Upload
itha-miftah-tatuhey
View
28
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
KOMPETENSI DAN KEWENANGAN
DOKTER LAYANAN PRIMER
Irawan Yusuf
Kolegium Dokter Indonesia
2012
PENDAHULUAN
Profesi dokter adalah profesi yang menjalankan tugasyang kompleks, dengan hasil yang sering tidak pastidan menyangkut keselamatan jiwa.
Mereka bekerja bergantung kepada keterampilan dankeputusan individual dalam batas-baras norma yang disepakati oleh profesi.
Untuk itu dibutuhkan standar kompetensi danpedoman kewenangan bagi dokter dalammenjalankan tugas profesionalnya.
StandarPelayanan
Standard Kompetensi
StandarPendidikan
DOKTER YANG KOMPETEN
STANDAR KOMPETENSI DOKTER
Kompetensi adalah 'seperangkat tindakan cerdas danpenuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagaisyarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalammelaksanakan tugas- tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK Mendiknas No. 045/U/2002)
Competency is a complex set of behaviours built on the components of knowledge, skills, attitude and competence as personal ability.(Carraccio, et.al.2002).
Landasan hukumnya adalah UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan UU No. 29 tahun 2004 tentangPraktik Kedokteran.
STANDAR KOMPETENSI
Standar kompetensi terdiri dari:
Area kompetensi,
Kompetensi inti,
Penjabaran kompetensi,
Tingkat kompetensi.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER
1. Komunikasi efektif
2. Keterampilan Klinis
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan
5. Pengelolaan Informasi
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalismeserta Keselamatan Pasien
AREA
KOMPETENSI
KOMPETENSI INTI PENJABARAN KOMPETENSI
Komunikasi
efektif
Mampu menggali dan bertukar
informasi secara verbal dan non
verbal dengan pasien pada semua
usia, anggota keluarga, masyarakat,
kolega dan profesi lain.
1. Berkomunikasi dengan pasien serta
anggota keluarganya.
2. Berkomunikasi dengan sejawat.
3. Berkomunikasi dengan masyarakat.
4. Berkomunikasi dengan profesi lain.
Keterampilan
klinis
Melakukan prosedur klinis sesuai
masalah, kebutuhan pasien dan
sesuai kewenangannya
1. Memperoleh dan mencatat informasi
yang akurat serta penting tentang
pasien dan keluarganya.
2. Melakukan prosedur klinik dan
laboratorium
3. Melakukan prosedur kedaruratan klinis
AREA
KOMPETENSI
KOMPETENSI INTI PENJABARAN KOMPETENSI
Landasan ilmiah
kedokteran
Mengidentifikasi, menjelaskan dan
merancang penyelesaian masalah
kesehatan secara ilmiah menurut
ilmu kedokteran kesehatan mutakhir
untuk mendapat hasil yang optimum.
1. Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip ilmu biomedik, klinik, perilaku, dan
ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan
pelayanan kesehatan tingkat primer
2. Merangkum dari interpretasi anamnesis,
pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan
prosedur yang sesuai
3. Menentukan efektivitas suatu tindakan
Pengelolaan
masalah kesehatan
Mengelola masalah kesehatan pada
individu, keluarga, ataupun
masyarakat secara komprehensif,
holistik, berkesinambungan,
koordinatif, dan kolaboratif dalam
konteks pelayanan kesehatan
tingkat primer.
1. Mengelola penyakit, keadaan sakit dan
masalah pasien sebagai individu yang utuh,
bagian dari keluarga dan masyarakat
2. Melakukan Pencegahan Penyakit dan
Keadaan Sakit
3. Melaksanakan pendidikan kesehatan dalam
rangka promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit
4. Menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan
5. Mengelola sumber daya manusia serta
sarana dan prasarana secara efektif dan
efisien dalam pelayanan kesehatan primer
dengan pendekatan kedokteran keluarga
AREA
KOMPETENSI
KOMPETENSI INTI PENJABARAN KOMPETENSI
Pengelolaan
informasi
Mengakses, mengelola, menilai secara kritis
kesahihan dan kemamputerapan
informasi untuk menjelaskan dan
menyelesaikan masalah,
atau mengambil keputusan dalam kaitan
dengan pelayanan kesehatan
di tingkat primer.
1. Menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk membantu penegakan
diagnosis, pemberian terapi, tindakan
pencegahan dan promosi kesehatan, serta
penjagaan, dan pemantauan status
kesehatan pasien
2. Memahami manfaat dan keterbatasan
teknologi informasi
3. Memanfaatkan informasi kesehatan
Mawas diri dan
pengembangan diri
Mampu melakukan praktik kedokteran
dengan menyadari keterbatasan, mengatasi
masalah personal, mengembangkan diri,
mengikuti penyegaran dan peningkatan
pengetahuan secara berkesinambungan serta
mengembangkan pengetahuan demi
keselamatan pasien.
1. Menerapkan mawas diri
2. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
3. Mengembangkan pengetahuan baru
Etika, Moral,
Medikolegal dan
Profesionalisme
serta Keselamatan
Pasien
Mampu melaksanakan praktik kedokteran
yang profesional sesuai dengan nilai dan
prinsip ke-Tuhan-an, moral yang luhur,
etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.
1. Memiliki Sikap profesional
2. Berperilaku profesional dalam bekerja
sama Sebagai anggota Tim Pelayanan
Kesehatan yang profesional
3. Melakukan praktik kedokteran dalam
masyarakat multikultural di Indonesia
4. Memenuhi aspek medikolegal dalam
praktik kedokteran
TINGKAT KOMPETENSI
TINGKAT
KEMAMPUAN
DESKRIPSI CONTOH
Tingkat 1 Dapat mengenali dan menempatkan
gambaran-gambaran klinik sesuai
penyakit ini ketika membaca literatur.
Dalam korespondensi, ia dapat
mengenal gambaran klinik ini, dan tahu
bagaimana mendapatkan informasi
lebih lanjut. Level ini mengindikasikan
overview level. Bila menghadapi pasien
dengan gambaran klinik ini dan
menduga penyakitnya, Dokter segera
merujuk.
1. Aneurisma jantung
2. Hipertensi paru
3. Kanker ovarium
4. Sindroma androgenital
5. Penyakit Huntington
6. Duchenne muscular
dystrophy
7. Neuroma akustik
8. Limfoma Hodgkin
9. Karsinoma sel
skuamosa
10. Prolaktinoma
TINGKAT KOMPETENSI
TINGKAT
KEMAMPUAN
DESKRIPSI CONTOH
Tingkat 2 Mampu membuat diagnosis klinik
berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh
dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
mampu merujuk pasien secepatnya ke
spesialis yang relevan dan mampu
menindaklanjuti sesudahnya
1. Mitral stenosis, mitral
regurgitasi.
2. VSD, ASD
3. TBC dengan pneumotoraks
4. Hernia inguinal
5. Sirosis hepatis
6. Batu empedu
7. Fistula anal
8. Gagal ginjal kronik
9. Hidrokel
10. Kehamilan ektopik
TINGKAT KOMPETENSITINGKAT
KEMAMPUAN
DESKRIPSI CONTOH
Tingkat 3a Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).
Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang
relevan (bukan kasus gawat darurat).
1. Stable angina
2. Hipertensi sekunder
3. Pleuritis TB
4. Pneumonia aspirasi
5. Apendisitis akut
6. Hemoroid
7. Hepatitis
8. Artritis rematoid
Tingkat 3b Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan
tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray).
Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang
relevan (kasus gawat darurat).
