Upload
lamthuan
View
240
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS
SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI
Oleh:
A.OKTIVANI INDRIANTO
K7407001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS
SMA NEGERI 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011
Oleh:
A.OKTIVANI INDRIANTO
K7407001
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
A.Oktivani Indrianto. STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011.Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2011.
Tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui apakah model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada model ekspositori dalam
pembelajaran akuntansi bagi siswa SMA N 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental
dengan rancangan Matched Group Design. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas XI IS SMA N 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011, yang
berjumlah 220 siswa terdiri dari enam kelas. Pengambilan sampel menggunakan
teknik random sampling, dan diperoleh hasil dua kelas yaitu kelas XI IS 2 dan
kelas XI IS 1. Dalam menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
juga digunakan teknik acak, diperoleh hasil kelas XI IS 1 sebagai kelompok
kontrol dan kelas XI IS 2 sebagai kelompok eksperimen. Teknik pengumpulan
data untuk kemampuan awal menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dari nilai
ulangan sub kompetensi sebelumnya. Pengumpulan data untuk nilai akhir
menggunakan tes objektif. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis
statistik t-test.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada model ekspositori
terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi kelas XI IS SMA N 2
Surakarta tahun ajaran 2010/2011 teruji kebenarannya”. Hal tersebut didukung
berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yaitu diperoleh harga Me = 84 dan
Mk = 77,03. Dapat diartikan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan dengan menggunakan t-test diperoleh nilai thit sebesar 2,978 sedangkan
db = 70 dan taraf signifikasi 5 % harga ttab menunjukkan nilai sebesar 1,660,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehingga dapat disimpulkan bahwa thit > ttab atau 2,978 > 1,660. Artinya prestasi
belajar akuntansi siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw lebih baik daripada prestasi belajar akuntansi siswa yang diajar dengan
menggunakan model ekspositori.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAC
A.Oktivani Indrianto. A RESEARCH COMPARASION COOPERATIF STUDIET TIPE JIGSAW WITH EXPOSITORY MODELS FOR ACADEMIC SKILLS AKUNTANSY IN SMA NEGERI 2 SURAKARTA, STUDENT SPECIALLY CLASS XI 2010/2011 PERIODE. Thesis, Surakarta Keguruan and Ilmu Pendidikan Faculty Sebelas Maret Unerversity of Surakarta, June 2011.
The purpose of this research is to know that teaching used cooperatif tipe
Jigsaw is better than expository models in akuntansi teaching for academis skill of
SMA N 2 Surakarta student period 2010/1011.
The research use experiment methode with macthed group design way.
The object of this research is SMA N 2 Surakarta student period 2010/2011, about
220 student. On example of this research is taken from SMA N 2 Surakarta
student, about two class. From that class, one class is function as control that is
class XI IS 1 and the other is as experiment class that is class XI IS 2. About data
collection, in the first skill is used documentation technique. It means taken from
the value of sub competence before. In this research using analize teqnique
statistic t-test.
Based on the result of the research and data analysis found the value of Me
= 84 and Mk = 77,03 It means that class experiment having good score rather than
class controll. Based on the account that have been done used t-test found thit
value about 2,978, db = 70 and significant value 5% the value of ttab about 1,660.
It show that thit > ttab or 2,978 > 1,660. Based on the explanation above, the
conclusion of this research is “the cooperative studied with tipe jigsaw is better
than expository models for academic skill of SMA N 2 Surakarta period 2010/
2011”. For the conclusion the academic skill of the student who teach using a
cooperative tipe jigsaw is more better than student who teach using an expository
models.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
v ”Oleh perjalananmu yang jauh sudah letih lesu, tetapi engkau tidak berkata:
”Tidak ada harapan!” Engkau mendapat kekuatan yang baru, dan sebab itu
engkau tidak menjadi lemah.”
(Yesaya 57: 10)
v ”In this life we can’t always do great things, but we can do small things with
great love.”
(St. Theresa)
v ”Ketika suatu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun kadang kita melihat
dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat
pintu lain yang telah terbuka.”
(Alexander Graham Bell)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang,
cinta kasih dan terima kasih penulis kepada :
v Ibuku Christina Elisabeth Sri Lestari dan Bapakku Robertus
Southwel Ponco Indrianto yang selalu memberikan doa restu
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar.
v Adikku Richardus Credo Tri Anggoro yang selalu mendukung dan
berbagi kasih dalam keluarga.
v Denny Krisna Yulianto yang telah mengembalikan senyum dan
semangatku lagi.
v Sahabat CAKA (Mami Lia, Diah Eka, Dhelyn, Phy2, Atta, Lita,
Dian TM, Anjani, Dyah S, Eka S, Yamti, Kiki, Ratna, Kusniah,
Devina, Diantina, Laila, Yuni Cembenk, Trahari, Samsul, Om Er
(Eri), Om Ed (Edi), Bang Rohmad, Mufti, Isnan, Bernad, Om
Richi (Ridwan)) yang selama ini telah berjuang, berbagi semangat
dan kebersamaan dalam persahabatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh
penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan
penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana.
4. Dra. Sri Witurachmi, M.M, selaku pembimbing I yang telah memberikan
banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran
5. Drs. Ngadiman, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis
dengan kesabarannya
6. Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si, selaku Kepala SMA Negeri 2 Surakarta,
yang memberikan ijin penelitian skripsi ini.
7. Dra. TA Dwi Nurani, selaku guru yang membimbing dalam pelaksanaan
penelitian ini serta guru dan staff karyawan, serta siswa SMA Negeri 2
Surakarta kelas XI IS 1 dan XI IS 2 yang membantu penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman, khususnya CAKA dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Tuhan YME. Amin.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................ 9
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9
1. Belajar ......................................................................................... 9
a. Pengertian belajar ................................................................. 9
b. Prinsip-prinsip Belajar .......................................................... 10
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................ 12
2. Pembelajaran dan Model Pembelajaran .................................... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Pengertian Pembelajaran ...................................................... 14
b. Komponen Pembelajaran ...................................................... 15
c. Model Pembelajaran ............................................................. 16
3. Studi Komparasi ........................................................................ 17
4. Model Pembelajaran Kooperatif ............................................. 18
a. Pengertian Model Pembelajaran
Kooperatif .......................................................................... 18
b. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif ................... 22
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ................... 22
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif ................. 25
e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ........................................ 26
f. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif ............ 26
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ......................... 27
a. Hakikat Teknik Jigsaw ....................................................... 27
b. Langkah-langkah Teknik Jigsaw ...................................... 28
c. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Jigsaw .................... 29
6. Pembelajaran Ekspositori ....................................................... 30
a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori ................................ 30
b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori ............................ 31
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Ekspositori ............... 32
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Ekspositori ........... 33
e. Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Ekspositori ..... 34
7. Prestasi Belajar ....................................................................... 36
8. Akuntansi ................................................................................ 36
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................. 37
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 39
D. Perumusan Hipotesis ....................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 44
A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 44
1. Tempat Penelitian ........................................................................ 44
2. Waktu Penelitian........................................................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 45
1. Populasi ........................................................................................ 45
2. Sampel ........................................................................................... 45
3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................... 46
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 46
1. Variabel Penelitian ................................................................ 46
2. Metode Pengumpulan Data ................................................... 47
3.Instrumen Penelitian ............................................................... 48
D. Rancangan Penelitian ....................................................................... 53
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 55
1. Prasyarat Analisis ........................................................................ 55
2. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 57
A. Deskripsi Data .................................................................................... 57
1. Deskripsi data Umum ............................................................. 57
a. Sejarah SMA N 2 Surakarta ................................................... 57
b. Visi, Misi dan Tujuan SMA N 2 Surakarta ........................... 62
c. Guru dan Staf ......................................................................... 65
d. Struktur Organisasi ................................................................ 68
e. Kurikulum ........................................................................ 69
2. Deskripsi Data Khusus ............................................................ 73
a. Data Nilai Kemampuan Awal ............................................. 73
b. Data nilai Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi ........ 76
B. Pengujian Prasyarat Analisis ............................................................ 78
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 79
1. Hipotesis Pertama ........................................................................ 79
2. Hipotesis kedua ............................................................................ 79
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ...................................................... 79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................... 83
A. Keimpulan ............................................................................................ 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi .............................................................................................. 85
C. Saran .................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88
LAMPIRAN ......................................................................................................... 90
PERIJINAN ..................................................................................................... .. 164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir Dalam Penelitian 41
Gambar 2. Pola Mathed Group Design 53
Gambar 3. Struktur Organisasi SMA N 2 Surakarta 66
Gambar 4. Histogram Nilai Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen ........................................................................... 72
Gambar 5. Histogram Nilai Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol................................................................................... 73
Gambar 6. Histogram Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Eksperimen ........................................................................... 75
Gambar 7. Histogram Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Kontrol ................................................................................. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional 23
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penyusunan Skripsi 44
Tabel 3. Kisi – kisi Soal Tes 47
Tabel 4. Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal Tryout 48
Tabel 5. Ringkasan Daya Beda Soal Tryout 49
Tabel 6. Ringkasan Uji Validitas Soal Tryout 51
Tabel 7. Daftar Guru SMA Negeri 2 Surakarta 63
Tabel 8. Daftar Nama Tenaga Administrasi SMA N 2 Surakarta 65
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Siswa Kelas eksperimen 71
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol 73
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Eksperimen 74
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Kelas Kontrol 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Soal Tryout 88
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 99
Lampiran 3. Soal Evaluasi 126
Lampiran 4. Daftar Nama Siswa 136
Lampiran 5. Pembagian Kelompok Dalam Jigsaw 139
Lampiran 6. Tabel Persiapan Tingkat Kesukaran,
Daya Beda, Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 140
Lampiran 7. Perhitungan Data 142
Lampiran 8. Gambar Kegiatan Pembelajaran Jigsaw 164
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses yang penting untuk meningkatkan
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian,
dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan
bersama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah
yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup
manusia. Manusia tidak hanya cukup tumbuh dan berkenbang dengan dorongan
insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya agar ia
menjadi manusia yang utuh.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,
menyatakan bahwa
Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Sisidiknas: 2003).
Pendidikan penting bagi diri sendiri, masyarakat maupun bangsa dan
negara, pemerintah Indonesia telah menggunakan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka mencapai kemajuan. Berbagai
upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan melaksanakan
wajib belajar sembilan tahun bagi warga negara, dengan diberlakukannya
pendidikan dasar sembilan tahun, pemerintah mengharapkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia dapat meningkat.
Dewasa ini pendidikan hanya menitik beratkan pada tercapainya tujuan
pendidikan, tetapi kurang memperhatikan proses pencapaian tujuan tersebut.
Para pendidik dalam proses pencapaian tujuan pendidikan harus memperhatikan
kebutuhan masyarakat dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat
dicapai dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kurikulum pendidikan yang ada,
memperbaharui proses belajar mengajar, menganalisis hasil belajar siswa serta
mengatasi permasalahan – permasalahan yang ada dalam pendidikan.
Salah satu permasalahan yang ada dalam pendidikan adalah penggunaan
metode mengajar yang monoton misalnya dengan penggunaan metode tradisional
seperti ceramah. Padahal dengan penggunaan metode yang monoton akan
menjadikan siswa lebih cepat bosan dan berakibat kurang baik pada penerimaan
materi pelajaran. Selain itu siswa hanya akan mengandalkan informasi dari guru
dan mencatat informasi yang diberikan oleh guru tanpa adanya tanggapan balik
dari siswa. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran akuntansi.
Mengingat pentingnya ilmu akuntansi dalam berbagai bidang kehidupan
manusia, maka perlu diperhatikan mutu pengajaran mata pelajaran akuntansi yang
di ajarkan di tiap jenjang dan jenis pendidikan. Untuk mendapatkan pengetahuan
tentang ilmu akuntansi, maka siswa harus menempuh proses belajar mengajar
yang baik. Belajar akan lebih berhasil bila telah diketahui tujuan yang ingin
dicapai. Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan akuntansi yang baik dan
untuk mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah
dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat agar setiap kegiatan belajar
mengajar tidak sia-sia dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran akuntasi khususnya.
Prestasi belajar merupakan tolak ukur yang utama untuk mengetahui
keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan
bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Upaya peningkatan prestasi terletak pada
tanggung jawab guru, siswa dan juga lingkungan belajarnya. Namun dari itu lebih
dititikberatkan pada guru, karena bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat
dipahami oleh anak didik secara benar tergantung pada sejauh mana guru dapat
menggunakan metode pembelajaran dengan baik. Setiap model pembelajaran
ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola
proses pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengamatan sementara yang telah dilakukan di kelas XI IS SMA Negeri
2 Surakarta adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
Akuntansi. Rata – rata 12 dari 36 siswa tiap kelas belum mencapai standar nilai
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Akuntansi yaitu 70. Siswa
lebih sering mengobrol dengan teman saat pelajaran sedang berlangsung. Selain
itu diketahui bahwa selama ini guru menggunakan metode yang dalam kegiatan
belajar mengajar didominasi ceramah oleh guru, sebagian ada yang mengikuti
dengan baik namun banyak sebagian lagi tidak memperhatikan apa yang
disampaikan oleh guru. Didalam pembelajaran, guru dianggap sebagai sumber
segala informasi, guru yang mendominasi kelas, guru langsung membuktikan
dalil-dalil, dan guru memberikan contoh-contoh soal. Sedangkan siswa harus
mendengarkan, melaksanakan pola-pola yang diterapkan guru, mencontoh cara-
cara yang dilakukan guru dalam menyelesaikan soal-soal yang dapat
mengakibatkan siswa bertindak pasif. Hal ini dapat menimbulkan kurangnya
kemandirian siswa, sehingga kemampuan siswa untuk menganalisa dan
menyelesaikan suatu permasalahan kurang berkembang secara baik. Kebanyakan
siswa hanya mengandalkan penjelasan dari guru tentang materi terkait. Hal inilah
yang membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.
Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar selama
ini menerapkan model pembelajaran ekspositori yang didimonasi dengan metode
ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Model ekspositori merupakan model
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal/
langsung dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Guru menyampaikan bahan
dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, secara lengkap
sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib.
Dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa, guru menggunakan
alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain disamping memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Penguasaan konsep akuntansi hendaknya ditanamkan secara benar
dengan metode mengajar yang tepat agar siswa mampu dan tidak mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kesulitan dalam mempelajari akuntansi di tingkat lanjut. Masih banyak siswa yang
merasa kesulitan dalam memahami konsep akuntansi, maka perlu dicari suatu
model dalam pembelajaran akuntansi yang bermanfaat, efektif dan efisien serta
membuat siswa tertarik dan termotivasi untuk mempelajari dan memahami konsep
akuntansi. Untuk itu pengajar perlu mengubah model pembelajaran yang terpusat
pada guru dengan menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada siswa.
Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang
menekankan aktivitas siswa dalam kelompok-kelompok kecil.
