37
TUMOR LARING Oleh dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP : 198109142009121002 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA DAN LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN USU MEDAN 2011 Universitas Sumatera Utara

dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

TUMOR LARING

Oleh

dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL

NIP : 198109142009121002

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK

BEDAH KEPALA DAN LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN USU

MEDAN 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 2: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II TUMOR JINAK LARING 2

2.1 Papilloma laring 2

2.2 Chondroma 3

2.3 Neurofibroma 4

2.4 Granular Cell Myoblastoma 4

2.5 Adenoma 4

2.6 Chemodectoma 5

2.7 Lipoma 5

2.8 Hemangioma 5

2.9 Pseudotumor 6

2.10 Granuloma 7

2.11 Amyloidosis 7

BAB III TUMOR GANAS LARING 9

3.1 Etiologi 9

3.2 Patofisiologi 11

3.3 Klasifikasi 13

3.4 Keluhan dan Gejala Klinis 17

Universitas Sumatera Utara

Page 3: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

3.5 Diagnosis 19

3.6 Penyebaran tumor ganas laring 21

3.7 Terapi 24

3.8 Prognosis 29

3.9 Rehabilitasi suara pasca laringektomi 30

DAFTAR PUSTAKA 34

Universitas Sumatera Utara

Page 4: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

BAB I

PENDAHULUAN

Dengan bertambahnya usia harapan hidup di Indonesia yang semakin

meningkat, berakibat meningkatnya kemungkinan ditemukan berbagai penyakit

keganasan dan degeneratif. Salah satunya adalah keganasan didaerah kepala leher

yaitu karsinoma laring.

Kanker kepala dan leher merupakan 5% dari seluruh keganasan pada tubuh

manusia, dan kejadian tumor ganas laring sekitar 1-2%.1 Peneliti di Indonesia

didapatkan karsinoma laring sekitar 0,5-2% . Tumor laring di Indonesia menduduki

urutan ke tiga – ke empat dengan insidensi sekitar 6-13% dari keganasan di bidang

THT-KL. Sampai saat ini penyebab pasti karsinoma laring belum diketahui secara

pasti. 2

Masyarakat Indonesia yang tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan

rendah kurang memperhatikan kesehatan dan kurang memanfaatkan sarana kesehatan

yang ada dengan alasan faktor ekonomi. Hal inilah yang mengakibatkan kebanyakan

pasien dari kelompok ini dengan karsinoma laring datang pada stadium lanjut yang

mengakibatkan tingginya angka kematian.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

BAB II

TUMOR JINAK LARING

Tumor jinak laring relatif jarang ditemukan. Menurut urutan angka

kejadiannya Papiloma, chondroma, neurofibroma, Leiomyoma, angiofibroma,

myoma, hemangioma, dan chemodectoma.1,2

2.1 Papiloma Laring 1,2

Papiloma laring merupakan tumor jinak laring yang paling sering

ditemui ,dan dapat mengenai semua usia tetapi paling sering pada anak-anak.

Penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang biasanya

ditransmisikan pada anak dari jalan lahir. Resiko terjadinya infeksi HPV dari ibu

ke anak sebesar 1 : 80 – 1: 500. Remisi total biasanya dapat terjadi saat usia

pubertas.

Patologi:

Tumor papillary epithelial biasanya mengenai Vocal cord tapi bisa juga

mengenai daerah supraglotik dan subglotik

Dapat juga mengenai trachea dan bronchus

Papiloma lebih sering terdapat pada anak-anak, dan biasanya bersifat

multiple.

Papiloma pada dewasa lebih sering bersifat tunggal, tapi dapat berubah

menjadi suatu keganasan

Perubahan kearah keganasan lebih sering pada papiloma dengan sub tipe 6

dan 11

Gejala:

1. Aphonia atau pada infant tangisan yang lemah merupakan tanda yang

pertama

2. Dyspnoe dan stridor

Universitas Sumatera Utara

Page 6: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

3. Hoarseness merupakan tanda, yang paling sering terdapat pada dewasa.

Terapi:

1. Mikrolaringoskopi dengan CO2 laser eksisi

2. Tracheotomy biasanya diperlukan , tetapi sebaiknya dihindari untuk

mencegah penyebaran ke subglotik. Jika dilakukan tracheotomy, dekanulasi

harus segera dilakukan setelah debridement

3. Cryosurgery

4. Photodynamic Therapy

5. Autigennous Vaccine

6. Avidano dan Singleton memperlihatkan hasil yang signifikan

dengan penggunaan interferon dan methotrexate.

7. Cidofovir

8. Irradiasi merupakan kontraindikasi karena adanya efek karsinogenik

2.2 Chondroma 1,2

Chondroma merupakan lesi yang tumbuh lambat dan terdiri dari

kertilago hyalin. Lebih banyak mengenai wanita bila dibandingkan dengan

wanita. Lokasi tersering terjadinya chondroma yaitu di bagian dalam dari posterior

plate kartilago krikoid, diikuti dengan thyroid, arythenoid dan epiglottis

Gejala:

Hoarseness, dyspnea dan dysphagia

Perasaan penuh ditenggorokan

Dyspnea dan hoarseness khas untuk massa di supraglotik

Hoarseness disebabkan karena restriksi dari gerakan pita suara oleh massa

Pemeriksaan laryngoskopi menunjukan adanya tumor dengan mukosa yang hales, lembut,bilat atau nodular. Pemeriksaan pilihan untuk saat ini adalah dengan menggunakan CT- Scan

Universitas Sumatera Utara

Page 7: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Chondroma dari thyroid, krikoidatau kartilago trakea dapat mencul sebagai massa yang keras

Kalsifikasi biasanya dapat dilihat dari pemeriksaan radiografi

Terapi :

1. Surgical excision : Lokasi menentukan teknik operasinya

2. Lateral external approach

3. Total laringektomi untuk massa yang rekuren

2.3 Neuorofibroma 1,2

Neurofibroma merupakan tumor yang jarang didapatkan, berasal dari sel

Schwan. Tumor ini biasanya berawal dari plika aryepiglotika. Insidensi pada

wanita: pria = 2:1.

2.4 Granular Cell Myoblastoma 1,2

Diperkiarakan tumor ini berasal dari neurogenik. Dapat mengenai semua

usia dan lebih banyak mengenai pria. Lesi biasanya terdapat di bagian posterior

dari pita suara sejati atau arytenoid. Lesi biasanya kecil, bertangkai dan berwarna

abu-abu. Suara serak merupakan satu-satunya gejala. Mukosa menunjukan

adanya hyperplasia pseudoepiteliomatosa. Terapinya dengan eksisi menggunakan

direk laringoskopi.

2.5 Adenoma 1,2

Merupakan tumor yang tumbuh dari glandula seromusin yang jarang

ditemui. Lokasi tersering adalah di pita suara palsu atau ventrikel. Gejalanya sangat

minimal sampai tumor tersebut menyebabkan obstruksi saluran nafas.

Terapinya adalah dengan pembedahan (eksisi) peroral atau thyrotomy.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

2.6 Chemodectoma 1,2

Chemodectoma berasal dari jaringan paraganglion. Biasanya terdapat di pita

suara palsu dan plika aryepiglotika. Permukaannya halus, kistik dan berwarna

merah. Sering terjadi pendarahan saat dilakukan biopsy. Terapinya adalah

pembedahan (eksisi) melalui lateral pharyngotomy.

2.7 Lipoma 1,2

Merupakan tumor yang berasal dari jaringan lemak terutama

didaerah plika ventrikularis. Secara makroskopis tumor ini berwarna terang ,

berkapsul, dan berlobus. Secara makroskopis lipoma merupakan tumor yang terdiri

dari sel-sel lemak dalam berbagai ukuran dan stroma fibroventrikuler. Terapi

dapat dilakukan dengan pembedahan eksisi via laringoskopi untuk tumor yang

bertangkai atau pharingotomy untuk submukous tumor.

2.8 Hemangioma 1,2

Hemangioma merupakan tumor jinak dari pembuluh darah dan sering

muncul sebagai lesi kutaneus yang melibatkan daerah wajah dan leher. Hemangioma

yang mengenai jalan nafas dapat dibagi menjadi dua macam yaitu bentuk

neonatal dan dewasa.

Neonatal hemangioma yang terdapat pada jalan nafas hampir selalu muncul

di area subglotik.ekstensi hemangioma ke daerah posterior interarytenoid

telah lama diketahui. Eksisi pada darah ini harus dihindari atau dibatasi

untuk mencegah terjadinya scarring pada daerah glottik posterior.

Hemangima pada orang dewasa dapat berawal dari glottis atau

supraglotis. Cenderung untuk membentuk massa submukosal yang diskret.

Terapi dengan eksisi CO2 atau Nd YAG laser (Untuk angioma yang kecil )

atau lateral pharyngotomy (Untuk angioma yang besar). Intralesional atau

sistemik steroid berguna sebagai terapi adjuvant pada terapi laser.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

2.9 PSEUDOTUMOR

2.9.1 KISTA 1,2

Kista laring dapat berupa kelainan kongenital atau didapat. Kista ini

dapat timbul pada plika vokalis (55%), Plika ventrikularis (25%) atau di epiglottis

(20%) Kleinsaser,1978)

Kista ini dapat dilapisi oleh epitel skuamosa atau kolumner.

2.9.2 KISTA KONGENITAL 1,2

Sangat jarang dan paling umum terdapat di plika ventrikularis atau

diplikaariepiglotika. Biasanya didiagnosa pada periode neonatal kareana adanya

kesulitan bernafas. Kista ini dapat murni berasaldari sel-sel embrionik yang

sekuestrasi pada saccule atau ventrikel laringeal atau tumbuh dari glandula

seromusinus. Kista ini dapat diincisi atau di eksisi bila memungkinkan.

2.9.3 KISTA RETENSI 1,2

Kista retensi dilaring dapat berupa skuamosa atau kolumner,

dimana keduanya dapat berasal dari glandula salivatorius seromusin yang

mengalami obstruksi. Jenis skuamosa lebih umum dan terdapat

dipermukaan lingual dari epiglottis, pada valekula dan di plika ariepiglotika.

Kista ini biasanya terdiagnosa saat ukurannya sudah besar, sedangkan bila

kista kecil biasanya terdiagnosa secara tidak sengaja.

Kista skuamosa juga dapat timbul sepanjang lapisan skuamosa di

plika vokalis, terutam dibawah permukaan anterior dari cord. Kista yang kecil

(minor) pada plika vokalis biasanya dipenuhi dengan mucus yang jernih. Kista yang

besar mengandung mucus kekuningan lapisan cairan yang tebal dan kadang-

kadang mengandung kristal kolesterol.Dengan pemeriksaan laringoskopi,

antara kista dan polip di plika vokalis sulit untuk dibedakan.. Dari

Universitas Sumatera Utara

Page 10: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

pemeriksaan mikroskopik baru dapat dibedakan.

Terapinya dengan eksisi kista minor plika vokalis dan marsupialisasi

untuk kista yang besar. Kista pada plika ventrikularis sering salah

interpretasi dengan sebuah neoplasma sehingga mendiagnosa banding

keduanya sangat penting. Kista ini biasanya timbul diatas umur 60 tahun dan

dilapisi oleh sel kolumner dan kadang-kadang sel onkositik. Adanya sel-sel

onkositik ini menandai adanya proses penuaan dan dapat juga merupakan

komponen yang predominan dari kista dan tumor.

2.10 GRANULOMA 1,2

Granuloma pita suara biasanya muncul dari prosesus vokalis atau

dari aritenoid. Pasien sering memiliki riwayat gastric refluk atau riwayat

trauma atau riwayat intubasi endotrakeal yang lama. Lamanya intubasi, jenis

dan ukuran tube yang dipakai Berta tingkat relaksasi pasien akan

mempengaruhi timbulnya granuloma.

