Upload
vohanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ACCELERATED
TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU
DARI RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN KELAS X
SMA NEGERI KABUPATEN BOYOLALI
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh gelar Magister
Pendidikan Matematika
Oleh :
SRI HARTINI
NIM : S.850208023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
P R O G R A M P A S C A S A R J A N A
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ACCELERATED
TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU
DARI RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN KELAS X
SMA NEGERI KABUPATEN BOYOLALI
Disusun Oleh :
SRI HARTINI
NIM : S.850208023
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal : …………………………
Pembimbing I Pembimbing II
( Drs. Tri Atmojo K, M.Sc,Ph.D) ( Drs. Suyono, M.Si )
NIP. 131791750 NIP. 130529726
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
( Dr. Mardiyana, M.Si )
NIP. 132046017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN ACCELERATED
TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING
TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU
DARI RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN KELAS X
SMA NEGERI KABUPATEN BOYOLALI Disusun Oleh : SRI HARTINI
NIM : S.850208023
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal : …………………………
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si ………………………
Sekretaris : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc ………………………
Anggota Penguji : 1. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D ………………………
2. Drs. Suyono, M..Si ………………………
Surakarta, 2009
Mengetahui
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si
NIP. 131472192 NIP.132046017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
M O T T O
● “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”.
● “Kunci kesuksesan adalah disiplin dan menghargai waktu yang
merupakan perpaduan antara usaha dan do’a, selagi ada usaha pasti
ada jalan”.
● “Keberhasilan masa depan anda terletak pada tekad dan keberanian
anda dalam perjuangan hidup”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat,
karunia, kemudahan dan hidayahNya sehingga penyusunan Tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik. Penyusunan Tesis ini untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini dapat terselesaikan
berkat bimbingan, saran, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang
setinggi-tingginya dan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Much. Syamsul Hadi, dr. Sp KJ (K), selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Mardiyana, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk dan saran serta bantuan dalam
memecahkan masalah dalam rangka penyusunan Tesis ini.
5. Drs. Suyono, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk dan saran serta bantuan dalam memecahkan masalah
dalam rangka penyusunan Tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak
memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis..
7. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga di Boyolali yang telah
memberikan kesempatan untuk mengadakan penelitian di lingkup Dinas
Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Boyolali.
8. Kepala Sekolah SMA Negeri Teras, SMA Negeri Simo, SMA Negeri
Banyudono dan SMA Negeri Ngemplak Boyolali yang telah memberikan
kesempatan dan membantu hingga terlaksananya penelitian ini.
9. Khaerul Anwar, S.Pd dan Sulasno S.Pd, yang telah membantu dan
menjadi validator instrument uji coba angket dan prestasi belajar siswa
dalam penelitian ini.
10. Suamiku Rohman Widodo dan anak-anakku Dhzofirotul Milla dan Nidaul
Fauzna Rahman, yang selalu memberikan dorongan, bantuan dan
pengorbanan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2008/2009 Program Studi pendidikan
Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,
yang telah banyak memberikan motivasi, dorongan dan dukungan
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan di nilai
sebagai suatu amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu
Wata’ala. Amin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Demikian Tesis ini disusun, semoga karya ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan memberikan sedikit masukan bagi dunia pendidikan
guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta, Juni 2009
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI Halaman
PENDAHULUAN .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS ...................................................... iii
PERNYATAAN .... .................................................................................... iv
PERSEMBAHAN . .................................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ........ .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
ABSTRAK ............ .................................................................................... xiv
ABSTRACT .......... .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 8
D. Perumusan Masalah ................................................................ 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ............................................................................ 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
1. Prestasi Belajar Matematika ................................................. 12
a. Pengertian Prestasi ........................................................ 12
b. Pengertian Belajar ......................................................... 13
c. Pengertian Prestasi Belajar ............................................ 14
d. Pembelajaran Matematika ............................................. 14
e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika ........................ 17
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ..... 18
2. Model pembelajaran ........................................................... 22
a. Pengertian Model Pembelajaran ..................................... 22
b. Model Accelerated Teaching ......................................... 23
1).Pengertian dan Karakteristik Model Accelerated
Teaching ...................................................................... 23
2). Prinsip-prinsip Belajar Cepat ..................................... 25
3). Strategi Cara Belajar Cepat........................................ 27
c. Setting Cooperative Learning ............................................. 31
1). Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................ 33
2). Prosedur pembelajaran Kooperatif ............................... 35
3). Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 36
d. Penerapan Model Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning ......................................................... 37
e. Penerapan Model Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperaive Learning .......................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3. Respon Siswa Pada pembelajaran ........................................ 41
B. Penelitian Yang relevan ............................................................. 42
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 43
D. Hipotesis ................................................................................... 44
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 46
1. Rancangan Penelitian ........................................................... 47
2. Prosedur penelitian ............................................................... 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 49
1. Tempat Penelitian ................................................................ 49
2. Waktu Penelitian .................................................................. 50
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................. 50
1. Populasi ................................................................................ 50
2. Sampel .................................................................................. 51
3. Teknik Pengambilan Sampel................................................ 51
D. Variabel Penelitian .................................................................... 54
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 56
1. Metode Dokumentasi ........................................................... 56
2. Metode Angket ..................................................................... 56
3. Metode Tes ........................................................................... 57
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 57
1. Penyusunan Instrumen Penelitian ........................................ 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Uji Coba Instrumen .............................................................. 58
G. Teknik Analisa Data .................................................................. 63
1. Uji Keseimbangan ................................................................ 64
2. Uji Prasyarat ......................................................................... 65
3. Pengujian Hipotesis .............................................................. 68
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Coba Instruyen ........................................................... 78
B. Deskripsi Data ........................................................................... 83
1. Data Prestasi Relajar Trigonometri ...................................... 83
2. Data Respon Siswa Pada Pembelajaran ............................... 84
C. Hasil Analisa Data ..................................................................... 86
1. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 86
2. Uji Keseimbangan ................................................................ 89
3. Hasil Pengujian Hipótesis .................................................... 89
a. Hasil Uji Hipótesis ........................................................... 89
b. Hasil Uji Komparasi Ganda ............................................. 91
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 93
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 99
B. Implikasi ................................................................................... 100
1. Implikasi Teoritis ................................................................. 100
2. Implikasi Praktis .................................................................. 102
C. Saran ................................................................................... 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
1. Kepada Guru Mata Pelajaran Matemática ........................... 102
2. Lepada Siswa ....................................................................... 103
3. Lepada Kepala Sekolah ........................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 104
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus ............................................................................. 106
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ............................... 107
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ........................................................ 121
Lampiran 4 Jawaban Lembar Kerja Siswa ......................................... 143
Lampiran 5 Kisi-kisi Draft Angket Respon Siswa ............................. 152
Lampiran 6 Draft Angket Respon Siswa ............................................ 153
Lampiran 7 Lembar Jawab Angket .................................................... 157
Lampiran 8 Lembar Validasi Instrumen Angket Respon Siswa ........ 158
Lampiran 9 Uji Validitas, Reliabilitas Angket Respon Siswa ............ 162
Lampiran 10 Kisi-kisi Angket Respon Siswa ....................................... 166
Lampiran 11 Angket Respon Siswa Pada Pembelajaran ...................... 167
Lampiran 12 Kisi-kisi Draft Instrumen Soal Uji Coba ......................... 171
Lampiran 13 Draft Instrumen Soal Uji Coba ....................................... 172
Lampiran 14 Lembar Jawab Tes Prestasi ............................................. 175
Lampiran 15 Lembar Validasi Instruyen Tes Prestasi .......................... 176
Lampiran 16 Indeks Reliabilitas Uji Coba Tes Prestasi ....................... 178
Lampiran 17 Uji Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran .......... 182
Lampiran 18 Kisi-kisi Instruyen Soal Uji Coba ................................... 186
Lampiran 19 Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................ 187
Lampiran 20 Data Induk Penelitian ...................................................... 190
Lampiran 21 Uji Keseimbangan ........................................................... 194
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Lampiran 22a Uji Normalitas Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ......... 198
Lampiran 22b Uji Normalitas Prestasi Relajar Kelas control ................ 202
Lampiran 22c1 Uji Normalitas Kelompok Respon Tinggi ...................... 206
Lampiran 22c2 Uji Normalitas Kelompok Respon Sedang ..................... 209
Lampiran 22c3 Uji Normalitas Kelompok Respon Rendah ..................... 212
Lampiran 22d1 Uji Homogenitas Metode Pembelajaran ......................... 215
Lampiran 22d2 Uji Homogenitas Respon Belajar Siswa ......................... 220
Lampiran 23 Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama........ 224
Lampiran 24 Metode Scheffe Analisis Variansi Dua Jalan .................. 230
Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Sri Hartini. S. 850208023. Efektivitas Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Respon Siswa Pada pembelajaran Kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali. Tesis. Surakarta. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2009. Masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning akan memberikan prestasi belajar siswa lebih baik pada materi pokok Trigonometri dari pada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning?. (2) apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon sedang atau rendah dan apakah prestasi belajar siswa yang mempunyai respon sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon rendah pada materi pokok Trigonometri?, (3) apakah ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan respon siswa pada pembelajaran terhadap prestasi belajar? Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2 x 3. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Banyak anggota sampel pada penelitian ini adalah 227 siswa, 112 siswa untuk kelas eksperimen diambil dari (1 kelas SMA Negeri Teras, 1 kelas SMA Negeri Simo dan 1 kelas SMA Negeri Banyudono ) dan 115 siswa untuk kelas control diambil dari (1 kelas SMA Negeri Teras, 1 kelas SMA Negeri Simo dan 1 kelas SMA Negeri Banyudono ). Teknik untuk pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket, metode tes dan metode dokumentasi. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah tes pilihan ganda. Untuk menguji validitas instrumen dilakukan oleh pakar atau validator, sedangkan untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kruder-Richardson - 20. Dari masing-masing soal obyektif sebanyak 30 butir soal yang digunakan 25 butir, sebab yang 5 butir tidak valid. Hasil uji reliabilitas ( = 0,837 ). Prasyarat analisis menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas, uji homogenitas menggunakan uji Bartlet. Dengan taraf signifikan = 5 % disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari perhitungan uji homogenitas disimpulkan bahwa penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi homogen. Teknik analsis data pada penelitian ini adalah variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikan = 5 %, menunjukkan (1) ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning terhadap prestasi belajar materi pokok Trigonometri siswa kelas X SMA negeri Kabupaten Boyolali ( = 16,7138 > 3,84 = , ; ; , (2) ada pengaruh respon siswa pada pembelajaran terhadap prestasi belajar materi pokok Trigonometri siswa kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali ( = 5,5380 > 3,00 =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
, ; ; ) dan (3) tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan respon siswa pada pembelajaran materi pokok Trigonometri siswa kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali ( = 0,67768 < 3,00 = , ; ; ). Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning menghasilkan prestasi belajar siswa lebih baik pada materi pokok Trigonometri dari pada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning, (2) Respon siswa pada pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok Trigonometri kelas X tahun pelajaran 2008/2009. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai respon sedang, prestasi belajar siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon rendah dan prestasi siswa yang mempunyai respon sedang sama dengan siswa yang mempunyai respon rendah, (3) pada model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning prestasi belajar siswa lebih baik daripada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning baik secara umum maupun ditinjau dari tingkat respon siswa pada pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Sri Hartini . S. 850208023. The Effectiveness of Accelerated Teaching Learning Model by setting Cooperative Learning Viewed From The Students’ Learning Response of Grade X SMA Negeri in Boyolali Regency. Thesis. Surakarta. Mathematics Education Program Study of Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. 2009. The objective of research is to find out (1) whether the Accelerated Teaching model by setting Cooperative Learning Approach will provide the better students, learning achievement than the Accelerated Teaching model without Cooperative Learning one in the subject matter of Trygonometry?, (2) Whether or not the mathemamics learning achievement of students having high response is better than those of the students having medium or low respons, and whether or not the mathematic learning achievement of students having medium respons is better than those of the students having low respons?, (3) Whether or not there is an interaction between the use of learning approach and the students’ learning response on the learning achievement? This study was categorized into a quasi experimental research with 2 x 3 factorial design. The population of research was grade X students of SMA Negeri in Boyolali. The sampling technique used was cluster random sampling. The sample consisted of 227 students: 112 students for the experiment class were taken from ( 1 class of SMA Negeri Teras, 1 class of SMA Negeri Simo and 1 class SMA Negeri Banyudono ) and 115 students for the control class were taken from (1 class of SMA Negeri Teras, 1 class of SMA Negeri Simo and 1 class SMA Negeri Banyudono ). Technique of collecting data used in the study are questionnaire, test and documentation methods. The instrument used to find out the students’ learning achievement was multiple choice test. For testing the data validity, of instrument was used by the practitioner or validator, meanwhile in order to find out the test reliability used the Kruder-Richardson 20 formula was used. From 30 objective items, only 25 items were used because other five items were not valid. The result of reliability ( = 0.837 ). The analysis prerequisites employed Lilliefors test for the normality test and Bartlet test for homogeneity test. At the significance level = 5 %, it can be concluded that the sample deriving from the population is distributed normally. From the homogeneity calculation, it can be concluded that the research derives from the homogenous-distributed population. Technique of analyzing data of this study was two-way variance analysis with different cells. The result of two-way analysis at significance level = 5 %, shows that (1) there is an effect of usage Accelerated Teaching Model by setting Cooperative Learning on the students’ learning achievement of grade X of SMA Negeri in Boyolali in the subject matter of Trygonometry ( = 16.7138 > 3.84 = . ; ; ), (2) there is an effect of students’ respons to the students learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
achievement of grade X of SMA Negeri in Boyolali in the subject matter of Trygonometry ( = 5.5380 > 3.00 = . ; ; ), and (3) thereis no interaction between the learning approach and the students learning response on the students’ learning achievement of grade X of SMA Negeri in Boyolali in the subject matter of Trygonometry ( = 0.67768 < 3.00 = . ; ; ). The conclusions of research are ; (1) the Accelerated Teaching Learning Model by setting Cooperative learning results in the students’ learning achievement better than the Accelerated Teaching without setting Cooperative Learning, (2) the students learning response has an effect on the students’ mathematics learning achievement in the subject matter of Trygonometry in the grade X in school years of 2008/2009. The mathematics learning achievement of students having high response is as high as those of students having medium response, the mathematics learning achievement of students having high response is higher than those of students having low response; and the mathematics learning achievement of students having medium response equals to those of students having low response, (3) In the Accelerated Teaching by setting Cooperative Learning approach, the students’ learning achievement is better than that in the Accelerated Teaching without setting Cooperative learning approach in general or viewed from the students’ learning approach in general or viewed from the students’ learning response level.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi
berbagai bidang kehidupan termasuk didalamnya bidang pendidikan. Pendidikan
merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan. Dewasa ini
pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Dalam konteks peningkatan kualitas sumber daya manusia
ini kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil
pendidikan, dan secara mikro harus ditemukan strategi atau pendekatan
pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi siswa.
Keberhasilan pada saat ini akan tergantung terutama pada sejauh mana kita
dan anak-anak kita dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang tepat
untuk menguasai kecepatan, kompleksitas, dan ketidakpastian, yang saling
berhubungan satu sama lain (Rose dan Nicholl, 2003:11). Kecepatan dunia
berubah menuntut dan mensyaratkan kemampuan belajar yang lebih cepat.
Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga menuntut kemampuan yang sesuai
untuk menganalisis setiap situasi secara logis dan memecahkan masalah secara
kreatif. Prioritas utama bagi lembaga pendidikan adalah mengajarkan kepada
anak-anak bagaimana cara belajar dan bagaimana cara berpikir. Dengan demikian,
para siswa harus dapat mengembangkan keterampilan dasar mereka dan sekaligus
belajar mengembangkan ketrampilan berpikir kreatif dan kritis. Dengan kata lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kita membutuhkan perubahan, baik dalam apa yang dipelajari dan dalam cara
bagaimana ia dipelajari.
