Ekstrak TSBA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANI.1 Latar BelakangEkstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (anonim,1995).Proses purifikasi adalah metode untuk mendapatkan komponen bahan alam murni bebas dari komponen kimia lain yang tidak dibutuhkan. Untuk tingkatan kemurnian (purity) suatu struktur senyawa tertentu, kemurnian bahan harus 95-100% . Sedangkan ekstrak terpurifikasi harus dijelaskan bahwa ekstrak terpurifikasi dari komponen apa sehingga tidak menimbulkan multipersepsi. Komponen kimia dalam ekstrak yang tidak dibutuhkan seperti lipid, pigmen (klorofil), tanin, plastisiser, dan pelumas yang dapat berasal dari alat.Penggunaan ekstrak terpurifikasi adalah alternatif untuk meminimalkan massa suatu ekstrak dalam tujuan praktis pembuatan sediaan secara farmasetis karena beberapa komponen yang terkandung dapat direduksi dengan proses tersebut. Hal ini juga untuk menjaga beberapa kandungan kimia ekstrak yang berefek sinergisme sehingga dapat memaksimalkan proses pengobatan karena dalam beberapa kasus, komponen kimia yang telah diisolasi justru menunjukkan penurunan efek.Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabatiatau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semuapelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhibaku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yangdibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yangberlaku.Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksidapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif padaekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis, sementaradosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapatdipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul,tablet, dan lain-lain.I.2 Rumusan masalah1. Bagaimana cara pemurnian Ekstrak secara fisika dan secara fisikokima ?2. Bagaimana cara Pemekatan ekstrak ? 3. Bagaimana bentuk Standarisasi Ekstrak ?1.3 Tujuan1. Mengetahui cara pemurnian Ekstrak secara fisika dan secara fisikokimia.2. Mengetahui cara pemekatan ekstrak.3. Mengetahui bentuk standarisi ekstrak.

BAB IIPEMBAHASAN

II.1 Pemurnian ekstrak secara fisika dan kimiaEkstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, metanol,etil asetat, heksana dan air mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam suatu bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang penting adalah polaritas dan gugus polar dari suatu senyawa. Pada prinsipnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya (Sudarmadji et al.,1989) sehingga akan mempengaruhi sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan. Metode ekstraksi yang digunakan diduga juga mempengaruhi sifat fisikokimia dari ekstrak tersebut. Ekstraksi dapat dilakukan dengan satu tahap ekstraksi maupun bertingkat. Pada ekstraksi satu tahap hanya digunakan satu pelarut untuk ekstraksi, sedang pada ekstraksi bertingkat digunakan dua atau lebih pelarut. Penelitian dari Matanjun et al.,(2008) membuktikan bahwa rumput laut memiliki kadar senyawa fenolik (total fenol) yang berbeda-beda tergantung jenis pelarut dan metode ekstraksi serta spesies rumput laut itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut di atas telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh jenis pelarut dan metode ekstraksi terhadap sifat fisikokimia ekstrak rumput laut S.duplicatuEkstrak cair yang diperoleh dari proses ekstraksi simplisia tanaman obat dengan menggunakan pelarut organik atau air, seringkali mengandung senyawa yang tidak diinginkan seperti zat warna (pigment), tanin, karbohidrat, lilin, resin dan sejenisnya. Ke- beradaan tanin akan menyebabkan kekeruhan selama penyimpanan atau proses berikutnya, sedangkan zat warna, karbohidrat, lilin, resin dan sejenisnya ditin-jau dari sudut pandang aktifitas sangat jarang diper-lukan bahkan seringkali menjadikan ketidakstabilan sifat fisika ekstrak ketika akan diformulasikan. Ke-beradaan senyawa atau zat tersebut lebih banyak merugikan pada kestabilan dan mengurangi kadar senyawa aktif di dalam ekstrak sehingga harus dihi-langkan. Purifikasi ekstrak diharapkan akan meningkatkan khasiat ekstrak disamping memperkecil jumlah dosis pemberian kepada pengguna. Berbagai teknik purifikasi ekstrak dapat dilakukan di antaranya adalah teknik ekstraksi cair-cair.Prosedur ekstraksi cair-cair Etil asetat dengan volume tertentu dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berukuran 2000ml dan di-panaskan sampai suhu 350C. Kemudian sebanyak 500 ml ekstrak etanol sambiloto diambil dan dima-sukkan ke dalamnya untuk dipurifikasi dengan kon-disi operasional waktu dan nisbah pelarut tertentu. Ek-straksi cair-cair dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan pengadukan pada putaran 100 rpm dengan 2 variabel, yaitu: waktu ( 10 menit, 15 menit dan 20 menit) dan perbandingan ekstrak etanol sambiloto - etil asetat,v/v (1:1, 1:2 dan 1:3). Pada setiap proses ekstraksi cair-cair, penambahan air bebas mineral se-banyak 100 ml dilakukan agar proses pemisahan dua fase dapat terlihat jelas. Setelah ekstraksi cair-cair selesai, ekstrak etanol sambiloto dipisahkan dengan menggunakan corong pisah. Fase etil asetat dipekatkan de-ngan rotavapour (Heidolph laborota 4000) untuk men-dapatkan ekstrak etanol sambiloto terpurifikasi. Pen-guapan dilakukan pada suhu 400C dan penggunaan air pendingin pada suhu 5OC. Proses penguapan dihentikan ketika sudah tidak ada distilat yang menetes.Ekstrak dapat dibagi dalam dua katagori, yaitu ekstrak kasar dan ekstrak murni. Ekstrak kasar artinya ekstrak yang mengandung semua bahan yang tersari dengan menggunakan pelarut organik, sedangkan ekstrak murni adalah ekstrak kasar yang telah dimurnikan dari senyawa-senyawa inert melalui proses penghilangan lemak,penyaringan menggunakan resin atau adsorben (Wijesekera, 1991). Ekstrak murni lebih disukai karena mempunyai bahan aktif atau komponen kimia yang jauh lebih tinggi dibandingkan ekstrak kasar, sebagai contoh kandungan senyawa aktif dalam ekstrak kasar 20%, setelah dimurnikan senyawa aktif akan meningkat menjadi 60 % (Wijesekera, 1991). Dengan demikian, untuk mendapatkan produk biofarmaka dengan kandungan senyawa aktif yang tinggi diperlukan proses pemurnian lebih lanjut dari ekstrak kasar.Ada beberapa metode pemurnian dari ekstrak bahan alami, antara lain dengan ekstraksi menggunakan pelarut yang immiscible (tidak dapat bercampur) dan mempunyai densitas yang berbeda, pengendapan, penyaringan,pemanasan, adsorpsi menggunakan adsorben ataupun dengan resin penukar ion (Anonymous, 2006; Anonymous, 2005). Esktraksi menggunakan pelarut merupakan salah satu cara pemurnian ekstrak dari bahan alami. Pemurnian secara ekstraksi untuk mendapatkan bahan aktif dapat dilakukan dengan pelarut heksan (Rusmarilin, 2003).Heksan juga digunakan oleh Zaeoung et al.,(2005) untuk memperoleh komponen murni dari ekstrak .Keberhasilan proses pemurnian suatu ekstrak sangat erat kaitannya dengan rendemen, mutu dan kadar senyawa aktif yang dihasilkan.

