Upload
hendra-hafid
View
376
Download
26
Embed Size (px)
Citation preview
PENDEKATAN
E.1 PENDEKATAN PEMBANGUNAN
Konsep pembangunan yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat adalah dimana masyarakat
dilibatkan secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan dari prasarana
dan sarana tersebut.
Keikutsertaan masyarakat pada tah
disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut, dengan kata lain keikutsertaan masyarakat tidak
mengorbankan kualitas dari prasarana dan sarana tersebut.
E.2 RENSTRADA DAN
Perencanaan Strategik (Renstra) Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana strategis Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan. Dalam kaitan itu, maka
untuk lima tahun kedepan adalah:
Terwujudnya pendayagunaan SDA yang berhasil guna dan berdaya guna melalui peningkatan kualitas
pelayanan secara adil, merata dan berkelanjutan sampai dengan tahun
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
Visi di atas mengandung pengertian:
BAGIAN – E
PENDEKATAN UMUM, METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA
EMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT
Realita menunjukkan bahwa sering terjadi bahwa
prasarana dan sarana yang dibangun
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat, hal ini terjadi karena proses dan
perencanaannya tidak melibatkan masyarakat di
lokasi tersebut, sehingga terjadi apa yang di
bangun oleh Pemerintah tidak sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Konsep pembangunan yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat adalah dimana masyarakat
dilibatkan secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan dari prasarana
Keikutsertaan masyarakat pada tahap-tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan tadi
disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut, dengan kata lain keikutsertaan masyarakat tidak
mengorbankan kualitas dari prasarana dan sarana tersebut.
ENSTRADA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
Perencanaan Strategik (Renstra) Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana strategis Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan. Dalam kaitan itu, maka visi Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi Selatan
untuk lima tahun kedepan adalah:
Terwujudnya pendayagunaan SDA yang berhasil guna dan berdaya guna melalui peningkatan kualitas
pelayanan secara adil, merata dan berkelanjutan sampai dengan tahun
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
Visi di atas mengandung pengertian:
E - 1
UMUM, METODOLOGI DAN
Realita menunjukkan bahwa sering terjadi bahwa
prasarana dan sarana yang dibangun kadangkala
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat
setempat, hal ini terjadi karena proses dan
perencanaannya tidak melibatkan masyarakat di
lokasi tersebut, sehingga terjadi apa yang di
bangun oleh Pemerintah tidak sesuai dengan apa
masyarakat.
Konsep pembangunan yang berbasis kepada pemberdayaan masyarakat adalah dimana masyarakat
dilibatkan secara aktif mulai dari tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan dari prasarana
tahap perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan tadi
disesuaikan dengan kondisi masyarakat tersebut, dengan kata lain keikutsertaan masyarakat tidak
Perencanaan Strategik (Renstra) Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana strategis Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi
Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Propinsi Sulawesi Selatan
Terwujudnya pendayagunaan SDA yang berhasil guna dan berdaya guna melalui peningkatan kualitas
pelayanan secara adil, merata dan berkelanjutan sampai dengan tahun 2020 untuk menuju
(a) Pendayagunaan sumberdaya air, suatu kondisi yang ingin dicapai dalam pemanfaatan secara
efektif dan efisien, merata serta berkecukupan;
(b) Peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan pemanfaatan sumberdaya air, peningkatan peran
serta masyarakat dalam mengelola sumberdaya air, kemampuan personil Dinas Pengelolaan
Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan, peningkatan koordinasi dengan instansi
membina organisasi penerima manfaat sumberdaya air;
(c) Tahun 2020, waktu yang dipilih atas pertimbangan bahwa tahun tersebut pendayagunaan
sumberdaya air dapat dicapai seiring akan dilaksanakan penyerahan pengeololaan sumberdaya
air kepada masyarakat seca
(d) Adil, berarti pemberian air sesuai dengan skala prioritas, merata berarti untuk seluruh
masyarakat, berkelanjutan berarti berkesinambungan/pemberian terus menerus;
(e) Kemandirian masyarakat, kondisi di mana masyarakat melal
sumberdaya air telah dapat mengelola sendiri suatu pemanfaatan sumberdaya air, utamanya
dalam hal operasi dan pemeliharaan SDA untuk kesejahteraan kehidupannya.
E.3 MAKSUD , TUJUAN
E.3.1 Maksud
Maksud yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi
potensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan kebutuhan akan air baku di wilayah studi
serta menentukan alternatif atau solusi dalam penyediaan air
permukiman yang rawan air/kekeringan utamanya pada musim kemarau sehingga akan menjamin
ketersediaan air baku bagi kehidupan penduduk di masa yang akan datang.
Maksud yang hendak dicapai dari kegiatan
Kerja (KAK) adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi lokasi sumber
menunjang ketersediaan air baku di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya khususnya pada
wilayah studi, sehingga di
disesuaikan dengan besarnya kebutuhan.
b. Melaksanakan perencanaan teknis jaringan pipa air baku untuk memenuhi kebutuhan air baku
pada wilayah study
E.3.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini
a. Menjamin kebutuhan air baku
Pendayagunaan sumberdaya air, suatu kondisi yang ingin dicapai dalam pemanfaatan secara
efektif dan efisien, merata serta berkecukupan;
litas pelayanan, peningkatan pemanfaatan sumberdaya air, peningkatan peran
serta masyarakat dalam mengelola sumberdaya air, kemampuan personil Dinas Pengelolaan
Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan, peningkatan koordinasi dengan instansi
membina organisasi penerima manfaat sumberdaya air;
Tahun 2020, waktu yang dipilih atas pertimbangan bahwa tahun tersebut pendayagunaan
sumberdaya air dapat dicapai seiring akan dilaksanakan penyerahan pengeololaan sumberdaya
air kepada masyarakat secara selektif dan demokratis;
Adil, berarti pemberian air sesuai dengan skala prioritas, merata berarti untuk seluruh
masyarakat, berkelanjutan berarti berkesinambungan/pemberian terus menerus;
Kemandirian masyarakat, kondisi di mana masyarakat melalui suatu organisasi penerima manfaat
sumberdaya air telah dapat mengelola sendiri suatu pemanfaatan sumberdaya air, utamanya
dalam hal operasi dan pemeliharaan SDA untuk kesejahteraan kehidupannya.
UJUAN DAN KELUARAN
Maksud yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah mengidentifikasi sumber
potensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan kebutuhan akan air baku di wilayah studi
menentukan alternatif atau solusi dalam penyediaan air baku bagi k
permukiman yang rawan air/kekeringan utamanya pada musim kemarau sehingga akan menjamin
bagi kehidupan penduduk di masa yang akan datang.
yang hendak dicapai dari kegiatan ini sesuai dengan yang tercantum dalam
sebagai berikut :
Mengidentifikasi lokasi sumber-sumber air yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna
menunjang ketersediaan air baku di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya khususnya pada
wilayah studi, sehingga diharapkan memperoleh suatu besaran debit sepanjang tahun dan
disesuaikan dengan besarnya kebutuhan.
Melaksanakan perencanaan teknis jaringan pipa air baku untuk memenuhi kebutuhan air baku
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah :
baku bagi masyarakat;
E - 2
Pendayagunaan sumberdaya air, suatu kondisi yang ingin dicapai dalam pemanfaatan secara
litas pelayanan, peningkatan pemanfaatan sumberdaya air, peningkatan peran
serta masyarakat dalam mengelola sumberdaya air, kemampuan personil Dinas Pengelolaan
Sumberdaya Air Provinsi Sulawesi Selatan, peningkatan koordinasi dengan instansi-instansi yang
Tahun 2020, waktu yang dipilih atas pertimbangan bahwa tahun tersebut pendayagunaan
sumberdaya air dapat dicapai seiring akan dilaksanakan penyerahan pengeololaan sumberdaya
Adil, berarti pemberian air sesuai dengan skala prioritas, merata berarti untuk seluruh
masyarakat, berkelanjutan berarti berkesinambungan/pemberian terus menerus;
ui suatu organisasi penerima manfaat
sumberdaya air telah dapat mengelola sendiri suatu pemanfaatan sumberdaya air, utamanya
dalam hal operasi dan pemeliharaan SDA untuk kesejahteraan kehidupannya.
sumber-sumber air yang
potensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan kebutuhan akan air baku di wilayah studi
bagi kawasan-kawasan
permukiman yang rawan air/kekeringan utamanya pada musim kemarau sehingga akan menjamin
sesuai dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan
sumber air yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna
menunjang ketersediaan air baku di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya khususnya pada
harapkan memperoleh suatu besaran debit sepanjang tahun dan
Melaksanakan perencanaan teknis jaringan pipa air baku untuk memenuhi kebutuhan air baku
b. Mengurangi jumlah penduduk yang kekurangan air
c. Meningkatkan pelayanan air
yang bersumber dari air baku
d. Memperoleh contoh upaya mendapatkan air bersih pada daerah
e. Meningkatkan taraf hidup dan kegiatan ekonomi masyarakat pada
musim kemarau.
Dengan adanya kegiatan ini, kasus
secara bertahap, sistematis, fundamental dan efektif.
E.3.3 Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah menetapkan solusi dan rekomendasi teknis dalam
penyediaan air baku untuk Kabupaten Luwu Timur khususnya pada
pada musim kemarau dan
pelayanan air baku, yang berupa :
a. Produk/dokumen gambar perencanaan bangunan pengambilan dan
termasuk anggaran biaya, dokumen tender serta spesifikasi yang nantinya dijadikan pegangan
untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
b. Konsepsi pola pemikiran dan dasar pengembangan, kriteria perencanaan, sampai ke estimasi
biaya pelaksanaan dengan jasa yang meliputi :
• Identifikasi dan inventarisasi s
kekeringan, ketersediaan, dan kebutuhan air proyeksi periode tertentu di wilayah studi,
termasuk semua potensi sumber daya air
sumber daya air yang dapat dikembangkan untuk penyediaan air baku.
• Program jangka menengah dan jangka panjnag
status penanganan yang telah dilakukan terhadap obyek prasara
pengairan, disusun dalam suatu konfigurasi dalam bentuk rencana sistem pengembangan
sumber daya air di wilayah tersebut.
E.4 PENDEKATAN U
Agar diperoleh hasil yang maksimal, maka perlu dilakukan langkah
melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
a. Pendekatan umum dalam perencanaan menyangkut potensi sungai, sumber air lainnya,
pengelolaan pemanfaatan air dan pengembangan sumber daya air.
Mengurangi jumlah penduduk yang kekurangan air baku pada musim kemarau;
Meningkatkan pelayanan air bersih dalam mengurangi dampak perkembangan
baku;
Memperoleh contoh upaya mendapatkan air bersih pada daerah studi; serta
Meningkatkan taraf hidup dan kegiatan ekonomi masyarakat pada daerah studi
i, kasus-kasus kesulitan air bersih pada musim kemarau dapat ditangani
secara bertahap, sistematis, fundamental dan efektif.
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah menetapkan solusi dan rekomendasi teknis dalam
untuk Kabupaten Luwu Timur khususnya pada kawasan rawan air/kekeringan
menetapkan prioritas program pembangunan dan pengembangan
baku, yang berupa :
Produk/dokumen gambar perencanaan bangunan pengambilan dan jaringan pipa air baku
termasuk anggaran biaya, dokumen tender serta spesifikasi yang nantinya dijadikan pegangan
untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Konsepsi pola pemikiran dan dasar pengembangan, kriteria perencanaan, sampai ke estimasi
ksanaan dengan jasa yang meliputi :
dan inventarisasi sumber daya air dan berbagai permasalahan mengenai :
kekeringan, ketersediaan, dan kebutuhan air proyeksi periode tertentu di wilayah studi,
termasuk semua potensi sumber daya air eksisting yang dapat dikembangkan sebagai
sumber daya air yang dapat dikembangkan untuk penyediaan air baku.
menengah dan jangka panjnag berupa usulan-usulan pekerjaan SID menurut
status penanganan yang telah dilakukan terhadap obyek prasarana dan sarana dasar (PSD)
pengairan, disusun dalam suatu konfigurasi dalam bentuk rencana sistem pengembangan
sumber daya air di wilayah tersebut.
UMUM DAN TEKNIS
h hasil yang maksimal, maka perlu dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
Pendekatan umum dalam perencanaan menyangkut potensi sungai, sumber air lainnya,
pengelolaan pemanfaatan air dan pengembangan sumber daya air.
E - 3
pada musim kemarau;
dalam mengurangi dampak perkembangan penyakit menular
; serta
daerah studi khususnya pada
kasus kesulitan air bersih pada musim kemarau dapat ditangani
Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah menetapkan solusi dan rekomendasi teknis dalam
kawasan rawan air/kekeringan
menetapkan prioritas program pembangunan dan pengembangan
jaringan pipa air baku
termasuk anggaran biaya, dokumen tender serta spesifikasi yang nantinya dijadikan pegangan
Konsepsi pola pemikiran dan dasar pengembangan, kriteria perencanaan, sampai ke estimasi
ir dan berbagai permasalahan mengenai :
kekeringan, ketersediaan, dan kebutuhan air proyeksi periode tertentu di wilayah studi,
yang dapat dikembangkan sebagai
sumber daya air yang dapat dikembangkan untuk penyediaan air baku.
usulan pekerjaan SID menurut
na dan sarana dasar (PSD)
pengairan, disusun dalam suatu konfigurasi dalam bentuk rencana sistem pengembangan
langkah pendekatan dalam
Pendekatan umum dalam perencanaan menyangkut potensi sungai, sumber air lainnya,
b. Pendekatan teknis meliputi kebijakan dan
khusus pada daerah setempat terakait dengan sungai, perngairan dan sumber daya air lainnya,
serta menyusun suatu rumusan perencanaan.
E.5 LINGKUP KEGIATAN
Untuk menentukan tugas dan
pembatasan masalah, hal ini
untuk pelaksanaan studi potensi sumber air yang ada sesuai dengan diharapkan.
Batasan-batasan masalah yang diambil dalam pekerjaan ini sebagai berikut
a. Wilayah studi pada pekerjaan ini adalah Kabupaten
b. Lingkup kajian adalah indentifikasi potensi air serta perm
daerah tersebut.
c. Pekerjaan ini berisikan survey i
wilayah study dan desain jaringan air bakunya, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan
dengan menggunakan data
d. Perencanaan dilaksanakan sesuai kebutuhan
berdasarkan indentifikasi daerah
e. Pekerjaan-pekerjaan lapangan yang dilakukan serta analisa laboratorium yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut antara lain : pengukuran topografi, penyelidikan geoteknik d
laboratorium, pengambilan sampel kualitas air dan penelitian kualitas air.
f. Data-data sekunder yang digunakan dalam pekerjaan ini diambil dari instansi
berwenang yang menerbitkan.
Dalam melaksanakan pekerjaan
Timur, akan dilaksanakan oleh Konsultan pelaksana
yang dibentuk oleh Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penyediaan Air Baku Jeneberang
Tugas dan fungsi Konsultan Pelaksana adalah :
- Melaksanakan pengumpulan data/tinjauan lapangan.
- Melaksanakan penyusunan Buku Laporan dan album
Kerangka Acuan Kerja (KAK).
- Melakukan asistensi kepada
perencanaan.
- Melaksanakan kegiatan sosialisasi pada masyarakat di sekitar lokasi sumber air yang akan
dikembangkan potensinya tentang kegiatan yang dilakukan
- Melaksanakan diskusi pembahas
Pendekatan teknis meliputi kebijakan dan peraturan-peraturan yang berlaku untuk umum dan
khusus pada daerah setempat terakait dengan sungai, perngairan dan sumber daya air lainnya,
serta menyusun suatu rumusan perencanaan.
EGIATAN KONSULTAN
tugas dan lingkup kegiatan yang akan dilakukan oleh konsultan,
, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas arah kegiatan
untuk pelaksanaan studi potensi sumber air yang ada sesuai dengan diharapkan.
yang diambil dalam pekerjaan ini sebagai berikut :
Wilayah studi pada pekerjaan ini adalah Kabupaten Luwu Timur.
Lingkup kajian adalah indentifikasi potensi air serta permasalahan pengembagan sumber air di
Pekerjaan ini berisikan survey investigasi dan desain jaringan air baku dari potensi sumber air di
wilayah study dan desain jaringan air bakunya, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan
dengan menggunakan data-data yang ada (data sekunder).
Perencanaan dilaksanakan sesuai kebutuhan prasarana dan sarana dasar yang dibutuhkan
berdasarkan indentifikasi daerah study.
pekerjaan lapangan yang dilakukan serta analisa laboratorium yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut antara lain : pengukuran topografi, penyelidikan geoteknik d
laboratorium, pengambilan sampel kualitas air dan penelitian kualitas air.
data sekunder yang digunakan dalam pekerjaan ini diambil dari instansi
berwenang yang menerbitkan.
Dalam melaksanakan pekerjaan Survey Investigasi dan Desain Jaringan Air Baku di Kabupaten Luwu
, akan dilaksanakan oleh Konsultan pelaksana yang akan didampingi oleh
Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penyediaan Air Baku Jeneberang
an Pelaksana adalah :
Melaksanakan pengumpulan data/tinjauan lapangan.
Melaksanakan penyusunan Buku Laporan dan album gambar yang telah ditetapkan pada
Kerangka Acuan Kerja (KAK).
Melakukan asistensi kepada Direksi Pekerjaan untuk setiap produk laporan dan
Melaksanakan kegiatan sosialisasi pada masyarakat di sekitar lokasi sumber air yang akan
dikembangkan potensinya tentang kegiatan yang dilakukan oleh Konsultan.
pembahasan setiap Laporan.
E - 4
peraturan yang berlaku untuk umum dan
khusus pada daerah setempat terakait dengan sungai, perngairan dan sumber daya air lainnya,
yang akan dilakukan oleh konsultan, perlu dilakukan
kegiatan dan program kerja
untuk pelaksanaan studi potensi sumber air yang ada sesuai dengan diharapkan.
salahan pengembagan sumber air di
nvestigasi dan desain jaringan air baku dari potensi sumber air di
wilayah study dan desain jaringan air bakunya, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan
prasarana dan sarana dasar yang dibutuhkan
pekerjaan lapangan yang dilakukan serta analisa laboratorium yang berkaitan dengan
pekerjaan tersebut antara lain : pengukuran topografi, penyelidikan geoteknik dan analisa
data sekunder yang digunakan dalam pekerjaan ini diambil dari instansi-instansi yang
Desain Jaringan Air Baku di Kabupaten Luwu
didampingi oleh Direksi Pekerjaan
Kepala Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penyediaan Air Baku Jeneberang.
yang telah ditetapkan pada
untuk setiap produk laporan dan gambar-gambar
Melaksanakan kegiatan sosialisasi pada masyarakat di sekitar lokasi sumber air yang akan
oleh Konsultan.
Selanjutnya agar pekerjaan ini dapat berhasil guna dan berdayaguna, maka konsultan perlu
melakukan koordinasi, konsultasi dan konsolidasi dengan instansi
provinsi maupun kabupaten.
Beberapa kegiatan dan aktivitas yang
dan desain jaringan air baku di Kabupaten Luwu Timur khususnya pada wilayah study agar
didapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan yang diharapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka
diperlukan secara detail tentang lingkup pekerjaan yang meliputi :
a. Pekerjaan persiapan/pendahuluan
b. Pekerjaan inventarisasi dan Indentifikasi
c. Pekerjaan pengukuran
d. Indentifikasi geologi
e. Pekerjaan analisa hidrologi
f. Pekerjaan kualitas air dan parameter
g. Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan
h. Pekerjaan planning dan desain
i. Rencana Anggaran Biaya dan Spesifikasi Teknik
j. Penyusunan laporan.
E.5.1 Azas dan Prinsip
Azas yang digunakan didalam upaya penyediaan air
wilayah studi ini adalah kepedulian, keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kesehatan, keberlanjutan,
keterbukaan dan keterjangkauan. Oleh karena itu prinsip
agar masyarakat dapat dengan mudah dan murah dalam mendapatkan air
a. mendekatkan lokasi pengambilan air
b. Memudahkan akses mendapatkan air
c. Mendorong kemandirian masyarakat
d. Menyadarkan masyarakat akan arti pemanfaatan air bersih yang sehat tetapi hemat.
E.5.2 Tugas dan Kegiatan Konsultan
Kegiatan 1 : Pendahuluan
Kegiatan ini merupakan tahap awal yang akan dilaksanakan oleh Konsultan.
yang akan dilakukan oleh Konsultan
� Mobilisasi tenaga ahli dan peralatan lainnya
� Pendalaman pemahaman kerangka acuan kerja (KAK).
Selanjutnya agar pekerjaan ini dapat berhasil guna dan berdayaguna, maka konsultan perlu
melakukan koordinasi, konsultasi dan konsolidasi dengan instansi-instansi yang terkait
an dan aktivitas yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan survey identifikasi
dan desain jaringan air baku di Kabupaten Luwu Timur khususnya pada wilayah study agar
yang sesuai dengan yang diharapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka
secara detail tentang lingkup pekerjaan yang meliputi :
/pendahuluan
Pekerjaan inventarisasi dan Indentifikasi
Pekerjaan analisa hidrologi
Pekerjaan kualitas air dan parameter-parameternya
Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan
dan desain
Rencana Anggaran Biaya dan Spesifikasi Teknik
Azas dan Prinsip
Azas yang digunakan didalam upaya penyediaan air baku di Kabupaten Luwu Timur khususnya
ini adalah kepedulian, keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kesehatan, keberlanjutan,
keterbukaan dan keterjangkauan. Oleh karena itu prinsip-prinsip yang harus dianut adalah upaya
agar masyarakat dapat dengan mudah dan murah dalam mendapatkan air baku
mendekatkan lokasi pengambilan air baku,
Memudahkan akses mendapatkan air baku berdasarkan kebutuhan masyarakat,
Mendorong kemandirian masyarakat dan pemerintah Kabupaten/Kota, dan
Menyadarkan masyarakat akan arti pemanfaatan air bersih yang sehat tetapi hemat.
Tugas dan Kegiatan Konsultan
Pendahuluan
tahap awal yang akan dilaksanakan oleh Konsultan. Pada tahap ini kegiatan
yang akan dilakukan oleh Konsultan meliputi antara lain :
Mobilisasi tenaga ahli dan peralatan lainnya.
Pendalaman pemahaman kerangka acuan kerja (KAK).
E - 5
Selanjutnya agar pekerjaan ini dapat berhasil guna dan berdayaguna, maka konsultan perlu
instansi yang terkait baik di tingkat
diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan survey identifikasi
dan desain jaringan air baku di Kabupaten Luwu Timur khususnya pada wilayah study agar
yang sesuai dengan yang diharapkan dalam Kerangka Acuan Kerja, maka
di Kabupaten Luwu Timur khususnya
ini adalah kepedulian, keadilan, kemanusiaan, kebersamaan, kesehatan, keberlanjutan,
harus dianut adalah upaya
baku dengan cara:
berdasarkan kebutuhan masyarakat,
dan pemerintah Kabupaten/Kota, dan
Menyadarkan masyarakat akan arti pemanfaatan air bersih yang sehat tetapi hemat.
Pada tahap ini kegiatan
� Pemantapan metodologi yang terdiri dari : rencana kerja, penyiapan organisasi
pelaksanaan.
� Pengumpulan data sekunder dan buku studi dan mempelajari semua data yang berkaitan
dengan pekerjaan ini.
� Survey atas topografi lokasi pengembangan : embung, reservoir, bendung, lokasi rencana
daerah pelayanan air baku, irigas
Kegiatan ini sesungguhnya merupakan penyempurnaaan dan pemantapan metodologi/ rencana kerja
maupun isu/masalah yang ada dalam Dokumen Usulan Teknis berdasarkan hasil konsultasi dan
masukan tambahan dari Pemberi Tugas serta Instansi terkai
Kegiatan 2 : Inventarisasi dan Identifikasi
Dalam kegiatan ini Konsultan akan melakukan pengumpulan data dan informasi melalui serang
kegiatan survei dan juga wawancara.
Adapun survei dan pengumpulan data yang akan dilakukan mencakup :
• Wilayah studi dan wilayah pelayanan
• Melakukan inventarisasi terhadap semua lokasi sumber daya air pada lokasi studi
• Menyusun semua bangunan keairan yang ada dalam wilayah studi
• Memperkirakan besarnya potensi ketersediaan sumber air (hidrologi)
• Geoklilmatologi dan topografi
• Demografi
• Merencanakan kemungkinan pemanfaatan untuk air baku, irigasi dan lain
Dalam Kegiatan ini tercakup pula menyiap
diperlukan) .
Kegiatan 3 : Pengukuran dan
Setelah ditentukan lokasi-lokasi sumber air yang akan dikembangkan untuk jangka pendek dan
menengah serta berdasarkan skala prioritas, maka kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
Konsultan adalah melakukan survey topografi. Kegia
� Pengumpulan peta topografi skala 1 :
� Pengukuran situasi sungai atau sumber air lainnya skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan
melintang sejauh 500 m yaitu
� Pengukuran situasi jalur pipa skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan melintang sepanjang
rencana jalur dengan jarak pengukuran setiap 50 m pada daerah lurus, sedang pada daerah
belokan 25 m.
Pemantapan metodologi yang terdiri dari : rencana kerja, penyiapan organisasi
Pengumpulan data sekunder dan buku studi dan mempelajari semua data yang berkaitan
Survey atas topografi lokasi pengembangan : embung, reservoir, bendung, lokasi rencana
daerah pelayanan air baku, irigasi dan lain-lain.
Kegiatan ini sesungguhnya merupakan penyempurnaaan dan pemantapan metodologi/ rencana kerja
maupun isu/masalah yang ada dalam Dokumen Usulan Teknis berdasarkan hasil konsultasi dan
masukan tambahan dari Pemberi Tugas serta Instansi terkait lainnya.
Inventarisasi dan Identifikasi
Dalam kegiatan ini Konsultan akan melakukan pengumpulan data dan informasi melalui serang
survei dan juga wawancara.
Adapun survei dan pengumpulan data yang akan dilakukan mencakup :
Wilayah studi dan wilayah pelayanan
Melakukan inventarisasi terhadap semua lokasi sumber daya air pada lokasi studi
Menyusun semua bangunan keairan yang ada dalam wilayah studi
Memperkirakan besarnya potensi ketersediaan sumber air (hidrologi)
Geoklilmatologi dan topografi
Merencanakan kemungkinan pemanfaatan untuk air baku, irigasi dan lain-
Dalam Kegiatan ini tercakup pula menyiapkan bahan untuk sosialisasi dan kuesioner
Pengukuran dan Pemetaan Topografi
lokasi sumber air yang akan dikembangkan untuk jangka pendek dan
menengah serta berdasarkan skala prioritas, maka kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
Konsultan adalah melakukan survey topografi. Kegiatan tersebut akan meliputi sebagai berikut :
Pengumpulan peta topografi skala 1 : 50.000 dan atau 1 : 25.000 pada daerah pekerjaan
Pengukuran situasi sungai atau sumber air lainnya skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan
melintang sejauh 500 m yaitu 300 m ke hulu dan 200 m ke hilir
Pengukuran situasi jalur pipa skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan melintang sepanjang
rencana jalur dengan jarak pengukuran setiap 50 m pada daerah lurus, sedang pada daerah
E - 6
Pemantapan metodologi yang terdiri dari : rencana kerja, penyiapan organisasi kerja dan jadwal
Pengumpulan data sekunder dan buku studi dan mempelajari semua data yang berkaitan
Survey atas topografi lokasi pengembangan : embung, reservoir, bendung, lokasi rencana
Kegiatan ini sesungguhnya merupakan penyempurnaaan dan pemantapan metodologi/ rencana kerja
maupun isu/masalah yang ada dalam Dokumen Usulan Teknis berdasarkan hasil konsultasi dan
Dalam kegiatan ini Konsultan akan melakukan pengumpulan data dan informasi melalui serangkaian
Melakukan inventarisasi terhadap semua lokasi sumber daya air pada lokasi studi
-lain.
sosialisasi dan kuesioner ( jika
lokasi sumber air yang akan dikembangkan untuk jangka pendek dan
menengah serta berdasarkan skala prioritas, maka kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh
tan tersebut akan meliputi sebagai berikut :
pada daerah pekerjaan
Pengukuran situasi sungai atau sumber air lainnya skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan
Pengukuran situasi jalur pipa skala 1 : 1.000 dengan profil memanjang dan melintang sepanjang
rencana jalur dengan jarak pengukuran setiap 50 m pada daerah lurus, sedang pada daerah
� Pengukuran jalur pipa dari
situasi 1 : 1.000 ; memanjang V = 1 : 1000 dan H = 1 : 1.000
� Laporan penunjang bidang topografi dan survey.
Kegiatan 4 : Survey Geologi Teknik
Survey mengenai kondisi geo
antara lain :
� Indentifikasi dengan peta geologi regional dan pemetaan geologi pondasi site dengan skala 1 :
1.000 dan area genangan dengan skala 1 : 5.000.
� Analisa bahan timbunan meliputi
dengan 2 (dua) sample dari tiap rencana bangunan.
Kegiatan 5 : Analisis Hidrologi
Pekerjaan Analisa Hidrologi meliputi antara lain :
a. Pengumpulan data hidrologi
- Data karakteristik daerah tangkapan hujan
- Data hidroklimatologi, dimana data diambil dari stasiun curah hujan terdekat.
b. Analisa Hidrologi meliputi :
- Perhitungan Evaportransprasi dengan metode “Penman Modifikasi”.
- Hujan bulanan rata-
mempengaruhi daerah
- Debit bulanan dihitung dengan cara analisa lengkung debit berdasarkan data yang tersedia
kemudian dilanjutkan dengan metode perbandingan DAS pada sub D
metode empiris lainnya berdasarkan data yang tersedia (misalnya “FJ.
- Kebutuhan air.
- Potensi tampungan dan volume tampungan rencana.
- Perhitungan debit banjir rencana (Q50).
Kegiatan 6 : Analisis Kualitas Air
Pekerjaan Analisa Kualitas Air
a. Kualiatas air untuk domesti
mungkin terjadi akibat pencemaran air sungai yang disebabkan oleh kotoran manusia, hewan
maupun kotoran lainnya.
b Persyaratan untuk kebutuhan air minum penduduk seperti adanya unsur fisika dan kimia
penyediaan air bersih.
c. Penelitian tersebut untuk dapat diketahui bahwa air baku layak diko
maupun untuk tanaman dengan mengadakan peneliti
Pengukuran jalur pipa dari bangunan pengambilan ke bangunan penjernihan dengan skala
situasi 1 : 1.000 ; memanjang V = 1 : 1000 dan H = 1 : 1.000
Laporan penunjang bidang topografi dan survey.
Survey Geologi Teknik dan Penyelidikan Mekanika Tanah
geologi teknik dan penyelidikan mekanika tanah dalam kegiatan ini
Indentifikasi dengan peta geologi regional dan pemetaan geologi pondasi site dengan skala 1 :
000 dan area genangan dengan skala 1 : 5.000.
Analisa bahan timbunan meliputi ys, yd, C, φ, dan K masing-masing minimung 3 (tiga) set pit
dengan 2 (dua) sample dari tiap rencana bangunan.
Analisis Hidrologi
Pekerjaan Analisa Hidrologi meliputi antara lain :
Pengumpulan data hidrologi antara lain :
Data karakteristik daerah tangkapan hujan
Data hidroklimatologi, dimana data diambil dari stasiun curah hujan terdekat.
Analisa Hidrologi meliputi :
Perhitungan Evaportransprasi dengan metode “Penman Modifikasi”.
-rata dipakai cara Aljabar atau yang lain diambil dari stasiun yang
h tangkapan.
Debit bulanan dihitung dengan cara analisa lengkung debit berdasarkan data yang tersedia
kemudian dilanjutkan dengan metode perbandingan DAS pada sub D
metode empiris lainnya berdasarkan data yang tersedia (misalnya “FJ.
an dan volume tampungan rencana.
ngan debit banjir rencana (Q50).
Analisis Kualitas Air
jaan Analisa Kualitas Air meliputi :
Kualiatas air untuk domestik sangat diperlukan dalam rangka menjamin kesehatan yang
mungkin terjadi akibat pencemaran air sungai yang disebabkan oleh kotoran manusia, hewan
maupun kotoran lainnya.
Persyaratan untuk kebutuhan air minum penduduk seperti adanya unsur fisika dan kimia
Penelitian tersebut untuk dapat diketahui bahwa air baku layak dikonsumsi penduduk, ternak,
maupun untuk tanaman dengan mengadakan penelitian kualitas air di laboratorium
E - 7
bangunan pengambilan ke bangunan penjernihan dengan skala
dan Penyelidikan Mekanika Tanah
dan penyelidikan mekanika tanah dalam kegiatan ini meliputi
Indentifikasi dengan peta geologi regional dan pemetaan geologi pondasi site dengan skala 1 :
masing minimung 3 (tiga) set pit
Data hidroklimatologi, dimana data diambil dari stasiun curah hujan terdekat.
rata dipakai cara Aljabar atau yang lain diambil dari stasiun yang
Debit bulanan dihitung dengan cara analisa lengkung debit berdasarkan data yang tersedia
kemudian dilanjutkan dengan metode perbandingan DAS pada sub DAS bagian hulu dan
metode empiris lainnya berdasarkan data yang tersedia (misalnya “FJ. Mock atan NRECA).
sangat diperlukan dalam rangka menjamin kesehatan yang
mungkin terjadi akibat pencemaran air sungai yang disebabkan oleh kotoran manusia, hewan
Persyaratan untuk kebutuhan air minum penduduk seperti adanya unsur fisika dan kimia untuk
sumsi penduduk, ternak,
an kualitas air di laboratorium
d. Parameter kualitas air sebagaimana yang diteliti di laboratorium antara lain meliputi :
- Parameter fisika
- Parameter kimia (kimia, anorganik, kimia organi
e. Hasil analisis di laboratorium dibandingkan dengan standar baku mutu air yang dikeluarkan oleh
Dinas Kesehatan melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor : 465 Tahun
1995.
f. Pengambilan sample masing
Kegiatan 7 : Survey dan Analisis Kondisi Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan
Pekerjaan sosio ekonomi dan tata guna lahan meliputi :
• Data sosio agro ekonomi dan lingkungan sekitar rencana bangunan berdasarkan laporan studi
terdahulu (jika ada).
• Tataguna lahan dan status
penduduk yang kemungkinan terkena bangunan.
• Analisa ekonomi/kelayakan.
Kegiatan 8 : Planning dan Desain
Kriteria perencanaan yang digunakan m
bangunan pengambilan dan bangunan pelengkap lainnya, meliputi :
� Penentuan lokasi
� Pengukuran / pemetaan
� Penentuan tata letak bangunan
� Analisis hidrologi
� Perencanaan bangunan intake dan fasilitasnya
� Perencanaan bangunan penjernihan
� Sistem distribusi
Kegiatan 9 : Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Detail Desain
Dalam perhitungan biaya disesuaikan dengan desain akhir (desain final) dan dengan harga terbaru
sesuai yang berlaku di daerah setempat.
Perhitungan rencana anggaran biaya, meliputi :
� Perhitungan volume pekerjaan berdasarkan hasil perencanaan
� Rencana anggaran biaya
� Menggunakan koefisien standard dalam perhitungan harga satuan.
Parameter kualitas air sebagaimana yang diteliti di laboratorium antara lain meliputi :
Parameter kimia (kimia, anorganik, kimia organik, mikrobiologi dan radi
rium dibandingkan dengan standar baku mutu air yang dikeluarkan oleh
Dinas Kesehatan melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor : 465 Tahun
masing-masing lokasi rencana diambil 2 (dua) titik sample.
Survey dan Analisis Kondisi Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan
Pekerjaan sosio ekonomi dan tata guna lahan meliputi :
Data sosio agro ekonomi dan lingkungan sekitar rencana bangunan berdasarkan laporan studi
Tataguna lahan dan status kepemilikan tanah serta cara pembebasan tanah dan pemindahan
penduduk yang kemungkinan terkena bangunan.
Analisa ekonomi/kelayakan.
Planning dan Desain
Kriteria perencanaan yang digunakan mengacu pada buku Pedoman Kriteria Desain jaringan pip
bangunan pengambilan dan bangunan pelengkap lainnya, meliputi :
bangunan
Perencanaan bangunan intake dan fasilitasnya
Perencanaan bangunan penjernihan
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Detail Desain
Dalam perhitungan biaya disesuaikan dengan desain akhir (desain final) dan dengan harga terbaru
sesuai yang berlaku di daerah setempat.
rencana anggaran biaya, meliputi :
volume pekerjaan berdasarkan hasil perencanaan
Menggunakan koefisien standard dalam perhitungan harga satuan.
E - 8
Parameter kualitas air sebagaimana yang diteliti di laboratorium antara lain meliputi :
radio aktif)
rium dibandingkan dengan standar baku mutu air yang dikeluarkan oleh
Dinas Kesehatan melalui Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Nomor : 465 Tahun
masing lokasi rencana diambil 2 (dua) titik sample.
Survey dan Analisis Kondisi Sosio Ekonomi dan Tata Guna Lahan
Data sosio agro ekonomi dan lingkungan sekitar rencana bangunan berdasarkan laporan studi
kepemilikan tanah serta cara pembebasan tanah dan pemindahan
ngacu pada buku Pedoman Kriteria Desain jaringan pipa,
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya Detail Desain
Dalam perhitungan biaya disesuaikan dengan desain akhir (desain final) dan dengan harga terbaru
Kegiatan 10 : Pelaporan
Laporan pekerjaan yang diserahkan konsultan antara lain sebagai berikut :
� Laporan bulanan
� Laporan Awal (Pendahuluan)
� Laporan Sisipan
� Draft Laporan Akhir
� Draft Laporan Penunjang
� Laporan Akhir terdiri :
a. Laporan Utama ( Buku I )
b. Laporan Penunjang :
� Hidrologi ( Buku II )
� Pengukuran dan Diskripsi BM
� Geoteknik ( Buku IV )
� Perhitungan Planning dan Desain ( Buku V )
� Sosio Agro Ekonomi ( Buku VI )
� Evaluasi Kelayakan/Ekonomi ( Buku VII )
� Rencana Anggaran Biaya ( Buku VIII )
� Dokumen Tender ( Buku IX )
c. Laporan Ringkasan ( Executive Summary Report) ( Buku X )
d. Gambar-Gambar
e. Album Foto Lokasi
E.6 KRITERIA UMUM
Dalam melaksanakan pekerjaan ini beberapa kegiatan pengumpulan data / peta yang akan dilakukan
oleh konsultan antara lain :
- Peta Topografi Skala 1: 50
- Peta Tataguna lahan
- Peta Geologi Regional
- Peta Tata Ruang Pengembangan
- Foto Udara (jika ada)
- Peta Citra Satelit (jika ada)
- Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan
- Peta Jenis Tanah
- Peta Kemampuan dan Kesusuaian Tanah
- Peta Potensi Banjir (jika ada)
- Peta Penyebaran Penduduk
- Peta Kemiringan Lereng
Pelaporan
Laporan pekerjaan yang diserahkan konsultan antara lain sebagai berikut :
n Awal (Pendahuluan)
Laporan Utama ( Buku I )
( Buku II )
Pengukuran dan Diskripsi BM ( Buku III )
( Buku IV )
Planning dan Desain ( Buku V )
Sosio Agro Ekonomi ( Buku VI )
Evaluasi Kelayakan/Ekonomi ( Buku VII )
Rencana Anggaran Biaya ( Buku VIII )
Dokumen Tender ( Buku IX )
Laporan Ringkasan ( Executive Summary Report) ( Buku X )
MUM
Dalam melaksanakan pekerjaan ini beberapa kegiatan pengumpulan data / peta yang akan dilakukan
Peta Topografi Skala 1: 50.000
Peta Tata Ruang Pengembangan Wilayah Kecamatan / Kabupaten
Peta Citra Satelit (jika ada)
Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan
Peta Kemampuan dan Kesusuaian Tanah
Peta Potensi Banjir (jika ada)
Peta Penyebaran Penduduk
E - 9
Dalam melaksanakan pekerjaan ini beberapa kegiatan pengumpulan data / peta yang akan dilakukan
- Data kejadian bajir
- Data curah hujan
- Data Tinggi Muka Air Sungai
- Data Klimatologi
- Data pengukuran Debit Sungai
- Hasil perhitungan debit Banjir rencanan (Study Terdahulu jika ada)
- Data produksi pertanian
- Data pola tanam
- Data jumlah penduduk
- Data penyebaran penduduk
- Perkiraan proyeksi Jumlah penduduk
- Data / Program Konservasi Dari Dinas Kehutanan
- Data rencana pembukaan Hutan dll.
Dalam melakukan pekerjaan tersebut diatas konsultan akan menggunakan menggunaan beberapa
referensi yang umum digunakan dalam pekerjaan
A. Kriteris Perencanaan
- KP-03 : Bagian Saluran
- KP-04 : Bagian Bangunan
- KP-06 : Bagian Parameter Bangunan
- KP-07 : Bagian Standart Penggambaran
B. Bangunan Irigasi
- BI-01 Tipe Bangunan Irigasi
- BI-02 Standart Bangunan Irigasi
C. Persyaratan Teknis
- PT-01 Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi
- PT-02 Bagian Pengukuran Topografi
- PT-03 Bagian Penyelidikan Geologi Teknik & mekTan & Batuan
D. Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesia
E. Standart Nasional Indonesia (SNI)
Beberapa Standart Nasional Indonesia untuk bidang pekerjaan PU yang akan digunakan sebagai
referensi dalam pelaksanaan antara lain:
Data Tinggi Muka Air Sungai
Data pengukuran Debit Sungai
Hasil perhitungan debit Banjir rencanan (Study Terdahulu jika ada)
Data penyebaran penduduk
Perkiraan proyeksi Jumlah penduduk
Data / Program Konservasi Dari Dinas Kehutanan
Data rencana pembukaan Hutan dll.
Dalam melakukan pekerjaan tersebut diatas konsultan akan menggunakan menggunaan beberapa
referensi yang umum digunakan dalam pekerjaan antara lain:
03 : Bagian Saluran
04 : Bagian Bangunan
06 : Bagian Parameter Bangunan
07 : Bagian Standart Penggambaran
01 Tipe Bangunan Irigasi
02 Standart Bangunan Irigasi
agian Perencanaan Jaringan Irigasi
02 Bagian Pengukuran Topografi
03 Bagian Penyelidikan Geologi Teknik & mekTan & Batuan
Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesia
Standart Nasional Indonesia (SNI)
Nasional Indonesia untuk bidang pekerjaan PU yang akan digunakan sebagai
referensi dalam pelaksanaan antara lain:
E - 10
Dalam melakukan pekerjaan tersebut diatas konsultan akan menggunakan menggunaan beberapa
Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesia
Nasional Indonesia untuk bidang pekerjaan PU yang akan digunakan sebagai
Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI) Yang Digunakan
Tata cara perencanaan umum bendung
Tata cara perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk Bangunan di sungai
Metode perhitungan debit banjir
Metode pembuatan lengkung debit dan tabel sundengan analisa grafis
Metode pengujian lapangan tentang kelulusan air bertekanan
Metode pengujian laboratorium tentang kelulusan air untuk contoh tanah
Tata cara pemetaan geologi teknik lapangan
Metode pengujian kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi tanpa drainase
Metode pengujian batas s
Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan alat hidrometer
Tata cara pemantauan tekanan air pori dengan alat pisometer penumatik
Metode pengujian berat isi tanah berbutir halus dengan cetakan benda uji
Metode pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif
Metode pengujian laboratorium untuk fisika pada contoh batu
Spesifikasi beton siap pakai
Tatacara perhitungan beton tidak bertulang struktural
Dan Lain-Lain
Tabel E-1
Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI) Yang Digunakan
Judul Standart
Tata cara perencanaan umum bendung
Tata cara perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk Bangunan di
Metode perhitungan debit banjir
Metode pembuatan lengkung debit dan tabel sungai/saluran terbuka
Metode pengujian lapangan tentang kelulusan air bertekanan
Metode pengujian laboratorium tentang kelulusan air untuk contoh
Tata cara pemetaan geologi teknik lapangan
Metode pengujian kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi
Metode pengujian batas susut tanah
Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan alat
Tata cara pemantauan tekanan air pori dengan alat pisometer
Metode pengujian berat isi tanah berbutir halus dengan cetakan
Metode pengujian kuat tekan bebas tanah kohesif
Metode pengujian laboratorium untuk menentukan parameter sifat fisika pada contoh batu
Spesifikasi beton siap pakai
Tatacara perhitungan beton tidak bertulang struktural
E - 11
Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI) Yang Digunakan )
No. SNI/ SK. SNI
SNI 03-2401-1991 SK SNI T-02-1990-F
SNI 03-1724-1989 SKBI - 1.3.10.1987
SNI 03-2415-1991 SK SNI M-18-1989-F
SNI 03-2822-1992 SK SNI M-07-1991-03
SNI 03-2411-1991 SK SNI M-01-1989-F
SNI 03-2435-1991 SK SNI M 22-1990-F
SNI 03-2849-1992 SK SNI T-17-1991-03
SNI 03-3420-1994 SK SBNI M-20-1993-03
SNI 03-3422-1994 SK SNI M-22-1993-03
SNI 03-3423-1994 SK SNI M-23-1993-03
SNI 03-3453-1994 SK SNI T-11-1993-03
SNI 03-3637-1994 SK SNI M-07-1993-03
SNI 03-3638-1994 SK SNI M-08-1993-03
SNI 03-2437-1991 SK SNI M-24-1990-F
Pd. S-02-1996-03 SNI 03-4433-1997
Pd T-01-1997-03
E.7 KRITERIA PERENCANAAN
E.7.1 Umum
Tujuan dari pengembangan penyediaan
pemecahan yang efektif berdasarkan semua informasi terkait yang tersedia, menganalisis
kelayakannya secara umum dan menyajikannya dalam suatu bentuk yang dapat ditindak lanjuti oleh
pihak-pihak lain yang berkepenting
kunci dalam upaya pengembangan penyediaan air baku yang ada. Rencana yang disusun tersebut
haruslah memiliki konsep yang jelas, dapat dipertanggung jawabkan dan diterima oleh banyak pihak.
