Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EFEKTIVITAS AMTSÂL AL-QUR’AN
DALAM MENYAMPAIKAN PESAN
TESIS
Diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Guna Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Agama
(MA) dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh :
MAHMUDAH
NPM : 207.4.10.294
KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN ULUM AL-HADITS
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM MAGISTER PASCASARJANA
(S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
EFEKTIVITAS AMTSÂL AL-QUR’AN
DALAM MENYAMPAIKAN PESAN
TESIS
Diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an Guna
Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)
Dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh :
MAHMUDAH
NPM : 207.4.10.294
Pembimbing:
DR. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA
DR. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA
KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN ULUM AL-HADITS
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM MAGISTER PASCASARJANA
(S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis dengan judul: “Efektivitas Amtsâl Al-Qur’an dalam
Menyampaikan Pesan” ditulis oleh Mahmudah, dengan Nomor Induk
Mahasiswa 207.4.10.29 telah diujikan di sidang munaqasah Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tanggal 26 Agustus
2015 dan dinyatakan LULUS dengan yudisium/perdikat AMAT BAIK.
Tesis ini telah disahkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Agama (MA) pada Program Studi Agama Islam Pascasarjana
Konsentrasi Ilmu Al-Qur’an dan Ilmu Al-Hadits Intitut Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta.
Direktur Program
DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Panitia Ujian
Tanda Tangan Tanggal
DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA __________ _________
Ketua sidang
DR. KH Ahmad Fudhaili, M. Ag. __________ _________
Sekretaris
Prof. DR. H. D. Hidayat, MA __________ _________
Penguji I
DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA __________ _________
Penguji II
DR. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA ___________ _________
Pembimbing I
DR. Hj. Faizah Ali Sibromalisi, MA ___________ _________
Pembimbing II
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mahmudah
NIM : 207.4.10.29
Tempat/ Tgl Lahir : Brebes, 20 April 1972
Menyatakan bahwa tesis dengan judul ”Efektivitas Amtsâl Al-Qur’an
dalam Menyampaikan Pesan” adalah merupakan karya asli saya, kecuali
kutipan yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan atau
kekeliruan di dalamnya, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 26 Agustus 2015 M
MAHMUDAH
iv
MOTTO
Kata-kata bukan sekedar hiasan lisan
Ia cermin keelokan budi
Biarkan tutur kata menjadi penjagamu bagai pelukan ibu
lembut dan hangat
Tesis ini dipersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku, semoga menjadi bakti yang diterima
Suamiku, sahabat terbaik dalam cinta dan kesetiaan
Para guru yang telah mengarahkan kepada ilmu dan akhlak
Kakak dan adik-adikku yang selalu memberikan dukungan penuh
Keponakan-keponakanku bintang hatiku
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah rabb sekalian alam, Yang
mengajarkan manusia bagaimana berkomunikasi dan bertutur kata yang baik
kepada orang lain. Dengan petunjuk dan rahmat-Nya, bersyukur penulis
dapat menyelesaikan tesis ini, semoga Allah melimpahkan ampunan kepada
penulis atas keterbatasan dalam memahami pesan-pesan-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada utusan
Allah Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, sosok teladan yang penuh
kasih sayang kepada umatnya. Demikian pula kesejahteraan untuk keluarga,
para sahabat dan pengikutnya yang setia dalam petunjuknya.
Penulisan tesis ini merupakan upaya penuh kesungguhan yang dalam
perjalanannya mendapatkan banyak dukungan, motivasi dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA, selaku Rektor Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
2. Bapak DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA, Direktur Pascasarjana
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
3. Bapak Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk dan masukannya bagi penyelesaian tesis ini.
4. Ibu Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA yang penuh kelembutan telah
memberikan bimbingan, dan arahan yang sangat berharga sehingga dapat
membantu penulisan tesis ini.
5. Bapak/Ibu dosen yang telah mengajar dan mendidik penulis dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan.
vi
6. Pimpinan dan staff di lingkungan Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta untuk
bantuan dan keramahannya.
7. Ayahanda Samud dan ibunda Muinah, untuk setiap cinta, doa dan
perhatiannya. Semoga Allah membalas setiap letih dan pengorbanannya
dengan balasan yang berlipat dan tiada terputus.
8. Suami yang tercinta Muhammad Arief yang telah memberikan
dukungan, cinta dan bantuannya yang sangat berharga. Dan untuk
pengertiannya merelakan sebagian perhatian penulis yang beralih pada
penulisan tesis ini. Uhibbuka fillah.
9. Kakak Nafarin dan Muhiyah dan adik-adik Amin Shabar, Afdhil Malik
Ibrahim, Sechah Manani yang telah banyak memberikan semangat.
Keponakan-keponakan Imam Arifuddin, Adzkia Nataning Dita, Aulia
Dwi Azka, Alifah al-Zahra, dan Aisyah Hana Ibrahim, bintang-bintang
kecilku.
10. Sahabat dan rekan-rekan kuliah, yang telah memberikan dukungan
sampai selesainya penulisan ini.
Semoga tesis ini dengan segala kekurangannya dapat memberikan
kontribusi positif dan manfaat kepada penulis maupun pembaca. Segala
koreksi dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan dan pengembangan
tesis ini.
Akhirnya, untuk semua yang berjasa, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah memberikan kebaikan
kepada mereka semua dengan balasan yang terbaik.
Jakarta, 11 Dzulqo‘dah 1436 H
26 Agustus 2015 M
Penulis
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam tesis ini berpedoman
kepada buku “Pedoman Akademik Program Pascasarjana” yang diterbitkan
oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 2011:
1. Konsonan
ARAB LATIN ARAB LATIN
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
‘ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
viii
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
h : ه s : س
, : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a أ : â ي .... : ai
Kasrah : i ي : î و .... : au
Dhammah : u و : û
ix
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti huruf-huruf al-qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf l (el) diganti
dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung mengikuti kata
sandang itu.
Contoh:
المدينة al-Baqarah : البقرة : al-Madînah
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf al-syamsiyah,
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya.
Contoh:
ج ل الر : al-Rajulu الشمس : al-Syamsu
x
CATATAN SINGKATAN
cet. cetakan
tt.p. tanpa tempat penerbit
t.p. tanpa penerbit
t.t. tanpa tahun
HR hadits riwayat
QS Al-Qur’an surat
xi
ABSTRAK
Manusia diperintahkan oleh Allah subhânahû wa ta‘âlâ agar
memperhatikan ayat-ayat amtsâl yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dengan
perantaraan panca indra, manusia dapat mengaktifkan hati dan fikiran dalam
rangka memperoleh pemahaman yang benar terhadap pesan Allah. Namun
demikian, tidak semua pesan dapat terserap secara baik oleh mukhathab
(komunikan, penerima pesan), oleh karena dimungkinkan mereka tidak
mampu memahami elemen pembentuk pesan, baik tersirat maupun tersurat.
Maka pemahaman terhadap suatu pesan akan menjadi lebih baik apabila
disampaikan dengan cara yang tepat.
Penelitian ini, secara khusus mengangkat tema mengenai efektivitas
amtsâl Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan. Amtsâl merupakan salah satu
gaya bahasa Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan. Dan yang dijadikan
kajian pembahasan adalah salah satu surat dari Al-Qur’an, yaitu surat al-
A‘râf.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gaya bahasa amtsâl sebagai suatu
cara untuk memahami suatu makna pesan dan efektivitasnya dalam
penyampaian pesan.
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kualitatif, dengan jenis penelitiannya kepustakaan (library research) yaitu
menggunakan data-data tertulis. Penulisan ini menggunakan metode
deskriptif-analitis yaitu menjelaskan data-data yang telah terkumpul
kemudian dianalisis untuk memperoleh penjelasan yang utuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan amtsâl Al-Qur’an
dalam komunikasi adalah sebagai sarana yang menjembatani antara pesan
dan pemahaman melalui pendekatan khas, sehingga sampai kepada tujuan
pesan yang ditetapkan. Gaya komunikasi yang terdapat dalam gaya bahasa
amtsâl merupakan campuran unsur-unsur komunikasi lisan dan ilustratif. Dan
gaya amtsâl sangat efektif oleh karena menarik perhatian dan mempertegas
makna pesan. Penjelasan ayat-ayat amtsâl diberikan dengan ilustrasi dan
pointers dalam perbandingan, sehingga mempermudah pembaca untuk
memahaminya. Amtsâl Al-Qur’an menghadirkan nilai aktualitas pesan, yaitu
menampakkan makna pesan dengan sesuatu yang dapat disaksikan.
Menggambarkan hal yang rasional dengan gambaran inderawi dan
mengungkap hakikat yang sulit dijangkau pemahaman menjadi sederhana
dicerna pikiran. Isi pesan disampaikan dengan melibatkan fungsi kognitif dan
afektif (emosi). Ungkapan yang seperti ini mengandung komposisi yang
sangat efektif untuk mencerna suatu pesan ketika berkomunikasi.
