Upload
tessa-c-olivia
View
49
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Pengobatan DUKUN vs pengobatan MEDIS
Setting tempat 1: Ruang BP Puskesmas Nguntoronadi 2, Wonogiri. Kapasitas ruangan
itu dapat dipakai untuk memeriksa dua pasien sekaligus (dilakukan oleh dua petugas
kesehatan tentunya).
Dokter 2 (dokter PTT) datang sedikit terlambat (kira-kira terlambat 5 menit dari
waktu yang seharusnya) sehingga ruang BP untuk sementara di pegang oleh dokter 1
(kepala Puskesmas).
Dokter 2 : ”Maaf dok saya terlambat, tadi banyak pasien di tempat praktek saya.”
Dokter 1 : ”Ya, saya maklum bu, ini saya handle dulu karena hari ini banyak sekali
pasien yang telah mengantri.” (Dokter 1 mengatakan itu sambil memeriksa
seorang pasien, sementara beberapa pasien lain nampak tak sabar
mengantri di depan pintu sambil berdiri).
Dokter 2 : ”Saya lanjutkan saja dok, terima kasih.”
Dokter 1 : ”Ya bu, ini saya selesaikan dulu yang satu ini.”
Dokter2 : ”Kasus apa dok?”
Dokter1 : ”gastritis kronis, tadi pasien beberapa kali vomitus.”
(Gastritis = sakit maag, vomitus = muntah).
Pasien tampak pucat dan kesakitan, sementara suami pasien tampak agak panik.
Suami pasien: bagaimana istri saya dok?
Dokter 1 : tidak apa-apa, stelah diberi obat insya Allah akan baikan.
Selesai diperiksa, pasien diberi resep dan keluar dari ruang BP.
Lalu dokter 2 memeriksa pasien-pasien lain yang telah antri, dan dokter 1 pergi
meninggalkan ruangan itu.
Tak berapa lama kemudian ada sedikit keributan dari luar ruangan (teriakan
kesakitan dari salah satu pasien yang ternyata pasien gastritis tadi). Lalu pasien tersebut
dibawa masuk kembali keruangan BP sambil digendong oleh suaminya dan diikuti oleh
dokter 1. Pasien tersebut kemudian dibaringkan ditempat tidur periksa.
Dokter 1 meminta perawat 1 untuk memasang oksigen, lalu dokter 2 (sebagai
dokter penanggung jawab BP) turut memeriksa. Dari hasil pemeriksaan fisik secara
singkat dan beberapa anamnesis ulang ternyata pasien tengah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat muntah yang terlalu sering dan lama. Pasien
kejang-kejang (kram otot), perut kembung, nadi kecil, …berteriak-teriak kesakitan dan
kata-katanya sedikit mengacau.
Dokter 2 : ”Mas, tolong pasang iv line dan infus NaCl sekarang.”
Perawat 1 : ”Baik bu…”
(perawat 2 agak sibuk mempersiapkan apa yang dokter 2 sarankan, karena di
Puskesmas ini, beberapa peralatan dan obat-obatan sangat minim adanya…jadi, ditempat
itu sudah sangat terbiasa ”berimprovisasi” dengan keadaan seperti itu).
Setelah infus terpasang, dan beberapa prosedur penanganan keadaan seperti itu
telah dilakukan….beberapa menit kemudian keadaan pasien semakin membaik. Sang
suami minta ijin untuk memanggil keluarganya.
Suami pasien : Dok, bolehkah saya membawa keluarga saya ke sini?
Dokter 2 : ya..boleh pak, silahkan (Dokter 2 mengijinkan, kemudian menyiapkan
surat rujukan ke RS untuk perawatan lebih lanjut bagi pasien tersebut)
Pasien semakin tenang…karena beberapa ml cairan sudah masuk ketubuhnya.
Seorang kerabat datang menjenguk pasien yang semakin terlihat tenang tersebut.
Melihat kedatangan kerabatnya, pasien duduk untuk menyambut kedatangannya.
Adik pasien : kak bagaimana keadaan mu?(sambil memegang tangan pasien) Aku
khawatir sekali kata mas, td kakak tidak sadarkan diri.
Pasein : ya..dek, tapi sekarang sudah agak mendingan.
Perawat 2 datang melihat keadaan pasien, dan memeriksa keadaan pasien, setelah
melakukan pemeriksaan, Perawat 2 menyarankan untuk membiarkan pasien itu berbaring
sementara disitu sampai proses penggantian cairan dan elektrolit dapat terpenuhi.
Sementara itu Dokter 1 dan Dokter 2 melanjutkan pemeriksaan pasien-pasien
selanjutnya.
Setelah tidak ada pasien lagi yang tampak mengantri, dokter itu pergi ke ruang
administrasi untuk absen dan melakukan beberapa prosedur administrasi lain.
Saat perawat 2 kembali ke ruangan BP untuk mengecek kondisi pasien gastritis
tadi…..dia melihat seorang bapak-bapak dengan penampilan ”kumuh” sedang berdiri di
samping pasien. Dia mengira bapak-bapak itu adalah salah satu pihak keluarga, dan
disana juga ada adik pasien yang tadi. Perawat 2 terkejut melihat apa yang dilakukan oleh
bapak-bapak itu. Sang bapak ternyata berjalan pelan-pelan mengelilingi pasien, dengan
sesekali memijit-mijit telapak kaki, atau jari, kemudian telapak tangan, dan kepala
pasien…sambil membacakan……beberapa mantra!!!
