10
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah: Komponen hidup (biotik) Komponen tak hidup (abiotik) Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium , ekosistem ini terdiri dari ikan , tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air , pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air. Karangsong Perairan Laut Karangsong Diduga Tercemar Solar [Nusantara] Perairan Laut Karangsong Diduga Tercemar Solar Indramayu, Pelita Puluhan nelayan perahu kecil yang berlabuh di muara sungai Prajagumiwang atau tempat pelelangan ikan (TPI) Karangsong mengeluh. Pasalnya hasil tangkapan mereka menurun drastis. Hal itu disebabkan karena kondisi cuaca yang masih tidak menentu (pancaroba) juga dikabarkan ditemukannya sekumpulan gumpalan yang diduga solar yang tercecer dalam dua bagian yang memanjang di perairan laut tersebut. Caridin dan Hasan nelayan asal Desa Penganjang Kec Sindang, ketika ditemui Pelita seusai melaut mengatakan, meski musim angin barat sudah berlalu dan sekarang beralih ke musim peneduh barat namun hasil tangkapan ikannya masih minim, seperti hasil tangkapan saat ini, setelah diuangkan mendapatkan Rp200.000 belum dikurangi dengan biaya operasional sekira Rp150.000. Maka dengan sisa Rp50.000 tentunya bisa dibayangkan berapa

ekosistem karangsong

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ekosistem karangsong

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.

Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:

Komponen hidup (biotik) Komponen tak hidup (abiotik)

Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

KarangsongPerairan Laut Karangsong Diduga Tercemar Solar [Nusantara]

Perairan Laut Karangsong Diduga Tercemar Solar

Indramayu, PelitaPuluhan nelayan perahu kecil yang berlabuh di muara sungai Prajagumiwang atau tempat pelelangan ikan (TPI) Karangsong mengeluh. Pasalnya hasil tangkapan mereka menurun drastis. Hal itu disebabkan karena kondisi cuaca yang masih tidak menentu (pancaroba) juga dikabarkan ditemukannya sekumpulan gumpalan yang diduga solar yang tercecer dalam dua bagian yang memanjang di perairan laut tersebut.Caridin dan Hasan nelayan asal Desa Penganjang Kec Sindang, ketika ditemui Pelita seusai melaut mengatakan, meski musim angin barat sudah berlalu dan sekarang beralih ke musim peneduh barat namun hasil tangkapan ikannya masih minim, seperti hasil tangkapan saat ini, setelah diuangkan mendapatkan Rp200.000 belum dikurangi dengan biaya operasional sekira Rp150.000. Maka dengan sisa Rp50.000 tentunya bisa dibayangkan berapa yang akan di bawa pulang setelah dibagi empat orang? Semestinya kalau musim bergeser ke peneduh hasil tangkapan lumayan. Menurunnya hasil tangkapan kata Caridin, disebabkan musim pancaroba juga di daerah tangkapannya terdapat benda cair entah solar atau minyak tanah yang mengambang di permukaan laut yang tercecer dalam dua bagian yang memanjang.Saya tidak berani memastikan dari mana asalnya ceceran yang di duga minyak solar itu, terakir saya lihat Selasa 4/3/2008 benda cair yang mengambang di permukaan laut Karangsong itu ada, dan bentuknya memanjang ke arah Pelabuhan Pertamina Balongan. Kalaupun nanti ketika dicek ternyata sudah tidak ada, kemungkinan ceceran itu pindah ke tempat lain karena terhempas gelombang. Tapi yang pasti tidak mungkin hilang dari perairan laut, paparnya.Menurutnya, lokasi ditemukan kumpulan yang diduga ceceran solar itu di blok Pos

Page 2: ekosistem karangsong

Perancis (istilah nelayan, Red) tidak bisa dipastikan berapa jarak kilometernya dari pantai Karangsong, tapi pihaknya bisa memperkirakan sekira satu jam perjalanan ke arah timur laut dari pantai Karangsong dengan perahu kecilnya yang beranggotakan empat ABK termasuk nahkoda. Pihaknya berharap agar pihak terkait mampu menghilangkan ceceran yang diduga solar, mengingat di lokasi tersebut merupakan tempatnya mencari ikan. Dikatakan, mengingat lokasi tersebut terdapat ceceran yang di duga solar maka, pihaknya tidak bisa menebar jaring, karena di lokasi itu tidak ada ikan. Menghilangnya ikan ikan dari tempat itu kemungkinan karena wilayah lautnya sudah tercemar, sehingga kumpulan mereka tidak mungkin bisa hidup.Intinya, sekumpulan biota laut sewaktu waktu akan muncul ke permukaan laut untuk mengambil nafas, karena, di lokasi tersebut sudah tercemar maka kumpulan mereka dipastikan pindah tempat hunian. Karena kumpulan biota laut tersebar ke wilayah lain, maka dengan sendirinya pihaknya pindah lokasi tebar jaring.Caridin menambahkan, laut luas, sehingga daerah satu tercemar pindah ke daerah lain, tapi yang jadi pertanyaan bagaimana kalau ceceran itu beralih ke pantai akibat hempasan ombak kemudian masuk ke tambak.Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi, tentunya ikan di tambak akan mati, pungkasnya seraya berharap sebelum hal itu terjadi alangkah bijaknya kalau ceceran yang diduga solar itu di hilangkan dari permukaan laut, harapnya. (kus-1

Ekosistem

 

a. Ekosistem lamun (Seagrass ecosystem)

Lamun (seagrass) adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara. Sebagai sumberdaya hayati, lamun banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk keranjang anyaman, dibakar untuk garam, soda atau penghangat, bahan isian kasur, atap, bahan kemasan, pupuk, isolasi suara dan suhu. Pada jaman modern ini, lamun dimanfaatkan antara lain sebagai penyaring limbah, stabilisator pantai, pupuk, makanan dan obat-obatan.

Padang lamun berlaku sebagai daerah asuhan, pelindung dan tempat makan ikan, Avertebrata, dugong dan sebangsanya. Padang lamun juga berinteraksi dengan terumbu karang dan mangrove. Ekosistem lamun ini terdapat di banyak perairan pantai di negara kita. Di Kepulauan Seribu, misalnya, terdapat ekosistem ini yang berdampingan dengan mangrove dan

Page 3: ekosistem karangsong

terumbu karang. Ekosistem ini dikaitkan dengan kehadiran dugong karena tumbuh-tumbuhan lamun menjadi makanannya.

 

b. Savanna

Savana dari daerah tropika terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60 inci per tahun, tetapi dengan musim kering yang berkepanjangan pada saat api menjadi bagian penting dari lingkungan. Savana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga terdapat savana yang luas.

Berhubung dalam ekosistem savana ini, rerumputan dan pohon-pohon yang hidup harus tahan terhadap musim kering dan api, maka jumlah jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup di savana ini tidak banyak, tidak seperti yang hidup di hutan hujan tropik, tidak seperti yang hidup hutan hujan tropik. Rumput-rumput dari marga Panicum, Pennisetum, Andropogon dan Imperata mendominasi lingkungan ini, sedangkan pepohonan yang hidup di sana sama sekali berada dengan jenis pohon yang hidup di hutan hujan tropik. Di Afrika diantaranya terdapat pohon Acacia yang terbesar di savanna. Di Indonesia padang savanna ini dapat ditemukan di Taman Nasional (TN) Baluran dan TN Alas Purwo di Banyuwangi, Jawa Timur.

 

c. Estuari

Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari.

Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.

Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena

Page 4: ekosistem karangsong

muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat-saat laut berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk pencucian alat-alat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik.

