Upload
hoangngoc
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Modul Praktikum B.2.1 1
MODUL PRAKTIKUM
EKSPERIMEN B.2.1
TEAM PENYUSUN:
1. Ni Nyoman Rupiasih, S.Si., M.Si., Ph.D. 2. Dra. A. A. Ratnawati, M.Si. 3. Dra. Ni Nyoman Ratini, M.Si
4. Ni Komang Tri Suandayani, S.Si., M.Si. 5. I.B. Suryatika, S.Si., M.Si. 6. Ni Luh Putu Trisnawati, S.Si., M.Si. 7. I Gusti Ngurah Sutapa, S.Si., M.Si.
Kepala Lab : Ni Nyoman Rupiasih, S.Si., M.Si., Ph.D.
Teknisi : I Ketut Artawan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
UDAYANA
2010
Modul Praktikum B.2.1 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan “Modul Pratikum Eksperimen B.2.1” ini.
Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan yang ringkas dalam bidang praktikum Eksperimen B.2.1, terutama untuk mahasiswa Fisika dan mereka yang berkecimpung dalam bidang radiasi.
Isi buku ini meliputi tata tertib, tata cara praktikum, materi praktikum yang meliputi: Karakteristik Tabung Geiger Mullard, Waktu Resolusi Sistem Pencacah, Effisiensi Tabung Geiger Mullard, Kapasitas Dosis Ion oleh Sinar-X, Proteksi Radiasi oleh Sinar-X dan Effisiensi Tabung Geiger Mullard Pencacah-β. Melihat dari isinya, secara umum modul ini membimbing proses pelaksanaan praktikum, mulai dari pemahaman konsep dasar, tata cara pelaksanaan praktikum dan pencatatan data.
Adalah harapan penulis agar “Modul Praktikum Eksperimen B.2.1” ini dapat memenuhi kebutuhan bagi penyelenggaraan mata kuliah tersebut serta dapat memberikan pengalaman yang sesungguhnya pada saat bereksperimen. Sehingga dapat menunjang mata kuliah-mata kuliah yang berkaitan dengan radiasi dan pengukurannya.
Demi kesempurnaan Modul ini, penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Modul ini.
Desember, 2010
Penulis
Modul Praktikum B.2.1 3
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Depan..................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
Tata Cara Dan Tata Tertib Praktikum…………………………………………………............... 4
I. Karakteristik Tabung Geiger Mullard (B.2.1.GM)…..……………………........... 9
II. Waktu Resolusi Sistem Pencacah (B.2.1.WR)…..………………………………...... 13
III. Effisiensi Tabung Geiger Mullard (B.2.1.ET)………………………………….......... 18
IV. Kapasitas Dosis Ion Oleh Sinar-X (B.2.1.KD)…………..……………..…………….... 20
V. Proteksi Radiasi Sinar-X (B.2.1.PR-X)……....……………………………………......... 27
VI. Effisiensi Tabung Geiger Mullard Pencacah-β (B.2.1.ET).…………………….. 34
Laporan Praktikum................................................................................................. 37
Daftar Pustaka........................................................................................................ 38
Modul Praktikum B.2.1 4
TATA CARA DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM
Untuk kelancaran jalannya praktikum serta untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan, maka terlebih dahulu mahasiswa harus memperhatikan hal-hal
yang berhubungan dengan petugas praktikum, pengelompokan mahasiswa,
pelaksanaan praktikum, penyusunan laporan praktikum, dan tata tertib
pelaksanaan praktikum.
I. PETUGAS-PETUGAS PRAKTIKUM
Sesuai dengan latar belakang pendidikan, tugas dan profesinya, maka
petugas praktikum dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang masing-
masing mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berbeda-beda. Petugas-petugas
praktikum tersebut adalah:
1.1 Koordinator Praktikum/Kepala Laboratorium
Bertugas sebagai berikut:
1. Memimpin penyelenggaraan seluruh kegiatan praktikum selama satu
masa praktikum (satu semester).
2. Menetapkan dan mempersiapkan satuan-satuan praktikum.
3. Merencanakan dan menetapkan jadwal penggunaan laboratorium.
4. Menetapkan pembagian tugas untuk pengawas, pembimbing
praktikum dan teknisi laboratorium.
1.2 Pengawas Praktikum
Bertugas sebagai berikut:
1. Memimpin penyelenggaraan praktikum untuk satu kelompok
praktikum selama satu semester.
2. Menyusun jadwal penyelenggaraan praktikum untuk masing-masing
kelompok yang diawasi.
Modul Praktikum B.2.1 5
3. Memeriksa dan mengusahakan kelengkapan peralatan praktikum
dengan bantuan teknisi laboratorium.
4. Melaporkan kepada koordinator praktikum tentang peralatan yang
rusak atau pecah baik karena kadaluwarsa maupun karena
kecerobohan/kelalaian mahasiswa.
5. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan tugas pembimbing praktikum
dan teknisi (memberi petunjuk/teguran seperlunya).
6. Mengumpulkan nilai pelaksanaan dan laporan praktikum dari
pembimbing praktikum.
7. Membuat soal-soal evaluasi (ujian akhir) praktikum, memeriksa dan
menetapkan nilainya.
8. Melaporkan nilai akhir praktikum mahasiswa kepada pengawas
praktikum.
1.3 Teknisi Laboratorium
Bertugas sebagai berikut:
1. Mempersiapkan tempat dan pralatan praktikum dengan petunjuk-
petunjuk dari koordinator praktikum.
2. Melayani mahasiswa dalam penyediaan peralatan dan bahan-bahan
keperluan praktikum selama praktikum berlangsung.
3. Menyelenggarakan administrasi dengan petunjuk dari pengawas
praktikum dan koordinator praktikum.
II. PENGELOMPOKAN MAHASISWA
2.1. Mahasiswa dari satu kelas yang terdiri dari 10-20 orang dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok pagi (pukul 80.30 – 10.00 Wita) dan
kelompok siang (pukul 11.00 – 12.30 Wita).
2.2. Kelompok praktikum yang terdiri dari sekitar 5-10 orang dibagi
menjadi 3 sub kelompok praktikum sehingga masing-masing terdiri
dari 2-4 orang.
Modul Praktikum B.2.1 6
2.3. Mahasiswa yang terdiri dari 2-4 orang setiap sekali praktikum
melakukan satu jenis percobaan sesuai dengan jadwal yang ditentukan
oleh pengawas praktikum.