Suasana menyenangkan dalam pembelajaran lebih mengarah kepada
metode apa yang digunakan guru dalam mengajar, siswa akan sangat terfokus
perhatiannya bila guru menerapkan metode pengajaran yang dapat menarik
perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Oleh karenanya guru perlu
tahu berbagai metode pengajaran yang dapat dipilih untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran. Alternatif model pembelajaran inovatif yang menarik serta dapat
menjadikan siswa aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Terdapat beberapa metode dalam model pembelajaran kooperatif
misalnya jigsaw, teams group tournament, group investigation, think pair share.
Jigsaw dipilih karena merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang
menyenangkan. Teknik yang digunakan dalam jigsaw memiliki kesamaan dengan
teknik ”Pertukaran Kelompok ke Kelompok” dengan suatu perbedaan penting
yaitu bahwa setiap peserta didik ditugaskan untuk mengajarkan sesuatu. Model
pembelajaran tipe Jigsaw tidak hanya mengarahkan siswa untuk berdiskusi tapi
mengajarkan agar setiap siswa memikul suatu tanggung jawab yang jelas dalam
kelompoknya.
Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu memotivasi siswa untuk memahami
konsep akuntansi dengan lebih baik. Selain itu, siswa diharap dapat melatih dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa lain
agar tercipta suasana yang menarik, menyenangkan dan aktivitas sosial siswa di
kelas dapat terwujud dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pemaparan masalah di atas, penulis ingin melakukan penelitian
untuk menguji baik tidaknya pencapaian prestasi belajar siswa menggunakan
metode Jigsaw dibandingkan menggunakan model ekspositori dalam mengajarkan
siswa untuk memahami konsep akuntansi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : “Studi Komparasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Model Ekspositori Terhadap Prestasi Belajar
Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/ 2011”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
ada beberapa masalah yang perlu diidentifikasi. Masalah- masalah tersebut
adalah:
1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang. Terlihat dari adanya
siswa yang tidak mau bertanya pada guru apabila tidak mengerti materi yang
diberikan dan berbicara sendiri dengan temannya..
2. Kemampuan guru dalam meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran kurang, belum menerapkan metode pembelajaran yang
bisa membuat siswa tertarik.
3. Sarana dan prasarana belajar yang digunakan siswa kurang. Siswa hanya
mengandalkan penjelasan dari guru tentang materi pelajaran yang terkait.
4. Terdapat beberapa siswa yang belum mencapai standar KKM, sehingga
prestasi belajar tergolong rendah.
C. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi masalah dalam penelitian agar penelitian ini lebih
terarah. Dengan demikian diharapkan masalah dapat dikaji lebih mendalam untuk
mendapatkan hasil yang lebih optimal. Masalah yang akan diteliti dibatasi pada
metode pembelajaran dan prestasi belajar Akuntansi. Dibawah ini akan dijelaskan
mengenai definisi masalah di atas sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk dapat mencapai tujuan belajar.
Dalam hal ini adalah perbandingan antara model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dengan model ekspositori.
a. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok
asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami
topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan
topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Langkah-langkah teknik Jigsaw adalah:
1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-
6 orang).
2) Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk teks
yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.
3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang
sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya.
5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya
bertugas mengajar teman-temannya.
6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai
tagihan berupa kuis individu.
b. Model pembelajaran Ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara langsung dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menguasai materi pelajaran secara optimal. Terdapat beberapa langkah
dalam pelaksanaan model pembelajaran Ekspositori yaitu:
1) Persiapan
2) Penyajian
3) Korelasi
4) Menyimpulkan
5) Mengaplikasikan
2. Prestasi belajar dalam penelitian ini diukur dari kemampuan kognitif siswa.
3. Mata pelajaran akuntansi yang dijadikan sebagai objek penelitian dikhususkan
pada pokok bahasan Kertas kerja di SMA Negeri 2 Surakarta kelas XI IPS.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi antara pengajaran
dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model ekspositori di
kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik
daripada model ekspositori dalam pembelajaran mata pelajaran akuntansi
siswa kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui adakah perbedaan prestasi belajar mata pelajaran
akuntansi antara pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dan model ekspositori di kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun
pelajaran 2010/ 2011.
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw lebih baik daripada model ekspositori dalam pembelajaran mata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pelajaran akuntansi siswa kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun
pelajaran 2010/ 2011.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, penulis,
dan pembaca. manfaat tersebut antara lain:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan khasanah keilmuan kependidikan khususnya pada mata pelajaran
Akuntansi dan dapat dijadikan referensi pada penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Diharapkan dengan penelitian ini para siswa mendapatkan kemudahan
dalam belajar memahami konsep mata pelajaran Akuntansi yang disampaikan
oleh guru, sehingga hasil yang didapat akan memuaskan.
b. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dalam memanfaatkan dan menggunakan
model pembelajaran, serta media yang sesuai kompetensi yang dimiliki siswa
pada pelajaran yang bersangkutan, dalam rangka peningkatan pemahaman
konsep mata pelajaran akuntansi dan hasil pembelajaran tersebut.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, baik oleh guru atau pembimbing dalam meningkatkan prestasi
belajar khususnya pada mata pelajaran Akuntansi dengan cara mengatasi
kesulitan belajar yang dialami siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses seseorang memperoleh kecakaapan,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak kecil sampai akhir hayat
seseorang. Artinya, proses belajar tidak akan pernah berhenti. Hal ini karena
manusia selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi pada lingkungan
yang ada di sekitarnya sehingga proses belajar pada manusia tidak akan pernah
berhenti.
Menurut Slameto (2003: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Gage (1984) dalam Martinis Yamin (2003: 98)
mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organism berubah
perilakunya diakibatkan pengalaman. Sedangkan menurut Ausebel (1968)
dalam Martinis Yamin (2003: 102), dalam teori bermaknanya menjelaskan
bahwa belajar merupakan proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, maka dapat peneliti
simpulkan bahwa belajar adalah proses mengaitkan informasi baru yang
dilakukan seseorang sebagai upaya untuk memperoleh perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.
Slameto (2003: 3-5), menjelaskan tentang ciri-ciri perubahan tingkah
laku dalam pengertian belajar yaitu :
1) Perubahan terjadi secara sadar 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau berarah 6) Perubahan mencakup seluruh aspek atau tingkah laku
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Seseorang dianggap telah belajar
apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan
tersebut sebagai hasil dari interaksinya dengan orang lain atau lingkungan. Selain
itu, aspek-aspek perubahan dalam belajar tersebut juga saling berhubungan erat
sama satu lain. Di mana, perubahan-perubahan tersebut menyangkut aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Proses belajar tidak berlangsung secara instan. Prosesnya bersifat
kompleks, tapi dapat dianalisis dalam prinsip-prinsip belajar agar kita tahu
teknik belajar yang baik. Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2003: 27-
28) ialah:
1) Berdasarkan prasarat yang diperlukan untuk belajar.
a) Dalam belajar setiap siswa diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan
minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat
untuk siswa dapat mencapai tujuan instruksional.
c) Belajar perlu lingkungan menantang dimana anak dapat mengembangkan
kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapkan. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,
penyajian sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar.
b) Repetisi, dalam proses belajar perlu adanya ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Terdapat beberapa perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar,
diantaranya:
1) Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan, misalnya ia
akan menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kemampuannya
bertambah, dan kebiasaannya bertambah.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi proses
berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah
dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Bersifat aktif berarti bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya
melainkan karena usaha individu itu sendiri.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap atau
permanen.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Adanya perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya tujuan yang
akan dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Seorang yang belajar sesuatu akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Slameto (2003: 54-57), faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu faktor intern dan dan
faktor ekstern.
1) Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri individu yang sedang
belajar yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan.
a) Faktor jasmaniah, yaitu faktor yang berasal dari anggota badan individu
sendiri. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
(1) Faktor kesehatan adalah kondisi segenap badan beserta bagian-
bagiannya terbebas dari penyakit.
(2) Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.
b) Faktor psikologis, yaitu faktor yang mempengaruhi kondisi kejiwaan
individu. Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psokologis
yang mempengaruhi belajar yaitu:
(1) Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan
konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan
mempelajarinya dengan cepat.
(2) Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi.
(3) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.
(4) Bakat adalah kemampuan untuk belajar.
(5) Motif adalah tujuan yang akan dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(6) Kematangan adalah tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di
mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan
baru.
(7) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi.
c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya tahan tubuh
menurun. Faktor kelelahan ada dua, kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani,
(1) Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
(2) Kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
2) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a) Faktor keluarga, yaitu siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga.
b) Faktor sekolah, yaitu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekolah
sehingga mempengaruhi belajar siswa.
c) Faktor masyarakat. Yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan
siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Berdasar pendapat di atas dapat diuraikan bahwa salah satu faktor
dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses
belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi
merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual, karenanya seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup
tinggi, bias gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Motivasi
mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru
maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat
diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat
belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat
belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi
belajar adalah faktor metode pembelajaran yang digunakan. Seorang guru
dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan
keadaan kelas maupun keadaan siswa dan tujuan pembelajaran, sehingga
siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan
variasi metode, diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa. Selain
faktor metode pembelajaran, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa adalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakan suatu
komponen sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan
Lingkungan sekolah yang kondusif akan mendukung proses kegiatan belajar
mengajar.
2. Pembelajaran dan Model Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Gino et al (1999: 30) menjelaskan bahwa istilah “pembelajaran” sama
dengan “instruction” atau “pengajaran”. Purwadarminta (1976: 22) dalam Gino
et al (1999: 30) mengatakan bahwa Pengajaran mempunyai arti cara
(perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila pengajaran diartikan sebagai
perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang
diajar atau belajar yaitu siswa. Dengan demikian pengajaran diartikan sama
dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Kegiatan
belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
Menurut Bruner dalam Nasution (2008: 9-10), proses pembelajaran
siswa melibatkan tiga fase atau episode, yaitu:
(1) Informasi
(2) Transformasi
(3) Evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh
sejumlah informasi. Informasi tersebut ada yang menambah pengetahuan, ada
yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang
bertentangan dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Fase transformasi, informasi tersebut harus dianalisis, diubah, atau
ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam fase ini, siswa perlu
mendapatkan bantuan guru.
Fase evaluasi, siswa akan menilai mana informasi yang diperoleh dari
transformasi itu yang dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah usaha sadar dari guru yang bertujuan untuk membelajarkan peserta
didik dan didalam prosesnya melibatkan berbagai komponen yaitu tujuan,
materi, metode atau strategi, media, serta evaluasi sehingga terjadi perubahan
tingkah laku dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam
waktu yang relatif lama karena adanya usaha.
b. Komponen Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses yang utama dalam pendidikan.
Proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, namun untuk
memperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan
secara sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Pembelajaran terdiri
atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan
satu dengan yang lain dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. HJ. Gino, dkk (1998: 30)
menyebutkan bahwa “komponen kegiatan belajar mengajar meliputi siswa,
guru, isi pelajaran, media, metode, tujuan dan evaluasi”. Margono (1995: 9)
mengungkapkan bahwa komponen-komponen pembelajaran terdiri dari:
1) Tujuan
2) Materi
3) Satrategi belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Evaluasi
Berdasar pendapat tersebut, dapat diuraikan komponen-komponen
pembelajaran sebagai berikut:
1) Tujuan, yaitu pernyataan tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan
terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar mengajar. Perubahan
tersebut terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar mengajar.
Perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
2) Materi, yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
3) Strategi belajar mengajar, yaitu kegiatan guru dalam proses belajar
mengajar yang dapat memberikan kemudahan dan fasilitas kepada siswa
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4) Evaluasi, yaitu cara tertentu untuk menilai suatu proses dan hasilnya.
Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar
dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen belajar
mengajar.
Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling
berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan
sehingga merupakan suatu sistem.
c. Model Pembelajaran
Istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Pada proses belajar-
mengajar diperlukan model pembelajaran agar peserta didik mampu
memahami materi yang disampaikan oleh pengajar secara optimal. Menurut
Aunurrahman (2009: 146) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Joyce dalam
Trianto (2009: 22) Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual
yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Arends dalam Triyanto
(2009: 22) Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan
pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan
sistem pengelolaannya.
Berdasar beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan
mengelola kelas. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat
menumbuhkan motivasi peserta didik, menumbuhkan minat, serta memberi
kemudahan peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan
sehingga memungkinkan bagi peserta didik mendapatkan hasil belajar yang
lebuh baik.
3. Studi Komparasi
Studi diartikan sebagai kajian, pelajaran, penggunaan waktu dan pikiran
untuk memperoleh ilmu pengetahuan (Poerwadarminta, 1999: 965) dan komparasi
diartikan sebagai perbandingan. Menurut Anas Sudjiono dalam Darwyan Syah et
al (2009: 103) kata komparasi diambil dari kata comparation yang berarti
“perbandingan” atau “pembandingan”. Secara sederhana komparasi dapat
diartikan sebagai perbandingan yaitu membandingkan persamaan maupun
perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide, kritik
terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja (Darwyan Syah
et al, 2009: 103). Jadi yang dimaksud studi komparasi dalam penelitian ini adalah
kajian untuk membandingkan sesuatu dengan yang lain dan mana yang lebih baik
dari keduanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham kontruktivis. Cooperative learning merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemapuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
Sifat model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar
kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Dalam kerja kelompok guru
biasanya membagi kelompok lalu diberi tugas tanpa rancangan tertentu yang
dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja
aktif dan ada juga yang pasif. Sementara itu, pembelajaran kooperatif setiap
siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan
tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus
bekerja aktif. Hubungan kerja seperti ini memungkinkan timbulnya persepsi
yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai
keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan
andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok.
Anita Lie (2002: 17), menyebutkan bahwa ”Sistem pembelajaran cooperative
learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang
terstruktur”.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
cooperative learning atau pembelajaran kooperataif adalah suatu model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar dan bekerjasama dengan
siswa lain dalam satu kelompok kecil untuk meningkatkan belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan model pembelajaran ini, maka persaingan yang biasanya muncul di
kelas akan tergantikan oleh bentuk kerjasama antarsiswa. Selain itu,
kesenjangan kemampuan di antara siswa akan berkurang karena model
pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa
yang kurang pandai.
Ada tiga pilihan model pembelajaran, yaitu kompetisi, individual,
dan cooperative learning (pembelajaran kooperatif).
1) Model kompetisi
Dalam model pembelajaran kompetisi, siswa belajar dalam
suasana persaingan. Tidak jarang pula guru memakai imbalan sebagai
sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan
sesama pembelajar. Teknik imbalan yang didasari oleh teori
behaviorisme ini banyak mewarnai sistem penilaian hasil belajar. Tujuan
utama dalam model kompetisi adalah menempatkan anak didik dalam
urutan mulai dari yang paling baik hingga paling jelek. Pencapaian tujuan
secara kompetitif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Seseorang dapat memperoleh tujuannya jika dan hanya jika yang
lainnya gagal untuk memperoleh tujuannya
b) Terciptanya korelasi negatif diantara tujuan yang dicapai
c) Ketergantungan negatif
d) "Jika saya berenang, kamu tenggelam, jika kamu berenang, saya
tenggelam"
e) Pencapaian tujuan individu
f) Evaluasi dengan cara membandingkan (Norm Referenced)
g) Pemenang diberi hadiah
2) Model individual
Alternatif menarik dari model pengajaran kompetisi yang
dewasa ini banyak diterapkan adalah model pengajaran individual.