Kata Kunci : Amtsâl, Pesan
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ......................................................................... ..1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. ..8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 10
D. Kajian Pustaka ........................................................................................ 10
E. Kerangka Berfikir .................................................................................... 11
F. Metodologi Penelitian ............................................................................. 12
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 14
BAB II AMTSÂL AL-QUR’AN DAN URGENSINYA
A. Pengertian Amtsâl Al-Qur’an dan Kata Derivasinya .............................. 17
1. Definisi Amtsâl Al-Qur’an .................................................................. 17
2. Kosa Kata Amtsâl dan Derivasinya dalam Al-Qur’an ........................ 20
B. Urgensi Amtsâl Al-Qur’an ...................................................................... 26
C. Macam-macam Amtsâl Al-Qur’an .......................................................... 28
D. Shighah (Bentuk) Amtsâl Al-Qur’an ...................................................... 34
E. Manfa’at Amtsâl Al-Qur’an .................................................................... 44
F. Amtsâl dalam Perspektif Budaya ............................................................. 46
1. Amtsâl dalam Budaya Arab ................................................................ 46
2. Amtsâl dalam Budaya Melayu ............................................................ 51
G. Ayat-ayat tentang Amtsâl Al-Qur’an ..................................................... 59
BAB III PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI DALAM AMTSÂL AL-
QUR’AN
A. Pengertian, Proses dan Dasar-dasar Komunikasi ................................... 85
1. Pengertian Komunikasi ....................................................................... 85
2. Proses Komunikasi .............................................................................. 86
3. Dasar-dasar Komunikasi dalam Islam................................................ 90
B. Penggunaan Uslub Amtsâl Al-Qur’an dalam Komunikasi ..................... 101
xiii
C. Nilai-nilai Amtsâl Al-Qur’an dalam Komunikasi ................................... 103
D. Efektivitas Amtsâl Al-Qur’an dalam Komunikasi .................................. 112
1. Prinsip Efektivitas ............................................................................... 113
2. Prinsip keterlibatan Perangkat Mental ................................................ 119
3. Prinsip Pengulangan ............................................................................ 122
4. Prinsip Deskriptif ................................................................................ 124
5. Prinsip Pendidikan .............................................................................. 125
BAB IV APLIKASI AMTSÂL DALAM PENAFSIRAN: KAJIAN
KOMUNIKASI PADA SURAT AL-A‘RAF
A. Tamtsîl pada Surat Al-A‘râf ................................................................... 131
1. Tamtsil Ayat: Pendusta ayat-ayat Allah tidak akan masuk
surga hingga unta masuk ke lubang jarum
(Q.S. Al-A‘râf [7]: 40) ........................................................................ 131
2. Tamtsîl Ayat: Hati orang mukmin bagaikan tanah yang
gembur, mampu menghasilkan tanaman yang baik
(Q.S. Al-A‘râf [7]:57-58) .................................................................... 134
3. Tamtsîl Ayat: Keimanan mengundang turunnya keberkahan
seperti terbukanya pintu langit dan bumi
(Q.S. Al-A‘râf [7]: 96) ........................................................................ 138
4. Tamtsîl Ayat: Ketika kemarahan Nabi Musa mereda seakan-
akan ia bersikap seperti manusia (Q.S. Al-A‘râf [7]: 154) ................ 140
5. Tamtsîl Ayat: Pengikut hawa nafsu bagaikan anjing yang
selalu menjulurkan lidahnya (Q.S. Al-A‘râf [7]: 175-176) ................ 142
6. Tamtsîl Ayat: Orang-orang yang mengabaikan potensinya
untuk memahami ayat-ayat Allah laksana binatang ternak
(Q.S. Al-A‘râf [7]: 179) ..................................................................... 151
B. Peran Amtsâl Al-Qur’an dalam Komunikasi pada Surat Al-A‘râf ......... 155
C. Prinsip-prinsip komunikasi dalam Amtsâl Al-Qur’an ............................. 157
D. Hambatan-hambatan dalam Komunikasi ................................................ 172
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 175
B Saran ....................................................................................................... 178
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah bacaan mulia,1 yang diturunkan oleh Allah jalla
wa ’alâ melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad shallallâhu
‘alaihi wa sallam dengan menggunakan bahasa Arab.2 Al-Qur’an telah
menetapkan kebenaran kepada diri dan pengembannya, Nabi
Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam, cukuplah Allah menjadi saksi
atas kebenaran Al-Qur’an, demikian pula Malaikat,3 dan Ahl al-Kitab
(Yahudi dan Nasrani).4
Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia (hudan li al-
nâs).5 Dengan kitab itu Allah memberi petunjuk kepada orang-orang
yang meniti jalan-Nya kepada cahaya dan jalan yang lurus,6 untuk
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk rahmat Allah kepada
manusia,7 di dalamnya disebutkan berbagai macam matsal
(perumpamaan) agar manusia dapat mengenal kelembutan dan
keindahan perkataan-Nya. Melalui ungkapan amtsâl (perumpamaan-
perumpamaan) yang menarik nan indah, Allah menyampaikan pesan-
pesan-Nya agar menjadi bahan renungan dan perbandingan. Allah
mengajak kaum muslimin mengaktifkan pikiran dan hati untuk
memperhatikan perumpamaan-perumpamaan ini. Sehingga melalui
aktifitas memikirkan dan memahami ini diharapkan mereka dapat
mengambil pengetahuan, pelajaran dan hikmah yang dapat
meningkatkan potensi dirinya. Dapat menghadirkan rasa pengagungan
kepada Allah betapa Mahaluas dan Mahatinggi kekuasaan-Nya. Spirit
1 Q.S. Al-Wâqi‘ah [36]: 77.
2 Q.S. Al-Syu‘arâ [26]: 192-195.
3 Q.S. Al-Nisâ’ [4]: 166.
4 Q.S. Yûnus [10]: 94.
5 Q.S. Al-Baqarah [2]: 2.
6 Q.S. Al-Mâidah [5]: 16.
7 Rahmat Allah meliputi segala sesuatu, setiap huruf dari Al-Qur’an adalah rahmat,
juga pada kalimat dan jumlah, serta uslub yang menyertainya. Kandungan Al-Qur’an berupa
perintah dan larangannya, pesan dan nasehatnya, kisah dan pelajarannya, berita dan
kebenarannya, janji dan ancamannya, keputusan dan keadilannya, adalah kesempurnaan
rahmat dalam kebesaran-Nya. Siapa yang mengambil petunjuk dari Al-Qur’an akan
beruntung, yang berpegang teguh padanya akan selamat, dan yang berpaling darinya akan
sesat, dan celaka, dan di akhirat kelak dibangkitkan dalam keadaan buta. Betapa karunia
Allah sangat besar kepada manusia, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai dan selalu
mengingkarinya.
2
Al-Qur’an yang mengisyaratkan agar manusia memperhatikan
perumpamaan-perumpamaan adalah firman Allah:
Artinya:“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka
dengarkanlah olehmu perumpamaan itu....” (Q.S. Al-Hajj [22]: 73).
Artinya:“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk
manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu.” (Q.S. Al-‘Ankabût [29]: 43).
Artinya:“Sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam Al-
Quran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat
pelajaran.” (Q.S. Al-Zumar [39]: 27).
Berdasarkan ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah dalam
menyampaikan pesan-Nya menggunakan perumpamaan-perumpamaan
(amtsâl). Perumpamaan-perumpamaan itu dimaksudkan agar manusia
memperhatikan, memahami dan mengambil pelajaran.8 Juga
menunjukkan betapa pentingnya pesan yang tersimpan di dalamnya,
serta manfaat-manfaat lain yang dapat diambil bagi kebaikan hidup
mereka.
Di samping itu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun
mendorong umat Islam untuk menjadikan tamtsîl sebagai pelajaran,
bahkan beliau sendiri kerap menggunakan tamtsîl ini ketika memberi
pengajaran kepada para sahabatnya. Sebagaimana hadits dari Bukhari
tentang batas harapan manusia:
8Maksud ya‘qiluhâ (memahaminya) yaitu memikirkan setiap petunjuk, pengetahuan
yang diajarkan oleh Allah, dan setiap apa saja yang diturunkan berupa al-Kitab dan al-
Hikmah. Dan maksud yatadzakkarûn (mereka mendapat pelajaran) ialah tidak lupa dan lalai,
selalu dalam keadaan siaga, memasang panca indera untuk merasakan apa saja dari
sunnatullâh dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Sehingga akan selalu mengingat segala
kepentingan hidup yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Lihat: Abdu al-Rahman Nashir
al-Sa‘di, 70 Kaidah Penafsiran Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), cet. ke-2, h. 46.