2.4. Selama satu semester dijadwalkan enam sampai sembilan satuan
praktikum.
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa wajib mempelajari
penuntun praktikum dengan sebaik-baiknya (pelajari sesuai dengan
jadwal)
3.2. Sebelum praktikum dimulai, mahasiswa diabsen oleh petugas
praktikum. Mahasiswa yang berhalangan hadir :
a. Karena sakit harus menyampaikan surat keterangan dokter.
b. Karena halangan mendadak, harus menyampaikan alasannya
secepatnya/sebelum praktikum dimulai.
c. Karena halangan yang direncanakan, mahasiswa harus minta izin
kepada pengawas praktikum satu minggu sebelum praktikum
dimulai.
d. Penggantian kesempatan praktikum hanya diberikan satu kali
saja dan jadwal ditentukan oleh pengawas dan pembimbing
praktikum.
3.3. Alat-alat praktikum yang tidak terdapat pada meja praktikum yang
sudah disiapkan, mahasiswa harus meminjam kepada petugas/teknisi
dengan mengisi bon peminjaman alat serta dibubuhi tanda tangan
peminjam atas persetujuan pembimbing praktikum. Setelah selesai
praktikum, alat-alat yang dipinjam dikembalikan kepada
petugas/teknisi dan bon peminjaman alat dikembalikan pada
peminjam.
3.4. Peralatan praktikum disusun sendiri dengan berpedoman pada buku
penuntun praktikum. Bila alat-alat sudah tersusun dan siap untuk
Modul Praktikum B.2.1 7
mulai praktikum, periksakanlah terlebih dahulu kepada pembimbing
praktikum (terutama peralatan yang memakai listrik). Selama
praktikum berlangsung, mahasiswa dapat meminta petunjuk dan
bantuan pembimbing praktikum.
3.5. Selama praktikum mahasiswa hanya melakukan pengamatan dan
pencatatan data, tidak melakukan perhitungan atas data yang
diperoleh. Pada akhir praktikum data hasil pengamatan dicatat dalam
satu lembar,” Laporan Pengamatan”, yang memuat hanya data
pengamatan saja. Sebelum diserahkan kepada pembimbing pada
bagian bawah kanan diberi tanggal dan nama pembimbing untuk
kemudian disyahkan untuk nanti dilampirkan pada laporan
praktikum.
3.6. Dari data pengamatan tersebut, pembimbing harus dapat
mengetahui apakah praktikum sudah dilakukan dengan benar atau
tidak. Dalam hal ini pembimbing dapat mengambil keputusan sebagai
berikut:
a. Bila sudah benar pembimbing menerima dan menanda-
tanganinya dan praktikum dianggap selesai.
b. Apabila kurang maka harus diperbaiki bila waktunya masih ada
dan bila waktunya sudah habis maka harus ditambah pada jam
praktikum berikutnya atau waktunya ditentukan kemudian.
c. Apabila praktikum dianggap gagal maka harus diulang
seluruhnya pada waktu yang ditentukan.
IV. TATA TERTIB DALAM LABORATORIUM
4.1. Selama praktikum mahasiswa wajib berlaku sopan dan tidak
diperkenankan:
a. Merokok.
b. Bersuara keras atau berbuat gaduh.
c. Membawa tas, jaket, senjata tajam dan senjata api.
Modul Praktikum B.2.1 8
d. Melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan
kegiatan praktikum yang sedang berlangsung.
4.2. Alat-alat yang rusak selama praktikum berlangsung yang terjadi karena
kesalahan atau kelalaian mahasiswa menjadi tanggung jawab
mahasiswa/kelompak yang bersangkutan. Alat-alat tersebut harus
diperbaiki/diganti dengan biaya dari mahasiswa/kelompok selambat-
lambatnya satu minggu berikutnya.
Modul Praktikum B.2.1 9
1. KARAKTERISTIK TABUNG GEIGER MULLARD
(B.2.1. KT)
I. Tujuan
Setelah melaksanakan eksperimen ini, praktikan diharapkan dapat:
(a) Menentukan tegangan threshold tabung Geiger Mullard
(b) Menentukan panjang plateau
(c) Menghitung karakteristik slope
II. Alat-alat
(a) GM – Tube Mulard
(b) Marris Sealed Radioactive Source ( Ra – 226, Cs – 137, Am – 241)
(c) Statif dan Klem
(d) Kabel koaksial dan Soket
(e) Sumber tegangan listrik AC -220 V.
III. Dasar Teori
Tabung- GM adalah tabung lucutan berbentuk silinder tipis yang berfungsi
sebagai katode dengan kawat koaksial sebagai anode. Di dalamnya berisi gas mulia
Argon bertekanan rendah di tambah dengan halogen atau uap organik yang juga
bertekanan rendah untuk menghentikan terjadinya lucutan. Bila kedua
elektrodenya diberikan tegangan yang sesuai, maka masukan partikel α , β, atau
foton γ ke dalam tabung menyebabkan terjadinya peristiwa ionisasi pertama yang
menghasilkan pulsa-pulsa tegangan. Pulsa – pulsa tegangan ini dapat dicatat oleh
tabung sinar Katode, Scaler, Elektroskope Pulsa, atau yang lainnya yang
kesemuanya berbeda satu sama lainnya tergantung pada tegangan kedua
elektrodenya. Jika tegangan antara kedua elektrodenya sangat rendah maka arus
ionisasi yang dihasilkan sangat kecil sehingga perlu penguatan yang tinggi; tetapi
jika tegangannya dinaikkan maka energi electron – electron yang dibebaskan dalam
ionisasi menjadi cukup besar untuk mengionisasi atom – atom netral gas.
Modul Praktikum B.2.1 10
C
B B Plateau Slope
0 A A1 B1
Gambar 1.1 Karakteristik Tabung Geiger Muller.
Elektron – electron yang dihasilkan dalam benturan – benturan ini akan
menimbulkan ionisasi lebih lanjut, dan demikian seterusnya. Proses – proses ini
dikenal sebagai penguatan gas, yang berarti besar pulsa tegangan yang timbul
dalam rangkaian luar akan naik dengan naiknya teganagn kedua elektrodenya. Hal
ini ditunjukan oleh AB dalam grafik Gambar 1.1, dan dikenal sebagai daerah
proporsional. Kenaikan tegangan selanjutnya akan menaikkan penguatan
gas/elektron – elektron ionisasi memancar sepanjang kawat anode. Pulsa yang
timbul sekarang hampir horizontal (B – C) disebut Plateau Geiger yang digunakan
dalam penghitungan Geiger Muller. Dengan menaikkan tegangan di atas C
menyebabkan lucutan terus – menerus sehingga tabung menjadi panas. Tabung –
GM yang normal beroperasi pada tegangan kira – kira 75 Volt di atas thresholg
Geiger di B, dan besar plateau kira – kira 200 Volt.
Plateau tabung – GM tidak pernah datar, penyimpangan dari keadaan ideal
diukur sebagai persentase kenaikan tegangan pulsa per volt perubahan dalam
tegangan operasi. Untuk tabung yang konstruksinya baik adalah kurang dari 0,1 %.
T
e
g
a
n
g
a
n
K
e
l
u
a
r
Geiger threshold
Geiger Plateau
Applied Voltage/V
Modul Praktikum B.2.1 11
IV. Pelaksanaan Percobaan
a. Susunlah perangkat alat seperti Gambar 1.2,
Gambar 1.2. Diagram blok percobaan “Karakteristik Tabung Geiger Mullard”.
b. Hubungkan Digicounter pada sumber tegangan listrik AC – 220 V,
kemudian MAINS di atur pada ON untuk memanaskan peralatan
selama 5 menit.
c. Putarlah tombol tegangan sampai Digicounter menunjukkan
hitungan.
d. Catatlah tegangan tersebut, dan catat pula count-rate-nya tiap 100
detik berurutan, kemudian rata-ratakan.
e. Ulangi langkah kerja (d) tiap menaikkan tegangannya 20 V hingga
mencapai threshold (600 V).
f. Ulangi lagi langkah kerja (e) untuk tiap kenaikkan – tegangan 40 V.
HENTIKAN PEKERJAAN INI SETELAH TERLIHAT KENAIKKAN COUNT RATE
BESAR SEKALI.
Kabel Koaksial
Digicounter Sumber
GM-
tube
Modul Praktikum B.2.1 12
V. Tugas
1. Buat grafik karakteristik tabung Geiger Mullard!
2. Buat kesimpulan terhadap data percobaan yang telah diperoleh!
DATA HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Count rate dengan kenaikan tegangan setiap 20 V.
No. Tegangan (V) Waktu (s) Count Count rate
(cacah/100 s)
1 V1 100
2 V2 = V1 + 20 100
3 V3 = V2 + 20 100
4 .
. .
. .
. Vn = 600 = Vn-1 + 20 100
Tabel 2. Count rate dengan kenaikan tegangan setiap 40 V.
No. Tegangan (V) Waktu (s) Count Count rate
(cacah/100 s)
1 V1 100
2 V2 = V1 + 40 100
3 V3 = V2 + 40 100
4 .
. .
. .
. Vn = 600 = Vn-1 + 40 100
Modul Praktikum B.2.1 13
2. WAKTU RESOLUSI SISTEM PENCACAH
(B.2.1.WR)
I. Tujuan
Setelah melaksanakan eksperimen ini praktikan diharapkan dapat:
(a). Mengenal dead – time sistem pencacah
(b) Mengenal recovery – time sistem pencacah
(c) Menentukan laju cacahan bersih seharusnya
(d) Menentukan rata – rata perbedaan laju cacahan yang tercacah di sistem
pencacah.
II. Alat – alat
(a) GM – Tube Mullard
(b) Harris Sealed Radioactive Source
(c) Statif dan Klem
(d) Kabel Koaksial dan Soket
(e) Sumber Tegangan listrik AC – 220 V.
III. Teori Dasar
Ion – ion yang terjadi dalam tabung – GM sebagai akibat partikel radiasi
pertama akan mengurangi kuat medan listrik pada kawat anode. Oleh sebab itu
partikel radiasi kedua yang masuk ke dalam tabung pada saat itu tidak cukup kuat
untuk dapat membentuk pulsa. Selang waktu dimana tidak ada pulsa yang dapat
terbentuk (akibat pulsa radiasi pertama), disebut waktu mati (dead time).
Sedangkan selang waktu untuk kembali ke keadaan semula, yaitu peka lagi untuk
dapat terbentuk pulsa yang teramati, Setelah dead time, disebut waktu
pembentukan kembali (recovery time). Akibat adanya dead time dan recovery time,
maka partikel – partikel radiasi yang masuk ke dalam tabung – GM, selama dead
time dan recovery time tidak akan tercatat, sehingga menimbulkan hilangnya
cacahan (ada partikel masuk ke dalam tabung – GM tetapi tidak tercacah). Dead
Modul Praktikum B.2.1 14
time dan recovery time disebut waktu resulusi (resolving time). Resolving time dapat
diartikan sebagai selang waktu satu cacahan sampai cacahan berikutnya, yang
mungkin teramati.
Jika ion – ion positif sampai pada katode kemungkinan terjadilah peristiwa
terpancarnya foton dari atom – atom gas dalam tabung gas yang dapat bersifat
sebagai pengion juga. Gas quenching yang ada dalam tabung – GM bersama – sama
gas mulia berfungsi untuk menghindari terjadinya foton pengion ini. Dengan
demikian pulsa yang terbentuk dan kemudian tercacah semata – mata berawal dari
ionisasi primer akibat datangnya partikel / foton dari luar. Adanya waktu resolusi
pad system pencacah bersama tabung-GM menyebabkan laju cacahan yang
diperoleh akan lebih kecil dari laju cacahan yang seharusnya ada (laju cacahan =
cacahan tiap satuan waktu). Untuk mendapatkan laju cacahan seharusnya perlu
ditentukan lebih dahulu resolving time kemudian digunakan untuk mengoreksi laju
cacahan yang terbaca, koreksi ini menjadi penting terutama pada laju cacahan yang
cukup tinggi. Resolving time merupakan karakteristik dari sistem pencacah, karena
makin kecil resolving time sistem pencacah makin baik untuk mencacah pada
laju cacahan yang tinggi.
Gambar 2.1 Hubungan dead time, recovery time dan resolving time.