Dalam sistem ini, setiap anak didik belajar dengan kecepatan yang sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri. Jadi dengan kata lain ank didik tidak
bersaing dengan siapa-siapa melainkan dengan diri mereka sendiri. Pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penilaiannya juga berbeda dalam sistem kompetisi. Dalam model ini
pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Pencapaian tujuan
secara individual memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Setiap pencapaian tujuan seseorang tidak berhubungan dengan
pencapaian tujuan yang lainnya
b) Tidak ada korelasi antara pencapaian tujuan-tujuan
c) Tidak ada saling ketergantungan
d) "Dalam hal ini kita sendirian"
e) Tujuan individual
f) Hadiah untuk hasil kerja sendiri
3) Model pembelajaran kooperatif
Perkembangan dari dua model diatas adalah model
pembelajaran yang menganut falsafah homo homini socius, yakni model
pembelajaran gotong royong. Dimana kerja sama merupakan kebutuhan
yang sangat penting. Pencapaian tujuan secara kooperatif ditandai dengan
ciri-ciri:
a) Ketika salah seorang anggota mencapai tujuannya, demikian pula
dengan anggota lainnya
b) Korelasi positif diantara tujuan-tujuan yang tercapai
c) Ketergantungan positif
d) Kita berenang dan tenggelam bersama-sama
e) Tujuan kelompok
f) Evaluasi berbasis kritesia dan dorongan
g) Hadiah untuk hasil kelompok
Sejalan dengan perkembangan model pembelajaran, model
pembelajaran kooperatif lah yang lebih banyak dilirik para pendidik. Karena
dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang
disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), guru
mempunyai kebebasan dalam metode pembelajaran yang akan diterapkan.
Dalam menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat
meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dari sini maka harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dirancang dan dibangun suasana kelas sedemikian rupa, sehingga siswa
mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lain.
Karp dan Yoels dalam Anita Lie (2002: 6) menyatakan bahwa
strategi yang paling sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah
dengan diskusi kelas. Namun dalam kenyataannya, strategi ini tidak efektif
karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi,
kebanyakan siswa hanya diam menjadi penonton sementara arena kelas
dikuasai oleh beberapa siswa saja.
Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil
sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling
membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.
Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling
memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi
masalah dalam belajar.
Cooperative Learning (CL) merupakan salah satu model
pembelajaran berbasis dari teori belajar sosial Robert Bandura. Cooperative
Learning dipopulerkan oleh Spencer Kagan, Robert Slavin dan juga
Johnson&Johnson. Cooperative Learning didefinisikan sebagai grup pelajar
yang bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah,
menyelesaikan tugas, menyelesaikan sebuah tujuan (Artz &Newman,990,
p.448). Model cooperative learning memerlukan kerjasama siswa dan
ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiahnya. Idenya adalah
setiap pelajaran dibentuk dengan suatu cara dimana siswa harus bekerja sama
(berkooperasi) untuk meraih tujuan pembelajaran mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model CL, mapu mendorong
proses belajar dan kemampuan akademik siswa, meningkatkan kemampuan
mengingat siswa (retention), meningkatkan kepuasan siswa dengan
pengalaman belajar yang dialaminya, membantu siswa mengembangkan
kecakapan dalam komunikasi oral, mengembangkan kecakapan sosial siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membangun harga diri (self-esteem) siswa, membantu mendorong hubungan
positif antar ras/suku/bangsa.
b. Unsur – unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2010: 58)
mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
dalam model pembelajaran kooparatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut
adalah:
1) Positive interdependence (saling ketrgantungan positif) 2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3) Face to face promotive interactive (interaktif promotif) 4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) 5) Group processing (pemrosesan kelompok)
Menurut Lungred dalam Isjoni (2009: 13), menyebutkan bahwa ada
tujuh unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama”.
2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari meteri yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Sesungguhnya perlu kita ketahui perbedaan pembelajaran kooperatif
dengan pembelajaran tradisional yang biasa digunakan guru dalam kelas,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kooperatif
a. Guru sering membiarkan adanya
siswa mendominasi kelompok atau
hanya menggantungkan diri pada
kelompok.
b. Pemimpin kelompok sering dipilih
oleh guru.
c. Akuntabilitas individual sering
diabaikan, sehingga tugas-tugas
sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok, sedangkan
anggota yang lain menjadi
“benalu”
d. Keterampilan sosial sering tidak
diajarkan secara langsung
e. Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
a. Saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling
memeberikan motivasi sehingga
ada interaksi promotif.
b. Pemimpin kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir.
c. Adanya akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan materi
pelajaran pada setiap kelompok.
Tiap kelompok diberi umpan balik
dari hasil belajar para anggotanya,
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan,
dan siapa yang siap dalam
memberikan bantuan.
d. Adanya keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja kelompok
diajarkan secara langsung, seperti:
kepemimpinan, komunikasi, serta
mengelola konflik.
f. Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas, tetapi juga
hubungan interpesonal.
(Sugiyanto, 2010: 42)
Selain perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan
pembelajaran tradisisonal, tiga konsep sentral yang menjadi kareteristik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin yang dikutip
Isjoni (2009: 21), yaitu:
1) Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai
skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok
dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung,
saling membantu, dan saling peduli.
2) Pertanggungjawaban individu
Pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota
siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri
tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative
learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam
belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki
keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun
keterampilan sosial (social skill).
Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul
dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tapi juga sangat
berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu
teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses
pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
Menurut Slavin cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan stuktur kelompok
yang heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans, mengemukakan cooperative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja
sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl menyatakan cooperative
learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan
sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. (dalam Isjoni, 2009: 12).
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif
Menurut Cilibert-Macmilan dalam Isjoni (2009: 23) ”Bila
dibandingkan dengan pembelajaran yang masih konvesional, cooperative
learning memiliki beberapa keunggulan. Keunggulannya dilihat dari
aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan
dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa
belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan
kelompok”.
Selanjutnya Jarolimek dan Parker yang dikutip Isjoni (2009: 24)
mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif,
yakni:
1) Saling ketergantungan yang positif. 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman
emosi yang menyenangkan.
Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada
dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).
Faktor dari dalam, yaitu:
1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan
topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang. Hal ini mengakibatkan siswa yang lain pasif.
Sedangkan faktor dari luar (ekstern) yaitu lingkungan kelas itu sendiri. e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim, et al. (2000) dalam Isjoni (2009: 27), merangkum tiga
tujuan penting dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Hasil belajar akademik.
Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam
tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis
penting lainnya. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan
hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik
pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
social, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan
melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai
satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak
muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
f. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2010: 43) ada banyak nilai pembelajaran
kooperatif diantaranya:
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan,
informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan
komitmen 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif 10) Meningnkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik 11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.
5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Hakikat Teknik Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot
Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi
oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends,
2001).Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai
metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan
pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie, A., 2005).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama
bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang
topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa
itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota
kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada
pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal
yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
b. Langkah-langkah Teknik Jigsaw
Langkah – langkah teknik Jigsaw dalam Sugiyanto (2010: 45) adalah:
1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar (expert group)
4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar
5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
Pembelajaran jigsaw dideskripsikan sebagai strategi pembelajaran
dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang disebut
“kelompok asal”. Kemudian siswa juga menyusun “kelompok ahli” yang
terdiri dari perwakilan “kelompok asal” untuk belajar dan/atau memecahkan
masalah yang spesifik. Setelah “kelompok ahli” selesai melaksanakan tugas
maka anggota “kelompok ahli” kembali ke kelompok asal untuk
menerangkan hasil pekerjaan mereka di “kelompok ahli” tadi.
Teknik jigsaw mengkondisikan siswa untuk beraktifitas secara
kooperatif dalam dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
Aktifitas tersebut meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah,
memberikan umpan balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas
tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa secara aktif
melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna.
c. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Jigsaw
Menurut Sugiyanto (2010: 46) keunggulan model jigsaw dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Dapat digunakan secara efektif di tiap level, siswa telah mendapatkan
keterampilan akademis mulai dari pemahaman, membaca maupun
keterampilan kelompok untuk belajar bersama.
2) Pada kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan
dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa, serta akan merasa senang
berdiskusi tentang akuntansi dalam kelompoknya.
Namun setiap kelebihan pasti diikuti juga dengan sisi kelemahannya, antara
lain:
1) Untuk mengoptimalkan manfaat kerja kelompok, keanggotaan
kelompok harus heterogen, baik dari segi kemampuan maupun
karakteristik lainnya.
2) Jumlah siswa yang bekerja sama dalam kelompok harus dibatasi agar
kelompok tersebut dapat bekerja sama secara efektif, sebab suatu
ukuran kelompok dapat mempengaruhi kemampuan produktivitasnya.
3) Guru cenderung menggunakan kompetensi untuk memotivasi siswa
mereka, dan sering mengabaikan strategi yang didalamnya terdapat
kerjasama dan motivasi teman sebaya yang dapat digunakan untuk
membantu siswa fokus terhadap prestasi akademik
6. Pembelajaran Ekspositori
a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori
Pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal. Dalam sistem ini, guru menyampaikan bahan
dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, secara lengkap
sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib
(Abin Syamsuddin Makmun, 2004: 233).
Pada model ini dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada
siswa, guru menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-
lain disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan. Guru hanya memberi informasi pada saat tertentu jika diperlukan,
misalnya pada permulaan pelajaran, memberi contoh soal serta menjawab
pertanyaan siswa. Karena model ekspositori lebih menekankan kepada proses
bertutur, maka sering juga dinamakan strategi ”chalk and talk”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Model ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan
memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi
pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam
bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti
pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori
merupakan metode pembelajaran mengarah pada tersampaikannya isi pelajaran
kepada siswa secara langsung.
Penggunaan model ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan
sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh
guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model ekspositori
cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau
informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Model
ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-
sama memberikan informasi.
b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:
1) Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran
secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam
melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya
dengan ceramah.
2) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus
dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu
sendiri. Artinya,setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan
dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan
kembali materi yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa
dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik
(academic achievement ) siswa.
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Ekspositori
Menurut Wina Sanjaya (2010: 190) pembelajaran ekspositori
merupakan model pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini
disebabkan model ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana
siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi
pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang
dimiliki untuk belajar terbatas.
3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar
melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus
siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk
jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Model Ekspositori disamping memiliki kelebihan juga terdapat
kelemahan. Kelemahan model pembelajaran ekspositori, yaitu:
1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap
siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik.
2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu
baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat,
serta perbedaan gaya belajar.
3) Strategi ini lebih banyak dilakukan dengan ceramah, maka akan sulit
mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,
hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada apa yang dimiliki guru,
serta persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi dan berbagai kemampuan guru dalam mengelola kelas.
5) Strategi pembelajaran ini lebih banyak terjadi satu arah, maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi
pembelajaran akan sangat terbatas pula.
d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Ekspositori
Ada beberapa langkah dalam penerapan model ekspositori, yaitu:
1) Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima
pelajaran. Dalam ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang
sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menggunakan
ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang
harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:
a) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
b) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.
c) Bukalah file dalam otak siswa.
2) Penyajian (Presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai
dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru dalam melakukan
penyajian ini harus berusaha agar materi pelajaran dapat dengan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa. Hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan langkah ini, yaitu:
a.) Penggunaan bahasa
b.) Intonasi suara
c.) Menjaga kontak mata dengan siswa
d.) Menggunakan joke-joke yang menyegarkan
3) Korelasi (Correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna
terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur
pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan
kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4). Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi
pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan
langkah yang sangat penting dalam ekspositori, sebab melalui langkah
menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
5). Mengaplikasikan (Application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat
penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini
guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan
pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan
pada langkah ini diantaranya :
a.) Dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah
disajikan.
b.) Dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang
telah disajikan.
e. Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran bisa diamati dari efektifnya strategi yang digunakan
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pertimbangan
pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus
dicapai. Dalam Wina Sanjaya (2010: 181) penggunaan model pembelajaran
ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru,
antara lain :
1) Berorientasi pada Tujuan
2) Prinsip komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Prinsip Kesiapan
4) Prinsip Berkelanjutan
Prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Berorientasi pada Tujuan
Penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi
pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namum tanpa
meninggalakan tujuan pembelajaran. Justru tujuan pembelajaranlah yang
harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi Ekspositori.
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang
dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa. Hal ini sangat penting untuk karena tujuan yang spesifik me-
mungkinkan bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi
pembelajaran.
2) Prinsip komunikasi
Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa
berfungsi sebagai penerima pesan. Sistem komunikasi dikatakan efektif
manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara
utuh. prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk
diperhatikan, dalam upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat
menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses
komunikasi.
3) Prinsip Kesiapan
Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita
berikan,terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam keadaan
siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran.
4) Prinsip Berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk
mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya
berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keberhasilan penggunaan model ekspositori sangat tergantung pada
kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran.
7. Prestasi Belajar
Pendidikan adalah suatu proses yang sadar tujuan. Fokus kegiatan
pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam
mempelajari suatu materi pelajaran yang tersusun rapi dalam suatu kurikulum.
Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dari proses belajar mengajar,
maka diperlukan suatu kegiatan evaluasi. Hasil dari evaluasi ini akan memberikan
gambaran mengenai prestasi belajar dari peserta didik
Prestasi diambil dari bahasa Belanda yaitu “prestatie” yang dalam bahasa
Indonesia menjadi “prestasi” yang artinya “hasil usaha”. Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang sedikitnya mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do
something difficult as well and as quickly as possible” yang artinya “Kebutuhan
untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan
sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin” dikutip Muray dalam Beck
(1990 : 290). Sedangkan menurut W.J.S Purwadarminto ( 1999: 767 ) prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut kemampuan anak pada
waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau dilakukan“. Winkel (1996:
162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar
atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai
dengan bobot yang dapat dicapain olehnya” Jadi dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai peserta didik dalam proses belajar
sehingga terdapat proses perubahan dalam pemikiran atau pengetahuan serta
tingkah lakunya.
8. Akuntansi
Akuntansi (accounting) berasal dari bahasa inggris “to account” yang
artinya memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan, dari pengelola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perusahaan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya untuk menjalankan kegiatan perusahaan tersebut.
Akuntansi dapat didefinisikan sebagai “suatu sistem informasi yang
menghasilkan laporan kepada pihak- pihak yang berkepentingan mengenai
aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan” (Rudianto, 2002: 4). Apabila
dilihat dari sudut pandang pemakai, akuntansi dapat diartikan sebagai disiplin
ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efisien dan mengevaluasi kegiatan – kegiatan suatu organisasi. Sedangkan
dilihat dari sudut pandang proses kegiatan akuntansi didefinisikan sebagai proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data
keuangan suatu organisasi (Indra Bastian, 2006: 53)
Definisi akuntansi yang dikeluarkan American Accounting Association
(AAA) yang dikutip oleh Ngadiman et al (2007: 1) dalam bukunya menyatakan
bahwa “Akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian (pengkajian), pengukuran,
dan pengkomunikasian informasi ekonomi untuk membantu para pemakai informasi
dalam membuat informasi-informasi dan keputusan-keputusan”.
