98
DINAMIKA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DALAM PENEGAKAN HUKUM DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI Dianjurkan untuk Memenuhi salah satu syarat ujian Skripsi pada jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh: ANAS MAHMUSAR NIM: 10538296214 PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

DINAMIKA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DALAM PENEGAKAN HUKUM … · 2021. 1. 21. · berjudul “Dinamika Front Pembela Islam (FPI) dalam Penegakan Hukum di Kota Makassar” dengan lancar

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • iv

    DINAMIKA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DALAM PENEGAKAN

    HUKUM DI KOTA MAKASSAR

    SKRIPSI

    Dianjurkan untuk Memenuhi salah satu syarat ujian Skripsi pada jurusan

    Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh:

    ANAS MAHMUSAR

    NIM: 10538296214

    PENDIDIKAN SOSIOLOGI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2020

  • v

  • vi

  • vii

  • viii

  • ix

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    Alamat: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Tlpn (0411) 860132 Makassar 90221 www fkip-unismuh.info

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Anas Mahmusar

    Stambuk : 10538 296 214

    Jurusan : Pendidikan Sosiologi

    Judul Skripsi : Dinamika Front Pembela Islam (FPI) dalam Penegakan Hukum di

    Kota Makassar

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim

    penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

    dibuat oleh siapapun.

    Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

    apabila pernyataan ini tidak benar.

    Makassar, Desember 2020

    Yang membuat pernyataan

    Anas Mahmusar

  • x

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    Alamat: Jl. Sultan Alauddin No. 259 Tlpn (0411) 860132 Makassar 90221 www fkip-unismuh.info

    SURAT PERJANJIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Anas Mahmusar

    Nim : 10538 296 214

    Jurusan : Pendidikan Sosiologi

    Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi saya, saya akan

    menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

    2. Dalam penyusunan skripsi saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

    pembimbing, yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

    3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi saya.

    4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, dan 3, maka saya

    bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

    Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

    Makassar, Desember 2020

    Yang Membuat Perjanjian

    Anas Mahmusar

  • MOTTO

    Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok

    adalah harapan Jangan tunda sampai hari esok apa yang

    bisa engkau lakukan untuk masa depanmu

  • viii

    viii

    KATA PENGANTAR

    Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

    Alhamdulillahhirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat

    Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan segala rahmat, rezeki,

    hidayah, karunia-Nya, dan selalu memberikan petunjuk, kemudahan dan ridha

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi / penelitian ini yang

    berjudul “Dinamika Front Pembela Islam (FPI) dalam Penegakan Hukum di Kota

    Makassar” dengan lancar. Sholawat serta Salam juga senantiasa dicurahkan

    kepada Junjungan besar kita Nabi Muhammad S.A.W, atas syafaatnya yang dapat

    menjadi panutan bagi seluruh umat Muslim agar selalu berada di jalan yang

    benar.

    Penyusunan Skripsi /penelitian ini adalah sebagai tugas akhir yang

    merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 dan untuk mendapatkan

    gelar sarjana di Jurusan Pendidikan Sosiologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari mungkin

    masih banyak terdapat kekurangan maupun kesalahan dalam laporan penelitian

    (skripsi) ini, sehingga segala bentuk kritik maupun saran yang membangun

    sangat diharapkan untuk bisa menyempurnakan penelitian ini. Semoga penelitian

    ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak yang terkait.

    Dalam penyelesaian Skripsi/penelitian ini, penulis ingin mengucapkan

    banyak terimakasih atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan

  • ix

    ix

    segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

    kepada:

    Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar seluruh staf dan jajarannya.

    Bapak Erwin akib, M.Pd, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

    Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

    Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan, sekaligus sebagai Dosen pembimbing Skripsi yang telah

    meluangkan banyak waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan dan

    pengarahan selama proses penyusunan Skripsi ini. Semoga semua kebaikan yang

    telah bapak berikan bisa dibalas oleh Allah S.W.T berkali-kali lipat.

    Bapak Lukman Ismail, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing Skripsi yang

    telah meluangkan banyak waktu dan perhatiannya untuk memberikan bimbingan

    dan pengarahan selama proses penyusunan Skripsi ini. Semoga semua kebaikan

    yang telah bapak berikan bisa dibalas oleh Allah S.W.T berkali-kali lipat.

    Kedua orang tua yang penulis sayangi dan cintai, Ayah dan ibu yang selalu

    membantu memberikan dukungan, semangat, nasihat, perhatian, do’a dan kasih

    sayang kepada penulis. Semoga semua kebaikan yang telah diberikan bisa dibalas

    oleh Allah S.W.T berkali-kali lipat

    Kedua adik laki-laki dan adik perempuan penulis yang selalu memberikan

    dukungan, do’a dan semangat kepada penulis.

  • x

    x

    Sahabat penulis, sekaligus sebaigai seorang kakak yang selalu mengawasi,

    memeberi nasehat, arahan, dan dorongan semangat untuk selalu berjuang dan

    untuk tetap berusaha.

    Semoga Allah S.W.T senantiasa memberikan karunia dan perlindungan

    kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada

    penulis. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat

    bagi pembacanya.

    Wassalamu’alaikum warahnatullahi wabarakatuh

    Penulis

  • xi

    xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………..i

    LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..ii

    LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………iii

    KARTU KONTROL…………………………………………………………...iv

    SURAT PERNYATAAN……………………………………………………….v

    SURAT PERJANJIAN………………………………………………………...vi

    MOTTO………………………………………………………………...……….vii

    KATA PENGANTAR………………………………………………………...viii

    DAFTAR ISI…………………………………………………………………...xi

    ABSTRAK…………………………………………………………………….xiv

    DAFTAR TABEL……………………………………………………………..xv

    DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………............xvi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah………………………………………………1

    B. Rumusan Masalah……………………………………………..............6

    C. Tujuan penelitian………………………………………………............6

    D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….7

    E. Definisi Operasional..………………………………………………....8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu………………………………………................10

    B. Kajian Konsep…………………………………………………….....11

    1. Konsep Organisasi Masyarakat (Ormas)………………....................11

    2. Front Pembebasan Islam (FPI)…………………….………………..17

  • xii

    xii

    3. Konsep Penegakan Hukum…………………………………………20

    C. Kajian Teori…………………………………………………………..24

    1. Teori struktural fungsional................................................................24

    2. Teori Peranan…………………………………………………........26

    D. Kerangka Pikir Penelitian…………………………………….............27

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian…………………………….............30

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………..............31

    C. Informan Penelitan…………………………………………………..33

    D. Fokus Penelitian……………………………………………………..35

    E. Instrumen Penelitian………………………………………………….35

    F. Jenis dan Sumber Data……………………………………………….37

    G. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..38

    H. Teknik Analisis Data……………………………………….……….41

    I. Teknik Keabsahan Data………………………………………………42

    J. Etika Penelitian…………………………………………………...….44

    BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DI KOTA

    MAKASSAR

    A. Sejarah Kota Makassar…………………………………………,,,,,.45

    B. Geografis Kota Makassar………………………………………,,,,,.47

    C. Sosial Kota Makassar…………………………………………........48

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian……………………………………………………..,53

    1. Faktor Penyebab Eksitensi Ormas FPI Dalam Penegakan Hukum di

    Kota Makassar …………………………………………………..53

    2. Implementasi Gerakan Front Pembela Islam terhadap Penegakan

    Hukum di Kota Makassar……………………………………....59

    3. Implikasi Eksitensi Front Pembela Islam dalam penegakan hukum di

    Kota Makassar ……………………………………………………63

  • xiii

    xiii

    B. Pembahasan………………………………………………………….66

    1. Kaitan Faktor Penyebab Eksitensi Ormas FPI Dalam Penegakan

    Hukum di Kota Makassar dengan Teori Peranan…………………66

    2. Kaitan Implementasi Penegakan Hukum Melalui Ormas FPI di Kota

    Makassar dengan Teori Struktural Fungsional……………………67

    3. Kaitan Implikasi Eksitensi Ormas FPI Dalam Penegakan Hukum di

    Kota Makassar dengan Teori Peranan…………………………….63

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan…………………………………………………………..69

    B. Saran…………………………………………………………………70

    DAFTAR PUSTAKA

  • xiv

    xiv

    ABSTRAK

    ANAS MAHMUSAR (10538296214) “Dinamika Front Pembela Islam (FPI)

    dalam Penegakan Hukum di Kota Makassar”. Dibawah bimbingan Bapak

    H. Nurdin selaku pembimbing I dan Bapak Lukman Ismail selaku

    pembimbing II

    Skripsi ini membahas tentang pandangan Organisasi Masyarakat dalam

    Penegakan hukum terkhusus organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI)

    dalam kaitannya tehadap tindakan maksiat yang melanggar hukum di kota

    Makassar. Tujuan dari penelitian ini: 1) Untuk mengetahui faktor penyebab

    eksistensi ormas FPI dalam Penegakan Hukum di Kota Makassar. 2) Untuk

    mendeskripsikan implementasi penegakan hukum melalui Ormas FPI di Kota

    Makassar. 3) Untuk menganalisis implikasi eksistensi Ormas FPI dalam

    Penegakan Hukum di Kota Makassar.

