24
Edisi Oktober, 2010 Edisi Oktober, 2010 Edisi Oktober, 2010 Edisi Oktober, 2010 Edisi Oktober, 2010 1

Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 11111

Page 2: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

22222 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

War t a Konse r v a s i L ahan Ba sahWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan ataskerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan danKonservasi Alam (Ditjen. PHKA), Dephut dengan WetlandsInternational - Indonesia Programme (WI-IP), dalam rangkapengelolaan dan pelestarian sumberdaya lahan basah diIndonesia.

Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah ini dimaksudkanuntuk meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat akanmanfaat dan fungsi lahan basah, guna mendukung terwujudnyalahan basah lestari melalui pola-pola pengelolaan danpemanfaatan yang bijaksana serta berkelanjutan, bagikepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.

Pendapat dan isi yang terdapat dalam WKLB adalah semata-mata pendapat para penulis yang bersangkutan.

DEWAN REDAKSI:

Penasehat: Direktur Jenderal PHKA;Penanggung Jawab: Sekretaris Ditjen. PHKA dan Direktur Program WI-IP;Pemimpin Redaksi: I Nyoman N. Suryadiputra;Anggota Redaksi: Triana, Hutabarat, Juss Rustandi, Sofian Iskandar, dan Suwarno

Ucapan Terima Kasih dan UndanganSecara khusus redaksi mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berperan aktif dalamterselenggaranya majalah ini. Sumbangsih tulisan berharga tersebut, sangatmendukung bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian lingkungankhususnya lahan basah di republik tercinta ini.

Kami juga mengundang pihak-pihak lain atau siapapun yang berminat untukmenyumbangkan bahan-bahan berupa artikel, hasil pengamatan, kliping,gambar dan foto, untuk dimuat pada majalah ini. Tulisan diharapkan sudahdalam bentuk soft copy, diketik dengan huruf Arial 10 spasi 1,5 dan hendaknyatidak lebih dari 2 halaman A4 (sudah berikut foto-foto).

Semua bahan-bahan tersebut termasuk kritik/saran dapat dikirimkan kepada:Triana - Divisi Publikasi dan InformasiWetlands International - Indonesia ProgrammeJl. A. Yani No. 53 Bogor 16161, PO Box 254/BOO Bogor 16002tel: (0251) 831-2189; fax./tel.: (0251) 832-5755e-mail: [email protected]

Foto sampul muka:Penyekatan parit di lahan gambut,Sumatera (Foto: I Nyoman N. S.)

Page 3: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 33333

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dari Redaksi

Fokus Lahan BasahHutan Rawa Gambut Merang Kepayang (HRGMK), Banyuasin, Sumatera Selatan 4

Konservasi Lahan BasahPenurunan Gas Emisi GRK 26% vs Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit 6

Berita KegiatanKEMITRAAN Konservasi Burung Air Bermigrasi dan Pemanfaatan Habitat secaraBerkelanjutan di Jalur Terbang Asia Timur-Australasia 8Sebaran Ramin di Kalimantan dan Strategi Pelestariannya 10

Berita dari LapangPenelitian Migrasi Burung dan Usaha Konservasi di Pantai Cemara, Jambi 12Fenomena Gagang Bayam Bertelur di Pesisir Sumatera Utara 16

Flora dan Fauna Lahan BasahJenis-jenis Tumbuhan yang Tersimpan di Kawasan Hutan MALINAU, Kalimantan Timur 18

Dokumentasi Perpustakaan 24

Tahukah KitaEceng Gondok, gulma yang bisa menjadi sumber devisa? Sekaligus berperan pentingdalam meredam perubahan iklim? 24

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Daftar Isi

Selamat bersua kembali para pembaca setia kami. Seperti biasa, Warta Konservasi Lahan Basah (WKLB)menyuguhkan beragam informasi seputar perlahanbasahan kuhsusnya di Indonesia. Fokus kali inimengetengahkan profil kawasan Hutan Rawa Gambut Merang Kepayang (HRGMK) yang berada di Kab. MusiBanyuasin, Prop. Sumatera Selatan. Data menyebutkan HRGMK menyimpan sekitar 1,5 juta ha lahan gambutdari 7,2 juta ha lahan gambut yang terdapat di Sumatera. Hampir seluruh lahan gambut di Sumatera tersebutsudah tidak lagi berhutan. Lebih dari 500.000 ha dari hutan rawa gambut yang terdapat di Kab. OKI telahrusak dan dikonversi menjadi HTI (Hutan Tanaman Industri) ataupun perkebunan monokultur. Besarnya tekananakibat penebangan hutan alam, alih guna lahan, serta kebakaran hutan dan lahan di wilayah SumateraSelatan, telah menimbulkan keraguan besar apakah hutan rawa gambut alami masih dapat dijumpai di propinsiini selain di HRGMK.

Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah di kawasan HRGMK dan mengembalikan fungsi-fungsi ekologiserta ekonomi di dalamnya, maka diperlukan suatu strategi terpadu dan realistis dalam pengelolaannya. Sudahsaatnya, pemulihan dan rehabilitasi ekosistem HRGMK menjadi prioritas para pengambil kebijakan sebelumsemuanya hancur sama sekali dan menyisakan penyesalan.

Masih seputar pergambutan, edisi kali ini juga menyajikan gambaran tentang keseriusan pemerintah untukmenekan laju emisi gas rumah kaca, diantaranya dengan ditandatanganinya LoI antara pemerintah RI denganpemerintah Kerajaan Norway dimana dalam dua tahun kedepan pemberian ijin pembukaan lahan gambut danhutan alam dihentikan. Lalu bagaimana kaitannya dengan perkebunan sawit di lahan gambut? Simak beritanyapada kolom konservasi lahan basah, serta berita-berita lainnya pada kolom-kolom selanjutnya.

Selamat membaca

Page 4: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

44444 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

Hutan Rawa GambutMerang Kepayang, Musi Banyuasin

Sumatera Selatan

Oleh:Irwansyah Reza Lubis*

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

Kawasan Hutan Rawa GambutMerang Kepayang (HRGMK)berdasarkan penyebaran

vegetasi hutan rawa gambutnyaterletak antara 01o45’-02o03’ LS dan103o51’-104o17’ BT. HRGMKmerupakan bagian dari HutanProduksi Lalan, yang secaraadministratif masuk dalam wilayahDesa Muara Merang dan MuaraMedak, Kec. Bayung Lincir, Kab.Musi Banyuasin (MUBA), Prop.Sumatera Selatan.

Kawasan HRGMK dialiri dua sungaiutama yaitu Sungai Merang danSungai Kepahiyang, yang merupakananak Sungai Lalan yang bermuara diSemenanjung Banyuasin. Sejumlahsungai di pesisir TN. Sembilangberhulu pada kawasan HRGMK.HRGMK juga berperan sebagai jalurpergerakan satwa (koridor) antaraTN Berbak dan TN Sembilang.

KONDISI GAMBUT DISUMATERA SELATAN

Dari data yang tersedia menyebutkankira-kira 7,2 juta ha lahan gambutmasih terdapat di Sumatera, dimanasekitar 1,5 juta ha-nya berada di

Sumatera Selatan. Namun demikian,hampir seluruh lahan gambut tersebuttidak lagi berhutan. Lebih dari500.000 ha dari hutan rawa gambutyang terdapat di Kab. OKI telah rusakdan dikonversi menjadi HTI (HutanTanaman Industri) ataupunperkebunan dengan pola monokultur.Besarnya tekanan akibat kegiatanpenebangan hutan alam, alih gunalahan, serta kebakaran hutan danlahan di wilayah Sumatera Selatan,maka terdapat keraguan besar bahwakawasan-kawasan hutan rawagambut alami masih dapat dijumpai dipropinsi ini selain di HRGMK.

FUNGSI DAN PERAN HRGMK

HRGMK berperan penting sebagaihabitat bagi satwa yang dilindungidan terancam punah, seperti: Buayasenyulong (Tomonistoma schlegelii),Harimau sumatera (Panthera tigrissumatrae), Gajah (Elephasmaximus), Beruang madu (Helarctosmalayanus), Bangau storm (Ciconiastormii), dll. Selain itu, beberapafauna langka dengan daya jelajahluas menggunakan HRGMK sebagaikoridor pergerakkan antara TN.Berbak dan TN. Sembilang.

HRGMK juga dapat memberikan jasalingkungan seperti penyimpan air tanah/peredam banjir, penjaga iklim mikro,penyimpan karbon, dan penyediasumber daya alam dan plasma nutfahbagi kesejahteraan manusia.

GANGGUAN DAN TEKANANTERHADAP HRGMK

Pada saat ini HRGMK mengalamidegradasi dan tekanan cukup besar.Hal ini terutama dipicu oleh berbagaiaktifitas manusia di dalamnya yangtidak memperhatikan aspek kelestariandan keberlanjutan pemanfaatannya,seperti: pengambilan kayu oleh pemilikHPH yang tidak melakukan rehabilitasi(sejak awal tahun 80-an sampai 2001),menjamurnya penebangan liar (paskakonsesi HPH sampai sekarang),konversi lahan menjadi perkebunanyang tidak memperhatikan aspekekologi kawasan (beberapa perusahaantelah mengantongi izin untuk konversikawasan), serta kebakaran hutan danlahan di dalam kawasan. Dari berbagaimacam tekanan di atas, apabiladibiarkan terus berlangsung akanmenyebabkan hilangnya fungsi ekologisbahkan nilai ekonomis kawasanHRGMK.

Page 5: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 55555

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

Keberadaan parit-parit liar

Kegiatan pembuatan parit/kanal baiksecara legal maupun illegal, palingberpotensi meningkatkan lajudegradasi fungsi gambut. Sistempembuatan kanal menyebabkanterganggunya sistem hidrologikawasan hutan dan lahan gambut,karena kanal-kanal yang dibangunmenyebabkan air yang ada di lahangambut secara cepat keluar dandaya tampung air tanah menjadikecil. Akibatnya muka air di lahangambut mengalami penurunan yangsangat drastis. Kondisi inimenyebabkan hutan dan lahangambut pada musim kemaraumenjadi kering dan sangat rentanterhadap bahaya kebakaran.

