Upload
milatun-nikmah
View
1.235
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Akademik Paper
Efektivitas Penggunaan Audio Visual Aids (AVA) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi Siswa
Milatun Nikmah
Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga
Abstraks
Pada saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, dan bukan hanya sebagai
alat bantu olah kata (pengetikan naskah) dan pengolah data seperti halnya yang kebanyakan
orang lakukan. Namun komputer mempunyai kemampuan yang lebih dan bisa dimanfaatkan
sebagai alat bantu belajar (media pembelajaran). Salah satu media yang digunakan dalam
pembelajaran, dan diyakini dapat lebih meningkatkan hasil belajar adalah Media audio visual
aids. Efektivitas pembelajaran secara konseptual dapat diartukan sebagai perlakuan dalam proses
pembelajaran yang memiliki ciri-ciri : a) suasana yang dapat berpengaruh, atau hal yang
berkesan terhadap penampilan; dan b) keberhasilan usaha atau tindakan yang berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Efektivitas pembelajaran melalui media visual dapat terlihat dari
tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar atau moving. Gambar,
symbol atau lambing visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa.
Audio visual aids pembelajaran berbasis teknologi dapat digunakan sebagai sarana
alternatif dalam mengoptimalkan proses pembelajaran, dikarenakan beberapa aspek antara lain:
a) mudah dikemas dalam proses pembelajaran, b) lebih menarik untuk pembelajaran, dan c)
dapat di-edit (diperbaiki) setiap saat. Dengan memanfaatkan teknologi komputer diharapkan
bahwa audio visual aids pembelajaran dapat digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran yang lebih menarik. Melalui audio visual aids pembelajaran dapat lebih interaktif
dan lebih memungkinkan terjadinya two way traffic dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: Efektivitas pembelajaran, Media audio-visual-aids (AVA), hasil belajar.
PENDAHULUAN
Menurut Depdiknas (2003) istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan
bentuk jamak dari “medium” yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Makna
umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses
komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar yang merupakan kombinasi antara
perangkat lunak (bahan belajar) dan perangkat keras (alat belajar).
Secara umum media pembelajaran dapat dipilah menjadi istilah-istilah sebagai berikut :
1. Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep,
prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit.
2. Alat bantu adalah alat atau benda yang digunakan oleh guru untuk mempermudah tugas
dalam mengajar
3. Ausio-Visual Aids (AVA) mempunyai pengertian dan tujuan yang sama hanya saja
penekanannya pada peralatan audio dan visual.
4. Alat bantu belajar yang penekanannya pada pihak yang belajar.
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan
kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma
masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi
surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah
satu diantaranya melalui jaringan Internet.
Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan
teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu
proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-
informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media
sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri
(Oetomo dan Priyogutomo, 2004), beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media
teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning (Utomo, 2001). e-
Learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika,
khususnya perangkat komputer (Soekartawi, 2003). Dalam berbagai literature e-learning tidak
dapat dilepaskan dari jaringan Internet, karena media ini yang dijadikan sarana untuk penyajian
ide dan gagasan pembelajaran.
Sesungguhnya AVA atau alat bantu pembelajaran merupakan suatu hal yang sudah
sangat dikenal oleh para guru karena dalam setiap pembelajaran guru tidak akan pernah lepas
dengan alat-alat pembantu proses pembelajaran. Hanya saja frekuensi pemanfaatannya pada
setiap guru akan berbeda-beda sesuai dengan materi yang diajarkan ataupun kreativitas itu
sendiri.
AVA adalah alat pandang dengar yang berupa benda-benda atau apa saja yang dapat
dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga, yang kita pakai dalam membantu menjelaskan dalam
pengajaran (Haryanto, 1995). Kemp (1980) menambahkan AVA merupakan bagian integral dari
proses belajar mengajar. Setiap orang yang bergelut di bidang pengajaran mestinya bukan hanya
mengenal AVA tetapi yang terpenting adalah secara aktif memanfaatkan untuk menyukseskan
program pembelajaran. AVA sangat bermanfaat dalam proses belajar mengajar karena dapat
memfokuskan perhatian siswa terhadap makna suatu kosakata dengan lebih jelas dan langsung
sehingga pengajaran bahasa bisa lebih hidup dan dapat menarik perhatian siswa ke dalam proses
pembelajaran karena ada sesuatu yang menarik untuk dilihat atau didengar (Haryanto, 1995).
