35
BAB I PENDAHULUAN Penggunaan teknik “cupping” untuk persalinan sudah diawali pada abad ke-18. Profesor Young Simpson tahun 1849 memperkenalkan satu alat bantu persalinan yang dinamakan ekstraksi vakum – Ekstraksi Vakum (EV). Pada tahun 1956 Malmstrom mengenalkan instrumen ekstraktor vakum modern yang terbuat dari “stainless steel” namun akibat sejumlah komplikasi maka alat ini lambat laun ditinggalkan. EV kembali digunakan setelah dikenalkannya jenis cawan penghisap sekali pakai yang relatif lunak. Inovasi dalam desain instrumen dan keterampilan aplikasi cawan penghisap telah meningkatkan keamanan penggunaan EV. Secara progresif, EV telah menggeser penggunaan ekstraksi cunam – EC dalam proses persalinan. 1

Ekstraksi Vakum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ekstraksi Vakum

Citation preview

Page 1: Ekstraksi Vakum

BAB I

PENDAHULUAN

Penggunaan teknik “cupping” untuk persalinan sudah diawali pada abad

ke-18. Profesor Young Simpson tahun 1849 memperkenalkan satu alat bantu

persalinan yang dinamakan ekstraksi vakum – Ekstraksi Vakum (EV). Pada tahun

1956 Malmstrom mengenalkan instrumen ekstraktor vakum modern yang terbuat

dari “stainless steel” namun akibat sejumlah komplikasi maka alat ini lambat laun

ditinggalkan.

EV kembali digunakan setelah dikenalkannya jenis cawan penghisap

sekali pakai yang relatif lunak. Inovasi dalam desain instrumen dan keterampilan

aplikasi cawan penghisap telah meningkatkan keamanan penggunaan EV. Secara

progresif, EV telah menggeser penggunaan ekstraksi cunam – EC dalam proses

persalinan.

Saat ini EC masih populer di kalangan dokter senior karena alasan

konservatif. Meski pun memang untuk kelainan presentasi janin tertentu masih

terlihat keunggulan penggunaan EC dibandingkan EV. Tindakan EV menjadi

semakin terkenal akibat mudahnya penggunaan, rendahnya morbiditas ibu dan

tingginya keamanan bagi ibu meskipun masih ada sejumlah komplikasi serius

pada neonatus. Masalah dalam penggunaan EV harus diatasi dengan menentukan

indikasi, teknik aplikasi ekstraksi vakum secara tepat.

1

Page 2: Ekstraksi Vakum

Semakin banyaknya ahli obstetri ginekologi senior yang pensiun,

penyelenggaraan pelatihan persalinan operatif per vaginam yang terkendala,

masalah mediko-legal dan perubahan perubahan praktis lain termasuk juga dengan

semakin tingginya angka seksio sesar – SS merupakan faktor yang menyebabkan

tidak jelasnya kelanjutan berbagai macam tindakan persalinan operatif

pervaginam termasuk diantaranya adalah EV.

Sebenarnya, dengan memperhatikan indikasi, syarat, kontraindikasi serta

tehnik aplikasi, persalinan operatif per vaginam dengan menggunakan alat seperti

misalnya EC atau EV masih diperlukan untuk mengatasi tingginya biaya serta

resiko tindakan operasi.

2

Page 3: Ekstraksi Vakum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Ekstraksi vakum adalah tindakan obstetrik operatif untuk melahirkan kepala

janin dengan menggunakan “mangkuk hampa udara” yang ditempelkan pada kulit

kepala janin dari seorang parturien yang masih memiliki tenaga meneran. Ekstaksi

vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala

pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh

karena itu, kerja sama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan banyinya,

merupakan faktor yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga

dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. Tarikan apada kulit kepala bayi,

dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tenaga

negatif ( vakum ). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang

akibatkan tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan

kuas penarik ( yang dipegang oleh penolong persalinan ), melalui seutas rantai.

Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan intrauterin ( oleh

kontraksi ) tekanan ekspresi eksternal ( tenaga mengedan ) dan gaya tarik

( ekstraksi vakum ).

B. PRASYARAT TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM

1. Informed Consent

Pada setiap tindakan medik diperlukan informed consent yang harus

dilihat sebagai bagian dari suatu proses dan bukan sekedar selembar formulir

yang harus diisi dan ditanda tangani oleh penderita dan atau keluarganya.

Informed Consent berisi penjelasan mengenai perlunya satu tindakan

medis harus dilakukan, manfaat serta resiko yang mungkin terjadi serta

3

Page 4: Ekstraksi Vakum

bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Selain itu harus disampaikan pula

berbagai alternatif tindakan medis lain untuk menyelesaikan masalah medik

yang terjadi. Pada saat menjelaskan mengenai hal-hal tersebut diatas, pasien

dan keluarganya harus diberi kesempatan untuk memperoleh penjelasan lebih

lanjut mengenai semua hal yang mereka masih belum mengerti.

Pembahasan rutin mengenai kemungkinan akan dilakukannya intervensi

tindakan medis lebih awal ( yang dilakukan saat kunjungan antenatal atau

sebelum persalinan ) adalah hal yang penting dengan menyadari betapa

sulitnya pengambilan satu keputusan medis penting disaat yang amat genting.

2. Persiapan Operator

Dokter harus faham tentang instrumen EV yang dipilih, indikasi dan

tehnik melakukan EV. Keputusan untuk melakukan tindakan EV harus

dilandasi dengan analisa proses persalinan, pemeriksaan vagina , penentuan

posisi dan derajat penurunan (“station”) janin serta kapasitas panggul.

3. Persiapan Pasien

a. Persiapan terpenting adalah “informed consent” .

b. Selaput ketuban pecah atau sudah dipecahkan.

c. Kandung kemih kosong atau dikosongkan secara spontan atau melalui

kateterisasi.

d. Dilatasi servik lengkap.

e. Kepala sudah engage.

f. Janin diperkirakan dapat lahir per vaginam.

Bila posisi dan derajat penurunan janin masih belum jelas maka dapat

dilakukan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal atau transperineal

terlebih dulu. Ultrasonografi dapat digunakan pula untuk menentukan

ketepatan aplikasi cawan penghisap.

4

Page 5: Ekstraksi Vakum

Posisi kepala ditentukan dengan melihat kedudukan orbita janin dan

identifikasi karakteristik anatomi intrakranial (falx cerebri, fossa posterior)

dan station kepala janin ditentukan berdasarkan pemeriksaan utrasonografi

translabial. Pemeriksaan konfirmatif dengan ultrasonografi ini

memerlukan pengalaman dan dilakukan secara “bedside”.

4. Analgesia dan anaesthesia

Persalinan EV - outlet dapat dilakukan tanpa anastesia atau analgesia.

Bila diperlukan dapat diberikan anastesia regional (blok pudenda) atau

yang lebih sering (dan lebih efektif ), dilakukan anastesia spinal.

C. INDIKASI EKSTRAKSI VAKUM

1. Kala II memanjang

o Pada Nulipara 2 jam

o Pada Multipara 1 jam

2. Mempersingkat Kala II :

o Kelainan jantung

o Kelainan serebrovaskuler

o Kelainan neuromuskuler

o Ibu lelah

3. Gawat janin

D. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI VAKUM

1. Dokter tidak memiliki kompetensi untuk melakukan tindakan EV

2. Aplikasi cawan penghisap secara tepat tidak dapat dilakukan

3. Riwayat gangguan kemajuan persalinan kala I yang nyata

4. Indikasi tindakan EV tidak jelas

5. Posisi dan penurunan kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas

6. Terdapat dugaan gangguan imbang sepalopelvik

7. Kelainan letak (letak muka, letak dahi)

5

Page 6: Ekstraksi Vakum

8. Diduga atau terdapat gangguan faal pembekuan darah pada janin.

E. KONTRA INDIKASI RELATIF :

1. Kehamilan preterm : Masih lunaknya kepala dan rentannya vaskularisasi

kepala janin prematur.

2. Riwayat pengambilan darah dari kulit kepala janin sebelumnya.

3. Aplikasi cunam sebelumnya gagal : Struktur dan konsistensi kepala janin

pasca aplikasi cunam yang sudah berubah. Selain itu, kegagalan aplikasi

tersebut dapat membuktikan bahwa terdapat gangguan imbang

sepaloelvik.

4. Molase dan pembentukan caput succadenum yang berlebihan : Keadaan

ini sering terjadi pada kasus gangguan imbang sepalopelvik.

5. Dugaan makrosomia (Berat badan janin > 4.5 kg).

6. Janin mati : Oleh karena tidak dapat terbentuk caput succadeneum.

F. KLASIFIKASI TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM BERDASARKAN “FETAL STATION” DAN “CRANIAL POSTION”.

JENIS TINDAKAN

DESKRIPSI KLASIFIKASI*

Ekstraksi Vakum – “Outlet”

Kepala sudah di perineum ; tanpa menyisihkan labia sudah terlihat kulit kepala pada introitus ; tengkorak kepala janin sudah didasar panggul. Sutura sagitalis berada pada diameter antero posterior panggul ( posisi oksiput anterior – kiri atau kanan ; posisi oksiput posterior – kiri atau kanan )

Esktraksi vakum – “ Low”

Posisi / station kepala tidak memenuhi kriteria EV outlet ; station + 2 ( 5 cm ) namun belum mencapai dasar panggul.

SubdivisiPosisi oksiput anterior (OA, LOA, ROA).

Posisi oksiput posterior (OP, LOP, ROP) atau transversal (LOT, ROT).

Esktraksi Vakum – “Mid Pelvic”

Station < +2 ( 5 cm ) , kepala sudah engage namun kriteria ekstraksi vakum rendah tak terpenuhi

SubdivisiPosisi oksiput anterior (OA, LOA, ROA).

6

Page 7: Ekstraksi Vakum

Posisi oksiput posterior (OP, LOP, ROP) atau transversal (LOT, ROT).

Persalinan Seksio Sesar dibantu dengan EV

Tehnik yang tidak spesifik

Ekstraksi vakum khusus

Tehnik EV yang tidak spesifik

Ekstraksi Vakum Tinggi

Prosedur tindakan EV yang tidak memenuhi klasifikasi diatas

Keterangan :

OA: occipitoanterior; ROA: right occipitoanterior; LOA: left occipitoanterior;

OP: occipitoposterior; LOP: left occipitoposterior; ROP: right occipitoposterior;

LOT: left occipitotransverse; ROT: right occipitotransverse

G. DESAIN INSTRUMEN EKSTRAKSI VAKUM

1. Instrumen ekstraksi vakumBerbagai model baru dari

instrumen EV merupakan

modifikasi dari bentuk yang sudah

ada seperti misalnya bentuk pompa

tangan, katub pelepas tekanan dan

perubahan lain. Cawan penghisap

baru terbuat dari berbagai material seperti polietilene atau silastik plastik.

Desain cawan penghisap yang kaku dan terbuat dari “stainless

steel” ditemukan pada berbagai model dari Malmstrom yang sudah

dikenal sejak tahun 1960an. Sekarang ini di produksi berbagai cawan

penghisap yang menyerupai model Malmstrom namun terbuat dari bahan

plastik yang lunak atau kaku. Model ini pertamakali digunakan pada kasus

posisi kepala defleksi atau pada posisio osipito posterior namun saat ini

7

Page 8: Ekstraksi Vakum

peralatan tersebut sudah lazim digunakan pada berbagai jenis persalinan

pervaginam.

2. Perbandingan berbagai peralatan

Cawan penghisap lunak sering menyebabkan kegagalan EV

dibandingkan dengan penggunaan cawan penghisap kaku (pastik atau

metal ) atau EC. Hal ini terutama disebabkan oleh mudahnya cawan

penghisap lunak tersebut lepas (“pop off”) dari kepala saat dilakukan

traksi. Akan tetapi, aplikasi cawan penghisap lunak ini lebih jarang

menyebabkan cedera pada kepala janin meskipun daya cengekeramnya

lebih kurang dibandingkan cawan yang kaku.

Masalah lain adalah bahwa sebagian desain alat ekstraktor yang

terbuat dari plastik memiliki tabung penghubung yang kaku sehingga

menyulitkan aplikasi cawan penghisap secara tepat khususnya pada letak

defleksi atau posisio osipitalis posterior dan ini merupakan faktor

penyebab kegagalan EV. Untuk mengatasi keadaan tersebut maka EV

dilakukan dengan menggunakan instrumen Malmstrom klasik dan

menggantikan cawan penghisap dengan bahan yang terbuat dari bahan

silastik atau plastik yang rigid.

3. Tehnik ekstraksi vakum

Tehnik aplikasi yang tepat diperlukan agar tindakan EV dapat

dilakukan dengan aman dan berhasil.

1. Akurasi aplikasi cawan penghisap

2. Pemilihan kasus yang tepat

3. Tehnik traksi : Kekuatan traksi, Vektor ( arah tarikan ), dan Metode

aplikasi kekuatan yang intermiten.

8

Page 9: Ekstraksi Vakum

H. APLIKASI CAWAN PENGHISAP

Setelah prasyarat tindakan EV dipenuhi maka harus kembali dilakukan

pemeriksaan vaginal untuk menentukan ulang posisi, derajat penurunan

(station) dan sikap (habitus) janin serta lebih dulu memeriksa persiapan

instrumen yang akan digunakan.

Mesin vakum Diagram tabung penghubung

Cawan penghisap

I. PROSEDUR TINDAKAN EV

1. Ghosting

Pasien dalam posisi litothomi didepan operator. Operator memegang

cawan penghisap didepan pasien dan membayangkan bagaimana

kedudukan cawan penghisap pada kepala janin nantinya didalam jalan

9

Page 10: Ekstraksi Vakum

lahir. Posisi janin dapat dipastikan lebih lanjut dengan pemeriksaan

ultrasonografi transperineal.

2. Insersi

Cawan penghisap dilumuri dengan jelly atau cairan pelicin. Bila

menggunakan cawan penghisap lunak, maka sebagian cawan penghisap

dapat dikempiskan dengan tangan operator dan dimasukkan jalan lahir

diantara labia. Bila sifat cawan penghisap yang digunakan kaku, maka

insersi kedalam jalan lahir dilakukan secara miring setelah kedua labia

disisihkan. Setelah berada dalam jalan lahir maka cawan penghisap

ditempatkan pada kepala janin.

Aplikasi cawan penghisap secara tepat :

10

Page 11: Ekstraksi Vakum

o Setelah cawan penghisap sudah berada pada posisi yang tepat,

dibuat tekanan vakum secukupnya agar cawan tidak bergeser dan

dipastikan bahwa tidak ada bagian jalan lahir yang terjepit

o Pusat diameter cawan penghisap harus berada di satu titik penentu

berupa titik imajiner anatomis yang berada di sutura sagitalis kira

kira 6 cm di belakang ubun ubun besar atau 1 – 2 cm di depan

ubun ubun kecil ( titik fleksi atau “ pivot point” )

o Semakin jauh titik pusat cawan penghisap bergeser dari sutura

sagitalis semakin besar pula kegagalan tindakan ekstraksi vakum

dan semakin besar pula tenaga yang diperlukan untuk melakukan

traksi oleh karena arah tarikan miring akan menyebabkan

terjadinya defleksi kepala janin.

o Ultrasonografi transperineal dapat digunakan untuk melihat

ketepatan pemasangan cawan penghisap.

3. Traksi

a. Bila pemasangan cawan penghisap sudah tepat, maka diberikan tekanan

vakum sebesar 550 – 600 mmHg dan dilakukan traksi bersamaan

11

Page 12: Ekstraksi Vakum

dengan adanya kontraksi uterus dan usaha ibu untuk meneran. Traksi

tidak perlu menunggu sampai terbentuknya chignon.

b. Arah tarikan berubah sesuai dengan penurunan kepala dalam jalan lahir.

c. Bila kontraksi uterus mereda maka tekanan vakum diturunkan sampai

sekitar 200 mmHg dan traksi dihentikan, traksi kepala diluar kontraksi

uterus akan memperbesar cedera pada kepala janin.

d. Bila kontraksi uterus mulai timbul kembali, tekanan dinaikkan sampai

besaran yang telah ditentukan dan dilanjutkan dengan traksi kepala janin.

e. Selama traksi, tangan kiri ( “non dominan hand” ) ditempatkan dalam

vagina dengan ibu jari pada cawan dan satu atau dua jari pada kepala janin.

Aktivitas ini dilakukan untuk mencegah terlepasnya cawan dari kepala.

12

Page 13: Ekstraksi Vakum

f. Umumnya dengan traksi pertama sudah dapat diketahui apakah kepala

janin semakin turun atau tidak. Bila tidak maka operator dapat melakukan

satu kali tarikan lagi untuk memastikan apakah tindakan ekstraksi vakum

dapat dilanjutkan atau dihentikan

J. LANGKAH KLINIK EKSTRAKSI VAKUM

PENUNTUN BELAJAR KETRAMPILAN KLINIK EKSTRAKSI VAKUM

LANGKAH / KEGIATAN

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK

1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda petugas yang akan melakukan

tindakan medik

2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan Kala II lama

3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik yang telah diduga

sebelumnya maupun tidak

4. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dengan jelas tentang penjelasan

tersebut diatas

5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk mendapat penjelasan ulang,

apabila ragu atau belum mengerti

6. Setelah pasien dan keluarganya mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan

tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani

formulir yang telah disediakan

7. Masukan lembar persetujuan medik yang telah diisi dan ditandatangani ke dalam catatan

medik pasien

8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah penolong memeriksa kelengkapannya,

catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi

PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN

A.    PASIEN

9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan

dengan air dan sabun

10. Uji pungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner

 11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki, dan penutup perut bawah

12. Medikamantosa:

13

Page 14: Ekstraksi Vakum

        oksitosin

b.       ergometrin

        prokain

13. Larutan antiseptik (providon iodin 10%)

14. Oksigen dengan regulator

15. Instrumen

a.       partus set: 1 set

b.      vakum ekstraltor: 1 set

c.       klem ovum: 2

d.      cunam tampon: 1

e.       tabung 5 ml dan jarum suntik no.23 (sekali pakai):2

f.       spikulum sims’s atau L dan kateter karet: 2 dan 1

B.     PENOLONG (Operator dan asisten)

16. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 1 set

17. Sarung tangan DTT sterilL: 2 pasang

18. Alas kaki (sepatu “boot” karet): 1pasang

19. Instrumen:

a. 

b.      monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter: 1

C. ANAK

20. Instrumen

         penghisap lendir dan sudep/penekan lidah: 1 set

         kain penyeka muka dan badan: 2

         meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan): 1

        inkubator: 1 set

         pemotong dan pengikat tali pusat: 1 set

         tabung 20 ml dan jarum suntik no 23/insulin (sekali pakai): 2

         katetern intravena atau jarum kupu-kupu: 2

         popok dan selimut: 1

PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN

21. Cuci tangan dan lengan (hingga siku) dengan sabun di bawah air mengalir

22. Keringkan tangan dengan handuk DTT

23. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker dan kacamata pelindung

14

Page 15: Ekstraksi Vakum

24. Pakai sarung tangan DTT/steril

25. Pasien dengan posisi litotomi, pasangkan alas bokong, sarung, kaki, dan penutup perut

bawah, fiksasi dengan klem kain 

26. Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan alat

untuk menolong bayi telah siap

27. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi

vakum (presentasi belakang kepala, tidak prematur, pembukaan lengkap, Hodge

IV/didasar panggul)

28. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, bersihkan

darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan

rendam dalam larutan tersebut

29. Pakai sarung tangan DTT steril yang baru

PEMASANGAN MANGKUK VAKUM

30. Masukkan mangkuk vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah

melewati introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkuk tidak

terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage di daerah ubun-ubun kecil)

31. Dengan jari tengah dan telunjuk tangan kiri, tahan mangkuk pada posisinya dan dengan

jari tengah dan telunjuk tangan kiri, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkuk,

untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau portio yang terjepit diantara mangkuk

dan kepala

32. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan kiri, jari tangan kanan

tetap menahan mangkuk pada posisinya, instruksikan asisten untuk mulai menaikkan

tekanan negatif dalam mangkuk vakum secara bertahap

33. Pompa hingga tekanan 100 mmHg (skala 10 atau -0,2 kg/sm2 pada jenis Malmstroom

klasik) setelah 2 menit, naikkan hingga 400 mmHg (skala 40 atau -0,4 kg/sm2

Malmstroom klasik). Tekanan maksimal adalah 600 mmHg (skala 60 atau -0,6 kg/sm2

Malmstroom), hanya dipakai bila his kurang kuat/memerlukan tarikan kuat (ingat:

jangan menggunakan tekanan maksimal pada kepala bayi, lebih dari 8 menit)

34. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien

harus mengedan sekuat & selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar

tekanan abdomen menjadi lebih efektif.

15

Page 16: Ekstraksi Vakum

PENARIKAN

35. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengejan seperti tersebut diatas,

lakukan penarikan dengan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan kanan

menarik pengait, ibu jari tangan kiri menahan mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada

kulit kepala bayi)

36. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi

(pada primi atau pasien dengan perineum kaku) dilakukan saat kepala mendorong

perineum: bila tarikan kedua dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya

pasien dirujuk (ingat: penatalaksaan rujukan)

37. Saat suboksiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahir berturut-

turut dahi, muka, dan dagu.

