11
DINAMIKA BUDAYA DAN MASYARAKAT INDONESIA PADA ZAMAN PROTO-SEJARAH

Dinamika budaya dan masyarakat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dinamika budaya dan masyarakat

DINAMIKA BUDAYA DAN MASYARAKAT INDONESIA PADA ZAMAN PROTO-SEJARAH

A. Manusia purba dan Perkembangannya.

Page 2: Dinamika budaya dan masyarakat

Menurut para ahli , keberadaan makhluk hidup dimuka bumi diperkirakan sejak 6 juta tahun yang lalu . Manusia diperkirakan baru muncul pertama kali dimuka bumi sekitar 3 juta tahun yang lalu , yaitu , pada zaman yang disebut plestosen . Zaman ini berlangsung cukup lama , yaitu sekitar antara 3 juta sampai 10 ribu tahun yang lalu. Oleh para ahli zaman plestosen dibagi menjadi zaman Plestosen awal , Plestosen tengah dan Plestosen akhir.

Zaman Plestosen ditandai dengan tantangan alam dan perjuangan hidup yang keras harus dihadapi manusia pada masa itu. Akibatnya , manusia mengalami perubahan fisik dan akal pikiran untuk menyesuaikan tantangan alam tersebut. Manusia menciptakan alat yang masih sangat sederhana , yaitu dari batu , tulang atau kayu untuk berburuh hewan , mengumpulkan buah-buahan dan daun-daunan dll.

Sekitar 5 juta tahun yang lalu , para ahli memperkirakan bahwa dimuka bumi ini telah ada makhluk yang kemudian disebut Australophithecus . Australophithecus yang secara harafiah berarti “ Kera dari selatan”. Makhluk ini diduga dapat berjalan dengan kedua kaki , walaupun belum dapat berdiri tegak secara sempurna. Tingginya kira-kira 125 sampai 150 cm dan beratnya 25-50 kg . Dugaan tersebut berdasarkan pada temuan-temuan fosil di Afrika Selatan , pada tahun 1925.

Berdasarkan penemuan tersebut Australopithecus diklasifikasikan menjadi lima yaitu , Australophitecus africanus , robustus , boisei , habilis dan afarensis. Makhluk ini diperkirakan hidup di wilayah Afrika Selatan dan di Afrika bagian timur. Mereka sudah menggunakan alat-alat dari batu berbentuk sangat sederhana seperti kapak penetak dan alat-alat serpih.

Makhluk lain yang diperkirakan lebih muda dibanding Austalophitecus adalah Pithecanthropus atau secara harfiah berarti “ manusia kera”. Makhluk ini diperkirakan sudah muncul pada masa plestosen awal , tengah , akhir . Tingginya kira-kira 160-180 cm. Volume otaknya antara 750-1300 cc dan diperkirakan sudah dapat berdiri tegak. Fosil ini ditemukan dibeberapa tempat yaitu di China , Tanzania , Kenya , Aljazair , Jerman Barat , Jerman Timur , Prancis , Yunani serta Hongaria.

Di Indonesia makhluk Pithecanthrophus hidup pada masa Plestosen awal sampai masa Plestosen akhir. Pithecanthrophus yang dianggap paling tua adalah Pithecanthrophus Modjokertensis. Dari hasil penemun di Mojokerto dan Sangiran , para ahli berkesimpulan bahwa makhluk ini sudah berdiri tegak dan diperkirakan hidup 2500.000 tahun sampai 1250.000 tahun yang lalu.

Jenis lain dari makhluk Pithecanthropus adalah Pithecanthropus Erectus . Nama Erectus yang artinya berdiri . Berdasarkan temuan fosil tulang paha , diduga makhluk ini sudah berjalan tegak. Tinggi badannya diperkirakan 160-180 cm dan berat badannya sekitar 80-100 kg . Makhluk ini hidup 1000.000 tahun yang lalu. Volume otaknya 750-1000 cc.

Adapun jenis makhluk Pithecanthropus yang diperkirakan hidup pada masa Plestosen akhir adalah Pithecanthropus Soloensis . Volume otaknya berkisar 1000 sampai 1300 cc. Tinggi badannya diperkirakan antara 165-180 cm. Makhluk ini hidup antara 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.

Fosil makhluk lain yang dianggap paling primitive diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus . Makhluk ini usianya lebih tua dari Pithecanthropus . Makhluk ini diperkirakan hidup antara 2500.000 tahun yang lalu sampai 1250.000 tahun yang lalu.