Di lokasi HRGMK, dijumpai palingtidak sekitar 113 kanal di sepanjangSungai Merang, belum termasukpada anak-anak sungai dan sungai-sungai lain yang berada disekitarnya.Kanal-kanal uumnya dibuat oleh parapenebang liar untuk membantumengeluarkan kayu dari hutan rawagambut. Selain mempengaruhidrainase, parit-parit tersebutmenyebabkan banyak materi galianparit (seperti lumpur tanah mineral,serasah tanaman yang masih segarmaupun gambut) masuk ke dalamsungai, termasuk unsur hara yangsebelumnya tersimpan dalam tanahgambut. Kondisi demikianmenyebabkan terjadinya perubahanterhadap morphology (misalkedalaman) sungai maupun kualitasair sungai yang bersangkutan.

Kebakaran hutan gambut yang seringterjadi, menimbulkan kerugian danancaman yang sangat besar.Pemadaman kebakaran di hutan/lahan gambut sangat sulit dilakukan,untuk itu usaha pencegahanmerupakan langkah yang terbaik.Pencegahan yang paling efektifadalah menjaga agar hutan rawagambut tetap basah sehingga tidakmudah terbakar, salah satu caranyadapat dilakukan dengan menutupparit-parit yang ada.

Kurangnya peranserta masyarakatsetempat dalam pengelolaankawasan

Selama kurang lebih 20 tahunmasyarakat di sekitar HRGMK tidakterlibat dalam pengelolaan danpemanfaatan kawasan secaralangsung. Ketika daerah ini dikelolaoleh perusahaan HPH, masyarakathanya bisa menjadi penonton.Banyaknya perusahaan swasta disekitar Desa Muara Merang, masihbelum dirasakan manfaatnya olehsebagian besar penduduk.

Ketidakpastian masyarakat dalammenyikapi perubahan, ditunjang olehtidak adanya organisasi dankelembagaan pengelolaansumberdaya alam yang baik ditingkat masyarakat, memicuterjadinya ekstraksi sumberdayaalam yang tidak terkendali.

Terbatasnya modal menjadipembatas berkembangnyaproduktivitas dan taraf hidupmasyarakat sehingga mudahdiperdaya pihak bermodal kuat.Lemahnya kelembagaan desa jugaberpengaruh kepada tidaktersalurkannya aspirasi masyarakatdalam pembangunan desa. Minimnyapengetahuan teknis akan teknologibaru yang ramah lingkungan danberkelanjutan dalam memanfaatkannsumberdaya alam juga menjadikendala yang patut dipecahkan.

USAHA-USAHA YANG PERLUDAN TELAH DILAKUKANSELAMA INI

Dalam mendukung pelestarian dankeberlanjutan pemanfaatan HRGMK,banyak pihak telah melakukanberbagai kegiatan di dan sekitarkawasan, seperti: pemberantasanpenebangan liar, pembentukanrencana pengelolaan HRGMKsebagai kawasan perlindungankhusus, melakukan penutupan parit/kanal. Selain itu telah pula dilakukanpola usaha pemberdayaanmasyarakat di desa-desa sekitarnya.

Terwujudnya peranserta multipihakdalam pengelolaan kawasan juga akanmemberikan jaminan kelestariankawasan. Sementara itu statusHRGMK yang sebagian adalah HutanProduksi, sebenarnya tidak tepatdengan ditemukannya kawasangambut dengan kedalaman lebih dari 3meter. Dimana sesuai dengan KeppresNo. 32/1990 kawasan gambut lebihdari 3 meter wajib digolongkan sebagaikawasan lindung.

STRATEGI PENGELOLAANHRGMK

Mengingat masalah-masalah yangtimbul di kawasan HRGMK sangatkompleks dan melibatkan banyakpihak, maka diperlukan suatu strategiterpadu dan realistis dalampengelolaannya agar langkah-langkahkegiatan pembangunan yang diambilmemiliki suatu acuan. Pengelolaankawasan harus diawali dan dituangkandalam suatu Rencana Tata Ruang(RTR), sedangkan penentuan zonasiruang didasarkan kepada kondisiekologis dan sosial ekonomi dari lokasitersebut. Dalam setiap zonasi akanditetapkan batasan-batasan kegiatanyang dapat dilakukan dan yang tidakdapat dilakukan.

* Staff teknis WI-IPE-mail: [email protected]

Penyekatan parit bersama masyarakat,upaya mencegah kekeringan lahan

gambut (Photo: WI-IP)

Page 6: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

66666 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

Penurunan Emisi GRK 26%vs Perluasan Perkebunan Kelapa Sawit

Oleh :

I Nyoman N. Suryadiputra* dan Lili Muslihat**

Untuk meningkatkanperolehan devisa danpenciptaan lapangan kerja,

Indonesia sebagai Negaraberkembang, masih terus menerusmemperluas areal perkebunansawitnya (tidak saja berlokasi ditanah mineral tapi juga di lahangambut). Meskipun dalam upayapengembangan sawit (terutama yangdikembangkan di lahan gambut),Indonesia banyak menerimatekanan-tekanan dan kecaman dariberbagai LSM lingkungan (nasionalmaupun internasional) serta parapihak Negara pembeli (terutama diEropa).

Data resmi terbaru yang dikeluarkanoleh Direktorat Jenderal PerkebunanKementerian Pertanian pada tahun2008 indonesia mempunyai luaskebun sawit seluas 7,363,847 hadengan rincian Perkebunan Rakyatseluas 2.881.898 ha, PerkebunanBesar Negara seluas 602.963 hadan Perkebunan Besar Swastaseluas 3.878.986 ha dengan jumlahproduksi CPO sebesar 18,640,881ton. Pada tahun 2010, Indonesiadiprediksi akan mampu memproduksiCPO hingga 23,2 juta ton danbahkan pada tahun 2020 akanditargetkan sebesar 40 juta ton CPO.Konsekwensi dari adanya rencanapeningkatan produksi CPO daritahun ke tahun adalah akan semakinbanyaknya lahan yang dibutuhkanuntuk dijadikan perkebunan sawit.

Pertanyaannya adalah: Dimanalokasi perkebunan sawit ini akan

dikembangkan ? apakah dilahan mineral ? atau di lahangambut ?? Jawaban yang palingmemungkinkan adalah di lahangambut ! Mengapa di lahangambut ? : “karena statuskepemilikan dan perolehanlahan tidak serumitpermasalahan di lahanmineral, selain itu lahangambut hampir tidakberpenduduk sehingga hampirtidak perlu biaya ganti rugi untukmemindahkan mereka ke lokasilain”. Sedangkan di tanah mineralselain memiliki peluang konflikyang tinggi dengan masyarakat,juga saat ini sudah sulitmemperoleh lahan mineral yangcocok bagi tanaman sawit dalamjumlah besar.

Namun demikian, issue utamapengembangan sawit di lahangambut bukan hanya padapengadaan lahannya, tapi jugadihadapkan pada berbagaikebijakan pemerintah, diantaranyaadalah: (a) Keputusan Presiden(Keppres No. 32/1990; yangmembatasi hanya gambut denganketebalan yang kurang dari 3meter boleh dibuka. (b) PeraturanMenteri Pertanian /Permentan No14/2009, yang menetapkan bahwajika dalam suatu konsesi terdapatlahan gambut dengan ketebalan >3 meter dengan luasan > 30% darikeseluruhan luas konsesi makaseluruh konsesi tersebut tidakboleh dibuka. (c) terkait Letter ofIntent antara Pemerintah Indonesia

dengan Norwegia (disepakati tangal26 May 2010)1, dimana dalam LoI inidinyatakan bahwa Indonesia akanmelakukan penundaan/suspensionterhadap pemberian ijin baru bagipembangunan di lahan gambut danhutan alam untuk sekurangnya 2tahun ke depan (2011-2012). Selaindibatasi oleh aspek kebijakan diatas, pembukaan lahan gambutuntuk perkebunan sawit juga dibatasioleh issue emisi GHG yangmenyebabkan perubahan iklimglobal. Karena perkebunan sawitmembutuhkan drainase air tanahgambut sekitar 60 – 80 cm, padahaldengan diturunkannya air tanahtersebut, materi gambut akanteroksidasi dan melepaskan gasrumah kaca CO2 dalam jumlahbesar. Hasil penelitian oleh PusatPenelitian Kelapa Sawit Medan(Sumatera Utara), pada tahun 20092

mendapatkan bahwa setiap haperkebunan sawit di lahan gambutyang air tanahnya diturunkan sekitar40 – 70 cm, akan mengemisikan 25-45 t CO2/ha/year, bahkan jika airtanah diturunkan hingga 80 cm akandapat mengemisikan CO2 sebesar51 ton CO2/ha/tahun (atau sekitar

1 Letter of Intent between the Government of the Republic Indonesia and the Government of Kingdom of Norway on “Cooperation on reducing greenhousegas emissions from deforestation and forest degradation”2 Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. 2009. CO2 Emission on Oil Palm Plantation: Field Observation. Paper presented during the INDONESIAN PALMOIL CONFERENCE AND PRICE OUTLOOK 2010. Bali International Convention Center - The Westin Resort, Nusa Dua, Bali 1 - 4 December 2009

Page 7: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 77777

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

.....bersambung ke hal 14

14 gr CO2/m2/hari). Semakindalam air tanah gambut didrainase, semakin besar tingkatemisi CO2-nya. Issue inicenderung semakin kompleksketika berbagai jenis vegetasi diatas lahan gambut harus ditebangdigantikan dengan sawit. Karenahal demikian, akan menyebabkanhilangnya habitat berbagai satwaliar termasuk berbagai jenistanaman yang ada di atasnya.Selain itu, kelompok kerja gasrumah kaca/GHG-WG dari RSPOsementara ini mengusulkan (belumdisepakati) bahwa nilai stok karbonpada lahan yang akan dibukauntuk perkebunan kelapa sawittidak boleh melampaui 35 toncarbon/ha (nilai ini setara dengankandungan karbon di lahan gambutsetebal 13 cm seluas 1 ha). Nilaiini belum/tidak memperolehkesepakatan oleh para pengusahasawit/planters, karena jikaditerapkan, selain akanmenimbulkan antagonismkebijakan di tingkat nasional/Indonesia (dimana laranganpembukaan sawit pada gambutdengan ketebalan > 3m) Vsinternasional (misal RSPO, dimanadiusulkan dibatasi pada lahangambut dengan < 35 ton C atauketebalan gambut < 13 cm) dantentunya akan membingungkanpara pengusaha. Tapibagaimanapun juga, jika produkCPO akan dijual ke pasaranInternasional, terutama Eropa,maka pihak pengusaha sawit akandihadapkan pada kebijakan yangberlaku di tingkat Internasional.

SEBARAN PERKEBUNANKELAPA SAWIT DI LAHANGAMBUT KALIMANTAN

Baru-baru ini, WetlandsInternational – IndonesiaProgramme telah melakukan suatu

kajian terhadap sebaran dan luasperkebunan kelapa sawit dimasing-masing propinsi yangterdapat di Kalimantan. Hasilkajian ini kemudian di ‘overlay’pada atlas sebaran gambutKalimantan yang telah diterbitkanoleh WIIP pada tahun 20043.

Dari hasil kajian tersebut diperolehinformasi seperti tercantum padaTabel 1 di atas.

Dari tabel tersebut terlihat bahwasekitar 30% (atau 1,76 juta ha)dari luas total lahan gambut (5,77juta ha) di Kalimantan telah danatau sedang ditanami kelapa sawit.Sekitar 40% (702 ribu ha) darisawit yang ditanam di Kalimantanberlokasi di lahan gambut denganketebalan > 3 meter, sedangkansisanya 60% (1,06 juta ha) beradadi lahan gambut dengan ketebalan< 3 m. Sedangkan daripersebarannya, ternyataKalimantan Tengah memiliki luasperkebunan sawit terbesar(754,674 ha), lalu diikutiKalimantan Barat (694,340 ha),Kalimantan Timur (247,827 ha) danKalimantan Selatan (65,453 ha).

Jika aspek kebijakan nasional(misal Keppres No 32/1990),seperti telah diuraikan di atas,diterapkan pada kondisipengembangan perkebunan sawit

di Kalimantan (seperti tertera padaTabel di atas) maka sekitar 40%(702 ribu ha) keberadaan sawittersebut telah menyimpang darikebijakan yang berlaku. Angkapenyimpangan ini diduga akanmenjadi lebih besar jika PermentanNo 14/2009 yang menjadi acuan.Jika semua perkebunan sawit yangterdapat di lahan gambutKalimantan (seluas 1,76 juta ha)melakukan drainase air tanahsedalam 70 cm dan emisi CO2adalah 45 ton CO2/ha/tahun(mengacu data PPKS 2009), makakegiatan ini berpotensimengemisikan sekitar 79,303,230ton CO2/tahun atau sekitar 790 jutatons CO2 pada tahun 2020 (angkaini akan menjadi lebih besar lagi,jika semua emisi GHG dariperkebunan sawit yang terdapat dilahan gambut seluruh Indonesiadiperhitungkan). Kondisi ini akanmenjadi tantangan besar bagi upayaPemerintah RI, karena di sisi laintelah menyepakati penurunan emisiGHG sebesar 26% (atau sekitar 770juta ton CO2 pada tahun 2020; AgusSari, 2010 in http://iklimkarbon.com/2010/02/24/komitmen-penurunan-emisi-indonesia-2020%E2%80%A8-26-%E2%80%93-41-di-bawah-bau/)seperti yang telah diumumkan padapertemuan G20 di Pittsburgh US,juga pada pertemuan UNFCCC-CoP 15 di Copenhagen in 2009.

Provinsi Luas Gambut Luas sawit Ketebalan gambut (%)(ha) di gambut (ha)

Kalimantan Barat 1,729,980 694,340 466,461 227,879 40.14

Kalimantan Tengah 3,010,640 754,674 461,665 293,009 25.07

Kalimantan Timur 696,997 247,827 104,366 143,461 35.56

Kalimantan Selatan 331,629 65,453 27,939 37,514 19.74

Jumlah 5,769,246 1,762,294 1,060,431 701,863 30.55

Tabel 1. Sebaran dan luas perkebunan sawit yang terdapat di lahan gambut Kalimantan

< 3m > 3m

(Sumber: Wetlands International - Indonesia Programme 2010, belum di publikasikan.Catatan: data di atas tidak memasukkan lokasi sawit di tanah mineral)

3 Wahyunto, S. Ritung dan H. Subagjo (2004). Peta Sebaran Lahan Gambut, Luas dan Kandungan Karbon diKalimantan / Map of Peatland Distribution Area and Carbon Content in Kalimantan, 2000 – 2002. Wetlands International- Indonesia Programme & Wildlife Habitat Canada (WHC).

Page 8: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

88888 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

Lokasi Penting BurungAir (biru) dan LokasiJaringan KerjaKemitraan (merah)

pada EAAF. Ilustrasi:Maki Koyama © 2008

Partnership for EAAF.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

KEMITRAAN Konservasi Burung Air Bermigrasidan Pemanfaatan Habitatnya secaraBerkelanjutan di Jalur TerbangAsia Timur - Australasia

Oleh :Tim Kemitraan JTATA

KEMITRAAN JALUR TERBANGASIA TIMUR AUSTRALASIA(JTATA)

D iluncurkan pada bulanNovember 2006.Kemitraan JTATA ini

merupakan inisiatif informal dansukarela dari para Mitra yangditujukan untuk melestarikan burungair migran, habitatnya dankehidupan masyarakat sekitarnya.

Saat ini tercatat 22 mitra yangmeliputi 10 negara, 3 lembagaantar-pemerintah, dan 9 organisasiinternasional non pemerintah.

Kemitraan menyediakan kerangkakerja bagi kerjasama internasional,mencakup:

• Mengembangkan Jaringan KerjaJalur Terbang dari lokasi yangmemiliki kepentinganinternasional bagi pelestarianburung air migran.

• Kegiatan kolaborasi untukmeningkatkan pengetahuan danmembangun kepedulianterhadap burung air migran disepanjang jalur terbang.

• Membangunkapasitas dalampengelolaanberkelanjutandan konservasihabitat burungair migransepanjang jalurterbang.

LATAR BELAKANG

JTATA adalah satudari delapan jalur terbangburung air migran utama di bumi.Jalur terbang ini membentang dariRussia timur jauh dan Alaska kearah selatan melalui Asia Timur danAsia Tenggara hingga Australia danNew Zealand, melewati 22 negara.Burung air migran membagi jalurterbang mereka dengan 45%populasi penduduk dunia.

Kawasan ini dihuni oleh sedikitnya50 juta burung air migran termasukBurung Pantai, Anatidae (bebek,angsa, itik) dan Burung Jenjang(cranes) - dari 250 jenis berbeda,dimana 28 jenis diantaranyaterancam secara global.

Saat ini terdapat 700 lokasi yangsecara internasional penting bagiburung air migran di sepanjangjalur terbangnya, sebagian besarlokasi tersebut berdampingandengan pemukiman penduduk dansangat rawan terhadap tekanan lajupembangunan sosial dan ekonomi.

PERTEMUAN MITRA

Pertemuan Flyway (Meeting of theParties/ MoP) merupakan forumpertemuan tahunan yangdilaksanakan guna membahasberbagai persoalan konservasiburung air migran dan pemanfaatanhabitatnya secara berkelanjutan.

Pertemuan pertama sekaligusperesmian Kemitraan inidilaksanakan di Bogor (November2006).

Wakil Mitra pada Pertemuan Mitra ke-4,Pebruari 2010. © 2010 Partnership for EAAF.

JARINGAN KERJA LOKASIJALUR TERBANG

Jumlah lokasi yang telah ditetapkan/dinominasikan sebagai JaringanKerja Lokasi Jalur Terbang wilayahAsia Timur-Australasia (East Asian-Australasian Flyway Site Network)hingga saat ini tercatat sebanyak 98lokasi dimana untuk Indonesia hanyamemiliki satu lokasi, yaitu TN Wasur.

Page 9: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 99999

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Pada tahun-tahun mendatangdiharapkan masing-masing mitradapat menominasikan lebih banyaklokasi sehingga seluruh tempat-tempatpenting yang memiliki nilai pentingbagi perlindungan burung migrandapat diselamatkan.

KELOMPOK KERJA

Kelompok Kerja memberikan arahandan dukungan dalam implementasiKemitraan Jalur Terbang. Tiapkelompok kerja mempunyai Ketuayang ditunjuk oleh anggota kelompokkerja. Terdapat lima kelompok kerja:

• Anatidae (Bebek-bebekan)• Avian Inluenza• Burung Jenjang (Cranes)• Burung Laut (Sea bird)• Burung Pantai (Shore bird)

MITRA

Kemitraan Jalur Terbang Asia Timur-Australasia terdiri dari unsurpemerintah, organisasi internasionalnon-pemerintah (NGOs) danorganisasi antar-pemeritnah yangmengakui isi text dan mendukungtujuan dan aksi kemitraan.Keanggotaannya terus terbukatermasuk bagi penggiat sektor bisnisinternasional.

Mitra saat ini:1. Australia (2006)2. Indonesia (2006)3. Jepang (2006)4. Filipina (2006)5. Korea Selatan (2006)6. Rusia (2006)7. Singapura (2006)8. Amerika Serikat (2006)9. Convention on Migratory Species

Sec. (2006)10. Sekretariat Konvensi Ramsar

(2006)11. Kelompok Studi Australasian

Wader (Australasian WaderStudies Group) (2006)

12. International Crane Foundation(2006)

13. Wetlands International (2006)14. WWF (2006)15. IUCN (2006)16. BirdLife International (2006)17. Wild Bird Society of Japan (2007)18. Royal Government of Cambodia

(2007)19. People's Republic of China

(2008)

BURUNG AIR BERMIGRASI

Burung air migran didefinisikansebagai burung migran yang secaraekologis tergantung pada lahanbasah. Dalam kemitraan ini, burungair migran mencakup populasiBurung Pantai, Anatidae (bebek,angsa dan itik), Burung Jenjang(cranes) dan Burung Laut (contoh:Divers, Cormorants, Gulls,Shearwaters, Auks) serta beberapakelompok lainnya yang secara teratursiklusnya dan dapat diprediksimenyeberangi satu atau lebihperbatasan jurisdiksi nasional.