Misalkan N = laju cacahan yang seharusnya, n = laju cacahan yang tercacah,
dan = resolving time, maka jika sistem pencacah menunjukkan laju cacah sebesar
n, berarti per satuan waktu ada selang waktu sebesar n dimana sistem pencacah
Pulsa - pulsa
yang tingginya
kurang dari batas
ambang, tidak
akan tercacah
Recovery
time Pulsa ke-1
Dead time
Pulsa ke-2
yang tercacah
Pulsa yang tak tercacah Selang tak peka
-V
Modul Praktikum B.2.1 15
tidak dapat mencacah. Hal ini berarti bahwa yang tidak tercacah adalah Nn cacahan
per satuan waktu (laju cacahan tidak tercacah).
Laju cacahan yang tidak tercacah adalah N – n, jadi N – n = Nn, sehingga laju
cacahan seharusnya adalah:
n
nN
1
11 (2.1)
Misalkan sumber S – 1 pada suatu kondisi tertentu dicacah menghasilkan laju
cacahan 1n , maka laju cacahan seharusnya adalah :
1
1
11 n
nN
(2.2)
Misalkan sumber S – 2 ditambahkan di samping sumber S – 1 tanpa mengubah
kondisinya kemudian dicacah menghasilkan laju cacahan 12n , maka laju cacahan
seharusnya adalah :
2,1
2,1
2,11 n
nN
(2.3)
Jika kemudian sumber S – 1 diambil dan sumber S – 2 tanpa diubah kondisinya
dicacah dan menghsilkan 2n maka laju cacahan seharusnya adalah:
2
2
21 n
nN
(2.4)
Oleh karena 2112 NNN , dan dengan pendekatan 2 << 1, maka akan diperoleh
21
2,121
2 nn
nnn
(2.5)
IV. Cara Kerja
(a). Letakkan Tabung – GM pada statif dengan jendela menghadap ke
bawah, Gambar 2.2.
(b). Sebelum Digicounter dihubungkan dengan sumber listrik terlebih dahulu
perhatikan bahwa semua tombol dalam keadaan OF dan posisi tombol
tegangan pada – nol.
Modul Praktikum B.2.1 16
(c). Setelah Digicounter dihubungkan dengan sumber listrik aturlah MAINS
pada posisi ON kemudian tunggu 5 menit untuk memanaskan peralatan.
(d). Aturlah waktu cacahan 100 sekon, kemudian cacatlah hasil
pengamatannya pada daftar yang telah disediakan.
(e). Letakkan sumber Cs–137 sebagai sumber S–1 di tempatnya 15 cm
vertical di bawah tabung (yakinkan bahwa jendela tabung tepat 15 cm di
atas titik A pada sumber S – 1) .
(f). Cacahlah sumber S – 1 sebanyak 10 kali dan catatlah hasil
pengamatannya pada daftar yang telah disediakan ( 12n ).
(g). Letakkan sumber Ra – 226 sebagai sumber S-2 di samping sumber S-1,
kemudian cacahlah kedua sumber S – 1 dan S – 2 sebanyak 10 kali dan
catatlah hasil pengamatan pada daftar yang telah disediakan ( 12n ).
(h). Ambillah sumber S – 1 dan biarlah sumber S – 2 di tempatnya kemudian
cacahlah 10 kali dan catatlah hasil pengamatanya pada daftar yang telah
disediakan ( 12n ).
(i). Ulangi langkah (e) sampai dengan (h) tetapi dengan jarak tabung –
Digicounter 25 cm.
(j). Catatlah nomor dan jenis tabung – GM serta nomor dan jenis
Digicounter, catat pula aktivitas dan jenis sumber S – 1 dan S – 2.
V. Tugas
(a) Isilah kolom cacahan rata-rata pada daftar hasil pengamatan.
(b) Hitunglah resolving time sistem pencacah dari daftar hasil pengamatan
dan hitung pula resolving time rat – rata.
(c) Berapakah laju cacah seharusnya ( 2121 ,, NdanNN ).
(d) Berapakah perbedan persentase rata – rata laju cacah yang tercacah
dalam system pencacah.
Modul Praktikum B.2.1 17
Gambar 2.2 Diagram blok percobaan “Waktu Resolusi Sistem Pencacah”.
DATA HASIL PENGAMATAN
Yang dicacah ( d = 15 cm )
Cacahan perseratus detik Laju cacahan rata-rata
Back Gruond
Sumber S-1
Sumber S-1 + S-2
Sumber S-2
Yang dicacah ( d = 25 cm )
Cacahan perseratus detik Laju cacahan rata-rata
Back Gruond
Sumber S-1
Sumber S-1 + S-2
Sumber S-2
Kabel Koaksial
Digicounter Sumber
GM-
tube
Modul Praktikum B.2.1 18
3. EFESIENSI TABUNG-GM
(B.2.1.ET)
I. Tujuan
Setelah melaksanakan eksperimen ini diharapkan mahasiswa dapat menentukan
efesiensi Tabung-GM
II. Alat-Alat
(a). Tabung-GM
(b). Sumber radiasi Am-241, Ra-226, Cs-137
(c). Standar dan klem
(d). Kabel dan soket
(e). Sumber Listrik
(f). Mistar
III. Dasar Teori
Jika luas permukaan jendela tabung-GM A cm2 dan diletakkan sejauh d cm
dari sumber radiasi, maka partikel radiasi yang dapat masuk ke dalam tabung
adalah A/(2d2) bagian. Jumlah disintegrasi yang dialami oleh 1 Ci sumber radiasi
persekon adalah 3,7 x 1010. Maka untuk 5 Ci sumber radiasi adalah 5 x 3,7 x 104
dis/s.
Partikel radiasi yang masuk kedalam tabung adalah:
sdisxxxd
A/107,35
2
4
2 (3.1)
Jadi effesiensi tabung-GM untuk pencacah adalah
samayangwaktudalamtabungpadamasukyangradiasiPartikelJml
tertentuwaktudalamtabungpadatercacahyangionisasiJml
.
.
2
2107,35
2xxx
N
d
A
(3.2)
= …………………..%
Modul Praktikum B.2.1 19
IV. Cara Kerja
(a). Aturlah alat-alat seperti Gambar 3.1.
(b). Hubungkan digicounter pada sumber listrik
(c). Aturlah MAINS pada ON dan tunggu 5 menit
(d). Letakkan sumber radiasi sejauh 5 cm vertikal di bawah jendela tabung
(f). Simpanlah sumber radiasi di tempat yang aman
(g). Catatlah laju cacahan back ground (n)
(h). Koreksilah harga N tersebut dengan back ground dan resolving time (N1)
(i). Hasil pengamatan:
d = ……………………………………………cm
N = ……………………………………………..c/dt
n = ……………………………………………..c/dt
N – n = ………………………………..………..….c/d
N1 = ( N – n ) = …………………………..……………….. c/d (3.3)
V.Tugas
Dari data hasil pengamatan, hitunglah berapa % effesiensi tabung-Gm!
Gambar 3.1. Diagram blok percobaan Efisiensi Tabung GM.
Kabel Koaksial
Digicounter Sumber
GM-
tube
Modul Praktikum B.2.1 20
4. KAPASITAS DOSIS ION OLEH SINAR-X
(B.2.1.KD)
I. Tujuan
Mempelajari karakteristisk ionisasi udara oleh sinar – X pada ruang di antara
dua plat kapasitor, yaitu bagimana ketergantungan arus ionisasi Ik terhadap:
a). Tegangan kapasitor Uk dari ruang ionisasi
b). Arus emisi Iem dari tabung sinar – X
c). Tegangan anode UA pada tabung sinar – X
II. Alat-Alat
1 Pembangkit sinar – X, 42 KV 55490/94
1 Kapasitor plat 55491
1 I – Amplifier D 55200
1 Transformer tegangan rendah S 59105
1 Multimeter (30 V)
1 Voltmeter (3 V)
Kabel – kabel penghubung
1 alat pencacah (counter P) 57545
III. Dasar Teori
Sinar – X merupakan radiasi elektromagnetik energi tinggi. Jangkauan
spectrum elektromagnetik adalah dari beberapa kV hingga mencapai ratusan kV.
Istilah sinar – X pada umumnya hanya dibatasi pada radiasi yang terjadi akibat
adanya interaksi elektron cepat dan bahan. Radiasi sinar – X dihasilkan pada saat
suatu bahan ditembaki secara terus-menerus dengan elektron – elektron cepat.
Karena pengaruh inti, elektron cepat tersebut mengalami perlambatan dan
kehilangan energi, yaitu ditransformasikan ke dalam bentuk foton (sinar – X). Sinar
– X yang terbentuk dengan cara demikian disebut “sinar – X Bremsstrhlung” dan
memiliki energi paling tinggi sama dengan energi kinetik partikel bermuatan saat
Modul Praktikum B.2.1 21
terjadinya perlambatan, dan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan berupa
spektrum kontinu. Sebuah kuantum sinar – X frekuensi maksimum dihasilkan jika
elektron kehilangan energi kinetiknya.
J = m
Q (4.1)
Dimana: J disebut sebagai dosis ion dan diukur dalam satuan As kg–1. Q merupakan
total muatan dari semua ion yang dihasilkan oleh radiasi. Di udara, diperlukan 34 eV
untuk menghasilkan ion. Hubungan dosis dengan waktu irradiasi Δt disebut
kapasitas dosis ion, j:
j = t
J
(4.2)
Definisi dosis ion atau kapasitas ion adalah mengacu pada udara kering dengan
suhu 00 C pada tekanan atmosfer 1013 mbar.
Dari definisi (4.1), dapat digunakan metode pengukuran: sebuah ruang
dengan volume udara tertentu V bermassa m di-ionisai oleh radiasi. Sejumlah
muatan yang dihasilkan diukur dan dihubungkan pada massa teriradiasi di udara m.
Jika udara yang teradiasi ditempatkan di antara kepingan kapasitor, ion – ion
tergambar sebagai arus ionisasi I oleh tegangan pada keping. Jika tegangan pada
kapasitor, Uk cukup besar, maka seluruh ion akan mengalir sebagai arus maksimum
Imax. Muatan yang dihasilkan dalam volume V teriradiasi dalam waktu Δt dapat
dihitung dari Imax:
Q + Imax . Δt (4.3)
Massa m dari udara teradiasi dapat dihitung dari volume udara V teriadiasi pada
kapsitor dan kerapatan udaranya:
m = V. udara (4.4)
Sehingga untuk dosis ion diperoleh:
J = udara
max
V.
t . I
(4.5)
Modul Praktikum B.2.1 22
Dan kapasitas dosis ion
j = udara
max
V.
I
(4.6)
IV. Pelaksanaan Percobaan
4.1. Praktikum I: karekteristik kapasitor: menentukan arus inonisasi I sebagai fungsi
tegangan kapasitor Uk.
1. Rangkailah peralatan seperti gambar di bawah.
2. Operasikan pembangkit sinar – X dengan membawa tombol (c) ke posisi ON.
3. Putar pengatur waktu (f) pada posisi > 30 menit.
Gambar 4.1. Rangkaian peralatan untuk menentukan kapasitas ionisasi oleh
sinar – X
4. Atur tinggi tegangan UA (h) sesuai dengan kebutuhan maksimum 42 KV (level
8).
5. Atur arus I (i) sesuai dengan kebutuhan arus emisi Iem maksimum 1 mA.
6. Naikkan tegangan di antara keping kapasitor Uk dari 0-250 V.
Gambar 4.1. Rangkaian peralatan untuk menentukan kapasitas oleh ionisasi sinar-X.
Modul Praktikum B.2.1 23
7. Baca arus ionisasi I melalui alat ukur (j) untuk setiap kenaikkan tegangan
kapasitor Uk
Tegangan Uk Arus Ionisasi (I)
8. Buatlah grafik I sebagai fungsi Uk: I = f (Uk)
9. Lakukan analisis terhadap hasil eksperimen
Kesimpulan apa yang saudara dapatkan dari ekperimen ini?
4.2. Praktikum II: Arus ionisasi I sebagai fungsi arus emisi Iem
1. Perhatikan Gambar 4.1, hubungkan alat ukur (a) dengan daerah ukur 1 mA pada
pasangan socket (e) untuk mengukur arus emisi Iem.