Sedangkan Akuntansi Keuangan PPPA, DEPDIKBUD yang dikutip oleh
Ahmad Widodo dan Sumarno (2005: 3) dalam bukunya mengatakan bahwa
“Akuntansi pada dasarnya merupakan suatu proses untuk menghasilkan suatu
informasi keuangan, secara garis besar informasi yang digunakan untuk pengambilan
keputusan dan untuk pengembalian organisasi”.
Berdasar berbagai pendapat di atas,dapat disimpulkan bahwa akuntansi
adalah suatu proses yang terdiri dari pengidentifikasian, pengukuran, dan
pengkomunikasian untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
sebagai bahan pengambilan keputusan.
B. Penelitian yang Relevan
1. Sandi Fajar Rodiyansyah dalam jurnal yang berjudul “Studi Komparasi Antara
Hasil Pembelajaran Berbasis Komputer Menggunakan Metode Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Jigsaw Dengan Metode Konvensional”, dapat
disimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa dalam mata pelajaran TIK yang menggunakan metode cooperative
learning tipe jigsaw berbasis komputer dengan metode konvensional berbasis
komputer. Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini dapat dirumuskan
penjelasan bahwa jika proses pembelajaran TIK di kelas diberikan dengan
menggunakan metode cooperative learning tipe jigsaw berbasis komputer
maka prestasi belajar siswa akan lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan metode konvensional berbasis komputer.
2. Bahriyatul Azizah (2006) dalam skripsi yang berjudul “Studi Komparasi
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan Metode Konvensional
Pokok Bahasan Jurnal Khusus Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Padasiswa Kelas II MAN Suruh” Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
rata-rata hasil pre test kelompok eksperimen sebesar 4,23 dan kelompok
kontrol sebesar 4,11. Hasil uji t diperoleh diperoleh thitung = 0,595 < t tabel =
1.99. Hal ini berarti bahwa antara kelompok eksperimen dan kontrol
mempunyai kemampuan awal yang relatif sama dalam memahami materi
pokok bahasan jurnal khusus sebelum mengikuti pembelajaran. Rata-rata hasil
post test kelompok eksperikem sebesar 6,84 dan kelompok kontrol sebesar
6,04. hasil uji t data post test diperoleh thitung = 4,639 > ttabel = 1,99. hal ini
berarti ada perbedaan hasil belajar akuntansi pokok bahasan jurnal khusus
antara metode kooperatif tipe jigsaw dengan pembelajaran konvensional. Rata-
rata hasil belajar kelompok eksperimen yang lebih tinggi menunjukkan
pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik
dibandingkan pembelajaran konvensional.
3. Aceng Haetami dan Supriadi (2008) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul
“Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan”
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe jigsaw dapat
meningkatkan aktivitas siswa dan diikuti dengan meningkatnya hasil belajar
siswa yang dapat dilihat melalui prestasi belajar siswa dari hasil ulangan.
4. Yuni Safitri (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Aplikasi Pembelajaran
Dengan Penggunaan Macromedia Flash Untuk Peningkatan Penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Konsep Biologi Melalui Metode Jigsaw Di SMA Al Islam 2 Surakarta”,
menjelaskan bahwa setelah dilakukan penelitian didapatkan kesimpulan
bahwa Penggunaan macromedia flash melalui metode jigsaw dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran biologi, yang didasarkan pada
peningkatan partisipasi aktif siswa dalam diskusi , peningkatan kerjasama,
kemampuan berpendapat dan bertanya, dan terjadi peningkatan belajar dalam
bentuk kelompok dalam kategori baik dan bentuk belajar individual dalam
kategori tinggi.
5. Desi Wulandari (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Logika Berpikir Sains Siswa melalui Konsep Tekanan dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Kelas VII Di MTs Al Huda Reban Kab. Batang Tahun
Ajaran 2004/ 2005” menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan logika berpikir sains siswa.
6. Supriono (2006) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut pertama, terjadi
perubahan dalam proses pembelajaran yang meliputi peningkatan keterampilan
social, interaksi dan kerjasama antar siswa, keberanian mengemukakan
pendapat. Kedua, suasana pembelajran lebih rileks, dan siswa selalu terdorong
untuk bertanya baik kepada teman atau pun guru, Selain itu guru memotivasi
siswa yang kurang aktif sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan
yang telah direncanakan. Ketiga, adanya kenaikan prestasi belajar Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan arah penalaran yang sesuai dengan tema
dan masalah, serta didasarkan pada kajian teoritis untuk dapat sampai kepada
pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berpikir
dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Peranan guru dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan penting
untuk menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan penerapan konsep diri.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan dapat tercermin
dari peningkatan mutu lulusan yang dihasilkannya. Untuk itu perlu adanya
peran aktif seluruh komponen pendidikan terutama siswa yang berfungsi
sebagai input sekaligus calon output dan guru sebagai fasilitator. Dalam
proses belajar mengajar guru diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang
dimiliki oleh siswa untuk dapat digunakan dalam belajar. Fungsi fasilitator
akan berhasil jika dalam merancang proses belajar mengajar dilakukan
berdasarkan langkah-langkah yang sistematis dan baik yang memungkinkan
terjadinya penyempurnaan terhadap tujuan, bahan, ataupun strategi belajar
mengajar melalui proses umpan balik yang diperoleh dari hasil evaluasi.
2. Metode mengajar yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dan model ekspositori.
Metode mengajar adalah sebuah teknik yang digunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat proses belajar mengajar.
Untuk mencapai proses belajar yang ideal, hendaknya digunakan variasi
dalam menggunakan metode pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menekankan keaktifan siswa
sehingga mampu menumbuhkan untuk berfikir krtitis dan memupuk sikap
untuk membantu kelompoknya dalam belajar sehingga tercipta suasana yang
kondusif dan menyenangkan dan konsep pemahaman inovatif yang
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini karena mereka
dituntut harus bertanggung jawab atas kelompoknya terhadap pengusaan
materi yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut kepada
anggota kelompok lain, sehingga dalam menyelesaikan tugasnya setiap
anggota saling bekerja sama dan membantu ketika mengalami kesulitan.
Model pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Sebab dalam model ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa
dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik
(academic achievement ) siswa. Namun dalam model ekspositori ini guru
memegang kendali penuh dalam proses pengajaran, murid hanya tinggal
mengikuti sehingga keaktifan siswa kurang dikembangkan dalam proses
pengajaran. Model ekspositori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan mengkobinasikan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang
dikerjakan secara individual atau kelompok.
3. Perbedaan prestasi belajar siswa antara yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran ekspositori.
Proses pembelajaran merupakan aktivitas pendidikan yang melibatkan
siswa dan guru. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang
rumit karena tidak hanya sekedar menyerap informasi dari guru, akan tetapi
juga melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan
jika menginginkan hasil belajar yang lebih baik. Sebagai pengajar, guru
bertugas menyampaiakan materi yang dipelajari kepada siswa. Dengan
demikian guru bertanggung jawab terhadap keberhasilan pengajaran. Akan
tetapi, pengajaran yang dilakukan oleh guru tidak selamanya berhasil. Hal ini
ditunjukkan dengan masih adanya hasil belajar siswa yang berada dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Keberhasilan proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan
pengajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Banyak
faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa, salah satunya adalah model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penggunaan model pembelajaran
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan guru dalam mengajar. Pemilihan
model pembelajaran yang tepat akan menghambat tercapainya tujuan
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan demikian, pemilihan model pembelajaran sangat
mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa terutama pada mata
pelajaran akuntansi. Dalam hal ini terlihat pada materi-materi yang menuntut
pemikiran yang melibatkan aspek kognitif, afektif bahkan psikomotorik.
Pendekatan yang dianggap baik belum tentu cocok digunakan untuk
mengajarkan suatu materi. Sehingga untuk menyampaikan suatu pokok
bahasan diperlukan pendekatan yang tertentu.
4. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik diterapkan daripada
model pembelajaran ekspositori.
Pemilihan model pembelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar yang
diperoleh siswa terutama pada mata pelajaran akuntansi. Dalam hal ini
terlihat pada materi-materi yang menuntut pemikiran yang melibatkan aspek
kognitif, afektif bahkan psikomotorik. Pendekatan yang dianggap baik belum
tentu cocok digunakan untuk mengajarkan suatu materi. Sehingga untuk
menyampaikan suatu pokok bahasan diperlukan pendekatan yang tertentu.
Guna mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, hendaknya pendidik
dapat memilih serta menggunakan metode mengajar yang tepat sehingga
dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Guru yang baik harus dapat menguasai berbagai macam metode
mengajar, sehingga dapat memilih serta menentukan metode serta pendekatan
yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan menghasilkan proses belajar yang
efektif. Hal ini dikarenakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran, melalui metode
pembelajaran tipe Jigsaw diharapkan dapat memberikan cara dan suasana
baru yang menarik dalam pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada penelitian ini pengajaran dilaksanakan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model ekspositori. Dari kedua model ini,
prestasi belajar dibandingkan lalu dicari mana yang lebih baik digunakan dalam
pembelajaran akuntansi. Dari uraian diatas untuk mempermudah pemikiran
tersebut digunakan ilustrasi kerangka berfikir sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir dalam Penelitian
D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu persoalan yang
masih perlu dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan landasan teori yang mencakup
tinjauan pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir maka penulis
mengambil hipotesis sebagai berikut:
Proses Pembelajaran
Model Pembelajaran
Model Ekspositori
Metode Jigsaw
Dibandingkan
Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Ada perbedaan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi antara pengajaran
dengan model ekspositori dan Jigsaw di kelas XI IS SMA Negeri 2
Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada
model ekspositori dalam meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran
akuntansi siswa kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran
2010/ 2011.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Surakarta pada kelas XI program
IS semester II tahun ajaran 2010/ 2011.
Alasan penulis melakukan penelitian di SMA N 2 Surakarta antara lain:
1. Penulis ingin mengetahui apakah pengajaran dengan metode Jigsaw lebih
baik dalam meningkatkan prestasi belajar daripada model ekspositori pada
siswa kelas XI program IS SMA N 2 Surakarta.
2. Di SMA N 2 Surakarta belum pernah dilakukan penelitian yang berjudul
Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Model
Ekspositori Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas
XI IS SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011 sehingga
hasilnya dapat digunakan sebagai masukan baik bagi guru maupun bagi
manajemen sekolah.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan dalam penelitian ini meliputi kegiatan
persiapan sampai selesainya penyusunan laporan diperkirakan berlangsung selama
tujuh bulan dari bulan Desember 2010 sampai Juni 2011, dengan jadwal
pelaksanaan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penyusunan Skripsi
AKTIVITAS Th
2010 Th 2011
Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun a. Persiapan Judul
1. Pengajuan Judul
2. Meyusun Proposal
3. Megurus Izin
4. Menyusun Instrumen
5. Melaksanakan Try Out
b. Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan mengajar dan pengumpulan data
2. Menyusun dan mengolah data
c. Penyusunan Laporan
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu yang menjadi subjek
penelitian (Arikunto 2002: 109). Menurut Sudjana (2002: 6) “Populasi adalah
totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran
kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota
kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya” dari
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
populasi adalah seluruh individu yang menjadi obyek penelitian dan memiliki
karakteristik tertentu seperti yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IS SMA N 2 Surakarta tahun ajaran 2010/
2011 yang berjumlah 220 siswa.
2. Sampel
Menurut Sudjana (2002: 6) “Sampel adalah sebagian dari jumlah
populasi”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109), “Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti”. Selanjutnya Suharsimi
Arikunto (2002: 112) menyatakan bahwa “. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi obyek
sesungguhnya dari suatu penelitian. Mengenai banyak sampel yang diambil
Suharsimi Arikunto menyatakan untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek
kurang dari 100, lebih baik sampel diambil semua, namun jika jumlah subyek
subyek besar atau kurang dari 100 maka dapat diambil antara 10% - 15% atau
20% - 25% atau lebih. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI IS 1 dan XI IS 2 yang berjumlah 72 siswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan random
sampling, yaitu cara pengambilannya dilakukan secara acak (random). Sebelum
memulai perlakuan terhadap obyek penelitian, terlebih dahulu peneliti mengecek
keadaan kemampuan awal dari sampel yang digunakan, baik dari kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Semua itu bertujuan untuk keseimbangan
dari dua kelompok tersebut sebelum dikenai perlakuan.
Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1) Menentukan dua kelas yang akan dijadikan objek penelitian di SMA N 2
Surakarta, diambil dua kelas secara acak dan diperoleh kelas XI IS 1 dan XI
IS 2.
2) Menentukan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Berdasarkan random tersebut diperoleh kelas XI IS 2 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI IS 1 sebagai kelas kontrol.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati
seluruh variabel yaitu:
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan
perubahan pada variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
metode jigsaw dan model ekspositori.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Akuntansi.
2. Metode Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 198-2006), ada beberapa teknik
pengumpulan data yang biasa digunakan dalam penelitian ilmiah yaitu:
1. Metode tes
2. Metode angket
3. Metode interview
4. Metode obeservasi
5. Metode dokumentasi
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
a. Metode Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 198), “Metode dokumentasi
yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger,
agenda dan sebagainya”. Fungsi metode dokumentasi pada penelitian ini
adalah untuk mendapatkan data, seperti sejarah SMA N 2 Surakarta, daftar
siswa yang menjadi sampel dan data-data lainnya yabg diperlukan dalam
penelitian ini
b. Metode Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 198), “Tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dapat diambil pengertian bahwa
tes adalah salah satu alat pengumpulan data yang berupa pertanyaan atau
latihan sebagai alat ukur
Pada penelitian yang akan dilakukan, metode tes digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa. Langkah-langkah
membuat tes terdiri dari:
1. Menbuat kisi-kisi item tes
2. Menyusun item tes
3. Mengadakan uji coba tes
3. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pengumpul data dalam penelitian, adapun
instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah soal tes
berupa soal obyektif yang dibuat sama antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tes tersebut disusun dengan kisi – kisi sebagai berikut:
Tabel 3. Kisi – kisi Soal Tes
Aspek Yang
Diukur/ Pokok
Materi
C1 C2 C3 C4 Jumlah
16% 16% 32% 36% 100%
Kertas Kerja 1,2,5,6 3,4,8 7,9,10,11,12
,14,15,22,23
13,16,17,1
8,19,20,21
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
,24,25
Jumlah 4 3 11 7 25
Keterangan:
C1 : Soal Ingatan
C2 : Soal Pemahaman
C3 : Soal Aplikasi
C4 : Soal Analisis
Sebagai alat pengumpulan data, tes harus benar-benar baik dan
memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat ukur
apabila memenuhi syarat berupa tingkat kesukaran, daya beda, validitas dan
reliabilitas
a. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu tes dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Tingkat kesukaran item dinyatakan dalam P atau indeks
kesukaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 208), untuk menguji tingkat
kesukaran suatu item soal digunakan rumus sebagai berikut: 蔈 实ᡘ㼈. Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = jumlah seluruh siswa
Klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:
0,00 㐰 P 㐰 0,30 : Sukar
0,30 㐰 P 㐰 0,70 : Sedang
0,70 㐰 P 㐰 1,00 : Mudah
Berdasar perhitungan tingkat kesukaran yang telah dilakukan,
ditemukan hasil sebagai berikut 25 soal tes terdiri dari 1 soal sukar, 8 soal
sedang dan 16 soal mudah. Rincian item soal dalam tiap kategori tercantun
dalam tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4. Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal Tryout
No Kategori No Soal Jumlah Prosentase
1 Sukar 21 1 4%
2 Sedang 3,5,6,9,16,19,20,22, 8 32%
3 Mudah 1,2,4,7,8,10,11,12,13,14,15,17,
18,23,24,25 16 64%
b. Daya Pembeda
Menurut Suharsimi Arikunto (2005: 211), daya pembeda soal adalah
kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunujukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi
adalah: D 实ᡘ 㼈 石ᡘᡘ㼈ᡘ 实蔈 石蔈ᡘ
Keterangan :
D = Diskriminasi
J = Jumlah peserta tes
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Penggolongan daya pembeda:
D = 0,00 – 0,20 = jelek/ kurang baik
D = 0,20 – 0,40 = cukup baik
D = 0,40 – 0,70 = baik
D = 0,70 – 1,00 = baik sekali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan perhitungan daya pembeda yang telah dilakukan, 25 soal
terdiri dari 13 soal dengan kriteria baik dan 12 soal dengan kriteria cukup baik.