3
Diriwayatkan dari Abdullah radhiyallâhu ‘anhu, dia berkata,
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menggambar persegi
empat, kemudian membuat garis di tengahnya hingga menyeberang
ke luar, lalu membuat garis-garis kecil yang memotong garis tengah
itu, dan berkata, ini adalah manusia, dan ini (persegi empat) adalah
batas kehidupannya dari kematian yang mengepungnya dari segala
penjuru, dan ini (garis) yang berada di luar (persegi empat) adalah
harapannya, dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah dan
masalah yang mungkin menimpanya. Jika melewati satu garis, dia
akan bertemu dengan garis berikutnya, demikian seterusnya.
(HR. Bukhari).9
Al-Qur’an yang ditetapkan sebagai ahsan al-hadîts,10
telah
memberikan manfaat besar bagi kegiatan komunikasi, diantaranya
melalui gaya bahasa (uslub) amtsâl yang dijadikan sebagai salah satu
cara dalam menyampaikan pesan. Keutamaan amtsâl sebagai cara
menyampaikan pesan mampu memberikan peran penting dalam menarik
perhatian, mengembangkan pikiran dan imajinasi, menggunakan
pendekatan-pendekatan yang mudah, dan memberi pengaruh mendalam
terhadap pendengar.
Menyampaikan makna dan pesan yang tinggi akan lebih menarik
dan memiliki daya sentuh, apabila dituangkan dengan cara yang indah.
Dengan penggambaran yang tepat dan benar, akan mendekatkan kepada
pemahaman suatu maksud. Tamtsîl (perumpamaan) merupakan kerangka
yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang yang hidup
dalam pikiran dan jiwa. Dengan menghadirkan yang ghaib dengan yang
nyata, yang abstrak dengan yang kongkrit, atau dengan menyerupakan
sesuatu dengan yang serupa, maka sesuatu yang semula sulit difahami
menjadi lebih mudah dimengerti.11
Tentang pengetahuan dan wahyu
misalnya, diumpamakan seperti air hujan dari langit, sedangkan hati
manusia yang menerima wahyu itu diumpamakan sebagai tanah. Fungsi
wahyu bagi hati diumpamakan hujan dalam menyuburkan tanah (Q.S Al-
A‘raf [7]: 57). Menggunakan cara yang tepat dalam proses menyampaian
pesan memungkinkan komunikasi berjalan lebih efektif.
Inilah diantara cara yang digunakan oleh Al-Qur’an dalam
menyampaikan pesan dan petunjuk-petunjuknya. Dengan menuturkan
9 Imam al-Zabidi (pen), Ringkasan Shahih Bukhari, (Bandung: Jabal, 2012), cet. ke-
1, hadits.no. 2093, h. 703-704. 10
Q.S. Al-Zumar [39]: 23. 11
Yuldi Hendri, Mutiara Tamtsîl dalam Al-Qur’an, (Yogyakarta: Biruni Press,
2009), cet. ke- 1, h. 3.
4
hal-hal yang menarik melalui perumpamaan membantu pendengar
memperoleh pemahaman makna yang lebih jelas, mudah dan berkesan.
Perumpamaan mengandung unsur pengajaran yang mudah, karena
mengambil unsur alam sebagai bahan perbandingan, hal ini sesuai
dengan prinsip bahwa agama ini mengendaki kemudahan dan tidak
menghendaki kesulitan.12
Pada setiap aspek kehidupannya manusia sangat membutuhkan
petunjuk rabb-nya. Demikian dalam berkomunikasi, Allah telah
memberi petunjuk agar manusia memperhatikan tutur katanya kepada
orang lain. Diantara perkataan yang dianjurkan adalah perkataan yang
baik (qaulun ma‘rûfun),13
perkataan yang berbekas pada jiwa (qaulun
balîghun),14
perkataan yang mulia (qaulun karîmun),15
perkataan yang
mudah (qaulun maisûrun),16
perkataan yang lemah lembut (qaulun
layyinun),17
dan perkataan yang benar (qaulun sadîdun).18
Dari beberapa bentuk perkataan di atas, maka dapat dipahami bahwa
hendaknya kaum muslimin mampu berkomunikasi secara efektif dalam
setiap situasi. Yang dimaksud komunikasi yang efektif adalah bahwa
pesan yang disampaikan mencapai sasaran atau mendapat respon dari
mukhathab (komunikan, penerima pesan). Komunikasi yang efektif
diawali dengan pilihan kata-kata yang tepat dan bagaimana cara
menyampaikannya. Setiap hari mungkin seseorang menghadapi situasi di
mana ia ingin mengungkapkan isi hatinya, atau mengarahkan seseorang
dengan sudut pandang dirinya, mendorong orang untuk melakukan
sesuatu, atau melarang untuk menjauhi, tentu semua itu harus dilakukan
dengan cara yang paling lembut, tepat dan berkesan. Tulisan ini
memfokuskan pada gaya bahasa amtsâl Al-Qur’an dan efektivitasnya
dalam menyampaikan pesan (komunikasi).
Dalam komunikasi lisan, apapun tujuannya, kata yang diucapkan
memiliki kekuatan. Memulai komunikasi dengan kata-kata yang tepat
dan disampaikan dengan cara yang menarik dapat memberikan kesan
yang baik bagi komunikan. Dalam sastra Arab, cara pengungkapan
makna dengan pilihan kata dan susunan kalimat yang tepat sehingga
ungkapan tersebut memberikan kekuatan dan pengaruh serta sesuai
12
Q.S. Al Baqarah [2]: 185. 13
Q.S. Al-Nisâ’ [4]: 8. 14
Q.S. Al-Nisâ’ [4]: 63. 15
Q.S. Al-Isrâ’ [17]: 23. 16
Q.S. Al-Isrâ’ [17]: 28. 17
Q.S. Thâhâ [20]: 44. 18
Q.S. Al-Ahzâb [33]: 70.
5
dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang diajak bicara dikaji dalam
ilmu balaghah.19
Diantara aspek kemukjizatan Al-Qur’an adalah aspek bahasa dan
gaya bahasa atau yang disebut al-i‘jâz al-bayânî.20
Gaya bahasa pada
dasarnya adalah tehnik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dianggap
mewakili sesuatu yang hendak disampaikan terkait dengan apa dan
bagaimana mengatakan sesuatu sesuai dengan konteks dan situasinya.21
Demikian, Al-Qur’an memiliki gaya bahasa yang bermacam-macam
dalam menyampaikan pesan-pesannya tergantung dengan tujuan dan
konteks penggunaannya. Sayyid Quthb dalam bukunya “Indahnya Al-
Qur’an Berkisah” menemukan rahasia i‘jaz Al-Quran terletak pada
pencitraan atau visualisasi yang ditimbulkan oleh gaya bahasa yang
digunakannya.22
Menurut Ibnu Hashar sebagaimana dinukil oleh Ali al-
Shabuni bahwa nadzam (aturan), uslub (gaya bahasa) dan keindahan
adalah sebuah keniscayaan yang terdapat dalam setiap surat Al-Qur’an,
bahkan dalam setiap ayatnya.23
Kemukjizatan Al-Qur’an dari segi bahasa mampu membuat orang-
orang Arab pada waktu itu kagum dan terpesona. Pada zaman jahiliyah
terdapat riwayat yang menyatakan bahwa bacaan Al-Qur’an yang
dibacakan Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam mampu
19
Secara bahasa balaghah berarti sampai, mengenai sasaran atau efektif. Agar suatu
pembicaraan efektif (mencapai tujuan atau mengenai sasaran), maka pembicaraan harus
memperhatikan muqtadhâ al-hâl wa al-maqâm. Maksudnya adalah pembicara harus
memperhatikan situasi dan kondisi mutakallim (komunikator, pembicara, pengirim pesan) dan mukhathab (komunikan, penerima pesan), serta latar tempat, waktu dan budaya
setempat. Dan secara istilah balaghah adalah ilmu yang membicarakan bagaimana berbahasa
agar suatu makna (perasaan, fikiran, pesan) itu sampai kepada mukhathab dengan baik dan
benar, dan terasa indah dan menarik. Pokok bahasan ilmu balaghah adalah ilmu bayân, ilmu
ma‘ânî dan ilmu badî‘. Bahasan ilmu bayân adalah tentang gaya bahasa (uslub, stilistika),
yaitu cara mengungkapkan makna agar dapat difahami dengan mudah dan jelas (bayân).
