Upload
dangminh
View
282
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR SHARE (TPS)
DENGAN MEDIA RODA IMPIAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR
KELAS X SEMESTER 1 SMA N I PURWANTORO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Oleh:
RATIH PURWANINGSIH
K3308111
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Februari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR SHARE (TPS)
DENGAN MEDIA RODA IMPIAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR
KELAS X SEMESTER 1 SMA N I PURWANTORO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
RATIH PURWANINGSIH
K3308111
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Februari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ratih Purwaningsih
Nim : K330811
Jurusan/Program studi : PMIPA/Pendidikan Kimia
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “STUDI KOMPARASI METODE
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA
RODA IMPIAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X SEMESTER 1
SMA N I PURWANTORO TAHUN PELAJARAN 2012/2013” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Ratih Purwaningsih
K3308111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Januari 2013
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Drs.Sugiharto,Apt.,M.S.
NIP. 19490317 197603 1 002
Pembimbing II,
Budi Utami, S.Pd.M.Pd
NIP. 19741015 200501 2 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu
Tanggal : 6 Februari 2013
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si. .................
NIP. 19590725 198503 2 008
Sekretaris : Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. .................
NIP. 19681124 199403 1 001
Anggota I : Drs.Sugiharto,Apt.,M.S. ..................
NIP. 19490317 197603 1 002
Anggota II : Budi Utami, S.Pd., M.Pd. ..................
NIP. 19741015 200501 2 003
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Ratih Purwaningsih. K3308111. STUDI KOMPARASI METODE
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN MEDIA
RODA IMPIAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA
POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X SEMESTER 1
SMA N I PURWANTORO TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret.
Februari 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) pengaruh penggunaan
metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian terhadap
prestasi belajar siswa materi sistem periodik unsur, 2) pengaruh penggunaan
metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi
belajar siswa materi sistem periodik unsur, 3) pengaruh yang lebih baik antara
penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian
dan metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi
belajar siswa materi sistem periodik unsur.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
penelitian Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Populasi penelitian
adalah siswa kelas X semester 1 di SMA Negeri 1 Purwantoro tahun pelajaran
2012/2013 yang terdiri atas 6 kelas. Sampel terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas XB
sebagai kelas eksperimen I (metode NHT dengan media roda impian), kelas XE
sebagai kelas eksperimen II (metode TPS dengan media roda impian) dan kelas
XF sebagai kelas kontrol (metode ceramah) yang dipilih secara cluster random
sampling. Teknik pengumpulan data prestasi belajar kognitif menggunakan
metode tes sedangkan prestasi belajar afektif siswa menggunakan angket. Teknik
analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t-pihak
kanan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) terdapat
pengaruh penggunaan metode NHT dengan media roda impian terhadap prestasi
belajar siswa materi sistem periodik unsur. Hal ini ditunjukkan oleh kedua harga
thitung kelas eksperimen I dan kelas kontrol berdasarkan uji t-pihak kanan untuk
nilai kognitif (3,58) dan afektif (3,43) lebih besar dari pada ttabel = 1,67 sehingga
hipotesis nol ditolak, 2) terdapat pengaruh penggunaan metode TPS dengan media
roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem periodik unsur. Hal ini
ditunjukkan oleh kedua harga thitung kelas eksperimen II dan kelas kontrol
berdasarkan uji t-pihak kanan untuk nilai kognitif (1,88) dan afektif (1,77) lebih
besar dari pada ttabel = 1,67 sehingga hipotesis nol ditolak, 3) metode NHT dengan
media roda impian memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan metode
TPS dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem
periodik unsur. Hal ini ditunjukkan oleh kedua harga thitung kelas eksperimen I dan
kelas eksperimen II berdasarkan uji t-pihak kanan untuk nilai kognitif (2,11) dan
afektif (1,76) lebih besar dari pada ttabel = 1,67 sehingga hipotesis nol ditolak.
Kata kunci : NHT, TPS, roda impian, prestasi belajar, sistem periodik unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Ratih Purwaningsih. A COMPARATIVE STUDY OF COOPERATIVE
LEARNING METHOD USED NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
AND THINK PAIR SHARE (TPS) WITH WHEEL OF FORTUNE MEDIA
ON THE LEARNING ACHIEVEMENT ON THE PERIODIC TABLE OF
THE ELEMENTS GRADE X SMA N 1 PURWANTORO IN THE
ACADEMIC YEAR OF 2012/2013. Thesis, Teacher Training and Education
Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. January 2013.
The objectives of research are to find out (1) the influence of NHT
method with wheel of fortune media on learning achievement on the periodic
table of the elements, (2) the influence of TPS method with wheel of fortune
media on learning achievement on the periodic table of the elements, and (3)
better influence between NHT and TPS method wih wheel of fortune media on
learning achievement on the periodic table of the elements.
This study employed an experimental method with “Randomized Control
Group Pretest-Posttest Design”. The population in this research was the X graders
of SMA N 1 Purwantoro in the academic year of 2012/2013 consisting of 6
classes. The sample consisted of 3 classes: XB science as experiment I class
(NHT with wheel of fortune media), XE science as II experiment class (TPS with
wheel of fortune media) and XF science as control class (lecture method); all
samples were taken using cluster random sampling. Technique of collecting data
used was test method for data on cognitive learning achievement, and
questionnaire was used for collecting data on student affective learning
achievement. The technique of analyzing data used for hypothesis testing was t-
test right side.
Based on the result of research, it could be concluded that (1) there was
an influence the use of NHT method with wheel of fortune to improve the
learning achievement on the periodic table of the elements. It could be seen from
the tobs values in experiment I and control classes based on t-test right side of 3,58
for cognitive value and 3,43 for affective value higher than ttable = 1,67 so that the
null hypothesis was not supported, (2) there was an influence the use of TPS
method with wheel of fortune to improve the learning achievement on the periodic
table of the elements. It could be seen from the tobs values in experiment I and
control classes based on t-test right side of 1,88 for cognitive value and 1,77 for
affective value higher than ttable = 1,67 so that the null hypothesis was not
supported, (3) the use of NHT method with wheel of fortune give better influence
achievement of student than TPS method with wheel of fortune on the learning
achievement on the periodic table of the elements. It could be seen from the tobs
values in experiment I and II classes based t-test right side of 2,11 for cognitive
value and 1,76 for affective value higher than ttable = 1,67, so that the null
hypothesis was not supported.
Keywords: NHT, TPS , wheel of fortune, learning achievement, periodic table of
the elements.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari urusan, kerjakan dengan sungguh – sungguh urusan yang lain”.
(Q.S.Al Insyirah : 6-7)
“Ketahuilah bahwa kemenangan itu akan diperoleh dengan kesabaran dan
kegembiraan itu akan diperoleh setelah bersusah payah, serta setelah kesusahan
pasti akan ada kemudahan”
(Hadist Riwayat Al-Turmidzi)
“Syukuri dan sayangi apa yang kamu miliki sekarang”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Ayah dan Ibuku tercinta atas doa dan
dukungannya
Kedua adikku Irma dan Arif tersayang
serta Mas Tulus yang selalu
menyemangatiku
Teman-teman P. Kimia 2008 PMIPA FKIP
UNS
Sahabat-sahabatku yang selalu menemani
Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada
waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dalam
kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D., selaku Ketua Jurusan PMIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Sugiharto, Apt. M.S. , selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga
memperlancar penulisan skripsi ini.
5. Ibu Budi Utami, S.Pd. M.Pd. , selaku pembimbing II yang juga telah memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Drs.H. Hasyim Koiman, M.Pd., selaku Kepala SMA N 1 Purwantoro
yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Ibu Ayu Kartikasari, S.Pd., selaku guru mata pelajaran kimia SMA N !
Purwantoro yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Siswa-siswi kelas XB, XE, XF SMA N 1 Purwantoro atas bantuan dan
kerjasamanya.
9. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan fasilitas dan do’a restu
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Mahasiswa kimia angkatan 2008 PMIPA FKIP UNS terimakasih untuk semua
bantuan, doa dan dukungannya
11. Teman-teman kos Griya Sri Tanjung (Nadin, Rahma, Nila, Lala) terimakasih
atas bantuan, dukungan dan semangatnya.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih
jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Januari 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. v
HALAMAN ABSTRAK...................................................................................... vi
HALAMAN ABSTRACT.................................................................................... vii
HALAMAN MOTTO........................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... ix
KATA PENGANTAR.......................................................................................... x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 9
A. Kajian pustaka .................................................................................. 9
1. Studi Komparasi ......................................................................... 9
2. Belajar ........................................................................................ 9
3. Pembelajaran Kooperatif............................................................ 12
4. Metode Numbered Heads Together (NHT) ............................... 14
5. Metode Think Pair Share (TPS) ................................................ 14
6. Metode Ceramah ........................................................................ 15
7. Prestasi Belajar ........................................................................... 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
8. Roda Impian ............................................................................... 18
9. Sistem Periodik Unsur ............................................................... 19
B. Penelitian yang Relevan ................................................................... 28
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 29
D. Hipotesis .......................................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 34
1. Tempat penelitian ....................................................................... 34
2. Waktu penelitian ........................................................................ 34
B. Metode Penelitian ............................................................................ 35
1. Variabel Penelitian ..................................................................... 36
2. Prosedur penelitian ..................................................................... 36
C. Populasi dan Teknik Pengambilan sampel....................................... 37
1. Populasi ...................................................................................... 37
2. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38
1. Metode Tes ................................................................................. 38
2. Metode Angket ........................................................................... 38
E. Instrumen Penelitian ........................................................................ 39
1. Instrumen Penilaian Kognitif ..................................................... 39
a. Uji Validitas ........................................................................ 39
b. Uji Reliabilitas ..................................................................... 40
c. Uji Taraf Kesukaran Soal .................................................... 41
d. Uji Daya Pembeda ............................................................... 42
2. Instrumen Penilaian Afektif ....................................................... 43
a. Uji Validitas ........................................................................ 44
b. Uji Reliabilitas .................................................................... 45
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 46
1. Uji Prasyarat Analis ................................................................... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
a. Uji Keseimbangan ................................................................ 46
b. Uji Normalitas ...................................................................... 46
c. Uji Homogenitas .................................................................. 47
2. Uji Hipotesis .............................................................................. 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN ......................................................................... 50
A. Deskripsi Data .................................................................................. 50
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis .................................................. 59
C. Hasil Pengujian Hipotesis ................................................................ 62
D. Pembahasan Analisis Data ............................................................... 67
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................................... 77
A. Simpulan .......................................................................................... 77
B. Implikasi .......................................................................................... 77
C. Saran ................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
LAMPIRAN ......................................................................................................... 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pengelompokan Unsur Triade Dobereiner ......................................... 20
Tabel 2.2 Daftar Oktaf Newland ........................................................................ 20
Tabel 2.3 Penetapan Golongan dan Periode ...................................................... 24
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 35
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif ......................................... 40
Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif .......................................... 41
Tabel 3.4 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif.................................. 42
Tabel 3.5 Rangkuman Daya Pembeda Soal ....................................................... 43
Tabel 3.6 Skor Penilaian Afektif ........................................................................ 44
Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif ........................................... 45
Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif ............................................ 46
Tabel 4.1 Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif Siswa ......... 50
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Kognitif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Kontrol ........................................................ 51
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Kontrol ........................................................ 52
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Kognitif Siswa Pada Kelas
Eksperimen II dan Kelas Kontrol ....................................................... 53
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Siswa Pada Kelas
Eksperimen II dan Kelas Kontrol ....................................................... 54
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Kognitif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II .............................................. 56
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II .............................................. 57
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Kognitif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I, Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol ..................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I, Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol ..................... 59
Tabel 4.10 Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Materi Sistem Periodik Unsur 60
Tabel 4.11 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Sistem Periodik
Unsur
61
Tabel 4.12 Hasil Uji t-Matching Nilai Ujian IPA SMP ....................................... 62
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Kontrol ........................................................ 63
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen II dan Kelas Kontrol ....................................................... 64
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II .............................................. 64
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas Eksperimen
I dan Kelas Kontrol ............................................................................ 65
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas Eksperimen
II dan Kelas Kontrol ........................................................................... 66
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas Eksperimen
I dan Kelas Kontrol ............................................................................ 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Sistem Periodik Modern .................................................................. 22
Gambar 2.2 Nilai Keelektronegatifan ................................................................. 27
Gambar 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 34
Gambar 4.1 Histogram Selisih Nilai dari Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Kontrol ..................................................... 51
Gambar 4.2 Histogram Nilai dari Prestasi afektif Siswa pada Kelas Eksperimen
I dan Kelas Kontrol ......................................................................... 52
Gambar 4.3 Histogram Selisih Nilai dari Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas
Eksperimen II dan Kelas Kontrol .................................................... 54
Gambar 4.4 Histogram Nilai dari Prestasi afektif Siswa pada Kelas Eksperimen
II dan Kelas Kontrol ........................................................................ 55
Gambar 4.5 Histogram Selisih Nilai dari Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II ........................................... 56
Gambar 4.6 Histogram Nilai dari Prestasi afektif Siswa pada Kelas Eksperimen
I dan Kelas Eksperimen II ............................................................... 57
Gambar 4.7 Histogram Selisih Nilai dari Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas
Eksperimen I, Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol .................. 58
Gambar 4.8 Histogram Nilai Prestasi Afektif Siswa pada Kelas Eksperimen I,
Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol .......................................... 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus .......................................................................................... 84
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................................. 87
Lampiran 3 Kisi-Kisi Soal Kognitif ................................................................. 200
Lampiran 4 Instrumen Kognitif ....................................................................... 214
Lampiran 5 Lembar Jawab Try Out Dan Kognitif ........................................... 222
Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Aspek Kognitif ................................... 224
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Afektif ................................................................... 225
Lampiran 8 Angket Afektif .............................................................................. 230
Lampiran 9 Kunci Jawaban Instrumen Aspek Afektif ..................................... 243
Lampiran 10 Perhitungan Validitas Isi Aspek Kognitif ..................................... 244
Lampiran 11 Perhitungan Validitas Isi Aspek Afektif ....................................... 246
Lampiran 12 Hasil Wawancara Observasi ......................................................... 248
Lampiran 13 Daftar Kelompok Diskusi ............................................................. 251
Lampiran 14 Perhitungan Jumlah Siswa yang Belum Mencapai Batas Tuntas
Materi Sistem Periodik Unsur Kelas X SMA N 1 Purwantoro
Tahun Pelajaran 2011/2012 .......................................................... 253
Lampiran 15 Uji Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran
Instrumen Aspek Kognitif ............................................................ 256
Lampiran 16 Uji Reliabilitas Instrumen Aspek Afektif ..................................... 261
Lampiran 17 Data Induk Penelitian ................................................................... 266
Lampiran 18 Daftar Nilai Ujian IPA SMP Kelas X SMA N 1 Purwantoro
Tahun Pelajaran 2011/2012 .......................................................... 269
Lampiran 19 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Siswa ..................................... 272
Lampiran 20 Uji Normalitas .............................................................................. 280
Lampiran 21 Uji Homogenitas ........................................................................... 292
Lampiran 22 Uji t-Matching .............................................................................. 296
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Lampiran 23 Uji t-Pihak Kanan ......................................................................... 299
Lampiran 24 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 305
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan.
Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas,
damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus
selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan
bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik.
Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan
martabat manusia Indonesia. Untuk mencapainya, pembaharuan pendidikan di
Indonesia perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif
terhadap perubahan jaman (Nurhadi, 2004 : 1).