II.2 Pemekatan EkstrakPemekatan merupakan proses peningkatan konsentrasi atau membuang sebanyak mungkin pelarut dengan cara proses vacum atau penguapan biasa, dimana akan dihasilkan ekstrak pekat yang berbentuk ekstrak kental atau ekstrak kering. a) Tujuan dari adanya pemekatan :1.Meningkatkan kadar zat aktif dalam volme yang kecil 2.Mempermudah proses pembuatan 3.Menghilangkan sisa pelarut b) Teknik pemekatan :Ada beberapa teknik yang bisa digunakan 1). Ekstrak disentrifuse 2). Pemekatan panas (evaporator, vacuum evaporator) 3). Pemekatan beku 4). Memilih kondisi yang dapat meningkatkan konsentrasi (transesterifikasi, saponfikasi)4). Filtrasi Membran (Ultrafiltrasi, Mikrofiltrasi)5). Reverse OsmosisAlat yang digunakan untuk pemekatan ekstrak yang umum digunakan adalah rotary evaporator. Digunakan untuk produksi ekstrak skala kecil sampai menengah.Beberapa contoh kasus yang menggunakan teknik pemekatan yaitu teknik Pemekatan beta-Karoten Minyak Sawit Kasar dengan Transesterifikasi dan Saponifikasi. Proses transesterifikasi adalah proses oengubahan trigliserida menjadi metilester menggunakan meranol dengan katalis natrium metoksida pada suhu 60oC selama satu jam. Akan meningkatkan total karotenoid sebanyak 1,15. Sedangkan, saponifikasi yaitu menghilangkan komponen tersabunkan dan mempertahankan komponen yang tidak tersabunkan seperti pigmen, streol dan hidrokarbon. Proses saponifikasi menggunkaan kondisi terpilih menghasilkan peningkatan total karotenoid dan beta-Karoten sebanyak 22 kali. Pada skala industri lebih sering digunakan teknik saponifikasi. c) Pengembangan teknologi ultrafiltrasi untuk pemekatanmikroalga, Membran ultrafiltrasi berfungsi sebagai saringan molekul. Ultrafiltrasi memisahkan molekul terlarut berdasarkan ukuran dengan melewatkan larutan tersebut pada filter. Proses pemekatan mikroalga dengan teknologi ultrafiltrasi ini/ dilakukan dengan menggunakan membran ultrafiltrasi. d)Reverse osmosisContohnya yaitu pada proses pemekatan jus jeruk siam (Citrus nobilis L.var microcarpa) yang menggunakan metode reverse osmosis ini. Jus jeruk hasil pemekatan dengan mikrofiltrasi masih mengandung total padatan terlarut yang rendah yaitu 6,8 oBrix. Tingkat kepekatan jus ini masih perlu ditingkatkan untuk mendapatkan konsentrat jus dengan cara mengurangi kandungan air dalam jus. Teknik yang umum dilakukan pada proses pemekatan jus adalah proses evaporasi. Kelemahan dari proses evaporasi yaitu penggunaan suhu yang tinggi dapat menurunkan kandungan gizi dan aroma konsentrat sari jeruk (Rao, 1995).Alternatif teknik yang dapat digunakan dalam proses pemekatan jus jeruk untuk menghindari hal tersebut adalah dengan penerapan aplikasi membran Reverse Osmosis (RO). Proses RO bekerja pada temperatur operasi yang rendah sehingga membutuhkan konsumsi energi yang rendah, instalasi yang kompak dan pengoperasian yang mudah (Koseoglu et al., 1990; Alvarez et al., 2000; Girarddan Fukumoto, 2000). Kelebihan utama dari pemekatan RO adalah menghasilkan produk berkualitas tinggi dimana nutrisi, aroma dan komponen flavor bahan yang diolah dapat dipertahankan. Kekurangan dari proses ini adalah tingkat pemekatannya lebih rendah (kurang dari 36 oBrix) dibandingkan industri jus konvensional (evaporasi) yang mampu meningkatkan kepekatan hingga 65 oBrix. e) Hasil pemekatanHasil proses pemekatan dapat menjadi dua yaitu, ekstrak kental dan ekstrak kering. Hasil pemekatan ini bisa diproses menjadi bentuk granul, atau cair tergantung produk yang dibuat, untuk cair bisa melalui pengenceran dengan aquadm atau air mineral kemudian saring agar lebih homogen, untuk granul biasa digunakan bahan pembantu untuk pembuatan granulasi.

II.3 Standarisasi ekstrak1.Parameter Non Spesifika) Susut PengeringanSusut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jikabahan tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadarair, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000).b) Bobot JenisParameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter yang mengindikasikan spesifikasi ekstrakuji. Parameter ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jeniskomponen atau zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000).

c) Kadar airKadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung zat atau banyaknya air yang diserap dengantujuan untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalambahan (Depkes RI, 2000).d) Kadar abuParameter kadar abu merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologik bila simplisia dipijarhingga seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang diperoleh dari sisapemijaran (Depkes RI, 2000).2. Parameter Spesifika) IdentitasIdentitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Deskripsi tata nama:Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)Nama latin tumbuhan (sistematika botani)Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun, buah,)Nama Indonesia tumbuhanEkstrak dapat mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjukspesifik dengan metode tertentu. Parameter identitas ekstrak mempunyai tujuan tertentu untukmemberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000).b) OrganoleptikParameter oranoleptik digunakan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, bau, rasa menggunakanpanca indera dengan tujuan pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin (DepkesRI, 2000).c) Kadar sari Parameter kadar sari digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia dalam sarisimplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku obat tradisionalkarena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan erat denganreproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes RI,1995).d) Pola kromatogramPola kromatogram mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen kandungankimia berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku yang ditetapkanterlebih dahulu (Depkes RI, 2000).

BAB IIIKESIMPULAN

1. Cara pemurnian ekstrak secara fisika dan secara fisikokimia, antara lain dengan ekstraksi menggunakan pelarut yang immiscible (tidak dapat bercampur) dan mempunyai densitas yang berbeda, pengendapan, penyaringan,pemanasan, adsorpsi menggunakan adsorben ataupun dengan resin penukar ion. Keberhasilan proses pemurnian suatu ekstrak sangat erat kaitannya dengan rendemen, mutu dan kadar senyawa aktif yang dihasilkan.2. Cara pemekatan ekstrak dilakukan dengan Ekstrak disentrifuse Pemekatan panas (evaporator, vacuum evaporator) Pemekatan beku Memilih kondisi yang dapat meningkatkan konsentrasi (transesterifikasi, saponfikasi) Filtrasi Membran (Ultrafiltrasi, Mikrofiltrasi) Reverse Osmosis3. Bentuk standarisasi ekstrak dilakukan dengan dua cara yaitu :A. Parameter Spesifik Identitas Organoleptik Kadar sari Pola kromatogramB. Parameter Nonspesifik Susut Pengeringan Bobot Jenis Kadar air Kadar abuDAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonymous. 2006. Liquid-liquid extraction. http:// en.wikipedia.org/wiki/liquid-liquidextraction.

Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : ITB

Sidik dan H. Mudahar. 2000. Ekstraksi tumbuhan obat, metoda dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu produknya. Makalah pada Seminar Sehari Pemanfaatan bahan Obat Alami III. Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta. 8 hal.

Sinambela, J.M. 2003. Standarisasi sediaan obat herba. Prosidingbseminar dan Pameran Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIII : 36-43.

Makalah Teknologi Sediaan Bahan Alam11