PEMBAHASAN
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling sederhana
dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh
guru sendiri, ada media yang diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan
yang dapat langsung dimanfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk
keperluan pembelajaran.
Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang
biasa digunakan oleh guru di sekolah maupun di perguruan tinggi. Beberapa media yang paling
akrab dan hampir semua sekolah termasuk perguruan tinggi memanfaatkan adalah media cetak
(buku) dan papan tulis. Selain itu, banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media
lain seperti gambar, model, dan Overhead Projector (OHP), dan obyek-obyek nyata. Sedangkan
media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran
komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya tidak asing lagi bagi sebagian besar
guru. Meskipun demikian, sebagai seorang guru alangkah baiknya mengenal beberapa jenis
media pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mendorong kita untuk mengadakan dan
memanfaatkan media tersebut dalam kegiatan pembelajaran di kelas (Depdiknas, 2003). Terlebih
bagi seorang mahasiswa dituntut untuk lebih aktif belajar untuk bisa memahami materi kuliah
yang diberikan oleh dosen. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah belajar dengan
menggunakan media sebagai alat bantu dalam proses belajarnya.
Strategi mengajar menurut Muhibbin Syah (2002), didefiniskan sebagai sejumlah langkah
yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Strategi mengajar
ini mecakup beberapa tahapan, seperti :
1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang berkaitan dengan
strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam menentukan pola ajar untuk mencapai
sasaran PBM.
2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlah-langkah
pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini termasuk
perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.
3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan pendekatan system
pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok bahasan materi ajar.
Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan
andil yang besar dalam menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya
media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber
belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2002; 137). Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan
Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa
jenis :
a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape
recorder.
b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud
visual.
c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua
jenis :
1) audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.
2) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar
yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
Sementara itu, selain media-media tersebut di atas, di lembaga pendidikan kehadiran
perangkat komputer telah merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan
untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain sangat
banyak pengguna jasa dibidang komputer yang mengharapkan dapat membantu mereka baik
sebagai tutor, tutee maupun tools yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional
dibidangnya yang dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan
oleh para pengajar terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan, serta
mengaplikasikan pengajaransejalan dengan tuntutan kurikulum karena keterbatas informasi dan
pelatihan yang mereka peroleh.
Komputer mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mencakup tutor, tutee dan tools dalam implementasi
dan aplikasi bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan IPTEK itu sendiri. Hal ini
dipertegas oleh BJ Habibie bahwa dewasa ini tidak ada satu disiplin ilmu pengetahuan yang tidak
menggunakan cara berfikir analitis, matematis, dan numerik (Baisoetii, 1998). Kenyataan ini
menunjukan bahwa peran komputer akan menjadi keharusan yang tidak bisa ditawar, terutama
dalam penataan kemampuan berfikir, bernalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan
yang sangat kompetitif.
Salah satu kompetensi proses belajar mengajar bagi seorang pengajar adalah
keterampilan mengajak dan membangkitkan mahasiswa berpikir kritis. Kemampuan itu
didukung oleh kemampuan pengajar dalam menggunakan media ajar. (Daniel, Jos,1986).
Peranan pengajar sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan
kegairahan dalam pengembangan kegiatan belajar mahasiswa, pengajar harus dapat meransang
dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi mahasiswa,
menumbuhkan aktivitas dan kereativitas sehingga terjadi dinamika di dalam proses belajar
mengajar (Slameto,1988) .
Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, peranan media juga tidak bisa diabaikan.
Sebagai salah satu komponen pembelajaran, media tidak bisa luput dari pembahasan sistem
pembelajaran secara menyeluruh. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus
mendapatkan perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun kenyataannya bagian
inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara
lain : terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat,
tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah
membekali diri dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam hal media pembelajaran.
Sesungguhnya betapa banyak jenis media yang bisa dipilih, dikembangkan, dan dimanfaatkan
sesuai dengan kondisi waktu, biaya, maupun tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Setiap
jenis media memiliki karakteristik tertentu yang perlu dipahami, sehingga dapat dipilih media
yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, telah dilakukan beberapa penelitian di kalangan para
pendidik tentang pemanfaatan media pembelajaran. Berbagai penelitian tersebut diantaranya
dilakukan oleh Dewa Putu Ramendra dan Ni Made Ratminingsih (2007), Sapto Haryoko (2009),
Muhammad Safdar (2010), dan Arjun Singh (2010).
1. Jurnal “PEMANFAATAN AUDIO VISUAL AIDS (AVA) DALAM PROSES
BELAJAR MENGAJAR MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH
DASAR”
Hasil penelitian Dewa Putu Ramendra dan Ni Made Ratminingsih (2007)
dalam jurnal Pemanfaatan Audio Visual Aids (AVA) Dalam Proses Belajar Mengajar
Bahasa Inggris Di Sekolah Dasar menyimpulkan bahwa baik guru dan siswa memiliki
persepsi yang sangat positif terhadap pemanfaatan AVA dalam pembelajaran Bahasa
Inggris di sekolah dasar oleh karena AVA dapat membuat pembelajaran lebih
produktif, lebih menarik, dapat meningkatkan motivasi siswa, dapat mempercepat
pemahaman siswa terhadap pembelajaran, membuat guru lebih efisien memanfaatkan
waktu mengajar, dan mampu membuat proses belajar lebih efektif.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga / media pembelajaran
lebih efektif dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep, minat, dan prestasi
belajar bahasa inggris siswa. Selain itu juga bisa membantu guru dalam proses
pembelajaran. Namun kelemahannya adalah tidak semua sekolah dilengkapi dengan
fasilitas ini sehingga kecenderungan guru sebagian besar hanya memanfaatkan media
papan tulis, text book yang ada, reader serta lembar kerja siswa, dan jika
memungkinkan mereka umumnya menggunakan realita yang ada di sekitar mereka.
2. Jurnal “EFEKTIVITAS PEMANFAATAN MEDIA AUDIO-VISUAL SEBAGAI
ALTERNATIF OPTIMALISASI MODEL PEMBELAJARAN”
Penelitian ini dilakukan oleh Sapto Haryoko pada maret 2009. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keefektifan hasil belajar
mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran Audio Visual. Di samping itu
penelitian ini juga diharapkan dapat mengembangkan kreativitas mahasiswa dan
dosen terhadap penerapan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media
pembelajaran dan dapat menambah wawasan insane pendidikan mengenai keefektifan
pemanfaatan media audio-visual dalam pembelajaran serta memberikan kemudahan
proses pembelajaran dan menambah referensi bagi mahasiswa maupun dosen dalam
proses pembelajaran.
Kelebihan dari penelitian ini adalah ditunjukkan dengan hasil pengujian
hipotesis yang diperoleh yaitu menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan media
audio-visual lebih baik dibanding dengan pembelajaran melalui pendekatan
konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa perlu ada perubahan paradigma dalam
proses pengajaran. Fenomena ini juga disebabkan adanya factor kejenuhan diantara
kelompok mahasiswa yang selama ini justru perkembangan pengajaran kurang begitu
diperhatikan.
Namun kelemahannya adalah pola pengajaran konvensional justru masih
sangat dominan digunakan. Di samping itu, penelitian ini menunjukkan bahwa variasi
model pengajaran, khususnya yang melibatkan audio-visual sangat cocok untuk
model pengajaran teknik jaringan computer, karena mahasiswa dibawa dalam dunia
yang mendekati kenyataan terkait oleh model jaringan yang dilapangan sudah
berkembang begitu pesat.
3. Jurnal “USE OF INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGIES
IN TEACHER TRAINING”
Penelitian ini dilakukan oleh Muhammad Safdar (2010). Penelitian ini
difokuskan pada ketersediaan dan kegunaan dari teknologi informasi dan komunikasi
(ICT). Di perlukan lima keterampilan dan sikap guru dalam penggunaannya yaitu
teknologi komunikasi elektronik, word, spreadsheet, presentasi, dan internet
browsing. Penelitian ini meninjau bahwa setiap negara penting untuk meningkatkan
kualitas guru dan kebijakan nasional yang telah dipengaruhi oleh tumbuhnya
kesadaran bahwa guru memiliki peran penting untuk menentukan kualitas out put
dari lembaga pendidikan.
Kelebihan dari penelitian ini adalah telah digunakannya ICT dalam
keterampilan program pelatihan guru. Keterampilan tersebut dibagi menjadi tiga
kategori yaitu konten pengetahuan, kompetensi professional, dan pedagogis. Berikut
tiga keterampilan yang merupakan bagian dari program pelatihan guru adalah:
1. Guru bisa menggunakan teknologi tertentu dalam disiplin mereka (konten
pengetahuan).
2. Guru memiliki keterampilan dan teknologi yang kuat (keterampilan pedagogi).
3. Guru mengerti dan menghormati pengaruh ras, etnis, jender, agama dan aspek lain
dari budaya pada pembangunan anak di bidang teknologi (keterampilan
profesional).
Selain itu, TIK tidak hanya bermanfaat pada proses pembelajaran tetapi juga
memberdayakan para guru dalam meningkatkan kompetensi dan administrator dalam
manajemen dan administrasi yang efektif. Program berbasis TIK sangat menarik dan
memotivasi pelajar karena mereka terlibat langsung dalam pembelajaran. Program ini
memudahkan mereka dalam memperoleh keterampilan dasar yang akhirnya
meningkatkan kualitas pendidikan dengan beberapa cara yaitu dengan meningkatkan
motivasi dan keterlibatan pelajar, dengan memfasilitasi keterampilan dasar, dan
meningkatkan pelatihan guru.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan TIK sebagai media
pembelajaran membantu potensi untuk:
1. Meningkatkan akses kependidikan
2. Memberikan umpan balik yang lebih cepat kepada siswa
3. Menyediakan jalur pembelajaran alternative untuk siswa
4. Meningkatkan keterbukaan dengan akses teknologi
Teknologi informasi merupakan factor pendorong bagi globalisasi, ekonomi
global dan masyarakat modern. Kapasitas dan kemungkinan yang ditawarkan oleh
ICT dalam meningkatkan kehidupan social ekonomi hamper tak terbatas. Oleh
karena itu ada kebutuhan untuk sepenuhnya mengintegrasikan TIK di dalam
pendidikan dan mengeksploitasikan potensinya untuk mengatasi tantangan perluasan
pendidikan yang berkualitas.
Kelemahan yang ada di dalam penelitian ini adalah kurangnya dorongan dan
kebutuhan untuk fasilitas penggunaan TIK di dalam suatu pembelajaran. Kemajuan
teknologi telah merevolusi setiap bagian dari pendidikan sehingga teknologi untuk
pengajaran dan pembelajaran mampu melampaui lingkungan kelas. Strategi TIK
yang mampu meningkatkan kualitas pengajaran dan mendukung serta memperkuat
penggunaan praktik pengajaran yang inovatif adalah sebagai berikut:
1. Gunakan ICT untuk memperluas jangkauan kesempatan pendidikan
2. Terapkan ICT untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan manajemen
pendidikan
3. Menggunakan TIK untuk meningkatkan pembelajaran siswa
4. Mengembangkan pendekatan yang saling melengkapi untuk menggunakan
TIK di dalam pendidikan
5. Membangun pengalaman yang ada saat ini dan sukses menerapkan
program TIK
6. Mengembangkan kapasitas di departemen federal dan propinsi tingkat
pendidikan.
4. Jurnal “STUDENT PERFORMANCE AND THEIR PERCEPTION OF A
PATIENT-ORIENTED PROBLEM-SOLVING APPROACH WITH
AUDIOVISUAL AIDS IN TEACHING PATHOLOGY: A COMPARISON WITH
TRADITIONAL LECTURES”
Penelitian ini dilakukan oleh Arjun Singh pada 20 December 2010. Tujuan
dari penelitian ini adalah dengan menggunakan Patient-oriented problem-solving
(POPS) sebagai metode belajar mengajar yang inovatif yang mengajarkan
pengetahuan, meningkatkan motivasi instrinsik, mempromosikan pembelajaran diri,
mendorong penalaran klinis, dan mengembangkan memori yang tahan lama. Tiga
prinsip untuk memperoleh informasi baru yang semuanya diterapkan dalam POPS
adalah aktivasi dari pengetahuan sebelumnya, pengkodean spesifisitas, dan elaborasi
pengetahuan. Selain itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari alternative
pembelajaran berbasis masalah (PBL) di Negara-negara berkembang.