Dalam perkembangannya, pendidikan di Indonesia telah mengalami
beberapa pergantian kurikulum. Kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia
yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984 yang berbasis materi
(Content-Based Curicullum), kurikulum 1994 berbasis pencapaian tujuan
(Objective-Based Curicullum), kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) (Nurhadi, 2004 : 2). Dan yang saat ini digunakan adalah
kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan
kurikulum tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
Indonesia agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Dunia pendidikan tidak lepas dari keberadaan sekolah. Sekolah merupakan
suatu lembaga pendidikan yang bersifat formal yang berperan untuk memberikan
pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Dalam kurikulum KTSP,
pengembangan kurikulum diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan
pembelajaran, yakni sekolah dan satuan pendidikan. Sekolah memiliki “full
authority and responsibility” dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
misi, dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar
kompetensi, dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi,
mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan
berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta
mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah (Mulyasa,
2007: 21 ).
Mata pelajaran kimia merupakan pelajaran yang wajib bagi siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA). Bagi sebagian besar siswa, mata pelajaran kimia dirasa
sulit sehingga menyebabkan prestasi belajar rendah atau dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM). Dalam mata pelajaran kimia SMA kelas X
terdapat materi pokok sistem periodik unsur yang berisi pemahaman konsep.
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA N 1
Purwantoro yang merupakan salah satu sekolah menengah atas yang terdapat di
kabupaten Wonogiri bahwa pemahaman siswa untuk materi sistem periodik unsur
di SMA N 1 Purwantoro masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari capaian nilai
ulangan harian materi sistem periodik unsur tahun pelajaran 2011/2012, lebih dari
40 % siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
yang ditetapkan yaitu 68 untuk mata pelajaran kimia. Selain itu, nilai rata-rata dua
kelas dari enam kelas juga masih dibawah KKM yaitu 63,82 dan 63,03 (Lampiran
14).
Dari data tersebut dapat diidentifikasi kemungkinan permasalahan yang
menyebabkan prestasi belajar siswa rendah yaitu penggunaan metode ceramah
dalam menyampaikan materi. Menurut Cranton dalam Zaini,dkk (2007 : 92)
menyatakan bahwa merode ceramah identik dengan apa yang dikenal dengan
Instructor-Centered Method yang artinya guru merupakan satu-satunya orang
yang bertanggung jawab terhadap penyampaian materi kepada siswa. Sehingga
dalam metode ceramah pembelajaran hanya terpusat pada guru (teacher centered),
akibatnya siswa menjadi pasif. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari
ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru sebab apa yang diberikan guru
adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai siswa pun akan
tergantung pada apa yang dikuasai guru (Sanjaya, 2010 : 148). Selain itu, pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
proses pembelajaran di SMA N 1 Purwantoro masih kurang dalam penggunaan
media pembelajaran sebagai alat bantu dalam mencapai tujuan pembelajaran
sehingga siswa terkadang merasa bosan. Faktor lain yang mungkin dapat
menyebabkan prestasi siswa rendah yaitu pembelajarannya masih bersifat
individual. Akibatnya siswa tidak dapat bertukar pikiran dengan siswa lain dan
hanya terpacu pada pengetahuan yang dimiliki masing-masing.
Karakteristik materi sistem periodik unsur berisi hafalan yang memerlukan
pemahaman konsep pada siswa. Kemampuan siswa dalam memahami materi ini
tentu saja berbeda-beda. Ada siswa yang mudah memahami materi dan ada siswa
yang sulit memahami materi. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya yang dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi dengan baik. Yaitu dibutuhkan
metode pembelajaran yang sesuai dan penggunaan media pembelajaran sebagai
penunjang untuk mempermudah dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk dapat mengoptimalkan prestasi belajar siswa agar mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) maka diperlukan perubahan strategi dalam
pembelajaran yaitu dari yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi
berpusat pada siswa (student centered). Dengan pembelajaran yang berpusat pada
siswa ini, hasil belajar akan lebih bermakna. Siswa juga dapat mengembangkan
potensi dan bakat yang dimiliki dengan lebih maksimal. Tetapi seorang guru juga
harus memperhatikan metode pembelajaran dan media yang sesuai. Kesesuaian
dalam penggunaan metode dan media pembelajaran ini akan membangkitkan
motivasi dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Metode dan media
pembelajaran yang digunakan juga harus kreatif agar siswa tidak mudah lupa
dengan apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan yaitu
dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif ditandai oleh struktur tugas, tujuan, dan reward
yang kooperatif. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk mengerjakan tugas
yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas itu (Arends, 2001 : 5). Pembelajaran kooperatif
merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
memahami konsep materi pelajaran (Slavin, 2008 : 4). Sehingga diharapkan
dalam pembelajaran siswa menjadi aktif dan prestasi belajar siswa akan
meningkat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tanel dan Erol
(2008:132) pada jurnalnya yang berjudul Effect of Cooperative Learning on
Instructing Magnetism: Analysis of an Experimental Teaching Sequence,
menyatakan bahwa pembelajaran dengan cooperative learning lebih berhasil dari
pembelajaran konvensional, maka dalam penelitian ini akan digunakan metode
pembelajaran kooperatif yang diharapkan sesuai dengan materi sistem periodik
unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro.
Terdapat dua metode struktural dalam pembelajaran kooperatif, yaitu
metode Numbered Heads Together (NHT) dan metode Think Pair Share (TPS).
Metode struktural ini dapat dilakukan dengan cepat dan singkat. Kedua metode ini
merupakan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keterampilan
sosial, kemampuan akademik dan ketergantungan positif. Kedua metode
pembelajaran ini dapat diaplikasikan pada semua mata pelajaran dalam semua
tingkat usia siswa. Di samping itu NHT dan TPS merupakan metode pembelajaran
kooperatif yang relatif sederhana sehingga tidak memerlukan persiapan khusus
dari guru dibandingkan dengan metode-metode kooperatif lainnya serta mudah
dalam pengelolaan kelas (Kuncoro, 2011 : 7).
Metode Numbered Heads Together (NHT) dipilih untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa karena metode ini melibatkan siswa untuk aktif dan
bertanggung jawab dalam memahami materi pelajaran baik secara kelompok
maupun individual. Selain itu dalam metode NHT siswa dituntut untuk kreatif
dalam berfikir sehingga materi yang diperoleh tidak hanya terbatas dari
penyampaian guru. Metode NHT ini didalamnya juga terdapat diskusi kelompok
yang dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi
sehingga dapat tercipta kerjasama yang baik diantara siswa yang satu dengan yang
lainnya. Metode NHT ini memiliki kelebihan antara lain dapat tercipta suasana
koordinasi dimana siswa akan saling berkomunikasi, saling mendengarkan, saling
berbagi, saling memberi dan menerima, yang mana keadaan tersebut akan
memupuk jiwa, sikap dan perilaku yang pada akhirnya mampu membawa dampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
positif (Kusumojanto dan Herawati, 2009 : 85). Selain itu metode pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) ini juga memiliki kelemahan antara lain
suasana di kelas menjadi ramai, dan tidak kondusif akibatnya pembelajarannya
kurang efektif. Jadi, guru harus mampu untuk mengendalikan keadaan di kelas
(Kusumojanto dan Herawati, 2009 : 93). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Lago dan Nawang (2007) yang berjudul Influence of Cooperative Learning
on Chemistry Students’Achievement,Self-efficacy and Attitude menyimpulkan
bahwa metode pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads
Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang kimia,
efektifitas diri siswa dalam belajar, dan sikap terhadap kimia dibandingkan
dengan metode ceramah diskusi, maka diharapkan penggunaan metode Numbered
Heads Together (NHT) dalam penelitian ini dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro.
Selain metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT), metode
pembelajaran Think Pair Share (TPS) juga diharapkan sesuai dengan materi
sistem periodik unsur dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada
metode TPS ini siswa diberi kesempatan untuk berfikir dan merespon serta
bekerja sama dengan orang lain yang saling berpasangan sehingga siswa menjadi
aktif untuk mengemukakan ide dan pengetahuannya dengan teman pasangannya.
Adanya kerjasama dalam pasangan inilah menuntut siswa untuk berfikir dalam
memecahkan masalah secara bersama-sama. Menurut Anita Lie (2002: 46)
metode TPS mempunyai kelemahan dan kelebihan. Kelebihannya yaitu melatih
kesiapan siswa dalam menerima materi, dapat meningkatkan partisipasi antar
anggota kelompok, meningkatkan interaksi antar siswa. Sedangkan kelemahannya
yaitu ide yang muncul sedikit karena hanya terdiri dari dua orang. Kerjasama yang
terjadi dengan teman pasangan kurang terkendali sebab dalam satu kelas terdapat
banyak kelompok pasangan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Sunarto, Sumarni, Suci (2008) yang berjudul Hasil Belajar Kimia Siswa Dengan
Model Pembelajaran Metode Think-Pair-Share Dan Metode Ekspositori
menyatakan bahwa hasil belajar kimia metode Think-Pair-Share lebih baik
daripada pembelajaran metode ekspositori, maka diharapkan penggunaan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Think Pair Share (TPS) dalam penelitian ini dapat memberikan hasil prestasi
belajar siswa yang baik pada materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1
Purwantoro.
Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran agar semua siswa dapat
menerima penyampaian materi dengan baik maka digunakan media pembelajaran
sebagai penunjang dan pelengkap proses pembelajaran agar semua siswa aktif dan
suasana kelas menjadi kondusif. Pada penelitian ini digunakan media roda impian.
Roda impian merupakan permainan berupa suatu roda bernomor yang dimainkan
dengan cara diputar. Dalam roda impian siswa harus memutar roda yang berisi
nomor sesuai jumlah kelompok dan siswa harus menjawab soal sesuai nomor
kelompok masing-masing yang muncul pada saat diputar tadi sehingga siswa
dituntut aktif dan siap untuk menjawab pertanyaan. Penggunaan media roda
impian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam
pembelajaran sehingga siswa lebih fokus pada materi pelajaran dan suasana kelas
menjadi kondusif. Dengan demikian diharapkan prestasi belajar siswa akan
meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas, akan dilakukan penelitian dengan
judul : “Studi Komparasi Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numbered Heads Together) Dan TPS (Think Pair Share) Dengan Media
Roda Impian Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem
Periodik Unsur Kelas X Semester 1 SMA N 1 Purwantoro Tahun Pelajaran
2012/2013”
B. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode Numbered Heads Together
(NHT) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi
sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013?
2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode Think Pair Share (TPS)
dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem
periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun pelajaran
2012/2013?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Apakah penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media
roda impian memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan metode
Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar
siswa materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1
tahun pelajaran 2012/2013?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT)
dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem
periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun pelajaran
2012/2013 berdasarkan aspek kognitif dan aspek afektif.
2. Mengetahui pengaruh penggunaan metode Think Pair Share (TPS) dengan
media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem periodik
unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
berdasarkan aspek kognitif dan aspek afektif.
3. Mengetahui pengaruh yang lebih baik antara penggunaan metode Numbered
Heads Together (NHT) dengan media roda impian dan metode Think Pair
Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi
sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013 berdasarkan aspek kognitif dan aspek afektif.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa yang
diperoleh melalui metode pembelajaran kooperatif Numbered Heads
Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS).
b. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam mendukung
teori-teori yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan saran atau masukan kepada guru dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan
pembelajaran kimia pada materi sistem periodik unsur sehingga hasil
belajar siswa maksimal.
b. Memberikan cara yang lebih baik dalam meningkatkan hasil dan proses
belajar siswa pada materi sistem periodik unsur.
c. Bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud melakukan penelitian
sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Studi Komparasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, studi adalah kajian dan telah
ilmiah (2005 : 774) sedangkan komparasi adalah perbandingan (2005 : 479).
Menurut Poerwadarminta (1976 : 965), studi adalah pelajaran; penggunaan
waktu dan pikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan; penyelidikan. Sudjud
dalam Arikunto (1998 : 247) mengemukakan bahwa penelitian komparasi akan
dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang
benda-benda, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok,
terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja.
Dari pengertian di atas studi komparasi adalah kajian
membandingkan suatu penyelidikan yang memerlukan waktu dan pikiran untuk
memperoleh ilmu pengetahuan sehingga dapat menemukan persamaan dan
perbedaannya.
2. Belajar
Belajar tidak dapat lepas dari kehidupan manusia, bahkan dari
sejak lahir manusia telah mengalami proses belajar. Maka dari itu para ahli
berusaha menjelaskan definisi belajar yang berbeda-beda. Walaupun pada
hakekatnya definisi-definisi tersebut mempunyai pengertian yang sama.
Menurut Subakti (2010) belajar merupakan hasil usaha dari peserta
didik untuk membangun suatu pengetahuan berdasarkan pengalamannya
masing-masing. Menurut Suyono dan Hariyanto (2011 : 107) belajar
merupakan pencarian makna. Oleh sebab itu pembelajaran harus dimulai
dengan isu-isu yang mengakomodasikan siswa untuk secara aktif
mengkonstruk makna. Menurut Sutrisno dalam Suyono dan Hariyanto (2011 :
134) belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap interaksi
dengan lingkungan dengan membangun hubungan antara konsepsi yang telah
dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dari pengertian mengenai belajar di atas, tidak dapat ditentukan
definisi yang paling baik, tetapi antara definisi yang satu dengan yang lain
saling melengkapi. Jadi dapat disimpulkan belajar adalah hasil usaha untuk
membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman masing-masing melalui
suatu proses aktif pencarian makna setiap interaksi dengan lingkungan.
Keberhasilan dalam belajar tergantung kepada bermacam-macam
faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor
individual. Yang termasuk faktor individual antara lain faktor
kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial. Yang termasuk
faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan
cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar,
lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi social (Purwanto,
2002 : 102).
Beberapa teori belajar yang memberikan pandangan khusus
tentang belajar, diantaranya:
a. Teori belajar kognitivisme
Menurut teori belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan-tujuannya. Belajar menurut kognitivisme diartikan sebagai
perubahan persepsi dan pemahaman. Teori ini menekankan kebermaknaan
keseluruhan sesuatu daripada bagian-bagian, maka belajar dipandang
sebagai proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan faktor-faktor lain (Aunurrahman, 2011 : 44).
b. Teori Perkembangan Piaget
Menurut Piaget, perkembangan intelektual melalui empat tahap-
tahap berikut :
1) Tahap sensori motor 0,0 – 2, 0 tahun)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pada tahap sensori motor, anak mengenal lingkungan dengan
kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan pergerakannya.
2) Tahap pra-operasional (2,0 – 7,0)
Pada tahap pra-operasional, anak mengandalkan diri pada
persepsi tentang realitas. Ia telah mampu menggunakan simbol,
bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar dan
mengolong-golongkan.
3) Tahap operasional konkret (7,0 – 11,0 tahun)
Pada tahap operasi konkret anak dapat mengembangkan pikiran
logis. Ia dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang-kadang
memecahkan masalah secara “trial and error”.
4) Tahap operasional (11,0 – ke atas)
Pada tahap operasi formal anak dapat berfikir abstrak seperti
orang dewasa (Aunurrahman, 2011 : 44-45).
Menurut Piaget belajar akan lebih berhasil jika disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dibantu oleh pertanyaan dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari,
mengamati, dan menemukan, memungut berbagai hal dari lingkungan.
Berdasarkan konsep Piaget langkah-langkah pembelajaran meliputi
aktivitas sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Memilih materi pelajaran
3) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara aktif
4) Menentukan kegiatan belajar yang sesuai untuk topik-topik tersebut,
misalnya penelitian, memecahkan masalah, diskusi, simulasi, dan
sebagainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5) Mengembangkan metode pembelajaran untuk merangsang kreativitas
dan cara berpikir siswa
6) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suyono dan
Hariyanto, 2011 : 88).
c. Teori belajar Gagne
Teori belajar yang disusun Gagne merupakan perpaduan yang
seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada
teori pengolahan informasi. Menurut Gagne cara berpikir seseorang
tergantung pada: 1) keterampilan apa yang telah dimilikinya, 2)
keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu
tugas (Aunurrahman, 2011 : 46).