Mengingat banyaknya perikanan komersial yang tergantung pada ekosistem estuari ini maka perlindungan ekosistem ini merupakan salah satu persyaratan ekonomik yang utama agar perkembangan ekonomi di wilayah ini dapat dijaga kelanjutannya. Banyaknya jenis pemanfaatan wilayah di ekosistem estuari ini menyebabkan sering terjadinya bertentangan kepentingan dan kerusakan ekosistem yang berharga ini. Oleh karena itu, perencanaan terpadu wilayah estuari ini perlu dilakukan dengan seksama untuk menjaga ekosistem ini agar tidak rusak.

 

d. Ekosistem Danau

Ekosistem danau ditandai oleh adanya bagian perairan yang dalam sehingga tumbuh-tumbuhan berakar tidak dapat tumbuh di bagian ini. Berbeda dengan ekosistem kolam yang tidak dalam (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua  bagian perairan.

Danau yang luas seperti danau Toba di Sumatra dapat berombak karena memungkinkan angin untuk bertiup di sepanjang permukaan air yang luas sehingga menciptakan ombak itu. Danau terjadi karena glacier, tanah longsor yang membendung lembah, pelarutan mineral tertentu dalam tanah sehingga permukaan tanah menurun membentuk cekungan. Danau juga dapat dibentuk oleh kawah gunung api yang sudah mati atau gobah yang terbentuk di pinggir laut.

Ekosistem danau mempunyai tiga mintakat (zona) yakni:

1.   Mintakat litoral, yakni bagian yang dangkal di mana sinar matahari dapat menembus sampai ke dasar perairan;

2.   Mintakat limnetik, yakni bagian perairan yang terbuka yang terlalu dalam untuk pertumbuhan tumbuh-tumbuhan berakar, tetapi masih memungkinkan sinar matahari menembus lapisan ini untuk digunakan fotosintetis tumbuh-tumbuhan air; dan

3.   Mintakat atau lapisan profundal, yakni lapisan di bawahnya di mana sinar matahari tidak tidak dapat menembus

Page 5: ekosistem karangsong

 

Mintakat-mintakat limnetik dan profundal tidak terdapat pada ekosistem kolam. Pada mintakat litoral hidup tumbuhan apung (terutama fitoplankton) dan tumbuhan berakar. Banyak kelompok hewan hidup di mintakat ini. Pada mintakat limnetik hidup fitoplankton dan zooplankton seperti di atas, ganggang hijau dan hijau biru, Copepoda, Cladocera dan banyak lagi. Sebagian besar ikan hidup di mintakat ini. Pada lapisan profundal hidup bakteri anaerobik dan fungsi, cacing nematoda, keong dan beberapa jenis ikan.

Waduk-waduk yang dibangun oleh manusia seperti waduk Ir. Sutami, Jatiluhur dan Saguling merupakan danau buatan. Danau-danau ini banyak digunakan untuk budidaya ikan dengan karamba. Pada saat-saat tertentu terjadi kematian ikan secara massal, dan sedang diteliti penyebabnya.

 

e. Ekosistem Mangrove

Mangrove sebagai ekosistem didefinisikan sebagai mintakat (zona) antar-pasang-surut (pasut) dan supra (atas)-pasut dari pantai berlumpur di teluk, danau (air payau) dan estuari, yang didominasi oleh halofit berkayu yang beradaptasi tinggi dan terkait dengan alur air yang terus mengalir (sungai), rawa dan kali-mati (backwater) bersama-sama dengan populasi flora dan fauna di dalamnya. Di tempat yang tak ada muara sungai biasanya hutan mangrovenya agak tipis. Sebaliknya, di tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung lumpur dan pasir, biasanya mangrovenya tumbuh meluas.

Ekosistem ini mempunyai dua komponen lingkungan, yakni darat (terestrial) dan air (akuatik). Lingkungan akuatik pun dibagi dua, laut dan air tawar. Ekosistem mangrove dikenal sangat produktif, penuh sumberdaya tetapi peka terhadap gangguan. Ia juga dikenal sebagai pensubsidi energi, karena adanya arus pasut yang berperan menyebarkan zat hara yang dihasilkan oleh ekosistem mangrove ke lingkungan sekitarnya. Dengan potensi yang sedemikian rupa dan potensi-potensi lain yang dimilikinya, ekosistem mangrove telah menawarkan begitu banyak manfaat kepada manusia sehingga keberadaannya di alam tidak sepi dari perusakan, bahkan pemusnahan oleh manusia.