Selama melakukan migrasi, burungair sangat bergantung pada habitatlahan basah untuk beristirahat,makan dan mengumpulkan enerjiuntuk melanjutkan perjalanannya.Oleh karena itu, kerjasamainternasional sepanjang jalur migrasimereka sangat penting, untukmelestarikan dan melindungi burungair migran dan habitat dimanamereka sangat bergantung.

KEGIATAN

Kegiatan-kegiatan yang telahdilakukan oleh para anggota mitra diIndonesia, antara lain:

1. Lokakarya Nasional KonservasiBurung-Pantai Migran (13-14Oktober 2003)

2. Pelatihan Survey Burung-Pantaidi JAWA (Maret-April 2005) danSUMATRA (April 2006)

Mallards in flight.@ 2006 Available Light Images

Black-necked Crane in Flight.@ 2007 Available Light Images

3. Lokakarya PengembanganKemitraan Nasional PengelolaanBurung Air Bermigrasi danHabitatnya secara Berkelanjutan(13-14 Mei 2008)

4. Asian Waterbird Census inIndonesia (AWC)(sejak 1987 hingga saat ini)

5. Penandaan burung air migran/pantai (sejak tahun 2006)

6. Monitoring Burung PantaiIndonesia (MoBuPI)(sejak 2007 s/d sekarang)

7. Dukungan terhadap KomnasPenanganan Flu Burung terkaithubungan antara Flu Burungdengan Burung Liar(2008)

8. Penyadartahuanmengenai pelestarianburung air untukmasyarakatkhususnya pelajar

9. Pembuatan materi-materi publikasitentang burungair.

Page 10: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

1010101010 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Sebaran RAMIN di Kalimantandan Strategi Pelestariannya

Oleh :Iwan Tri Cahyo Wibisono*

MENGENAL RAMIN LEBIHDEKAT

Secara taksonomi, raminmerupakan anggota darigenus Gonystylus,

Family Thymeliaceae. Dalam duniaperdagangan kayu internasional,kayu ramin merupakan salah satukomoditas primadona denganjulukan “an attractive, high classutility hardwood” karena memilikitekstur sangat halus dan memilikikualitas yang tinggi. Jenis-jenispohon yang termasuk kedalamgenus Gonystylus mencapai 30jenis, dimana salah satunya adalahGonystylus bancanus Kurz. yanghabitat alaminya di Hutan RawaGambut (HRG). Dalam artikel ini,ramin mengacu pada jenis ini,yaitu Gonystylus bancanus Kurz.

Di Indonesia, tegakan ramin dapatdijumpai di lima propinsi yaituRiau, Jambi, Sumatera Selatan,Kalimantan Tengah danKalimantan Barat. Dalam habitatalaminya di Hutan Rawa Gambut,pohon ramin mampu mencapaitinggi 50 m dengan diameterhingga 120 cm. Pohon dewasamemiliki batang berbentuksilindris, lurus, dan tidak berbanir.

Semenjak diberlakukannya sistemHPH (Hak Pengusahaan Hutan) diIndonesia, populasi tegakan ramindi alam menurun tajam akibatover eksploitasi hingga mencapaibatas yang sangat menguatirkan.Kondisi ini telah mengundang

perhatian berbagai kalanganuntuk berusaha menyelamatkandan melestarikan jenis ini. Padatahun 2001, CITES memasukkankayu ramin ke dalam appendix III,yang kemudian diikuti olehpemerintah Indonesia denganmengeluarkan Kepmenhut No.127tahun 2001 yang melarangpenebangan pohon ramin. Padatahun 2004, IUCN kemudianmenaikkan statusnya ke dalamappendix II. Saat ini, berbagaiupaya sedang ditempuh olehberbagai pihak untukmenyelamatkan dan melestarikanjenis ini.

POTENSI DAN SEBARANRAMIN DI KALIMANTAN

Di Propinsi Kalimantan Tengah,tegakan ramin dapat dijumpai diTaman Nasional Tanjung Puting,DAS Sebangau dan DASMentaya. Sementara di PropinsiKalimantan Barat, tegakan raminRamin dapat dijumpai diKabupaten Sambas, Cagar AlamMandor, Cagar Alam MuasraKaman, Taman Buru GunungNyiut, Suaka Margasatwa PleihariMartapura, Taman NasionalDanau Sentarum dan TamanNasional Gunung Palung sertasekitarnya. Terdapat kemungkinanbahwa jenis pohon ini dapatditemukan di beberapa daerahlahan basah lainnya (ForestWatch Indonesia.

Tim Studi Perdagangan Domestikdan Internasional Kayu Ramin FWI(2002) memperkirakan bahwategakan ramin (standing stock) diPropinsi Kalimantan Tengah sekitar23.11 juta m3. Dari volumetersebut, 8.9 juta m3 berada diHutan Rawa Primer dan 14.21 jutam3 di Hutan Rawa Sekunder.

Berdasarkan analisis dari datapotensi tahun 2002-2004, timterpadu studi ramin ITTO-Dephutmenyimpulkan bahwa potensi kayuramin di hutan sekunder jauh lebihbesar dibandingkan hutan primer.Di Kalimantan Barat, diperkirakantotal volume ramin yang tersisasekitar 3.879.966 m3, dimana3.362.659 m3 berada di hutansekunder dan 517.306 m3 beradadi hutan primer. Sementara diKalimantan Tengah, total volumeramin yang ada diperkirakanmencapai 7.128.312 m3, dimana6.623.833 m3 berada di HRGsekunder dan 504.974 m3 beradadi HRG primer.

Lebih lanjut dalam analisisnya, timmelakukan kajian terhadap potensitegakan ramin pada enamkawasan konservasi di Indonesia,termasuk di Kalimantan Tengahdan Barat. Asumsi yang digunakandalam analsis ini adalah bahwa80% kawasan konservasi memilikitegakan ramin, dimana 10% nyatelah di tebang secara illegal. Hasildari kajian ini terangkum dalamtabel 1 berikut ini.

Page 11: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 1111111111

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Di Desa Lahei (Kec. Mentangai,Kab. Kapuas, KalimantanTengah), terdapat suatu kawasanseluas 200 hektar yang memilikipotensi ramin tinggi yaitu 24.9individu/hektar. Sesuai denganpermohonan desa, lokasi iniditunjuk sebagai kawasankonservasi Hutan Ramin padatahun 2003 berdasarkan SKBupati Kapuas No. 705/2003.Selain itu, kawasan ini juga telahmendapatkan sertifikasi sebagaisumber benih tanaman hutanramin dengan klasifikasi tegakanbenih teridentifikasi dari BPTHKalimantan Selatan Nomor: 021/V-BPTH.KAL-2/SFTK/2004.

STRATEGI PELESTARIANJENIS RAMIN

Pelestarian jenis ramin sebaiknyadilakukan dengan pendekatanyang tepat dan intergal. Perlujuga dipahami bahwamelestarikan ramin tidak hanyaterfokus pada kayu ramin saja,melainkan juga harus melihathabitat secara ekologis. Tanpalangkah demikian, maka upayapelestarian ramin akan berjalantidak efektif dan sia-sia. Dibawah ini adalah beberapalangkah yang direkomendasikandalam rangka melestarikan jenisramin.

A. Mempertahankan danmemelihara tegakan raminyang tersisa

Langkah mendesak yang harusdilakukan saat ini adalah denganmelindungi tegakan sisa raminyang saat ini masih ada dilapangan. Lebih jauh lagi, tegakansisa ini harus dibina dan dipeliharasehingga dapat dimanfaatkanuntuk keperluan rehabilitasimisalnya sebagai pohon induk,sumber anakan alam, sumberbahan kultur jaringan dan lain-lain.

B. Perlindungan danpengamanan habitat ramin

Dalam melestarikan ramin, langkahterpenting yang harus segeradilakukan adalah melindungi danmengamankan Hutan RawaGambut yang merupakan habitatalami ramin. Pemantapan kawasanmerupakan langkah awal mendasaryang harus dilakukan olehpemerintah misalnya pemberianstatus kawasan lindung terhadapHutan Rawa Gambut. Sebaliknya,pemerintah harus menghentikanpemberian ijin HPH, HTI danPerkebunan di lahan gambut.Dengan langkah ini, secara statuskawasan, hutan rawa gambut akanaman dari intervensi kegiatankomersial.

Langkah lain yang dapat dilakukanoleh pemerintah adalah denganmemberikan kemudahan,kesempatan atau bahkan insentif

bagi para pihak yang ingin mengelolalahan gambut dengan skemaRestorasi Ekosistem (RE). Melaluiskema pengelolaan ini maka HRGyang mengalami telah terdegradasidiharapkan dapat dipulihkan kembalisehingga mampu menjalankan fungsidan manfaatnya secara optimal.

Namun demikian, langkah di atastidak serta merta menyelesaikanpermasalahan di lapangan. Langkahkonkret perlindungan danpengamanan di tingkat lapanganharus dilakukan antara lain programpencegahan dan pengendaliankebakaran, pemberantasan illegallogging, monitoring kawasan dll.

C. Restorasi hutan rawa gambut

Tujuan utama dari restorasi adalahmemulihkan kondisi hutan rawagambut sehingga mampumanjalankan fungsi ekologisnyasecara optimal. Restorasi hidrologimelalui penutupan kanal dapatdilakukan untuk mengatasi hutan/lahan gambut yang sistemhidrologinya mengalami kerusakan.Di areal eks PLG (KalimantanTengah), WI-IP melalui proyekCCFPI dan CKPP telah melakukanpenutupan kanal di 18 titik.Berdasarkan pengamatan lapangan,langkah ini secara signifikan mampumengurangi resiko kebakaran danmempercepat laju suksesi danregenerasi alami terutamadisepanjang kanal yang ditutup.