Gagne mengemukakan tahapan proses pembelajaran meliputi
delapan fase yang paling sederhana sampai dengan yang paling rumit,
yaitu sebagai berikut: 1) motivasi, 2) pemahaman, 3) pemerolehan, 4)
penyimpanan, 5) pengingatan kembali, 6) generalisasi, 7) perlakuan, dan
8) umpan balik (Suyono dan Hariyanto, 2011 : 88).
3. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antar siswa dan
saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan
penghargaan. Keberhasilan pembelajaran kooperatif tergantung dari
keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan
tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar
kelompok.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas
kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan,
dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2009 :
4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Arends ( 2001 : 5 )
sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
b. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan
tinggi.
c. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan
gender.
d. Sistem rewardnya berorientasi kelompok maupun individu.
Menurut Slavin (2009 : 10), tiga konsep penting dalam semua
metode pembelajaran kelompok yaitu:
a. Penghargaan Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan tim lainnya, jika mereka
berhasil melampaui criteria tertentu yang telah ditetapkan.
b. Tanggung Jawab Individu
Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua
anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam
membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang
dalam satu tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaiannya yang
dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya.
c. Kesempatan Sukses yang Sama
Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan
kinerja mereka dari sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan
prestasi tinggi, sedang, dan rendah, semuanya sama-sama ditantang untuk
melakukan yang terbaik, dan kontribusi dari semua anggota tim ada
nilainya.
Arends ( 2001 : 6) mengatakan bahwa ada 6 fase atau langkah
utama dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Pelajaran dimulai dengan guru membahas tujuan-tujuan pelajaran dan
membangkitkan motivasi belajar siswa.
b. Presentasi informasi, seringkali dalam bentuk teks daripada ceramah.
c. Siswa diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Siswa dibantu oleh guru, bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan
tugas-tugas.
e. Presentasi hasil akhir kelompok atau menguji segala yang sudah dipelajari
siswa.
f. Memberi pengakuan pada usaha kelompok maupun individu.
4. Metode Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together adalah pendekatan yang dikembangkan
oleh Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai
materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman
mereka tentang isi pelajaran itu. Pada saat mengarahkan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah berikut ini (Arends,
2001 : 16):
a. Langkah 1- Numbering. Guru membagi siswa menjadi beberapa tim
beranggota tiga sampai lima orang dan memberi nomor sehingga setiap
siswa pada masing-masing tim memiliki nomor 1 sampai 5.
b. Langkah 2- Questioning. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada
siswa. Pertanyaannya itu bisa sangat spesifik dan dalam bentuk pertanyan.
c. Langkah 3- Heads Together. Siswa menyatukan “kepalanya” untuk
menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu
jawabannya.
d. Langkah 4- Answering. Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari
masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya
dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.
5. Metode Think Pair Share (TPS)
Strategi think pair share timbul dari penelitian tentang cooperative
learning dan wait time. Pendekatan yang dideskripsikan di sini, yang awalnya
dikembangkan oleh Lyman (1985) dan rekan-rekannya di University of
Maryland, adalah cara efektif untuk mengubah pola wacana dalam kelas.
Pendekatan ini menantang asumsi bahwa resitasi atau diskusi perlu dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dalam setting seluruh kelompok, dan memiliki prosedur-prosedur built-in untuk
memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, untuk merespon,
dan untuk saling membantu. Sebagai contoh, seorang guru baru saja selesai
membuat presentasi pendek atau siswa sudah selesai membaca sebuah tugas
atau situasi penuh teka-teki yang dideskripsikan guru. Guru sekarang
menginginkan agar siswa menyimak baik-baik apa yang sudah dijelaskannya.
Guru memilih strategi think pair share daripada tanya jawab seluruh kelompok
(Arends, 2001 : 15-16).
Langkah-langkah metode think pair share adalah sebagai berikut:
a. Langkah 1 – Thinking. Guru mengajukan sebuah pertanyaan atau isu yang
terkait dengan pelajaran dan meminta siswa-siswanya untuk menggunakan
waktu satu menit untuk memikirkan sendiri tentang jawaban untuk isu
tersebut.
b. Langkah 2 – Pairing. Guru meminta siswa untuk berpasang-pasangan dan
mendiskusikan segala yang sudah mereka pikirkan. Interaksi selama periode
ini dapat berupa saling berbagi jawaban bila pertanyaan yang diajukan atau
berbagi ide bila sebuah isu tertentu diidentifikasi. Biasanya guru
memberikan waktu lebih dari empat atau lima menit untuk berpasangan.
c. Langkah 3 – Sharing. Dalam langkah terakhir ini, guru meminta pasangan-
pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang sudah dibicarakan bersama
pasangannya masing-masing dengan seluruh kelas. Lebih efektif bagi guru
untuk berjalan mengelilingi ruangan, dari satu pasangan ke pasangan lain
sampai seperempat atau separuh pasangan berkesempatan melaporkan hasil
diskusi mereka.
6. Metode Ceramah
Metode yang selama ini sering dan banyak digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran adalah metode ceramah. Metode ceramah dapat
diartikan sebagai cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau
penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Penggunaan metode ceramah
sangat tergantung pada kemampuan guru. Menurut Cranton dalam Zaini,dkk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(2007 : 92) menyatakan bahwa merode ceramah identik dengan apa yang
dikenal dengan Instructor-Centered Method yang artinya guru merupakan satu-
satunya orang yang bertanggung jawab terhadap penyampaian materi kepada
siswa. Sehingga dalam metode ceramah pembelajaran hanya terpusat pada guru
(teacher centered), akibatnya siswa menjadi pasif.
Menurut Sanjaya (2010 : 148), metode ceramah memiliki
kelebihan dan kelemahan. Ada beberapa kelebihan metode ceramah antara lain:
a. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.
b. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi
pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya
oleh guru dalam waktu yang singkat.
c. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
d. Melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena
sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan
ceramah.
e. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki metode ceramah, diantaranya:
a. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas
pada apa yang dikuasai guru.
b. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur kata yang baik, ceramah
sering dianggap metode yang membosankan.
c. Melalui ceramah guru sangat sulit untuk mengetahui pemahaman materi
oleh seluruh siswa.
7. Prestasi Belajar
Kata ” prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti ”hasil
usaha”. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang utama dalam sejarah
kehidupan manusia karena sepanjang kehidupanya manusia selalu mengejar
prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Kehadiran prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat
memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang
berada pada bangku sekolah (Arifin, 1990: 2-3).
Penggolongan prestasi belajar menurut Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginnya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Menurut Bloom
et al, ranah kognitif terdiri dari enam aspek (Aunnuraahman, 2009 : 49),
yaitu :
1) Pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan tentang hal-hal yang
telah dipelajari dan tersimpan di dalam ingatan. Pengetahuan tersebut
dapat berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori,
prinsip, atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap sari dan makna hal-
hal yang dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode, kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Aspek ini misalnya tampak
dalam kemampuan menggunakan prinsip.
4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya
tampak di dalam kemampuan menyusun suatu program kerja.
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan
menilai hasil karangan.
b. Ranah afektif
Ranah efektif berkenaan dengan sikap. Ranah efektif terdiri dari lima aspek
(Sudjana, 1991 : 30) yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Penerimaan (Receiving/Attending), yakni semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala, dll.
2) Jawaban atau Responding, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulasi yang datang dari luar.
3) Penilaian (Valuing) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulus.
4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem
organisasi termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain,
pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinnya.
5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang.
c. Ranah psikomotor
Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam tingkatan keterampilan (Sudjana, 1991 :
31), yaitu :
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dll.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.
8. Roda Impian
Roda impian merupakan permainan berupa suatu roda bernomor
yang dimainkan dengan cara diputar. Selain roda bernomor diperlukan juga
satu set pertanyaan dan satu set kartu jawaban. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
harus relevan dengan materi dan latihan soal ( Lestari, 2007 : 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Bermain roda impian seperti sedang mengikuti acara kuis
berhadiah oleh karena itu saat permainan berlangsung suasana diusahakan
kondusif dan semenarik mungkin. Dalam permainan ini tidak ada bantuan
huruf atau kisi-kisi jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi pelajaran.
Supaya dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi dan kerja sama
kelompok sehingga kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim.
Penguasaan materi pelajaran dan kreatifitas siswa merupakan modal untuk
bertanding. Adanya suasana yang menarik atau menyenangkan menyebabkan
para siswa bersemangat dan memacu untuk melakukan yang terbaik (Ekawati,
2010 : 22).
9. Sistem Periodik Unsur
a. Pengertian Sistem Periodik Unsur
Sistem periodik unsur adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun
dengan aturan tertentu. Pengelompokan dilakukan dengan membandingkan
sifat-sifat unsur. Dasar pertama yang digunakan untuk mengelompokkan
unsur adalah kemiripan sifat, kemudian kenaikkan massa atom, dan sekarang
berdasarkan kenaikkan nomor atom.
b. Sejarah Perkembangan Sistem Periodik Unsur
1) Pengelompokan atas Logam dan Nonlogam
Penggolongan unsur yang pertama dilakukan oleh Lavoisier
yang mengelompokkan unsur ke dalam logam dan non logam. Pada
waktu itu baru sekitar 20 jenis unsur yang sudah dikenal. Oleh karena
pengetahuan tentang sifat-sifat unsur masih sederhana, unsur-unsur
tersebut kelihatannya berbeda antara yang satu dengan yang lain,
artinya belum terlihat adanya kemiripan antara unsur yang satu dengan
yang lainnya. Tentu saja pengelompokan ini masih sangat sederhana,
sebab antara sesama logam pun masih terdapat banyak perbedaan.
2) Triade Dobereiner
Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner, seorang
professor kimia di Jerman, mengemukakan bahwa massa atom relatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
stronsium sangat dekat dengan massa rata-rata dari dua unsur lain yang
mirip dengan stronsium, yaitu kalsium dan barium. Dobereiner juga
menemukan beberapa kelompok unsur lain mempunyai gejala seperti
itu. Oleh karena itu, Dobereiner mengambil kesimpulan bahwa unsur-
unsur dapat dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok tiga unsur
yang disebutnya triade. Namun sayang, Dobereiner tidak berhasil
menunjukkan cukup banyak triade sehingga aturan tersebut bermanfaat.
Tabel 2.1. Pengelompokan unsur Triade Dobereiner
Triade Ar Rata-rata Ar Unsur
Pertama dan Ketiga
Kalsium 40
Stronsium 88
Barium 137
3) Hukum Oktaf Newlands
Pada tahun 1864, seorang ahli kimia dari Inggris bernama
A.R.Newwlans mengumumkan penemuannya yang disebut hukum
oktaf. Newlands menyusun unsure berdasarkan kenaikan massa atom
relatifnya. Ternyata unsure yang berselisih 1 oktaf (unsur ke-1 dan ke-8,
unsur ke-2 dan ke-9, dan seterusnya) menunjukkan kemiripan sifat.
Daftar unsur yang disusun Newlands berdasarkan hukum oktaf
diberikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.2 Daftar Oktaf Newland
1. H 2. Li 3. Be 4. B 5. C 6. N 7. O
8. F 9. Na 10. Mg 11. Al 12. Si 13. P 14. S
15. Cl 16. K 17. Ca 18. Cr 19. Ti 20. Mn 21. Fe
22. Co&Ni 23. Cu 24. Zn 25. Y 26. In 27. As 28. Se
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Hukum oktaf Newlands ternyata hanya berlaku untuk unsur-
unsur ringan, kira-kira sampai dengan kalsium (Ar = 40). Jika
diteruskan, ternyata kemiripan sifat terlalu dipaksakan. Misalnya, Ti
mempunyai sifat yang cukup berbeda dengan C maupun Si (Purba,
2006 : 53-54).
4) Sistem Periodik Mendeleev
Mendeleev yang pertama kali mengemukakan tabel sistem
periodik, maka ia dianggap sebagai penemu tabel sistem periodik yang
sering disebut juga sebagai sistem periodik unsur pendek. Sistem
periodik Mendeleev disusun berdasarkan kenaikan massa atom dan
kemiripan sifat. Sistem periodik Mendeleev pertama kali diterbitkan
dalam jurnal ilmiah Annalen der Chemie pada tahun 1871 ( Permana,
2009 : 23).
Mendeleev menempatkan unsur-unsur yang mempunyai
kemiripan sifat dalam satu lajur vertikal, yang disebut golongan. Lajur-
lajur horizontal, yaitu lajur unsur-unsur berdasarkan kenaikan massa
atom relatifnya, disebut periode. Sistem periodik Mendeleev ini
mempunyai kelemahan dan juga keunggulan. Kelemahan sistem ini
adalah penempatan beberapa unsur tidak sesuai dengan kenaikanmassa
atom relatifnya. Selain itu masih banyak unsur yang belum dikenal.
Sedangkan keunggulan sistem periodik Mendeleev adalah bahwa
Mendeleev berani mengosongkan beberapa tempat dengan keyakinan
bahwa masih ada unsur yang belum dikenal ( Utami,dkk, 2009 : 24).
5) Sistem Periodik Modern
Pada tahun 1914, Henry G. Moseley menemukan bahwa urutan
unsur-unsur dalam sistem periodik sesuai dengan kenaikan nomor atom
unsur. Sistem periodik unsur modern disusun berdasarkan kenaikan
nomor atom dan kemiripan sifat. Moseley berhasil menemukan
kesalahan dalam tabel periodik Mendeleev, yaitu ada unsur yang
terbalik letaknya. Penempatan Telurium dan Iodin yang tidak sesuai
dengan kenaikan massa atom relatifnya, ternyata sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kenaikan nomor atom. Sistem periodik modern bisa dikatakan sebagai
penyempurnaan sistem periodik Mendeleev. Tabel Moseley atau yang
dikenal dengan istilah Tabel Sistem Periodik Modern dapat dilihat pada
gambar 2.1 Sistem Periodik Modern.
Gambar 2.1. Sistem Periodik Modern
Jumlah periode dalam sistem periodik ada 7 dan diberi tanda
dengan angka:
Periode 1 disebut sebagai periode sangat pendek dan berisi 2 unsur.
Periode 2 disebut sebagai periode pendek dan berisi 8 unsur.
Periode 3 disebut sebagai periode pendek dan berisi 8 unsur.
Periode 4 disebut sebagai periode panjang dan berisi 18 unsur.
Periode 5 disebut sebagai periode panjang dan berisi 18 unsur.
Periode 6 disebut sebagai periode sangat panjang dan berisi 32
unsur, pada periode ini terdapat unsur Lantanida yaitu unsur nomor
58 sampai nomor 71.
Periode 7 disebut sebagai periode belum lengkap karena mungkin
akan bertambah lagi jumlah unsur yang menempatinya, sampai saat
ini berisi 24 unsur. Pada periode ini terdapat deretan unsur yang
disebut Aktinida, yaitu unsur bernomor 90 sampai nomor 103.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Nomor golongan = jumlah elektron valensi
Jumlah golongan dalam sistem periodik ada 8 dan ditandai
dengan angka Romawi. Ada dua golongan besar, yaitu golongan A
(golongan utama) dan golongan B (golongan transisi). Golongan B
terletak antara golongan IIA dan golongan IIIA.
Nama-nama golongan pada unsur golongan A
Golongan IA disebut golongan alkali
Golongan IIA disebut golongan alkali tanah
Golongan IIIA disebut golonga boron
Golongan IVA disebut golongan karbon
Golongan VA disebut golongan nitrogen
Golongan VIA disebut golongan oksigen
Golongan VIIA disebut golongan halogen
Golongan VIIIA disebut golongan gas mulia
Pada periode 6 golongan IIIB terdapat 14 unsur yang sangat
mirip sifatnya, yaitu unsur-unsur lantanida. Pada periode 7 juga berlaku
hal yang sama dan disebut unsur-unsur aktinida. Kedua seri unsur ini
disebut unsur-unsur transisi dalam. Unsur-unsur lantanida dan aktinida
termasuk golongan IIIB, dimasukkan dalam satu golongan karena
mempunyai sifat yang sangat mirip ( Permana, 2009 : 26).
6) Penetapan Golongan dan Periode
Penetapan golongan dan periode dengan cara menuliskan
konfigurasi elektron, kemudian elektron valensi (jumlah elektron pada
kulit terluar) merupakan nomor golongan. Sedangkan jumlah kulit yang
sudah berisi elektron menunjukkan periode.
Nomor periode = jumlah kulit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 2.3. Penetapan Golongan dan Periode
7) Sifat-sifat Periodik Unsur
Sifat periodik adalah sifat yang berubah secara beraturan sesuai
dengan kenaikan nomor atom, yaitu dari kiri ke kanan dalam satu
periode, atau dari atas ke bawah dalam satu golongan. Sifat-sifat
periodik meliputi jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron,
keelektronegatifan, titik cair dan titik didih.
a) Jari – jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar.
Kecenderungan jari-jari atom dalam sistem periodik yaitu:
Dari atas ke bawah dalam satu golongan, jari-jari atom semakin
besar.
Dari kiri ke kanan dalam satu periode, jari-jari atom semakin
kecil.
Besar kecilnya jari-jari atom terutama ditentukan oleh dua faktor,
yaitu jumlah kulit dan muatan inti.
Untuk unsur-unsur segolongan, semakin banyak kulit atom,
semakin besar jari-jarinya.
Untuk unsur-unsur seperiode, semakin besar muatan inti, maka
semakin kuat gaya tarik inti terhadap elektron, sehingga semakin
kecil jari-jarinya.
Unsur Konfigurasi
elektron
Jumlah
elektron
terluar
Jumlah
kulit
Golongan Periode
4Be 2 2 2 2 IIA 2
7N 2 5 5 2 VA 2
10Ne 2 8 8 2 VIIIA 2
14Si 2 8 4 4 3 IVA 3
17Cl 2 8 7 7 3 VIIA 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Energi Ionisasi
Suatu atom dapat kehilangan (melepas) elektron, sehingga
menjadi ion positif. Pelepasan elektron memerlukan energi untuk
mengatasi gaya tarik intinya. Besarnya energi yang diperlukan untuk
melepas satu elektron dari suatu atom netral dalam wujud gas
sehingga terbentuk ion berwujud gas dengan muatan +1 disebut
energi ionisasi.
Keperiodikan energi ionisasi yaitu sebagai berikut:
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin
kecil.
Dalam satu periode, dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung
bertambah.
Besar-kecilnya energi ionisasi bergantung pada besar gaya
tarik inti terhadap elektron kulit terluar, yaitu elektron yang akan
dilepaskan. Semakin kuat gaya tarik inti, semakin besar energi
ionisasi.
Dalam satu golongan, dari atas ke bawah, jari-jari atom bertambah
besar, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron terluar semakin
lemah. Oleh karena itu, energi ionisasi berkurang.
Dalam satu periode, sebagaimana telah dijelaskan ketika
membahas jari-jari atom, gaya tarik inti bertambah. Oleh karena
itu, energi ionisasi juga bertambah (Purba, 2006 : 61).
Ada beberapa perkecualian yang perlu diperhatikan. Golongan
IIA, VA, dan VIIIA ternyata mempunyai energi ionisasi yang sangat
besar, bahkan lebih besar daripada energi ionisasi unsur di sebelah
kanannya, yaitu IIIA dan VIA. Hal ini terjadi karena unsur-unsur
golongan IIA, VA, dan VIIIA mempunyai konfigurasi elektron yang
relatif stabil, sehingga elektron sukar dilepaskan (Utami,dkk, 2009 :
30).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c) Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah energi yang terlibat (dilepas atau
diserap) ketika satu elektron diterima oleh atom suatu unsur dalam
keadaan gas.
Afinitas elektron suatu unsur:
Dalam satu golongan afinitas elektron unsur dari atas ke bawah
makin berkurang. Muatan inti bertambah positif, jari-jari atom
makin besar, dan gaya tarik inti terhadap elektron yang ditangkap
makin lemah. Akibatnya afinitas elektron berkurang.
Dalam satu periode afinitas elektron unsur dari kiri ke kanan
cenderung bertambah. Muatan inti bertambah positif sedang
jumlah kulit tetap menyebabkan gaya tarik inti terhadap elektron
yang ditangkap makin kuat. Akibatnya afinitas elektron cenderung
bertambah (Harnanto, 2009 : 31-32).
d) Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kemampuan atau kecenderungan
suatu atom untuk menangkap atau menarik elektron dari atom lain.
Misalnya, fluorin memiliki kecenderungan menarik elektron lebih
kuat daripada hidrogen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
keelektronegatifan fluorin lebih besar daripada hidrogen. Konsep
keelektronegatifan ini pertama kali diajukan oleh Linus Pauling
(1901 – 1994) pada tahun 1932.
Unsur-unsur yang segolongan, keelektronegatifan makin ke
bawah makin kecil sebab gaya tarik inti makin lemah. Sedangkan
unsur-unsur yang seperiode, keelektronegatifan makin ke kanan
makin besar. Akan tetapi perlu diingat bahwa golongan VIIIA tidak
mempunyai keelektronegatifan. Hal ini karena sudah memiliki 8
elektron di kulit terluar. Jadi keelektronegatifan terbesar berada pada
golongan VIIA (Utami,dkk , 2009 : 30-31).
Unsur yang mempunyai energi ionisasi dan afinitas elektron
yang besar tentu akan mempunyai keelektronegatifan yang besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pula. Sebaliknya unsur yang mempunyai energi ionisasi dan afinitas
elektron kecil akan mempunyai keelektronegatifan yang kecil. Nilai-
nilai keelektronegatifan unsur-unsur, dapat dilihat pada gambar 2.2
berikut:
Gambar 2.2. Nilai Keelektronegatifan
e) Sifat Logam dan Nonlogam
Secara kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektropositifan,
yaitu kecenderungan atom melepas elektron membentuk ion positif.
Jadi,sifat logam akan bergantung pada energi ionisasi. Semakin besar
energi ionisasi, semakin sukar bagi atom untuk melepas elektron,
dan semakin berkurang sifat logamnya. Sebaliknya, sifat non logam
dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan atom
menarik elektron. Sesuai dengan kecenderungan energi ionisasi dan
keelektronegatifan, maka sifat logam dan nonlogam dalam sistem
periodik unsur adalah sebagai berikut:
Dari kiri ke kanan dalam satu periode, sifat logam berkurang,
sedangkan sifat nonlogam bertambah.
Dari atas ke bawah dalam satu golongan, sifat logam bertambah,
sedangkan sifat nonlogam berkurang.
Jadi, unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem
periodik unsur, sedangkan unsur nonlogam terletak pada bagian
kanan-atas. Akan tetapi, yang paling bersifat nonlogam adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
golongan VIIA, bukan golongan VIIIA. Unsur yang terletak pada
bagian tengah, yaitu unsur yang terletak di sekitar daerah perbatasan
antara logam dan nonlogam, mempunyai sifat logam sekaligus sifat
nonlogam. Unsur itu disebut unsur metaloid. Contohnya yaitu boron
dan silikon (Purba, 2006 : 65).
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain adalah
penelitian yang dilakukan oleh Tanel dan Erol (2008:132) pada jurnalnya yang
berjudul Effect of Cooperative Learning on Instructing Magnetism: Analysis of an
Experimental Teaching Sequence, menyatakan bahwa pembelajaran dengan
cooperative learning lebih berhasil dari pembelajaran konvensional. Penelitian
yang dilakukan oleh Lago dan Nawang (2007) yang berjudul Influence of
Cooperative Learning on Chemistry Students’Achievement,Self-efficacy and
Attitude menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif dengan metode
Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
bidang kimia, efektifitas diri siswa dalam belajar, dan sikap terhadap kimia
dibandingkan denagn metode ceramah diskusi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Redana (2010 : 90) dalam jurnalnya
yang berjudul “Numbered Heads Together Dalam Pembelajaran Matematika”
menyatakan bahwa metode pembelajaran Numbered Heads Together dapat
meningkatkan kreativitas siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa”.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumojanto dan Herawati (2009 : 83) yang
berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together
(NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen
Perkantoran Kelas X APK di SMK Ardjuna 01 Malang” memberikan hasil bahwa
metode Numbered Head Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dilihat pada peningkatan aktivitas belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Pietersz
dan Saragih (2010 : 432) yang berjudul Pengaruh Penggunaan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika
Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua menyimpulkan bahwa penggunaan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian yang dilakukan oleh Sunarto, Sumarni, Suci (2008) yang
berjudul Hasil Belajar Kimia Siswa Dengan Model Pembelajaran Metode Think-
Pair-Share Dan Metode Ekspositori menyatakan bahwa hasil belajar kimia
metode Think-Pair-Share lebih baik daripada pembelajaran metode ekspositori.
Penelitian yang dilakukan oleh Farichah (2009) yang berjudul Pembelajaran
Kimia Model Student Teams Achivement Divisions (STAD) dan Think Pair Share
(TPS) Dengan Memperhatikan Orientasi Kepribadian Dalam Bekerjasama (Studi
Kasus Materi Struktur Atom di SMA N 1 Cepogo Boyolali Kelas X Tahun
Pelajaran 2008/2009) menyatakan bahwa tes prestasi TPS lebih baik daripada
STAD. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro (2011) yang berjudul
Pembelajaran IPA Menggunakan Metode Kooperatif Think Pair Share (TPS) dan
Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Gaya
Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran IPA Materi Pokok Alat Optik Kelas
VIII Semester II SMP Sultan Agung 1 Tirtomoyo Tahun Pelajaran 2010/2011)
menyimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan metode kooperatif menguunakan
TPS dan NHT terhadap prestasi belajar siswa dimana metode NHT memberikan
prestasi kognitif yang lebih baik daripada TPS.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka dapat disusun kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Prestasi belajar siswa yang masih rendah dapat disebabkan karena
penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran. Di dalam metode ceramah
pembelajarannya berlangsung satu arah yaitu dari guru kepada siswa sehingga
pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher center) dan tidak terdapat
diskusi kelompok dalam pembelajaran yang membuat siswa menjadi pasif, materi
yang diperoleh siswapun terbatas hanya mengandalkan dari apa yang telah
diajarkan oleh guru. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar siswa menjadi rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa digunakan metode
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) yang dilengkapi
media pembelajaran roda impian. Dalam metode ini bentuk pembelajarannya aktif
tidak terpusat pada guru tetapi terpusat pada siswa (student center), siswa dituntut
untuk mengembangkan potensi dalam berpikir sehingga materi yang diperolehpun
tidak hanya terbatas pada guru.
Penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT) menekankan pada
kerjasama dalam diskusi kelompok yang terdiri dari 4-5 orang sehingga siswa
menjadi aktif. Dalam diskusi ini siswa dapat saling berkomunikasi, saling
membantu dalam memecahkan masalah, sehingga terbentuk suasana kerjasama
yang baik antara siswa yang satu dengan lainnya, selain itu siswa dapat
mengembangkan potensinya sendiri dalam berpikir sehingga materi yang
diperoleh tidak terbatas. Dalam metode Numbered Heads Together (NHT) siswa
juga dituntut untuk siap dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru. Media
roda impian digunakan sebagai pelengkap pembelajaran agar semua siswa aktif
dan kreatif, lebih termotivasi sehingga pembelajarannya optimal sehingga
diprediksi metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian
berpengaruh untuk meningkatkan prestasi belajar siswa baik aspek kognitif
maupun afektif.
Pembelajaran yang berlangsung satu arah membuat siswa cenderung
kurang aktif, kekurangaktifan siswa ini ditunjukkan dengan jarangnya pertanyaan
siswa kepada guru mengenai kesulitan materi pelajaran pada waktu proses belajar
mengajar. Hal ini juga membatasi siswa dalam mengemukakan pendapat, siswa
akan cepat merasa jenuh, serta siswa kurang dapat bersosialisasi dengan
temannya. Selain metode Numbered Heads Together (NHT), dalam penelitian ini
juga menggunakan metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian.
Dalam metode ini memberikan kesempatan siswa untuk aktif berfikir dalam
diskusi secara berpasangan, siswa juga dituntut untuk mengembangkan
potensinya dalam berpikir sehingga materi yang diperoleh tidak terbatas,
pembelajaran terpusat pada siswa (student center) dan melatih kesiapan siswa
dalam menjawab soal. Sama halnya pada metode NHT, media roda impian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran agar siswa aktif dan tidak
merasa cepat jenuh pada waktu proses pembelajaran sehingga diprediksi metode
Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian berpengaruh untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa baik aspek kognitif maupun afektif.
Akan tetapi pada metode NHT kerjasama diantara siswa lebih baik
daripada pada metode TPS sebab pada metode NHT jumlah siswa dalam
kelompok lebih banyak sehingga kerjasama yang terbentuk lebih baik
dibandingkan dengan metode TPS yang hanya terdiri dari dua orang. Dalam
metode NHT ide yang muncul dalam berdiskusi lebih banyak daripada metode
TPS sebab jumlah anggota dalam metode NHT lebih banyak daripada dalam
anggota metode TPS sehingga apabila jumlah anggota lebih banyak maka ide
yang muncul pun lebih banyak. Selain itu, adanya penomoran dalam metode NHT
untuk tiap siswa dalam menjawab soal sehingga tiap individu mempunyai
tanggung jawab untuk mendalami materi dibandingkan dengan metode TPS soal
dijawab secara kelompok. Berdasarkan kerangka uraian di atas diprediksi bahwa
prestasi belajar siswa menggunakan metode NHT dengan media roda impian lebih
tinggi daripada menggunakan metode TPS dengan media roda impian sehingga
penggunaan metode NHT dengan media roda impian memberikan pengaruh yang
baik daripada metode TPS dengan media roda impian terhadap prestasi belajar
siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif.
Untuk memperjelas hubungan metode pembelajaran dengan prestasi
belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Metode Ceramah
Teacher center
Siswa pasif
Tidak terdapat diskusi kelompok sehingga
prestasi belajar siswa rendah
Metode NHT Dengan Media
Roda Impian
Student center
Siswa aktif
Terbentuk kerjasama yang
lebih baik karena saling
berkomunikasi diantara 4-5
orang sehingga masalah
lebih cepat selesai
Ide yang muncul dalam
berdiskusi lebih banyak
karena jumlah anggota
terdiri dari 4-5 orang
sehingga masukan-
masukan yang ada lebih
banyak
Adanya penomoran untuk
tiap siswa dalam menjawab
soal sehingga terdapat
tanggung jawab individu
untuk mendalami materi
dan diprediksi prestasi
belajar siswa lebih tinggi
Metode TPS Dengan Media
Roda Impian
Student center
Siswa aktif
Terbentuk kerjasama yang
baik karena komunikasi
dalam kelompok terdiri dari
2 orang sehingga masalah
cepat selesai
Ide yang muncul dalam
berdiskusi banyak karena
jumlah anggota terdiri dari 2
orang
Tidak ada penomoran untuk
tiap siswa, soal dijawab
secara kelompok sehingga
tidak terdapat tanggung
jawab individu untuk
mendalami materi dan
diprediksi prestasi belajar
siswa tinggi
Prestasi Belajar Tinggi
Metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian
memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan metode Think Pair
Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT)
dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem
periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun pelajaran
2012/2013 berdasarkan aspek kognitif dan aspek afektif.
2. Terdapat pengaruh penggunaan metode Think Pair Share (TPS) dengan
media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem periodik
unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
berdasarkan aspek kognitif dan aspek afektif.
3. Metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian
memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode Think
Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar
siswa materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester
1 tahun pelajaran 2012/2013.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Purwantoro kelas X semester
1 tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun
tahap-tahap pelaksanaannya disajikan pada gambar 3.1 sebagai berikut:
Kegiatan
Bulan
Feb-
Maret
2012
April-
Mei
2012
Juni-
juli
2012
Agsts-
Sept
2012
Oktber
-Nov
2012
Desem
ber
2012
Januari
2013
a. Observasi
b. Pengajuan
Judul
Permohonan Ijin
Penyusunan
Proposal
Pengajuan proposal
penelitian
Penyusunan dan uji
instrumen
Seminar proposal
Pengambilan data
Analisis data
Penyusunan laporan
Gambar 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
perluasan Randomized Control Group Pretest-Postest Design yang rancangan
penelitiannya seperti terlihat pada Tabel 3.1. Rancangan ini menggunakan 3
kelompok subjek, yaitu 1 kelompok sebagai kelas eksperimen I (metode
Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian ) dan 1 kelompok
sebagai kelas eksperimen II (metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda
impian), dan 1 kelompok sebagai kelas kontrol dengan metode ceramah.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen I T1 X1 T2
Eksperimen II T1 X2 T2
Kontrol T1 X3 T2
Keterangan:
X1 : pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan
media roda impian
X2 : pembelajaran dengan metode Think Pair Share (TPS) dengan media
roda impian
X3 : pembelajaran dengan metode ceramah
T1 : pretest
T2 : postest
Berdasarkan desain penelitian yang telah dirancang maka langkah
penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pretest T1 pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan
kelas kontrol untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum diberi
perlakuan.
2. Memberikan perlakuan X1 pada kelas eksperimen I berupa penggunaan
metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Memberikan perlakuan X2 pada kelas eksperimen II berupa penggunaan
metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian.
4. Memberikan perlakuan X3 pada kelas kontrol berupa penggunaan metode
ceramah.
5. Memberikan postest T2 pada ketiga kelas itu untuk mengukur rata-rata
kemampuan kognitif setelah diberi perlakuan.
6. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelas eksperimen I untuk
mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z1).
7. Menentukan selisih nilai antara T1dan T2 pada kelas eksperimen II untuk
mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z2).
8. Menentukan selisih nilai antara T1dan T2 pada kelas kontrol untuk mengukur
rata-rata selisih nilai pretest dan posttest (Z3).
9. Menggunakan uji statistik yang sesuai.
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian.
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat.
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya
terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan
media roda impian dan metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda
impian.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas X
SMA N 1 Purwantoro pada materi sistem periodik unsur.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
a. Melakukan observasi pada kelas X SMA N 1 Purwantoro meliputi subyek
penelitian yang akan digunakan dan pembelajaran yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Melakukan uji coba/tryout soal kognitif.
c. Menentukan tiga kelas untuk dijadikan sampel penelitian secara random.
d. Memberikan pretest pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan
kelas kontrol untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif sebelum
subyek diberi perlakuan.
e. Memberikan perlakuan X1 berupa penggunaan metode pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian pada kelas
eksperimen I, perlakuan X2 berupa penggunaan metode pembelajaran Think
Pair Share (TPS) dengan media roda impian pada kelas eksperimen II, dan
perlakuan X3 yaitu penggunaan metode ceramah.
f. Memberikan posttest pada kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan
kelas kontrol untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif setelah diberi
perlakuan X1, X2, dan X3.
g. Memberikan angket afektif siswa untuk diisi oleh tiap siswa.
h. Mengolah dan menganalisis data penelitian dengan uji statistik yang sesuai.
i. Menarik kesimpulan.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester
gasal SMA N 1 Purwantoro tahun pelajaran 2012/ 2013 yang berjumlah 6
kelas.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini
menggunakan cluster random sampling. Dalam teknik ini, sampel merupakan
unit dalam populasi yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel,
bukan siswa secara individual tetapi kelas. Jadi, dapat dikatakan bahwa
pengambilan sampel dilakukan secara random terhadap kelas. Dari 6 kelas X
yang ada di SMA N 1 Purwantoro maka akan dilakukan pengambilan secara
random 3 kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas eksperimen I, kelas
eksperimen II, dan kelas kontrol. Untuk keseimbangan, cara pengambilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
sampel yaitu dengan melihat nilai Ujian Nasional IPA SMP dari tiap-tiap
siswa. Kemudian dari nilai Ujian Nasional IPA SMP tersebut dicari rata-rata
tiap kelas dan pengambilan sampel dengan melihat rata-rata kelas yang hampir
sama.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis.
Pengumpulan data pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan dengan
memberikan try out kepada siswa kemudian dilakukan pengujian data. Data
yang memenuhi kriteria perangkat tes akan dijadikan sebagai pretest dan
posttest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang
diberikan terhadap prestasi belajar siswa pada materi sistem periodik unsur.
Sumber data pada penelitian ini dilakukan dengan metode tes dan metode
angket.
Teknik pengumpulan data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Metode Tes
Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu yang
dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi belajar kognitif pada materi
pokok sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro tahun pelajaran
2012/2013.
b. Metode Angket
Metode angket dalam penelitian ini adalah angket aspek afektif. Angket
tersebut termasuk jenis angket langsung dan tertutup karena responden
mengisi langsung angket tersebut dan jawabannya sudah disediakan
sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia. Metode angket
ini digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
E. Instrumen Penelitian
Berdasarkan variabel yang diteliti maka instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen penilaian aspek kognitif dan
aspek afektif.
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Instrumen yang digunakan dalam penelitian aspek kognitif ini berupa tes
objektif tentang materi sistem periodik unsur yang terdiri dari 30 butir soal
dengan 5 alternatif jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban
yang salah diberi skor 0. Skala penilaian menggunakan skala 100, dimana
jumlah jawaban benar dibagi 30 kemudian dikalikan 100. Sebelum digunakan
sebagai instrumen penelitian, perangkat tes ini diujicobakan terlebih dahulu
kepada sekelompok siswa yang sudah menerima materi sistem periodik unsur
untuk mengetahui besarnya validitas, reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan
daya pembeda.
a. Uji Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep
yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian ini, validitas yang diukur adalah validitas isi. Validitas
isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat
pengukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat
pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara
representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang
seharusnya diteskan (diujikan) (Sudijono, 2008: 164).
Rumus yang dipakai untuk mengetahui validitas isi secara
keseluruhan adalah formula Gregory (2007: 121-123). Pada formula ini,
diperlukan dua panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator
dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang
relevan masing-masing indikator butir bila dicocokkan dengan butir-
butirnya. Formula Gregory adalah sebagai berikut:
( )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Keterangan:
A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B : Jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan
menurut panelis II
C : Jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan
menurut panelis II
D : Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat
dilanjutkan.
Pada tahap uji coba instrumen kognitif dilakukan uji validitas isi oleh 2
orang panelis maka diperoleh hasil yang tercantum dalam tabel 3.2, dan
hasil lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Kognitif
Variabel Jumlah
Soal
Content
Validity
Kriteria
Soal-Soal Materi Sistem
Periodik Unsur
35 0,889 valid
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara
konsisten sasaran yang diukur. Untuk mengukur reliabilitas instrument
pada soal yang tidak terlalu banyak, digunakan rumus Kuder-Richarson
(KR-20) sebagai berikut :
2
2
111
t
iit
S
qpS
n
nr
Keterangan :
r11 : koefisien reliabilitas tes
n : banyaknya butir item
1 : bilangan konstan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
St2
: varian total
pi : proporsi peserta yang menjawab benar butir tes yang
bersangkutan
qi : proporsi peserta yang menjawab salah (qi = 1 - pi )
∑piqi : jumlah dari hasi perkalian pi dan qi (Sudijono, 2008: 252-253).
Kriteria pengujian:
Jika r 11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas
yang tinggi (reliable).
Jika r 11 < 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki
reliabilitas yang tinggi (unreliable) (Sudijono, 2005: 209).
Pada tahap penentuan reliabilitas terhadap soal-soal kognitif diperoleh
hasil tercantum pada tebel 3.3, dan hasil yang lebih rinci dapat dilihat pada
Lampiran 15.
Tabel 3.3. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal-Soal Sistem
Periodik Unsur
35 0,925 Reliabel
c. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran suatu item dimaksudkan untuk mengetahui
apakah soal tersebut tergolong mudah atau sulit. Bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya soal disebut indeks kesukaran dengan
diberi simbol P. Besarnya tingkat kesukaran (p) besarnya antara 0,00
sampai 1,00. Semakin tinggi indeks tingkat kesukaran (p) maka semakin
mudah soal tersebut, dan semakin rendah indeks tingkat kesukaran (p)
maka semakin sulit soal tersebut.
dimana :
P : angka indek kesukaran item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS : jumlah siswa yang mengikuti tes hasil belajar
Klasifikasi indeks kesukaran :
-Soal dengan P antara 0,00 sampai 0,30 : sukar
-Soal dengan P antara 0,30 sampai 0,70 : sedang
-Soal dengan P antara 0,70 sampai 1,00 : mudah (Arikunto, 2011 :207-
210).
Pada tahap penentuan taraf kesukaran terhadap tes soal-soal
kognitif diperoleh hasil tercantum pada tabel 3.4, dan hasil yang lebih rinci
dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 3.4. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Kognitif
Variabel Jumlah Soal Kriteria
Mudah Sedang Sukar
Soal-Soal Sistem
Periodik Unsur
35 22 11 2
d. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk
membedakan antara siswa yang telah menguasai materi dan siswa yang
belum menguasai materi yang ditanyakan. Angka yang menunjukkan
besarnya daya pembeda disebut indeks daya pembeda (DP). Semakin
tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang
bersangkutan membedakan siswa yang sudah memahami dan belum
memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai
dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda suatu soal maka semakin
baik soal tersebut. Jika daya pembeda negatif berarti lebih banyak
kelompok siswa yang belum memahami materi menjawab benar soal
tersebut.
Untuk mengetahui daya pembeda tes soal bentuk pilihan ganda digunakan
rumus korelasi poin biserial (rpbis) seperti berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
q
p
SD
xxr
tb
pbis
Keterangan :
rpbis : korelasi poin biserial
Xb : rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Xt : rata-rata skor siswa yang menjawab salah
SD : simpangan baku skor total
p : proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa
q : 1-p
Kriteria daya pembeda:
0,0 – 0,2 : Jelek (J)
0,2 – 0,4 : Cukup (C)
0,4 – 0,7 : Baik (B)
0,7 – 1,0 : Baik Sekali (BS) (Sudijono, 2008: 185).
Pada tahap penentuan daya pembeda terhadap tes soal-soal kognitif
diperoleh hasil tercantum pada tabel 3.5, dan hasil yang lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 3.5. Rangkuman Daya Pembeda Soal
Jumlah
Soal
Daya Pembeda Soal
Jelek Cukup Baik Baik Sekali
35 4 14 17 0
Dari hasil perhitungan terdapat empat soal dengan daya pembeda
jelek, maka soal tersebut tidak digunakan dalam penelitian.
2. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif yang digunakan adalah berupa angket. Jenis
angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus disediakan
alternatif jawaban. Siswa menjawab dengan memilih salah satu alternatif
jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 3.6. Skor Penilaian Afektif
Skor untuk aspek yang dinilai Skor
+ -
SS (selalu/ sangat setuju) 4 1
S (sering/ setuju) 3 2
TS (sangat jarang/ tidak setuju) 2 3
STS (tidak pernah/ sangat tidak setuju) 1 4
Sebelum digunakan untuk mengambil data, angket/ instrumen afektif
tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa pada tingkat kelas di atas
kelas yang akan dijadikan sampel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
item angket.
a. Uji Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep
yang diukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur.
Dalam penelitian, validitas yang diuji adalah validitas keseluruhan butir
soal dan validitas item. Validitas keseluruhan butir soal digunakan formula
dari Gregory (2007). Pada formula ini, diperlukan dua panelis untuk
memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen,
dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing
indikator butir bila dicocokkan dengan butir-butirnya. Formula Gregory
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
A : Jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis
B : Jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan
menurut panelis II
C : Jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan
menurut panelis II
D : Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat
dilanjutkan.
Pada tahap uji coba instrumen penilaian afektif dilakukan uji
validitas isi oleh 2 orang panelis maka diperoleh hasil yang tercantum
dalam tabel 3.7, dan hasil lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Isi Instrumen Afektif
Variabel Jumlah Soal Content Validity Kriteria
Angket Afektif 40 0,975 valid
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila
dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat
reliabilitas digunakan rumus alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas
yang skornya bukan 1 dan 0, yaitu sebagai berikut:
2
2
11 11
t
i
S
S
n
nr
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas suatu tes
n : jumlah item yang dikeluarkan dalam tes
1 : bilangan konstan
2
iS
: jumlah varian skor dari tiap-tiap item
St2 : varian total
Kriteria pengujian:
Jika r11 ≥ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan telah memiliki reliabilitas
yang tinggi (reliable).
Jika r11 ≤ 0,70 maka tes hasil belajar dinyatakan belum memiliki
reliabilitas yang tinggi (unreliable) (Sudijono, 2008: 208-209).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Pada tahap penentuan reliabilitas terhadap instrument penilaian
afektif diperoleh hasil tercantum pada tabel 3.8, dan hasil yang lebih rinci
dapat dilihat pada Lampiran 16.
Tabel 3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Afektif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Angket Afektif 40 0,925 Reliabel
F. Teknis Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Keseimbangan
Uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal
antara siswa yang diajar dengan metode Numbered Heads Together
(NHT) dengan media roda impian dan metode Think Pair Share (TPS)
dengan media roda impian Dengan cara menguji rata-rata nilai pretest
siswa kedua kelas. Uji yang digunakan adalah uji t dua pihak, dengan
rumus:
t =
21
21
11
)(
nnSp
XX
;
2
)1()1(
21
222
2112
nn
snsnSp
di mana:
X = rata-rata; n = jumlah; 2s = varian
Daerah Kritik = {t│t < -t1-1/2α atau t > t1-1/2α}, dimana t1-1/2α didapat
dari daftar distribusi t dengan DK = (n1 + n2 – 2) (Budiyono, 2009:
151).
b. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel terdistribusi
normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini digunakan metode
Liliefors dengan prosedur:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
2) Statistik Uji
L=max│F(Zi)-S(Zi)│
3) α = 0,05
4) Daerah Kritik (DK)
DK= {L│L > L α:n }dengan n adalah ukuran sampel.
5) Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung ϵ DK
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
diterima.
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
jika H0 ditolak (Budiyono, 2009: 170).
c. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji
homogenitas ini digunakan uji Bartlett.
Statistik uji yang digunakan:
22 loglog
303,2jj sfRKGf
cX
dengan:
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj = ukuran sampel ke-j
fj = nj - 1 = derajat kebebasan untuk sj2; j = 1,2, ..., k;
f = N - k =
k
j
jf1
= derajat kebebasan untuk RKG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c =
ffk j
11
)1(3
11
RKG = rerata kuadrat galat =
j
j
f
SS
SSj =
2
1
2
2
jj
j
j
j snn
XX
Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan
menggunakan uji Bartlett sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
H0 = σ12 = σ2
2 (variansi populasi homogen)
H1 = tidak semua variansi sama (variasi populasi tidak
homogen)
2) Signifikansi, α = 0,05
3) Statistik uji yang digunakan:
22 loglog
303,2jj sfRKGf
cX
4) Komputasi
RKG = rerata kuadrat galat =
j
j
f
SS
ffkc
j
11
)1(3
11
5) Daerah Kritis:
DK = {X2│X
2 > X
2(α,k-1)}
6) Kriteria uji
H0 diterima apabila X2 hitung < X
2 tabel, yang berarti sampel
homogen (Budiyono, 2009: 176-177).
2. Uji Hipotesis
Teknik analisis data digunakan “Uji t” pihak kanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Dengan kriteria :
Ho : µ1 ≤ µ2
H1 : µ1 > µ2
Dimana :
Ho : Prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan metode
Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian lebih
rendah atau sama dengan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
kimia dengan metode metode Think Pair Share (TPS) dengan media
roda impian.
H1 : Prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan metode
Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian lebih
tinggi dari prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia dengan
metode metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian.
Keterangan :
μ1= nilai rata-rata kelas eksperimen I
μ2= nilai rata-rata kelas eksperimen II
Kriteria : Terima Ho jika thit < ttab
Tolak Ho jika thit > ttab
Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
: nilai rata-rata
n : jumlah sampel
s : deviasi baku (Budiyono, 2009: 151).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada
materi sistem periodik unsur. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif dan aspek
afektif. Data tersebut berupa nilai pretest dan posttest yang diambil dari kelas
eksperimen I (metode pembelajaran NHT dengan roda impian) yaitu kelas X.B,
kelas eksperimen II (metode pembelajaran TPS dengan roda impian) yaitu kelas
X.E dan kelas X.F sebagai kelas kontrol (metode ceramah). Prestasi belajar yang
dimaksud di sini adalah selisih nilai pretest- posttest kognitif dan afektif siswa.
Jumlah siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 84 siswa dari 3 kelas X
SMA Negeri 1 Purwantoro tahun pelajaran 2012/ 2013. Deskripsi data rerata nilai
prestasi belajar kognitif dan afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Afektif Siswa
Aspek Rerata nilai Kelas
Eksperimen I
(metode NHT)
Eksperimen II
(metode TPS)
Kontrol (metode
ceramah)
Kognitif Pretest 39,64 39,75 43,82
Posttest 84,18 79,46 79,07
Selisih nilai 44,54 39,71 35,25
Afektif Nilai afektif 77,21 74,29 71,5
Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan deskripsi data penelitian dari masing-
masing variabel.
1. Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I (Metode NHT) dan Kelas
Kontrol (Metode Ceramah)
Penilaian prestasi kognitif siswa diperoleh dari nilai tes yang telah
dikerjakan pada materi sistem periodik unsur. Pada kelas eksperimen I yang
menggunakan metode NHT dengan media roda impian diperoleh selisih nilai
tertinggi 66 dan selisih nilai terendah 27 dengan rata-rata selisih nilai 44,54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Pada siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah diperoleh selisih
nilai tertinggi 50 dan selisih nilai terendahnya 17 dengan rata-rata selisih nilai
35,25. Distribusi frekuensi selisih nilai prestasi kognitif siswa kelas eksperimen
I dengan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.2. Perhitungan distribusi
frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Kognitif Siswa Pada
Kelas Eksperimen I dan Kelas Kontrol
No. Interval Nilai
tengah
Frekuensi
Eksperimen I Kontrol
1 17 –24 20,5 0 5
2 25 – 32 28,5 6 3
3 33 – 40 35,5 11 12
4 41 – 48 43,5 5 5
5 49 – 56 51,5 3 3
6 57 – 64 59,5 2 0
7 65 - 72 68,5 1 0
Jumlah 28 28
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 4.2 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Histogram Selisih Nilai dari Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Kontrol
Nilai afektif siswa dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban angket
afektif. Pada kelas eksperimen I (metode NHT dengan media roda impian),
0
2
4
6
8
10
12
20,5 28,5 35,5 43,5 51,5 59,5 68,5
0
6
11
5
3 2
1
5
3
12
5
3
0 0
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
nilai tertinggi prestasi afektif siswa pada materi pokok sistem periodik unsur
yaitu 90 sedangkan nilai terendahnya 69 dengan rata-rata nilai afektifnya
77,21. Pada kelas kontrol (metode ceramah), nilai tertinggi prestasi afektif
siswa pada materi pokok sistem periodik unsur yaitu 82 sedangkan nilai
terendahnya 62 dengan rata-rata nilai afektifnya 71,5. Distribusi frekuensi nilai
prestasi afektif siswa pada kelas eksperimen I dan kelas kontrol disajikan
dalam Tabel 4.3. Perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran
19.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Kontrol
No. Interval Nilai
tengah
Frekuensi
Eksperimen I Kontrol
1 62 – 66 64 0 6
2 67 – 71 69 8 8
3 72 – 76 74 7 9
4 77 – 81 79 8 4
5 82 – 86 84 1 1
6 87 – 91 89 4 0
7 62 – 66 64 0 6
Jumlah 28 28
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 4.3 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Histogram Nilai dari Prestasi afektif Siswa pada Kelas Eksperimen I
dan Kelas Kontrol
0
2
4
6
8
10
64 69 74 79 84 89
0
8 7
8
1
4
6
8 9
4
1 0 F
rek
uen
si
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II (Metode TPS) dan Kelas
Kontrol (Metode Ceramah)
Penilaian prestasi kognitif siswa diperoleh dari nilai tes yang telah
dikerjakan pada materi sistem periodik unsur. Pada kelas eksperimen II yang
menggunakan metode TPS dengan media roda impian diperoleh selisih nilai
tertinggi 57 dan selisih nilai terendah 20 dengan rata-rata selisih nilai 39,71.
Pada siswa kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah diperoleh selisih
nilai tertinggi 50 dan selisih nilai terendahnya 17 dengan rata-rata selisih nilai
35,25. Distribusi frekuensi selisih nilai prestasi kognitif siswa kelas eksperimen
II dengan kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.4 Perhitungan distribusi
frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19.
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Kognitif Siswa Pada
Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol
No. Interval Nilai
tengah
Frekuensi
Eksperimen II Kontrol
1 17 – 22 19,5 1 4
2 23 – 28 25,5 1 4
3 29 – 34 31,5 5 4
4 35 – 40 37,5 12 8
5 41 – 46 43,5 2 3
6 47 – 52 49,5 5 5
7 53 – 58 55,5 2 0
Jumlah 28 28
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 4.4 dapat dilihat pada Gambar 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 4.3. Histogram Selisih Nilai dari Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas
Eksperimen II dan Kelas Kontrol
Nilai afektif siswa dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban angket
afektif. Pada kelas eksperimen II (metode TPS dengan media roda impian),
nilai tertinggi prestasi afektif siswa pada materi pokok sistem periodik unsur
yaitu 85 sedangkan nilai terendahnya 64 dengan rata-rata nilai afektifnya
74,29. Pada kelas kontrol (metode ceramah), nilai tertinggi prestasi afektif
siswa pada materi pokok sistem periodik unsur yaitu 82 sedangkan nilai
terendahnya 62 dengan rata-rata nilai afektifnya 71,5. Distribusi frekuensi nilai
prestasi afektif siswa pada kelas eksperimen II dan kelas kontrol disajikan
dalam Tabel 4.5. Perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran
19.
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Siswa Pada Kelas
Eksperimen II dan Kelas Kontrol
No. Interval Nilai
tengah
Frekuensi
Eksperimen II Kontrol
1 62 – 65 63,5 1 4
2 66 – 69 67,5 8 8
3 70 – 73 71,5 3 5
4 74 – 77 75,5 7 6
5 78 – 81 79,5 4 4
6 82 – 85 83,5 3 1
7 62 – 65 63,5 1 4
Jumlah 28 28
0
2
4
6
8
10
12
19,5 25,5 31,5 37,5 43,5 49,5 55,5
1 1
5
12
2
5
2 4 4 4
8
3 5
0 Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen II Kelas Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 4.5 dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Histogram Nilai dari Prestasi afektif Siswa pada Kelas
Eksperimen II dan Kelas Kontrol
3. Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I (Metode NHT) dan Kelas
Eksperimen II (Metode TPS)
Penilaian prestasi kognitif siswa diperoleh dari nilai tes yang telah
dikerjakan pada materi sistem periodik unsur. Pada kelas eksperimen I yang
menggunakan metode NHT dengan media roda impian diperoleh selisih nilai
tertinggi 66 dan selisih nilai terendah 27 dengan rata-rata selisih nilai 44,54.
Pada siswa kelas eksperimen II yang menggunakan metode TPS dengan media
roda impian yang menggunakan metode ceramah diperoleh selisih nilai
tertinggi 57 dan selisih nilai terendahnya 20 dengan rata-rata selisih nilai 39,71.
Distribusi frekuensi selisih nilai prestasi kognitif siswa kelas eksperimen I
dengan kelas eksperimen II disajikan dalam Tabel 4.2. Perhitungan distribusi
frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19.
0
2
4
6
8
63,5 67,5 71,5 75,5 79,5 83,5
1
8
3
7
4 3
4
8
5 6
4
1
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen II Kelas Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Kognitif Siswa Pada
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
No. Interval Nilai
tengah
Frekuensi
Eksperimen I EksperimenII
1 20 – 26 23 0 1
2 27 – 33 30 10 5
3 34 – 40 37 7 13
4 41 – 47 44 5 7
5 48 – 54 51 3 1
6 55 – 61 58 1 1
7 62 – 68 65 2 0
Jumlah 28 28
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 4.6 dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Histogram Selisih Nilai dari Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
Nilai afektif siswa dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban angket
afektif. Pada kelas eksperimen I (metode NHT dengan media roda impian),
nilai tertinggi prestasi afektif siswa pada materi pokok sistem periodik unsur
yaitu 90 sedangkan nilai terendahnya 69 dengan rata-rata nilai afektifnya
77,21. Pada kelas eksperimen II (TPS dengan media roda impian), nilai
tertinggi prestasi afektif siswa yaitu 85 sedangkan nilai terendahnya 64 dengan
0
5
10
15
23 30 37 44 51 58 65
0
10
7 5
3 1 2 1
5
13
7
1 1 0 Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
rata-rata nilai afektifnya 74,29. Distribusi frekuensi nilai prestasi afektif siswa
pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II disajikan dalam Tabel 4.7.
Perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19.
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
No. Interval Nilai
tengah
Frekuensi
Eksperimen I Eksperimen II
1 64 – 68 66 0 5
2 69 – 73 71 8 7
3 74 – 78 76 9 9
4 79 – 83 84 7 6
5 84 – 88 89 1 1
6 89 – 93 91 3 0
7 64 – 68 66 0 5
Jumlah 28 28
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 4.7 dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Histogram Nilai dari Prestasi afektif Siswa pada Kelas
Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
Untuk lebih dapat membandingkan nilai prestasi kognitif siswa pada
kelas eksperimen I, eksperimen II dan kelas kontrol, maka ketiga data tersebut
dijadikan satu dalam sebuah distribusi frekuensi seperti pada Tabel 4.8.
Perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19.
0
2
4
6
8
10
66 71 76 84 89 91
0
8 9
7
1
3
5
7
9
6
1 0 F
rek
uen
si
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Kognitif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I, Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol
No. Interval Nilai
tengah
Frekuensi
Eksperimen I Eksperimen II Kontrol
1 17 – 23 20 0 1 4
2 24 – 30 27 6 4 4
3 31 – 37 34 7 6 10
4 38 – 44 41 7 10 5
5 45 – 51 48 4 5 5
6 52 – 58 55 2 2 0
7 59 – 65 62 1 0 0
8 66 - 72 69 1 0 0
Jumlah 28 28 28
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 4.8 dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Histogram Selisih Nilai dari Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas
Eksperimen I, Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol
Untuk lebih dapat membandingkan nilai prestasi afektif siswa pada
kelas eksperimen I, eksperimen II dan kelas kontrol, maka ketiga data tersebut
dijadikan satu dalam sebuah distribusi frekuensi seperti pada Tabel 4.9.
Perhitungan distribusi frekuensinya disajikan dalam Lampiran 19.
0
2
4
6
8
10
20 27 34 41 48 55 62 69
0
6 7 7
4
2 1 1 1
4
6
10
5
2
0 0
4 4
10
5 5
0 0 0
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Kelas Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Siswa Pada Kelas
Eksperimen I, Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol
No. Interval Nilai
Tengah
Frekuensi
Eksperimen I Eksperimen II Kontrol
1 62 – 65 63,5 0 1 4
2 66 – 69 67,5 4 8 8
3 70 – 73 71,5 4 3 5
4 74 – 77 75,5 8 7 6
5 78 – 81 79,5 7 4 4
6 82 – 85 83,5 1 5 1
7 86 – 89 87,5 1 0 0
Jumlah 28 28 28
Sedangkan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang data
pada Tabel 4.9 dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Histogram Nilai Prestasi Afektif Siswa pada Kelas Eksperimen I,
Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol.
B. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis
Pada penelitian ini mengggunakan beberapa uji persyaratan analisis
antara lain: uji normalitas, uji homogenitas dan uji t-matching. Hasinya akan
disampaikan pada uraian berikut:
0
2
4
6
8
63,5 67,5 71,5 75,5 79,5 83,5 87,5 91,5
0
4 4
8 7
1 1
3
1
8
3
7
4 5
0 0
4
8
5 6
4
1 0 0
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II Kelas Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
1. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas terhadap nilai pretest, posttest, dan selisih
nilai prestasi belajar kognitif serta nilai posttest prestasi belajar afektif ini
menggunakan uji Lilliefors dengan rumus yang telah disebutkan dalam bab
sebelumnya. Taraf signifikansi yang digunakan pada uji normalitas tersebut
yaitu 5%. Uji normalitas nilai kognitif dan afektif siswa tercantum dalam
Lampiran 20. Dapat dilihat rangkuman hasil uji normalitas prestasi belajar
siswa materi pokok sistem periodik unsur pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Materi Sistem Periodik
Unsur
Uji Normalitas
Jumlah
Sampel
Harga L
Kesimpulan Hitung Tabel
I. Aspek Kognitif
a. Pretest
1. Kelas Eksperimen I 28 0,1328 0,1658 Normal
2. Kelas Eksperimen II 28 0,1321 0,1658 Normal
3. Kelas Kontrol 28 0,1513 0,1658 Normal
b. Posttest
1. Kelas Eksperimen I 28 0,0850 0,1658 Normal
2. Kelas Eksperimen II 28 0,1027 0,1658 Normal
3. Kelas Kontrol 28 0,1035 0,1658 Normal
c. Selisih pretest posttest
1. Kelas Eksperimen I 28 0,1105 0,1658 Normal
2. Kelas Eksperimen II 28 0,1502 0,1658 Normal
3. Kelas Kontrol 28 0,0853 0,1658 Normal
II. Aspek Afektif
1. Kelas Eksperimen I 28 0,1145 0,1658 Normal
2. Kelas Eksperimen II 28 0,1371 0,1658 Normal
3. Kelas Kontrol 28 0,0929 0,1658 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan data hasil uji normalitas dapat diketahui bahwa harga
statistik uji Lhitung lebih kecil dari pada Ltabel pada taraf signifikansi 5%
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua sampel yang ada berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas dan diketahui tingkat kenormalan
data maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesamaan varians antara
dua kelompok, yaitu kelas eksperimen I dan II dengan kelas kontrol, dalam
penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlet dengan taraf
signifikansi 5%. Uji homogenitas nilai kognitif dan afektif siswa tercantum
dalam Lampiran 21. Data hasil uji homogenitas ini telah diringkas pada Tabel
4.11.
Tabel 4.11 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Sistem Periodik
Unsur
Uji homogenitas
Jumlah
Sampel
Harga 2
Kesimpulan Hitung Tabel
I. Aspek Kognitif
a. Pretest 84 5,382649 5,991 Homogen
b. Posttest 84 0,152118 5,991 Homogen
c. Selisih pretest posttest 84 1,815476 5,991 Homogen
II. Aspek Afektif 84 0,412717 5,991 Homogen
Berdasarkan data hasil uji homogenitas di atas menunjukkan bahwa
tiap variabel diperoleh harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik
(2
hitung <
2tabel), sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian
berasal dari populasi yang homogen.
3. Keseimbangan (Uji t-Matching)
Uji t-maching atau uji keseimbangan ini diambil dari nilai pelajaran
kimia materi struktur atom kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas
kontrol. Taraf signifikansi yang dipakai pada uji t-matching ini adalah 5%. Uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
t-Matching nilai kimia materi struktur atom tercantum dalam Lampiran 22.
