. Masalah donor darah yang

berlainan agama. Misalnya si A. Beragama Islam,

sedangkan si B bukan agama Islam. Sekali waktu

si A mendapat kecelakaan yang mengakibatkan

kekurangan darah. Sedangkan darah yang akan

diberikan, adalah darah B padahal lain agama. 2.

Bagaimana pandangan menurut agama dalam hal

tersebut di atas. Dengan ini kami minta penjelasan

dari Bapak dan atas perhatian Bapak sebelumnya

kami ucapkan banyak terima kasih.

PAK KIAY : Jadi donor darah ini apakah boleh pemindahan

darah sedangkan agamanya berlainan. Perpindahan

darah Dg. Naba, karena berlainan agama, tidak

terlarang. Yang tidak boleh, pemindahan masalah

keyakinan.

Page 13: Dialog Bulan Puasa 6

12

DG. NABA : O. ia. Ia. Jadi yang menjadi masalah ialah masalah

keyakinan, bukan masalah darah. Darah itu sama

saja, tetapi keyakinan tidak sama.

PAK KIAY : Jadi agamanya berlainan, berarti keyakinan yang

berbeda. Adapun darahnya karena darah si A

cocok dengan darah si B yang sakit, hanya

agamanya berlainan, boleh pemindahan darah.

DG. NABA : Tapi Dg. Naba tambahkan, perlu diperiksa

golongan darahnya Pak Kiay. Jadi tidak asal

dipindah saja. Tapi tidak menghalangi berlainan

agama.

DG. NABA : Terima kasih Pak Kiay. Ini lagi dari Baturu 21

Agustus 75. Masalah sudah lm sekali. Ini dari Sdri.

Asli Lani. Inilah jawaban surat anda dari Pak Kiay.

Pertannyaannya dulu, sahkah puasa apabila kita

tidak melakukan shalat tarawih.

PAK KIAY : Jawabnya singkat saja Dg. Naba. Dia mengerjakan

shalat puasa, tapi tidak shalat tarwih, apakah sah

puasanya, jawabnya sah. Tetapi baru sempurna

dihapuskan Allah segala dosa-dosanya jika ia

melakukan ibadah puasa sekaligus dengan

melakukan shalat tarawih.

DG. NABA : B. Bolehkah kita melakukan shalat tarwih hanya 9

rakaat saja ? yaitu 8 rakaat tarwih tamah 1 rakaat

witir ?. Ini singkatnya saja pertanyaan saya ambil

Pak Kiay.

PAK KIAY : Jawabnya Dg. Naba, bagian, sekiranya kesempitan

waktu, maka kita boleh witir satu rakaat karena

kalau dibikin tiga rakaat, mungkin masuk waktu

Page 14: Dialog Bulan Puasa 6

13

subuh. Sedangkan witir itu harus sebelum masuk

waktu subuh. Untuk itu dapat dilakukan witir satu

rakaat, jadi jumlah rakaatnya 9.

DG. NABA : Dengan kata lain, kalau kesempitan waktu. Kalau

begitu kalau tidak kesempitan waktu, tidak boleh.

Jadi sebaiknya jangan begitu.

c. lagi, pada waktu buka puasa, dimanakah waktu

yang paling tepat ? apakah kita berbuka pada

waktu persis tenggelamnya matahari, atau liwat

sedikit.

PAK KIAY : Kalau tadi keringat keluar, ini keringat masuk.

DG. NABA : Artinya Pak Kiay, kalau keringat masuk, berarti

orangnya sakit.

PAK KIAY : jadi masuk angin

DG. NABA : Ia, lg. bolehkah orang memanah ikan dengan

berselam masuk ke dalam air di dalam keadaan

berpuasa ?

PAK KIAY : Jawabnya Dg. Naba, menyelam, memanah ikan di

dalam air, tidaklah membatalkan puasa. Asal

jangan menyelam sambil minum air.

DG. NABA : O. ia. Ia.. dengan kata lain minum air sambil

menyelam dilarang. Tetapi menyelam memanah

ikan, boleh. Selesai ini Pak Kiay. Demikian Sdri.

Asli jawaban Pak Kiay terhadap surat anda.

Mudah-mudahan lain kali ada lagi surat anda yang

lain.

PAK KIAY : Ini saja dulu Dg. Naba ?

Page 15: Dialog Bulan Puasa 6

14

DG. NABA : Ia, itu saja dulu Pak Kiay Begini, ini yang lalu

tentang Remaja.

PAK KIAY : O… puasa kaitannya dengan pembinaan remaja.

Apanya Dg. Naba mau tanyakan.

DG. NABA : Apakah pada masa remaja, semacam itu (semacam

yang lalu Pak Kiay saya sudah kemukakan) sudah

diwajibkan puasa.

PAK KIAY : O, ya karena ada perobahan-perobahan tubuhnya

ini, perobahan mental.

DG. NABA : Perobahan-perobahan macam – macam ….

PAK KIAY : Jawabnya begini Dg. Naba. Sebaiknya begitu

matahari tenggelam, kita berbuka. Jangan

diliwatkan. Kalau liwat sedikit-dikit, itu biasa.

Tapi dalam Hadist Nabi, Layasuluhumma Ibhi

Maajril Fitra. Senantiasa ummat saya dalam

kebaikan sekiranay mereka segera berbuka.

Artinya tenggelam matahari, dia berbuka. Liwa

sedikit itu tidak ada soal, boleh.