2. Atur daerah pengukuran pada amplifier 10-9 A pada saat petunjuk 3V
3. Pilih tegangan kapasitor Uk > 100 V, tengangan UA konstan pada level 8.
4. Naikkan arus emisi Iem dengan mengatur tombol (i) dari 0,1 mA – 1 mA.
5. Ukur sebesar arus ionisasi I melalui alat ukur j untuk setiap kenaikan arus emisi
Arus emisi (Iem) Arus Ionisasi (I)
6. Membuat grafik I = f (Iem)
7. Lakukan analiasi dan berikan kesimpulan!
Modul Praktikum B.2.1 24
4.3. Praktikum III: Arus ionisasi I sebagai fungsi tinggi tegangan operasi UA.
1. Perhatiakan Gambar 4.1, hubungkan alat ukur (a) (pengukuran sampai pada 30
V ~) pada pasangan socket (d). Dalam hal ini UA = 2 103 U adalah tegangan
yang terbaca pada alat ukur (a).
2. Atur tinggi tegangan melalui tombol (g) dari level 1-8 (mulailah dari level 8)
3. Baca tegangan pembanding U pada alat ukur (a) untuk setiap kenaikan level.
4. Baca arus ionisasi I pada alat ukur (j) untuk setiap kenaikan level.
Level Tegangan U Arus Ionisasi
Dalam satu tumbukan, Bremsstrahlung mempunyai frekuensi Cut-off fE yang
diberikan oleh tegangan pemercepat UA:
E UA = h fg (Hukum Duane – Hunt) (4.7)
Beberapa elektron cepat dapat mneyebabkan terpentalnya elektron dari
dalam orbital bagian dalam atom sehingga menghasilkan hole. Hole yang
dihasilkan tersebut akan diisi kembali oleh elektron dari kulit yang lebih luar.
Pada saat pengisian tersebut elektron meradiasikan sinar – X. Dalam proses
ini, dihasilkan sinar – X dengan panjang gelombang tertentu tergantung pada
asal elektronnya. Oleh karena itu menghasilkan spektrum garis dan dikatakan
bahwa radiasi sinar – X tersebut adalah radiasi karakteristik.
Pada prakteknya, radiasi sinar – X dihasilkan di dalam tabung hampa
udara. Elektron – elektron dikeluarkan oleh katoda (filamen yang dipanaskan)
dan dipercepat menuju anoda (target) oleh tegangan tinggi UA.
Modul Praktikum B.2.1 25
Bila sinar – X datang pada suatu medium maka dapat terjadi interaksi
dengan partikel di dalam medium. Pada saat interaksi terjadi, ΔW, energi
sinar – X digunakan untuk mengionisasi bahan dan energi dari sinar – X
kemudian diserap ke dalam bahan. Jika m adalah massa bahan yang
terirradiasi, maka hasil bagi dari;
m
KW
(4.8)
Didefinisikan sebagai dosis energi dan dikur dalam satuan J/kg atau sama
dengan dosis yang diserap yaitu 1 gray (1 Gy), diamana Gy = 1 J/Kg. Satuan
yang lebih sering digunakan untuk dosis yang diserap adalah 1 rem = 10-2 Gy.
Secara langsung, eksperimen untuk menetukan dosis serap sangatlah
kompleks. Hal ini akan lebih mudah untuk menentukan kualitas muatan dari
satu kutub yang dihasilkan dengan radiasi pengganti dari energi yang diserap
ΔW.
5. Kemudian semua tombol pada posisi minimum. Matikan tegangan tinggi UA
dengan menekan tombol h. Kemudian membawa tombol c ke posisi off.
6. Tentukanlah volume udara teriradiasi sbb:
Ambil kapasitor, kemudian tentukan jarak d, I0, I1, panjang a dan b tegak lurus
diafragma. Lihat Gambar 2. Hitunglah volume
V = 1100 G G .G G 3
h (4.9)
Dengan Go = a0b0, a0 = lebar; b0 = tinggi permukaan atas
G1 = a1 b1, a1 = lebar; b1 = tinggi permukaan dasar
H = I1 - I0
Atau
V = 2
01
3d
I - I . a . b ( 2
0I + I0 + I1 +2
1I ) (4.10)
7. Hitunglah kapasitas dosis ion:
j = udara
max
V.
I
8. Lakukan analisis dan berikan kesimpulan.
Modul Praktikum B.2.1 26
Gambar 4.2. Gambar skema dari volume udara teriradiasi yang berada di
dalam kapasitor (identified by the dotted area).
Modul Praktikum B.2.1 27
5. PROTEKSI RADIASI SINAR – X
(B.2.1.PR-X)
I. Tujuan
a. Tujuan eksperimen ini adalah untuk mempelajari sifat – sifat interaksi radiasi
sinar – X dengan berbagai material dengan energi ikat yang berbeda dan
kemampuan tembus sinar – X.
b. Menentukan bahan untuk tujuan proteksi
II. Alat-alat
a. Pembangkit sinar – X 55490/94
b. Pencacah, Counter P 57545
c. End – window counter untuk sinar – X 55905
d. Material absorber dengan ketebalan yang berbeda
e. Material absober dari material bilangan atomik Z yang berbeda
f. Pencatatan waktu
g. Volt meter
III. Dasar Teori
3.1. Nilai tebal paro (HVL = Half Value Layer)
Apabila radiasi elektromegnetik seperti sinar–X, sinar-γ menembus suatu
bahan, maka sebagian dari radiasi tersebut diserap oleh bahan. Sebagai akibat
intensitas radiasi setelah melewati bahan berkurang, tetapi energi dari radiasi yang
lewat tersebut tidak berkurang. Ini menandakan adanya interaksi antara bahan dan
radiasi. Interaksi radiasi dengan bahan secara kasar digambarkan dalam bentuk
absorbsi radiasi oleh suatu bahan.
Secara teoritis absorbsi radiasi oleh bahan digambarkan oleh persamaan:
I = Io e –μd (5.1)
Modul Praktikum B.2.1 28
Dengan Io adalah intensitas radiasi yang datang; I adalah itensitas radiasi setelah
melewati material dengan ketebalan d dan μ adalah koefisien absorsi linier bahan.
Nilai μ adalah tergantung pada nomor atom penyusun bahan dan energi radiasi.
Karena laju cacahan adalah berbanding lurus dengan intensitas radiasi maka
persamaan di atas dapat digunakan untuk mencari besar koefisien absorsi linier
suatu material.
I
I0
Gambar 5.1. Penurunan intensitas radiasi oleh bahan dengan ketebalan d.