Page 3: Dinamika budaya dan masyarakat

Makhluk yang diperkirakan lebih sempurna adalah Homo yang berarti manusia. Jenis yang paling tua adalah Homo Neanderthalensis yang sudah ada dimuka bumi sekitar 250.000 tahun yang lalu. Homo Neanderthalensis ini banyak mendiami daerah Eropa , Asia Barat , dan Afrika Utara. Kemampuan bertutur kata diduga belum begitu berkembang. Volume otaknya antara 1000-2000 cc . Tinggi badannya berkisar 130-210 cm. dengan berat badan 30-150 kg.

Jenis lain adalah Homo Sapiens yang sudah muncul dimuka bumi sekitar 4000 tahun yang lalu. Homo Sapiens ini sudah menyebar hampir di semua benua. Diduga Homo Sapiens ini sudah bertutur kata walaupun dengan menggunakan bahasa isyarat. Diperkirakan hidup sekitar 30.000 tahun yang lalu. Temuan fosil dari Wajak , Tulungagung , Jawa Timur merupakan makhluk Homo Sapiens atau secara harfiah berarti makhluk manusia bijaksana. Selain itu , manusia Wajak ini mempunyai tinggi badan 173 cm, dan menunjukkan ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid . Manusia Wajak diperkirakan hidup antara 40.000 sampai 25.000 tahun yang lalu.Dilingkungan Homo Sapiens terdapat 5 Ras yaitu , ras mongoloid , Kaukasid , negroid , khosanoid dan Australomelanosoid . B. KEMAMPUAN MEMBUAT PERKAKAS DAN PENGUASAAN TEKNOLOGI

Pada kehidupan berburu dan meramu pada tahap awal , penguasaan manusia terhadap teknologi masih sangat sederhana dan berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia pada masa itu. Oleh karena itu diciptakanlah alat yang masih sangat sederhana maupun cara pembuatannya , yaitu dari bahan batu , kayu , maupun tulang-tulang hewan .

Di Indonesia , alat-alat yang terbuat dari batu dikelompokkan menjadi dua yaitu tradisi kapak perimbas dan tradisi alat serpih. Dengan melihat ciri tertentu alat yang terbuat dari batu digolongkan menjadi empat yaitu : kapak perimbas , kapak penetak , pahat genggam dan kapak genggam awal. Kapak perimbas memiliki ciri-ciri antara lain bagian tajamnya berbentuk cembung atau lurus dengan memangkas satu sisi pinggiran batu dan kulit batu masih melekat dipermukaan.Kapak penetak mempunyai ciri-ciri tajamannya dibentuk liku-liku dengan cara penyerpihan yang dilakukan secara berselang-seling pada kedua sisi tajamannya. Pahat genggam mempunyai ciri-ciri tajamannya berbentuk terjal mulai dipermukaan atas batu sampai pinggirannya dibuat dengan cara penyerpihan. Kapak genggam awal memiliki ciri-ciri bentuknya meruncing dan kulit batu masih melekat pada pangkal awalnya serta tajamannya dibentuk melalui pemangkasan pada satu permukaan batu.

Dari empat jenis utama kapak itu terdapat jenis –jenis lain dengan bentuk dan variasinya sendiri. Hal itu terlihat , misalnya jenis kapak perimbas tipe setrika , kura-kura dan serut samping didaerah Punung , ( Pacitan ) . Sementara itu , alat-alat serpih yang paling umum ditemukan mempunyai ciri-ciri kerucut pukulannya menonjol dan dataran pukulnya lebar dan rata . Ciri-ciri itu digolongkan kedalam jenis alat-alat serpih sederhana . Temuan-temuan alat serpih di Indonesia juga menunjukkan variasinya , bahkan terdapat beberapa alat serpih yang menunjukkan teknik pembuatannya yang lebih maju.

Ketika manusia sudah mengembangkan usaha bercocok tanam dan tinggal menetap , tuntutan terhadap alat penunjang kehidupannya juga mengalami perkembangan. Fungsi alat ini tidak lagi hanya untuk berburu dan mengelola tanah .

Page 4: Dinamika budaya dan masyarakat

Akan tetapi juga untuk hal yang bersifat keagamaan . Bahkan pada masa berikutnya pembuatan benda-benda sudah mulai menampakkan aspek seni yang sangat indah.

Masa bercocok tanam ditandai dengan kemahiran mengasah alat-alat batu dan pembuatan gerabah. Alat yang diasah adalah kapak batu ,dan beliung serta mata panah dan mata tombak. Alat batu yang berupa beliung persegi merupakan alat yang paling umum digunakan pada masa itu. Berdasarkan temuan-temuan alat batu yang tersebar di beberapa tempat terutama dikawasan bagian Indonesia.