Menurut Colin Rose dan Nicholl, belajar bukan hanya untuk mengetahui
jawaban-jawaban, belajar juga tidak hanya diukur dengan nilai ujian saja, akan
tetapi belajar adalah petualangan seumur hidup. Belajar harus dimulai sedini
mungkin dan terus berlangsung seumur hidupnya, serta mengimplementasikan
apa yang dipelajari. Seseorang akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan
menyenangkan ketika orang tersebut mampu menggunakan bentuk-bentuk
kecerdasan yang paling kuat. Hal tersebut disebabkan karena sebagian orang
mungkin kurang mampu dalam suatu jenis kecerdasan. Akan tetapi karena
gabungan dan paduan ketrampilan khusus yang dimilikinya, dia mungkin mampu
mengisi dengan baik beberapa kekurangannya secara baik. Tapi umumnya
semakin baik seseorang mengembangkan kecerdasannya yang lain, maka akan
semakin luwes orang tersebut memenuhi tantangan dalam kehidupan yang luas
aspeknya.
Pentingnya ilmu matematika tidak lepas dari perannya dalam kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari, konsep dan prinsip matematika banyak digunakan
dan diperlukan, baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu lain maupun
dalam pengembangan matematika itu sendiri. Dalam pendidikan selalu dituntut
adanya suatu perbaikan atau pembaharuan yang bersifat terus menerus yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Karena pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang
cerdas , damai , terbuka dan demokratis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Untuk meningkatkan respon siswa dalam mempelajari matematika, para
guru matematika diharapkan dapat memperkenalkan materi matematika dengan
lebih menarik dan bersahabat. Oleh karena itu guru harus mampu berinovasi dan
berkreativitas dalam mengembangkan metode mengajarnya. Metode mengajar
yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan,
kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya .
Suatu metode pembelajaran mempunyai spesifikasi tersendiri, artinya
metode yang cocok untuk suatu materi tertentu belum tentu cocok digunakan
pada materi yang lain. Metode pembelajaran yang diterapkan tidak hanya mampu
secara materi saja, tetapi diharapkan juga dapat membuat siswa aktif terlibat
dalam proses kegiatan belajar mengajar semaksimal mungkin. Metode mengajar
yang bervariasi diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar
sekaligus salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan. Yaitu dengan cara
menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan
masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau
gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Sehingga metode
mengajar yang bervariasi dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima
pelajaran.
Berdasarkan observasi, khususnya pada mata pelajaran matematika
dijumpai sebagian besar siswa memiliki pamahaman konsep matematika yang
rendah dan banyak siswa yang masih beranggapan bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit, membosankan dan banyak rumus. Pembelajaran matematika
selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika adalah alat yang siap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pakai, Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep,
sifat maupun teori serta cara penggunaannya. Pembelajaran menjadi terpusat pada
guru, siswa kurang dapat mengembangkan dan mengekpresikan potensi diri.
Akibat yang terjadi siswa seringkali hanya menghapal rumus, bahkan tak jarang
siswa juga menghapal cara penyelesaian pada setiap soal. Siswa kurang mampu
menganalisis setiap permasalahan secara cermat, mencari hubungan antar kalimat
untuk kemudian menyelesaikan masalah dengan baik
Berkaitan dengan masih rendahnya prestasi belajar matematika sangat
dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang kurang tepat. bahwa strategi belajar
mengajar yang baik adalah yang dapat menjamin tercapainya tujuan pengajaran
secara efektif, efisien dan ekonomis dan yang dapat meningkatkan keterlibatan
siswa baik secara intelektual maupun fisik.
Berkaitan dengan uraian di atas, maka perlu dipikirkan strategi atau cara
penyajian dan suasana pembelajaran matematika yang membuat siswa terlibat
aktif dan merasa senang dalam belajar matematika.
Sebagai guru matematika hendaknya dapat menerapkan strategi
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi aktif, baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran
di kelas. Model Accelerated Teaching sepertinya cocok untuk pembelajaraan yang
seperti itu. Model Accelerated Teaching merupakan pembelajaran yang membuat
siswa termotivasi, membuat belajar lebih bermakna dengan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan siswa terlibat langsung baik fisik maupun mental
dalam proses pembelajaran serta menciptakan interaksi yang saling asah, asih,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
asuh sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi
juga sesama siswa. Accelerated Teaching tidak hanya memfokuskan pada apa
yang dipelajari siswa, tetapi mengajarkan siswa bagaimana cara belajar dan
bagaimana cara berfikir.
Metode belajar dalam Accelerated Teaching mengakui bahwa masing-
masing individu memiliki cara belajar pribadi pilihan yang sesuai dengan karakter
dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-
teknik yang sesuai dengan gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar
dengan cara yang alamiah bagi diri sendiri. Sebab yang alamiah menjadi lebih
mudah, dan yang lebih mudah menjadi lebih cepat.
Pada saat ini ada beberapa model pembelajaran yang berorientasi pada
pandangan konstruksivistik yang berkembang, antara lain cooperative learning
(pembelajaran kooperatif). Pembelajaran Kooperatif merupakan metode belajar
yang mana siswa bekerja dalam suatu tim ( kelompok kecil ) yang saling
berinteraksi antar anggota kelompok dengan cara saling membantu satu sama
lainnya dalam dunia pendidikan. ( Robert E.Slavin, 2008:4).
Pada metode pembelajaran kooperatif yang didalamnya mengandung
saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,
setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar
berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling
membantu dalam memecahkan masalah serta mampu membangun hubungan
interpersonal dan memungkinkan materi pada tingkat penguasaan yang relatif
sama atau sejajar. siswa. (http:///www.edubenchmark.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Sesuai dengan berkembangnya pandangan konstruksivistik, akan lebih
baik jika model Accelerated Teaching diterapkan dengan setting Cooperative
Learning. Penerapan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning diharapkan memberikan pembelajaran yang lebih bermakna, lebih
menyenangkan, dapat membangun rasa percaya diri dan siswa diharapkan
mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.
Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya materi pokok
Trigonometri, di samping menggunakan model pembelajaran yang tepat juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor luar yang meliputi lingkungan
( alam dan sosial ) dan instrumen ( kurikulum, guru, sarana dan administrasi ), dan
faktor dalam yang meliputi fisik ( kondisi fisik dan panca indra ) dan psikologi
(bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif). Motivasi berfungsi
sebagai pendorong, pengarah, dan penggerak tingkah laku dan salah satu unsur
yang menumbuhkan motivasi adalah sejauh mana merespon suatu proses
kegiatan.
Menurut Suyono (dalam Hasratuddin, 2002 : 1) mengatakan bahwa bila
dilihat dari faktor pembelajaran, kelemahan pembelajaran matematika yang
dilakukan oleh guru di sekolah adalah (1) rendahnya kemampuan guru
menggunakan metode pembelajaran atau strategi pembelajaran yang bervariasi,
(2) kemampuan mengajar guru hanya sebatas menjawab soal-soal tanpa
memahami konsep materi yang diajarkan, (3) guru enggan merubah metode
mengajar yang terlanjur dianggap benar dan efektif, dan (4) guru hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menggunakan metode pembelajaran konvensional tanpa memperhatikan aspek
berpikir siswa.
Respon dapat diartikan sebagai tanggapan seseorang terhadap pengaruh
atau reaksi dari luar sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku. Respon
siswa terhadap proses pembelajaran merupakan tanggapan siswa selama
mengikuti proses pembelajaran, sehingga mempengaruhi sikap dan tingkah laku
siswa dapat diungkapkan ke dalam bentuk pernyataan dari siswa tersebut. Dalam
pembelajaran dengan metode Accelerated Teaching siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran akan banyak dihadapkan komponen-komponen pembelajaran,
sehingga sangat dimungkinkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh respon
siswa terhadap proses pembelajaran.
Mengingat pentingnya prestasi belajar matematika bagi siswa dalam
proses belajar selanjutnya maka masalah rendahnya prestasi belajar matematika
siswa, dan respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika yang
cenderung negatif perlu diupayakan pemecahannya
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya kajian tentang penerapan
Model Accelerated Teaching di sekolah-sekolah lain di Boyolali dan sebagai
alternatif model pembelajaran dalam pembelajaran matematika di SMA. Sehingga
diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Untuk itu penulis
mencoba menerapkan dan mengkajinya dengan mengadakan penelitian tentang
“Efektivitas Model Pembelajaran Accelerated Teaching dengan Setting
Cooperative Learning Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Respon Siswa Pada Pembelajaran Kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di muka tentang hasil belajar
matematika menggunakan model Accelerated Teaching yang ditinjau dari
respon belajar siswa dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika cenderung terpola berpusat pada guru
dengan pembelajaran konvensional. Ada kemungkinan metode
pembelajaran tersebut merupakan penyebab rendahnya prestasi belajar
matematika dan respon siswa terhadap pembelajaran yang cenderung
rendah. Terkait dengan ini, dapat diteliti: apakah jika model
pembelajaran guru diubah maka prestasi belajar matematika dan
respon siswa terhadap pembelajaran menjadi lebih baik
2. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa ada kemungkinan
disebabkan dalam pembelajaran matematika tidak ada keinginan siswa
untuk terlibat secara aktif. Apakah dengan pemilihan model
pembelajaran yang tidak hanya memfokuskan pada apa yang dipelajari
siswa, tetapi mengajarkan siswa bagaimana cara belajar dan bagaimana
cara berpikir dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
3. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin disebabkan
kurangnya rsepon siswa pada pembelajaran matematika
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar Belakang Masalah dan Identifikasi Masalah, masalah
yang akan diteliti pada penelitian ini adalah Efektivitas Model Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Accelerated Teaching dengan Setting Cooperative Learning Terhadap Prestasi
Belajar Matematika Ditinjau dari Respon Siswa Pada Pembelajaran. Agar
penelitian dapat dicapai tujuan dan arah yang jelas perlu beberapa batasan
sebagai berikut :
1. Cara penyajian materi yang digunakan adalah model pembelajaran
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning. yaitu
pembelajaran dengan model yang didalamnya terdapat unsur-unsur
koordinasi ke dalam kelompok belajar, saling ketergantungan positip,
diskusi kelompok, presentasi kelompok, tanggung jawab perseorangan
dan evaluasi, dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil
yang terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan kemampuan yang heterogen.
2. Prestasi belajar matematika diartikan sebaga hasil yang dicapai siswa
setelah mengikuti pelajaran matematika.
3. Respon Siswa pada pembelajaran yang dimaksud adalah tanggapan
siswa terhadap serangkaian proses selama kegiatan belajar mengajar.
4. Penelitian dilaksanakan terhadap siswa kelas X yang mempunyai
respon tinggi, sedang dan rendah di SMA Negeri Boyolali tahun
ajaran 2008/2009.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dirumuskan masalah-masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dari pada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperative Learning pada materi pokok Trigonometri
2. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon
tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon sedang, dan
apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon
sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai respon rendah pada
materi pokok Trigonometri?
3. Apakah perbedaan prestasi belajar matematika dengan menggunakan
model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning
dan dengan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative
Learning konsisten pada tiap-tiap kategori respon siswa dan apakah
perbedaan prestasi belajar matematika antara tiap-tiap kategorirespon
siswa konsisten pada pembelajaran menggunakan Accelerated
Teaching dengan setting Cooperative Learning dan dengan model
Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di muka, maka
tujuan yang hendak dcapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah cara penyajian materi dengan model
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dalam
pembelajaran akan memberikan prestasi yang lebih baik pada materi
pokok Trigonometri daripada cara penyajian materi dengan model
Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Untuk mengetahui apakah prestasi balajar matematika siswa yang
mempunyai respon tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai
respon sedang dan siswa yang mempunyai respon sedang mempunyai
prestasi yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai respon
rendah dalam mempelajari materi pokok Trigonometri.
3. Untuk mengetahui apakah perbedaan prestasi belajar matematika
dengan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning dan model pembelajaran Accelerated Teaching
tanpa setting Cooperative Learning konsisten pada tiap-tiap kategori
respon siswa dan apakah perbedaan prestasi belajar matematika antara
tiap-tiap kategori respon siswa konsisten pada pembelajaran
menggunakan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning dan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative
Learning ?
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :
1. Memberi masukan kepada guru atau calon guru matematika dalam
menentukan model pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan materi
yang diajarkan.
2. Bagi peneliti, sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan
tentang ilmu yang ditekuni.
3. Memberikan sumbangan pemikiran khususnya kepada para guru
matematika untuk bahan penelitian yang relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan
matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
KAJIAN TEORI , KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka, kajian teori dan kerangka
berpikir serta pengujian hipotesis. Tinjauan pustaka adalah hasil-hasil penelitian
yang relevan dengan masalah penelitian.Kajian teori yang akan dibahas adalah
teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kerangka berpikir adalah
konsep dasar untuk menjawab permasalahan yang diangkat dari tinjauan pustaka
dan kajian teori.
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Istilah prestasi biasanya muncul setelah diberlakukan suatu
pengukuran atau penilaian atau sering dikatakan sebagai evaluasi. Dengan kata
lain hasil pengukuran atau penilaian yang dilakukan dengan memperhatikan
beberapa aspek yang melingkupinya disebut prestasi. Menurut Kamus Besar
bahasa Indonesia (2001:895) prestasi adalah hasil yang dicapai atau dilakukan
atau dikerjakan, jadi prestasi merupakan hasil yang telah dicapai setelah
dilakukan usaha yang sebaik-baiknya sesuai batas kemampuan usaha tersebut.
Menurut Oemar Hamalik (2003 : 159) prestasi adalah hasil yang merupakan
indikator adanya perubahan tingkah laku siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
adalah usaha yang telah dilakukan dengan kemampuan dan ketrampilan
sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan usahanya.
b. Pengertian belajar
Pengertian belajar menurut beberapa ahli pendidikan memang berbeda
satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi karena adanya sudut pandang yang
berbeda, akan tetapi perbedaan itu bukan merupakan suatu hal yang prinsip.
Slameto (1995:2) menyatakan bahwa ”Belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dar pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Winkel ( 2004 : 58) belajar adalah suatu
aktifitas mental yang dilakukan seseorang, yang tidak dapat dilihat dari luar.
Seseorang yang sedang belajar tidak dapat diketahui apa yang terjadi dalam diri
seseorang tersebut hanya dengan mengamatinya. Menurut Oemar Hamalik
(1986:60),”pengertian belajar (learning) dalam konteks ilmu pendidikan
merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan
latihan”.
Dari pengertian di atas dapat dikemukakan tentang pengertian belajar
adalah suatu proses yang terjadi pada diri seseorang yang ditandai perubahan
tingkah laku pada individu untuk mendapatkan kemampuan baru yang diperoleh
melalui usaha yang tidak dapat dilihat dari luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Pengertian Prestasi Belajar
Dari prestasi belajar yang dicapai seeorang akan nampak keseluruhan
kepribadiannya. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-
pola kepribadian tertentu sesuai dengan yang telah ditetapkan, sebaliknya siswa
yang tidak berhasil dalam belajar akan menyimpang dari tujuan yang telah
ditetapkan. Sutratinah Tirtonegoro (1984:43) mengemukakan, ”Prestasi belajar
adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar”. Dengan
mengetahui prestasi belajar anak, dapat diketahui kedudukan anak di dalam
kelas, apakah anak tersebut termasuk kelompok pandai, sedang atau kurang.
Lebih lanjut Sutratinah Tirtonegoro (1984:43) mengatakan bahwa, ”Prestasi
belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar, yang dinyatakan dalam
bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil
yang sudah dicapai anak dalam periode tertentu:.