Data hasil uji t-matching ini telah diringkas pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Uji t-Matching Nilai Ujian IPA SMP
Nilai Struktur
Atom
thitung ttabel
E1-E3 E2-E3 E1-E2
Prestasi Belajar
Kognitif
0,53 0,54 0,02 -1,67<thitung<1,67
Keterangan:
E1-E2 : Kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
E1-E3 : Kelas eksperimen I dan kelas kontrol.
E2-E3 : Kelas eksperimen II dan kelas kontrol.
Sampel yang berasal dari populasi seimbang jika -1,67<t hitung<1,67.
Berdasarkan data hasil perhitungan uji t-matching diatas dapat diketahui untuk
kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II didapatkan harga t = 0,02
sedangkan daerah kritiknya t<-1,67 atau t>1,67, ini berarti thitung di luar DK,
sehingga Ho diterima dan dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata ujian
IPA SMP kedua kelas sama. Perhitungan untuk kelas eksperimen I dengan
kelas kontrol didapatkan harga t = 0,53 ini berarti thitung di luar DK, sehingga
Ho diterima dan dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata ujian IPA SMP
kedua kelas sama. Perhitungan untuk kelas eksperimen II dengan kelas kontrol
didapatkan harga t = 0,54, ini berarti thitung di luar DK, sehingga Ho diterima
dan dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata ujian IPA SMP kedua kelas
sama. Ketiga sampel tersebut nilai thitung yang diperoleh dari uji t-matching ini
terletak diantara ttabel. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua
sampel tersebut berasal dari populasi yang seimbang.
C. Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah semua prasyarat terpenuhi, maka dilanjutkan dengan pengujian
hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji t-pihak kanan pada
selisih nilai prestasi belajar kognitif dan nilai afektif siswa pada materi sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
periodik unsur. Taraf signifikansi yang digunakan dalam uji t-pihak kanan ini
yaitu 5%.
1. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif
Uji hipotesis selisih nilai kognitif kelas eksperimen I, kelas
eksperimen II dan kelas kontrol menggunakan uji t-pihak kanan.
a. Uji t-Pihak Kanan Kelas Eksperimen I dan Kelas Kontrol
Hasil perhitungan uji t-pihak kanan selisih nilai kognitif kelas
eksperimen I dan kelas kontrol pada materi sistem periodik unsur
berdasarkan perhitungan pada Lampiran 23 dapat terangkum pada Tabel
4.13.
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif
Kelas Eksperimen I dan Kelas Kontrol
Kelas Rata-rata Variansi thitung ttabel Kriteria
Eksperimen I 44,89 106,91 3,58 1,67 Ho ditolak
Kontrol 35,3 96,42 3,58 1,67 Ho ditolak
Berdasarkan data hasil perhitungan uji t-pihak kanan diperoleh
thitung = 3,58 yang melampaui ttabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 5%, maka
Ho ditolak. Rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas eksperimen I
(menggunakan metode NHT dengan roda impian) lebih tinggi dari pada
kelas kontrol. Dengan demikian terdapat pengaruh metode Numbered Heads
Together (NHT) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa
materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013 berdasarkan aspek kognitif.
b. Uji t-Pihak Kanan Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol
Hasil perhitungan uji t-pihak kanan selisih nilai kognitif kelas
eksperimen II dan kelas kontrol pada materi pokok sistem periodik unsur
berdasarkan perhitungan pada Lampiran 23 dapat terangkum pada Tabel
4.14.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif
Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol
Kelas Rata-rata Variansi thitung ttabel Kriteria
Eksperimen II 39,71 61,62 1,88 1,67 Ho ditolak
Kontrol 35,3 96,42 1,88 1,67 Ho ditolak
Berdasarkan data hasil perhitungan uji t-pihak kanan diperoleh
thitung = 1,88 yang melampaui ttabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 5%, maka
Ho ditolak. Rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas eksperimen II
(menggunakan metode TPS dengan roda impian) lebih tinggi dari pada kelas
kontrol. Dengan demikian terdapat pengaruh metode Think Pair Share
(TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi
sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013 berdasarkan aspek kognitif.
c. Uji t-Pihak Kanan Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
Hasil perhitungan uji t-pihak kanan selisih nilai kognitif kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II pada materi pokok sistem periodik
unsur berdasarkan perhitungan pada Lampiran 23 dapat terangkum pada
Tabel 4.15.
Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif
Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
Kelas Rata-rata Variansi thitung ttabel Kriteria
Eksperimen I 44,89 106,91 2,11 1,67 Ho ditolak
Eksperimen II 39,71 61,62 2,11 1,67 Ho ditolak
Berdasarkan data hasil perhitungan uji t-pihak kanan diperoleh
thitung = 2,11 yang melampaui ttabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 5%,
maka Ho ditolak. Rata-rata selisih nilai kognitif siswa kelas eksperimen I
(menggunakan metode NHT dengan roda impian) lebih tinggi dari pada
kelas eksperimen II (menggunakan metode TPS dengan roda impian).
Dengan demikian metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
roda impian memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan metode
Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar
siswa materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1
tahun pelajaran 2012/2013.
2. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif
Uji hipotesis nilai afektif kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan
kelas kontrol menggunakan uji t-pihak kanan.
a. Uji t-Pihak Kanan Kelas Eksperimen I dan Kelas Kontrol
Hasil perhitungan uji t-pihak kanan nilai afektif kelas eksperimen I
dan kelas kontrol pada materi sistem periodik unsur berdasarkan
perhitungan pada Lampiran 23 terangkum pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Kontrol
Kelas Rata-rata Variansi thitung ttabel Kriteria
Eksperimen I 77,21 42,84 3,43 1,67 Ho ditolak
Kontrol 71,5 34,70 3,43 1,67 Ho ditolak
Berdasarkan data hasil perhitungan uji t-pihak kanan diperoleh thitung
= 3,43 yang melampaui ttabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 5%, maka Ho
ditolak, rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen I (menggunakan
metode NHT dengan roda impian) lebih tinggi dari kelas kontrol. Dengan
demikian terdapat pengaruh metode Numbered Heads Together (NHT)
dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem
periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun pelajaran
2012/2013 berdasarkan aspek afektif.
b. Uji t-Pihak Kanan Kelas Eksperimen II dan Kelas Kontrol
Hasil perhitungan uji t-pihak kanan nilai afektif kelas eksperimen II
dan kelas kontrol pada materi sistem periodik unsur berdasarkan
perhitungan pada Lampiran 23 terangkum pada Tabel 4.17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas
Eksperimen II dan Kelas Kontrol
Kelas Rata-rata Variansi thitung ttabel Kriteria
Eksperimen II 74,29 34,58 1,77 1,67 Ho ditolak
Kontrol 71,5 34,70 1,77 1,67 Ho ditolak
Berdasarkan data hasil perhitungan uji t-pihak kanan diperoleh thitung
= 1,77 yang melampaui ttabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 5%, maka Ho
ditolak, rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen II (menggunakan
metode TPS dengan roda impian) lebih tinggi dari kelas kontrol. Dengan
demikian terdapat pengaruh metode Think Pair Share (TPS) dengan media
roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem periodik unsur
kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
berdasarkan aspek afektif.
c. Uji t-Pihak Kanan Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
Hasil perhitungan uji t-pihak kanan nilai afektif kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II pada materi sistem periodik unsur berdasarkan
perhitungan pada Lampiran 23 terangkum pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Uji t-Pihak Kanan Nilai Afektif Kelas
Eksperimen I dan Kelas Kontrol
Kelas Rata-rata Variansi thitung ttabel Kriteria
Eksperimen I 77,21 42,84 1,76 1,67 Ho ditolak
Eksperimen II 74,29 34,58 1,76 1,67 Ho ditolak
Berdasarkan data hasil perhitungan uji t-pihak kanan diperoleh
thitung = 1,76 yang melampaui ttabel = 1,67 dengan taraf signifikansi 5%,
maka Ho ditolak, rata-rata nilai afektif siswa kelas eksperimen I
(menggunakan metode NHT dengan roda impian) lebih tinggi dari kelas
eksperimen II (menggunakan metode TPS dengan roda impian). Dengan
demikian metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
impian memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan metode Think
Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa
materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro semester 1 tahun
pelajaran 2012/2013.
D. Pembahasan Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas antara
penggunaan metode pembelajaran Number Heads Together (NHT) dengan media
roda impian dengan metode ceramah, antara metode pembelajaran Think Pair
Share (TPS) dengan media roda impian dengan metode ceramah serta antara
metode pembelajaran Number Heads Together (NHT) dengan media roda impian
dan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian
terhadap prestasi belajar materi sistem periodik unsur.
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas X.B sebagai kelas
eksperimen I (metode pembelajaran NHT dengan media roda impian) kelas X.E
sebagai kelas eksperimen II (metode pembelajaran TPS dengan media roda
impian), dan kelas X.F sebagai kelas kontrol (metode ceramah). Penentuan kelas
dilakukan dengan Cluster Random Sampling. Kemudian untuk mengetahui
seimbang atau tidaknya kelas X.B, X.E, dan X.F dilakukan dengan uji kesamaan
rata-rata berdasarkan nilai ujian IPA SMP. Dari hasil uji kesamaan rata-rata
menunjukkan bahwa ketiga kelas tersebut mempunyai kemampuan awal yang
sama. Prestasi siswa dilihat dari aspek kognitif dan afektif. Pada aspek kognitif
dilakukan pretest dan postest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa sedangkan postest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah
diberi perlakuan. Pada aspek afektif siswa diberikan angket afektif pada siswa.
1. Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I (Metode NHT) dan Kelas
Kontrol (Metode Ceramah)
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas eksperimen I
yaitu kelas yang diberikan pembelajaran kimia dengan menggunakan metode
pembelajaran NHT dengan media roda impian, serta kelas kontrol dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
menggunakan metode ceramah. Kelas kontrol dalam penelitian ini dipakai sebagai
pembanding dari kelas eksperimen, dengan adanya kelas kontrol dapat diketahui
keefektifan penggunaan metode pembelajaran NHT dengan media roda impian
dengan melihat rata-rata selisih nilai prestasi kognitif dan rata-rata nilai prestasi
afektifnya.
a. Aspek Kognitif
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelas
eksperimen I memiliki rata-rata selisih nilai kognitif yang lebih tinggi dari pada
kelas kontrol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari Tabel 4.2 nilai tengah yang
tertinggi pada kelas eksperimen I frekuensinya lebih banyak dari pada kelas
kontrol. Berdasarkan hasil uji t-pihak kanan terdapat perbedaan rerata selisih nilai
prestasi kognitif materi sistem periodik unsur, hasil yang diperoleh dari rata-rata
selisih nilai kognitif pada kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol (thitung>ttabel=3,58>1,67). Dari hasil pengujian tersebut ternyata
thitung>ttabel maka hipotesis Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho maka H1 diterima,
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode
pembelajaran NHT dengan media roda impian dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada materi sistem periodik unsur.
Dalam pembelajaran metode NHT, yang pertama dilakukan peneliti adalah
menjelaskan kepada siswa secara singkat tentang metode yang akan digunakan
yaitu metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian
selanjutnya memberikan garis besar materi sistem periodik unsur kemudian
membentuk kelompok beranggotakan 4 siswa. Setelah dibentuk kelompok peneliti
membagikan nomor untuk tiap siswa dalam satu kelompok untuk dipasang di
punggungnya masing-masing. Kemudian tiap kelompok diberi permasalahan
dengan pemberian soal untuk didiskusikan dengan kelompoknya masing-masing.
Dalam diskusi ini siswa mengikuti secara antusias terlihat siswa aktif berdiskusi
mengemukakan pendapatnya masing-masing untuk diperoleh kesimpulan dalam
satu kelompok. Setelah selesai berdiskusi, untuk menentukan kelompok yang akan
menjawab soal peneliti memanggil salah satu siswa untuk maju ke depan memutar
roda impian yang berisi nomor kelompok. Setelah itu peneliti menunjuk salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
nomor sebagai perwakilan salah satu kelompok untuk menjawab soal diskusi dan
bersama-sama didiskusikan dengan semua kelompok dalam kelas. Pada saat
diskusi kelas, siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mengungkapkan
pendapat dari kelompoknya masing-masing sehingga dapat diperoleh kesimpulan
yang lebih baik. Dalam kelas NHT setiap siswa harus benar-benar dituntut siap
karena sewaktu-waktu mendapat giliran menjawab soal dari guru. Secara umum
pelaksanaan metode NHT dengan media roda impian ini berlangsung dengan baik,
pembelajaran yang terjadi di kelas lebih menyenangkan, menjadikan siswa aktif,
dan tidak merasa jenuh sehingga siswa lebih termotivasi dalam memahami materi
pelajaran. Pembelajaran ini telah dapat mengaktifkan siswa dalam berlatih
berdiskusi sesama teman sebaya atau pengajar (peneliti). Setidaknya ada 3 siswa
yang mengajukan pertanyaan setiap kali tatap muka, dan siswa antusias dalam
menjawab soal yang diutarakan oleh peneliti. Sedangkan pada metode ceramah,
peneliti menjelaskan materi sistem periodik unsur dari awal sampai dengan akhir
pembelajaran. Dalam pembelajaran ini tidak ada diskusi kelompok, siswa hanya
mendengarkan dan mencatat, serta tidak ada media yang digunakan sehingga
pembelajaran terkesan monoton dan membuat siswa pasif. Selama pembelajaran
berlangsung tidak ada pertanyaan satupun yang terlontar dari siswa, bahkan saat
menjelang akhir pelajaran banyak siswa yang sudah tidak memperhatikan dan
berbicang-bincang dengan temannya. Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa
dengan metode ceramah cenderung rendah.
b. Aspek Afektif
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelas
eksperimen I memiliki rata-rata selisih nilai afektif yang lebih tinggi dari pada
kelas kontrol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari Tabel 4.3 nilai tengah yang
tertinggi pada kelas eksperimen I frekuensinya lebih banyak dari pada kelas
kontrol, selain dari data distribusi frekuensi, keefektifan pembelajaran yang
digunakan dapat juga dilihat dari hasil analisis uji t-pihak kanannya yakni prestasi
belajar siswa untuk aspek afektif pada kelas eksperimen I dengan kelas kontrol
diperoleh (thitung>ttabel=3,43>1,67). Dari hasil pengujian tersebut ternyata
thitung>ttabel maka hipotesis Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho maka H1 diterima,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode
pembelajaran NHT dengan media roda impian dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada materi sistem periodik unsur.
Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup sikap, minat, nilai,
konsep diri, dan moral dari siswa. Seorang siswa akan sulit untuk mencapai
keberhasilan belajar secara optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat
untuk belajar. Aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan untuk mencapai
hasil pembelajaran pada aspek lainnya yaitu aspek kognitif. Tingginya prestasi
belajar afektif yang menggunakan metode NHT yang dilengkapi dengan media
roda impian dibanding metode ceramah dikarenakan keaktifan siswa dalam
pembelajaran kooperatif metode NHT yang dilengkapi media roda impian. Dalam
pembelajaran siswa lebih aktif berdiskusi dengan kelompok maupun diskusi kelas,
berfikir kritis, tidak takut untuk bertanya jika mereka mengalami kesulitan
terbukti tiap tatap muka pasti ada yang tanya kepada peneliti setidaknya ada 3
siswa. Selain itu didukung dengan media roda impian yang menimbulkan suasana
menyenangkan dalam proses pembelajaran terlihat pada saat pemutaran roda
impian siswa antusias memperhatikan. Hal ini dapat membangkitkan motivasi
siswa dalam belajar dibandingkan pada metode ceramah, karena pada metode
ceramah pembelajaran yang terjadi membosankan dan tidak ada media yang
menarik sehingga siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Terlihat
pada saat awal pembelajaran siswa memperhatikan tetapi memasuki pertengahan
pelajaran sampai dengan akhir pelajaran siswa mulai berbicara sendiri dengan
temannya dan ketika diberi pertanyaan oleh peneliti mereka hanya diam hal ini
yang dapat menyebabkan prestasi belajar afektif pada metode ceramah cenderung
rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis “Terdapat pengaruh
penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian
terhadap prestasi belajar siswa materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1
Purwantoro semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 berdasarkan aspek kognitif dan
aspek afektif ” dapat diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2. Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen II (Metode TPS) dan Kelas
Kontrol (Metode Ceramah)
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas eksperimen II
yaitu kelas yang diberikan pembelajaran kimia dengan menggunakan metode
pembelajaran TPS dengan media roda impian, serta kelas kontrol dengan
menggunakan metode ceramah. Kelas kontrol dalam penelitian ini dipakai sebagai
pembanding dari kelas eksperimen, dengan adanya kelas kontrol dapat diketahui
keefektifan penggunaan metode pembelajaran TPS dengan media roda impian
dengan melihat rata-rata selisih nilai prestasi kognitif dan rata-rata nilai prestasi
afektifnya.
a. Aspek Kognitif
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelas
eksperimen II memiliki rata-rata selisih nilai kognitif yang lebih tinggi dari pada
kelas kontrol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari Tabel 4.4 nilai tengah yang
tertinggi pada kelas eksperimen II frekuensinya lebih banyak dari pada kelas
kontrol. Berdasarkan hasil uji t-pihak kanan terdapat perbedaan rerata selisih nilai
prestasi kognitif materi sistem periodik unsur, hasil yang diperoleh dari rata-rata
selisih nilai kognitif pada kelas eksperimen II lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol (thitung>ttabel=1,88>1,67). Dari hasil pengujian tersebut ternyata
thitung>ttabel maka hipotesis Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho maka H1 diterima,
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode
pembelajaran TPS dengan media roda impian dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada materi sistem periodik unsur.
Secara umum pada pembelajaran metode TPS berlangsung dengan baik.
Pembelajaran pada metode TPS dimulai dengan penjelasan secara singkat tentang
metode yang akan digunakan yaitu metode Think Pair Share (TPS) dengan media
roda impian kemudian peneliti menjelaskan secara garis besar tentang materi
sistem periodik unsur. Setelah itu, peneliti membentuk kelompok yang terdiri dari
2 siswa dan memberikan soal. Siswa mengerjakan soal tersebut secara individual
dahulu sehingga mereka dapat merumuskan pemikiran masing-masing sebelum
berbagi dengan siswa yang lain. Hal ini dapat membantu perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
keterampilan berpikir siswa menjadi lebih tinggi. Kemudian peneliti menyuruh
siswa untuk bergabung dengan kelompoknya dan mendiskusikan soal yang
sebelumnya telah mereka kerjakan secara individual. Hal ini memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengemukakan ide untuk menyatukan pendapat
dengan teman pasangannya sehingga didapatkan kesimpulan yang lebih baik.
Kemudian peneliti menunjuk salah satu siswa untuk memutar roda impian yang
berisi nomor kelompok yang akan menjawab soal dan dilanjutkan berdiskusi
dengan semua kelompok dalam kelas. Pada tahap ini siswa saling berbagi
informasi dengan seluruh kelas sehingga tiap siswa dapat mengukur
kemampuannya masing-masing sambil menerima informasi dari teman yang lain.
Pembelajaran ini tidak membuat siswa jenuh atau dapat dikatakan menyenangkan,
masing-masing kelompok juga dapat bekerjasama dengan baik. Hal ini terlihat
dari kemauan siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran baik dalam
berdiskusi sesama teman sekelompok atau dalam diskusi kelas. Sedangkan pada
metode ceramah, pembelajaran berlangsung satu arah karena peneliti hanya
menjelaskan materi sistem periodik unsur dari awal hingga akhir pelajaran
sehingga siswa merasa bosan bahkan ada yang mengantuk pada pertengahan
pelajaran, siswa tidak termotivasi dalam memahami pelajaran karena tidak ada
media menarik yang digunakan. Hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa
dengan metode ceramah cenderung rendah.
b. Aspek Afektif
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelas
eksperimen II memiliki rata-rata selisih nilai afektif yang lebih tinggi dari pada
kelas kontrol. Hal tersebut juga dapat dilihat dari Tabel 4.5 nilai tengah yang
tertinggi pada kelas eksperimen II frekuensinya lebih banyak dari pada kelas
kontrol, selain dari data distribusi frekuensi, keefektifan pembelajaran yang
digunakan dapat juga dilihat dari hasil analisis uji t-pihak kanannya yakni prestasi
belajar siswa untuk aspek afektif pada kelas eksperimen II dengan kelas kontrol
diperoleh (thitung>ttabel=1,77>1,67). Dari hasil pengujian tersebut ternyata
thitung>ttabel maka hipotesis Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho maka H1 diterima,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode
pembelajaran TPS dengan media roda impian dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa pada materi sistem periodik unsur.
Tingginya prestasi belajar afektif siswa yang menggunakan metode TPS
yang dilengkapi dengan media roda impian dibanding metode ceramah
dikarenakan keaktifan siswa dalam pembelajaran kooperatif metode TPS yang
dilengkapi media roda impian. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran siswa lebih
fokus dan aktif pada diskusi kelompok bersama pasangannya maupun diskusi
kelas karena siswa diberi waktu untuk berfikir, berpasangan dan berdiskusi serta
saling membantu satu sama lain. Pada saat perputaran roda impian siswa antusias
memperhatikan tidak terkecuali siswa yang duduk di belakang. Dengan adanya
media roda impian menjadikan suasana pembelajaran aktif dan tidak
membosankan. Hal ini yang dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar
dibandingkan dengan metode ceramah. Berdasarkan pengamatan peneliti pada
metode ceramah, tampak bahwa siswa merasa malas dan mengantuk dalam
mengikuti proses pembelajaran karena pada metode ceramah pembelajarannya
cenderung menimbulkan kejenuhan pada siswa. Siswa hanya bertindak sebagai
pendengar dan pencatat saja tanpa adanya media yang menarik dalam
pembelajaran. Hal ini yang dapat menyebabkan prestasi belajar afektif pada
metode ceramah cenderung rendah.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis “Terdapat pengaruh
penggunaan metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap
prestasi belajar siswa materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1 Purwantoro
semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 berdasarkan aspek kognitif dan aspek
afektif ” dapat diterima.
3. Prestasi Belajar Siswa Kelas Eksperimen I (Metode NHT) dan Kelas
Eksperimen II (Metode TPS)
Pada penelitian ini dilakukan komparasi dua metode pembelajaran
bertujuan untuk membandingkan efektivitas antara penggunaan metode Numbered
Heads Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
terhadap prestasi belajar materi pokok sistem periodik unsur dengan melihat rata-
rata selisih nilai prestasi kognitif dan rata-rata nilai prestasi afektifnya.
a. Aspek Kognitif
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelas
eksperimen I memiliki rata-rata selisih nilai kognitif yang lebih tinggi dari pada
kelas eksperimen II. Hal tersebut juga dapat dilihat dari Tabel 4.8 nilai tengah
yang tertinggi pada kelas eksperimen I frekuensinya lebih banyak dari pada kelas
eksperimen II. Berdasarkan hasil uji t-pihak kanan terdapat perbedaan rerata
selisih nilai prestasi kognitif materi sistem periodik unsur, hasil yang diperoleh
dari rata-rata selisih nilai kognitif pada kelas eksperimen I lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas eksperimen II (thitung>ttabel=2,11>1,67). Dari hasil
pengujian tersebut ternyata thitung>ttabel maka hipotesis Ho ditolak. Dengan
ditolaknya Ho maka H1 diterima, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa prestasi
belajar kognitif siswa pada materi pokok sistem periodik unsur dengan
menggunakan metode NHT dengan media roda impian memberikan pengaruh
yang lebih baik terhadap peningkatan prestasi kognitif siswa dari pada
menggunakan metode TPS dengan media roda impian.
Prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode NHT dengan media roda
impian lebih tinggi dibandingkan dengan metode TPS dengan media roda impian
pada aspek kognitif, hal ini disebabkan karena pembelajaran yang terjadi
menggunakan metode NHT menekankan pada kerjasama dalam diskusi kelompok
yang terdiri dari 4 orang sehingga siswa menjadi aktif. Dalam pembelajaran ini
siswa berusaha menyelesaikan soal yang diberikan guru (peneliti). Meskipun
terdapat sebagian siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
dapat dibantu dengan teman sekelompoknya. Hal ini didukung dengan dituntutnya
tanggung jawab bahwa setiap siswa yang mempunyai nomor harus siap untuk
menjawab soal secara individu sehingga dapat terjalin kerjasama antar anggota
kelompok untuk memahami materi sistem periodik unsur. Sedangkan pada
metode TPS dengan media roda impian guru (peneliti) memberikan soal dan
meminta siswa memikirkan jawaban soal tersebut secara individu kemudian
melakukan diskusi dengan teman pasangannya. Dalam diskusi ini siswa berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
menyelesaikan soal yang diberikan. Berdasarkan pengamatan peneliti di kelas
pada tahap thinking siswa yang mempunyai kemampuan lebih rendah lebih
banyak hanya membaca materi dan kurang aktif untuk mengkonstruk
pengetahuannya sendiri dan pada tahap pairing masih terdapat pasangan siswa
yang mengalami kesulitan sehingga pada tahap sharing siswa tersebut cenderung
mengandalkan pasangan yang dianggap lebih pintar. Hal ini yang menyebabkan
prestasi belajar pada metode TPS lebih rendah daripada metode NHT.
b. Aspek Afektif
Dari data yang diperoleh pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kelas
eksperimen I memiliki rata-rata selisih nilai afektif yang lebih tinggi dari pada
kelas eksperimen II. Hal tersebut juga dapat dilihat dari Tabel 4.7 nilai tengah
yang tertinggi pada kelas eksperimen I frekuensinya lebih banyak dari pada kelas
eksperimen II, selain dari data distribusi frekuensi, keefektifan pembelajaran yang
digunakan dapat juga dilihat dari hasil analisis uji t-pihak kanannya yakni prestasi
belajar siswa untuk aspek afektif pada kelas eksperimen I dengan kelas
eksperimen II diperoleh (thitung>ttabel=1,76>1,67). Dari hasil pengujian tersebut
ternyata thitung>ttabel maka hipotesis Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho maka H1
diterima, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan metode prestasi
belajar afektif siswa pada materi pokok sistem periodik unsur dengan
menggunakan metode NHT dengan media roda impian memberikan pengaruh
yang lebih baik terhadap peningkatan prestasi afektif siswa dari pada
menggunakan metode TPS dengan media roda impian.
Tingginya prestasi belajar afektif siswa yang menggunakan metode NHT
dengan media roda impian dibanding metode TPS dengan media roda impian
disebabkan karena pada metode NHT siswa lebih termotivasi dalam mengikuti
pelajaran sebab siswa belum pernah mendapatkan pembelajaran kooperatif NHT
dengan menggunakan media roda impian, siswa mendapatkan keadaan
pembelajaran yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya yaitu guru biasa
menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media pembelajaran.
Walaupun mereka juga belum pernah mendapatkan pembelajaran dengan metode
TPS tetapi berdasarkan pengamatan peneliti di kelas siswa dengan metode NHT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
lebih aktif dalam mengikuti pelajaran terlihat setiap siswa antusias dalam
berdiskusi, saling berkomunikasi satu sama lain, saling membantu antar anggota
kelompok dalam memecahkan masalah karena setiap siswa dituntut siap untuk
menjawab soal ketika nomor yang dimiliki dipanggil dan pada saat pemutaran
roda impian untuk menentukan kelompok yang menjawab soal siswa juga antusias
memperhatikan. Antusias dalam pemutaran roda impian ini juga terjadi pada
pembelajaran metode TPS, tetapi pada saat diskusi berlangsung siswa yang
memiliki kemampuan lebih rendah cenderung mengandalkan teman pasangannya
yang dianggap mempunyai kemampuan lebih pintar sehingga sebagian siswa
kurang aktif dan terkadang ada yang berbincang-bincang dengan temannya diluar
topik materi karena dalam metode TPS tidak dituntut tanggung jawab secara
individu untuk menjawab soal. Hal ini yang menyebabkan prestasi belajar afektif
pada metode TPS cenderung lebih rendah daripada metode NHT.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis “Penggunaan metode Numbered
Heads Together (NHT) media roda impian memberikan pengaruh lebih baik
dibandingkan dengan metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian
terhadap prestasi belajar siswa materi sistem periodik unsur kelas X SMA N 1
Purwantoro semester 1 tahun pelajaran 2012/2013” dapat diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta
mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat pengaruh penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT)
dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem
periodik unsur. Hal ini ditunjukkan oleh kedua harga thitung kelas eksperimen I
dan kelas kontrol berdasarkan uji t-pihak kanan untuk nilai kognitif (3,58) dan
afektif (3,43) lebih besar dari pada ttabel = 1,67 sehingga hipotesis nol ditolak.
2. Terdapat pengaruh penggunaan metode Think Pair Share (TPS) dengan media
roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi sistem periodik unsur. Hal
ini ditunjukkan oleh kedua harga thitung kelas eksperimen II dan kelas kontrol
berdasarkan uji t-pihak kanan untuk nilai kognitif (1,88) dan afektif (1,77)
lebih besar dari pada ttabel = 1,67 sehingga hipotesis nol ditolak.
3. Penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda
impian memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode Think
Pair Share (TPS) dengan media roda impian terhadap prestasi belajar siswa materi
sistem periodik unsur. Hal ini ditunjukkan oleh kedua harga thitung kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II berdasarkan uji t-pihak kanan untuk nilai
kognitif (2,11) dan afektif (1,76) lebih besar dari pada ttabel = 1,67 sehingga
hipotesis nol ditolak.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat penulis sampaikan
sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian
selanjutnya dan dapat digunakan untuk upaya bersama antara guru, siswa serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan
kualitas hasil belajar secara maksimal.
2. Implikasi Praktis
Secara praktis berdasarkan hasil penelitian bahwa penggunaan metode
Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian memberikan
pencapaian prestasi belajar meliputi aspek kognitif dan aspek afektif yang lebih
tinggi dari pada penggunaan metode Think Pair Share (TPS) dengan media
roda impian dan metode ceramah, serta penggunaan metode Think Pair Share
(TPS) dengan media roda impian memberikan pencapaian prestasi belajar yang
lebih tinggi dari pada metode ceramah sehingga untuk memperoleh hasil
belajar yang lebih optimal maka pertama penggunaan metode Numbered Heads
Together (NHT) dengan media roda impian dapat diterapkan pada kegiatan
belajar mengajar kimia materi sistem periodik unsur selanjutnya yang kedua
penggunaan metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi diatas, maka dapat dikemukakan
saran sebagai berikut:
1. Bila terdapat metode Numbered Heads Together (NHT) dan metode Think Pair
Share (TPS) dalam proses belajar mengajar pada materi sistem periodik unsur
dan ingin meningkatkan prestasi belajar maka guru hendaknya menggunakan
metode Numbered Heads Together (NHT) karena dalam penelitian ini telah
terbukti bahwa penggunaan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan
media roda impian lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dari
pada penggunaan metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian.
2. Dalam pembelajaran dikelas diperlukan penggunaan metode dan media yang
tepat dan menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian,
dan motivasi siswa untuk memahami materi yang diajarkan.
3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut tentang penggunaan metode
Numbered Heads Together (NHT) dengan media roda impian dan penggunaan
metode Think Pair Share (TPS) dengan media roda impian pada pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kimia materi lainnya dengan menggunakan variabel yang lebih banyak
sehingga dapat diketahui sejauh mana efektivitasnya.