Bentuk beliung kebanyakan memanjang dan setipa permukaan diasah halus kecuali dibagian pangkal dan tempat mengikat tangkainya. Jenis batuan kalsedon , agat dan jaspis paling umum digunakan untuk bahan pembuatan beliung. Persebaran beliung dan beberapa variasinya terdapat didaerah Bengkulu , Palembang , Lampung , Banten , Bogor , Cibadak , Bandung , Tasikmalaya , Cirebon , Pekalongan , Banyumas , Semarang , Kedu , Yogyakarta , Wonogiri, Punung , Surabaya, Madura , Malang , Besuki , Kalimantan, Sulawesi , Bali , Solor , Adonara , Ternate , Maluku , Sangihe dan Talaud.

Teknologi pembuatan alat mengalami kemajuan pesat apalagi ketika ditemukannya teknik peleburan , pencampuran , penempaan dan pencetakkan logam. Semula jenis-jenis logam seperti besi , tembaga , timah , dan emas dibuat dengan teknik peleburan sederhana, kemudian dicampurkan dengan teknik pencampuran menghasilkan perunggu yang lebih kuat. Pembuatan alat-alat dari logam , Semula menggunakan cara ditempa , dan dipanaskan , kemudian menggunakan teknik setangkup ( be valve ) dan cetakan lilin ( a cire perdue ) Teknik setangkup dengan menggunakan model cetakan dari tanah liat., sedangkan cetakan lilin modelnya dibuat dari lilin , kemudian dibungkus dengan tanah liat setelah dipanaskan lilin akan mencair keluar dan terbentuk rongga. Ada temuan benda-benda perunggu di Indonesia yang mempunyai kemiripan dengan temuan benda-benda di Dongson ( Vietnam ) . Hal itu diduga ada hubungan antara keduanya .

Pada masa bercocok tanam dan tinggal menetap , manusia sudah menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha pertanian mereka . Teknologi pengairan sederhana pada waktu itu kemungkinan sudah dikuasai , Begitu juga pengetahuan mengenai iklim dengan memahami tanda-tanda alam untuk mengetahui kapan musim hujan dan kapan musim kemarau .

C. PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT

Ketika manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masih terbatas pada kegiatan berburu binatang dan meramu bahan-bahan makanan , Kebergantungan pada alam dan lingkungannya masih sangat kuat. Kegiatan berburu dan meramu pada tingkat awal dilakukan oleh makhluk Phitecanthropus erectus . Prakiraan didasarkan pada kemiripan temuan-temuan alat dari batu dan bentuk fisik Phitecanthropus Erectus dan fosil Phitecanthropus Pikenensis yang ditemukan di goa Chou Kou tien di Cina

Usaha perburuan didaratan Cina , Menurut para ahli sudah dilakukan pada zaman plestosen tengah. Manusia pada masa berburu dan meramu tingkat awal itu hidup secara berkelompok dan tidak tinggal secara menetap. Kelompok berburu biasanya terdiri dari 20-50 orang . Tugas berburu binatang dilakukan oleh laki-laki dan permepuan bertugas mengumpulkan makanan , mengurus anak , dan mengajari anaknya dalam meramu makanan. Pada masa berikutnya , terutama pada akhir masa Plestosen cara hidup

Page 5: Dinamika budaya dan masyarakat

manusia tidak banyak mengalami perubahan . Berburu dan meramu atau mengumpukan bahan makanan masih terus berlanjut . Akan tetapi mereka sudah mulai bertempat tinggal secara tidak menetap digoa-goa . Mereka akan berpindah ketempat lain, Jika dinding goa tersebut runtuh akibat bencana alam. Dari hasil temuan dibeberapa tempat di Jawa dan di Sumatera , ditemukan kerangka manusia yang telah menunjukkan cara penguburan.

Ada kemungkinan beberapa kelompok –kelompok masyarakat yang ada di Indonesia pada masa itu melakukan usaha bercocok tanam tingkat sederhana secara berpindah-pindah. Di kawasan Asia Tenggara perladangan berpindah sudah dilakukan manusia pada masa akhir Plestosen atau kira-kira 9000 tahun Sebelum Masehi. Cara manusia pada masa bercocok tanam pada system perladangan adalah mereka menebang hutan lalu membakar ranting-ranting daun , dan pohonnya . Sesudah dibersihkan baru mereka menanam sejenis umbi-umbian. Setelah masa panen mereka meninggaklkan tempat itu dan mencari tempat perladangan yang baru , system perladangan itu disebut slash and burn .