Tabel 1. Estimasi potensi ramin di kawasan konservasi di Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat

Propinsi Areal Konservasi Luas Potensi (individu) Volume(m3)

Kalimantan Tengah Tanjung Puting NP 414,000 697,505 624,804Sebangau NP 589,000 510,892 373,287Nyaru Menteng Arboretum 65 57 41

Kalimantan Barat Mandor Nature Reserve 3,080 10,491 16,757Muara Kendawangan Nature Reserve 150,000 510,948 816,100Danau Sentarum 80,000 272,506 434,253

.....bersambung ke hal 23

Page 12: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

1212121212 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Penelitian Migrasi Burung& Usaha Konservasi di Pantai Cemara, Jambi

Oleh :Fransisca Noni*

P antai Cemara, Jambi yangberlokasi di Pantai TimurJambi memiliki keunikan

tersendiri. Pasang surut air yangtidak sama setiap harinyamembentuk pola dataran pasirberlumpur yang berbeda setiap hari,tidak seperti pantai lain padaumumnya. Tidak hanya itu, setiaptahunnya, burung pantai migran yangbermigrasi sepanjang Jalur AsiaTimur Australasia (dari Artik/Asiatimur barat hingga Australia)menggunakan pantai ini sebagaisalah satu tujuan migrasi. Selamamusim migrasi ini, ribuan burungpantai datang ke Pantai Cemarauntuk beristirahat dan mencarimakan. Alasan inilah, semenjaktahun 1986, Pantai Cemaramerupakan salah satu lokasi yangsering dikunjungi para peneliti asingmengenai burung. Tidak hanyaburung, hewan lain yang ada dilokasi ini juga menarik, dari jenisserangga hingga mamalia – sebagaicontoh, WCS menemukan jejak dariHarimau, Panthera tigris Sumatranaedi lokasi ini pada tahun 2009.

Wildlife Conservation Society (WCS)mulai datang ke Pantai Cemaratahun 2007 untuk tujuan penelitianmengenai virus flu burung sebagaisalah satu cara deteksi dinikeberadaan virus tersebut. Selainpenelitian mengenai flu burung,WCS juga berpartisipasi dalam studimengenai migrasi burung pantaisecara international denganmelakukan penandaan berupabendera warna dan cincin padaburung yang tertangkap danmelepaskannya kembali ke alam.

Adapun bendera warna yangdipasang di Sumatra berwarnaorange dan hitam. Pemberianwarna dari bendera iniberdasarkan kesepakatan AWSG(Austaralasian Waders StudyGroup) dan Wetland Oceania,sedangkan cincin yang digunakanbekerjasama dengan LIPI(Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia) dan Lab ornithology,Universitas St. Petersburg, Rusia.Penandaan ini berguna bagi parapengamat burung dalammelaporkan dan membagiinformasi data, serta mempelajarijalur migrasi dari burung pantai.

Penelitian WCS berfokus padaburung air, namun jugamenangkap dan memberikan cincinpada burung paserin. Terhitungdari tahun 2007 hingga 2010,jumlah jenis burung yangtertangkap sekitar 3000-an individudari 65 jenis burung. Diantaranyaterdapat 11 jenis burung pantai,dara laut dan paserin yangdilindungi oleh Undang-undang diIndonesia dan 5 jenis burungpantai dan paserin yang dilindungiberdasarkan IUCN.

BURUNG TERANCAM PUNAH

Banyak hal yang membuat burung-burung di Indonesia menjaditerancam. Penurunan kualitas,modifikasi, hilangnya habitat danperdagangan dari jenis burungendemik dan migrasi merupakanancaman serius bagi jenis-jenisburung (Shannaz, J., P. Jepson dan

Rudyanto, 1995). Peraturanperundangan RI, diantaranya PP.No. 7 tahun 1999, mengatur tentangperlindungan suatu jenis hewan dantumbuhan yang memiliki populasidalam jumlah kecil, adanyapenurunan tajam pada jumlahindividu di alam serta distribusiwilayah terbatas (endemik). Statusperlindungan bisa berbeda denganstatus yang diberikan secarainternasional. Secara international,IUCN menggunakan beberapakriteria untuk menerangkan statusdari suatu jenis di alam liar: PunahExtinct (EX), jika tidak ada keraguanlagi bahwa individu terakhir telahmati; Punah di alam Extinct in thewild (EW), jika dengan pastidiketahui bahwa jenis tersebuthanya hidup di penangkaran atauhidup kembali di luar sebaranaslinya; Kritis Critically Endangered(CR), jika jenis tersebut menghadapiresiko kepunahan sangat tinggi dialam; Rentan Vulnerable (VU), jikajenis tersebut tidak termasuk dalamkategori krisis atau genting tetapimenghadapi resiko kepunahan tinggidi alam; Genting Endangered (EN),jika jenis tersebut tidak termasukdalam kategori krisis danmenghadapi resiko kepunahansangat tinggi di alam dalam waktudekat; Hampir terancam NearThreatened (NT), jika taxon yangmungkin berada dalam keadaanterancam dengan kepunahan cukupmendekati, meski tidak masuk kedalam status terancam; Resikorendah Least Concern (LC), jikasuatu jenis yang telah dievaluasi dantidak masuk ke dalam kategori

Page 13: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 1313131313

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

.....bersambung ke hal 22

manapun; Kurang Data DataDeficient ((DD), jika informasi suatujenis tidak memadai dalam haldistribusi atau status; TidakDievaluasi Not Evaluated (NE), jikasuatu jenis tidak dinilai berdasarkankriteria di atas.

Di Pantai Cemara, WCSmendapatkan beberapa jenis yangdilindungi oleh PP No. 7 Tahun1999: Burung-madu kelapa, Dara-laut Benggala, Dara-laut biasa,Dara-laut jambul, Dara-laut kaspia,Dara-laut kecil, Dara-laut kumis,Gajahan pengala, Gajahan timur,Trinil Nordman and Trinil lumpur-Asia. Trinil Nordman dan Trinillumpur-Asia juga termasuk dalamresiko yang tinggi pada status IUCN(EN dan NT), sedangkan yang laintermasuk dalam status Resikorendah (LC). Sebagai tambahan,beberapa jenis yang termasukdalam resiko tinggi pada statusIUCN, namun tidak dilindungi olehPP No. 7 Tahun 1999: Biru-lautekor- hitam, Paok bakau danPemandu lebah-Asia.

Trinil Nordman Tringa guttifer,merupakan jenis yang termasukGenting (EN) yang memiliki ukuranmedium pada jenis Sandpiper, yaituantara 29-32 cm. Jenis ini sangatsulit dibedakan dengan jenis Trinilkaki hijau Tringa nebularia yangjuga memiliki warna bulu abu-abu,namun masih dapat dibedakan dariwarna kakinya yang lebih kuningdibanding jenis Trinil Kaki hijauyang memiliki kaki berwarna hijau.Jenis yang merupakan suku dariScolopacidae ini berbiak di RusiaTimur sepanjang selatan-barat danpantai utara Laut Okhotsk dan diPulau Sakhalin. Di dunia jumlahjenis ini antara 500-1000 diseluruh dunia. Antara tahun 2007dan 2010, WCS telah menangkap 5individu burung yang telahdipasangi benera dan cincin.

Trinil-lumpur Asia Limnodromussemipalmatus. Memiliki ukuran 25-35 cm, memiliki paruh yang

panjang, lurus, berwarna hitamdengan warna kebiruan pada bagianpangkal bawah; berwarna merahmuda pada individu muda. Seringmakan bersama dengan kelompokBiru- laut ekor-blorok. Di alamjumlah jenis ini 23.000 individu.Jenis ini berbiak di Siberia bagianselatan (tidak banyak), Mongoliabagian utara dan China tenggara.Antara tahun 2007 dan 2010, WCStelah menangkap 58 individu.

warna bulu tidak berbiak, Cerekmuka-putih memperlihatkan warnaabu pada bagian atas daripada Cerektilil. Jenis ini tercatat China,Vietnam, Malaysia, Singapura danIndonesia. Di Indonesia sendiri telahdua kali menangkap dan diberikanbendera warna dan cincin.

USAHA KONSERVASI

WCS juga melakukan aktivitaspendidikan lingkungan kepada anak-anak yang ada di sekitar PantaiCemara, agar mereka lebihmemahami dan menyadari untuk tidakmerusak alam, seperti memburuburung dan membuang sampahsembarangan. Usaha konservasi telahdilakukan oleh LSM lokal yangpertama kali datang ke desa ini yaituGita Buana. Dalam usahanya GitaBuana dan WCS telah memberikaninformasi mengenai pentingnya habitatdi sekitar Desa Cemara. Selain itukedua organisasi ini bersama-samadengan masyarakat Desa Cemaramenanam pohon, seperti Pohon Api-api dan Bakau. Pendidikan lingkungandi Pantai Cemara telah menghasilkandampak yang nyata pada pantaisemenjak tahun 2007, lingkunganmenjadi lebih hijau dan semakinbanyak burung-burung yang datangmencari makan atau bertengger dipohon-pohon tersebut.

WCS juga mendapatkan jenis yangsudah lama tidak ditemukankembali. Cerek muka-putihCharadrius leschenaultii dealbatus,dijelaskan oleh Robert Swinhoepada tahun 1870 sebagai jenisyang berbeda dengan Cerek tilil,meskipun terlihat mirip. Jenis inimemiliki ukuran seperti Cerek tililnamun sedikit agak besar. Padabagian kepala lebih besar dariCerek tilil, pada bagian penutupsayap (kecuali penutup bulu primer)berwarna lebih pucat dari buluCerek tilil dan memberikan warnayang kontras dengan warna alulayang berwarna hitam, penutup buluprimer dan pada bagian luar buluprimer dari warna cerek tilil. Pada

Biru-laut ekor-blorok (Foto: WCS)

Cerek mua-putih (Foto: WCS)

Usaha-usaha konservasi melaluiPendidikan Lingkungan bagi siswa-siswi

sekolah dasar. (Foto: WCS)

Page 14: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

1414141414 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

..... Sambungan dari halaman 7

Penurunan Emisi GRK 26% vs ...........

Kegiatan berkebun sawit diKalimantan (baik ditanah mineralmaupun gambut) memang relatifmasih sangat baru (pada umumnyakurang dari 10 tahun), dibandingkandengan Sumatera yang telahmelakukannya (di tanah mineral)sejak jaman penjajahan Belanda(misal oleh Maskapai OliepalmenCultuur, Maskapai Huilleries deSumatra dan oleh PalmbomenCultuur Mij). Pengalaman-pengalaman/pembelajaran yangdiperoleh dari berkebun sawit dilahan gambut Sumatera (apalagiKalimantan) pada umumnya masihterbatas; yaitu belum mencapai siklusperemajaan, yang biasanya dilakukansetelah sawit berumur > 20 tahun.Dari laporan oleh Winarna, 2007dalam PPKS 2009, yang menelitiproduktivitas sawit di lahan gambut,dilaporkan bahwa semakin dalamketebalan gambutnya, semakinmenurun produksi tandan buah segar(fresh fruit bunch) sawit (berumur 6-10 tahun); yaitu dari 23 ton FFB/ha/thatau 4 ton CPO/ha/th (ketebalangambut sapric 48 cm) menjadi 14,8ton FFB/ha/th atau 2,5 ton CPO/ha/thpada gambut fibric dengankedalaman 4,5 m.