Namun kelemahan yang ada adalah masalah dalam pelaksanaan dan
pengenalan PBL, diantaranya yaitu:
1. Sikap para anggota: perlawanan dari orang tua, fasilitas fakultas yang tidak
mendukung untuk belajar siswa, mungkin karena takut kehilangan
kepentingan dan identitas mereka
2. Kekurangan fakultas atau sarana prasarana pembelajaran, seperti contoh
jumlah fakultas kedokteran di india 30% - 40% kurang optimal, tinggi rasio
mahasiswa-guru merupakan masalah dalam melaksanakan PBL.
3. Kurangnya sumber daya: seperti fasilitas perpustakaan, buku, dan akses
internet
4. Otonomi departemen: kurikulum tradisional yang berpusat pada guru dan
semua keputusan dibuat oleh kepala departemen. Sebaliknya dalam PBL,
keputusan semua dibuat oleh komite kurikulum pusat. Oleh karena itu,
otonomi departemen di kompromikan
5. Kurangnya pengetahuan dan pelatihan yang tepat: penerapan PBL
membutuhkan pelatihan khusus dari fakultas karena perubahan fakultas
berperan sebagai fasilitator untuk menyediakan pengetahuan.
Sehingga POPS dengan alat bantu audio visual aids (AVA) bisa menjadi
pilihan untuk mengatasi masalah yang ada.
Kelebihan dari penelitian ini adalah POPS dengan AVA lebih disukai oleh
mahasiswa daripada pembelajaran yang bersifat konvensional seperti metode
ceramah yang cenderung menimbulkan kebosanan.
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi
antara guru dan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi sec
ara khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton (dalam Depdiknas,
2003) mengidentifikasikan beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu :
o Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
o Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
o Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
o Efisiensi dalam waktu dan tenaga
o Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
o Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
o Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
o Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Selain beberapa manfaat media seperti yang dikemukakan di atas, masih terdapat
beberapa manfaat praktis. Manfaat praktis media pembelajaran tersebut adalah :
o Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih kongkrit
o Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu
o Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indra manusia.
o Media dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan
berbahaya ke dalam kelas.
o Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan memberikan kesan
mendalam dan lebih lama tersimpan pada diri siswa.
Anderson (dalam Depdiknas, 2003) mengelompokkan media pembelajaran menjadi 10
golongan sebagai berikut :
1. Audio : kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2. Cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3. Ausio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4. Proyeksi visual diam : Overhead Transparansi (OHT), film bingkai (slide)
5. Visual gerak : film bisu
6. Proyeksi ausio visual diam : film bingkai (slide bersuara)
7. Audio visual gerak : film gerak bersuara, video / VCD, televisi
8. Obyek fisik : benda nyata, model, spesimen
9. Manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran
10. Komputer : CAI (pembelajaran berbantuan komputer), CBI (pembelajaran berbasis
komputer).
Sementara itu,dari sekian banyak jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran,
Henich, dkk. (dalam Depdiknas, 2003) membuat klasifikasi media yang lebih sederhana yaitu:
a. Media yang tidak diproyeksikan
b. Media yang diproyeksikan
c. Media audio
d. Media video
e. Media berbasis komputer, dan
f. Multi media kit
Namun dalam perkembangannya masih dijumpai kendala dan hambatan untuk
mengaplikasikan penggunaan Audio Visual Aids (AVA) ini, antara lain :
1. Masih kurangnya kemampuan menggunakan Internet sebagai sumber pembelajaran;
2. Biaya yang diperlukan masih relativ mahal untuk tahap-tahap awal;
3. Belum memadainya perhatian dari berbagai pihak terhadap pembelajaran melalui
Internet dan
4. Belum memadainya infrastruktur pendukung untuk daerah-daerah tertentu.
5. Hilangnya nuansa pendidikan yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik,
karena yang menjadi unsur utama dalam e-learning adalah pembelajaran.