1. Infark miokard
2. Takikardi supraventrikel
3. Syok septik
4. Status asmatikus
5. Pneumotorak
6. Perdarahan gastrointestinal
7. Reaksi anafilaktik
8. Stroke iskemik
9. Hipoglikemi
10. Status epilepsi
TINGKAT KOMPETENSITINGKAT
KEMAMPUAN
DESKRIPSI CONTOH
Tingkat 4 Mampu membuat diagnosis klinik
berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang
diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau
X-ray). Dokter dapat memutuskan dan
mampu menangani problem itu
secara mandiri hingga tuntas.
1. Hipertensi esensial
2. TBC tanpa komplikasi
3. TBC dengan HIV
4. Asma bronkial
5. Kandidiasis
6. Gastritis
7. Hepatitis tanpa komplikasi
8. Gastroenteritis
9. Infeksi saluran kemih
10. Alergi makanan
11. Akses folikel rambut
12. Anemia defisiensi besi
13. Konjungtivitis
14. Defisiensi nutrisi
15. Obesitas
16. Kejang demam
17. Otitis media
18. Motion sickness
19. Insomnia
TINGKAT
KEMAMPUAN
DESKRIPSI CONTOH
Tingkat 1
(mengetahui dan
menjelaskan)
Lulusan dokter memiliki pengetahuan
teoritis mengenai keterampilan ini,
sehingga dapat menjelaskan kepada
teman sejawat, pasien maupun klien
tentang konsep, teori, prinsip maupun
indikasi, serta cara melakukan,
komplikasi yang timbul, dan sebagainya.
1. Pungsi arteri
2. CT-scan, MRI
3. Endoskopi
4. Kateterisasi jantung
5. Bronkoskopi
6. EEG
7. Laparaskopi
8. Amniosentesis
TINGKAT KOMPETENSI KETERAMPILAN KLINIK
TINGKAT
KEMAMPUAN
DESKRIPSI CONTOH
Tingkat 2 (pernah
melihat atau
pernah di
demonstrasikan)
Lulusan dokter memiliki pengetahuan
teoritis mengenai keterampilan ini (baik
konsep, teori, prinsip maupun indikasi,
cara melakukan, komplikasi, dan
sebagainya). Selain itu, selama
pendidikan pernah melihat atau pernah
didemonstrasikan keterampilan ini.
1. Tes alergi
2. WSD
3. EEG, EMG
4. ECT
5. Pungsi lumbal
6. Ekokardiografi
7. Biopsi jaringan
8. Blok regional
9. Kolostomi
10. Kolposkopi
11. Seksio Saesaria
12. Timpanometri
13. Perimetri
14. Mengeluarkan benda
asing dari kornea
TINGKAT KOMPETENSI KETERAMPILAN KLINIK
TINGKAT
KEMAMPUAN
DESKRIPSI CONTOH
Tingkat 3 (pernah
melakukan atau
pernah
menerapkan
dibawah supervisi)
Lulusan dokter memiliki pengetahuan
teoritis mengenai keterampilan ini (baik
konsep, teori, prinsip maupun indikasi,
cara melakukan, komplikasi, dan
sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah
didemonstrasikan keterampilan ini, dan
pernah menerapkan keterampilan ini
beberapa kali di bawah supervisi.
1. Pemeriksaan apusan
darah
2. EKG
3. Tes fungsi paru
4. Pemberian insulin
5. Kanulasi intravena
6. Pemeriksaan diplopia
7. Pemeriksaan lapangan
pandang
8. Pemeriksaan kesadaran
9. Pemeriksaan MMSE
10. Pemeriksaan IMT
11. Intubasi
12. Pemeriksaan ortopedi
13. Perawatan luka bakar
14. Sirkumsisi
15. Insersi IUD
TINGKAT KOMPETENSI KETERAMPILAN KLINIK
TINGKAT
KEMAMPUAN
DESKRIPSI CONTOH
Tingkat 4 (mampu
melakukan secara
mandiri)
Lulusan dokter memiliki pengetahuan
teoritis mengenai keterampilan ini (baik
konsep, teori, prinsip maupun indikasi,
cara melakukan, komplikasi, dan
sebagainya). Selama pendidikan
pernah melihat atau pernah
didemonstrasikan ketrampilan ini, dan
pernah menerapkan keterampilan ini
beberapa kali di bawah supervisi serta
memiliki pengalaman untuk
menggunakan dan menerapkan
keterampilan ini dalam konteks praktik
dokter secara mandiri.