Perawat 2 semakin terheran-heran dengan sikap bapak itu, karena untuk beberapa
detik terkadang bapak itu menggeleng-gelengkan kepala, menghela nafas panjang,
menahan nafas mirip orang sedang mengedan… seolah-olah dia sedang sulit melakukan
sesuatu dan sesekali menghentakkan tangannya di beberapa bagian tubuh pasien itu.
Perawat 2 membiarkan kejadian itu karena tindakan tersebut memang tidak
membahayakan pasien.
Tak berapa lama kemudian, perawat 1 memberikan kode dan perawat 2 tersebut
mengerti. Mereka berdua tertawa kecil, kemudian melakukan beberapa percakapan
dengan nada berbisik-bisik:
Perawat 2 : ”kak…nggak merasa kepanasan?…kok dari tadi diusir dukun masih ada
disini ga pergi-pergi.”
Perawat 1 : ”Hihihihihi, tenang aja…dia nggak akan mempan mengusir setan yang
ini (sambil menunjuk diri sendiri).”
Perawat 2 : ”Hahahaha, ya jelaslah kak…kan kakak biang setannya….”
Mereka ingin tertawa tapi tertahan, lalu perawat 2 merasa harus meninggalkan
ruangan itu karena dia sudah tidak dapat menahan tawa, sementara perawat 1 tetap berada
di ruangn BP itu. Untuk beberapa saat perawat 2 itu berhasil ”melampiaskan” rasa
gelinya dengan menceritakan kejadian itu kepada beberapa staf yang lain, dan dia
kembali lagi ke ruang BP. Di ruang itu, dia mengetahui ternyata seorang bapak tadi…
yang ternyata seorang….DUKUN! itu telah pergi. Sedangkan pasien gastritis
tersebut………..ya jelaslah sudah nampak ”sehat” kembali. Rehidrasinya telah berhasil
dengan beberapa ratus ml cairan NaCl dan tentu saja keseimbangan elektrolit telah
kembali normal.
Walaupun perawat 2 mengetahi, bahwa bapak tadi seorang dukun dia tetap
menanyakan pada pasien untuk kejelasan tentang bapak tersebut.
Perawat 2 : bagaimana buk..bagaimana perasaan ibu sekarang?
Pasien : udah agak mendingan sus
Adik pasien : ya kelihatannya kakak saya sudah mendingan sus..berkat dukun tadi.
Perawat 2 : Terlebih dulu saya minta maaf...penyakit kakak ibu ini tidak ada sangkut
pautnya dengan kedatangan dukun tadi. Kakak ibu sudah agak baikan
bukan karna dukun itu. Karna sebelum dukun tadi datang, dokter telah
memeriksa kakak ibu dan ternyata Kakak ibu menderita Gastritis kronis
yang biasa disebut dengan sakit maag dan., tadi dia beberapa kali muntah.
Akibat itu dia memngalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat muntah yang terlalu sering dan lama dan kami memasang iv line
dan infus NaCl agar keseimbangan cairan dan elektrolit kembali normal.
Jadi sekarang….semua gejala-gejala tadi sudah hilang, hanya sedikit lemas masih
dirasakan , karena penyakitnya memang masih ada.
Jadi bu, intinya kesembuhan dari gejala-gejala tadi bukan di sebabkan karna
dukun, tapi karna pertolongan yang diberikan tadi dan tidak lupa ini semua juga karna
pertolongan Allah, dan perlu ibu ketahui penyakit kakak ibu ini belum sepenuhnya
sembuh, maka ibu ini harus menjaga kesehatan( sambil melihat ke arah pasien)
Kerabat pasien terdiam mendengarkan penjelasan perawat 2, dan terlihat
mengerti.
Setelah itu perawat 2 melepaskan Infus pasien...kemudian dengan beberapa
”pendidikan” tentang penyakitnya, beberapa saran dan bekal obat yang telah diresepkan
oleh dokter, dan pasien tadi dipersilahkan pulang, dengan catatan obat-obat yang
diberikan harus dikonsumsi. Pasien setuju, kemudian mereka pulang.
Setelah selesai menjalankan tugasnya perawat kembali ke ruangan dan
menceritakan hal-hal yang dialaminya kepada rekan-rekannya dan dokter.
Di daerah yang masih minim pengetahuan, atau bisa dibilang…primitif…sering
dihadapkan dengan kondisi-kondisi seperti itu, sebuah kondisi yang sudah tercipta turun
temurun sejak berabad-abad lalu, sehingga sulit untuk dirubah, dan ini membutuhkan
penjelasan yang efektif dari seorang yang profesianaol yang mampu meyakinkan orang-
orang tersebut dalam hal ini. Pasien dan keluarganya tadi tak mampu melihat bahwa
kondisinya tadi membaik karena pemberian cairan itu. Yang mereka tau, bahwa dukun
tadi berhasil menyembuhkannya, padahal dukun tersebut datang pada saat yang paling
tepat, yaitu saat tercapainya rehidrasi dan keseimbangan elektrolit tubuh. Sehinga mereka
beranggapan dukun lah yang menyembuhkan. Tapi setelah di berikan penjelasan oleh
perawat barulah mereka percaya. Tapi juga butuh usaha yang sangat extra dari beberapa
pihak untuk menepiskan kepercayaan “salah” yang telah turun menurun dan mendarah
daging pada diri seseorang/masyarakat itu kalau-kalau mereka sangat teguh pada
pendiriannya.