    Penelitian ini adalah deskritif kualitatif, lokasi penelitian di kota Makassar,

    sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer melalui studi lapangan

    dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi dengan FPI

    sebagai sumber di Kota Makassar, sedangkan data sekunder berasal dari studi

    kepustakaan dengan membaca buku, literatur-literatur, serta informasi tertulis

    lainnya yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

    Hasil penelitian ini menyatakan bahwa factor penyebab eksitensi organisasi

    kemasyarakatan FPI adalah karena adanya struktur organisasi yang sistematis

    yang mengatur semua kegiatan Ormas FPI dan adanya perijinana dari pemerintah

    dan kepolisian. FPI dalam melakukan penerapan atau pelaksanaan penegakan

    hukum, melakukannya dengan dua cara yaitu, secara Persuasif yang

    dimaksudkan adalah untuk membujuk atau mengajak orang lain agar mengikuti

    pemikiran atau tindakan tertentu secara lembut dan secara Represif atau keras,

    dengan penekanan, mengekang, dan menahan secara fisik sebagai inisiatif

    terakhir apabila cara lembut tidak berhasil. Dampak dari eksitensi Ormas FPI

    dalam Penegakan Hukum khusus di Kota Makassar adalah adanya dampak

    positif yaitu pelanggar hukum tidak lagi melakukan pelanggaran hukum karena

    diberi peringatan dan karena ada yang sudah sadar akan kesalahannya, dan

    dampak negativenya adalah walau diberi peringatan lisan dan tertulis tidak

    respon dengan baik karena bukan polisi yang memberi peringatan, akibatnya FPI

    harus mangambil inisiatif dengan cara keras sebagai alternative terakhir yang

    terkadang bisa berujung anarki.

    Kata Kunci: Penegakan Hukum, FPI, Faktor, Implementasi dan Implikasi

  • xv

    xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Bagan Kajian Pustaka………………………………………..29

    Tabel 2 : Jadwal Penelitian…………………………………………….32

    Tabel 3 : Jumlah Penduduk Kota Makassar…………………………...49

    Tabel 4 : Jumlah penganut Agama di Kota Makassar………………....50

  • xvi

    xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Dokumentasi

    Lampiran 2 : Pertanyaan Dan Jawaban Wawancara

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Mereka

    dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada

    manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi

    dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan

    hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Mereka akan bergabung dengan

    manusia lain untuk membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan

    kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini manusia sebagai individu

    memasuki kehidupan bersama dengan inidividu lainnya.

    Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi antara

    sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri.

    Manusia membutuhkan orang lain dalam membatu mengontrol dalam

    kehidupan keluarga, kelompok, dan masyarakat. Maka lahirlah hukum sebagia

    upaya dalam pembentukan pola hidup masyarakat secara teratur, dalam upaya

    mecegah konflik yang terjadi dalam masyarakat jika tidak adanya aturan dan

    hukum yang membatasi.

    Hukum yang berlaku secara umum adalah hukum positif yang sama

    kedudukannya antara hak dan kewajiban. Persamaan di hadapan hukum adalah

    asas di mana setiap orang tunduk pada hukum peradilan yang sama (proses

    hukum), tidak membedakan antara hak dan kewajiban pihak lain dan tunduk

    1

  • 2

    pada keadilan. Hukum juga menimbulkan persoalan penting dan kompleks

    tentang kesetaraan, kewajaran, dan keadilan. Kepercayaan pada persamaan di

    hadapan hukum disebut legalitarianisme hukum.

    Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa "Semua

    orang sama di hadapan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama

    tanpa diskriminasi apapun". Dengan demikian, setiap orang harus diperlakukan

    sama di bawah hukum tanpa memandang ras, gender, kebangsaan, warna kulit,

    etnis, agama atau karakteristik lain, tanpa hak istimewa, diskriminasi, atau bias.

    Dalam kehidupan masyarakat hukum dilaksanakan oleh penegak

    hukum yang sah atau mendapat legitimasi dari masyrakat dan pemerintah

    seperti Mahkamah Konstitusi (MK) dan Polisi. Pihak penegakan hukum,

    seperti khususnya polisi yang sering melakukan penegakan hukum bagi

    perilaku kriminal dan berbagai kasus lain yang melanggar hukum dan

    mengganggu ketertiban di masyarakat. Sebagai lembaga pelaksana hukum

    yang sah seperti Mahkamah Konstitusi (MK) dan Polisi, diketahui dan diakui

    secara umum oleh masyarakat sebagai satu-satunya yang bisa menindaklanjuti

    terhadap kasus yang melanggar hukum. Namun pada kenyataannya ada

    beberapa kelompok atau Organisasi Masyarakat yang biasa bertindak dan

    berperilaku selayaknya lembaga hukum formal yang sah, padahal sudah ada

    larangan yang tentang berbagai perilaku Ormas dalam Peraturan Pemerintah

    Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan

    Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi

    Kemasyarakatan (Ormas) memuat larangan dan sanksi terhadap ormas.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Keadilanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Pernyataan_Umum_tentang_Hak-Hak_Asasi_Manusiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Ras_manusiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Gender_(sosial)https://id.wikipedia.org/wiki/Kebangsaanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Agamahttps://id.wikipedia.org/wiki/Diskriminasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Bias

  • 3

    Mengutip lampiran Perppu yang dirilis Sekretariat Negara, perubahan

    substansial terletak dalam beberapa pasal. Pasal 59, Ormas dilarang

    melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras, atau golongan;

    melakukan penyalahgunaan, penistaan, atau penodaan terhadap agama yang

    dianut di Indonesia. Melakukan tindakan kekerasan, mengganggu

    ketenteraman dan ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas

    sosial; dan/atau melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang

    penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

    (setkap.go.id/ 12 februari 2020)

    Kenyetaannya bahwa masih ada beberapa kelompok yang telah

    menangani kasus yang seharusnya hanya dilakukan oleh kepolisian yang

    seharusnya dilarang sesuai pasal 59 yang melarang melakukan kegiatan yang

    menjadi tugas dan wewenang penegak hukum sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan. Ada beberapa kasus yang langsung

    ditindaklajuti oleh beberapa kelompok tersebut dan mereka tidak memiliki ijin

    resmi sebagai penegak hukum. Contoh kasusnya Razia Buku yang dilakukan

    sekelompok orang yang mengatasnamakan diri ormas Brigade Muslim

    Indonesia (BMI) di Toko Buku Gramedia Makassar, dalam aksi razia yang

    kemudian video pernyataan penyitaannya viral di internet tersebut, antara lain

    diklaim bahwa buku-buku yang dirazia dan disita adalah buku-buku yang

    tidak diperbolehkan beredar, atau dengan kata lain "buku terlarang"

    (suara.com/Arsito Hidayatullah, 07 Agustus 2019). Ada juga kasus FPI razia

    warga yang merayakan Valentine dengan atau tanpa pihak kepolisian.

  • 4

    Alasannya mereka menilai perayaan valentine hanya berbuat maksiat

    (suara.com, Pebriansyah Ariefana/Stephanus Aranditio, 14 Februari 2019).

    Ada beberapa Organisasi masyarakat yang terlibat tapi yang akan kita bahas

    kali tentang Front Pembela Islam (FPI) khususnya cabang Makassar. Alasan

    memilih FPI ketimbang beberapa Ormas lainnya adalah karena FPI adalah

    satu lembaga yang sering kali eksis dalam penegakan hukum di kota

    Makassar.

    Sesuai dengan latar belakang pendiriannya, maka FPI mempunyai

    sudut pandang yang menjadi kerangka berfikir organisasi (visi), bahwa

    penegakan amar ma´ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk

    menjauh-kan kezholiman dan kemunkaran. Tanpa penegakan amar ma´ruf

    nahi munkar, mustahil kezholiman dan kemunkaran akan sirna dari kehidupan

    umat manusia di dunia. FPI bermaksud menegakkan amar ma´ruf nahi munkar

    secara káffah di segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat

    sholihat yang hidup dalam baldah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan

    keridhoan Allah ´Azza Wa Jalla. Insya Allah. Inilah misi FPI. Jadi, Visi Misi

    FPI adalah penegakan amar ma´ruf nahi munkar untuk penerapan Syari´at

    Islam secara káffah.

    Sesuai dengan Visi dan Misinya FPI menegakan amar ma´ruf nahi

    munkar untuk penerapan Syari´at Islam dalam masyarakat, selama menegakan

    amar ma´ruf nahi munkar FPI mendapat tanggapan positif dan negative dari

    masyarakat, positif karena menegakan Syari´at Islam dan negativ karena

    dalam melakukan aksinya FPI cenderung radikal sering melakukan kekerasan.

    https://www.suara.com/tag/maksiat

  • 5

    Front pembela Islam (FPI) saat melakukan aksinya seringkali menegakan

    hukum sendiri dan main hakim sendiri yang seharusnya menjadi tugas dari

    lembaga hukum formal seperti polisi, dan eksitensi ormas bukanlah sebagai

    lembaga hukum formal yang bisa menegakan hukum sendiri.

    Dalam aksi terbarunya, masa Front Pembela Islam (FPI) Makassar

    tiba-tiba melakukan razia minuman keras (miras) ke sebuah tempat hiburan

    malam, Kamis malam 23 Juli 2020. Dalam razia sekitar pukul 23.40 Wita di

    Daun Caffea di Jalan Monginsidi Baru, Kecamatan Rappocini Makassar,

    Sulawesi Selatan ini didapat ratusan botol berisi miras. Razia dilakukan karena

    dianggap tempat hiburan malam tersebut melanggar aturan dengan cara

    memperjual belikan minuman keras secara bebas.

    Latar belakang kenapa Front Pembela Islam (FPI) melakukan aksi

    menegakan hukum sendiri adalah karena FPI melihat pelanggar hukum yang

    tidak dihukum oleh polisi. Dalam pandangan FPI saat melakukan aksinya

    adalah untuk menegakan amar ma´ruf nahi munkar untuk penerapan Syari´at

    Islam.