Dengan memperhatikan perkembangan wilayah Kabupaten, maka dapat disusun alternatif
pengembangan penyediaan air baku. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
penyediaan air baku adalah masalah
sosial ekonomi.
Untuk mendapatkan gambaran lokasi yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi prasarana dan
sarana dasar pengairan, dilakukan analisis peta topografi skala 1 : 50.000. Dari hasil analisis peta
topografi yang ada diperoleh sejumlah lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi
prasana dan sarana dasar pengairan untuk penyediaan air baku, dimana lokasi
berupa lokasi bendung, bendungan, embung dan lain
sepanjang waktu, air permukaan perlu dipertahankan laju alirannya ke laut, sehingga dimusim
kemarau airnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan air tanaman dan
dimusim hujan dapat mengurangi resiko banjir.
E.7.2 Formulasi Pengembangan
Formulasi pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan potensi sumber daya air yang
dikembangkan sebagai penduku
Ruang yang ada. Potensi pengembangan sumber daya air tersebut akan di
menentukan prioritas pengembangan dan rekomendasi, meskipun demikian hasil tersebut masih
perlu ditindak lanjuti dalam tahap survey selanjutnya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Berdasarkan potensi pengembangan prasarana dan sarana
jaringan air baku di Kabupaten
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Penyusunan formulasi pengembangan didasarkan
pada sejumlah kriteria sebagai berik
• Jangka pendek adalah jenis kegiatan yang sudah ada dan dirintis oleh PU
ERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN AIR
Tujuan dari pengembangan penyediaan jaringan air baku adalah mengidentifikasi dan merumuskan
pemecahan yang efektif berdasarkan semua informasi terkait yang tersedia, menganalisis
kelayakannya secara umum dan menyajikannya dalam suatu bentuk yang dapat ditindak lanjuti oleh
pihak lain yang berkepentingan. Rencana tersebut merupakan alat perencanaan dan koordinasi
kunci dalam upaya pengembangan penyediaan air baku yang ada. Rencana yang disusun tersebut
haruslah memiliki konsep yang jelas, dapat dipertanggung jawabkan dan diterima oleh banyak pihak.
gan memperhatikan perkembangan wilayah Kabupaten, maka dapat disusun alternatif
pengembangan penyediaan air baku. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
penyediaan air baku adalah masalah-masalah kependudukan, kondisi topografi, g
Untuk mendapatkan gambaran lokasi yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi prasarana dan
sarana dasar pengairan, dilakukan analisis peta topografi skala 1 : 50.000. Dari hasil analisis peta
oleh sejumlah lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi
prasana dan sarana dasar pengairan untuk penyediaan air baku, dimana lokasi
berupa lokasi bendung, bendungan, embung dan lain-lain. Untuk mempertinggi ketersediaan
sepanjang waktu, air permukaan perlu dipertahankan laju alirannya ke laut, sehingga dimusim
kemarau airnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan air tanaman dan
dimusim hujan dapat mengurangi resiko banjir.
Pengembangan
Formulasi pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan potensi sumber daya air yang
dikembangkan sebagai pendukung pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan Rencana Umum Tata
Ruang yang ada. Potensi pengembangan sumber daya air tersebut akan di
menentukan prioritas pengembangan dan rekomendasi, meskipun demikian hasil tersebut masih
perlu ditindak lanjuti dalam tahap survey selanjutnya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Berdasarkan potensi pengembangan prasarana dan sarana dasar pengairan untuk penyediaan
air baku di Kabupaten Luwu Timur, formulasi pengembangan di bagi dalam tiga tahap yaitu
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Penyusunan formulasi pengembangan didasarkan
pada sejumlah kriteria sebagai berikut :
Jangka pendek adalah jenis kegiatan yang sudah ada dan dirintis oleh PU
E - 12
IR BAKU
adalah mengidentifikasi dan merumuskan
pemecahan yang efektif berdasarkan semua informasi terkait yang tersedia, menganalisis
kelayakannya secara umum dan menyajikannya dalam suatu bentuk yang dapat ditindak lanjuti oleh
an. Rencana tersebut merupakan alat perencanaan dan koordinasi
kunci dalam upaya pengembangan penyediaan air baku yang ada. Rencana yang disusun tersebut
haruslah memiliki konsep yang jelas, dapat dipertanggung jawabkan dan diterima oleh banyak pihak.
gan memperhatikan perkembangan wilayah Kabupaten, maka dapat disusun alternatif-alternatif
pengembangan penyediaan air baku. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
masalah kependudukan, kondisi topografi, geologi, hidrologi dan
Untuk mendapatkan gambaran lokasi yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi prasarana dan
sarana dasar pengairan, dilakukan analisis peta topografi skala 1 : 50.000. Dari hasil analisis peta
oleh sejumlah lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi
prasana dan sarana dasar pengairan untuk penyediaan air baku, dimana lokasi-lokasi tersebut dapat
lain. Untuk mempertinggi ketersediaan air baku
sepanjang waktu, air permukaan perlu dipertahankan laju alirannya ke laut, sehingga dimusim
kemarau airnya dapat dipergunakan untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan air tanaman dan
Formulasi pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan potensi sumber daya air yang
pusat pertumbuhan sesuai dengan Rencana Umum Tata
Ruang yang ada. Potensi pengembangan sumber daya air tersebut akan digunakan untuk
menentukan prioritas pengembangan dan rekomendasi, meskipun demikian hasil tersebut masih
perlu ditindak lanjuti dalam tahap survey selanjutnya guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
dasar pengairan untuk penyediaan
, formulasi pengembangan di bagi dalam tiga tahap yaitu
jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Penyusunan formulasi pengembangan didasarkan
Jangka pendek adalah jenis kegiatan yang sudah ada dan dirintis oleh PU-Pengairan, penduduk
setempat atau instansi lain yang terkait. Proyek tersebut dapat diselesaikan dalam waktu kurang
dari atau 5 tahun dan perlu mendapat segera.
• Jangka menengah adalah kegiatan yang bernilai ekonomi dan sosial besar, dan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat tetapi tidak perlu mendapatkan penanganan segera dan
dapat dilaksanakan mulai sekarang, dana dapat diselasaikan dalam waktu 10 tahun.
• Jangka panjang adalah jenis kegiatan proyek yang pelaksanaannya dapat dimulai sekarang dan
dampaknya akan mulai dirasakan dalam jangka waktu 10 tahun sampai dengan 25 tahun.
E.7.3 Rencana Pengembangan Penyediaan
Berdasarkan lokasi yang sudah didapatkan dari alternatif pengembangan penyediaan
baku serta formulasi pengembangan yang dipakai, maka rencana pengembangan ini didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan yang ada.
Rencana pengembangan jangka pen
berbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi dan mencari cara melakukan upaya konservasi air
dalam bentuk embung skala kecil.
Rencana pengembangan jangka menengah adalah kegiatan yang dapat
pelaksanaannya dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun sampai 10 tahun. Fokus utama masih
tetap diarahkan menangani masalah kekurangan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah
studi yang tidak dapat dilaksanakan dalam rencan
Dalam rencana pengembangan jangka panjang ini dilakukan upaya pengembangan penyediaan air
baku dalam skala cukup besar. Rencana jangka panjang ini sebaiknya dilaksanakan setelah rencana
jangka pendek dan menengah berfungsi
E.7.4 Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi
Beberapa aspek fisik lingkungan dan sosial budaya yang berkaitan dengan potensi maupun kendala
atau hambatan dalam rangka
• Aspek Hidrologi
• Aspek Sosioekonomi
• Aspek Geologi
• Aspek Topografi
• Aspek Tanah
Secara keseluruhan komponen tersebut berinteraksi sehingga muncul suatu kondisi baik yang
setempat atau instansi lain yang terkait. Proyek tersebut dapat diselesaikan dalam waktu kurang
dari atau 5 tahun dan perlu mendapat segera.
alah kegiatan yang bernilai ekonomi dan sosial besar, dan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat tetapi tidak perlu mendapatkan penanganan segera dan
dapat dilaksanakan mulai sekarang, dana dapat diselasaikan dalam waktu 10 tahun.
jenis kegiatan proyek yang pelaksanaannya dapat dimulai sekarang dan
dampaknya akan mulai dirasakan dalam jangka waktu 10 tahun sampai dengan 25 tahun.
Rencana Pengembangan Penyediaan Air Baku Kabupaten
Berdasarkan lokasi yang sudah didapatkan dari alternatif pengembangan penyediaan
baku serta formulasi pengembangan yang dipakai, maka rencana pengembangan ini didasarkan atas
pertimbangan yang ada.
Rencana pengembangan jangka pendek lebih diarahkan untuk menangani masalah kesulitan air di
berbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi dan mencari cara melakukan upaya konservasi air
dalam bentuk embung skala kecil.
Rencana pengembangan jangka menengah adalah kegiatan yang dapat
pelaksanaannya dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun sampai 10 tahun. Fokus utama masih
tetap diarahkan menangani masalah kekurangan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah
studi yang tidak dapat dilaksanakan dalam rencana pengembangan jangka pendek.
Dalam rencana pengembangan jangka panjang ini dilakukan upaya pengembangan penyediaan air
baku dalam skala cukup besar. Rencana jangka panjang ini sebaiknya dilaksanakan setelah rencana
jangka pendek dan menengah berfungsi dengan baik.
Aspek Yang Mempengaruhi
Beberapa aspek fisik lingkungan dan sosial budaya yang berkaitan dengan potensi maupun kendala
atau hambatan dalam rangka Survey identifikasi dan desain jaringan air baku antara lain
Secara keseluruhan komponen tersebut berinteraksi sehingga muncul suatu kondisi baik yang
E - 13
setempat atau instansi lain yang terkait. Proyek tersebut dapat diselesaikan dalam waktu kurang
alah kegiatan yang bernilai ekonomi dan sosial besar, dan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat tetapi tidak perlu mendapatkan penanganan segera dan
dapat dilaksanakan mulai sekarang, dana dapat diselasaikan dalam waktu 10 tahun.
jenis kegiatan proyek yang pelaksanaannya dapat dimulai sekarang dan
dampaknya akan mulai dirasakan dalam jangka waktu 10 tahun sampai dengan 25 tahun.
Baku Kabupaten
Berdasarkan lokasi yang sudah didapatkan dari alternatif pengembangan penyediaan jaringan air
baku serta formulasi pengembangan yang dipakai, maka rencana pengembangan ini didasarkan atas
dek lebih diarahkan untuk menangani masalah kesulitan air di
berbagai lokasi yang tersebar dalam daerah studi dan mencari cara melakukan upaya konservasi air
dimulai saat ini dan
pelaksanaannya dapat dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun sampai 10 tahun. Fokus utama masih
tetap diarahkan menangani masalah kekurangan air diberbagai lokasi yang tersebar dalam daerah
a pengembangan jangka pendek.
Dalam rencana pengembangan jangka panjang ini dilakukan upaya pengembangan penyediaan air
baku dalam skala cukup besar. Rencana jangka panjang ini sebaiknya dilaksanakan setelah rencana
Beberapa aspek fisik lingkungan dan sosial budaya yang berkaitan dengan potensi maupun kendala
Survey identifikasi dan desain jaringan air baku antara lain meliputi :
Secara keseluruhan komponen tersebut berinteraksi sehingga muncul suatu kondisi baik yang
mengakibatkan potensi atau pendukung dan kendala dalam rangka usaha penyediaan air baku.
E.7.5 Potensi Ketersediaan Air
(1) Potensi Air / Ketersediaan Air
Potensi air/debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu (irigasi, air minum
industri maupun PLTA dan lain
study ini perhitungan potensi air digunakan untuk mengetahui po
di wilayah Kabupaten/DPS (salah satu parameter dalam penentuan karakteristik DPS.) dan untuk
menghitung besaran debit air
(2) Karakteristik Wilayah atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS.)
Sebagai gambaran praktis untuk mengetahui karakteristik suatu wilayah yang
beberapa DPS. , digunakan
parameter pokok yaitu : luas hutan, curah hujan, luas lahan irigasi dan populasi p
Karakteristik Daerah Pengaliran Sungai
Parameter
1. Hutan Perbandingan antara luas hutan dengan luas DPS
2. Curah hujan Curah hujan tahunan
3. Irigasi Perbandingan antara luas dengan luas sub DPS
4. Populasi Kerapatan penduduk
Selanjutnya keempat parameter tersebut dibagi dalam lima kelas seperti Tabel berikut ini:
Kelas Hutan
(%)
1 12,5 – 30,0
2 30,0 - 46,0
3 46,0 - 63,0
4 63,0 - 80,0
5 > 80,0
Dengan menggunakan keempat parameter tadi diperoleh tujuh (7) jenis klasifikasi DPS. sebagai
mana disajikan seperti pada Gambar berikut:
mengakibatkan potensi atau pendukung dan kendala dalam rangka usaha penyediaan air baku.
Potensi Ketersediaan Air
Potensi Air / Ketersediaan Air
Potensi air/debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu (irigasi, air minum
industri maupun PLTA dan lain-lain) dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam
study ini perhitungan potensi air digunakan untuk mengetahui potensi sumber daya air secara makro
di wilayah Kabupaten/DPS (salah satu parameter dalam penentuan karakteristik DPS.) dan untuk
debit air yang bias dimanfaatkan.
Karakteristik Wilayah atau Daerah Pengaliran Sungai (DPS.)
mbaran praktis untuk mengetahui karakteristik suatu wilayah yang
digunakan suatu grafik radar yang merupakan hubungan antara empat (4)
parameter pokok yaitu : luas hutan, curah hujan, luas lahan irigasi dan populasi p
Tabel E-2
Karakteristik Daerah Pengaliran Sungai
Rincian
Perbandingan antara luas hutan dengan luas DPS
12,5 %
Curah hujan tahunan 1.500
Perbandingan antara luas daerah irigasi dengan luas sub DPS
0 %
Kerapatan penduduk 0 -
Selanjutnya keempat parameter tersebut dibagi dalam lima kelas seperti Tabel berikut ini:
Tabel E-3 Pembagian kelas Parameter DPS
Irigasi
(%)
Populasi
(orang/km2)
30,0 0 – 2,5 0 - 25
46,0 2,5 - 5,0 25 - 75
63,0 5,0 – 10,0 75 - 150
80,0 10,0 - 15,0 150 - 250
> 15,0 > 250
Dengan menggunakan keempat parameter tadi diperoleh tujuh (7) jenis klasifikasi DPS. sebagai
mana disajikan seperti pada Gambar berikut:
E - 14
mengakibatkan potensi atau pendukung dan kendala dalam rangka usaha penyediaan air baku.
Potensi air/debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu (irigasi, air minum
lain) dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam
tensi sumber daya air secara makro
di wilayah Kabupaten/DPS (salah satu parameter dalam penentuan karakteristik DPS.) dan untuk
mbaran praktis untuk mengetahui karakteristik suatu wilayah yang terdiri atas satu atau
suatu grafik radar yang merupakan hubungan antara empat (4)
parameter pokok yaitu : luas hutan, curah hujan, luas lahan irigasi dan populasi penduduk.
Range
12,5 % - 80 %
1.500 - 3.000 mm/tahun
0 % - 15 %
250 orang/km2
Selanjutnya keempat parameter tersebut dibagi dalam lima kelas seperti Tabel berikut ini:
Hujan
(mm/tahun)
< 1.500
1.500 - 2.000
2.000 - 2.500
2.500 - 3.000
> 3.000
Dengan menggunakan keempat parameter tadi diperoleh tujuh (7) jenis klasifikasi DPS. sebagai
Tipe vertikal mempunyai potensi air besar
Gambar E – 2
Klasifikasi DPS Jenis Tidak Berkembang
Tipe horisontal mempunyai potensi air kecil
Gambar E – 5 Klasifikasi DPS
Jenis Berkembang
Untuk mengetahui kondisi suatu wilayah dan sub DPS (tingkat kemajuan sosial ekonomi), masing
masing kelas tersebut diberi penilaian. Nilai untuk paramater hujan, irigasi dan populasi mempunyai
rentang dari 1 untuk kelas terendah (1) sampai 5 untuk kelas te
semakin tinggi kelas semakin baik pula kondisi DPS tersebut.
kelas terendah (1) dan –5 untuk kelas tertinggi (5).
Berdasarkan Tabel diatas maka dibuat predikat berdasarkan jumlah
ini seperti terlihat pada Tabel berikut
Penduduk
Gambar E – 1
Klasifikasi DPS Jenis Rerata
Tipe vertikal mempunyai potensi air besar
Gambar E – 3 Gambar
Klasifikasi DPS Klasifikasi DPSJenis Tidak Berkembang Jenis Rural A Jenis U
Tipe horisontal mempunyai potensi air kecil
Gambar E – 6 Gambar Klasifikasi DPS Klasifikasi DPS
Jenis Rural A Jenis U
Untuk mengetahui kondisi suatu wilayah dan sub DPS (tingkat kemajuan sosial ekonomi), masing
masing kelas tersebut diberi penilaian. Nilai untuk paramater hujan, irigasi dan populasi mempunyai
rentang dari 1 untuk kelas terendah (1) sampai 5 untuk kelas tertinggi (5), hal ini mengingat bahwa
semakin tinggi kelas semakin baik pula kondisi DPS tersebut. Sedangkan nilai hutan adalah
5 untuk kelas tertinggi (5).
Berdasarkan Tabel diatas maka dibuat predikat berdasarkan jumlah nilainya. Pemberian predikat nilai
ini seperti terlihat pada Tabel berikut :
Hutan
Irigasi
Hujan
Penduduk
E - 15
Gambar E – 4
Klasifikasi DPS Jenis Urban A
Gambar E – 7 Klasifikasi DPS
Jenis Urban A
Untuk mengetahui kondisi suatu wilayah dan sub DPS (tingkat kemajuan sosial ekonomi), masing-
masing kelas tersebut diberi penilaian. Nilai untuk paramater hujan, irigasi dan populasi mempunyai
rtinggi (5), hal ini mengingat bahwa
Sedangkan nilai hutan adalah –1 untuk
nilainya. Pemberian predikat nilai
Jumlah Nilai
10 < nilai
8 < nilai 6 < nilai
(3) Kebutuhan Air baku
Analisis kebutuhan akan air dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air di wilayah Kabupaten
secara makro dan kebutuhan air di lokasi rencana
Dalam perhitungan kebutuhan air hal
• Kebutuhan air untuk domistik dan non domistik
• Kebutuhan air untuk untuk pemeliharaan sungai
• Kebutuhan air untuk peternakan
• Kebutuhan air untuk perikanan
• Kebutuhan air untuk industri
• Kebutuhan air untuk irigasi
Dalam perhitungan kebutuhan air di lokasi rencana
pengembangan jangka pendek/rencana konstruksi) , hal
• Kebutuhan air untuk domistik dan non domistik
• Kebutuhan air untuk peternakan
• Kebutuhan air lainnya (resapan, perkolasi dan lain
Menimbang luasnya wilayah kajian dan luasnya bahasan tentang kebutuhan air, maka analisis
kebutuhan air akan dilakukan dengan pendekatan
sejauh tidak bersifat esensial dan masih bersifat normal.
Keseimbangan air di wilayah DPS didasarkan atas kondisi kebutuhan air dan keterdiaan air pada saat
ini serta kebutuhan air dan ketersediaan air pada proyeksi dimasa yang akan datang.
Tabel E-4
Klasifikasi Predikat DPS
Jumlah Nilai Predikat
≥ 12 Sangat Berkembang
10 < nilai ≤ 12 Berkembang
8 < nilai ≤ 10 6 < nilai ≤ 8
Sedang BerkembangKurang Berkembang
≤ 6 Belum Berkembang
Kebutuhan Air baku
Analisis kebutuhan akan air dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air di wilayah Kabupaten
secara makro dan kebutuhan air di lokasi rencana bangunan penyediaan air baku
Dalam perhitungan kebutuhan air hal-hal yang akan dikaji meliputi :
Kebutuhan air untuk domistik dan non domistik
Kebutuhan air untuk untuk pemeliharaan sungai
Kebutuhan air untuk peternakan
Kebutuhan air untuk perikanan
Kebutuhan air untuk industri
Kebutuhan air untuk irigasi
Dalam perhitungan kebutuhan air di lokasi rencana bangunan penyediaan air
pengembangan jangka pendek/rencana konstruksi) , hal-hal yang akan dikaji meliputi :
Kebutuhan air untuk domistik dan non domistik
Kebutuhan air untuk peternakan
tuhan air lainnya (resapan, perkolasi dan lain-lain),
Menimbang luasnya wilayah kajian dan luasnya bahasan tentang kebutuhan air, maka analisis
kebutuhan air akan dilakukan dengan pendekatan-pendekatan empiris dan penyederhanaan analisis
sifat esensial dan masih bersifat normal.
wilayah DPS didasarkan atas kondisi kebutuhan air dan keterdiaan air pada saat
ini serta kebutuhan air dan ketersediaan air pada proyeksi dimasa yang akan datang.
E - 16
Sangat Berkembang
Sedang Berkembang Kurang Berkembang
Belum Berkembang
Analisis kebutuhan akan air dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan air di wilayah Kabupaten
bangunan penyediaan air baku.
bangunan penyediaan air ( untuk rencana
hal yang akan dikaji meliputi :
Menimbang luasnya wilayah kajian dan luasnya bahasan tentang kebutuhan air, maka analisis
pendekatan empiris dan penyederhanaan analisis
wilayah DPS didasarkan atas kondisi kebutuhan air dan keterdiaan air pada saat
ini serta kebutuhan air dan ketersediaan air pada proyeksi dimasa yang akan datang.
E.8 METODOLOGI P
E.8.1 Pekerjaan Hidrologi Dan Keseimbangan Air
E.8.1.1 Umum
Kegiatan analisis hidrologi dengan tujuan untuk pengembangan potensi sumber air
yaitu :
• Aliran masuk (inflow)
• Tampungan
• Banjir Desain untuk menentukan kapasitas
Dan untuk menghitung besaran tersebut di atas, lokasi dari rencana
akan dikembangkan ditentukan dan digambarkan pada peta. Hal ini dilakukan karena dalam
melakukan perhitungan hujan rata
tersebut. Di samping itu luas daerah tadah hujan atau cekungan harus dihitung. Luas genangan
harus diperkirakan dan elevasi dasar alur di tempat
daerah cekungan juga harus ditentukan.
Untuk menentukan debit banjir dan aliran masuk diperlukan :
• Data hujan harian maksimum, hujan bulanan dan hujan setengah bulanan dari pos hujan yang
terdekat.
• Data evapotranspirasi dan eva
• Peta topografi daerah lokasi dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 2.000
• Posisi lokasi rencana embung dalam bujur dan lintang geografik
• Kondisi penutup lahan di daerah tadah hujan.
E.8.1.2 Analisis Potensi Air
Potensi air atau debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu dengan resiko
kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam studi ini perhitungan potensi air digunakan untuk
mengetahui potensi sumber air secara makro di lokasi studi. Ketersedia
diperhitungkan dari aliran air yang sudah ada (base flow) ditambah dengan cara curah hujan yang
jatuh di catchment area yang kemudian diolah untuk menghitung debit andalan.
Ada berbagai cara yang dipakai dalam menganalisa debit andalan. M
ciri khas tersendiri, pemilihan metode yang sesuai, umumnya didasarkan atas pertimbangan
pertimbangan antara lain : data yang tersedia, jenis kepentingan dan pengala
PELAKSANAAN
Pekerjaan Hidrologi Dan Keseimbangan Air
dengan tujuan untuk pengembangan potensi sumber air
Banjir Desain untuk menentukan kapasitas dan dimensi bangunan pelimpah (
Dan untuk menghitung besaran tersebut di atas, lokasi dari rencana sumber air permukaan yang
ditentukan dan digambarkan pada peta. Hal ini dilakukan karena dalam
melakukan perhitungan hujan rata-rata dan evapotranspirasi sangat bergantung dari lokasi rencana
tersebut. Di samping itu luas daerah tadah hujan atau cekungan harus dihitung. Luas genangan
harus diperkirakan dan elevasi dasar alur di tempat bangunan air (embung) serta elevasi tertinggi di
daerah cekungan juga harus ditentukan.
Untuk menentukan debit banjir dan aliran masuk diperlukan :
Data hujan harian maksimum, hujan bulanan dan hujan setengah bulanan dari pos hujan yang
Data evapotranspirasi dan evaporasi yang berlaku untuk wilayah studi.
Peta topografi daerah lokasi dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 2.000
Posisi lokasi rencana embung dalam bujur dan lintang geografik
Kondisi penutup lahan di daerah tadah hujan.
Analisis Potensi Air
air atau debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu dengan resiko
rhitungkan. Dalam studi ini perhitungan potensi air digunakan untuk
mengetahui potensi sumber air secara makro di lokasi studi. Ketersedia
diperhitungkan dari aliran air yang sudah ada (base flow) ditambah dengan cara curah hujan yang
jatuh di catchment area yang kemudian diolah untuk menghitung debit andalan.
berbagai cara yang dipakai dalam menganalisa debit andalan. Masing-masing cara mempunyai
i khas tersendiri, pemilihan metode yang sesuai, umumnya didasarkan atas pertimbangan
pertimbangan antara lain : data yang tersedia, jenis kepentingan dan pengalaman
E - 17
dengan tujuan untuk pengembangan potensi sumber air meliputi tiga hal,
dan dimensi bangunan pelimpah (spillway)
sumber air permukaan yang
ditentukan dan digambarkan pada peta. Hal ini dilakukan karena dalam
rata dan evapotranspirasi sangat bergantung dari lokasi rencana
tersebut. Di samping itu luas daerah tadah hujan atau cekungan harus dihitung. Luas genangan
serta elevasi tertinggi di
Data hujan harian maksimum, hujan bulanan dan hujan setengah bulanan dari pos hujan yang
air atau debit andalan merupakan debit yang tersedia guna keperluan tertentu dengan resiko
rhitungkan. Dalam studi ini perhitungan potensi air digunakan untuk
mengetahui potensi sumber air secara makro di lokasi studi. Ketersediaan air untuk embung
diperhitungkan dari aliran air yang sudah ada (base flow) ditambah dengan cara curah hujan yang
jatuh di catchment area yang kemudian diolah untuk menghitung debit andalan.
masing cara mempunyai
i khas tersendiri, pemilihan metode yang sesuai, umumnya didasarkan atas pertimbangan-
man-pengalaman.
Beberapa Metode Perhitungan Debit Andalan
No Catatan Debit
1a Data cukup ( 20 th atau lebih )
1b Data terbatas
2 Data minimal atau tidak ada
3 Data tidak ada
Sumber : KP-01
I. Data yang digunakan
Data yang digunakan untuk perhitungan debit andalan/potensi ari meliputi : peta DPS, peta stasiun
hujan, data pencatatan hujan, data pencatatan tinggi muka air, dan data pencatatan debit.
II. Uji Konsistensi Data Hujan Yang Digunaka
Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah merupakan hujan titik (
analisis selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan rerata DAS. Sebelum data hujan
digunakan terlebih harus melewati pengujian untuk konsiste
mempengaruhi ketelitian hasil analisis.
Data hujan yang tidak konsisten dapat terjadi karena beberapa hal yang meliputi :
• Penggantian jenis alat yang memiliki spesifikasi berbeda
• Pemindahan lokasi alat
• Perubahan lingkungan mendadak.
Tabel E - 5
Beberapa Metode Perhitungan Debit Andalan
Metode
Data cukup ( 20 th atau Analisis frekuensi distribusi frekuensi normal
Debit rata2 tengah bulanan dg kemungkinan tak terpenuhi
Analisis frekuensi Rangkaian debit dihubungkan dengan rangkaian curah hujan yang mencakup waktu lebih lama
Seperti pada 1a dg ketelitian kurang dari itu
Data minimal atau tidak a. Model simulasi perimbangan air NRECA, Dr. Mock atau sejenisnya. Curah hujan di daerah aliran sungai, evapotranspirasi, vegetasi, tanah dan karakteristik geologis daerah aliran sebagai data masukan
b. Perbandingan dengan daerah aliran sungai di dekatnya
Seperti pada 1b dg ketelitian kurang dari itu
Metode Kapasitas Saluran Aliran rendah dihitung dari muka air rendah, pot. Melintang sungai & kemiringan yg sudah diketahui. Metode tidak tepat ; hanya sebagai pembanding
Seperti pada 1b dg ketelitian kurang dari itu
Data yang digunakan untuk perhitungan debit andalan/potensi ari meliputi : peta DPS, peta stasiun
hujan, data pencatatan hujan, data pencatatan tinggi muka air, dan data pencatatan debit.
Uji Konsistensi Data Hujan Yang Digunakan
Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah merupakan hujan titik (
analisis selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan rerata DAS. Sebelum data hujan
digunakan terlebih harus melewati pengujian untuk konsistensi data, karena hal ini dapat
mempengaruhi ketelitian hasil analisis.
Data hujan yang tidak konsisten dapat terjadi karena beberapa hal yang meliputi :
Penggantian jenis alat yang memiliki spesifikasi berbeda
mendadak.
E - 18
Parameter Perencanaan
Debit rata2 tengah bulanan dg kemungkinan tak terpenuhi 1%
Seperti pada 1a dg ketelitian kurang dari itu
Seperti pada 1b dg ketelitian kurang dari itu
Seperti pada 1b dg ketelitian kurang dari itu
Data yang digunakan untuk perhitungan debit andalan/potensi ari meliputi : peta DPS, peta stasiun
hujan, data pencatatan hujan, data pencatatan tinggi muka air, dan data pencatatan debit.
Data yang tercatat pada stasiun pencatat hujan adalah merupakan hujan titik (point rainfall). Dalam
analisis selanjutnya yang perlu diketahui adalah besarnya hujan rerata DAS. Sebelum data hujan
nsi data, karena hal ini dapat
Data hujan yang tidak konsisten dapat terjadi karena beberapa hal yang meliputi :
Cara pengujian yang digunakan , yaitu :
a. Metode Lengkung kurva massa ganda
b. Metode RAP’S
A. Metode Lengkung Kurva Massa (
Cara pengujian sederhana dapat dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan ini. Metode umum yang
dilakukan adalah lengkung massa ganda
hujan komulatif stasiun yang diuji dengan besaran komulatif rata
acuan di sekitarnya. Ketidaksesuaian data ditunjukkan oleh penyimpangan garisnya dari garis lurus.
Lengkung massa ganda yaitu komulatif hujan tahunan stasiun yang ditinjau, dibandingkan dengan
kurva komulatif hujan tahunan refe
data tersebar. Rumus yang dipakai adalah :
I = 1 Xt = Σ R. At N = t
I = 1 Yt = Σ Ri N = t
DMCt = ( Xt , Yt )
Dimana :
Xt = Komulatif hujan stasiun A pada tahun ke t
Yt = Komulatif hujan stasiun referensi pada tahun ke t
Ri = Rata-rata curah hujan tahunan stasiun referensi pada tahun ke t
RAt = Curah hujan tahunan di stasiun A
DMCt = Titik koordinat kurve lengkung massa ganda tahun ke t
Metode ini masih sering menimbulkan
konsistennya stasiun-stasiun referensi. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode pembanding
yang menguji ketidaksesuaian data suatu stasiun dengan data dari stasiun itu sendiri, dengan
mendeteksi penggeseran nilai rata
B. Metode RAP’S
Salah satu cara klasik yang digunakan adalah metode RAPS (
pengujian dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif
penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya.
Cara pengujian yang digunakan , yaitu :
Metode Lengkung kurva massa ganda
Metode Lengkung Kurva Massa ( Double Mass Analysis )
Cara pengujian sederhana dapat dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan ini. Metode umum yang
dilakukan adalah lengkung massa ganda ( double mass analysis ) dengan menggambarkan besaran
hujan komulatif stasiun yang diuji dengan besaran komulatif rata-rata hujan dari beberapa stasiun
acuan di sekitarnya. Ketidaksesuaian data ditunjukkan oleh penyimpangan garisnya dari garis lurus.
Lengkung massa ganda yaitu komulatif hujan tahunan stasiun yang ditinjau, dibandingkan dengan
kurva komulatif hujan tahunan referensi. Pengujian dilakukan dari tahun data terkecil sampai dengan
data tersebar. Rumus yang dipakai adalah :
Komulatif hujan stasiun A pada tahun ke t
Komulatif hujan stasiun referensi pada tahun ke t
rata curah hujan tahunan stasiun referensi pada tahun ke t
Curah hujan tahunan di stasiun A
Titik koordinat kurve lengkung massa ganda tahun ke t
Metode ini masih sering menimbulkan keraguan karena masih terdapat kemungkinan tidak
stasiun referensi. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode pembanding
yang menguji ketidaksesuaian data suatu stasiun dengan data dari stasiun itu sendiri, dengan
geseran nilai rata-rata (mean).
Salah satu cara klasik yang digunakan adalah metode RAPS ( Rescaled Adjusted Partial Sums
pengujian dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif
rat terhadap nilai reratanya.
E - 19
Cara pengujian sederhana dapat dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan ini. Metode umum yang
dengan menggambarkan besaran
ujan dari beberapa stasiun
acuan di sekitarnya. Ketidaksesuaian data ditunjukkan oleh penyimpangan garisnya dari garis lurus.
Lengkung massa ganda yaitu komulatif hujan tahunan stasiun yang ditinjau, dibandingkan dengan
Pengujian dilakukan dari tahun data terkecil sampai dengan
rata curah hujan tahunan stasiun referensi pada tahun ke t
keraguan karena masih terdapat kemungkinan tidak
stasiun referensi. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode pembanding
yang menguji ketidaksesuaian data suatu stasiun dengan data dari stasiun itu sendiri, dengan
Rescaled Adjusted Partial Sums ) yaitu
pengujian dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri yaitu pengujian dengan komulatif
Persamaan-persamaan yang digunakan adalah :
So* = 0
KSk** = Σ i = 1
Sk*Sk** = ------ DY
n DY2 = Σ i = 1
Nilai Statistik Nilai Statistik
Apabila nilai Q dan R hasil perhitungan lebih kecil dibandingkan nilai Q dan R yang tersaji pada Tabel
3-6 maka data masih dalam batasan
n 90 %
10 1,05
20 1,10
30 1,12
40 1,13
50 1,14
100 1,17
1,22
Sumber : Sri Harto : 1993 : 60
III. Hujan Rerata DAS
Untuk menghitung hujan rerata daerah aliran sungai dalam analisis hidrologis dikenal beberapa
metode yaitu :
1. Rata-rata aljabar
2. Poligon Thiessen
3. Isohyet
persamaan yang digunakan adalah :
0
K ( Yi – Yr ) , k = 1,2,3, … n
i = 1
Sk* ------ Dengan k = 0 , 1 , 2 , … n DY
( Yi – Yr )2
i = 1
Q Q = Maks Sk** 0 < k < n
R R = Maks Sk** - Min Sk** 0 < k < n 0
Apabila nilai Q dan R hasil perhitungan lebih kecil dibandingkan nilai Q dan R yang tersaji pada Tabel
6 maka data masih dalam batasan konsisten.
Tabel E - 6
Nilai Statistik Q dan R
Q/√n R/√n
90 % 95 % 99 % 90 % 95 %
1,05 1,14 1,29 1,21 1,28
1,10 1,22 1,42 1,34 1,43
1,12 1,24 1,46 1,40 1,50
1,13 1,26 1,50 1,42 1,53
1,14 1,27 1,52 1,44 1,55
1,17 1,29 1,55 1,50 1,62
1,22 1,36 1,63 1,62 1,75
Sumber : Sri Harto : 1993 : 60
Untuk menghitung hujan rerata daerah aliran sungai dalam analisis hidrologis dikenal beberapa
E - 20
Min Sk** n 0 < k < n
Apabila nilai Q dan R hasil perhitungan lebih kecil dibandingkan nilai Q dan R yang tersaji pada Tabel
99 %
1,38
1,60
1,70
1,74
1,78
1,86
2,00
Untuk menghitung hujan rerata daerah aliran sungai dalam analisis hidrologis dikenal beberapa
Salah satu cara yang akan digunakan d
metode Poligon Thiessen.
Cara ini memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap
hujan dianggap mewakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut
merupakan factor koreksi bagi hujan di stasiun yang bersangkutan.
Persamaan umum yang dipergunakan :
P = Σ ( pi. Fk )
Fk = Ai/A
Dimana :
Pi = Kedalaman hujan di stasiun i
Fk = Faktor koreksi
Ai = Luas daerah yang diwakili stasiun i
A = Luas total
P = Hujan rata-rata DAS
IV. Evapotranspirasi
Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga evapotranspirasi potensial (Eto),
diantaranya : rumus Blaney Criddle
Pertanian PBB (FAO) direkomendasikan untuk dipakai.
(Eto) ketiga rumus tersebut menggunakan prinsip yang sama yaitu :
Besar Eto sangat dipengaruhi oleh keadaa
sangat erat berhubungan dengan letak lintang daerah. Indonesia yang terletak di sekitar garis
khatulistiwa, tentunya mempunyai keadaan iklim yang jauh berbeda dengan daerah lain yang terletak
jauh dari khatulistiwa.
Perhitungan Eto membutuhkan data iklim yang benar
disebut sebagai data terukur).
yaitu :
1. t , suhu bulanan rata-rata (
2. RH , kelembaban relatif bulanan rata
3. n/N , kecerahan angin bulanan rata
4. Letak lintang daerah yang ditinjau, dan
5. Angka koreksi ( c )
Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan persamaan
dirumuskan sebagai berikut :
Eto = c [ w . Rn + ( 1 – w ) . f(u) .
Salah satu cara yang akan digunakan dalam studi ini untuk menghitung hujan rerata DAS adalah
Cara ini memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap
wakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut
merupakan factor koreksi bagi hujan di stasiun yang bersangkutan.