Rincian item soal dalam tiap kategori tercantun dalam tabel berikut ini:
Tabel 5. Ringkasan Daya Beda Soal Tryout
No Kategori No Soal Jumlah Prosentase
1 Kurang baik
2 Cukup baik 3,5,6,7,9,11,15,17,18,22,23,25 12 48%
3 Baik 1,2,4,8,10,12,13,14,16,19,20,21
,24 13 52%
4 Baik sekali
c. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Suharsimi Arikunto, 2005: 44).
Ada beberapa jenis validitas, diantaranya adalah:
1) Validitas isi
Validitas isi (content validity) adalah validitas dari segi isi/ instrument.
Suati instrument disebut valid menurut validitas isi apabila isi tes tersebut
merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang akan
diukur.
2) Validitas berdasar kriteria
Validitas berdasar kriteria adalah validitas yang ditinjau dari segi
hubungan dengan alat pengukur lain yang dipandang sebagai kriteria untuk
menentukan tinggi rendahnya validitas alat ukur yang sedang digunakan.
3) Validitas butir
Suatu instrument memiliki validitas yang tinggi apabila butir – butir yang
membentuk instrumen tersebut tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
Apabila sebuah tes (misalnya tes pilihan ganda) terdiri dari sejumlah butir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tes, maka masing – masing butir dapat dicapai validitasnya. Kumpulan dari
butir –butir yang valid merupakan soal yang valid.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas butir
sebab tes berupa tes objektif atau opilihan ganda. Untuk menghitung validitas
soal tes digunakan rumus korelasi Product Moment dari Karl Person yaitu: 辊铺)实 柜∑贯光石 纵∑贯邹纵∑光邹税走柜∑贯挠纵∑贯邹挠奏走柜∑光挠纵∑光邹挠奏 Keterangan:
r xy = koefisien korelasi variabel x dan y
N = jumlah subyek uji coba
X = jumlah skor-skor X
Y = skor total soal
Kriteria pengujian:
Jika r xy > rtabel (taraf signifikasi 5%), maka item dinyatakan valid.
Jika r xy < rtabel (taraf signifikasi 5%), maka item dinyatakan tidak valid.
Berdasar perhitungan yang telah dilakukan terdapat 23 soal dengan
kriteria valid dan 2 soal tidak valid. Untuk soal yang dinyatakan tidak valid
maka selanjutnya akan diganti namun tidak perlu dilakukan pengujian kembali.
Rincian item soal dalam uji validitas dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6. Ringkasan Uji Validitas Soal Tryout
No Kategori No Soal Jumlah Prosentase
1 Valid 1,2,4,5,7,8,9,10,11,12,13,14,15,
16,17,18,19,20,21,22,23,24,25 23 92%
2 Tidak Valid 3, 6 2 8%
d. Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes menunjukkan apakah instrument tersebut cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Suharsimi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Arikunto, 2005: 154). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dalam
penelitian ini penulis menggunakan rumus KR 20 sebagai berikut: 辊úú 实足匹匹能ú卒足瓢搔呛 ∑散桑瓢搔 卒
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya soal
Vt = varians total
p = banyaknya subyek yang menjawab benar
q = 1-p
Berdasar tes yang telah dilakukan soal dinyatakan reliabel.
D. Rancangan Penelitian
Ketepatan di dalam penggunaa metode penelitian akan menentukan
keberhasilan penelitian. Penggunaan metode penelitian harus disesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) berpendapat
bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
menyempurnakan data penelitiannya. Metode penelitian merupakan suatu cara
utama atau langkah- langkah yang digunakan peneliti untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran, suatu pengetahuan sesuai dengan
tujuan penelitian.
Supardi (2007: 3) mengungkapkan bahwa “Penelitian eksperimen
(Experimental Research) kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai
pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku
siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila
dibandingkan dengan tindakan lain”. Sedangkan menurut Marzuki (1999: 3)”
penelitian Eksperimen adalah Penelitian yang dilakukan secara sengaja oleh
peneliti dengan cara memberikan treatment/perlakuan tertentu terhadap subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian guna membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang akan diteliti
bagaimana akibatnya. Hadari Nawawi dan Mimi Martini (2005; 130)
mengungkapkan bahwa “metode penelitian eksperimen adalah prosedur penelitian
yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variable atau
lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain”. Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah suatusuatu
prosedur penelitian yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
sebab akibat dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk meneliti ada
tidaknya perbedaan prestasi belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan memberikan perlakuan terhadap kelompok eksperimen yang
hasilnya akan dibandingkan dengan kelompok kontrol. . Penelitian eksperimen
dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimen Research),
kerana peneliti tidak mungkin menempatkan subjek secara acak kedalam
kelompok-kelompok.
Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan metode
Jigsaw, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan
model ekspositori. Pada akhir eksperimen, kedua kelompok diberi tes akhir
dengan materi yang sama. Pola desain eksperimen yang digunakan dalam
penelitian seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2004: 505) yaitu
“Matched Group Design”. Untuk lebih jelasnya pola teknik penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Ke X1 O1
M Dibandingkan
Kk X2 O2
Gambar 2. Pola Matched Group Desigs (M-G)
Keterangan:
M : Menyamakan kedua kelas
kk : Kelas Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Ke : Kelas Eksperimen
X1 : Pengajaran dengan metode Jigsaw
X2 : Pengajaran dengan model ekspositori
O1 dan O2 : Tes akhir setelah perlakuan
Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memilih subjek secara acak dari suatu populasi
2. Membagi subjek menjadi dua kelompok, yaitu kelompok/ kelas
eksperimen dan kelompok/ kelas kontrol
3. Menyamakan kemampuan awal dengan membandingkan nilai prestasi
belajar akuntansi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi
sebelumnya yaitu jurnal penyesuaian.
3. Melakukan eksperimen pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
memberikan perlakuan yang berbeda.
4. Mengadakan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
soal tes yang sama
5. Menganalisis hasil tes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
menggunakan statistik yang cocok dengan rancangan ini untuk menguji
apakah terdapat perbedaan yang signifikan
E. Teknik Analisis Data
1. Prasyarat analisis
Sebelum dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti melaksanakan matching
sample. Matching sample ini dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan maksud menyeimbangkan kemampuan terlebih dahulu antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol, agar dua-duanya berangkat dari titik tolak
yang sama. Rumus t-matching adalah sebagai berikut: t 实 M浓石 M泞瞬试SD念卿挠 十 SD念寝挠 守 Keterangan:
t = t matching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Mk = mean kelas kontrol
Me = mean kelas eksperimen SD念卿挠 = standar deviasi kelas kontrol yang dikuadratkan .D僻弱挠 = standar deviasi kelas eksperimen yang dikuadratkan
Menurut Sutrisno Hadi (2004: 208) bila menunjukan hasil sebagai berikut:
t hit > t tabel: menunjukan adanya perbedaan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen
t hit < t tabel : menunjukan tidak adanya perbedaan antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen, berarti kedua kelas tersebut telah seimbang dan
dapat dilaksanakan eksperimen
2. Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan berupa metode statistik yaitu dengan
analisis komparasi. Analisis komparasi ini digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan pada variabel yang sedang diteliti.
Untuk menilai hasil akhir dari eksperimen yang menggunakan pola M-G
digunakan t-test sebagai berikut: 棍实 怪瓶石怪乒瞬试.D僻塞挠 十.D僻弱挠守试1石辊铺) 挠守 Derajat kebebasan untuk t-test group matching adalah (nk – 1) + (ne – 1).(Sutrisno
Hadi, 2004: 509)
Rumus untuk menjelasakan rxy adalah sebagai berikut: 角酵Ƽ妮 ∑酵Ƽ税纵∑酵弥邹纵∑Ƽ弥邹 Dimana:
∑xy = ∑XY- 纵∑撇邹纵∑瞥邹屁
∑x2 = ∑X2 - 纵∑撇邹潜屁
∑y2 = ∑Y2 - 纵∑瞥邹潜屁
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi dari skor matching dan skor treatment (hasil
eksperimen)
Mk = mean kelas kontrol
Me = mean kelas eksperimen
SD2Mk = standar deviasi kelas kontrol yang dikuadratkan
SD2Me = standar deviasi kelas eksperimen yang dikuadratkan
Dari pengujian yang dilakukan, menurut Sutrisno Hadi (2004: 509) akan
diperoleh dua kemngkinan yaitu:
a. t hit > t tabel : menunjukkan adanya perbedaan antara variabel-variabel
penelitian yang signifikkan 5%, berarti hipotesis nihil ditolak dan hipotesis
alternatif diterima.
b. t hit < t tabel : menunjukkan tidak adanya perbedaan antara variabel-variabel
penelitian yang signifikan 5%, berarti hipotesis nihil ditolak dan hipotesis
alternatif diterima.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
G. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Umum
a. Sejarah SMA Negeri 2 Surakarta
SMA Negeri 2 Surakarta berdiri pada tanggal 17 Agustus 1951, saat
itu di Surakarta terdapat tiga SMA, yaitu SMA Negeri I A/B, SMA Negeri II
A/B, dan SMA Negeri Bagian Malam. Berdasarkan sejarah berdirinya, SMA
Negeri 2 Surakarta terbagi atas tiga periode, yaitu :
1) Periode Pra Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta
a) Pada bulan Agustus 1943 (Masa pendudukan Jepang), Mr. Widodo
Sastrodingrat pada saat itu sebagai Kepala Bagian Pendidikan
Kasunan ingin memprakarsai berdirinya Sekolah Menengah Tinggi
setingkat AMS (Algement Middle Baare School)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Pada tanggal 3 November 1943 (SK X/II/1943) diresmikan
berdirinya SMT Negeri Sala di Manahan dengan nama Koto Chu
Gakko (Sekarang SMP Negeri 1 Surakarta) dipimpin Mr. Widodo
Sastrodiningrat dan Wakil Pimpinan S. Djajeng Soegianto, kelas
dan jumlah siswa terdiri atas Kelas IA (Sosial Budaya) 33 siswa,
Kelas I B (Pasti Alam) 34 siswa.
c) Pada tanggal 1 Agustus 1944, kepemimpinan sekolah diserahkan
kepada S. Djajeng Soegianto karena Mr. Widodo merangkap
sebagai Kepala bagian Pendidikan Kasunanan.
d) Pada bulan April 1945, Pimpinan sekolah diserahkan kepada N.
Barnawi, karena S. Djajeng Soegianto diangkat sebagai Pimpinan
SMP Puteri di Pasar Legi Sala.
e) Pada bulan Agustus 1945, setelah perang dunia ke-2 dan Indonesia
merdeka, SMT Negeri Sala diserahkan kepada Kantor Pendidikan
Mangkunegaran dibawah Kantor Barayawiyata.
f) Pada bulan November 1945, SMT Negeri Sala ditutup, karena
sebagian besar pelajar berjuang di garis depan. Gedung sekolah
dipakai untuk asrama BPI (Barisan Polisi Istimewa) yang
anggotanya terdiri dari pelajar-pelajar SMT sendiri. Sedangkan
para Guru dan Tenaga Tata Usaha dipekerjakan di Kantor
Barayawiyata untuk menterjemahkan Ensiklopedia (16 vol) sesuai
bidangnya masing-masing dan tenaga tata usaha membantu Kepala
Barayawiyata.
g) Pada bulan Maret 1946, SMT dibuka kembali dibawah Pimpinan
Roespandji Atmo Wirogo.
h) Pada bulan Juni 1946, diselenggarakan Ujian Penghabisan SMT
yang pertama, selaku Ketua Roespandji Atmo Wirogo, penulis
Soepono dan Santoso.
i) Pada bulan April 1947, Roespandji Atmo Wirogo diangkat sebagi
Pejabat Residen Surakarta, pimpinan sekilah diserahkan kepada R.
Soepandam.
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
j) Pada bulan Juni 1947, diselenggarakan Ujian Penghabisan yang
ke-2, selaku Ketua R. Soepandam, Penulis R. Parjatmo.
Pelaksanaan Ujian Penghabisan terbagi atas tiga jurusan, yaitu :
Jurusan A (Sastra Budaya, Jurusan B (Pasti Alam) dan Jurusan C
(Ekonomi).
k) Pada Tanggal 21 Juli 1947, Clash I (Perang mempertahankan
kemerdekaan RI ) para pelajar berjuang, gedung sekolah dijadikan
Markas Angkatan Laut pimpinan Achmad Yadau. Sebagian besar
pelajar putri yang tidak berjuang diberi materi pelajaran sekolah
bertempat di pendopo rumah R. Parjatmo di Punggawan 10 Sala.
l) Pada bulan September 1947, sekolah dibuka masuk siang (13.30 –
17.30), memakai gedung SMP Negeri II (gedung depan Pura
Mangkunegaran), karena gedung sekolah di manahan diserahkan
kembali kepada Angkatan Laut.
m) Pada bulan Juni 1948, diselenggarakan Ujian Penghabisan yang
ke-3, selaku ketua yaitu R. Soepandam dan Penulis Tegoeh
Gondoatmojo.
n) Pada tanggal 19 Desember 1948 Clash II (Perang mempertahankan
kemerdekaan RI), pada pukul 09.00 ada instruksi dari komandan
KMK Achmadi (Eks-pelajar SMT Manahan Sala) untuk membakar
gedung SMT Manahan. Pada tanggal 20 Desember 1948 gedung
tersebut dibakar, tetapi hanya sebagian yang terbakar sehingga
kegiatan sekolah terhenti, sebagian besar pelajar dan guru
berjuang.
o) Bulan November 1949, R. Soepandam mendapat perintah dari
Menteri P dan K untuk membuka kembali SMA A/B Sala. R.