    Berdasarkan latar belakang diatas judul Skripsi ini adalah “Dinamika

    Front Pembela Islam (FPI) dalam Penegakan Hukum di Kota Makassar” dan

    alasan mengapa masalah ini sangat penting untuk diteliti adalah karena untuk

    mengetahui mengapa ada beberapa kelompok masih melakukan penegakan

    hukum sendiri padahal sudah ada hukum yang melarang, dan untuk

    mengetahui apa ketidak puasan mereka sehingga masih melakukan penegakan

    hukum padahal sudah ada lembaga penegak hukum resmi. Untuk alasan

    https://www.sindonews.com/topic/12712/front-pembela-islam-fpihttps://www.sindonews.com/topic/2389/miras

  • 6

    peneliti memeilih lokasi di Kota Makassar adalah karena banyak Ormas main

    hakim sendiri dan tak lupa pula karena peneliti tinggal di Kota Makassar.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian ini

    sebagai berikut:

    1. Apakah faktor yang menyebabkan eksistensi ormas FPI dalam penegakan

    hukum di Kota Makassar?

    2. Bagaimakah implementasi penegakan hukum melalui ormas FPI di Kota

    Makassar?

    3. Bagaimakah implikasi eksistensi ormas FPI dalam penegakan hukum di

    Kota Makassar ?

    C. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian

    ini adalah:

    1. Untuk mengetahui faktor penyebab eksistensi ormas FPI dalam Penegakan

    Hukum di Kota Makassar.

    2. Untuk mendeskripsikan implementasi penegakan hukum melalui Ormas

    FPI di Kota Makassar.

    3. Untuk menganalisis implikasi eksistensi ormas FPI dalam Penegakan

    Hukum di Kota Makassar.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak

    diantaranya

  • 7

    1. Manfaat Teoritis

    a. Menambah pengetahuan dibidang Sosiologi Agama dan Sosiologi Hukum,

    tentang bagaimana dan mengapa FPI melaksanakan penegakan hukum

    diluar lembaga hukum.

    b. Mengetahui bagaima cara FPI melakukan penegakan hukum dan

    mengetahui bahwa ada dampak dari tindakan FPI yang melakukan

    penegakan hukum yang bukan tugasnya.

    c. Menambah banyak referensi untuk penelitian selanjutnya.

    2. Manfaat Praktis

    a. Menambah wawasan tentang perilaku yang tidak sesuai dengan norma

    agama dan norma social agar tidak menjadi seperti pelaku krimanal yang

    tidak menaati hukum dan di kecam oleh agama dan masyarakat.

    b. Menegetahui berat hukumannya bagi orang yang melanggar hukum dan

    sebagai peringatan pada diri kita sendiri bahwa setiap perbuatan terdapat

    konsekuensinya, apalagi perbuatan jahat.

    E. Devinisi Operasional

    1. Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah organisasi massa Indonesia.

    Mengusung pandangan Islamisme konservatif yang bertujuan tujuan

    menjadi wadah kerja sama antara ulama dan umat dalam menegakkan Amar

    Ma'ruf dan Nahi Munka di setiap aspek kehidupan.

    2. Dinamika adalah bagian ilmu fisika yang berhubungan dengan benda yang

    bergerak dan tenaga yang menggerakkan. Dinamika juga bisa disebut

    kelompok gerak atau kekuatan yang dimiliki sekumpulan orang dalam

  • 8

    masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup

    masyarakat yang bersangkutan

    3. Organisasi Kemasyarakatan atau disingkat Ormas adalah organisasi yang

    didirikan dan dibentuk oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan

    kesamaan aspirasi, kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan

    untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan Negara

    Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila

    4. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

    berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku

    dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan

    bermasyarakat dan bernegara.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakathttps://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

  • 9

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu

    Penelitian mengenai FPI (Front Pembela Islam) memang menarik untuk

    diteliti. Pergerakan yang begitu dikenal oleh banyak masyarakat ini telah

    menyita perhatian dan daya tarik tersendiri. Berikut adalah beberapa penelitian

    yang membahas mengenai FPI (Front Pembela Islam):

    1. Nurotul Badriyah, Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Prespektif FPI (Front

    Pembela Islam) Study kasus di Surabaya. Surabaya: skripsi fakultas

    ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2013. Pada

    penelitian ini pembahasannya hanya mengacu kepada pergerakan Amar

    Ma’ruf Nahai Munkar FPI yang menjadi solusi bagi kelalaian pemerintah

    didalam melaksanakan tugas yang terjadi di kota Surabaya sebagai

    pengayom masyarakat. Dalam hal ini kesejahteraan, kenyamanan dan rasa

    aman telah terusik dengan adanya tempat-tempat maksiat. Disinilah adanya

    FPI menjadi solusi bagi problem yang ada di masyarakat untuk memberikan

    rasa aman kepada masyrakat.

    2. Azilatul Rohmaniah, Tinjauan hukum pidana Islam dan undang-undang no

    17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan terhadap perihal model

    Amar ma’ruf nahi munkar oleh Front Pembela Islam (Studi Kasus di

    Dusun Dengok Desa Kandang Semangkon Kecamatan Paciran Kabupaten

    Lamongan). Surabaya: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

    9

  • 10

    Negeri Sunan Ampel, 2014. Dalam skrpisi ini menjelaskan dan fokus

    terhadap pergerakan Amar ma’ruf nahi munkar yang dinilai telah

    melampai batas sehingga terjadi penganiyayaan terhadap korban yang

    terjadi di Kabupaten Lamongan serta termasuk tindak pidana yang tertera

    didalm undnag-undang no 17 tahun 2013 tentang organisasi

    kemasyarakatan.

    Sedangkan dalam penelitian ini akan menjelaskan tentang Front

    Pembela Islam (FPI) yang melakukan penegakan hukum terhadap tempat-

    tempat maksiat di kota Makassar. Penelitian ini juga berbeda dengan

    penelitian diatas. Jika penelitian diatas hanya fokus terhadap gerakan Amar

    ma’ruf nahi munkar. Namun Penelitian ini berfokus terhadap tindakan

    penegakan hukum Front Pembela Islam (FPI) untuk membubarkan dan

    menutup tempat-tempat maksiat yang tidak resmi dan tidak sah dalam hukum

    di Kota Makassar.

    B. Kajian Konsep

    1. Konsep Organisasi Masyarakat (Ormas)

    a. Sejarah Pembentukan Organisasi Kemasyarakatan

    Berdirinya Budi Utomo pada tanggal 5 Mei 1908 yang kemudian

    dapat membangkitkan bangsa ini dengan membentuk kelompok-

    kelompok terlihat dari berdirinya Sumpah Pemuda pada tanggal 28

    Oktober 1928 yang diikuti dengan adanya Jong Java, Jong Sumatera,

    Jong Ambon. Secara historis keberadaan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia diawali oleh perjalanan perjuangan yang didukung oleh

  • 11

    kelompok-kelompok atau organisasi masyarakat yang mempunyai

    keinginan dan tujuan yang sama yaitu kemerdekaan Indonesia, yang

    terwujud pada tanggal 17 Agustus l945. Dalam perjalanan perjuangan

    kemerdekaan Indonesia Kehadiran beberapa organisasi, merupakan fakta

    yang tidak terbantahkan, karena organisasi-organisasi pada zaman itu

    mempunyai tujuan yang sama membangun kesadaran masyarakat

    Indonesia sehingga menghantarkan mampu kemerdekaan Indonesia.

    Organisasi-organisasi tersebut sampai saat ini, masih diakui

    keberadaannya dan berkembang dengan cara melakukan kiprahnya di

    tengah-tengah masyarakat pada berbagai bidang kehidupan sosial

    kemasyarakatan, misalnya organisas keagamaan, yang bergerak di

    bidang pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi rakyat

    b. Pengertian Organisasi Masyarakat

    Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dalam pengertiannya

    merupakan perkumpulan masyarakat yang membentuk organisasi yang

    sifat dan strukturnya teratur, biasanya mulai dari tingkat tertinggi/pusat

    sampai tingkat terendah/pimpinan di tingkat daerah atau bahkan rukun

    warga.

    Secara hakiki, organisasi merupakan upaya atau proses

    terpeliharanya persatuan, dalam kerangka mempertahankan keutuhan

    organisasi dalam mencapai tujuan organisasinya. Dalam konteks ini,

    Sejalan dengan itu, Sondang P. Siagian, menerangkan apa itu organisasi

  • 12

    dengan melihat dari sisi hakikat organisasi, yaitu bahwa organisasi dapat

    ditunjau dari tiga sudut pandang, yaitu:

    1. Organisasi dipandang sebagai wadah;

    2. Organisasi dapt dipandang sebagai proses

    3. Organisasi sebagai kumpulan orang.

    Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah

    organisasi adalah merupakan tempat dan tempat itu dibentuk oleh para

    pemrakarsa organisasi yang kemudian menjadi anggota organisasi

    tersebut. Terbentuknya suatu wadah organisasi itu berangkat dari adanya

    kesamaan visi, misi, dan/atau ideologi, karena kesamaan visi, dan misi

    dan ideologi itu kemudian menetapkan tujuan yang sama, terbentuk

    secara terstruktur dari mulai pimpinan tertinggi sampai terendah, serta

    menetapkan arah kebijakan dan program kerjanya dalam mencapai tujuan

    organisasi.

    c. Ciri-ciri Organisasi Masyarakat

    Melihat ruang lingkup organisasi kemasyarakatan, maka secara

    umum organisasi kemasyarakatan, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Organisasi yang dibentuk oleh masyarakat dengan dasar sukarela;

    2. Alat perjuangan dan pengabdian satu bidang kemasyarakatan tertentu

    atau lebih;

    3. Sebagai wadah berekspresi anggota masyarakat dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

  • 13

    4. Kegiatannya bukan merupakan kegiatan politik, tetapi gerak langkah

    dan kegiatan dari setiap program organisasinya dapat mempunyai

    dampak politik.

    d. Macam-macam Organisasi

    Masyarakat

    Sesuai dengan ciri organisasi kemasyarakatan di atas, maka

    organisasi kemasyarakatan bisa beragam macamnya, tetapi secara umum

    dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:

    1. Organisasi kemasyarakat yang bergerak dalam satu bidang kekhususan.

    Organisasi kemasyarakatan yang termasuk dalam kelompok ini,

    biasanya adalah organisasi profesi seperti, Persatuan Advokad

    Indonesia (Peradin), Asosiasi Persatuan Sarjana Hukum Indonesia

    (APHI) Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Indonesia Mining

    Association (IMA), Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ikatan

    Dokter Indonesia (IDI), Himpunan Kerukunan Tani Indonesia

    (HKTI), Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI),

    Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), dan lain-lain;

    2. Organisasi kemasyarakatan yang bergerak dan/atau mempunyai

    kegiatan bidang kemasyarakatan lebih dari satu kekhususan, seperti:

    Muhammadiyah, PBNU, Persis, PUI, HKBP, dan lain-lain dimana

    dalam praktriknya selain organisasi keagamaan/dakwah, juga bergerak

    dalam bidang kemasyarakatan lainnya seperti pendidikan, kesehatan,

    dan persoalan-persoalan sosial lainnya.