DG. NABA : Ia, liwat sedikit boleh, artinya kurang sedikit juga

boleh ?

PAK KIAY : Tidak boleh kurang sedikit.

DG. NABA : Tidak boleh, Begini lagi, bolehkah atau boleh

sajakah kita mengidam-idamkan sesuatu makanan

yang kita ingin pada siang hari waktu kita puasa,

sehingga mengakibatkan tertelan air liur.

PAK KIAY : Begini, karena dibayang-bayangkan makanan,

akibatnya air liur tertelan, akhirnya dia telan untuk

Page 16: Dialog Bulan Puasa 6

15

tidak jatuh. Jawabnya menelan air liur tidak salah.

Jadi mengidam-idamkan makanan atau dengan

kata lain menghayal-hayalkan makan yang enak itu

rupanya dorongan-dorongan setan yang selalu

bisik-bisik sama dia, itu Dg. Naba, tidak usah

menghayal-hayalkan ganti itu hanyalah dengan

membaca Al Qur'an.

DG. NABA : F. lagi, benarkah bagi seseorang pekerja berat

(dimaksudkan adalah orang petani) dalam

menggarap kebunnya yang mana sudah terlampau

banyak peluhnya (keringatnya), memagrukkan

pausanya. Jadi ini orang bekerja Pak Kiay, sudah

banyak keringatnya keluar, apakah keringat keluar

itu memakruhkan puasa ?

PAK KIAY : Jawabnya tidak. Sebab keringat keluar itu tidaklah

membatalkan puasa atau memakruhkannya.

DG. NABA : Kalau keringat masuk Pak Kiay ?

PAK KIAY : bagian Dg. Naba, bahwa pada remaja sudah

memang diwajibkan menjalankan ibadah puasa.

Malah sebelum masa remaja, sudah diperintahkan

menjalankan ibadah puasa, sebagai latihan untuk

pembiasaan Dg. Naba.

DG. NABA : O, begitu, artinya masa kanak-kanak, sudah harus

dibiasakan mengerjakan ibadah puasa. Soalnya

sekarang Pak Kiay, pada umur berapa

diperintahkan berpuasa.

PAK KIAY : Didalam menjalankan puasa, tidak secara, tidak

secara konkrit dari Nabi mengenai umur, berbeda

dengan ibadah shalat Dg. Naba.

Page 17: Dialog Bulan Puasa 6

16

DG. NABA : O begitu, kalau didalam ibadah puasa, tidak ada

perintah Nabi secara konkrit. Kalau ibadah shalat,

sudah ditentukan umur dimulai menjalankan

shalat. Tentu begitu.

PAK KIAY : bentuk Dg. Naba

DG. NABA : Umur berapa ?

PAK KIAY : O, ya, didalam hadist riwayat Tarmisyi, berbunyi

begini : Muruu aoladakum fisshalaa, wahum

abanaum abanaum sab’in, wadribuhum alaiha,

wahum abanaum asri, wa farriku bainahum

filmadaji. Artinya, suruh anakmu sembahyang

dalam usia 7 tahun, pukul mereka bila

meninggalkan sembahyang dalam usia 10 tahun

Pisahkan mereka di tempat tidur.

DG. NABA : Pisah-pisahkan mereka di tempat tidur, artinya ini

bagaimana Pak Kiay.

PAK KIAY : Artinya jangan mereka setempat tidur antara anak

yang sudah usia 10 tahun dengan ibunyakah,

dengan saudaranya yang perempuan, begitu.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba. Kalau mendidik, membiasakan

sesuatu yang baik untuk diulang-ulang sampai

tertanam jadi sifat pada diri anak didik. Sedangkan

mengajar, memberikan se-mata-mata pengetahuan.

Bersifat yang baik itu harus pula dicontohkan oleh

guru kepada Murid itu Dg. Naba.

DG. NABA : Ia, pantas ada orang bilang kalau guru kencing

berdiri, murid kencing berlari.

Page 18: Dialog Bulan Puasa 6

17

PAK KIAY : Ya ada kebenaran demikian Dg. Naba. Inilah salah

satu faktor daripada kenakalan anak-anak remaja

itu guru tidak dapat memberikan percontohan yang

baik.

DG. NABA : Itu saja itu ? Tidak ada faktor lain lagi Pak Kiay ?

PAK KIAY : Tentu ada.

DG. NABA : Apa lagi Pak Kiay ?

PAK KIAY : Faktor kelima yang menjadi sebab kenakalan

anak2 , adalah faktor masyarakat Dg. Naba.

DG. NABA : Faktor masyarakat, maksud Pak Kiay bagaimana ?

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, bila di dalam suatu masyarakat

banyak contoh2 yang kurang baik,…

DG. NABA : Ia, kalau Dg. Naba, dalam masyarakat banyak

contoh2 tidak baik, bukan kurang baik, tidak baik

memang.

PAK KIAY : Banyak yang tidak baik. Ini pangkal Dg. Naba,

pangkal terciptanya kenakalan anak2. Karena di

dalam masyarakat, tidak dapat diberikan contoh

baik, tapi contoh yang tidak baik. Apalagi Dg.

Naba bila ada kesempatan bagi anak2 remaja untuk

meniru contoh2 yang tidak baik itu tadi, itu

bahaya.

DG. NABA : Antara lain contoh yang tidak baik dan yang baik

bagaimana Pak Kiay ?