Parjatmo dan Soemitro ditugaskan untuk mencari gedung dan guru,
sedangkan Ibu Awalin (Seorang Ibu Guru) ditugaskan untuk
menyelenggarakan pendaftaran murid-murid.
p) Tanggal 15 Desember 1949 (SK No. XX/12/1949), pembukaan
dengan resmi SMA Negeri A/B di Margoyudan Sala, terdiri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SMA Negeri A/B I membuka dua kelas (Bagi murid biasa dan
masuk pagi) dan SMA Negeri A/B II membuka dua kelas (Bagi
murid bekas pejuang dan masuk siang). Selaku pimpinan R.
Soepandam dan Wakil Pimpinan R. Parjatmo dan Roespandji
Atmowirogo.
q) Pada bulan November 1950, atas permohonan dan desakan para
pelajar eks-pejuang, maka membuka enam kleas tambahan,
pelaksanaan kegiatan belajar dilakukan pada malam hari.
Tambahan kelas khusus untuk para pejuang diberi nama Enam
Tambahan Kelas Baru. Akhirnya enam kelas baru ini digabungkan
dengan SMA Negeri A/B II pada akhir tahun.
2) Periode Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta
Pada tanggal 17 Agustus 1951, tepat pada Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-6, SMA Negeri 2 Surakarta
berdiri. Pada saat itu dibuka SMA A/B Malam dengan nama SMA
Negeri I Bagian Malam, terdiri enam kelas.
Jadi pada saat itu di Sala telah berdiri tiga SMA Negeri A/B
dibawah satu kepemimpinan, yaitu SMA Negeri I A/B, SMA Negeri
II A/B, dan SMA Negeri Bagian Malam, selaku pimpinan R.
Soepandam dan wakil pimpinan R. Parjatmo dan Roespandji
Atmowirogo. Pada periode ini SMA Negeri Margoyudan mendapat
bantuan tenaga pengajar dari Universitas Gajah Mada, yaitu :
Prawoto, Soenardjo, Baiquni.
3) Periode Pasca Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta
a) Pada tahun 1952, pada saat itu mulai dirintis belajar menggunakan
laboratorium, diawali dengan menyediakan laboratorium kimia dan
fisika. Mulai saat itu pula kegiatan sekolah berjalan dengan lancar
dan tiap akhir tahun pelajaran bisa meluluskan siswa-siswi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
hasil yang sangat memuaskan, bahkan kini sebagian besar alumni
telah mengambil peran mengabdikan dirinya kepada bangsa dan
negara sebagi pemimpin, baik di tingkat daerah yang tersebar di
seluruh penjuru tanah air maupun di tingkat pusat.
b) Pada tanggal 1 Agustus 1956, SMA Negeri I Bagian Malam diubah
namanya menjadi SMA Negeri A/B III, sekaligus terjadi
perubahan nama SMA beserta pimpinannya, yaitu : SMA Negeri I
B dipimpin R. Soepandam, SMA Negeri II A dipimpin R. Parjatmo
dan SMA Negeri III B dipimpin Roespandji Atmowirogo.
c) Pada tanggal 30 Januari 1967, SMA Negeri III hijrah dari
Margoyudan (Jalan Monginsidi 40) ke Jlan Warungmiri 90,
sehingga di Margoyudan tinggal SMA Negeri I dan SMA Negeri II
Surakarta sampai sekarang.
d) Kepala Sekolah yang pernah memimpin SMA Negeri 2 Surakarta :
(1) Tahun 1951 – 1956
(2) Tahun 1956 – 1964
(3) Tahun 1964 – 1965
(4) Tahun 1965 – 1981
(5) Tahun 1981 – 1989
(6) Tahun 1989 – 1992
(7) Tahun 1992 – 1994
(8) Tahun 1995 – 1998
(9) Tahun 1998 – 2002
(10) Tahun 2002 – 2005
(11) Tahun 2005 – 2007
(12) Tahun 2007 – 2010
(13) Tahun 2010 – sekarang
: R. Soepandam
: R. Parjatmo
: Hartati
: Soejanto
: Soetasno, BA
: Djambari Soetjipto
: Widagdo, BA
: Drs. Praja Suminta
: Drs. Soedjimto, SF, MM
: Drs. H. Winarno
:Dra. Hj. Endang Sri
Kusumaningsih, M.Pd
: Drs. Sukardjo, MA
: Drs. H. Sudadi Mulyono,
M.Si
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Bermula dari persepsi yang berbeda-beda tentang hari berdirinya
SMA Negeri 2 Surakarta. Sebagai pendapat menyatakan bahwa SMA Negeri
2 berdiri sejak tangal 15 Desember 1945 ( SK. No. XX/12/1949 ) bersamaan
denan berdidinya SMA Negeri 1 Surakarta. Sementara pendapt yang lain
menyatakan tanggal 17 Agustus 1951 merupakan hari berdirinya SMA Negeri
2 Surakarta. Ada pendapt lain berdiri tanggal 15 Desember 1952 ( SK No.
253 / G / DK/ 52 ), Serta Ada Yang Berpendapat Tanggal 1 Agsutus 1960-an
hari berdirinya, yaitu sejak diubahnya SMA Negeri 2 menjadi SMA Negeri
bagian A.
Atas dasar itulah dengan kepedulian dan komitmen yang tinggi akan
eksistensi SMA Negeri 2 kedepan, maka Dra. Hj. Endang Sri Kusumaningsih,
M.Pd selaku Kepala Sekolah mencoba untuk menjaring segala masukan dari
barbagai pihak untuk menetapkan hari berdidinya SMA Negeri 2 Surakarta,
melalui berbagai forum baik formal maupun informal, antara lain :
1) Pada saat acara Halal Bihalal keluarga besar SMA Negeri 2 Surakarta
tangal 12 Nopember 2005 di Aula yang sedang dibangun. Pada saat
itu sempat dilontarkan oleh Dra. Hj. Endang Sri Kusumaningsih,
M.P.d tentang hari jadi SMA Negeri 2 jatuh pada tanggal 15
Desember 1952 sesuai SK. Atas lontaran pendapat itu akhirnya
mendapat banyak tanggapan, antara lain ;
a) R. Soejanto ( mantan guru dan Kepala Sekolah SMA Negeri 2 )
b) Soediro ( mantan guru sekaligus Alumni)
c) Drs. Soewito ( mantan guru )
d) Widagdo, BA ( mantan kepala sekolah ),
e) Mulyati (mantan guru dan Alumni ) serta masih banyak yang
lain.
Akhirnya pada acara itu sepakat dan mendesak agar dibentuk tim
khusus untuk membicarakan dan melacak kapan hari berdirinya SMA
Negeri 2 Surakarta yang pasti.
2) Menindaklanjuti desakan agar melacak hari berdirinya, maka pada
tanggal 15 Desember 2005 Kepala Sekolah membentuk sekaligus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengundang tim khusus. Pada pertemuan dengan penuh kekeluargaan
itu, Ibu Kepala Sekolah memimpin sekaligus membuka dengan
membacakan sejarah berdirinya SMA Negeri 2 dari berbagai sumber.
Setelah itu menerima saran dan masukan dari yang hadir, pada
kesempatan itu hampir semua yang hadir memberikan masukan antara
lain Drs. Soewito, 9 mantan guru senior, kemudian melimpah menjadi
Dosen universitas Sebelas Maret), mengemukakan berbagai
pandangan secara lengkap; agar dalam menetapkan berdirinya SMA
Negeri 2 tidak merugikan berbagai pihak, maka harus ditinjau dari
aspek historis, spikologis, dan yuridis.
b. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 2 Surakarta
1) Visi sekolah
Mampu menjadi SMA unggulan yang berwawasan IPTEK, Seni, Olah
Raga dan IMTAQ dengan indikator sebagai berikut :
a) Unggul dalam hal kedisiplinan dan ketertiban.
b) Unggul dalam penguasaan perangkat teknologi modern.
c) Unggul dalam perolehan NEM.
d) Unggul dalam saingan SPBM ( Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru)
e) Unggul dalam bidang Fisika, Biologi dan Matematika.
f) Unggul dalam penguasaan bahsa Inggris dan bahasa Jerman.
g) Unggul dalam Keseneian dan Olah Raga.
h) Unggul dalam bidang Kesenian.
2) Misi sekolah
a) Menumbuhkan semangat disiplin tinggi kepada seluruh warga
sekolah.
b) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan
efesien, sehingga mencapai hasil yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Mendorong semangat seluruh warga sekolah untuk lebih
berprestasi sesuai bakat minatnya.
d) Membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya agar dapat
dikembangkan secara optimal ( meliputi bidang agama, bahasa,
seni, budaya, olah raga dan ilmu pengetahuan ), sehingga memiliki
kepercayaan diri yang kuat dan mampu bersaing masuk perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta yang favorit.
e) Mendorong meningkatkan penghayatan dan pengamatan agama
dan budi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari untuk
menciptakan persaudaraan yang sejati.
f) Mendorong dan memfasilitasi segala bentuk kegiatan untuk
meningkatkan sumber daya warga sekolah, sehingga lebih dapat
meningkatkan kualitas dirinya.
g) Membawa warga sekolah untuk menjadi agen perubahan kearah
perubahan kehidupan masyarakat.
Indikator dari ketercapaian visi dan misi tersebut antara lain :
(1) Meningkatkan penggunaan laboratorium IPA, laboratorium
bahasa, dan laboratorium komputer.
(2) Meningkatnya akademis siswa yang ditandai dengan semakin
meningkatnya perangkat nilai ujian murni siswa dan kenaikan
presentasi siswa yang diterima di PTN dan PTS yang
bonafid.
(3) Meningkatnya prestasi non akademis siswa, yang ditandai
dengan semakin banyaknya kejuaraan yang diperoleh.
(4) Meningkatnya prestasi guru dan karyawan dalam karier
profesional dan karier jabatan.
(5) Meningkatnya disiplinj siswa dari perhitungan siswa yang
tidak tertib dan disiplin adalah 0,915% tiap bulan.
3) Tujuan Sekolah
Melandaskan kepada visi dan misi di atas, maka tujuan sekolah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Menumbuhkan serta menanamkan semangat kedisiplinan yang
tinggi.
b) Menumbuhkembangkan tentang ketrampilan hidup sesuai dengan
perkembangan, tuntutan masyarakat dan dunia kerja.
c) Meningkatkan kualitas mutu akademik sesuai dengan perkembangan
dan menjadikan sebagai sekolah unggulan.
d) Meningkatkan ketrampilan yang berwawasan IPTEK, seni, olahraga
yang didasari sikap mental IMTAQ.
e) Menanamkan sikap budi pekerti luhur dan sopan santun/ tata krama.
f) Menghindarkan perilaku yang menyimpang (narkoba, napza, miras,
pergaulan bebas, dan lain-lain).
c. Guru dan Staf
Berikut adalah daftar guru beserta staf yang bekerja di SMA Negeri 2
Surakarta
Tabel 7. Daftar Guru SMA Negeri 2 Surakarta
NO MAPEL N A M A
1 Agama Islam 1 Wagimin, S.Ag 2 Siti Alfiah, S.Ag 3 Rahmawati Solechatul, S.Hi., SH.
2 Agama Katolik
1 F.Rahayu Sri. Kartini, SAg
3 Agama Kristen
1 Tutik Sri Hardiyah
4 PKn 1 Drs. Purwanto 2 Dra. RR.Tuty Choniejatun Afarsie,
M.Pd 3 Nana Kurniawati, S.Pd 4 Dra. Sri Hartatik, M.Pd
5 Bhs Indonesia 1 Drs. Jaka Setyana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 Sri Hartati, S.Pd 3 Drs. Agus Hartanto, M.Hum 4 Yayat Nurhayat, S.Pd 5 Drs. Sriyono 6 Tri Haryono, S.Pd 7 Dra. Suwarsi 8 Widya Ristanti, S.Pd
6 Bhs Inggris 1 Drs. Ajuandi 2 CHM. Sri Hartati, S.Pd 3 Siti Fatimah, S.Pd 4 Dra. Listyowati. S 5 Drs. Nurhadi 6 Lucia Dwi Ardani, S.Pd 7 Sri Hartini, S.Pd 8 Dra. Isnaini Budi Ratnawati
7 Matematika 1 Dra. Nunuk Sarwiyati 2 Kustini, SPd 3 Ahmad Paryanta, S.Pd 4 Sri Margono, S.Pd 5 Dra. Magdalena Puspitaningtyas 6 Dra. Dwi Arti Maryunani 7 Sri Hartati, S.Pd 8 Parwo Nugrohorini, S.Pd 9 Dhany Setiawan Prasetyo, S.Pd
8 Fisika 1 Drs. Sumarsono 2 Yamtini, S.Pd 3 Drs. Sri Padmono. R 4 Drs. Haryanto 5 Tuti Wahyuningsih, S.Pd 6 Mita Nugraheni, S.Pd. 7 Yunie Dwi Ratnawati, S.Pd
9 Biologi 1 Dra. Sri Hartati, M.Si 2 Dra. Sapartiwi 3 Dra. Maria Romana Muryani 4 Dra. Sri Lestari
10 Kimia 1 Hj. Sukarti, BA 2 CME. Widyastuti, S.Pd, M.M 3 Nanik Mitayani, S.Pd 4 Drs. Wagiman
11 Sejarah 1 Drs. Yuli Purnomo 2 H.Kasimin, SPd, M.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 Dra. Chusnul Arifah 12 Geografi 1 Drs. Supardjo
2 Drs. Sarwono 3 Agus Sugiarto
13 Ekonomi 1 Dra. A.D. Gayatri 2 Dra. TH.Anastasia Dwi Nurani 3 Sardjuri, S.Pd 4 Sumarno, BA 5 Untung Daryanto, S.Pd 6 Bagaswati, S.Pd 7 Irmawati, S.Pd