Persamaan umum yang dipergunakan :
Kedalaman hujan di stasiun i
Luas daerah yang diwakili stasiun i
rata DAS
Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga evapotranspirasi potensial (Eto),
Blaney Criddle, Radiasi dan rumus Penman yang oleh Badan Pangan dan
Pertanian PBB (FAO) direkomendasikan untuk dipakai. Dalam menghitung evapotranspirasi potensial
(Eto) ketiga rumus tersebut menggunakan prinsip yang sama yaitu :
Eto = c. ET*
Besar Eto sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. Sementara itu diketahui, bahwa iklim suatu daerah
sangat erat berhubungan dengan letak lintang daerah. Indonesia yang terletak di sekitar garis
khatulistiwa, tentunya mempunyai keadaan iklim yang jauh berbeda dengan daerah lain yang terletak
Perhitungan Eto membutuhkan data iklim yang benar-benar terjadi di suatu tempat (selanjutnya
disebut sebagai data terukur). Untuk rumus Penmann perhitungan Eto membutuhkan data terukur
rata ( oC )
kelembaban relatif bulanan rata-rata ( % )
n/N , kecerahan angin bulanan rata-rata (m/det)
Letak lintang daerah yang ditinjau, dan
Perhitungan evapotranspirasi dilakukan dengan persamaan Penmann Modifikasi FAO
w ) . f(u) . (ea – ed) ]
E - 21
menghitung hujan rerata DAS adalah
Cara ini memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian bahwa setiap
wakili hujan dalam suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut
Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga evapotranspirasi potensial (Eto),
rumus Penman yang oleh Badan Pangan dan
Dalam menghitung evapotranspirasi potensial
n iklim. Sementara itu diketahui, bahwa iklim suatu daerah
sangat erat berhubungan dengan letak lintang daerah. Indonesia yang terletak di sekitar garis
khatulistiwa, tentunya mempunyai keadaan iklim yang jauh berbeda dengan daerah lain yang terletak
benar terjadi di suatu tempat (selanjutnya
perhitungan Eto membutuhkan data terukur
Penmann Modifikasi FAO yang
Dimana :
Eto = Evapotranspirasi tanaman ( mm/hari)
W = Weighting faktor tergantung dari suhu dan ketinggian daerah ( Tabel 3
Rn = Radiasi netto (mm/hari)
= 0,75 Rs – Rn1
Rs = Radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari)
= (0,25 + 0,54 n/N ) R
Ra = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang
dipengaruhi oleh letak lintang daerah, harga Ra (Tabel 3
Hubungan Suhu dengan nilai e
Suhu (oC)
24,0
24,2
24,4
24,6
24,8
25,0
25,2
25,4
25,6
25,8
26,0
26,2
26,4
26,6
26,8
27,0
27,2
27,4
27,6
27,8
28,0
28,2
28,4
28,6
28,8
29,0
29,2
29,4
Evapotranspirasi tanaman ( mm/hari)
Weighting faktor tergantung dari suhu dan ketinggian daerah ( Tabel 3
Radiasi netto (mm/hari)
Radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari)
(0,25 + 0,54 n/N ) Ra
Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang
dipengaruhi oleh letak lintang daerah, harga Ra (Tabel 3-14)
Tabel 5 - 7
Hubungan Suhu dengan nilai ea, w dan f(t)
C) ea (mbar) W
29,85 0,735
30,21 0,737
30,57 0,739
30,94 0,741
31,31 0,743
31,69 0,745
32,06 0,747
32,45 0,749
32,83 0,751
33,22 0,753
33,62 0,755
34,02 0,757
34,42 0,759
34,83 0,761
35,25 0,763
35,66 0,765
36,09 0,767
36,50 0,769
36,94 0,771
37,37 0,773
37,81 0,775
38,25 0,777
38,70 0,779
39,14 0,781
39,61 0,783
40,06 0,785
40,47 0,787
40,88 0,789
E - 22
Weighting faktor tergantung dari suhu dan ketinggian daerah ( Tabel 3-13)
Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang
f(t)
15,40
15,45
15,50
15,55
15,60
15,65
15,70
15,75
15,80
15,85
15,90
15,94
15,98
16,02
16,04
16,10
16,14
16,18
16,22
16,26
16,30
16,34
16,38
16,42
16,46
16,50
16,54
16,58
29,6
Sumber : FAO, 1997
Untuk Daerah Indonesia, antara 5
Bulan 5
Jan 13,0
Feb 14,0
Mar 15,0
Aprl 15,1
Mei 15,3
Jun 15,0
Jul 15,1
Agst 15,3
Sept 15,1
Okt 15,7
Nop 14,8
Des 14,6
Sumber : FAO,19971
Rn1 = Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f(t) . f(ed) . f(n/N)
f(t) = Fungsi suhu ( σ
σ = Konstanta Bolzman (mm/hari)
Ta = Suhu (0 C)
F(ed) = Fungsi tekanan uap ( 0,34
f (n/N) = Fungsi kecerahan ( 0,1 + 0,9 n/N )
n = Jumlah jam yang sebenarnya dalam satu hari matahari bersinar terang (jam)
N = Jumlah jam yang dimungkinkan dalam satu hari matahari bersinar (jam), Tabel
41,29 0,791
Sumber : FAO, 1997
Tabel E - 8
Besaran Angka Angot (Ra) (mm/hari) Untuk Daerah Indonesia, antara 50 LU sampai 100LS
Lintang Utara Lintang Selatan
5 4 2 0 2 4
13,0 14,3 14,7 15,0 15,3 15,5 15,8
14,0 15,0 15,3 15,5 15,7 15,8 16,0
15,0 15,5 15,6 15,7 15,7 15,6 15,6
15,1 15,5 15,3 15,3 15,1 14,9 14,7
15,3 14,9 14,6 14,4 14,1 13,8 13,4
15,0 14,4 14,2 13,9 13,5 13,2 12,8
15,1 14,6 14,3 14,1 13,7 13,4 13,1
15,3 15,1 14,9 14,8 14,5 14,3 14,0
15,1 15,3 15,3 15,3 15,2 15,1 15,0
15,7 15,1 15,3 15,4 15,5 15,6 15,7
14,8 14,5 14,8 15,1 15,3 15,5 15,8
14,6 14,1 14,4 14,8 15,1 15,4 15,7
Sumber : FAO,19971
Radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
) . f(n/N)
σ . Ta4 )
Konstanta Bolzman (mm/hari)
Fungsi tekanan uap ( 0,34 – 0,44√ed )
Fungsi kecerahan ( 0,1 + 0,9 n/N )
Jumlah jam yang sebenarnya dalam satu hari matahari bersinar terang (jam)
Jumlah jam yang dimungkinkan dalam satu hari matahari bersinar (jam), Tabel
E - 23
16,62
LS
Lintang Selatan
6 8 10
15,8 16,1 16,2
16,0 16,1 16,0
15,6 15,5 15,3
14,7 14,4 14,0
13,4 13,1 12,6
12,8 12,4 12,6
13,1 12,7 11,8
14,0 13,7 12,2
15,0 14,9 13,3
15,7 15,8 14,6
15,8 16,0 15,6
15,7 16,0 16,0
Jumlah jam yang sebenarnya dalam satu hari matahari bersinar terang (jam)
Jumlah jam yang dimungkinkan dalam satu hari matahari bersinar (jam), Tabel 5 - 9
Lama Matahari Bersinar Rerata Dalam Sehari Berdasarkan Letak Daerah
LS Jan Peb Mar
0 12,0 12,0 12,0
5 12,3 12,2 12,1
10 12,6 12,4 12,1
15 12,9 12,6 12,2
20 13,2 12,8 12,3
25 13,5 13,0 12,3
30 13,9 13,2 12,4
40 14,3 13,5 12,4
42 14,7 13,7 12,5
44 14,9 13,9 12,6
44 15,2 14,0 12,6
46 15,4 14,2 12,6
48 15,6 14,3 12,6
50 15,9 14,5 12,7
LU Jul Agt Sep
Sumber : FAO, 1997
f( u ) = Faktor kecepatan angin
ea – ed = Perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata
jenuh (mbar)
c = Faktor pendekatan tergantung dari kondisi daerah pada waktu siang dan
malam ( Tabel 5
Besaran Angka Koreksi C Bulanan Untuk Rumus Penman
Tabel E - 9 Bersinar Rerata Dalam Sehari Berdasarkan Letak Daerah
Apr Mei Jun Jul Agt Sep
12,0 12,0 12,0 12,0 12,0 12,0
12,0 11,9 11,8 11,8 11,9 12,0
11,8 11,6 11,5 11,6 11,8 12,0
11,8 11,4 11,2 11,3 11,6 12,0
11,7 11,2 10,9 11,0 11,5 12,0
11,6 10,9 10,6 10,7 11,3 12,0
11,5 10,6 10,2 10,4 11,1 12,0
11,3 10,3 9,8 10,1 11,0 11,9
11,2 10,0 9,3 9,6 10,7 11,9
11,1 9,8 9,1 9,4 10,6 11,9
11,0 9,7 8,9 9,3 10,5 11,9
10,9 9,5 8,7 9,1 10,4 11,9
10,9 9,3 8,3 8,8 10,2 11,8
10,8 9,1 8,1 8,5 10,1 11,8
Okt Nop Des Jan Peb Mar
Faktor kecepatan angin
Perbedaan antara tekanan uap air pada temperatur rata-rata dengan tekanan uap air
Faktor pendekatan tergantung dari kondisi daerah pada waktu siang dan
5 - 10)
Tabel E - 10 Besaran Angka Koreksi C Bulanan Untuk Rumus Penman
Bulan c
Januari 1,10
Pebruari 1,10
Maret 1,00
April 0,90
Mei 0,90
Juni 0,90
Juli 0,90
Agustus 1,10
September 1,10
Oktober 1,10
Nopember 1,10
E - 24
Bersinar Rerata Dalam Sehari Berdasarkan Letak Daerah
Sep Okt Nop Des
12,0 12,0 12,0 12,0
12,0 12,2 12,3 12,4
12,0 12,3 12,6 12,7
12,0 12,5 12,8 13,0
12,0 12,6 13,1 13,3
12,0 12,7 13,3 13,7
12,0 12,9 13,6 14,0
11,9 13,1 14,0 14,5
11,9 14,4 14,4 15,0
11,9 14,6 14,6 15,2
11,9 14,7 14,7 15,4
11,9 14,9 14,9 15,7
11,8 15,2 15,2 16,0
11,8 15,4 15,4 16,3
Mar Apr Mei Jun
rata dengan tekanan uap air
Faktor pendekatan tergantung dari kondisi daerah pada waktu siang dan
Besaran Angka Koreksi C Bulanan Untuk Rumus Penman
Sumber : FAO,1997
dengan :
W = ∆ / ( ∆ + γ )
γ = 0,368 x ( P / L )
L = 595 – 0,51 T
P = 1013 – 0,1055 . E
∆ = 2 x ( 0,00738 x T + 0,8072)
ed = ea x Rh
ea = 33,8639 x ((0,00738 T + 0,8072 )
c = 0,68 + 0,0095 . Rhmax + 0,018125
.10-4 . Rh max . Rs . Ud
Ud = ( U2 x Ur ) / ( 43,2 x ( 1 + Ur )
Ur = Ud / Un
Dimana :
E = Elevasi di atas muka laut (m)
Ur = Kecepatan rasio
Ud = Kecepatan angin siang
Un = Kecepatan angin malam
Nilai fungsi :
F( u ) = 0,27 ( 1 + u/100 )
f ( T ) = 11,25 . 1,0133T
f (ed) = 0,34 – 0,044 √ed
f( n/N) = 0,1 + 0,9 n/N
Reduksi pengurangan temperatur
rumus :
T = ( X – 0,006H)0
Dimana :
T = Suhu udara ( 0
X = Suhu udara di daerah pencatatan klimatologi (
H = Perbedaan elevasi antara lokasi dengan stasiun pencatat ( m )
Koreksi kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil menurut rumus :
U1 = Up . (L1 / Lp)
Desember 1,10
Sumber : FAO,1997
0,368 x ( P / L )
0,1055 . E
2 x ( 0,00738 x T + 0,8072)T – 0,00116
33,8639 x ((0,00738 T + 0,8072 )8 – (0,000019 x (1,8 T + 48 ) + 0,001316 ))
0,68 + 0,0095 . Rhmax + 0,018125 – 0,068 . Ud + 0,013 Ur + 0,0097 Ud . Ur + 0,43
. Rh max . Rs . Ud
) / ( 43,2 x ( 1 + Ur )
Elevasi di atas muka laut (m)
Kecepatan rasio
Kecepatan angin siang
Kecepatan angin malam
0,27 ( 1 + u/100 )
T
ed
Reduksi pengurangan temperatur karena ketinggian elevasi daerah pengaliran diambil menurut
C
C )
Suhu udara di daerah pencatatan klimatologi (0 C )
Perbedaan elevasi antara lokasi dengan stasiun pencatat ( m )
kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil menurut rumus :
Up . (L1 / Lp)1/7
E - 25
(0,000019 x (1,8 T + 48 ) + 0,001316 ))
0,068 . Ud + 0,013 Ur + 0,0097 Ud . Ur + 0,43
karena ketinggian elevasi daerah pengaliran diambil menurut
kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil menurut rumus :
Dimana :
U1 = Kecepatan angin di lokasi perencanaan (m/det)
Up = Kecepatan angin di lokasi pengukuran (m/det)
L1 = Elevasi lokasi perencanaan ( m )
Lp = Elevasi lokasi pengukuran ( m )
V. Analisis Debit Aliran Rendah
Apabila data debit tidak tersedia karena tidak terdapat stasiun pencatat debit pada lokasi daerah
kajian, maka data debit bisa didapat dengan mentransformasi data hujan yang dianggap mewakil
untuk DAS yang bersangkutan menjadi data debit.
Adapun metode umum yang biasa digunakan adalah :
• Metode Simulasi NRECA
• Metode Simulasi Mock’s modifikasi
• Metode Simple Water Balance
Debit aliran masuk ke dalam embung berasal dari hujan yang turun di dalam daerah cekungan.
Sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang
turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah (resapan), yang a
dan sebagian mengalir menuju embung sebagai aliran bawah permukaan. Sedangkan sisanya
mengalir di atas tanah berupa aliran permukaan (
kejenuhan, air akan mengalir masuk ke dalam tamp
perkolasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengalir keluar sebagai mata air menuju
alur dan disebut aliran dasar (
yang disebut aliran permukaan bersama dengan aliran dasar bergerak masuk menuju embung.
Perhitungan debit aliran masuk embung dengan menggunakan metode simulasi NRECA, dilakukan
kolom perkolom dari kolom 1 sampai kolom 18 dengan langkah sebagai berikut :
1. Nama bulan dari Januari sampai Desember tiap
2. Nilai hujan rerata bulanan (R
3. Nilai penguapan peluh potensial (PET atau Eto)
4. Nilai tampungan kelengasan awal (Wo), nilai ini harus dicoba
diambil 600 (mm/bulan) di bulan a
5. Tampungan kelengasan tanah (
Wo Wi = ---------- Nominal
Dimana :
Kecepatan angin di lokasi perencanaan (m/det)
Kecepatan angin di lokasi pengukuran (m/det)
Elevasi lokasi perencanaan ( m )
Elevasi lokasi pengukuran ( m )
Analisis Debit Aliran Rendah
Apabila data debit tidak tersedia karena tidak terdapat stasiun pencatat debit pada lokasi daerah
kajian, maka data debit bisa didapat dengan mentransformasi data hujan yang dianggap mewakil
untuk DAS yang bersangkutan menjadi data debit.
Adapun metode umum yang biasa digunakan adalah :
Metode Simulasi Mock’s modifikasi
Metode Simple Water Balance
Debit aliran masuk ke dalam embung berasal dari hujan yang turun di dalam daerah cekungan.
Sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang
turun mencapai tanah sebagian masuk ke dalam tanah (resapan), yang akan mengisi pori
dan sebagian mengalir menuju embung sebagai aliran bawah permukaan. Sedangkan sisanya
mengalir di atas tanah berupa aliran permukaan (run off). Jika pori tanah sudah mengalami
kejenuhan, air akan mengalir masuk ke dalam tampungan air tanah. Gerakan air ini disebut
perkolasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengalir keluar sebagai mata air menuju
alur dan disebut aliran dasar (base flow). Sisa dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan
liran permukaan bersama dengan aliran dasar bergerak masuk menuju embung.
Perhitungan debit aliran masuk embung dengan menggunakan metode simulasi NRECA, dilakukan
kolom perkolom dari kolom 1 sampai kolom 18 dengan langkah sebagai berikut :
dari Januari sampai Desember tiap-tiap tahun pengamatan
Nilai hujan rerata bulanan (Rb)
Nilai penguapan peluh potensial (PET atau Eto)
Nilai tampungan kelengasan awal (Wo), nilai ini harus dicoba-coba dan percobaan pertama
diambil 600 (mm/bulan) di bulan awal
Tampungan kelengasan tanah (Soil Moisture Storage – Wi), dan dihitung dengan rumus :
E - 26
Apabila data debit tidak tersedia karena tidak terdapat stasiun pencatat debit pada lokasi daerah
kajian, maka data debit bisa didapat dengan mentransformasi data hujan yang dianggap mewakili
Debit aliran masuk ke dalam embung berasal dari hujan yang turun di dalam daerah cekungan.
Sebagian dari hujan tersebut menguap, sebagian lagi turun mencapai permukaan tanah. Hujan yang
kan mengisi pori-pori tanah,
dan sebagian mengalir menuju embung sebagai aliran bawah permukaan. Sedangkan sisanya
). Jika pori tanah sudah mengalami
ungan air tanah. Gerakan air ini disebut
perkolasi. Sedikit demi sedikit air dari tampungan air tanah mengalir keluar sebagai mata air menuju
). Sisa dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan
liran permukaan bersama dengan aliran dasar bergerak masuk menuju embung.
Perhitungan debit aliran masuk embung dengan menggunakan metode simulasi NRECA, dilakukan
kolom perkolom dari kolom 1 sampai kolom 18 dengan langkah sebagai berikut :
coba dan percobaan pertama
Wi), dan dihitung dengan rumus :
Nominal = 100 + 0,2 R
Ra = hujan tahunan (mm)
6. Rasio Rb/PET (kolom 2 : 3)
7. Rasio AET/PET
AET = Penguapan peluh aktual, nilainya bergantung dari rasio Rb/PET (6) dan Wi (5) yang
dapat diperoleh dari Gambar
8. AET = (AET/PET) x PET x koef. Reduksi (kolom 7 x 3 x koef.
Koef. Reduksi diperoleh dari fungsi kemiringan lahan seperti Tabel
Koefisien Reduksi Penguapan Peluh (A < 100 Ha)
Kemiringan Lahan (m/km)
0 51 101 > 200
9. Neraca air Rb – AET ( kolom 2
10. Rasio kelebihan kelengasan (
Bila neraca air (kolom 9) positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari Gambar 3
dengan memasukkan harga Wi ; dan jika neraca air negatif (
100 + 0,2 Ra
hujan tahunan (mm)
Rasio Rb/PET (kolom 2 : 3)
Penguapan peluh aktual, nilainya bergantung dari rasio Rb/PET (6) dan Wi (5) yang
dapat diperoleh dari Gambar 5 - 8
Gambar E - 8 AET/PET Ratio
(AET/PET) x PET x koef. Reduksi (kolom 7 x 3 x koef. Reduksi)
Koef. Reduksi diperoleh dari fungsi kemiringan lahan seperti Tabel 5 - 11
Tabel E - 11 Koefisien Reduksi Penguapan Peluh (A < 100 Ha)
Kemiringan Lahan (m/km) Koefisien Reduksi
0 – 50
51 – 100 101 – 200 > 200
0.90.30.60.4
kolom 2 – 8 )
Rasio kelebihan kelengasan (excess moisture) yang dapat diperoleh sbb :
Bila neraca air (kolom 9) positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari Gambar 3
dengan memasukkan harga Wi ; dan jika neraca air negatif (-), rasio = 0
E - 27
Penguapan peluh aktual, nilainya bergantung dari rasio Rb/PET (6) dan Wi (5) yang
Reduksi)
Koefisien Reduksi Penguapan Peluh (A < 100 Ha)
Koefisien Reduksi
0.9 0.3 0.6 0.4
Bila neraca air (kolom 9) positif (+), maka rasio tersebut dapat diperoleh dari Gambar 3-57
11. Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air ( kolom 10 x 9 )
12. Perubahan tampungan = neraca air
13. Tampungan air tanah = P1 x kelebihan kelengasan (kolom
P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan/bagian atas
P1 = 0,1 untuk tanah kedap air (kedalaman 2
P1 = 0,5 untuk tanah lulus air
14. Tampungan air tanah awal yang harus dicoba
15. Tampungan air tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air tanah awal (kolom 13 + 14)
16. Aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir (kolom 15)
P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah bawah permukaan
P2 = 0,9 untuk tanah kedap air ( kedalama
P2 = 0,5 untuk tanah lulus air
17. Larian langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan
18. Aliran total = larian langsung + aliran air tanah (kolom 17 + 16) dalam mm/bulan, dan jika
satuan dalam m3/bulan nilai
Gambar E - 9
Ratio Tampungan Kelengasan Tanah
Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air ( kolom 10 x 9 )
Perubahan tampungan = neraca air – kelebihan kelengasan ( kolom 9 – 11 )
Tampungan air tanah = P1 x kelebihan kelengasan (kolom 11)
P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan/bagian atas
0,1 untuk tanah kedap air (kedalaman 2 – 10)
0,5 untuk tanah lulus air
Tampungan air tanah awal yang harus dicoba-coba dengan nilai awal = 2
tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air tanah awal (kolom 13 + 14)
Aliran air tanah = P2 x tampungan air tanah akhir (kolom 15)
P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah bawah permukaan
0,9 untuk tanah kedap air ( kedalaman 2 – 10 )
0,5 untuk tanah lulus air
Larian langsung (direct run off) = kelebihan kelengasan – tampungan air tanah (kolom 11
Aliran total = larian langsung + aliran air tanah (kolom 17 + 16) dalam mm/bulan, dan jika
/bulan nilai tersebut dikalikan dengan 10 x luas tadah hujan A (Ha).
E - 28
Kelebihan kelengasan = rasio kelebihan kelengasan x neraca air ( kolom 10 x 9 )
11 )
P1 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah permukaan/bagian atas
tanah akhir = tampungan air tanah + tampungan air tanah awal (kolom 13 + 14)
P2 adalah parameter yang menggambarkan karakteristik tanah bawah permukaan
tampungan air tanah (kolom 11 – 13)
Aliran total = larian langsung + aliran air tanah (kolom 17 + 16) dalam mm/bulan, dan jika
tersebut dikalikan dengan 10 x luas tadah hujan A (Ha).
Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan (kolom 4) untuk bulan
berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
(i) Tampungan kelengasan
(ii) Tampungan air tanah
Sebagai patokan di akhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal (Januari) harus mendekatai
tampungan kelengasan bulan Desember. Jika perbedaan antara keduanya cukup jauh ( > 200 mm )
perhitungan perlu diulang mulai bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan kelengasan
awal ( Januari ) – tampungan kelengasan bulan Desember.
Sedangkan volume air yang dapat mengisi kolom embung selama musim hujan (Vb) dapat dihitung
dari jumlah air permukaan dari sel
di atas permukaan kolam.
dinyatakan seperti berikut :
Vb = Σ Vj + 10 A Σ Rj
Dimana :
Vb = Volume air yang dapat mengisi kolam
Vj = Aliran bulanan pada bulan j (m
A = Luas permukaan kolam embung (Ha)
Rj = Curah hujan bulanan pada bulan j ( mm/bulan )
Volume air (Vb) tersebut merupakan jumlah air maksimum yang dapat mengisi
E.8.1.4 Analisa Kebutuhan Air
Analisis kebutuhan air dalam SID di Kabupaten
kebutuhan air di Kabupaten Luwu Timur
yang dilakukan pekerjaan detail desain untuk mengetahui kebutuhan tampungan embung karena
faktor kebutuhan.
Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan (kolom 4) untuk bulan
berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Tampungan kelengasan = tampungan kelengasan bulan sebelumnya + perubahan
tampungan ( kolom 4 + 12), semuanya dari bulan
sebelumnya
= tampungan air tanah bulan sebelumnya
(kolom 15-16), semuanya dari bulan sebelumnya.
Sebagai patokan di akhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal (Januari) harus mendekatai
tampungan kelengasan bulan Desember. Jika perbedaan antara keduanya cukup jauh ( > 200 mm )
ng mulai bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan kelengasan
tampungan kelengasan bulan Desember.
Sedangkan volume air yang dapat mengisi kolom embung selama musim hujan (Vb) dapat dihitung
dari jumlah air permukaan dari seluruh daerah tadah hujan dan air hujan efektif yang langsung jatuh
di atas permukaan kolam. Dengan demikian jumlah air yang masuk ke dalam embung dapat
Volume air yang dapat mengisi kolam embung selama musim hujan (m
Aliran bulanan pada bulan j (m3/bulan) dengan cara NRECA
Luas permukaan kolam embung (Ha)
Curah hujan bulanan pada bulan j ( mm/bulan )
Volume air (Vb) tersebut merupakan jumlah air maksimum yang dapat mengisi
Analisa Kebutuhan Air
Analisis kebutuhan air dalam SID di Kabupaten Luwu Timur ini dimaksudkan untuk menghitung
Kabupaten Luwu Timur secara makro dan kebutuhan air di lokasi rencana embung
yang dilakukan pekerjaan detail desain untuk mengetahui kebutuhan tampungan embung karena
E - 29
Untuk perhitungan bulan berikutnya diperlukan nilai tampungan kelengasan (kolom 4) untuk bulan
berikutnya dan tampungan air tanah (kolom 14) bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan
tampungan kelengasan bulan sebelumnya + perubahan
tampungan ( kolom 4 + 12), semuanya dari bulan
tampungan air tanah bulan sebelumnya – aliran air tanah
16), semuanya dari bulan sebelumnya.
Sebagai patokan di akhir perhitungan, nilai tampungan kelengasan awal (Januari) harus mendekatai
tampungan kelengasan bulan Desember. Jika perbedaan antara keduanya cukup jauh ( > 200 mm )
ng mulai bulan Januari lagi dengan mengambil nilai tampungan kelengasan
Sedangkan volume air yang dapat mengisi kolom embung selama musim hujan (Vb) dapat dihitung
uruh daerah tadah hujan dan air hujan efektif yang langsung jatuh
Dengan demikian jumlah air yang masuk ke dalam embung dapat
embung selama musim hujan (m3)
Volume air (Vb) tersebut merupakan jumlah air maksimum yang dapat mengisi kolam embung.
ini dimaksudkan untuk menghitung
secara makro dan kebutuhan air di lokasi rencana embung
yang dilakukan pekerjaan detail desain untuk mengetahui kebutuhan tampungan embung karena
Dalam perhitungan kebutuhan air di daerah kajian, hal
untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai yang ada, kebutuhan air
untuk irigasi, kebutuhan air untuk perikanan dan kebutuhan air untuk industri.
Dalam perhitungan kebutuhan air di lokasi rencana embung, hal
kebutuhan air untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk irigasi, kebutuhan air untuk
perikanan dan kebutuhan air lainnya (resapan, perkolasi dan lain
air ini akan dilakukan dengan pendekatan
tidak bersifat esensial dan masih bersifat normal.
I. Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik
Kebutuhan air domestik dan non domestik dihitung untuk mengetahui kebutuhan air penduduk yang
bermukim di wilayah kajian. Kebutuhan air domestik dan non domestik diperkirakan berdasarkan
perkalian antara jumlah penduduk dengan jumlah (tingkat) pemanfaatan air per kapita, sebagaimana
dirumuskan sebagai berikut :
QDM = 365 hari x [{q( u ) / 1000 x P ( u ) } + {
Dimana :
QDM = Kebutuhan air domestik dan non domestik (m
q ( u ) = Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah perkotaan (lt/kapita/hari)
q ( r ) = Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah pedesaan (lt/kapita/hari
P ( u ) = Jumlah penduduk perkotaan (jiwa) saat ini
P ( r ) = Jumlah penduduk pedesaan (jiwa) saat ini
Besar kebutuhan air per kapita per hari untuk penduduk desa dan kota diperkirakan berdasarkan
standar Direktorat Jendral Cipta Karya seperti Tabel
Jumlah penduduk pada tahun proyeksi dapat diperkirakan dengan menggunakan pendekatan
Mathematical Method, antara lain sebagai berikut :
• Linier dengan cara arithmetic dan geometric
• Non linier cara exponential
Dalam perhitungan kebutuhan air di daerah kajian, hal-hal yang akan dikaji meliputi kebutu
untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai yang ada, kebutuhan air
untuk irigasi, kebutuhan air untuk perikanan dan kebutuhan air untuk industri.
Dalam perhitungan kebutuhan air di lokasi rencana embung, hal-hal yang a
kebutuhan air untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk irigasi, kebutuhan air untuk
perikanan dan kebutuhan air lainnya (resapan, perkolasi dan lain-lain). Analisis mengenai kebutuhan
air ini akan dilakukan dengan pendekatan-pendekatan empiris dan penyederhanaan analisis sejauh
tidak bersifat esensial dan masih bersifat normal.
Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik
Kebutuhan air domestik dan non domestik dihitung untuk mengetahui kebutuhan air penduduk yang
wilayah kajian. Kebutuhan air domestik dan non domestik diperkirakan berdasarkan
perkalian antara jumlah penduduk dengan jumlah (tingkat) pemanfaatan air per kapita, sebagaimana
365 hari x [{q( u ) / 1000 x P ( u ) } + { q ( r ) / 1000 + P ( r ) }]
Kebutuhan air domestik dan non domestik (m3/th)
Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah perkotaan (lt/kapita/hari)
Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah pedesaan (lt/kapita/hari
Jumlah penduduk perkotaan (jiwa) saat ini
Jumlah penduduk pedesaan (jiwa) saat ini
Besar kebutuhan air per kapita per hari untuk penduduk desa dan kota diperkirakan berdasarkan
standar Direktorat Jendral Cipta Karya seperti Tabel 5 - 12
Jumlah penduduk pada tahun proyeksi dapat diperkirakan dengan menggunakan pendekatan
, antara lain sebagai berikut :
arithmetic dan geometric
exponential
E - 30
hal yang akan dikaji meliputi kebutuhan air
untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai yang ada, kebutuhan air
untuk irigasi, kebutuhan air untuk perikanan dan kebutuhan air untuk industri.
hal yang akan dikaji meliputi
kebutuhan air untuk domestik dan non domestik, kebutuhan air untuk irigasi, kebutuhan air untuk
lain). Analisis mengenai kebutuhan
pendekatan empiris dan penyederhanaan analisis sejauh
Kebutuhan air domestik dan non domestik dihitung untuk mengetahui kebutuhan air penduduk yang
wilayah kajian. Kebutuhan air domestik dan non domestik diperkirakan berdasarkan
perkalian antara jumlah penduduk dengan jumlah (tingkat) pemanfaatan air per kapita, sebagaimana
q ( r ) / 1000 + P ( r ) }]
Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah perkotaan (lt/kapita/hari)
Kebutuhan air domestik dan non domestik daerah pedesaan (lt/kapita/hari)
Besar kebutuhan air per kapita per hari untuk penduduk desa dan kota diperkirakan berdasarkan
Jumlah penduduk pada tahun proyeksi dapat diperkirakan dengan menggunakan pendekatan
Standar
No Uraian
1 Kebutuhan Air Domestik :a. Sasaran Layananb. Rasio Pelayanan Air
Bersih - Sambungan rumah
(SR) - Hidran Umum (HU)c. Kapasitas Pelayanan - Sambungan Rumah
(SR) - Hidran Umum (HU)
2 Kebutuhan Air Non DomestikThd Domestik : a. Perkotaan - Penduduk < 100.000 - 100.000 < Penduduk < 500.000 - 500.000 < Pendudukb. Perdesaan
3 Kehilangan Air terhadap Kebutuhan Air
4 Cakupan Pelayanan
Sumber : Direktorat Air Bersih
a. Arithmetic Rate of Growth
Pertumbuhan penduduk secara arithmetic adalah pertumbuhan
(absolut number) adalah sama setiap tahun, dengan persamaan sebagai berikut :
Pn = P0 ( 1 + m )
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
r = Angka pertumbuhan penduduk
n = Periode waktu
b. Geometric Rate of Growth
Pertumbuhan penduduk secara geometric adalah pertumbuhan penduduk dengan menggunakan
dasar bunga berbunga (bunga majemuk), jadi pertumbuhan penduduk dimana angka
Tabel E - 12
Standar Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik
Satuan Sasaran Layanan
Perkotaan Perdesaan
Kebutuhan Air Domestik : Sasaran Layanan Rasio Pelayanan Air
Sambungan rumah
Hidran Umum (HU) Kapasitas Pelayanan
Sambungan Rumah
Hidran Umum (HU)
Unit % %
Lt/org/hr Lt/org/hr
SR & HU
80 20
90 50
SR & HU
8020
6030
Kebutuhan Air Non Domestik
Penduduk < 100.000 100.000 < Penduduk <
500.000 < Penduduk
% % % %
25 30
40 -
- - - 10
Kehilangan Air terhadap % 20 10
Cakupan Pelayanan % 75 75
Sumber : Direktorat Air Bersih
Arithmetic Rate of Growth
Pertumbuhan penduduk secara arithmetic adalah pertumbuhan penduduk dengan jumlah
(absolut number) adalah sama setiap tahun, dengan persamaan sebagai berikut :
Jumlah penduduk pada tahun n
Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
Angka pertumbuhan penduduk
Periode waktu dalam tahun
Geometric Rate of Growth
Pertumbuhan penduduk secara geometric adalah pertumbuhan penduduk dengan menggunakan
dasar bunga berbunga (bunga majemuk), jadi pertumbuhan penduduk dimana angka
E - 31
Kebutuhan Air Domestik dan Non Domestik
Sasaran Layanan Keterangan
Perdesaan
SR & HU
80 20
60 30
10
10
75
penduduk dengan jumlah
(absolut number) adalah sama setiap tahun, dengan persamaan sebagai berikut :
Pertumbuhan penduduk secara geometric adalah pertumbuhan penduduk dengan menggunakan
dasar bunga berbunga (bunga majemuk), jadi pertumbuhan penduduk dimana angka
pertumbuhan penduduk (rate of growth) adalah sama un
sebagai berikut :
Pn = P0 ( 1 + r )n
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
r = Angka pertumbuhan penduduk
n = Periode waktu dalam tahun
c. Exponential Rate of Growth
Pertumbuhan penduduk secara menerus (
yang konstan, dengan persamaan sebagai berikut :
Pn = Po em
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
Po = Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
r = Angka pertumbuhan p
n = Periode waktu dalam tahun
e = Bilangan pokok dari sistem logaritma natural (2,7182818)
II. Kebutuhan Air Untuk Pemeliharaan Sungai
Sungai disini maksudnya adalah sungai
Perkiraan kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai didasarkan pada studi yang dilakukan oleh IWRD
(FIDP), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan
atau penggelontoran sungai per kapita. Menurut IWRD, besar kebutuhan air
sungai adalah 330 lt/kapita/hari. Kebutuhan air untuk pemeliharaan selanjutnya dapat dihitung
sebagai berikut :
Qf = 365 hari x (q(f)/1000)x P(u) Dimana : Qf = Jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai ( m
q(f) = Kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai (330 lt/kapita/hari)
P(u) = Jumlah penduduk kota (jiwa)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut di atas, maka besarnya
pertumbuhan penduduk (rate of growth) adalah sama untuk setiap tahun dengan persamaan
Jumlah penduduk pada tahun n
Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
Angka pertumbuhan penduduk
Periode waktu dalam tahun
Exponential Rate of Growth
Pertumbuhan penduduk secara menerus (continuos) setiap hari dengan angka pertumbuhan
yang konstan, dengan persamaan sebagai berikut :
Jumlah penduduk pada tahun n
Jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
Angka pertumbuhan penduduk
Periode waktu dalam tahun
Bilangan pokok dari sistem logaritma natural (2,7182818)
Kebutuhan Air Untuk Pemeliharaan Sungai
Sungai disini maksudnya adalah sungai-sungai yang ada di lokasi studi beserta anak
kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai didasarkan pada studi yang dilakukan oleh IWRD
(FIDP), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan
atau penggelontoran sungai per kapita. Menurut IWRD, besar kebutuhan air untuk pemeliharaan
sungai adalah 330 lt/kapita/hari. Kebutuhan air untuk pemeliharaan selanjutnya dapat dihitung
365 hari x (q(f)/1000)x P(u)
Jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai ( m
Kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai (330 lt/kapita/hari)
Jumlah penduduk kota (jiwa)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut di atas, maka besarnya
E - 32
tuk setiap tahun dengan persamaan
setiap hari dengan angka pertumbuhan
sungai yang ada di lokasi studi beserta anak-anak sungainya.
kebutuhan air untuk pemeliharaan sungai didasarkan pada studi yang dilakukan oleh IWRD
(FIDP), yaitu perkalian antara jumlah penduduk perkotaan dengan kebutuhan air untuk pemeliharaan
untuk pemeliharaan
sungai adalah 330 lt/kapita/hari. Kebutuhan air untuk pemeliharaan selanjutnya dapat dihitung
Jumlah kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai ( m3/thn)
Kebutuhan air untuk pemeliharaan atau penggelontoran sungai (330 lt/kapita/hari)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan tersebut di atas, maka besarnya
kebutuhan air untuk keperluan pemelih
III Kebutuhan Air Untuk Perikanan (
Daerah studi merupakan daerah pesisir pantai, sehingga areal tanah yang langsung berbatasan
dengan pantai hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk areal tambak
kebutuhan air untuk perikanan ditentukan sesuai dengan studi yang dilakukan oleh FIDP ( dan
IWRD). Ditetapkan bahwa untuk kedalaman kolam ikan kurang lebih 70 cm, banyaknya air yang
dibutuhkan per hektar adalah 35 sampai 40 mm/hari,
pengaliran/pembilasan. Namun karena air tersebut tidak langsung dibuang, tetapi kembali lagi, maka
besarnya kebutuhan air untuk perikanan yang diperlukan hanya sekitar 1/5 hingga 1/6 dari
kebutuhan air yang seharusnya, dan ditetapkan sebesar 7 mm/hari/ha.
Kebutuhan air untuk perikanan selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Qfp
Dimana :
Q(fp) = Kebutuhan air untuk perikanan ( m
Q(fp) = Kebutuhan air untuk pembilasan ( 7 mm/hari/ha)
A(fp) = Luas kolam/tambak/empang ikan ( ha)
IV. Kebutuhan Air Untuk Industri
Besarnya kebutuhan air industri dihitung berdasarkan jumlah karyawan industri dan konsumsi
pemakaian air per karyawan per hari.
jumlah karyawan industri per kabupaten dengan penduduk kabupaten dikalikan jumlah pendu
pada suatu DPS.
V. Kebutuhan Air Untuk Irigasi
Kebutuhan air irigasi diperkirakan dari perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhan
kebutuhan air irigasi ( lt/dt/ha ) dalam satu tahun. Dengan pertimbangan iklim regional yang terdiri
dari dua musim ( penghujan dan kemarau ), maka perhitungan air irigasi dibuat dalam periode
bulanan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Evapotranspirasi acuan ( ETo )
2. Kebutuhan air konsumtif tanaman ( Etc )
3. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( IR )
4. Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ( RW )
kebutuhan air untuk keperluan pemeliharaan sungai adalah sebesar 66.242,64 m
Kebutuhan Air Untuk Perikanan (Fish Pond)
Daerah studi merupakan daerah pesisir pantai, sehingga areal tanah yang langsung berbatasan
dengan pantai hampir seluruhnya dimanfaatkan untuk areal tambak ikan. Estimasi besarnya
kebutuhan air untuk perikanan ditentukan sesuai dengan studi yang dilakukan oleh FIDP ( dan
IWRD). Ditetapkan bahwa untuk kedalaman kolam ikan kurang lebih 70 cm, banyaknya air yang
dibutuhkan per hektar adalah 35 sampai 40 mm/hari, air tersebut nantinya akan digunakan untuk
pengaliran/pembilasan. Namun karena air tersebut tidak langsung dibuang, tetapi kembali lagi, maka
besarnya kebutuhan air untuk perikanan yang diperlukan hanya sekitar 1/5 hingga 1/6 dari
rusnya, dan ditetapkan sebesar 7 mm/hari/ha.
Kebutuhan air untuk perikanan selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
= 365 x x { q (fp) / 1.000 } x A (fp) x 10.000
Kebutuhan air untuk perikanan ( m3/th)
Kebutuhan air untuk pembilasan ( 7 mm/hari/ha)
Luas kolam/tambak/empang ikan ( ha)
Kebutuhan Air Untuk Industri
air industri dihitung berdasarkan jumlah karyawan industri dan konsumsi
pemakaian air per karyawan per hari. Jumlah karyawan industri dihitung berdasarkan perbandingan
jumlah karyawan industri per kabupaten dengan penduduk kabupaten dikalikan jumlah pendu
Kebutuhan Air Untuk Irigasi
Kebutuhan air irigasi diperkirakan dari perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhan
kebutuhan air irigasi ( lt/dt/ha ) dalam satu tahun. Dengan pertimbangan iklim regional yang terdiri
dua musim ( penghujan dan kemarau ), maka perhitungan air irigasi dibuat dalam periode
bulanan. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Evapotranspirasi acuan ( ETo )
Kebutuhan air konsumtif tanaman ( Etc )
penyiapan lahan ( IR )
Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ( RW )
E - 33
araan sungai adalah sebesar 66.242,64 m3/tahun.
Daerah studi merupakan daerah pesisir pantai, sehingga areal tanah yang langsung berbatasan
ikan. Estimasi besarnya
kebutuhan air untuk perikanan ditentukan sesuai dengan studi yang dilakukan oleh FIDP ( dan
IWRD). Ditetapkan bahwa untuk kedalaman kolam ikan kurang lebih 70 cm, banyaknya air yang
air tersebut nantinya akan digunakan untuk
pengaliran/pembilasan. Namun karena air tersebut tidak langsung dibuang, tetapi kembali lagi, maka
besarnya kebutuhan air untuk perikanan yang diperlukan hanya sekitar 1/5 hingga 1/6 dari
Kebutuhan air untuk perikanan selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
air industri dihitung berdasarkan jumlah karyawan industri dan konsumsi
Jumlah karyawan industri dihitung berdasarkan perbandingan
jumlah karyawan industri per kabupaten dengan penduduk kabupaten dikalikan jumlah penduduk
Kebutuhan air irigasi diperkirakan dari perkalian antara luas lahan yang diairi dengan kebutuhan
kebutuhan air irigasi ( lt/dt/ha ) dalam satu tahun. Dengan pertimbangan iklim regional yang terdiri
dua musim ( penghujan dan kemarau ), maka perhitungan air irigasi dibuat dalam periode
5. Perkolasi ( P )
6. Hujan ( ER )
7. Efisiensi irigasi ( IE )
8. Luas areal irigasi dan pola tanam ( A )
Besarnya kebutuhan air irigasi dihitung menurut persamaan berikut ini :
( Etc + IKebutuhan air irigasi = --------------------------------------- 1. Evapotranspirasi Acuan
Perhitungan evapotranspirasi acuan untuk Daerah Study dihitung dengan menggunakan metode
Penman Modifikasi yang disederhanakan.
2. Kebutuhan Air Konsumtif ( Etc )
Evapotranspirasi konsumtif (
kehilangan air melalui tanah dan tanaman dan dapat diasumsikan sebagai kebutuhan air
tanaman dan biasa disebut sebagai evapontranspirasi tanaman. Besarnya Etc ditentukan sebagai
berikut :
Etc = ETo . kc
Dimana :
ETo = evapotranspirasi referensi
Kc = koefisien tanaman
Koefisien tanaman berbeda
lingkungan ( kelembaban ) setempat. Dalam study ini koefisien tanaman menurut penelitian
Prosida/Nedeco dan FAO, seperti Tabel
3. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( IR )
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya adalah menentukan kebutuhan air maksimal air
irigasi. Untuk perhitungan kebutuhan air tersebut digunakan metode yang dikembangkan oleh
Van de Goor dan Zijlstra yaitu :
IR = M { ek / ( ek – 1 ) }
Dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi tingkat sawah
M = Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi
= Eo + P ; ( Eo = 1,1 ; P = perkolasi )
ek = M x ( T/S )
T = jangka waktu penyiapan lahan ( hari )
S = kebutuhan air untuk penjenuhan di tambah lapisan air 50 mm
Luas areal irigasi dan pola tanam ( A )
Besarnya kebutuhan air irigasi dihitung menurut persamaan berikut ini :
( Etc + IR + RW – P – ER ) --------------------------------------- IE
Evapotranspirasi Acuan
Perhitungan evapotranspirasi acuan untuk Daerah Study dihitung dengan menggunakan metode
disederhanakan.
Kebutuhan Air Konsumtif ( Etc )
Evapotranspirasi konsumtif ( Consimtive Evapotranspiration = Etc ) dan diartikan sebagai
kehilangan air melalui tanah dan tanaman dan dapat diasumsikan sebagai kebutuhan air
tanaman dan biasa disebut sebagai evapontranspirasi tanaman. Besarnya Etc ditentukan sebagai
evapotranspirasi referensi
Kc = koefisien tanaman
Koefisien tanaman berbeda-beda menurut jenis tanaman, waktu, kondisi tanaman dan kondisi
lingkungan ( kelembaban ) setempat. Dalam study ini koefisien tanaman menurut penelitian
FAO, seperti Tabel 5 - 13
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan ( IR )
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya adalah menentukan kebutuhan air maksimal air
irigasi. Untuk perhitungan kebutuhan air tersebut digunakan metode yang dikembangkan oleh
Goor dan Zijlstra yaitu :
1 ) }
= Kebutuhan air irigasi tingkat sawah
= Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi
= Eo + P ; ( Eo = 1,1 ; P = perkolasi )
= jangka waktu penyiapan lahan ( hari )
= kebutuhan air untuk penjenuhan di tambah lapisan air 50 mm
E - 34
Perhitungan evapotranspirasi acuan untuk Daerah Study dihitung dengan menggunakan metode
= Etc ) dan diartikan sebagai
kehilangan air melalui tanah dan tanaman dan dapat diasumsikan sebagai kebutuhan air
tanaman dan biasa disebut sebagai evapontranspirasi tanaman. Besarnya Etc ditentukan sebagai
beda menurut jenis tanaman, waktu, kondisi tanaman dan kondisi
lingkungan ( kelembaban ) setempat. Dalam study ini koefisien tanaman menurut penelitian
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya adalah menentukan kebutuhan air maksimal air
irigasi. Untuk perhitungan kebutuhan air tersebut digunakan metode yang dikembangkan oleh
= Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasi
Dalam perhitungan di gunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk penyiapan padi pertama dan
S = 200 mm untuk padi kedua.
Harga Koefisien Tanaman Menurut Umur Tanaman
Bulan ke
0,5
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
Jagung atau
0,5 0,58
1,0 0,68
1,5 1,10
2,0 1,21
2,5 1,17
3,0 1,09
3,5
4,0
4,5
Sumber : F A O
4. Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ( RW )
Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ditetapkan berdasarkan KP
/ bulan selama dua bulan.
Dalam perhitungan di gunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk penyiapan padi pertama dan
S = 200 mm untuk padi kedua.
Tabel E - 13
Harga Koefisien Tanaman Menurut Umur Tanaman
NEDECO/PROSIDA F A O
Varietas
Biasa
Varietas
Unggul
Varietas
Biasa
Padi Padi
1,20 1,20 1,10
1,20 1,27 1,10
1,32 1,33 1,10
1,40 1,30 1,10
1,35 1,30 1,10
1,24 0,00 1,05
1,12 0,00 0,95
0,00 0,00 0,00
Jagung atau Kc. Tanah
0,58 -
0,58 -
0,68 -
0,58 -
1,10 -
0,76 -
1,21 -
0,98 -
1,17 -
1,09 -
1,09 -
1,09 -
- -
1,09 -
- -
0,63 -
- -
0,63 -
Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ( RW )
Kebutuhan air untuk penggantian lapisan air ditetapkan berdasarkan KP –
/ bulan selama dua bulan.
E - 35
Dalam perhitungan di gunakan T = 30 hari dan S = 250 mm untuk penyiapan padi pertama dan
Harga Koefisien Tanaman Menurut Umur Tanaman
F A O
Varietas
Unggul
Padi
1,10
1,10
1,05
1,05
0,95
0,00
0,00
0,00
01 Irigasi, yaitu 50 mm
5. Perkolasi ( P )
Besarnya nilai perkolasi ditetapkan berdasarkan jenis tanah yang ada di Daerah Study dengan
nilai perkiraan sebesar 2 mm / hari.
6. Hujan Efektif ( ER )
Untuk menghitung kebutuhan air tanaman p
hujan setengah bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulan dengan periode
ulang 5 tahun.
Dimana :
Re = Curah hujan efektif ( mm / hari )
R80 = Curah hujan ½ bulan dengan porbalitas 80% ( mm ) untuk tanaman padi
R50 = Curah hujan ½ bulan dengan probalisasi 50% ( mm ) untuk tanaman palawija
Perhitungan besarnya curah hujan efektif ( Re ) untuk daerah irigasi yang ada di Daerah Study
diambil dari data pencatatan curah hujan. Dari Tabel tersebut diurut dari kecil ke besar yang
kemudian dicari urutan berapa nilai R
R 80 = N/5 + 1 →
R50 = N/2 + 1 →
N = Jumlah data
7. Efisiensi irigasi ( EI )
Efisiensi irigasi ( e ) adalah angka perbandingan dari jumlah debit air irigasi yang dipakai dengan
jumlah debit air irigasi yang dialirkan dan dinyatakan dalam proses ( % ). Untuk tujuan
perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang
sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi
dan rembesan. Efesiensi irigasi keseluruhan rata
itu kebutuhan bersih air di sawah.
( NFR ) harus dibagi efisiensi irigasi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.