Granuloma dapat timbul beberapa minggu setelah ekstubasi. Dapat

timbul gejala suara serak, iritasi dan rasa nyeri. Biasanya dilakukan Ulserasi

dan granuloma kontak ini diduga etiologinya diduga multifaktoral. Kebanyakan

terjadi pada usia diatas 30 tahun (Kleinsasser 1978 dan Othman 1983). Adanya

vocal abuse merupakan faktor yang penting (Jackson 1982). Stres

emosional juga merupakan faktor etiologi (Peacher,1961) dan faktor- faktor

lainnya seperti hiatus hernia gastroesofageal refluks dismolitas dan lain-lain.

Granuloma yang eksesif perlu eksisi dan terapi suara sesudahnya.

2.11 AMYLOIDOSIS 1,2

Karakteristik dari amyloidosis adalah adanya deposit substansi

protein di ekstraseluler, walaupun patogenesanya belum diketahui.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Amyloidosis dapat timbul general atau lokal. Laring merupakan tempat

yang jarang sebagai primer amyloidosis, walaupun merupakan tempat

yang utama untuk amyloidosis pada traktus respiratorius.

Tumor ini lebih banyak pada laki-laki dibanding wanita dan timbul

pada dekade usia 40 tahun dan 60 tahun. Tempat yang sering terkena

adalah plika ventrikularis, plika ariepiglotika dan subglotis. Amyloidosis

selain dilaring memperlihatkan 2 bentuk yaitu bentuk seperti tumor dan bentuk

infiltrasi yang difus.

Gejala yang timbul tergantung letaknya, bila di pita suara timbul

suara serak, sedang problem inspirasi akan timbul bila letaknya di subglotik.

Terapi Amyloidosis laring adalah pembedahan yang dapat dilakukan secara

mikrolaringoskopi. Lesi yang terlokalisir dapat dibuang seluruhnya tetapi

untuk yang difus mungkin memerlukan eksisi ulang untuk mengembalikan

fungsi jalan nafas dan menjaga suara. Perawatan ekstra diperlukan bila

aritenoid diangkat dari daerah cincin krikoid untuk menghindari stenosis.

Bila akstensif diperlukan laringofissure. Menurut Jones (1972) memperlihatkan

kegunaan immunosupresif atau sitostatika yntuk amyloidosis yang murni berasal

dari immunoglobulin.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

BAB III

TUMOR GANAS LARING

Laring merupakan lokasi tersering terjadinya kanker pada saluran aerodigestif

bagian atas. Dari penelitian diluar negeri didapatkan kanker kepala leher merupakan

5% dari seluruh keganasan pada tubuh manusia dan kejadian tumor ganas laring

sekitar 1-2%. Sedangkan penelitian di Indonesia menduduki urutan ke tiga atau ke

empat dengan insidensi sekitar 6-13% dari keganasan di bidang THT-KL.

Karsinoma laring banyak mengenai laki – laki dibandingkan dengan

perempuan (5 : 1). Dimana terbanyak pada kelompok perokok bila dibandingkan

dengan yang bukan perokok. Seiring berkembangnya waktu kebiasaan meokok tidak

hanya dimiliki oleh laki – laki saja, tetapi banyak juga wanita memiliki kebiasaan ini

sehingga insinendinya mengalami peningkatan. Karsinoma laring tersering pada

dekade usia 60 – 70 tahun dan jarang pada usia dibawah 30 tahun.3

3.1 ETIOLOGI

Sampai saat ini etiologi dari tumor ganas laring belum banyak diketahui

secara pasti, namun dari berbagai penelitian didapatkan kebiasaan merokok dan

minum alcohol mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya tumor ganas laring. Berikut

di bawah ini akan diuraikan etiologi dari tumor ganas laring:2

Merokok

Merokok tembakau merupakan factor resiko yang paling sering untuk

terjadinya tumor laring, makin banyak merokok resiko makin besar dan di daerah

tempat merokok 5 sampai 35 kali lebih banyak dari daerah bukan tempat merokok.

Ethyl nitrit didapatkan sebagai bahan karsinogen pada asap rokok. Merokok lebih

dari 40 batang sigaret perhari mortalitas 15/100.000 sedangkan pada yang bukan

perokok 0,6/100.000. Insiden karsinoma laring dapat diturunkan dengan berhenti

merokok dan menghindar dari asap rokok. 3

Universitas Sumatera Utara

Page 13: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Berat ringannya perokok dibagi atas perokok ringan bila merokok 20 batang

rokok sigaret perhari, perokok sedang 20 – 39 batang rokok dan 40 batang rokok atau

lebih perhari lebih dari 20 tahun. 3

Scanlon FF mendapatkan perokok sigaret non filter paling sering sebagai

penyebab keganasan. Pemaparan asap tembakau terutama sigaret menyebabkan

metaplasia dan perubahan kearah keganasan. Tembakau dan alcohol dapat merusak

permukaan mukosa laring dimana sel pada lapisan ini harus tumbuh cepat untuk

mengadakan perbaikan kerusakan sel. Kedua factor resiko tersebut merusak DNA

yang menimbulkan perubahan sel menjadi tumor. 3

Perokok pasif atau sekunder adalah orang sekitar orang yang sedang merokok

dimana sama – sama menerima iritasi dan toxin seperti karbon monosida, nikotin,

hydrogen sianida, dan ammonia sama dengan karsinogen seperti

benzene,nitrosamine, vinil khlorida, arsenic dan hidrokarbon. Selama merokok

nicotine dengan cepat diabsorbsi ke dalam darah menuju ke otak menyebabkan efek

adiktif. 3

Alkohol

Alkohol dapat menyebabkan iritasi pada mukosa, kerusakan hepar,

imunokompetensi menurun, sebagai kofaktor perubahan nitrit menjadi ntrosamine

dan mempermudah absorbs karsinogen. Pemakaian kombinasi dengan tembakau akan

lebih meningkatkan resiko terjadinya karsinoma laring. Efek tembakau dan alcohol

saling sinergis. Menurut Cauvi JM mendapatkan pemakai tembakau dan alcohol paa

penderita karsinoma squamosa supraglotis lebih dari 90%.3

Radiasi

Irradiasi telah lama diketahui sebagai karsinogenik. Adanya tumor yang

diinduksi radiasi (radiation-induced tumor) pernah dilaporkan yaitu sebanyak 2 kasus

karsinoma squamosa. Riwayat terpapar radiasi akan meningkatkan terjadinya

karsinoma laring pada penderita tirotoksikosis dan limfadenopati servik benigna

Universitas Sumatera Utara

Page 14: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

setelah mendapat radioterapi dan terjadinya peningkatan kejadian 25 – 30 tahun

setelah radiasi.

Pekerjaan

Faktor pekerjaan sebagai penyebab terjadinya karsinoma laring dipengaruhi

dengan adanya konsumsi rokok dan kebiasaan minum alcohol. Beberapa peneliti

mendapatkan pada sekelompok orang yang pekerjaannya berhubungan dengan debu

kayu, asap cat, nikel terdapat peningkatan karsinoma laring daripada kelompok

lainnya.

Faktor – faktor lain

Beberapa peneliti mendapatkan infeksi papiloma virus, refluks

gastroesofageal dan keadaan imunosupresi berpengaruh untuk terjadinya karsinoma

laring.

Infeksi virus Human Papilloma yang awalnya pertumbuhan benign dapat

menjadi maligna pada waktu kemudian. Penderita infeksi virus 25% dapat menjadi

karsinoma laring, dimana virus menginvasi sel hidup untuk reproduksi dengan

menempel pada reseptor permukaan sel target. Setelah masuk sel terjadi integrasi

material genetic dengan host yang dengan mekanisme tertentu dapat menjadi kanker

dan secara tidak langsung hal ini terjadi melalui proses imunodefisiensi.

3.2 PATOFISIOLOGI

Suatu karsinoma adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali dengan

jaringan yang tidak teratur sehingga meluas tanpa batas mengganggu fungsi organ

dan membahayakan nyawa mahluk tersebut. Pada sel normal terdapat

kesetimbangan antara sinyal – sinyal yang menstimulasi dan menginhibisi

pertumbuhan yang diregulasi dengan cermat sehingga pembelahan sel hanya bila

diperlukan. Pada sel tumor proses ini terganggu sehingga pembelahan sel

berlangsung terus menerus. Proses pembelahan adalah pengendalian sel melalui

Universitas Sumatera Utara

Page 15: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

siklus sel dimana melibatkan berbagai kejadian yang menghasilkan duplikasi

DNA dan pembelahan sel. Pada sel tumor mutasi gen – gen yang mengkontrol

siklus sel menghasilkan sel – sel yang mengandung DNA rusak. Kerusakan DNA

dapat menyebabkan penata ulang kromosom dan transmisi DNA yang rusak.

Onkogen merupakan protein dasar berfungsi dalam regulasi pembelahan sel dalam

keadaan normal. Terdapat dua kelompok gen yang berperanan dalam timbulnya

kanker berupa kelompok gen yang terlibat dalam pengendalian kontrol positif (proto-

onkogen ) dan negatif (tumor supresor ) pada siklus sel. Proto-onkogen mempunyai

potensi tinggi untuk menyebabkan terjadinya kanker sedangkan supresor gen

yang menghambat proliferasi sel. Gen supresor tumor banyak mendapat perhatian

adalah p53, mutasi pada gen ini paling banyak ditemukan pada kanker manusia

menghasilkan protein abnormal yang dapat mengikat protein produk gen p53

normal dan menghambat fungsinya sebagai penghambat proliferasi sel Mutasi

pada titik mutasi gen p53 terdapat 45 % pada karsinoma sel squamous kepala –leher.

Sel normal dapat mengadopsi fenotipe karsinoma dengan pengaruh gen set

kanker atau virus tumor genetik sebaliknya set kanker dapat kembali menjadi

fenotipe normal setelah gene yang mengalami transformasi maligna diperbaiki.

Pemaparan lingkungan yang mengandung bahan – bahan karsinogenik dapat

merusak molekul DNA. Tiap rantai DNA mengandung ribuan gene merupakan

urutan unit spesi ik merupakan kode infonnasi untuk sintesa protein. Urutan DNA

merupakan lokasi target untuk mutagen spesifik seperti asap tembakau

mengandung nitropolycyclic aromatic hydrocarbon membentuk 7 methyl

guanine dan 4 aminobiphenyl pada nukleotida guanine memberikan tipe dan

gambaran karsinoma. Dengan ditemukan gen yang berperanan pada

perkembangan kanker memungkinkan penggunaan elemen genetik dan produknya

sebagai target untuk pencegahan dan pengobatan. Terapi strategic berdasarkan asam

nukleat untuk pengobatan kanker disebut terapi gene.

Insidensi yang tinggi mutasi p53 pada penderita tumor yang merokok dan

peminum dibandingkan dengan yang tidak merokok dan peminum.3,4

Universitas Sumatera Utara

Page 16: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

3.3 KLASIFIKASI

Secara anatomi karsinoma laring dibagi sebagai berikut:4

1.Tumor supraglotik

Epilaring termasuk zona marginal: suprahyoid epiglottis, plika

ariepiglotika dan aritenoid. Supraglotik diluar epilaring: infrahyoid

epiglottis, plika ventrikularis dan ventrikularies cavities

Gambar 4.1, Tumor laring supraglotis

2.Tumor glotis

Mengenai plika vokalis, komisura anterior dan komisura posterior.

Batas inferiornya adalah ketebalan mukosa antara 5 – 10 mm dibawah tepi

bebas plika vokalis, 10 mm merupakan batas inferior otot- otot intrinsic

pita suara. Batas atasnya adalah batas lateral ventrikel, sedangkan dasar

ventrikel sendiri termasuk dalam daerah glottis.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Gambar 4.2, tumor laring glotis

3.Tumor subglotik

Tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas plika vokalissampai

batas inferior kartilago krikoid.

Gambar 4.3, tumor laring subglotik

Universitas Sumatera Utara

Page 18: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

4.Tumor transglotik

Merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

grup tumor yang menyeberang ventrikel sehingga melibatkan bagain region

glottis maupun supraglotis maupun supraglotis. Pada tumor transglotik sulit

untuk kita tentukan asal dari tumornya.