Maka dengan melihat kelemahan dan kekurangan tersebut, para ahli berusaha menjawab
fenomena ini dengan mengembangkan sistem e-education. Sistem ini telah didiskusikan secara
aktif pada beberapa dekade terakhir ini. Pengembangan sistem e-education ini telah memberi
inspirasi untuk mengembangkan e-media secara optimal guna percepatan pemerataan layanan
pendidikan kepada masyarakat (Oetomo dan Priyogutomo, 2004). Dimana selain masyarakat
memperoleh pendidikan melalui pendidikan formal, juga didukung oleh pendidikan melalui
emedia, sebagai wujud dari pendidikan yang mandiri.
e-Education dengan pemanfaatan e-media, juga di tujukan untuk mengatasi persoalan e-
learning, dimana e-media dapat dijadikan alternative terdekat jika tidak ada koneksi ke Internet.
REKOMENDASI
1. kepada calon pendidik pada umumnya disarankan dapat memulai menggunakan model
pembelajaran audio-visual yang ternyata dapat lebih meningkatkan gairah belajar siswa,
dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi instansi-instansi (lembaga) pendidikan, termasuk perguruan tinggi sudah saatnya
mengembangkan atau membuat regulasi perkuliahan yang mewajibkan para dosen dalam
penggunaan media audio visual dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran.
3. Di samping itu juga sekaligus memperkaya model pembelajaran dengan meng-
optimalkan teknologi di dunia pendidikan pada umumnya dan domain pembelajaran yang
khusus.
KESIMPULAN
1. Penggunaan media audio visual aids (AVA) dalam pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
2. Media audio visual aids (AVA) dapat mempermudah proses pembelajaran siswa
3. Selain itu, agar kegiatan pembelajaran tidak membosankan, guru menggunakan strategi,
metode, dan teknik yang bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Baisoetii. (1998). Komputer dan Pendidikan. Yogyakarta.
Daniel, Jos (1986). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003.Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.
Djamarah, Syaiful B dan Zain, Aswan. (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar (1986). Media Pendidikan.Bandung : Penerbit Alumni.
Haryanto, Y. 1995. TEFL II (Modul 1-9). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Haryoko, Sapto. 2009. Efektivitas pemanfaatan media Audio-Visual Sebagai Alternatif
Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal edukasi Vol. 5, No. 1, Maret 2009, hlm. 1-10.
Oetomo, B.S.D dan Priyogutomo, Jarot. 2004. Kajian Terhadap Model e-Media dalam
Pembangunan Sistem e-Education, Makalah Seminar Nasional Informatika 2004 di
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta pada 21 Februari 2004.
Ramendra, Dewa Putu & Ni Made Ratminingsih. 2007. Pemanfaatan Audio Visual Aids (AIDS)
Dalam Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Jurnal
penelitian dan pengembangan vol. 1 No. 2, Desember 2007 , hal. 78-95.
Rossett, Allison, 2002. The ASTD E-Learning Handbook, McGraw-Hill Companies Inc, New
York, USA.
Sadiman, Arif, dkk. (1986). Media Pendidikan, Pengertian, pengembangan dan
pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Press.
Safdar, Muhammad. 2010. Use Of Information and Communication Technologies in Teacher
Training. Journal Of Educational research Vol.13 No 1, 2010.
Sings, Arjun. 2010. Student Performance and Their Perception of a Patient-Oriented Problem-
Solving Approach with Audiovisual Aids in Teaching Pathology: a Comparison with
Traditional Lectures. Dove Press Journal, 20 Desember 2010.
Slameto (1988) Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Rineka, Cipta, Jakarta.
Soekartawi. 2003. e-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa Mendatang, Makalah
Seminar Nasional ‘e-Learning perlu e-Library’ di Universitas Petra Surabaya pada 3
Februari 2003.
Syah, Muhibbin. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Rosda
karya.
Utomo, Junaidi. 2001. Dampak Internet Terhadap Pendidikan : Transformasi atau Evolusi,
Seminar Nasional Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 7 April 2001.