14 Sosiologi 1 Didik Widiawan, S.Pd, M.Pd 2 Siti Nidawati, S.Pd 3 D.Widjaja
15 Bhs Jerman 1 Drs. Paiman 16 Antropologi 1 Drs. Radios.S, SH 17 Seni Budaya 1 Evi Amalia Setyaningtyas, S.Pd.
2 Ardiyanto, S.Pd 3 Tri Susilo Utama
18 Penjas Kes 1 Drs. Sunarto 2 Dra. Yuninta 3 Drs. Untara 4 Setya Anung Haryanto, S.Pd 5 Wasis Himawanto, S.Pd
19 TIK 1 Drs. Sri Margono 2 Ahmad Paryanta, S.Pd 3 Muhamad Iqbal Tantowi 4 Agus Sugiarta
5 Dwi Apri Setyowati, S.Kom 20 Fotografer 1 Agus Sutopo
21 Bahasa Daerah
1 Dian Esa Nurcahyani, S.Pd 2 Dra. Sulistyorini 3 KrAr Winarno
22 BK 1 Drs. Sukardjo, M.A. 2 Drs. Mulyadi 3 Dra. Anastasia Yani Sundari 4 Dra. Ruswati 5 Tokit Soemardi, S.Pd 6 Hj. Indri Astuti, S.Pd
Sumber: Data dari SMA N 2 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 8. Daftar Nama Tenaga Administrasi SMA N 2 Surakarta dan Tugasnya
No. Nama Karyawan Pekerjaan
1 Endang Sadtyanirinanti, S.Sos
Bendahara Rutin
2 Suhardo Kepala Tata Usaha 3 Paidi Foto Copy dan menjaga Wartel 4 Suraji Pesuruh, Kebersihan ruang kelas,
Penjaga Sekolah 5 Ngatimin Pesuruh, Kebersihan ruang dan
taman 6 Afir Budiyono PTT, Inventaris dan Komputerisasi 7 Marwoto PTT, Pesuruh, Kebersihan ruang
kelas, Kamar mandi dan WC siswa 8 Wildan Hudaya, S.Pd PTT, Komputerisasi, pembantu
bendahara rutin 9 Didik Rantonius PTT, Satpam, Kebersihan Ruang
kelas 10 Nurul Pujiastuti, S.Pd PTT, Petugas Perpustakaan 11 Tri Suwarto PTT, Penerima uang BP3 Siswa,
Instalasi listrik 12 Erna Susilowati, SE PTT, Penerima uang BP3 Siswa 13 Eny Fitria, S.Sos PTT, Petugas Perpustakaan 14 Wae Rohani PTT, Satpam, Kebersihan Ruang
kelas 15 Siswadi, S.Pd PTT, Komputerisasi dan laboran 16 Anton Suseno PTT, Urusan surat menyurat,
Legalisir Ijazah 17 Unes Sri Rejeki, SE PTT, Komputerisasi, Buku Induk
siswa 18 Iswadi PTT, Tehnisi Multimedia, Komputer 19 Tukimin PTT, Penjaga malam sekolah
Sumber: Data dari SMA N 2 Surakarta d. Struktur Organisasi
- - - - - - - - -
Komite Sekolah Drs. H. Ichwan Dardiri
Kepala Sekolah Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si
Kepala Tata Usaha Suhardo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- - - - - - - -
Gambar 3. Struktur Organisasi SMA Negeri 2 Surakarta
e. Kurikulum
1) Program Pengajaran
a) Program pengajaran umum
Program pengajaran umum merupakan program pengajaran
yang wajib diikuti oleh para siswa kelas 1. Program ini dimaksudkan
untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya
sekiranya, serta meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan minat
siswa sebagai dasar untuk memilih program pengajaran khusus yang
sesuai di kelas 3. Program pengajaran umum mencakup bahan kajian
dan pengajaran yang disusun dalam mata pelajaran :
(1) PPKn
(2) Pendidikan Agama.
(3) Sejarah Nasional & Umum
(4) Bahasa Inggris
Wk.Sek. Kurikulum Drs. Jaka Setyana
Wk. Sek. Kesiswaan
Drs H. Suparjo
Wk. Sek. Sarpra Drs.
Sumarsono,M.Pd
Wk. Sek Humas
Drs. Ajuandi.
Guru
Siswa
Garis Komando
Garis Koordinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(5) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
(6) Bahasa Indonesia dan Sastra
(7) Matematika
(8) IPA
(9) IPS
(10) Pendidikan Seni
Tahun 2004 Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan
dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004, sehingga untuk
susunan pengajarannya pun berbeda. Kurikulum 2004 ini di SMA 2
sudah diterapkan kepada kelas 2 (X1). Adapun program pengajaran
umum mencakup bahan kajian dan pengajaran yang disusun dalam
mata pelajaran :
(1) Pendidikan Agama
(2) Kewarganegaraan
(3) Bahasa dan Sastra Indonesia
(4) Bahasa Inggris
(5) Matematika
(6) Kesenian
(7) Pendidikan Jasmani
(8) IPA
(9) IPS
(10) Teknologi Informasi dan Komunikasi
b) Program pengajaran khusus
Untuk kurikulum 2004 program pengajaran khusus ini adalah
sudah dilaksanakan atau diselenggarakan di kelas 2 atau kelas XI. Program
ini dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa melanjutkan pendidikan
pada jenjang tinggi. Siswa kelas 3 diberi kesempatan untuk pindah ke
program pengajaran khusus lainnya sesuai dengan kemampuan, minat dan
kemajuan belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Program bahasa, program untuk mempersiapkan siswa ke jenjang
pendidikan tinggi yang berkaitan dengan bahasa dan budaya. Bahan
kajian dan pelajaran :
(1) Mata pelajaran umum
Kewarganegaraan, pendidikan agama, bahasa dan sastra Indonesia,
sejarah nasional dan umum, bahasa Inggris, olahraga dan kesehatan.
(2) Mata pelajaran khusus
Bahasa dan sastra Indonesia, bahasa Inggris, bahasa asing lain dan
sejarah budaya.
Program IPA. Bahan dan kajian pelajaran disusun dalam mata
pelajaran :
(1) Mata pelajaran umum
Kewarganegaraan, pendidikan agama, bahasa dan sastra Indonesia,
sejarah nasional dan umum, bahasa Inggris, olahraga dan kesehatan.
(2) Mata pelajaran khusus
Ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara.
2) Pelaksanaan
a) Waktu pelajaran
Kurikulum SMA menerapkan sistem semester. Minggu efektif dalam satu
tahun pelajaran (2 semester) adalah 3 minggu dan jam efektif tiap minggu
30 jam.
b) Sistem guru
Satu mata pelajaran bisa lebih dari satu guru dalam tiap kelas.
c) Perencanaan KBM
(1)Perencanaan tahunan.
(2)Perencanaan semester.
(3)Perencanaan yang dituangkan dalam persiapan mengajar.
d) Bahasa pengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sesuai pasal 41 UU tahun 1989 bahasa pengantar sekolah adalah bahasa
Indonesia.
e) Sistem pengajaran
(1) KBM dilaksanakan dengan sistem klasikal, di mana sekelompok siswa
dengan kemampuan rata-rata hampir sama, menerima pelajaran dari
seorang guru dalam mata pelajaran tertentu.
(2) KBM pada dasarnya mengembangkan kemampuan psikis dan fisik
dan juga kemampuan menyelesaikan soal secara utuh. Dalam rangka
mempersiapkan para siswa untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi
diperlukan KBM yang dapat mengembangkan kemandirian dan sikap
tanggung jawab.
(3) Mengingat kekhasan dalam setiap mata pelajaran, cara penyajian atau
metode pengajaran, hendaknya dapat memanfaatkan sarana penunjang
seperti perpustakaan, alat peraga, serta lingkungan alam sosial budaya
sebagai nara sumber.
f) Kegiatan perbaikan dan pengayaan
Kegiatan perbaikan adalah KBM untuk membantu siswa
memahami bahan kajian, atau pelajaran bagi siswa yang mencapai tingkat
penguasaan minimal.
Kegiatan perbaikan dan pengayaan biasa dilaksanakan dengan
menggunakan waktu yang telah disediakan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Kegiatan pengayaan adalah KBM untuk memperluas dan
memperdalam bahan kajian materi bagi siswa yang mencapai tingkat
penguasaan minimal lebih dari rata-rata siswa lainnya.
3) Penilaian
a) Penilaian pengajuan belajar
Yaitu upaya pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar
siswa, untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan kegiatan belajar.
b) Penilaian hasil belajar
Sebuah upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui
seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
setiap semester, akhir semester, akhir tahun dan akhir pendidikan SMA.
Penilaian hasil belajar pada akhir semester 2 kelas X mencakup semua
mata pelajaran yang disusun di kelas X. Penilaian ini dapat digunakan
sebagai :
(1) Bahan pertimbangan dalam pemilihan program pengajaran khusus.
(2) Salah satu unsur utama untuk menentukan kenaikan kelas.
Penilaian hasil belajar pada akhir semester / pendidikan SMA
digunakan untuk mengatakan bahwa siswa yang bersangkutan telah
selesai pendidikan SMA.
4) Pengembangan kurikulum
a) Tingkat nasional
Pada tingkat nasional, pengembangan kurikulum mencakup
penyesuaian isi, bahasa, bahan pengajaran, kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan siswa dan bersesuaian dengan lingkungan dan
perkembangan IPTEK.
b) Tingkat daerah
Sesuai pasal 15 (5) dan 6 PP No. 9 tahun 1950 dan tanpa
mengurangi kurikulum yang berlaku secara nasional, mencakup :
(1) Penjabaran bahan lebih lanjut yang berlaku nasional, misalnya
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
(2) Penambahan pelajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku
nasional, misal : pendidikan seni, pendidikan jasmani dan kesehatan.
(3) Penyesuaian cara penyampaian yang tercantum dalam kurikulum
nasional disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
2. Deskripsi Data Khusus
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas berupa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
pembelajaran model ekspositori. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi
belajar siswa mata pelajaran akuntansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dibuat
deskripsi data khusus sebagai berikut :
a. Data Nilai Kemampuan Awal
Data tentang nilai kemampuan awal sebelum mendapat perlakuan
diperoleh dari ulangan materi sebelumnya pada mata pelajaran akuntansi
yaitu materi Jurnal penyesuaian.
1) Kelas Eksperimen
Nilai kemampuan awal siswa kelas XI IPS 2 selaku kelas eksperimen
memiliki rentang antara 45 sampai 100. Hasil perhitungan menunjukkan :
Rata-rata (M) = 70,86
Modus (Mo) = 76,3
Median (Me) = 68
Standar deviasi (s) = 13,2
Distribusi frekuensi data nilai kemampuan awal siswa pada kelas
eksperimen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Siswa Kelas eksperimen
Kelas Interval Frekuensi Kelas Eksperimen
xi Absolut Relatif 45-53 4 11% 49 54-62 6 16% 58 63-71 8 22% 67 72-80 13 35% 76 81-89 2 5% 85 90-98 3 8% 94 99-107 1 3% 103 Jumlah 37 10%
Tabel diatas menggambarkan nilai kemampuan awal pada kelas
eksperimen bahwa nilai terendah adalah 45 dan nilai tertinggi adalah 100.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siswa terbanyak memperoleh nilai antara rentang 72-80 yaitu sebanyak 13
siswa. Sedangkan sebanyak 1 siswa memperoleh nilai antara rentang 99-
100. Dengan tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai
berikut.
Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen
2) Kelas Kontrol
Nilai kemampuan awal siswa kelas XI IPS 1 selaku kelas kontrol memiliki
rentang antara 35 sampai 100. Hasil perhitungan menunjukkan :
Rata-rata (M) = 70,86
Modus (Mo) = 76,3
Median (Me) = 68
Standar deviasi (s) = 13,9
Distribusi frekuensi data nilai kemampuan awal siswa pada kelas kontrol
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol
Kelas Interval Frekuensi Kelas Kontrol
xi Absolut Relatif 34-45 3 9% 40 46-56 1 3% 51 57-67 5 14% 62 68-78 13 34% 73 79-89 11 31% 84
02468
101214
49 58 67 76 85 94 103
Frek
uens
i
Titik tengah interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90-100 2 9% 95 Jumlah 35 100%
Tabel diatas menggambarkan nilai kemampuan awal pada kelas kontrol
bahwa nilai terendah adalah 35 dan nilai tertinggi adalah 100. Siswa
terbanyak memperoleh nilai antara rentang 68-78 yaitu sebanyak 13 siswa.
Sedangkan sebanyak 1 siswa memperoleh nilai antara rentang 45-56.
Dengan tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai
berikut.
Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol
b. Data Nilai Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi
Data nilai tes prestasi setelah mendapat perlakuan diperoleh dari nilai
tes berupa serangkaian soal – soal obyektif yang sudah teruji baik dari segi
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya. Tes diberikan
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah menyelesaikan pembelajaran
materi kertas kerja.
1) Kelas Eksperimen
Prestasi belajar akuntansi siswa kelas eksperimen yang mendapat
perlakuan pembelajaran tipe Jigsaw berupa nilai tes yang diberikan
diakhir kegiatan pengajaran memiliki rentang antara 52 sampai 96. Hasil
perhitungan menunjukkan :
02468
101214
40 51 62 73 84 95
Frek
uens
i
Titik tengah interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rata-rata (M) = 84
Modus (Mo) = 89,8
Median (Me) = 88
Standar deviasi (s) = 12,03
Distribusi frekuensi data nilai prestasi belajar akuntansi siswa pada kelas
eksperimen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Eksperimen
Kelas interval Frekuensi kelas Eksperimen
xi Absolut Relatif 52-58 2 5% 55 59-65 2 5% 62 66-72 3 8% 69 73-79 3 8% 76 80-86 6 17% 83 87-93 16 43% 90 94-100 5 14% 97 Jumlah 37 100%
Tabel diatas menggambarkan nilai prestasi belajar pada kelas eksperimen
bahwa nilai terendah adalah 52 dan nilai tertinggi adalah 96. Siswa
terbanyak memperoleh nilai antara rentang 87-93 yaitu sebanyak 16 siswa.
Sedangkan sebanyak 2 siswa memperoleh nilai antara rentang 52-58 dan 2
siswa memperoleh nilai antara rentang 59-65. Dengan tabel tersebut dapat
dilihat dengan gambar histogram sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Eksperimen
2) Kelas Kontrol
Prestasi belajar akuntansi siswa kelas kontrol yang mendapat perlakuan
pembelajaran dengan model ekspositori berupa nilai tes yang diberikan
diakhir kegiatan pengajaran memiliki rentang antara 56 sampai 96. Hasil
perhitungan menunjukkan :
Rata-rata (M) = 77,03
Modus (Mo) = 90,96
Median (Me) = 81,4
Standar deviasi (s) = 12,3
Distribusi frekuensi data nilai prestasi belajar akuntansi siswa pada kelas
kontrol disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Kelas Kontrol
Kelas interval Frekuensi kelas kontrol
xi Absolut Relatif
02468
10121416
55 62 69 76 83 90 97
Frek
uens
i
Titik tengah interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56-62 7 20% 59 63-69 4 11% 66 70-76 3 9% 73 77-83 5 14% 80 84-90 12 34% 87 91-97 4 12% 94
Jumlah 35 100% Tabel diatas menggambarkan nilai prestasi belajar pada kelas kontrol
bahwa nilai terendah adalah 56 dan nilai tertinggi adalah 96. Siswa
terbanyak memperoleh nilai antara rentang 84-90 yaitu sebanyak 12 siswa.
Sedangkan sebanyak 3 siswa memperoleh nilai antara rentang 70-76.
Dengan tabel tersebut dapat dilihat dengan gambar histogram sebagai
berikut.