Sistem stadium (staging) berdasarkan “The American Joint Committee On

Cancer For Laryngeal Carcinoma’ (Lee, 1995)

Supraglotis

T1 Tumor terbatas pada satu sisi daerah supraglotis dengan mobilitas pita suara

yang normal

T2 Tumor melibatkan lebih dari satu sisi daerah supraglotis, atau glotis, dengan

mobilitas pita suara yang terganggu

T3 Tumor terbatas pada laring dengan pita suara yang terfiksasi. Tumor dapat

menginvasi area postkrikoid, sinus piriformis medial, atau ruang pre-epiglotis

T4 Tumor menginvasi daerah kartilago tiroid dan atau sudah meluas ke luar laring

Glotis

T1 Tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior)

dengan mobilitas yang normal

T1A Tumor terbatas pada satu sisi pita suara

T1B Tumor mengenai kedua sisi pita suara

T2 Tumor sudah menjalar ke daerah supraglotis dan subglotis dengan mobilitas

pita suara yang terganggu

T3 Tumor terbatas pada laring dengan pita suara yang terfiksir

T4 Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid dan atau dengan penyebaran

langsung Ekstralaringeal

Universitas Sumatera Utara

Page 19: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Subglotis

T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis

T2 Tumor meluas ke daerah glotis dengan atau tanpa disertai gangguan mobilitas

pita

suara

T3 Tumor terbatas pada daerah laring dengan pita suara yang terfiksasi

T4 Tumor menginvasi tulang rawan krikoid dan tiroid, dengan penyebaran

Ekstralaringeal

Penyebaran ke kelenjar limfe regional

Nx Kelenjar limfe tidak teraba

N0 Tidak terjadi metastase regional

N1 Metastase ke satu kelenjar limfe servikal ipsilateral, teraba dengan ukuran

diameter kurang dari 3 cm

N2A Metastase ke kelenjar limfe servikal tunggal ipsilateral, teraba dengan ukuran

diameter lebih dari 3 cm tapi kurang dari 6 cm

N2B Metastase ke kelenjar limfe servikal multipel ipsilateral, teraba dengan ukuran

diameter tidak lebih dari 6 cm

N2C Metastase ke kelenjar limfe servikal bilateral atau kontralateral, teraba dengan

diameter tidak lebih dari 6 cm

N3 Metastase ke kelenjar limfe, diameter lebih dari 6 cm

Metastase Jauh

Mx Tidak terdapat/terdeteksi metastase jauh

M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Terdapat metastase jauh

Universitas Sumatera Utara

Page 20: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Stadium untuk karsinoma Laring* (Lee, 1995)

N Stage

T Stage N0 N1 N2 N3

Tis

T1

T2

T3

T4

0 - - -

I III IV IV

II III IV IV

III III IV IV

IV IV IV IV

*Diasumsikan M0 pada semua kasus. Setiap T atau N dengan M1 merupakan bagian

dari stadium IV

3.4 KELUHAN DAN GEJALA KLINIS

Keluhan dan gejala karsinoma laring tergantung dari lokasi dan

besarnya tumor, seperti serak, sesaknyeri tenggorokan, gangguan menelan,

rasa mengganjal, batuk, dan benjolan di leher.1

Serak

Serak merupakan gejala yang ditimbulakn oleh setiap keadaan yang

mengganggu fungsi fonasi normal laring. Serak merupakan keluhan dini

dan sifatnya menetap bila tumor pada daerah glottis, sedangkan pada

daerah supraglotis atau subglotis dapat merupakan keluhan stadium lanjut.

Keluhan serak lebih dari 2 minggu harus menduga suatu keganasan. Dari

beberapa penelitian didapatkan pasien dengan karsinoma laring datang

dengan keluhan serak sebanyak 77,2%. Pada karsinoma laring, pita suara

gagal berfungsi secara baik. Hal ini disebabkan oleh ketidakteraturan

bentuk pitasuara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot –

otot vokalis, sendi dan ligament kriko-arytenoid.1

Universitas Sumatera Utara

Page 21: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Sesak

Gejala sesak terjadi akibat gangguan jalan nafas oleh adanya massa

tumor, penumpukan debris, secret dan fiksasi pita suara.

Nyeri tenggorokan

Hal ini menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai

struktur ekstra laring terutama sekitar faring, pangkal lidah, dan jalan

masuk esophagus superior. Nyeri tenggorokan biasanya timbul pada tumor

daerah supraglotik. Karnell mendapatkan keluhan nyeri tenggorokan pada

kasus karsinoma laring sebesar 24,4% pada tahun 1990 – 1992. 1

Gangguan menelan

Gangguan menelan (disfagia) adalah cirri khas tumor pangkal lidah,

supraglotik, hipofaring superior dan sinus piriformis. Banyak pasien

mengeluh rasa penuh di tenggorokan. Disfagia berhubungan dengan

besarnya tumor dan adanya suatu invasi yang jauh sampai luar batas laring1

Batuk

Batuk merupakan keluhan yang jarang pada tumor ganas glottis yang

timbul akibat luapan secret dan cairan ke dalam laring, sehingga

merangsang reflex batuk. 1

Benjolan di leher

Hal ini timbul disebabkan adanya ekstensi secara langsung dari

tumor atau yang lebih umum karena metastase pada kelenjar yang biasanya

tampak sebagai benjolan di leher. Lokasi benjolan sesuai dengan aliran

limfatik dari daerah laring yang terkena. 1

Universitas Sumatera Utara

Page 22: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

3.5 DIAGNOSA

Diagnosa ditegakkan dengan

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan umum

c. Pemeriksaan faring

d. Pemeriksaan leher

e. Radiologi

f. Pemeriksaan laboratorium

g. Pemeriksaan histopatologis

1. Anamnesis

Anamnesis yang teliti mengenai perjalanan penyakit serta faktor-faktor yang

diduga sebagai penyebab seperti merokok, alkohol serta data mengenai usia, jenis kelamin

dan riwayat pekerjaan. 1

2. Pemeriksaan umum

Diperlukan untuk mengetahui keadaan umum secara keseluruhan seperti

tampak sakit berat, sesak nafas, penurunan berat badan serta ada tidaknya gambaran

penyebaran jauh seperti ke hepar. Juga untuk menilai status fisik untuk tindakan

biopsi, pembedahan, radioterapi atau kemoterapi. 1

3.Pemeriksaan laring

Dengan pemeriksaan laringoskopi langsung dan tidak langsung kita

dapat menentukan ukuran dan lokasi tumor. Pemeriksaan laringoskopi tidak langsung

kurang begitu bermakna dan hanya merupakan pemeriksaan pendahuluan sedang

dengan pemerikssan laringoskopi langsung kita dapat membedakan massa tumor

laring bila dilihat dari gambarannya :

Universitas Sumatera Utara

Page 23: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Tumor supraglotik : tampak tepi meninggi dan banyak bagian-bagian

dengan ulserasi sentral atau kemerahan dan sering kali meluas.