Ekosistem mangrove ditumbuhi sedikitnya oleh 89 jenis tumbuh-tumbuhan. Dari jumlah ini terdapat empat jenis yang dinamakan “strict mangrove”, yakni Avicennia, Excoecaria, Sonneratia dan Rhizophora. Selain ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan, ekosistem mangrove juga dihuni oleh berbagai jenis satwa. Sebagai contoh, jenis burung seperti Ardea cinerea (cangak abu), Nomenius schopus (gajahan sedang), Egretta sp. (kuntul), dan Larus sp. (camar). Satwa lainnya yang hidup di sana adalah Macaca fascicularis (kera ekor panjang), Varanus salvator (biawak), juga terdapat

Page 6: ekosistem karangsong

satwa yang hidup di dasar hutan mangrove seperti kepiting graspid dan ikan gelodong (Periohthalmus).

 

f. Ekosistem Karst

Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia. Nama ini kemudian dipakai secara umum oleh masyarakat ilmiah untuk seluruh kawasan batu gamping yang terdapat di dunia. Kawasan karst yang terdapat di Indonesia antara lain Karst Gunung Sewu, Karst Gombong Selatan, Karst Maros, Karst Tuban dan beberapa tempat di daerah Kalimantan. Tipe karst di Indonesia merupakan karst tropik basah dan hal ini yang membedakan dengan kawasan karst di tempat lain di dunia.

Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya yang kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem lain.

Habitat dalam gua merupakan suatu habitat yang gelap total, tidak ada sinar matahari yang masuk sehingga tidak terdapat organisme heterotrofik. Peran organisme khas gua seperti kelelawar yang setiap malam hari mencari makan ke luar gua dan pada siang hari kembali lagi, akan membawa energi dari luar gua untuk kehidupan berbagai organisme gua (Arthropoda) terutama kotoran (guano) dan bangkai kelelawar tersebut. Disamping itu energi dibawa oleh akar tumbuhan yang berada di atas gua yang menembus dinding atas gua. Sungai di dalam gua yang semula mengalir di permukaan luar gua juga berperan terhadap transfer energi ke dalam lingkungan gua dengan memhawa bahan organik.

Di dalam gua sendiri mengalami jaring-jaring makanan yang rumit. Perubahan-perubahan lingkungan di luar gua sangat mempengaruhi kehidupan di dalam gua. Dalam kondisi gua yang sangat ekstrem, tanpa adanya cahaya, kelembaban yang sangat tinggi dan suhu yang konstan sepanjang tahun, mengakibatkan organisme penghuni gua beradaptasi terhadap lingkungannya. Bentuk adaptasi organisme gua antara lain: 1) adaptasi morfologi hewan diperlihatkan dengan memucatnya warna kulit, adanya alat sensoris yang berkembang sangat baik, mata mereduksi dll; 2) adaptasi fisiologis yang diperlihatkan adalah tidak adanya kemampuan untuk membedakan antara siang dan malam hari sehingga hewan tidak peka terhadap sinar karena lingkungan hidupnya yang gelap sepanjang tahun; 3) tumbuhan di lingkungan gua mempunyai sifat poikilohidri yaitu mempunyai ketahanan yang besar terhadap kekurangan air secara berkala.