Dari pengertian di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa prestasi
belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka,
huruf, simbol maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap siswa dalam periode tertentu.
d. Pembelajaran Matematika
Menurut kamus besar bahasa indonesia (20014:723) dikemukakan
bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar
bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian
masalah mengenai bilangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar
yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan
atau pemecahan masalah ( Depdiknas , 2002:8 ). Menurut wikipedia Indonesia
dalam http://id.wikipedia.org/wiki/matematika yaitu ”Matematika secara
umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur,
perubahan dan ruang; secara informal dapat pula disebut sebagai ilmu tentang
bilangan dan angka. Menurut Margono (1996:29) Matematika adalah ilmu
pengetahuan yang berisfat rasional yang kebenarannya tidak tergantung
pembuktian secara empiris tetapi secara deduktif. Herman Hudoyo (1990:4)
mengatakan bahwa hakikat matematika adalah ide, struktur dan hubungan yang
diatur menurut urutan logis dan suatu obyek langsung yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep dan ketrampilan.
Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang
diarahkan pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari
kemampuan seseorang memfungsionalkan materi matematika yang dipelajari,
baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan
dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan sacara praktis
dimaksudkan menerapkan pada bidang-bidang lain. Soedjadi ( 2000)
mengemukakan menguasai matematika diperlukan cara belajar yang berurutan
setapak demi setapak dan berkesinambungan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dalam mempelajari matematika haruslah bertahap, berurutan,
dan berkesinambungan berdasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Menurut Herman Hudoyo ( 1990 : 6 ) menyatakan bahwa seseorang
dikatakan belajar matematika apabila pada diri orang tersebut terjadi suatu
proses kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang
berkaitan dengan matematika. Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu konsep
menjadi tahu konsep, dan mampu menggunakannya dalam mempelajari materi
lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar materi
matematika bukan hanya pengenalan yang dicapai, tetapi juga perlu
pemahaman terhadap materi tersebut.
Dari pendapat di atas, yang dimaksud dengan pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang berkaitan dengan
bilangan, ide, struktur, fakta dan konsep dimana siswa dapat berinteraksi
dengan guru dan materi pelajaran agar dapat mencapai tujuan tertentu.
Dalam Standar Nasonal Kompetensi 2006, tujuan pembelajaran
matematika adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisai, menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan
menafsirkan solusi yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau
media lain untuk memperjelas keadaan masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ngin tahu, perhatian dan minat
dalam mempelajari matematika. Serta sikap ulet dan percaya diri
dalam pemecahan masalah. (Depdiknas, 2006:2).
Dalam proses pembelajaran, guru juga harus memiliki
keterampilan dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
mengarah pada cara belajar yang aktif dan dipandang lebih efektif sehingga
pengetahuan matematika dapat dikuasai siswa dengan baik. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah Model Accelerated
Teaching .
e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar seseorang dapat diukur dari keberhasilan seseorang dalam
mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Dalam pendidikan sekolah tujuan
belajar telah ditentukan oleh guru dengan berpedoman pada GBPP yang ada.
Dengan demikian prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan yang
dimiliki seseorang dalam mencapai tujuan belajar matematika dalam selang waktu
tertentu setelah orang tersebut melakukan kegiatan belajar matematika.
Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran
diperlukan alat ukur. Alat ukur yang biasa digunakan di sekolah biasanya berupa
tes. Tes yang biasa digunakan berupa tes obyektif maupun tes essai. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar matematika adalah nilai yang dicapai
dari hasil tes prestasi belajar setelah mengikuti proses pembelajaran, baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol pada kompetensi dasar Trigonometri.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar sangat penting
dalam rangka membantu siswa untuk dapat mencapai prestasi belajar yang sebaik-
baiknya. Supaya belajar dapat berhasil, yaitu mencapai perubahan tingkah laku
sesuai dengan yang diharapkan, maka proses belajar mengajar harus terjadi
dengan baik. Oleh sebab itu faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
mengajar hendaknya diperhatikan.
Menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor yang mempunyai potensi
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar meliputi :
a. Faktor Internal.
b. Faktor Eksternal.
Secara terperinci kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang datang dari dalam diri siswa sendiri, yang
meliputi:
1. Faktor Jasmaniah
a) Kesehatan.
Kesehatan adalah faktor penting di dalam belajar, sebab dengan kesehatan
yang prima akan menjaga konsentrasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b) Cacat tubuh.
Cacat tubuh dapat juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi belajar.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah.
Termasuk dalam faktor ini adalah:
i) Intelegensi atau kecerdasan yang sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan belajar siswa. Intelgensi yang tinggi memungkinkan siswa
mendapat perstasi belajar yang tinggi dan intelgensi yang sedang atau
rendah juga memungkinkan siswa mendapat prestasi belajar yang sedang
atau rendah.
ii) Perhatian yang datang dari diri sendiri terhadap pelajaran maupun
perhatian dari orang lain dalam belajar juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
iii) Minat atau keinginan atau ketertarikan pada bahan pelajaran bisa menjadi
penyebab keberhasilan belajar.
iv) Bakat .
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah”the capacity to learn. Dengan
perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Dapat juga
diartikan bakat sebagai bentuk-bentuk kecakapan khusus yang dimiliki
seseorang. Kecakapan khusus ini umumnya berasal dari pembawaan atau
hereditas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
v) Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai karena
dapat menjadi daya dorong/daya gerak untuk mendapatkan hasil belajar
yang optimal.
vi) Kematangan adalah suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
vii) Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah Preparedness
Toerspond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response
atau bereaksi.
3. Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan mejadi dua macam, yaitu kelelahan jasmaniah dan kelelahan
rohani.
b. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor ini
meliputi:
1. Faktor lingkungan keluarga yang terdiri dari:
a) Cara Orang tua Mendidik.
Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar anak. Orangtua dapat mendidik anaknya dengan cara
memberikan pendidikan dan perhatian yangcukup agar siswa mendapat
prestasi yang baik. Sebaiknya orangtua yangtidak mengindahkan
pendidikan anaknya, acuh tak acuh atau bahkan tidak memperhatikan sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sekali, tentu berakibat anak tidak akan berhasil dalam belajarnya. Di lain
pihak, orangtua yang memanjakan anak-anaknya juga bisa menjadi
penyebab rendahnya prestasi belajar anaknya. Anak yang terlalu
dimanjakan menjadi sukar untuk diarahkan, hanya semuanya sendiri.
b) Faktor suasana rumah yang tidak kondusif, yaitu terlalu gaduh atau terlalu
ramai bisa menghemat konsentrasi belajar yang berakibat pada rendahnya
prestasi belajar.
c) Faktor ekonomi keluarga juga banyak menentukan dalam belajar anak.
Misalnya anak yang berasal dari tidak mampu tidak dapat membeli alat-
alat sekolah dengan lengkap, dan sebagai akibatnya anak tidak dapat
meraih prestasinya secara optimal.
2. Faktor Lingkungan Sekolah.
Lingkungan sekolah kadang-kadang juga menjadi penyebab
rendahnya prestasi hasil belajar anak. Termasuk dalam faktor ini adalah:
a) Metode mengajar atau cara penyajian pelajaran yang kurang baik dari
guru, misalnya guru kurang persiapan atau kurang menguasai materi
pelajaran.
b) Hubungan guru dengan murid yang kurang baik, berakibat guru kurang
disenangi murid sehingga murid tidak secara optimal dalam mengikuti
pembelajaran.
c) Hubungan antar siswa yang tidak menyenangkan, misalnya seorang
siswa yang dikucilkan/diasingkan temannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
d) Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran normal kemampuan
anak.
e) Alat-alat belajar di sekolah yang serba tidak lengkap.
f) Jam-jam pelajaran yang kurang baik, misalnya sekolah yang masuk siang
dengan udara yang panas mempunyai pengaruh yang melelahkan.
3. Faktor Lingkungan Masyarakat.
Beberapa hal yang termasuk dalm faktor lingkungan masyarakat yang juga
dapat meningkatkan kemajuan belajar antara lain:
a) Teman bergaul yang tepat akan memberikan pengaruh pada prestasi
belajar yang baik.
b) Adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang mendidik dapat
menambah wawsan atau pengetahuan anak sehingga menyebabkan
prestasi belajar yang meningkat
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi
pembelajaran. Dalam dunia pendidikan strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Srategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Metode Pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk megimplementasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata untuk mencapai
tujuan pembelajaran. ( Wina Sanjaya; 2006 : 126 )
Istilah model pembelajaran berbeda dengan strategi pembelajaran dan
metode pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru.
Menurut Wina Sanjaya (2006) menyebutkan bahwa istilah model pembelajaran
mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau model
tertentu yaitu :
- Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
- Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil
- Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
(http://smacepiring,wordpress.com)
Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan, antara lain : Model
penemuan terbimbing, Model pemecahan masalah, Model pembelajaran
kooperatif, pembelajaran Kontekstual, Model Accelerated Teaching dan Model
pengajaran Langsung. Dalam penelitian ini yang akan diuraikan adalah model
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning.
b. Model Accelerated Teaching
1. Pengertian dan Karakteristik Model Accelerated Teaching
Dalam bidang pendidikan, paradigma belajar sepanjang hayat semakin
mengemuka dan menjadi penting, diyakini tanpa belajar manusia akan tertinggal.
Ketika dunia berubah sangat cepat, adalah penting untuk mengikuti laju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
perubahan dunia yang demikian.Kompleksitas dunia yang terus meningkat juga
menuntut kemampuan yang setara untuk menganalisis setiap situasi secara logis,
sehingga mampu memecahkan masalah secara kreatif. Untuk menguasai
perubahan yang berlangsung cepat dibutuhkan pula cara belajar cepat, dan
kemampuan menyerap serta memahami informasi baru dengan cepat pula. Konsep
belajar dan pembelajaran nampaknya harus pula berubah. Orientasi pendidikan
tidak hanya tertuju pada upaya mengembangkan kemampuan berpikir, tetapi lebih
dari itu juga mencetak manusia yang mampu berbuat dan selalu berusaha
meningkatkan kualitas kehidupannya.
Meskipun kesadaran tentang pentingnya perubahan dalam orientasi belajar
ini sudah semakin meluas, tetapi harus dipahami pula bahwa aktivitas belajar
setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
Kadang-kadang aktivitas itu dapat berjalan dengan lancar, dan kadang-kadang
lambat. Ketika belajar, seseorang terkadang mengalami situasi yang disebut
”jenuh belajar”. Kejenuhan belajar dapat melanda siapapun yang kehilangan
semangat dan motivasi belajar.
Saat ini muncul satu konsep belajar yang menawarkan cara belajar yang
lebih cepat yang dikenal dengan konsep ”Accelerated Teaching” Tehnik belajar
baru ini diharapkan bisa membantu anak didik belajar lebih cepat dari sebelumnya
Melalui penerapan Accelerated Teaching di kelas, anak-anak walau memiliki
kemampuan kurang tampak seperti benih yang hendak tumbuh. http://uin-suka
info/e jurnal/index-php.com
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Model Accelerated Teaching adalah suatu model mengajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara alamiah dengan menggunakan teknik-
teknik belajar yang cocok dengan karakter dirinya sehingga mereka akan
merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, efektif, dan cepat . Dalam model
pembelajaran ini, guru harus merancang berbagai aktivitas yang dapat
menggabungkan berbagai jenis gaya belajar siswa. Untuk menjadikan belajar itu
menyenangkan dan berhasil, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang
guru antara lain:
a. Menciptakan lingkungan tanpa stress (relaks). Lingkungan yang aman
untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi.
b. Menjamin bahwa subyek pelajaran adalah relevan. Melihat manfaat
dan pentingnya subyek pelajaran
c. Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif. Pada
umumnya belajar dilakukan ketika bersama dengan orang lain, ketika
ada dorongan semangat dan dukungan antusias
d. Melibatkan secara sadar semua indera dan juga pikiran otak kiri dan
otak kanan
(Rose dan Nicholl, 2003:93)
2. Prinsip-Prinsip Belajar Cepat
Percepatan belajar adalah sebuah konsep pembelajaran yang berupaya
untuk mengoptimalkan proses internal dalam diri siswa ketika sedang belajar,
sehingga terjadi perolehan pengetahuan baru. Upaya percepatan belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dikenal dengan Accelerated Teaching dalam penerapannya didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut :
1. Belajar bagaimana belajar dan belajar bagaimana berpikir
Belajar bagaimana belajar menjadi begitu penting, karena ketika seseorang
mempelajari cara belajar, kepercayaan dan keyakinan dirinya akan
meningkat. Belajar bagaimana belajar berarti mempelajari cara otak
bekerja, cara menyimpan informasi, mengambilnya, menghubungkannya
dengan konsep lain, dan mencari pengetahuan baru dengan cepat
kapanpun memerlukannya.(Gordon Dryden & Dr. Jeannete Vos : 1999:99)
2. Belajar harus menyenangkan dan membangun rasa percaya diri.
Menjadikan proses belajar menjadi sangat menyenangkan adalah sangat
penting. Karena belajar yang menyenangkan merupakan kunci utama bagi
individu untuk memaksimalkan hasil yang akan diperoleh dalam proses
belajar. Untuk mencapai tujuan belajar dengan mudah, maka lingkungan
kelas harus ditata sedemikian rupa menjadi lingkungan yang kondusif,
yang dapat mempengaruhi siswa secara positip dalam belajar. Lingkungan
belajar yang kondusif dapat menumbuhkan motivasi anak dalam belajar,
penyajian materi dapat disampaikan dengan penuh makna serta memberi
kesan tersendiri kepada siswa.
3. Orang tua dan masyarakat harus terlibat dalam pendidikan anak
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat
dan pemerintah. Sekolah hanyalah membantu kelanjutan pendidikan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam
keluarga. ( Raymond J. Wlodkowski ).
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl berpendapat tentang pentingnya
peranan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan anak-anak. Orang tua
harus dilibatkan secara penuh dalam pendidikan anak-anak. Oleh karena
itu rumah menjadi lembaga pendidikan terpenting dan orang tualah yang
berperan sebagai pendidik pertama dan utama.
4. Sekolah harus menjadi ajang persiapan yang sebenarnya bagi kehidupan
dunia nyata.
Menurut Nasution, dalam Accelerated Learning, sekolah memegang
peranan penting untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam menghadapi
kehidupan yang akan dijalani. Masa-masa sekolah harus mempersiapkan para
siswa untuk tantangan-tantangan yang pasti akan mereka hadapi ketika keluar dari
sekolah. http://uin-suka info/e jurnal/index-php.com
3. Strategi Cara Belajar Cepat.
Strategi cara belajar cepat dalam Accelerated Teaching merupakan paduan
dari metode-metode pembelajaran yang dibagi menjadi enam langkah dasar.
Keenam langkah dasar itu dapat diingat dengan mudah yaitu dengan
menggunakan singkatan M-A-S-T-E-R.
1. M adalah Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
belajar, motivasi sangat penting, karena motivasi belajar tidak hanya
mendorong atau membangkitkan individu untuk giat dalam belajar tetapi dapat
juga menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar itu Dengan demikian,
motivasi berfungsi sebagai penentu prioritas untuk keberhasilan seseorang.
Dalam memotivasi pikiran maka seseorang harus berada dalam keadaan
pikiran yang ”kaya akal”, itu berarti harus dalam keadaan yang relaks, percaya
diri dan termotivasi. Jika mengalami stress atau kurang percaya diri atau tidak
dapat melihat manfaat dari sesuatu yang dipelajari, maka ia tidak akan bisa
belajar dengan baik. Seseorang harus mempunyai keinginan untuk
memperoleh ketrampilan atau pengetahuan baru, harus percaya bahwa dirinya
betul-betul mampu belajar, bahwa informasi yang didapatkan akan
mempunyai dampak yang bermakna bagi kehidupannya.
Berikut cara-cara untuk memotivasi pikiran siswa:
a) Menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan
Musik merupakan suatu cara yang sangat efektif untuk menciptakan
keadaan yang menyenangkan.. Penataan meja disesuaikan dengan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga membuat siswa merasa
nyaman dalam belajar. Jika siswa merasa aman maka mereka akan lebih
berani mengambil resiko dan lebih banyak belajar ( BOBBI DePORTER,
1999:47)
b) Melihat relevansi atau kesesuaian
Siswa akan merasakan bahwa matematika akan menjadi hidup dan
penting ketika mereka menyaksikan dan mengaplikasikannya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kehidupan mereka sehari-hari. Para siswa harus melihat relevansi apa yang
mereka pelajari dengan komitmen pada kehidupannya. Oleh karena itu,
pada setiap awal pembelajaran, guru hendaknya menyampaikan manfaat
dari materi yang akan diajarkan dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari.
c) Kekuatan sugesti
Harapan seorang siswa adalah faktor penting dalam menentukan hasil
pendidikannya. Para guru harus terus menerus menanamkan sugesti positif
untuk sukses. Penting sekali bagi siswa untuk memahami bahwa belajar itu
sendiri adalah proses untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Perkataan
guru diharapkan mampu menimbulkan kesan yang dapat memacu belajar
siswa, memilih perkataan yang menimbulkan citra positif, memacu
pelajaran dan meningkatkan komunikasi. (http://www.scribd.com)
2. A adalah Acquiring The Information (Memperoleh Informasi)
Dalam belajar seseorang perlu mengambil, memperoleh dan menyerap
fakta-fakta dasar subyek pelajaran yang dipelajari melalui cara yang paling
sesuai dengan pembelajaran inderawi yang di suka. Setiap siswa mempunyai
gaya belajar yang berbeda. Pemberian informasi merupakan cara penyampaian
materi kepada siswa dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan dan
cocok untuk semua gaya belajar .
Ada beberapa strategi dalam memperoleh informasi agar lebih mudah yaitu:
a. Dapatkan gambaran yang lebih menyeluruh tentang suatu obyek yang
dimaksudkan .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Otak atau pikiran mampu merasakan keseluruhan dan sebagian dari suatu
hal secara bersamaan. Misalnya dalam membaca sebuah buku, cobalah
membuka sekilas-sekilas seluruh halamannya, catatlah hal-hal yang
penting, berhentilah sejenak, kemudian baca cepat suatu bagian yang
benar-benar menarik perhatian. Inilah cara efektif untuk mulai belajar.
b. Kembangkan gagasan inti.
Setiap subyek pasti memiliki gagasan inti. Dengan memahami gagasan inti,
segala sesuatunya yang lain akan mudah dimengerti.
c. Buat sketsa dari apa yang telah diketahui
Dalam memulai proses belajar perlu membuat beberapa catatan tentang apa
yang telah diketahui yang berkaitan dengan apa yang akan dipelajari.
d. Bagi materi menjadi bagian-bagian kecil.
Banyak siswa yang gagal sebelum memulai belajar karena merasa apa yang
sedang dilakukan sangat membebani. Untuk mengatasi hal ini adalah
dengan membagi apa yang sedang dipelajari ke dalam bagian-bagian kecil.
Dengan mendapatkan informasi bagian per bagian akan memperoleh sukses
kecil yang berkesinambungan tanpa tekanan mental.
e. Bertanyalah terus
Dengan mempertanyakan terus apa yang belum diketahui akan membuat
pikiran tetap fokus, dengan mencari dan menemukan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang disusun akan menjaga ketertarikan terhadap
subyek yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
f . Kenali gaya belajar sendiri.
Jika seseorang akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dapat
mengambil langkah-langkah penting untuk membantu agar belajar lebih
cepat dan mudah.
3. S adalah Searching out the Meaning (Menyelidiki Makna)
Menanamkan informasi pada memori dengan secara seksama
mengeksplorasi bahan subyek yang bersangkutan. Penyelidikan makna
bertujuan untuk menghidupkan informasi, menjadikannya mudah diingat,
mengubahnya dari pengetahuan permukaan menjadi pemahaman yang
mendalam, mengaitkan yang baru dengan yang sudah diketahui dan
menjadikan semua dapat digunakan dan bermakna bagi siswa. (ONLINE
www.braingym.org).
4. T adalah Triggering the Memory (Memicu Ingatan)
Ada banyak hal yang harus diingat dalam suatu subyek tertentu. Materi
subyek itu terpateri dalam memori jangka panjang Pengulangan suatu materi
sangat penting agar materi yang telah dipelajari dapat diingat oleh siswa.
Belajar dengan cara melibatkan indra pendengaran, penglihatan, berbicara dan
bekerja, serta yang melibatkan emosi-emosi positif akan membuat memori
menjadi kuat.
5. E adalah Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Anda
Ketahui)
Para siswa jelas perlu menilai apa yang telah mereka pelajari dan
bagaimana strategi belajar mereka bekerja dengan baik. Langkah Exhibiting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
What You Know (Memamerkan Apa yang Anda Ketahui) dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
Untuk mengetahui bahwa siswa telah paham dengan apa yang dipelajarinya
bisa dilakukan dengan beberapa teknik. Pertama, dengan menguji diri sendiri.
Buktikan bahwa dia memang betul-betul telah mengetahui suatu subyek
dengan pengetahuan yang mendalam, bukan hanya luarnya saja. Kesalahan
menunjukkan dimana dan kapan melakukan usaha yang lebih besar. Itu berarti
bahwa evaluasi harus sering dilakukan dan dalam bentuk yang memberikan
umpan balik yang operasional.
6. R adalah Reflecting (Merefleksikan)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari, respon
terhadap pengetahuan yang baru atau gambaran terhadap kegiatan dan
pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi merupakan hal penting yang
perlu dilakukan di akhir pembelajaran untuk membantu siswa
menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan
pengetahuan yang baru. (http://www.educ.are ).
Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat siklus model Accelerated
Teaching sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 2.1 Langkah-langkah Model Accelerated Teaching
c. Setting Cooperative Learning
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terhadap
siswa yang rendah hasil belajarnya, karena dengan pembelajaran kooperatif
siswa yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil
belajar dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama. Menurut Slavin
( 2005:4) “ Belajar kooperatif merupakan metode belajar yang mana siswa
bekerja dalam suatu tim (kelompok kecil) yang saling berinteraksi antar
anggota kelompok dengan cara saling membantu satu sama lainnya dalam
dunia pendidikan”. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu
sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa,
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku.
Selanjutnya Slavin mengemukakan dua alasan mengapa menggunakan
pembelajaran kooperatif :
1. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
sekaligus dapatmeningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta
dapat meningkatkan harga diri.
2. Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berpikir dan memecahkan masalah
Strategi pembelajaran kooperatif bisa digunakan manakala :
1. Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha
individual dalam belajar
2. Jika guru menghendaki seluruh siswa untuk memperoleh keberhasilan
dalam belajar.
3. Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman
lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain.
4. Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5. Jika guru menghendaki meningkatnya motivasi siwa dan menambah
tingkat partisipasi mereka.
6. Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan.
2. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat tahap,
yaitu :
1. Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok
materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan
utamanya adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2. Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya
masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian.
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau
kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara
kelompok. Tes individual akan memberikan informasi kemampuan
setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan
setiap kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4. Pengakuan Tim
Pengakuan Tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol
atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau
hadiah.
3. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.
3.1. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan Pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi
pembelajaran di antaranya adalah :
i. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain.
ii. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.
iii. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
iv. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
v. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
vi. Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya
pengalaman dan cara pandang yang sempit, jadi akan lebih mungkin untuk
menemukan kekuatan dan kelemahan diri. (ELAINE B. JOHNSON,
2002:164)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3.2. Kelemaham pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki keterbatasan diantaranya :
1) Kemungkinan akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika
mereka ditempatkan dalam kelompok.
2) Adanya kesan negatif pada diri siswa mengenai kegiatan kerjasama atau
belajar berkelompok.
3) Banyak siswa tidak senang disuruh bekerjasama dengan orang lain.
4) Siswa yang kurang mampu akan merasa minder jika ditempatkan dalam
satu group dengan siswa yang pandai. (Wina Sanjaya ; 2006:248)
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model Accelerated
Teaching dengan setting cooperative learning adalah pembelajaran dengan model
yang di dalamnya terdapat unsur-unsur koordinasi siswa ke dalam kelompok
belajar, saling ketergantungan positif, diskusi kelompok, presentasi kelompok,
tanggung jawab perseorangan dan evaluasi, dimana siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan
yang heterogen.
d. Penerapan Model Accelerated Teaching dengan setting cooperative
learning
Adapun penerapan model Accelerated Teaching dengan setting
cooperative learning dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :
Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a). Menyiapkan lingkungan belajar yang positif dengan menata ruangan
yang memudahkan siswa untuk bergerak bebas, mengatur tempat duduk
siswa secara berkelompok, musik, menambahkan poster atau pesan
yang menggugah semangat. (B.Dipamo and RFS Job ).
b).Memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
yang jelas dan memberikan sugesti positif akan manfaat materi
Trigonometri.
2. Inti
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :
Acquiring The Information (Memperoleh Informasi)
a). Memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan
b).Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi
yang diajarkan.
Searching out the Meaning (Menyelidiki Makna)
a) Membagi siswa menjadi delapan kelompok dan membagikan LKS
kepada siswa.
b) Meminta siswa untuk mengerjakan LKS dan berdiskusi bersama
anggota kelompoknya
c) Membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
Triggering the Memory (Memicu Ingatan)
a). Memberikan kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil kerja
dari kelompok masing-masing;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b). Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya atau berkomentar
kepada kelompok yang melakukan presentasi;
c). Memberikan penguatan dan penegasan pada hasil presentasi.
Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Anda Ketahui)
Meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan dalam LKS secara
individual
3. Penutup
Reflecting (Merefleksikan)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat kesimpulan
tentang apa saja yang telah dipelajari.
e. Penerapan Model Accelerated Teaching Tanpa Setting Cooperative
Learning
Adapun penerapan model accelerated teaching tanpa setting Cooperative
Learning dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :
Motivating Your Mind (Memotivasi Pikiran)
a). Menyiapkan lingkungan belajar yang positif dengan menata ruangan
yang membuat siswa merasa nyaman, menambahkan poster atau
pesan yang menggugah semangat.
b). Memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
yang jelas dan memberikan sugesti positif akan manfaat materi
Trigonometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Inti
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :
Acquiring The Information (Memperoleh Informasi)
a). Memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan
b). Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi
yang diajarkan.
Searching out the Meaning (Menyelidiki Makna)
a). Membagikan LKS kepada siswa.
b). Meminta siswa untuk mengerjakan LKS
c). Membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Triggering the Memory (Memicu Ingatan)
a). Memberikan kesempatan salah satu siswa untuk mempresen- tasikan
hasil kerja
b). Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya atau berkomentar
kepada siswa yang melakukan presentasi;
c). Memberikan penguatan dan penegasan pada hasil presentasi.
Exhibiting What You Know (Memamerkan Apa yang Anda Ketahui)
Memberikan pertanyaan (soal) kepada siswa dan menunjuk siswa
secara acak untuk menjawabnya.
3. Penutup
Reflecting (Merefleksikan)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat kesimpulan
tentang apa saja yang telah dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Motivasi dipandang sebagai suatu proses dalam diri siswa yang
menyebabkan munculnya tingkah laku ke arah tujuan. Motivasi dibedakan atas
motivasi yang berasal dari dalam diri siswa dan motivasi yang berasal dari luar
siswa.
Siswa yang termotivasi dari dalam ia akan melakukan tugas-tugas
pembelajaran dengan senang hati dan selalu ingin mempelajari bahan-bahan
pelajaran. Sedangkan siswa yang termotivasi dari luar ia harus mendapatkan
dorongan dari luar untuk mencapai tujuan pembelajaran, misalnya selain ingin
mendapatkan nilai yang bagus, seseorang belajar giat karena ia juga ingin
memperoleh hadiah, penghargaan dari orang lain, dan karena merasa dihargai
maka siswa memberikan respon yang positif.
Menurut Marpaung (2002), respon tidak dapat dipisahkan dengan stimulus
atau rangsangan. Stimulus muncul akibat seseorang telah mengikuti serangkaian
proses atau kegiatan yang dapat ditangkap oleh indra manusia atau respon
merupakan aksi dalam diri seseorang karena adanya reaksi dari luar, sehingga
seseorang baru dapat memberikan penilaian atau pendapat.
Dari beberapa pendapat di atas, jelas bahwa respon siswa terhadap
pembelajaran dapat diartikan sebagai tanggapan siswa terhadap serangkaian
proses atau kegiatan belajar mengajar. Adapun komponen-komponen yang dapat
menimbulkan stimulus antara lain: sikap siswa terhadap mata pelajaran,
komponen pembelajaran dan minat mengikuti kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Iskap Riyadi (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pembelajaran
Aritmatika Sosial Dengan Model Accelerated Teaching Ditinjau Dari Respon
Belajar Siswa”. Hasil penelitian ini adalah prestasi belajar Aritmatika Sosial
kelompok siswa yang diajar dengan Model Accelerated Teaching cenderung
lebih tinggi dibanding kelompok siswa yang diajar dengan metode
konvensional dan prestasi belajar Aritmatika Sosial kelompok siswa yang
mempunyai respon tinggi lebih baik daripada kelompok siswa yang
mempunyai respon rendah.
2. Tri Susilowati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul ”Perbandingan Hasil
Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Menggunakan Model
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dan Model
Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning Sub Pokok Bahasan
Operasi Bilangan Bulat”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
Operasi Bilangan Bulat dan meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika.
Dari hasil hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti di atas,
terdapat persamaan obyek dan tujuan penelitian dengan yang diteliti. Dalam
penelitian ini obyek yang digunakan adalah cara penyajian materi dengan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Accelerated Teaching dan respon siswa pada pembelajaran. Yang membedakan
adalah subyek dan materi pokok bahasan.
C. Kerangka Berpikir
1). Kaitan antara penggunaan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan
setting Cooperative Learning terhadap prestasi belajar Trigonometri
Model Accelerated Teaching adalah suatu model mengajar yang
memungkinkan siswa dapat belajar secara alamiah dengan menggunakan
teknik-teknik belajar yang cocok dengan karakter dirinya sehingga mereka
akan merasakan bahwa belajar itu menyenangkan, efektif dan cepat. Melalui
proses dalam tahapan-tahapan siklis yaitu : Mulai masalah-masalah →
mendapatkan keadaan pikiran yang benar → memperoleh informasi →
menyelidik makna → memicu memori → memamerkan apa yang diketahui →
merefleksikan. Hal ini akan membuat siswa terlibat secara aktif, sehingga
sangat dimungkinkan para siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta maupun konsep.
2). Kaitan respon siswa pada pembelajaran terhadap prestasi belajar Matematika
Respon siswa terhadap pembelajaran merupakan reaksi / tanggapan siswa
terhadap serangkaian proses atau kegiatan belajar mengajar.yang diungkapkan
dengan pernyataan setelah mendapat reaksi dari luar ( materi, buku, lembar
kerja siswa ) yang sangat dipengaruhi oleh : sikap siswa terhadap mata
pelajaran, pendapat siswa terhadap komponen dan perangkat pembelajaran
serta aktivitas siswa terhadap proses belajar mengajar. Ditinjau dari materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Trigonometri dan tahapan-tahapan belajar Trigonometri itu sendiri, relevan
dengan komponen-komponen yang mempengaruhi stimulus . Hal ini dapat
diduga bahwa prestasi belajar Trigonometri dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
respon siswa pada pembelajaran.