PAK KIAY : Begini Dg. Naba

DG. NABA : Umpamanya ini ?

Page 19: Dialog Bulan Puasa 6

18

PAK KIAY : Saya lanjutkan dulu Dg. Naba. Ada kesempatan

bagi remaja meniru contoh2 yang tidak baik.

Apalagi remaja yang datang dari keluarga yang

memang tidak ada perhatian dari orang tua

membinanya atau dengan kata lain dari keluarga

yang kurang terbina, segeralah contoh2 tadi, dia

ikut dan dia jadi pengedar yang buruk itu ke –

tengah2 masyarakat.

DG. NABA : Ya betul, betul. Nah sekarang apa contoh yang

tidak baik Pak Kiay ? Dengan kata lain apa contoh

yang buruk itu.

PAK KIAY : Contoh2 Dg. Naba yang dalam keadaan tidak baik,

banyak saja. Tapi yang kita ambil yang dapatlah

kita lihat se-hari2. Antara lain film cabul, poster2

yang terpampang dimuka umum dengan adegan2

ciuman dan sebagainya. Bacaan2 cabul, tablet2

perangsang, yang st menarik bagi remaja yang

goncang jiwanya sebagai tapi pelarian Dg. Naba.

DG. NABA : Kalau begitu Pak Kiay, contoh2 yang Pak Kiay

buat, yang Pak Kiay kemukakan, umumnya difilem

cabul itu, bukan remaja Pak Kiay, tetapi yang tua2.

PAK KIAY : Walaupun Dg. Naba Filem2 cabul itu dibatasi

umur yaitu 17 tahun ke atas, tetapi kadang-kadang

yang 17 tahun ke atas itu, kurang terjaga, kurang

tertib. Tetapi kadang-kadang masih dapat lolos

nonton, ini disi Dg. Naba. Begitu juga persoalan

ini tentu bukan lagi persoalan masyarakat tok,

tetapi semua yang berkompeten dalam persoalan

ini tentu ikut serta.

Page 20: Dialog Bulan Puasa 6

19

DG. NABA : Memang Pak Kiay, seharusnya integrasi semua

Pak Kiay . Pak Kiay kasih penerangan baik2, tetapi

orang lain merusak, bagaimana bisa.

PAK KIAY : Itulah Dg. Naba ..

DG. NABA : Ia Dg. Naba bilang begini yang lain bilang begini,

ah rusak, tidak cocok Pak Kiay. Kalau begitu Pak

Kiay begini. Soal remaja bukan se-mata2 soal

orang tua. Dan soal remaja, bukan hanya soal

remaja tetapi soal orang tua juga.

PAK KIAY : Itu satu sama lain mempunyai kaitan. Disamping

orang tua, terlibat guru. Disamping guru, terlibat

masyarakat, itu otomatis…

PAK KIAY : Memang benar demikian Dg. Naba. Soal orang tua,

soal masyarakat dengan kata lain soal pemerintah.

Karena itu Dg. Naba di dalam Undang-undang

Pendidikan No. 5 tahun 1950 disebut ada tiga pusat

pendidikan.

DG. NABA : Ia ada tiga pusat pendidikan.

PAK KIAY : Ia yang di dalam kalimatnya, disitu dinyatakan

membentuk manusia susila, yang cakap, percaya

kepada diri sendiri, bertanggung jawab kepada

masyarakat.

DG. NABA : A. a.… tujuan pendidikan disitu dikatakan,

membentuk manusia susila, artinya yang tidak

susila perlu disingkirkan.

PAK KIAY : Ia, yang tidak susila, harus disingkirkan, perlu

dibentuk manusia susila.

Page 21: Dialog Bulan Puasa 6

20

DG. NABA : Lalu cakap, percaya kepada diri sendiri,

bertanggung jawab kepada masyarakat. Kalau

begitu tiga tujuan pendidikan, mana yang tiga itu.

Itu tadi kan tujuannya Pak Kiay ?

PAK KIAY : Dg. Naba, tadi kita sudah kemukakan di atas,

ketiga pusat pendidikan itulah : rumah tangga,

sekolah, masyarakat.

DG. NABA : O. ia.. ia.. sekolah, artinya anak-anak dididik di

sekolah, di rumah tangga.

PAK KIAY : Tapi satu sama lain Dg. Naba merupakan kaitan

kesatuan yang tidak dipisah-pisahkan Dg. Naba.

DG. NABA : Artinya ketiganya itu saling berhubungan.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba.

DG. NABA : A. apa isi dan tujuan pendidikan di rumah tangga

Pak Kiay sebaiknya.

PAK KIAY : Tadi sudah ditunjukkan tujuan pendidikan menurut

negara kita. Sekarang isi dan tujuan pendidikan

rumah tangga itu apa. Sebenarnya Dg. Naba, isi

dan tujuan pendidikan rumah tangga itu, dapat

disimpulkan kepada tiga pula. Pertama isi

pendidikan itu ialah pemantapan iman, dan

menjauhkan kemusyrikan. Itu harus dididik di

rumah tangga. Yang kedua Dg. Naba,

melaksanakan Ibadah. Jadi pendidikan di rumah

tangga, dimulai dengan menjalankan ibadah. Dan

yang ketiga, Dg. Naba, ialah pembentukan

kebiasaan yang baik atau dengan istilah akhlakul

Karima. Ini isi pendidikan rumah tangga.

Page 22: Dialog Bulan Puasa 6

21

DG. NABA : O, ia Jadi tiga. Yang pertama pemantapan iman,

dan menjauhkan kemusyrikan. Yang kedua,

menjalankan ibadah, dan yang ketiga menjalankan

akhlak yang baik.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba.

DG. NABA : A. a. ia. Tapi kurang Pak Kiay, yaitu dimana

letaknya hormat sama orang tua.

PAK KIAY : Itu Akhlak,

DG. NABA : Hormat kepada guru.

PAK KIAY : Akhlak..

DG. NABA : A. a…. disitu ?

PAK KIAY : Pokoknya Dg. Naba bisa bercerita apa ditanya

terjawab pada soal yang tiga itu. Itu isi pendidikan

rumah tangga Dg. Naba. Supaya anak tidak jadi

anak nakal.

DG. NABA : Bagaimana cara yang ditempuh dalam pematangan

iman ?

PAK KIAY : Ini Dg. Naba bertanya bagaimana cara yang

ditempuh oleh rumah tangga di dalam pemantapan

dan mematangkan iman seorang anak di rumah

tangga. Begini Dg. Naba. Contoh-contoh

pendidikan rumah tangga, itu telah digambarkan

oleh Allah s.w.t di dalam Al Qur'an. Seperti surat

Lukman ayat 12 dan banyak lagi ayat-ayat lain

seperti surat Yusuf, surat Ibrahim dan sebagainya.

DG. NABA : Nah sekarang Pak Kiay perlu diterangkan azas-

azas pendidikan Lukman di rumah tangga itu.

Page 23: Dialog Bulan Puasa 6

22

PAK KIAY : Azas-azasnya,

DG. NABA : Ia, bunyi ayatnya itu bagaimana

PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Di dalam surat itu, azas-azas

pendidikan Lukman terhadap anaknya di rumah

tangga.

DG. NABA : Ini Lukman, siapa ini Pak Kiay ?

PAK KIAY : Ini Lukmanul Hakim, tersebut di dalam Al Qur'an

DG. NABA : O, yang masuk namanya dalam Al Qur'an.

PAK KIAY : Betul

DG. NABA : O, bukan Lukman yang dekat sana itu.

PAK KIAY : Bukan Lukman pegawai itu, tetapi yang tersebut

dalam Al Qur'an. Di dalam ayat itu berbunyi

begini: Wa ideqaala luqmaanu libnihi nahua

yaidhuhu, yaa bunaya laatasyrik billaah,

inasysyirka lachulmun adhim. Suatu ketika berkata

Lukman kepada anaknya

DG. NABA : Satu saja anaknya ?

PAK KIAY : Disebutkan disini anaknya saja. Apakah atau atau

dua, Sekarang apa yang dilakukan oleh Lukman ?

Wahua Yaidhuhu Ia pengajarnya, menasehatinya.

Diantaranya, Ya Bunayya : Hai anakku, jangan kau

persekutukan Allah. Sesungguhnya

mempersekutukan Allah dengan sesuatu, adalah

sesuatu keqaliman yang amat besar.

DG. NABA : Inilah dasar-dasar pengajaran Lukman di rumah

tangganya.

Page 24: Dialog Bulan Puasa 6

23

PAK KIAY : Ia. Jadi pada ayat ini dapat kita tarik bahwa

pengajaran (azas) pendidikan rumah tangga

mengajar anaknya tentang iman, dan menjauhkan

Tuhan dipersekutukan dengan sesuatu.

DG. NABA : Saya belum dapat memahami apa yang

sesungguhnya isi dari pendidikan rumah tangga

dari ayat tersebut.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Kalau itu belum dapat Dg. Naba

fahami, baiklah saya berikan keterangan yang lebih

jauh. Pertama, bahwa pendidikan di rumah tangga

dalam pemantapan iman menurut ayat ini Dg.

Naba, ialah pengajaran, nasehat, penjelasan tentang

iman kepada ke Esaan Allah. Jadi dimantapkan ini.

Harus diyakinkan bahwa Allah itu Maha Esa, Esa

zatnya, Esa sifatnya, Esa Af alnya atau

perbuatannya. Ini diberikan penjelasan-penjelasan.

Yang kedua lagi, kemudian pemantapan iman itu

dijalankan melalui ibadah. Semuanya itu dilakukan

oleh orang tua di rumah tangga terhadap anaknya.

Jadi disuruh anak sembahyang, dia sendiri

sembahyang. Supaya realisasi dari pada iman tadi,

dapat dibuktikan melalui ibadah.

DG. NABA : Jadi kalau begitu Pak Kiay, kalau mendidik anak

bersembahyang, orang tua sembahyang.

PAK KIAY : Betul

DG. NABA : Jadi kalau begitu orang tua tidak sembahyang,

otomatis anak tidak sembahyang.

PAK KIAY : Ia, sulit

Page 25: Dialog Bulan Puasa 6

24

DG. NABA : O, ia.. ia.. jadi tidak boleh hanya menyuruh saja

PAK KIAY : Betul. Itu sudah kita jelaskan tadi, menyuruh itik

masuk air, cocok. Tetapi menyuruh kambing

masuk sungai, itu susah. Jadi diikat lehernya,

terjun dulu baru jadi. Begitu Dg. Naba….

DG. NABA : Begitu pula mendidik sembahyang.

Kalau begitu Pak Kiay nanti saja kita lanjutkan,

Assaamu Alaikum.