Dari beberapa kunjungan lapanganyang dilakukan team survey WIIP keperkebunan sawit di Sumatera danKalimantan belakangan ini, diketahuibanyak permasalahan yang dihadapi,diantaranya; kebanjiran dimusimhujan dan terbakarnya lahan dimusimkemarau, ambelasnya/subsidensigambut yang akhirnya menyebabkanpohon sawit doyong dan matinyatanaman sawit akibat teroksidasinyapirit pada tanah gambut yangmenyebabkan munculnya asam sulfatyang meracuni tanaman. Keduaissue yang disebutkan terakhir belumbanyak mendapat perhatian olehpara pengambil kebijakan, parapengembang maupun para peneliti.

Doyongnya pohon-pohon sawit(bahkan hingga mencapai 60% daritotal tanaman sawit yang ditanamoleh perkebunan sawit swasta diRiau, Sumsel, Jambi dan Lampung)dan layunya daun-daun sawit didesa Mesuji Lampung (diduga olehkeracunan pirit yang telah teroksidasimenjadi asam sulfat) belum pernahdikaji. Jika kedua kondisi inidibiarkan tetap berlangsung, makakerugian financial (produktivitas buahsawit menurun) maupun kondisilingkungan akan menurun.[catatan sebagai pembanding: saatbooming bisnis udang di Indonesiapada awal 1970-an, banyak hutanmangrove ditebang dijadikan tambakudang, akhirnya bisnis ini runtuhakibat udangnya terserang virus‘white spot’ dan akhirnya banyaktambak kini terlantar atauditinggalkan, dan kondisi hutanmangrove nya jadi merana / rusak.Kondisi serupa juga dikawatirkanterjadi pada lahan /rawa gambutyang ditanami sawit, dimana hutanrawa gambut terlanjur dibuka untukperkebunan sawit dan akhirnyadiabaikan karena lahan gambutgagal menghasilkan buah sawit].

Sebagai contoh, saat ini sekitar 300ribu hektar perkebunan sawit diKalimantan Tengah terdapat padalahan gambut yang mempunyaikedalaman gambut lebih dari 3meter, memiliki substratum pasir danberpontensi munculnya sulfat masam(pirit). Kunjungan lapang yangdilakukakan oleh team WIIP diKalimantan Tengah bulan Juli danAgustus 2010 yang lalumendapatkan sekitar 20,000 haperkebunan sawit di KecamatanKahayan Tengah, Kabupaten PulangPisau, berada pada lahan gambutdengan substratum pasir kuarsa.Substrat semacam ini tidak dapatmengikat atau memegang unsur-unsur hara yang diperlukan oleh

tanaman disebabkan karena sifat fisikpasir yang lepas (loose) dan tidakdapat menyimpan air untuk menjagakelembaban tanah, sehinggakesuburan tanah menjadi sangatrendah dan pertumbuhan tanamanakan terhambat/mengalami kekerdilanLokasi seperti ini seharusnyaditetapkan sebagai kawasankonservasi karena apabila lapisantanah gambutnya hilang oleh erosi,maka akan mengakibatkan lahanmenjadi hamparan pasir yang keringdan akan menyebabkan terjadinyabanjir karena lahan sudah tidak dapatmenyerap kelebihan air hujan.

Terkait dengan semua uraian di atas,terutama terkait dengan komitmentpemerintah dalam mereduksi emisiGHG sebesar 26% maka segalabentuk kegiatan di lahan gambutyang melakukan drainase air tanahgambut, sebaiknya dilarang. Hal inijuga relevan dengan LoI yang telahditandatangani antara pemerintah RIdengan pemerintah Kerajaan Norwaydimana dalam dua tahun kedepanpemberian ijin pembukaan lahangambut dan hutan alam dihentikan.Untuk menanggulangi kebutuhanlahan untuk perkebunan sawit, sudahsaatnya pemerintah melakukanpemetaan lahan secara comprehensifdi seluruh wilayah Indonesia.Pemetaan tidak saja mencakup aspekkelayakan lahan bagi tanaman sawit,tapi juga status kepemilikan lahan,potensi konflik, tumpang tindih (tataruang) dengan penggunaan lahanuntuk tujuan produksi pangan (misalpadi) dll. Dari hasil pemetaan iniselanjutnya dapat digunakanmembuat kebijakan pengembangansawit yang lebih ramah lingkungandan berkelanjutan.

*Wetlands International - IP** Center of Soil Research and Agro

Climate, Bogor

Page 15: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 1515151515

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

Dokumentasi Foto-foto

Foto 1. Contoh Kebun sawit dilahan gambut dalamdi Kota Bangun, Kalimantan Timur

Foto 2. Tanaman Kelapa Sawit berumur 6-7 tahun yang tumbuhmiring di Mesuji, Lampung

Foto 2. Tanaman Kelapa Sawit berumur 6-7 tahun yang tumbuhmiring di Mesuji, Lampung

Foto 3. Tanaman Kelapa Sawit yang daunnya layu akibat berada padalahan gambut bersulfat masam (Foto lokasi Mesuji, Lampung)

Foto 4. Tanaman sawit (berumur < 1 tahun) berada pada lahangambut dengan substratum bawah berupa pasir kuarsa

(Foto lokasi Kahayan Tengah, Kalteng)

Foto 5. Bekas areal tambang timah yang ditanami kelapa sawitdi Bangka, Sumatera

Page 16: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

1616161616 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Fenomena Gagang Bayam Bertelurdi Pesisir Sumatera Utara

Oleh:Hasri Abdillah*

P esisir timur Sumatera Utara, sudahsangat dikenal sebagai habitat bagikelompok burung air, termasuk

burung air bermigrasi. Selama ini kawasanpesisir Bagan Percut merupakan tempatfavorit bagi pengamat burung yang ada dikota Medan dan sekitarnya untuk melihatkawanan burung pantai migran (waders)yang biasa mencari makan di hamparanlumpurnya.

Namun, dari hasil pengamatan yang sayadan beberapa rekan mahasiswa BiologiUSU lakukan, ternyata ada daerah lain yangmenjadi habitat dan tempat mencari makanbahkan tempat bertelur bagi burung-burungair ini. Lokasi temuan tersebut tepatnya dipesisir Desa Sei Tuan Kecamatan PantaiLabu Kabupaten Deli Serdang, yangberjarak sekitar 28 km dari pusat kotaMedan. Dari pengamatan yang dilakukansejak bulan Mei hingga Juli 2010 ini, dipesisir ini tim berhasil menemukan tidakkurang dari 50 ekor gagang bayam (Gagangbayam belang/ Himantopus himantopus danGagang-bayam timur/ Himantopusleucocephalus) 3 ekor diantaranya terlihatmasih dalam fase remaja, serta 12 sarang.Dari 7 sarang yang berhasil didekatiterdapat sebanyak 24 butir telur dimanadalam satu sarang terdapat sekitar 2-5 butirtelur. Kemungkinan masih banyak lagisarang-sarang lain yang tidak teramatimengingat masih luasnya areal pengamatanyang belum disinggahi. Sarang-sarangtersebut dibangun dari rerumputan keringyang disusun sedemikian rupa membentukgundukan setinggi ± 14 cm dengandiameter puncak sarang sekitar 11 cm dandiameter dasar sarang sekitar 23 cm.

Gagang bayam yang ditemukan sedang mengerami telur-telurnya (atas); dantelur-telur burung gagang bayam dalam sarang (bawah)

(Foto: Hasri Abdillah)

Page 17: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 1717171717

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Dari pengamatan kami, ada 2 tipelokasi tempat dibangunnya sarang,yaitu rawa rumput dan arealperkebunan sawit. Sarang-sarangyang ditemukan di rawa sebagianbangunan sarang terendam air,namun pada pengamatan yangkami lakukan di bulan Mei 2010yang bertepatan dengan musimpasang perbani, kami menemukanbeberapa sarang terendam airsehingga telur juga ikut terendam.Mungkinkah ini terjadi karenaburung-burung ini belum mengenalkondisi kawasan ini, sehingga“mereka” tidak mengetahui berapatinggi kenaikan air pada saatpasang perbani ini? Sementarasarang yang terdapat di arealkebun sawit dibangun dipermukaan tanah kering dan jugadi bagian kebun yang sedikittergenang. Kondisi sarang di arealkebun ini relatif lebih aman darikemungkinan terendam air, sebabareal kebun sawit ini terlindungdari pengaruh pasang-surut airlaut. Di beberapa sarang terlihatinduk gagang bayam sedangmengerami telurnya, sehingga halini menambah keyakinan kamibahwa sarang-sarang ini adalahsarang gagang bayam yangsedang bertelur.

Namun, sampai saat ini belumterlihat satupun telur yang berhasilmenetas, pada setiap minggupengamatan selalu saja ada teluryang hilang dari sarangnya,dugaan kami telur tersebutdimangsa biawak ataupun telahdiambil masyarakat sekitarnyayang telah mengetahui keberadaantelur tersebut. Kami belummengetahui mengapa burung airyang merupakan burung migran inibertelur di pesisir Sumatera Utara.Apakah karena habitatnya cocokatau memang telah terjadiperubahan tingkah laku burung ini?Namun yang pasti, ini merupakantemuan yang sangat berharga bagiperkembangan dunia perburungan,khususnya di Indonesia.

Di sekitar lokasi berbiak tersebut,kami juga menemukan Terik asia(Glareola maldivarum), Bangaubluwok (Mycteria cinerea), Kuntulbesar (Casmerodius albus), Kuntulkecil (Egretta garzetta) danKokokan laut (Butorides striatus).