3). Kaitan respon siswa pada pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran
terhadap prestasi belajar matematika
Metode pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh
terhadap peningkatan prestasi belajar Trigonometri. Tingkat respon siswa
terhadap proses pembelajaran juga berpengaruh terhadap prestasi belajar
Trigonometri. Penggunaan Model pembelajaran Accelerated Teaching
menuntut siswa secara aktif, begitu juga tingkat respon siswa dipengaruhi oleh
komponen aktifitas siswa . Di samping itu masih terdapat komponen respon
siswa terhadap pembelajaran lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar.
Kaitan antara pembelajaran dengan model Accelerated Teaching dan respon
siswa pada pembelajaran diduga dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika.
D. Hipotesis
Dalam penelitian, hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diteliti atau merupakan dugaan yang belum diteliti
kebenarannya.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning akan memberikan prestasi belajar lebih baik pada materi pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Trigonometri daripada model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa
setting Cooperative Learning.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai respon tinggi lebih baik
dari pada siswa yang mempunyai respon sedang atau rendah dan prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai respon sedang lebih baik dari
pada siswa yang mempunyai respon rendah pada materi pokok Trigonometri.
3. Perbedaan prestasi belajar matematika dari masing-masing cara penyajian
materi konsisten pada masing-masing kategori respon siswa pada
pembelajaran dan prestasi belajar dari masing-masing kategori respon siswa
pada pembelajaran konsisten pada cara penyajian materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara-cara
ilmiah yang digunakan dalam pengumpulan data yang kemudian dianalisis. Pada
bab ini akan dibahas Tempat dan Waktu Penelitian, Jenis Penelitian, Desain
penelitian, Populasi dan Sampel , Teknik Pengambilan Data
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu penelitian yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengusahakan timbulnya variabel-variabel bebas
dalam hal ini adalah pembelajaran Model Pembelajaran Accelerated Teaching
dengan setting Cooperative Learning, Model Pembelajaran Accelerated Teaching
tanpa setting Cooperative Learning dan respon siswa pada pembelajaran. Untuk
selanjutnya dilihat pengaruhnya terhadap variabel lain yaitu prestasi belajar
sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini ditentukan kelas-kelas yang dikenai
perlakuan. Oleh karena itu dibuat kelas eksperimen dan kelas kontrol pada
masing-masing sampel. Pada kelas eksperimen digunakan perlakuan
menggunakan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning, sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan dengan
model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning.
Pada akhir eksperimen, kedua kelas tersebut diukur dengan menggunakan alat
ukur yang sama yaitu soal-soal tes prestasi belajar matematika. Hasil pengukuran
atau data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, sehingga
jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Hasil pengukuran tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dianalisis dan dibandingkan tabel uji statistik yang digunakan. Karena dalam
memberikan perlakuan tidak memungkinkan untuk mengontrol dan
mengendalikan semua variabel yang relevan, kecuali beberapa dari variabel
tersebut di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu.
Seperti yang dikemukakan Budiyono (2003:82-83), tujuan penelitian
eksperimental semu adalah untuk memperoleh semua informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan menggunakan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan
atau memanipulasikan semua variabel yang relevan.
1. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai
berikut :
Tabel. 3.1
Desain Penelitian
Faktor (A)
Pendekatan Pembelajaran
Faktor (B)
Respon Siswa
Tinggi ( )1b Sedang ( )2b Rendah ( )3b
Accelerated Teaching dengan
setting Cooperative Learning ( )1a 12ab 13ab
Accelerated Teaching tanpa
setting Cooperative Learning ( )2a 21ab 22ab 23ab
Keterangan:
A : Model Pembelajaran
11ab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a1: Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning
a2: Model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative
Learning
B : Respon Siswa
b1 : Respon kategori tinggi
b2 : Respon kategori sedang
b3 : Respon kategori rendah
: prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning dengan respon tinggi
12ab : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning dengan respon sedang
13ab : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning dengan respon rendah
21ab : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperative Learning dengan respon tinggi
22ab : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperative Learning dengan respon sedang
23ab : prestasi belajar siswa model Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperative Learning dengan respon rendah
Pada awal sebelum mulai perlakuan, terlebih dahulu mengecek keadaan
kemampuan awal sampel yang akan dikenai perlakuan, baik dari kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Tujuannya untuk mengetahui apakah
11ab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kedua kelompok tersebut dalam keadaan seimbang. Data yang digunakan nilai
ulangan harian kelas X semester genap. Kedua kelompok tersebut diasumsikan
sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan model
pembelajaran.
2. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bertahap dengan urutan-
urutan kegiatan yang akan dilakukan adalah :
a. Melakukan observasi
Observasi SMA meliputi observasi obyek penelitian, pengajaran dan fasilitas
yang dimiliki.
b. Memilih kelas mana yang akan digunakan untuk penelitian dan kelas untuk uji
coba instrumen meliputi validitas dan realibilitasnya.
c. Mengambil nilai kemampuan awal untuk uji keseimbangan.
d. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran model Accelerated Teaching
dengan setting Cooperative Learning dan model pembelajaran Accelerated
Teaching tanpa setting Cooperative Learning
e. Mengambil data dengan melakukan tes
f. Mengambil hasil yang diperoleh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Teras, SMA Negeri 1 Simo,
SMA Negeri 1 Banyudono, dengan subyek penelitian adalah siswa kelas X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
semester genap tahun pelajaran 2008/2009 . Sedangkan uji coba dilaksanakan
di SMA Negeri Ngemplak - Boyolali.
2. Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap pelaksanaan
penelitian sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal
serta mengajukan penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
Oktober 2008 sampai akhir Januari 2009
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melaksanakan penelitian pada bulan Pebruari
2009 sampai dengan awal bulan Mei 2009
c. Tahap penyelesaian
Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan penyusunan laporan
penelitian, yang dimulai pada bulan Mei 2009
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1.. Populasi
Suharsimi Arikunto (2002:108), populasi adalah keseluruhan
subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri di Boyolali tahun ajaran 2008/2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2). Sampel
Suharsimi Arikunto (2002:109) mengemukakan bahwa sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian tidak
selalu perlu untuk meneliti semua subyek dalam populasi, karena selain
membutuhkan beaya yang besar juga memerlukan waktu yang lama. Untuk itu
dengan mengambil sebagian subyek suatu populasi atau sering disebut
pengambilan sampel diharapkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat
menggambarkan populasi yang bersangkutan. Sampel yang mewakili seluruh
siswa kelas X SMA Negeri di Boyolali tahun ajaran 2008/2009 adalah :
a. Kelas Eksperimen, kelas X masing-masing 1 kelas dari SMA Negeri 1
Teras, kelas X-1 sebanyak 40 siswa, SMA Negeri 1 Simo kelas X-4
sebanyak 36 siswa dan SMA Negeri 1 Banyudono kelas X-3 sebanyak 36
siswa . Jadi total siswa kelas eksperimen pada penelitian ini adalah 112
siswa.
b. Kelas kontrol, siswa kelas X masing-masing 1 kelas dari SMA Negeri 1
Teras, kelas X-2 sebanyak 42 siswa, SMA Negeri 1 Simo kelas X-6
sebanyak 40 siswa dan SMA Negeri 1 Banyudono kelas X-2 sebanyak 33
siswa. Jadi total siswa kelas kontrol pada penelitian ini adalah 115 siswa.
3. Teknik pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random
sampling, yaitu dengan cara pengelompokan sekolah berdasarkan ranking
dari nilai hasil Ujian Akhir Nasional mata pelajaran matematika SMA Negeri
se-Boyolali tahun 2007/2008 menjadi tiga kelompok yaitu kelompok atas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kelompok sedang dan kelompok bawah. Kemudian dari masing-masing
sampel yang terpilih, kelas yang ada di sekolah sampel diambil secara acak
untuk mendapatkan masing-masing dua kelas yang akan dijadikan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Sehingga akhirnya Sehingga akhirnya di
dapatkan enam kelas yaitu tiga kelas eksperimen dan tiga kelas kontrol.
Kemudian dari masing-masing kelompok secara random diambil satu sekolah,
kelompok atas terwakili SMA Negeri 1 Teras, kelompok sedang terwakili
SMA Negeri 1 Simo dan kelompok rendah terwakili SMA Negeri 1
Banyudono.
Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dilakukan sebagai
berikut :
a). Diambil 2 kelas dari 6 kelas di SMA Negeri 1 Teras dengan cara acak dan
terpilih kelas X-1 sebagai kelompok eksperimen sejumlah 40 siswa dan
kelas X-2 sebagai kelompok kontrol sejumlah 42 siswa.
b). Diambil 2 kelas dari 6 kelas di SMA Negeri 1 Simo dengan cara acak dan
terpilih kelas X-4 sebagai kelompok eksperimen sejumlah 36 siswa dan kelas
X-6 sebagai kelompok kontrol sejumlah 40 siswa.
c). Diambil 2 kelas dari 5 kelas di SMA Negeri 1 Banyudono dengan cara acak
dan terpilih kelas X-3 sebagai kelompok eksperimen sejumlah 36 siswa dan
kelas X-2 sebagai kelompok kontrol sejumlah 33 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 3.2
Rata-rata nilai UN Matematika SMA
No Nama Sekolah Rerata Kelompok
1.
2.
3.
SMA N 1 Boyolali
SMA N 1 Musuk
SMA N 1 Teras
8,27
8,17
7,70
Atas
Atas
Atas
4
5.
6..
SMA N 1 Simo
SMA N 1 Nogosari
SMA N 3 Boyolali
7,27
7,20
7,10
Sedang
Sedang
Sedang
7.
8.
SMA N 2 Boyolali
SMA N 1 Banyudono
6,81
6,77
Rendah
Rendah
Sumber data di atas diperoleh dari data hasil Ujian Nasional 2008
Berdasarkan prosedur di atas diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti
Tabel 3.3
Tabel 3.3
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Kelompok Nama Sekolah Kelas
Eksperimen Kontrol
1. Atas SMA N 1 Teras 40 42
2. Sedang SMA N I Simo 36 40
3. Rendah SMA N 1 Banyudono 36 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan hal yang sangat penting karena dengan
adanya variabel dapat ditentukan teknik analisis data yang digunakan. Variabel
adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 96)
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang diamati yaitu variabel bebas
dan variabel terikat.
1. Variabel bebas yaitu model pembelajaran dan kategori hasil tes respon siswa
pada pembelajaran
a). Model Pembelajaran
i). Definisi operasional
yang dimaksud dengan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah
metode yang digunakan selama proses pembelajaran matematika untuk
materi pokok Trigonometri.
ii). Kategori
Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning pada kelas eksperimen dan model Accelerated Teaching
tanpa setting Cooperative Learning pada kelas kontrol.
iii). Skala pengukuran
Nominal dengan dua kategori pendekatan pembelajaran model
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dan model
Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning
iv). Simbol : dengan i = 1, 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b). Respon siswa pada pembelajaran
i). Definisi operasional
yaitu tingkat respon siswa pada proses pembelajaran materi pokok
Trigonometri. Tingkat respon siswa yang diukur menggunakan angket
respon siswa yang meliputi komponen-komponen : sikap siswa terhadap
materi pembelajaran, pendapat siswa terhadap komponen pembelajaran
serta minat siswa mengikuti pembelajaran.
ii) Skala pengukuran
Skala interval yang diubah dalam skala ordinal dalam kategori yaitu tinggi,
sedang dan rendah. Skala interval yang diubah dalam skala ordinal
yang terdiri tiga kategori yaitu kelompok tinggi, dengan skor lebih
dari + 0,5s dan kelompok sedang dengan skor - 0,5s
+ 0,5s. Sedangkan kelompok rendah dengan skor kurang dari - 0,5s
( = rataan skor respon dan s = simpangan baku ).
iii). Kategori : skor angket respon siswa pada pembelajaran matematika
iv). Simbol : dengan j = 1, 2, 3
2. Variabel Terikat adalah Prestasi Belajar Siswa
i). Definisi operasional
prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa sebagai akibat dari
aktivitas selama mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika.
ii). Kategori
Nilai tes prestasi belajar matematika materi pokok Trigonometri.
iii). Skala pengukuran : Interval ; iv). Simbol : Y
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan
data yang dilakukan secara sistematik dan standar. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1). Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2003:54) “Metode Dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan melihatnya dalam dokumen-dokumen yang ada”.
Suharsimi Arikunto (2002 : 135) berpendapat bahwa dokumentasi dari asal
katanya documen yang artinya barang-barang yang tertulis. Jadi metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan lain
sebagainya.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data sekolah dan identitas siswa antara lain nama siswa dan nilai
ulangan harian siswa mata pelajaran matematika kelas X SMA. Pengumpulan
data ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan awal tentang prestasi belajar
matematika dari sampel sebelum dikenai perlakuan dan untuk menguji
keseimbangan.
2). Metode Angket
Budiyono (2003:47) berpendapat bahwa, ”metode angket adalah
cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis
kepada subyek peneliti, responden atau sumber data dan jawaban diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pula secara tertulis”. Metode angket pada penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang respon siswa pada pembelajaran matematika.
3). Metode Tes
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan
sejumlah pertanyaan kepada subyek penelitian. Metode tes dalam penelitian ini
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa. Tes
yang digunakan berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda. Sebelum
digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih
dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui kualitas item
soal. Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji daya pembeda,
tingkat kesukaran.Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri di
Boyolali semester genap pada materi pokok Trigonometri.
F. Instrumen Penelitian
1. Penyusunan Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk
memperoleh data tentang prestasi belajar matematika dan angket respon
siswa pada pembelajaran. Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu
diadakan uji coba untuk mengetahui validitas instrumen tes tersebut. Pada
penelitian ini uji coba tes dilakukan di SMA Negeri Ngemplak- Boyolali
pada siswa kelas X-4 tahun pelajaran 2008/2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a). Tes Prestasi
Tes prestasi menggunakan tes tertulis yang berbentuk pilihan
ganda dengan lima jawaban yang tersedia. Tiap soal mempunyai bobot yang
sama, yaitu 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
b). Angket Respon Siswa Pada Pembelajaran
Angket dalam penelitian ini memuat pertanyaan-pertanyaan
tentang respon siswa pada pembelajaran yang berupa soal pilihan ganda
dengan 5 alternatif jawaban. Pemberian skor menggunakan skala Likkert,
untuk item positif adalah tidak menjawab diberi skor 0, jika menjawab a
(sangat setuju) diberi skor 5, b (setuju) diberi skor 4, c (ragu-ragu) diberi
skor 3, d (tidak setuju) diberi skor 2 dan e (sangat tidak setuju) diberi skor 1.
Sedangkan untuk item negatif menjawab a (sangat setuju) diberi skor 1,
b (setuju) diberi skor 2, c (ragu-ragu) diberi skor 3, d (tidak setuju) diberi
skor 4, e (sangat tidak setuju) diberi skor 5 serta skor 0 jika tidak menjawab.
Data yang diperoleh digunakan untuk mengukur respon siswa pada
pembelajaran matematika.
2. Uji Coba Instrumen
Setelah dilaksanakan uji coba, kemudian dilakukan analisis butir soal
tes dan angket sebagai berikut:
2.1.Tes Prestasi
Tes prestasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
data mengenai prestasi belajar matematika. Sebelum digunakan untuk
mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui kualitas item soal tes.
Sedangkan untuk menguji butir instrumen digunakan uji daya pembeda
dan tingkat kesukaran.
a). Analisis Instrumen
1). Uji Validitas Isi
Untuk instrumen, supaya tes mempunyai validitas isi harus
diperhatikan hal-hal berikut:
i). Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran
tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
ii). Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi
yang diajarkan.
iii). Materi palajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah dipelajari dan
dipahami oleh tester.