Dalam studi ini kehilangan air diambil sebagai berikut :
1. Saluran tersier =
2. Saluran sekunder =
3. Saluran utama =
Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier x efisiensi
jaringan sekunder x efisien
pelaksanaan pekerjaan diambil
Besarnya nilai perkolasi ditetapkan berdasarkan jenis tanah yang ada di Daerah Study dengan
nilai perkiraan sebesar 2 mm / hari.
Untuk menghitung kebutuhan air tanaman padi dan palawija, curah hujan efektif adalah curah
hujan setengah bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulan dengan periode
Re = 0,7/15 . R80 atau 0,7/15 . R50
= Curah hujan efektif ( mm / hari )
Curah hujan ½ bulan dengan porbalitas 80% ( mm ) untuk tanaman padi
= Curah hujan ½ bulan dengan probalisasi 50% ( mm ) untuk tanaman palawija
Perhitungan besarnya curah hujan efektif ( Re ) untuk daerah irigasi yang ada di Daerah Study
dari data pencatatan curah hujan. Dari Tabel tersebut diurut dari kecil ke besar yang
kemudian dicari urutan berapa nilai R80 dan R50 dengan persamaan sebagai berikut :
untuk tanaman padi
untuk tanaman palawija
Efisiensi irigasi ( e ) adalah angka perbandingan dari jumlah debit air irigasi yang dipakai dengan
jumlah debit air irigasi yang dialirkan dan dinyatakan dalam proses ( % ). Untuk tujuan
perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang
sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi
dan rembesan. Efesiensi irigasi keseluruhan rata-rata berkisar antara 59%
itu kebutuhan bersih air di sawah.
( NFR ) harus dibagi efisiensi irigasi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.
Dalam studi ini kehilangan air diambil sebagai berikut :
= 20%, sehingga efisiensi ≈ 80%
10%, sehingga efisiensi ≈ 90%
Saluran utama = 10%, sehingga efisiensi ≈ 90%
Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier x efisiensi
jaringan sekunder x efisiensi jaringan primer, sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan dalam
pelaksanaan pekerjaan diambil ≈ 65%
E - 36
Besarnya nilai perkolasi ditetapkan berdasarkan jenis tanah yang ada di Daerah Study dengan
adi dan palawija, curah hujan efektif adalah curah
hujan setengah bulanan diambil 70 % dari curah hujan minimum tengah bulan dengan periode
Curah hujan ½ bulan dengan porbalitas 80% ( mm ) untuk tanaman padi
= Curah hujan ½ bulan dengan probalisasi 50% ( mm ) untuk tanaman palawija
Perhitungan besarnya curah hujan efektif ( Re ) untuk daerah irigasi yang ada di Daerah Study
dari data pencatatan curah hujan. Dari Tabel tersebut diurut dari kecil ke besar yang
dengan persamaan sebagai berikut :
Efisiensi irigasi ( e ) adalah angka perbandingan dari jumlah debit air irigasi yang dipakai dengan
jumlah debit air irigasi yang dialirkan dan dinyatakan dalam proses ( % ). Untuk tujuan – tujuan
perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yang diambil akan hilang
sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi
59% - 73%. Oleh karena
( NFR ) harus dibagi efisiensi irigasi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.
Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut : efisiensi jaringan tersier x efisiensi
si jaringan primer, sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan dalam
8. Luas areal Irigasi ( A )
Luas areal irigasi dalam studi ini diartikan luas lahan sawah yang tersebar di Daerah Study yang
ada ( Irigasi sederhana, irigasi desa non
irigasi teknik dan semi teknik). Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi pertahun diasumsikan
pola tanam adalah Padi-
sawah dipergunakan untuk berkebun atau dibiarkan begitu saja.
VI. Kebutuhan Air Untuk Irigasi
Dalam perhitungan kebutuhan air ada tiga (3) faktor yang harus diperhitungkan, yaitu faktor
kebutuhan, faktor potensi dan faktor topografi.
Dalam perhitungan kebutuhan air baku dilihat dari faktor kebutuhan, ruang lingkup pembahasan
meliputi antara lain :
• Kebutuhan air minum pedesaan
• Kebutuhan air ternak
• Kebutuhan air irigasi
• Kebutuhan ruangan sedimentasi
• Kebutuhan faktor penguapan
• Kebutuhan faktor resapan
E.8.1.4 Faktor Lain Tampungan
Dalam penentuan besar tampungan embung selain besarnya volume debit air yang tersedia yang
dapat mengisi kolam embung (Vb ), kemampuan topografi untuk menampung ait ( Vp ) dan besarnya
kebutuhan dan besarnya tampungan yang dibutuhkan untuk kebutuhan air minum penduduk ( Vu1
), Kebutuhan air ternak ( Vu2 ) dan kebutuhan air irigasi ( Vu3 ) harus memperhitungkan hal
mengenai jumlah sediment ( Vc ) dan jumlah resapan ( Vc ).
1. Jumlah Sedimen ( Vs )
Perhitungan sediment bertujuan untuk mengetahui dead stroge yang ditentukan dari perhitungan
sediment transport serta distribusi sediment di daerah genangan yang mana pada umumnya
bergantung dari bentuk dan type tampungan serta usia waduk.
2. Jumlah Penguapan ( Vc )
Pada embung, penguapan yang terjadi harus diantisipasi apalagi bila musim kemarau sedikit
Luas areal irigasi dalam studi ini diartikan luas lahan sawah yang tersebar di Daerah Study yang
sederhana, irigasi desa non-PU dan irigasi tadah hujan , irigasi berpengairan baik itu
irigasi teknik dan semi teknik). Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi pertahun diasumsikan
Padi-Palawija, selebihnya waktu yang ada dalam sat
sawah dipergunakan untuk berkebun atau dibiarkan begitu saja.
Kebutuhan Air Untuk Irigasi
Dalam perhitungan kebutuhan air ada tiga (3) faktor yang harus diperhitungkan, yaitu faktor
kebutuhan, faktor potensi dan faktor topografi.
am perhitungan kebutuhan air baku dilihat dari faktor kebutuhan, ruang lingkup pembahasan
Kebutuhan air minum pedesaan
Kebutuhan ruangan sedimentasi
Kebutuhan faktor penguapan
ktor resapan
Faktor Lain Tampungan Embung
Dalam penentuan besar tampungan embung selain besarnya volume debit air yang tersedia yang
dapat mengisi kolam embung (Vb ), kemampuan topografi untuk menampung ait ( Vp ) dan besarnya
besarnya tampungan yang dibutuhkan untuk kebutuhan air minum penduduk ( Vu1
), Kebutuhan air ternak ( Vu2 ) dan kebutuhan air irigasi ( Vu3 ) harus memperhitungkan hal
mengenai jumlah sediment ( Vc ) dan jumlah resapan ( Vc ).
rhitungan sediment bertujuan untuk mengetahui dead stroge yang ditentukan dari perhitungan
sediment transport serta distribusi sediment di daerah genangan yang mana pada umumnya
bergantung dari bentuk dan type tampungan serta usia waduk.
Pada embung, penguapan yang terjadi harus diantisipasi apalagi bila musim kemarau sedikit
E - 37
Luas areal irigasi dalam studi ini diartikan luas lahan sawah yang tersebar di Daerah Study yang
PU dan irigasi tadah hujan , irigasi berpengairan baik itu
irigasi teknik dan semi teknik). Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi pertahun diasumsikan
Palawija, selebihnya waktu yang ada dalam satu tahun sebagian
Dalam perhitungan kebutuhan air ada tiga (3) faktor yang harus diperhitungkan, yaitu faktor
am perhitungan kebutuhan air baku dilihat dari faktor kebutuhan, ruang lingkup pembahasan
Dalam penentuan besar tampungan embung selain besarnya volume debit air yang tersedia yang
dapat mengisi kolam embung (Vb ), kemampuan topografi untuk menampung ait ( Vp ) dan besarnya
besarnya tampungan yang dibutuhkan untuk kebutuhan air minum penduduk ( Vu1
), Kebutuhan air ternak ( Vu2 ) dan kebutuhan air irigasi ( Vu3 ) harus memperhitungkan hal-hal
rhitungan sediment bertujuan untuk mengetahui dead stroge yang ditentukan dari perhitungan
sediment transport serta distribusi sediment di daerah genangan yang mana pada umumnya
Pada embung, penguapan yang terjadi harus diantisipasi apalagi bila musim kemarau sedikit
sekali aliran yang masuk. Dengan demikian jumlah penguapan perlu diperhitungkan dalam
penentuan kapasitas atau tinggi embung. Penguapan di permukaan kolam embu
dihitungh secara sederhana dengan formula sebagai berikut :
Vc = 10 . A. ∑ Ekj
Dimana :
Vc = Jumlah penguapan dari kolam embung ( m
A = Luas permukaan kolam embung pada setengah tinggi ( Ha )
Ekj = Penguapan bulanan di musim kemarau pada
Pada studi ini besarnya penguapan dihitung dengan rumus
pada Tabel 3-17
3. Jumlah Resapan ( VI )
Air didalam kolam embung akan meresap masuk kedalam pori
kolam. Besarnya resapan ini bergantung dari sifat lulus air material dasar dan dinding kolam,
sedangkan sifat ini bergantung pada jenis butiran tanah atau struktur batu pembentuk dasar dan
dinding kolam. Besaran resapan air
Vi = K . Vu
Dimana :
Vi = Jumlah resapan tahunan ( m
Vu = Jumlah volume air untuk kebutuhan air minum dan air ternak ( m
K = Faktor yang bergantung dari sifat lulus dan material dasar dan dinding kolam embung
= 10 % jika dasar dan dinding kolam embung rapat air
= 25 % jika dasar dan dinding kolam embung semi lulus air
Penentuan jumlah resapan yang terjadi akan dilakukan pada perhitungan kesetimbangan air
embung dalam penentuan kapasitas tampung efektif, hal
kebutuhan air yang harus terpenuhi, maka kebutuhan akan volume air untuk penggantian faktor
resapan semakin besar. Apalagi penentuan faktor embung didasarkan pada tampungan
kebutuhan ( volume air minum, air ternak dan
kebutuhan jumlah resapan ( Vi ), untuk masing
E.8.1.5 Kesetimbangan Air
Dengan diketahuinya besarnya kebutuhan air minum ( Vu1 ), kebutuhan air ternak ( Vu2 ), volume
penguapan ( Vc ), dan dengan cara coba
dan volume resapan yang terjadi ( Vi ) untuk volume tampung embung sisa yang ada; debit aliran
masuk embung ( Vb ) dengan metode NRECA dan kapasitas ta
maka kesetimbangan air yang terjadi pada daerah tersebut dapat diketahui dengan
sekali aliran yang masuk. Dengan demikian jumlah penguapan perlu diperhitungkan dalam
penentuan kapasitas atau tinggi embung. Penguapan di permukaan kolam embu
dihitungh secara sederhana dengan formula sebagai berikut :
Jumlah penguapan dari kolam embung ( m3 )
Luas permukaan kolam embung pada setengah tinggi ( Ha )
Penguapan bulanan di musim kemarau pada bulan ke j ( mm/bulan )
Pada studi ini besarnya penguapan dihitung dengan rumus Penman
17
Air didalam kolam embung akan meresap masuk kedalam pori atau rongga didasar dan dinding
kolam. Besarnya resapan ini bergantung dari sifat lulus air material dasar dan dinding kolam,
sedangkan sifat ini bergantung pada jenis butiran tanah atau struktur batu pembentuk dasar dan
dinding kolam. Besaran resapan air kolam embung dapat dihitung dengan :
Jumlah resapan tahunan ( m3 )
Jumlah volume air untuk kebutuhan air minum dan air ternak ( m
Faktor yang bergantung dari sifat lulus dan material dasar dan dinding kolam embung
10 % jika dasar dan dinding kolam embung rapat air
25 % jika dasar dan dinding kolam embung semi lulus air
Penentuan jumlah resapan yang terjadi akan dilakukan pada perhitungan kesetimbangan air
embung dalam penentuan kapasitas tampung efektif, hal ini dilakukan karena semakin banyak
kebutuhan air yang harus terpenuhi, maka kebutuhan akan volume air untuk penggantian faktor
resapan semakin besar. Apalagi penentuan faktor embung didasarkan pada tampungan
kebutuhan ( volume air minum, air ternak dan air irigasi terpenuhi 100% ), maka besarnya
kebutuhan jumlah resapan ( Vi ), untuk masing-masing lokasi embung seperti pada tabel.
Kesetimbangan Air
Dengan diketahuinya besarnya kebutuhan air minum ( Vu1 ), kebutuhan air ternak ( Vu2 ), volume
penguapan ( Vc ), dan dengan cara coba-coba didapat volume kebutuhan air irigasi fungsional( Vu3 )
dan volume resapan yang terjadi ( Vi ) untuk volume tampung embung sisa yang ada; debit aliran
masuk embung ( Vb ) dengan metode NRECA dan kapasitas tampung embung secara topografi (Vp
maka kesetimbangan air yang terjadi pada daerah tersebut dapat diketahui dengan
E - 38
sekali aliran yang masuk. Dengan demikian jumlah penguapan perlu diperhitungkan dalam
penentuan kapasitas atau tinggi embung. Penguapan di permukaan kolam embung dapat
bulan ke j ( mm/bulan )
Penman seperti terlihat
atau rongga didasar dan dinding
kolam. Besarnya resapan ini bergantung dari sifat lulus air material dasar dan dinding kolam,
sedangkan sifat ini bergantung pada jenis butiran tanah atau struktur batu pembentuk dasar dan
kolam embung dapat dihitung dengan :
Jumlah volume air untuk kebutuhan air minum dan air ternak ( m3 )
Faktor yang bergantung dari sifat lulus dan material dasar dan dinding kolam embung
Penentuan jumlah resapan yang terjadi akan dilakukan pada perhitungan kesetimbangan air
ini dilakukan karena semakin banyak
kebutuhan air yang harus terpenuhi, maka kebutuhan akan volume air untuk penggantian faktor
resapan semakin besar. Apalagi penentuan faktor embung didasarkan pada tampungan
air irigasi terpenuhi 100% ), maka besarnya
masing lokasi embung seperti pada tabel.
Dengan diketahuinya besarnya kebutuhan air minum ( Vu1 ), kebutuhan air ternak ( Vu2 ), volume
coba didapat volume kebutuhan air irigasi fungsional( Vu3 )
dan volume resapan yang terjadi ( Vi ) untuk volume tampung embung sisa yang ada; debit aliran
embung secara topografi (Vp),
maka kesetimbangan air yang terjadi pada daerah tersebut dapat diketahui dengan
memperhitungkan ketiga faktor tersebut di atas dengan memilih nilai kapasitas tampung embung
yang paling minimum. Kapasitas tampung embung yang t
desain bangunan embung.
memperhitungkan ketiga faktor tersebut di atas dengan memilih nilai kapasitas tampung embung
yang paling minimum. Kapasitas tampung embung yang terpilih merupakan dasar untuk perencanaan
E - 39
memperhitungkan ketiga faktor tersebut di atas dengan memilih nilai kapasitas tampung embung
erpilih merupakan dasar untuk perencanaan
E.8.1.6 Analisis Debit Banjir
I. Analisis Frekuensi
Metode analisis hujan rancangan pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik
dari data yang bersangkutan atau dip
jenis distribusi dalam analisis frekuensi yaitu :
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Log Pearson Type III
4. Distribusi Gumbel Type I
Dalam studi ini distribusi frekuensi yang
Pearson Type III.
A Metode E.J Gumbel Type I
Metode pendekatan untuk analisis frekuensi dalam studi ini menggunakan metode E.J Gumbel Type
I, dengan persamaan sebagai berikut :
Xt = Xr + K. St
Dimana :
Xt = Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode
ulang T tahun
Xr = Harga rerata dari data
Xr =
St = Standard deviasi
St =
K = Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang (
Untuk menghitung faktor frekuensi E.J Gumbel Type I digunakan rumus :
K = Yt ---------
Dengan :
Yt = Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T
Analisis Debit Banjir
Metode analisis hujan rancangan pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik
dari data yang bersangkutan atau dipilih berdasarkan pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa
jenis distribusi dalam analisis frekuensi yaitu :
Distribusi Log Pearson Type III
Dalam studi ini distribusi frekuensi yang digunakan adalah distribusi E.J Gumbel Type I dan Log
Metode E.J Gumbel Type I
Metode pendekatan untuk analisis frekuensi dalam studi ini menggunakan metode E.J Gumbel Type
I, dengan persamaan sebagai berikut :
Xr + K. St
Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode
Harga rerata dari data
1 n Xi --- Σ
n i = 1
Standard deviasi
√ n
Xi2 n
Xi Σ - Σ i = 1 i = 1
Faktor frekuensi yang merupakan fungsi dari periode ulang ( return period
Untuk menghitung faktor frekuensi E.J Gumbel Type I digunakan rumus :
Yt – Yn ---------
Sn
Reduced variate sebagai fungsi periode ulang T
E - 40
Metode analisis hujan rancangan pemilihannya sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik
ilih berdasarkan pertimbangan teknis lainnya. Ada beberapa
digunakan adalah distribusi E.J Gumbel Type I dan Log
Metode pendekatan untuk analisis frekuensi dalam studi ini menggunakan metode E.J Gumbel Type
Variate yang diekstrapolasikan, yaitu besarnya curah hujan rancangan untuk periode
return period )
= -Ln (-Ln (T-1)/T)
Yn = Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n ( Tabel
Sn = Reduced standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n (Tabel
Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan di atas diperoleh :
Xt = Xr + ( Sx / Sn ) (
Jika :
1 =
Sx--- ------a Sn
b = Xr
Persamaan di atas menjadi :
Xt = b + ( 1/a ) . Yt
B. Metode Log Pearson Type III
Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah dengan
mengkonversikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.
Secara garis besar prosedur dari distribusi Log Pearson tipe III adalah sebagai berikut :
- Mengubah data curah hujan rata
logaritma.
- Menghitung harga rata-rata logaritma dengan rumus :
Log Xrata = i = 1-----------------
- Menghitung simpangan baku dengan rumus :
S = √
- Menghitung koefisien kemiringan dengan rumus :
Cs = n x
1)/T)
Reduced mean sebagai fungsi dari banyaknya data n ( Tabel 5 -
Reduced standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n (Tabel
Dengan mensubstitusikan ketiga persamaan di atas diperoleh :
Xr + ( Sx / Sn ) ( Yt – Yn )
Sx ------ Sn
- Sx
Yn ------ Sn
Metode Log Pearson Type III
Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah dengan
mengkonversikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.
Secara garis besar prosedur dari distribusi Log Pearson tipe III adalah sebagai berikut :
Mengubah data curah hujan rata-rata maksimum tahunan sebanyak n buah kedalam bentuk
rata logaritma dengan rumus :
n Log X Σ
i = 1 -----------------
N
Menghitung simpangan baku dengan rumus :
√ n
( Log Xi – Log Xrata )2 Σ
i = 1 ------------------------------------
n – 1
Menghitung koefisien kemiringan dengan rumus :
n x
n ( Log Xi - Log Xrata )
3 Σ i = 1 ------------------------------------
( n – 1 ) . ( n – 2 ) . S3
E - 41
- 14)
Reduced standard deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n (Tabel 5 - 15)
Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah dengan
Secara garis besar prosedur dari distribusi Log Pearson tipe III adalah sebagai berikut :
rata maksimum tahunan sebanyak n buah kedalam bentuk
- Menghitung logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulangnya
Log Xt = Log Xrata
Dengan harga G diperoleh dari Cs dan tingkat probabilitasnya
- Cari antilog dari logaritma X
Dimana :
S = Simpangan baku
Log Xt = Logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun
Log Xrata = Logaritma curah hujan rata
G = Koefisien frekuensi ( Tabel
n = Jumlah data
Cs = Koefisien kemiringan
III. Pemeriksaan Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi
A. Metode Smirnov Kolmogorov
Pemeriksaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi.
Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui beberapa hal, diantaranya :
• Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau yang
diperoleh secara teoritis
• Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak)
Hipotesa suatu rancangan awal adalah merupakan perumusan sementara mengenai sesuatu hal
yang dibuat dan untuk menjelaskan hal itu diperlukan adanya penyelidikan. Untuk mengadakan
pemeriksaan uji tersebut terlebih dahulu harus diadakan plotting data dari hasil pengamatan di
kertas probabilitas dan garis durasi yang sesuai.
Sebelum melakukan uji kesesuaian, maka dilakukan plotting data pengamatan pada kertas
probabilitas dan garis durasi yang sesuai
1. Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke besar
Propbabilias dihitung dengan persamaan Weibull sebaga berikut :
P = [ m / ( n +1) ] x 100 %
Dimana :
P = probabilitas ( % )
m = nomor urut
n = banyaknya data
2. Plot data hujan Xi dan probalitas
3. Plot persamaan analisis frekuensi yang sesuai
curah hujan rancangan dengan kala ulangnya
rata + G. S
G diperoleh dari Cs dan tingkat probabilitasnya
Cari antilog dari logaritma Xt untuk mendapatkan curah hujan rancangan
Simpangan baku
Logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun
Logaritma curah hujan rata-rata (mm)
Koefisien frekuensi ( Tabel 5 – 16 dan Tabel 5 – 17
Jumlah data
Koefisien kemiringan
Pemeriksaan Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi
Metode Smirnov Kolmogorov
Pemeriksaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi.
Dengan pemeriksaan uji ini akan diketahui beberapa hal, diantaranya :
Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau yang
Kebenaran hipotesa (diterima/ditolak)
Hipotesa suatu rancangan awal adalah merupakan perumusan sementara mengenai sesuatu hal
yang dibuat dan untuk menjelaskan hal itu diperlukan adanya penyelidikan. Untuk mengadakan
ersebut terlebih dahulu harus diadakan plotting data dari hasil pengamatan di
kertas probabilitas dan garis durasi yang sesuai.
Sebelum melakukan uji kesesuaian, maka dilakukan plotting data pengamatan pada kertas
probabilitas dan garis durasi yang sesuai, dengan tahapan sebagai berikut :
Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke besar
Propbabilias dihitung dengan persamaan Weibull sebaga berikut :
P = [ m / ( n +1) ] x 100 %
probabilitas ( % )
nomor urut data dari seri yang telah diurutkan
banyaknya data
Plot data hujan Xi dan probalitas
Plot persamaan analisis frekuensi yang sesuai
E - 42
Logaritma curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm)
17 )
Pemeriksaan uji ini dimaksudkan untuk mengetahui suatu kebenaran hipotesa distribusi frekuensi.
Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan atau yang
Hipotesa suatu rancangan awal adalah merupakan perumusan sementara mengenai sesuatu hal
yang dibuat dan untuk menjelaskan hal itu diperlukan adanya penyelidikan. Untuk mengadakan
ersebut terlebih dahulu harus diadakan plotting data dari hasil pengamatan di
Sebelum melakukan uji kesesuaian, maka dilakukan plotting data pengamatan pada kertas
Data curah hujan maksimum harian rerata tiap tahun disusun dari kecil ke besar
4. Nilai delta kritis untuk uji smirnov kolmogorov dapat dilihat pada Tabel
Nilai Kritis (
n
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
n > 50
Sumber : M.M.A. Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976 , hal. 280
B Metode Kai - Kuadrat
Uji ini diterapkan untuk menguji simpangan dalam arah vertikal, agar distribusi frekuensi yang dipilih
bisa diterapkan :
X2 = Σ (Ef – Of)2 / Ef
Dimana :
X2 = Harga kai-kuadrat
Ef = Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan pembagian
Of = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
Nilai X2 yang terdapat ini harus lebih dari harga X
suatu derajat nyata tertentu (
Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan persamaan :
DK = K – ( P + 1 )
Dimana :
DK = Derajat Kebebasan
K = Banyaknya kelas
P = Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter, yang untuk sebaran
Nilai delta kritis untuk uji smirnov kolmogorov dapat dilihat pada Tabel 5 -18
Tabel E - 18
Nilai Kritis (∆∆∆∆cr) dari Smirnov-Kolmogorov
αααα
0,20 0,10 0,05
0,45 0,51 0,56
0,32 0,37 0,41
0,27 0,30 0,34
0,23 0,26 0,29
0,21 0,24 0,27
0,19 0,22 0,24
0,18 0,20 0,23
0,17 0,19 0,21
0,16 0,18 0,20
0,15 0,17 0,19
1,07 1,22 1,36
---------- ----------- ----------
√n √n √n Sumber : M.M.A. Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976 , hal. 280
untuk menguji simpangan dalam arah vertikal, agar distribusi frekuensi yang dipilih
kuadrat
Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan pembagian
yang terbaca pada kelas yang sama
yang terdapat ini harus lebih dari harga X2 cr ( Kai – Kuadrat Kritis ) pada Tabel
suatu derajat nyata tertentu (level of significance), yang sering diambil sebesar 5 %.
a umum dapat dihitung dengan persamaan :
Derajat Kebebasan
Banyaknya kelas
Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter, yang untuk sebaran
E - 43
18
0,01
0,67
0,49
0,40
0,36
0,32
0,29
0,27
0,25
0,24
0,23
1,63
-------------
√n Sumber : M.M.A. Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976 , hal. 280
untuk menguji simpangan dalam arah vertikal, agar distribusi frekuensi yang dipilih
Frekuensi (banyaknya pengamatan) yang diharapkan, sesuai dengan pembagian
Kuadrat Kritis ) pada Tabel 5 - 19, untuk
), yang sering diambil sebesar 5 %.
Banyaknya keterikatan atau sama dengan banyaknya parameter, yang untuk sebaran
Kai-Kuadrat adalah sama dengan dua (2).
DK
0,950
10 3,940
11 4,575
12 5,226
13 5,892
14 6,571
15 7,962
16 7,962
17 8,672
18 9,390
19 10,117
20 10,851
21 11,501
22 12,338
23 13,910
24 13,848
25 14,611
26 15,379
27 16,151
28 16,928
29 17,708
30 18,493
Sumber : M.M.A Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976, hal. 283
Kuadrat adalah sama dengan dua (2).
Tabel E - 19
Nilai ( X2 cr ) dari Chi – Kuadrat
Probabilitas dari X2
0,950 0,800 0,500 0,200 0,050
3,940 6,179 9,342 13,442 18,307
4,575 6,989 10,341 14,631 19,975
5,226 7,807 11,350 15,812 21,026
5,892 8,634 12,340 16,985 22,362
6,571 9,467 13,339 18,151 23,685
7,962 10,307 14,339 19,311 24,996
7,962 11,152 15,338 20,465 26,296
8,672 12,002 16,338 21,615 27,587
9,390 12,857 17,338 22,760 28,869
10,117 13,716 18,338 23,900 30,144
10,851 14,578 19.377 25,038 31,410
11,501 15,445 20,377 26,171 32,671
12,338 16,314 21,337 27,301 33,924
13,910 17,187 22,337 28,429 35,175
13,848 18,062 23,377 29,553 36,415
14,611 18,940 24,337 30,675 37,652
15,379 19,820 25,336 31,795 38,885
16,151 20,703 26,336 32,912 40,113
16,928 21,588 27,336 34,027 41,337
17,708 22,475 28,336 35,139 42,557
18,493 23,364 29,336 36,250 43,773
Sumber : M.M.A Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976, hal. 283
E - 44
0,050 0,001
18,307 29,588
19,975 31,264
21,026 32,909
22,362 34,528
23,685 36,123
24,996 37,697
26,296 39,252
27,587 40,790
28,869 42,312
30,144 43,820
31,410 45,315
32,671 46,797
33,924 48,268
35,175 49,728
36,415 51,179
37,652 52,620
38,885 54,052
40,113 55,476
41,337 56,893
42,557 58,302
43,773 59,703
Sumber : M.M.A Shahin, Statistical Analysis in Hydrology, Volume 2 , 1976, hal. 283
IV. Analisis Debit Banjir Rancangan (
Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan SID Embung Bojo di Kabupaten Barru maka diperlukan
analisis debit banjir rancangan.
perencanaan bangunan pengairan. Informasi dan nilai besaran yang dip
merupakan masukan penting terhadap faktor
terhadap tipe dan jenis konstruksi pengaman banjir sebagai langkah konservasi, faktor kelayakan
ekonomis dan lingkungan dalam tinja
analisis yang memadai beberapa aspek yang perlu diperhatikan :
1. Aspek pemahaman terhadap jenis, sifat dan karakteristik Daerah Aliran Sungai
2. Pemilihan model dan metode analisis yang digunakan
3. Tingkat resiko yang di tanggung.
Bangunan embung seperti pada bangunan waduk lainnya. Harus dilengkapi dengan pelimpah
(spillway) yang memerlukan besaran banjir rencana untuk perencanaannya. Karena luas daerah
tangkapan hujan untuk embung ini kecil, maka kapasi
kala ulang paling besar 50 tahun (Q
area kecil (A < 100 km2) akan dihitung dengan beberapa metode antara lain metode Rasional
Singapura, metode Weduwen dan
A Metode Rasional Singapura
Dalam menentukan debit puncat banjir dengan metode Rasional Singapura, dipergunakan Gambar
- 10 dan Gambar 5 - 11. Gambar
hujan (u), dengan intensitas hujan efektif (i
Sedangkan Gambar 5 – 11 menunjukkan hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi)
untuk berbagai kata ulang. Dalam metode ini karateristik hujan/banjir dengan kata ulang 5 tahun
dipakai sebagai dasar perhitungan untuk menentukan puncak banjir pada berbagai kala ulang.
Prosedur perhitungan menentukan debit puncak banjir dengan Metode Rasional Singapur
sebagai berikut :
1. Parameter daerah tadah hujan (u) dengan rumus:
u = n . L
------------ S0,5
Dimana :
u = Parameter daerah tadah hujan
n = Koefisien kekasaran Manning
L = Panjang daerah Overland (m)
Analisis Debit Banjir Rancangan (Design Flood)
Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan SID Embung Bojo di Kabupaten Barru maka diperlukan
analisis debit banjir rancangan. Analisis ini merupakan satu bagian analisis awal dalam perencanaan
perencanaan bangunan pengairan. Informasi dan nilai besaran yang diperoleh dalam analisis ini
merupakan masukan penting terhadap faktor-faktor perekayasaan seperti kelayakan teknis, pemilihan
terhadap tipe dan jenis konstruksi pengaman banjir sebagai langkah konservasi, faktor kelayakan
ekonomis dan lingkungan dalam tinjauannya terhadap faktor pembiayaan. Untuk mendapatkan hasil
analisis yang memadai beberapa aspek yang perlu diperhatikan :
Aspek pemahaman terhadap jenis, sifat dan karakteristik Daerah Aliran Sungai
Pemilihan model dan metode analisis yang digunakan
t resiko yang di tanggung.
Bangunan embung seperti pada bangunan waduk lainnya. Harus dilengkapi dengan pelimpah
yang memerlukan besaran banjir rencana untuk perencanaannya. Karena luas daerah
tangkapan hujan untuk embung ini kecil, maka kapasitas bangunan pelimpahan direncana dengan
kala ulang paling besar 50 tahun (Q50). Design flood untuk perencanaan embung dengan catchment
) akan dihitung dengan beberapa metode antara lain metode Rasional
Singapura, metode Weduwen dan analisis hidrograf satuan.
Rasional Singapura
Dalam menentukan debit puncat banjir dengan metode Rasional Singapura, dipergunakan Gambar
. Gambar 5 - 10 menunjukkan hubungan antara parameter daerah tadah
hujan (u), dengan intensitas hujan efektif (ie5) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun.
menunjukkan hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi)
kata ulang. Dalam metode ini karateristik hujan/banjir dengan kata ulang 5 tahun
dipakai sebagai dasar perhitungan untuk menentukan puncak banjir pada berbagai kala ulang.
Prosedur perhitungan menentukan debit puncak banjir dengan Metode Rasional Singapur
Parameter daerah tadah hujan (u) dengan rumus:
Parameter daerah tadah hujan
Koefisien kekasaran Manning
Panjang daerah Overland (m)
E - 45
Guna menunjang pelaksanaan pekerjaan SID Embung Bojo di Kabupaten Barru maka diperlukan
Analisis ini merupakan satu bagian analisis awal dalam perencanaan-
eroleh dalam analisis ini
faktor perekayasaan seperti kelayakan teknis, pemilihan
terhadap tipe dan jenis konstruksi pengaman banjir sebagai langkah konservasi, faktor kelayakan
Untuk mendapatkan hasil
Aspek pemahaman terhadap jenis, sifat dan karakteristik Daerah Aliran Sungai
Bangunan embung seperti pada bangunan waduk lainnya. Harus dilengkapi dengan pelimpah
yang memerlukan besaran banjir rencana untuk perencanaannya. Karena luas daerah
tas bangunan pelimpahan direncana dengan
untuk perencanaan embung dengan catchment
) akan dihitung dengan beberapa metode antara lain metode Rasional
Dalam menentukan debit puncat banjir dengan metode Rasional Singapura, dipergunakan Gambar 5
menunjukkan hubungan antara parameter daerah tadah
) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun.
menunjukkan hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi)
kata ulang. Dalam metode ini karateristik hujan/banjir dengan kata ulang 5 tahun
dipakai sebagai dasar perhitungan untuk menentukan puncak banjir pada berbagai kala ulang.
Prosedur perhitungan menentukan debit puncak banjir dengan Metode Rasional Singapura adalah
S = Kemiringan daerah Oeverland (m,m)
Sedangkan besarnya koefisien kekasaran Manning dapat dilihat pada Tabel
Grafik hubungan antara parameter daerah tadah hujan (u), dengan intensitas hujan efektif (ie5) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun
Grafik hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi) untuk berbagai kata ulang
Kemiringan daerah Oeverland (m,m)
Sedangkan besarnya koefisien kekasaran Manning dapat dilihat pada Tabel
Gambar E - 10 Grafik hubungan antara parameter daerah tadah hujan (u), dengan intensitas hujan efektif
) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun
Gambar E - 11 Grafik hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi) untuk berbagai kata ulang
E - 46
Sedangkan besarnya koefisien kekasaran Manning dapat dilihat pada Tabel 5 -20
Grafik hubungan antara parameter daerah tadah hujan (u), dengan intensitas hujan efektif ) semuanya untuk hujan dengan kata ulang 5 tahun
Grafik hubungan antara intensitas hujan (i) dan waktu (durasi) untuk berbagai kata ulang
Rumput pendek
Rumput tinggi
Daerah tanpa tanaman
Daerah dengan tanaman yang
Daerah dengan tanaman beraneka ragam
Semak yang sangat jarang
Semak dan pohon yang jarang
Semak yang sedang sampai lebat
Pohon-pohon kecil yang lebat
Daerah tandus dengan tunggul
Daerah tandus dengan tunggul
Hutan kayu yang lebat & tanaman selingan
Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994
2. Dengan memplot parameter (u) pada Gambar
tahunan (ie5) untuk kecepatan resapan 0, 10, 20, dan 30 mm/jam. Nilai f menggambarkan sifat
lulus air lahan seperti Tabel
1. Kedap air
2. Semi lulus air
3. Lulus air
Sumber :Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994
3. Dari nilai ie5 untuk periode 5 tahun dapat intensitas hujan (i
i5 = ie5 + f
Dimana :
i5 = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam).
ie5 = Intensitas hujan efekti 5 tahun (mm/jam)
f = Kecepatan inflitrasi (mm/jam) yang nilainya bergantung sifat lulus air lahan.
4. Dengan intensitas hujan kala ulang 5 tahun
dengan menggunakan persamaan berikut :
te = (an/i5)1bn
dimana :
te = Durasi hujan atau waktu konsentrasi (menit),
sedangkan an dan bn untuk kala 5, 50 dan 100 tahun seperti pada tabel
Tabel E -20
Koefisien Kekasaran Manning n
Jenis Penutup Lahan
Daerah tanpa tanaman
Daerah dengan tanaman yang berjajar
Daerah dengan tanaman beraneka ragam
Semak yang sangat jarang
Semak dan pohon yang jarang
Semak yang sedang sampai lebat
pohon kecil yang lebat
Daerah tandus dengan tunggul-tunggul kayu
tandus dengan tunggul-tunggul kayu & tanaman selingan
Hutan kayu yang lebat & tanaman selingan
Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994
Dengan memplot parameter (u) pada Gambar 5 – 103 dapat diperoleh intensitas hujan efektif 5
) untuk kecepatan resapan 0, 10, 20, dan 30 mm/jam. Nilai f menggambarkan sifat
lulus air lahan seperti Tabel 5 - 21
Tabel E - 21 Kecepatan Infiltrasi (f)
Sifat lulus air lahan (mm/jam)
Kedap air
Semi lulus air 10
Lulus air
:Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994
untuk periode 5 tahun dapat intensitas hujan (i5) dengan rumus :
Intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam).
Intensitas hujan efekti 5 tahun (mm/jam)
Kecepatan inflitrasi (mm/jam) yang nilainya bergantung sifat lulus air lahan.
Dengan intensitas hujan kala ulang 5 tahun (i5) dapat diperoleh durasi atau waktu konsentrasi
dengan menggunakan persamaan berikut :
Durasi hujan atau waktu konsentrasi (menit),
sedangkan an dan bn untuk kala 5, 50 dan 100 tahun seperti pada tabel E
E - 47
N
0.035
0.050
0.040
0.045
0.050
0.070
0.080
0.160
0.200
0.050
tunggul kayu & tanaman selingan 0.080
0.120
Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994
dapat diperoleh intensitas hujan efektif 5
) untuk kecepatan resapan 0, 10, 20, dan 30 mm/jam. Nilai f menggambarkan sifat
f (mm/jam)
0
10 - 20
30
:Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering
) dengan rumus :
Intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam).
Kecepatan inflitrasi (mm/jam) yang nilainya bergantung sifat lulus air lahan.
) dapat diperoleh durasi atau waktu konsentrasi
E - 22
Durasi hujan (menit)
tc
5 - 19
20 - 49
50 - 99
100 - 399
> 400
Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994
5. Koefisien limpasan C yang berlaku untuk semuan kala ulang dapat dihitung dengan rumus :
C = ie5/i5
Dimana :
C = koefisien limpasan
i5 = intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam)
ie5 = intensitas hujan efektif 5 tahunan ( mm/jam)
6. Untuk menghitung intensitas hujan (I
konsentrasi te diplot pada sumbu x pada Gambar
iT = an tebn
Dimana :
iT = intensitas hujan pada kala ulang T (mm/jam)
te = durasi hujan (menit)
an dan bn parameter
7. Debit puncak banjir dengan kala ulang T dapat dihitung
Q = C . It . A ------------
360
Dimana :
Q = Debit puncak banjir untuk kala ulang T (mm/jam)
C = Koefisien limpasan
iT = Intensitas hujan kala hujan untuk ulang T tahun(mm/jam)
A = Luas daerah tadah hujan (Ha).
Tabel E - 22
Parameter an dan bn
Kala ulang (tahun)
5 50
an bn an bn
384 0,35 489 0,35
563 0,48 721 0,48
1.331 0,70 1.810 0,70
2.147 0,80 2.982 0,80
6.600 1,00 10.200 1,00
Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994
Koefisien limpasan C yang berlaku untuk semuan kala ulang dapat dihitung dengan rumus :
koefisien limpasan
intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam)
intensitas hujan efektif 5 tahunan ( mm/jam)
Untuk menghitung intensitas hujan (IT) dengan kala ulang tertentu, maka durasi hujan/waktu
diplot pada sumbu x pada Gambar 5 - 11 aatau dengan persamaan di bawah ini :
intensitas hujan pada kala ulang T (mm/jam)
durasi hujan (menit)
Debit puncak banjir dengan kala ulang T dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Debit puncak banjir untuk kala ulang T (mm/jam)
Koefisien limpasan
Intensitas hujan kala hujan untuk ulang T tahun(mm/jam)
Luas daerah tadah hujan (Ha).
E - 48
100
An bn
542 0,35
800 0,48
2.050 0,70
3.400 0,80
12.000 1,00
Sumber : Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering Di Indonesia , 1994
Koefisien limpasan C yang berlaku untuk semuan kala ulang dapat dihitung dengan rumus :
intensitas hujan selama waktu konsentrasi pada kala ulang 5 tahun (mm/jam)
) dengan kala ulang tertentu, maka durasi hujan/waktu
aatau dengan persamaan di bawah ini :
dengan menggunakan rumus :
B Metode Weduwen
Dasar perhitungan debit banjir rencana dengan metode Weduwen adalah dengan mencoba
harga t, dengan persamaan sebagai berikut :
Q = α . β. qn. A
1 = 1 - ( β. Qn + 7)
120 + {( t +1)/(t+9)} Aβ = 120 + A Rn 67.65qn = 240 (t + 1.45) Harga t tersebut dicek dengan persamaan :
t = 0.25 . L. Q0-125 . 10.25
Dimana :
Qn = Debit banjir dengan periode ulang n tahun (m
Rn = Curah hujan maksimum dengan periode ulang n tahun (mm), yang diperoleh dari analisis
frekuensi dengan metode Gumbell terpilih.
α = Koefisien limpasan air hujan
β = Koefisien pengurangan luas untuk curah hujan di daerah aliran sungai
qn = Luasan curah hujan dengan periode ulang n tahun (m
L = Panjang sungai (Km)
A = Luas DAS sampai 100 Km
1 = Kemiringan medan
C Hidrograf Satuan Nakayasu
Metode Hidrograf Satuan Nakyasu
menggunakan hujan efektif(bagian dari hujan total yang menghasilkan limpasan langsung).
Parameter-parameter yang mempengaruhi analisis banjir dengan metode Hidrograf Satuan Nakayasu
ini adalah :
1. Intensitas Curah Hujan
Untuk analisis intensitas curah hujan digunakan formula dari DR. Mononobe yaitu :
Rt = R24/24. (24/T)(2-3)
Dimana :
Rt = Rerata hujan dari awal sampai jam ke T (mm/jam)
Dasar perhitungan debit banjir rencana dengan metode Weduwen adalah dengan mencoba
harga t, dengan persamaan sebagai berikut :
120 + {( t +1)/(t+9)} A =
67.65 qn =
Harga t tersebut dicek dengan persamaan :
Debit banjir dengan periode ulang n tahun (m3/dt)
Curah hujan maksimum dengan periode ulang n tahun (mm), yang diperoleh dari analisis
frekuensi dengan metode Gumbell terpilih.
Koefisien limpasan air hujan
rangan luas untuk curah hujan di daerah aliran sungai
Luasan curah hujan dengan periode ulang n tahun (m3/dt.km2)
Luas DAS sampai 100 Km2
Hidrograf Satuan Nakayasu
Metode Hidrograf Satuan Nakyasu adalah metode yang berdasarkan teori hidrograf satuan yang
menggunakan hujan efektif(bagian dari hujan total yang menghasilkan limpasan langsung).
parameter yang mempengaruhi analisis banjir dengan metode Hidrograf Satuan Nakayasu
Intensitas Curah Hujan
Untuk analisis intensitas curah hujan digunakan formula dari DR. Mononobe yaitu :
3)
Rerata hujan dari awal sampai jam ke T (mm/jam)
E - 49
Dasar perhitungan debit banjir rencana dengan metode Weduwen adalah dengan mencoba – coba
Curah hujan maksimum dengan periode ulang n tahun (mm), yang diperoleh dari analisis
adalah metode yang berdasarkan teori hidrograf satuan yang
menggunakan hujan efektif(bagian dari hujan total yang menghasilkan limpasan langsung).
parameter yang mempengaruhi analisis banjir dengan metode Hidrograf Satuan Nakayasu
Untuk analisis intensitas curah hujan digunakan formula dari DR. Mononobe yaitu :
T = Waktu hujan dari awal sampai jam ke T (jam)
R24 = Tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm/jam)
RT = T. Rt – ( T – 1 ). R
Dimana :
RT = Intensitas curah hujan pada jam T (mm/jam)
R(T+1) = Rerata cura hujan dari awal sampai jam ke (T
2. Hujan Efektif
Re = f. RT
Dimana :
Re = Hujan efektif (mm/jam)
f = Koefisien pengaliran sungai
RT = Intensitas curah hujan (mm/jam)
3. Hidrograf Satuan (UH)
A. RT Qmaks =
3,6 . 0,30 . Tp + T
Dimana :
Qmaks = Debit puncak banjir (m
RT = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran sungai
Tp = Waktu permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir (jam)
TP = Tg + 0,8 Tr
T0,3 = α . Tg
Tg = 0,4 + 0,058 L =
Tg = 0,21 L
Tg = Waktu konsentrasi pada daerah aliran (jam)
Tr = Satuan waktu dari curah hujan (0,5
α = Koefisien (1,5 – 3,0)
L = Ruas sungai terpanjang (km)
4. Banjir Rencana
Banjir rencana dihitung dengan prinsip supeporsisi yaitu sebagai berikut :
Q1 = Re1 . UH1
Q2 = Re1 .UH2 + Re2 . UH
Q3 = Re1 .UH3 + Re2 . UH
Waktu hujan dari awal sampai jam ke T (jam)
an maksimum dalam 24 jam (mm/jam)
1 ). R(T-1)
Intensitas curah hujan pada jam T (mm/jam)
Rerata cura hujan dari awal sampai jam ke (T – 1)
Hujan efektif (mm/jam)
Koefisien pengaliran sungai
Intensitas curah hujan (mm/jam)
Hidrograf Satuan (UH)
+ T0,3
Debit puncak banjir (m3/dt)
Intensitas curah hujan (mm/jam)
Luas daerah pengaliran sungai (km3)
Waktu permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir (jam)
0,4 + 0,058 L = untuk L < 15 km
= untuk L > 15 km
Waktu konsentrasi pada daerah aliran (jam)
Satuan waktu dari curah hujan (0,5 – 3,0)
3,0)
Ruas sungai terpanjang (km)
Banjir rencana dihitung dengan prinsip supeporsisi yaitu sebagai berikut :
. UH1 .