Saat ini, areal perkebunan sawit inimemang masih dapatdimanfaatkan oleh gagang bayamsebagai lokasi berbiak sebabtanaman sawit yang ada masihrendah dengan tinggi sekitar 1 m.

Rawa berumput, tempat ditemukannya sarang burung gagangbayam (Foto: Hasri Abdillah)

Namun kedepannya, disaattanaman sawit sudah semakintinggi dimana kanopinyapunsemakin rapat dan tanahdisekitarnya semakin kering,apakah si burung berkaki panjangnan indah ini masih bisa berbiakdan bertelur di lokasi ini, atau akanberpindah ke lokasi lain yang lebihsesuai baginya untuk berkembangbiak dan mencari makan? Konversihutan mangrove menjadiperkebunan sawit merupakanancaman yang sangat besar bagikelangsungan keberadaan gagangbayam dan burung air lainnya.Ditambah lagi maraknya aksiperburuan dan pengambilan telurserta pemangsa alaminyamerupakan ancaman lain bagikehidupan gagang bayam besertatelurnya. Oleh sebab itu,diperlukan sebuah aksi bersamadengan melibatkan seluruh stakeholder untuk melakukanpelestarian dan penyelamatanwilayah pesisir serta hutanmangrove sebagai pelindungdaratan dan habitat berbagai jenisburung air, khususnya di SumateraUtara.

*Sumatra Rainforest Institute/SRIEmail: [email protected]

Sarang burung gagang bayam juga ditemukan di arealkebun sawit (Foto: Hasri Abdillah)

Page 18: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

1818181818 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Jenis-jenis Tumbuhan yang Tersimpandi Kawasan Hutan MALINAU, Kalimantan Timur

Oleh:Dra. Esti Munawaroh*

Ekosistem alami yang tersisadi WilayahKabupaten Malinau mengalami tekananyang masif dari kegiatan eksploitasi,

konversi, illegal logging dan perambahan(encroachment). Sehingga dikhawatirkan untukbeberapa tahun mendatang kawasan ekosistemalami di wilayah ini tidak mampu lagi mencukupikebutuhan bagi penghuninya. Masyarakat lokaldi beberapa Kecamatan di kawasan ini telahmengalami kondisi dimana mereka sudahkesulitan mendapatkan hasil hutan baik kayubahan bangunan maupun hasil hutan non kayu.Akibatnya masyarakat lokal harus melakukanstrategi adaptasi terhadap perubahan kondisilingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu studipengetahuan masyarakat Dayak tentangpengelolaan sumberdaya hayati dan aspekkelestariannya ini sebagai salah satusumbangan untuk membantu memudahkanmasyarakat lokal mengembangkan danmengadaptasikan diri pada perubahanlingkungannya, sehingga mereka mampu untukbersaing dengan kelompok masyarakat lainnya,khususnya masyarakat pendatang.

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber dayaalam yang lebih menitik-beratkan pada upayaeksploitasi untuk kepentingan ekonomi semata,telah menyebabkan terjadinya degradasikekayaan jenis sumber daya alam. Sebagaiakibatnya telah terjadi perubahan kondisiekosistem yang pada akhirnya telahmenyebabkan perubahan-perubahan yang

Page 19: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 1919191919

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

memerlukan perlakuan khusus.Beberapa hal yang dirasakanmasyarakat di sekitar Malinaupada saat ini adalah seringterjadinya banjir, sumber airmenjadi keruh, dan kekeringanpada musim kemarau.

Sesuai dengan prinsip dan konsepstrategi konservasi dunia,konservasi memiliki aspek-aspekyang saling terkait, yaituperlindungan proses ekologis sertapengawetan keanekaragaman jenisdengan maksud untuk menyanggakeanekaragaman jenis tidak

punah. Pengawetan merupakansuatu usaha dan tindakankonservasi untuk menjaminkeanekaragaman jenis, meliputipenjagaan agar unsur-unsurtersebut tidak punah, agar masing-masing unsur dapat berfungsidalam alam dan agar senantiasasiap untuk sewaktu-waktudimanfaatkan bagi kesejahteraanmanusia.

Khusus tumbuhan bergunaberdasarkan pemanfaatannyamereka mengelompokkannyasebagai berikut : tumbuhansebagai bahan pangan, bahansandang, bahan bangunan, bahanalat (rumah tangga, pertanian,perang), kerajinan, kesenian, obat-obatan tradisional dan kosmetika,pelengkap upacara adat, kayubakar dan lain-lainnya.

Suatu kenyataan bahwamasyarakat Dayak tidak pernahkekurangan bahan pangan, selainbahan pangan tersebut dipenuhidari hasil usaha taninya juga hasilmeramu, berburu dan menangkapikan. Kekayaan jenis tumbuhanbahan pangan yang dimilikiwilayah ini disatu sisi sangatbermanfaat dan menguntungkanbagi masyarakat, tetapi disisi lainmempunyai pengaruh yang besarterhadap etos kerja masyarakatDayak dalam mengembangkan

kekayaan sumber daya tumbuhanberguna yang dimilikinya.Masyarakat merasa semua telahtersedia di alam mengapa harussusah-susah membudidayakannya.Kondisi seperti inilah yang seringkita temui di lapangan disaat kitaingin memberdayakan danmengembangkan sumber daya alamhayati yang ada di kawasan ini.Seperti yang terjadi pada saat inimisalnya, kekayaan sumber dayatumbuhan berguna tersebut menjadisemakin berkurang bahkansebagian telah sulit ditemukanakibat dari konversi lahan daneksploitasi hasil hutan berlebihan.Sehingga kita perlu mulaimengembangkan jenis-jenistumbuhan berguna dan berpotensitersebut agar tidak punah dan demiuntuk kepentingan ekonomimasyarakat. Permasalahannyaadalah bagaimana kitamenumbuhkan pandangan bahwaketersediaan bahan pangan tidakselamanya tersedia akibat dariperubahan kondisi ekosistem danperubahan kebutuhan hidup.

Dari hasil hasil observasi banyakjenis-jenis tumbuhan hutan yangdimanfaatkan untuk obat tradisional.Lebih dari seratus jenis tumbuhanobat yang dikenal oleh masyarakatDayak di Kecamatan Malinau Utara,Malinau Selatan dan Mentarang.Namun sebenarnya pengetahuan

Perjalanan lewat sungai menuju pedalaman

Ramuan-ramuan obat tradisional yang dimanfaatkan masyarakat suku Dayak

Page 20: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

2020202020 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

pemanfaatan keanekaragaman jenistumbuhan untuk ramuan obat hanyadiketahui oleh beberapa orang sajayang memiliki keahlian khususdalam pengobatan yang seringdisebut “belian”. Sedangkan untukmasyarakat umum hanyamengetahui sebagian kecil sajajenis tumbuhan yang bermanfaatsebagai bahan obat.

Ada beberapa jenis tumbuhanyang berpotensi sebagai buah,baik itu yang merupakan buahyang telah dibudidaya atau buahliar yang tumbuh dikawasan hutanMalinau. Buah tersebutdiantaranya adalah jenis Duriokutejensis (Hassk.) Becc. (Paken(pnm), ruat (ldy), pakeing (mrp),lezing bala (kul), Durio oxleyanus

Griff. (Tungen (pnm), kari tungon(ldy), yang laung (mrp), lezingda’eng (kul), Durio zibethinus Murr.(Doso (pnm), derian (ldy), yang(mrp), lezing talang (kul).Nephelium sp.( Seletti (kul), buamate (mrp), kelemati (ldy), lemati(pnm), Artocarpus rigidus.,Baccaurea motleyana M.A,Garcinia mangostana L.

Jenis-jenis rotan yangdimanfaatkan oleh suku Dayak danmasyarakat sekitar hutan antaralain: Jenis rotan sega (Calamuscaesius Bl.), rotan lilin (Calamusjavensis), Rotan merah (Korthalsiaechinometra), rotan sabut(Daemonorps sabut).

Jenis rotan lilin Jenis rotan sabut

Jenis rotan merah

Page 21: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 2121212121

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Jenis rotan sega

Kawasan hutan Malinau jugamenyimpan berbagai jenis tumbuhanberkayu yang sering dimanfaatkansebagai bahan bangunan, bahanobat, aromatik dan lain-lain, yaitujenis Aquilaria beccariana (Gaharu),Eusideroxylon zwageri (kayu Ulin),dan Shorea beccariana(Tengkawang burung).

Jenis pohon gaha

Kiranya, sekelumit tulisan tersebut di atasdapat menjadi motivasi bagi kita semua untukturut serta dalam pelestarian tumbuh-tumbuhan yang sudah mulai langka di alamini akibat eksploitasi yang terus menerustanpa memperhatikan keberlangsungannya.Semoga perjalanan panjang menuju kawasanHutan Malinau dapat menambah wawasanpara pembaca, terutama yang memang sukadengan keanekaragam hayati.

*Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya BogorEmail: [email protected]

Jenis pohon ulin

Jenis pohon tengkawang

Page 22: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

2222222222 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

..... Sambungan dari halaman 13

Penelitian Migrasi Burung dan Usaha Konservasi ....

Diharapkan, apa yang telahmasyarakat dapat dari WCS untukmenyelamatkan burung danhabitatnya dapat terwujud dan setiaptahunnya lokasi ini tetap menjaditempat persinggahan burung pantai,sehingga dapat mengurangiketerancaman burung baik di duniaatau di Indonesia.

Aktivitas yang telah dilakukan olehWCS telah menunjukkan bahwalokasi ini sangat penting sebagailokasi migrasi untuk populasiburung yang menggunakan jalurAsia Timur-Australasia. Meskipunlokasi ini berada di sebelah TN.Berbak, namun tidak dilindungisecara nasional. WCS berharap

Tabel 1. Status perlindungan dari Jenis Burung di Pantai Cemara

* Field staff assistant Global Health Project,Wildlife Conservation Society

melalui upaya-upaya penelitian dankonservasi yang telah dilakukan,Pantai Cemara, Jambi di masa yangakan datang dapat diakui olehpemerintah dan masyarakat sebagaidaerah yang dilindungi.