(Budiyono, 2003:58)
Untuk menilai apakah tes mempunyai validitas isi, biasanya penilaian
dilakukan oleh pakar atau validator. Jadi dalam penelitian ini suatu butir soal
dikatakan valid jika sudah dilakukan penilaian oleh validator. Validatornya adalah
Sulasno S.Pd Guru matematika SMA Negeri 3 Boyolali dan Khaerul Anwar
S.Pd, Ketua MGMP matematika Boyolali. Pemilihan kedua validator tersebut atas
pertimbangan guru tersebut adalah guru pemandu mata pelajaran matematika
SMA di Boyolali.
2. Uji Reliabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif
dengan setiap jawaban benar skor 1 dan setiap jawaban salah diberi skor 0.
Sehingga untuk menghitung tingkat reliabilitas digunakan rumus Kuder-
Richardson dengan KR-20, yaitu:
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
−= 2
2
11 1 t
iit
sqps
nnr
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen
ip : proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i
iq : 1- ip
s 2t : variansi total
Dalam penelitian ini disebut reliabel apabila indeks reliabilitas
yang diperoleh telah melebihi 0,70 (r11>0,70).
(Budiyono, 2003:70)
b. Analisis Butir Soal
1). Daya Pembeda
Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda jika
kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok
siswa yang kurang pandai. Kalau kelompok siswa yang pandai menjawab soal
tersebut lebih banyak maka soal itu mempunyai daya beda positif artinya
mempunyai daya beda yang baik. Kalau terjadi sebaliknya maka soal itu
mempunyai daya beda negatif . Soal demikian perlu kembali atau direvisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dalam menentukan daya beda soal peserta tes diambil 27% kelompok atas
dan 27% kelompok bawah. Untuk mengetahui daya beda suatu butir soal
digunakan rumus korelasi momen produk Karl Pearson
( )( )( )( ) ( )( )2 22 2.
x y
n X Y X Yr
n X X n Y Y
−=
− −
∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
xyr : indeks daya pembeda untuk butir ke-i
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total ( dari subyek uji coba)
(Budiyono, 2003: 65)
Jika indeks daya pembeda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut
harus dibuang.
2). Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang
memadai artinya tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk
menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
P = Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : Banyak peserta tes yang menjawab soal benar
Js : Jumlah seluruh peserta tes
(Suharsini Arikunto, 2002:250)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika 0,30 ≤ P < 0,70.
2.2. Angket
1) Validitas isi
Budiyono (2003:39) mengatakan bahwa,”untuk menilai apakah suatu
angket instrumen mempunyai validitas yang tinggi, biasanya dilakukan melalui
expert judgment”. Jadi untuk menilai apakah angket valid penilaian dilakukan
oleh pakar.
Dalam penyusunan dan pengembangan berbagai tes ataupun angket,
pengujian validitas suatu instrumen dalam menjalankan fungsi ukurnya
seringkali dapat dilakukan dengan melihat sejauh mana kesesuaian antara hasil
ukur instrumen tersebut dengan hasil instrumen lain yang sudah teruji
kualitasnya atau dengan ukuran-ukuran yang dianggap dapat menggambarkan
aspek yang diukur tersebut secara reliabel.
Dalam hal ini, instrumen yang telah teruji validitasnya atau ukurannya
yang dianggap tepat telah berlaku sebagai kriteria validitas (Saifuddin Anwar,
1992:141-142).
2) Konsistensi internal
Konsistensi internal menunjukkan adanya korelasi positif antara skor
masing-masing butir angket tersebut. Artinya butir-butir tersebut harus
mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula.
Untuk menghitungnya digunakan rumus korelasi momen produk dari Karl
Pearson sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
r∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑−−
−=
))()()((
))((2222 YYnXXn
YXXYnxy
dengan:
r xy = indeks konsistensi internal untuk butir tes ke-i
n = cacah subjek yang dikenai tes
X = skor butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y = skor total (dari obyek uji coba)
Butir soal angket dipakai jika r xy ≥ 0,3. (Budiyono, 2003:65)
3) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Alpha,
adanya rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut:
r11 = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−∑
2
2
11 t
i
ss
nn
Dengan:
= indeks relalibilitas instrumen
n = banyaknya butir instrumen
s 2i = variansi butir
s 2t = variansi total
Instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,7. (Budiyono, 2003: 70)
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini pada awalnya dilakukan uji
keseimbangan dan uji beda rerata dengan menggunakan analisis uji-t.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Kemudian dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan
bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang
(kesamaan rerata) antara kemampuan awal kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti
dari dua kelompok sampel tersebut. Kemudian uji ini juga untuk mengetahui
perbedaan rerata kemampuan awal dari setiap kategori respon belajar siswa.
Langkah –langkahnya sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : 21 µµ = (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama)
H1 : 21 µµ ≠ (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf signifikansi ( )α = 0,05
c. Statistik uji yang digunakan :
( )
21p
21
n1
n1s
XXt
+
−= ~ t(n1+n2-2)
2)1()1(
21
222
2112
−+−+−
=nn
snsns p
Keterangan :
t : t hitung, t(n1+n2-2)
X 1: mean dari sampel kelompok eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
X 2: mean dari sampel kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontrol
: variansi kelompok eksperimen
: variansi kelompok kontrol
: variansi gabungan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol
= 0 ( sebab tidak dibicarakan selisih rataan )
d. Daerah Kritik
DK = | , ,
e. Keputusan uji
H0 ditolak jika t ∈ DK
f. Kesimpulan
1) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.
2) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004: 151)
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas populasi
digunakan iji Lilliefors . Alasan dipilih uji Lilliefors karena uji ini dapat
digunakan untuk sampel yang kecil. Prosedur uji Lilliefors :
1. Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berditribusi normal
2. Statistik Uji
L = Maks |F(zi) – S(zi)|
dengan :
F(zi) = P(Z|Z ) ; Z ~ N(0,1)
= zi : skor terstandar untuk xi ; s: variansi
S(zi): proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi
xi: skor item
3. Taraf Signifikansi ( ) 05,0=α
4. Daerah Kritik (DK)
DK = { L| L > L α ; n }
5. Keputusan Uji
H0 ditolak jika Lhitung terletak di daerah kritik
6. Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0
diterima
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
H0 ditolak
(Budiyono, 2004:170)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Variansi dalam penelitian ini
diambil dari variansi nilai prestasi belajar matematika untuk kelas
pembelajaran ( kelas eksperimen dan kelas kontrol ) dan variansi skor
respon siswa pada pembelajaran. Untuk menguji homogenitas ini
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan
prosedur sebagai berikut :
c. Hipotesis
H0 : 222
21 ... kσσσ === (variansi populasi homogen)
k = 2 ; k : metode pembelajaran
k = 3 ; k : kategori respon belajar siswa
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
d. Statistik Uji yang digunakan :
c203,22 =χ (f logRKG - ∑
=
k
j 1fj log sj
2 )
dengan :
)1(~ 22 −kχχ
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡−
−+= ∑ f
1f1
)1k(311c
j
;
∑∑=
j
j
fSS
RKG
; ( )
j
2j2
jj nX
XSS ∑∑ −=
k: banyaknya populasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
k = 1, 2 ; k : metode pembelajaran,
k = 1, 2, 3 ; k : kategori respon belajar siswa
f : derajad kebebasan RKG = N – k
N : cacah semua pengukuran
fj : derajad kebebasan untuk sj : nj – 1
j = 1, 2, ..., k
nj : cacah pengukuran pada sampel ke-j
e. Taraf signifikansi = 0,05
f. Daerah Kritik (DK)
DK= { }1,222 | −> kαχχχ
g. Keputusan uji
H0 ditolak jika hitung2χ terletak di daerah kritik
h. Kesimpulan
Populasi-populasi homogen jika H0 diterima
Populasi-populasi tidak homogen jika H0 ditolak
(Budiyono, 2004: 176-177)
3. Pengujian Hipotesis
3.1. Tahap 1 ( Uji Anava Dua jalan )
a. Model
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama. Untuk menguji variabel bebasnya yaitu efek baris
(Model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Learning dan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperative Learning) dan efek kolom ( respon tinggi, sedang dan
rendah ) digunakan model sebagai berikut :
ijkijjiijk εαββαµ ++++= )(X
dengan :
ijkX : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j
µ : rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
iα = = efek baris ke-i pada variabel terikat
jβ = = efek baris ke-j pada variabel terikat
( )ijαβ =
= kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ijkε : deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( )ijµ yang
berdistribusi normal rataan 0 dan variansi 2σ
i : 1, 2; 1 = model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting
cooperative Learning
2 = model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting
cooperative Learning
j: 1, 2, 3 : 1= Respon belajar tinggi
2= Respon belajar sedang
3= Respon belajar rendah
k: 1, 2, ..., nij : dengan nij = banyaknya data amatan pada sel ij
(Budiyono, 2004:228)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
b. Prosedur
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama, yaitu :
1. Hipotesis
H0A: αi = 0 untuk setiap i = 1,2 (tidak ada perbedaan efek antara baris
terhadap variabel terikat)
H1A: paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antara
baris terhadap variabel terikat)
H0B: βj = 0 untuk setiap j= 1,2,3,4 (tidak ada perbedaan efek antar kolom
terhadap variabel terikat)
H1B: paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar
kolom terhadap variabel terikat)
H0AB: ( )ijαβ = 0 untuk setiap i =1,2 dan j = 1,2,3,4 (tidak ada interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB: paling sedikit ada satu ( )ijαβ yang tidak nol (ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat)
(Budiyono,2004:211)
2. Komputasi
i. Notasi dan tata letak data
Notasi dan tata letak data dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 3.4
Data Amatan , Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Model Pembelajaran Respon Siswa
Tinggi (b1) Sedang (b2) Rendah (b3)
Accelerated
Teaching dengan
setting cooperative
learning
a1
n11
∑ 11X
__
11X
∑ 211X
C11
SS11
n12
∑ 12X
12
__X
212∑ X
C12
SS12
n13
∑ 13X
13
__
X
213∑ X
C13
SS13
Accelerated
Teaching tanpa
setting cooperative
learning
a2
n21
∑ 21X
21
__
X
∑ 221X
C21
SS21
n22
∑ 22X
22
__
X
222∑ X
C22
SS22
n23
∑ 23X
23
__
X
223∑ X
C23
SS23
Dengan Cij = ij
ij
nX∑ 2)(
; SS ij = ijij CX −∑ 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 3.5
Rataan dan Jumlah Rataan
Faktor b
Faktor a b1 2b 3b Total
1a ab11 ab12 ab13 1A
2a ab21 ab22 ab23 2A
Total 1B 2B 3B G
1). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut:
nij = ukuran sel ij ( sel pada baris ke-I kolom ke-j )
= cacah data amatan pad sel ij
= frekuensi sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel = ∑
j,i ijn1
pq
∑=j,i
ijnN = banyaknya seluruh data amatan
ij
kijk
kijkij n
XXSS
2
2
⎟⎠
⎞⎜⎝
⎛
−=∑
∑ = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
ijAB = rataan pada sel ij
∑=i
iji ABA = jumlah rataan pada baris ke-i
∑=j
ijj ABB = jumlah rataan pada baris ke-j
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
∑=j,i
ijABG = jumlah rataan semua sel
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3),
(4), dan (5) sebagai berikut:
( )pqG1
2
= ; ( ) ∑=j,i
ijSS2 ; ( ) ∑=i
2i
qA3 ;
( ) ∑=j
2j
pB
4 ; ( ) ( )∑=j,i
2ijAB5
2). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima jumlah
kuadrat, yaitu:
JKA = hn { (3) – (1) }
JKB = hn { (4) – (1) }
JKAB = hn { (1) + (5) – (3) – (4) }
JKG = (2)
JKB = hn { (4) – (1)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
Dengan:
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
3). Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah
dkA = p – 1 ; dkB = q – 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dkAB = (p – 1) (q – 1) ; dkG = N – pq
dkT = N – 1
4). Rataan kuadrat
dkAJKARKA = ;
dkABJKABRKAB =
dkBJKBRKB = ;
dkGJKGRKG =
5). Statistik Uji
a) Untuk H0A adalah RKGRKAFa = yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p – 1 dan N – pq.
b) Untuk H0B adalah RKGRKBFb = yang merupakan nilai dari variabel random
yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q – 1 dan N – pq.
c) Untuk H0AB adalah RKG
RKABFab = yang merupakan nilai dari variabel
random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) (q – 1) dan
N – pq.
6). Taraf Signifikansi ( )α = 0,05
7). Daerah Kritik
a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { Fa | Fa > Fα; p – 1, N – pq }
b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { Fb | Fb > Fα; q – 1, N – pq }
c) Daerah kritik untuk Fab adalah DK = { Fab | Fab > Fα; (p – 1)(q – 1) , N – pq }
8). Keputusan Uji
ditolak jika DK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
ditolak jika DK
ditolak jika DK
9). Rangkuman Analisis
Tabel 3.6
Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber JK dk RK Fhit Ftabel
Baris (A) JKA p – 1 RKA Fa Ftabel
Kolom (B) JKB q – 1 RKB Fb Ftabel
Interaksi (AB) JKAB (p – 1) (q – 1) RKAB Fab Ftabel
Galat (G) JKG N – pq RKG - -
Total JKT N – 1 - - -
(Budiyono, 2004: 229-233)
3.2. Tahap 2 ( Uji Scheffe / Uji Komparasi Ganda)
Uji Scheffe atau Uji Komparasi Ganda dilakukan apabila Ho ditolak
dan variabel bebas dari yang ditolak tersebut minimal terdiri dari tiga
kategori. Jika ditolak tetapi variabel bebas dari yang ditolak tersebut
terdiri atas dua kategori maka untuk melihat perbedaan pengaruh antara kedua
kategori mengikuti perbedaan rataannya. Uji Komparasi ganda perlu
dilakukan apabila terdapat interaksi antara kedua variabel bebas.
Langkah-langkah dalam menggunakan Metode Sceffe’ adalah sebagai
berikut.
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada.
2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
3) Menentukan taraf signifikansi ( )α = 0,05.
4) Mencari harga statistik uji F dengan rumus sebagai berikut.
a) Komparasi rataan antar baris tidak perlu karena hanya ada 2
metode / pendekatan.
b) Komparasi rataan antar kolom
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar kolom adalah:
( )
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
−=−
j.i.
2j.i.
j.i.
n1
n1RKG
XXF
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = { F | F > (q – 1)Fα; q – 1, N – pq }
Makna dari lambang-lambang pada komparasi ganda rataan antar
kolom ini mirip dengan makna lambang-lambang komparasi ganda
rataan antar baris hanya dengan mengganti baris menjadi kolom.
c) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
adalah sebagai berikut.
( )
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
−=−
kjij
2kjij
kjij
n1
n1RKG
XXF
dengan:
kjijF − = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
pada sel kj
ijX = rataan pada sel ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
kjX = rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
ijn = ukuran sel ij
kjn = ukuran sel kj
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = { F | F > (pq – 1)Fα; pq – 1, N – pq }
d) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Uji Sceffe’ untuk komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
adalah sebagai berikut.
( )
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
−=−
ikij
2ikij
ikij
n1
n1RKG
XXF
Daerah kritik untuk uji itu ialah: DK = { F | F > (pq – 1)Fα; pq – 1, N – pq}.
5) Menentukan keputusan uji untuk masing komparasi ganda.
6) Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang sudah ada.
(Budiyono, 2004:214-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini dilaporkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
pada siswa-siswa kelas X SMA Negeri 1 Teras, SMA Negeri 1 Simo dan SMA
Negeri 1 Banyudono yang masing-masing 1 kelas dari sekolah-sekolah tersebut
dijadikan kelas eksperimen dengan pendekatan pembelajaran model Accelerated
Teaching dengan setting Cooperative Learning dan 1 kelas sebagai kontrol
dengan pendekatan pembelajaran model Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperative Learning. Adapun hasil penelitian berupa data hasil uji coba
instrumen, hasil diskripsi data, teknik analisa data, hasil pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
Uji coba instrumen dilaksanakan di SMA Negeri Ngemplak- Boyolali
dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa.
A. Hasil Uji Coba Instrumen
1. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa pada pembelajaran sebanyak 40 butir soal
berisi pertanyaan-pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Siswa cukup
memilih dengan cara member tanda silang pada lembar jawab yang tersedia.
Draf kisi-kisi dan butir angket dapat dilihat pada Lampiran 5.
Sebelum angket respon siswa pada pembelajaran diujicobakan,
untuk melihat validitas dikonsultasikan pada guru mata pelajaran yang
mempunyai pengalaman sebagai guru matematika di tingkat SMA dan
konsultan MGMP matematika SMA di Boyolali. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 6, Lampiran 7 dan Lampiran 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Selanjutnya untuk mengetahui konsistensi internal dan reliabilitas
angket diujicobakan. Adapun hasil uji coba menunjukkan bahwa dari 40
butir soal ada 32 butir soal yang memenuhi kriteria, yaitu mempunyai
konsistensi internal untuk tiap butir soal 0,3 dan nilai reliabilitasnya
= 0,781 yang menunjukkan reliabilitas yang tinggi, sedangkan 8 butir
soal tidak memenuhi kriteria yaitu nomor 9, 11, 13,15, 18, 19, 21 dan 23
karena mempunyai konsistensi internal < 0,3. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 4.1
Hasil Analisis Konsistensi Internal Butir Angket
No konsistensi
internal No konsistensi
internal No konsistensi
internal No konsistensi
internal
1. 0,395 11. 0,080 21. 0,000 31. 0,320
2. 0,360 12. 0,349 22. 0,373 32. 0,337
3. 0,437 13. 0,059 23. 0,103 33. 0,467
4. 0,375 14. 0,301 24. 0,403 34. 0,410
5. 0,428 15. 0,187 25. 0,317 35. 0,333
6. 0,341 16. 0,422 26. 0,335 36. 0,488
7. 0,341 17. 0,458 27. 0,329 37. 0,346
8. 0,352 18. 0,100 28. 0,559 38. 0,382
9. 0,102 19. 0,093 29. 0,449 39. 0,480
10. 0,323 20. 0,394 30. 0,305 40. 0,379
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
2. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa
Hasil uji coba tes prestasi belajar siswa, dari 30 butir soal berisi
pertanyaan-pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban. Siswa cukup memilih
dengan cara memberi tanda silang pada lembar jawab yang tersedia. Draft
kisi-kisi dan butir soal dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13.
Sebelum draft tes prestasi belajar diujicobakan, untuk melihat
validitas isi, dikonsultasikan guru mata pelajaran yang mempunyai
pengalaman sebagai guru matematika di tingkat SMA dan konsultan
MGMP matematika SMA di Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 15.
Untuk mengetahui Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat
kesukaran butir tes prestasi diujicobakan pada kelas yang sama dengan kelas
uji coba angket respon siswa pada pembelajaran dengan pertimbangan
bahwa kelas uji coba mempunyai kesamaan karakteristik yang sama dengan
sampel penelitian. Jumlah soal tes uji coba adalah 30 butir soal dengan 5
alternatif pilihan jawaban yaitu a, b, c, d, dan e. Adapun waktu yang
diberikan untuk menyelesaikan soal tersebut adalah 90 menit. Butir tes
dibuat berdasarkan silabus mata pelajaran matematika kelas X dan dapat
dilihat pada Lampiran 1.
a). Hasil uji coba tes prestasi belajar siswa, dari 30 butir soal yang
diujicobakan ada sebanyak 27 soal mempunyai konsistensi internal atau
daya pembeda yang baik, sehingga tes prestasi mampu membedakan
anatar siswa yang pandai dan yang kurang pandai. Sedangkan 2 soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
lainnya yaitu nomor 6 dan 7 tidak memenuhi kriteria untuk tingkat
kesukaran karena P < 0,3 maka soal dinyatakan sukar sehingga soal
harus dihilangkan dan 2 soal lainnya yaitu nomor 8 dan 10 tidak
memenuhi untuk tingkat kesukaran karena P > 0,7 maka soal
dinyatakan mudah sehingga harus dibuang. Data hasil perhitungan
daya beda ada pada Lampiran 16 dan Lampiran 17.
Tabel 4.2
Ringkasan Daya Beda Butir Soal
No Daya Beda No Daya Beda No Daya Beda
1. 0,484 11. 0,443 21. 0,451
2. 0,399 12. 0,332 22. 0,392
3. 0.336 13. 0,486 23. 0,438
4. 0,365 14. 0,429 24. 0,446
5. 0,436 15. 0,435 25. 0,420
6. 0,188 16. 0,590 26. 0,435
7. 0,395 17. 0,394 27. 0,023
8. 0,187 18. 0,439 28. 0,486
9. 0,486 19. 0,484 29. 0,434
10 0,518 20. 0,626 30 0,562
b). Hasil perhitungan reliabilitas tes prestasi belajar matematika adalah
= 0,837. Dengan demikian > 0,7 sehingga soal tes
reliabel. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
c). Data hasil perhitungan tingkat kesukaran pada Lampiran 17 dan
dirangkum dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.3
Ringkasan Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Tingkat
Kesukaran No
Tingkat
Kesukaran No
Tingkat
Kesukaran
1. 0,632 11. 0,579 21. 0,368
2. 0,579 12. 0,316 22. 0,632
3. 0,605 13. 0,684 23. 0,632
4. 0,526 14. 0,684 24. 0,316
5. 0,526 15. 0,421 25. 0,684
6. 0,289 16. 0,605 26. 0,421
7. 0,237 17. 0,500 27. 0,421
8. 0,816 18. 0,684 28. 0,684
9. 0,684 19. 0,316 29. 0,579
10. 0,816 20. 0,605 30. 0,500
Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran antara 0,30 s.d 0,70 dipandang
sebagai tingkat kesukaran yang memadai. Atas dasar tersebut maka dari
30 butir soal yang tidak baik ada 3 butir soal yaitu nomor 6, 8 dan 27.
Dengan memperhatikan daya beda ada 4 butir soal yang tidak
memenuhi kriteria daya beda yaitu nomor 6, 7, 8 dan 10. Maka soal
yang dipakai untuk penelitian ada 25 butir .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
B. Deskripsi Data
Data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini meliputi data
prestasi belajar siswa kelas X dan respon siswa pada pembelajaran. Data-data
tersebut dideskripsikan sebagai berikut :
1. Data Prestasi Belajar Trigonometri
a. Data Prestasi Belajar Trigonometri dengan Pendekatan Pembelajaran
Model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning.
Data prestasi belajar pada materi pokok Trigonometri siswa-siswa
kelompok eksperimen yaitu siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Teras, Kelas
X-5 SMA Negeri Simo dan kelas X-3 SMA Negeri 1 Banyudono dengan
pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning pada Lampiran 20. Berdasarkan Lampiran 20 tersebut diperoleh
nilai tertinggi 92 dan nilai terendah 36. Sehingga jangkauan dari data itu
adalah 56..
b. Data Prestasi Belajar Trigonometri dengan Pendekatan Pembelajaran
model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning
Data prestasi belajar pada materi pokok Trigonometri siswa-siswa
kelompok kontrol yaitu siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Teras, Kelas X-6
SMA Negeri Simo dan kelas X-2 SMA Negeri 1 Banyudono dengan
pembelajaran model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative
Learning. Berdasarkan Lampiran 20 tersebut diperoleh nilai tertinggi 92
dan nilai terendah 32. Sehingga jangkauan dari data itu adalah 60.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Selanjutnya ukuran pemusatan yang meliputi mean , median, modus
dan ukuran penyebaran yang meliputi jangkauan (R) dan standar deviasi
(s), yang dirangkum dalam tabel berikut :
Tabel 4.3
Deskripsi Data Prestasi Belajar Trigonometri Siswa Kelas X
Model Pembelajaran
Ukuran Pemusatan Ukuran Penyebaran
Mean Median Modus Jangkauan Standar
Deviasi
Accelerated Teaching
dengan setting Coope
rative Learning
67,071 68 68 56 10,951
Accelerated Teaching
tanpa setting Coope
rative Learning
60,661 60 60 60 13,031
2. Data Respon Siswa Pada Pembelajaran
Data respon siswa terhadap pembelajaran pada penelitian ini didapat dari
angket yang dibagikan kepada siswa. Data skor angket dikelompokkan dalam
tiga kategori yaitu respon tinggi, respon sedang dan respon rendah. Dari 40
butir soal angket,untuk mengelompokkan siswa dengan respon rendah jika
memperoleh skor kurang dari atau sama dengan 105,8087 ; siswa dengan
respon sedang jika memperoleh skor lebih dari 105,8087 dan kurang dari
114,8025, dan siswa dengan respon tinggi jika memperoleh skor lebih dari atau
sama dengan 114,8025. Dengan menggunakan kriteria tersebut dari 227 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
yang terdiri dari 112 siswa kelompok eksperimen dan 115 siswa kelompok
kontrol, terdapat 77 siswa mempunyai respon tinggi, 84 siswa mempunyai
respon sedang dan 66 siswa mempunyai respon rendah. Secara rinci disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 4.4
Siswa Dengan Respon Tinggi, Sedang dan Rendah
Respon
Siswa
Model Accelerated Teaching
dengan setting Cooperative
Learning
Model Accelerated Teaching
tanpa setting Cooperative
learning
Frekuensi Persentase Frekuensi Presentase
Tinggi 40 35,71 37 32,17
Sedang 39 34,82 45 39,13
Rendah 33 29,46 33 28,69
Jumlah 112 100 115 100
Dari Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa untuk kelompok siswa dengan
pendekatan pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning yang mempunyai respon tinggi sebanyak 40 siswa,
mempunyai respon sedang sebanyak 39 siswa dan mempunyai respon rendah
sebanyak 33 siswa. Sedangkan untuk kelompok siswa dengan pendekatan
pembelajaran model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning
yang mempunyai respon tinggi sebanyak 37 siswa, mempunyai respon sedang
sebanyak 45 siswa dan mempunyai respon rendah sebanyak 33 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
C. Hasil Analisa Data
Dari deskripsi data yang berupa data respon siswa pada pembelajaran dan
data tentang prestasi belajar matematika siswa dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol akan dilakukan analisis data. Sebelum dilakukan uji hipotesis dan
anava dua jalan dengan sel tak sama terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas untuk mengetahui apakah sampel-
sampel penelitian memenuhi uji pendahuluan untuk melakukan uji
keseimbangan dan uji anava.
1. Uji Prasyarat Analisis
Pada penelitian ini digunakan beberapa uji persyaratan teknis analisis
variansi antara lain: uji normalitas dan uji homogenitas yang hasil
komputasinya akan disampaikan pada uraian berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel dalam
penelitian
ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Ada 5 kali uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan Uji
Liliefors untuk :
i). Uji normalitas pada data yang terkait model pembelajaran Accelerated
Teaching dengan setting Cooperative Learning
ii). Uji normalitas pada data yang terkait model pembelajaran Accelerated
Teaching tanpa setting Cooperative Learning
iii).Uji normalitas pada data yang terkait Respon Belajar Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
iv). Uji normalitas pada data yang terkait Respon Belajar Sedang
v). Uji normalitas pada data yang terkait Respon Belajar Rendah
Dari analisis hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang ditunjukkan
pada Lampiran 21.a ; = 0,078430225 dan , ; = 0,083719131,
sedangkan daerah kritik DK = { L | L > 0, 083719131 }. Ini berarti
DK, sehingga tidak ditolak, yang berarti sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
Dari analisis hasil belajar siswa kelompok kontrol yang ditunjukkan
pada Lampiran 21.b ; = 0,0685986 dan , ; = 0,08262,
sedangkan daerah kritik DK = { L | L > 0,08262 } . Ini berarti
DK, sehingga tidak ditolak yang berarti sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
Dari hasil perhitungan uji normalitas yang ditunjukkan pada
Lampiran 21.c1, data hasil belajar siswa berdasarkan respon tinggi adalah
= 0,0715827 dan , ; = 0,100969071, sedangkan daerah kritik
DK = { L | L > 0,100969071 }. Ini berarti DK, sehingga tidak
ditolak yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Dari hasil perhitungan uji normalitas yang ditunjukkan pada
Lampiran 21.c2 data hasil belajar siswa berdasarkan respon sedang adalah
= 0,0791806 dan , ; = 0,096670525, sedangkan daerah
kritik DK = { L | L > 0,096670525 }. Ini berarti DK, sehingga
tidak ditolak yang berarti sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Dari hasil perhitungan uji normalitas yang ditunjukkan pada
Lampiran 21.c3, data hasil belajar siswa berdasarkan respon
rendah adalah = 0,09821767 dan , ; = 0,10905906,
sedangkan daerah kritik DK = { L | L > 0,10905906}. Ini berarti
DK, sehingga tidak ditolak yang berarti sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Dalam penggunaan analisis variansi adalah bahwa populasi-
populasinya harus homogen. Untuk mengetahui apakah sampel-sampel
dalam penelitian ini berasal dari populasi yang homogen ( mempunyai
variansi – variansi yang sama ). Uji Homogenitas yang dilakukan dua kali
yaitu uji homogenitas pada data yang terkait dengan model pembelajaran
dan uji homogenitas pada data yang terkait dengan respon siswa pada
pembelajaran. Digunakan metode Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat.
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Lampiran 22.a
data hasil belajar siswa berdasarkan model pembelajaran adalah , ; =
3,841 dan = 3,36504 ; sedangkan daerah kritik DK = { | >
3,841 }, berarti DK, sehingga tidak ditolak yang berarti
populasi-populasinya homogen.
Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Lampiran 22.b,
data hasil belajar siswa berdasarkan respon siswa terhadap pembelajaran
adalah , ; = 5,991 dan = 2,1951 ; sedangkan daerah kritik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
DK = { | > 5,991 }, berarti DK, sehingga tidak ditolak
yang berarti populasi-populasinya homogen.
2. Uji Keseimbangan
Setelah uji prasyarat terpenuhi selanjutnya dilakukan uji
keseimbangan dengan satatistik uji t. Uji keseimbangan digunakan untuk
melihat apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan kelas yang
seimbang atau mempunyai kemampuan awal sama. Data yang akan diuji
berupa nilai ulangan harian matematika kelas X semester genap pada siswa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil perhitungan yang
ditunjukkan pada Lampiran 21 diperoleh . ; = 1,96, sedangkan
daerah kritik DK = { t | t < - 1,96 atau t > 1,96 } dan = 0,87651999. Ini
berarti DK, sehingga tidak ditolak, ini berarti rata-rata kemampuan
awal siswa kelompok eksperimen dan kemampuan awal kelompok kontrol
sama.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
a. Hasil Uji Hipotesis
Setelah Uji Prasyarat Anava terpenuhi dilakukan Uji Anava Dua Jalan
dengan sel tidak sama. .Dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Lampiran
23, analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikan
= 0,05 dapat dilihat dalam tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 4.6
Rangkuman Analisis variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK p
Model
Pembelajaran (A) 2347,31 1 2347,31 16,7138 3,84 ditolak
Respon (B) 1555,52 2 777,76 5,5380 3,00 ditolak
Interaksi (AB) 190,25 2 95,25 0,67768 3,00 diterima
Galat (G) 35130,7 221 140,441 - - -
Total 46219,733 226 - - - -
Untuk hasil perhitungan anava dua dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 23.
a). Dari hasil rangkuman analisis variansi dua jalan yang ditunjukkan pada Tabel
4.6 di atas di dapat = 16,7138 dan = 3,84. Sedangkan daerah kritik
untuk adalah DK = { F | F > 3,84 } , sehingga DK, jadi H ditolak.
atau ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikatnya atau dengan
kata lain terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan
model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran Accelerated
Teaching tanpa setting Cooperative Learning. Ini berarti ada pengaruh
penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar materi Trigonometri
siswa kelas X SMA Negeri Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b).Dari Tabel 4.6 hasil rangkuman anlisis variansi dua jalan di atas didapat bahwa
= 5,5380 dan = 3,0. Sedangkan daerah kritik untuk adalah
DK = { F | F > 3,00 } , sehingga DK, sehingga ditolak. Berdasarkan
hal tersebut, terdapat perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikatnya
atau dengan kata lain terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa dengan
respon tinggi, sedang dan rendah. Ini berarti ada pengaruh respon siswa pada
pembelajaran terhadap prestasi belajar pada materi pokok Trigonometri siswa
kelas X SMA Negeri Kabupaten Boyolali.
c). Dari hasil rangkuman analis variansi dua jalan yang ditunjukkan pada Tabel
4.6 di atas didapat = 0,67768 dan = 3,00. Sedangkan daerah kritik
untuk adalah DK = { F | F > 3,00 }, sehingga DK, jadi tidak
ditolak atau tidak ada interaksi antara efek baris dan efek kolom terhadap
variabel terikatnya, dengan kata lain perbedaan prestasi belajar matematika
antara siswa yang diberi pembelajaran model Accelerated Teaching dengan
setting Cooperative Learning dengan pembelajaran model Accelerated
Teaching tanpa setting Cooperative Learning berlaku sama (konsisten) pada
masing-masing respon siswa terhadap pembelajaran dan perbedaan prestasi
belajar antara siswa dengan respon tinggi, respon sedang dan respon rendah
berlaku sama (konsisten) untuk tiap-tiap model pembelajaran.
b. Hasil Uji Komparasi Ganda
Dari hasil analisis variansi dua jalan diperoleh keputusan
ditolak, maka diadakan uji lanjut anava ( uji komparasi ganda ) dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Scheffe’ yang bertujuan untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata
setiap pasangan kolom. Hal ini berarti tidak semua kategori tingkat respon
siswa pada pembelajaran memberikan efek yang sama terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok Trigonometri. Pada kasus ini, uji komparansi ganda
dilakukan karena efek antar kolom terdiri dari tiga kategori yaitu tinggi, sedang
dan rendah, sehingga mana yang secara signifikan mempunyai rerata yang
berbeda
Hasil uji komparansi ganda antar kolom menggunakan metode
Schaffe disajikan dalam bentuk Tabel 4.7. Perhitungan selengkapnya dapat di
lihat pada Lampiran 24.
Tabel 4.7
Rangkuman Analisis Komparasi Ganda
Komparasi Statistik Uji F Keputusan Uji p
2,4861 6,00 Tidak ditolak > 0,05
10,6984 6,00 Ditolak < 0,05
3,3243 6,00 Tidak ditolak > 0,05
Dari rangkuman Tabel 4.7 di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. tidak ditolak karena = 2,4861 < 6,00. Ini berarti siswa dengan respon
belajar tinggi memberikan prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan
respon belajar sedang.
b. diitolak karena = 10,6984 > 6,00. Ini berarti siswa dengan respon
belajar tinggi memberikan prestasi yang tidak sama dengan siswa dengan
respon belajar rendah. Dari rataan marginalnya yaitu rataan prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
siswa dengan respon tinggi 66,72 dan rataan prestasi belajar siswa dengan
respon rendah 60,30 menunjukkan bahwa rataan prestasi belajar siswa dengan
respon tinggi lebih tinggi dari pada rataan prestasi belajar dengan respon
rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan respon tinggi
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan respon
belajar rendah.
c. tidak ditolak karena = 3,3243 < 6,00. Ini berarti siswa dengan respon
belajar sedang memberikan prestasi belajar yang sama dengan siswa dengan
respon belajar rendah.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis variansi ( Anava ).
Dari kesimpulan atau hasil penelitian maka perlu dilakukan komparasi ganda
atau uji lanjut pasca anava, yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.8
Rataan masing-masing data hasil penelitian
Pembelajaran Respon Rataan
Marginal Tinggi Sedang Rendah
Accelerated Teaching dengan
setting Cooperative Learning 68,9 67,1795 64,7272 66,9355
Accelerated Teaching tanpa
setting Cooperative Learning 64,5405 60,9777 55,8787 60,4656
Rataan Marginal 66,7202 64,0786 60,3029 63,7005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama,
diperoleh = 16,7138 > 3,84 = , sehingga DK, jadi ditolak. Ini
berarti bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang
belajar dengan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning dengan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa
setting Cooperative Learning pada materi pokok Trigonometri. Dari Tabel 4.8
menunjukkan rataan marginal baris = 66,9355 > 60,4656 = , ini berarti
bahwa rataan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran Accelerated
Teaching dengan setting Cooperative Learning lebih tinggi dibandingkan
dengan rataan prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning. Hal ini sesuai
dengan hipotesis penelitian dan mungkin disebabkan oleh faktor antara lain
siswa tertarik dengan model pembelajaran Accelerated Teaching dengan
setting Cooperative Learning sehingga mudah mengikuti pembelajaran
matematika, anak dapat mengungkapkan ide atau gagasan, dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri, menerima umpan bailk dan adanya kesesuaian dengan pembelajaran ini
pada materi pokok Trigonometri.
Dengan demikian dapat disimpulkan siswa yang belajar menggunakan
model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning memberikan prestasi belajar lebih baik pada materi Trigonometri dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
pada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Accelerated Teaching
tanpa setting Cooperative Learning.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama,
diperoleh = 5,5380 > 3,00 = , sehingga DK, terlihat bahwa
ditolak. Ini berarti tidak semua respon siswa pada pembelajaran memberikan
efek yang sama terhadap prestasi belajar matematika pada materi pokok
Trigonometri. Karena ditolak maka diperlukan uji lanjut anava yaitu uji
komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 24.
Berdasarkan uji komparasi ganda antara kolom 1 dan 2 pada Tabel
4.6 diperoleh = 2,4861 < 6,00 = 2 , sehingga tidak ditolak,
Artinya siswa yang mempunyai respon tinggi dan yang mempunyai respon
sedang secara siginfikan memiliki prestasi belajar yang sama. Meskipun dilihat
dari rataan marginalnya berbeda, tetapi perbedaan tersebut secara signifikan
tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Jadi
dapat disimpulkan siswa dengan respon tinggi memberikan prestasi belajar
matematika yang sama dengan siswa dengan respon sedang pada materi pokok
Trigonometri.
Untuk uji komparasi ganda antar kolom 1 dan 3 pada Tabel 4.6
diperoleh = 10,6984 > 6,00 = 2 , sehingga ditolak, berarti siswa
yang mempunyai respon tinggi dan siswa yang mempunyai respon rendah
secara signifikan memiliki prestasi belajar yang berbeda. Perbedaan rataan
marginalnya, rataan siswa dengan respon tinggi 66,7202 lebih tinggi dari pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
siswa dengan respon belajar rendah dengan rataan 60,3029 secara signifikan
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi
pokok Trigonometri. Hal ini mungkin disebabkan siswa dengan respon tinggi
memang tingkat kecerdasannya lebih tinggi atau karena sering latihan soal-soal
sehingga lebih cepat untuk berpikir meskipun tingkat kecerdasannya lebih
rendah. Sedangkan siswa dengan respon belajar rendah mungkin karena tingkat
kecerdasannya lebih rendah atau juga kurang latihan soal-soal sehingga lebih
lambat untuk berpikir meskipun tingkat kecerdasannya lebih tinggi. Dengan
demikian prestasi belajar siswa dengan respon tinggi lebih baik daripada
prestasi belajar siswa dengan respon rendah. Jadi dapat disimpulkan bahwa
siswa dengan respon tinggi memberikan prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa dengan respon rendah pada materi pokok Trigonometri.
Untuk uji komparasi ganda pada kolom 2 dan 3 pada Tabel 4.6
diperoleh = 3,3243 < 6,00 = 2 , sehingga tidak ditolak, berarti
siswa yang mempunyai respon sedang dan yang mempunyai respon rendah
secara siginfikan memiliki prestasi belajar yang sama. Meskipun dilihat dari
rataan marginalnya berbeda, tetapi perbedaan tersebut secara signifikan tidak
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Jadi dapat
disimpulkan siswa dengan respon sedang memberikan prestasi belajar
matematika yang sama dengan siswa dengan respon rendah pada materi pokok
Trigonometri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
= 0,67768 < 3,00 = , sehingga bukan anggota daerah kritik. Karena
DK maka diterima. Karena diterima maka tidak diperlukan
uji lanjut anava. Dengan diterimanya berarti tidak terdapat interaksi
maka dapat disimpulkan bahwa untuk perbedaan prestasi belajar matematika
dari masing-masing cara penyajian materi konsisten pada masing-masing
kategori respon siswa dan prestasi belajar dari masing-masing kategori respon
siswa konsisten pada cara penyajian materi. Artinya siswa yang diberi
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning mempunyai
prestasi belajar lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran matematika
dengan menggunakan model Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative
Learning baik secara umum maupun kalau ditinjau dari masing-masing
kategori respon siswa pada pembelajaran.
F. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa faktor yang tidak diperhitungkan
dan ini merupakan keterbatasan dalam penelitian, sehingga diharapkan tidak
terjadi persepsi yang salah dalam penggunaan hasilnya. Keterbatasan-keterbatasan
dalam penelitian ini antara lain :
1. Populasi pada penelitian ini hanya mengambil siswa kelas X SMA Negeri
se Boyolali dan tidak melibatkan SMA Swasta. Di samping itu pengambilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
sampel juga mungkin masih kurang baik sehingga kurang bisa mewakili
populasinya.
2. Cara penyajian materi pada penelitian ini terbatas pada penggunaan model
pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning
sehingga mengabaikan cara penyajian materi yang lain. Padahal masih banyak
cara penyajian materi yang lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika khususnya materi pokok Trigonometri.
3. Dalam pengerjaan soal tes kemungkinan sekali masih ada kerja sama, sehingga
akan berakibat data untuk nilai prestasi belajar pada penelitian ini menjadi
kurang murni. Demikian juga dalam pengisian angket motivasi belajar siswa
kemungkinan masih banyak siswa yang mengisi angket kurang jujur, sehingga
berakibat pembagian kelompok motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah
kurang akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya analisis hasil
penelitian serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning pada materi
pokok Trigonometri menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih
baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated
Teaching tanpa setting Cooperative Learning.
2. Respon siswa pada pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika pada materi pokok Trigonometri. Prestasi belajar siswa yang
mempunyai respon tinggi sama baiknya dengan siswa yang mempunyai
respon sedang, prestasi belajar siswa yang mempunyai respon tinggi lebih
baik daripada yang memiliki respon rendah dan prestasi belajar matematika
siswa yang mempunyai respon sedang sama dengan prestasi belajar siswa
yang mempunyai respon rendah.
3. Prestasi belajar matematika dari masing-masing cara penyajian materi
berlaku konsisten/ sama pada masing-masing kategori respon siswa pada
pembelajaran dan prestasi belajar matematika dari masing-masing kategori
respon siswa berlaku konsisten/ sama pada masing-masing cara penyajian
materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
B. Implikasi Hasil penelitian
1. Implikasi Teoritis
Dari kesimpulan di atas bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative
Learning dengan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperative Learning terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok
Trigonometri. Hal ini menunjukkan secara teoritis hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu acuan untuk mengembangkan cara penyajian
materi pada materi pokok Trigonometri pada khususnya dan materi pokok
yang lain pada umumnya. Dengan kata lain hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan kajian secara teoritik untuk memilih dan
mempersiapkan cara penyajian pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran, bahan pembelajaran atau materi pokok, sarana dan prasarana
pembelajaran, karakteristik guru dan karakteristik siswa.
Ditinjau dari nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada materi
pokok Trigonometri, ternyata siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated
Teaching dengan setting Cooperative Learning mempunyai nilai rata-rata
yang lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting
Cooperative Learning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Dengan kata lain siswa yang mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning memperoleh prestasi belajar yang lebih baik
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran matematika model
pembelajaran Accelerated Teaching tanpa setting Cooperative Learning Hal
ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan atau mengoptimalkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Selain itu,
berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran Accelerated
Teaching dengan setting Cooperative Learning dapat meningkatkan respon
siswa pada pembelajaran matematika. Secara teoritis penelitian ini juga
dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan respon siswa
pada pembelajaran matematika khususnya dengan menggunakan
pembelajaran Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa yang respon belajarnya
tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang respon
belajarnya rendah.
Secara umum siswa yang respon belajarnya tinggi memiliki
prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang respon
belajarnya rendah. Hal ini dikarenakan jika seorang siswa yang mempunyai
respon belajar yang tinggi maka dalam melakukan aktivitas belajar tentunya
akan lebih optimal baik kuantitas maupun kualitas, yang pada akhirnya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
menunjang optimalnya prestasi belajar siswa. Jadi guru harus
memperhatikan tentang respon siswa pada pembelajaran sebagai salah satu
faktor penting yang berpengaruh dalam proses belajar matematika sehingga
dapat memberikan perlakuan yang tepat untuk siswa yang mempunyai
respon belajar tinggi, sedang maupun rendah.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru
dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar
dan prestasi belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih cara penyajian
materi yang tepat, efektif dan efisien serta memperhatikan respon siswa
pada pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa pada materi pokok Trigonometri.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas maka ada beberapa
saran yang ditujukan pada guru mata pelajaran, siswa dan kepala sekolah
yaitu :
1. Kepada guru mata pelajaran matematika
a. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika, hendaknya guru lebih
banyak melibatkan keaktifan siswa, guru hanya sebagai fasilitator dan
motivator saja. Misalnya dengan memilih dan menggunakan cara penyajian
materi yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa, seperti pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
yang menggunakan model Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning.
b. Cara penyajian materi dengan menggunakan model Accelerated Teaching
dengan setting Cooperative Learning merupakan salah satu alternatif cara
penyajian materi yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan
prestasi belajar matematika, oleh karena itu hendaknya guru mau mencoba
cara penyajian materi tersebut untuk mengajarkan materi pokok matematika,
selanjutnya mau melakukan refleksi untuk mendapatkan hasil belajar yang
optimal.
2. Kepada siswa
a. Sebaiknya siswa selalu memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan
guru tentang materi yang disampaikan dan memahami dengan baik
ringkasan materi pembelajaran model Accelerated Teaching dengan setting
Cooperative Learning.
b. Sebaiknya siswa mengikuti dengan aktif dan berpikir secara kritis pada saat
mereka berdiskusi dengan kelompok, selalu menghargai penjelasan,
pendapat, pertanyaan atau jawaban yang disampaikan oleh siswa lain pada
saat pembelajaran.
3. Kepada kepala sekolah
a. Hendaknya kepala sekolah menyarankan kepada guru matematika agar dalam
memberikan pembelajaran dapat memperoleh hasil yang optimal harus
memilih cara penyajian materi yang mengaktifkan siswa, salah satu cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
penyajian materi yang dapat dipilih adalah menggunakan model Accelerated
Teaching dengan setting Cooperative Learning.
b. Agar proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model
Accelerated Teaching dengan setting Cooperative Learning dapat berjalan
dengan baik dan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal, sebaiknya
kepala sekolah menyediakan suatu ruangan yang dapat digunakan sebagai
tempat diskusi, sehingga setiap akan digunakan tidak perlu lagi menata meja
dan kursi.