ada tahapan berikutnya , kegiatan pertanian membutuhkan satu organisasi yang lebih luas yang berfungsi untuk mengelola dan mengatur kegiatan pertanian tersebut . Dari organisasi tersebut , kemudian menumbuhkan organisasi masyarakat yang bersifat chiefdoms atau masyarakat yang sudah berkemimpinan, dan sudah dapat dibedakan antara pemimpin dan yang dipimpin. Pengakuan terhadap pemimpin tidak sekedar karena factor keturunanya tetapi juga dianggap mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dan berkedudukan tinggi . Para pemimpin tersebut sudah meninggal arwahnya tetap dihormati karena kelebihan yang dimilikinya itu.Untuk menghormati sang arwah , dibangunlah tempat pemujaan seperti pada peninggalan-peninggalan punden berpundak., juga dapat menjadi bukti adanya masyarakat yang sudah berkemimpinan .

ada masa itu , ada kemungkinan sudah terbentuk desa-desa kecil . Pada mulanya hanya berbentuk rumah agak kecil dan berdenah melingkar dengan atap daun-daunan. Kemudian rumah seperti itu berkembang dengan bentuk yang lebih besar yang dibangun diatas tiang penyangga . Rumah besar ini bentuknya persegi panjang yang dihuni oleh beberapa keluarga inti. Dibawah tiang penyangga rumah digunakan untuk memelihara ternak. Para ahli menduga mereka menggunakan Bahasa Melayu- Polenesia atau rumpun bahasa Austronesia .

D. KEPERCAYAAN

Untuk menyebut suatu agama yang sering dianut oleh suku-suku bangsa , seperti di Indonesia biasanya menggunakan istilah kepercayaan asli yaitu bentuk kerohanian khas yang dimiliki bangsa Indonesia . Suatu kepercayaan dapat juga muncul karena getaran jiwa atau emosi yang muncul karena kekaguman manusia terhadap hal-hal yang luar biasa. Kekuatan itu tidak dapat diterangkan melalui akal , dan berada diatas kekuatan manusia. Kekuatan itu dikenal dengan kekuatan adi kodrati

Dengan adanya kekuatan adikodrati , manusia perlu melakukan tindakan-tindakan yang berupa upacara-upacara atau ritus .Beberapa ahli menyimpulkan bahwa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah memiliki arti kekuatan atau symbol kekuatan pelindung dari roh-roh jahat . Adanya keyakinan itulah yang kemudian mendorong berkembangnya beberapa kepercayaan itu adalah Animisme , Dinamisme , dan Tetomisme.

Page 6: Dinamika budaya dan masyarakat

Dinamisme adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa semua benda mempunyai kekuatan gaib contohnya gunung , batu dan api. Sedangkan animisme adalah suatu kepercayaan pada roh / arwah yang telah meninggal. Sementara itu , tetonisme adalah kepercayaan atas dasar keyakinan bahwa binatang-binatang merupakan nenek moyang suatu masyarakat atau sebagai orang tertentu. Biasanya binatang yang dianggap sebagai nenek moyang tidak boleh dimakan , kecuali untuk keperluan upacara.

Sebelum agama hindu dan budha berkembang , kepercayaan animisme dan dinamisme sebagi kepercayaan asli bangsa Indonesia yang sudah tumbuh dan berkembang terlebih dahulu. Sesungguhnya , proses pembuatan benda –benda megalitik , seperti , menhir , arca , dolmen , punden berundak , kubur peti batu , dolmen semu atau pandhusa , dan sarkofagus dilandasi dengan keyakinan yang berlaku dalam kepercayaan animisme dan dinamisme yaitu keyakinan bahwa diluar diri manusia ada kekuatan lain. Keyakinan akan adanya dunia arwah terlihat dari penempatan kepala mayat yang diarahkan ketempat asal atau tempat bersemayam roh nenek moyang . Bukti mengenai hal tersebut terlihat dari hasil penggalian kuburan kuno beberapa tempat , seperti Bali dan Kalimantan , menunjukkan arah kepala mayat selalu kearah timur atau barat atau kepuncak-puncak gunung dan bukit. Ketika agama hindu dan budha berkembang terutama di Pulau Jawa , agaknya kepercayaan animisme dan dinamisme itu tetap bertahan.

E. SENI

Hasrat untuk mengekspresikan keindahan muncul ketika manusia mulai menetap sementara di goa-goa . Ekspresi keindahan itu dituangkan dalam bentuk seni lukis dengan media dinding-dinding goa atau permukaan batu. Ketika manusia mulai hidup menetap., ekspresi keindahan bertambah variasinya. Seiring dengan perkembangan teknik tuang logam dan pembuatan gerabah , dalam aspek seni mucul seni lukis dan seni paung.