. UH2 + Re3 . UH1
E - 50
Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak banjir (jam)
untuk L < 15 km
= untuk L > 15 km
Qn = Re1 .UHn + Re2 . UH
5. Aliran Dasar
Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sungai, (dalam studi ini
diabaikan) yang rumuskan sebagai berikut :
QB = 0,4751 A0.6444 D0.9430
D = L/A
Dimana :
Qn = Debit pada saat jam ke n (m
Re1 = Hujan rencana efektif jam ke 1 (mm/jam)
UH1 = Ordinat hidrografit satuan
Q1 = Total debit banjir pada jam ke I akibat limpasan hujan efektif (m
QB = Aliran dasar (m3/dt)
A = Luas DAS (km2)
D = Kerapatan jaringan sungai (km/km
L = Panjang seluruh sungai
V. Pemilihan Metode Perhitungan
Salah satu cara untuk memilih metode perhitungan debit banjir adalah dengan pengecekan kapasitas
palung sungai. Kapasitas alur sungai merupakan kemampuan palung sungai yang ada untuk
menampung debit dominan dimana elevasi muka airnya tidak me
umumnya debit dominan ini dianggap sama dengan debit banjir rencana dengan periode ulang 2
tahun (Q2 tahun).
Besarnya debit dominan tersebut dihitung dengan memakai persamaan Manning sebagai berikut :
Q = A . ( 1 / n ) . R
Dimana :
Q = Debit sungai ( m3
A = Luas penampang basah sungai ( m
= ( B + zH ) . H
R = Jari-jari hidrolis sungai ( m )
= A / P
P = Keliling basah sungai
= B + 2H ( 1 + z2 )1/2
I = Kemiringan dasar sungai
B = Lebar dasar sungai ( m )
H = Tinggi air di sungai ( m )
Z = Kemiringan talud / tebing sungai
. UH(n-1) + Re3 . UH(n-2) + ….. + Rn . UH1
didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sungai, (dalam studi ini
diabaikan) yang rumuskan sebagai berikut :
0.9430
Debit pada saat jam ke n (m3/dt)
Hujan rencana efektif jam ke 1 (mm/jam)
Ordinat hidrografit satuan
Total debit banjir pada jam ke I akibat limpasan hujan efektif (m3/dt)
/dt)
Kerapatan jaringan sungai (km/km2)
Panjang seluruh sungai
Pemilihan Metode Perhitungan Debit Banjir
Salah satu cara untuk memilih metode perhitungan debit banjir adalah dengan pengecekan kapasitas
palung sungai. Kapasitas alur sungai merupakan kemampuan palung sungai yang ada untuk
menampung debit dominan dimana elevasi muka airnya tidak melampaui tebing sungai.
umumnya debit dominan ini dianggap sama dengan debit banjir rencana dengan periode ulang 2
Besarnya debit dominan tersebut dihitung dengan memakai persamaan Manning sebagai berikut :
A . ( 1 / n ) . R2/3 . S1/2
3/det )
Luas penampang basah sungai ( m2 )
jari hidrolis sungai ( m )
Keliling basah sungai
1/2
Kemiringan dasar sungai
Lebar dasar sungai ( m )
Tinggi air di sungai ( m )
Kemiringan talud / tebing sungai
E - 51
didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sungai, (dalam studi ini
/dt)
Salah satu cara untuk memilih metode perhitungan debit banjir adalah dengan pengecekan kapasitas
palung sungai. Kapasitas alur sungai merupakan kemampuan palung sungai yang ada untuk
lampaui tebing sungai. Pada
umumnya debit dominan ini dianggap sama dengan debit banjir rencana dengan periode ulang 2
Besarnya debit dominan tersebut dihitung dengan memakai persamaan Manning sebagai berikut :
E.8.2. Survey dan Pengukuran
Pekerjaan survey dan pengukuran topografi yang harus dilakukan dalam studi ini meliputi :
• Setting out intersection point dan pengukuran polygon
• Pengukuran profil memanjang dan melintang
• Pengukuran situasi
• Perhitungan dan penggambaran
1. Metode Pelaksanaan Di lapangan
A. Pemasangan Patok Kayu dan Bench Mark
Batas pengukuran dari rencana as bangunan adalah 300 m ke
Pengukuran tampang melintang setiap jarak 50 m kecuali sekitar as
ke hulu dan ke hilir sepanjan 50 m. Patok kayu (PK) dimana pada bagian ujung atas diberi paku
payung serta diberi nomor refere
sebelah kanan dan kiri pada rencana as
dan terletak di atas tanah yang keras. Bench Mark (BM) tersebut dibuat dari beton bertulang (
20 x 20 x 100 cm ) dengan baut bagian atasnya.
B. Pengukuran Poligon Utama
Pengukuran polygon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik kontrol yang selanjutnya
dipakai sebagai kerangka peta.
Peta pengukuran polygon dilakukan dengan persyaratan :
• Dilakukan dengan pengukuran polygon tertutup.
• Alat yang digunakan adalah theodolite T2 untuk pengukuran sudut dan jarak.
• Pengamatan matahari dilakukan sebagai control pengukuran sudut horizontal selain sebagai
orientasi arah peta.
• Pembacaan sudut dilakukan 2(dua) se
• Kesalahan penutup sudut < 30
• Kesalahan linier jarak < 1/10.000
Jika areal pengukuran terlalu luas atau berbentuk tidak teratur maka dibuat polygon cabang
dengan persyaratan :
• Merupakan polygon terikat semp
• Alat yang digunakan adalah Theodolite T2
• Pembacaan sudut dilakukan 1(satu) seri (B/LB)
• Kesalahan penutup sudut < 10
• Kesalahan linier jarak < 1/10.000
Survey dan Pengukuran Topografi
Pekerjaan survey dan pengukuran topografi yang harus dilakukan dalam studi ini meliputi :
Setting out intersection point dan pengukuran polygon
ngukuran profil memanjang dan melintang
Perhitungan dan penggambaran
Metode Pelaksanaan Di lapangan
Pemasangan Patok Kayu dan Bench Mark
Batas pengukuran dari rencana as bangunan adalah 300 m ke arah hilir dan 200 m ke arah hulu.
Pengukuran tampang melintang setiap jarak 50 m kecuali sekitar as bangunan
ke hulu dan ke hilir sepanjan 50 m. Patok kayu (PK) dimana pada bagian ujung atas diberi paku
ng serta diberi nomor referensi serta dibuat sketsanya. Bench Mark (BM) akan dipasang di
sebelah kanan dan kiri pada rencana as bangunan yang telah ditentukan pada tempat yang aman
dan terletak di atas tanah yang keras. Bench Mark (BM) tersebut dibuat dari beton bertulang (
x 100 cm ) dengan baut bagian atasnya.
Pengukuran Poligon Utama
Pengukuran polygon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik kontrol yang selanjutnya
dipakai sebagai kerangka peta.
Peta pengukuran polygon dilakukan dengan persyaratan :
dengan pengukuran polygon tertutup.
Alat yang digunakan adalah theodolite T2 untuk pengukuran sudut dan jarak.
Pengamatan matahari dilakukan sebagai control pengukuran sudut horizontal selain sebagai
Pembacaan sudut dilakukan 2(dua) seri (B/LB/LB/B)
Kesalahan penutup sudut < 300 VN dengan N = jumlah titik polygon
Kesalahan linier jarak < 1/10.000
Jika areal pengukuran terlalu luas atau berbentuk tidak teratur maka dibuat polygon cabang
Merupakan polygon terikat sempurna pada kedua ujungnya dengan titik polygon utama
Alat yang digunakan adalah Theodolite T2
Pembacaan sudut dilakukan 1(satu) seri (B/LB)
Kesalahan penutup sudut < 10√N dengan N = jumlah titik polygon
Kesalahan linier jarak < 1/10.000
E - 52
Pekerjaan survey dan pengukuran topografi yang harus dilakukan dalam studi ini meliputi :
arah hilir dan 200 m ke arah hulu.
bangunan diukur setiap 5 m
ke hulu dan ke hilir sepanjan 50 m. Patok kayu (PK) dimana pada bagian ujung atas diberi paku
nsi serta dibuat sketsanya. Bench Mark (BM) akan dipasang di
yang telah ditentukan pada tempat yang aman
dan terletak di atas tanah yang keras. Bench Mark (BM) tersebut dibuat dari beton bertulang (
Pengukuran polygon dilakukan untuk mendapatkan koordinat titik kontrol yang selanjutnya
Alat yang digunakan adalah theodolite T2 untuk pengukuran sudut dan jarak.
Pengamatan matahari dilakukan sebagai control pengukuran sudut horizontal selain sebagai
Jika areal pengukuran terlalu luas atau berbentuk tidak teratur maka dibuat polygon cabang
urna pada kedua ujungnya dengan titik polygon utama
C. Pengukuran Sipat Datar
Pengukuran sipat datar dilakukan untuk mendapatkan elevasi titik
pemasok dan control BM di lapangan, dengan ketentuan sebagai berikut :
• Pengukuran harus melalui titik
• Pengukuran dilakukan pergi
• Alat ukur yang dipakai adalah waterpass tipe otomatis
• Pembacaan rambu ukur dilakukan pada 3(tiga) benang (Ba, Bt, Bb) dan memenuhi 2 Bt = Ba
+ Bb
• Kesalahan penutup beda tinggi harus lebih keci
dalam Km.
D. Pengukuran Situasi Detail
Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi pada rencana
lokasi embung dan tempat
memakai alat theodolite T0.
2. Formula Yang dipergunakan untuk
Topografi
A. Perataan Kerangka Tampang
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan teliti, maka dalam perhitungan dilakukan dengan metode
perataan. Adapun dalam pelaksanaan perhitungan perataan dipilih dengan metode perataan Bowdit.
� Perhitungan Perataan Waterpass
Rumus-rumus perhitungan perataan waterpass yang dipakai sebagai berikut :
h(n) = h’(n) = Σh = Σh’ = b =
Dimana :
h(n) = Selisih tinggi antara titik n dan (n 1) diukur pergi
BT(n) dan
BT(n-1) = Bacaan pada rambu diukur pergi
h’(n) = Selisih tinggi antara titik n dan (n
BT’(n) dan
BT’(n-1) = Bacaan pada rambu uku diukur pergi
L = Jarak pengukuran per seksi yang diukur pergi pulang
b = Besarnya koreksi yang diberikan pada tiap
n = Jumlah titik
Pengukuran sipat datar dilakukan untuk mendapatkan elevasi titik-titik polygon rencana saluran
pemasok dan control BM di lapangan, dengan ketentuan sebagai berikut :
Pengukuran harus melalui titik-titik polygon rencana saluran dan BM yang
Pengukuran dilakukan pergi-pulang secara double stand
Alat ukur yang dipakai adalah waterpass tipe otomatis
Pembacaan rambu ukur dilakukan pada 3(tiga) benang (Ba, Bt, Bb) dan memenuhi 2 Bt = Ba
Kesalahan penutup beda tinggi harus lebih kecil dari 10√D mm, dengan D = jumlah jarak
Pengukuran Situasi Detail
Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi pada rencana
lokasi embung dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu, dipakai metode tachimetri ser
memakai alat theodolite T0.
Formula Yang dipergunakan untuk Perhitungan, Penggambaran dan Pengukuran
Perataan Kerangka Tampang
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan teliti, maka dalam perhitungan dilakukan dengan metode
Adapun dalam pelaksanaan perhitungan perataan dipilih dengan metode perataan Bowdit.
Perhitungan Perataan Waterpass
rumus perhitungan perataan waterpass yang dipakai sebagai berikut :
BT(n) belakang - BT(n-1) muka BT’(n’) belakang - BT’(n-1- muka h (1) + h (2)+ h(3) + ………..h (n) h ‘(1) + h’(2) + h’(3) + ………..h’ (n) (Σh -Σh)/2n
Selisih tinggi antara titik n dan (n 1) diukur pergi
Bacaan pada rambu diukur pergi
tinggi antara titik n dan (n-1) diukur pulang
Bacaan pada rambu uku diukur pergi
Jarak pengukuran per seksi yang diukur pergi pulang
Besarnya koreksi yang diberikan pada tiap-tiap titip
Jumlah titik-titik
E - 53
titik polygon rencana saluran
titik polygon rencana saluran dan BM yang terpasang
Pembacaan rambu ukur dilakukan pada 3(tiga) benang (Ba, Bt, Bb) dan memenuhi 2 Bt = Ba
D mm, dengan D = jumlah jarak
Pengukuran situasi detail dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran topografi pada rencana
tempat lain yang dianggap perlu, dipakai metode tachimetri serta
Perhitungan, Penggambaran dan Pengukuran
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan teliti, maka dalam perhitungan dilakukan dengan metode
Adapun dalam pelaksanaan perhitungan perataan dipilih dengan metode perataan Bowdit.
rumus perhitungan perataan waterpass yang dipakai sebagai berikut :
� Perhitungan Polygon
Untuk mendifiniskan besaran titik polygon digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Titik1 = diketahui koordinatnya (X
Ttitik2 = ditentukan koordinatnya
α 12 = azimuth sisi poligon 1
D12 = jarak sisi poligon 1
Salah penutup sudut untukkring poligon tertutup didapatkan dari hitungan sebagai berikut :
Toleransi kesalahan penutup sudut :
Toleransi kesalahan linier polygon
Dimana :
fβ = salah penutup sudut
fx = Σ Ji Sin α
fy = Σ Ji Cos α
β = sudut polygon
α = Azimuth
Ji = Jarak ke sisi
n = jumlah titik poligon
Dengan pertimbangan pengukuran sudut dan jarak mempunyai ketelitian yang seimbang, maka
hasil ukuran poligon dihitung dengan menggunakan metode Bowdit sebagai berikut :
- Patokan dulu kesalahan sudut sudut rupa
- Koreksi diberikan pada jarak absis dan ordinat
Kx
Dimana :
X = (J. sin α) x (x akhir
Y = (J. sin α) x (x akhir
Ji = Jarak ke sisi
I = 1, 2, 3, …..
Untuk mendifiniskan besaran titik polygon digunakan rumus sebagai berikut :
X2 = x1 + D12 Sin α 12
X2 = x1 + D12 Cos α 12
diketahui koordinatnya (X1, X1)
ditentukan koordinatnya
azimuth sisi poligon 1- 2
jarak sisi poligon 1 – 2
Salah penutup sudut untukkring poligon tertutup didapatkan dari hitungan sebagai berikut :
fβ = (β1 + β2 + β3 + …. + βn)n(n-2). 180
kesalahan penutup sudut :
fβ = 20” √n
Toleransi kesalahan linier polygon :
fe = √ [ fx2 + fy2 ] -----------------
J
= salah penutup sudut
pengukuran sudut dan jarak mempunyai ketelitian yang seimbang, maka
hasil ukuran poligon dihitung dengan menggunakan metode Bowdit sebagai berikut :
Patokan dulu kesalahan sudut sudut rupa
Koreksi diberikan pada jarak absis dan ordinat
Ji Kx = -------- . fx Ky =
ΣJ
) x (x akhir - x awal)
) x (x akhir - x awal)
Jarak ke sisi
1, 2, 3, …..
E - 54
Untuk mendifiniskan besaran titik polygon digunakan rumus sebagai berikut :
Salah penutup sudut untukkring poligon tertutup didapatkan dari hitungan sebagai berikut :
pengukuran sudut dan jarak mempunyai ketelitian yang seimbang, maka
hasil ukuran poligon dihitung dengan menggunakan metode Bowdit sebagai berikut :
Ji ------- . fx
ΣJ
J = Jumlah jarak
� Perhitungan Tachymetri
Berdasarkan data ukur lapangan diperhitungan
embung dan situasi dengan menggunakan rumus tachymetri.
- Jarak Datar
D(dat) = d(mir) x Cos
D(mir) = (BA – BB) x 100
- Beda Tinggi
∆h = tg α x d(dat)
- Elevasi
H = H(dik) + ∆
Dimana :
d(dat) = Jarak
d(mir) = Jarak miring
α = Sudut miring atau zenith
BA dan BB = Bacaan rambu ukur atas dan bawah
∆h = beda tinggi
BT = Bacaan benang tengah
T(i) = tinggi alat ukur
H = elevasi yang dicari
H(dik) = elevasi yang diketahui
B. Penggambaran
1. Penggambaran tampang melintang lokasi
Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampan
alur sungai untuk lokasi embung.
Skala gambar yang dipakai adalah :
- Jarak
- Vertikal
2. Penggambaran tampang memajang lokasi
Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampang melintang
alur sungai untuk lokasi embung.
- Jarak
- Vertikal
3. Penggambaran situasi
Jumlah jarak
Perhitungan Tachymetri
Berdasarkan data ukur lapangan diperhitungan tampang melintang embung, memanjang
embung dan situasi dengan menggunakan rumus tachymetri.
d(mir) x Cos2 h
BB) x 100
(dat) – BT + T(i)
∆h
Jarak datar
Jarak miring
Sudut miring atau zenith
Bacaan rambu ukur atas dan bawah
beda tinggi
Bacaan benang tengah
tinggi alat ukur
elevasi yang dicari
elevasi yang diketahui
Penggambaran tampang melintang lokasi bangunan.
Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampan
alur sungai untuk lokasi embung.
Skala gambar yang dipakai adalah :
= 1 : 2000
= 1 : 200
Penggambaran tampang memajang lokasi bangunan.
Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampang melintang
alur sungai untuk lokasi embung.
= 1 : 1000
= 1 : 100
E - 55
tampang melintang embung, memanjang
Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampang melintang
Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1 dan merupakan gambar tampang melintang
Penggambaran dilaksana
embung.
Skala gambar yang dipakai, jarak 1 : 500
C. Deskripsi Bench Mark ( BM )
Bench mark (BM) yang harus terpasang di lokasi adalah sebanyak 2 buah, dan satu buah titik Control
Point (CP) yang dapat diamati dari salah satu BM tersebut.
E.8.3 Survey Geologi dan Mektan
E.8.3.1 U m u m
Penyelidikan geologi meliputi daerah as. Penyelidikan geologi Teknik, mekanika Tanah yang dilakukan
dilokasi as terutama meliputi pemetaan geologi permukaan,
fisik tanah dan batuaanya (pondasi), porositas serta kedalaman batuan dasar / batuan keras.
E.8.3.2 Penyelidikan Geologi Permukaan
Survey pemetaan ini dilakukan daerah embung dan lokasi genangan yang masing
dalam peta skala 1 : 1.000 dan peta skala 1 : 5. 000. Informasi yang dituangkan dalam peta geologi
ini adalah penyebaran batuan secara lateral dengan jurus dan kemiringan lapisan, patahan, kekar
kekar dan sumber mata air serta soil penutup. Sehi
diinterpretasikan mengenai keadaan geologi bawah permukaan, indentifikasi daerah
rawan gerakan tanah yang kemudian dituangkan dalam peta kemiringan lereng.
A Peralatan
1). Kompas Geologi
2). Palu Geologi
3). Cairan HCL 0,1 N
4). Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000
5). Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000
6). Peta Lokasi Rencana As Embung dan Peta Daerah Genangan.
7). Alat Tulus ( Busur, Penggaris, Pensil, Buku Catatan, Dll ).
8). Pita ukur
9). Kamera
10). Lup (Pembesaran 10X dan 20X)
Penggambaran dilaksanakan pada kertas ukuran A1dan merupakan gambar situasi lokasi
Skala gambar yang dipakai, jarak 1 : 500
Deskripsi Bench Mark ( BM )
Bench mark (BM) yang harus terpasang di lokasi adalah sebanyak 2 buah, dan satu buah titik Control
yang dapat diamati dari salah satu BM tersebut.
Survey Geologi dan Mektan
Penyelidikan geologi meliputi daerah as. Penyelidikan geologi Teknik, mekanika Tanah yang dilakukan
dilokasi as terutama meliputi pemetaan geologi permukaan, analisis geologi bawah permukaan, sifat
fisik tanah dan batuaanya (pondasi), porositas serta kedalaman batuan dasar / batuan keras.
Geologi Permukaan
Survey pemetaan ini dilakukan daerah embung dan lokasi genangan yang masing
dalam peta skala 1 : 1.000 dan peta skala 1 : 5. 000. Informasi yang dituangkan dalam peta geologi
ini adalah penyebaran batuan secara lateral dengan jurus dan kemiringan lapisan, patahan, kekar
kekar dan sumber mata air serta soil penutup. Sehingga dari peta geologi permukaan dapat
diinterpretasikan mengenai keadaan geologi bawah permukaan, indentifikasi daerah
rawan gerakan tanah yang kemudian dituangkan dalam peta kemiringan lereng.
Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000
Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000
Peta Lokasi Rencana As Embung dan Peta Daerah Genangan.
Alat Tulus ( Busur, Penggaris, Pensil, Buku Catatan, Dll ).
up (Pembesaran 10X dan 20X)
E - 56
kan pada kertas ukuran A1dan merupakan gambar situasi lokasi
Bench mark (BM) yang harus terpasang di lokasi adalah sebanyak 2 buah, dan satu buah titik Control
Penyelidikan geologi meliputi daerah as. Penyelidikan geologi Teknik, mekanika Tanah yang dilakukan
analisis geologi bawah permukaan, sifat
fisik tanah dan batuaanya (pondasi), porositas serta kedalaman batuan dasar / batuan keras.
Survey pemetaan ini dilakukan daerah embung dan lokasi genangan yang masing-masing dituangkan
dalam peta skala 1 : 1.000 dan peta skala 1 : 5. 000. Informasi yang dituangkan dalam peta geologi
ini adalah penyebaran batuan secara lateral dengan jurus dan kemiringan lapisan, patahan, kekar-
ngga dari peta geologi permukaan dapat
diinterpretasikan mengenai keadaan geologi bawah permukaan, indentifikasi daerah-daerah yang
rawan gerakan tanah yang kemudian dituangkan dalam peta kemiringan lereng.
B Metode
Metode penelitian geologi permukaan secara elosed traverse, sehingga semua daerah tidak
terlewatkan. Dalam penilitian dilakukan pemetaan batas
penutup (pelapukan) dan keka
Dokumentasi diambil pada setiap jenis batuan yang tersingkap yang mewakili, patahan (bidang
patahan), rekahan atau kekar dan mata air serta bentang alam.
Penyelidikan geologi dilakukan dengan
geomorfologi, stratigrafi (jenis
Geomorfologi ditinjau untuk mengetahui pola alur, bentuk lokasi as dan daerah genangan, bentuk
penampang melintang pada as dalam kaitannya dengan tipe tanggul yang cocok serta kemantapan
lereng di daerah genangan maupun di lokasi as.
Jenis batuan ditinjau untuk mengetahui jenis sifat batuan terutama dalam kaitaannya dengan daya
dukung, kemantapan lereng, permeabilitas dan
untuk mengetahui urutan-urutan lapisan batuan yang ada di daerah penyelidikan dengan tujuan
untuk dapat mengetahui kedalaman batuan keras/batuan dasar, dalam kaitannya untuk menentukan
kedalaman tumpuan pondasi.
Struktur geologi ditinjau melalui pengamatan dan pengukuran gejala sturktur geologi yang ada
dilapangan untuk mengetahui kemungkinan adanya patahan
memungkinkan terjadinya kebocoran atau rembesan, serta pengaruh terhad
kegempaan.
E.8.3.3 Penyelidikan Geologi Bawah Permukaan
Penyelidikan geologi bawah permukaan dengan menggunakan metode pemboran inti dengan 3 titik
dengan kedalaman masing-masing titik adalah 20 meter (pada abutment kanan , tengah as
dan bagian hulu embung ) dan test pit sebanyak 3 buah di daerah lokasi. Pemboran inti. Test pit
dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah dan batuan secara jelas dan terperinci baik sifat fisik
maupun mekanik pada lokasi rencana as embung dan q
D.2113 – 70, ASSHO T.225 –
I Peralatan
Penyelidikan pengeboran inti menggunakan mesin bor tipe hidrolis dengan pemutar spindle,
peralatan tersebut terdiri dari :
a. Mesin bor hidrolis
Metode penelitian geologi permukaan secara elosed traverse, sehingga semua daerah tidak
terlewatkan. Dalam penilitian dilakukan pemetaan batas-batas batuan, aendapan alluvial, tallus, soil
penutup (pelapukan) dan kekar-kekar serta patahan-patahan disertai jurus dan kemiringannya.
Dokumentasi diambil pada setiap jenis batuan yang tersingkap yang mewakili, patahan (bidang
patahan), rekahan atau kekar dan mata air serta bentang alam.
Penyelidikan geologi dilakukan dengan pemetaan geologi permukaan yang meliputi aspek
geomorfologi, stratigrafi (jenis-jenis batuan penyusunnya) dan struktur geologi.
Geomorfologi ditinjau untuk mengetahui pola alur, bentuk lokasi as dan daerah genangan, bentuk
as dalam kaitannya dengan tipe tanggul yang cocok serta kemantapan
lereng di daerah genangan maupun di lokasi as.
Jenis batuan ditinjau untuk mengetahui jenis sifat batuan terutama dalam kaitaannya dengan daya
dukung, kemantapan lereng, permeabilitas dan kemungkinan adanya kebocoran. Stratigrafi ditinjau
urutan lapisan batuan yang ada di daerah penyelidikan dengan tujuan
untuk dapat mengetahui kedalaman batuan keras/batuan dasar, dalam kaitannya untuk menentukan
ndasi.
Struktur geologi ditinjau melalui pengamatan dan pengukuran gejala sturktur geologi yang ada
dilapangan untuk mengetahui kemungkinan adanya patahan-patahan atau kekar
memungkinkan terjadinya kebocoran atau rembesan, serta pengaruh terhad
Penyelidikan Geologi Bawah Permukaan
Penyelidikan geologi bawah permukaan dengan menggunakan metode pemboran inti dengan 3 titik
masing titik adalah 20 meter (pada abutment kanan , tengah as
dan bagian hulu embung ) dan test pit sebanyak 3 buah di daerah lokasi. Pemboran inti. Test pit
dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah dan batuan secara jelas dan terperinci baik sifat fisik
maupun mekanik pada lokasi rencana as embung dan quarry, sehingga, memenuhi standar ASTM
68, BS 4019.
Penyelidikan pengeboran inti menggunakan mesin bor tipe hidrolis dengan pemutar spindle,
peralatan tersebut terdiri dari :
E - 57
Metode penelitian geologi permukaan secara elosed traverse, sehingga semua daerah tidak
batas batuan, aendapan alluvial, tallus, soil
patahan disertai jurus dan kemiringannya.
Dokumentasi diambil pada setiap jenis batuan yang tersingkap yang mewakili, patahan (bidang
pemetaan geologi permukaan yang meliputi aspek-aspek
jenis batuan penyusunnya) dan struktur geologi.
Geomorfologi ditinjau untuk mengetahui pola alur, bentuk lokasi as dan daerah genangan, bentuk
as dalam kaitannya dengan tipe tanggul yang cocok serta kemantapan
Jenis batuan ditinjau untuk mengetahui jenis sifat batuan terutama dalam kaitaannya dengan daya
kemungkinan adanya kebocoran. Stratigrafi ditinjau
urutan lapisan batuan yang ada di daerah penyelidikan dengan tujuan
untuk dapat mengetahui kedalaman batuan keras/batuan dasar, dalam kaitannya untuk menentukan
Struktur geologi ditinjau melalui pengamatan dan pengukuran gejala sturktur geologi yang ada
patahan atau kekar-kekar yang
memungkinkan terjadinya kebocoran atau rembesan, serta pengaruh terhadap kestabilan dan
Penyelidikan geologi bawah permukaan dengan menggunakan metode pemboran inti dengan 3 titik
masing titik adalah 20 meter (pada abutment kanan , tengah as embung
dan bagian hulu embung ) dan test pit sebanyak 3 buah di daerah lokasi. Pemboran inti. Test pit
dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah dan batuan secara jelas dan terperinci baik sifat fisik
uarry, sehingga, memenuhi standar ASTM
Penyelidikan pengeboran inti menggunakan mesin bor tipe hidrolis dengan pemutar spindle,
b. Stan bor (panjang 3m, diameter luar 60,4 dan diameter dalam 50,8 mm)
c. Casing (pipa pelindung dengan panjang 1m sampai dengan 2 m, diameter luar 88,9 mm dan
diameter dalam 77,8 mm.
d. Mesin Penggerak
e. Core barrel (single, daouble, triple), mata bor (tungsten atau intan
luar 74, 70 mm dan diameter dalam 54,70mm.
f. Pompa (Pompa piston bertekanan kapasitas lebih dari 100lt/min dan tekanan maksimum lebih
dari 15 kg/cm2).
g. Peralatan uji bertekanan / uji permeabilitas (single packer karet mekani
meter, manometer dan stop watch).
II. Metode
Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan bawah permukaan pada lokasi rencana
embung, yang memenuhi standar ASTM D.2113
Singgle core barrel digunakan untuk pengeboran soil atau batuan lepas dengan metode pengeboran
kering guna menjaga keutuhan contoh, untuk double core barrel atau triple core (dalam kondisi
kusus) digunakan dalam pengeboran batuan dengan mata bor tungsten atau intan dan denga
metode air sirkulasi dengan air bersih.
III. Kegiatan Penyelidikan Pengeboran Meliputi
A. Penyimpanan Contoh Core (Batuan Inti)
Hasil pengeboran disimpan dalam kota kayu disusun sesuai urutan kedalam batuan denga ukuran
dalam kota lebar 0,5m dan panjang 1,00m, yang terdiri dari lima baris dengan ukuran sesuai besar
core sehingga batuan tidak mudah berubah posisi pada saat diangkat
contoh tanah atau batuan lepas dimasukkan kedalam katong plastic yang tembus pandang.
tiap-tiap jalur diberi kode kedalaman dan pada tutup dicantumkan :
1). Nama Proyek
2). Nama Lokasi
3). Nomor titik lubang bor
4). Kedalaman pengeboran
5). Tanggal pengeboran.
B. Pencatatan Hasil Pengeboran
Diskripsi core Contoh yang dituangkan dalam bor log berisi informasi
selama dalam proses pengeboran yaitu :
1). Nama proyek dan lokasi
2). Nama konsultan dan elient
3). Nomor lobang bor
g 3m, diameter luar 60,4 dan diameter dalam 50,8 mm)
Casing (pipa pelindung dengan panjang 1m sampai dengan 2 m, diameter luar 88,9 mm dan
diameter dalam 77,8 mm.
Core barrel (single, daouble, triple), mata bor (tungsten atau intan) tipe NX berukuran diameter
luar 74, 70 mm dan diameter dalam 54,70mm.
Pompa (Pompa piston bertekanan kapasitas lebih dari 100lt/min dan tekanan maksimum lebih
Peralatan uji bertekanan / uji permeabilitas (single packer karet mekani
meter, manometer dan stop watch).
Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan bawah permukaan pada lokasi rencana
embung, yang memenuhi standar ASTM D.2113 – 70, ASSHO T.225 – 68, BS 4019.
digunakan untuk pengeboran soil atau batuan lepas dengan metode pengeboran
kering guna menjaga keutuhan contoh, untuk double core barrel atau triple core (dalam kondisi
kusus) digunakan dalam pengeboran batuan dengan mata bor tungsten atau intan dan denga
metode air sirkulasi dengan air bersih.
Kegiatan Penyelidikan Pengeboran Meliputi
Penyimpanan Contoh Core (Batuan Inti)
Hasil pengeboran disimpan dalam kota kayu disusun sesuai urutan kedalam batuan denga ukuran
dalam kota lebar 0,5m dan panjang 1,00m, yang terdiri dari lima baris dengan ukuran sesuai besar
core sehingga batuan tidak mudah berubah posisi pada saat diangkat untuk dipindahkan. Untuk
contoh tanah atau batuan lepas dimasukkan kedalam katong plastic yang tembus pandang.
tiap jalur diberi kode kedalaman dan pada tutup dicantumkan :
pengeboran
Pencatatan Hasil Pengeboran
Diskripsi core Contoh yang dituangkan dalam bor log berisi informasi-informasi atau parameter
selama dalam proses pengeboran yaitu :
Nama proyek dan lokasi
Nama konsultan dan elient
E - 58
Casing (pipa pelindung dengan panjang 1m sampai dengan 2 m, diameter luar 88,9 mm dan
) tipe NX berukuran diameter
Pompa (Pompa piston bertekanan kapasitas lebih dari 100lt/min dan tekanan maksimum lebih
Peralatan uji bertekanan / uji permeabilitas (single packer karet mekanik /pompa, water flow
Penyelidikan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi batuan bawah permukaan pada lokasi rencana
68, BS 4019.
digunakan untuk pengeboran soil atau batuan lepas dengan metode pengeboran
kering guna menjaga keutuhan contoh, untuk double core barrel atau triple core (dalam kondisi
kusus) digunakan dalam pengeboran batuan dengan mata bor tungsten atau intan dan dengan
Hasil pengeboran disimpan dalam kota kayu disusun sesuai urutan kedalam batuan denga ukuran
dalam kota lebar 0,5m dan panjang 1,00m, yang terdiri dari lima baris dengan ukuran sesuai besar
untuk dipindahkan. Untuk
contoh tanah atau batuan lepas dimasukkan kedalam katong plastic yang tembus pandang. Pada
informasi atau parameter
4). Tanggal mulai dan selesai pengeboran
5). Koordinat dan elevasi lobang bor
6). Tipe core barrel dan mata bor yang dipakai
7). Kedalaman dan diameter casing yang dipakai
8). Core revovery, RQD
9). Kedalaman muka air tanah
10). Klasifikasi batuan (kekerasan, core, shape and join interval serta tingkat pelapukan dan
alterasi).
11). Kedalalaman dan hasil dari insitu test
12). Rembesan atau leakage selama proses pengeboran
13). Waktu kemajuan (unit : min) dan panjang kemajuan (unit cm).
C. Dokumentasi Contoh Bantuan Inti
Gambar diambil pada saat kondisi core masih segar dan semua informasi terekam dalam satu lembar
gambar core, informasi tersebut adalah :
1). Nomor lobang bor
2). Kedalaman lobang bor
3). Setiap baris terdapat posisi keda
D. Klasifikasi Geoteknik Batuan
Klasifikasi jenis tanah (soil) untuk geologi teknik didasarkan pada klasfikasi Unified Soil Classsification,
ASSHTO/ASTM soil classification, klasifikasi jenis batuan untuk geologi teknik didasarkan pada
klassifikasi Criepi dan Dr. K. Kikuci, Mr. K. Saito & Mr. Kusunoki, ICOLD, May, 1982.
tersebut terdapat 4 parameter yaitu : rock class, hardness, core shepe and joing interval serta
weathering and alterration atau menggunakan klasifikasi bieniawaski
E. Pengukuran Muka Air Tanah
Kedalaman muka air tanah pada lobang bor diukur setiap hari dengan alat electric sounding
measurement sebelum dan sesudah proses pengeboran serta dicatat dalam laporan harian.
F. Pemberian Patok Lobang Bor
Setelah pengeboran selesai setiap lobang bor pada lokasi rencana embung diberi patok beton yang
sebelumnya diberi instalasi pipa PVC (jika diperlukan) sesuaikan kedalaman lobang bor atau
kedalaman air tanah guna pengukuran muka air tanah. Ukuran
adalah :
1). Berukuran 30 x 30 x 10 cm.
2). Bertanda kedalaman dan nomor lobang bor
Tanggal mulai dan selesai pengeboran
Koordinat dan elevasi lobang bor
Tipe core barrel dan mata bor yang dipakai
Kedalaman dan diameter casing yang dipakai
Kedalaman muka air tanah
fikasi batuan (kekerasan, core, shape and join interval serta tingkat pelapukan dan
Kedalalaman dan hasil dari insitu test
Rembesan atau leakage selama proses pengeboran
Waktu kemajuan (unit : min) dan panjang kemajuan (unit cm).
Dokumentasi Contoh Bantuan Inti
Gambar diambil pada saat kondisi core masih segar dan semua informasi terekam dalam satu lembar
gambar core, informasi tersebut adalah :
Setiap baris terdapat posisi kedalaman
Klasifikasi Geoteknik Batuan
Klasifikasi jenis tanah (soil) untuk geologi teknik didasarkan pada klasfikasi Unified Soil Classsification,
ASSHTO/ASTM soil classification, klasifikasi jenis batuan untuk geologi teknik didasarkan pada
Criepi dan Dr. K. Kikuci, Mr. K. Saito & Mr. Kusunoki, ICOLD, May, 1982.
tersebut terdapat 4 parameter yaitu : rock class, hardness, core shepe and joing interval serta
weathering and alterration atau menggunakan klasifikasi bieniawaski, 1973 dan skala Nespak, 1975
Pengukuran Muka Air Tanah
Kedalaman muka air tanah pada lobang bor diukur setiap hari dengan alat electric sounding
measurement sebelum dan sesudah proses pengeboran serta dicatat dalam laporan harian.
Lobang Bor
Setelah pengeboran selesai setiap lobang bor pada lokasi rencana embung diberi patok beton yang
sebelumnya diberi instalasi pipa PVC (jika diperlukan) sesuaikan kedalaman lobang bor atau
kedalaman air tanah guna pengukuran muka air tanah. Ukuran dan inisial patok beton tersebut
Berukuran 30 x 30 x 10 cm.
Bertanda kedalaman dan nomor lobang bor
E - 59
fikasi batuan (kekerasan, core, shape and join interval serta tingkat pelapukan dan
Gambar diambil pada saat kondisi core masih segar dan semua informasi terekam dalam satu lembar
Klasifikasi jenis tanah (soil) untuk geologi teknik didasarkan pada klasfikasi Unified Soil Classsification,
ASSHTO/ASTM soil classification, klasifikasi jenis batuan untuk geologi teknik didasarkan pada
Criepi dan Dr. K. Kikuci, Mr. K. Saito & Mr. Kusunoki, ICOLD, May, 1982. Dalam Klassifikasi
tersebut terdapat 4 parameter yaitu : rock class, hardness, core shepe and joing interval serta
, 1973 dan skala Nespak, 1975
Kedalaman muka air tanah pada lobang bor diukur setiap hari dengan alat electric sounding
measurement sebelum dan sesudah proses pengeboran serta dicatat dalam laporan harian.
Setelah pengeboran selesai setiap lobang bor pada lokasi rencana embung diberi patok beton yang
sebelumnya diberi instalasi pipa PVC (jika diperlukan) sesuaikan kedalaman lobang bor atau
dan inisial patok beton tersebut
No.
Lokasi
1
Embung
Total Kedalaman Pengeboran
IV In-Site Test
A. Standart Penetration Test (SPT)
Test ini dilakukan setiap interval kedalaman 2 m sampai 3 m dan atau setiap pergantian jenis
perlapisan tanah.
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk uji penetrasi standar adalah :
1. Auomatic Drive Hamme” Assembly,
satu kesatuan yang dari batang penghantar, hammer (berat 63,5 kg) dan knoking head.
2. Split Spoon Sampler (tabung S
inchi dan diameter dalam 1 3/8 inchi, tabung SPT ini terdiri dari batang tabung, kepala tabung
dan sepatu tabung.
2. Metode
Lobang bor yang telah dibersihkan dasarnya, automatic drive hammer
dimasukkan dalam lobang bor sehingga menyentuh dasar lobang bor, dengan bantuan mesin bor
hammer diangkat secara otomatis pada ketinggian 75 cm akan jatuh bebas menumbuk knocing head,
jumlah tumbukan untuk setiap 15 cm tabung
adalah N1 + N3.
Tabung SPT diangkat isi dalam tabung merupakan sample terganggu, dimasukkan dalam kantong
plastic transparan dan ditaruh dalam posisi kedalaman dalam core box.
B. Permeabilitas
1. Packer (Pressure Test)
Uji permeabilitas atau legion dilaksanakan pada setiap lobang bor kecuali pada lokasi guarry dengan
interval test kedalaman 5 m yang mencakup seluruh kedalaman lobang bor, kecuali 1.5 m dibawah
permukaan tanah.
Tabel 5 – 23
Distribusi Pemboran Inti
Lokasi
No. Bore Hole
Kedalaman
(m)
BH – 01 20
BH – 02 20
BH - 03 20
Total Kedalaman Pengeboran 60
Standart Penetration Test (SPT)
Test ini dilakukan setiap interval kedalaman 2 m sampai 3 m dan atau setiap pergantian jenis
digunakan untuk uji penetrasi standar adalah :
Auomatic Drive Hamme” Assembly, peralatan ini telah disetel sedimikian sehingga merupakan
satu kesatuan yang dari batang penghantar, hammer (berat 63,5 kg) dan knoking head.
Split Spoon Sampler (tabung SPT), peralatan ini berukuran panjang 32 inchi, diameter luar 2
inchi dan diameter dalam 1 3/8 inchi, tabung SPT ini terdiri dari batang tabung, kepala tabung
Lobang bor yang telah dibersihkan dasarnya, automatic drive hammer dan asesorisnya dipasang atau
dimasukkan dalam lobang bor sehingga menyentuh dasar lobang bor, dengan bantuan mesin bor
hammer diangkat secara otomatis pada ketinggian 75 cm akan jatuh bebas menumbuk knocing head,
jumlah tumbukan untuk setiap 15 cm tabung SPT masuk dicatat, yaitu N1, N
Tabung SPT diangkat isi dalam tabung merupakan sample terganggu, dimasukkan dalam kantong
plastic transparan dan ditaruh dalam posisi kedalaman dalam core box.
(Pressure Test)
Uji permeabilitas atau legion dilaksanakan pada setiap lobang bor kecuali pada lokasi guarry dengan
interval test kedalaman 5 m yang mencakup seluruh kedalaman lobang bor, kecuali 1.5 m dibawah
E - 60
Kedalaman
Posisi
Kanan
Tengah
Kiri
Test ini dilakukan setiap interval kedalaman 2 m sampai 3 m dan atau setiap pergantian jenis
peralatan ini telah disetel sedimikian sehingga merupakan
satu kesatuan yang dari batang penghantar, hammer (berat 63,5 kg) dan knoking head.
peralatan ini berukuran panjang 32 inchi, diameter luar 2
inchi dan diameter dalam 1 3/8 inchi, tabung SPT ini terdiri dari batang tabung, kepala tabung
dan asesorisnya dipasang atau
dimasukkan dalam lobang bor sehingga menyentuh dasar lobang bor, dengan bantuan mesin bor
hammer diangkat secara otomatis pada ketinggian 75 cm akan jatuh bebas menumbuk knocing head,
, N2 dan SPT adalah N
Tabung SPT diangkat isi dalam tabung merupakan sample terganggu, dimasukkan dalam kantong
Uji permeabilitas atau legion dilaksanakan pada setiap lobang bor kecuali pada lokasi guarry dengan
interval test kedalaman 5 m yang mencakup seluruh kedalaman lobang bor, kecuali 1.5 m dibawah
a. Peralatan
• Water Flow meter
• Mesin pompa bertekanan kemampuan lebih dari 100 lt/min dan tekanan maksimum lebih
dari 15 m dibawah permukaan tanah.
• Electric sounding mesurement
b. Formula
• Constant Head
Test ini diterapkan untuk pengujian permebilitas dari dasar lubang bor dan a
suatu interval kedalaman teretantu dengan menuangkan air kedalam lobang bor pada
suatu posisi muka air tertentu. Dicatat rata
waktu tidak kurang dari 10 menit.
Koefisien Permeabilitas dapat diperoleh dengan rumus :
K = Q
----------- 2,75.D.H
K =
Q --------------
2 . π . L . H
Keterangan :
K = Koefisien permebilitas (cm/det)
Q = Debit rata-rata (cm
L = Panjang interval terukur (cm)
H = diameter lubang bor (cm)
R = Jari – jari lobang bor (cm)
• Falling Head
Test ini dilakukan
kemudian dicatat penurunan muka air per satuan waktu.