Jika intensitas radiasi setelah melewati material dengan ketebalan tertentu
misalnya D adalah setengah dari intensitas radiasi yang datang, maka ketebalan D
disebut dengan “nilai tebal paro” (HVL = Half Value Layer) = D. Secara matematis
dengan menggunakan pers. (5.1) tebal paro dapat diungkapkan sebagai
693,0)( HVLD (5.2)
Konsep ini sangat penting dalam pembicaraan proteksi radiasi. Persamaan 5.2
sangat berguna untuk menghitung dengan cepat tebal lapisan pelindung radiasi
yang diperlukan untuk mengurangi inetsitas radiasi hingga pada level tertentu.
Misalnya untuk mengurangi intensitas setengah dari intensitas semula diperlukan
lapisan pelindung setebal HVL, untuk mengurangi intensitas radiasi sampai pada
seperdelapan dari semula diperlukan lapisan pelindung setebal 3 HVL. Dengan nilai
tebal paro ini besar intensitas radiasi seletah melewati material pada ketebalan
tertentu, d dapat dihitung dengan persamaan:
-d-
Modul Praktikum B.2.1 29
I = I0
n
2
1 (5.3)
Dengan n = d / HVL
Sering juga digunakan nilai tebal sepersepuluh (THL = Tenth Value Layer),
yaitu lapisan tebal pelindung yang diperlukan untuk menurunkan intensitas radiasi
menjadi 1/10 dari semula. Dalam hal ini berlaku hubungan,
THL =
303,2THL (5.4)
Dan
I = I0
m
10
1 (5.5)
Dengan m = d / THL
IV. Pelaksanaan Percobaan
Rangkailah peralatan seperti Gambar 5.2.
(a)
Modul Praktikum B.2.1 30
(b)
Gambar 5.2 Setup to record the breaking spectrum as a function of high voltage.
1. Terlebih dahulu tempatkan material absorber (aluminium) dengan ketebalan
yang berbeda pada pemegang sampel G dan kemudian masukkan pada lubang
yang berhubungan dengan pengaruhnya (berada pada bagian belakang)
peralatan I pada posisi 0 mm.
2. Arahkan salah satu material absorber ke arah datangnya sinar – X (A)
(kolimator) dengan memutar pengarah yang berada pada bagian belakang
peralatan sinar – X.
3. Operasikan peralatan sinar – X dengan membawa tombol (c) ke posisi O.
4. Pilih tinggi tegangan UA (h) pada level 2, dan arus Iem (i) pada 0,05 mA.
5. Hidupkan alat pencacah dengan menekan tombol pada posisi ON.
6. Baca besar tegangan, pada voltmeter, yang memberikan besar tegangan UA =
310.2 . V
Modul Praktikum B.2.1 31
7. Baca cacahan per menit, kemudian ulangi lagi untuk ketebalan yang berbeda.
Catatlah hasilnya dalam bentuk tabel sperti dibawah ini.
Tabel, d (mm) Cacahan/menit
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
V. Tugas
1. Buatlah grafik (kurva) hubungan antara ketebalan dengan jumlah cacahan per
menitnya!
2. Lakukankah langkah – langkah di atas untuk level 4, 5 dan 8!
3. Tentukanlah koefisien absorsi untuk setiap level dan hitunglah HVL dan THL
untuk setiap level!
4. Lakukan analisis terhadap hasil eksperimen di atas!
5. Kesimpulan apa yang saudara dapatkan dari eksperimen ini?
3.2 Absorbsi sinar – X oleh berbagai macam absorber (material dengan bilangan
atomik Z berbeda)
Radiasi sinar – X (adalah radiasi gelombang elektromegnetik) akan
mengalami pelemahan di dalam material karena adanya berbagai mekanisme
hamburan:
Hamburan klasik (kuantum radiasi berubah arah tanpa memberikan energi
pada material yang diradiasi).
Hamburan Compton (ini terjadi bila foton berinteraksi dengan elektron di
dalam atom, dimana terjadi pergerakan elektron dengan energi tertentu dan
disertai oleh foton lain dengan energi kinetik tertentu yang lebih rendah dari
foton datang. Foton ini berhamburan dengan sudut tertentu terhadap arah
Modul Praktikum B.2.1 32
foton datang. Kemungkinan terjadinya hamburan Compton berkurang bila Z
bertambah dan energi foton datang bertambah).
Efek Fotolistrik (ini terjadi karena interaksi antara radiasi elektromagnetik /
foton dengan elektron – elektron di dalam material. Pada peristiwa ini energi
kuantum radiasi secara parsial digunakan untuk melepaskan elektron ke luar
dari kulit / orbital atomik selama absorbsi. Elektron – elektron yang terlepas
mengambil sebagaian atau seluruhnya energi radiasi sebagai energi kinetik.
Kemungkinan terjadinya efek fotolistrik berkurang bila energi foton datang
bertambah, tetapi penurunannya lebih cepat dari penurunan pada hamburan
Compton).
Produksi Pasangan (ini terjadi karena interaksi foton dengan medan listrik
dalam inti atom berat dimana foton datang berenergi > ~ 1,20 MeV. Dalam
hal ini foron akan lenyap dan timbul pasangan elektron dan positron.
Produksi pasangan akan meningkat dengan meningkatnya energi radiasi yang
datang. Proses ini juga sebanding dengan Z2 dari absorber.
Kapasitas absorbsi suatu material adalah digambarkan oleh koefisien absorsi
μm, yang adalah tergantung pada bilangan atomik Z material dan panjang
gelombang radiasi. Secara matematis diungkapkan oleh persamaan:
μm = kλ3Z4 (5.6)
Dengan k adalah nilai pembanding. Persamaan ini tidak berperan jika radiasi
menedekati energi ikat elektron material. Jika energi radiasi sedikit lebih kecil dari
pada energi ikat elektron maka kapasitas absorsi bertambah secara cepat.
Pelaksanaan Percobaan
1. Rangkailah peralatan seperti Gambar 5.2.
2. Terlebih dahulu tempatkan material absorber (dengan beberapa jenis
material dengan ketebalan yang sama d = 0.5 mm dengan bilangan atomik
yang berbeda: Aluminium (Z = 13); Iron (Z = 26); Copper (Z = 29); Zicronium (Z
= 40); Silver (Z = 47) pada pemegang sampel G dan kemudian masukkan pada
Modul Praktikum B.2.1 33
lubang yang berhubungan dengan pengarahnya (berada pada bagian
belakang) peralatan sinar – X. Tempatkan posisi salah satu absorber tepat
tegak lurus dengan kolimator dan sesuai dengan jarum penunjuk bahan (i).