Tumor Glotik : cenderung lebih proliferatif dari pada ulseratif. Lesi yang

khas menyerupai kembang kol dan berwarna keputihan.

Tumor subglotik : lebih difus dan mempunyai ulkus superficial dengan tepi

lebih tinggi dan lebar.

4.Pemeriksaan Leher

Untuk melihat adanya penyebaran tumor baik langsung maupun secara

metastase melalui kelenjar getah bening regional. Tempat terbanyak metastasis

adalah kelenjar getah bening di upper dan middle deep cervikal. Tumor subglotik

lebih sering bermetastase sedang tumor glotik jarang. Pemerikasaan kelenjar

getah bening harus mencakup jumlah, ukuran dan mobilitas.

5.Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan thorak foto perlu untuk melihat ada tidaknya metastase ke paru-

paru. Juga diperlukan pemeriksaan foto soft tissue leher dengn posisi AP dan

lateral untuk melihat keadaaan airway serta massa tumor. CT scan dan MRI

merupakan pemeriksaan yang lebih canggih lagi untuk determinasi klinis dan ekstensi

tumor primer. 1

6.Pemeriksaan histopatologis

Didapat melalui suatu pemeriksaan laringoskopi langsung dan biopsi

yang bertujuan:

Menentukan diagnosa keganasanya, membedakannya dengan tumor jinak

atau lesi lain seperti jamur, mycobacterium, gumma, sifilis.

Mengidentifikasi tipe tumor : paling sering squamous cell ca.

Menentukan diferensiasi : berhubungan dengan prognosanya

Universitas Sumatera Utara

Page 24: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

7.Pemeriksaan laboratorium

Pada stadium awal sangat diperlukan, misalnya pemeriksaan hematologi

dan fungsi liver, pemeriksaan urin untuk penderita diabetes dan juga

diperlukan pemeriksaan EKG.

Kesulitan-kesulitan dalam mendiagnosa

a. Biopsi yang negatif: harus dilakukan biopsi ulang

b. Keratosis : Keratosisi maligna sulit dibedakan dengan keganasan laring

c. Radiasi sebelumnya : sering ditemukan perikondritis yang

menyebabkan laring sulit kembali normal. Kemungkinan adanya

suatu rekurensi kanker perlu dipertimbangkan

d. Kondisi lain laringitis kronis, tuberkulosis, sifilis dan lesi-lesi jinak dapat

mengaburkan diagnosa keganasan.

Gambaran Patologis

Jenis yang paling sering dijumpai adalah karsinoma sel skuamosa.

Variasi yang berbeda dari sel skuamosa adalah karsinoma verukosa yang

terutama timbul dari rongga mulut yang dapat timbul dalam proposi kecil pada

karsinoma lain.

3.6 PENYEBARAN TUMOR GANAS LARING

A. Karsinoma glotik

Kebanyakan tumor ini berasal dari tepi bebas pita suara yang dilapisi

oleh epitel squamosa. Karsinoma diglotik dapat timbul atau ekstensi ke

komisura anterior yang hanya merupakan lapisan tipis sukmukosa dan

fibrosa pita. suara. Keadaan ini menerangkan tingginya resiko invasi tumor

ke kartilago terutama bila tumor otot dan perikondrium. 1

Garis tengah anterior merupakan daerah tersering invasi tumor ke

Universitas Sumatera Utara

Page 25: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

kerangka laring. Adanya destruksi lokal osteoklas yang aktif dapat menyebabkan

tumor invasif. Bila komisura anterior sudah terinvasi dapat terjadi ekstensi ke

bawah pita suara dan keluar laring melalui membran anterior, terutama

melalui saluran pembuluh darah. Tumor juga dapat ekstensi ke lateral, konus

elastikus dan keluar melalui segitiga krikoid, kartilago tiroid dan bagian medial otot

krikotiroid. 1

Bila otot-otot pita suara sudah terinvasi tumor dapat ekstensi melalui

kumpulan otot-otot anterior dan posterior dan mencapai bagian lateral menuju

kartilago aritenoid dimana tumor akan menutupi mukosa sinus piriformis. Ekstensi

tumor ke kartilago aritenoid sangat sulit diperiksa, sehingga diperlukan CT-Scan.

Ekstensi karsinoma glotik secara vertikal kearah subglotik maupun supraglotik lebih

sering tejadi daripada kearah samping yang berlawanan.

Adanya fiksasi pita suara menandakan invasi yang dalam dan sudah

melibatkan otot tiroaritenoid. Apabila bagian posterior pita suara terlibat tedadi

fiksasi pita suara akibat invasi tumor ke kertilago krikoid, aritenoid dan sendi

krikoaritenoid. Adanya invasi melalui perineural juga menjadi penyebab

penyebaran karsinoma. Penyebaran melalui kartilago ini dijumpai pada 50% kasus

karsinomaglotik. 1

B.Karsinoma Supraglotik

Invasi ke ruang preepiglotik lebih nyata pada karsinoma supraglotik, terutama

pada permukaan posterior laring dan epiglottis. Tumor dapat ke area ini melalui

penetrasi kartilago epiglotika atau destruksi dari kartilago itu sendiri. Lateral dari

ruang ini terdapat ruang paraglotik sehingga tumor dapat invasi kesana. Dari ruang ini

tumor dapat mencapai ruang preepiglotik dan dapat terlihat dengan

pemeriksaan laringoskopi. Invasi tumor ke ruang preepiglotik dijumpai pada hampir