  • 14

    e. Faktor Penyebab Adanya Eksitensi Organisasi Masyarakat

    Dalam membangun sebuah bangsa dapat dicapai melalui proses

    yang diawali dengan kesadaran rakyatnya baik secara individu atau

    bersama kelompok masyarakat yang berjalan dengan landasan dan tujuan

    yang sama. Cita-cita dalam melaksanakan tujuan kegiatan, dan

    kepentingan bersama yang dibangun dengan kesadaran dan berkelompok

    yang diyakini dapat memecahkan kepentingan bersama dalam sebuah

    wadah yang populer dengan nama organisasi kemasyarakatan (Ormas).

    Ormas dapat dibentuk oleh kelompok masyarakat berdasarkan beberapa

    kesamaan kegiatan, profesi dan tujuan fungsi, seperti agama, pendidikan,

    budaya, ekonomi, hukum dan sebagainya.

    Eksistensi organisasi bagi sebagian kalangan adalah suatu yang

    mengasyikkan, karena selain merupakan wahana tempat beraktivitas, juga

    merupakan sarana penyaluran kehendak dan pemikiran baik dalam tataran

    internal organisasi, maupun dalam kerangka penyaluran pemikiran dan

    pendapat dalam lingkup kehidupan bernegara. Penyaluran aspirasi

    melaluiorganisasi, diyakini memperoleh perhatian selain akan lebih teratur

    dan terarah, karena suara yang disampaikan merupakan suara dari

    organisasi bukan atas nama pribadi, dan membawa kepentingan

    anggotanya. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara yang

    mengedepankan aspek demokrasi dalam tataran pelaksanaannya,

    merupakan hal yang wajar kalau kemudian banyak bermunculan

    organisasi-organisasi baru, karena semakin dibukanya keran kebebasan

  • 15

    dalam mengeluarkan pendapat, berserikat, dan berkumpul sehingga

    semakin terbuka kemungkinan akan adanya perbedaan pendapat.

    Penghormatan terhadap perbedaan pendapat, membawa konsekwensi

    berkembangnya wadah-wadah organisasi baru

    f. Hakikat Organisasi Kemasyarakatan

    Menurut Soerjono Soekanto: ”Sifat berkelompok, baik dalam

    ikatan lepas dalam arti hidup bermasyarakat, maupun berkelompok

    melakukan ikatan dan/atau menghimpun diri dalam sebuah perkumpulan

    atau organisasi formal dalam arti terstruktur dan tertata, merupakan naluri

    ilmiah dari sifat dasar manusia sebagai mahluk sosial, dan naluri dari

    manusia untuk selalu hidup dengan orang lain. Sedangkan Sifat dasar

    manusia untuk hidup bermasyarakat dalam kehidupan sehari- hari

    merupakan naluri yang telah ada sejak lahir. Hubungan individu antara

    manusia dengan manusia secara naluriah menimbulkan reaksi antar

    individu yang berhubungan tersebut, dan karena reaksi itulah mendorong

    kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dalam

    melaksanakan hubungannya. Secara naluri manusia akan selalu hidup

    berkelompok, meskipun pada saat lahir pada umumnya dilahirkan sendiri.

    Hal itu disebabkan oleh sifat dasar manusia yang selalu ada keinginan

    menjadi bagian dari manusia lainnya, yang berada disekelilingnya dan

    menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Adanya hidup

    berkelompok antar manusia, tentu saja secara alamiah akan menimbulkan

    interaksi atau hubungan satu sama lain. Interaksi tersebut, bukan hanya

  • 16

    hubungan antar manusia dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi

    berinteraksi dengan alam sekelilingnya dimana manusia itu hidup dan

    bertempat tinggal, misalnya berinteraksi dengan memanfaatkan alam

    sebagai sumber kehidupan.

    Interaksi yang rentan akan perpecahan dalam kelompok biasanya

    cenderung terjadi pada sebuah organisasi yang lebih besar dari

    sisi jumlah anggota kelompoknya. Sedangkan hubungan erat satu sama

    lain dari anggota- anggota kelompok dimaksud biasa ditemukan pada

    kelompok-kelompok kecil. Berkaitan dengan itu pula, Charles Horton

    Cooley dalam bukunya “Sosial Organization (1909)” menyebutkan

    bahwa kelompok-kelompok tersebut dapat dibedakan ke dalam

    primary group dan secondary group, yang diterjemahkan sebagai

    “kelompok utama” dan “kelompok sekunder”. Selanjutnya yang

    dimaksud dengan primary group adalah: Kelompok-kelompok yang

    ditandai cirri-ciri kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta

    kerjasama erat yang bersifat pribadi.

    2. Front Pembela Islam (FPI)

    a. Latar Belakang Kemunculan FPI

    Front Pembela Islam (FPI) merupakan salah satu organisasi Islam

    yang cukup penting pasca reformasi Indonesia. Gerakannya yang kerap

    diwujudkan dalam tindakan-tindakan dan aksi-aksi yang radikal telah

    menimbulkan ketakutan dan bahkan menjadi momok bagi sebagian

    anggota masyarakat. FPI termasuk juga salah satu kelompok Islam yang

  • 17

    kerap dikategorikan sebagai Islam fundamentalis. Jargon- jargon yang

    mereka pakai memang tidak jauh dari doktrin pembelaan kalimat Allah,

    lebih khusus lagi pemberlakuan syariat Islam, dan penolakan mereka yang

    tegas terhadap Barat. Organisasi ini cepat dikenal masyarakat sejak

    beberapa tahun belakangan. Hal ini berhubungan erat dengan kegiatan

    utama mereka, yaitu merazia tempat-tempat hiburan yang mereka percaya

    sebagai sarang maksiat seperti klub malam, diskotik, kafe, dan kasino.

    FPI didirikan tepat pada hari perayaan kemerdekaan Republik

    Indonesia yang ke-53, tanggal 17 Agustus 1998. Bertepatan di Pesantren

    Al-Umm Ciputat Jakarta Selatan pimpinan K.H. Misbahul Anam, FPI

    dideklarasikan. Deklarasi FPI sendiri diramaikan dengan Tabligh Akbar

    dan disesuaikan juga dengan milad Pesantren Al- Umm. Gagasan

    berdirinya FPI berawal dari perbincangan antara Habib Muhammad Rizieq

    Shihab dengan Misbahul Anam yang kemudian menjadi para pendiri FPI.

    Mereka khawatir dengan melonjaknya grafik kemaksiatan dan

    kemunkaran di tengah masyarakat. Untuk itu mereka berdua mengajak

    ulama dan habib lainnya.

    Tujuan organisasi ini untuk menegakkan hukum Islam. Pada 2002

    FPI mendesak pemerintah menambahkan kalimat “kewajiban

    menjalankan syariat-syariat Islam bagi pemeluknya” dalam sila pertama

    Pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa”. Struktur FPI ketika itu terdiri dari

    empat dewan: Dewan Pimpinan Pusat, daerah, wilayah dan cabang. Habib

    Rizieq merupakan salah satu pengurus Dewan Pimpinan Pusat.

  • 18

    Sedangkan Abu Bakar Ba’asyir masuk dalam Dewan Pimpinan Daerah

    sebagai ketua FPI Surakarta.

    Dari dasar keprihatinan mereka terhadap maraknya tindak

    kemaksiatan dan pornografi, sementara aparat keamanan yang mestinya

    memberantas berbagai macam kemaksiatan tersebut justru seperti tidak

    berdaya dan bahkan membiarkan begitu saja. Kenyataan ini tentu saja

    bertolak belakang dengan nilai-nilai yang dipegang FPI, yang tujuan

    pendiriannya, sebagaimana dinyatakan dalam Anggaran Dasarnya adalah

    untuk “menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar di segala aspek

    kehidupan”. Dengan semangat untuk menegakkan amar ma‟ruf nahi

    munkar terhadap segala macam perilaku yang bertentangan dengan

    nilai-nilai syar‟i itulah maka FPI menjalankan aksinya.

    Menurut Habib, maksud dan tujuan perjuangan FPI sebagai

    organisasi Islam yang berasaskan akidah Ahlu Sunnah wal Jama‟ah

    (berorientasi manhaj salafi, yaitu cara beragama sesuai dengan yang

    dicontohkan oleh Muhammad Saw dan Para Sahabatnya, yaitu orang

    yang mula-mula mukmin dan muslim) adalah untuk amar ma‟ruf nahi

    munkar. Penyebutan kata “Pembela Islam” di sini, menurut Habib Rizieq

    juga ada maksudnya. Bahwa yang dibela oleh FPI bukan umat Islamnya

    saja, tapi nilai-nilai keislaman yang boleh jadi dilaksanakan oleh umat

    non-Muslim. Motto perjuangan FPI yang selalu diangkat adalah “hidup

    mulia atau mati syahid”.

    3. Konsep Penegakan Hukum

  • 19

    a. Proses Penegakan Hukum

    Penegakan hukum (law enforcement) adalah proses dilakukannya

    upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara

    nyata sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat atau

    bernegara. Sehubungan dengan hal itu bahwa penegakan hukum

    merupakan proses keterkaitan antara nilai-nilai, kaidah-kaidah, dan pola

    perilaku nyata dengan ketentuan aturan hukum yang telah ada, yang

    bertujuan untuk mencapai kedamaian dan keadilan dengan tugas utama

    penegakan hukum, adalah untuk mewujudkan keadilan dan bagaimana

    hukum itu diterapkan dengan sebaik-baiknya.

    Penegakan hukum (law enforcement) tentu akan berlandaskan

    pada acuan sistem hukum. Dalam hal ini penegakan hukum sebagai

    komponen struktur yang mewujudkan tatanan sistem hukum. Tidak

    akan bisa di terapkan penegakan hukum tersebut jika hanya Peraturan

    Perundang- Undangan tanpa didukung oleh aparatur hukum yang bersih

    yang berintegritas tinggi dan profesional,maka dengan itu penegakan

    hukum akan berfungsi dan diterapkan sebagaimana mestinya dengan

    baik jika aturan Perundang-Undangan yang ada diimbangi oleh aparatur

    penegak hukum yang profesional yang berlandaskan pada kode

    etik dan integritasnya.

    Penegakan hukum yang kurang efektif dan cenderung tidak mampu

    secara tuntas menangani kejahatan baik secara segi kualitas mauun

    kuantitas telah menimbukan fenomena baru yang masyarakatnya sendiri

  • 20

    menanamkan peradilan masa atau main hakim sendiri, yang sealu

    berpegang pada jalan pintas dan terobosan dengan menghakimi penjahat

    yang tertangkap basah melakukan delik.

    Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidikan untuk

    mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak

    pidana guna menentukan dapat atau tindakannya dilakukan penyidikan.

    Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan

    menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta

    mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang

    tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

    Pengetahuan dan pengertian penyidik perlu dinyatakan dengan pasti dan

    jelas, karena hal itu langsung menyinggung dan membatasi hak-hak

    manusia.

    b. Lembaga-Lembaga Penegakan Hukum

    1. Lembaga Kepolisian

    Lembaga kepolisian merupakan lembaga yang secara langsung

    berhadapan dengan tindak pidana yang terjadi didalam masyarakat.

    2. Lembaga Kejaksaan

    Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan

    kekuasaan negara terutama dibidang penuntutan dalam tata susunan

    kekuasaan badan-badan penegak hukum dan keadilan, dipimpin oleh

    Jaksa Agung yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

    Tugas Kejaksaan meliputi tugas penyidikan dengan pembagian

  • 21

    sebagaimana dijelaskan dalam KUHAP, dimana dalam sistem

    peradilan pidana, kejaksaan bekerja setelah ada pelimpahan perkara

    dari lembaga kepolisian.

    Kejaksaaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus

    Litis) mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum, hanya

    institusi kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat

    diajukan ke pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah

    berdasarkan Undang-Undang.

    3. Lembaga Pengadilan

    Pengadilan merupakan tempat berlangsungnya proses

    peradilan, sedangkan kewenangan mengadakan peradilan itu sendiri

    berada di tangan lembaga kehakiman. Hal ini tercantum dalam

    Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

    Tugas pokok dari pengadilan adalah menerima, memeriksa,

    mengadili, dan menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Tugas

    ini meliputi baik Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, maupun

    Mahkamah Agung (MA). Selain itu, pengadilan berkewajiban untuk

    membantu pencari keadilan serta berkewajiban pula untuk mewujudkan

    suatu peradilan yang sederhana, cepat dan berbiaya ringan, sesuai

    dengan asas peradilan yang ditetapkan oleh KUHAP.

    c. Bentuk Hukum

    1. Hukum Tertulis

  • 22

    Hukum yang telah ditulis dan di cantumkan dalam peraturan

    perundang-undangan Negara baik yang dikodifikasi ataupun yang tidak

    dikodifikasi. Contoh hukum Tertulis: hukum perdata tertulis dalam KUH

    Perdata, hukum pidana dituliskan dalam KUH Pidana, UU (Undang-

    undang).

    Hukum tertulis juga bisa diartikan sebagai sebuah ketentuan atau

    kaidah tentang aturan yang dituangkan dalam bentuk formal yang

    tersusun secara sistematis. Hukum yang dapat menjadi pedoman dan

    peringatan kepada masyarakat secara langsung.

    2. Hukum Tidak Tertulis

    Hukum yang hidup dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat/ adat

    atau dalam praktik ketatanegaraan/ konverasi.

    Hukum tidak tertulis merupakan kebalikan dari Hukum Tertulis.

    Hukum tidak tertulis yaitu hukum yang tidak dituangkan/ dicantumkan

    dalam peraturan Perundang-undangan. Hukum tidak tertulis merupakan

    hukum yang hidup atau berjalan dan tumbuh dalam kehidupan

    masyarakat/ adat atau dalam praktik ketatanegaraan/ konversi. Contoh

    Hukum Tidak Tertulis: Hukum Adat yang tidak ditulis atau tidak

    dicantumkan dalam perundang-undangan namun peraturannya sudah

    tertanam dan dipatuhi oleh daerah tertentu atau adat tertentu sehingga

    menjadi sebuah pedoman dalan tata pelaksanaan kehidupan

    bermasyarakat.

  • 23

    Hukum tidak tertulis merupakan hukum yang dianggap tidak bisa

    konsisten, dikarenakan hukum tidak tertulis peraturannya dapat berubah

    sewaktu-waktu sesuai keadaan dan kepentingan yang menghendakinya

    C. Landasan Teori

    1. Teori struktural fungsional

    Teori struktural fungsional melihat masyarakat sebagai sebuah

    keseluruhan sistem yang bekerja untuk menciptakan tatanan dan stabilitas

    sosial. Teori ini sering disebut juga perspektif fungsionalisme, dicetuskan

    oleh Emile Durkheim. Durkheim banyak mengkaji tentang tatanan sosial

    dan bagaimana masyarakat dapat hidup harmonis. Fungsionalisme fokus

    pada struktur sosial yang levelnya makro. Beberapa tokoh sosiologi yang

    terpengaruh oleh teori fungsionalisme Durkheim diantaranya, Talcott

    Parsons dan Robert K. Merton.

    Fungsionalisme melihat individu sebagai bagian dari masyarakat

    yang berada dalam sistem sosial yang besar. Sistem sosial ini bekerja untuk

    menciptakan stabilitas tatanan sosial. Masyarakat, dengan demikian adalah

    kumpulan dari individu-individu yang bekerja dalam sebuah sistem untuk

    menjaga stabilitas sosial. Durkheim sendiri melihat masyarakat sebagaimana

    organisme. Organisme tersusun atas beberapa komponen yang memainkan

    peranannya masing-masing. Apabila masing-masing komponen bergerak

    sendiri, organisme akan mengalami disfungsi atau gagal berfungsi. Teori

    struktural fungsional melihat institusi atau lembaga sosial sebagai komponen

  • 24

    dari sistem sosial. Masing-masing lembaga didesain untuk menjalankan

    fungsinya.

    Dalam kacamata fungsionalisme, institusi sosial akan eksis apabila

    berhasil menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Bila tidak, institusi

    sosial akan lenyap dengan sendirinya. Dalam sosiologi, beberapa institusi

    sosial yang dimaksud antara lain: keluarga, pemerintah, ekonomi, media,

    agama, dan sebagainya. Jika institusi sosial tidak bekerja sebagaimana

    mestinya, maka sistem sosial akan collapse dan perlu waktu lama untuk

    pulih seperti semula. Kondisi pasca perang merupakan contoh dimana sistem

    sosial rusak dan gagal berfungsi akibat perang. Pasca perang, ekonomi tidak

    berjalan, pemerintah mengalami kekosongan kekuasaan, dan aspek lain

    kehidupan sosial bubar. Teori struktural fungsional melihat ini sebagai

    destabilitas dan rusaknya sistem social (http://sosiologis.com/teori-

    struktural-fungsional)

    2. Teori Peranan

    Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status).

    Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

    kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan

    dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak

    dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan

    sebaliknya. (Soekanto, 2009:212-213).

    a. Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga

    hal, antara lain; Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan

    http://sosiologis.com/teori-struktural-fungsionalhttp://sosiologis.com/teori-struktural-fungsional

  • 25

    posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

    merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang

    dalam kehidupan bermasyarakat. Peranan merupakan suatu konsep tentang

    apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai

    organisasi. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang

    penting bagi struktur sosial masyarakat.

    b. Merton dalam Raho (2007: 67) mengatakan bahwa peranan didefinisikan

    sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang

    menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat

    peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan

    dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang

    karena menduduki status-status social khusus.

    c. Wirutomo (1981: 99 – 101) mengemukakan pendapat David Berry bahwa

    dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan

    menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan

    yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-

    harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan

    social tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat,

    maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan

    masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam

    peranan-peranan yang lain.

    Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua

    macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap

  • 26

    pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan

    kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap

    masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya

    dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam

    pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari

    struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai

    pola-pola peranan yang saling berhubungan.

    C. Kerangka Pikir

    Penegakan hukum (law enforcement) adalah proses dilakukannya upaya

    untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai

    pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat atau bernegara.

    Sehubungan dengan hal itu bahwa penegakan hukum merupakan proses

    keterkaitan antara nilai-nilai, kaidah-kaidah, dan pola perilaku nyata dengan

    ketentuan aturan hukum yang telah ada, yang bertujuan untuk mencapai

    kedamaian dan keadilan dengan tugas utama penegakan hukum, adalah

    untuk mewujudkan keadilan dan bagaimana hukum itu diterapkan dengan

    sebaik-baiknya.

    Penegakan hukum (law enforcement) tentu akan berlandaskan pada

    acuan sistem hukum. Dalam hal ini penegakan hukum sebagai komponen

    struktur yang mewujudkan tatanan sistem hukum. Tidak akan bisa di

    terapkan penegakan hukum tersebut jika hanya Peraturan Perundang-

    Undangan tanpa didukung oleh aparatur hukum yang bersih yang

    berintegritas tinggi dan profesional, maka dengan itu penegakan hukum

  • 27

    akan berfungsi dan diterapkan sebagaimana mestinya dengan baik jika

    aturan Perundang-Undangan yang ada diimbangi oleh aparatur penegak

    hukum yang profesional yang berlandaskan pada kode etik dan

    integritasnya.

    Penegakan hukum yang kurang efektif dan cenderung tidak mampu

    secara tuntas menangani kejahatan baik secara segi kualitas maupun

    kuantitas telah menimbukan fenomena baru yang masyarakatnya sendiri

    menanamkan peradilan masa atau main hakim sendiri, yang sealu

    berpegang pada jalan pintas dan terobosan dengan menghakimi penjahat

    yang tertangkap basah melakukan delik.

    Akibat dari kurang efektif dan cenderung tidak mampunya secara

    tuntas menangani kejahatan menyebabkan timbulnya kekhawatiran

    masyarakat atas keselamatan dan kesejahteraan sosial, maka timbulah

    fenomena baru masyarakatnya menanamkan peradilan masa atau main

    hakim sendiri dengan cara spontan maupun melalui Organisasi- organisasi

    yang tidak puas atau tidak sesuai dengan keyakinan mereka.

  • 28

    Adapun kerangka pikir masalah ini sebagai berikut:

    tabel 2.1 Bagan Kajian Pustaka

    Penegak Hukum

    Pelanggar Hukum

    Ormas FPI

    Faktor penyebab

    eksistensi ormas

    FPI dalam

    Penegakan

    Hukum di Kota

    Makassar

    Implementasi

    penegakan

    hukum melalui

    Ormas FPI di

    Kota Makassar.

    Implikasi

    eksistensi ormas

    FPI dalam

    Penegakan

    Hukum di Kota

    Makassar.

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Metode penelitian merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam

    melakukan suatu penelitian, karena pada dasarnya metode penelitian

    merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

    tertentu. Metode penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan,

    dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan cara-cara ilmiah. Oleh

    karena itu, metode yang digunakan dalam suatu penelitian harus tepat.

    Berdasarkan pendekatan dan jenis data yang digunakan, penelitian ini termasuk

    ke dalam penelitian kualitatif sehingga akan menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata. Data yang dianalisis di dalamnya berbentuk deskriptif dan

    tidak berupa angka-angka seperti halnya pada penelitian kuantitatif. Menurut

    Arikunto (1998, h.309) penelitian kualitatif dimaksudkan untuk

    mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan

    gejala menurut apa adanya pada saat penelitian itu dilakukan. Oleh karena itu,

    penelitian kualitatif mampu mengungkap fenomena-fenomena pada suatu

    subjek yang ingin diteliti secara mendalam.

    Jenis pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    menggunakan jenis penelitian Studi kasus. Penelitian studi kasus meneliti suatu

    kasus atau fenomena tertentu yang ada dalam masyarakat yang dilakukan

    secara mendalam untuk mempelajari latar belakang, keadaan, dan interaksi

    29

  • 30

    yang terjadi. Studi kasus dilakukan pada suatu kesatuan sistem yang bisa

    berupa suatu program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang ada

    pada keadaan atau kondisi tertentu. Meski mencakup satu kesatuan sistem,

    penelitian studi kasus tidak harus meneliti satu orang atau idnividu saja, namun

    bisa dengan beberapa orang atau objek yang memiliki satu kesatuan fokus

    fenomena yang akan diteliti. Untuk mendapatkan data yang mendalam,

    penelitian studi kasus menggunakan teknik wawancara, observasi, sekaligus

    studi dokumenter yang kemudian akan dianalisis menjadi suatu teori. Studi

    kasus akan memahami, menelaah, dan kemudian menafsirkan makna yang

    didapat dari fenomena yang diteliti tersebut.

    Alasan memilih studi kasus sebagai pendekata penelitian peneliti ingin

    mengetahui secara rinci dan menyeluruh terhadap suatu kejadian atau

    fenomena FPI dalam “Dinamika Organisasi masyarakat dalam penegakan

    hukum”, menambahkan bahwa alasan memeilih metode studi kasus adalah

    kerena peneliti berminat menyelidiki proses, alasan dan hasil dari kasus

    tersebut Peristiwa Yang Diselidiki.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini lakukan di Sekret tempat Ormas FPI tinggal di Jl. Lure

    kelurahan Barana, Kec. Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan dan

    tempat Ormas FPI melakukan aksinya dan waktu penelitian dimulai tanggal

    05 Oktober 2020 s/d 26 November 2020.

  • 31

    Tabel. 3.1 Jadwal penelitian

    C. Informan Penelitian

    Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

    informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong 2000:

    97). Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan

    yang akan diteliti. Terdapat kriteria-kriteria untuk menentukan informan

    penelitian yang dikatakan oleh para ahli.

    No.

    Jenis Kegiatan

    Tahun 2020/2020

    Bulan I Bulan II Bulan III

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. Pegusulan Judul

    2.

    Penyusunan

    Proposal

    3.

    Konsultasi

    pembimbing

    4. Seminar Proposal

    5.

    Pengurusan Izin

    Penelitian

    6. Pengumpulan data

    7. Analisis Data

    8.

    Konsultasi

    pembimbing

    9. Seminar Skripsi

  • 32

    Menurut Spradley (Moleong, 2004: 165) informan harus memiliki

    beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan, yaitu:

    1. Informan yang intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas

    yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai

    oleh kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang sesuatu yang

    ditanyakan.

    2. Informan masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan

    kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

    3. Informan mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai

    informasi.

    4. Informan yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

    dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan

    informasi.

    Berdasarkan kriteria informan yang dikatakan oleh Spradley diatas,

    peneliti menentukan informan yang memenuhi kriteria tersebut. Informan yang

    peneliti tentukan merupakan orang-orang yang terikat secara penuh di dalam

    Ormas FPI dalam arti menjadi anggota resmi Ormas FPI dan terlibat langsung

    dalam kegiatan FPI.

    Klasifikasi Informan Penelitian

    1. Informan Kunci adalah informan yang memiliki informasi secara

    menyeluruh tentang permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Informan

    kunci bukan hanya mengetahui tentang kondisi/fenomena pada masyarakat

    secara garis besar, juga memahami informasi tentang informan utama.

  • 33

    Dalam pemilihan informan kunci tergantung dari unit analisis yang akan

    diteliti. Informan kunci sebaiknya orang yang bersedia berbagi konsep dan

    pengetahuan dengan peneliti, dan sering dijadikan tempat bertanya oleh

    peneliti. Untuk itu sebaiknya dalam pengumpulan data peneliti sebaiknya

    memulainya dari informan kunci untuk mendapatkan gambaran yang utuh

    dan menyeluruh tentang masalah yang diamati. Dalam hal ini informan

    kunci dalam penelitian ini adalah pimpinan Ormas FPI.

    2. Informan Ahli/Utama dalam penelitian kualitatif mirip dengan “aktor utama”

    dalam sebuah kisah atau cerita. Dengan demikian informan utama adalah

    orang yang mengetahui secara teknis dan detail tentang masalah penelitian

    yang akan dipelajari. Dalam hal ini informan Ahli/Utama dalam penelitian

    ini adalah anggota Ormas FPI yang terlibat langsung dalam masalah

    penelitian.

    3. Informan pendukung/tambahan merupakan orang yang dapat memberikan

    informasi tambahan sebagai pelengkap analisis dan pembahasan dalam

    penelitian kualitatif. Informan tambahan terkadang memberikan informasi

    yang tidak diberikan oleh informan utama atau informan kunci. Dalam hal

    ini informan kunci dalam penelitian ini adalah anggota Ormas FPI dan

    anggota kepolisisan yang mengetahui masalah tapi tidak telibat langsung.

    D. Fokus Penelitian

    Untuk mempermudah penulis dalam menganalisa hasil penelitian, maka

    penelitian ini difokuskan pada “Dinamika Ormas dalam penegakan hukum

    (studi kasus FPI di Kota Makassar)”.

  • 34

    Deskrpsi fokus penelitian:

    1. Faktor penyebab eksistensi ormas FPI dalam Penegakan Hukum di Kota

    Makassar.

    2. Implementasi penegakan hukum melalui Ormas FPI di Kota Makassar.

    3. Implikasi eksistensi ormas FPI dalam Penegakan Hukum di Kota Makassar.

    E. Instrumen Penelitian

    1. Pedoman wawancara berfungsi:

    a. Menghindari kesalahan informasi/data yang simpang siur.

    b. Informasi/data dari hasil wawancara merupakan pelengkap informasi

    awal.

    c. Memperoleh informasi secara komprehensif, akurat, jujur, dan

    mendalam.

    d. Mendapatkan informasi dan data yang objektif dan berimbang.

    e. Menggali kemunkinan adanya perspektif baru atas suatu masalah.

    2. Pedoman observasi berfungsi:

    a. Untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana

    tindakan yang telah disusun sebelumnya. Untuk mengetahui seberapa

    jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.

    b. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif.

    Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya

    penelitian-penelitian pertama dilakukan melalui pengamatan di tempat-

    tempat gejala terjadi.

  • 35

    c. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih

    mendalam. Dalam hal ini,biasanya observasi dijadikan sebagai metode

    pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama.

    Observasi akan membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan,

    seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.

    3. Alat perekam suara berfungsi untuk merekam apa dikatakan oleh

    Narasumber tentang yang berkaitan dengan penelitian. Alat perekam suara

    juga digunakan untuk melengkapi catatan-catatan wawancara. Dengan alat

    perekam suara sangat membantu peneliti dalam melengkapi jawaban yang

    tidak sempat tertulis, yaitu dengan cara memutar kembali hasil rekaman

    yang telah dilakukan.

    4. Alat rekam gambar dan video seperti kamera digital atau kamera Hp

    berfungsi untuk mengabil gambar atau video tentang sumber, kegiatan dan

    hasil dari kegiatan atau acara yang berkaitan dengan materi penelitian.

    F. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

    Kualitatif. Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kata-kata

    yang mengandung makna. Contohnya seperti persepsi konsumen terhadap

    botol air minum dalam kemasan, tanggapan para ahli terhadap psikopat dan

    lain-lain. Ditegaskan Raco bahwa dalam penelitian kualitatif, data biasanya

    berbentuk teks, foto, cerita, gambar, artifact dan bukan berupa angka hitung-

    hitungan.

  • 36

    2. Sumber Data

    a. Data Primer

    Data primer adalah pengambilan data dengan instrumen

    pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan penggunaan dokumen.

    Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan

    teknik wawancara informan atau sumber langsung. Sumber primer adalah

    sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data

    (Sugiyono, 2015: 187). Sumber data primer didapatkan melalui kegiatan

    wawancara dengan subjek penelitian dan dengan observasi atau

    pengamatan langsung di lapangan. Dalam penelitian ini data primer

    berupa catatan hasil wawancara dan hasil pengamatan langsung di

    lapangan yang diperoleh melalui wawancara dengan narasumber.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang

    dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah

    catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis

    industry oleh media, situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran,

    2011). Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung yang

    diberikan kepada pengumpul data. (Sugiono: 2008: 402)

    G. Teknik Pengumpulan Data

    1. Wawancara

    Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu

    pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau

  • 37

    pendapat tentang suatu hal. Pewawancara adalah orang yang mengajukan

    pertanyaan. Narasumber adalah orang yang memberikan jawaban atau

    pendapat atas pertanyaan pewawancara. Narasumber juga biasa disebut

    dengan informan. Orang yang bisa dijadikan sebagai narasumber adalah

    orang yang ahli di bidang yang berkaitan dengan informasi yang

    dibutuhkan.

    Lexy J Moleong (1991:135), Menjelaskan bahwa wawancara

    dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam metode ini peneliti dan

    responden berhadapan langsung (tatap muka) untuk mendapatkan

    informasi secara lisan dengan mendapatkan data tujuan yang dapat

    menjelaskan masalah penelitian.

    Koentjaraningrat, menjelaskan bahwa wawancara adalah cara yang

    digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan informasi

    dan secara lisan pembentukan responden, untuk berkomunikasi tatap

    muka.

    Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di

    mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan- pertanyaan untuk

    dijawab oleh orang yang diwawancarai.

    2. Observasi

    Pengamatan atau observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses

    atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami

    pengetahuan dari

    sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah

    https://id.wikipedia.org/wiki/Fenomenahttps://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Gagasan

  • 38

    diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang

    dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Di dalam penelitian,

    observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan

    rekaman suara.

    Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan

    data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-

    usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. Metode

    observasi seperti yang dikatakan Hadi dan Nurkancana (dalam

    Suardeyasasri, 2010:9) adalah suatu metode pengumpulan data yang

    dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pencatatan secara

    sistematis baik secara langsung maupun secara tidak langsung pada tempat

    yang diamat.

    Cara observasi yang paling efektif adalah melengkapinya dengan

    pedoman observasi/pedoman pengamatan seperti format atau blangko

    pengamatan. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau

    tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Setelah itu, peneliti sebagai

    seorang pengamat tinggal memberikan tanda cek (√) pada kolom yang

    dikehendaki pada format tersebut. Orang yang melakukan pengamatan

    disebut pengamat.

    Kegiatan observasi tentu memiliki tujuan tertentu yang ingin

    dicapai. Adapun tujuan observasi adalah sebagai berikut:

  • 39

    1. Untuk menggambarkan suatu objek dan segala yang berhubungan

    dengan objek penelitian melalui pengamatan dengan menggunakan

    panca indera.

    2. Untuk mendapatkan suatu kesimpulan mengenai objek yang diamati,

    dimana kesimpulan tersebut disusun dalam sebuah laporan yang relevan

    dan bermanfaat bagi bahan pembelajaran.

    3. Untuk mendapatkan suatu data atau informasi yang dapat dibagikan

    kepada pihak lain dalam bentuk karya ilmiah atau non-ilmiah.

    3. Dokumentasi

    Dokumentasi adalah aktivitas atau proses sistematis dalam

    melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan, pemakaian, dan

    penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan

    pengetahuan dan bukti serta menyebarkannya kepada pengguna.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi

    dokumentasi adalah proses pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan

    penyimpanan informasi di bidang pengetahuan; pemberian atau

    pengumpulan bukti dari keterangan seperti gambar, kutipan, guntingan

    koran dan bahan referensi lain.

    Menurut Nurhadi Magetsari dkk, pengertian dokumentasi adalah

    bahan yang termasuk dalam jenis, bentuk, dan sifat apapun tempat

    informasi direkam, rekaman yang ditulis atau dipahat, yang

    menyampaikan informasi berupa fakta.

  • 40

    Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya dalam penjelasan

    pengertian dokumentasi, tujuan kegiatan dokumentasi adalah untuk

    mendapatkan keterangan, penerangan pengetahuan, serta bukti.

    H. Tenik Analisis Data

    Analisis data merupakan langkah yang terpenting untuk memperoleh

    temuan-temuan hasil penelitian. Analisis data yaitu proses pengumpulan data

    agar dapat ditafsirkan. Analisis data dilakukan pada saat mengumpulkan data

    dan setelah pengumpulan data. Metode analisis yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah menggunakan metode analisis kualitatif yaitu matode

    yang bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai subjek

    yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Adi, 2004,

    h.117). Menurut Miles dan Huberman (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008, h.

    209) ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam melakukan analisis data

    diantaranya dengan:

    1. Reduksi Data

    Tahap ini merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

    pengabstraksian dan pentransformasikan data kasar yang diambil dari

    lapangan. Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan

    penyeragaman segala bentuk data menjadi bentuk tulisan yang akan

    dianalisis.

    2. Penyajian Data

    Setelah data-data tersebut terkumpul kemudian peneliti

    mengelompokkan hal-hal yang serupa menjadi kategori atau kelompok-

  • 41

    kelompok agar peneliti lebih mudah untuk melakukan pengambilan

    kesimpulan.

    3. Menarik Kesimpulan

    Pada tahap ini, peneliti membandingkan data-data yang sudah

    didapat dengan data-data hasil wawancara dengan subjek dan informan

    yang bertujuan untuk menarik kesimpulan.

    I. Teknik Keabsahaan Data

    Metode analisis data yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik

    dari penelitian kualitatif, yaitu analisis data secara induktif. Uji keabsahan data

    digunakan untuk memastikan kebenaran dari data yang diperoleh. Teknik-

    teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini

    adalah:

    1. Ketekunan dan keajegan pengamatan

    Meningkatkan ketekunan dalam wawancara dan observasi maka data

    dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

    2. Triangulasi

    Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

    memanfaatkan sumber yang lain. Keabsahan data yang dilakukan dengan

    memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk pengecekan dan sebagai

    pembanding terhadap data yang didapat. Pada penelitian ini peneliti

    menggunakan 3 triangulasi, yaitu:

    a. Triangulasi Sumber

  • 42

    Membandingkan dan mengecek kemabli kepercayaan suatu

    informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Pada

    penelitian ini peneliti juga akan mewawancarai orang terdekat subjek

    b. Triangulasi Metode

    Upaya membandingkan temuan data yang telah diperoleh dengan

    menggunakan suatu metode tertentu, dengan data yang diperoleh dengan

    menggunakan metode lain mengenai permasalahan dan sumber yang

    sama.

    c. Triangulasi Teori

    Triangulasi teori merujuk pada pemakaian perspektif teori yang

    bervariasi guna dalam menginterpretasikan data yang sama (Pawito,

    2008, h.100)

    3. Perpanjangan Keikutsertaan

    Pada perpanjangan keikutsertaan ini, peneliti sebagai alat ukur dalam

    mengumpulkan data meliputi observasi dan wawancara pada berbagai latar

    dan peristiwa. Hal ini dilakukan guna mempelajari kebudayaan, meaning

    dan intepretasi dari permasalahan yang ada.

    J. Etika Penelitian

    Dalam pelaksanan penelitian ini peneliti menekankan masalah etika

    penelitian meliputi:

    1. Informed Consent (Penjelasan Dan Persetujuan)

    Sebelum permintaan persetujuan menjadi responden, peneliti

    menjelaskan terlebih dahulu menegenai maksud dan tujuan penelitain

  • 43

    pada responden, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal

    yang dilakukan, peneliti memberikan penejelasan rinci tentang hal-hal

    yang berkaitan dengan penelitian kepada responden.

    2. Anomity (Tanpa Nama)

    Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

    mencantumkan nama responden secara lengkap pada lembar kuesioner,

    responden cukup mencantumkan nama inisial dari nama responden.

    3. Confidentiality (Kerahasiaan)

    Kerahasian informasi yang diberikan responden dijamin sepenunya

    oleh Peneliti, data dari responden tidak disebarluaskan.

  • 44

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DI KOTA MAKASSAR

    A. Sejarah Kota Makassar

    Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagara

    kretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah

    taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi

    Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar

    mengembangkan Kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari

    pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang,

    serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

    Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan

    di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu Kota terbesar di Asia

    Tenggara. Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang

    ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan

    disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh

    hak monopoli di Kota tersebut.

    Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa

    meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut,

    pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang

    di Makassar.

    44

    https://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Nagarakretagamahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Nagarakretagamahttps://id.wikipedia.org/wiki/Mpu_Prapancahttps://id.wikipedia.org/wiki/Majapahithttps://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa#Tumapa'risi'_Kallonnahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Gowa#Tumapa'risi'_Kallonnahttps://id.wikipedia.org/wiki/Abad_ke-16https://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Tenggarahttps://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Tenggarahttps://id.wikipedia.org/wiki/VOChttps://id.wikipedia.org/wiki/Belandahttps://id.wikipedia.org/wiki/Monopolihttps://id.wikipedia.org/wiki/Agamahttps://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kristen

  • 45

    Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-

    orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan

    juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang

    dari Eropa dan Arab. Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari

    kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin,

    Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).

    Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya

    pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli

    perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada

    tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan

    beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan terhadap kerajaan

    Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar

    untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-

    habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang

    dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan

    terpaksa menanda tangani Perjanjian Bongaya

    Kota ini dahulu bernama Ujung Pandang dan dipakai dari kira-kira

    tahun 1971 sampai tahun 1999. Alasan untuk mengganti nama Makassar

    menjadi Ujung Pandang dengan alasan politik, antara lain karena Makassar

    adalah nama sebuah suku bangsa padahal tidak semua penduduk kota

    Makassar adalah anggota dari etnik Makassar.

    B. Geografis Kota Makassar

    https://id.wikipedia.org/wiki/Melayuhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Malukuhttps://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttps://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa_Arabhttps://id.wikipedia.org/wiki/Rempah-rempahhttps://id.wikipedia.org/wiki/1669https://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Bongayahttps://id.wikipedia.org/wiki/1971https://id.wikipedia.org/wiki/1999https://id.wikipedia.org/wiki/Etnik_Makassar

  • 46

    Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian

    Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak antara

    119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan

    sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros,

    sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar.

    Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2° (datar) dan

    kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota Makassar tercatat

    175, 77 km persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang hingga

    tropis memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26°C sampai dengan 29°C.

    Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang

    membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai

    “Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai Tallo,

    Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke

    dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berada

    pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini

    menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim

    hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.

    Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan

    dengan 153 kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan

    yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso,

    Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan

    Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.

    Batas-batas administrasi Kota Makassar adalah:

  • 47

    1. Batas Utara: Kabupaten Maros

    2. Batas Timur: Kabupaten Maros

    3. Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar

    4. Batas Barat: Selat Makassar

    Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua

    bagian yaitu:

    a. Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.

    b. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan

    Antang Kecamatan Panakukang.

    Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian

    Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di

    Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Mangggala, Panakkukang, dan

    Rappocini.

    C. Sosial Kota Makassar

    1. Jumlah Penduduk Kota Makassar

    Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kota Makassar

    Kecamatan

    Mariso

    Mamajang

    Tamalate

    Rappocini

    Makassar

    2019

    Jumlah Penduduk (Jiwa)

    Laki laki Perempuan

    30 609 29 890

    30 129 31 323

    102 128 103 413

    82 162 87 959

    42 553 42 962

  • 48

    Ujung Pandang

    Wajo

    Bontoala

    Ujung Tanah

    Sangkarang

    Tallo

    Panakukkang

    Manggala

    Biringkanaya

    Tamalanrea

    Kota Makassar

    13 716 15 338

    15 470 15 983

    27 886 29 311

    18 037 17 497

    7 239 7 292

    70 303 70 027

    73 971 75 693

    75 094 74 393

    110 138 110 318

    56 533 59 310

    755 968 770 709

    Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan

    2. Jumlah penganut Agama di Kota Makassar

    Tabel 4.2 Jumlah penganut Agama di Kota Makassar

    Kota 2015

    Islam Protestan Katolik Hindu Budha Konghucu

    Makassar 983 006

    114 631 66 581 9 129 16 886 3 264

    Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan

    3. Jumlah Pekerja di Kota Makassar

    Laju pertumbuhan ekonomi Kota Makassar berada di peringkat paling

    tinggi di Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi

    Kota Makassar di atas 9%. Bahkan pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi

    https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/2008

  • 49

    Kota Makassar mencapai angka 10, 83%. Pesatnya pertumbuhan ekonomi

    saat itu, bersamaan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur yang

    mendorong perputaran ekonomi, seperti pembangunan Bandara

    Internasional Sultan Hasanuddin, jalan tol dan sarana bermain kelas

    dunia Trans Studio di Kawasan Kota Mandiri Tanjung Bunga.

    Pada triwulan II tahun 2019 saja, Makassar mendapatkan Penanaman

    Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA)

    masing-masing sebesar Rp601,1 Miliar dan Rp 1 Trilliun. Penanaman Modal

    ini diserap 5 sektor yaitu sektor pertambangan dengan nilai paling besar

    yaitu Rp484,3 Miliar diikuti oleh sektor industri mineral non logal sebesar

    Rp377,1 Miliar, jasa lainnya sebesar Rp169,2 Miliar, sektor listrik, gas & air

    sebesar Rp164,7 Miliar dan sektor industri makanan sebesar Rp100,7 Miliar.

    Selain investasi yang relatif besar, Makassar juga berhasil

    menciptakan usaha-usaha yang mengharumkan nama bangsa seperti PT

    CEPAT DAN BERSIH INDONESIA (QnC Laundry) yang berhasil

    membawa nama Indonesia ke panggung internasional melalui sebuah

    kompetisi laundry internasional di Milan pada tahun 2018 yang diadakan

    CINET, sebuah komite internasional untuk pemeliharaan tekstil. Ada juga

    produk terkenal dari Makassar yang banyak orang tidak tahu berasal dari

    Makassar yaitu Minyak Tawon yang bisa dijadikan minyak gosok, pijat dan

    urut. Minyak tawon ini dapat ditemukan di pusat oleh-oleh seperti Jalan

    Somba Opu. Ada juga Bugis Waterpark yang telah buka sejak tahun 2012

    https://id.wikipedia.org/wiki/Bandara_Internasional_Sultan_Hasanuddinhttps://id.wikipedia.org/wiki/Bandara_Internasional_Sultan_Hasanuddinhttps://id.wikipedia.org/wiki/Trans_Studiohttps://www.qnclaundry.net/https://www.celebes.co/bugis-waterpark-makassar

  • 50

    dan Jamesons Hardware Supermarket yang sudah menjamur ke seluruh

    Indonesia juga berasal dari Makassar.

    Perekonomian Kota Makassar diprediksi mulai memasuki fase

    pemulihan. Meski pandemi Covid-19 belum usai, namun upaya pemulihan

    mulai digerakkan. Pemerintah Kota Makassar saat ini mulai fokus pada

    perbaikan di 5 sektor. Perbaikan di 5 sektor ini menyusul adanya sejumlah

    pelonggaran yang dibuat pemerintah untuk kembali menghidupkan aktivitas

    perekonomian. Pemkot Makassar sendiri telah membuat Perwali Nomor

    51/2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol

    Kesehatan sebagai upaya pencegahan Covid-19 dalam Rangka Pemulihan

    dan Percepatan Ekonomi. Kepala Sub Bidang Pangan dan Pertanian

    Bappeda Kota Makassar A.E Arifianto menjelaskan saat ini Pemkot

    Makassar akan memaksimalkan perbaikan pada sektor strategis, di antaranya

    sektor pariwisata, usaha mikro kecil menengah (UMKM), padat karya,

    investasi, dan perikanan.

  • 51

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENELITIAN

    1. Faktor Penyebab Eksitensi Ormas FPI Dalam Penegakan Hukum di

    Kota Makassar.

    a. Faktor Kurangnya penegakan atau penindasan hukum terhadap

    pelanggaran yang berkaitan dengan Agama

    FPI sebagai sebuah lembaga pada dasarnya latar belakang

    keberadaanya dipengaruhi oleh gejala sosial (hukum) yang gagal dalam

    menjalankan peran dan fungsinya di tengah tatanan sosial. Baik dari segi

    substansinya, hukum tidak mampu mengakomodir kepentingan

    masyarakat, dari segi strukturnya, para penegak hukum lebih cenderung

    menjadikan hukum sebagai alat untuk melakukan represif terhadap

    masyarakat dan dari segi kultur tidak adanya kesadaran hukum

    masyarakat.

    Akibat dari ketidak mampuan hukum untuk mengakomodir

    msyarakat, maka FPI sebagai lembaga menjadi penegak untuk

    mewujudkan tatanan sosial yang lebih baik dengan cara menjalankan

    aksinya. Berdasarkan struktur organi