K = r
-------- 4 x t
Keterangan :
K = Koefisien permeabilitas (cm/det)
t = Interval waktu (sec)
h1 = Kedalaman awal muka air tanah (cm)
h2 = Kedalaman muka air Tanah setelah t detik (cm)
r = Jari-jari lobang bor (cm).
Mesin pompa bertekanan kemampuan lebih dari 100 lt/min dan tekanan maksimum lebih
dari 15 m dibawah permukaan tanah.
Electric sounding mesurement
Test ini diterapkan untuk pengujian permebilitas dari dasar lubang bor dan a
suatu interval kedalaman teretantu dengan menuangkan air kedalam lobang bor pada
suatu posisi muka air tertentu. Dicatat rata-rata banyaknya air yang dituangkan dalam
waktu tidak kurang dari 10 menit.
Permeabilitas dapat diperoleh dengan rumus :
atau K = Q
Untuk pengukuran langusn ke dasar
--------- 5,5 r.H
ln ( L
+ √( 1 + (L
)2
------ --- ---
. L . H D D
K = Koefisien permebilitas (cm/det)
rata (cm3 / det)
L = Panjang interval terukur (cm)
H = diameter lubang bor (cm)
jari lobang bor (cm)
dengan cara menuangkan air kedalam lobang bor hingga penuh
kemudian dicatat penurunan muka air per satuan waktu.
log [ h1
] ---- h2
K = Koefisien permeabilitas (cm/det)
t = Interval waktu (sec)
= Kedalaman awal muka air tanah (cm)
= Kedalaman muka air Tanah setelah t detik (cm)
jari lobang bor (cm).
E - 61
Mesin pompa bertekanan kemampuan lebih dari 100 lt/min dan tekanan maksimum lebih
Test ini diterapkan untuk pengujian permebilitas dari dasar lubang bor dan atau untuk
suatu interval kedalaman teretantu dengan menuangkan air kedalam lobang bor pada
rata banyaknya air yang dituangkan dalam
Untuk pengukuran
) (2) Untuk pengukuran panjang tertentu
dengan cara menuangkan air kedalam lobang bor hingga penuh
IV Kegempaan dan Seimistas
Analisis kegempaan dan seismistas dilakukan dengan mengumpulkan data gempa dan zona seismik
untuk lokasi penyelidikan. Lihat gambar 2.1.
Perhitungan koefisien gempa dilakukan dengan mengacu pada formula yang diberikan oleh Litbang
Pengairan.
Kh = ad/g
Ad = b1 x ( ac x Z )b2
V Eksplorasi Bahan Bangunan
Material konstruksi yang diperlukan dalam pembangunan embung terdiri
1). Material timbunan kedap air digunakan untuk inti embung
2). Material timbunan semi kedap air digunakan untuk urugan secara umum
3). Material batuan (quarry) untuk pasangan batu, rip
4). Material pasir dan kerikil untuk beton dan filter
A. Peralatan
1). Kompas Geologi
2). Palu geologi
3). Keranjang
4). Cangkul, skop, linggis, belicong
5). Cairan HCL 0,1 N
6). Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000
7). Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000
8). Alat tulis (busur, penggaris, pensil, buku catatan,
9). Plastik Contoh, tabung Contoh
10). Kamera
Kegempaan dan Seimistas
Analisis kegempaan dan seismistas dilakukan dengan mengumpulkan data gempa dan zona seismik
penyelidikan. Lihat gambar 2.1.
Perhitungan koefisien gempa dilakukan dengan mengacu pada formula yang diberikan oleh Litbang
Keterangan :
Kh = Koefisien gempa horisontal
Ad = percepatan gempa rencana (gal)
g = percepatan gravitasi (980cm/dt
1 cm / det2
ac = percepatan gempa dasar (gal)
Z = zona seismic
b1b2 = koefisien tipe pondasi
Eksplorasi Bahan Bangunan
Material konstruksi yang diperlukan dalam pembangunan embung terdiri dari :
Material timbunan kedap air digunakan untuk inti embung
Material timbunan semi kedap air digunakan untuk urugan secara umum
Material batuan (quarry) untuk pasangan batu, rip-rap
Material pasir dan kerikil untuk beton dan filter
Cangkul, skop, linggis, belicong
Peta Geologi Regional Skala 1 : 250.000
Peta Rupa Bumi Skala 1 : 50.000
Alat tulis (busur, penggaris, pensil, buku catatan, dll)
Plastik Contoh, tabung Contoh
E - 62
Analisis kegempaan dan seismistas dilakukan dengan mengumpulkan data gempa dan zona seismik
Perhitungan koefisien gempa dilakukan dengan mengacu pada formula yang diberikan oleh Litbang
percepatan gempa rencana (gal)
ravitasi (980cm/dt2 1 gal =
percepatan gempa dasar (gal)
dari :
Material timbunan semi kedap air digunakan untuk urugan secara umum
B. Metode Sampling
Material konsturksi diambil dari uji sumuran pada setiap perubahan perlapisan sesuaiASTM D.
2488-69 (1972) terdiri dari :
1). Contoh terganggu :
Contoh ini diambil dari sumuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan dibungkus plastic
transparan yang diberi label nomor tet pit, kedalaman, nama proyek dan tanggal
pengambilan sebanyak
2). Contoh asli (tak terganggu) :
Contoh ini diambil s
tipis dengan cara ditekan kedalam tanah secara hati
kemudian kedua belah ujungnmya ditutup dengan lilin atau paraffin agar kondisi alamiah
tetap terjaga. Tabung ini diberi nomor tertpit, kedalaman, nama proyek dan tanggal
pengambilan.
C. Metode Eksplorasi
Survey material konstruksi tersebut harus memenuhi perkiraan volume yang dibutuhkan dan
dipetakan secara detail sehingga batas
dalam radius 500 sampai dengan 1000 m dari daerah rencana embung jika dalam radius
tersebut hasil yang diperoleh baik kwalitas maupun kwantitas kurang maka daerah penyelidikan
dapat diperluas hingga radius 2
dinding dengan jelas. Untuk mendapatkan contoh material konstruksi diperlukan metode
eksplorasi yaitu
E.8.3.4 Test Pitting
Uji ini diperlukan untuk mengetahui ketebalan dan jenis lapisan dengan lebih dengan jelas, uji
dilakukan dengan penggalian dengan ukuran 1.5 x 1.5m dengan 3 m atautelah sampai pada batuan
keras, menembus muka air tanah dan dinding mudah runtuh.
Pendiskripsian masing-masing lapisan meliputi tebal, warna dan konsistensi. Sampel terganggu dan
sample asli diambil pada setiap perubahan lapisan.
Informasi bahan bangunan yang dapat diberikan oleh pengamatan geologi yang diperlukan untuk
pembangunan embung dan embung dilokasi
tanggul, pasir serta batu untuk pasangan ataupun untuk agregat beton.
a. Tanah Bahan Timbunan
Tanah bahan timbunan yang diperlukan adalah tanah yang berjenis clay plastis yang berasal
dari pelapukan batuan dasar maupun batuan dasar yang terdiri atas clay, dicari pada lokasi
terdekat dengan daerah tanggul.
Untuk mengetahui sifat tanah / mekanika tanah diamati secara visual dan pengujian secara
Material konsturksi diambil dari uji sumuran pada setiap perubahan perlapisan sesuaiASTM D.
69 (1972) terdiri dari :
Contoh terganggu :
Contoh ini diambil dari sumuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan dibungkus plastic
transparan yang diberi label nomor tet pit, kedalaman, nama proyek dan tanggal
pengambilan sebanyak ± 15 kg.
Contoh asli (tak terganggu) :
Contoh ini diambil sumuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan menggunakan tabung
tipis dengan cara ditekan kedalam tanah secara hati-hati sehingga contoh tidak rusak,
kemudian kedua belah ujungnmya ditutup dengan lilin atau paraffin agar kondisi alamiah
Tabung ini diberi nomor tertpit, kedalaman, nama proyek dan tanggal
Survey material konstruksi tersebut harus memenuhi perkiraan volume yang dibutuhkan dan
dipetakan secara detail sehingga batas-batasnya jelas. Pertama-tama survey dikonsentrasikan
dalam radius 500 sampai dengan 1000 m dari daerah rencana embung jika dalam radius
tersebut hasil yang diperoleh baik kwalitas maupun kwantitas kurang maka daerah penyelidikan
dapat diperluas hingga radius 2 – 3 km. Dokumentasi diambil sehingga nampa dasar tespit
dinding dengan jelas. Untuk mendapatkan contoh material konstruksi diperlukan metode
Uji ini diperlukan untuk mengetahui ketebalan dan jenis lapisan dengan lebih dengan jelas, uji
dilakukan dengan penggalian dengan ukuran 1.5 x 1.5m dengan 3 m atautelah sampai pada batuan
keras, menembus muka air tanah dan dinding mudah runtuh.
masing lapisan meliputi tebal, warna dan konsistensi. Sampel terganggu dan
e asli diambil pada setiap perubahan lapisan.
Informasi bahan bangunan yang dapat diberikan oleh pengamatan geologi yang diperlukan untuk
pembangunan embung dan embung dilokasi-lokasi terpilih berupa tanah bahan timbunan untuk
uk pasangan ataupun untuk agregat beton.
Tanah Bahan Timbunan
Tanah bahan timbunan yang diperlukan adalah tanah yang berjenis clay plastis yang berasal
dari pelapukan batuan dasar maupun batuan dasar yang terdiri atas clay, dicari pada lokasi
dengan daerah tanggul.
Untuk mengetahui sifat tanah / mekanika tanah diamati secara visual dan pengujian secara
E - 63
Material konsturksi diambil dari uji sumuran pada setiap perubahan perlapisan sesuaiASTM D.
Contoh ini diambil dari sumuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan dibungkus plastic
transparan yang diberi label nomor tet pit, kedalaman, nama proyek dan tanggal
umuran uji (test pit) atau dari lobang bor dengan menggunakan tabung
hati sehingga contoh tidak rusak,
kemudian kedua belah ujungnmya ditutup dengan lilin atau paraffin agar kondisi alamiah
Tabung ini diberi nomor tertpit, kedalaman, nama proyek dan tanggal
Survey material konstruksi tersebut harus memenuhi perkiraan volume yang dibutuhkan dan
ama survey dikonsentrasikan
dalam radius 500 sampai dengan 1000 m dari daerah rencana embung jika dalam radius
tersebut hasil yang diperoleh baik kwalitas maupun kwantitas kurang maka daerah penyelidikan
diambil sehingga nampa dasar tespit
dinding dengan jelas. Untuk mendapatkan contoh material konstruksi diperlukan metode
Uji ini diperlukan untuk mengetahui ketebalan dan jenis lapisan dengan lebih dengan jelas, uji ini
dilakukan dengan penggalian dengan ukuran 1.5 x 1.5m dengan 3 m atautelah sampai pada batuan
masing lapisan meliputi tebal, warna dan konsistensi. Sampel terganggu dan
Informasi bahan bangunan yang dapat diberikan oleh pengamatan geologi yang diperlukan untuk
lokasi terpilih berupa tanah bahan timbunan untuk
Tanah bahan timbunan yang diperlukan adalah tanah yang berjenis clay plastis yang berasal
dari pelapukan batuan dasar maupun batuan dasar yang terdiri atas clay, dicari pada lokasi
Untuk mengetahui sifat tanah / mekanika tanah diamati secara visual dan pengujian secara
kasar di lapangan melalui remasan, pijitan dan gulungan, kemudian dibandingkan dengan
hasil-hasil pengujian terdahulu yang perna dilakukan terha
b. Pasir
Bahan pasir dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai pasir yang biasa digunakan
dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian mendatangi lokasi dan mengamati
secara visual pasir dimaksud.
c. Batu
Bahan batu yang diperlukan untuk bangunan dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai
batu yang biasa digunakan dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian
mendatangi lokasi dan mengamati secara visual batu dimaksud. Batu yang diamati dibedakan
antara jenis batu yang dapat digunakan sebagai bahan pasangan dan bahan agregat beton.
E.8.3.5 Uji laboratorium Mekanika Tanah dan Mekanika Batuan
Mekanika tanah dan batuan diamati secara visual dan analisis laboratorium dari pekerjaan
pengambilan contoh tanah (test
uji ini untuk mendapatkan informasi mengenai sifat
Penyelidikan laboratorium dilakukan terhadap material urugan dan pondasi. Penyelidikan ini dilakukan
dilaboratorium representative terdiri dari penyelidikan mekanika tanah (indeks properties dan
engineering properties ).
Jenis
Material
Sifat-sifat IndeksBerat isi (Cn)Berat jenis (Gs)Kadar air (Wn)Analisa ukuran butir (m%)Batas Atterbert (W Sifat-sifat TeknikKompaksi (qD, OMC)Trixial atau Diret Shear Test (C,Konsolidasi ( Cc, Cv, Es)Permeabilitas (k)Inconfinined Comp. Test (qun, qur)
E.8.4 Penelitian Kualitas Air Dan Uji
Pekerjaan penelitian kualitas air dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan kualitas dari sumber air
kasar di lapangan melalui remasan, pijitan dan gulungan, kemudian dibandingkan dengan
hasil pengujian terdahulu yang perna dilakukan terhadap jenis tanah serupa.
Bahan pasir dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai pasir yang biasa digunakan
dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian mendatangi lokasi dan mengamati
secara visual pasir dimaksud.
ng diperlukan untuk bangunan dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai
batu yang biasa digunakan dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian
mendatangi lokasi dan mengamati secara visual batu dimaksud. Batu yang diamati dibedakan
batu yang dapat digunakan sebagai bahan pasangan dan bahan agregat beton.
Uji laboratorium Mekanika Tanah dan Mekanika Batuan
Mekanika tanah dan batuan diamati secara visual dan analisis laboratorium dari pekerjaan
pengambilan contoh tanah (test pit) di lokasi rencana embung dan dari inti batuan hasil pengeboran,
uji ini untuk mendapatkan informasi mengenai sifat-sifat indeks dan sifat-sfat teknik.
Penyelidikan laboratorium dilakukan terhadap material urugan dan pondasi. Penyelidikan ini dilakukan
dilaboratorium representative terdiri dari penyelidikan mekanika tanah (indeks properties dan
Tabel 5 - 24
Tabel Distribusi Uji Laboratorium
Jenis Test Prosedur Test
sifat Indeks (Cn)
Berat jenis (Gs) Kadar air (Wn) Analisa ukuran butir (m%) Batas Atterbert (W1, Wp, Ip)
sifat Teknik Kompaksi (qD, OMC) Trixial atau Diret Shear Test (C,∅) Konsolidasi ( Cc, Cv, Es) Permeabilitas (k) Inconfinined Comp. Test (qun,
ASTM ASTM D 854 – 58 ASTM D 2216 – 71 ASTM D 442 – 63 ASTM D 422 – 66 ASTM D 698 –70 ASTM D 2850 – 70 ASTM D 3080 – 79 ASTM D 2435 – 70 ASTM D2434 – 74 ASTM D 2166 – 72
Penelitian Kualitas Air Dan Uji Laboratorium
Pekerjaan penelitian kualitas air dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan kualitas dari sumber air
E - 64
kasar di lapangan melalui remasan, pijitan dan gulungan, kemudian dibandingkan dengan
dap jenis tanah serupa.
Bahan pasir dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai pasir yang biasa digunakan
dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian mendatangi lokasi dan mengamati
ng diperlukan untuk bangunan dicari dengan mengumpulkan informasi mengenai
batu yang biasa digunakan dalam pembangunan oleh masyarakat setempat, kemudian
mendatangi lokasi dan mengamati secara visual batu dimaksud. Batu yang diamati dibedakan
batu yang dapat digunakan sebagai bahan pasangan dan bahan agregat beton.
Uji laboratorium Mekanika Tanah dan Mekanika Batuan
Mekanika tanah dan batuan diamati secara visual dan analisis laboratorium dari pekerjaan
pit) di lokasi rencana embung dan dari inti batuan hasil pengeboran,
sfat teknik.
Penyelidikan laboratorium dilakukan terhadap material urugan dan pondasi. Penyelidikan ini dilakukan
dilaboratorium representative terdiri dari penyelidikan mekanika tanah (indeks properties dan
Jenis
Sample
74 ASTM
UDS UDS UDS DS DS
DS UDS UDS UDS UDS UDS
Pekerjaan penelitian kualitas air dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan kualitas dari sumber air
tersebut. Sample air yang telah diambil di lokasi sumber air untuk selanjutnya diuji di laboratorium
untuk mendapatkan gambaran tentang kandung
perbandingan dengan standar mutu baku yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Pekerjaan yang dilakukan meliputi :
a. Pengambilan sample pada lokasi rencana
b. Penelitian kualitas air di laboratorium, dengan parameter
• Parameter fisika
• Parameter kimia (kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, radioaktif).
Parameter Masalah Kualitas
Bau
Bau tanah
Bau besi
Bau sulfur
Bau lain
Rasa
Rasa asin/payau
Rasa besi
Rasa tanah tanpa kekeruhan
Coklat bersama dengan kekeruhan
Rasa lain
Kekeruhan
Kekeruhan sedang; coklat (dari lumpur)
Kekeruhan tinggi; coklat dari lumpur
Parameter Masalah Kualitas
Kekeruhan Putih
tersebut. Sample air yang telah diambil di lokasi sumber air untuk selanjutnya diuji di laboratorium
untuk mendapatkan gambaran tentang kandungan air baku tersebut. Selanjutnya dilakukan
perbandingan dengan standar mutu baku yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik
meliputi :
Pengambilan sample pada lokasi rencana sumber mata air sebanyak 2(dua) titik sample
Penelitian kualitas air di laboratorium, dengan parameter-parameter yang meliputi :
Parameter kimia (kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, radioaktif).
Tabel 5 - 25
Evaluasi Kualitas Air
Masalah Kualitas Pengolahan
Kemungkinan dengan saringan karbon aktif
Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu
Airasi + saringan pasir lambat
Bisa dipakai dengan pengolahan
Kemungkinan airasi
Kalau bau sekali tidak bisa dipakai; kalau bau sedikit bisa dipakai dengan pengolahan
Tergantung jenis bau Tidak busa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil
Rasa asin/payau Tidak mungkin Tergantung kadar C1 dan pendapat masyarakat
Airasi + saringan pasir lambat
Bisa dipakai dengan pengolahan
Rasa tanah tanpa Kemungkinan dengan saringan karbon aktif
Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu
Coklat bersama dengan kekeruhan
Sama dengan kekeruhan Sama dengan kekeruhan
Tergantung jenis rasa Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasi
Kekeruhan sedang; coklat (dari lumpur)
Saringan pasir lambat Bisa dipakai dengan pengolahan
Kekeruhan tinggi; coklat dari lumpur
Dengan pembubuhan PAC
Bisa dipakai dengan pengolahan
Masalah Kualitas Pengolahan
Dengan pembubuhan PAC Mungkin bisa dipakai; perlu
E - 65
tersebut. Sample air yang telah diambil di lokasi sumber air untuk selanjutnya diuji di laboratorium
an air baku tersebut. Selanjutnya dilakukan
perbandingan dengan standar mutu baku yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik
sebanyak 2(dua) titik sample
parameter yang meliputi :
Parameter kimia (kimia anorganik, kimia organik, mikrobiologi, radioaktif).
Kesimpulan
Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu
Bisa dipakai dengan pengolahan
Kalau bau sekali tidak bisa dipakai; kalau bau sedikit bisa dipakai dengan pengolahan
Tidak busa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil
Tergantung kadar C1 dan pendapat masyarakat
Bisa dipakai dengan pengolahan
Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu
Sama dengan kekeruhan
Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasi
Bisa dipakai dengan pengolahan
Bisa dipakai dengan pengolahan
Kesimpulan
Mungkin bisa dipakai; perlu
Agak kuning sesudah air sebentaar di ember
Warna
Coklat tanpa kekeruhan
Coklat bersama dengan kekeruhan
Putih
Lain
Sumber : Petunjuk Teknis Perencanaan Sistem
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Desember 1998
pengolahan percobaan dulu
Agak kuning sesudah air sebentaar di ember
Airasi + sistem saringan pasir
Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu
Coklat tanpa Kemungkinan dengan saringan karbon aktif
Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu
Coklat bersama dengan kekeruhan
Sama dengan kekeruhan Sama dengan kekeruhan
Mungkin dengan pembubuhan PAC
Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil
Tergantung jenis warna Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil
Petunjuk Teknis Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum Perdesaan, Pekerjaan Umum,
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Desember 1998
E - 66
pengolahan percobaan dulu
Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu
Mungkin bisa dipakai; perlu pengolahan percobaan dulu
Sama dengan kekeruhan
Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil
Tidak bisa dipakai kecuali percobaan pengolahan berhasil
Penyediaan Air Minum Perdesaan, Pekerjaan Umum,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Parameter
Fisika
Temperatur
Residu terlarut Kimia pH Barium ( Ba )Besi Total ( Fe )Mangan Total ( Mn )Tembaga ( Cu )Seng ( Zn )Krom heksavalen ( Cr )Kadrium ( Cd )Raksa total ( Hg )Timbal ( Pb )Arsen ( As )Selerium ( Se )Slarida ( CN )Sulfida ( S )Fluorida ( F ) Klorida ( Cl )Sulfat ( SOAmoniak (NH
Nitrat (NO
Nitrit (NO
Oksigen terlarut (DO) Kebutuhan oksigen biologi
(BOD)
Kebutuhan oksigen kimia
(COD)
Senyawa aktif biru-metilen
Fenol Minyak dan lemak Karbon klorofrom-ekstrak
PCB
Tabel E - 26
Standar Kualitas Air Baku
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Satuan Maksimum Yg
Dianjurkan Maksimum Yg Diperbolehkan
oC Temperatur air normal
Temperatur air normal
Mg/l 500 1.500
5 – 9 5 – 9 ( Ba ) Mg/l Nihil 1 ( Fe ) Mg/l 1 5 ( Mn ) Mg/l 0,05 0,5 ( Cu ) Mg/l Nihil 1 ( Zn ) Mg/l 1 15 ( Cr ) Mg/l Nihil 0,5 ( Cd ) Mg/l Nihil 0,01 ( Hg ) Mg/l 0,0005 0,001( Pb ) Mg/l 0,05 0,1 ( As ) Mg/l Nihil 0,05 ( Se ) Mg/l Nihil 0,01 CN ) Mg/l Nihil 0,05 ( S ) Mg/l Nihil Nihil ( F ) Mg/l - 1,5 ( Cl ) Mg/l 200 500
( SO4 ) Mg/l 200 400 (NH3 –
N) Mg/l 0,01 0,5
(NO3-N)
Mg/l 5 10
(NO2 – N)
Mg/l Nihil 1
(DO) Mg/l
(BOD) Mg/l 5 -
(COD) Mg/l 10 -
Mg/l Nihil 0,5
Mg/l 0,001 0,002Mg/l Nihil Nihil Mg/l 0,04 -
Mg/l Nihil -
E - 67
Maksimum Yg Diperbolehkan
Keterangan
Temperatur air
Minimum
Air permukaan dianjurkan > sama dgn Air tanah tdk dianjurkan
Parameter
Bakteriologi Coliform group Coliform tinja Radioaktifitas Aktifitas beta-total Strontium – 90 Radium – 225 Pestisida Aldrit Chlordane Dieldrin Endrine Heptachlor Heptachlor epoxide Lindane Metoxy Chlor Organophosphat dan Carbamate
Toxaphene
E.8.5 Sistem Planning dan Desain
E.8.5.1 Tata Letak Jaringan Air Baku
Dalam perencanaan jaringan trase air baku, maka langkah pertama yang akan dilakukan adalah
penyusunan tata letak jaringan air baku.
dibuatkan usulan lay out tersebut, mulai dari bangunan
dan peletakan bangunan-bangunan sepanjang jalur pengukuran.
setelah dicek di lapangan kemudian segera dilakukan pekerjaan selanjutnya mengenai perhitungan
hidrolika dan detail design. Kegiatan ini dimulai setelah pekerjaan lapangan (pengukuran) khususnya
peta situasi walaupun dalam bentuk milimeter telah ada.
dan posisi-posisi bangunan berada.
Sistim tata letak (lay out) bangunan dan rencana jalur jaringan pipa air baku selalu memperhatikan
kondisi lapangan (kondisi existing) dengan mem
tekanan, rencana lokasi pemakaian air baku serta kemudahan dan effisiensi dalam pelaksanaan
konstruksi. Dalam penentuan tata letak bangunan ini tentunya sangat diperlukan bantuan Pemerintah
Satuan Maksimum Yg
Dianjurkan Maksimum Yg Diperbolehkan
MPN/100 ml 10.000 MPN/100 ml 2.000
PCl/l Nihil PCl/l Nihil PCl/l Nihil
Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil Mg/l Nihil
Mg/l Nihil
Mg/l Nihil
Sistem Planning dan Desain
Jaringan Air Baku
perencanaan jaringan trase air baku, maka langkah pertama yang akan dilakukan adalah
penyusunan tata letak jaringan air baku. Sebelum tata letak jaringan air baku difinalkan perlu
tkan usulan lay out tersebut, mulai dari bangunan utama(pengambilan)
bangunan sepanjang jalur pengukuran. Dari hasil akhir tata letak jaringan
setelah dicek di lapangan kemudian segera dilakukan pekerjaan selanjutnya mengenai perhitungan
Kegiatan ini dimulai setelah pekerjaan lapangan (pengukuran) khususnya
lam bentuk milimeter telah ada. Pekerjaan ini berisi mengenai dimana letak
posisi bangunan berada.
(lay out) bangunan dan rencana jalur jaringan pipa air baku selalu memperhatikan
kondisi lapangan (kondisi existing) dengan mempertimbangkan faktor teknis, biaya, kehilangan
tekanan, rencana lokasi pemakaian air baku serta kemudahan dan effisiensi dalam pelaksanaan
konstruksi. Dalam penentuan tata letak bangunan ini tentunya sangat diperlukan bantuan Pemerintah
E - 68
Maksimum Yg Diperbolehkan
Keterangan
perencanaan jaringan trase air baku, maka langkah pertama yang akan dilakukan adalah
Sebelum tata letak jaringan air baku difinalkan perlu
, jaringan pipa air baku
Dari hasil akhir tata letak jaringan
setelah dicek di lapangan kemudian segera dilakukan pekerjaan selanjutnya mengenai perhitungan
Kegiatan ini dimulai setelah pekerjaan lapangan (pengukuran) khususnya
Pekerjaan ini berisi mengenai dimana letak
(lay out) bangunan dan rencana jalur jaringan pipa air baku selalu memperhatikan
pertimbangkan faktor teknis, biaya, kehilangan
tekanan, rencana lokasi pemakaian air baku serta kemudahan dan effisiensi dalam pelaksanaan
konstruksi. Dalam penentuan tata letak bangunan ini tentunya sangat diperlukan bantuan Pemerintah
Kabupaten untuk membantu dalam penentuan jalur trase jaringan air baku di lapangan serta
penempatan-penempatan bangunannya.
Tahap I : Pembuatan tata letak pendahuluan (preliminary lay out) mencakup perencanaan
semua prasarana yang diperlukan untuk jaringan pipa air baku berd
topografi skala 1 : 50.000, atau peta dasar yang ada atau berdasarkan informasi studi
terdahulu dan pemerintah setempat atas persetujuan Direksi saat dilakukan survey
pendahuluan.
Tahap II : Mencakup penelusuran trase jalur pipa dan penyesuaia
dengan jalan melakukan pengukuran topografi.
Sebelum Tahap II dilaksanakan juga dilakukan
Direksi untuk menetapkan lay out jalur air baku.
Perencanaan sistem jaringan air baku
� Bangunan utama yang berupa bangunan embung atau
� Bangunan-bangunan pelengkap dan acessorisnya yang antara lain adalah :
1. Bangunan intake / bangunan pengambilan
2. Jaringan transmisi (air baku dan air bersih), jaringan penghantar air bersih serta jaringan
distribusi
3. Bangunan pengumpul sementara / bak prasedimen / grit chamber
4. Bangunan IPA (instalasi pengolahan air) atau WTP
5. Bangunan reservoir / tampungan
6. Bak pelepas tekan (dalam pekerjaan ini tidak perlu)
7. Perlengkapan pipa dan accessorisnya (di semua jaringan)
8. Perlengkapan operasi dan pemeliharaan
9. Pompa, hidran umum dan lain
10. Dan lain-lain
Tata letak jaringan air baku yang telah disepakati untuk selanjutnya dituangkan dalam
yang terdiri atas skematisasi jalur dan lokasi bangunan
E.8.4.2 Perencanaan Bangunan Utama
Bangunan utama yang akan direncanakan untuk seti
airnya bias berupa bangunan embung atau bangunan pengambilan (intake) yang dilengkapi dengan
bangunan broncaptering ( penangkap air).
1. Bangunan Intake/Broncaptering
• Sesuai fungsinya bangunan intake digunakan untuk menyadap air baku dari sungai/danau dan
bantu dalam penentuan jalur trase jaringan air baku di lapangan serta
penempatan bangunannya.
Pembuatan tata letak pendahuluan (preliminary lay out) mencakup perencanaan
semua prasarana yang diperlukan untuk jaringan pipa air baku berd
topografi skala 1 : 50.000, atau peta dasar yang ada atau berdasarkan informasi studi
terdahulu dan pemerintah setempat atas persetujuan Direksi saat dilakukan survey
Mencakup penelusuran trase jalur pipa dan penyesuaian hasil
dengan jalan melakukan pengukuran topografi.
Sebelum Tahap II dilaksanakan juga dilakukan pengecekan di lapangan
Direksi untuk menetapkan lay out jalur air baku.
Perencanaan sistem jaringan air baku (yang dilengkapi fasilitas jaringan air bersih) terdiri atas :
angunan utama yang berupa bangunan embung atau bangunan lain yang sejenisnya
bangunan pelengkap dan acessorisnya yang antara lain adalah :
Bangunan intake / bangunan pengambilan
Jaringan transmisi (air baku dan air bersih), jaringan penghantar air bersih serta jaringan
Bangunan pengumpul sementara / bak prasedimen / grit chamber
Bangunan IPA (instalasi pengolahan air) atau WTP
Bangunan reservoir / tampungan
tekan (dalam pekerjaan ini tidak perlu)
Perlengkapan pipa dan accessorisnya (di semua jaringan)
Perlengkapan operasi dan pemeliharaan
Pompa, hidran umum dan lain-lain (disesuaikan dengan kebutuhan)
yang telah disepakati untuk selanjutnya dituangkan dalam
skematisasi jalur dan lokasi bangunan-bangunan tertentu pada jaringan air baku
Perencanaan Bangunan Utama
direncanakan untuk setiap sumber air yang akan dikembangkan potensi
airnya bias berupa bangunan embung atau bangunan pengambilan (intake) yang dilengkapi dengan
bangunan broncaptering ( penangkap air).
Bangunan Intake/Broncaptering
Sesuai fungsinya bangunan intake digunakan untuk menyadap air baku dari sungai/danau dan
E - 69
bantu dalam penentuan jalur trase jaringan air baku di lapangan serta
Pembuatan tata letak pendahuluan (preliminary lay out) mencakup perencanaan
semua prasarana yang diperlukan untuk jaringan pipa air baku berdasarkan peta
topografi skala 1 : 50.000, atau peta dasar yang ada atau berdasarkan informasi studi
terdahulu dan pemerintah setempat atas persetujuan Direksi saat dilakukan survey
n hasil-hasil dari Tahap I
pengecekan di lapangan bersama-sama dengan
(yang dilengkapi fasilitas jaringan air bersih) terdiri atas :
bangunan lain yang sejenisnya
bangunan pelengkap dan acessorisnya yang antara lain adalah :
Jaringan transmisi (air baku dan air bersih), jaringan penghantar air bersih serta jaringan
yang telah disepakati untuk selanjutnya dituangkan dalam peta ikhtisar
bangunan tertentu pada jaringan air baku.
ap sumber air yang akan dikembangkan potensi
airnya bias berupa bangunan embung atau bangunan pengambilan (intake) yang dilengkapi dengan
Sesuai fungsinya bangunan intake digunakan untuk menyadap air baku dari sungai/danau dan
broncaptering digunakan untuk menangkap air baku dari mata air.
• Bangunan intake ditempatkan pada lokasi dimana pinggir sungai/danau relatif lurus, tidak
pada daerah belokan/lengkungan.
• Lokasi intake mempunyai kedalaman air sumber yang cukup dalam,setelah diperhitungkan
terhadap kebutuhan air pada hari maksimum diakhir periode perencanaan, terhadapa
kedalaman minimum air sumber pada musim kemarau dan terhadap kedalaman m
yang tidak boleh diganggu (diijinkan).
• Lokasi dari intake mempunyai kemiringan lereng sungai/danau yang relatif tidak landai.
• Dilihat dari jenis/tipe bangunan intake yang umum diterapkan, maka :
� Untuk bangunan intake yang dapat dibangun langsung di
lebih sesuai untuk kondisi :
* Fluktuasi debit air sumber pada musim hujan dan musim kemarau perbedaannya besar
sekali.
* Aliran air relatif tenamg tidak ada turbelensi.
* Tidak banyak mengandung kotoran/sampah dan Lumpu
* Kemiringan tebing terhadap dasar sungai/danau tidak landai.
* Beda tinggi antara muka air maksimum dan relatif besar.
� Untuk bangunan
sungai/danau, tetapi harus dialirkan dulu melalui
sump well, maka lebih sesuai untuk kondisi :
* Beda tinggi muka air maksimum dan minimum tidak besar.
* Fluktuasi debit air sepanjang musim tidak ada perbedaan, relatif kecil.
* Aliran air minumnya tidak tenang.
* Banyak mengandung kotoran kasar/sampah dan Lumpur.
* Kedalaman air tidak cukup menjamin pemompaan langsung.
2. Bangunan Embung
a. Lebar Puncak Tubuh Embung
Lebar puncak tubuh embung diambil sebagai berikut :
Tipe
1. Urugan
2. Pasangan batu/beton
Sumber : Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994
broncaptering digunakan untuk menangkap air baku dari mata air.
Bangunan intake ditempatkan pada lokasi dimana pinggir sungai/danau relatif lurus, tidak
lokan/lengkungan.
Lokasi intake mempunyai kedalaman air sumber yang cukup dalam,setelah diperhitungkan
terhadap kebutuhan air pada hari maksimum diakhir periode perencanaan, terhadapa
kedalaman minimum air sumber pada musim kemarau dan terhadap kedalaman m
yang tidak boleh diganggu (diijinkan).
Lokasi dari intake mempunyai kemiringan lereng sungai/danau yang relatif tidak landai.
Dilihat dari jenis/tipe bangunan intake yang umum diterapkan, maka :
Untuk bangunan intake yang dapat dibangun langsung di atas lokasi pinggir sungai/danau
lebih sesuai untuk kondisi :
Fluktuasi debit air sumber pada musim hujan dan musim kemarau perbedaannya besar
Aliran air relatif tenamg tidak ada turbelensi.
Tidak banyak mengandung kotoran/sampah dan Lumpur.
Kemiringan tebing terhadap dasar sungai/danau tidak landai.
Beda tinggi antara muka air maksimum dan relatif besar.
intake yang tidak dapat dibangun langsung di atas lokaasi pinggir
sungai/danau, tetapi harus dialirkan dulu melalui saluran sebelum air baku terkumpul di
sump well, maka lebih sesuai untuk kondisi :
Beda tinggi muka air maksimum dan minimum tidak besar.
Fluktuasi debit air sepanjang musim tidak ada perbedaan, relatif kecil.
Aliran air minumnya tidak tenang.
Banyak mengandung kotoran kasar/sampah dan Lumpur.
Kedalaman air tidak cukup menjamin pemompaan langsung.
Lebar Puncak Tubuh Embung
Lebar puncak tubuh embung diambil sebagai berikut :
Tabel E - 27 Lebar Puncak Tubuh Embung
Tinggi (m)
1. < 5,00
2. 5,00 – 10,00
2. Pasangan batu/beton Sampai maksimal 7,00
Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994
E - 70
Bangunan intake ditempatkan pada lokasi dimana pinggir sungai/danau relatif lurus, tidak
Lokasi intake mempunyai kedalaman air sumber yang cukup dalam,setelah diperhitungkan
terhadap kebutuhan air pada hari maksimum diakhir periode perencanaan, terhadapa
kedalaman minimum air sumber pada musim kemarau dan terhadap kedalaman minimum
Lokasi dari intake mempunyai kemiringan lereng sungai/danau yang relatif tidak landai.
atas lokasi pinggir sungai/danau
Fluktuasi debit air sumber pada musim hujan dan musim kemarau perbedaannya besar
intake yang tidak dapat dibangun langsung di atas lokaasi pinggir
saluran sebelum air baku terkumpul di
Fluktuasi debit air sepanjang musim tidak ada perbedaan, relatif kecil.
Lebar Puncak (m)
2,00
3,00
1,00
Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994
Apabila puncak urugan akan digunakan
diberi bahu jalan masing-masing selebar 1,00 m
b. Kemiringan Lereng Tubuh Embung
Sedangkan kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap
longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai. Kestabilan
urugan harus diperhitungkan terhadap surut cepat muka air kolam, rem
tahan terhadap gempa.
No Material
Urugan
1
Urugan Homogen
2 2.1
2.2
Urugan MajemukUrugan batu dg inti lempung atau dinding diaprama. Kerikil-kerakal dg inti lempung atau dinding diaprama
Sumber : Pedoman Kriterian Desain Embung
c. Tinggi Jagaan
Tinggi jagaan ditentukan dari tipe tubuh embung yang dipilih. Tinggi jagaan untuk berbagai tipe
dapat dilihat pada Tabel berikut di bawah ini.
No
1 Urugan homogen dan majemuk
2 Pasangan batu/beton
3 Komposit
Sumber : Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994
Apabila puncak urugan akan digunakan untuk lalu lintas umum, maka di kiri dan kanan badan jalan
masing selebar 1,00 m
Kemiringan Lereng Tubuh Embung
Sedangkan kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap
longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai. Kestabilan
urugan harus diperhitungkan terhadap surut cepat muka air kolam, rembesan langgeng, dan harus
Tabel E - 28
Kemiringan Lereng Urugan Untuk
Tinggi Maksimum 10,00 m
Material
Utama
Kemiringan Lereng
V : H
Hulu
Urugan Homogen
CH CL SC GC GM SM
1 : 3
Urugan Majemuk Urugan batu dg inti lempung atau dinding diaprama.
kerakal dg inti lempung atau dinding diaprama
Pecahan batu
Kerikil-kerakal
1 : 1,50
1 : 2,50
Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994
Tinggi jagaan ditentukan dari tipe tubuh embung yang dipilih. Tinggi jagaan untuk berbagai tipe
dapat dilihat pada Tabel berikut di bawah ini.
Tabel E - 29
Tinggi Jagaan Embung
Tipe Tubuh Embung Tinggi Jagaan (m)
Urugan homogen dan majemuk 0,50
Pasangan batu/beton 0,00
Komposit 0,50
Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994
E - 71
untuk lalu lintas umum, maka di kiri dan kanan badan jalan
Sedangkan kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap
longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak dipakai. Kestabilan
besan langgeng, dan harus
Kemiringan Lereng
V : H
Hilir
1 : 2,25
1 : 1,25
1 : 1,75
Kecil untuk Daerah Semi Kering di Indonesia, 1994
Tinggi jagaan ditentukan dari tipe tubuh embung yang dipilih. Tinggi jagaan untuk berbagai tipe
Tinggi Jagaan (m)
Pedoman Kriterian Desain Embung Kecil untuk Daerah Semi Kering
d. Tinggi Tubuh Embung
Tinggi tubuh embung harus
keamanan tubuh embung terhadap peluapan oleh banjir. Sehingga tinggi tubuh embung dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Dimana :
Hd = tinggi tubuh embung d
Hk = tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m)
Hb = tinggi tampungan banjir (m)
Hf = tinggi jagaan (m)
Untuk tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang secara praktis dapat
diambil 0,25 m. Cadangan penurunan ini perlu
terdalam, sedangkan untuk tipe pasangan beton hal ini tidak diperlukan.
e. Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Aliran Filtrasi
Syarat-syarat kestabilan tubuh embung salah satunya adalah besarnya kapasitas filtr
kecepatan aliran air dalam tubuh embung dan dalam tanah pondasi dalam batas yang diijinkan.
♦♦♦♦ Formasi Garis Depresi
Formasi garis depresi di zone kedap air tubuh embung dapat diperoleh dengan metode
Cassagrande. Jika angka permeabilitas vertikaln
horisontalnya, maka akan terjadi deformasi garis depresi dengan mengurangi koordinat
horisontalnya sebesar ♦
=♦(kv.kh).
Garis Depresi Pada Tubuh Embung Tipe Urugan Homogen
Pada gambar di atas ujung tumit hilir embung dianggap sebagai titik permulaan koordinat
dengan sumbu-sumbu x dan y, maka garis depresi dapat diperoleh dengan persamaan
parabola bentuk dasar sebagai berikut :
ditentukan dengan mempertimbangkan kebutuhan tampungan air, dan
keamanan tubuh embung terhadap peluapan oleh banjir. Sehingga tinggi tubuh embung dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Hd = Hk + Hb + Hf
tinggi tubuh embung desain (m)
tinggi muka air kolam pada kondisi penuh (m)
tinggi tampungan banjir (m)
tinggi jagaan (m)
Untuk tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang secara praktis dapat
diambil 0,25 m. Cadangan penurunan ini perlu ditambahkan pada puncak embung di bagian lembah
terdalam, sedangkan untuk tipe pasangan beton hal ini tidak diperlukan.
Stabilitas Tubuh Embung Terhadap Aliran Filtrasi
syarat kestabilan tubuh embung salah satunya adalah besarnya kapasitas filtr
kecepatan aliran air dalam tubuh embung dan dalam tanah pondasi dalam batas yang diijinkan.
Formasi Garis Depresi
Formasi garis depresi di zone kedap air tubuh embung dapat diperoleh dengan metode
Cassagrande. Jika angka permeabilitas vertikalnya berbeda dengan angka permeabilitas
horisontalnya, maka akan terjadi deformasi garis depresi dengan mengurangi koordinat
♦( kv/kh) kali. Hal ini juga berpengaruh terhadap nilai k, sehingga k
Gambar E - 12
Depresi Pada Tubuh Embung Tipe Urugan Homogen
Pada gambar di atas ujung tumit hilir embung dianggap sebagai titik permulaan koordinat
sumbu x dan y, maka garis depresi dapat diperoleh dengan persamaan
parabola bentuk dasar sebagai berikut :
E - 72
ditentukan dengan mempertimbangkan kebutuhan tampungan air, dan
keamanan tubuh embung terhadap peluapan oleh banjir. Sehingga tinggi tubuh embung dapat
Untuk tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang secara praktis dapat
ditambahkan pada puncak embung di bagian lembah
syarat kestabilan tubuh embung salah satunya adalah besarnya kapasitas filtrasi dan
kecepatan aliran air dalam tubuh embung dan dalam tanah pondasi dalam batas yang diijinkan.
Formasi garis depresi di zone kedap air tubuh embung dapat diperoleh dengan metode
ya berbeda dengan angka permeabilitas
horisontalnya, maka akan terjadi deformasi garis depresi dengan mengurangi koordinat
( kv/kh) kali. Hal ini juga berpengaruh terhadap nilai k, sehingga k
Depresi Pada Tubuh Embung Tipe Urugan Homogen
Pada gambar di atas ujung tumit hilir embung dianggap sebagai titik permulaan koordinat
sumbu x dan y, maka garis depresi dapat diperoleh dengan persamaan
y = ♦ ( 2y0 . x + y02 )
y0 = ♦ (h2 + d2 – d )
dimana :
h = jarak vertikal antara titik A dan B
d = jarak horisontal antara titik A dan B
l1 = jarak horisontal antara titik B dan E
l2 = jarak horisontal antara titik B dan A
A = ujung tumit hilir embung
B = titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng hulu embung
B1 = titik perpotongan antara parabola bentuk dasar garis depresi dengan garis vertikal
melalui titik B
B2 = titik yang terletak sejauh horisontal ke arah hulu dari titik B
♦♦♦♦ Kapasitas Aliran Filtrasi
Perhitungan kapasitas aliran filtrasi dihitung berdasar pada jaringan trayektori aliran filtrasi.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Qr
Dimana :
Qr = kapasitas filtrasi
Nr = angka pembagi garis trayektori aliran filtrasi
Np = angka pembagi garis equipotensial
k = koefisien filtrasi
H = tinggi tekanan air total
L = panjang profil melintang tubuh embung
Kapasitas filtrasi sebaiknya tidak melebihi antara 2
dalam waduk.