Ilmu ma‘ânî adalah tentang bagaimana agar ungkapan (termasuk berbagai uslub dalam
bayân) sesuai dengan situasi dan kondisi. Ilmu badî‘ adalah tentang bagaimana
memperindah bunyi atau makna agar pembicaraan terasa indah dan menarik. Lihat: Diktat
dari Lembaga Bahasa Yassarna, Yayasan Masyarakat Qur’ani (YBMQ), (Jakarta: t.p, 2005),
h. 4-5. 20
Chatib al-Umam, Kemukjizatan Al-Qur’an dari segi Uslub dan Isi, (Jakarta: PTIQ
Jakarta, 1986), h. 45. 21
Achmad Tohe, Gaya Bahasa Al-Qur’an Periode Mekah, Tesis, Jakarta, 2006, h.
32. 22
Sayyid Quthb, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, terj. Fath al-Rahman Abd al-
Hamid, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), cet. ke-1. 23
Muhammad Ali al-Shabuni, Ikhtisar ‘Ulum Al-Qur’an Praktis, terj. Muhammad
Qadirun Nur, (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), cet. ke-1, h. 181. Lihat juga: Hisyam Thalbah,
Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadits, terj. Syarif Hade Masyah jilid 7 (Jakarta: Sapta
Sentosa, 2008), cet. ke-1, h. 3.
6
memaksa para pujangga, seperti Walid bin Mughirah untuk mengakui
keunggulan Al-Qur’an. Sebagaimana terungkap dalam perkataannya
setelah ia mendengar bacaan Al-Qur’an, “...demi Allah, ucapannya amat
manis dan indah, di atasnya ada buah dan dibawahnya ada lembah. Demi
Allah, ia amat unggul, tidak akan tertandingi...”24
Hal lain yang menunjukkan kemukjizatan Al-Qur’an yaitu adanya
pengulangan berbagai macam perumpamaan di dalam Al-Qur’an, yang
menjelaskan keindahan bahasa Al-Qur’an sebagai untaian mutiara sastra
yang tak tertandingi. Mampu mendatangkan satu makna dalam bentuk
yang beragam,25
tetapi tetap menarik tanpa ada kebosanan. Pengulangan
tersebut dimaksudkan untuk menanamkan pemahaman,26
pelajaran
dalam jiwa, dan menunjukkan kebesaran Allah serta mendorong kaum
muslimin untuk mensyukuri nikmat-Nya itu.27
Karakteristik petunjuk Al-Qur’an sebagian besarnya masih bersifat
global, maka untuk mewujudkan fungsinya sebagai petunjuk masih
memerlukan upaya pemahaman yang mendalam untuk mengeluarkan
kandungan maknanya. Upaya untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an
itulah yang kemudian disebut tafsir.28
Penafsiran terhadap Al-Qur’an
selalu berkembang karena pandangan bahwa tafsir merupakan ilmu
syari’at yang mempunyai kedudukan yang paling tinggi, paling mulia
obyek pembahasan dan tujuannya, serta dibutuhkan sepanjang zaman.
Menurut Ashfahani sebagaimana dikutip oleh Romlah Widayati
dalam desertasinya,29
diantara hal yang menjadikan tafsir menempati
posisi yang tinggi, pertama, obyek kajian tafsir adalah Al-Qur’an, yang
merupakan sumber segala ilmu agama dan keutamaan serta terhimpun
berbagai aturan bagi kebaikan manusia. Kedua, tujuannya adalah
mendorong manusia berpegang teguh kepada Al-Qur’an untuk
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Ketiga, aspek
kebutuhan manusia kepadanya sangat mendesak, karena kesempurnaan
24
Muhammad Ali al-Shabuni, Ikhtisar ‘Ulum Al-Quran Praktis, h. 158. 25
Ketika Allah hendak menjelaskan tentang kebenaran adanya kebangkitan setelah
mati, Dia banyak memberi perumpamaan-perumpamaan berupa hujan yang menghidupkan
tanah yang gersang, tamtsîl dalam kisah Ashabul Kahfi atau dalam kisah orang shaleh yang
ditidurkan selama 100 tahun. 26
Diriwayatkan dari Anas bahwa apabila Nabi mengucapkan suatu ucapan, beliau
biasanya mengulanginya tiga kali agar bisa dipahami…. (HR Bukhari). Lihat: Imam al-
Zabidi (pen), Ringkasan Shahih Bukhari, hadits no. 83, h. 32. 27
Q.S. Al-Kahfi [18]: 54 dan Q.S. Al A’raf [7]: 58. 28
Mannâ‘ Khalîl al-Qaththân, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, terj. Mudzakir AS,
(Jakarta: Litera AntarNusa, 1973), cet. ke-3, h. 457. 29
Romlah Widayati, Qira’at Syadzdzah dalam Tafsir al-Bahr al-Muhith, Desertasi,
Jakarta, 2008, h. 3. Lihat juga: Mannâ‘ Khalîl al-Qaththân, Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran, h. 461.
7
persoalan agama dan dunia harus sejalan dengan syara‘ dan itu sangat
bergantung pada pengetahuan tentang kitabullah. Penafsiran Al-Qur’an telah dilakukan sejak masa Nabi Muhammad
shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Beliau merupakan mufassir pertama Al-
Qur’an, yang Allah menunjuknya langsung sebagai mubayyin al-dzikr
(penjelas Al-Qur’an).30
Tafsir Rasulullah adalah satu-satunya sumber
dalam usaha memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Sepeninggal Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wa sallam, kegiatan penafsiran Al-Qur’an terus
berlanjut sejalan dengan perkembangan zaman dan timbulnya persoalan-
persoalan baru dalam kehidupan masyarakat muslim pada masa sahabat,
tabi‘in dan generasi seterusnya.
Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an mengalami masa-masa
perkembangan. Pada masa Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa
sallam, beliau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan ayat yang lain
dan atau beliau sendiri yang menjelaskannya. Pada masa sahabat ayat-
ayat Al-Qur’an ditafsirkan dengan Al-Qur’an atau dengan hadits Nabi.
Dan apabila tidak terdapat pada keduanya mereka melakukan ijtihad.
Sedang pada masa tabi‘in sumber penafsiran ayat lebih berkembang,
yaitu Al-Qur’an, al-Hadits, Qaul shahâbah dan ijtihad. Kemudian
berkembang pula berbagai metode dan corak dalam kegiatan penafsiran
Al-Qur’an. Para mufassir telah melakukan penafsiran terhadap aya-ayat
Al-Qur’an dengan beberapa penafsiran. Di antara mereka ada yang
menafsirkan dalam bentuk tafsir bi al-ma‘tsur,31
tafsir bi al-ra’yi,32
dan
ada pula yang menggunakan tafsir bi al-lughah,33
bahkan ada yang
menafsirkan ayat Al-Qur’an menurut paham atau aliran tertentu.
30
Q.S. Al-Nahl [16]: 44. 31
Tafsir bi al-ma‘tsur adalah menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan menggunakan
petunjuk yang diberikan Allah dalam Al-Qur’an atau petunjuk yang diberikan oleh Nabi
dalam haditsnya, atau petunjuk dari sahabat-sahabat Nabi. Lihat: Muhammad Ali al-Shabuni,
Ikhtisar ‘Ulum Al-Qur’an Praktis, h. 99-100. 32 Tafsir bi al-ra’yi atau tafsir bi al-ma‘qul adalah menafsirkan ayat Al-Qur’an
dengan menggunakan akal (ijtihad) yang dibangun atas dasar-dasar yang benar serta kaidah-
kaidah yang lurus yang harus dipergunakan oleh orang yang yang akan menafsirkan Al-
Qur’an. Lihat: Muhammad Ali al-Shabuni, Ikhtisar ‘Ulum Al-Qur’an Praktis, h. 249. 33
Tafsir bi al-lughah adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dari aspek
kebahasaan, seperti tentang pengetahuan bahasa, i‘rab, balaghah.
Orang Arab memahami Al-Qur’an, karena ia diturunkan dalam bahasa mereka dan
menurut uslub-uslub balaghahnya. Karena itu, semua orang Arab memahami dan
mengetahui makna-maknanya baik kosa katanya maupun susunan kalimatnya. Namun
demikian mereka berbeda-beda tingkat pemahamannya, sehingga apa yang tidak diketahui
oleh seseorang di antara mereka boleh jadi diketahui orang lain. Ketika persoalan linguistik
akrab dengan mereka melalui kebiasaan alami, upaya menafsirkan Al-Qur’an tidak
tergantung kepada pengetahuan tentang arti kata. Tetapi ketika kemahiran berbahasa Arab
telah lenyap, maka masalah linguistik pun menjadi ilmu yang dibutuhkan oleh para ahli tafsir
8
Upaya menafsirkan Al-Qur’an dengan pendekatan lughah atau
linguistik, yaitu mengungkapkan makna sesuai dengan maksud dan
susunan bahasa Al-Qur’an, telah menghasilkan karya-karya tafsir yang
diperhitungkan. Di antara kitab tafsir terbaik yang mengandung ilmu ini
adalah kitab Al-Kasysyaf 34
karya al-Zamakhsyari (467-538/ 1075-1144
H), seorang penduduk Khawarazm Iraq.35
Tafsir ini merupakan karya
yang paling menonjol dalam menafsirkan Al-Qur’an melalui pendekatan
balaghi, dengan mengungkapkan kemukjizatan Al-Qur’an dari
keindahan balaghah susunan ayat-ayat Al-Qur’an.
Balaghah tidak hanya mempelajari struktur kalimat secara tekstual
tapi juga secara kontekstual. Dengan kata lain bahwa ia juga
memperhatikan makna eksplisit dalam struktur kalimat, membangun
redaksi dan gaya bahasa yang relevan dengan kondisi komunikan,
sehingga pesan yang hendak disampaikan tercapai. Di antara aspek
kajian balaghah adalah gaya bahasa (uslub), termasuk pembahasan
amtsâl, yaitu salah satu cara Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan.
Karena itu, penting untuk mengkaji ayat-ayat tentang amtsâl guna
mengetahui pendekatan komunikasi yang diterapkannya dan
mendapatkan pemahaman pesan secara efektif. Berdasarkan hal-hal yang
telah dikemukakan, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang
efektivitas amtsâl Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran yang telah disebutkan di
atas, maka permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
dalam upayanya mengetahui kandungan Al-Qur’an. Di antara sebab lenyapnya keahlian
berbahasa Arab adalah adanya kontak dengan bangsa asing. Sebagaimana diketahui bahwa
penduduk suatu negeri mengikuti bahasa bangsa yang menguasainya. Di temukan dalam
sejarah bahwa Daulah Islamiyah telah menempati bangsa-bangsa asing, dan telah
menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara. Maka bahasa Arab telah menjadi
bahasa mereka, sehingga menjadi benar-benar mengakar, meskipun terkadang bahasa-bahasa
non Arab pun diimpor ke dalamnya. Adanya kontak ini memungkinkan terjadinya kerusakan
pada tata bahasa, dan lain-lain. Lihat: Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, terj. Ahmadie
Thaha, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), cet. ke-1, h. 445. 34
Yang dimaksud dengan tafsir al-kasysyaf adalah kitab tafsir yang judul
lengkapnya adalah al-kasysyaf al-Haqa’iq at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi Wujuh at-Ta’wil 35
Nama lengkapnya Abu al-Qasim Jar Allah Mahmud bin Umar bin Muhammad
bin Ahmad bin Umar al-Zamakhsyari.
9
a. Makna dari pesan-pesan Al-Qur’an disampaikan melalui berbagai
cara dan gaya bahasa (uslub). Amtsâl adalah salah satu gaya bahasa
yang sering digunakan Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-
pesannya. Amtsâl dikenal memiliki bentuk yang khas yang berbeda
dengan gaya bahasa yang lain dalam Al-Qur’an. Amstâl Al-Qur’an
adalah suatu cara bagaimana Allah menjelaskan tentang sesuatu
pesan melalui perumpamaan-perumpamaan dengan tujuan agar
mudah dicerna manusia. Melalui ungkapan amtsâl, pesan-pesan
agama dapat dikomunikasikan secara efektif, mampu memberikan
perhatian yang memadai dan menimbulkan kesan. Pesan amtsâl
dapat memenuhi fungsinya dan memberikan manfaat untuk
mengambil pelajaran. Pembahasan ini akan mengungkap secara
deskritif analitis tentang amtsâl Al-Quran, efektivitasnya dalam
menyampaikan pesan dan bagaimana cara mengaplikasikannya
dalam komunikasi.
b. Mengenai pentingnya penggunaan amtsâl dalam menyampaikan
pesan dianggap sebagai strategi atau cara yang efektif dalam
menanamkan pemahaman dan bermanfaat bagi tujuan-tujuan
komunikasi lainnya. Mengingat beragamnya gaya bahasa yang
digunakan Al-Qur’an dan besarnya jumlah ayat-ayat amtsâl di
dalamnya, penelitian ini hanya membatasi pada ayat-ayat amtsâl
yang terdapat pada surat al-A‘raf.
c. Kajian amtsâl Al-Qur’an didekati melalui berbagai aspek yang
berbeda, misalnya gaya bahasa dan unsur-unsur formal sastranya,
nilai-nilai pedagogis atau sosiologisnya, metodologisnya dan
seterusnya. Dari berbagai kemungkinan itu, penelitian ini hendak
difokuskan pada aspek gaya bahasa yang disesuaikan dengan
prinsip-prinsip komunikasi.
2. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan tesis ini, penulis membatasi masalah yang akan
diteliti yaitu:
a. Apa pengertian amtsâl Al-Qur’an?
b. Mengapa amtsâl Al-Qur’an dijadikan sebagai suatu cara dalam
menyampaikan pesan?
c. Bagaimana amtsâl Al-Qur’an yang diyakini sebagai cara yang
efektif dalam menyampaikan pesan.
10
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana amtsâl Al-Qur’an menjadi cara yang efektif dalam
menyampaikan pesan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengungkap secara
jelas terhadap ayat-ayat amtsâl dalam Al-Qur’an. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui cara amtsâl Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan.
2. Mengkaji amtsâl Al-Qur’an yang diyakini sebagai cara yang efektif
dalam menyampaikan pesan.
3. Mengetahui amtsâl Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan dan
mengaplikasikanya dalam penafsiran.
Apabila tujuan penelitian di atas dapat dicapai maka hasil penelitian
ini dapat dimanfaatkan antara lain untuk:
1. Memberikan informasi ilmiah kepada praktisi pendidikan dan dakwah
tentang metode pengajaran dengan menggunakan pendekatan matsal.
2. Penelitian ini akan membuka peluang untuk mengembangkan
keterampilan dalam berkomunikasi, terutama dalam menggunakan
gaya bahasa matsal.
3. Amtsâl dapat digunakan dalam pengembangan metode pendidikan
dan dakwah.
D. Kajian Pustaka
Demikian pentingnya kajian ini, sehingga banyak dari para ulama
membuat karya-karya dan buku tentang amtsâl Al-Qur’an. Berikut
beberapa penelitian tentang kajian amtsâl Al-Qur’an yang memiliki
hubungan dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah:
Ja‘far Subhani, dalam buku yang berjudul “Al-Amtsâl fi Al-
Qur’an”, telah diterjemahkan oleh Muhammad Ilyas dengan judul
“Wisata Al-Quran“, dicetak oleh penerbit al-Huda tahun 2007. Karya ini
terdiri atas pendahuluan dan beberapa aspek pembahasan tentang amtsâl
Al-Quran, juga memuat tentang matsal lainnya seperti matsal al-
nabawiyah, peribahasa al-Alawiyah dan peribahasa Luqman al-Hakim.
Tulisan yang telah mengumpulkan 57 ayat tamtsîl dari 27 surat dalam
11
Al-Qur’an itu, dalam penafsirannya dimulai dengan menampilkan ayat
yang akan ditafsirkan, kemudian menjelaskan arti kosa kata dalam ayat,
selanjutnya pembahasan diarahkan dalam rangka mengungkap rahasia
makna dari ibarat tersebut, dilengkapi dengan sentuhan dari sisi
kebahasaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
penulis sampaikan terletak pada stressing pembahasannya. Penulis ingin
menganalisis amtsâl Al-Qur’an dan efektivitasnya dalam menyampaikan
pesan (komunikasi). Dan ayat-ayat amtsâl yang akan dikaji terbatas pada
surat al-A‘râf.
Kajian amtsâl juga ditulis oleh Yuldi Hendri dalam bukunya yang
berjudul “Mutiara Tamtsîl dalam Al-Qur’an“. Dalam buku ini penulis
menyajikan 25 ayat tamtsîl dalam Al-Qur’an, yang hampir seluruhnya
membahas ayat-ayat amtsâl musharrahah dan hanya beberapa ayat saja
yang menggunakan amtsâl kaminah. Dalam rangkaian penafsirannya,
tulisan ini berupaya mengungkap hikmah di balik tamtsîl
(perumpamaan) dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dengan mengacu pada
kitab-kitab yang terpercaya.36
Hafni Bustami dalam karyanya, “Penafsiran Ayat-ayat Tamtsîl
dalam Tafsir Al-Kasysyaf “, secara khusus menguraikan ayat-ayat amtsâl
yang terdapat dalam tafsir Al-Kasyasyaf karya al-Zamakhsyari.37
Aspek-
aspek yang dibahas dalam tulisan ini meliputi pengertian tamtsîl, jenis-
jenis, faedah dan keistimewaan ayat-ayat tamtsîl. Kemudian disusul
dengan menguraikan tentang kitab tafsir Al-Kasysyaf, dengan
menganalisa metode tafsirnya. Dilanjutkan dengan menjelaskan tentang
makna dan kandungan ayat-ayat tamtsîl, yang mencakup langkah-
langkah dalam penafsiran sekaligus menguraikan isi ayat-ayat tamtsîl,
yang hanya menfokuskan pada ayat-ayat tauhid.38
E. Kerangka Berfikir
Untuk memperoleh pemahaman yang sama terhadap judul penelitian
ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Amtsâl adalah bentuk jamak dari matsal yang berarti perumpamaan.
Amtsâl Al-Qur’an adalah suatu cara bagaimana Allah menjelaskan suatu
ajaran atau pesan melalui perumpamaan-perumpamaan dengan tujuan
36
Yuldi Hendri, Mutiara tamtsîl dalam Al-Quran, (Sleman: Biruni press, 2009), cet.
ke-1. 37
Yang dimaksud dengan tafsir Al-Kasysyaf adalah tafsir dengan judul al-Kasysyaf
al Haqa’iq at-Tanzil wa ‘Uyun al Aqowil fi wujuh at-Ta’wil, yang ditulis oleh al-
Zamakhsyari. 38
Hafni Bustani, Penafsiran Ayat-ayat Tamtsîl dalam Tafsir al-Kasysyaf, (Jakarta:
Nuansa Madani, 2002),cet.ke-1.
12
agar mudah dicerna manusia. Amtsâl Al-Qur’an diungkapkan dengan
menonjolkan suatu makna dalam bentuk (perkataan) yang menarik dan
padat serta mempunyai pengaruh mendalam dalam jiwa, baik berupa
tasybîh ataupun perkataan bebas (lepas, bukan tasybîh).39
Al-Qur-an yang secara bahasa berarti bacaan, merupakan kalamullâh
yang bernilai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
shallallâhu ‘alaihi wa sallam dengan perantaraan malaikat Jibril ‘alaihi
al-salam. Tertulis pada mashâhif (lembaran-lembaran), dan diriwayatkan
secara mutawatir. Membacanya terhitung ibadah, diawali dari surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas.40
Al-Qur’an menggunakan ungkapan amtsâl dalam menyampaikan
pesannya. Pesan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah ayat-ayat Allah
yang menyimpan beragam makna dan maksud. Komunikasi adalah
kegiatan menyampaikan pesan yang sekurang-kurangnya mengandung
empat unsur yaitu pengirim pesan, isi pesan, penerima pesan dan feed
back (umpan balik).
Komunikasi efektif maksudnya cara sukses menyampaikan pesan.
Bahwa pesan yang disampaikan mencapai sasaran (sampai kepada
tujuan), dan mendapat respon dari komunikan (penerima pesan).
Penggunaan pendekatan amtsâl menjadi jembatan yang menghubungkan
pesan, pemahaman, dan tujuan. Melalui bahasa yang komunikatif
(mudah), jelas, menyenangkan, dan berkesan mengantarkan pada tujuan
yang ditetapkan.
Dari penjelasan istilah-istilah yang tersebut di atas dapat
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan judul tulisan ini adalah
efektivitas amtsâl Al-Qur’an dalam menyampaikan pesan.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library
research) karena tempat dan sumber data adalah perpustakaan, dan
buku-buku, majalah serta tulisan-tulisan yang terkait dengan
penelitian ini. Metode penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu
berupaya mengungkap dan menjelaskan tentang amtsâl Al-Qur’an
dan evektivitasnya dalam menyampaikan pesan. Sesuai dengan
jenisnya, penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif. Hasil
penelitian akan disampaikan dalam bentuk uraian verbal yang
39
Mannâ‘ Khalîl al-Qaththân, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, terj. Mudzakir, (Jakarta:
Litera AntarNusa, 1994), cet. ke-2, h. 403. 40
Muhammad Ali al-Shabuni, Ikhtisar ‘Ulum Al-Qur’an Praktis, h. 3
13
diberikan secara sistematis sebagai hasil pembacaan dan analisis
terhadap obyek kajian.
2. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis dan sifat penelitiannya maka dalam
pengumpulan datanya digunakan survey bibliografis. Semua buku
yang berkaitan dengan amtsâl Al-Qur’an dikumpulkan dan dicermati
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, baik data primer maupun
data sekunder.
Data primer dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an. Sedangkan
data sekunder berupa kitab-kitab tafsir dan kitab ‘Ulum Al-Qur’an
seperti karya Muhammad Ali al-Shabuni, Ikhtisar ‘Ulum Al-Qur’an
Praktis, dan Mannâ‘ Khalîl al-Qaththân dalam karyanya Studi Ilmu-
Ilmu Al-Qur’an. Sedangkan kitab-kitab tafsir yang menjadi dasar
rujukan diantaranya tafsir Al-Thabari, karya Abu Ja‘far Muhammad
bin Jarir al-Thabari. Tafsir Ibnu Katsir, karya Abu al-Fida Isma’il
ibnu Katsir al-Dimasyqi, tafsir Shafwah al-Tafasir karya Muhammad
Ali al-Shabuni, dan Tafsir Al-Maraghi dari Ahmad Musthafa al-
Maraghi. Dan sebagai panduan untuk mencari ayat-ayat amtsâl
dalam Al-Qur’an digunakan buku konkordansi Al-Qur’an karya Ali
Audah. Selain itu, dihimpun juga dari buku-buku lain yang dijadikan
sumber sekunder penelitian ini.
3. Analisis Data
Penulisan tesis ini bersifat deskriptif-analisis, sebagai upaya
mengkaji kemudian memaparkan keadaan obyek yang akan diteliti
dengan merujuk pada data-data yang disiapkan (data primer dan
sekunder). Kemudian menganalisis data secara proporsional dan
komprehensif sehingga akan tampak jelas perincian jawaban atas
persoalan yang berhubungan dengan pokok permasalahan dan
diharapkan dapat menghasilkan pengetahuan yang valid. Langkah
pertama dalam analisis data adalah mengumpulkan ayat-ayat amtsâl
dalam surat al-A‘râf yang akan ditafsirkan dengan pendekatan tahlili.
Metode ini disajikan dengan cara menampilkan ayat-ayat dan
menyajikan kandungan dan pesan-pesannya. Yaitu menjelaskan arti
dan maksud ayat-ayat dengan menjelaskan ayat demi ayat sesuai
dengan urutannya dalam mushaf melalui penafsiran kosa kata,
14
penjelasan asbab al-nuzul, munasabah dan kandungan ayat-ayat
tersebut.
Setelah mengumpulkan data dan permasalahan telah
dirumuskan, maka penulis melakukan beberapa langkah penelitian
yaitu:
1. Mengumpulkan ayat-ayat amtsâl dalam surat al-A‘râf.
2. Membuat kerangka penafsiran dengan menyusun kandungan-
kandungan ayat amtsâl.
3. Mengumpulkan informasi tentang komunikasi.
4. Menganalisis data yang telah diperoleh dan menyesuaikannya
dengan teori komunikasi.
5. Menyimpulkan hasil penelitian, melalui proses analisis, sebagai
jawaban dari rumusan masalah.
6. Menuliskan hasil penelitian sesuai sistematika bab dan sub bab
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan metodenya penelitian ini dijeniskan sebagai
penelitian historik, karena penelitiannya kerap berhubungan dengan
literatur tertulis. Dan dalam menyusun tesis ini penulis berpedoman
kepada buku Pedoman akademik Program Pascasarjana yang
disusun oleh tim penyusun Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta 2011.
Dan untuk terjemahan Al-Qur’an menggunakan Al-Qur’an dan
Terjemahnya yang dikeluarkan oleh Mujamma‘ al-Malik Fahd
lithibâ‘at al-Mush-haf al-Syarîf al-Madînah al-Munawwarah.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini disusun dalam lima bab, berikut adalah uraian
singkat yang akan dibahas pada setiap babnya.
Bab pertama, diawali dengan pendahuluan yang berisi dengan latar
belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian pustaka, kerangka berfikir, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab kedua, membahas tentang amtsâl Al-Quran dan urgensinya,
yang terdiri dari pengertian amtsâl Al-Quran, kosa kata amtsâl Al-
Qur’an dan derivasinya, urgensinya, shighah (bentuk) dan manfaatnya,
kajian amtsâl dalam perspektif budaya serta memuat ayat-ayat tentang
amtsâl Al-Qur’an.
15
Bab ketiga, membahas tentang prinsip-prinsip komunikasi dalam
amtsâl Al-Qur’an dengan memaparkan pengertian komunikasi dan
prosesnya, dasar-dasar komunikasi, penggunaan amtsâl Al-Qur’an
dalam komunikasi, nilai-nilai amtsâl Al-Qur’an dalam komunikasi, dan
efektivitas amtsâl Al-Qur’an dalam komunikasi.
Bab keempat, adalah aplikasi penafsiran ayat-ayat amtsâl dalam
surat al-A‘râf menurut kajian komunikasi yang merangkum penafsiran
ayat-ayat amtsâl, peran amtsâl Al-Qur’an dalam komunikasi pada surat
al-A‘râf, prinsip-prinsip komunikasi dalam amtsâl Al-Qur’an dan
hambatan-hambatan komunikasi.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang akan menyajikan
kesimpulan dari penelitian dan memuat saran-saran.
16
175
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amtsâl atau perumpamaan merupakan salah satu cara Al-Qur’an
dalam menyampaikan pesan. Penggunaan amtsâl diberikan pada perkara
yang sangat penting, seperti tauhid dan orang-orang yang berjalan di
atasnya, masalah syirik dan pelakunya, menjelaskan berbagai perbuatan
mulia masyarakat, dan kepentingan-kepentingan komunikasi lainnya.
Semua itu disampaikan dengan cara yang tepat, seakan-akan disaksikan
secara langsung.
Kata amtsâl dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 169 kali, yang
tersebar dalam banyak ayat dan surat. Amtsâl disajikan dengan cara
menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang serupa. Kata
amtsâl yang mengandung makna perumpamaan atau penyerupaan
biasanya apabila kata tersebut bergandengan dengan matsal, atau
bergandengan kata amtsâl dan dharb, atau disertai dengan huruf yang
bermakna penyerupaan (kâf tasybîh), atau langsung menyebutkan materi
matsal tanpa menyebutkan salah satu dari keduanya (matsal dan dharb).
Komunikasi yang dibangun dalam amtsâl adalah komunikasi yang
efektif. Komunikasi yang efektif mengarah pada perkataan yang fasih,
yaitu mengungkapkan apa yang dikehendaki dengan jelas dan tepat,
mudah dipahami, berkesan dan tercapai tujuan sesuai yang diharapkan,
seperti timbul pengertian serta perubahan sikap.
Dalam komunikasi efektif penting untuk menentukan sasaran atau
tujuan, mengetahui apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya.
Dan jika target pesan dapat divisualisasikan dengan lebih tepat, tujuan
pun dengan mudah akan dapat ditentukan. Hal-hal yang menunjukkan
efektivitas amtsâl Al-Qur’an dalam komunikasi adalah:
1. Makna yang abstrak digambarkan dengan ilustrasi inderawi.
Dalam komunikasi, amtsâl mengandung komposisi yang efektif
untuk mencerna suatu pesan. Dengan cara memberikan ilustrasi
(visualisasi), Al-Qur’an mampu mengeluarkan sesuatu yang abstrak
kepada fenomena yang nyata (konkret). Pemahaman makna seakan-
akan hadir dan bergerak di dalam imajinasi dan perasaan.
Penyampaian pesan yang dikuatkan dengan bentuk ilustrasi, dengan
memberikan bukti-bukti yang lebih konkret menjadikan pesan yang
disampaikan bertambah jelas, terang dan tertanam kuat di dalam hati.
176
Pesan yang bersifat abstrak akan efektif bila dikemas dengan cara
yang tepat sehingga pesan yang terkandung di dalamnya dapat
sampai kepada komunikan (penerima pesan) sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan. Penggunaan amtsâl berperan serta dalam
meningkatkan kemudahan dalam berkomunikasi dan belajar.
2. Amtsâl merupakan ungkapan yang simple (sederhana) dan jelas.
Hal ini dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan
pesan. Sifat amtsâl yang membandingkan suatu keadaan tertentu
menjadikan pesan terasa jelas difahami. Tujuan dasar komunikasi
yang efektif adalah membuat poin dengan sedikit kata-kata. Hal ini
dipengaruhi oleh rentang perhatian pendengar, maka semakin singkat
dan ringkas sebuah pesan semakin besar pengaruhnya. Menggunakan
kata-kata yang panjang dan rumit tidak akan memberi kesan yang
baik. Orang akan jauh lebih terkesan oleh pembicara yang dapat
menyampaikan apa yang ia maksud dengan bahasa sederhana dan
jelas.
3. Amtsâl merupakan ungkapan yang lembut dan menarik perhatian.
Ini sangat efektif untuk membuka hati dan mempersiapkannya
kepada pesan yang mungkin terasa berat dan sulit. Pesan yang
diungkapkan dalam bentuk kongkret dapat membangkitkan motivasi,
yang ditandai tumbuhnya minat untuk mendengarkan isi pesan.
Perhatian seseorang biasanya tertuju pada hal yang menarik, dan
sesuatu yang menarik, sulit dilupakan. Formulasi pesan yang
menarik memungkinkan komunikan lebih siap mendengar atau
mempelajari dan mengingat. Komunikasi dikatakan efektif apabila
berhasil menarik perhatian, dan komunikasi yang tidak mendapatkan
perhatian maka dapat dikatakan tidak efektif.
4. Amtsâl membantu meningkatkan kemampuan memori dan
pemahaman serta menghindari kebosanan.
Bahwa hubungan diantara konsep kunci dalam perumpamaan dapat
dikenali dengan cepat karena hubungan dan kedekatannya. Maka
kemampuan mengingat lebih efektif dan lebih cepat, atau akan
membantu dalam mengingat. Demikian penggunaan pengulangan
dan contoh-contoh, yang berarti memperbanyak latihan-latihan
sebagai sarana penguatan. Intensitas latihan yang baik dan cara yang
tepat memungkinkan memahami pesan lebih baik. Dengan
177
menyediakan pengulangan-pengulangan juga dapat menarik
perhatian dan menghadirkan motivasi dan minat, serta menjaganya
dari kebosanan.
5. Amtsâl mengembangkan imajinasi yang merangsang emosi dan
berfikir secara serentak. Pendekatan ini dalam penyajiannya
menonjolkan suatu bentuk kongkret yang dapat membangkitkan
rangsangan pada emosi. Efek estetika (keindahan) dan toregrounding
(penonjolan dan pengaktualisasikan) sesuatu yang dituturkan
menjadi ciri khas amtsâl.
6. Amtsâl bermanfaat dalam memberi motivasi, dan tujuan komunikasi
lainnya.
Motivasi yang dinyatakan dalam amtsâl berupa anjuran dan
pencegahan. Amtsâl juga bermanfaat untuk memberi peringatan,
nasehat, pujian dan celaan, dan lain sebagainya.
7. Pesan amtsâl merupakan perkataan yang paling benar, dan bersifat
real (nyata), karena menghadirkan realita yang terjadi. Kalau Allah
menghadirkan perumpamaan, berarti perumpamaan itu benar dan
diungkapkan berdasarkan ilmu dan hikmah.
8. Pesan amtsâl disampaikan dengan melibatkan pengalaman dan daya
indra yang memberikan suasana kondusif dan menyenangkan.
Keuntungan pendekatan ini membuat pendengar jauh lebih mudah,
lebih menyenangkan dan lebih produktif untuk mengembangkan
bahasa yang membantu memahami, mengingat dan mengambil
pelajaran. Dan dapat menghilangkan kesulitan dan salah
pemahaman.
Demikian, amtsâl Al-Qur’an disampaikan dengan bahasa yang
komunikatif (mudah), jelas, menarik dan berdaya sentuh. Hal ini
menunjukkan ke-baligh-an ungkapan amtsâl Al-Qur’an. Dalam
berkomunikasi, penting untuk memperhatikan kejelasan pesan,
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti orang lain, memilih cara
yang mudah di pahami, dan bersifat lemah lembut.
Al-Qur’an sendiri menggunakan perumpamaan sebagai pendekatan
memahami makna yang sulit ke dalam bentuk yang mudah dimengerti,
yang samar dengan yang terang, dan yang ghaib dengan yang hadir.
Maka, dapat dikatakan bahwa amtsâl merupakan pendekatan makna bagi
akal dengan penggambaran dalam bentuk indrawi (visual).
178
B. Saran-saran
Dalam dunia komunikasi, amtsâl merupakan ekspresi bahasa yang
perlu dilestarikan dan dikembangkan penggunaannya. Diharapkan dapat
diterapkan dalam melakukan kegiatan komunikasi sehari-hari, baik itu
dilingkungan keluarga, akademisi dan sosial.
Ungkapan amtsâl dapat menjadi upaya cerdas untuk memecahkan
kemacetan atau kebekuan komunikasi yang merupakan salah satu
penyebab timbulnya masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdu al-Rahman Nashir al-Sa‘di, 70 Kaidah Penafsiran Al-Qur’an, Jakarta:
Pustak Firdaus, 2001.
Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.
Audah, Ali, Konkordansi Al-Qur'an, Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa,
1997.
Ambary, Abdullah, Intisari Sastra Indonesia, Bandung: Djatnika, 1986.
Ade Putra Panjaitan dkk, Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan, Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014.
'Athif al-Zain, Samih, Mu'jam al-Amtsal fi Al-Qur'an al-Karim, edisi II,
Kairo: Dar al-Kitab al-Mishr, 2009.
Ali al-Shabuni, Muhammad, Ikhtisar ‘Ulum Al-Qur’an Praktis, terj,
Muhammad Qodirun Nur, Jakarata: Putaka Amani, 2001.
_____Shafwah Al-Tafasir, terj. Yasin, jilid II, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2011.
Achmad Tohe, Gaya Bahasa Al-Qur’an Periode Mekah, Tesis, Jakarta, 2006.
Bustani, Hafni, Penafsiran Ayat-ayat Tamtsîl dalam Tafsir Al-Kasysyaf,
Jakarta: Nuansa Madani, 2002.
Chatib al-Umam, Kemukjizatan Al-Qur'an dari Segi Uslub dan Isi, Jakarta:
PTIQ Jakarta, 1986.
Chirzin, Muhammad, Al-Qur'an dan 'Ulum Al-Qur'an, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1998.
De Vito A, Joseph, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta : Professional Book,
1997.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Diktat dari Lembaga Bahasa Yassarna, Yayasan Masyarakat Qur’ani
(YBMQ), Jakarta: t.p, 2005.
Dody S Truna, Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikulturalalisme,
Jakarta: Kementrian RI, 2010.
Effendi, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi Efektif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
_____, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Rosdakarya, 1984.
_____, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2000.
_____, Televisi Siaran Teori dan Praktek, Bandung: Penerbit Alumni, 1984.
Fiad bin Abdul Aziz Al-Syalhub, Quantum Teaching, Jakarta: Zikrul Hakim,
2005.
Fatya Permata Anbiya, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Trans Media, 2010.
Gellerman, Saul W, Manajer dan Bawahan, Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo, 1983.
Gunadi, YS, Himpunan Istilah Komunikasi, Jakarat: Grasindo, 1998.
Hooke, James dan Jeremy Philips, Siasat Menyampaikan Pesan dengan
Tepat, terj. Wahyudi, Jakarta: Kentindo publisher, 1997.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Perumpamaan, 2010
Al-Hadhrami, Abd al-Rahman bin Muhammad bin Khaldun, Muqaddimah
Ibn Khaldun, terj. Ahmadie Thaha, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.
Al-Hasyimi, Ahmad, Jawâhir al-Balâghah, Beirût: Dâr al-Fikr, 1994.
Ibnu Katsir al-Dimasyqi, Abu Fida Isma’il, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Bahrun
Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002.
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, Badâ’i‘ al-Fawâ'id, juz III, Kairo: Dar al-
Hadits, 2002.
Iskandar, Syahrullah, Jurnal, Kajian Ilmu dan Pengetahuan Budaya Al-
Qur'an, Jakarta: PTIQ, 1995.
Internet, Bukan sekedar Nukilan, 2012.
Al-Jarim, Ali dan Musthafa Usman, Terjemahan Al-Balaghah al-Wadlihah,
terj. Mujiyo Nurkholis dkk, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2006.
Al-Jurjani, 'Abd al-Qahir, Asrar Al-Balaghah fi 'Ilm Al-Bayan. Beirut: Dar al-
Kutub al 'Ilmiyah. 1998.
Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Kristiani, Veronika, Menangani Gangguan Belajar pada Anak, dalam Ruang
Keluarga DAAI TV, Jakarta 5 Juni 2015.
Al-Maraghi, Mushthafa Ahmad, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar
dkk, Semarang: Karya Toha Putra Semarang, 1993.
MacGregor, Sandy, mengaktifkan Kekuatan bawah sadar untuk Mencapai
Tujuan, terj, Wahyudi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Marie Stine, Jean, Meningkatkan daya Ingat Anda dengan Menggunakan
Seluruh Otak Anda, terj. Yahya Kristyanto, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002.
Mannâ‘ Khalîl al-Qaththân, Studi-studi Ilmu Al-Qur'an, terj. Mudzakir AS,
Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 1994.
Majma ‘ al-Malik Fahd lithiba‘at al-Mush-haf al-Syarif, Al-Qur'an dan
Terjemahnya, Madinah, 1971.
Muhyidin, Muhammad, ESQ Power, Yogyakarta: Tunas Publishing, 2006.
Al-Mundziri (pen), Ringkasan Shahih Muslim, terj. Rohimi dan Zenal
Mutaqin, Bandung: Jabal, 2012.
Muhammad Abd al-Wahhab Abd al-Lathif, Al-Amtsal al-Quraniyyah, Kairo:
Maktabah al-Adab, 1993.
Muhammad Bakr Isma'il, Dirasat fi 'Ulum Al-Qur'an, Kairo: Dar al-Manar,
1991.
Muhammad Hasyeem, Kekaguman Dunia terhadap Islam, tp, tt.
Muzaffaruddin Nadwi, Sejarah Geografi Qur’an, terj. Jum’an Basalim, tt.p:
Pustaka Firdaus, 1997.
Najati, Muhammad Utsman, Psikologi dalam Perspektif hadits, terj.
Zaenuddin Abu Bakar, Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2004.
El-Naggar, Zaghloul Ragheb Mohamed, Selekta dari Tafsir Ayat-ayat
Kosmos dalam Al-Quran Al-Karim, terj. Masri El-Mahsyar Bidin,
Jakarta: Shorouk Internasional Bookshop, 2010.
Quthb, Sayyid, Indahnya Al-Qur’an Berkisah, terj. Fath al-Rahman Abd al-
Hamid, Jakarta: Gema Insani, 2004.
Al-Qurasyi, Ali Sirhan, Al-Mubalaghah fi Al-Balaghah Al-'Arabiyyah, (t.tp:
Dar al-Tsaqafah li al-Thiba'ah, 1985.
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1994.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
Rama K, Tri, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Agung, tt.
Redaksi Buletin al-Nur, Metode Pendidikan dalam Islam, Jakarta: Yayasan
al-Safwa, 2011.
Subhani, Ja‘far, Wisata Al-Qur'an, terj. Muhammad Ilyas, Jakarta: Al-Huda,
2007.
Suranto AW, Membangun Komunikasi Efektif, (www. Kapanlagi. com), 9
Maret 1915.
Shapiro, Lawrence E., Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak, terj.
Alex Tri Kantjono, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997.
Salim, Peter, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern
English Press, 1991.
Soegarda, Poerwakatja. Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung,
1982.
Shaleh dan Dahlan, Asbab al-Nuzul, Bandung: Diponegoro, 2001.
Suranto, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Suranto, Membangun Komunikasi Efektif, www. kapanlagi. com, 9 Maret
2015.
Syahr al-Fatwa bin Lukman, Abu Anisah, 10 langkah untuk Meraih Cinta
Allah, Majalah al-Furqan, Jakarta, 2015.
Syadily, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, jilid II, Jakarta: Ichtiar Baruvan
Hocve, t.t.
Al-Suyuthi, Jalaluddin 'Aburrahman, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur'an, Beirut:
Maktabah 'Ishriyyah, tt.
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gema Media Pratama, 1997.
Thalbah, Hisyam, Ensiklopedia, terj. Syarif Hade Masyah, jilid 7, Jakarta:
Sapta Sentosa, 2008.
Al-Thabari, Abu Ja'far Muhammad bin Jarir, Tafsir Al-Thabari, terj. Abd al-
Shamad dkk, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
Tenas Effendy, Syair Nasib Melayu, edisi I, (Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa, 2005.
Tim Penyusun, Ensiklopedia Al-Qur'an, Jakarta: 2007.
Tim Penyusun, Al-Munjid, Bairut: Dar al-Masyriq, 2007.
Tim Tashih Departemen Agama, Al-Qur'an dan Tafsirnya, jilid III,
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf UII, 1995.
Wojowasito, S.W. Wasito Tito, Kamus Lengkap Inggeris-Indonesia,
Indonesia-Inggeris, Bandung: Hasta, 1980.
Warson Ahmad, Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia,
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Wursanto, Ig, Dasar-dasar Ilmu Organisasi, edisi I, Yogyakarta: Andi, 2003.
Widayati, Romlah, Qira'at Syadzdzah dalam Tafsir al-Bahr al-Muhith,
Desertasi, Jakarta: 2008.
Wawancara dengan orang Tembilahan, Mulyana Putri, Siak, 18 November
2015.
Yayasan Aspirasi Pemuda, Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak, dalam
Majalah Ayahbunda, Jakarta, 1997.
Yopi Rachmad, Belajar dari Cerita Rakyat Melayu, Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2014.
Al-Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad bin 'Abdullah, Al-Burhan fi 'Ulum Al-
Qur'an, Kairo: Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyyah, tt.
Al-Zabidi (pen), Ringkasan Shahih Al-Bukhari, terj. Harun dan Zenal
Mutaqin, Bandung: Jabal, 2012.