3. Arahkan salah satu material absorber ke arah datangnya sinar – X (A)
(kolimator) dengan memutar pengarah yang berada pada bagian belakang
peralatan sinar – X.
4. Operasikan peralatan sinar – X dengan membawa tombol (c) ke posisi ON.
5. Pilih tinggi tegangan UA (h) pada level 4, dan arus Iem (i) pada 0,05 mA.
6. Hidupkan alat pencacah dengan menekan tombol pada posisi ON
7. Baca cacahan per menit, kemudian ulanginya lagi untuk bahan – bahan yang
berbeda (dengan nomor atom bahan yang berbeda. Catatlah hasilnya dalam
bentuk tebel seperti di bawah ini:
Meteraial Bilangan Atomik, Z Cacahan /menit
Tugas:
1. Buatlah grafik nomor atomik terhadap cacahan per menitnya!
2. Lakukan analisis terhadap hasil eksperimen!
3. Kesimpulan apa yang saudara dapatkan dari eksperimen ini?
PERHATIAN!
Sebelum melakukan eksperimen pelajarilah secara teliti manual
(intruction sheet) dari unit pembangkit sinar – X 42 kV karena sinar –
X adalah sinar yang berbahaya.
Modul Praktikum B.2.1 34
6. EFESIENSI TABUNG GEIGER MULLARD PENCACAH-
(B.2.1.ET)
I. Tujuan
Setelah melaksanakan eksperimen ini diharapkan mahasiswa dapat
menentukan efesiensi Tabung-GM pencacah-.
II. Alat-Alat
a. Tabung-GM pencacah-
b. Sumber radiasi Am-241, Ra-226, Cs-137
c. Standar dan klem
d. Kabel dan soket
e. Sumber Listrik
f. Mistar
III. Dasar Teori
Jika luas permukaan jendela tabung-GM A cm2 dan diletakkan sejauh d cm
dari sumber radiasi, maka partikel- yang dapat masuk ke dalam tabung adalah
A/(2d2) bagian. Jumlah disintegrasi yang dialami oleh 1 Ci sumber radiasi persekon
adalah 3,7 x 1010. Maka untuk 5 Ci sumber radiasi adalah 5 x 3,7 x 104 dis/dt.
Partikel- yang masuk ke dalam tabung adalah:
./107,352
4
2sekondisxxx
d
A
(6.1)
Jadi effesiensi tabung-GM untuk pencacah- β adalah:
samayangwaktudalamtabungpadamasukyangPartikelJml
tertentuwaktudalamtabungpadatercacahyangionisasiJml
.
.
%107,35 2
2
'
2xxx
N
d
A
(6.2)
= …………………..%
Modul Praktikum B.2.1 35
IV. Cara Kerja
a. Aturlah alat-alat seperti Gambar 6.1.
b. Hubungkan digicounter pada sumber listrik
c. Aturlah MAINS pada posisi ON dan tunggu 5 menit
d. Aturlah waktu cacahan 100 s dan tombol tegangan pada tegangan kerja 450 V
e. Catatlah laju cacahan back ground sebanyak 5 kali (n)
f. Letakkan sumber radiasi sejauh 5 cm vertikal di bawah jendela tabung
g. Catatlah laju cacahan 5 kali seperti mencatat cacahan background, kemudian
hitung jumlah laju cacahan per sekon N
h. Koreksilah harga N tersebut dengan cacahan back ground dan resolving time
(N’)
i. Hasil pengamatan :
d = ……………………………………………cm
N = ……………………………………………..c/dt
n = ……………………………………………..c/dt
N – n = ………………………………..…….c/d
N’ = ( N – n ) = …………………………c/d
Gambar 6.1. Diagram blok percobaan efesiensi tabung geiger mullard pencacah-.
Kabel Koaksial
Digicounter Sumber
GM-
tube
Modul Praktikum B.2.1 36
DATA PENGAMATAN:
Tegangan kerja = 450 V; waktu cacahan 100 s.
No. Cacah ke - Laju cacah
(cacah/s)
1 2 3 4 5
1 Background
2 Sumber radiasi
V. Tugas
Dari data hasil pengamatan, hitunglah berapa % effesiensi tabung-Gm
pencacah-!
Modul Praktikum B.2.1 37
LAPORAN PRAKTIKUM
Dengan menggunakan data hasil pengamatan, setiap mahasiswa harus
membuat,”Laporan Praktikum”, dengan Format sebagai berikut:
Halaman Depan
Judul Percobaan
Logo UNUD
Nama :
NIM :
Tanggal :
Kelompok :
Nama Anggota :
Jurusan/Program Studi
Fakultas
Bagian Utama
I. Tujuan dan objek percobaan: uraikan secara singkat objek
dan tujuan percobaan
II. Dasar Teori: uraian singkat teori yang relevan dengan
percobaan
III. Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan
IV. Hasil Pengamatan/Percobaan:
DATA; Tabulasi Data
V. Analisa Data dan Pembahasan
Analisa Data
- Grafik
Modul Praktikum B.2.1 38
- Perhitungan
- Kesalahan
Pembahasan/Diskusi
VI. Kesimpulan
Daftar Pustaka.
NOTE: Pada bagian lampiran memuat laporan hasil pengamatan
yang telah disahkan oleh pembimbing praktikum.
Laporan praktikum hendaknya:
a. Disusun dengan kalimat yang singkat dan jelas.
b. Diketik di atas kertas A4 dengan jarak 1, 5 spasi.
c. Diserahkan paling lambat satu minggu setelah praktikum dilaksanakan.
Apabila percobaan dilanjutkan/diperbaiki atau diulang maka laporan paling
lambat sudah diserahkan paling lambat satu minggu setelah percobaan
dilanjutkan/diperbaiki atau diulang dilaksanakan.
d. Tidak menulis proses perhitungan yang berulang-ulang, tetapi menuliskan
perhitungan berikunya dalam bentuk tabel.
Daftar Pustaka:
1. Physics Experiments, Volume 3, Optics, Atomic and Nuclear Physics, Solid-state
Physics. Leybold-Heraeus GMBH, Germany. 1986.