Abstraksi

Page 7: ekosistem karangsong

Beberapa puluh tahun yang lalu, di Indonesia terdapat hutan mangrove yang sangat luas. Hutan mangrove pada masa itu banyak memberikan manfaat kepada para penduduk dan nelayan disekitarnya sebagai penahan ombak dan angin kencang sehingga pantai terhindar dari abrasi. Selain itu daerah ini merupakan tempat berlindung binatang air seperti udang dan ikan dari pemangsa (predator), untuk bertelur dan berganti kulit. Banyak burung bersarang dan bertelur di tempat ini sehingga menambah asrinya suasana di sekitar pantai tersebut. Pada masa itu penduduk sangat mudah mencari ikan dan udang di sekitar mangrove. Suasana ini berubah drastis pada tahun-tahun terakhir ini, dimana banyak perusahaan yang membuka usaha tambak dengan membabat habis ratusan dan bahkan ribuan hektar hutan mangrove untuk dijadikan tambak intensif. Parahnya lagi, perusahaan tersebut membuat unit sumur dalam (deep well) dengan kedalaman mencapai 100 meter. Air tawar digunakan untuk mengurangi salinitas air laut agar menjadi kondisi payau ramah bagi pertambakan udang. Akibat penyedotan air tanah yang terus menerus dalam jumlah yang besar, terjadi infiltrasi air laut ke dalam sumur penduduk sekitar sehingga tidak layak di konsumsi. Mulai masa inilah sedikit demi sedikit mulai timbul masalah yang dirasakan oleh masyarakat sekitar seperti kualitas air laut yang menurun akibat proses produksi tambak yang tidak ramah lingkungan, abrasi dan erosi pantai yang mengkhawatirkan, menurunnya hasil tangkap nelayan pesisir, yang secara keseluruhan, mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir dan laut. Oleh karena itu terjadi penurunan produksi tambak sehingga banyak perusahaan tambak yang merugi. Puncaknya terjadi pada tahun 1997 dimana terjadi krisis moneter yang melanda Indonesia. Harga pakan melambung tinggi sedangkan harga jual udang dan bandeng sangat rendah. Inilah yang menyebabkan sebagian besar perusahaan tambak di Indonesia mengalami kebangkrutan dan akhirnya gulung tikar. Permasalahan-permasalahan utama berhubungan dengan kegagalan usaha pertambakan adalah kelemahan dalam aspek perencanaan. Rencana sering tidak memperhitungkan lebih dahulu: (i) faktor lingkungan alam, sosial, ekonomi dan kemungkinan konflik dengan pemakai Sumber Daya Alam (SDA) lain; (ii) kondisi fisik lokasi yang tidak memenuhi persyaratan dasar untuk kriteria pertambakan misalnya tingkat kesuburan tanah, kadar zat sulfida, sumber air tawar yang cukup, dan tingkat pasang-surut air laut; dan (iii) masukan dari penyuluh teknis Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dalam tahap pemilihan dan desain lokasi. Agar kelestarian alam dan kelangsungan hidup manusia sekitarnya tidak dikorbankan, aturan-aturan yang sudah dibuat perlu ditegaskan. Perijinan untuk usaha pertambakan harus berdasar pada perencanaan yang mantap dan teknologi ramah lingkungan. Dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem pesisir ketika membuka tambak, akan mempengaruh secara positif keberlangsungan hidup organismem disekitarnya dan secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan penghasilan petani tambak itu sendiri.

Karangsong

02/12/2006 08:58 - LingkunganPantai Indramayu Tercemar Limbah Minyak

Liputan6.com, Indramayu: Limbah minyak mengotori air laut Pantai Indramayu

Page 8: ekosistem karangsong

sepanjang sekitar lima kilometer. Sudah dua pekan gumpalan minyak hitam ini mencemari areal tambak milik petani di kawasan Pantai Bondol Desa Karangsong, Kecamatan Pasekan, Indramayu, Jawa Barat. Sebagian besar petambak menggunakan air laut untuk sistem perputaran air. Pencemaran ini membuat ikan dan udang para petani tambak mati. Pertumbuhan ribuan batang pohon bakau juga terhambat.

Pencemaran yang terjadi sejak dua pekan terakhir disebabkan gumpalan hitam dan berminyak yang mengendap di tepi pantai. Pihak Dinas Lingkungan Hidup menyatakan, gumpalan hitam dan mengkilap ini berasal dari tengah laut yang terbawa arus ombak hingga mencapai pantai.