1. Pemeriksaan fisis
2. Pungsi vena
3. Pemeriksaan sputum
untuk TB
4. Resusitasi mulut ke
mulut
5. Pemeriksaan reaksi
pupil
6. Pemeriksaan kekuatan
otot
7. Pemeriksaan fungsi
kordinasi
8. Pemeriksaan nyeri
9. Pemeriksaan GCS
10. Pemeriksaan refleks
fisiologis dan patologis
TINGKAT KOMPETENSI KETERAMPILAN KLINIK
KEWENANGAN DOKTER
Kewenangan adalah hak dan kekuasaan yang dipunyai untukmelakukan sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Seseorang dapat diberi wewenang bila: Dianggap kompeten Diterima oleh kelompok, individu atau yang mewakili kepada siapa
wewenang tersebut dijalankan.
Wewenang dapat diberikan bila: Dikomunikasikan dengan baik melalui lisan atau SOP. Diyakini bahwa hal tesebut tidak disalah gunakan. Secara keseluruhan, dapat diyakini bahwa hal tersebut tidak
bertentangan dengan kepentingan pribadi.
Secara mental dan fisik mampu untuk menjalaninya.
HUBUNGAN ANTARA
KOMPETENSI DAN KEWENANGAN
Secara sederhana terdapat hubungan yang erat antara kompetensi dan kewenangan.
Didalam prakteknya, ternyata hubungan ini lebih kompleks.
Kewenangan tidak bertambah dengan lamanya pendidikan dan pelatihan.
Kewenangan bisa bertambah atau berubah dengan jenis dan jenjang pelatihan yang dijalani.
KOMPLEKSITAS KEWENANGAN DOKTER
Dokter dan organisasinya (IDI) selalu berupaya menjagaindependensi mereka untuk menggunakan keterampilandan pengetahuan dalam pengambilan keputusan, namunmereka menghadapi masalah karena banyak hal beradadiluar kontrol mereka.
Hal ini sering menimbulkan konflik antara dokter yang selalu berupaya menjaga kewenangan dan otonomimereka dengan dengan pengelola institusi lainnya yang terkait dengan praktik mereka.
Misalnya, hubungan dokter dengan Rumah Sakit, denganKementerian/Dinas Kesehatan, profesi kesehatan lain, atau dengan asuransi kesehatan.
Competence
Autonomy
Ethic
Excelle
nce
Hu
man
ism
Acco
un
tability
Altru
ism
Professionalism
Pillars of Professionalism
Modification from
Arnold and Stern, 2006
TANTANGAN KEWENANGAN DOKTER DALAM KOMPLEKSITAS SISTEM KESEHATAN Globalisasi dan meningkatnya peran organisasi
supranasional Beban kesehatan masyarakat (triple burden of diseases) Regulasi dan kebijakan pelayanan kesehatan/kedokteran Supply dan distribusi tenaga kesehatan Inovasi Teknologi Bertumbuhnya konsumerisme Perubahan dari praktik individu ke industri kesehatan Perubahan peran profesi kesehatan lainnya Perkembangan kedokteran komplementari dan
kedokteran alternatif
Interaksi antara berbagai sektor dalam pelaksanaan kewenangan
Profesi
- Otonomi
- Etika
SektorKesehatan
- Regulasi
SektorPendidikan
- Kompetensi
WEWENANG
UU No. 20, 2003
PP No. 19, 2005
PP No. 17, 2010
UU No. 36, 2009
UU No. 44, 2009
UU No. 29, 2004
TERIMA KASIH