Pada masa proto sejarah , berikut ini diuraikan hasil seni rupa seperti seni lukis , seni patung , dan seni kerajinan. Kegiatan seni melukis berupa lukisan di dinding –dinding goa atau dinding-dinding karang sudah dilakukan oleh manusia sejak masa berburu dan meramu. Hal itu terbukti dari temuan-temuan di Prancis , Afrika, India , Thailand dan Australia. Di Leant Pattae , di Sulawesi Selatan juga ditemukan di dinding goa . Bentuk lukisannya berupa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah dan seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah menancap dijantungnya.

Di Maluku juga ditemukkan lukisan-lukisan di dinding goa dan batu karang , berwarna merah dan putih yang wujudnya , cap tangan , kadal , manusia dengan membawa perisai berwarna merah , lukisan burung , dan perahu berwarna putih.

Di Irian Jaya juga ada lukisan didinding goa dan karang pada umumnya lukisan-lukisan yang ditemukan di Irian Jaya mirip dengan lukisan yang ditemukan di Pulau Kei daerah Maluku. Bentuknya seperti cap tangan orang , ikan , perahu , binatang melata , dan cap kaki. Selain , itu terdapat juga lukisan abstrak seperti garis-garis lengkung dan garis-garis lingkaran.

Page 7: Dinamika budaya dan masyarakat

Satu relief ditemukkan pada dinding kubur megalitik , seperti sarkofagus atau dolmen. Di Jawa sarkofagus dan dolmen yang memiliki relief ditemukkan di Tegal Ampel di Bondowoso , Jawa Timur dan Tegalalang , Bali.

Seni patung baik patung dari batu maupun dari perunggu umumnya berupa figure manusia dan binatang. Patung batu pada masa itu dibuat dengan teknik pahat sederhana yang pahatannya dilakukan pada bagian-bagian tertentu saja , yaitu muka atau tangan. Kesederhanaan itu juga tampak pada penggarapannya yang agak kasar dan terkesan kaku dan digunakan untuk pemujaan nenek moyang dan patungnya sendiri ditempatkan didekat kubur.

Patung-patung manusia ini ditemukan di Jawa , Sumatera , dan Sulawesi . Patung yang ditemukkan di Cirebon , Gunung Kidul dan di Bada , Sulawesi tengah , berupa batu besar yang dibagian atasnya dipahat sehingga berbentuk muka manusia. Patung menhir adalah patung –patung batu dengan obyek manusia atau binatang.

Jenis perhiasan pada masa itu adalah gelang , bandul kalung dan manik-manik. Adapun benda-benda upacara berupa nekara, kapak perunggu , senjata besi , dan gerabah. Semua benda itu tidak hanya mempunyai fungsi estetis dan religius saja , tetapi dapat juga sebagai alat tukar dan alat Bantu kegiatan manusia sehari-hari.

Nekara umumnya tersusun dalam tiga bagian . Bagian atas terdiri dari bidang pukul datar dan bagian bahu dengan pegangan. Bagian tengah merupakan silinder dan bagian bawah berbentuk melebar. Nekara perunggu yang berukuran kecil dan ramping disebut mako atau moko.

Benda-benda perunggu lainnya termasuk dalam seni kerajinan adalah kapak perunggu , bentuk kapak ini bermacam-macam , seperti jenis ekor burung seriti , jenis pahat bertangkai , dan jenis bulan sabit. Daerah persebarannya juga luas mulai dari Sumatera , Jawa , Sulawesi , Selayar , Bali , Flores , Maluku dan timor-timor sampai Irian Jaya.

Seni kerajinan lain adalah gerabah , banyak ditemukan didaerah Bali , Sumba Timur , Jawa Barat , Lombok , Flores , Jawa Tengah dan Jawa Timur.Selain digunakan untuk keperluan sehari-hari gerabah juga digunakan untuk bekal kubur. Ada dua cara untuk menghias gerabah dengan cara mengecap dan menggores

Benda –benda perhiasan lainnya seperti manik-manik sejak manusia hidup di goa-goa , dan terbuat dari kerang . Manik-manik dan gelang terbuat dari kaca . Ada gelang , bandul kalung dan cincin yang dibuat dari perunggu . Manik-manik dari bahan kaca banyak ditemukan di daerah Bali , Jawa , Sumatera Selatan dan di Timor , sedangkan gelang kaca ditemukan di Jawa Barat , dan Gilmanuk , Bali . Sedangkan gelang dan cincin perunggu banyak ditemukan di Pasemah , Sumatera Selatan .