PAK KIAY : Alaikummussalam.

Page 26: Dialog Bulan Puasa 6

25

HAID DAN PUASA

PAK KIAY : Ah.. segar-segar perasaan Pak Kiay hari ini, eh e e

mana Dg. Naba ini belum datang juga, baiklah

saya bacakan surat-surat masuk.

Yang pertama Dg. Naba sudah pernah bacakan.

Yang kedua, ialah pertanyaan dari Sdr. Muh.

Yahya TDK, Moncobalang Gowa. Aiklah saya

bacakan pertanyaannya. Biasa saya mendengar dari

orang ataukah dari insan yang akan meninggal

dunia, bahwa sebelum sakratul maut datang, atau

sebelum nyawanya dicabut, lebih dahulu ada

tanda-tanda alamat yang dibawa langsung dari

guru tarekatnya. Bila tanda alamat sudah datang,

maka ia sudah memastikan bahwa ia akan

meninggal dunia. Karena apa yang dipelajari dari

guru, sudah ada. Mohon adfis.

Adapun tanda-tanda dari guru itu, tidak bisa kita

berpegangi, karena persoalan ini adalah persoalan

agama. Agama, bukan ajaran guru, Agama adalah

ajaran dari Allah dan Rasul. Jadi ajaran dari Allah

dan Rasul itu, berhak dipegang. Kalau ada

ketentuan dari Allah dan Rasul ,itulah yang kita

pegang. Sdr. Muh. Yahya TDK, di dalam Hadist

dinyatakan : innanafse lan tufaariqidduniya hatta

tara mag dahu til jannati au tumar. Sesungguhnya

nyawa sebelum dipisahkan dari badannya, akan

diperlihatkan kepadanya tempatnya di surga atau di

neraka. Jadi berdasarkan hadist itu, seseorang yang

berada sebelum nyawanya dicabut, dari badannya,

maka diperlihatkan tempatnya dahulu, surga

Page 27: Dialog Bulan Puasa 6

26

tempatnya atau neraka. Barulah sesudah itu

nyawanya dicabut. Antara tanda ini, ada jarak yang

panjang ada jarak yang pendek. Jadi inilah satu

tanda yang akan datang kepada orang-orang yang

akan mati. Itulah tanda yang datang dari Hadist,

yang penjelasannya dari Rasulullah. Adapun tanda-

tanda dari guru tarekat, umpamanya, belum dapat

kita benarkan sebelum dia mengemukakan

dasarnya dari Al Qur'an atau Hadist. Sebab agama

dua pendapat. Ada yang mewajibkan hukum hitan

ada pula yang memandang hukumnya cuma sunat.

Diantara ulama2 besar yang memandang hukum

hitan itu wajib, baik laki2 atau terhadap wanita.

Imam Syu’bi Aou Sa’bi, Imam Malik, Imam Syafii

termasuk Imam Achmad.

DG. NABA : Hambali tidak ?

PAK KIAY : Betul Imam Achmad bin Hambali. Malah ada satu

penetapan dari Imam Malik dan Imam Achmad,

begini : “ Ma lam Yah;tatim Lam-tajus

Imamatuhu, Faltu’bal Sahadatuhu”. Itu bukan

hadist, tetapi pendapat beliau2 itu.

DG. NABA : Artinya Pak Kiay bagaimana

PAK KIAY : Siapa2 yang tidak dihitan, tidak sah imamannya

atau Imamnya kalau dia jadi imam, dan tidak

diterima sahadatnya. Itu penetapan beliau tadi,

tetapi ini bukan hadist.

DG. NABA : ia, sekarang yang kedua Pak Kiay.

PAK KIAY : Yang kedua Dg. Naba, hitan itu sunat hukumnya

menurut pendapat Imam Abuhanipa. Ini Dg. Naba

Page 28: Dialog Bulan Puasa 6

27

sampai terjadi pendapat yang berbeda-beda itu,

karena memang ada beberapa hadist yang

membuka masalah itu.

DG. NABA : ia, bagaimana bunyi hadistnya Pak Kiay.

PAK KIAY : Diantaranya Hadist Imam Achmad dan Abu Daud

berbunyi begini : “Angka Sahri wal qufri

Wachtatin”. Artinya, cukurlah oleh engkau rambut

Jahiliyah, dan berhitanlah engkau.

DG. NABA : Cukurlah rambut Jahiliyah ? dan berhitanlah

engkau

PAK KIAY : itu hadist yang pertama. Hadist yang kedua “Man

aslama Falyahtatim” Artinya, siapa2 yang masuk

Islam, hendaklah dihitan. Dan hadist yang ketiga,

“Alhitanu sunnah firjali, mukramatun finnisa’i.

hadist riwayat Achmad dan Baihaki.

DG. NABA : Artinya Pak Kiay ?

PAK KIAY : Hitan itu sunnah pada laki2, dan kemuliaan bagi

wanita.

DG. NABA : A.A.A. kalau wanita disunnat mulia, kalau tidak

disunnat, tidak mulia.

PAK KIAY : Tidak apa2, sebagai penghormatan saja. Nah

bertolak dari hadist itu, rupanya Syafii, Syu’bii

Ausyai, Maliki dan Hambali berpegang dengan

dua hadist tadi. Sehingga beliau memandang wajib

hukum hitan. Tetapi Imam Abu Hanifah,

berpegang pada hadist yang kedua, hitan itu Cuma

sunnah.

Page 29: Dialog Bulan Puasa 6

28

DG. NABA : Sunnah bagi laki2 dan penghormatan bagi wanita.

PAK KIAY : Begitu, oleh karena itu beliau juga dizaman

Rasulullah banyak orang2 Rumawi masuk Islam

Nabi tidak perintahkan untuk sekaligus dihitan.

Nah sekarang Dg. Naba terhadap pertanyaan

Martinus, Delopes D.G. Rola, kalau kita berpegang

dengan Abu Hanifa, tentu saudara punya puasa

sudah syah. Karena hukum sunat itu Cuma sunnah

se-mata2. Tetapi kita juga lebih baik memegang

yang paling baik.

DG. NABA : Ya tentu begitu, cocok itu Pak Kiay

PAK KIAY : Ya.. tentu yang paling biak diusahakan kelak,

bagaimana supaya bisa dilaksanakan kalau kita

mencari yang paling baik.

DG. NABA : Itu yang paling baik, memang seharusnya begitu,

yang paling baik yang dicari Pak Kiay. Yang

paling baik ialah disunat. Artinya tidak usah

sekarang, kapan ada kesempatan.

PAK KIAY : Bgtl Dg. Naba.

DG. NABA : Cocokmi Pak Kiay. Tiga pertanyaan terjawab

sekaligus. Atas perhatian anda bertiga, kami

ucapkan banyak terima kasih. Juga Dg. Naba

mengucapkan terima kasih pada Pak Kiay. Terima

kasih Pak Kiay.

PAK KIAY : sama-sama

DG. NABA : Sekarang lanjutan yang lalu Pak Kiay. Tentang

binatang yang disembelih. Itu binatang disembelih

Page 30: Dialog Bulan Puasa 6

29

dengan membaca Bismillah. Kenapa bisa haram

Pak Kiay.

PAK KIAY : Ia padahal sudah dibaca Bismillah ini ?

DG. NABA : Ya.. kan ayatnya menyatakan apa yang disembelih

selain nama Allah. Nah itu sudah disembelih

dengan Bismillah artinya halalmi.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Walaupun dibaca Bismillah Dg.

Naba, tetapi maksud penyembelihan bukan yang

dikehendaki Allah. Yang penting dan ikut

menentukan hukum Dg. Naba, ialah caranya dan

tujuannya. Karena ditanya Dg. Naba, kenapa Dg.

Naba menyembelih kerbau ?

DG. NABA : karena kepalanya mau ditanam.

PAK KIAY : O begitu ? itu jawabnya toh ? Dg. Naba

menyembelih kerbau karena kepalanya mau

ditanam.

DG. NABA : Ya kalau hubungannya dengan itu, kalau tidak

dengan itu, lain kali bicaranya itu.

PAK KIAY : Ini masalahnya karena menanam kepala kerbau. Ini

kita tanya. Tadi Dg. Naba menyembelih kerbau,

kenapa ? jawabnya, kepalanya mau ditanam. Jadi

tidak akan ada penyembelian kalau tidak akan kita

tanam kepala kerbau. Itu begitu kesimpulannya.

DG. NABA : Ia begitu.

PAK KIAY : sekarang, untuk apa ditanamkan kepala kerbau ?

Page 31: Dialog Bulan Puasa 6

30

DG. NABA : Untuk makhluk2 halus yang ada di wilayah kita

supaya dia tidak marah sama orang-orang yang

lalu lintas begitu maksud Dg. Naba.

PAK KIAY : O, begitu. Sekarang Dg. Naba, kalau makhluk alus

di tempat itu marah, mau apa dia, kenapa ?

DG. NABA : Nanti diganggunya kita.

PAK KIAY : O ya, ya. Kalau di mengganggu apa akibatnya.

DG. NABA : Dia bisa bikin sakit2, pekerja2 nanti, atau

bangunan bangunan atasnya itu tidak selamat.

PAK KIAY : O begitu. Jadi gangguannya nanti ialah bisa bikin

sakit, pekerjaan atau mengganggu bagi

keselamatan bangunan. Tentu timbul pertanyaan

lagi.

DG. NABA : ia apa pertanyaannya ?

PAK KIAY : Apakah ada yang lebih berkuasa bikin sakit selain

Allah ?

DG. NABA : Kalau dihubungkan dengan iman, tidak ada Pak

Kiay

PAK KIAY : Tidak ada, disinilah nampak kemusyrikan. Itu Dg.

Naba, yang dimaksud sembelian bukan karena

Allah. Kalau bukan karena makhluk2 alus, dia

tidak menyembelih. Makhluk2 yang dikhayalkan,

mempunyai kekuasaan. Sembelian semacam itu

Dg. Naba. Walaupun dibaca Bismillah, tidak

membawa sah binatang yang disembelih. Sama

saja binatang yang dicuri kemudian disembelih,

Page 32: Dialog Bulan Puasa 6

31

dibaca Bismillah tetapi tidak sah Dg. Naba, karena

caranya, tujuannnya turut menentukan hukum.

DG. NABA : Kalau begitu Pak Kiay keterangan Pak Kiay, ini

Dg. Naba agak berpikir sedikit Pak Kiay mengenai

pertanyaan ini. Pertanyaan Muh. Idris dari Bara2

dan Takalar sudah terjawab. Kan dulu ada

pertanyaannya itu Pak Kiay.

PAK KIAY : Bagaimana pertanyaannya.