♦♦♦♦ Stabilitas Terhadap Bahaya Piping
Rembesan air melalui tubuh embung mempunyai batas
kontrol keamanan tubuh embung terhadap bahaya piping. Untuk mengontrol keamanan
terhadap piping dipakai ket
i < ic
i = ( h / L )
ic = ( Gs-1 )/( 1+e )
dimana :
i = gradien hidrolis
)
jarak vertikal antara titik A dan B
jarak horisontal antara titik A dan B
jarak horisontal antara titik B dan E
jarak horisontal antara titik B dan A
ujung tumit hilir embung
titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng hulu embung
titik perpotongan antara parabola bentuk dasar garis depresi dengan garis vertikal
melalui titik B
titik yang terletak sejauh horisontal ke arah hulu dari titik B
Kapasitas Aliran Filtrasi
Perhitungan kapasitas aliran filtrasi dihitung berdasar pada jaringan trayektori aliran filtrasi.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
= Nr
K . H . L ------- Np
kapasitas filtrasi
pembagi garis trayektori aliran filtrasi
angka pembagi garis equipotensial
koefisien filtrasi
tinggi tekanan air total
panjang profil melintang tubuh embung
Kapasitas filtrasi sebaiknya tidak melebihi antara 2 – 5 % dari debit rata
Stabilitas Terhadap Bahaya Piping
Rembesan air melalui tubuh embung mempunyai batas-batas tertentu, maka perlu adanya
kontrol keamanan tubuh embung terhadap bahaya piping. Untuk mengontrol keamanan
terhadap piping dipakai ketentuan sebagai berikut :
gradien hidrolis
E - 73
titik perpotongan antara permukaan air waduk dan lereng hulu embung
titik perpotongan antara parabola bentuk dasar garis depresi dengan garis vertikal
Perhitungan kapasitas aliran filtrasi dihitung berdasar pada jaringan trayektori aliran filtrasi.
5 % dari debit rata-rata yang masuk ke
batas tertentu, maka perlu adanya
kontrol keamanan tubuh embung terhadap bahaya piping. Untuk mengontrol keamanan
ic = gradien hidrolis kritis
H = perbedaan tinggi tekan pada titik peresapan air di lereng hulu dengan titik
keluarnya pada lereng hilir
L = panjang aliran filtrasi
Gs = berat jenis material timbunan
e = angka pori material timbunan
Untuk keamanan tubuh embung kecepatan aliran filtrasi harus lebih kecil dari kecepatan kritis
yang diijinkan. Kecepatan aliran filtrasi dapat diperoleh dengan persamaan seb
V = ( k. i ) / n
Dimana :
V = kecepatan aliran filtrasi (m/det)
k = koefisien permiabilitas
i = gradien hidrolis
n = porositas
Untuk kecepatan kritis digunakan rumus yang dikembangkan oleh Yustin sebagai berikut :
Vc
Dimana :
Vc = kecepatan kritis aliran rembesan (cm/det)
W1 = berat butiran dalam air (gram)
d = diameter butiran terkecil ( cm )
g = gravitas (cm/det
F = luas permukaan butiran ( cm
γw = berat isi air ( gr/cm
3. Perencanaan Bangunan
a. Kapasitas Pengaliran Bangunan Pelimpah
Untuk menentukan besarnya debit yang melalui pelimpah digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Q = debit yang melewati pelimpah (m
L = lebar/panjang mercu
H = tinggi tekanan air di atas mercu pelimpah (m)
C = koefisien aliran untuk ambang lebar
Koefisien debit ( C ) dari tipe standar suatu pelimpah diperoleh dengan rumus Iwasaki :
gradien hidrolis kritis
perbedaan tinggi tekan pada titik peresapan air di lereng hulu dengan titik
keluarnya pada lereng hilir
liran filtrasi
berat jenis material timbunan
angka pori material timbunan
Untuk keamanan tubuh embung kecepatan aliran filtrasi harus lebih kecil dari kecepatan kritis
yang diijinkan. Kecepatan aliran filtrasi dapat diperoleh dengan persamaan seb
kecepatan aliran filtrasi (m/det)
koefisien permiabilitas
gradien hidrolis
Untuk kecepatan kritis digunakan rumus yang dikembangkan oleh Yustin sebagai berikut :
= ♦ [ ( W1. g )
] ------------ ( F . γw )
kecepatan kritis aliran rembesan (cm/det)
berat butiran dalam air (gram)
diameter butiran terkecil ( cm )
gravitas (cm/det2)
luas permukaan butiran ( cm2 )
berat isi air ( gr/cm3 )
Bangunan Pelimpah
Kapasitas Pengaliran Bangunan Pelimpah
Untuk menentukan besarnya debit yang melalui pelimpah digunakan rumus sebagai berikut :
Q = C . L . H1.5
debit yang melewati pelimpah (m3/det)
lebar/panjang mercu pelimpah (m)
tinggi tekanan air di atas mercu pelimpah (m)
koefisien aliran untuk ambang lebar
Koefisien debit ( C ) dari tipe standar suatu pelimpah diperoleh dengan rumus Iwasaki :
E - 74
perbedaan tinggi tekan pada titik peresapan air di lereng hulu dengan titik
Untuk keamanan tubuh embung kecepatan aliran filtrasi harus lebih kecil dari kecepatan kritis
yang diijinkan. Kecepatan aliran filtrasi dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut :
Untuk kecepatan kritis digunakan rumus yang dikembangkan oleh Yustin sebagai berikut :
Untuk menentukan besarnya debit yang melalui pelimpah digunakan rumus sebagai berikut :
Koefisien debit ( C ) dari tipe standar suatu pelimpah diperoleh dengan rumus Iwasaki :
Cd = 2,20 - 0,0416
C = 1,60
1 + 2a [
------------------------
1 + a [
Dimana :
C = koefisien debit
Cd = koefisien debit pada saat h = Hd
h = tinggi air di atas mercu pelimpah (m)
Hd = tinggi tekanan rencana di atas
W = tinggi pelimpah dari dasar saluran pengarah ( m )
A = konstanta ( diperoleh pada saat h/Hd dan c = cd )
Lebar efektif pelimpah adalah lebar air yang melimpah di atas pelimpah. Air tidak dapat melimpah
selebar pelimpah sebagai akibat adanya kontraksi pada dinding atau akibat adanya pilar pada
pelimpah. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar efektif pelimpah adalah :
Dimana :
Leff = lebar efektif pelimpah ( m )
L’ = lebar pelimpah sesungguhn
N = jumlah pilar
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi dinding samping
Hd = tinggi tekanan total di atas mercu ( m )
Elevasi mercu pelimpah merupakan elevasi tampungan efektif yang dida[at dari perhitungan
tampungan efektif waduk untuk memenuhi kebutuhan air untuk penduduk yang dihitung dari simulasi
tampungan waduk.
Hd 0.99
----
W
h ] ---
Hd ------------------------
h ] ----
Hd
koefisien debit
koefisien debit pada saat h = Hd
tinggi air di atas mercu pelimpah (m)
tinggi tekanan rencana di atas mercu pelimpah ( m )
tinggi pelimpah dari dasar saluran pengarah ( m )
konstanta ( diperoleh pada saat h/Hd dan c = cd )
Lebar efektif pelimpah adalah lebar air yang melimpah di atas pelimpah. Air tidak dapat melimpah
kibat adanya kontraksi pada dinding atau akibat adanya pilar pada
pelimpah. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar efektif pelimpah adalah :
Leff = L’ – 2 ( N. kp + ka ) . Hd
lebar efektif pelimpah ( m )
lebar pelimpah sesungguhnya ( m )
jumlah pilar
koefisien kontraksi pilar
koefisien kontraksi dinding samping
tinggi tekanan total di atas mercu ( m )
Elevasi mercu pelimpah merupakan elevasi tampungan efektif yang dida[at dari perhitungan
k untuk memenuhi kebutuhan air untuk penduduk yang dihitung dari simulasi
E - 75
Lebar efektif pelimpah adalah lebar air yang melimpah di atas pelimpah. Air tidak dapat melimpah
kibat adanya kontraksi pada dinding atau akibat adanya pilar pada
pelimpah. Rumus yang digunakan untuk menghitung lebar efektif pelimpah adalah :
Elevasi mercu pelimpah merupakan elevasi tampungan efektif yang dida[at dari perhitungan
k untuk memenuhi kebutuhan air untuk penduduk yang dihitung dari simulasi
Koefisien Pilar Sesuai dengan Bentuk Tumpuannya
Koefisien Kontraksi Pilar Sesuai dengan Bentuk Depan Masing
b Penelusuran Banjir
Penelusuran banjir lewat waduk digunakan untuk mendapatkan hubungan antara debit keluar dari
pelimpah dengan elevasi muka air waduk. Pada prinsipnya pen
berdasarkan persamaan kontinuitas :
Dimana :
I = debit yang masuk ke waduk ( m
: Tumpuan Pilar Bersudut
Gambar 5 - 13 Koefisien Pilar Sesuai dengan Bentuk Tumpuannya
Gambar E - 14
Koefisien Kontraksi Pilar Sesuai dengan Bentuk Depan Masing
Penelusuran banjir lewat waduk digunakan untuk mendapatkan hubungan antara debit keluar dari
pelimpah dengan elevasi muka air waduk. Pada prinsipnya penelusuran banjir pada waduk
berdasarkan persamaan kontinuitas :
I + O = ( ds/dt)
debit yang masuk ke waduk ( m3/det)
Tumpuan Pilar Bersudut : Tumpuan Pilar Berbentuk bulat
E - 76
Koefisien Pilar Sesuai dengan Bentuk Tumpuannya
Koefisien Kontraksi Pilar Sesuai dengan Bentuk Depan Masing-masing
Penelusuran banjir lewat waduk digunakan untuk mendapatkan hubungan antara debit keluar dari
elusuran banjir pada waduk
Tumpuan Pilar Berbentuk bulat
O = debit kelaur dari waduk (m
S = volume tampungan (m
T = waktu
(ds/dt) = perubahan tampungan tiap periode
Jika periode penelusurannya diubah dari dt menjadi
I = I1 + I2 ----------
2
I1 + I2 =
Q1 + Q2
--------- ----------- 2 2
I1 + I2 ∆t + S1 - ---------
2
I1 + I2 +
S1 -
Q--------- --- ---
2 ∆t 2 Jika :
S1 -
Q1
= Ψ --- --- ∆t 2
Dan :
S2 +
Q2 = ϕ --- ---
∆t 2 Maka :
I1 + I2 + Ψ = ϕ ---------
2 Dimana :
I1 = Inflow pada awal
I2 = Inflow pada akhir
Q1 = Outflow pada awal
Q2 = Outflow pada akhir
∆t = Periode penelusuran banjir ( 3600 detik )
debit kelaur dari waduk (m3/det)
volume tampungan (m3)
perubahan tampungan tiap periode waktu penelusuran (m3/det)
Jika periode penelusurannya diubah dari dt menjadi ∆t, maka :
Q = Q1 + Q2
dS = S2 - S1 ----------- 2
= S2 – S1
Q1
∆t = S2 + Q2
∆t ---- ---- 2 2
Q1
= S2
+ Q2
--- --- --- 2 ∆t 2
Inflow pada awal ∆t
Inflow pada akhir ∆t
Outflow pada awal ∆t
Outflow pada akhir ∆t
Periode penelusuran banjir ( 3600 detik )
E - 77
/det)
Penelusuran banjir dilakukan dengan
(original level) berada setinggi mercu pelimpah.
c. Perencanaan Bentuk Ambang Pelimpah
Bentuk ambang pelimpah direncanakan menggunakan bentuk standar tipe ogee, yang dikembangkan
oleh Civil Departement US Army
hilir dari titik tertinggi mercu pelimpah adalah lengkung Harold :
Dimana :
Hd = tinggi tekan rencana
X = jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik permukaan mercu di
sebelah hilirnya (m)
Y = jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di mercu di sebelah
hilirnya (m)
Sedangkan untuk profil di bagian hulu dapat dipero
X1 = 0,282 Hd
X2 = 0,175 Hd
R1 = 0,2 Hd
R2 = 0,5 Hd
d. Tinggi Muka Air di Atas Pelimpah
Untuk menentukan tinggi muka air di atas ambang pelimpah dipergunakan rumus sebagai berikut :
Vz = ♦[2g ( z + Hd –
(Q/L) = Vz . Yz
Penelusuran banjir dilakukan dengan menganggap bahwa muka air waduk pada waktu bajir tiba
(original level) berada setinggi mercu pelimpah.
Perencanaan Bentuk Ambang Pelimpah
Bentuk ambang pelimpah direncanakan menggunakan bentuk standar tipe ogee, yang dikembangkan
US Army. Metode yang dipakai untuk menentukan bentuk penampang sebelah
hilir dari titik tertinggi mercu pelimpah adalah lengkung Harold :
Gambar E - 15
Bentuk Ambang Pelimpah Tipe Ogee
X1,85 = 2 . Hd0.85 . Y
tinggi tekan rencana (m)
jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik permukaan mercu di
sebelah hilirnya (m)
jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di mercu di sebelah
hilirnya (m)
Sedangkan untuk profil di bagian hulu dapat diperoleh dengan persamaan :
Tinggi Muka Air di Atas Pelimpah
Untuk menentukan tinggi muka air di atas ambang pelimpah dipergunakan rumus sebagai berikut :
– Yz)]
E - 78
menganggap bahwa muka air waduk pada waktu bajir tiba
Bentuk ambang pelimpah direncanakan menggunakan bentuk standar tipe ogee, yang dikembangkan
. Metode yang dipakai untuk menentukan bentuk penampang sebelah
jarak horizontal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik permukaan mercu di
jarak vertikal dari titik tertinggi mercu bendung ke titik di mercu di sebelah
Untuk menentukan tinggi muka air di atas ambang pelimpah dipergunakan rumus sebagai berikut :
Fz = ( Vz / ♦ [ g . Yz ]
[♦2g(Z + Hd
Dimana :
Q = debit banjir rencana ( m
L = lebar pelimpah (m)
Vz = kecepatan pada titik sejauh z ( m/det)
Yz = kedalaman air pada titik sejauh Z (m)
Z = tinggi pelimpah dihitung da
Fz = bilangan froude pada titik sejauh z
Hd = tinggi kecepatan di sebelah hulu (m)
e Saluran Peluncur
Dalam merencanakan saluran peluncur (
- Agar air yang melimpah di saluran peluncur mengalir dengan lancar tanpa hambatan hidrolis
- Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil serta menampung semua beban yang
timbul
- Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin
Guna memenuhi persyaratan tersebut di atas maka harus diperhatikan :
- Diusahakan agar tampak atasnya selurus mungkin
- Penampang lintang saluran peluncur sebagai patokan supaya diambil bentuk persegi empat
- Kemiringan dasar saluran diusahakan sedemikian rupa sehingga pada b
landai dan ke arah hilir semakin curam.
Rencana teknis saluran peluncur didasarkan pada perhitungan hidrolika untuk memperoleh gambaran
kondisi pengaliran melalui saluran tersebut pada debit tertentu. Metode yang dipakai untuk
mendapatkan garis permukaan aliran di dalam saluran peluncur didasarkan pada Teori Bernaulli :
Z1 + Y1 + V1
2
= ---- 2g
Untuk rumus Manning :
Sf = Vrata
2 x n2
----------- Rrata
4/3
hf = Sf . ∆x
[ g . Yz ]
2g(Z + Hd – Yz)] – [ Q / ( Yz . L )] = 0
debit banjir rencana ( m3/det)
lebar pelimpah (m)
kecepatan pada titik sejauh z ( m/det)
kedalaman air pada titik sejauh Z (m)
tinggi pelimpah dihitung dari mercu pelimpah sampai dengan lereng hilir pelimpah (m)
bilangan froude pada titik sejauh z
tinggi kecepatan di sebelah hulu (m)
Dalam merencanakan saluran peluncur (floodway) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Agar air yang melimpah di saluran peluncur mengalir dengan lancar tanpa hambatan hidrolis
Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil serta menampung semua beban yang
Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin
persyaratan tersebut di atas maka harus diperhatikan :
Diusahakan agar tampak atasnya selurus mungkin
Penampang lintang saluran peluncur sebagai patokan supaya diambil bentuk persegi empat
Kemiringan dasar saluran diusahakan sedemikian rupa sehingga pada b
landai dan ke arah hilir semakin curam.
Rencana teknis saluran peluncur didasarkan pada perhitungan hidrolika untuk memperoleh gambaran
kondisi pengaliran melalui saluran tersebut pada debit tertentu. Metode yang dipakai untuk
atkan garis permukaan aliran di dalam saluran peluncur didasarkan pada Teori Bernaulli :
Y2 + V2
2
+ hf + he ---- 2g
E - 79
ri mercu pelimpah sampai dengan lereng hilir pelimpah (m)
) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Agar air yang melimpah di saluran peluncur mengalir dengan lancar tanpa hambatan hidrolis
Agar konstruksi saluran peluncur cukup kokoh dan stabil serta menampung semua beban yang
Penampang lintang saluran peluncur sebagai patokan supaya diambil bentuk persegi empat
Kemiringan dasar saluran diusahakan sedemikian rupa sehingga pada bagian hulu berlereng
Rencana teknis saluran peluncur didasarkan pada perhitungan hidrolika untuk memperoleh gambaran
kondisi pengaliran melalui saluran tersebut pada debit tertentu. Metode yang dipakai untuk
atkan garis permukaan aliran di dalam saluran peluncur didasarkan pada Teori Bernaulli :
Dimana :
Y1,2 = kedalaman air di bidang 1 dan 2 ( m )
V1,2 = kecepatan aliran di bidang 1 dan 2 ( m/det)
Sf = kemiringan garis energi
g = percepatan gravitasi
hf = kehilangan tekan karena gesekan (m)
he = kehilangan tekan karena pusaran (m)
n = koefisien
R = jari-jari hidrolis (m)
∆X = jarak horizontal antara bidang 1 dan 2 ( m )
f. Peredam Energi
Sebelum aliran yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan lagi ke dalam sungai, maka aliran
yang tinggi dalam kondisi superkritis tersebut
Ada beberapa tipe peredam energi untuk embung urugan, antara lain :
- Tipe loncatan ( water jump type )
- Tipe kolam olakan ( stilling basin type )
- Tipe bak pusaran ( ruller bucket type )
Peredam Energi Tipe Loncatan (Water Jump Type)
Peredam Energi Tipe Kolam Olakan (
kedalaman air di bidang 1 dan 2 ( m )
kecepatan aliran di bidang 1 dan 2 ( m/det)
kemiringan garis energi
percepatan gravitasi
kehilangan tekan karena gesekan (m)
kehilangan tekan karena pusaran (m)
kekasaran Manning
jari hidrolis (m)
jarak horizontal antara bidang 1 dan 2 ( m )
Sebelum aliran yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan lagi ke dalam sungai, maka aliran
yang tinggi dalam kondisi superkritis tersebut harus diperlambat dan diubah pada kondisi subkritis.
Ada beberapa tipe peredam energi untuk embung urugan, antara lain :
water jump type )
( stilling basin type )
( ruller bucket type )
Gambar E - 16 Peredam Energi Tipe Loncatan (Water Jump Type)
Gambar E - 17 Peredam Energi Tipe Kolam Olakan (Stilling Basin Type
E - 80
Sebelum aliran yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan lagi ke dalam sungai, maka aliran
harus diperlambat dan diubah pada kondisi subkritis.
Peredam Energi Tipe Loncatan (Water Jump Type)
Stilling Basin Type)
Peredam Energi Tipe Bak Pusaran (
g. Tebal Lantai
Ketebalan lantai saluran transisi, peluncur dan peredam energi dihitung agar dapat menahan gaya
up-lift, dengan persamaan :
dx > Fs . Px – Wx
---------- γb
Px = Hx - Lx
H--- L
Dimana :
dx = tebal lantai pada titik yang ditinjau (
Fs = faktor keamanan ( 2,5 )
γb = berat jenis konstruksi ( t. m
Px = gaya angkat di titik x (t. m
Wx = kedalaman air di titik x ( m )
Hx = tinggi energi di hulu sampai titik x ( m )
H = beda tinggi pada hilir ( m )
L = panjang rayapan total (
Lx = panjang rayapan dari titik yang ditinjau ( m )
h Stabilitas Ambang Pelimpah
Dalam merencanakan suatu konstruksi yang kokoh dan baik, maka harus diperhitungkan semua
beban yang bekerja pada konstruksi tersebut, sehingga perlu dilakukan kontrol
meliputi :
- Stabilitas terhadap guling
- Stabilitas terhadap geser
- Stabilitas terhadap daya dukung tanah
Gambar E - 18
Peredam Energi Tipe Bak Pusaran (Roller Bucket Type
Ketebalan lantai saluran transisi, peluncur dan peredam energi dihitung agar dapat menahan gaya
H
tebal lantai pada titik yang ditinjau ( m )
faktor keamanan ( 2,5 )
berat jenis konstruksi ( t. m-1 )
gaya angkat di titik x (t. m-1 )
kedalaman air di titik x ( m )
tinggi energi di hulu sampai titik x ( m )
beda tinggi pada hilir ( m )
panjang rayapan total ( m )
panjang rayapan dari titik yang ditinjau ( m )
Stabilitas Ambang Pelimpah
Dalam merencanakan suatu konstruksi yang kokoh dan baik, maka harus diperhitungkan semua
beban yang bekerja pada konstruksi tersebut, sehingga perlu dilakukan kontrol
Stabilitas terhadap daya dukung tanah
E - 81
Roller Bucket Type)
Ketebalan lantai saluran transisi, peluncur dan peredam energi dihitung agar dapat menahan gaya
Dalam merencanakan suatu konstruksi yang kokoh dan baik, maka harus diperhitungkan semua
beban yang bekerja pada konstruksi tersebut, sehingga perlu dilakukan kontrol-kontrol stabilitas yang
♦♦♦♦ Stabilitas terhadap guling
Kontrol stabilitas terhadap momen guling digunakan rumus :
Keadaan normal : SF = (M
Keadaan gempa : SF = (M
Dimana :
SF = Angka keamanan
Mt = Momen tahan ( kN.m )
Mq = Momen guling ( kN. m )
♦♦♦♦ Stabilitas terhadap geser
Untuk menentukan stabilitas geser, maka dipergunakan persamaan :
SF =c . A’ + Σ V . tg -----------------------
ΣH
Dimana :
SF = angka keamanan
Σ V = jumlah gaya-gaya vertikal
ΣH = jumlah gaya-gaya horizontal
θ = sudut geser antara pondasi dengan tanah pondasi
c = kohesi antara pondasi dan tanah pondasi
A’ = luas pembebanan efektif ( m
♦♦♦♦ Stabilitas terhadap daya dukung tanah
Untuk menentukan stabilitas terhadap daya dukung tanah biasanya berdasarkan anggapan
bahwa tanah pondasi merupakan bahan elastis dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
E =Σ Mv - Σ MH
---------------- V
Jika E < ( L/6 ), maka :
σmaks
=Σ V
( 1 + ------ ---- σmin A
Jika E > ( L/6 ), maka :
σmaks =2. Σ V
< σijin-------- LX
Stabilitas terhadap guling
Kontrol stabilitas terhadap momen guling digunakan rumus :
Keadaan normal : SF = (Mt / Mq ) > 1,5
Keadaan gempa : SF = (Mt / Mq ) > 1,1
Angka keamanan
Momen tahan ( kN.m )
Momen guling ( kN. m )
Stabilitas terhadap geser
Untuk menentukan stabilitas geser, maka dipergunakan persamaan :
V . tg θ
-----------------------
angka keamanan
gaya vertikal
gaya horizontal
sudut geser antara pondasi dengan tanah pondasi
kohesi antara pondasi dan tanah pondasi
luas pembebanan efektif ( m2 )
Stabilitas terhadap daya dukung tanah
Untuk menentukan stabilitas terhadap daya dukung tanah biasanya berdasarkan anggapan
bahwa tanah pondasi merupakan bahan elastis dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
- L
--- 2
6E
< σijin --- ) B
ijin
E - 82
Untuk menentukan stabilitas terhadap daya dukung tanah biasanya berdasarkan anggapan
bahwa tanah pondasi merupakan bahan elastis dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
X = 3 [ (B/2) – e ]
Dimana :
σ = besar reaksi daya dukung
E = eksentrisitas pembebanan ( m )
σijin = daya dukung ijin tanah ( t.m
Σ V = jumlah gaya vertikal ( ton )
B = lebar pondasi ( m )
A = luas dasar pondasi permeter ( m
X = lebar efektif dari kerja reaksi pondasi ( m )
Daya dukung tanah ijin beban maksimum yang dapat ditahan oleh tanah tanpa mengalami
keruntuhan. Untuk memperkirakan besarnya daya dukung ijin tanah pondasi dangkal dengan
pembebanan tak sentris. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan konsep lebar efektif :
B’ = B = 2 eb
σ = ( qbatas / SF )
qbatas = C λCS . λCd . N
Dimana :
C = kohesi tanah
Nc ,Nq ,Nγ = koefisien daya dukung tanah
λCS ,λqS ,λγS = faktor bentuk
λCd ,λqd ,λγd = faktor kedalaman
5.8.4.3 Perencanaan Jaringan Transmisi
Sistem distribusi air dari bangunan pengambilan
mungkin dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa dengan sistem gravitasi, yang didesain
sebagai pipa bertekanan. Hal ini dima
didistribusi secara tidak menerus (tidak kontinyu) tetapi sesuai dengan keinginan pemakai mengingat
sangat terbatasnya sumber air yang tersedia.
1. Jaringan Pipa Transmisi
Syarat-syarat dan ketentuan yang harus diperhatikan pada saat perencanaan jaringan pipa transmisi
adalah sebagai berikut :
1. Pengaliran dalam pipa sedapat mungkin dilakukan secara gravitasi.
2. Jalur pipa trasnmis selurus dan sependek mungkin.
3. Pemakaian bend dan syphon
4. Kesulitan pelaksanaan konstruksi, sekecil mungkin.
5. Mudah dalam pengoperasiaan dan pemeliharaan.
6. Untuk keamanan, sedapat mungkin jalur transmisi tidak melaluli daerah yang tidak stabil (labil).
e ]
besar reaksi daya dukung tanah ( t.m-2 )
eksentrisitas pembebanan ( m )
daya dukung ijin tanah ( t.m-2 )
jumlah gaya vertikal ( ton )
lebar pondasi ( m )
luas dasar pondasi permeter ( m-2 )
lebar efektif dari kerja reaksi pondasi ( m )
ah ijin beban maksimum yang dapat ditahan oleh tanah tanpa mengalami
keruntuhan. Untuk memperkirakan besarnya daya dukung ijin tanah pondasi dangkal dengan
pembebanan tak sentris. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan konsep lebar efektif :
L’ = L
. NC + q . λqS . λqd . Nq + 0,5 λγS . λqd . γ . B’ . Nγ
kohesi tanah
koefisien daya dukung tanah
faktor bentuk
faktor kedalaman
Jaringan Transmisi
bangunan pengambilan sampai dengan bak penampungan (reservoir) sebisa
mungkin dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa dengan sistem gravitasi, yang didesain
sebagai pipa bertekanan. Hal ini dimaksudkan agar kehilangan selama pendistribusian kecil dan air
didistribusi secara tidak menerus (tidak kontinyu) tetapi sesuai dengan keinginan pemakai mengingat
sangat terbatasnya sumber air yang tersedia.
Jaringan Pipa Transmisi
tentuan yang harus diperhatikan pada saat perencanaan jaringan pipa transmisi
Pengaliran dalam pipa sedapat mungkin dilakukan secara gravitasi.
Jalur pipa trasnmis selurus dan sependek mungkin.
Pemakaian bend dan syphon diusahakan seminimum mungkin.
Kesulitan pelaksanaan konstruksi, sekecil mungkin.
Mudah dalam pengoperasiaan dan pemeliharaan.
Untuk keamanan, sedapat mungkin jalur transmisi tidak melaluli daerah yang tidak stabil (labil).
E - 83
ah ijin beban maksimum yang dapat ditahan oleh tanah tanpa mengalami
keruntuhan. Untuk memperkirakan besarnya daya dukung ijin tanah pondasi dangkal dengan
pembebanan tak sentris. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan konsep lebar efektif :
sampai dengan bak penampungan (reservoir) sebisa
mungkin dilakukan dengan menggunakan jaringan pipa dengan sistem gravitasi, yang didesain
ksudkan agar kehilangan selama pendistribusian kecil dan air
didistribusi secara tidak menerus (tidak kontinyu) tetapi sesuai dengan keinginan pemakai mengingat
tentuan yang harus diperhatikan pada saat perencanaan jaringan pipa transmisi
Untuk keamanan, sedapat mungkin jalur transmisi tidak melaluli daerah yang tidak stabil (labil).
2. Perlengkapan Pipa
Syarat-syarat yang harus diperhatikan adalah :
1. Valve/katup
a. Berfungsi untuk membuka/menutup aliran dalam pipa.
b. Dipasang pada :
- Ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar.
- Pipa penguras (Wash Out/Blow Off).
- Persimpangan/percabangan pipa.
- Pipa outlet pompa.
- Bagian awal dari jembatan pipa.
c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.
2. Check Valve
a. Berfungsi mencegah aliran balik.
b. Dipasang pada :
- Pipa outlet pompa.
- Tempat-tempat lain dimana diharapkan
c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.
3. Air Valve/Katup Udara
a. Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa.
b. Dipasang pada :
- Titik tertinggi disepanjang jalur pipa.
- Jembatan pipa dengan perletakan
aliran.
c. Harus dilengkapi dengan stop valve yang dipasang diantara air valve dan pipa.
4. Wash Out/Blow Off
a. Berfungsi untuk mengeluarkan Lumpur/endapan yang terperangkap dalam pipa, yaitu bagian
yang mengendap didasar pipa.
b. Dipasang pada :
- Tempat-tempat yang relative rendah sepanjang jalur transmisi yaitu tempat
dimana Lumpur/kotoran terakumulaasi dan memungkinkan pengurasan dilakukan secara
gravitasi.
- Ujung jalur pipa yang mendatar/menu
- Titik awal jembatan pipa.
c. Diameternya adalah (1/4
d. Dilengkapi dengan valve.
5. Pressure Reducing Valve
a. Berfungsi untuk mengurangi tekanan yeng berlebuh secara otomatic, dan dapat diatur
syarat yang harus diperhatikan adalah :
Berfungsi untuk membuka/menutup aliran dalam pipa.
Ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar.
Pipa penguras (Wash Out/Blow Off).
Persimpangan/percabangan pipa.
Pipa outlet pompa.
Bagian awal dari jembatan pipa.
c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.
mencegah aliran balik.
pompa.
lain dimana diharapkan tidak terjadi aliran balik.
c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.
Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa.
Titik tertinggi disepanjang jalur pipa.
Jembatan pipa dengan perletakan ¼ L (L adalah panjang bentang jembatan), dari arah
dilengkapi dengan stop valve yang dipasang diantara air valve dan pipa.
untuk mengeluarkan Lumpur/endapan yang terperangkap dalam pipa, yaitu bagian
mengendap didasar pipa.
yang relative rendah sepanjang jalur transmisi yaitu tempat
dimana Lumpur/kotoran terakumulaasi dan memungkinkan pengurasan dilakukan secara
Ujung jalur pipa yang mendatar/menurun.
Titik awal jembatan pipa.
Diameternya adalah (1/4 – 1/2) diameter pipa transmisi.
Dilengkapi dengan valve.
Berfungsi untuk mengurangi tekanan yeng berlebuh secara otomatic, dan dapat diatur
E - 84
¼ L (L adalah panjang bentang jembatan), dari arah
dilengkapi dengan stop valve yang dipasang diantara air valve dan pipa.
untuk mengeluarkan Lumpur/endapan yang terperangkap dalam pipa, yaitu bagian
yang relative rendah sepanjang jalur transmisi yaitu tempat-tempat
dimana Lumpur/kotoran terakumulaasi dan memungkinkan pengurasan dilakukan secara
Berfungsi untuk mengurangi tekanan yeng berlebuh secara otomatic, dan dapat diatur
pengurangannya sampai dengan tekanan yang dikehendaki.
b. Dipasang pada titik-titik tertentu pada jalur pipa yang mempunyai tekanan antara 60 sampai
100 meter.
c. Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.
3. Sistem Pengaliran (Hidrolis)
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Sistem gravitasi
Kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari titik akhir pipa transmisi. Tetapi beda tinggi
statis yang tersedia lebih besar dari kehilangan tekanan sepanjang pipa transmisi (berlaku
disetiap titik sepanjang jalur pi
kriteria yang ditentukan.
2. Sistem pemompaan
a. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih rendah dari titik akhir pipa transmisi atau hampir
mendatar.
b. Bila kedudukan titik awal pip
beda tinggi tekanan statis yang tersedia lebuh kecil dari kehilangan tekanan air sepanjang
pipa transmisi.
c. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir
pada jalur pipa transmisi tersebut terdapat lokasi yang lebih tinggi dari titik awal pipa
transmisi.
d. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa transmisi, tetapi
pada jalur pipa transmisi ters
kecil dari syarat minimum dalam kriteria perencanaan.
Hukum-hukum kekekalan yang berlaku pada aliran pipa adalah kukum kekekalan massa, k
kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi. P
pada aliran pipa dengan persamaan bernoulli, karena persamaan Bernoulli untuk aliran dengan
kondisi tidak ada turbulensi, tidak ada berviskositas, aliran tunak dan aliran tidak berotasi.
Persamaan hidrolika aliran pada jaringan pipa adalah :
H1 = H2 + HL
V12
+ Z1 +P1
----- -----2g γ
dimana :
H = total energi pada suatu titik (m)
HL = kehilangan energi (m)
sampai dengan tekanan yang dikehendaki.
titik tertentu pada jalur pipa yang mempunyai tekanan antara 60 sampai
Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.
Sistem Pengaliran (Hidrolis)
hal yang perlu diperhatikan adalah :
Kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari titik akhir pipa transmisi. Tetapi beda tinggi
statis yang tersedia lebih besar dari kehilangan tekanan sepanjang pipa transmisi (berlaku
disetiap titik sepanjang jalur pipa transmisi). Sedangkan tekanan akhir pipa transmisi memenuhi
a. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih rendah dari titik akhir pipa transmisi atau hampir
Bila kedudukan titik awal pipa trasnmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa trasnmisi, tetapi
beda tinggi tekanan statis yang tersedia lebuh kecil dari kehilangan tekanan air sepanjang
Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir
pada jalur pipa transmisi tersebut terdapat lokasi yang lebih tinggi dari titik awal pipa
Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa transmisi, tetapi
pada jalur pipa transmisi tersebut terdapat lokasi/titik yang mempunyai sisa tekanan air lebih
kecil dari syarat minimum dalam kriteria perencanaan.
hukum kekekalan yang berlaku pada aliran pipa adalah kukum kekekalan massa, k
kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi. Perlu dibedakan antara hukum kekekalan energi
pada aliran pipa dengan persamaan bernoulli, karena persamaan Bernoulli untuk aliran dengan
kondisi tidak ada turbulensi, tidak ada berviskositas, aliran tunak dan aliran tidak berotasi.
aliran pada jaringan pipa adalah :
1 =
V22
+ Z2
P1 f L V2
----- ----- ----- ------- 29 γ 2 g D
total energi pada suatu titik (m)
kehilangan energi (m)
E - 85
titik tertentu pada jalur pipa yang mempunyai tekanan antara 60 sampai
Kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari titik akhir pipa transmisi. Tetapi beda tinggi
statis yang tersedia lebih besar dari kehilangan tekanan sepanjang pipa transmisi (berlaku
pa transmisi). Sedangkan tekanan akhir pipa transmisi memenuhi
a. Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih rendah dari titik akhir pipa transmisi atau hampir
a trasnmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa trasnmisi, tetapi
beda tinggi tekanan statis yang tersedia lebuh kecil dari kehilangan tekanan air sepanjang
Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa transmisi, tetapi
pada jalur pipa transmisi tersebut terdapat lokasi yang lebih tinggi dari titik awal pipa
Bila kedudukan titik awal pipa transmisi lebih tinggi dari pada titik akhir pipa transmisi, tetapi
ebut terdapat lokasi/titik yang mempunyai sisa tekanan air lebih
hukum kekekalan yang berlaku pada aliran pipa adalah kukum kekekalan massa, kukum
erlu dibedakan antara hukum kekekalan energi
pada aliran pipa dengan persamaan bernoulli, karena persamaan Bernoulli untuk aliran dengan
kondisi tidak ada turbulensi, tidak ada berviskositas, aliran tunak dan aliran tidak berotasi.
V = kecepatan aliran pada suatu
z = titik berat pipa terhadap suatu datum (m)
P = tekanan air pada suatu titik (t/m
G = gravitasi bumi (9.81 m/dt
γ = berat jenis air (1,00 t/m
f = koefisien kekasaran pipa
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
Persamaan kehilangan HL tersebut di atas berdasarkan persamaan Darcy Weisbach,
tekanan pada perhitungan pipa transmisi dapat juga ditentukan dengan memanfaatkan rumus Hazen
William :
L x QHL = 10,666 x Ch1,85
dimana:
HL = Kehilangan Tekanan (m)
L = Panjang pipa (m)
Q = Debit air (m3/det)
D = Diamater pipa (m)
Ch = Koefisien kekasaran pipa
Sedangkan untuk menghitung kecepatan rata
Willeams sebagai berikut :
V = 1.318 ch R0.63
dimana :
V = Kecepatan rata-rata pada pipa (m/dtk)
ch = koefisien geseran Hazen Williems (bergantung pada kekasaran pipa) seperti ditunjukkan
pada Tabel 4-4 untuk jenis pipa baru.
R = jari-jari hidroulik (m)
S = HL/L (kemiringan geser/garis
L = Jarak yang ditinjau (m)
Kecepatan aliran maksimum yang digunakan adalah 2,00 m/det dan kecepatan minimum 0,30 m/det.
Pengecekan kecepatan ini akan dilakukan setelah terjadi keseimbangan tekanan di dalam jaringan
distribusi. Pada jalur transmisi, batasan kecepatan tersebut diatas ditetapkan saat menentukan
diameter pipa yang akan digunakan.
kecepatan aliran pada suatu titik (m/dtk)
titik berat pipa terhadap suatu datum (m)
tekanan air pada suatu titik (t/m2)
gravitasi bumi (9.81 m/dt2)
berat jenis air (1,00 t/m3)
koefisien kekasaran pipa
panjang pipa (m)
diameter pipa (m)
tersebut di atas berdasarkan persamaan Darcy Weisbach,
tekanan pada perhitungan pipa transmisi dapat juga ditentukan dengan memanfaatkan rumus Hazen
L x Q1,85
1,85 x D4,87
Kehilangan Tekanan (m)
Panjang pipa (m)
/det)
Diamater pipa (m)
Koefisien kekasaran pipa
Sedangkan untuk menghitung kecepatan rata-rata pada aliran pipa digunakan persamaan Hazen
0.63 S0.54
rata pada pipa (m/dtk)
koefisien geseran Hazen Williems (bergantung pada kekasaran pipa) seperti ditunjukkan
4 untuk jenis pipa baru.
jari hidroulik (m)
/L (kemiringan geser/garis energi)
Jarak yang ditinjau (m)
Kecepatan aliran maksimum yang digunakan adalah 2,00 m/det dan kecepatan minimum 0,30 m/det.
Pengecekan kecepatan ini akan dilakukan setelah terjadi keseimbangan tekanan di dalam jaringan
transmisi, batasan kecepatan tersebut diatas ditetapkan saat menentukan
diameter pipa yang akan digunakan.
E - 86
tersebut di atas berdasarkan persamaan Darcy Weisbach, Kehilangan
tekanan pada perhitungan pipa transmisi dapat juga ditentukan dengan memanfaatkan rumus Hazen-
rata pada aliran pipa digunakan persamaan Hazen
koefisien geseran Hazen Williems (bergantung pada kekasaran pipa) seperti ditunjukkan
Kecepatan aliran maksimum yang digunakan adalah 2,00 m/det dan kecepatan minimum 0,30 m/det.
Pengecekan kecepatan ini akan dilakukan setelah terjadi keseimbangan tekanan di dalam jaringan
transmisi, batasan kecepatan tersebut diatas ditetapkan saat menentukan
Koefisien Kekasaran Pipa Baru (c
No.
1. Cast iron
2. Concrete or concrete limid
3. Galvanized iron
4. Plastic
5. Steel
6. Vitrified clay
Untuk jaringan distribusi yang tertutup, perataan tekanan didalam jaringan dilakukan dengan metode
hardy cross. Perhitungan perataan dihentikan bilamana jumlah kehilangan energi didalam loop sudah
mencapai angka ≤ 0,005 m.
Tekanan sisa minimum pada jaringa
terhadap tekanan sisa tersebut akan dilakukan setelah perataan tekanan dan akan turut
diperhitungkan didalamnnya elevasi muka tanah dari titik tersebut. Angka sebesar 20 m kolom air
bertujuan, setelah pipa disambung masuk kedalam rumah penduduk air akan bisa keluar dengan baik
pada kran dan tidak diperlukan lagi pompa di rumah
perhitungan dilakukan pada jaringan pipa tunggal.
Dalam menentukan tekanan sisa
posisi kolam air (ketinggian) serta dipengaruhi oleh besarnya pipa dan jenis pipa yang akan dipakai
yang berkaitan dengan besarnya biaya konstruksi.
Kehilangan tekanan pada aliran dalam pipa
1. Minor losses yaitu pemasukan (h
diameter yang berbeda (h
2. Mayor losses yaitu geseran sepanjang pipa (h
Secara ringkas kehilangan tekanan pada jaringan pipa diuraikan sebagai berikut :
1. Kehilangan tekanan pada pemasukan
hi = 0,50 V2/g
dimana :
hi = Kehilangan tekanan pada pemasukan (m)
V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
g = Gravitasi (9.81 m/dt
Tabel 5 - 30
Koefisien Kekasaran Pipa Baru (ch)
Jenis Pipa
Cast iron
Concrete or concrete limid
Galvanized iron
Vitrified clay
Untuk jaringan distribusi yang tertutup, perataan tekanan didalam jaringan dilakukan dengan metode
hardy cross. Perhitungan perataan dihentikan bilamana jumlah kehilangan energi didalam loop sudah
Tekanan sisa minimum pada jaringan induk distribusi sebaiknya adalah 20 m kolam air. Pengecekan
terhadap tekanan sisa tersebut akan dilakukan setelah perataan tekanan dan akan turut
diperhitungkan didalamnnya elevasi muka tanah dari titik tersebut. Angka sebesar 20 m kolom air
setelah pipa disambung masuk kedalam rumah penduduk air akan bisa keluar dengan baik
pada kran dan tidak diperlukan lagi pompa di rumah-rumah. Tetapi dalam perencanaan ini
perhitungan dilakukan pada jaringan pipa tunggal.
Dalam menentukan tekanan sisa tersebut, selain tersebut di atas tentunya akan bergantung pada
posisi kolam air (ketinggian) serta dipengaruhi oleh besarnya pipa dan jenis pipa yang akan dipakai
yang berkaitan dengan besarnya biaya konstruksi.
Kehilangan tekanan pada aliran dalam pipa terdiri dari :
Minor losses yaitu pemasukan (hi), lengkung atau belokan (hl), sambungan antara pipa dengan
diameter yang berbeda (hs), pengeluaran, akibat adanya bends dan fittings (acessoris pipa).
Mayor losses yaitu geseran sepanjang pipa (hg).
ngkas kehilangan tekanan pada jaringan pipa diuraikan sebagai berikut :
Kehilangan tekanan pada pemasukan
Kehilangan tekanan pada pemasukan (m)
Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
Gravitasi (9.81 m/dt2)
E - 87
Nilai Ch
130 – 140
120 – 130
120
140 – 150
140 – 150
110
Untuk jaringan distribusi yang tertutup, perataan tekanan didalam jaringan dilakukan dengan metode
hardy cross. Perhitungan perataan dihentikan bilamana jumlah kehilangan energi didalam loop sudah
n induk distribusi sebaiknya adalah 20 m kolam air. Pengecekan
terhadap tekanan sisa tersebut akan dilakukan setelah perataan tekanan dan akan turut
diperhitungkan didalamnnya elevasi muka tanah dari titik tersebut. Angka sebesar 20 m kolom air
setelah pipa disambung masuk kedalam rumah penduduk air akan bisa keluar dengan baik
rumah. Tetapi dalam perencanaan ini
tersebut, selain tersebut di atas tentunya akan bergantung pada
posisi kolam air (ketinggian) serta dipengaruhi oleh besarnya pipa dan jenis pipa yang akan dipakai
), sambungan antara pipa dengan
), pengeluaran, akibat adanya bends dan fittings (acessoris pipa).
ngkas kehilangan tekanan pada jaringan pipa diuraikan sebagai berikut :
2. Kehilangan tekanan pada sambungan pipa dengan diameter berbeda.
hs = (Vt2 - Vr2)/2g
dimana :
hs = Kehilangan tekanan pada sambungan pipa
Vt = Kecepatan aliran yang tinggi pada pipa (m/dt)
Vr = Kecepatan aliiran yang rendah pada pipa (m/dt)
g = Gravitasi (9.81 m/dt
3. Kehilangan tekanan pada lengkungan/belokan
hl = fi V2/g
dimana :
hi = Kehilangan tekanan pada lengkungan (m)
fi = Faktor kehilangan tekanan pada lengkung/belokan yang bergantung dari sudut
lengkungan, seperti Tabel 4
V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
g = Gravitasi (9.81 m/dt
Hubungan Antara Sudut Lengkungan Dengan f
αααα ( 0 )
5 10 15 20 25 30 35 40 45 90
4. Kehilangan tekanan pada pengeluaran
hi = 1,00 V2/g
dimana :
hi = Kehilangan tekanan pada pengeluaran (m)
V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
g = Gravitasi (9.81 m/dt
5. Kehilangan tekanan akibat fittings
hL = K V2/2g
Kehilangan tekanan pada sambungan pipa dengan diameter berbeda.