40% kasus karsinoma dan hampir 70% kasus tumor epiglotik. Tumor

supraglotik dapat mencapai kranial melalui ekstensinya ke valekula dan lidah.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Sedangkan kea rah posterior tumor ekstensi ke kartilago aritenoid dan sinus

piriformis. 1

C.Karsinoma Subglotik

Tumor subglotik primer sangat jarang dan mempunyai kecenderungan

untuk tumbuh cepat dan ekstensif sebelum terlihat gejalanya seperti stridor

inspiratoar. Invasi tumor ke pita suara akan menimbulkan kelumpuhan mobilitas pita

suara dan menyebabkan suara menjadi serak. Tumor ini dapat menyebar ke

membrane krikoid anterior atau ke ruang krikotrakeal posterior atau invasi ke trakea

dikaudal. 1

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening

Sistem limfatik sepanjang laring teridiri dari dua bagian yaitu supraglotik

dan subglotik, yang dipisahkan oleh tepi bebas pita suara dimana mempunyai

sistem limfatik yang minimal. Keaclaan ini menerangkan rendahnya insidensi

metastasis ke KGB pada tumor pita suara. Sedangkan bagian supraglotik kaya

akan pembuluh limfe sehingga insidensi metastasenya sangat tinggi yaitu 32

sampai dengan 37 persen. 1

Metastase Jauh

Metastase jauh dari tumor laring adalah jarang, tersering adalah ke

organ paru diikuti ke mediastinum, jarang pada tulang hepar atau organ lain.

Metastase jauh ini biasanya didahului oleh metastase ke KGB regional di leper.

Gambaran histologi dengan diferensiasi buruk, tumor yang nekrotik

dan tumor yang tekah metastase ke KGB mempunyai kejadian yang tinggi

untuk metastase jauh ke paru-paru. 1

Universitas Sumatera Utara

Page 27: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

3.7 TERAPI

Pengelolaan penderita tumor ganas laring dapat bersifat single modality

atupun combined-modality. Dimana dapat dengan oeperatif, radioterapi, kemoterapi

serta terapi kombinasi. Terapi kombinasi yang sering digunakan adalah operatif

dengan diikuti radioterapi.

TERAPI OPERATIF

Laringektomi adalah prosedur pembedahan pada laring untuk

membuang massa tumor, dilakukan tergantung dari lokasi tumor dan

efektifitas dalam mengontrol tumor. Terapi pembedahan dilakukan pada

tumor dengan lokasi yang dapat dijangkau juga dapat dikombinasikan dengan

prosedur radioterapi terutama jika curiga akan terjadi rekurensi setelah

pembedahan. Terapi pembedahan pada karsinoma laring dapat dilakukan

dengan beberapa cara, diantaranya adalah reseksi parsial vertikal, reseksi parsial

horisontal, dan reseksi total (total laringektomi).

Parsial Laringektomi

Parsial laringektomi dapat dilakukan dengan beberapa cara,

diantaranya adalah vertikal/frontolateral laringektomi, horisontal/supraglotik

laringektomi dan cordectomi. Secara umum parsial laringektomi ini akan

mengangkat sebagian dari laring yang terdapat satu pita suara dari komisura

anterior sampai aritenoid, ipsilateral pita suara palsu, ventrikel, ruang paraglotik

dan sebagian kartilago tiroid.

Digunakan untuk tumor dengan T2 dan T3 yang terbatas di glotik atau perluasan

ke subglotik yang minimal atau supraglotik hanya di permukaan inferior pita

suara palsu. Vertikal laringektomi dapat dibagi menjadi 3 tipe dasar

Universitas Sumatera Utara

Page 28: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

penbedahan tergantung dari perluasan tumor sepanjang pita suara.

Tipe 1: karsinoma terbatas pada pertengahan duapertiga pita suara.

Daerah pita suara yang terkena sampai kartilago arytenoid dan ala thyroid

direseksi dengan menyisakan kartilago tiroid posterior sekitar 3mm. Batas

anterior adalah midline. Jaringan subglotik direseksi sampai batas superior dari

kartilago krikoid.

Tipe 2: karsinoma pada pita suara meluas ke komisura anterior.

Jaringan yang direseksi sama dengan tipe 1, kecuali pada 2-3 mm

kartilago tiroid, pita suara palsu dan pita suara asli dan jaringan lunak subglotik di

reseksi pada sisi kontralateral.

Tipe 3: karsinoma pada pita suara meluas ke 1/3 anterior dan pita

suara kontralateral.

Jaringan yang direseksi sama dengan tipe I kecuali pada 4-5 mm

kartilago tiroid, pita suara asli dan palsu dan jaringan lunal subglotik

direseksi pada sisi kontralateral.

Prosedur pembedahan Horizontal / supraglotik laringektomi

Indikasi dari prosedur operasi ini adalah pada lesi maligna secara primer

terdapat di epiglotis, laring dan permukaan lidah. Perluasan tumor ke daerah

aryepiglotik, atau bagian superior dari plika suara palsu di permukaan laring

atau perluasan ke dasar lidah termasuk dapat dilakukan reseksi cara

supraglotik laringektomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Penatalaksanaan postoperatif

Antibiotik

Feeding tube

Perhatikan daerah tracheostomi

Latihan menelan setelah pengangkatan feeding tube

Komplikasi

Aspirasi

Fistula

Rekurensi massa tumor

Cricoid chondritis

Disfagia

Total Laringektomi

Laringektomi total biasanya diindikasikan jika terdapat pita suara yang

terfixir dan tumor klasifikasi T2 atau T2b lebih dari satu tempat dan tergantung dari

luasnya tumor. T3 dan T4 tumor biasanya juga dilakukan prosedur ini.

Pada prosedur ini biasanya seluruh laring diangkat termasuk kartilago tiroid dan

krikoid, aritenoid, pita suara palsu dan asli, epiglotis, ruang preepiglotik dan

paraglotik dan os hyoid. Hal ini membuat pemisahan antara faring dan trakea

sehingga pasien akan bernafas permanen melalui stoma trakeostomi.