DG. NABA : Ini pertanyaan dari M. Idris. Apakah termasuk

orang yang menyembelih binatang karena Allah

tetapi yang punya binatang tadi, niatnya untuk

berhala. Dan apakah keduanya mendapat dosa ?Itu

pertanyaan yang dahulu.

PAK KIAY : Begini Dg. Naba. Pertanyaan d sdr. M. Idris dari

Bone2 Takalar, penyembelihan yang diniatkan

untuk berhala, itu sudah sama dengan yang diatas

tadi. Kalau di atas tadi, makhluk halus. Disini

berhala. Jadi hukumnya sama Dg. Naba.

DG. NABA : sama ya.

PAK KIAY : sama

DG. NABA : Apakah termasuk musyrik orang yang

menyembelih binatang dengan nama Allah tetapi

diperuntukkan kepada berhala.

PAK KIAY : memang begitu Dg. Naba, sudah benar itu.

DG. NABA : jadi sudah benar itu.

PAK KIAY : Jadi termasuklah kepada hukum musyrik orang2

yang melakukan menyembelian terhadap berhala

Page 33: Dialog Bulan Puasa 6

32

atau diuntukkan terhadap makhluk2 halus, jelas

Dg. Naba dilarag. Oleh agama.

DG. NABA : jadi dilarang yang begitu itu.

PAK KIAY : Jadi Dg. Naba, tahayyul2 semacam itulah jangan

sampai termakan oleh anak2 di rumah tangga. Oleh

sebab itu Dg. Naba, harus diberikan penjelasan

bahwa iman harus bersih dari bentuk tahayul,

hurafat. Karena tahayyul dan hurafat bertentangna

dengan iman. Bagi Dg. Naba.

DG. NABA : Nah, dulu Pak Kiay menerangkan bahwa

pendidikan rumah tangga ialah kemantapan iman,

menjauhkan pintu2 kemusyrikan antara lain

tahayyul dan hurafat. Tentang nujum, tentang

asima, sihir, Pak Kiay telah menjelaskan tahayyul,

walaupun atau contoh, tapi saya cukup mengerti.

Sekarang yang menjadi masalah yang ingin saya

ketahui nujum, ramalan2 tenung, itu apa ?

PAK KIAY : O. o. begitu, jadi mengenai tahayyul dan hurafat

Dg. Naba, sudah puas, sudah cukup. Jadi tidak

usah dijelaskan tahayyul binatang lain lagi ?

DG. NABA : Ia cukup ini. Sekarang yang menjadi, tentang

nujum, tentang ramalan, tentang tenung. Pak Kiay

PAK KIAY : Nah begini Dg. Naba, di dalam memantapkan iman

anak2 agar menjadi mu’min yang sempurna, harus

jauh dari kepercayaan tenung nujum, ramalan. Nah

sekarang Dg. Naba tanya, nujum, tenung, ramalan,

batas pengertian itu apa ?

DG. NABA : Ya, itu yang ditanay Pak Kiay

Page 34: Dialog Bulan Puasa 6

33

PAK KIAY : Batas pengertiannya, begini Dg. Naba, tenung,

nujum atau ramalan alah memberitakan sesuatu

masalah yang tidak atau dilarang oleh agama

memberitakan, serta masih itu tidak dibawa

jangkauan ilmu dan akal manusia itulah.

DG. NABA : jadi apakah ada larangan agama memberitakan

masalah gaib.

PAK KIAY : Memang Dg. Naba, karena itu ada satu firman

Allah dalam surat Jin ayat 26.

DG. NABA : Ya bagaimana bunyinay Pak Kiay ?

PAK KIAY : Bunyi firman Tuhan begini : “Alimul gaibi, Fala

Yusiru Ala gaibihi ahada Illah manir Tadanirrasuli.

Artinya, Allah yang tahu masalah gaib. Maka tidak

diberi tahukan gaibnya sesuatu itu kepada seorang,

kecuali orang yang diridoi oleh Allah sendiri dari

pada Rasul2-Nya saja. Jadi masalah gaib, hanya

Allah bukan kepada Rasul, kepada manusia lain

yang bukan Rasul, Allah tidak membukakan

persoalan yang gaib.

DG. NABA : Mana macam2 gaib itu Pak Kiay ?

PAK KIAY : Sekarang Dg. Naba bertanya, mana yang termasuk

macam2 yang gaib di dalam Al Qur'an dikatakan :

Innalaha Indahu Ilmusha. Termasuk masalah gaib

yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu manusia.

Kalau tidak ada keterangan dari Tuhan kita tidak

akan tahu ialah tentang kapan dari hari kiamat,

tidak bisa diketahui dan diramalkan oleh manusia

itu.

Page 35: Dialog Bulan Puasa 6

34

DG. NABA : Ia, kapan hari kiamat, tidak bisa ditentukan, sekian

tahun, sekian ribu tahun, sekian juta tahun, tidak

bisa manusia ramalkan. Kalau ada ramalan begitu,

tidak betul.

PAK KIAY : Yang kedua Dg. Naba, dalam Al Qur'an juga

dikatakan WAMA Tadhrina psun maataksibun

gada.

DG. NABA : Artinya ?

PAK KIAY : Kamu atau diri manusia tidak akan tahu apa yang

akan dikerjakannya besok pagi. Yang kedua Dg.

Naba, didalam Al Qur'an dikatakan ”Wama tadhir

nafsi ma ta’sibun qada.