)/2g
Kehilangan tekanan pada sambungan pipa
Kecepatan aliran yang tinggi pada pipa (m/dt)
Kecepatan aliiran yang rendah pada pipa (m/dt)
Gravitasi (9.81 m/dt2)
Kehilangan tekanan pada lengkungan/belokan
Kehilangan tekanan pada lengkungan (m)
Faktor kehilangan tekanan pada lengkung/belokan yang bergantung dari sudut
lengkungan, seperti Tabel 4-5
Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
Gravitasi (9.81 m/dt2)
Tabel 5 - 31
Hubungan Antara Sudut Lengkungan Dengan f1.
f1 Sketsa Pejelasan
0.013 0.030 0.048 0.067 0.080 0.115 0.146 0.184 0.234 0.250
α
Kehilangan tekanan pada pengeluaran
Kehilangan tekanan pada pengeluaran (m)
Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
Gravitasi (9.81 m/dt2)
akibat fittings
E - 88
Faktor kehilangan tekanan pada lengkung/belokan yang bergantung dari sudut
Sketsa Pejelasan
α
dimana :
hL = Kehilangan tekanan akibat fittings (m)
K = Koefisien minor losses pada fittings
V = Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
g = Gravitasi (9.81 m/dt
Minor losses Coefisients for Selectid
Globe valve, fully open
Angle valve, fully open
Swing check valve, fully open
Gate valve, fully open
Short radius elbow
Medium radius elbow
Long radius elbow
45 degree elbow
Clossed return bend
Standart tee – flow throught run
Standart tee – flow throught branch
Square entrance
Exit
6. Kehilangan tekanan akibat geseran
f L V2 hg = D 2g
dimana :
hg = Kehilangan tekanan akibat geseran (m)
f = Koefisien kekasaran pipa (seperti pada Tabel 5.1)
D = Diameter pipa (m)
L = Panjang pipa (m)
V = Kecepatan aliran dalam pipa (m/dt)
g = Gravitasi (9.81 m/dt
Beberapa paket program yang dapat dipakai untuk memperlancar perhitungan hidrolis pipa
transmisi dan distribusi antara lain adalah :
1. Program Loop, Program ini diberikan oleh UNDP Untuk membantu engineer dalam menghitung
hidraulis perpipaan terutama dalam jaringan pipa tertutup (Loop), selain untuk menghitung
distribusi perpipaan air baku
pipa cukup menggunakan program sistim bercabang ( branch ).
Kehilangan tekanan akibat fittings (m)
Koefisien minor losses pada fittings
Kecepatan aliran pada pipa (m/dt)
Gravitasi (9.81 m/dt2)
Tabel 5 - 32 Minor losses Coefisients for Selectid Fittings
Fittings Loss Coefficients
Globe valve, fully open
Angle valve, fully open
Swing check valve, fully open
Gate valve, fully open
Short radius elbow
Medium radius elbow
Long radius elbow
45 degree elbow
Clossed return bend
flow throught run
flow throught branch
Kehilangan tekanan akibat geseran
Kehilangan tekanan akibat geseran (m)
Koefisien kekasaran pipa (seperti pada Tabel 5.1)
Diameter pipa (m)
Panjang pipa (m)
Kecepatan aliran dalam pipa (m/dt)
Gravitasi (9.81 m/dt2)
Beberapa paket program yang dapat dipakai untuk memperlancar perhitungan hidrolis pipa
transmisi dan distribusi antara lain adalah :
Program Loop, Program ini diberikan oleh UNDP Untuk membantu engineer dalam menghitung
hidraulis perpipaan terutama dalam jaringan pipa tertutup (Loop), selain untuk menghitung
distribusi perpipaan air baku juga disertai program sewerage perkotaan. Untuk proyek jaringan
pipa cukup menggunakan program sistim bercabang ( branch ).
E - 89
Fittings
Loss Coefficients
10.0
5.0
2.5
0.2
0.9
0.8
0.6
0.4
2.2
0.6
1.8
0.5
1.0
Beberapa paket program yang dapat dipakai untuk memperlancar perhitungan hidrolis pipa air
Program Loop, Program ini diberikan oleh UNDP Untuk membantu engineer dalam menghitung
hidraulis perpipaan terutama dalam jaringan pipa tertutup (Loop), selain untuk menghitung
juga disertai program sewerage perkotaan. Untuk proyek jaringan
2. Program Epanet, Program ini khusus untuk menghitung keseimbangan hidraulis di jaringan pipa
transmisi dan pipa distribusi dengan ju
untuk diterapkan dalam menghitung hidraulik pipa transmisi dengan satu jalur (pipa tunggal).
3. Lain-lain seperti program Waterned, Watercad atau perhitungan secara manual (microsoft excel
atau pakai lotus).
Perhitungan dapat juga dilakukan dengan menggunakan microsoft excel atau lotus, khususnya untuk
pipa tunggal maupun bercabang, kecuali loop. Program Epanet
dengan alat bantu software yang dikeluarkan oleh Lewis A. R
Research Laboratory pada bulan September Tahun 2000. Dalam program software Epanet
selain paramater-parameter bangunan dan perpipaan (sumber air, persimpangan, reservoir, tangki,
valve, pompa), elevasi, debit, kualitas air dan lain
durasi waktu serta beberapa alternatif penutupan atau pembukan valve dll dengan fasilitas
perhitungan lewat komputer berfasilitas windows.
4. Bahan Pipa
Bahan pipa untuk jaringan air
tanah/topografi, tekanan, diameter, kualitas air, tersedianya bahan di pasaran dan kemudahan pada
saat pemasangan.
Pada kondisi tanah yang bisa dibuktikan sangat korosive, penggunaan pipa Galvan
(GIP) tidak akan dipilh. Pada kasus tanah tersebut diusulkan pemanfaatan pipa Polivinyl Chloride pipe
(PVC) untuk diameter ≤ 400 mm, dan Ductive Cast Iron Pipe (DCIP) untuk diameter yang lebih besar.
Dengan kondisi topografi daerah studi mak
segi tekanan yang terjadi dalam pipa, pipa jenis manapun dapat digunakan sepanjang tekanan yang
terjadi tersebut masih dalam batas
sepanjang air yang akan diangkut telah memenuhi syarat kualitas sebagaimana disebut di depan,
maka jenis pipa manapun yang dipilh tidak akan jadi masalah.
Faktor kemudahan pada saat pemasangan ditentukan oleh kesulitan pencapaian dan transportasi
pipa. Untuk daerah yang terpencil yang memerlukan perjalanan untuk membawa pipa, pipa yang
ringan (misalnya pipa PVC) akan lebih menguntungkan. Kesemua faktor disebut diatas akan ditinjau
satu persatu pada saat pemilihan jenis pipa dilakukan.
adalah faktor harga dan ketersediaan jenis pipa dipasaran.
Program Epanet, Program ini khusus untuk menghitung keseimbangan hidraulis di jaringan pipa
transmisi dan pipa distribusi dengan jumlah loop lebih dari 2000 loop. Program ini terlalu boros
untuk diterapkan dalam menghitung hidraulik pipa transmisi dengan satu jalur (pipa tunggal).
lain seperti program Waterned, Watercad atau perhitungan secara manual (microsoft excel
Perhitungan dapat juga dilakukan dengan menggunakan microsoft excel atau lotus, khususnya untuk
pipa tunggal maupun bercabang, kecuali loop. Program Epanet 2 adalah suatu model perhitungan
dengan alat bantu software yang dikeluarkan oleh Lewis A. Rossman dari National Risk Management
Research Laboratory pada bulan September Tahun 2000. Dalam program software Epanet
parameter bangunan dan perpipaan (sumber air, persimpangan, reservoir, tangki,
t, kualitas air dan lain-lain sudah memperhitungkan nilai koordinat dan
durasi waktu serta beberapa alternatif penutupan atau pembukan valve dll dengan fasilitas
perhitungan lewat komputer berfasilitas windows.
Bahan pipa untuk jaringan air baku tersebut diatas akan dipilih berdasarkan faktor keadaan
tanah/topografi, tekanan, diameter, kualitas air, tersedianya bahan di pasaran dan kemudahan pada
Pada kondisi tanah yang bisa dibuktikan sangat korosive, penggunaan pipa Galvan
(GIP) tidak akan dipilh. Pada kasus tanah tersebut diusulkan pemanfaatan pipa Polivinyl Chloride pipe
400 mm, dan Ductive Cast Iron Pipe (DCIP) untuk diameter yang lebih besar.
Dengan kondisi topografi daerah studi maka pipa yang akan digunakan adalah pipa PVC S10. Dari
segi tekanan yang terjadi dalam pipa, pipa jenis manapun dapat digunakan sepanjang tekanan yang
terjadi tersebut masih dalam batas-batas yang diizinkan. Hal yang sama dengan kualitas air
ng akan diangkut telah memenuhi syarat kualitas sebagaimana disebut di depan,
maka jenis pipa manapun yang dipilh tidak akan jadi masalah.
pada saat pemasangan ditentukan oleh kesulitan pencapaian dan transportasi
terpencil yang memerlukan perjalanan untuk membawa pipa, pipa yang
ringan (misalnya pipa PVC) akan lebih menguntungkan. Kesemua faktor disebut diatas akan ditinjau
satu persatu pada saat pemilihan jenis pipa dilakukan. Faktor lain yang tidak kalah penting
adalah faktor harga dan ketersediaan jenis pipa dipasaran.
E - 90
Program Epanet, Program ini khusus untuk menghitung keseimbangan hidraulis di jaringan pipa
mlah loop lebih dari 2000 loop. Program ini terlalu boros
untuk diterapkan dalam menghitung hidraulik pipa transmisi dengan satu jalur (pipa tunggal).
lain seperti program Waterned, Watercad atau perhitungan secara manual (microsoft excel
Perhitungan dapat juga dilakukan dengan menggunakan microsoft excel atau lotus, khususnya untuk
2 adalah suatu model perhitungan
ossman dari National Risk Management
Research Laboratory pada bulan September Tahun 2000. Dalam program software Epanet 2 tersebut
parameter bangunan dan perpipaan (sumber air, persimpangan, reservoir, tangki,
lain sudah memperhitungkan nilai koordinat dan
durasi waktu serta beberapa alternatif penutupan atau pembukan valve dll dengan fasilitas
baku tersebut diatas akan dipilih berdasarkan faktor keadaan
tanah/topografi, tekanan, diameter, kualitas air, tersedianya bahan di pasaran dan kemudahan pada
Pada kondisi tanah yang bisa dibuktikan sangat korosive, penggunaan pipa Galvanized Iron Pipe
(GIP) tidak akan dipilh. Pada kasus tanah tersebut diusulkan pemanfaatan pipa Polivinyl Chloride pipe
400 mm, dan Ductive Cast Iron Pipe (DCIP) untuk diameter yang lebih besar.
a pipa yang akan digunakan adalah pipa PVC S10. Dari
segi tekanan yang terjadi dalam pipa, pipa jenis manapun dapat digunakan sepanjang tekanan yang
batas yang diizinkan. Hal yang sama dengan kualitas air
ng akan diangkut telah memenuhi syarat kualitas sebagaimana disebut di depan,
pada saat pemasangan ditentukan oleh kesulitan pencapaian dan transportasi
terpencil yang memerlukan perjalanan untuk membawa pipa, pipa yang
ringan (misalnya pipa PVC) akan lebih menguntungkan. Kesemua faktor disebut diatas akan ditinjau
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya
Jenis Tanah
Korosive
Tidak korosive
Keterangan : Walaupun demikian, saat ini sudah banyak beberapa jenis pipa PVC yang mempunyai tekanan kerja di atas 10 atm.
5. Kedalaman Pemasangan Pipa
Baik pipa transmisi maupun pipa distribusi sedapat mungkin ditanam dalam tanah. hal ini
dimaksudkan untuk menghindar
tumbang, longsor), atau hewan dan manusia. Untuk pemasangan pipa dalam tanah bebe
perlu diperhatikan antara lain lebar galian, dalamnya penanaman pipa serta perlu tidaknya lapisan
pasir sebagai alas dan penutup.
Lebar galian dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Untuk jenis pipa kecil dimana
memungkinkan penyambungan setelah pemasangan, lebar galian tersebut tidak terlalu
dipermasalahkan. Untuk pipa dengan diameter yang lebih besar, lebar galian adalah
ruang kerja secukupnya ke kiri atau ke kanan pipa atau sesuai dengan kebutuhan desain. Kondisi
pipa sangat menentukan kedalaman pipa. Kedalaman diukur dari bagian atas pipa sampai muka
tanah asal. Pada tabel dibawah ini diperlihatkan persyaratan kedalaman dengan kondisi lahan yang
berbeda-beda.
No Jenis Pipa
1 Transmisi
2 Distribusi
Pada jaringan pipa sebaiknya digunakan lapisan pasir sebagai lapisan dasar sebelum pemasangan
pipa. Lapisan pasir tersebut juga disisikan disis kiri dan kanan pipa dan bagian atas pipa. Tebal
lapisan pasir pada bagian bawah pipa adalah 10 cm pada sisi pipa
Tabel 5 - 33
Jenis-jenis Pipa
Cara Pemasangan
Tekanan Maks (atm) ≤≤≤≤
Ditanam Tidak tertanam
10 > 10
10
PVCDCIPGIP
Ditanam Tidak tertanam
10 > 10
10
PVCGIP GIP
Walaupun demikian, saat ini sudah banyak beberapa jenis pipa PVC yang mempunyai tekanan kerja di atas 10 atm.
Kedalaman Pemasangan Pipa
Baik pipa transmisi maupun pipa distribusi sedapat mungkin ditanam dalam tanah. hal ini
untuk menghindari adanya kerusakan pipa yang disebabkan faktor alam (pohon
tumbang, longsor), atau hewan dan manusia. Untuk pemasangan pipa dalam tanah bebe
perlu diperhatikan antara lain lebar galian, dalamnya penanaman pipa serta perlu tidaknya lapisan
pasir sebagai alas dan penutup.
Lebar galian dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Untuk jenis pipa kecil dimana
ngan setelah pemasangan, lebar galian tersebut tidak terlalu
dipermasalahkan. Untuk pipa dengan diameter yang lebih besar, lebar galian adalah
ruang kerja secukupnya ke kiri atau ke kanan pipa atau sesuai dengan kebutuhan desain. Kondisi
pa sangat menentukan kedalaman pipa. Kedalaman diukur dari bagian atas pipa sampai muka
tanah asal. Pada tabel dibawah ini diperlihatkan persyaratan kedalaman dengan kondisi lahan yang
Tabel 5 - 34
Kedalaman Penanaman Pipa
Jenis Pipa Kondisi Lahan Yang Dilalui
Transmisi
Sawah, Lapangan Terbuka
Jalan Desa
Jalan Raya
Distribusi Sawah, Lapangan Terbuka
Trotoar
Pada jaringan pipa sebaiknya digunakan lapisan pasir sebagai lapisan dasar sebelum pemasangan
Lapisan pasir tersebut juga disisikan disis kiri dan kanan pipa dan bagian atas pipa. Tebal
lapisan pasir pada bagian bawah pipa adalah 10 cm pada sisi pipa dan pada bagian atas pipa 10 cm
E - 91
φφφφ mm
≤≤≤≤ 400 ≥≥≥≥ 400
PVC DCIP
DCIP DCIP DCIP
PVC
GIP DCIP DCIP
Walaupun demikian, saat ini sudah banyak beberapa jenis pipa PVC yang
Baik pipa transmisi maupun pipa distribusi sedapat mungkin ditanam dalam tanah. hal ini
kerusakan pipa yang disebabkan faktor alam (pohon
tumbang, longsor), atau hewan dan manusia. Untuk pemasangan pipa dalam tanah beberapa hal
perlu diperhatikan antara lain lebar galian, dalamnya penanaman pipa serta perlu tidaknya lapisan
Lebar galian dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Untuk jenis pipa kecil dimana
ngan setelah pemasangan, lebar galian tersebut tidak terlalu
dipermasalahkan. Untuk pipa dengan diameter yang lebih besar, lebar galian adalah φ pipa ditambah
ruang kerja secukupnya ke kiri atau ke kanan pipa atau sesuai dengan kebutuhan desain. Kondisi
pa sangat menentukan kedalaman pipa. Kedalaman diukur dari bagian atas pipa sampai muka
tanah asal. Pada tabel dibawah ini diperlihatkan persyaratan kedalaman dengan kondisi lahan yang
Kedalaman
(cm)
80
100
120
80
100
Pada jaringan pipa sebaiknya digunakan lapisan pasir sebagai lapisan dasar sebelum pemasangan
Lapisan pasir tersebut juga disisikan disis kiri dan kanan pipa dan bagian atas pipa. Tebal
dan pada bagian atas pipa 10 cm
atau disesuaikan dengan diamater pipa, untuk pipa
sebaiknya direncanakan lebih tebal. Ketebalan ini bervariasi dari 10 cm
menentukan tebal lapisan pasir berg
pelaksanaan.
Kedalaman Bahan Material Yang Digunakan Untuk Pemasangan Pipa
6. Perlengkapan Pipa
a. Katup pelepas udara (Air Released Valve)
Katup pelepas udara berfungsi membuang udara yang sempat masuk kedalam sistim
Untuk mencapai maksud tersebut, maka katup tersebut ditempatkan pada titik tertinggi dari
jalur pipa yang bersangkutan. Untuk keperluan pemeliharaan, katup pelepas udara ini dipasang
berdampingan dengan katup penutup (Gate Valve atau Stop Valve)
ada katup sejenis. Untuk pipa dengan diameter
lubang tunggal (Single Orifice). Katup lubang ganda (Double Orifice) dipasang untuk pipa
diameter ≥ 400 mm. Baik katup lubang tunggal maup
tinggi dari muka air tanah, untuk menghindari masuknya air tanah kedalam jaringan melalui
lubang pelepas udara.
b. Pencucian (Blow Off)
Perlengkapan jenis ini bukanlah suatu perlengkapan yang khusus dibuat dari pabrik
merupakan perlengkapan yang dapat dibuat setempat. Kegunaannya untuk mencuci pipa dari
kotoran yang mengendap dalam jaringan.
pada tititk terendah. Pada keadaan topografi yang datar, penempatan pe
pada setiap jarak 2.000 m. Perlengkapan berupa katup penutup diperlukan dua buah, masing
masing pada arah pipa utama satu buah dan pada arah pipa penguras satu buah. Diameter pipa
atau disesuaikan dengan diamater pipa, untuk pipa-pipa transmisi khususnya tebal lapisan pasir
sebaiknya direncanakan lebih tebal. Ketebalan ini bervariasi dari 10 cm –
menentukan tebal lapisan pasir bergantung juga dalam penentuan lebar galian dalam memudahkan
Gambar 5 - 19
Kedalaman Bahan Material Yang Digunakan Untuk Pemasangan Pipa
Katup pelepas udara (Air Released Valve)
Katup pelepas udara berfungsi membuang udara yang sempat masuk kedalam sistim
Untuk mencapai maksud tersebut, maka katup tersebut ditempatkan pada titik tertinggi dari
jalur pipa yang bersangkutan. Untuk keperluan pemeliharaan, katup pelepas udara ini dipasang
berdampingan dengan katup penutup (Gate Valve atau Stop Valve) bilamana didekatnya belum
ada katup sejenis. Untuk pipa dengan diameter ≤ 400 mm, dipasang katup pelepas udara jenis
lubang tunggal (Single Orifice). Katup lubang ganda (Double Orifice) dipasang untuk pipa
400 mm. Baik katup lubang tunggal maupun katup lubang ganda dipasang lebih
tinggi dari muka air tanah, untuk menghindari masuknya air tanah kedalam jaringan melalui
Perlengkapan jenis ini bukanlah suatu perlengkapan yang khusus dibuat dari pabrik
merupakan perlengkapan yang dapat dibuat setempat. Kegunaannya untuk mencuci pipa dari
kotoran yang mengendap dalam jaringan. Oleh karena itu perlengkapan ini harus ditempatkan
pada tititk terendah. Pada keadaan topografi yang datar, penempatan pe
000 m. Perlengkapan berupa katup penutup diperlukan dua buah, masing
masing pada arah pipa utama satu buah dan pada arah pipa penguras satu buah. Diameter pipa
0,80 m
0,15 m
Dpipa
0,15 m
0,25 m 0,25 m
Dpipa
E - 92
pipa transmisi khususnya tebal lapisan pasir
25 cm. Namun dalam
antung juga dalam penentuan lebar galian dalam memudahkan
Kedalaman Bahan Material Yang Digunakan Untuk Pemasangan Pipa
Katup pelepas udara berfungsi membuang udara yang sempat masuk kedalam sistim perpipaan.
Untuk mencapai maksud tersebut, maka katup tersebut ditempatkan pada titik tertinggi dari
jalur pipa yang bersangkutan. Untuk keperluan pemeliharaan, katup pelepas udara ini dipasang
bilamana didekatnya belum
400 mm, dipasang katup pelepas udara jenis
lubang tunggal (Single Orifice). Katup lubang ganda (Double Orifice) dipasang untuk pipa
un katup lubang ganda dipasang lebih
tinggi dari muka air tanah, untuk menghindari masuknya air tanah kedalam jaringan melalui
Perlengkapan jenis ini bukanlah suatu perlengkapan yang khusus dibuat dari pabrik, tetapi
merupakan perlengkapan yang dapat dibuat setempat. Kegunaannya untuk mencuci pipa dari
Oleh karena itu perlengkapan ini harus ditempatkan
pada tititk terendah. Pada keadaan topografi yang datar, penempatan perlengkapan pencucian
000 m. Perlengkapan berupa katup penutup diperlukan dua buah, masing-
masing pada arah pipa utama satu buah dan pada arah pipa penguras satu buah. Diameter pipa
pencucian diambil antara ¼
hidran pemadam kebakaran (Fire Hidrant) dapat difungsikan sebagai peralatan pencucian,
sehingga perlengkapan khusus pencucian tidak diperlukan lagi.
c. Katup Penutup (Stop Valve)
Pada pipa transmisi, katup
dimaksudkan untuk membatasi bagian pipa yang tidak difungsikan, bilamana perlu perbaikan pada
bagian tersebut. Letak katup penutup yang digunakan sebagai bagian dari katup pelepas tekan,
perlengkapan pencucian, atau pada jembatan/siphon pipa harus dipertimbangkan, sehingga jumlah
katup yang dipasang bisa dibatasi. Pada jaringan distribusi, katup penutup dipasang pada
pertemuan jaringan, sehingga memungkinkan isolasi suatu blok pelayanan. Hal in
untuk memungkinkan perbaikan jaringan, bilamana terjadi kebocoran/ kerusakan pada blok
tersebut, tanpa harus menghentikan pelayanan kepada blok yang lain. Yang perlu diperhatikan disini
adalah jika dilakukan penutupan stop valve adalah tekana
d. Peralatan Pipa Lainnya
Peralatan pipa lainnya adalah peralatan
tee, dan coupling. Peralatan
horizontal (belokan kekiri dan belokan kekanan). Tee diperlukan pada percabangan pipa apakah
itu untuk memasang perlengkapan pipa, ataukah percabangan karena penyambungan pelayanan.
Coupling digunakan pada penyambungan pipa yang lurus yang dipotong atau yang terpotong
karena suatu alasan. Pada pemasangan peralatan bend dan tee, angker blok selalu harus
dipasang, untuk menahan energi tumbukan air terhadap peralatan tersebut.
disesuaikan dengan diam
yang kecil dan beton bertulang untuk diameter yang lebih besar.
7. Bangunan Penunjang Perpipaan
a. Bak Pelepas Tekanan (BPT)
a. Berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat
mengakibatkan pipa pecah.
b. Ditempatkan pada :
- Titik-titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai beda tinggi antara 60 meter
sampai 100 meter, terhadap titik awal transmisi.
- Beda tinggi yang dimaksud sangat tergantung pada jenis pipa. Biasanya untuk jenis PVC
dan ACP, beda tinggi maksimum untuk
jenis baja atau DCIP, beda tinggi maksmum unyuk penempatan BPT adalah 100 meter.
c. Waktu detensi (td) adalah (1
mbil antara ¼ - ½ diamater pipa yang akan dikuras. Pada jaringan distribusi,
hidran pemadam kebakaran (Fire Hidrant) dapat difungsikan sebagai peralatan pencucian,
sehingga perlengkapan khusus pencucian tidak diperlukan lagi.
Katup Penutup (Stop Valve)
katup penutup diperlukan pada setiap jarak maksimum 2.000 m. hal ini
dimaksudkan untuk membatasi bagian pipa yang tidak difungsikan, bilamana perlu perbaikan pada
Letak katup penutup yang digunakan sebagai bagian dari katup pelepas tekan,
ngkapan pencucian, atau pada jembatan/siphon pipa harus dipertimbangkan, sehingga jumlah
katup yang dipasang bisa dibatasi. Pada jaringan distribusi, katup penutup dipasang pada
pertemuan jaringan, sehingga memungkinkan isolasi suatu blok pelayanan. Hal in
untuk memungkinkan perbaikan jaringan, bilamana terjadi kebocoran/ kerusakan pada blok
tersebut, tanpa harus menghentikan pelayanan kepada blok yang lain. Yang perlu diperhatikan disini
adalah jika dilakukan penutupan stop valve adalah tekanan yang bekerja pada pipa.
Peralatan Pipa Lainnya
Peralatan pipa lainnya adalah peralatan-peralatan penyambungan pipa (fitting) antara lain: bend,
tee, dan coupling. Peralatan bend diperlukan pada arah vertikal (naik turun) maupun pada arah
belokan kekiri dan belokan kekanan). Tee diperlukan pada percabangan pipa apakah
itu untuk memasang perlengkapan pipa, ataukah percabangan karena penyambungan pelayanan.
Coupling digunakan pada penyambungan pipa yang lurus yang dipotong atau yang terpotong
karena suatu alasan. Pada pemasangan peralatan bend dan tee, angker blok selalu harus
dipasang, untuk menahan energi tumbukan air terhadap peralatan tersebut.
disesuaikan dengan diameter pipa. Angker blok dibuat dari beton tidak bertulan
yang kecil dan beton bertulang untuk diameter yang lebih besar.
Bangunan Penunjang Perpipaan
Bak Pelepas Tekanan (BPT)
Berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat
pecah.
titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai beda tinggi antara 60 meter
sampai 100 meter, terhadap titik awal transmisi.
Beda tinggi yang dimaksud sangat tergantung pada jenis pipa. Biasanya untuk jenis PVC
ACP, beda tinggi maksimum untuk penempatan BPT adalah 70 meter. Untuk pipa
jenis baja atau DCIP, beda tinggi maksmum unyuk penempatan BPT adalah 100 meter.
c. Waktu detensi (td) adalah (1 – 5) menit.
E - 93
dikuras. Pada jaringan distribusi,
hidran pemadam kebakaran (Fire Hidrant) dapat difungsikan sebagai peralatan pencucian,
penutup diperlukan pada setiap jarak maksimum 2.000 m. hal ini
dimaksudkan untuk membatasi bagian pipa yang tidak difungsikan, bilamana perlu perbaikan pada
Letak katup penutup yang digunakan sebagai bagian dari katup pelepas tekan,
ngkapan pencucian, atau pada jembatan/siphon pipa harus dipertimbangkan, sehingga jumlah
katup yang dipasang bisa dibatasi. Pada jaringan distribusi, katup penutup dipasang pada
pertemuan jaringan, sehingga memungkinkan isolasi suatu blok pelayanan. Hal ini dimaksudkan
untuk memungkinkan perbaikan jaringan, bilamana terjadi kebocoran/ kerusakan pada blok
tersebut, tanpa harus menghentikan pelayanan kepada blok yang lain. Yang perlu diperhatikan disini
n yang bekerja pada pipa.
peralatan penyambungan pipa (fitting) antara lain: bend,
bend diperlukan pada arah vertikal (naik turun) maupun pada arah
belokan kekiri dan belokan kekanan). Tee diperlukan pada percabangan pipa apakah
itu untuk memasang perlengkapan pipa, ataukah percabangan karena penyambungan pelayanan.
Coupling digunakan pada penyambungan pipa yang lurus yang dipotong atau yang terpotong
karena suatu alasan. Pada pemasangan peralatan bend dan tee, angker blok selalu harus
dipasang, untuk menahan energi tumbukan air terhadap peralatan tersebut. Ukuran anker blok
ter pipa. Angker blok dibuat dari beton tidak bertulang untuk diameter
Berfungsi untuk menghilangkan tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat
titik tertentu pada pipa transmisi, yang mempunyai beda tinggi antara 60 meter
Beda tinggi yang dimaksud sangat tergantung pada jenis pipa. Biasanya untuk jenis PVC
penempatan BPT adalah 70 meter. Untuk pipa
jenis baja atau DCIP, beda tinggi maksmum unyuk penempatan BPT adalah 100 meter.
b. Booster Stasiun
a. Berfungsi untuk menambah teka
b. Cara penerapan penambahan tekanan :
- Langsung dipasang pompa pada pipa.
- Menggunakan reservoir penampungan.
c. Ditempatkan pada :
Tempat-tempat dimana air dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air
c. Jembatan Pipa
a. Merupakan bagian dari pada transmisi yang meyeberang sungai/saluran atau sejenis,diatas
permukaan tanah/sungai.
b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja atau pipa
Ductile Cast Iron (DCIP).
c. Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.
d. Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik masuk
jembatan pipa.
d. Syphon
a. Merupakan bagian dari pipa transmisi yang menyeberang di bawah dasar sungai/sa
b. Pipa yang digunakan untuk siphon disarankan menggunakan pipa baja tau pipa Ductile Cast
Iron (DCIP).
c. Bagian pipa masuk dan keluar siphon dibuat miring terhadap pipa transmisi membentuk
sudut 45 derajat dan dieri blok penahan sebagai pondasi.
d. Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah sungai/saluran harus diberi pelindung.
e. Manhole/Box
a. Manhole/Box diperlukan untuk ispeksi dan perbaikan terhadap perlengakapan
tertentu pada jaringan transmisi.
b. Ditempatkan pada tempat
sebagainya.
f. Thrust Block
a. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee, katup valve
yang berdiameter lebuh besar dari 40 mm.
b. Dipasang pada tempat
- Belokan pipa.
Berfungsi untuk menambah tekanan air dalam pipa dengan menggunakan pemompaan.
Cara penerapan penambahan tekanan :
Langsung dipasang pompa pada pipa.
Menggunakan reservoir penampungan.
tempat dimana air dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air
Merupakan bagian dari pada transmisi yang meyeberang sungai/saluran atau sejenis,diatas
permukaan tanah/sungai.
b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja atau pipa
Ductile Cast Iron (DCIP).
Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.
Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik masuk
bagian dari pipa transmisi yang menyeberang di bawah dasar sungai/sa
Pipa yang digunakan untuk siphon disarankan menggunakan pipa baja tau pipa Ductile Cast
Bagian pipa masuk dan keluar siphon dibuat miring terhadap pipa transmisi membentuk
derajat dan dieri blok penahan sebagai pondasi.
Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah sungai/saluran harus diberi pelindung.
a. Manhole/Box diperlukan untuk ispeksi dan perbaikan terhadap perlengakapan
tertentu pada jaringan transmisi.
tempat-tempat pemasangan water meter. Pemasangan valves/katup dan
a. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee, katup valve
yang berdiameter lebuh besar dari 40 mm.
Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang, yaitu pada :
E - 94
nan air dalam pipa dengan menggunakan pemompaan.
tempat dimana air dalam pipa kurang dari kriteria tekanan air minum.
Merupakan bagian dari pada transmisi yang meyeberang sungai/saluran atau sejenis,diatas
b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa baja atau pipa
Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari titik masuk
bagian dari pipa transmisi yang menyeberang di bawah dasar sungai/saluran.
Pipa yang digunakan untuk siphon disarankan menggunakan pipa baja tau pipa Ductile Cast
Bagian pipa masuk dan keluar siphon dibuat miring terhadap pipa transmisi membentuk
Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah sungai/saluran harus diberi pelindung.
a. Manhole/Box diperlukan untuk ispeksi dan perbaikan terhadap perlengakapan-perlengkapan
tempat pemasangan water meter. Pemasangan valves/katup dan
a. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti bend, tee, katup valve
tempat dimana perlengkapan pipa dipasang, yaitu pada :
- Persimpangan/percabangan pipa.
- Sebelum dan sesudah jembatan pipa syphon.
- Perletakan valve/katup.
c. Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.
5.8.4.3 Perencanaan Bangunan
1. Bak Pra Sedimen / Grit Chamber
Bak pra sedimen berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air sebelum masuk pada jaringan air
baku. Ukuran dan dimensi bak pra sedimen ini direncanakan dalam bentuk tipikal yang
disesuaikan dengan kondisi lapa
2. Reservoir
Reservoir direncanakan untuk mengatur keseimbangan antara kapasitas produksi yang relatif
konstan dengan pemakaian air yang bervariasi selama 24 jam. Kapasitas reservoir akan
direncanakan sesuai dengan pedoman Perencanaan Sektor Air Ber
Nasional yaitu sebesar 12
dimensi reservoir juga akan disesuaikan dengan kapasitas standar dari Direktorat Air Bersih
(DAB) yaitu 50, 100, 200, 300, 500, 750, dan 1000
(untuk perhitungan galian dan timbunan serta keamanan bangunan).
Penempatan reservoir hendaknya ditempatkan pada lokasi yang tinggi, sehingga memungkinkan
distribusi bisa berlangsung dengan gravitasi. Disamping
ditempatkan sedekat mungkin ke daerah pelayanan untuk memudahkan pengontrolan dan
penghematan pipa penghantar air bersih maupun pipa distribusi serta sedekat mungkin dengan
akses jalan masuk.
Reservoir dapat dibuat dari beton atau baja. Pilihan bahan untuk membuat reservoir bergantung
pada ketersedian bahan dan harganya. Dengan demikian, analisis harga yang paling ekonomis
dapat dilakukan.
Untuk keamanan, reservoir harus tertutup dan dilengkapi dengan lobang kontr
untuk pemeriksaan dan pemeliharaan reservoir. Di dekat lobang kontrol dipasang tangga untuk
memungkinkan seorang masuk ke dalam reservoir.
Perlengkapan perpipaan pada reservoir antara lain pipa inlet, pipa outlet, pipa peluap, dan pipa
penguras serta ventilasi. Bagian atas pipa inlet ditempatkan 20 cm dibawah penutup dan bagian
bawah pipa outlet ditempatkan minimum 1 cm dari lantai reservoir. Bagian atas pipa peluap
ditempatkan kurang lebih 5 cm dibawah penutup dengan diameter yang sama besar
Persimpangan/percabangan pipa.
Sebelum dan sesudah jembatan pipa syphon.
Perletakan valve/katup.
Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.
Perencanaan Bangunan Penunjang Lainnya
Bak Pra Sedimen / Grit Chamber
Bak pra sedimen berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air sebelum masuk pada jaringan air
Ukuran dan dimensi bak pra sedimen ini direncanakan dalam bentuk tipikal yang
disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Reservoir direncanakan untuk mengatur keseimbangan antara kapasitas produksi yang relatif
konstan dengan pemakaian air yang bervariasi selama 24 jam. Kapasitas reservoir akan
direncanakan sesuai dengan pedoman Perencanaan Sektor Air Bersih yang berlaku secara
Nasional yaitu sebesar 12 – 15 % dari kebutuhan jam puncak. Disamping itu dalam menentukan
dimensi reservoir juga akan disesuaikan dengan kapasitas standar dari Direktorat Air Bersih
(DAB) yaitu 50, 100, 200, 300, 500, 750, dan 1000 m3 yang disesuaikan dengan kondisi lapangan
(untuk perhitungan galian dan timbunan serta keamanan bangunan).
Penempatan reservoir hendaknya ditempatkan pada lokasi yang tinggi, sehingga memungkinkan
distribusi bisa berlangsung dengan gravitasi. Disamping itu, juga akan diusahakan agar reservoir
ditempatkan sedekat mungkin ke daerah pelayanan untuk memudahkan pengontrolan dan
penghematan pipa penghantar air bersih maupun pipa distribusi serta sedekat mungkin dengan
t dari beton atau baja. Pilihan bahan untuk membuat reservoir bergantung
pada ketersedian bahan dan harganya. Dengan demikian, analisis harga yang paling ekonomis
Untuk keamanan, reservoir harus tertutup dan dilengkapi dengan lobang kontr
untuk pemeriksaan dan pemeliharaan reservoir. Di dekat lobang kontrol dipasang tangga untuk
memungkinkan seorang masuk ke dalam reservoir.
Perlengkapan perpipaan pada reservoir antara lain pipa inlet, pipa outlet, pipa peluap, dan pipa
ras serta ventilasi. Bagian atas pipa inlet ditempatkan 20 cm dibawah penutup dan bagian
bawah pipa outlet ditempatkan minimum 1 cm dari lantai reservoir. Bagian atas pipa peluap
ditempatkan kurang lebih 5 cm dibawah penutup dengan diameter yang sama besar
E - 95
Bak pra sedimen berfungsi untuk mengurangi kekeruhan air sebelum masuk pada jaringan air
Ukuran dan dimensi bak pra sedimen ini direncanakan dalam bentuk tipikal yang
Reservoir direncanakan untuk mengatur keseimbangan antara kapasitas produksi yang relatif
konstan dengan pemakaian air yang bervariasi selama 24 jam. Kapasitas reservoir akan
sih yang berlaku secara
15 % dari kebutuhan jam puncak. Disamping itu dalam menentukan
dimensi reservoir juga akan disesuaikan dengan kapasitas standar dari Direktorat Air Bersih
yang disesuaikan dengan kondisi lapangan
Penempatan reservoir hendaknya ditempatkan pada lokasi yang tinggi, sehingga memungkinkan
itu, juga akan diusahakan agar reservoir
ditempatkan sedekat mungkin ke daerah pelayanan untuk memudahkan pengontrolan dan
penghematan pipa penghantar air bersih maupun pipa distribusi serta sedekat mungkin dengan
t dari beton atau baja. Pilihan bahan untuk membuat reservoir bergantung
pada ketersedian bahan dan harganya. Dengan demikian, analisis harga yang paling ekonomis
Untuk keamanan, reservoir harus tertutup dan dilengkapi dengan lobang kontrol (man hole)
untuk pemeriksaan dan pemeliharaan reservoir. Di dekat lobang kontrol dipasang tangga untuk
Perlengkapan perpipaan pada reservoir antara lain pipa inlet, pipa outlet, pipa peluap, dan pipa
ras serta ventilasi. Bagian atas pipa inlet ditempatkan 20 cm dibawah penutup dan bagian
bawah pipa outlet ditempatkan minimum 1 cm dari lantai reservoir. Bagian atas pipa peluap
ditempatkan kurang lebih 5 cm dibawah penutup dengan diameter yang sama besarnya dengan
pipa pemasukan. Pipa penguras diletakkan pada bagian terendah dari reservoir. Bila digunakan
reservoir beton, maka akan disediakan lobang berukuran 30 X 30 cm sedalam
sudut reservoir untuk memungkinkan kotoran terkumpul untuk dibuan
3. Bak Pembagi ( Hidran Umum)
Bak pembagi yang berfungsi
penampung sementara letaknya diusahakan dekat dengan pemakai (tetapi tidak terlalu panjang
atau tidak melebihi 500 m) untuk meme
dari beton atau pasangan batu kalu atau bata dengan plesteran kedap air.
Dalam perencanaan ini bak penampungan sementara direncanakan dengan ukuran 3,00 x 3,00 m
dengan ketinggian 1,50 m yang diisi den
berukuran sama dengan bak pertama, tetapi pada bak kedua ini dibagi dua bagian yang berisi air
yang telah disaring. Atau perencanaan bak tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada,
misalnya bak penampungan tersebut menjadi satu dengan bangunan lain asal keamanan dan
elevasi yang dibutuhkan dapat dipenuhi.
Instalasi saringan pasir lambat dapat menggunakan standar SKSNI No. T
standar ini tinggi bak minimal 1,50 dengan rincian sebagai be
• Tinggi bebas
• Tinggi air di atas media pasir
• Tebal pasir penyaring
• Tebal kerikil penahan
• Drain bawah
5.9 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Beberapa referensi yang akan digunakan dalam rencana anggaran
evaluasi proyek antara lain :
- Basic price yang dikeluarkan oleh instansi kabupaten setempat yang masih berlaku.
- Katalog spesifikasi alat-alat berat dan harga
- Daftar harga pipa, peralatan mekanik, elektrik dan instrumentasi d
pipa pemasukan. Pipa penguras diletakkan pada bagian terendah dari reservoir. Bila digunakan
reservoir beton, maka akan disediakan lobang berukuran 30 X 30 cm sedalam
sudut reservoir untuk memungkinkan kotoran terkumpul untuk dibuang keluar.
Bak Pembagi ( Hidran Umum)
Bak pembagi yang berfungsi bangunan SIPAS ( Sistem penyaringan air sederhana) atau Bak
penampung sementara letaknya diusahakan dekat dengan pemakai (tetapi tidak terlalu panjang
atau tidak melebihi 500 m) untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Struktur bak dapat dibuat
dari beton atau pasangan batu kalu atau bata dengan plesteran kedap air.
Dalam perencanaan ini bak penampungan sementara direncanakan dengan ukuran 3,00 x 3,00 m
dengan ketinggian 1,50 m yang diisi dengan perlapisan saringan pasir lambat dan bagian kedua
berukuran sama dengan bak pertama, tetapi pada bak kedua ini dibagi dua bagian yang berisi air
yang telah disaring. Atau perencanaan bak tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada,
ungan tersebut menjadi satu dengan bangunan lain asal keamanan dan
elevasi yang dibutuhkan dapat dipenuhi.
Instalasi saringan pasir lambat dapat menggunakan standar SKSNI No. T
standar ini tinggi bak minimal 1,50 dengan rincian sebagai berikut :
: 0,20 m
Tinggi air di atas media pasir : 0,30 m
Tebal pasir penyaring : 0,40 m
: 0,20 m
: 0,25 m
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Beberapa referensi yang akan digunakan dalam rencana anggaran biaya, analisa harga satuan dan
yang dikeluarkan oleh instansi kabupaten setempat yang masih berlaku.
alat berat dan harga
Daftar harga pipa, peralatan mekanik, elektrik dan instrumentasi dll.
E - 96
pipa pemasukan. Pipa penguras diletakkan pada bagian terendah dari reservoir. Bila digunakan
reservoir beton, maka akan disediakan lobang berukuran 30 X 30 cm sedalam ± 10 cm pada
g keluar.
bangunan SIPAS ( Sistem penyaringan air sederhana) atau Bak
penampung sementara letaknya diusahakan dekat dengan pemakai (tetapi tidak terlalu panjang
nuhi kebutuhan air penduduk. Struktur bak dapat dibuat
dari beton atau pasangan batu kalu atau bata dengan plesteran kedap air.
Dalam perencanaan ini bak penampungan sementara direncanakan dengan ukuran 3,00 x 3,00 m
gan perlapisan saringan pasir lambat dan bagian kedua
berukuran sama dengan bak pertama, tetapi pada bak kedua ini dibagi dua bagian yang berisi air
yang telah disaring. Atau perencanaan bak tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada,
ungan tersebut menjadi satu dengan bangunan lain asal keamanan dan
Instalasi saringan pasir lambat dapat menggunakan standar SKSNI No. T-09-1992-03. Untuk
biaya, analisa harga satuan dan
yang dikeluarkan oleh instansi kabupaten setempat yang masih berlaku.