Laringektomi total dapat dikombinasikan dengan prosedur ipsilateral tiroid

lobektomi dan istmulobektomi terutama dengan tumor yang meluas ke daerah

subglotik disertai dengan paratrakeal dan trakeoesofageal node dessection.

Komplikasi

Fistula dan luka infeksi

Universitas Sumatera Utara

Page 30: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Rekurensi

Hipoparatiroidism dan hipotiroidism

Stress peptic ulcer dan perdarahan

Pharyngoesophageal stenosis

Tracheitis

Gambar 4.7. Paska total laringektomi

Radioterapi

Terapi radiasi merupakan modalitas utama untuk lesi-lesi berikut

– Tumor ganas pada satu atau kedua pita suara asli yang kecil dan superfisial

serta tidak mengenai komisura anterior atau prosesus vokalis, meluas ke subglotis

atau memfiksasi pita suara.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

– Lesi tepi bebas epiglotis yang < 1 cm.

–Lesi pada pasien yang mempunyai resiko bedah besar.

Radioterapi akan memberikan hasil yang terbaik pada pada karsinoma

stadium dini dimana hanya melibat satu pita suara dan pada kasus dimana tidak ada

pita suara yang terfiksasi ataupun ekstensi ke ekstra laringeal. Pada karsinoma

stadium dini yang mengenai pita suara dengan radioterapi akan memberikan hasil

yang sama memuaskan dengan terapi laringektomi parsial.1 Keuntungan dari

radioterapi ini dibandingkan dengan tindakan operasi adalah pita suara masih dapat

dipertahankan. Pada tumor laring stadium lanjut dapat digunakan sebagai terapi

kombinasi pre operatif dan post operatif. Pada pre operatif dapat diberikan dosis 5000

cGy. Pada post operatif diberikan dosis 5500 sampai 6000 cGy dimana diberikan

dalam fraksi kecil 180 sampai 200 cGy.

Kemoterapi 4

Kemoterapi dimaksudkan untuk memusnahkan sel kanker dan anak sebarnya.

Sifat kerjanya tidak selektif sehingga sel-sel normalpun akan terganggu.

Untuk mengurangi efek samping yang tedadi dan meningkatkan hasilnya dapat

diberikan kombinasi sitostatika yang bekerja secara sinergik.

Syarat pemberian kemoterapi ;

– Berdaya guna maksimal

– Cara kerja yang berbeda untuk mencegah resistensi

Universitas Sumatera Utara

Page 32: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

–Mempunyai efek samping yang berbeda agar dapat diberikan dalam dosis

yang optimal

–Pemberian secara selang-seling untuk memberikan fase istirahat agar

terjadi pemulihan fungsi sel-sel yang normal

Protokol terapi yang sering digunakan memakai bahan dasar platinum yang

dikombinasi dengan 5-fluorourasil dan adriamycin. Sedangkan beberapa

ahli mengemukakan beberapa agen kemoterapi yang lain seperti methotrexate,

bleomycin, cyclophosphamide, oncovin, cytoxan, leucoverin dan vinblastine.

3.8 PROGNOSIS 4

Prognosis karsinoma laring ditentukan oleh lokasi tumor pada

laring, tipe histopatologi, adanya metastasis dan terapi.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Tabel 4.2, 5-years survival rate pada karsinoma laring dihubungakan dengan

modalitas terapi

Tabel 4.3, 5-years survival rate berdasarkan klasifikasi TNM 1972

3.9 REHABILITASI SUARA PASKA LARINGEKTOMI 5

Terdapat 3 cara untuk rehabilitasi suara post total laringektomi yaitu:1).

Esofageal speech, 2). Electrolaring speech dan 3). Tracheoesofageal speech. Dimana

masing – masing dari ketiganya memiliki kebaikan dan kelemahan.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Gambar 4.9. Esophageal speech

Pada esophageal speech merupakan suatu tekhnik dimana pasien

menghantarkan udara ke esophagus. Hal ini dimungkinkan karena adanya tekanan

intra thorakal. Untuk melatih dibutuhkan bantuan dari Unit Rehabilitasi Medik.

Kerugian dari tekhnik ini memerlukan waktu yang agak lama untuk melatihnya dan

menurut beberpa penelitian 75% pasien post total laringektomi mengalami kegagalan

untuk memproduksi suara dengan teknik ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Gambar 4.8. Trakheoesophageal speech

Teknik ini menggunakan suatu prothesis yang menghubungkan antara trachea

dan esophagus. Suara dihasilkan dengan cara menggetarkan segmen faringoesofageal.

Kemudian suara tersebut di artikulasikan dengan lidah di dalam oral cavity.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

Gambar 4.10. Electromechanical speech

Pada teknik ini ditempatkan 2 buah alat pada transcervikal dan intraoral. Dimana prinsip dari kedua alat tersebut bekerja berdasarkan getaran elektromekanik sehingga dapat menghasilkan suara.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: dr. FERRYAN SOFYAN., M.Kes., Sp-THT-KL NIP

DAFTAR PUSTAKA

1. Lee, K.J.Benign Tumours of the Larynx. In; Essential Otolaryngology

Head and Neck Surgery . Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill,

2003: 744-750

2. Calhoun KH. Benign Tumours of the Larynx. In: Byron J. Bailey. Head

and Neck Surgery-Otolaryngology. Third edition. Volume 2.

Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins, 2001: 617-625

3. Sarbini T. Faktor Merokok Sebagai Predisposis Tumor Ganas Laring.

Untuk Gelar Magister Kesehatan. Fakultas Kedokteran Universitas

Padjajaran. Bandung.2003

4. Calhoun KH. Tumor Biology and Immunology of Head and Neck

Cancer. In: Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery-Otolaryngology.

Third edition. Volume 2. Philadelphia : Lippincot Williams and

Wilkins, 2001: 1212-1220

5. Calhoun KH.Voice Rehabilitation After Laryngectomy. In: Byron J.

Bailey. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Third edition.

Volume 2. Philadelphia : Lippincot Williams and Wilkins, 2001: 1523-

1533

Universitas Sumatera Utara