Gambar 7. Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas Kontrol
H. Pengujian Persyaratan Analisis
Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi dalam penelitian eksperimen
ini adalah t-matching, data yang digunakan adalah nilai ulangan harian jurnal
penyesuaian, nilai rata-rata kelas kontrol adalah 70,86 sedangkan untuk kelas
eksperimen nilai rata-ratanya adalah 71,08. Berdasarkan hasil uji t-matching
diperoleh thitung sebesar 0,415. Syarat bahwa kedua kelas memiliki kemampuan
awal yang sama jika thitung < ttabel. Pada taraf signifikan 5% dan db 70 diperoleh
ttabel sebesar 1,660. Berdasarkan hasil tersebut berarti thitung < ttabel atau Ho
0
2
4
6
8
10
12
59 66 73 80 87 94
Frek
uens
i
Titik tengah interval
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
kemampuan awal antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen,
sehingga kelas kontrol dan kelas eksperimen berangkat dari titik yang sama.
I. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan post test yang dilakukan pada akhir pengajaran
diperoleh nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 77,03 dan nilai rata-rata kelas
eksperimen adalah 84. Syarat bahwa kedua kelas tidak ada perbedaan yang
signifikan jika thitung < ttabel. Hasil analisis dengan mengunakan t-test
memperoleh thitung = 2,978 sedangkan ttabel = 1,660 pada taraf signifikan 5%
dan db=70. Berdasarkan analisis tersebut berarti thitung > ttabel atau 2,978 >
1,660 atau Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
prestasi belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 2,978
sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 77,03 dan nilai rata-rata kelas
eksperimen adalah 84. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan pembelajaran model ekspositori.
J. Pembahasan Hasil Analisis Data
Pada penelitian ini diambil dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen sebagai sampel dari populasi yang ada, untuk kelas eksperimen
mendapat pengajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw sedangkan untuk kelas kontrol mendapat pengajaran dengan menggunakan
model ekspositori. Karena penelitian ini sifatnya membandingkan prestasi belajar
antara dua kelas, maka sebelum penelitian dimulai harus dipastikan terlebih
dahulu bahwa kedua kelas berangkat dari titik yang sama. Untuk itu perlu
diadakan analisis prasyarat dengan menggunakan t-matching. Berdasarkan hasil
perhitungan t-matching diperoleh hasil thitung < ttabel yaitu 0,415 < 1,660 sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen atau dapat diartikan bahwa kedua kelas
berangkat dari titik yang sama.
Selanjutnya kedua kelas diberi perlakuan dengan metode mengajar yang
berbeda kemudian diberikan tes prestasi untuk pengambilan data. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan t-test atau uji-t untuk menguji hipotesis
penelitian. Hasil dari pengujian hipotesis diperoleh thitung ≥ ttabel atau 2,978 ≥
1,660. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara
kelas kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran model ekspositori dengan kelas
eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran tipe jigsaw.
Rata-rata nilai post-test kelas eksperimen sebesar 84 dan rata-rata nilai
post-test kelas kontrol sebesar 77,03. Berdasarkan nilai rata-rata kedua kelas tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar menggunakan pembelajaran tipe
Jigsaw lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran model
ekspositori.
Perbedaan prestasi belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
dikarenakan pada kelas kontrol masih banyak siswa yang kurang memperhatikan
penjelasan guru, banyak siswa yang sering tidak mengikuti pelajaran dikarenakan
ada kegiatan ekstrakulikuler lain diluar mata pelajaran, selain itu siswa tidak terlibat
aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran dirasa membosankan. Berbeda
halnya dengan pembelajaran dikelas eksperimen, siswa diusahakan aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, dengan kerja kelompok siswa merasa tidak malu bila
bertanya kepada teman atau gurunya mengenai materi yang kurang dipahaminya
sehingga siswa merasa senang dan semangat dalam belajar. Hal ini mempengaruhi
nilai prestasi belajar akuntansi siswa sehingga nilai prestasi siswa dapat meningkat.
Perbedaan nilai rata-rata prestasi belajar akuntansi kedua kelas tersebut
membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih
baik daripada pembelajaran model ekspositori. Dengan menggunakan model
pembelajaran tipe Jigsaw keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar lebih
tinggi dibandingkan dengan pembelajaran model ekspositori. Pembelajaran tipe
Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif, sehingga partisipasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keaktifan siswa sangat dibutuhkan. Dari pengamatan yang dilakukan dikelas
eksperimen selama pengajaran berlangsung keaktifan siswa sangat terlihat.
Keaktifan siswa tersebut antara lain adanya keaktifan bertanya kepada teman
maupun kepada guru, serta keaktifan mengerjakan soal latihan yang diberikan
guru.
Lain halnya dengan pengamatan yang dilakukan dikelompok kontrol yang
menggunakan model pembelajaran ekspositori, dikelas ini siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru dan jarang sekali siswa mengajukan pertanyaan
kepada guru. Didalam pembelajaran, guru dianggap sebagai sumber segala
informasi, guru yang mendominasi kelas, guru langsung membuktikan dalil-dalil,
dan guru memberikan contoh-contoh soal. Sedangkan siswa hanya mendengarkan,
melaksanakan pola-pola yang diterapkan guru, mencontoh cara-cara yang
dilakukan guru dalam menyelesaikan soal-soal yang dapat mengakibatkan siswa
bertindak pasif. Hal ini menimbulkan kurangnya kemandirian siswa, sehingga
kemampuan siswa untuk menganalisa dan menyelesaikan suatu permasalahan
kurang berkembang secara baik. Kebanyakan siswa hanya mengandalkan
penjelasan dari guru tentang materi terkait. Hal inilah yang membuat siswa kurang
aktif dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.
Pada pembelajaran tipe Jigsaw selain dapat meningkatkan partisipasi
atau keaktifan siswa, juga dapat meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab
siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya rasa senang dan semangat dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dari pengamatan yang dilakukan dikelas
eksperimen siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan semangat
bertanggungjawab pada anggota kelompoknya. Dengan pembelajaran tipe Jigsaw
siswa juga dapat meningkatkan kerjasama dan rasa tanggung jawab dalam
kelompok, siswa dengan kemampuan yang lemah dapat dibantu oleh siswa lain
yang kemampuannya lebih tinggi, selain itu proses pembelajaran yang dilakukan
guru menjadi lebih bervariasi, pembelajaran menjadi lebih menarik dan hidup.
Berbeda dengan pengamatan yang dilakukan dikelas kontrol, siswa merasa kurang
bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kompetensi dasar pada penelitian ini adalah menyusun Kertas kerja pada
perusahaan jasa. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
akuntansi pada pembelajaran tipe Jigsaw menunjukkan peningkatan prestasi
belajar pada kelompok eksperimen. Siswa yang sebelumnya kurang aktif saat
pembelajaran, sekarang menjadi lebih antusias dan lebih merespon apersepsi guru.
Meskipun begitu, masih diperlukan juga motivasi dari guru dan pendekatan dari
guru untuk mendukung berhasilnya proses belajar mengajar akuntansi
Guru berhasil melaksanakan pembelajaran akuntansi yang dapat menarik
perhatian siswa, sehingga berakibat pada meningkatnya prestasi mata pelajaran
akuntansi. Selain itu, peneliti juga dapat meningkatkan kinerja dalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran
akuntansi dengan menggunakan teknik jigsaw dapat dilihat dari indikator-
indikator sebagai berikut:
1. Siswa terlihat secara antusias dan bersemangat dalam mengikuti materi
pembelajar yang disampaikan oleh guru.
2. Siswa merasa mendapatkan pencerahan dalam pembelajaran, karena selain
alur pembelajaran jelas, siswa juga mempunyai kesempatan untuk aktif dalam
proses pembelajaran.
3. Siswa menjadi lebih percaya diri untuk maju mengerjakan soal yang diberikan
guru karena mereka sudah menguasai materi itu.
4. Siswa sudah mampu memahami materi akuntansi yang disampaikan oleh
guru.
5. Pada setiap penyampaian materi, guru selalu memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat membangkitkan minat siiswa untuk belajar.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pembelajaran tipe jigsaw lebih
baik dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dari pada pembelajaran model
ekspositori. Hal ini juga didukung oleh data-data kuantitatif yang telah
dikemukakan diatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan
pada bab sebelumnya, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hipotesis yang menyatakan bahwa “Ada perbedaan prestasi belajar mata
pelajaran akuntansi antara pengajaran dengan model ekspositori dan Jigsaw
di kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011” teruji
kebenarannya. Terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara
pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw dan model ekspositori.
Hal ini ditunjukan dari hasil perhitungan nilai thitung > ttabel (2,978 > 1,660)
pada db= 70 taraf signifikasi 5%.
2. Hipotesis yang menyatakan bahwa “Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada model ekspositori dalam
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI IS
SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011.” teruji kebenarannya.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik diterapkan daripada
model ekspositori dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
ditunjukan dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 2,978 sedangkan
nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 77,03 dan nilai rata-rata kelas eksperimen
adalah 84.
Dilihat dari kondisi lapangan yang ada selama penelitian, peneliti
mengamati proses pembelajaran, guru belum mampu mengkoordinasi kelas
dengan baik, sehingga belum bisa membuat suasana belajar yang menyenangkan
bagi siswa. Guru belum mampu menerapkan metode-metode baru dalam
pembelajaran, sehingga dianggap kurang kompeten dalam bidangnya, dalam
proses pembelajaran guru masih menggunakan metode tradisional, konvensional
(ceramah, tanya jawab). Metode seperti ini pembelajaran cenderung terpusat
pada guru, guru paling mendominasi dalam proses pembelajaran dan memegang
83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peranan penting dalam kelas., sehingga siswa kurang berperan aktif dalam proses
pembelajaran karena kurang dilibatkan.
Menggunakan model ekspositori siswa terlalu bergantung pada apa yang
diberikan oleh guru, siswa belum terbiasa mengutarakan pendapat didepan kelas,
jarang bertanya sehingga tidak bisa memecahkan masalah yang ada, baik
individu maupun kelompok. Selain itu, sekolah kurang memberikan fasilitas yang
mendukung proses pengajaran, maka penerapan-penerapan metode baru kurang
optimal.
Tingginya prestasi belajar siswa yang mengikuti proses belajar mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menunjukkan
bahwa lebih baik daripada model ekspositori pada pembelajaran Akuntansi. Hal
tersebut ditunjukkan oleh keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar, sehingga berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar siswa yang
ditunjukan dengan kenaikan rata-rata nilai sebesar 12,92 setelah diberikan
perlakuan (treatment). Hal ini lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol
yang menggunakan model ekspositori yang mengalami peningkatan nilai rata-
rata sebesar 6,17. Peningkatan nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kontrol
dapat dirangkum ke dalam tabel berikut ini:
Tabel 10. Rangkuman kenaikan rata-rata nilai awal dan nilai akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol.
No Kelompok
Nilai Rata-rata
Sebelum
Treatment
Setelah
Treatment Kenaikan
1 Eksperimen 71,08 84 12,92
2 Kontrol 70,86 77,03 6,17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Implikasi
Berdasar kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat dikaji
implikasi teoretis dan praktisnya sebagai berikut.
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembelajaran akuntansi dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada pembelajaran
dengan model ekspositori. Simpulan hasil penelitian ini mendukung teori yang
dikemukakan oleh Anita lie (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw mendorong siswa untuk memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi, bekerjasama dan mengembangkan rasa tanggung jawab dengan
anggota kelompok. Pembelajaran tipe Jigsaw membantu siswa meningkatkan
kreativitas dalam memecahkan masalah baik secara kelompok maupun individu.
Berdasar keunggulan dan kelemahan dari masing-masing model pembelajaran
baik jigsaw maupun ekspositori serta penelitian dari Sandi Fajar Rodiyansyah
(2008), Bahriyatul Azizah (2006) yang menyimpulkan bahwa rata-rata prestasi
belajar kelompok eksperimen yang lebih tinggi menunjukkan pembelajaran
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dibandingkan
pembelajaran menggunakan model ekspositori, konvensional atau yang
sebelumnya digunakan, hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Aceng Haetami dan Supriadi (2008), Yuni Safitri (2007), Desi Wulandari
(2006), Supriono (2006) menyimpulkan bahwa ada kenaikan prestasi belajar pada
siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi guru, siswa dan
sekolah. Khususnya bagi guru akuntansi sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan peningkatan prestasi belajar
siswa. Selain itu guru harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar mengajar baik faktor dalam maupun dari luar. Serta harus
mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing metode mengajar,
khususnya pada mata pelajaran akuntansi sehingga dengan pemilihan metode
mengajar yang tepat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Bagi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penelitian ini mampu menjadi cara yang baik dalam mengembangkan kompetensi
akademik dan sosial mereka. Siswa diajak untuk lebih aktif dalam proses belajar
mengajar, meningkatkan motivasi untuk belajar sehingga mampu meningkatkan
prestasi belajar. Setelah memperkenalkan dan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sekolah menambah fasilitas-fasilitas yang memadai dan
mendukung kegiatan pembelajaran dengan optimal.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian yang telah penulis
sampaikan di atas, maka peneliti menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar,
baik fisik, mental, pikiran untuk benar-benar mampu memahami, mengerti dan
dapat menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat. Siswa
harus dibiasakan untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun
kelompok sehingga siswa mendapatkan pengetahuan optimal bukan hanya dari
guru tetapi siswa menemukan langsung dan membangun sendiri pengetahuan
mereka melalui membaca, latihan soal, maupun sumber-sumber belajar yang lain.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dalam mengajar mata pelajaran Akuntansi. Tidak hanya model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tapi model pembelajaran inovatif lainnya
yang mampu memotivasi siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran, dan
tentunya dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan
materi yang akan diajarkan serta memperhatikan kelemahan dan kelebihannya.
Guru hendaknya mampu membuat suasana belajar yang berpusat pada siswa
sehingga siswa mampu berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya mendorong para guru untuk menggunakan model
pembelajaran inovatif dalam pembelajaran, selain itu sekolah juga harus
mendukung dengan menyediakan fasilitas-fasilitas mengajar yang memadai
misalnya OHP, LCD, komputer. Dengan demikian pelaksanaan model
pembelajaran akan lebih optimal sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
Agus Supriyono.2010.Cooperative Learning (Teori Dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ainurrahman.2009.Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Darwyan Syah.2010.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press
Dimyati dan Mudjiono.1999.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Gino, dkk.1999.Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press
Hadari Nawawi.1995.Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Indra Bastian.2006.Akuntansi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Isjoni.2009.Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok). Bandung: Alfabeta.
Johar Permana.2001.Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana
Lie, Anita.2005.Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo Mardalis.2002.Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta: Bumi
Aksara.
Masidjo.1995. Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Nana Sudjana.2005.Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Poerwadarminto.1999.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rudianto.2002.Pengantar Akuntansi Jilid 1. Jakarta: Erlangga
S. Nasution.2003.Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman A.M.2010.Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Slavin, Robert E.2010.Cooperative Learning (teori, riset dan praktek). Bandung: Nusa Media.
88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Slameto.2003.Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soemarsono.2007.Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
Sugiyanto.2010.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka
Suharsimi Arikunto.1998.Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek).Jakarta: Rineka Cipta.
Sutrisno Hadi.2004.Metodologi Research. Yogyakarta: Andi.
Trianto.2007.Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka