Upload
lamthuan
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI HUMAS FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DALAM
MEMPERBAIKI CITRA PUBLIK MELALUI MEDIA MASSA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
FITRI SILVIAH
NIM: 1110051000128
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H. / 2014 M.
STRATEGI HUMAS FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DALAM
MEMPERBAIKI CITRA PUBLIK MELALUI MEDIA MASSA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Fitri Silviah NIM: 1110051000128
Pembimbing,
Rachmat Baihaky, MA NIP:
19761129 2009 121 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1435 H. / 2014 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2014
Fitri Silviah
ii
ABSTRAK
Nama : Fitri Silviah
NIM : 1110051000128
Judul : Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam Memperbaiki
Citra Publik melalui Media Massa
Pemberitaan negatif yang disajikan media dapat membentuk citra negatif
dalam masyarakat, salah satu organisasi yang mendapat citra negatif adalah Front
Pembela Islam (FPI) terkait dengan pemberitaan kekerasan. Maka, pentingnya
melaksanakan strategi untuk membina hubungan baik dan menciptakan citra
positif yang menjadi tugas besar bagi salah satu divisi yaitu divisi humas.
Dengan demikian, apa yang dimaksud dengan strategi? Bagaimana strategi
yang dilaksanakan oleh humas FPI? Apakah terdapat strategi dalam memperbaiki
citra FPI yang negatif?
Strategi merupakan faktor penting dalam melancarkan suatu program yang
akan dijalankan dan memberikan fokus terhadap usaha yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Strategi juga merupakan prinsip yang menggerakkan dari titik
berada saat ini kearah yang diinginkan.
Menurut Onong Udjana Effendi mengemukakan strategi pada hakikatnya
adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai
suatu tujuan.
Berikut ini merupakan cara menyuguhkan data dengan cara Deskriptif
analitik, dimana terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai pembahasan baru
kemudian dianalisa.
Strategi yang dilaksanakan oleh humas Front Pembela Islam (FPI) adalah
mengkomunikasikan segala program dan kegiatan FPI baik dengan internal mau
pun eksternal, akan tetapi strategi yang dilakukan oleh FPI dalam melaksanakan
kegiatan dan mencapai tujuan belum terstruktur dengan baik. Belum tersusunnya
tahapan-tahapan yang ingin dilaksanakan dalam melakukan strategi, terutama
dalam perumusan strategi. Belum adanya tujuan dan sasaran yang secara khusus
ingin dilaksanakan dan dicapai dengan menggunakan strategi yang diterapkan.
Pentingnya FPI memiliki strategi yang terstruktur yang dijalankan oleh humas
untuk memperbaiki citra FPI yang negatif menjadi citra positif. Dengan adanya
citra yang positif dalam FPI diharapkan dapat memajukan organisasi dan
menentukan keberhasilan yang dicapai organisasi dalam masyarakat. Maka perlu
dilakukan upaya untuk mengubah citra yang ada dalam masyarakat menjadi
positif dengan adanya kegiatan dan sasaran dalam menciptakan citra yang positif.
Dalam organisasi FPI belum terdapat upaya atau strategi yang dilaksanakan dalam
memperbaiki citra negatif menjadi positif dalam masyarakat, karena citra yang
ada dalam masyarakat dibentuk oleh media-media yang memberikan pemberitaan
mengenai FPI.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilaksanakan
dalam organisasi FPI belum terstruktur atau terorganisir dengan baik, terutama
belum adanya strategi yang dilaksanakan dalam memperbaiki citra FPI yang
negatif menjadi citra positif dalam masyarakat.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, kemudahan,
dan kelancaran dalam proses pengerjaan karya sederhana ini hingga selesai.
Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, serta kita umatnya hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul ―Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam
Memperbaiki Citra Publik melalui Media Massa‖ ini disusun guna memenuhi
sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I) di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga
karya ini menjadi salah satu bentuk pembelajaran.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah
memberi dukungan, baik berupa moril mau pun materil. Untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setulusnya
kepada:
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan, M.A,
Dr. Suprapto, M.Ed, Ph.D. selaku Wadek I bidang akademik, Drs.
Jumroni, M.Si, selaku Wadek II bidang administrasi umum, dan Drs. H.
Sunandar, MA, selaku Wadek III bidang kemahasiswaan.
iv
3. Bapak Rachmat Baihaky, MA selaku ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam sekaligus selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini
yang senantiasa bersabar serta meluangkan waktunya untuk membimbing
segala kesulitan yang dihadapi peneliti. Kemudian, Ibu Fita
Fathurokhmah, M.Si selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga
peneliti dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah membantu peneliti dalam urusan administrasi selama perkuliahan
dan penelitian skripsi ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur
sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Organisasi Front Pembela Islam (FPI) yang dengan berbaik hati telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Terutama kepada
Bapak Syahroji selaku sekretaris FPI atas masukannya, Bapak Jafar Sidiq
selaku sekretaris umum FPI, dan juga Bapak H. Supriono selaku humas
FPI yang bersedia meluangkan waktu kepada peneliti untuk diwawancara
berkaitan dengan skripsi peneliti.
v
8. Hadiah spesial dan berharga untuk ayahanda tercinta Drs. KH. Nadjmudin
(Alm), Ibunda Hj. Siti Maesaroh yang dengan cinta kasih sayangnya selalu
mendukung dan memberi doa hingga linangan air mata, serta sebagai
tempat berbagi suka mau pun duka selama perkuliahan. Dukungan secara
moril mau pun materil dalam pengerjaan skripsi ini yang begitu besar dan
tak pernah putus juga menjadi semangat terkuat bagi peneliti agar terus
berjuang dalam mewujudkan cita-cita.
9. Kakak-kakak tersayang Dudi Suryadi SA.g, Enday Hendarmin, Intan
Maria Ulfah, Ayi Nurmilah, dan Fitriana Daniel yang telah memberikan
dukungan selama perkuliahan dan semangat untuk penyelesaian skripsi
ini. Kemudian keponakan tercantik Eva Fauziah yang sudah berkenan
meminjamkan PC selama mengerjakan skripsi ini.
10. Adam Noor tercinta dan tersayang sebagai penyemangat yang selalu setia
meluangkan waktu untuk mendampingi dalam melaksanakan bimbingan
dan penelitian, menemani suka mau pun duka peneliti selama penyelesaian
skripsi ini.
11. Teman seperjuangan satu bimbingan skripsi Pambayun Menur Seta yang
senantiasa saling men-support dan bersusah payah bersama melawan
waktu, tenaga dan fikiran untuk menyelesaikan penelitian ini dan
berwisuda bersama.
12. Sahabat terbaik penulis Siti Muthia Indah Safitri, Siti Durrotunnasihah,
dan Ade Lhita yang selama ini telah mendukung, memberikan semangat
dan menemani dalam melaksanakan wawancara skripsi ini.
vi
13. Sahabat-sahabat selama melaksanakan perkuliahan Itha Basitha Firman,
Izzatunnisa, Yusrina Rahma Dewi, Nurul Fazriah, Pita Elda Juliana,
Annisa Daud, dan lainnya yang tidak cukup peniliti tulis satu persatu
menjadi tempat berbagi suka dan duka peneliti. Semoga kesuksesan dapat
kita genggam bersama di masa mendatang.
14. Teman-teman kelas KPI D angkatan 2010 dan teman-teman di jurusan lain
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi angkatan 2010 atas
kekompakannya dalam menghabiskan waktu bersama yang hampir empat
tahun masa perkuliahan.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, peneliti
ucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan
adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas segala
kebaikan dengan balasan terbaik-Nya. Amin.
Akhir kata, penelitian skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna,
namun diharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan
segenap keluarga besar civitas akademika Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
Jakarta, Juli 2014
Fitri Silviah
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 8
1. Pembatasan Masalah..................................................... 8
2. Perumusan Masalah ...................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 8
1. Tujuan Penelitian .......................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ........................................................ 9
D. Metodologi Penelitian.......................................................... 9
1. Metode Penelitian ......................................................... 9
2. Tempat dan Waktu Penelitian....................................... 10
3. Subjek dan Objek Penelitian......................................... 10
4. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 10
5. Teknik Analisis Data .................................................... 11
E. Tinjauan Pustaka.................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 15
A. Strategi ................................................................................. 15
1. Pengertian Strategi ........................................................ 15
2. Tahapan Strategi ........................................................... 17
B. Humas .................................................................................. 20
1. Pengertian Humas ......................................................... 20
2. Macam-macam Humas ................................................. 24
viii
3. Strategi Humas.............................................................. 28
4. Peranan Humas ............................................................. 30
5. Komponen Pembentuk Strategi Humas ........................ 35
6. Tahapan-tahapan dalam Kegiatan Humas .................... 37
C. Organisasi Masyarakat......................................................... 45
1. Pengertian Organisasi Masyarakat (Ormas) ................. 45
D. Citra ..................................................................................... 46
1. Teori Citra..................................................................... 46
2. Jenis-jenis Citra ............................................................ 48
BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI MASYARAKAT
(ORMAS) DAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) .............
54
A. Organisasi Masyarakat (Ormas) .......................................... 54
1. Perkembangan Ormas di Indonesia .............................. 54
2. Ormas-ormas di Indonesia ............................................ 67
B. Front Pembela Islam (FPI)................................................... 72
1. Sejarah Singkat Front Pembela Islam (FPI) ................. 72
2. Pendiri-pendiri Front Pembela Islam (FPI) .................. 77
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN
A. Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam Memperbaiki
Citra Publik melalui Media Massa ...................................... 78
1. Pelaksanaan Strategi ..................................................... 78
2. Evaluasi Strategi ........................................................... 87
B. Peran dan Fungsi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam
Memperbaiki Citra Publik Melalui Media Massa ............... 90
1. Peran dan Fungsi Humas Front Pembela Islam (FPI) .. 91
2. Kegiatan Humas Front Pembela Islam (FPI)................ 97
C. Citra dalam Organisasi Front Pembela Islam (FPI)............. 109
1. Strategi dalam Memperbaiki Citra Front Pembela Islam
(FPI) .............................................................................. 111
2. Kegiatan dan Sasaran dalam Menciptakan Citra Positif 119
ix
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 127
B. Saran ................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Banyaknya media yang berkembang dewasa ini menandakan bahwa
media memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Media menjadi
sumber informasi yang dapat membentuk opini publik dan menyampaikan
berbagai informasi kepada masyarakat.
Informasi yang disajikan oleh media berupa berita, baik berita yang
disampaikan melalui media cetak ataupun elektronik sangat berpengaruh besar
terhadap masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ―berita adalah
cerita atau keterangan mengenai peristiwa yang hangat kabar‖.1
Berita aktual tentang sebuah peristiwa yang dikonsumsi masyarakat,
tidak terlepas dari konstruksi pemberitaan media yang menyebabkan
masyarakat percaya pada pemberitaan yang disajikan.
Berita yang disajikan oleh media tidak hanya berita yang positif saja
tetapi juga meliputi berita yang negatif yang juga menjadi minat masyarakat
seperti antara lain adalah berita kekerasan yang beredar di tengah masyarakat.
Selain itu, berita-berita yang memiliki kesan negatif seringkali dikaitkan
dengan kelompok atau organisasi tertentu, salah satu organisasi
kemasyarakatan yang sering mendapatkan citra negatif dari pemberitaan
media di Indonesia adalah FPI (Front Pembela Islam).
140.
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke 4, hlm.
1
2
Pada era Orde Baru pemerintah bersikap tegas terhadap gerakan Islam
radikal fundamentalis atau biasa juga disebut Islam garis keras. Setiap muncul
benih gerakan Islam radikal, sekecil apa pun ia akan segera ditumpas oleh
negara. Hal ini terjadi karena pemerintah tidak mau mengambil resiko atas
munculnya gerakan islam radikal yang dapat mengancam keutuhan bangsa
dan negara.
Di era reformasi, gerakan kelompok Islam radikal mulai mendapat
peluang untuk bergerak. Suasana politik yang makin terbuka dan kontrol
aparat negara yang kian lemah membuat kelompok ini semakin leluasa dalam
menyuarakan aspirasi dan mengekspresikan gerakannya.
Setelah tumbangnya rezim otoriter Orde Baru dan lahirnya era
reformasi, masyarakat dikejutkan dengan munculnya banyak kelompok Islam
radikal fundamentalis di negeri ini. Keterkejutan ini bukannya tanpa alasan.
Sebab, secara sosioantroplogis, gerakan Islam radikal fundamentalis tidak
memiliki basis sosial yang kuat di negeri ini; dalam arti bahwa masyarakat
Indonesia tidak mengenal tradisi radikal dalam beragama. Oleh karena itu,
munculnya FPI (Front Pembela Islam), yang sering disebut sebagai bagian
atau bahkan merupakan salah satu dari gerakan Islam radikal fundamentalis
yang muncul pada era reformasi, menarik perhatian dan sekaligus megagetkan
banyak pihak.2
Banyak pihak menganggap organisasi kemasyarakatan FPI sebagai
organisasi Islam garis keras dan tak terlepas dari aksi-aksinya yang sempat
2 Al-Zastrouw Ngatawi, Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI, (Yogyakarta:
LkiS Pelangi Aksara, 2006), cet ke 1, hlm. 5.
3
meghebohkan. Tidak terkecuali media cetak ataupun media elektronik banyak
memberitakan tentang aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh FPI.
Tuntutan aksi-aksi FPI terutama aksi kekerasan yang dilakukan oleh
FPI tidak hanya pertama dilakukan oleh masyarakat. Banyak masyarakat
merasa resah dengan keberadaan organisasi FPI yang dinilai anarikis. Selain
tuntutan masyarakat mengenai aksi-aksi kekerasan, tuntutan untuk
membubarkan organisasi FPI bukan sekedar wacana saja.
Dinamika yang terjadi pada isu maupun wacana pembubaran
organisasi FPI semakin kencang ketika masyarakat merasa geram dengan
aksi-aksi anarkis yang dilakukan oleh FPI. Tuntutan pembubaran yang terjadi
bukan hanya satu kali dalam sejarah FPI, tuntutan kerap dilakukan sejak
pertama organisasi FPI berdiri dengan dasar perjuangan menegakkan amar
maruf nahi munkar. FPI melakukan banyak aksi-aksi merazia tempat
perjudian, miras, narkoba, hiburan malam, maupunsweeping.3
Selain tuntutan
karena keanarkisan yang dilakukan FPI, terdapat korban masyarakat yang
tidak bersalah. Masyarakat yang menjadi korban ataupun yang mengecam
keanarkisan FPI melakukan tuntutan untuk membubarkan organisasi FPI.
Masyarakat menuntut pemerintah untuk segera membubarkan organisasi FPI
yang dinilai sebagai organisasi yang melanggar hukum dan mengganggu
keamanan masyarakat karena aksi-aksi kekerasan atau keanarkisan yang
dilakukan organisasi.
3 Al-Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Maruf Nahi Munkar,
(Jakarta: Pustaka Ibnu Sidah, 2008), cet ke 2, hlm. 12.
4
Terkait dengan tuntutan pembubaran dan penolakan masyarakat
terhadap FPI, pemerintah mengambil langkah yaitu Kementerian Dalam
Negeri sebagai pembina ormas melakukan teguran kepada FPI. Menteri
Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengeluarkan teguran terkait dengan aksi
kekerasan yang dilakukan oleh FPI dan Kementerian Dalam Negeri berhak
menjatuhkan sanksi atas ormas yang dinilai melakukan kekerasan.
Selanjutnya, Mendagri sudah menerbitkan teguran kedua untuk FPI atas kasus
pengrusakan kantor Kemendagri.4
Setelah melakukan teguran kepada FPI, langkah selanjutnya yang akan
diambil adalah tindakan pembekuan yang sesuai dengan UU 8 Tahun 1985
tentang Ormas yang menjelaskan tahap-tahap untuk mengambil keputusan
pembubaran. Ketentuan dalam UU ormas, jika suatu ormas mengambil
tindakan yang menganggu keamanan dan ketertiban maka pemerintah
melakukan teguran, kemudian teguran kedua, tindakan pembekuan dan baru
dilakukan pembubaran ormas. Ketentutan tersebut ditinjau dari segi
organisasi, tetapi apabila melakukan tindak pidana akan diproses menurut
hukum dan bisa diberikan sanksi pidana.5
Tindakan kekerasan dan anarkistis FPI dalam setiap aksinya akan terus
diwarnai tuntutan masyarakat, karena celah besar yang membuat kekerasan
yang dilakukan FPI semakin merajalela adalah Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas). Aturan yang
4 M.topix.com/forum/world/malaysia/TVBUR7185VVo5BH1A (Diakses pada Tanggal 18
Maret 2014) 5
M.log.viva.co.id/news/read/288424-mendagri—fpi-sudah-kena-teguran-kedua (Diakses pada Tanggal 18 Maret 2014)
5
disusun tentang pendirian ormas di Indonesia ini memiliki beberapa
kelemahan. UU tersebut tidak secara spesifik menjelaskan batasan-batasan
sebuah ormas dalam melakukan kegiatannya. Bahkan Menteri Hukum dan
HAM melontarkan pesimisme bahwa FPI tidak bisa dibubarkan karena bukan
organisasi berbadan hukum.6
Tuntutan pembubaran FPI mengingatkan kepada sejarah Soekarno
tatkala salah satu organisasi Islam Masyumi dituduh terlibat dalam PRRI,
Masyumi kemudian dibubarkan.7
Dalam hal ini tuntutan dan teguran
pembubaran FPI sering ditanggapi santai baik oleh Habib Rizieq sendiri
sebagai ketua umum DPP FPI ataupun pengurus lain yang menegaskan jika
FPI dibubarkan, mereka akan membentuk ormas baru dengan nama yang lain,
dengan singkatan yang sama, pengurus yang sama, gerakan yang sama dan
wajah yang sama pula, dengan alasan UU tidak melarang. Inilah celah kedua
yang dimiliki UU Ormas tersebut.8
Pemberitaan yang negatif khususnya pemberitaan kekerasan FPI akan
menjadikan citra negatif pula terhadap organisasi. Oleh karena itu, berbagai
upaya dilakukan untuk meciptakan citra positif atau memperbaiki citra sebuah
organisasi. Citra yang baik merupakan suatu prestasi yang ingin dicapai dari
organisasi. Salah satu upaya memperbaiki citra di dalam organisasi FPI yaitu
6 http://www.dw.de/tuntutan-pembubaran-fpi-semakin-besar/a-3380672 (Diakses pada
Tanggal 25 Maret 2014) 7 www.fpi.or.id (Diakses pada Tanggal 25 Maret 2014) 8
Andri Rosadi, Hitam Putih FPI (Front Pembela Islam) Mengungkap Rahasia-Rahasia
Mencengangkan Ormas Keagamaan Paling Kontroversial, (Jakarta: Nun Publisher, 2008), cet ke
1.
6
mengenai pemberitaan kekerasan yang menjadi tugas besar bagi salah satu
struktur FPI dalam hal ini yaitu divisi humas.
Bagaimana humas menciptakan image yang baik tentang organisasinya
dan tugas yang dilakukan untuk membangun image yang baik, merupakan
suatu tugas dari divisi humas. Menurut Frank Jefkins dalam bukunya “Public
Relation”citra sebagai kesan, gambaran atau impresi yang tepat (sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya) mengenai berbagai kebijakan, personel,
produk, atau jasa-jasa suatu organisasi atau perusahaan.9
Seiring dengan perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap
bentuk-bentuk media massa baik media cetak maupun elektronik memberikan
pengaruh yang berarti bagi organisasi. Pemberitaan yang baik di media akan
memberikan pencitraan yang baik pula bagi organisasi, meningkatkan
kepercayaan publik pada sebuah organisasi merupakan tugas humas. Ketika
suatu organisasi besar melakukan kegiatan maka akan selalu membutuhkan
arus informasi yang benar tentang operasional mau pun sikap dari para
anggotanya maka tugas dari humas yang menjelaskan kejadian dan
meluruskan opini publik terhadap organisasi tersebut, dalam hal ini yaitu FPI.
Dalam peristiwa dan kejadian di tempat yang berbeda dengan
permasalahan yang lebih berat sehingga sebagai pimpinan FPI turun tangan
langsung menjadi humas agar legitimasi organisasi ini lebih nampak bisa
mewakili semua para anggotanya.
9Frank Jefkins, Public Relations: Contemporary issues and techniques,
(Burlington:Elsevier Butterworth-Heinemann, 2004),hlm. 354.
7
Humas atau public relations (PR) adalah fungsi manajemen yang
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan
bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi
kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.10
Manajemen pengorganisasian tersebut juga dilakukan di FPI (Front
Pembela Islam), yang merupakan salah satu organisasi Islam di Indonesia.
Dimana dalam hal ini FPI membuat divisi humas. Karena menyadari betapa
pentingnya membangun relasi dan menjalin hubungan baik dengan pihak
internal mau pun dengan pihak eksternal organisasi melalui humas. Dengan
adanya humas diharapkan dapat terjalinnya hubungan baik antara organisasi
dengan publik internal mau pun publik eksternal, sehingga tujuan yang ingin
dicapai dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi atau
publiknya, terutama dalam membangun citra yang baik bagi organisasi. Hal
ini juga dilakukan berkaitan dengan banyaknya pemberitaan kekerasan yang
melibatkan organisasi kemasyarakatan FPI (Front Pembela Islam). Berita
kekerasan tersebut menjadi tugas besar bagi salah satu divisi yaitu divisi
humas.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang strategi humas yang dilakukan organisasi FPI
(Front Pembela Islam) dalam memperbaiki citra organisasi. Oleh karena itu
peneliti memberi judul “Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam
Memperbaiki Citra Publik melalui Media Massa”.
10 Scot M. Cutlip, Effective Public Relations, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), cet ke 2, hlm. 6.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Memperbaiki dan mempertahankan citra positif merupakan hal
yang tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Sebab, citra dapat menjadi
tolak ukur bagi keberhasilan sebuah organisasi, ketika organisasi memiliki
citra yang baik, maka baik pula bagi keberhasilan organisasi. Terutama
dalam memperbaiki citra di organisasi FPI (Front Pembela Islam). Agar
pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka peneliti membatasi
penelitian ini pada strategi yang digunakan oleh humas FPI dalam
memperbaiki citra FPI.
2. Perumusan Masalah
Dari uraian di atas menyangkut upaya memperbaiki citra yang
harus dibangun dan dipertahankan organisasi, maka dengan ini peneliti
merumuskan masalah ini sebagai berikut :
Bagaimana strategi humas FPI dalam memperbaiki citra FPI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka ada beberapa tujuan
yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Akademis
Untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kehumasan
kepada mahasiswa.
9
b. Tujuan Praktis
Untuk mengetahui bagaimana humas FPI melakukan strategi dan
mengetahui strategi apa saja yang dilakukan oleh humas.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu
komunikasi khususnya pada kajian humas.
b. Manfaat Praktis
Dapat menjadi suatu masukkan pada mahasiswa dalam bidang
komunikasi, serta dapat digunakan oleh praktisi di bidang humas pada
umumnya.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Artinya
data yang digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak terdiri atas
angka-angka). Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat.11
Peneliti berharap mendapatkan data penelitian tentang fakta
yang terjadi dengan menganalisa dan mendapatkan gambaran yang jelas
mengenai strategi komunikasi yang dilakukan humas FPI dalam
memperbaiki citra FPI.
11
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 36.
10
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Kantor pusat FPI yang berlokasi di
Jalan Petamburan 3 No.17, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sedangkan waktu
penelitian dimulai pada bulan januari sampai dengan juni 2014.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah humas
FPI sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah strategi yang
dilakukan oleh humas FPI dalam memperbaiki citra publik.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data kualitatif yang paling independen
terhadap semua metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah
dilakukan dengan metode wawancara mendalam, observasi partisipasi,
serta dokumentasi.12
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk
melakukan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai.13
Atau dalam arti lain suatu percakapan yang dilakukan
oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan diwawancarai (interviewe) yang memberi
12 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), cet ke 4, hlm. 107. 13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), cet ke 4, hlm. 109.
11
jawaban atas pertanyaan yang diajukan.14
Dalam hal ini subyek yang
akan diwawancara adalah kepala divisi humas FPI (Front Pembela
Islam).
b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa dengan
penyaksian langsungnya, dan biasanya peneliti dapat sebagai
partisipan atau observer dalam menyaksikan atau mengamati suatu
obyek yang ditelitinya.15
Teknik observasi dalam penelitian ini dengan
melakukan kunjungan dan mengamati dan terjun langsung ke lapangan
pada obyek yang diteliti, yaitu FPI (Front Pembela Islam).
Mengumpulkan data, mencatat semua yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melihat
atau mencatat sesuatu laporan yang sudah tersedia. Metode ini
dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti:
monografi, catatan-catatan serta buku-buku yang ada.16
5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya
14
Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
hlm.135 15
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002). Cet. Ke-1, hlm.24 16
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta:Teras, 2009), hlm. 66.
12
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikanya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.17
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini peneliti melakukan pengecekan di
perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, peneliti
menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tentang humas atau public
relations.
Namun yang diteliti mahasiswa sebelumnya berbeda dengan isi atau
konten permasalahan yang peneliti teliti. Oleh karena itu, untuk menghindari
dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mengikuti karya orang lain, maka
peneliti mempertegas perbedaan antara masing-masing judul masalah yang
dibahas pada skripsi sebelumnya dengan judul masalah yang akan diteliti.
Skripsi sebelumnya yang membahas tentang humas atau public relations
peneliti uraikan sebagai berikut.
Skripsi yang pertama dengan judul “Strategi Komunikasi Public
Relations Radio Gen Fm Pada Minat Pemasang Iklan”. Dalam skripsi
tersebut penulis menjelaskan bahwa strategi yang digunakan public relations
Radio Gen FM dalam membangun citra perusahaan sehingga menarik minat
pemasang iklan dan mengetahui strategi yang efektif dilakukan. Dan juga
186.
17 Meleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.
13
skripsi yang berjudul “Peran External Public Relations PT. Republika
Penerbit Dalam Membangun Citra Perusahaan”. Kesamaan metode yang
digunakan yaitu peran humas atau public relations dan memperbaiki citra.
Tetapi tentu saja terdapat perbedaan dengan skripsi penulis, yaitu dari segi
kasus yang diteliti dan sarana yang menjadi objek penelitiannya. Penulis
melakukan penelitian tentang peran dan strategi humas atau public relations
dalam memperbaiki citra publik.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, untuk memudahkan dalam sistematika
isi pembahasan penelitian, penulis mencoba merincikan beberapa hal yang
dianggap penting dalam mengolah dan menyusun skripsi ini. Penulis
meletakkan beberapa hal penting penelitian ke dalam empat bab terpisah yang
keseluruhannya saling berhubungan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan memaparkan tentang latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai metode
penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian,
teknik pengumpulan data yang berupa wawancara, observasi,
dokumentasi, serta teknik analisis data. Kemudian tinjauan pustaka,
dan sistematika penulisan.
14
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini akan menjelaskan tentang pengertian strategi, tahapan strategi.
Kemudian dalam bab ini juga akan menguraikan pengertian humas,
macam-macam humas, strategi humas, peranan humas, komponen
pembentuk strategi humas, dan tahapan-tahapan dalam kegiatan
humas. Serta menjelaskan tentang pengertian organisasi masyarakat
atau ormas, teori citra dan jenis-jenis citra.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas tentang organisasi masyarakat (ormas),
perkembangan ormas di Indonesia, ormas-ormas di Indonesia.
Kemudian sejarah singkat Front Pembela Islam (FPI) dan pendiri-
pendiri FPI.
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN
Bab ini berisikan tentang Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI)
dalam Memperbaiki Citra Publik melalui Media Massa, pelaksanaan
strategi, evaluasi strategi. Kemudian Peran dan Fungsi Humas Front
Pembela Islam (FPI) dalam Memperbaiki Citra Publik melalui Media
Massa, peran dan fungsi humas FPI, kegiatan humas FPI. Serta citra
dalam organisasi FPI, strategi dalam memperbaiki citra FPI, kegiatan
dan sasaran dalam memperbaiki citra positif.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ―strategi adalah rencana
yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus‖. Strategi
menjadi bagian terpadu dari suatu rencana dan rencana merupakan produk
dari suatu perencanaan. Perencanaan yang cermat dan matang merupakan
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau
program kegiatan. Kegiatan yang dilakukan tidak akan tercapai dengan
baik tanpa adanya strategi dan perencanaan yang digunakan. Strategi apa
dan bagaimana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
diinginkan.18
Menurut JL. Thompson (1995) mendefinisikan strategi sebagai
cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut tujuan
dan sasaran organisasi. Bannet (1996) menggambarkan strategi sebagai
arah yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya.
Mintzberg menjelaskan lima kegunaan dari kata strategi yaitu sebuah
rencana (suatu arah tindakan yang diinginkan secara sadar), sebuah cara
(suatu manuver spesifik yang dimaksudkan untuk mengecoh lawan atau
kompetitor), sebuah pola (dalam suatu rangkaian tindakan), sebuah posisi
(suatu cara menempatkan organisasi dalam sebuah lingkungan), sebuah
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke 4,
hlm. 1092.
15
16
perspektif (suatu cara yang terintegrasi dalam memandang dunia). Melihat
hubungan antara lima kegunaan Mintzberg selalu menekankan bahwa
penting dalam menggali berbagai perspektif yang berbeda dari sebuah
organisasi dan aktivitasnya yang diberikan oleh tiap-tiap kegunaan.19
Sedangkan menurut Stephen Robbins (1990) mendefinisikan
strategi sebagai penentuan tujuan jangka panjang perusahaan dan
memutuskan arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan untuk
mencapai tujuan, baik tujuan jangka panjang mau pun jangka pendek yang
dijalankan suatu organisasi. Dalam menjalankan strategi perlu adanya
tindakan-tindakan yang dilakukan dan sumber-sumber yang menjadi
faktor pendorong dalam mewujudkan tujuan.20
Strategi adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu program.
Strategi adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide
utama, dan pemikiran dibalik program taktis. Strategi menjadi kunci
penting dalam mencapai tujuan suatu organisasi atau program. Bagaimana
strategi yang dijalankan dengan baik akan berpengaruh besar terhadap
terlaksananya program untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Strategi apa dan bagaimana yang akan ditempuh merupakan bagian dari
salah satu unsur yaitu perencanaan. Strategi menjadi faktor pengkoordinasi
unsur penting lainnya dalam manajamen dan menjadi ide atau pemikiran
utama untuk mewujudkan tujuan. Tujuan-tujuan yang dicapai oleh
19 Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Erlangga: Jakarta, 2006), hlm. 2.
20 Morissan, Pengantar Public Relations Strategi Menjadi Humas Professional, (Jakarta:
Ramdina Prakasa, 2006), hlm. 134.
17
organisasi diharapkan mampu memberikan keberhasilan terhadap suatu
organisasi.21
Setiap organisasi satu dengan organisasi lainnya memilki
perbedaan dalam pemikiran maupun strategi yang diterapkan. Pembuatan
strategi umumnya menggunakan tiga tingkat, yaitu tingkat korporasi, unit
bisnis, dan tingkat operasional. Strategi antara berbagai tingkat dalam
suatu organisasi harus konsisten agar terciptanya keseimbangan. Oleh
karena itu, peran humas adalah untuk memastikan bahwa konsistensi
diterapkan secara menyeluruh, yang oleh politisi Inggris Peter Mandelson
disebut sebagai on message.22
Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa strategi merupakan
faktor penting dalam melancarkan suatu program yang akan dijalankan
dan memberikan fokus terhadap usaha yang dilakukan untuk mencapai
tujuan. Strategi juga merupakan prinsip yang menggerakkan dari titik
berada saat ini kearah yang diinginkan. Jika strategi yang diterapkan tepat
dan tujuan tercapai dengan baik, maka segalanya akan berjalan lancar dan
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Tahapan Strategi
Strategi melakukan berbagai tahapan dalam prosesnya, strategi
melalui tiga tahapan yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan
evaluasi strategi. Penjelasannya sebagai berikut:23
21
Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, (Erlangga:
Jakarta, 2004), hlm. 98-99. 22
Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Erlangga: Jakarta, 2006), hlm. 3. 23
Fred R David, Manajemen Strategi dan Konsep, (Jakarta: Perhelalindo, 2002), hlm. 3.
18
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi
yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah
pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan
suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih
strategi untuk dilaksanakan. Dalam strategi juga ditentukan suatu sikap
untuk memutuskan, memperluas, menghindari, dan melakukan suatu
keputusan dalam proses kegiatan.
Dalam merumuskan strategi dilakukan dengan megembangkan
tujuan-tujuan apa saja yang akan dicapai dan merumuskan strategi
lainnya termasuk mengatasi faktor ekternal dan internal. Selanjutnya
memilih strategi alternatif dan strategi yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan, serta menentukan sikap untuk mengambil keputusan
dalam proses kegiatan.
b. Implementasi Strategi
Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah
ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi
yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah
dipilih membutuhkan komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan
strategi, jika tidak maka proses dan analisis strategi hanya akan
menjadi impian yang jauh dari kenyataan.
19
Dalam impelementasi strategi dilakukan dengan melaksanakan
strategi yang ditetapkan dan dipilih dalam perumusan strategi.
Melaksanakan strategi yang telah dirumuskan dengan komitmen dan
kerja sama yang dilakukan untuk mewujudkannya agar sesuai dengan
apa yang diharapkan. Tanpa adanya kerja sama dengan baik untuk
melaksanakan tujuan, tidak akan diperoleh hasil yang maksimal dan
sesuai dengan harapan. Komitmen yang harus dijaga dalam
melaksankan strategi dengan selalu bekerja keras untuk
mewujudkannya, walaupun menghadapi banyak persoalan dan
tantangan. Semua akan terwujud dengan baik jika selalu
mengutamakan dan fokus terhadap strategi dalam melaksankan, karena
faktor yang penting yaitu keberhasilan dalam mencapai tujuan.
c. Evaluasi Strategi
Tahap terakhir dari strategi adalah evaluasi impelentasi strategi.
Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan
kembali oleh suatu organisasi dan untuk memastikan sasaran yang
telah dicapai untuk menetapkan tujuan berikutnya. Ada tiga macam
langkah dasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu meninjau faktor-
faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi, mengukur
prestasi dengan membandingkan hasil yang diharapkan dengan
kenyataan, dan mengembalikan tindakan korektif untuk memastikan
bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
20
Dalam evaluasi impelementasi strategi dilakukan dengan
mengukur strategi apa saja yang akan dilaksanakan kembali oleh
organisasi dan menentukan sasaran yang telah dicapai untuk
menetapkan tujuan selanjutnya. Oleh karena itu, pencapaian tujuan
merupakan faktor yang sangat penting dalam evaluasi. Dalam evaluasi
strategi perlu diperhatikan faktor eksternal dan internal, faktor apa saja
yang menjadi penghambat dan pendukung dalam melaksanakan
strategi. Mengukur prestasi dengan membadingkan hasil yang
diinginkan atau diharapan dengan hasil yang dicapai. Setelah prestasi
yang dicapai sesuai dengan rencana, kemudian memastikannya dengan
mengembalikan tindakan korektif.
B. Humas
1. Pengertian Humas
Pengertian mengenai humas atau public relations (PR), menurut
para ahli sampai saat ini belum ada satu kesepakatan secara tegas, karena
disebabkan banyaknya definisi humas yang telah dirumuskan oleh para
pakar atau ahli maupun profesional humas, terjadinya perbedaan batasan
pengertian tentang humas, dan sesuatu yang menunjukkan baik secara
teoritis maupun praktisi bahwa kegiatan kehumasan itu bersifat dinamis
dan fleksibel terhadap perkembangan masyarakat yang mengikuti zaman.24
Perkembangan kehumasan saat ini juga didasari oleh semakin
tumbuhnya kesadaran akan pentingnya peran humas dalam masyarakat
24
Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 16-17.
21
dan berbagai macam sektor, baik sektor industri dan bisnis, pemerintahan,
sosial, ekonomi dan sektor lain yang membutuhan peran humas dalam
membantu memecahkan berbagai macam persoalan. Kehumasan yang
bersifat dinamis tersebut juga menjadi bagian krusial dalam membatasi
definsi dari para praktisi humas.
Cukup banyak definisi humas yang telah diungkapkan tersebut
saling berbeda, tetapi pada prinsipnya dan pengertiannya adalah sama.
Beberapa definisi humas bisa dijadikan acuan sebagai berikut:
Menurut (British) Institute of Public Relations humas adalah
keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik
(good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap
khalayaknya. Menurut The Statement of Mexico Praktik PR atau humas
adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai
kecendrungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensinya,
memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta
menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani
kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya.25
Menurut Frank Jefkins Humas atau public relations (PR) adalah
semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam
maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan
pada saling pengertian.26
25 Frank Jefkins&Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 9-10. 26
Frank Jefkins&Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 10.
22
Meskipun ada perbedaan dalam penekanan unsur-unsur pokoknya
dalam setiap definisi humas di atas, yakni baik batasan pengertian humas
yang berasal dari (British) Institute of Public Relations, The Statement of
Mexico, maupun menurut Frank Jefkins, definisi humas banyak
kesamaannya, yaitu unsur-unsur utamanya yang menyangkut fungsi
manajemen, suatu proses yang mencakupi hubungan timbal balik antara
organisasi dan publiknya, analisis dan evaluasi melalui penelitian lapangan
terhadap sikap, opini dan kecenderungan sosial, untuk
mengkomunikasikannya kepada pihak manajemen atau pimpinan,
konseling manajemen agar dapat dipastikan bahwa kebijaksanaan, tata
cara kegiatan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam konteks
demi kepentingan bersama bagi kedua belah pihak, pelaksanaan atau
menindaklanjuti program aktivitas yang terencana, mengkomunikasikan,
dan mengevaluasi, kemudian perencanaan agar saling pengertian dan
penerimaan dari pihak publiknya (internal dan eksternal) sebagai hasil
akhir dari aktivitas humas. Jadi unsur utama menunjukkan adanya
hubungan kait mengait secara holistik yang merupakan proses
berkesinambungan dalam fungsional humas yang integral dengan
manajemen organisasi, dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran utama
organisasi.27
Menurut Edward L. Bernay humas mempunyai tiga fungsi utama
yaitu memberikan penerangan kepada masyarakat, melakukan persuasi
27
Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 19.
23
untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung,
berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan atau
lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.28
Dalam memberikan penerangan yang berupa pemahaman kepada
masyarakat mengenai berbagai macam persoalan yang berkembang, fungsi
humas adalah mengetahui dan menjelaskan informasi agar dapat
disampaikan kepada masyarakat. Setelah informasi dapat diterima oleh
masyarakat, humas memandu masyarakat dalam mengubah sikap dan
perbuatan sehingga mampu mengintegrasikan sikap suatu organisasi sama
dengan dengan sikap masyarakat. Kemudian munculnya komunikasi dua
arah timbal balik antara organisasi dengan masyarakat dan tercapainya
tujuan yang diinginkan.
Menurut Cutlip, Centre, and Canfield berdasarkan ciri khas
kegiatan humas, fungsi humas dapat dirumuskan yaitu menunjang
aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi
melekat pada manajemen organisasi), membina hubungan yang harmonis
antara organisasi dengan pihak publiknya (sebagai khalayak sasarannya),
mengidentifikasi yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan
masyarakat terhadap organisasi yang diwakilinya, melayani keinginan
publiknya dan memberikan saran kepada pimpinan manajemen untuk
tujuan bersama, serta menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan
28 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 20.
24
mengatur arus informasi, publikasi dan pesan dari organisasi ke publiknya
atau sebaliknya untuk tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.29
2. Macam-macam Humas
Kajian dan ilmu kehumasan semakin berkembang yang ditandai
dengan semakin banyak permasalahan manajemen yang terselesaikan
dengan pendekatan kehumasan. Pendekatan kehumasan telah memasuki
bermacam-macam sektor. Mulai dari sektor bisnis dan industri, sektor
pemerintahan, sektor sosial, pendidikan, kesehatan, politik, dan
sebagainya. Sektor-sektor tersebut menggunakan humas sebagai bagian
dari manajemen, sehingga munculnya bermacam-macam humas. Akan
dibahas 3 macam humas yakni humas industri dan bisnis, humas
pemerintahan, dan humas sosial. Penjelasannya sebagai berikut:30
a. Humas Industri dan Bisnis
Humas industri dan bisnis telah diterima oleh perusahaan-
perusahaan besar. Humas yang merupakan fungsi manajemen turut
menentukan suksesnya operasi suatu perusahaan. Humas industri tidak
dapat dilepaskan dari prinsip ekonomi dan keuntungan (profit).
Dengan demikian, humas industri harus memiliki suatu daftar
prioritas, sehingga sumber daya yang tersedia dapat dipergunakan
seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
29 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 20-21. 30
Frida Kusumastuti, Dasar-dasar Hubungan Masyarakat, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2002), hlm. 37-43.
25
Pengaruh yang melatarbelakangi berkembangnya humas industri
dan bisnis terhadap kehidupan yaitu persamaan hak dan kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan bagi masyarakat, kesehatan,
keselamatan, dan kesejahteraan pekerja, perlindungan terhadap
investor, kontrol kualitas dan keamanan atas produk-produk, integritas
manajemen, perhatian nasional dan perlindungan sumber alam, hak
asasi manusia, serta hak untuk mendapatkan informasi. Salah satu
penerapan humas dalam industri dan bisnis meliputi hubungan dengan
pelanggan dan peran humas terhadap marketing.
b. Humas Pemerintahan
Humas pemerintahan pada dasarnya tidak bersifat politis.
Humas di institusi pemerintahan dibentuk untuk mempublikasikan
kebijakan-kebijakan yang dijalankan. Memberi informasi secara
teratur mengenai kebijakan, rencana-rencana, serta hasil-hasil kerja
institusi serta memberi pengertian kepada masyarakat tentang
peraturan dan perundang-undangan dan segala sesuatu yang
berepengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Humas dalam
pemerintahan dan politik tidak dapat dilepaskan dari opini publik.
Karakteristik yang melatarbelakangi mengapa humas
pemerintahan perlu diterapkan dan dikembangkan yaitu program
pemerintahan ditujukan untuk masyarakat luas dengan berbagai latar
belakang, seringkali hasilnya abstrak yang sulit dilihat dalam waktu
dekat atau jangka panjang sekalipun, program pemerintah selalu
26
mendapat pengawasan terutama pers, LSM, dan sebagainya. Kemudian
terdapat dua sisi yang melatar belakangi perkembangan humas
pemerintah. Pertama adalah sisi pentingnya humas bagi pemerintahan.
Kedua adalah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh humas
pemerintahan. Humas pemerintahan diarahkan untuk hubungan dengan
media, masalah umum, dokumentasi, dan publikasi.
c. Humas Sosial
Banyak aktivitas humas yang menyangkut kesejahteraan umum
terpisah dari implikasi-implikasi komersial yang biasa. Humas adalah
subjek yang sangat luas. Misi utama humas adalah mengembangkan
saling pengertian, kepercayaan, dan bantuan atau kerja sama.
Praktik humas dalam organisasi-organisasi sosial, latar
belakang, dan penerapan-penerapannya terbagi ke dalam humas
penegak hukum yaitu termasuk humas yang berada dalam kepolisian,
humas organisasi keagamaan yaitu organisasi-organisasi keagamaan
yang sekarang mulai menyadari pentingnya media massa untuk
mencapai jamaah dan mempropagandakan doktrin-doktrin mereka,
humas profesi yaitu profesi kedokteran, dan berbagai macam profesi
yang tidak kalah menggunakan humas untuk berkomunikasi dengan
masyarakat, humas organisasi sukarela yaitu ada banyak organisasi
sukarela, puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan, dan kebanyakan
mereka membutuhkan dana terus-menerus.
27
2.1 Persamaan dan Perbedaan Humas atau Public Relations Swasta, Pemerintah,
dan LSM
MACAM-
MACAM PR
SWASTA
PEMERINTAH
LSM
PERSAMAAN Hubungan komunikasi
Strategi dan taktik
Media informasi
Berbadan hukum
Membuat citra
Media dan publik
Hubungan komunikasi
Strategi dan taktik
Media informasi
Berbadan hukum
Membuat citra
Media dan publik
Hubungan komunikasi
Strategi dan taktik
Media informasi
Berbadan hukum
Membuat citra
Media dan publik
PERBEDAAN Penasihat
Penyelenggara
Mengorganisir acara
Komunikasi
pemasaran
Siaran media
Penghubung Publik
Teknik kampanye
Berorientasi masyarakat
Kontrol dan
Pembentukan
Membujuk warga
Manajemen media
Mempengaruhi Publik
Aktivis
Kelompok masyarakat
Kontrol dalam
masyarakat
Hubungan warga negara
Kampanye komunikasi
Komunikasi publik
28
3. Strategi Humas
Menurut Onong Udjana Effendi mengemukakan strategi pada
hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Sebuah organisasi harus
memiliki perencanaan dalam menyusun strategi untuk mencapai
tujuan. Perencanaan atau program yang dimiliki manajemen dalam
mencapai tujuan organisasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya bantuan dari praktisi humas. Humas membantu manajemen
dalam mengatasi berbagai macam persoalan atau krisis yang dihadapi
oleh organisasi.31
Menurut Ahmad S. Adnanputra pakar humas dalam naskahnya
berjudul PR Strategy, mengatakan bahwa strategi adalah bagian
terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan
produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya
perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.
Selain perencanaan yang dimiliki oleh manajemen, terdapat beberapa
unsur pengorganisasian (organizing) termasuk strukturisasi,
pengawakan (staffing), pengarahan (directing), dan pengendalian
(controlling). Semua unsur manajamen harus berjalan dengan baik
agar tujuan bersama dapat tercapai dan sesuai dengan apa yang
31 Onong Udjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandug: PT Rosdakarya, 2004), cet ke
4, hlm. 29.
29
diinginkan, serta mencegah terjadinya kekeliruan dari apa yang
direncanakan semula.32
Perencanaan, pengorganisasian, pengawakan, pengarahan,
pengendalian merupakan unsur yang sangat penting dalam
manajemen. Salah satu unsur yang berkaitan erat dengan strategi yaitu
unsur perencanaan, karena strategi bagian terpadu dalam perencanaan.
Suatu perencanaan yang dilakukan manajemen yaitu dengan
menggunakan strategi untuk mencapai tujuan. Strategi apa dan
bagaimana yang akan digunakan sehingga semua yang diinginkan
berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana yang dibuat.
Mengacu kepada pola strategi humas, maka menurut Ahmad S.
Adnanputra strategi humas adalah alternatif optimal yang dipilih untuk
ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu
rencana public relations (public relations plan). Humas bertujuan
untuk menegakkan dan mengembangkan suatu ―citra yang
menguntungkan‖ (favorable image) bagi organisasi terhadap
stakeholders-nya (khalayak sasaran yang terkait yaitu publik internal
dan publik eksternal). Untuk mencapai tujuan, maka strategi kegiatan
humas diarahkan pada upaya menciptakan persepsi stakeholder. Jika
strategi dalam menciptakan persepsi berhasil dilakukan, akan
32 Rosady Ruslan,Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 120.
30
memperoleh keuntungan dari stakeholder sebagai khalayak sasarannya
dan akan tercipta suatu opini dan citra yang menguntungkan.33
4. Peranan Humas
Peran dalam membangun citra merupakan salah satu tugas yang
dilaksanakan oleh humas. Selain tugas dalam membangun atau
memperbaiki citra, humas memiliki peran sangat penting dalam
organisasi. Keberadaan humas sering ditambah, dikembangkan, dan
diangkat statusnya ketika organisasi menghadapi kekuatan luar,
terancam mendapat pengurangan dana, atau menghadapi ancaman
pembubaran.34
Semakin banyak yang menyadari akan pentingnya humas
menjadi bagian dari manajemen dan berkembangnya humas yang
menyentuh berbagai macam sektor, menandakan bahwa humas
memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat. Humas tidak
hanya berperan dalam memperbaiki citra, tetapi humas memiliki
banyak peran lainnya yaitu dalam mengatasi persoalan yang dihadapi
organisasi, membantu organisasi mengatasi ancaman mendapat
pengurangan dana, dan ketika organisasi mengahadapi ancaman
pembubaran, serta persoalan lainnya yang membutuhkan peran humas.
Menurut Dozier (1992) peranan praktisi humas dalam organisasi
merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi humas dalam
33 Rosady Ruslan,Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 121. 34
Scot M. Cutlip, Effective Public Relations, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007), cet ke 2, hlm. 507.
31
komunikasi organisasi dan kunci untuk pengembangan peranan
praktisi PRO (pejabat humas) dalam pencapaian profesional
humas.Dozier & Broom (1995) membagi peranan humas atau public
relations menjadi empat kategori dalam organisasi yaitu expert
prescriber, communication fasilitator, problem solving process
fasilitator, serta communication technician. Penjelasannya sebagai
berikut:35
1) Resep Ahli (Expert Prescriber)
Praktisi humas yang memiliki keahlian tinggi dapat
membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah
hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan
dengan manajemen organisasi sangat dipengaruhi oleh humas,
pihak manajemen hanya menerima apa yang disarankan oleh ahli
humas (expert prescriber) yang memiliki pengalaman dan keahlian
dalam memecahkan persoalan yang dihadapi organisasi.
Dalam membantu menyelesaikan masalah organisasi dengan
publik, humas harus mengetahui persoalan yang dihadapi dan
memberikan saran mengenai tindakan apa yang harus dilakukan
oleh manajemen terhadap publiknya. Humas memiliki peran yang
penting dalam memberikan solusi mengenai persoalan, manajemen
hanya bertindak pasif untuk mempercayai apa yang telah
disarankan atau usulan dari humas karena manajamen menyadari
35
Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 21-25.
32
akan pengalaman dan keahlian humas dalam menghadapi
persoalan organisasi.
2) Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator)
Praktisi humas bertindak sebagai komunikator atau
mediator untuk membantu pihak manajemen dalam mendengar
keinginan dari publik terhadap organisasi, serta mampu
menjelaskan kembali keinginan dan harapan organisasi kepada
publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik yang
dilaksanakan oleh humas dapat menciptakan saling pengertian,
mempercayai, menghargai dan toleransi yang baik dari kedua belah
pihak.
Dalam membantu manajemen mendengar keinginan dari
publik terhadap organisasi, humas menjadi mediator dalam
menyampaikan keinginan publik. Apa yang diinginkan oleh publik
terhadap organisasi akan diperhatikan dengan adanya humas yang
bertindak mendengar harapan dan keinginan publik terhadap
organisasi. Selanjutnya, peran humas membantu organisasi
menyampaikan dan menjelaskan keinginan organisasi terhadap
publiknya. Dengan adanya komunikasi timbal balik dua arah yang
dilakukan oleh humas akan menciptakan saling pengertian baik
antara organisasi dengan publik mau pun sebaliknya.
33
3) Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Facilitator)
Praktisi humas bagian dari tim manajemen untuk
membantu pimpinan organisasi dalam proses pemecahan persoalan
atau krisis yang tengah dihadapi, baik sebagai penasihat (adviser)
dan mengambil tindakan eksekusi (keputusan). Biasanya dalam
menghadapi suatu krisis dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir
praktisi humas dengan melibatkan berbagai departemen dalam satu
tim khusus untuk membantu organisasi mengatasi persoalan.
Dalam membantu pimpinan organisasi memecahkan
persoalan dan krisis yang tengah dihadapi oleh organisasi akan
dibutuhkan proses. Humas berperan sebagai penasihat dan
pengambil keputusan yang menjadi solusi untuk penyelesaian
persoalan. Apabila organisasi mengalami krisis, humas akan
membentuk tim posko dari berbagai departemen yang dikoordinir
oleh praktisi humas untuk bekerjasama dalam mengatasi krisis
yang dihadapi organisasi. Tim yang dibuat dan dikoordinir oleh
humas diharapkan dapat bekerjasama untuk membantu dalam
mengatasi persoalan yang dihadapi oleh organisasi. Berbagai
departemen yang mengatahui dan dapat menjelaskan kepada
humas mengenai pemahaman dan persoalan departemennya.
4) Teknisi Komunikasi (Communication Technician)
Praktisi humas sebelumnya yang berhubungan erat dengan
fungsi dan peranan manajemen organisasi. Sedangkan dalam
34
peranan ini sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan
layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of
communication in organization dan sistem komunikasi dalam
organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan,
yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media
komunikasi dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan
akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Begitu juga arus
media dan komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi
antar karyawan satu departemen dengan lainnya.
Dalam membantu menyediakan layanan teknis komunikasi
dan sistem komunikasi dalam organisasi yang berbeda setiap
tingkatannya. Semua sistem komunikasi dipengaruhi oleh bagian
atau tingkatan tertentu dan mendapatkan layanan yang berbeda-
beda, baik arus media dan komunikasi antara atasan dengan
bawahan atau antara satu level yaitu karyawan satu dengan yang
lainnya dalam satu departemen.
Peranan humas diharapkan dapat bekerjasama dengan
manajemen dalam menjalankan aktivitasnya dan membantu
mengatasi persoalan yang tengah dihadapi organisasi. Serta
diharapkan membantu manajemen dalam membina hubungan ke
dalam (publik internal) adalah publik yang menjadi bagian dari
organisasi itu sendiri dan hubungan keluar (publik ekternal) adalah
publik umum yaitu masyarakat.
35
Humas atau Public Relations Internal
Humas berperan untuk bekerjasama dengan manajemen
dalam membantu mengatasi berbagai persoalan atau krisis yang
terjadi dalam organisasi dan memberi solusi terhadap persoalan
yang dihadapi, peran humas sebagai komunikator atau mediator
untuk membantu pihak manajemen dalam mendengar keinginan
dari publik terhadap organisasi, serta diharapkan membantu dalam
membina hubungan internal adalah publik yang menjadi bagian
dari organisasi itu sendiri. Humas internal membantu manajemen
dalam menjalin hubungan yang baik di dalam sebuah organisasi,
karena pentingnya hubungan yang terjalin baik antara bagian satu
dengan yang lainnya baik hubungan antara pihak manajamen
dengan bawahan, bawahan dengan bawahan, atau pun bawahan
dengan manajemen.
Pentingnya memiliki hubungan yang baik antara semua
bagian dalam organiasi, agar sebuah organisasi dapat berjalan
beriringan dan selaras dalam mewujudkan cita-cita serta tujuan
organisasi karena dengan adanya hubungan yang terjalin erat akan
terciptanya kerjasama dalam mencapai semua kegiatan atau
program organisasi yang diharapkan. Tujuan dan kegiatan dapat
terlaksana dengan baik apabila hubungan dalam sebuah organisasi
terjalin dengan baik pula, maka humas internal berperan dalam
membantu manajemen untuk mewujudkannya
36
Humas atau Public Relations Eksternal
Humas dalam menjalankan perannya tidak hanya membina
hubungan yang baik dengan internal saja, akan tetapi membina
hubungan dengan eksternal adalah publik umum yaitu masyarakat.
Dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita dalam sebuah organisasi
tidak luput dari peran penting publik atau masyarakat, maka
pentingnya memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat.
Masyarakat sebagai tujuan organisasi untuk menjalankan segala
aktivitasnya, karena organisasi tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat.
Berkembangnya sebuah organisasi dipengaruhi juga oleh
keberadaannya dan hubungannya dalam masyarakat, bagaimana
organisasi dapat menciptakan hubungan yang baik dengan
masyarakat agar kegiatan dalam mencapai tujuan dapat terlaksana
dengan baik dan mendapat dukungan dari masyarakat. Setiap
organisasi membutuhan kerjasama baik dengan publik yaitu
masyarakat, antar kelompok masyarakat, pemerintah, media massa,
serta pihak lain yang terlibat dalam sebuah organisasi. Dengan
adanya hubungan yang baik dengan eksternal, sebuah organisasi
dapat lebih memperkenalkan organisasinya dengan memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak terkait, terjalinnya
kerjasama dan dapat membentuk citra positif dalam masyarakat.
37
Beberapa kegiatan dan sasaran humas sebagai pendukung
fungsi manajemen organisasi yaitu building corporate identity and
image adalah menciptakan identitas, citra perusahaan yang positif
serta mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dan
facing crisis adalah menangani complain dalam menghadapi krisis
yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis.36
5. Komponen Pembentuk Strategi Humas
Strategi humas dibentuk melalui dua komponen yang saling
terkait erat. Pertama, komponen sasaran (satuan atau segmen yang
akan digarap) pada umumnya adalah stakeholder dan publik yang
mempunyai kepentingan yang sama. Seberapa jauh sasaran
menyandang opini bersama, mengandung potensi kontorversial,
dan dapat mempengaruhinya bagi masa depan organisasi yang
menjadi perhatian publik sasaran. Kedua,komponen sarana (paduan
atau bauran sarana untuk menggarap suatu sasaran) berfungsi untuk
menggarap ke arah posisi atau dimensi yang menguntungkan,
melalui pola dasar ―The 3-Cs option‖conservation (mengukuhkan)
terhadap opini yang aktif –pro propenen, change (mengubah)
terhadap opini yang aktif –contra openen, dan crystallization
(mengkristalisasi) terhadap opini yang pasif –uncommited dari
stakeholder yang disegmentasikan menjadi publik sasaran. Setiap
unsur dapat ditempuh melalui jalur taktikal atau strategi humas,
36 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 25.
38
yaitu setiap komponen sarana ditempuh melalui jalur membeli
(purchasing), jalur penekanan/kekuatan (pressure and power), jalur
membujuk (persuation), dan jalur merangkul (patronage).37
Proses penyusunan strategi humas menurut Ahmad S.
Adnanputra, yang berkaitan dengan fungsi-fungsi humas secara
integral melekat pada manajemen suatu organisasi atau lembaga
yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan yang muncul,
identifikasi unti-unit sasarannya, mengevaluasi mengenai pola dan
kadar sikap tindak unit sebagai sasarannya, mengidentifikasi
tentang struktur kekuasaan pada unit sasaran, pemilihan opsi atau
unsur taktikal strategi humas, mengidentifikasi dan evaluasi
terhadap perubahan kebijaksanaan atau peraturan pemerintahan dan
langkah terakhir adalah menjabarkan strategi humas, dan taktik
atau cara menerapkan langkah-langkah program yang telah
direncanakan, dilaksanakan, mengkomunikasikan, dan penilaian
evaluasi hasil kerja.38
Setelah melalui tahapan proses penyusunan strategi humas,
perlu mengetahui komponen-komponen sebagai pembentuk
strategi. Dalam pembentukan strategi korporat akan dipengaruhi
oleh unsur-unsur tertentu yang berkaitan dengan lingkungan,
kondisi, visi atau arah, tujuan dan sasaran dari suatu pola yang
37 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 122-125. 38
Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 127-128.
39
menjadi dasar budaya dibedakan yaitu secara makro dipengaruhi
oleh unsur-unsur kebijakan umum (public policy), budaya (kultur)
yang dianut, sistem perekonomian dan teknologi yang dikuasai
oleh organisasi. Secara mikro tergantung dari misi organisasi atau
perusahaan, sumber-sumber yang dimiliki, sistem
pengorganisasian, dan program jangka pendek atau jangka panjang,
serta tujuan yang ingin dicapai.39
6. Tahapan-tahapan dalam Kegiatan Humas
Alasan Perencanaan Program Humas
Tahapan-tahapan yang dilakukan humas, baik yang
berjangka panjang maupun berjangka pendek (untuk satu peristiwa
tunggal), harus memiliki perencanaan yang secara cermat dan hati-
hati sehingga akan diperoleh hasil-hasil yang nyata untuk mencapai
tujuan. Terdapat empat alasan yang paling penting bagi perlunya
PR memilki perencanaan yaitu untuk menetapkan target-target
operasi PR yang nantinya akan menjadi tolok ukur atas hasil yang
diperoleh, untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai
biaya yang diperlukan, untuk menyusun skala prioritas guna
menentukan jumlah program dan waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan program PR, untuk menentukan kemungkinan
39 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 128.
40
pencapaian tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan ketersediaan, baik
staf pendukung maupun operasional.40
Tanpa adanya suatu program yang terencana dengan baik
dan terorganisir, seorang praktisi humas akan beroperasi secara
instingtif sehingga mudah kehilangan arah. Kadang cenderung
ingin mengerjakan hal-hal yang baru, sementara hal-hal yang lama
belum terselesaikan. Kemudian sulit mengukur sejauh mana
kemajuan yang telah dicapai dan hasil yang telah dihasilkan.
Model Perencanaan Humas Enam Langkah
Setelah penjabaran mengenai alasan-alasan pentingnya
perencanaan untuk mencapai tujuan, terdapat model perencanaan
humas yang sudah diterima oleh para praktisi humas profesional
yaitu pengenalan situasi yang ada dan mengubah sikap, penetapan
tujuan apa saja yang ingin dicapai, definisi khalayak yang tidak
semua bisa dijangkau, pemilihan media dan teknik-teknik humas,
perencanaan anggaran untuk menjalankan program baik gaji
pegawai mau pun alat operasional , serta pengukuran hasil apa saja
yang telah dicapai dalam menjalankan rencana dan tujuan.
Penjelasannya sebagai berikut:41
hlm. 56.
40 Frank Jefkins&Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2003),
41
Frank Jefkins&Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 57-72.
41
a) Pengenalan Situasi
Kunci utama dalam menyusun suatu rencana secara logis
adalah pemahaman terhadap situasi yang ada. Ada beberapa
tujuan humas yang ingin dicapai adalah mengubah sikap
negatif menjadi sikap positif yang diharapkan menumbuhkan
pengetahuan yang akan menjadi pemahaman. Untuk
memahami situasi yang ada dengan menggunakan satu metode
yaitu pengumpulan pendapat atau studi sikap (attitude study).
Maka akan dapat mengenali masalah yang ada serta mencari
cara untuk memecahkannya.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan memahami situasi
yang ada. Humas harus mengetahui situasi yang berada
disekitar, terutama salah satu tujuan yang ingin dicapai humas
adalah mengubah sikap negatif menjadi positif. Dengan
mengubah sikap menjadi positif, diharapkan dapat dengan
mudah menerima pengetahuan yang menumbuhkan
pemahaman. Metode pengumpulan data merupakan metode
yang tepat untuk diterapkan dalam pengenalan situasi yang ada.
Dengan mengetahui pendapat dari satu dengan lainnya yang
berbeda, akan diperoleh berbagai masalah yang berbeda pula.
Setelah mengetahui masalah yang ada kemudian diperoleh
solusi untuk permasalahan.
42
b) Penetapan Tujuan
Dari sekian banyak tujuan dalam kegiatan humas,
beberapa diantaranya adalah untuk mengubah citra umum di
mata khalayak, untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah
dicapai oleh organisasi kepada masyarakat, untuk
memperkenalkan organisasi kepada masyarakat luas, untuk
memperbaiki hubungan antara organisasi dengan khalayaknya,
untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan
partisipasi para pimpinan organisasi dalam kehidupan sosial
sehari-hari. Mengingat jenis dan karakter organisasi itu
berbeda-beda, maka tujuannya pun sangat bervariasi dan tidak
terbatas.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan penetapan tujuan.
Semua organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai dan
humas membantu dalam melaksanakan pencapaian tujuan
tersebut. Banyak langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan, terutama keinginan dan harapan yang ingin dicapai
organisasi kepada khalayaknya. Kegiatan humas membantu
memperbaiki citra organisasi di mata khalayaknya dan
membangun hubungan yang baik di antara keduanya.
43
c) Definisi Khalayak
Pentingnya bagi suatu organisasi mengenali dan
membatasi khalayaknya. Sebesar apapun suatu organisasi tidak
mungkin menjangkau semua orang. Walaupun beberapa jenis
khalayak masih dapat dijangkau dengan bantuan teknologi dan
berbagai macam media.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan mengenali
khalayaknya. Setiap organisasi pasti mengharapkan
organisasinya tersebar luas dan menjangkau semua khalayak.
Akan tetapi, seberapa besarnya organisasi atau seberapa
lamanya organisasi berdiri tidak mungkin menjangkau semua
orang. Seiring dengan perkembangan teknologi dan munculnya
berbagai macam media yang membantu memberikan informasi
kepada khalayak, organisasi juga memilih teknologi dan media
untuk menjangkau beberapa khalayaknya yang luas. Dengan
bantuan teknologi dan media, khalayak dapat mengetahui
pemahaman yang diinginkan mengenai organisasi. Dalam
membatasi khalayak yang terdiri dari berbagai macam lapisan
masyarakat, organisasi membatasi agar upaya menjangkau
khalayak luas dapat terwujud.
44
d) Pemilihan Media dan Teknik-teknik PR
Salah satu contoh media yaitu jurnalis, sedangkan sebagai
tekniknya yaitu penyelenggaraan acara resepsi pers. Baik
kampanye periklanan maupun kampanye humas sama-sama
dapat menggunakan berbagai macam media. Kampanye
periklanan biasanya terbatas pada media-media tertentu yang
diharapkan, dunia humas dapat menggunakan berbagai media
khusus seperti jurnal-jurnal internal, buletin, atau sekadar
majalah dinding.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan pemilihan media
dan teknik-teknik. Tidak hanya kampanye perikalan yang
muncul diberbagai media, humas melakukan kampanye sama
halnya dengan periklanan. Baik kampanye humas mau pun
periklanan sama-sama menggunakan media sebagai
penghubung kepada khalayak. Akan tetapi, terdapat perbedaan
dari keduanya yaitu kampanye periklanan menggunakan media
tertentu untuk mewujudkan keinginan yang ingin dicapai
secara maksimal dan humas hanya menggunakan media-media
khusus. Dalam pelaksanaanya kampanye periklanan hanya
bekerjasama dengan pimpinan media saja, sedangkan humas
bekerjasama dengan jurnalis, editor, mau pun pimpinan media.
45
e) Perencanaan Anggaran
Dalam perencanaan anggaran dapat dipahami bahwa
humas merupakan kegiatan yang padat karya, sehingga
pengeluaran terbesar dihabiskan untuk membayar pemakaikan
jam kerja yaitu gaji pegawai. Pengeluaran lain yang cukup
besar termasuk pemakaian alat operasional.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan perencanaan
anggaran. Banyaknya kegiatan tidak terlepas dari banyaknya
anggaran yang harus dikeluarkan. Anggaran dana harus
dipersiapkan secara matang dan profesional agar berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan yang direncanakan. Apabila
anggaran dana tidak dirancang dengan baik dan benar, maka
akan mengahambat keseluruhan aktivitas. Pengeluaran untuk
membayar gaji pegawai yang memilki jam kerja padat maupun
pemakaian alat operasional. Pemakaian alat operasional
memiliki pengeluaran yang besar karena sebagai alat
pendukung kerja. Baik pegawai maupun alat kerja yang dipakai
dalam aktivitas merupakan faktor yang harus selalu
diperhatikan. Apabila anggaran dana tidak dirancang dengan
baik dan benar, maka akan mengahambat keseluruhan aktivitas.
Setiap aktivitas yang dilakukan akan sulit untuk dilaksanakan
karena terbatas dengan anggaran, maka sangat penting untuk
diperhatikan.
46
f) Pengukuran Hasil
Pengukuran hasil merupakan faktor yang keenam.
Mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dengan teknik-
teknik penelitian yang digunakan untuk mengenali situasi.
Metode-metode evaluasi hasil biasanya diterapkan pada
tahapan perencanaan. Target-target untuk mencapai tujuan
dapat digunakan sebagai tolok perbandingan, baik untuk
mengetahui apakah citra organisasi yang baru telah dipahami
khalayak, apakah hubungan organisasi dengan khalayaknya
sudah lebih baik, serta hasil-hasil nyata yang telah dicapai.
Untuk menyusun rencana terakhir yaitu dengan
pengukuran hasil. Setelah perencanaan-perencanaan kegiatan
humas dilakukan, maka dapat mengevaluasi berbagai hasil
yang telah dicapai dengan lebih mengenal khalayak dan situasi
untuk memberikan pemahaman dalam mengubah sikap.
Hasilnya dapat dilihat dari apakah tercapainya upaya dalam
memperbaiki citra organisasi di mata khalayak, tercapainya
tujuan-tujuan yang di harapkan atau diinginkan, serta
teciptanya hubungan yang baik antara organisasi dengan
khalayaknya.
47
C. Organisasi Masyarakat
1. Pengertian Organisasi Masyarakat (Ormas)
Organisasi masyarakat atau ormas adalah sesuatu istilah yang
digunakan di Indonesia untuk bentuk organisasi berbasis massa yang tidak
bertujuan politis. Ormas dapat dibentuk berdasarkan beberapa kesamaan
atau tujuan, yaitu agama, pendidikan, mau pun sosial. Organisasi
kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat
secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan
kepercayaan. Fungsi ormas adalah sebagai sarana penyalur aspirasi
anggota, dan sebagai sarana komunikasi sosial timbal balik antar anggota
dan antar organisasi kemasyarakatan.42
Terbentuknya ormas berdasarkan ide, pemikiran dan tujuan yang
sama dari setiap anggota masyarakat. Tujuan utama ormas dalam
mewujudkan visi dan misi yang dibentuk organisasi dan berperan terhadap
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Dalam
pembentukkan ormas diharapkan setiap anggota dapat menyalurkan
aspirasi dan sebagai sarana komunikasi antar setiap anggota mau pun antar
organisasi kemasyarakatan. Sehingga dapat terjalin kerja sama yang baik
antar anggota untuk mejalankan organisasi dan mewujudkan tujuan
bersama yang dibentuk dan dirancang sesuai dengan yang diharapkan dan
dicita-citakan bersama.
42http://www.managementaccountingsystems.com/80/organisasi-massa-ormas.htm
(Diakses pada Tanggal 10 Juni 2014)
48
D. Citra
1. Teori Citra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ―citra adalah gambaran
yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau
produk dan kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh
sebuah kata‖.43
Kepribadian suatu organisasi juga tidak terlepas dari
adanya sebuah citra yang diperoleh, baik berupa citra positif mau pun citra
negatif. Citra yang diperoleh berasal dari pandangan atau persepsi publik
mengenai organisasi.
Citra adalah suatu gambaran tentang mental, ide yang dihasilkan
oleh imaginasi atau kepribadian yang ditunjukkan kepada publik oleh
seseorang, organisasi dan sebagainya. Namun seberapa samar-samarnya
sebuah citra, citra adalah realitas karena orang hanya dapat bereaksi
terhadap apa yang telah mereka alami dan rasakan. Menurut Carl Rogers
(1993) mengatakan seseorang tidak bereaksi terhadap realitas yang abstrak
namun terhadap persepsinya atas realitas ini. Persepsi inilah yang baginya
merupakan realitas.44
Citra di mata publik dapat terlihat dari pendapat atau pola pikir
pada saat mempersepsikan realitas yang terjadi. Realitas yang didapatkan
dari media massa atau media-media lain yang berhubungan langsung
dengan publik bisa dianggap mewakili persepsi yang lebih besar yakni
seluruh masyarakat. Dengan begitu, satu hal yang perlu dipahami dari
43 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke 4,
hlm. 216. 44
Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Erlangga: Jakarta, 2006), hlm. 50-51
49
terbentuknya citra adalah adanya persepsi (yang berkembang dalam benak
publik) terhadap realitas (yang muncul dalam media). Persepsi dan
realitas kalau disingkat sama dengan singkatan PR.45
Citra yang muncul dan berjalan dalam dimensi yang berbeda dari
setiap individu dapat menciptakan sebuah persepsi dari realitas yang
berkembang. Sebuah realitas bisa dipersepsikan berbeda oleh tiap
individu, dan juga bisa dipersepsikan berbeda oleh anggota publik yang
berbeda. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan citra yang diinginkan harus
dipahami proses apa yang terjadi ketika publik menerima informasi
mengenai realitas yang terjadi. Selanjutnya citra yang akan terbentuk
ditentukan oleh bagaimana humas mampu membangun persepsi yang
didasarkan oleh realitas. Sekalipun persepsi belum tentu sama dengan
realitas yang muncul, tetapi persepsi tidak bisa dibangun tanpa realitas
yang mendasar. Semuanya harus dibangun dengan fondasi kredibilitas.
Apabila tidak didasari oleh informasi realitas yang memiliki kredibilitas
tinggi, hanya akan membangun citra yang lemah. Resiko yang diakibatkan
dari informasi yang tidak kredibel adalah banyaknya celah yang bisa
dilihat oleh publik dan pihak lain yang memiliki kepentingan untuk
membalik citra menjadi negatif.
Citra menentukan sosok organisasi dan citranya dalam pikiran
publik dengan mengetahui secara pasti sikap masyarakat terhadap sebuah
organisasi, bagaimana memahami dengan baik apa yang publik sukai dan
45 Silih Agung Wasesa&Jim Macnamara, Strategi Public Relations, (PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010)
50
tidak sukai tentang organisasi, baik bersifat positif atau pun negatif. Publik
dapat menilai dan memahami organisasi menurut persepsi yang diperoleh.
Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda dan perbedaan tersebut
muncul dengan penilaian baik atau pun buruk terhadap citra oraganisasi.
Terbentuknya citra adalah adanya persepsi yang muncul dan berkembang
terhadap organisasi, maka pentingnya dalam memahami organisasi agar
dapat memperoleh persepsi yang sesuai dengan realitas yang ada.46
2. Jenis-jenis Citra
Menurut Frank Jefkins terdapat beberapa jenis citra (image).
Dalam bagian ini akan dijelaskan lima jenis citra, yaitu citra bayangan
(mirror image), citra yang berlaku (current image), citra yang diharapkan
(wish image), citra perusahaan (corporate image), serta citra majemuk
(multiple image). Citra seseorang mengenai pandangan luar terhadap
organisasinya, citra yang berlaku yang dianut oleh pihak luar, citra yang
diharapkan oleh manajemen, citra perusahaan atau organisasi secara
keseluruhan, citra majemuk yang belum tentu mewakili citra organisasi
secara keseluruhan. Penjelasannya sebagai berikut:47
a. Citra Bayangan (Mirror Image)
Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh seseorang
mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali
tidaklah tepat, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi,
pengetahuan atau pun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam
46
Frazier Moore, Humas Membangun Citra dengan Komunikasi, (PT Remaja
Rosdakarya: Bandung, 2005), cet ke 2, hlm. 115. 47
Frank Jefkins&Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 20-23.
51
organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar.
Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi,
biasanya adalah pimpinannya mengenai anggapan pihak luar tentang
organisasinya.
Citra seseorang mengenai pandangan luar terhadap
organisasinya seringkali tidak tepat dan belum tentu sesuai dengan apa
yang terjadi, karena kurang informasi dan pengetahuan yang dimiliki
kalangan organisasi dalam menilai pandangan pihak-pihak luar
terhadap organisasinya. Kalangan organisasi yaitu anggota-anggota
organisasi dan pimpinannya yang memberikan anggapan pihak luar
terhadap organisasinya belum tentu mengetahui secara pasti apakah
anggapan yang ditujukan tersebut tepat atau tidak. Anggapan yang
dimiliki belum tentu sesuai dengan apa yang dipandang oleh pihak
luar, maka yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan informasi dan
memahami terlebih dahulu anggapan pihak luar mengenai
organisasinya.
b. Citra yang Berlaku (Current Image)
Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang
dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Sama halnya
dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan
jarang sesuai dengan kenyataan dan cenderung negatif karena penuh
dengan prasangka pihak luar yang tidak memiliki informasi tepat
mengenai organisasi.
52
Citra yang dipandang oleh pihak-pihak luar mengenai suatu
organisasi tidak selamanya tepat dan sesuai dengan kenyataan. Citra
yang dimiliki cenderung negatif karena kurangnya informasi yang
dimiliki pihak luar mengenai organisasi. Informasi atau pemahaman
terhadap organisasi belum tentu sesuai dengan apa yang sebenarnya
terjadi karena pihak luar hanya menduga-duga dan penuh prasangka
dalam memberi anggapan mengenai organisasi. Biasanya anggapan
pihak luar dipengaruhi oleh padangan yang berkembang dalam benak
publik dan muncul dari media, sehingga yang diperoleh adalah
gambaran yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Untuk
menghindari prasangka tersebut pihak luar harus mengetahui lebih
dalam lagi tentang organisasi dan tidak terpengaruh terhadap
pandangan yang berkembang, agar didapat pandangan yang tepat dan
terhindar dari kecenderungan menilai negatif.
c. Citra yang Diharapkan (Wish Image)
Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak
manajemen. Citra yang diharapkan sering dipandang lebih baik atau
lebih menyenangkan daripada citra yang ada dan biasanya diterapkan
untuk sesuatu yang relatif baru ketika masyarakat belum mendapatkan
banyak informasi. Citra harapan sesuatu yang berkonotasi lebih baik.
Citra yng diinginkan oleh pihak manajemen dipandang lebih
baik dan menyenangkan dan diterapkan untuk sesuatu yang relatif
baru. Citra yang lebih menyenangkan dan sesuai dengan yang
diharapkan manajemen, karena masyarakat belum mendapatkan
53
banyak informasi dan masih kurangnya pandangan yang berkembang
dalam benak publik. Masyarakat masih memiliki pandangan yang
berkonotasi baik terhadap organisasi tanpa adanya pengaruh dari
pandangan pihak-pihak lain. Ketika pandangan sudah berkembang
dalam masyarakat mengenai organisasi, maka prasangka akan muncul
dan cenderung negatif. Berbeda halnya ketika masyarakat belum
banyak mengetahui informasi karena sesuatu yang relatif baru dan
belum banyak pemahaman, maka akan diperoleh sesuai dengan yang
diinginkan manajemen yaitu citra yang lebih baik dan positif.
d. Citra Perusahaan (Corporate Image)
Citra perusahaan atau citra lembaga adalah citra dari suatu
perusahaan atau organisasi secara keseluruhan. Citra terbentuk dari
banyak hal, seperti latar belakang perusahaan atau organisasi yang
gemilang, tanggung jawab sosial, dan berkomitmen dalam
mengadakan riset.
Citra dari suatu organisasi secara keseluruhan yang terbentuk
dari banyak hal. Citra yang terbentuk dari latar belakang organisasi
yang gemilang. Latar belakang yang dipengaruhi oleh banyaknya
prestasi dan keberhasilan yang dicapai organisasi sangat berpengaruh
terhadap citra yang berkembang. Keberhasilan yang diperoleh dari
tercapainya program dan tujuan yang sesuai dengan yang direncanakan
dan diharapkan akan berpengaruh besar terhadap kemajuan organisasi.
Tanggung jawab sosial yang dijalankan organisasi juga memberikan
pengaruh besar terhadap masyarakat. Seberapa besar tanggung jawab
54
organisasi terhadap sosial masayarakat akan menentukan juga
seberapa besar kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut.
Serta citra terbentuk dari komitmen organisasi dalam mengadakan
riset. Banyak riset yang harus dilakukan oleh organisasi, termasuk riset
yang dilakukan terhadap masyarakat. Semuanya dilakukan untuk
kemajuan organisasi dan memperbaiki citra.
e. Citra Majemuk (Multiple Image)
Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan
dari sebuah organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum
tentu sama dengan citra organisasi secara keseluruhan. Jumlah citra
yang dimiliki sama banyaknya dengan jumlah individu yang
dimilikinya.
Citra yang muncul belum tentu sama dengan citra organisasi
secara keseluruhan. Citra yang terbentuk dari individu dalam suatu
organisasi tidak dapat mewakili citra organisasi secara keseluruhan.
Organisasi yang memiliki banyak cabang dan perwakilan belum tentu
memilki citra yang sama karena setiap individu memiliki citra yang
berbeda. Citra yang dimiliki organisasi sama banyaknya dengan
jumlah individu yang ada karena citra terbentuk dari pandangan yang
muncul terhadap kenyataan yang terjadi. Pandangan individu yang
berbeda akan memunculkan citra yang berbeda pula dalam organisasi.
Seberapa besarnya organisasi belum tentu dapat memunculkan citra
yang sama sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, citra harus
55
selalu dipertahankan dan dibangun untuk kemajuan organisasi dan
membentuk citra yang baik dari setiap individu.
Sebuah organisasi dapat memperoleh citra yang baik atau yang
buruk, positif atau negatif. Citra humas yang ideal adalah kesan yang
benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta
pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti
menandakan bahwa citra tidak bisa dipoles agar lebih indah dari warna
aslinya. Suatu citra yang lebih baik bisa dimunculkan kapan saja,
dimana saja, termasuk di tengah terjadinya musibah atau sesuatu yang
buruk dengan cara menjelaskan secara jujur apa yang menjadi
penyebabnya, baik informasi yang salah atau suatu perilaku yang
keliru. Termasuk humas harus meyakinkan bahwa informasi yang
diberikan kepada media massa atau publik merupakan informasi yang
jujur dan terbuka.
BAB III
GAMBARAN UMUM ORGANISASI MASYARAKAT (ORMAS) DAN
FRONT PEMBELA ISLAM (FPI)
A. Organisasi Masyarakat (Ormas)
1. Perkembangan Ormas di Indonesia
Dalam membangun sebuah bangsa dapat dicapai melalui proses
yang diawali dengan kesadaran rakyatnya baik secara individu atau
bersama kelompok masyarakat yang berjalan dengan landasan dan tujuan
yang sama. Cita-cita dalam melaksanakan tujuan kegiatan, dan
kepentingan bersama yang dibangun dengan kesadaran dan berkelompok
yang diyakini dapat memecahkan kepentingan bersama dalam sebuah
wadah yang populer dengan nama organisasi kemasyarakatan atau
ormas.48
Terbentuknya ormas yang diharapkan mampu melaksanakan dan
mencapai tujuan bersama, baik secara individu mau pun kelompok dengan
dilandasi tujuan dan cita-cita yang sama. Tujuan yang sama menjadi dasar
terbentuknya ormas dalam melaksanakan program dan kegiatannya.
Dengan keberadaan ormas, setiap anggota dapat menyalurkan aspirasinya
dalam sebuah wadah yang dibentuk bersama dan sebagai sarana
komunikasi sosial.
48
www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
56
57
Keberadaan ormas di Indonesia sebenarnya sudah terbentuk
semenjak awal abad ini dan mempunyai kedudukan paling strategis bagi
proses kebangsaan Indonesia. Bahkan sebagian dari organisasi
kemasyarakatan tersebut yang pada akhirnya menjadi partai politik yang
mempelopori gerakan kebangsaan. Pada zaman kolonial program Budi
Utomo paralel Budi Utomo yang didirikan 20 Mei 1908 antara lain
mengembangkan permodalan kaum menengah, membina kerajinan tangan
rumah tangga bumi putra dan mengembangkan pasar sampai di luar Jawa
dan pemeliharaan orang miskin. Ormas pada jaman pergerakan merupakan
prakarsa kaum cendekiawan dari bawah. Prakarsa tersebut mewarnai
seluruh perkembangan Ormas pasca kemerdekaan.49
Pergerakkan ormas dalam mencapai tujuan yang diinginkan
bersama memiliki dasar utama, baik terhadap ekonomi, sosial, budaya,
agama dan lain sebagainya. Terbentuknya ormas dengan didasari cita-cita
yang sama dalam mewujudkan tujuan, sehingga perhatian yang ditujukan
dalam merancang tujuan wadah tersebut adalah sesuai dengan landasan
yang dianut dalam ormas tersebut. Semuanya dapat terwujud sesuai
dengan landasan yang sama dalam mewujudkan tujuan yang di cita-
citakan, karena semua ide dan pemikiran setiap anggota dapat tertuang
dalam merumuskan perencanaan untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi masyarakatatau ormas di Indonesia berkembang sejajar
sebagai tanggapan terhadap pembangunan. Keberadaan Ormas di
49 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
58
Indonesia sebenarnya sudah terbentuk semenjak awal abad ini dan
mempunyai kedudukan paling strategis bagi proses kebangsaan Indonesia.
Bentuk ormas di Indonesia sedikit banyak dipengaruhi bentuk
pembangunan itu sendiri.50
Perkembangan ormas dipengaruhi juga oleh perkembangan dalam
pembangunan di Indonesia. Ormas mempunyai kedudukan dalam
mencapai tujuan bangsa, karena ormas berperan dalam mewujudkan
tujuan nasional. Ormas sebagai wadah dalam masyarakat yang memiliki
tujuan dan cita-cita sama yang berdasarkan pada ide, pemikiran dan
prinsip yang sama. Ormas berkembang seiring dengan pembangunan di
Indonesia yang meliputi pembangunan diberbagai sektor, baik sektor
ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, agama mau pun sektor lainnya
sebagai tujuan utama pembangunan bangsa. Keberadaan ormas
dipengaruhi juga oleh persepsi terhadap realitas pembangunan di
Indonesia, dengan adanya ormas yang diharapkan dapat menyalurkan
asprasi masyarakat untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang sama.
Dengan berbagai kesamaan yang menjadi dasar terbentuknya ormas dapat
terwujud sebuah cita-cita yang diharapkan dari setiap individu dengan
terbentuknya ormas yang dilandasi kegiatan, profesi, agama mau pun
kepercayaan yang sama.
Dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara dicirikan
adanya kebebasan setiap individu dengan kesadarannya sendiri untuk
50 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
59
berhimpun pada kelompok masyarakat dalam sebuah organisasi yang
pelaksanaannya diatur dalam undang-undang. Masyarakat bukan hanya
kumpulan sekelompok manusia melainkan tersusun pula dalam sebuah
pengelompokan-pengelompokan. Kepentingan para anggota masyarakat
tidaklah senantiasa sama. Namun kepentingan yang sama mendorong
pengelompokkan diantara mereka.51
Setiap individu memiliki kebebasan untuk berhimpun dalam
kelompok masyarakat dalam sebuah organiasasi dan tersusun dalam
pengelompokan. Organisasi yang dibentuk yaitu ormas berdasarkan
kesamaan dan tujuan yang sama sebagai pondasi yang kuat dalam
mencapai cita-cita yang diharapkan. Dalam mewujudkan tujuan dan cita-
cita yang sama dibutuhkan kerjasama dan pemikiran yang sejalan dengan
tujuan yang sudah dirancang dan ditetapkan saat ormas dibentuk. Setiap
individu memiliki kepentingan yang sama dalam suatu wadah adalah salah
satu karakteristik ormas, kepentingan yang sama dari setiap individu dapat
mendorong masayarakat untuk mewujudkan pengelompokan tersebut.
Masyarakat dalam suatu ormas dapat bebas menyalurkan aspirasinya
sesuai dengan undang-undang kelompok masayarakat dalam organisasi
yang sudah diatur pelaksanaannya.
Dalam kaitan ini selama perubahan terakhir 1960-an didapati dua
bentuk ormas yaitu organisasi primordial grassroots yang pada umumnya
ormas mengacu kepada kepentingan kelompok kecil khususnya golongan
51 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, (Bandung: Angkasa, 1980), hlm. 95.
60
miskin dan dilandasi kepentingan bersama (affiliasi keagamaan atau
keberadaan dekat). Ormas jenis ini merupakan organisasi rakyat, dengan
struktur golongan yang longgar, berukuran kecil, bersifat lokal,terpencar,
kurang terorganisasi dan mengacu pada kelangsungan hidupnya. Rasa
kebersamaan dikalangan anggota bersifat mekanistik dengan sifat
kepemimpinan yang tradisional.52
Ormas yang dibentuk untuk kepentingan kelompok kecil atau
golongan miskin dilandasi juga oleh kepentingan bersama. Dalam
membentuk ormas yang bersifat lokal dan organisasi rakyat diperlukan
kebersamaan dan kesamaan dalam mengembangkan ormas yang sudah
dibentuk. Terdepat kekurangan dalam ormas grassroots yaitu kurang
teroganisasi dan mengacu pada kelangsungan hidup. Seiring dengan
perkembangan organisasi yang mengacu pada rakyat kecil ini, banyak
membantu masyarakat untuk membentuk wadah yang memiliki kesamaan
tujuan dan cita-cita. Biasanya terbentuk dari kesamaan agama dan
keberadaan masyarakat, yang pada akhirnya membentuk ormas yang
memiliki kepentingan yang sama yaitu mengacu pada rakyat kecil.
Organisasi amal fenomena kelas menengah, kebanyakan dibentuk
untuk tujuan mengumpulkan dana dari masyarakat yang kemudian
disumbangkan guna menolong kaum miskin, para penyandang cacat fisik
ataupun mental dalam bentuk bantuan pengobatan. Strategi kegiatan jenis
organisasi langsung mengenai kasus kekurangan pangan, kelaparan dan
52 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
61
kemiskinan. Kebanyakan bertujuan keagamaan atau kemanusiaan dan
dibandingkan dengan jenis organisasi beragam kegiatannya.53
Ormas yang memiliki tujuan mengumpulkan dana untuk
masyarakat dalam menolong kaum miskin atau penyandang cacat,
memiliki tujuan dalam bidang sosial dan kemanusiaan. Tujuan ormas
dalam membantu sesama adalah hal utama dalam ormas tersebut. Dengan
melihat banyaknya fenomena kemiskinan dan kelaparan dalam
masyarakat, sehingga munculnya gerakan yang dibentuk menjadi sebuah
ormas dalam mewujudkan kepedulian yang sama terhadap fenomena
tersebut. Setiap individu yang memiliki perhatian yang sama dalam
membantu kemiskinan dan kelaparan, dapat menyalurkan kepedulian
dalam sebuah wadah yang setiap individunya memiliki tujuan dan cita-cita
sama dalam mengatasi kemiskinan dan kelaparan dengan memberikan
dana yang sudah dikumpulkan dalam sebuah ormas yang sudah dibentuk.
Pada akhir tahun 1960 dan awal 1970 yang ditandai oleh gelora
pembangunan dan semangat membangun, melahirkan jenis lembaga
swadaya masyarakat baru. Masyarakat mulai melihat bahwa kemiskinan
dan masalah yang berkaitan dengan itu, tidak bisa diatasi hanya dengan
penyediaan bahan pangan, obat-obatan dan sebagainya. Mulai disadari
bahwa perbaikan hidup golongan miskin akan bergantung pada
53 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
62
kemampuan mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan dari sumber-
sumber yang tersedia bagi mereka.54
Perkembangan dari ormas sebelumnya yang memperhatikan pada
kemiskinan dan kelaparan, dalam hal ini ormas menyadari akan perbaikan
hidup golongan miskin bukan bergantung kepedulian dalam membantu
masyarakat mengatasi kemiskinan dan kelaparan, akan tetapi masyarakat
harus bergantung pada kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan dari sumber-sumber yang tersedia. Masyarakat berusaha untuk
mengolah kemampuan yang dimiliki dengan bekerja untuk
mempertahankan hidup dan mengatasi kemiskinan. Masayarakat akan
berpikir untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjalankan kehidupan
yang tidak bergantung pada orang lain, akan tetapi pada kemampuan yang
dimiliki. Ketika masyarakat sudah menyadari akan usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup, menandakan bahwa pembangunan yang sudah muncul
dan semangat membangun yang melahirkan jenis lembaga swadaya
masyarakat.
Organisasi setempat berskala kecil dikelola oleh kelas menengah
dan menekankan program-program pembangunan terpadu dan berskala
kecil bukan sektoral melalui berbagai prakarsa di bidang kesehatan,
pertanian, industri kecil, teknologi tepat guna dan sebagainya. Strategi
perjuangannya dilandasi upaya untuk memajukan kemandirian dan
keswadayaan masyarakat dalam merumuskan masalah yang dihadapi,
54 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
63
menghimpun sumber daya dan dana dari dalam maupun luar masyarakat
setempat, menyusun rencana untuk menanggulangi masalah tersebut dan
melaksanakan kegiatannya.55
Setelah masyarakat menyadari akan usaha untuk memenuhi
kebutuhan hidup, hal tersebut menandakan bahwa adanya pembangunan
dan semangat membangun dalam masyarakat. Seiring dengan
perkembangan dalam masyarakat untuk mencapai tahap pembangunan,
kemudian melahirkan ormas berskala kecil yang menekankan pada
program pembangunan terpadu melalui berbagai bidang yang dituju oleh
masyarakat. Pembangunan diberbagai bidang bertujuan untuk memajukan
kemandirian dalam masyarakat dan merumuskan masalah yang dihadapi
masyarakat. Dengan adanya ormas yang menekankan pada program-
program pembangunan diharapkan dapat mengatasi berbagai persoalan
yang dihadapi masyarakat dan mencapai tujuan dengan menjalankan
program-program yang sudah dirancang oleh ormas.
Organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada perubahan pada
awal 1980. Ketika masyarakat menyadari tentang pentingnya partisipasi
masyarakat dalam proses pembangunan, serta perlunya dicari upaya
terobosan untuk mengadakan perombakan sosial secara damai dan
demokrartis. Hal tersebut memberikan tantangan baru bagi ormas di
Indonesia.56
55 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
56 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
64
Setelah organisasi yang menekankan pada program-program
pembangunan terpadu berskala kecil dilaksanakan oleh masyarakat,
kemudian munculnya ormas yang berorientasi pada perubahan.
Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya partisipasi yang dijalankan
oleh masyarakat dalam proses pembangunan. Pembangunan yang
dilaksanakan bukan hanya pembangunan berskala kecil saja, akan tetapi
pembangunan yang lebih global dengan melibatkan masyarakat dalam
proses pembangunan. Disamping menekankan program pembangunan,
perlu adanya upaya terobosan untuk mengadakan perombakan sosial
secara demokratis. Dalam kehidupan demokratis, masyarakat memiliki
peran penting dalam mewujudkan pembangunan. Masyarakat ikut
berpartisipasi dalam mewujudkan cita-cita nasional dan masyarakat
sebagai kontrol dalam pembangunan. Munculnya partisipasi dalam
masayarakat menandakan perubahan yang terjadi dan munculnya ormas
yang berorientasi pada perubahan.
Ormas mendapat pelajaran bahwa upaya meningkatkan taraf
kesejahteraan kelompok layanan dapat berhasil melalui pelaksanaan
kegiatan pembangunan kecil-kecilan, tetapi haruslah disadari bahwa dalam
suatu sistem politik, ekonomi, sosial yang sudah mapan, peningkatan
tersebut sering kali kurang berarti atau bahkan sekedar bersifat sesaat.57
Kritik di kalangan ormas sendiri mengandung pula peringatan agar ormas
jangan sekedar mencari pengrajin kemasyarakat, dan mencegah timbulnya
57 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
65
kaum kapitalis yang memeras lapisan dibawahnya. Kritik mendorong
banyak ormas untuk merumuskan kembali masalah-masalah yang dihadapi
serta tujuan yang dicapai. Kemudian muncul jenis ormas lainnya yakni
organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada perubahan.
Perkembangan ormas yang dilalui yaitu berawal dari ormas yang
mengacu pada kepentingan kelompok kecil, kepedulian terhadap
kemiskinan dan kelaparan, pembangunan dan semangat membangun,
program-program pembangunan terpadu beskala kecil. Berbagai upaya
peningkatan kesejahteraan dilakukan, tetapi peningkatan dalam
masyarakat tersebut belum cukup atau bersifat sesaat. Kemudian
munculnya ormas yang berorientasi pada perubahan yang menjadi ciri
kehidupan demokratis dan masyarakat mulai berpartisipasi dalam proses
pembangunan.
Dalam tujuan jangka pendeknya ialah menciptakan perubahan
struktural dan kelembagaan di bidang ekonomi, politik dan sosial.
Sejumlah masalah hangat pada saat itu, diantaranya kemiskinan struktural,
bantuan hukum, monopoli, ketergantungan, sentralisasi, rejimentasi,
pengkotak-kotakan dan birokrasinya. Dalam masa yang hampir sama,
timbul pula jenis organisasi kemasyarakatan yang lain juga, satu jenis
yang memperoleh bantuan pemerintah dan jenis kedua yang memperoleh
dukungan perusahaan multinasional yang mengalami masa jaya dalam
kehidupan ekonomi Indonesia.58
58 www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
66
Dalam melaksanakan perubahan yang diinginkan untuk mencapai
tujuan bersama, harus dijalankan program-program yang sudah dirancang.
Program yang akan dilaksanakan baik tujuan jangka panjang mau pun
jangka pendek harus menciptakan perubahan yang diharapkan dari ormas.
Tujuan jangka pendek dalam merubah struktural dan kelembagaan di
bidang politik, ekonomi, dan sosial. Bidang-bidang yang ingin dicapai
untuk melaksanakan perubahan dianggap perlu untuk mencapai tujuan dari
landasan yang ingin dicapai dari ormas. Semuanya harus ditempuh dengan
kerjasama dalam melaksanakan dan mencapai tujuan perubahan, ormas
diharapkan mampu menjadi wadah untuk menyalurkan aspirasi
anggotanya dalam melaksanakan perubahan yang ingin dicapai.
Menurut pendapat David C. Korten dalam mencermati keberadaan
organisasi kemasyarakatan atau yang disebut dengan ormas di Indonesia
dalam proses pertumbuhannya, dapat disimpulkan tahap-tahap
perkembangannya. Secara konvensional tahap perkembangan ormas terdiri
dari empat generasi. Ormas dalam proses pertumbuhannya memiliki
perkembangan yang terdiri dari empat generasi.59
Dalam mengutamakan
bantuan dan kesejahteraan di masyarakat, memusatkan kegiatan yaitu pada
perkembangan swadaya berskala kecil, terlibat dalam sistem
pembangunan, ikut berpartisipasi dalam sistem pembagunan, bertindak
sebagai fasilitator gerakan masyarakat.
59 David C. Korten, Menuju abad ke 12 Tindakan Sukarela Agenda Global, (Forum
Pembangunan BerpusatRakyat, Yayasan Obor, Pustaka Sinar, 1993).
67
Generasi pertama, mengutamakan bantuan dan kesejahteraan yaitu
dengan berusaha untuk segera memenuhi kekurangan atau kebutuhan
tertentu yang dialami individu atau keluarga. Generasi kedua, memusatkan
kegiatannya pada perkembangan swadaya berskala kecil atau disebut juga
pembangunan masyarakat. Generasi ketiga, terlibat dalam sistem
pembangunan berkelanjutan yang mempermasalahkan dampak-dampak
pembangunan. Generasi keempat, bertindak sebagai fasilitator gerakan
masyarakat yaitu membantu rakyat mengorganisir diri, mengidentifikasi
kebutuhan lokal, dan memobilisasi sumber daya yang ada serta membantu
mendapatkan sumber daya dari luar. Pada tahap ini ormas tidak hanya
sekedar ingin mempengaruhi rumusan kebijakan, tapi mengharapkan
adanya perubahan dalam pelaksanaan. Dengan program pemberdayaan
masyarakat, ormas menekankan perjuangan agar masyarakat mendapatkan
sistem pemerintahan yang lebih terbuka.
Dalam mengutamakan kesejahteraan masyarakat dengan
memenuhi kebutuhan yang dialami individu. Setiap masyarakat memiliki
usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dihadapi. Baik kekurangan
yang dialami oleh individu atau pun keluarga dengan banyak berusaha
dalam memenuhi kebutuhan. Dalam pembangunan yang diharapkan dapat
memajukan masyarakat dan ikut serta dalam memajukan pembangunan
nasional dengan adanya perkembangan swadaya berskala kecil.
Pembangunan berkelanjutan masyarakat ikut terlibat dalam proses
pembangunan dan mengetahui dampak-dampak yang timbul dari
68
pembangunan. Selanjutnya ormas yang bertindak sebagai fasilitator
membantu rakyat mengorganisir diri dalam menghadapi persoalan dalam
masyarakat, mengidentifikasi kebutuhan setempat yang menjadi dasar
kemajuan masayarakat dalam memenuhi kebutuhan, memanfaatkan
sumber daya yang ada dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan dampak
yang negatif dan membantu mendapatkan sumber daya dari luar untuk
kepentingan atau kebutuhan dalam masyarakat. Dalam pelaksanaanya
ormas mengharapkan adanya perubahan, tidak hanya usaha untuk
mempengaruhi kebijakan dan mengharapkan adanya sistem pemerintahan
yang terbuka.
Namun perlu ditegaskan bahwa perbedaan generasi hanya untuk
mempermudah pendekatan dan pemahaman teoritis. Realitas yang
sebenarnya menunjukkan bahwa tingkat perkembangan ormas tidaklah
berjalan linier. Dari keseluruhan ormas itu, dapat diambil garis besarnya
yaitu bahwa pemihakan ormas adalah kepada rakyat kecil. Dari keempat
generasi ormas tersebut, sampai saat ini masih tumbuh seiring dengan
dinamika masyarakat dalam arti seluruh generasi itu masih hidup
berdampingan mengkonsolidasi kebenarannya.60
Perbedaan ormas yang muncul dari setiap generasi dipengaruhi
oleh perkembangan ormas yang terjadi pada masyarakat itu sendiri.
Masyarakat mulai memahami setiap permasalahan yang terjadi dan
melakukan tindakan-tindakan dalam mengatasi berbagai macam persoalan.
60 David C. Korten, Menuju abad ke 12 Tindakan Sukarela Agenda Global, (Forum
Pembangunan BerpusatRakyat, Yayasan Obor, Pustaka Sinar, 1993).
69
Setiap generasi ormas mengalami perubahan dalam pelaksaannya di
masyarakat, karena masyarakat berpikir dinamis dan memiliki pandangan
berbeda dalam setiap realitas yang dihadapi dalam perkembangannya.
Seiring dengan perkembangan ormas yang ditandai dengan banyaknya
perubahan dan perkembangan yang tidak hanya berjalan linear saja setiap
generasinya. Generasi ormas tumbuh dan berkembang seriring dengan
dinamika masyarakat, setiap generasi bejalan beriringan dan masih hidup
berdampingan.
2. Ormas-ormas di Indonesia
Pasca reformasi banyak sekali bermunculan kelompok-kelompok
yang mengatasnamankan kelompok organisasi masyarakat atau yang lebih
dikenal dengan sebutan ormas sebagai contoh dari organisasi masyarakat
di Indonesia diantaranya yaitu LSM (Front Pembebasan Nasional), OKP
(Organisasi Kemasyarakatan Pemuda), FBR (Forum Betawi Rempug), FPI
(Front Pembela Islam) dan organisasi masyarakat lainnya. Terbentuknya
suatu organisasi masyarakat pada dasarnya karena keinginan untuk
berkumpul, berpendapat, menyatakan pikiran dan bersikap sesuai hati
nurani, dan berkomunikasi.61
Banyak kelompok ormas yang muncul di Indonesia, salah satunya
yaitu ormas FPI (Front Pembela Islam). Ormas yang dibentuk dalam
masyarakat didasarkan pada kesamaan tujuan dan cita-cita yang
diharapkan dari setiap individunya. Individu yang berkumpul dalam suatu
61 http://www.odasoka.com/2011/01/organisasi-masyarakat.html (Diakses pada Tanggal
11 Juni 2014)
70
wadah memiliki pemikiran, ide dan prinsip yang sama dalam
melaksanakan tujuan dan menyusun rancangan yang akan dijalankan.
Dengan adanya ormas setiap individu atau anggota dalam ormas bebas
menyalurkan aspirasinya dan sebagai sarana komunikasi sosial timbal
balik antar anggota dan antar organisasi kemasyarakatan. Serta dengan
adanya ormas dapat dengan bebas menyatakan pendapat dan pikirannya.
Tingkah laku organisasi masyarakat terkadang membawa dampak
positif mau pun negatif. Dampak positifnya adalah organisasi masyarakat
yang mengadakan kegiatan membantu orang-orang yang kurang mampu
atau yang sedang terkena musibah sehingga para korban merasa terbantu
dengan adanya bantuan dari organisasi masyarakat tersebut. Tapi sering
kali tingkah laku organisasi masyarakat membawa dampak negatif
sehingga meresahkan warga masyarakat sekitar antara lain kegiatan yang
dilakukan organisasi masyarakat berakibat bentrokan, unjuk rasa,
perkelahian, merusak barang-barang sehingga banyak memakan korban
yang luka-luka bahkan tewas atau juga kehilangan harta bendanya akibat
kegiatan yang dilakukan oleh anggota masyarakat.62
Pelaksanaan ormas dalam masyarakat yang tidak hanya
menimbulkan dampak positif saja, akan tetapi terkadang menimbulkan
dampak negatif. Dalam perkembangannya yang menimbulkan dampak
positif yang membantu kemiskinan dan kelaparan di masyarakat, serta
kepedulian lainnya kepada masyarakat yang membutuhkan atau membantu
62 http://www.odasoka.com/2011/01/organisasi-masyarakat.html (Diakses pada Tanggal
11 Juni 2014)
71
rakyat kecil sehingga masyarakat merasa terbantu. Sedangkan dampak
negatif yang ditimbulkan dalam pelaksanaan ormas yaitu ketika tindakan
yang dilakukan meresahkan warga masyarakat dan menimbulkan
bentrokan yang banyak memakan korban luka-luka bahkan korban tewas.
Kehadiran ormas di Indonesia sangat penting sebagai wadah bagi
warga negara untuk menyalurkan aspirasinya, sekaligus sebagai alat
perjuangan kepentingan mereka secara konstitusional. Hal itu mengingat
hak berpendapat dan berkumpul adalah bagian integral. Jika melihat
sejarah, peran ormas sangat krusial dalam perjuangan kemerdekaan.
Ormas-ormas yang ada di masa pergerakan nasional, baik yang berlatar
belakang agama, daerah, maupun nasionalis, mampu tampil di depan
memelopori gerakan mewujudkan kemerdekaan.63
Ormas sebagai wadah untuk masyarakat berdasarkan kesamaan
tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai bersama. Kesamaan pemikiran dan
ide adalah bagian dari terbentuknya ormas yang diyakini dapat membantu
setiap anggota untuk menyalurkan aspirasinya dan memperjuangkan
berbagai kepentingan yang sama. Terbentuknya ormas dengan dasar
keinginan setiap individu untuk berkumpul dan berhak menyatakan
pendapat yang menjadi bagian dari integral. Ormas memiliki peran yang
krusial dalam perjuangan kemerdekaan yang ditandai pada masa
pergerakan nasional. Ormas pada masa pergerakan nasional muncul
berkembang dari berbagai latar belakang dan mampu mempelopori
63
http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/menata-kembali-ormas/37758(Diakses
pada Tanggal 11 Juni 2014)
72
gerakan mewujudkan kemerdekaan. Perjuangan ormas sejak lama sampai
saat ini menunjukan bahwa ormas tumbuh dan berkembang seiring dengan
dinamika masyarakat.
Dengan demikian, ormas telah hadir jauh sebelum negara
Indonesia diproklamirkan. Inilah yang membuat posisi ormas demikian
penting dan strategis, bahkan di masa pembangunan saat ini. Setelah Orde
Baru tumbang dan pasca reformasi, kehadiran ormas semakin marak, baik
dari sisi jumlah maupun bidang kegiatan. Ormas hadir membantu
pemerintah di bidang sosial, keagamaan, pemberdayaan ekonomi,
pemberdayaan perempuan, peningkatan kualitas hidup dan kesehatan
masyarakat, penyelamatan lingkungan, serta penguatan demokrasi.64
Ormas muncul sejak lama sebelum kemerdekaan, baik ormas
dalam membantu rakyat kecil atau kepedulian lain terhadap masyarakat,
ormas yang muncul pada pembangunan berskala kecil, ormas yang mulai
berpartisipasi dalam pembangunan, serta ormas dengan dasar perubahan.
Semuanya berkembang seiring dinamika masyarakat dan ikut serta dalam
mempelopori gerakan mewujudkan kemerdekaan pada masa pergerakan
nasional. Pada masa Orde Baru dan pasca reformasi kehadiran ormas
semakin berkembang. Ormas tumbuh dan berkembang pada masa
pembangunan saat ini dan keberadaan ormas membantu pembangunan
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Banyaknya ormas yang
64 http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/menata-kembali-ormas/37758(Diakses
pada Tanggal 11 Juni 2014)
73
muncul dari berbagai bidang yang dilandasi kesamaan yang dimiliki
masyarakat dalam terbentuknya ormas.
Ormas turut ambil bagian dalam tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawab pemerintah. Selain itu, kehadiran ormas, baik yang
berlatar belakang agama, profesi, maupun ikatan-ikatan lainnya, juga
menjadi wadah untuk membingkai pemikiran dan kepentingan dari semua
warga negara yang pluralis. Ormas, sebagaimana parpol, juga menjadi
penopang dalam kehidupan demokrasi. Di tengah apatisme masyarakat
terhadap parpol saat ini, ormas menjadi saluran alternatif untuk
menyuarakan kepentingan, sekaligus membuka ruang kontrol terhadap
pemerintah.65
Ormas berperan dalam mewujudkan pembangunan dalam rangka
mencapai tujuan nasional dan turut ambil bagian dalam tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawab pemerintah. Ormas menjadi wadah dalam
masyarakat untuk berkumpul dan menyatakan pendapat yang didasari
dengan kesamaan yang dimiliki yaitu dalam pemikiran dan ide yang
muncul untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang diharapkan bersama.
Kehadirannya yang dilandasi dari kesamaan latar belakang yang menjadi
dasar terbentuknya ormas bertujuan untuk menyalurkan aspirasi setiap
individu, mewujudkan kepentingan bersama dan berpartisipasi dalam
kehidupan yang demokratis. Dalam kehidupan demokrasi masyarakat ikut
65 http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/menata-kembali-ormas/37758(Diakses
pada Tanggal 11 Juni 2014)
74
serta atau berpartispasi dalam mewujudkan pembangunan dan ormas
menjadi ruang kontrol terhadap pemerintah.
B. Front Pembela Islam (FPI)
1. Sejarah Singkat Front Pembela Islam (FPI)
Front Pembela Islam (FPI) didirikan pada tanggal 25 Robiuts Tsani
1419 Hijriyyah bertepatan dengan 17 Agustus 1998 Miladiyyah, oleh
sejumlah Habaib dan ulama serta ribuan umat Islam di Jakarta. FPI
dideklarasikan sebagai wadah kerjasama ulama dan umat dalam
menegakkan amar maruf nahi munkar di seluruh sektor kehidupan.
Karenanya, FPI harus peduli terhadap persoalan dakwah, harokah, aqidah,
syariat, akhlaq, moral, sosial kemasyarakatan, pendidikan, kebudayaan,
ekonomi, industri, politik, keamanan, pengetahuan, teknologi, serta sektor-
sektor kehidupan umat manusia lainnya. Dari sini bisa dikatakan bahwa
FPI sudah memposisikan diri sebagai organisasi amar maruf nahi
munkar.66
Front Pembela Islam (FPI) sebagai salah satu ormas di Indonesia
yang berdiri dengan latar belakang agama dan kepercayaan. FPI sebagai
wadah dalam melakukan kerjasama ulama dan umat dengan dasar
menegakkan amar maruf nahi munkar yang peduli terhadap berbagai
sektor kehidupan. Kepedulian dalam berbagai sektor kehidupan muncul
ketika melihat realitas yang ada saat ini, karena sektor kehidupan yang
66
Al-Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Maruf Nahi
Munkar, (Jakarta: Pustaka Ibnu Sidah, 2008), cet ke 2, hlm. 126-127.
75
luas tidak selamanya tersentuh dan dapat diatasi dengan baik oleh
pemerintah.
Latar belakang pendirian FPI adalah merajalelanya kezholiman dan
maraknya kemaksiatan di tengah masyarakat. Yang oleh karenanya telah
terjadi kerusakan di mana-mana, bahkan telah mengundang berbagai
musibah di saentero negeri. Sehingga tidak bisa tidak harus ada dari
bagian umat ini yang sudi tampil ke depan untuk melawan kezholiman dan
memerangi segala kemunkaran, dengan segala resiko perjuangannya, agar
terhindar dari segala malapetaka yang bisa menghancurkan negeri dengan
segala isinya. Untuk itulah Front Pembela Islam lahir.67
Pendirian FPI dalam tujuan kepedulian terhadap berbagai sektor
kehidupan dan melihat realitas yang ada dalam pelaksanaanya tidak sesuai
dengan yang diharapkan, maka FPI memiliki perhatian dalam
memperbaiki dan mengatasi persoalan yang dihadapi dalam masyarakat.
Dalam mengatasi persoalan yang dihadapi, FPI melakukan berbagai
tindakan yaitu dengan perjuangan melawan kezholiman dan memerangi
segala kemunkaran yang terjadi di dalam masyarakat dengan dasar
perjuangan FPI yaitu amar maruf nahi munkar. Tujuan yang dilakukan
oleh FPI untuk memperbaiki berbagai sektor kehidupan dilakukan dengan
pemikiran dan ide yang menjadi dasar terbentuknya FPI. Semua rencana
dan pelaksanaan yang dilakukan agar tercapainya tujuan dan cita-cita yang
diharapkan oleh FPI di sektor kehidupan.
67
Al-Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Maruf Nahi
Munkar, (Jakarta: Pustaka Ibnu Sidah, 2008), cet ke 2, hlm. 127.
76
Disebut Front karena orientasi kegiatan yang dikembangkan lebih
pada tindakan konkrit berupa aksi frontal yang nyata dan terang dalam
menegakkan amar maruf nahi munkar. Sehingga diharapkan agar
senantiasa berada di garis terdepan untuk melawan dan memerangi
kebathilan, baik dalam keadaan senang maupun susah.68
Dalam kegiatan pada tindakan aksi frontal yang nyata dan secara
terang-terangan dalam mencapai tujuan FPI dengan dasar amar maruf nahi
munkar. FPI melakukan aksinya berada dalam garis terdepan dalam
melawan dan memerangi segala kemunkaran atau kebathilan yang terjadi
di berbagai sektor kehidupan. Ketika ormas lain tidak memberanikan diri
secara terang-terangan untuk memperbaiki berbagai sektor kehidupan yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan karena tidak berjalan dengan baik,
FPI memberanikan diri berjuang melewati berbagai tantangan yang
dihadapi dalam pelaksaannya. Berbagai cara ditempuh untuk tercapainya
tujuan dan cita-cita dalam memperbaiki berbagai sektor kehidupan, yang
paling utama dan menjadi dasar tujuan FPI berada dalam barisan depan
untuk melaksanakan amar maruf nahi munkar. Dalam keadaan apa pun
FPI akan tetap berada pada baris utama dan tetap berpegang teguh pada
tujuan utama dalam menjalankan perjuangan melawan segala bentuk
kemunkaran dan kebatilan yang terjadi pada masyarakat.
Dan disebut Pembela dengan harapan agar senantiasa bersikap pro
aktif dalam melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran dan
68
Al-Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Maruf Nahi
Munkar, (Jakarta: Pustaka Ibnu Sidah, 2008), cet ke 2, hlm. 127-128.
77
keadilan. Dan dengannya diharapkan pula bisa menjadi pendorong untuk
tidak berfikir tentang apa yang bisa didapat, namun sebaliknya agar
berfikir tentang apa yang bisa diberi. Dengan kata lain, FPI harus siap
melayani bukan dilayani. Sikap yang diharapkan bisa menjadi penyubur
keberanian dan pembangkit semangat berkorban dalam perjuangan FPI.69
Dalam melaksanakan tujuan FPI yaitu dalam melakukan
pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dengan
perjuangan dalam memperbaiki berbagai sektor kehidupan agar berjalan
sesuai yang diharapkan dan berjalan dengan baik dalam masyarakat.
Prinsip yang dipegang oleh FPI yaitu menjadi pendorong untuk berfikir
bukan tentang apa yang didapat tetapi tentang apa yang dapat diberikan
kepada masyarakat dan dapat melayani keinginan masyarakat dalam
mewujudkan cita-cita bersama. Tujuan yang dilakukan oleh FPI hanya
bertujuan untuk masyarakat dan mengharapkan kehidupan berjalan sesuai
dengan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai yang diharapkan dan dapat
diciptakan dalam kehidupan masyarakat dengan adanya kerjasama yang
dilakukan oleh FPI dan masyarakat untuk mewujudkannya.
Ada pun kata Islam menunjukkan bahwa perjuangan FPI harus
berjalan di atas ajaran Islam yang benar lagi mulia. Jadi jelas bahwa
pemberian nama organisasi dengan Front Pembela Islam adalah sebagai
identitas perjuangan, bahwa organisasi siap berada di barisan terdepan
untuk menegakkan Syariat Islam. Sehingga identitas perjuangannya jelas
69
Al-Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Maruf Nahi
Munkar, (Jakarta: Pustaka Ibnu Sidah, 2008), cet ke 2, hlm. 129.
78
dan mudah dipahami. Dengan demikian, tidak benar jika pemberian nama
tersebut berkonotasi sektarian, karena islam yang diperjuangkan adalah
agama yang rahmatan lil alamin, lintas sektoral.70
Dalam perjuangan FPI yang berada di atas ajaran Islam dan
berpegang teguh terhadap syariat Islam, maka yang dilakukan oleh FPI
sesuai dengan ajaran dan memperjuangan kebenaran yang sesuai dengan
Islam. Nama FPI sebagai identitas perjuangan dalam menegakkan syariat
Islam dengan tujuan memperbaiki sektor kehidupan agar berjalan dengan
baik dan sesuai dengan nilai-nilai. Dalam perjuangan melawan
kemunkaran dan kebathilan yang ada dalam kehidupan masyarakat, maka
FPI berada dalam barisan utama dengan dasar amar maruf nahi munkar
untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang diharapkan. Pemberian nama
dalam konotasi sektarian, karena perjuangan dalam memperbaiki sektor
kehidupan harus mencapai berbagai aspek dan secara menyeluruh atau
lintas sektoral dalam masyarakat.
70 Al-Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Maruf Nahi
Munkar, (Jakarta: Pustaka Ibnu Sidah, 2008), cet ke 2, hlm. 129.
79
2. Pendiri-pendiri Front Pembela Islam (FPI)
Dewan Pimpinan Pusat FPI Periode Kebangkitan 1998
Ketua Majelis Syura : KH. Muhammad Amin Sarbini
Ketua Dewan Syariat : Al-Habib Ali bin Sahil
Ketua Dewan Kehormatan : KH. Muhammad Munif
Ketua Dewan Pembina : KH. Mashum A. Hasan
Ketua Dewan Penasihat : KH. Mahmud Sempur
Ketua Dewan Pengawas : Al-Habib Sholeh Al-Habsyi
Ketua Umum : Al-Habib Muhammad Rizieq S.
Ketua I : KH. Cecep Bustomi
Ketua II : KH. Ahmad Damanhuri, Lc.
Ketua III : KH. Drs. Oman Syahroni
Sekretaris Jenderal : KH. Drs. Misbahul Anam
Bendahara Ahli : Ust. Ahmad Defri Dahler, SE.
BAB IV
ANALISIS HASIL TEMUAN
A. Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam Memperbaiki Citra
Publik melalui Media Massa
Strategi yang ada dalam sebuah organisasi digunakan untuk mencapai
tujuan dan program kegiatan, baik tujuan jangka panjang mau pun jangka
pendek yang ingin dijalankan dalam sebuah organisasi. Tujuan dan program
kegiatan organisasi tidak akan tercapai dengan baik tanpa adanya strategi yang
digunakan. Menurut Onong Udjana Effendi mengemukakan strategi pada
hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management)
untuk mencapai suatu tujuan.71
Sebuah organisasi harus memiliki perencanaan
dalam menyusun strategi untuk mencapai tujuan. Dalam mencapai tujuan yang
diharapkan dan diinginkan oleh organisasi dengan menggunakan strategi.
1. Pelaksanaan Strategi
Tidak ada strategi yang digunakan dalam memperbaiki citra FPI,
karena apa yang musti diperbaiki. Jadi begini kalau masalah citra itu
karena sebetulnya dari awal juga citra FPI itu dibentuk oleh media yang
membentuk, media sendiri yang membuat pemberitaan dan opini tentang
FPI. Selama ini FPI bekerjasama dengan siapapun selain di dalam
organisasi. FPI selama ini bekerjasama baik dengan aparatur pemerintahan
mau pun dengan lembaga dan ormas-ormas Islam yang lain. Tidak ada
71
Onong Udjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandug: PT Rosdakarya, 2004), cet ke
4, hlm. 29.
80
81
masalah, FPI bekerjasama dengan MUI, FPI bekerjasama dengan
Muhammadiyah, FPI bekerjasama dengan NU. Karena FPI bagian
daripada forum umat Islam. Dengan departemen agama FPI bekerjasama,
dengan kementerian sosial FPI bekerjasama, dengan departemen
pertahanan pun FPI bekerjasama. Di dalam FPI nya sendiri satu sama lain
ya saling berkaitan saling membutuhkan tidak ada masalah. Semuanya
sudah bekerjasama.72
Strategi yang digunakan oleh humas Front Pembela Islam (FPI)
adalah mengkomunikasikan segala program dan kegiatan FPI baik dengan
internal mau pun eksternal. Dalam menjalankan strategi dengan pihak
internal yaitu yang berada dalam organisasi FPI sendiri, FPI menjalin
hubungan dengan anggota dan dalam menjalankan strategi organisasi
bekerjasama dengan departemen lain. Selain menjalin kerjasama dengan
baik di dalam organisasi, FPI bekerjasama dengan pihak eksternal yaitu
FPI bekerjasama dengan aparatur pemerintahan, lembaga dan ormas-
ormas Islam yang lain.
Menurut Peneliti bahwa strategi yang dilakukan oleh FPI dalam
melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan belum terstruktur dengan
baik. Belum tersusunnya tahapan-tahapan yang ingin dilaksanakan dalam
melakukan strategi, terutama dalam perumusan strategi. Belum adanya
tujuan dan sasaran yang secara khusus ingin dilaksanakan dan dicapai
dengan menggunakan strategi yang diterapkan. Pentingnya mengetahui
72
Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
82
strategi apa dan bagaimana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang diinginkan, karena apabila tidak mengetahui strategi apa
yang akan dilaksanakan maka tujuan tidak akan tercapai dengan baik dan
sesuai dengan yang diharapakan. Strategi merupakan kunci dari
tercapainya tujuan, dengan strategi atau perencanaan organisasi akan
mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan. Oleh karena
itu, sebuah organisasi harus memilih dan menetapkan strategi untuk
dilaksanakan.
Selain mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan
dengan adanya strategi, organisasi akan mengetahui bagaimana atau
tindakan apa saja yang dilakukan dalam menghadapi tantangan dan
hambat dari pihak eksternal. Maka, pentingnya pelaksanaan strategi untuk
mengatasi tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh organisasi. Setelah
berhasil mengatasinya, selanjutnya menetapkan kekuatan dan kelemahan
secara internal. Perlunya menjalin kekuatan dalam organisasi, karena
dengan terjalinnya hubungan internal diharapkan dapat tercapainya tujuan
yang ingin dicapai dalam organisasi dengan menggunakan strategi.
Strategi yang digunakan organisasi merupakan kunci dari tercapainya
tujuan.
Perumusan strategi yang dilaksanakan dalam organisasi FPI belum
melibatkan departemen lain dalam organisasi. Dalam perumusan strategi
untuk mencapai tujuan perlu adanya kerjasama dengan pihak internal atau
departemen lain dalam organisasi. Dengan adanya partisipasi dengan
83
departemen lain dalam organisasi, diharapkan kegiatan akan tercapai
dengan baik dan sesuai dengan tujuan organisasi. Ketika strategi belum
dilaksanakan dengan baik karena terdapat tantangan dan hambatan yang
dihadapi, perlunya kerjasama dengan departemen lain untuk merumuskan
strategi apa untuk menghadapi permasalahan. Dalam menghadapi
permasalahan atau persoalan organisasi, peran strategi sangat penting
untuk mengatasinya. Strategi juga dibuat dalam mengatasi krisis dan
persoalan dalam organisasi.
Ya tantangan itu pasti semuanya ada, yang namanya perjuangan
tantangan itu ada. Tidak ada yang ngga ada tantangannya. Terutama
tantangannya itu di dalam menghadapi media-media liberal yang memang
dari awal mereka sudah tidak suka dengan Islam, maka di arahkan kepada
FPI. Dibentuklah oleh mereka itu pencitraannya bahwa FPI radikal,
fundamental, ekstrim. Tapi kenyataannya kan masyarakat bisa menerima.
Dan sekarang FPI sedang melaunching tentang masalah TV FPI dan kita
bekerjasama dengan radio rasil, radio wadi, radio silaturahmi dan FPI
mempunyai radio streaming FPI kan itu untuk humas. Orang-orang itu aja,
jadi sudah dari dulu seperti itu ngga ada masalah. Itu yang ada di televisi
itu adalah pencitraan yang dibentuk oleh kaum liberal. Jadi dengan adanya
launching TV FPI jadinya masyarakat bisa langsung melihat dan
menyaksikan sendiri tanpa dari media lain.73
73 Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
84
Dalam menjalankan strategi terdapat tantangan yang dihadapi oleh
FPI, terutama tantangan dalam menghadapi media-media liberal yang dari
awal keberadaanya tidak menyukai Islam dan gerakan-gerakan Islam
terutama FPI. Keberadaan FPI yang memperjuangkan syariat Islam dan
memperbaiki berbagai sektor kehidupan dengan berbagai aksi-aksi yang
dilakukan, dimanfaatkan dengan baik untuk media-media liberal dalam
menyudutkan pandangan terhadap Islam, dengan mengolah informasi yang
akan disampaikan kepada masyarakat mengenai FPI dalam aksi-aksinya.
Dalam memberikan informasi kepada masyarakat, media-media liberal
lebih menyoroti aksi-aksi FPI yang anarkis yang kemudian disampaikan
kepada masyarakat dengan berbagai berita yang disampaikan. Berita yang
disampaikan berupa berita negatif akan dengan mudah diterima oleh
masyarakat sama halnya dengan istilah bad news is a god news.
Kesan yang diberikan bahwa FPI adalah gerakan Islam radikal
fundamentalis tidak terlepas dari pengaruh pemberitaan dari media-media.
Pemberitaan dari media-media mengenai FPI terutama berita negatif yang
tidak luput dari minat masyarakat. Banyak masyarakat terpengaruh dari
media mengenai pandangannya terhadap FPI yang negatif. Gerakan-
gerakan atau aksi yang dilakukan oleh FPI terutama aksi anarkis yang
selalu disoroti oleh media-media yaitu aksi yang berakibat bentorkan,
unjuk rasa, merusak barang-barang atau aksi yang memakan korban.
Semua aksi-aksi FPI menjadi pemberitaan media-media, terutama media-
media liberal yang tidak menyukai FPI. Dalam melakukan aksi-aksinya
85
FPI berpegang pada amar maruf nahi munkar yaitu mencegah hal-hal
buruk yang terjadi dalam masyarakat. FPI menjadi kontrol dalam
masyarakat ketika pihak keamanan atau aparat negara belum dapat
mengatasinya. Akan tetapi, selain melalukan aksi-aksinya yang disebut
dengan gerakan radikal fundamentalis, FPI sering melakukan aksi-aksi
sosial dalam masyarakat yaitu dalam mengatasi bencana alam, gempa,
banjir dan yang tidak lepasdari banyaknya relawan pada saat musibah
tsunami di Aceh. Banyak para relawan dari FPI membantu proses evakuasi
dll. Akan tetapi, media menyoroti hal-hal negatif yang dilakukan oleh FPI,
terutama media-media liberal yang tidak memberitakan sesuai dengan
fakta yang terjadi. Sehingga masalah yang muncul dalam masyarakat
adalah FPI tidak terlepas dari aksi-aksi yang anarkis dan besarnya
pengaruh peran media-media terhadap pemberitaan FPI yang negatif.
Seiring dengan pemberitaan media-media liberal yang berkembang
dalam masyarakat, FPI menanggapi pemberitaan baik dari media televisi,
radio, koran dan media-media lainnya tidak sesuai dengan fakta yang
terjadi. Semua yang diberitakan muncul dari kepentingan setiap media.
Oleh karena itu, strategi yang digunakan FPI adalah dengan melaunching
media berupa televisi FPI yang bekerjasama dengan berbagai radio Islam.
Dengan adanya televisi FPI diharapkan mampu menjawab berbagai
pertanyaan yang berkembang dalam masyarakat dan memberikan
pemberitaan yang sesuai dengan fakta yang terjadi dalam tubuh organisasi
FPI. FPI juga memiliki radio streaming untuk memberikan informasi
86
mengenai organisasi FPI kepada masyarakat. Adanya televisi dan radio
streaming FPI, masyarakat bisa langsung menyaksikan dan mendegar
sendiri tanpa dari media lain yang memiliki kepentingan dan tidak
menyukai setiap gerakan yang dilakukan oleh FPI.
Menurut peneliti bahwa selain permasalahan yang dihadapi dalam
organisasi, terdapat tantangan dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Dalam menghadapi tantangan di organisasi FPI yaitu
tantangan dari media-media liberal yang dari awal sudah tidak menyukai
FPI dan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh FPI. Untuk
memperbaikinya perlu dibangun strategi yang matang dalam menjalankan
kegiatan atau program untuk mencapai tujuan. Kerjasama yang baik perlu
dilakukan agar tidak berkembangnya pemberitaan yang negatif dalam
masyarakat. Strategi untuk bekerjasama baik dengan masyarakat dan
media-media. Masyarakat perlu mengetahui organisasi beserta tujuan
organisasi, karena dengan secara langsung menjelaskan kepada
masyarakat diharapkan hubungan komunikasi berjalan dengan baik dan
masyarakat harus memahami secara jelas. Masyarakat akan memahami
secara jelas dan langsung tanpa adanya pengaruh dari media yang
memberikan pemberitaan negatif. Selanjutnya menjalin hubungan yang
baik dengan media-media, karena media mempunyai peran penting dalam
memberikan informasi yang berkembang dalam masyarakat. Media-media
mempunyai pengaruh yang besar dalam melahirkan opini atau pandangan
dalam masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu,
87
strategi yang sudah dirumuskan atau dipersiapkan dapat mengatasi
tantangan yang dihadapi dalam organisasi. Dengan adanya strategi yang
baik, diharapkan dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dalam
mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam organisasi FPI seharusnya
strategi dapat dirumuskan dan dapat menjalankan tahapan-tahapan yang
benar karena tercapainya tujuan yang diharapkan ditentukan oleh
pelaksanaan strategi yang benar. Strategi dapat diperoleh dari perencanaan
yang disusun oleh organisasi dan dijalankan dengan kinerja yang baik oleh
humas dan departemen lain dalam organisasi.
Ya hambatan ada saja, hambatan itu pasti ada yang namanya
hambatan itu. Karena memang kadang-kadang kita juga menghadapi
orang-orang yang susah untuk menerima penjelasan kita. Jadi sebetulnya
masyarakat itu kan ada yang kalau mereka itu memang korban media
begitu kita jelaskan mereka memahami, tetapi yang jadi masalah itu adalah
orang-orang yang memang dari awal sudah apatis dengan pergerakkan
FPI. Akan hambatan ya disitu.74
Selain banyaknya tantangan yang dihadapi oleh FPI terutama
dalam menghadapi media-media liberal yang tidak menyukai setiap
gerakan FPI dan pemberitaan negatif yang berkembang, terdapat juga
hambatan yang dihadapi oleh FPI. Hambatan dalam melaksanakan strategi
yang dihadapi oleh FPI disetiap gerakannya yaitu menghadapi orang-orang
yang sulit menerima penjelasan, baik penjelasan dalam setiap kegiatan
74
Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
88
atau dalam melaksanakan gerakan yang dilakukan oleh FPI. Untuk
melaksanakan setiap kegiatan diperlukan pengetahuan dan pemahaman
dari setiap individu agar setiap kegiatan dilaksanakan dengan baik, tanpa
adanya kesalah pahaman yang terjadi sehingga mengakibatkan tidak
terjalinnya komunikasi yang baik dalam mencapai tujuan. Dalam
menghadapi orang-orang yang sulit menerima penjelasan dipengaruhi juga
oleh besarnya pengaruh media dalam masyarakat. Media yang
berkembang tidak terlepas dari minat masyarakat akan berbagai informasi
yang didapatkan, baik informasi yang bersifat positif atau pun negatif.
Masyarakat ada yang dapat langsung memahami apa yang disampaikan
dan ada pula yang sulit untuk menerima penjelasan. Semuanya dilakukan
agar hubungan komunikasi antara organisasi dengan masyarakat berjalan
dengan baik dan selaras. Apa yang diharapkan oleh organisasi berjalan
dengan baik, begitu sebaliknya apa yang diharapkan oleh masyarakat
terhadap organisasi berjalan dengan baik pula.
Hambatan selanjutnya dalam pelaksanaan strategi yaitu dalam
menghadapi orang-orang yang dari awal sudah apatis dengan pergerakan
yang dilakukan oleh FPI. Masyarakat atau media-media yang sejak awal
sudah tidak mendukung kegiatan atau pelaksanaan program yang
dilakukan oleh FPI. Sebelum memberikan pejelasan, orang-orang yang
sudah apatistidakmau ikut serta mendukung danbekerjasama dalam
mewujudkan tujuan yang diharapkan organisasi. Apa pun kegiatan atau
gerakan yang dilakukan, tidak akan merubah pendirian orang-orang yang
89
sudah apatis terhadap FPI. Selanjutnya media-media selain liberal, media
apatis juga termasuk yang menjadi hambatan dari pelaksanaan strategi.
Ketika organisasi ingin memberikan informasi mengenai kegiatan yang
dilakukan, media tidak dengan begitu saja menyampaikan kepada
masyarakat karena media yang apatis cenderung menyoroti gerakan atau
aksi yang dinilai anarkis atau negatif mengenai FPI untuk disampaikan
melalui pemberitaan.
Menurut peneliti dalam mengatasi hambatan orang-orang yang
sulit menerima penjelasan dari organisasi FPI yaitudengan mengubah
pandangan masyarakat yang masih dipengaruhi oleh media.Dengan
adanya pengaruh dari media masyarakat akan sulit untuk menerima
penjelasan. Penjelasan harus dilakukan untuk memperoleh pemahaman
yang baik mengenai organisasi, dengan pemahaman yang didapat dari
organisasi akan didapat hubungan yang baik dengan masyarakat.
Masyarakat akan memperoleh pengetahuan dan maksud dari kegiatan
organisasi tanpa adanya pandangan yang negatif. Untuk menjalin
hubungan dengan masyarakat, perlu dilaksanakan strategi yang ditetapkan
untuk mencapai tujuan. Masyarakat dapat yakin menerima penjelasan dari
organisasi dengan melihat strategi dan tujuan yang ditetapkan oleh
organisasi dilakukan dengan matang. Tanpa adanya strategi sulit untuk
mengatasi hambatan yang dihadapi, strategi dapat menentukan dalam
mengahadapi hambatan untuk mencapai tujuan. Masyarakat akan
mendukung setiap kegiatan atau gerakan yang dilakukan oleh organisasi,
90
karena telah mengetahui dan memahami strategi untuk mencapai tujuan
apa yang ingin dicapai oleh organisasi dan kerjasama akan diperoleh
organisasi dengan masyarakat.
Mengatasi hambatan selanjutnya dalam organisasi FPI yaitu
menghadapi orang-orang yang dari awal sudah apatis terhadap pergerakan
FPI. Dalam melakukan kegiatan atau pergerakan sangat sulitnya untuk
memberikan pemahaman terhadap masyarakat yang apatis terhadap FPI.
Sangat penting sekali untuk mengajak masyarakat yang apatis dalam
mendukung kegiatan, karena biasanya masyarakat yang apatis menjadi
penyebab atau menjadi faktor dalam menghambat terlaksananya kegiatan
atau tujuan yang ingin dicapai dalam organisasi FPI. Hal yang harus
dilakukan adalah memberikan pemahaman kembali mengenai strategi apa
yang dilakukan dalam mencapai tujuan organisasi dan memberikan
pemahaman kepada masyarakat yang apatis akan pentingnya dukungan
serta peran mereka dalam mewujudkan apa yang diharapkan oleh
organisasi. Tujuan organisasi akan berjalan dengan baik apabila
terjalinnya kerjasama yang baik dan adanya dukungan masyarakat.
Masyarakat yang apatis dipengaruhi pula oleh media yang
berkembang, dengan adanya informasi yang diberikan oleh media yang
turut menciptakan pandangan dalam masyarakat. Seperti halnya
pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai media-media
yang menjadi tantangan dalam melaksanakan strategi. Untuk menghadapi
tantangan dari media-media dan media yang menjadi penghambat dalam
91
memberikan pemahaman kepada masyarakat, perlu melakukan perumusan
strategi dan menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Masyarakat
harus diberikan informasi mengenai organisasi dan pentingnya organisasi
untuk menjangkau khalayaknya yang luas. Organisasi tidak hanya terfokus
pada anggota dalam organisasinya saja, akan tetapi pentingnya organisasi
untuk menjangkau masyarakat dari berbagai kalangan. Tujuan organisasi
tidak hanya dapat dicapai hanya dengan bekerjasama dengan internalnya
saja, akan tetapi perlu adanya kerjasama yang dijalin dengan masyarakat
atau pihak eksternal yang ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan strategi.
Apabila hubungan internal dan eksternal sudah berhasil dijalin dengan
baik, maka keberhasilan strategi akan tercapai.
2. Evaluasi Strategi
Evaluasi pasti ada semuanya, pasti semua dievaluasi karena setiap
kegiatan itu perlu evaluasi. Tidak ada kegiatan tanpa evaluasi. Di FPI itu
ada pertemuan mingguan, ada pertemuan dua mingguan, ada pertemuan
bulanan dan semua adalah untuk saling evaluasi.75
Setelah melaksanakan strategi disertai dengan tantangan dan
hambatan yang dihadapi, perlu diadakannya evaluasi strategi. Evaluasi
strategi dilakukan untuk mengetahui tujuan apa saja yang sudah dicapai
dalam sebuah organisasi. Terdapat evaluasi strategi dalam organisasi FPI
yaitu evaluasi setelah melakukan kegiatan atau program yang
dilaksanakan. Setelah kegiatan atau program yang dilakukan oleh FPI,
75 Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
92
baik program jangka panjang mau pun jangka pendek membutuhkan
evaluasi. Evaluasi dilakukan pula untuk mengetahui tantangan dan
hambatan apa saja yang dihadapi dalam organisasi FPI dalam
melaksanakan setiap kegiatan. Akan tetapi evaluasi yang dilakukan oleh
FPI dilakukan secara keseluruhan kegiatan atau program, tidak hanya
terfokus pada permasalahan setiap departemen yang ada dalam organisasi
atau pada evaluasi strategi yang akan dilaksanakan terkait dengan kerja
humas.
Evaluasi dalam organisasi FPI dilakukan secara berkala, yaitu
pertemuan mingguan dan bulanan untuk saling evaluasi. Evaluasi yang
dilakukan dalam membahas hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan atau
program yang sudah terlaksana, tidak terfokus pada permasalahan yang
dihadapi khususnya dalam departemen yang ada dalam organisasi.
Pelaksaan evaluasi tidak membahas strategi apa saja yang sudah tercapai
dengan baik, akan tetapi evaluasi dalam kegiatan dan hasil akhir yang
diharapkan. Tidak adanya evaluasi mengenai strategi apa saja yang sudah
dicapai dengan baik karena tidak terdapat penyusunan strategi yang akan
dilaksanakan dalam organisasi FPI. Tidak adanya strategi yang terstruktur
dalam organisasi FPI, sehingga dapat terlihat dari evaluasi yang
dilaksanakan saja tidak hanya membicarakan strategi apa saja yang sudah
dicapai akan tetapi evaluasi mengenai kegeiatan yang sudah terlaksana
beserta tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam organisasi.
93
Menurut peneliti mengenai evaluasi yang dilaksanakan dalam
organisasi FPI tidak terfokus hanya padaevaluasi strategi karena strategi
yang dimiliki dan dilaksanakan dalam organisasi FPI tidak terstruktur.
Pentingnya organisasi memiliki strategi yang terstruktur, karena dalam
pelaksanaan strategi memiliki tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan
agar tercapainya tujuan yang diharapkan dengan baik. Dalam organisasi
FPI strategi yang dilakukan adalah langsung kepada pencapaian tujuan
yang diharapkan, padahal langkah-langkah dalam melaksanakan strategi
perlu diperhatikan oleh organisasi. Oleh karena itu, evaluasi yang
dilakukan dalam FPI tidak hanya mengenai evaluasi strategi yang sudah
dijalankan dan tujuan apa saja sudah dicapai sesuai dengan yang
direncanakan akan tetapi evaluasi dilakukan mengenai keseluruhuan
kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Evaluasi yang dilakukan mengenai strategi untuk mengetahui
bagaimana hasil dari kegiatan yang dilaksanakan, mengetahui hasil akhir
apakah tujuan berjalan sesuai dengan yang direncanakan, mengetahui
tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh organisasi. Tanpa adanya
strategi yang terstrukur dengan baik, akan sulit untuk menentukan tujuan
apa saja yang sudah dicapai dan tujuan apa saja yang akan dilaksanakan
selanjutnya. Evaluasi sebagai hasil akhir untuk mengukur strategi yang
akan dilaksanakan kembali dalam organisasi dan menetapkan tujuan
berikutnya. Terdapat tiga langkah dasar untuk mengevaluasi strategi yang
penting untuk diterapkan dalam organisasi FPI yaitu meninjau faktor-
94
faktor internal dan eksternal, mengukur prestasi dengan membandingkan
hasil yang diharapkan dengan kenyataan, dan mengembalikan tindakan
korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
B. Peran dan Fungsi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam
Memperbaiki Citra Publik melalui Media Massa
Peran dan fungsi humas saat ini semakin berkembang seiring dengan
semakin tumbuhnya kesadaran akan pentingnya peran dan fungsi humas
dalam masyarakat dan berbagai macam sektor yang membutuhan peran humas
dalam mengatasi berbagai macam persoalan. Sifat humas yang dinamis
tersebut juga menjadi bagian krusial dalam membatasi definsi dari para
praktisi humas. Salah satu definisi humas yaitu menurut Frank Jefkins humas
atau public relations (PR) adalah semua bentuk komunikasi yang terencana,
baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua
khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan
pada saling pengertian.76
Pentingnya menjalin hubungan komunikasi yang
baik dengan pihak internal mau puneksternal agar tercapainya saling
pengertian antara organisasi dengan masyarakat.
hlm. 10.
76 Frank Jefkins&Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2003),
95
1. Peran dan Fungsi Humas Front Pembela Islam (FPI)
Humas semuanya juga berperan untuk memberikan dan
menjelaskan kepada masyarakat. Berperan untuk bagaimana
menyampaikan apa visi misi FPI, peranan FPI, dan juga perjuangan FPI
melalui dakwah. Ya fungsi dan peran humas itu adalah memberikan
sebagai corong suara daripada sebuah organisasi, adalah penyambung
lidah daripada organisasi untuk menyampaikan visi dan misi perjuangan.77
Dalam organisasi FPI humas berperan untuk memberikan dan
menjelaskan kepada masyarakat. Baik berperan untuk menyampaikan visi
dan misi FPI, peranan FPI, dan perjuangan FPI melalui dakwah. Dalam
menyampaikan visi dan misi organisasi yang meliputi tujuan organisasi
FPI dalam menegakkan amar maruf nahi munkar dan memperbaiki
berbagai sektor kehidupan. Humas FPI diharapkan dapat menyampaikan
visi dan misi serta tujuan yang dimiliki organisasi kepada masyarakat,
sehingga masyarakat dapat menerima dan ikut mendukung dalam
tercapainya pelaksanaan visi misi sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya humas menyampaikan peranan FPI kepada
masyarakat, dengan memberikan pemahaman mengenai peranan dan
fungsi FPI kepada masyarakat. Peranan FPI sebagai kontrol dalam
masyarakat ketika aparat belum dapat mengatasinya, karena tujuan FPI
adalah memperbaiki berbagai sektor kehidupan. Dengan adanya
pemahaman kepada masyarakat mengenai peranan FPI, diharapkan
77 Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
96
masyarakat dapat memahami dan mendukung peranan organisasi FPI.
Sebagai salah satu ormas FPI mengabdi dan melayani masyarat untuk
mengatasi berbagai macam persoalan yang menyimpang, meskipun dalam
pelaksanaan terdapat banyak tantangan dan hambatan baik dari orang-
orang yang sejak awal sudah apatis terhadap pergerakan FPI atau media-
media liberal yang tidak lepas dari pemberitaan negatif mengenai FPI.
Akan tetapi berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi tidak menjadi
halangan yang berarti untuk menjalankan peranan dan perjuangan FPI
dalam masyarakat.
Humas FPI berperan juga dalam menyampaikan perjuangan FPI
melalui dakwah kepada masyarakat. Selain menyampaikan visi misi FPI
kepada masyarakat mengenai tujuan FPI untuk menegakan amar maruf
nahi munkar, humas menyampaikan mengenai perjuangan FPI melalui
dakwah. Perjuangan FPI untuk menegakan syariat Islam dilakukan dengan
berbagai gerakan dan dakwah kepada masyarakat. Dakwah kepada
masyarakat yang dilakukan oleh FPI, diharapkan dapat diterima dengan
baik dan dapat memahami akan tujuan FPI untuk perjuangan dakwah. FPI
melakukan perjuangan dalam gerakan dan dakwahkepada masyarakat,
semuanya dilakukan untuk menegakan syariat Islam dan mengajak
masyarakat untuk patuh terhadap ajaran Islam melalui dakwah. Dengan
perjuangan melalui dakwah yang dilakukan oleh FPI, masyarakat
diharapkan dapat memahami dan memaknai tujuan FPI untuk perjuangan
Islam.
97
Fungsi humas dalam organisasi FPI yaitu sebagai corong suara
daripada sebuah organisasi dan sebagai penyambung lidah daripada
organisasi untuk menyampaikan visi dan misi perjuangan FPI. Saat
dibutuhkannya informasi atau pemahaman mengenai organisasi, humas
dapat menjelaskan dan menerangkan informasi mengenai organisasi FPI.
Organisasi FPI yang tidak hanya menjalin hubungan baik dengan internal
saja, akan tetapi dengan pihak eksternal yang membutuhkan banyaknya
informasi mengenai FPI. Pentingnya humas menjelaskan kepada pihak
eksternal mengenai FPI dan berbagai informasi yang terkait dengan
organisasi FPI, agar tidak terjadi kekeliruan antara masyarakat mengenai
pandangannya terhadap FPI atau informasi yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang terjadi. Banyaknya kekeliruan eksternal yang terjadi
disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai organisasi, sehingga
munculnya pandangan yang negatif terhadap organisasi.
Selanjutnya humas berfungsi untuk menyampaikan visi dan misi
organisasi FPI kepada masyarakat. Sama halnya dengan peran humas
dalam FPI, fungsi humas sendiri yaitu untuk menyampaikan visi dan misi
FPI yaitu dalam perjuangan menegakkan amar maruf nahi munkar.
Banyaknya masyarakat yang tidak mengetahui visi dan misi atau tujuan
organisasi, karena kurangnya informasi yang didapat mengenai organisasi.
Sehingga yang muncul dalam masyarakat adalah pandangan yang tidak
selaras dengan keinginan organisasi, humas harus mampu mengatasi hal-
hal yang berkaitan dengan infromasi yang didapat masyarakat mengenai
organisasi. Ketika masyarakat berpandangan negatif mengenai organisasi
98
karena pergerakan yang dilakukan,disebabkan dari kurangnya pemahaman
mengenai organisasi dan kenyataan yang terjadi yaitu masyarakat ada
yang tidak dapat menerima keberadaan organisasi FPI.
Menurut peneliti bahwa peran dan fungsi humas dalam organisasi
FPIdalam melakukan usaha untuk menjalin hubungan antara organisasi
dengan masyarakat sudah dilaksanakan, akan tetapi dalam hal ini peran
dan fungsi humas dalam membangun citra organisasi FPI belum
diperhatikan dan dilaksanakan. Padahal citra yang baik harus dibangun
dan diperbaiki oleh organisasi, karena keberhasilan dari organisasi
ditentukan juga oleh citra yang baik dalam masyarakat. Humas FPI
diharapkan mampu melaksanakan upaya dalam membangun citra
organisasi, agar terciptanya hubungan yang baik dengan masyarakat dan
dukungan terhadap organisasi. Karena melihat fakta yang terjadi saat ini
adalah organisasi FPI memiliki citra yang negatif dalam masyarakat,
terkait dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh FPI dan pemberitaan media
yang membentuk citra negatif FPI dimata masyarakat.
Dalam menanggapi citra negatifyang berkembang dalam
masyarakat, humas FPI harus berupaya memperbaiki dan mengubah citra
FPI menjadi positif. Citra positif selalu diharapkan setiap organisasi,
karena citra positif akan menjadi tolok ukur berhasilnya organisasi dalam
masyarakat. Selain dalam memperbaiki citra organisasi FPI, humas
memiliki banyak peran lainnya yaitu dalam mengatasi persoalan yang
dihadapi organisasi, ketika organisasi mengahadapi ancaman pembubaran,
serta persoalan lainnya yang membutuhkan peran humas.Peran humas
99
sangat penting dalam organisasi ketika organisasi menghadapi persoalan
atau ancaman, humas memiliki peran untuk membantu dan bekerjasama
dengan departemen lain untuk mengatasinya. Banyaknya persoalan dan
ancaman yang dihadapi oleh FPI, dengan adanya humas diharapkan dapat
menyelesaikan persoalan dan memberikan solusi untuk permasalahan yang
terjadi dalam organisasi. Permasalahan dalam organisasi harus
diselesaikan dengan melakukan berbagai upaya, dalam hal ini yang
memiliki peran penting yaitu humas.
Adanya permasalahan dan ancaman yang muncul dalam organisasi
FPI, termasuk salah satu ancaman yang dihadapi oleh FPI yaitu dalam
menghadapi ancaman pembuburan organisasi. Ancaman pembubaran yang
dilakukan kepada organisasi FPI terkait dengan aksi-aksi yang dilakukan
dan disebabkan oleh pemberitaan negatif mengenai FPI yang
mempengaruhi pandangan masyarakat. Dalam hal ini humas harus mampu
dan berupaya dalam menghadapi ancaman tersebut, dengan memperbaiki
situasi yang terjadi dalam masyarakat. Dengan berupaya melahiran
pandangan positif dalam masyarakat dan meninjau kembali aksi-aksi yang
akan dilakukan, walaupun aksi yang dilakukan untuk memperbaiki
kehidupan masyarakat akan tetapi tidak memberikan dampak yang negatif.
Humas harus mempersiapkan dengan matang mengenai strategi yang
berhubungan dengan peran humas, agar terciptanya hubungan yang baik
antara organisasi dengan masyarakat.
Adanya empat kategori peranan humas yang penting dimiliki oleh
organisasi, yaitu sebagai resep ahli yaitu humas yang memiliki keahlian
100100
tinggi dapat membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah
hubungan dengan publiknya, sebagai fasilitator komunikasi yaitu humas
bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak
manajemen dalam mendengar keinginan dari publik terhadap organisasi
dan mampu menjelaskan kembali keinginan dan harapan organisasi
kepada publiknya, sebagai pemecahan masalah yaitu humas merupakan
bagian dari tim manajemen untuk membantu pimpinan organisasi dalam
proses pemecahan persoalan atau krisis yang tengah dihadapi baik sebagai
penasihat dan mengambil tindakan keputusan, yang terakhir sebagai
teknisi komunikasi yaitu humas hanya menyediakan layanan teknis
komunikasi dan sistem komunikasi.78
Dalam organisasi FPI, humas hanya
memiliki peran sebagai fasilitator komunikasi yaitu humas bertindak
sebagai komunikator atau mediator dalam memberikan berbagai informasi
kepada masyarakat mengenai organisasi atau sebagai corong suara dari
organisasi. Terdapat kelemahan peran humas sebagai fasilitator
komunikasi di organisasi FPI yaitu hanya melakukan upaya untuk
menjelaskan keinginan dan harapan organisasi kepada publiknya, akan
tetapi belum dapat mendengar keinginan publik terhadap organisasi. Apa
saja yang publik inginkan dan harapkan dari organisasi belum mendapat
perhatian yang matang, sehingga citra negatif mengenai organisasi masih
tumbuh dan berkembang.
Pentingnya perhatian terhadap publik mengingat organisasi
FPIberdiri untuk melayani masyarakat dan tumbuh dalam masyarakat,
78 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 21-25.
101101
maka harus memperhatikan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Meskipun dapat disadari bahwa tidak semua masyarakat mendukung
terhadap gerakan dan tujuan organisasi, akan tetapi humasharus tetap
melakukanberbagai upaya untuk menjalin hubungan yang baik dengan
masyarakat dan memperbaiki citra organisasi. Terjalinnya hubungan yang
baik antara organisasi dengan masyarakat akan memudahkan juga bagi
organisasi FPI untuk menjelaskan keinginan dan harapan kepada
masyarakat, serta memudahkan dalam mengatasi berbagai persoalan,
tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh FPI. Keinginan untuk
mencapai tujuan mau pun terlaksananya visi misi organisasi FPI dalam
masyarakat merupakan harapan yang diinginkan dan dicita-citakan dalam
tubuh FPI. Dalam melaksanakan tujuan serta cita-cita FPI, diharapkan
dilaksanakan dengan terstruktur dan dibantu dengan kerjasama humas.
2. Kegiatan Humas Front Pembela Islam (FPI)
Banyak sekali mereka mengerjakan kegiatan-kegiatannya, membuat
media, membuat buletin dan sebagainya. Untuk yang terbaru membuat
televisi. Media itu baik media cetak mau pun media elektronik.79
Kegiatan yang dilakukan oleh humas dalam organisasi FPI yaitu
melaksanakan kegiatan-kegiatan, membuat media baik media cetak mau
pun elektronik seperti membuat buletin dan yang terbaru membuat televisi.
Kegiatan yang dilakukan oleh humas dalam organisasi FPI yaitu dalam
memberikan informasi mengenai organisasi kepada masyarakat dan
79 Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
102102
menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi,
baik yang berjangka panjang mau pun berjangka pendek. Kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh humas ada yang melibatkan kerjasama dengan
departemen lain dalam organisasi, termasuk dalam mengatasi tantangan
dan hambatan yang dihadapi oleh organisasi.
Kegiatan humas dalam membuat media, baik media cetak mau pun
elektronik seperti buletindan televisi FPI. Media sangat penting dalam
membantu menyampaikan berbagai informasi, baik informasi kepada
pihak internal mau pun pihak eksternal organisasi yang membutuhan
keberadaan media sebagai sumber informasi. Humas menggunakan
berbagai media untuk melaksanakan kegiatannya, dengan adanya media
diharapkan dapat mendukung berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh humas dengan dukungan media
menjadi bagian penting dalam tahapan kegiatan humas. Dalam organisasi
FPI membuat buletin sebagai salah satu media khusus dalam kerja humas.
Buletin yang rutin dibuat untuk pelaksanaan kegiatan humas dalam
organisasi FPI, menunjang dalam setiap kegiatan humas baik yang
berhubungan dengan organisasi atau yang menyangkut dalam urusan
humas. Organisasi FPI memberikan kepercayaan dalam menangani media
yang ada dalam organisasi kepada humas, agar tercapainya kegiatan
humas dan tujuan organisasi yang diharapkan.
Media selajutnya yaitu televisi FPI sebagai media elektornik dalam
pelaksanaan kegiatan humas. Humas dapat memanfaatkan media baru
103103
yaitu televisi FPI sebagai sumber informasi untuk masyarakat dan salah
satu media yang memberikan informasi yang sesuai dengan fakta yang
terjadi dalam FPI. Dengan adanya televisi FPI, dapat menjawab tantangan
dari media-media yang memberikan pemberitaan negatif kepada
masyarakat. Masyarakat dapat mendapat informasi atau pemberitaan yang
diinginkan secara langsung dari media televisi FPI, bukan dari
pemberitaan media-media lain. Televisi FPI diharapkan mengatasi
pandangan negatif masyarakat terhadap FPI yang berasal dari pengaruh
media-media.
2.1 Televisi FPI sebagai salah satu media dalam kegiatan humas.
Sumber: www.suara-islam.com (Diakses pada Tanggal 8 Juli 2014)
Televisi FPI sebagai bagian dari media dalam kegiatan humas,
dapat dijadikan kesempatan dan dimanfaatkan dengan baik dalam
melaksanakan peran humasuntuk memperbaiki citra FPI. Humas dapat
berupayamengembangkan media televisi FPI dalam masyarakat, agar
104104
informasi yang didapat merupakan informasi yang kredibel karena didapat
langsung dari FPI bukan dari media-media lain.
Menurut peneliti bahwa humas FPI hanya melakukan kegiatan-
kegiatan dan membuat media cetak atau media elektronik berupa buletin
dan televisi. Sedangkan masih banyak tahapan kegiatan yang harus
dilakukan oleh humas FPI, baik yang berjangka panjang mau pun pendek.
Dalam melakukan kegiatan humas, FPI harus mempunyai perencanaan
yang cermat dalam melakukan tahapan-tahapan kegiatan. Perencanaan
dalam kegiatan humas sangat penting karena untuk memperoleh hasil-hasil
yang nyata untuk mencapai tujuan. Dengan adanya perencanaan yang
dibuat, akan menjadi tolok ukur dalam organisasi untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Tujuan apa saja telah dicapai dan menentukan tujuan
selanjutnya. Tanpa adanya kegiatan yang terencana dengan baik, seorang
humas akan kehilangan arah karena sulit mengukur sejauh mana kemajuan
yang telah dicapai dan hasil yang telah dihasilkan.
Keberhasilan organisasi juga dapat dilihat dari tercapainya tujuan-
tujuan yang telah direncanakan dengan baik, semuanya akan terwujud
dengan perencanaan yang matang terarah. Dengan perencanaan, humas
tidak akan kehilangan arah dalam melaksanakan kegiatan. Terdapat model
perencanaan humas yang harus diterapkan dalam organisasi FPI, yaitu
pemahaman terhadap situasi termasuk tujuan humas yang ingin dicapai
adalah mengubah sikap negatif menjadi sikap positif, penetapan tujuan
dalam kegiatan humas diantaranya adalah untuk mengubah citra umum di
105105
mata publik dan untuk memperbaiki hubungan antara organisasi dengan
publiknya, untuk mengenali dan membatasi khalayaknya, untuk pemilihan
media dan teknik-teknik humas yaitu dunia humas dapat menggunakan
berbagai media khusus seperti jurnal-jurnal internal, buletin, atau sekadar
majalah dinding, untuk menyusun perencanaan anggaran, serta
pengukuran hasil yaitu mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai.
Dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh humas FPI, tidak
adanya perencanaan yang cermat dalam melakukan tahapan-tahapan
kegiatan. Perlunya perencanaan dalam organisasi FPI untuk menentukan
tujuan-tujuan dan hasil yang telah dicapai. Sehingga tercapainya tujuan-
tujuan yang diharapkan oleh FPI yaitu dengan menyusun perencanaan,
agar kegiatan humas terstruktur dan terorganisir dengan baik. Melihat
model perencanaan yang telah dijelaskan sebelumnya, FPI belum
memeperhatikan akan pentingnya perencanaan untuk mencapai tujuan
diterapkan dalam organisasi. Kegiatan humas FPI hanya meliputi
perencanaan dalam pemilihan media yaitu dengan menggunakan berbagai
media baik media cetak mau pun media elektronik seperti buletin dan
televisi FPI, serta pengukuran hasil yaitu mengevaluasi berbagai kegiatan
FPI dan hasil yang telah dicapai.
Belum adanya perencanaan yang matang dalam setiap kegiatan
humas di organisasi FPI, padahal pentingnya perencanaan yang dibuat
untuk mencapai tujuan. Banyaknya perencanaan yang belum disadari
dalam organisasi FPI, termasuk dalam mengenali situasi yang dalam
106106
masyarakat dengan upaya yang dilakukan oleh humas dalam mengubah
sikap negatif menjadi positif, karena dapat diketauhi bahwa adanya citra
negatif dalam masyarakat terhadap FPI. Maka perlunya mengubah sikap
masyarakat yang negatif mengenai organisasi yang dipengaruhi juga oleh
media, berubah menjadi positif dalam pandangannya terhadap organisasi.
Ketika humas dapat mengubah sikap masyarakat yang negatif terhadap
FPI, berarti humas dapat mengenali situasi dan melaksanakan tujuan.
Selanjutnya perlu di terapkan dalam organisasi FPI yaitu dalam penetapan
tujuan apa saja yang ingin dicapai dalam kegiatan humas, diantaranya
untuk megubah citra umum di mata publik, sama halnya dengan
mengenali situasi yaitu mengubah citra menjadi positif di mata publik dan
untuk memperbaiki hubungan antara organisasi dengan publiknya. Justru
dalam hal ini teramat penting dalam perencanaan kegiatan humas, karena
selama ini citra FPI dalam masyarakat yaitu dipandang negatif. Maka
humas perlu menetapkan tujuan untuk mengubah sikap negatif menjadi
positif dan mengubah citra yang positif di mata publik. Dengan adanya
penetapan humas FPI dalam melaksanakan tujuan untuk mengubah sikap,
maka adanya terfokus pada tujuan tersebut dan upaya untuk mencapainya.
Sehingga yang diharapkan oleh humas dalam mengubah sikap menjadi
positif akan berhasil dilakukan. Termasuk dalam mengubah citra umum
yaitu keinginan untuk mengubah citra publik menjadi positif terhadap
organisasi, agar terjalinnya hubungan yang baik antara organisasi dengan
publiknya.
107107
Perencanaan terakhir yang harus diterapkan dalam kegiatan humas
FPI yaitu dalam mengenali khalayaknya dan untuk menyusun perencanaan
anggaran. Dengan mengenali khalayak diharapkan organisasi dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat, walaupun dapat diketahui bahwa
sebesar apa pun organisasi tidak akan dapat menjangkau semua orang,
akan tetapi perlu dilakukan upaya untuk menjangkau beberapa masyarakat
dengan bantuan teknologi dan berbagai macam media. Humas FPI dalam
kegiatannya harus dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat karena
tujuan dalam organisasi adalah memperbaiki sektor kehidupan. Dengan
terjangkaunya masyarakat dari berbagai lapisan, diharapkan dapat
memberikan berbagai informasi mengenai organisasi FPI. Belum adanya
penyusunan anggaran yang tepat dalam kegiatan humas di FPI,
menyebabkan belum maksimalnya kinerja yang dilakukakan oleh humas
FPI dalam kegiatannya. Seharusnya penyusunan anggaran perlu
diperhatikan untuk pemakaian jam kerja yaitu gaji pegawai dan
pengeluaran lain yang cukup besar termasuk pemakaian alat operasional.
Gaji pegawai yang harus diperhatikan karena humas merupakan kegiatan
yang padat karya dan alat operasional yang digunakan dalam kegiatan
humas termasuk membuat buletin dan televisi FPI.
FPI mengadakan munas dan ada mukernas. Mukernas itu adalah
musyawarah kerja, musyawarah kerja itu adalah penyusunan program.
Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi, humas tidak
selalu menghadiri kegiatan karena humas berperan untuk menjelaskan
108108
memberikan pemahaman tentang peran dan fungsi organisasi.80
Penyusunan program pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh humas
FPI yaitu dalam mengadakan munas dan mukernas. Mukernas merupakan
musyawarah kerja untuk penyusunan program kegiatan, baik kegiatan
yang dilakukakan oleh humas mau pun kegiatan yang dilakukakan oleh
organisasi secara keseluruhan. Program kegiatan apa saja yang akan
dilakukan oleh humas dalam pelaksanaan kegiatan, baik program jangka
panjang mau pun jangka pendek yang dimiliki oleh humas. Dalam
mukernas terdapat penyusunan tujuan-tujuan apa saja yang ingin dicapai
atau sasaran yang diharapkan dari organisasi. Selanjutnya diadakan
evaluasi untuk megukur apakah tujuan tercapai sesuai dengan yang
direncanakan dan meninjau setiap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Dalam organisasi FPI humas tidak mengikuti semua kegiatan yang
dilaksanakan oleh organisasi. Humas hanya mengikuti kegitan-kegiatan
tertentu saja yang membutuhkan peran dan fungsi humas, karena humas
berperan untuk menjelaskan, memberikan pemahaman tentang peran dan
fungsi organisasi. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh humas dalam
melaksanakan perannnya, terdapat juga dukungan dari organisasi. Dengan
adanya dukungan dan kerjasama dalam organisasi yaitu dengan
departemen lainuntuk melaksanakan kegiatan humas, diharapkan
tercapainya tujuan yang direncanakan dalam organisasi. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam organisasi tidak semua diikuti oleh humas, akan tetapi
80
Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
109109
humas ikut berpartisipasi dalam pencapaian tujuan dalam setiap kegiatan
yang dilakukan. Humas mengetahui kegiatan organisasi apa saja yang
membutuhkan peran humas dalam pelaksanaannya, termasuk kegiatan
yang berhubungan dengan publik atau masyarakat. Ada pun kegiatan yang
tidak perlu adanya peran humas dalam pelaksanaannya, akan tetapi dalam
evaluasi yang dilakukakan setelah kegiatan terdapat tantangan dan
hambatan yang memerlukan peran humas untuk mengatasinya.
Menurut peneliti bahwa dalam penyusunan program pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan oleh FPI yaitu dalam munas dan mukernas untuk
musyawarah kerja secara keseluruhan dalam organisasi, tidak dikhususkan
pada departemen-departemen tertentu saja. Belum adanya penyusunan
program pelaksanaan kegiatan dalam bidang tertentu di organisasi FPI,
termasuk dalam penyusunan program pelaksanaan kegiatan humas.
Perlunya penyusunan program dalam organisasi yang secara khusus dalam
kerja humas saja karena diharapkan dapat membuat perencanaan yang
lebih matang dan dapat mengevaluasi mengenai tujuan apa saja yang
sudah dicapai dan menentukan tujuan selanjutnya. Ketika penyusunan
program kegiatan dilaksanakan secara khusus hanya dalam kerja humas,
maka akan diketahui lebih dalam mengenai kegiatan apa saja yang sudah
berjalan dengan baik dan kegiatan yang menghadapi persoalan dalam
pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi,
tidak semua kegiatan dihadiri oleh humas. Humas hanya menghadiri
110110
kegiatan yang membutuhkan adanya peran humas saja, akan tetapi
perlunya humas untuk memantau dan mengetahui setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh FPI. Pentingnya humas dalam mengukur sejauh mana
kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dan mengetahui hambatan apa
saja yang dihadapi. Dalam melaksanakan berbagai kegiatan organisasi
harus dibuatnya penyusunan kegiatan, termasuk dalam menentukan
kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan dalam setiap kegiatan humas.
Belum adanya kegiatan yang benar-benar dikhususkan untuk peran humas
dalam mencapai tujuan yang diharapakan, karena belum adanya
penyusunan kegiatan yang terstruktur dalam organisasi FPI sehingga sulit
untuk menentukan tujuan-tujuan apa saja yang harus dijalankan sesuai
dengan peran humas. Maka organisasi FPI harus memiliki penyusunan
yang terstruktur dengan baik agar tercapainya tujuan-tujuan organisasi.
Banyaknya tugas dan wewenang humas dalam FPI, diantara
tugasnya itu memberikan penjelasan, menjawab, menerangkan merupakan
bagian dari peran humas.81
Selanjutnya tugas dan wewenang humas FPI
dalam melaksanakan kegiatan, diantaranya yaitu memberikan penjelasan,
menjawab dan menerangkan bagian dari humas. Dalam menjalankan tugas
humas yaitu dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai
keinginan akan informasi yang dibutuhkan mengenai FPI. Masyarakat
dapat mendapat informasi dari humas karena humas sebagai komunikator
dalam organisasi, maka humas bertugas menyampaikan berbagai informasi
81
Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
111111
yang ingin masyarakat ketahui dari organisasi. FPI sebagai organisasi
dalam masyarakat, sehingga apa pun yang berhubungan dengan organisasi
akan dijawab dan dapat dijelaskan oleh humas.Selain mengenai informasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat, humas dapat memberikan penjelasan
mengenai persoalan atau permasalahan yang dihadapi oleh FPI.
Permasalahan yang terjadi terhadap organisasi, baik yang menghadapi
pihak internal mau pun pihak eksternal harus dapat diatasi oleh humas dan
memberikan solusi terhadap permasalahan.
Humas FPI bertugas untuk menjelaskan berbagai permasalahan,
termasuk dalam memberikan pejelasan terhadap tantangan dan hambatan
yang dihadapi oleh FPI. Humas juga memiliki tugas dalam membantu FPI
untuk menjelaskan kegiatan atau tujuan apa yang sudah direncanakan
dalam organisasi, baik kegiatan yang bersifat internal mau pun eksternal
yang membutuhkan dukungan masarakat. Humas FPI bertindak dalam
memberikan penjelasan maksud dan tujuannya kegiatan sehingga dapat
tercapainya tujuan organisasi dengan baik. Terutama ketika FPI
menjalankan kegiatan dan adanya tantangan yang dihadapi, humas
membantu menerangkan kembali mengenai keinginan organisasi untuk
melaksanakan kegiatan tanpa adanya efek negatif yang muncul dalam
pelaksnaan. Sehingga masyarakat dapat memahami akan pelaksanaan yang
diharapkan dan dicita-citakan organisasi adalah semata-mata untuk
kepentingan bersama.
112112
Tugas humas FPI dalam menjawab dan menerangkan kepada
masyarakat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan organisasi. Ketika
masyarakat membutuhkan pendapat atau penjelasan dari organisasi, tugas
humas dapat menerangkan apa saja yang diinginkan oleh publik. Dengan
menjawab berbagai informasi yang dibutuhkan oleh publik mengenai
organisasi adalah tugas dari humas. Humas menerangkan secara jelas
mengenai kegiatan yang akan dilakukan oleh FPI, baik kepada pihak
internal mau pun eksternal dengan berbagai alasan dalam melaksanakan
kegiatan. Apabila adanya masalah yang muncul dalam FPI, tugas humas
adalah untuk menjawab permasalahan tersebut dalam masyarakat dan
dapat menerangkan permasalahan apa saja yang dihadapi oleh FPI.
Dengan begitu pemahaman dan pengertian masyarakat mengenai
organisasi dapat terjalin dan tidak adanya kesalah pahaman yang
menyebabkan munculnya pandangan negatif masyarakat.
Saat organisasi FPI menghadapi permasalahan dan belum dapat
diatasi dengan baik, humas bertugas untuk mengklarifikasi permasalahan
yang terjadi. Dengan mengetahui akar dari permasalahan yang dihadapi
oleh organisasi, baik permasalahan dari dalam organisasi atau pun di luar
organisasi diharapkan dapat terselesaikan dan ditemukan solusi
daripermasalahan yang dihadapi organisasi. Memberikan solusi untuk
setiap permasalahan yang dihadapi oleh organisasi merupakan bagian dari
tugas humas dalam FPI. Humas dapat memberikan masukan yang berarti
untuk mengatasi permasalahan atau hambatan yang dihadapi, agar
113113
terlaksananya program yang diharapkan berjalan dengan baik dan
tercapainya tujuan yang diinginkan. Ketika pertanyaan muncul dalam
benak masyarakat mengenai organisasi dalam menghadapi permasalahan,
humas FPI akan menjawab dan menerangkan solusi terhadap
permasalahan dan langkah apa yang akan diambil untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi FPI.
Menurut peneliti bahwa tugas humas dalam melaksanakan kegiatan
sudah dilakukan dalam organisasi FPI yaitu melaksanakan kegiatan dalam
memberikan penjelasan, menjawab dan menerangkan. Dalam hal ini tugas
dalam melaksanakan kegiatan yang dimiliki oleh humas FPI sama halnya
dengan peran yang dimiliki oleh humas, dalam melaksanakan berbagai
macam kegiatan untuk mencapai tujuan humas, memberikan penjelasan
kepada masyarakat mengenai informasi yang dibutuhkan mengenai
organisasi, menjawab dan menerangkan berbagai pertanyaan masyarakat
terhadap organisasi baik mengenai permasalahan yang dihadapi oleh
organisasi atau pun pemahaman mengenai organisasi. Dalam hal ini belum
adanya tugas humas dalam organisasi FPI mengenai pelaksanaan kegiatan
yang berhubungan dengan citra negatif yang berkembang dalam
masyarakat. Citra negatif yang dipandang masyarakat merupakan
permasalahan penting dan harus diatasi oleh humas. Seharusnya humas
memberikan pejelasan kepada masyarakat terakit dengan upaya humas
dalam memperbaiki citra FPI.
114114
Selanjutnya selain humas memiliki tugas dalam melaksanakan
kegiatan di organisasi FPI, humas juga harus memiliki wewenang dalam
melaksanakan kegitannya. Akan tetapibelum adanya wewenang dalam
melaksanakan kegiatan humas di organisasi FPI, karena humas hanya
memiliki tugas untuk menjelaskan dan menjawab keinginan masyarakat
terhadap organisasi. Pentingnya wewenang dalam melaksanakan kegiatan
humas, karena humas juga sebagai pengambil tindakan eksekuasi atau
keputusan dalam membantu organisasi memecahkan permasalahan yang
dihadapi. Jadi pentingnya humas dalam organisasi FPI diharapkan dapat
menjalankan tugas dan wewenangnya, baik sebagai penasihat atau sebagai
pengambil keputusan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Dapat juga dilakukannya kerjasama humas dengan departemen lain dalam
organisasi.
C. Citra dalam Organisasi Front Pembela Islam (FPI)
Citra tidak dapat dilepaskan dari keberadaan organisasi, karena citra
merupakan kepribadian yang melekat dalam suatu organisasi. Keberhasilan
sebuah organisasi juga dapat ditentukan oleh citra yang dimiliki, baik citra
positif atau negatif masyarakat. Citra yang diperoleh mengenai organisasi
dapat dibentuk dari adanya persepsi yang berkembang dalam masyarakat dan
realitas yang muncul dalam media. Terbentuknya citra adalah adanya persepsi
yang muncul dan berkembang terhadap organisasi, maka pentingnya dalam
memahami organisasi agar dapat memperoleh persepsi yang sesuai dengan
115115
realitas yang ada.82
Masyarakat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari
setiap individunya terhadap organisasi, sehingga memunculkan citra yang
berbeda pula dalam masyarakat. Citra di mata masyarakat dapat terlihat dari
pendapat atau pola pikir pada saat mempersepsikan realitas yang terjadi.
Masyarakat dapat memberikan pendapat mengenai organisasi menurut
pola pikir yang dimiliki, baik atau buruknya sebuah organisasi dapat
ditentukan dari pendapat setiap individu terhadap realitas yang terjadi. Maka
untuk mendapatkan citra yang diinginkan dan diharapkan oleh organisasi
harus dipahami proses apa yang terjadi ketika masyarakat menerima informasi
mengenai realitas yang terjadi. Selanjutnya citra yang akan terbentuk
ditentukan oleh bagaimana humas mampu membangun persepsi yang
didasarkan oleh realitas. Humas harus mengetahui sikap masyarakat terhadap
organisasi, memahami apa yang masyarakat sukai dan tidak sukai mengenai
organisasi, serta memberikan pemahaman mengenai organisasi, sehingga
munculnya pemahaman dalam masyarakat yang sesuai dengan realitas yang
terjadi dalam organisasi untuk membentuk citra yang positif.
Terdapat beberapa jenis citra yang ada dan sesuai dalam sebuah
organisasi, dalam hal ini terkait dengan jenis citra yang berlaku (current
image) adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar
mengenai suatu organisasi. Sama halnya dengan citra bayangan, citra yang
berlaku tidak selamanya, bahkan jarang sesuai dengan kenyataan dan
82 Frazier Moore, Humas Membangun Citra dengan Komunikasi, (PT Remaja
Rosdakarya: Bandung, 2005), cet ke 2, hlm. 115.
116116
cenderung negatif karena penuh dengan prasangka pihak luar yang tidak
memiliki informasi tepat mengenai organisasi.83
Citra yang dipandang oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi
tidak selamanya tepat dan sesuai dengan kenyataan. Citra yang dimiliki
cenderung negatif karena kurangnya informasi yang dimiliki pihak luar
mengenai organisasi. Informasi atau pemahaman terhadap organisasi belum
tentu sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi karena pihak luar hanya
menduga-duga dan penuh prasangka dalam memberi anggapan mengenai
organisasi. Biasanya anggapan pihak luar dipengaruhi oleh padangan yang
berkembang dalam benak publik dan muncul dari media, sehingga yang
diperoleh adalah gambaran yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Untuk
menghindari prasangka tersebut pihak luar harus mengetahui lebih dalam lagi
tentang organisasi dan tidak terpengaruh terhadap pandangan yang
berkembang, agar didapat pandangan yang tepat dan terhindar dari
kecenderungan menilai negatif.
1. Strategi dalam Memperbaiki Citra Front Pembela Islam (FPI)
Menurut FPI apa yang musti diperbaiki, karena FPI sudah baik dari
awal juga. Citra yang dibuat itu tadi saya bilang juga itulah dari media
tidak ada masalah. FPI mau dicitrakan apa saja silahkan, karena kita ini
dari awal juga sudah bagus kenapa musti bingung. Jadi begini kalau
masalah citra itu karena sebetulnya dari awal juga citra FPI itu dibentuk
oleh media yang membentuk bahwa FPI. Apa citra yang dibangun oleh
83
Frank Jefkins&Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 20-23.
117117
media massa ya itu sebetulnya ya media massa yang membangun bahwa
citra FPI tidak baik. Selama ini tidak ada masalah dengan citra FPI. Media
sendiri yang memutar balikan fakta dan membuat bahwa opini FPI begitu
begini itu adalah media itu sendiri yang membuatnya karena terbukti 15
tahun kan eksis tidak ada masalah di masyarakat dan masyarakat bisa
menerima.84
Dalam organisasi FPI humas berpendapat bahwa tidak perlu ada
yang harus diperbaiki dalam organisasi FPI, karena sejak awal berdirinya
FPI sudah baik tidak ada masalah. Citra yang berkembang dalam
masyarakatadalah berasal dari media dan dibuat oleh media sendiri, media
yang menciptakan citra FPI yang negatif. Citra negatif mengenai FPI
dibuat oleh media yang dari awal sudah tidak sukadengan FPI termasuk
media-media liberal yang apatis terhadap pergerakan yang dikakukan oleh
FPI. FPI sebagai organisasi Islam dengan tujuan menegakkan syariat Islam
dan memperbaiki berbagai sektor kehidupan dengan aksi-aksi yang
dilakukan dalam masyarakat. Dari berbagai aksi yang dilakukan oleh FPI
dalam masyarakat, yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh media-
media dalam memberikan pemberitaan negatif mengenai FPI kepada
masyarakat, sehingga munculnya citra negatif FPI.
Citra FPI yang negatif dalam masyarakat tidak luput dari besarnya
pengaruh media dalam menyampaikan pemberitaan mengenai organisasi
FPI. Berbagai pemberitaan FPI yang disampaikan kepada masyarakat
84
Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
118118
terkait dengan aksi-aksi yang dilakukakan oleh FPI, tidak lepas dari
penyampaian pemberitaan yang negatif. Pemberitaan negatif dari media
menciptakan citra negatif dalam masyarakat, karena media memiliki peran
yang sangat penting dalam masyarakat dan media berperan dalam
pembentukan citra. Terbentuknya citra masyarakat juga dipengaruhi oleh
realitas yang muncul dalam media dan persepsi yang berkembang dalam
masyarakat. Saat media menyampaikan pemberitaan yang negatif
mengenai FPI kepada masyarakat, maka citra yang negatif pula yang
berkembang dalam masyarakat. Terutama pemberitaan yang tidak hanya
satu kali disampaikan kepada masyarakat, dengan banyaknya intensitas
pemberitaan negatif dari media dapat dengan sendirinya menciptakan
persepsi masyarakat yang membentuk citra.
Citra negatif FPI dari pemberitaan media tidak hanya disebabkan
dari intensitas pemberitaannya saja, akan tetapi pemberitaan yang muncul
pada media-media yang cenderung negatif mengenai FPI. Dalam kegiatan
yang dilakukan oleh FPI, tidak hanya melakukan aksi-aksi dan unjuk rasa
saja akan tetepi melakukan juga banyak kegiatan kemanusiaan atau aksi
sosial. Tetapi aksi-aksi sosial yang dilakukan oleh FPI tidak luput dari
pemberitaan media, sehingga yang muncul dalam tubuh FPI adalah media-
media hanya meliput berita-berita negatif saja yang memojokan FPI.
Termasuk berita kekerasan atau anarkis yang dilakukan oleh FPI, tidak
luput dari pemberitaan media. Media sebagai sumber informasi dalam
119119
masyarakat dan dapat membentuk opini publik, sehingga dengan mudah
juga membentuk citra negatif masyarakat terhadap FPI.
Baik media cetak mau pun media elektronik tidak dapat terlepas
dari besarnya pengaruh pembentukan citra negatif FPI dalam masyarakat.
Berbagai pemberitaan yang dimuat oleh media, baik media televisi yang
menayangkan pemberitaan aksi-aksi yang dilakukan oleh FPI, media cetak
yang memuat tentang keanarkisan yang dilakukan oleh FPI, serta masih
banyak lagi media-media lainnya yang menyampaikan pemberitaan
negatif mengenai FPI. Semua pemberitaan media-media yang membentuk
citra negatif FPI di masyarakat tidak lepas dari kepentingan-kepentingan
yang ingin dilakukan baik media-media liberal yang ingin memojokkan
Islam dan FPI atau pun orang-orang yang sejak awal keberadaan FPI
sudah apatis terhadap pergerakan FPI. Pergerakkan FPI dengan dasar
menegakkan syariat Islam dan dikenal dengan sebutan organisasi radikal
fundamentalis karena aksi-aksi yang dilakukan, dipengaruhi juga oleh
media-media yang membentuk citra negatif FPI sehingga FPI dikenal
sebagai organisasi Islam garis keras. Citra negatif yang melekat pada FPI
muncul seiring dengan beragamnya media yang memberitakan FPI.
Citra yang berkembang dalam masyarakat mengenai FPI berasal
dari media, karena dengan pemberitaan dari media sangat berpengaruh
besar dalam menciptakan opini publik dan citra organisasi. Citra
organisasi pada mulanya tidak ada masalah dan berjalan selaras dengan
apa yang diinginkan oleh organisasi. Akan tetapi seiring dengan
120120
berkembangnya organisasi dan melaksanakan berbagai program kegiatan
yang tidak luput dari permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh
organisasi termasuk permasalahan mengenai citra negatif terhadap
organisasi. Citra negatif yang berasal dari pemberitaan media yang muncul
pada organisasi FPI menandakan bahwa terdapat permasalahan dan
hambatan yang dihadapi oleh organisasi dan diharapkan adanya upaya
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Citra negatif yang berasal dari media memberikan dampak negatif
pula bagi organisasi, karena setiap organisasi pasti melakukan upaya untuk
mempertahankan citra positif dalam masyarakat. Organisasi ingin
dipandang baik dan positif oleh masyarakat luas termasuk FPI, baik dalam
setiap kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi memerlukan
dukungan dari masyarakat. Akan tetapi seiring dengan perkembangan
teknologi dan media saat ini yang tidak lepas dari berbagai informasi atau
pemberitaan yang disampaikan kepada masyarakat. Pemberitaan yang
disampaikan baik positif atau pun negatif, tidak luput dari minat
masyarakat yang selanjutnya melahirkan citra. Citra FPI yang berkembang
dalam masyarakat diperoleh dari pemberitaan negatif media-media
terhadap organisasi sehigga memunculkan citra negatif pada masyarakat.
Citra sebagai kepribadian organisasi yang sejak awal dibangun oleh FPI,
dihadapkan pada kenyataan bahwa terdapat media-media yang ingin
mencitrakan negatif organisasi FPI. Ketika pencitraan negatif FPI berhasil
121121
dilakukan oleh media, muncul pandangan dan sikap yang negatif dari
masyarakat terhadap organisasi.
Citra dan sikap negatif masyarakat terhadap organisasi FPI dari
pemberitaan yang dibuat oleh media, berdampak negatif pula bagi
berjalannya kegiatan dan tujuan organisasi. Karena citra yang negatif
terhadap FPI menyebabkan sulitnya dalam memberikan penjelasan kepada
masyarakat mengenai kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai oleh FPI,
serta tidak adanya dukungan dari masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan
atau program. Masyarakat yang sudah memiliki citra negatif pada
organisasi juga tidak mudah dalam menjalin kerjasama dan hubungan
komunikasi dengan organisasi. Tanpa adanya citra negatif dalam
masyarakat, akan ada hubungan komunikasi antara organisasi dengan
masyarakat begitu juga sebaliknya. Citra negatif yang dibuat oleh media
berupa pemberitaan yang menyudutkan FPI, tidak akan lepas dari
pandangan masyarakat seiring dengan masih banyaknya pemberitaan
negatif mengenai FPI yang berkembang dalam masyarakat.
Media yang membuat pemberitaan negatif FPI terkait dengan aksi-
aksi yang dilakukan, maka media pula yang menciptakan citra negatif FPI
dalam masyarakat. Selama FPI masih melakukan kegiatan dan aksi-
aksinya, selama itu pula media-media akan mencari pemberitaan. Berita
yang dibuat oleh media untuk disampaikan kepada masyarakat tidak
menjadi masalah apabila berita yang disampaikan berimbang dengan apa
yang terjadi di organisasi FPI. Yang menjadi masalah dan yang
122122
menjadikan citra negatif FPI adalah ketika informasi pemberitaan media
tidak sesuai dengan fakta yang terjadi atau malah ada yang dilebih-
lebihkan. Disinilah masalah yang muncul mengenai pemberitaan media-
media yang tidak berimbang dan sesuai dengan yang terjadi, yang
kemudian dapat menciptakan sebuah citra negatif FPI dalam masyarakat.
Pentingnya upaya untuk memperbaiki citra negatif dalam organisasi FPI,
agar tercapainya tujuan dan cita-cita organisasi sesuai dengan yang
diinginkan.
Citra yang terdapat dalam organisasi FPI yaitu jenis citra yang
berlaku (current image), karena citra yang berlaku dalam FPI tidak
selamanya, jarang sesuai dengan kenyataan yang terjadi dalam tubuh
organisasi dan cenderung negatif karena penuh dengan prasangka
masyarakat yang tidak memiliki informasi tepat mengenai organisasi FPI.
Citra yang dimiliki cenderung negatif karena disebabkan oleh
kurangnya informasi yang dimiliki masyarakat mengenai organisasi dan
pandangan masyarakat terkait dengan aksi-aksi anarkis yang dilakukan
oleh FPI. Informasi atau pemahaman masyarakat terhadap organisasi
belum tentu sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi karena pihak luar
hanya menduga-duga dan penuh prasangka dalam memberi anggapan
mengenai organisasi FPI. Biasanya anggapan masyarakat dipengaruhi oleh
padangan yang berkembang dalam benak publik dan muncul dari media.
Dalam hal ini citra negatif publik mengenai FPI tidak terlepas dari
123123
pemberitaan negatif media, sehingga yang diperoleh adalah gambaran
organisasi FPI yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
Menurut peneliti bahwa citra negatif FPI yang berkembang dalam
masyarakat, baik citra yang berasal dan dibuat oleh media atau pun media
yang menciptakan citra FPI yang negatif. Semuanya merupakan upaya
media yang memiliki kepentingan untuk memberikan citra negatif
organisasi FPI kepada masyarakat melalui pemberitaan. Pemberitaan
negatif yang diberikan oleh media sangat berpengaruh besar terhadap
masyarakat, sehingga munculnya permasalahan dalam menghadapi citra
negatif FPI. Dalam mengatasi permasalahan mengenai citra negatif FPI
yang berkembang dalam masyarakat, perlunya dilakukan strategi untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Strategi dilaksanakan oleh humas
bersama dengan organisasi untuk memperbaiki citra FPI, baik citra dalam
masyarakat mau pun media. Citra organisasi sangat penting untuk
dipertahankan dan dibangun, oleh sebab itu ketika organisasi mengalami
permasalahan dalam memperoleh citra negatif, perlu adanya upaya yang
keras untuk mengembalikan citra organisasi menjadi citra positif.
Pentingnya FPI dalam memperbaiki citra organisasi yang
dipandang negatif oleh masyarakat, karena citra merupakan kepribadian
organisasi. Selain melihat keberhasilan organisasi dari prestasi yang telah
dicapai, keberhasilan organisasi juga dapat diliat dari citra yang dimiliki,
apakah citra yang dimiliki baik atau buruk. Maka penting bagi FPI untuk
selalu meninjau dan memperbaiki citra organisasi dalam masyarakat.
124124
Masyarakat berperan penting dalam mencapai keberhasilan organisasi
karena organisasi FPI muncul dalam masyarakat dan untuk melayani
masyarakat, sehingga penting memperhatikan bagaimana pandangan dan
apa yang diinginkan oleh masyarakat. Pentingnya keberhasilan organisasi
menjadi acuan dalam melaksanakan setiap kegiatan organisasi, termasuk
dalam menciptakan citra positif dalam masyarakat terhadap organisasi.
Untuk menjalankan dan menciptakan citra positif dalam masyarakat, harus
adanya strategi yang dilaksanakan untuk mencapainya.
Dalam organisasi FPI tidak adanya strategi yang terstrukutur, baik
strategi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi atau pun strategi dalam
memperbaiki citra organisasi yang menjadi salah satu peran humas.
Memperbaiki citra merupakan salah satu peran dari humas yang penting
untuk dijalankan, terutama dalam organisasi FPI yang menghadapi
permasalahan mengenai citra negatif dalam pandangan masyarakat
terhadap organisasi. Citra negatif yang dipengaruhi oleh pemberitaan
media dan yang berkembang dalam masyarakat, menjadi inti dari
permasalahan yang dihadapi oleh organisasi terkait dengan munculnya
citra negatif. Maka humas harus melakukan strategi yang diharapkan dapat
merubah pandangan dan sikap negatif masyarakat terhadap organisasi,
dengan langkah-langkah strategi yang dilakukan. Strategi yang dilakukan
termasuk memperbaiki citra FPI melalui media, karena citra yang
berkembang dalam masyarakat dipengaruhi juga oleh media-media.
125125
Dengan memperbaiki citra FPI melalui media, diharapkan dapat
mengubah citra negatif dan membangun citra positif dalam masyarakat.
Mengingat media sangat berpengaruh besar dalam masyarakat, baik
menjadi sumber informasi atau dapat membentuk opini publik.Dengan
adanya media yang tepat dan dapat menjangkau masyarakat luas,
organisasi dapat menggunakannya untuk berbagi informasi kepada
masyarakat sehingga berita yang disampaikan sesuai dengan fakta yang
terjadi dan tidak adanya pandangan negatif masayarakat terhadap
organisasi. Selain strategi yang dilakukan untuk memperbaiki citra melalui
media, dapat juga dilakukan dengan menyusun kembali strategi apa yang
akan dijalankan dan membagi kegiatan secara khusus dalam departemen-
departemen di organisasi. Semuanya dilakukan agar strategi terstruktur
dengan baik dan dapat memahami kegiatan apa yang harus dilaksanakan
sesuai dengan bidang kerja yang dimiliki. Apabila penyusunan program
telah dilakukan, maka akan dapat melaksanakan tujuan-tujuan apa saja
yang harus dicapai. Dengan begitu adanya fokus terhadap upaya dalam
memperbaiki citra negatif FPI yang menjadi bagian dari peran humas
dalam kegiatannya.Dalam organisasi FPI citra negatif yang berkembang
dalam masyarakat belum dapat perhatian yang serius malah cenderung
diabaikan organisasi, karena FPI menganggap bahwa citra negatif
mengenai FPI tersebut dibuat oleh media dan media sendiri yang
menciptakan pemberitaan negatif tentang FPI. Alasan selanjutnya
mengapa FPI tidak melakukan upaya dalam memperbaiki citra, karena FPI
126126
menganggap bahwa citra negatif muncul dari pemberitaan media-media
liberal yang tidak menyukai Islam dan pergerakan FPIsehingga dibuat
pemberitaan negatif mengenai FPI, kemudian dalam menghadapi
masyarakat yang sudah menjadi korban media akan sulit untuk diberikan
penjelasan, serta sulitnya dalam menghadapi orang yang dari awal sudah
apatis terhadap pergerakan FPI.
Menanggapi alasan tidak adanya upaya dalam memperbaiki citra
dalam organisasi FPI, peneliti menanggap bahwa hal tersebut bertolak
belakang dengan tujuan dan cita-cita yang dimiliki oleh organisasi karena
tidak adanya upaya dalam menanggapi permasalahan yang terjadi dalam
masayarakat. Padahal organisasi lahir dan tumbuh dalam masyarakat,
maka sebesar apa pun permasalahan organisasi yang berhubungan dengan
masyarakat harus dapat diatasi dengan baik. Apa pun permasalahannya
akan dapat diatasi oleh organisasi karena permasalahan atau tantangan
yang dihadapi oleh organisasi akan ada solusi untuk mengatasinya.
Semuanya dapat diatasi dengan adanya strategi yang diterapkan dan upaya
yang dilakukan secara terus-menerus dalam mengatasi permasalahan, serta
kerjasama dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama dalam
memperbaiki persoalan apa pun yang berhubungan dengan organisasi
termasuk citra yang harus dibangun dan dipertahankan oleh organisasi.
2. Kegiatan dan Sasaran dalam Menciptakan Citra yang Positif
Seperti yang saya sudah jelaskan bahwa tidak ada strategi dalam
memperbaiki citra FPI, karena citra FPI adalah dibuat oleh media yang
127127
memojokan FPI sehingga muncul citra negatif dalam masyarakat. Tidak
ada strategi dan kegiatan dalam menciptakan citra yang positif, karena
memang apa yang musti dirubah dari citra FPI. Biarkan saja memang
media seperti itu.85
Sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam
organisasi FPI belum adanya upaya untuk mengubah citra negatif menjadi
citra yang positif dalam masyarakat. Karena sejak awal citra FPI dibentuk
oleh media, media yang membentuk citra negatif dari berbagai
pemberitaan yang disampaikan kepada masyarakat. Media yang
membangun citra FPI tidak baik atau negatif, yaitu dengan memutar
balikan fakta dan membuat opini mengenai FPI. Dalam menanggapi citra
negatif yang berkembang tersebut, tidak adanya kegiatan dan sasaran
dalam menciptakan citra positif yang diharapkan setiap organisasi karena
menurut FPI tidak ada yang musti dirubah dari citra FPI dan membiarkan
media dengan segala pemberitaan negatif yang membetuk citra FPI.
Citra FPI yang dibentuk oleh media dan media yang membentuk
citra negatif FPI dalam masyarakat, tidak akan lepas dari permasalahan
yang dihadapi oleh FPI dalam upaya untuk menciptakan citra yang positif.
Citra positif yang diharapkan oleh setiap organisasi termasuk FPI, tidak
dapat terpisahkan dari harapan organisasi untuk membangun dan
mempertahankan citra positif dalam masyarakat. Masyarakat akan
memberikan dampak yang positif untuk organisasi, apabila terciptanya
85
Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
128128
citra positif yang diharapkan. Karena organisasi membutuhkan masyarakat
dalam setiap aktivitiasnya dan dalam melaksanakan berbagai tujuan yang
akan dicapai oleh organisasi. Maka penting bagi organisasi untuk
menciptakan citra positif dalam masyarakat, sehingga dampak yang
muncul akan baik untuk organisasi. Salah satu kunci dari keberhasilan
organisasi adalah berkembangnya citra positif tentang organisasi di tengah
masyarakat, masyarakat akan berpartisipasi dan mendukung setiap
aktivitas yang dilakukan oleh organisasi.
Dengan adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat dalam
organisasi untuk melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan, akan
diperoleh kerjasama yang baik antara organisasi dengan masyarakat, serta
hubungan komunikasi yang baik antara keduanya. Semuanya dapat dicapai
apabila FPI dapat berupaya untuk menciptakan citra positif dalam
masyarakat, sehingga masyarakat dapat memahami apa yang diinginkan
oleh organisasi dan begitu juga sebaliknya. Selain berdampak positif untuk
organisasi dan masyarakat, citra positif juga akan mengatas ketengangan-
ketegangan yang terjadi baik dengan media atau pun lembaga-lembaga
lain. Perlu disadari pula bahwa sulit untuk memberikan efek jera terhadap
media-media yang sering memberikan pemberitaan negatif mengenai FPI,
akan tetapi dengan berbagai upaya yag dilakukan akan diperoleh apa yang
diharapkan organisasi.
Media memiliki pengaruh besar dalam membangun citra FPI yang
tidak baik atau negatif, karena media sebagai sumber informasi dan
129129
memiliki peran penting dalam membentuk citra. Dalam membangun citra
FPI yang negatif dengan pemberitaan yang diberikan oleh media kepada
masyarakat, baik berita negatif yang tidak berimbang atau melebih-
lebihkan mengenai peristiwa yang terjadi dalam organisasi FPI. Dengan
berita yang tidak berimbang yang memutar balikan fakta yang terjadi atau
tidak sesuai, serta membuat opini mengenai FPI. Dari sekian besarnya
peran media dalam membentuk citra negatif terhadap masyarakat, sehigga
diharapkan FPI dapat mengubah citra negatif organisasi menjadi positif.
Citra positif dapat diperoleh dengan adanya kegiatan dan sasaran yang
dijalankan oleh FPI, kegiatan yang memberikan citra positif terhadap
organisasi. Pentingnya dalam menentukan sasaran yang menjadi
komponen pembentuk strategi dalam kegiatan humas, humas FPI dapat
menjalankan kegiatan dengan fokus terhadap upaya untuk menciptakan
citra yang positif dalam masyarakat.
Menurut peneliti bahwa media berpengaruh besar dalam
membentuk dan membangun citra negatif FPI, karena media menjadi
sumber informasi dalam masyarakat dan dapat menciptakan opini publik.
Seperti yang peneliti sudah jelaskan pada bagian sebelumnya bahwa
pentingnya FPI memiliki strategi terstruktur yang dijalankan oleh humas
dalam memperbaiki citra FPI menjadi positif. Dengan adanya citra yang
positif dalam FPI diharapkan dapat memajukan organisasi dan
menentukan keberhasilan yang dicapai organisasi dalam masyarakat.
Maka perlu dilakukan upaya untuk mengubah citra masyarakat menjadi
130130
positif dengan adanya kegiatan dan sasaran dalam menciptakan citra FPI
yang positif.
Organisasi FPI harus dapat menyusun kegiatan apa saja yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi,
termasuk dalam menyusun kegiatan dalam upaya menciptakan citra yang
positif dalam masyarakat. Citra yang positif diperoleh dari kegiatan yang
dilakukan oleh organisasi, seperti dibuatnya televisi FPI yang
memudahkan masyarakat dalam mendapatkan informasi tanpa dari media-
media lain yang tidak lepas dari pemberitaan negatif mengenai FPI,
adanya radio streaming FPI, serta kegiatan yang peneliti pernah kunjungi
yaitu pesantren agrokultural yang berada didaerah Megamendung Bogor
Jawa Barat. Dengan didirikannya pesantren yang berada di tengah-tengah
perkebunan tersebut diharapkan dapat meningkatkan perjuangan FPI
dalam menegakkan syariat Islamdan dapat mengubah citra FPI bahwa
adanya kegiatan dalam bidang ilmu keagamaan, tidak hanya dikaitkan
dengan aksi-aksi anarkissaja yang melekat selama ini dalam masyarakat.
Pentingnya bagi FPI untuk menyusun kegiatan-kegiatan lainnya yang
dapat menciptakan citra positif, terutama dalam penyusunan kegiatan yang
dilakukan oleh humas FPI. Karena peran dalam menciptakan dan
memperbaiki citra merupakan peran humas dalam organisasi.
Selanjutnya penting bagi humas FPI untuk menentukan sasaran
dalam menciptakan citra yang positif, karena terdapat komponen
131131
pembentuk strategi yaitu sasaran dan sarana.86
Sasaran yang pada
umumnya adalah publik atau masyarakat, sangat penting bagi organisasi
untuk menentukan sasaran dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai
tujuan. Ketika FPI sudah menentukan sasaran dalam melaksanakan
kegiatan, maka akan ada upaya keras untuk mencapai sasaran tersebut.
Terutama sasaran dalam menciptakan citra yang positif dalam
masayarakat, maka berbagai upaya akan dilakukan untuk tercapainya
kegiatan dan sasaran yang sudah direncanakan oleh organisasi. Adanya
sasaran diharapkan dapat memdahkan humas dalam mengambil langkah
untuk mencapapai tujuan, termasuk dalam menciptakan citra yang positif.
Komponen selanjutnya sarana yaitu paduan atau bauran sarana
untuk menggarap suatu sasaran, sarana dilaksanakan bersama dengan
sasaran yang sudah ditentukan untuk mencapai tujuan dan menciptakan
citra yang positif. Perlunya menentukan sarana untuk membentuk strategi
dalam menjalankan peran humas, agar dalam pelaksanaannya terdapat
sarana untuk mencapai sasaran yang diharapakan. Harapan dan tujuan
akan citra yang positif perlu diterapkan juga pada organisasi FPI, karena
pentingnya citra positif mengenai organisasi dapat tumbuh dalam
masyarakat. Ketika masyarakat memberikan citra positif terhadap FPI,
maka citra positif juga akan berkambang dalam masyarakat. Apabila
muncul citra positif dalam masyarakat mengenai organisasi, maka akan
berkembang juga citra positif pada masyarakat secara menyeluruh, karena
86
Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), cet ke 4, hlm. 122-125.
132132
citra terbentukoleh persepsi yang berkembang dalam masyarakat dan
realitas yang muncul pada media.
Tidak ada citra yang ingin dibangun dalam organisasi FPI, karena
FPI bukan organisasi pencitraan, FPI organisasi perjuangan tidak perlu
pencitraan. FPI tidak memerlukan pencitraan, biarkan saja masyarakat
yang menilai tentang perjuangan FPI. Nyatanya sekarang ini FPI dipercaya
oleh masyarakat.87
Setiap organisasi pasti berharap dan memiliki tujuan
untuk menciptakan citra yang positif dalam masyarakat terhadap
organisasi, akan tetapi berbeda halnya dengan organisasi FPI yang
beranggapan bahwa tidak adanya upaya memperbaiki citra dalam
organisasi FPI karena tidak ada yang perlu diperbaiki dalam organisasi
FPI. FPI bukan sebuah organisasi pencitraan tetapi organisasi perjuangan
yang tidak memerlukan pencitraan, sehingga membiarkan masyarakat
menilai sendiri tentang perjuangan FPI dalam masyarakat. FPI dengan
tujuan perjuangan dan menegakkan syariat agama, maka dalam organisasi
FPI citra negatif yang berkembang dalam masyarakat tidak menjadi acuan
organisasi karena citra tersebut dibentuk dan dibangun oleh media-media.
Media-media yang memiliki pengaruh besar terhadap citra negatif FPI
dalam masyakat yaitu dengan pemberitaan negatif yang disampaikan
media mengenai FPI, padahal pemberitaan yang disampaikan media
mengenai FPI belum tentu kebenarannya dan belum tentu sesuai dengan
fakta yang terjadi.
87
Wawancara Peneliti dengan H. Supriono, Humas Front Pembela Islam (FPI). Pada
Tanggal 27 Juni 2014.
133133
Menurut peneliti bahwa tanggapan mengenai tidak adanya upaya
dalam memperbaiki citra negatif dalam organisasi FPI perlu dirubah,
karena tidak sesuai dengan tujuan dan visi misi organisasi untuk
memperbaiki berbagai sektor kehidupan dan untuk melayani masyarakat.
Organisasi yang tumbuh di tengah masyarakat dan dengan tujuan untuk
kepentingan masyarakat, maka sangat penting untuk FPI memperhatikan
citra yang berkembang dalam masyarakat. Citra negatif FPI dalam
masyarakatdisebabkan oleh pemberitaan negatif media-media, sehingga
perlu adanya kegiatan dan sasaran dalam menciptakan citra positif dalam
masyarat mengenai FPI. Apabila FPI melakukan upaya dalam
menciptakan citra yang positif, akan terjadinya hubungan yang baik antara
masyarakat dengan organisasi. Dengan adanya hubungan yang baik, maka
akan adanya dukungan dan kerjasama dengan masyarakat dalam mencapai
tujuan dan kegiatan organisasi.
Upaya dalam menciptakan citra yang positif dalam masyarakat
mengenai organisasi FPI merupakan salah satu peran dari humas dalam
melaksanakan kegiatannya, maka sangat penting diterapkan oleh
organisasi FPI. Humas harus dapat menentukan kegiatan dan sasaran apa
saja yang ingin dicapai oleh organisasi dalam mencapai tujuan yang
diinginkan dan diharapkan. Meskipun dalam pelaksanaan kegiatan akan
adanya permasalahan dan hambatan yang dihadapi, akan tetapi dengan
adanya citra positif akan terjalin kerjasama antara organisasi dengan
masyarakat. Dalam melaksanakan setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh
134134
humas pentingnya memiliki strategi yang terstruktur dan teroganisir,
sehingga memudahkan dalam menetapakan tujuan dan kegiatan apa saja
yang ingin dicapai dalam organisasi FPI termasuk dalam menciptakan
citra yang positif dalam masyarakat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti mempelajari dan menganalisis dari hasil temuan dalam
penelitian mengenai Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam
Memperbaiki Citra Publik melalui Media Massa. Maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa strategi yang dilaksanakan oleh humas dalam organisasi
FPI belum terstruktur atau terorganisir dengan baik, terutamadalam
melaksanakan strategi untuk memperbaiki citra FPI.
1. Strategi yang dilaksanakan oleh humas FPI dalam melaksanakan kegiatan
atau program belum terstruktur dengan baik. Belum adanya penyusunan
tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam melaksanakan strategi, terutama
dalam perumusan strategi. Serta belum adanya tujuan dan sasaran yang
secara khusus ingin dilaksanakan dan dicapai dengan menggunakan
strategi yang diterapkan.Dalam melaksanakan strategi terdapat tantangan
dan hambatan yang dihadapi oleh FPI, tantangan dalam menghadapi
media-media liberal yang dari awal keberadaanya tidak menyukai Islam
dan gerakan-gerakan Islam terutama FPI, hambatan dalam menghadapi
orang-orang yang sulit menerima penjelasan, baik penjelasan dalam setiap
kegiatan atau dalam melaksanakan gerakan yang dilakukan oleh FPI, serta
hambatan selanjutnya yaitu dalam menghadapi orang-orang yang dari awal
sudah apatis dengan pergerakan yang dilakukan oleh FPI.
135
136
2. Evaluasi strategi dalam organisasi FPI yaitu evaluasi setelah melakukan
kegiatan atau program yang dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pula untuk
mengetahui tantangan dan hambatan apa saja yang dihadapi dalam
organisasi FPI dalam melaksanakan setiap kegiatan. Evaluasi dalam
organisasi FPI dilakukan secara berkala, yaitu pertemuan mingguan dan
bulanan untuk saling evaluasi. Evaluasi yang dilakukan dalam membahas
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan atau program yang sudah
terlaksana, tidak terfokus pada permasalahan yang dihadapi khususnya
dalam departemen yang ada dalam organisasi.Pelaksaan evaluasi tidak
membahas strategi apa saja yang sudah tercapai dengan baik, akan tetapi
evaluasi dalam kegiatan dan hasil akhir yang diharapkan. Tidak adanya
evaluasi mengenai strategi apa saja yang sudah dicapai dengan baik karena
tidak terdapat penyusunan strategi yang akan dilaksanakan dalam
organisasi FPI. Tidak adanya strategi yang terstruktur dalam organisasi
FPI, sehingga dapat terlihat dari evaluasi yang dilaksanakan saja tidak
hanya membicarakan strategi apa saja yang sudah dicapai akan tetapi
evaluasi mengenai kegiatan yang sudah terlaksana beserta tantangan dan
hambatan yang dihadapi dalam organisasi.
3. Humas berperan untuk memberikan dan menjelaskan kepada masyarakat.
Baik berperan untuk menyampaikan visi dan misi FPI, peranan FPI, dan
perjuangan FPI melalui dakwah. Dalam menyampaikan visi dan misi
organisasi yang meliputi tujuan organisasi FPI dalam menegakkan amar
maruf nahi munkar dan memperbaiki berbagai sektor kehidupan.
137
Selanjutnya humas menyampaikan peranan FPI kepada masyarakat,
dengan memberikan pemahaman mengenai peranan dan fungsi FPI kepada
masyarakat. Peranan FPI sebagai kontrol dalam masyarakat ketika aparat
belum dapat mengatasinya, karena tujuan FPI adalah memperbaiki
berbagai sektor kehidupan. Humas FPI berperan juga dalam
menyampaikan perjuangan FPI melalui dakwah kepada masyarakat.Fungsi
humas dalam organisasi FPI yaitu sebagai corong suara daripada sebuah
organisasi dan sebagai penyambung lidah daripada organisasi untuk
menyampaikan visi dan misi perjuangan FPI. Saat dibutuhkannya
informasi atau pemahaman mengenai organisasi, humas dapat menjelaskan
dan menerangkan informasi mengenai organisasi FPI. humas berfungsi
untuk menyampaikan visi dan misi organisasi FPI kepada masyarakat.
4. Kegiatan yang dilakukan oleh humas dalam organisasi FPI yaitu
melaksanakan kegiatan-kegiatan, membuat media baik media cetak mau
pun elektronik seperti membuat buletin dan yang terbaru membuat televisi.
Kegiatan yang dilakukan oleh humas dalam organisasi FPI yaitu dalam
memberikan informasi mengenai organisasi kepada masyarakat dan
menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi,
baik yang berjangka panjang mau pun berjangka pendek.
5. Citra yang berkembang dalam masyarakat adalah berasal dari media dan
dibuat oleh media sendiri, media yang menciptakan citra FPI yang negatif.
Citra negatif mengenai FPI dibuat oleh media yang dari awal sudah tidak
suka dengan FPI termasuk media-media liberal yang apatis terhadap
138
pergerakan yang dikakukan oleh FPI. Citra FPI yang negatif dalam
masyarakat tidak luput dari besarnya pengaruh media dalam
menyampaikan pemberitaan mengenai organisasi FPI. Berbagai
pemberitaan FPI yang disampaikan kepada masyarakat terkait dengan
aksi-aksi yang dilakukakan oleh FPI, tidak lepas dari penyampaian
pemberitaan yang negatif. Pemberitaan negatif dari media menciptakan
citra negatif dalam masyarakat, karena media memiliki peran yang sangat
penting dalam masyarakat dan media berperan dalam pembentukan citra.
Baik media cetak mau pun media elektronik tidak dapat terlepas dari
besarnya pengaruh pembentukan citra negatif FPI dalam masyarakat.
6. Belum adanya upaya untuk mengubah citra negatif menjadi citra yang
positif dalam masyarakat. Karena sejak awal citra FPI dibentuk oleh
media, media yang membentuk citra negatif dari berbagai pemberitaan
yang disampaikan kepada masyarakat. Media memiliki pengaruh besar
dalam membangun citra FPI yang tidak baik atau negatif, karena media
sebagai sumber informasi dan memiliki peran penting dalam membentuk
citra. Dalam membangun citra FPI yang negatif dengan pemberitaan yang
diberikan oleh media kepada masyarakat, baik berita negatif yang tidak
berimbang atau melebih-lebihkan mengenai peristiwa yang terjadi dalam
organisasi.
139
B. Saran
1. Pentingnya organisasi FPI mengetahui strategi apa dan bagaimana yang
digunakan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan, karena
apabila tidak mengetahui strategi apa yang akan dilaksanakan maka tujuan
tidak akan tercapai dengan baik dan sesuai dengan yang diharapakan.
Strategi merupakan kunci dari tercapainya tujuan, dengan strategi atau
perencanaan organisasi akan mengetahui langkah-langkah apa saja yang
harus dilakukan. Oleh karena itu, sebuah organisasi harus memilih dan
menetapkan strategi untuk dilaksanakan.Selain mengetahui langkah-
langkah apa saja yang harus dilakukan dengan adanya strategi, organisasi
akan mengetahui bagaimana atau tindakan apa saja yang dilakukan dalam
menghadapi tantangan dan hambat dari pihak eksternal. Maka, pentingnya
pelaksanaan strategi untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang
dihadapi oleh organisasi.
2. Evaluasi strategi dalam organisasi FPI sangat penting untuk melaksanakan
evaluasi secara terfokus pada departemen tertentu, tidak hanya dalam
organisasi secara keseluruhan. Dalam organisasi FPI strategi yang
dilakukan adalah langsung kepada pencapaian tujuan yang diharapkan,
padahal langkah-langkah dalam melaksanakan strategi perlu diperhatikan
oleh organisasi. Oleh karena itu, evaluasi yang dilakukan dalam FPI tidak
hanya mengenai evaluasi strategi yang sudah dijalankan dan tujuan apa
saja sudah dicapai sesuai dengan yang direncanakan akan tetapi evaluasi
dilakukan mengenai keseluruhuan kegiatan yang sudah dilaksanakan.
140
3. Peran dan fungsi humas FPI diharapkan mampu melaksanakan upaya
dalam membangun citra organisasi, agar terciptanya hubungan yang baik
dengan masyarakat dan dukungan terhadap organisasi. Selain dalam
menyampaikan visi misi FPI, perjuangan FPI, memperbaiki citra
organisasi FPI, humas memiliki banyak peran lainnya yaitu dalam
mengatasi persoalan yang dihadapi organisasi, ketika organisasi
mengahadapi ancaman pembubaran, serta persoalan lainnya yang
membutuhkan peran humas. Pentingnya perhatian terhadap publik
mengingat organisasi FPI berdiri untuk melayani masyarakat dan tumbuh
dalam masyarakat, maka harus memperhatikan apa yang diinginkan oleh
masyarakat. Meskipun dapat disadari bahwa tidak semua masyarakat
mendukung terhadap gerakan dan tujuan organisasi, akan tetapi humas
harus tetap melakukan berbagai upaya untuk menjalin hubungan yang baik
dengan masyarakat dan memperbaiki citra organisasi.
4. Kegiatan humas sangat penting karena untuk memperoleh hasil-hasil yang
nyata untuk mencapai tujuan. Dengan adanya perencanaan yang dibuat,
akan menjadi tolok ukur dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan apa saja telah dicapai dan menentukan tujuan
selanjutnya. Tanpa adanya kegiatan yang terencana dengan baik, seorang
humas akan kehilangan arah karena sulit mengukur sejauh mana kemajuan
yang telah dicapai dan hasil yang telah dihasilkan.Keberhasilan organisasi
juga dapat dilihat dari tercapainya tujuan-tujuan yang telah direncanakan
dengan baik, semuanya akan terwujud dengan perencanaan yang matang
141
terarah. Dengan perencanaan, humas tidak akan kehilangan arah dalam
melaksanakan kegiatan. Perlunya perencanaan dalam organisasi FPI untuk
menentukan tujuan-tujuan dan hasil yang telah dicapai. Sehingga
tercapainya tujuan-tujuan yang diharapkan oleh FPI yaitu dengan
menyusun perencanaan, agar kegiatan humas terstruktur dan terorganisir
dengan baik.
5. Strategi dalam memperbaiki citra negatif FPI yang berkembang dalam
masyarakat, perlunya dilakukan strategi untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Strategi dilaksanakan oleh humas bersama dengan organisasi
untuk memperbaiki citra FPI, baik citra dalam masyarakat mau pun media.
Citra organisasi sangat penting untuk dipertahankan dan dibangun, oleh
sebab itu ketika organisasi mengalami permasalahan dalam memperoleh
citra negatif, perlu adanya upaya yang keras untuk mengembalikan citra
organisasi menjadi citra positif.
6. Kegiatan dan sasaran dalam menciptakan citra yang positif, karena
pentingnya FPI dalam memperbaiki citra organisasi yang dipandang
negatif oleh masyarakat. Selain melihat keberhasilan organisasi dari
prestasi yang telah dicapai, keberhasilan organisasi juga dapat diliat dari
citra yang dimiliki, apakah citra yang dimiliki baik atau buruk. Maka
penting bagi FPI untuk selalu meninjau dan memperbaiki citra organisasi
dalam masyarakat. Masyarakat berperan penting dalam mencapai
keberhasilan organisasi karena organisasi FPI muncul dalam masyarakat
dan untuk melayani masyarakat, sehingga penting memperhatikan
142
bagaimana pandangan dan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Pentingnya keberhasilan organisasi menjadi acuan dalam melaksanakan
setiap kegiatan organisasi, termasuk dalam menciptakan citra positif dalam
masyarakat terhadap organisasi. Untuk menjalankan dan menciptakan citra
positif dalam masyarakat, harus adanya strategi yang dilaksanakan untuk
mencapainya. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menciptakan citra
yang positif dalam FPI yaitu dengan mengadakan santunan kepada anak
yatim dengan skala besar, menertibkan anak-anak jalanan dengan
memberikan pengarahan berupa pengajaran ilmu pengetahuan dan
keagamaan, membangun kewirausahaan dengan melibatkan masyarakat,
membuat badan zakat dibawah organisasi FPI, membuat posko untuk
penggalangan dana atau bantuan relawan untuk korban bencana alam (saat
ini dalam membantu Gaza di Palestina), dan masih banyak lagi kegiatan
yang dapat dilakukan untuk menciptakan citra yang positif dalam
organisasi FPI.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Al-Habib Muhammad Rizieq Bin Husein Syihab, Dialog FPI Amar Maruf Nahi
Munkar, Jakarta: Pustaka Ibnu Sidah, 2008.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
C. Korten, David. Menuju abad ke 12 Tindakan Sukarela Agenda Global, Forum
Pembangunan Berpusat Rakyat, Yayasan Obor, Pustaka Sinar, 1993.
Effendy, Onong Udjana. Dinamika Komunikasi, Bandung: PT Rosdakarya, 2004.
Gregory, Anne. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations,
Erlangga: Jakarta, 2004.
Jefkins, Frank dan Yadin, Daniel. Public Relations edisi kelima Jakarta: Erlangga,
2003.
Jefkins, Frank. Public Relations: Contemporary issues and techniques,
Burlington: Elsevier Butterworth-Heinemann, 2004.
Kusumastuti, Frida. Dasar-dasar Hubungan Masyarakat, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002.
M. Cutlip, Scot. Effective Public Relations, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2007.
Meleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Moore, Frazier. Humas Membangun Citra dengan Komunikasi, PT Remaja
Rosdakarya: Bandung, 2005.
Morissan, Pengantar Public Relations Strategi Menjadi Humas Professional,
Jakarta: Ramdina Prakasa, 2006.
Ngatawi, Al-Zastrouw. Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI,
Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara, 2006.
Oliver, Sandra Strategi Public Relations, Erlangga: Jakarta, 2006.
R David, Fred. Manajemen Strategi dan Konsep, Jakarta: Perhelalindo, 2002.
Rahardjo, Satjipto. Hukum dan Masyarakat, Bandung: Angkasa, 1980.
Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
143
144
Rosadi, Andri. Hitam Putih FPI (Front Pembela Islam) Mengungkap Rahasia-
Rahasia Mencengangkan Ormas Keagamaan Paling Kontroversial,
Jakarta: Nun Publisher, 2008.
Ruslan, Rosady. Manajemen Humas & Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta:Teras, 2009.
Wasesa, Silih Agung dan Macnamara, Jim. Strategi Public Relations, PT
Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Internet
http://www.dw.de/tuntutan-pembubaran-fpi-semakin-besar/a-3380672 (Diakses
pada Tanggal 25 Maret 2014)
http://www.managementaccountingsystems.com/80/organisasi-massa-ormas.htm
(Diakses pada Tanggal 10 Juni 2014)
http://www.odasoka.com/2011/01/organisasi-masyarakat.html (Diakses pada
Tanggal 11 Juni 2014)
http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/menata-kembali-ormas/37758
(Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
M.log.viva.co.id/news/read/288424-mendagri—fpi-sudah-kena-teguran-kedua (Diakses pada Tanggal 18 Maret 2014)
M.topix.com/forum/world/malaysia/tvbur7185vvo5bh1a (Diakses pada Tanggal
18 Maret 2014)
www.bphn.go.id (Diakses pada Tanggal 11 Juni 2014)
www.fpi.or.id (Diakses pada Tanggal 25 Maret 2014)
145
Lampiran 1
Bapak H. Supriono Selaku Humas
Perjalanan Menuju Ponpes Agrokultural Markaz Islam FPI
146
Di Ponpes Agrokultural Markaz Islam FPI
Tampak Samping Ponpes Agrokultural Markaz Islam FPI di Megamendung