Status PerlindunganPP No. 7 IUCN RED Thn 1999 Data List

No. JenisStatus Perlindungan

PP No. 7 IUCN RED Thn 1999 Data List

No. Jenis

1 Bambangan kuning - LC2 Bambangan merah - LC3 Berkik ekor-lidi - LC4 Berkik rawa - LC5 Biru-laut ekor-blorok - LC6 Biru-laut ekor-hitam - NT7 Burung-madu kelapa V LC8 Cabak kota - LC9 Cekakak Suci - LC10 Cekakak sungai - LC11 Cerek besar - LC12 Cerek krenyut - LC13 Cerek muka putih - -14 Cerek tilil - LC15 Cerek-pasir besar - LC16 Cerek-pasir Mongolia - LC17 Cikrak kutub - LC18 Cinenen kelabu - LC19 Cinenen merah - LC20 Cipoh kacat - LC21 Dara laut tiram - LC22 Dara-laut Benggala V LC23 Dara-laut biasa V LC24 Dara-laut jambul V LC25 Dara-laut kaspia V LC26 Dara-laut kecil V LC27 Dara-laut kumis V LC28 Dara-laut sayap-putih - LC29 Gajahan pengala V LC30 Gajahan timur V LC31 Gelatik-batu kelabu - LC32 Itik Benjut - LC33 Kacamata biasa - LC

34 Kareo padi - LC35 Kecici belalang - LC36 Kedasi Australia - LC37 Kedidi besar - LC38 Kedidi golgol - LC39 Kedidi leher-merah - LC40 Kedidi merah - LC41 Kerak basi ramai - LC42 Kerak-basi besar - -43 Kipasan belang - LC44 Kirik-kirik laut - LC45 Kokokan laut - LC46 Kucica kampung - LC47 Kucuit hutan - LC48 Merbah belukar - LC49 Merbah Cerucuk - LC50 Paok bakau - NT51 Pemandu-lebah Asia - NT52 Perenjak Jawa - LC53 Sempur-hujan sungai - LC54 Sikatan emas - LC55 Trinil bedaran - LC56 Trinil kaki-merah - LC57 Trinil Nordman V EN58 Trinil pantai - LC59 Trinil rawa - LC60 Trinil semak - LC61 Trinil-kaki hijau - LC62 Trinil-lumpur Asia V NT63 Walet linchi - LC64 Walet sarang-hitam - LC65 Walet Sarang-putih - LC

Page 23: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010Edisi Oktober, 2010 2323232323

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

..... Sambungan dari halaman 11

sebaran RAMIN di Kalimantan ........

D. Rehabilitasi dan pengayaan

Penanaman ramin mutlak harusdilakukan mengingat populasi ramindi alam yang semakin terbatas.Rehabilitasi dapat dilakukan melaluikegiatan penanaman ramin di lokasiterbuka, yang secara biofisik sesuaidengan syarat tumbuh ramin. Untukhutan yang telah miskin jenis,penanaman pengayaan (enrichmentplanting) perlu dilakukan denganmenghadirkan kembali tanamanramin. Untuk lebih mengefektifkandan mengefisienkan kegiatan,penanaman ramin sebaiknyadiintegrasikan dengan program-program pemerintah yang sedangdilakukan saat ini misalnya programpenanaman satu milyar pohon yangdicanangkan oleh Presiden RI.

Salah satu pengalaman rehabilitasiramin yang cukup berhasil telahdilakukan di TN Berbak-PropinsiJambi. Difasilitasi oleh proyekCCFPI, WI-IP bekerjasama denganTN Berbak, Masyarakat DesaPematang Raman dan PT PutraDuta Indah Wood melakukan

penanaman beberapa jenistanaman lokal HRG di areal bekasterbakar di zona inti TamanNasional. Dalam penanamanseluas 20 hektar ini, ramin danbeberapa jenis tanaman lainnyaditanam di atas gundukan buatan.Berdasarkan monitoring dilapangan, prosentase tumbuhtanaman ramin cukup menjanjikanyaitu sebesar 62%. Dilaporkanjuga dari lapangan bahwapertumbuhan ramin di awalpenanaman sangat lambat, namunsetelah penanaman berjalan duatahun dilaporkan pertumbuhannyamengalami peningkatan yangcukup signifikan.

Referensi

Among Prawira,R.S. A. Martawijaya,I.Karta Sujana, K.Kadir. 1981. AtlasKayu Indonesia Jilid 1. PusatPenelitian dan PengembanganHutan. Bogor. Indonesia.

Forest Watch Indonesia. Ramin ohRamin. Buletin Intip Hutan; edisiMaret 2003

Tim Studi FWI 2002 dan OlahanLaporan Hasil Cruising dan DataPenutupan Lahan Dephut, 2000

Bismarck,M. A.Wibowo, T.Kamila.Reny Sawitri. Paper: Currentgrowing Stock of Ramin inIndonesia. Prosiding ProsidingWorkshop Nasional. ALternatifKebijakan dalam Pelestarian danPemanfaatan Ramin. Bogor 2006.

Bismarck,M. A.Wibowo, T.Kamila.Reny Sawitri. Paper: Currentgrowing Stock of Ramin inIndonesia. Prosiding ProsidingWorkshop Nasional. ALternatifKebijakan dalam Pelestarian danPemanfaatan Ramin. Bogor 2006.

M.Dimbe. 2002. Proposal pengajuankawasan konservasi ramin, DesaLahei.

Wahyu Catur Adinugroho.Menyelamatkan Ramin denganPenujukan kawasan KonservasiRamin (Gonystilus bancanus (Miq)Kurz.).Sumber: wahyuhttp://wahyukdephut.wordpress.com/category/konservasi/

Wibisono,I.T.C. 2005. Laporankegiatan rehabilitasi areal bekasterbakar TNB. Proyek CCFPI.WIIP-WHC. Jambi

* Staff WI-IPSilviculture & Rehabilitation Specialist

Gambar 1. Tanaman ramin berumur 3tahun (Foto: Iwan TC Wibisono-WIIP)

Gambar 2. Monitoring dan pendataanperlkembangan tanaman ramin(Foto: Iwan TC Wibisono-WIIP)

Gambar 3. Penanaman bibit ramin padaareal bekas terbakar di TN. Berbak,

Jambi (Foto: Jill Heyde)

Page 24: Edisi Oktober, 2010 1 zzz - Wetlands Internationalwetlands.or.id/wklb/wklbPEFIUS.pdf · Musi Banyuasin (MUBA), Prop. Sumatera Selatan. Kawasan HRGMK dialiri dua sungai utama yaitu

2424242424 WWWWWartartartartarta Konserva Konserva Konserva Konserva Konservasi Lasi Lasi Lasi Lasi Lahan Basahahan Basahahan Basahahan Basahahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dokumentasi Perpustakaan

Tahukah Kita

Anonim, 2010. ExecutiveBriefing Penerapan KriteriaBaldrige dalam SistimManajemen Perhutani (SMPHT)menuju Kinerja Ekselen, PerumPerhutani.

Anonim, 2010. Profil LokasiCalon Kawasan ResorasiEkosistem Hutan Rawa GambutMerang Kepayang PropinsiSumatera Selatan dan Jambi,Wetlands International-IP, 18.

Anonim, 2010. Wetlands and Water,Sanitation and Hygiene (Wash).Understanding the Linkages,Wetlands International, 96.

Anonim. 2010. PeraturanPemerintah Republik IndonesiaNomor 15 Tahun 2010 TentangPenyelenggaraan Penataan Ruang,Direktorat Jendral Penataan RuangKementrian Pekerjaan Umum, 56.

Ilman, M., I.N.N.Suryadiputra, I.Sualia {dkk}.2010.PeningkatankapasitasPengelolaanEkosistim DanauTondano untukPerbaikan

Lingkungan dan Mata PencaharianMasyarakat, Wetlands International-IP, 192.

Nellemann, C. and E. Corcoran.2010. Dead Planet, Living Planet:Biodiversity and EcosystemRestoration for SustainableDevelopment, UNEP, 109.

Palaniappaan, M., P.H. Gleick, andL. Allen. 2010. Clearing the Waters:A Focus on Water Quality Solution,UNEP.

Sahlan, M., Giyanto, Rohmat dan B.Priyanto. 2010. Kajian Baseline DataDesa-Desa Pantai kabupatenPemalang, Wetlands International-IP,ii + 35.

Spalding, M., M. Kainuma and L.Collins. 2010. World Mangrove Atlasof Mangroves, Earthscan, 259.

Suryadiputra, I.N., I.Sualia, Y. Suharnoto{dkk}. 2010.Menyelamatkan DanauTondano SebuahUsulan ProgramPengelolaan DanauBerdasarkanKajianMorfometry,Limnologi,Biodiversity dan,Wetlands International-IP,54.

Bangau strom (Ciconia stormi) merupakan salah satu spesiesburung air penetap (resident) yang secara global tersebar dalampopulasi-populasi kecil di daerah Semenanjung Malaysia,

beberapa daerah di Pulau Kalimantan dan Sumatera.Keberadaannya di Pulau Jawa diperkirakan telah punah (tercatat

satu kali ditemukan di Jawa Barat tahun 1920 dimanaspesimennya disimpan di Museum Zoologi Bogor).

Berbeda dengan kelompok bangau lain yang cenderungmenggunakan daerah terbuka di pesisir pantai atau hutan

bakau, bangau ini lebih memilih daerah pedalaman, yaitu dibagian hutan rawa yang rapat dan bersarang dalam kelompok.

Populasi bangau ini mengalami penurunan yang sangat drastis, akibatpenebangan/pembalakan hutan rawa air tawar dan hutan dataran rendah yang menurunkan kualitas habitatmereka. Di Sumatera spesies ini masih dapat ditemukan di beberapa daerah, beberapa pengamatmenyebutkan bahwa TN. Way Kambas merupakan tempat yang baik untuk menemukan jenis ini. Temuanterbaru di wilayah TN. Berbak. Ditemukan satu individu bangau ini di bagian hulu Sungai Keretak(Kepahiang) yang merupakan daerah bagian hulu Sungai Sembilang (WI-IP, 2001), dan pada tahun 2002 timsurvey WI-IP juga mendapati satu individu di sekitar muara Sungai Simpang Piatu di Sungai Air Hitam laut.Kedua temuan ini menunjukkan bahwa kawasan Berbak dan Sembilang merupakan daerah yang pentingbagi bangau langka ini.

BANGAU STROM, BANGAU LANGKAYANG TERLUPAKAN