DG. NABA : Artinya Pak Kiay ?

PAK KIAY : Kamu atau diri manusia tidak tau apa yang akan

dikerjakannya besok pagi dia membikin rencana,

tapi dia tidak bisa tahu apakah rencana itu bisa atau

tidak.

DG. NABA : O, ya itu yang dimaksud Pak Kiay, rencana di

tangan kita, tapi ketentuan di tangan Tuhan.

PAK KIAY : Betul Dg. Naba, tetapi itu sering2 juga salah2

Sengaja rapatnya ditunda baru dia bilang rencana

di tangan kita, ketentuan di tangan Tuhan. Padahal

dia sendiri putuskan ditunda rapatnya. Ini salah

memperalatkan kalimat yang tujuannya tidak tepat.

Berdasarkan ayat ini pula Dg. Naba termasuk

masalah nasib dan rezeki. Manusia tidak bisa

meramalkan bagaimana nasib seseorang, akan kaya

atau tidak, tidak bisa diramalkan.

Page 36: Dialog Bulan Puasa 6

35

DG. NABA : O. begitu Pak Kiay ? Kita tidak tahu nasib

seseorang, akankah dia, akan miskinkan dia

selama2nya, tidak bisa.

PAK KIAY : Tidak bisa.

DG. NABA : Lalu ?

PAK KIAY : Oleh sebab itu Dg. Naba, biasa orang mengatakan

kalau si A kawin dengan si A nasibnya baik.

DG. NABA : Bukan si A dengan si A Pak Kiay

PAK KIAY : Si A kawin dengan si B atau si Achm

DG. NABA : A.a.ie, kelegaan jiwa Ia,kelegaan jiwa,tidak akan

terjadi tindakan-tindakan yang menyimpang atau

kenakalan, tidak Akan membawa pelarian kepada

morvin, narkotika dan sebagainya Dg. Naba

DG. NABA : nah begini, sekarang saya sudah dapat mengambil

kesimpulan ibadat puasa kaitannya

Dengan pembiasan remaja, ialah:

1. Mengikuti suara hati menurut yang dikehendaki

Allah.

2. Dapat menahan dan mengendalikan nafsu

menurut yang dikehendaki Allah.

3. Dapat mengembalikan segala persoalan-

persoalan yang sulit kepada Tuhan dengan

mohon hidayat Tuhan sendiri.

Jadi jiwa pemuda diisi dengan jiwa keimanan.

Sekarang pertanyaan saya Pak Kiay , apakah

tidak menyuruh anaknya sadakah, dan lain-lain

kebaikan tidak disuruh.

Page 37: Dialog Bulan Puasa 6

36

PAK KIAY : Begini Dg. Naba, pasti berdosa orang tua yang

tidak menyuruh anaknya beribadah. Karena Allah

memerintahkan agar anak/isterinya diperintahkan

bershalat, dan ibadah lain. Firman Allah : Wa’nur

ah laka bishalati, Washabir alaiha : Suruhlah

keluarga engkau menjalkan shalat, dan sabarlah

engkau atas kelakuan-kelakuannya. Jadi

meninggalkan apa yang diperintahkan Allah dan

Rasulnya, tentu akan berdosa Dg. Naba.

DG. NABA : O. ada perintah Tuhan, wa’mur : Suru anakmu

sembahyang. Kalau tidak disuruh, salah kita.

PAK KIAY : Ie, jelas

DG. NABA : Ia. Ia. A… apakah ada akibat – akibatnya di dunia

Pak Kiay ? Kalau kita tidak suruh anak kita

sembahyang.

PAK KIAY : Kalau tidak menjalankan perintah Allah, pasti ada

akibat bahaya di Akhirat. Sekarang apakah di

dunia juga menimbulkan akibat-akibat kalau tidak

menjalankan perintah Tuhan Rasulnya, benar Dg.

Naba.

DG. NABA : Benar ada, bagaimana akibatnya.

PAK KIAY : Di dunia akan menerima akibat buruk, di akhirat

akan mendapat azap.

DG. NABA : Ia, di dunia akan menerima akibat buruk di akhirat

mendapat azab. Apakah akibat buruknya di dunia.

PAK KIAY : Akibat buruknya, begini Dg. Naba. Anak, isteri

yang tidak mengenal Tuhan Dg. Naba, itu tidak

akan dapat hatinya ditundukkan kepada kodrat

Page 38: Dialog Bulan Puasa 6

37

Allah. Dengan kata lain Dg. Naba, tidak

terbentuknya suatu kebiasaan yang baik, menurut

yang dikehendaki Allah. Ini berbahaya Dg. Naba.

Bahayanya di dunia, kalau di a miskin atau ditimpa

musibah, biasanya orang yang semacam ini

kehilangan pegangan, cepat jadi gila. Kalau

ditimpa nikmat, juga berbahaya.

DG. NABA : Kalau ditimpa nikmat, berbahaya juga.

PAK KIAY : Terjadilah kesombongan sebagaimana karung.

DG. NABA : O. ia. Ia. Kalau ditimpa musibah, putus asa,

jiwanya goncang, akhirnya penyakit jiwa. Kalau

diberi nikmat yang banyak, akhirnya congkak.

Baiklah Pak Kiay saya rasa waktunya telah selesai,

Assalamu Alaikum.

PAK KIAY : Wa’ Alaikummussalam w.w.

Page 39: Dialog Bulan Puasa 6