LAHIRKAN BAYI

38. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakan ke bawah untuk melahirkan bahu depan,

kemudian gerakan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan bayi

39. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan

serahkan bayi kepada petugas bagian anak

LAHIRKAN PLASENTA

40. Tunggu tanda lepasnya plasenta, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan

mendorong ke arah dorsokranial

41. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau

tidak lengkap)

42. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya

EKSPLORASI JALAN LAHIR

43. Masukkan spekulum sim’s/L atas dan bawah pada vagina

44. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomo atau robekan pada

dinding vagina di tempat lain

45. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah

samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan portio

46. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomi, lakukan penjahitan

PENJAHITAN EPISIOTOMI (UNTUK PRIMIPARA)

47. Pasang penopang bokong (beri atas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah disiapkan

dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan, submukosa dan

subkutis) bagian atas dan bawah. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum

16

Page 17: Ekstraksi Vakum

yang dianestesi dengan pinset bergigi

48. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut

bawah dengan kocher

49. Dimulai dari luka episiotomi bagian dalam, jahit luka bagian dalam secara jelujur

bersimpul ke arah luar, kemudian tautkan kembali luka kulit dan mukosa secara

subkutikuler atau jelujur matras

50. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat

dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih

51. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi

larutan antiseptik

52. Pasang kassa yang dibasahi dengan providon iodine pada tempat jahitan episiotomi

DEKONTAMINASI

53. Sementara masih menggunakan sarung tangan, kumpulkan instrumen dan masukkan ke

dalam wadah yang berisi cairan klorin 0,5%

54. Masukkan sampah bahan habis pakai ke tempat yang tersedia

55. Benda atau bagian yang tercemar darah atau cairan tubuh dibubuhi dengan klorin 0,5%

56. Masukkan tangan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%, bersihkan darah

atau cairan tubuh pasien yang melekat pada sarung tangan, lepaskan terbalik dan

rendam dalam wadah tersebut

CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN

57. Cuci tangan dan lengan hingga ke siku dengan sabun, dibawah air mengalir

58. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih

PERAWATAN PASCA TINDAKAN

59. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut

apabila diperlukan

60. Catat kondisi pasien pasca tindakan, dan buat laporan tindakan di dalam kolom yang

tersedia pada status pasien

61. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien (pertahankan infus

bila diperlukan. Bila keadaan umum cukup baik, lepaskan infus)

62. Beritahukan pada pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan dan pasien masih

memerlukan perawatan lanjutan

63. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan jenis dan lama perawatan

serta laporkan pada petugas tersebut jika ada keluhan/gangguan pascatindakan

17

Page 18: Ekstraksi Vakum

64. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi perawatan dan

pengobatan serta laporkan segera bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-

perubahan seperti yang ditulis dalam catatan pascatindakan

K. KOMPLIKASI

Pada Ibu :

Perdarahan

Infeksi jalan lahir

Trauma jalan lahir

Pada anak :

Ekskoriasi dan nekrosis kulit kepala

Cephal hematoma

Subgaleal hematoma

Perdarahan intrakranial

Perdarahan subconjuntiva, perdarahan retina

Fraktura klavikula

Distosia bahu

Cedera pada syaraf cranial ke VI dan VII

Erb paralysa

Kematian janin

Keunggulan ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam:

1. Tehnik pelaksanaan relatif lebih mudah

2. Tidak memerlukan anaesthesia general

3. Ukuran yang akan melewati jalan lahir tidak bertambah (cawan

penghisap tidak menambah ukuran besar bagian anak yang akan

melwati jalan lahir)

18

Page 19: Ekstraksi Vakum

4. Trauma pada kepala janin relatif rendah

Kerugian ekstraktor vakum dibandingkan ekstraksi cunam:

1. Proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Tenaga traksi pada ekstraktor vakum tidak sekuat ekstraksi cunam.

3. Pemeliharaan instrumen ekstraktor vakum lebih rumit.

4. Ekstraktor vakum lebih sering menyebabkan icterus neonatorum.

Berbagai rekomendasi berkaitan dengan tindakan ekstraksi vakum :

1. Klasifikasi persalinan dengan ekstraksi vakum hendaknya

menggunakan klasifikasi yang sama dengan ekstraksi cunam.

2. Indikasi dan kontraindikasi yang dipakai dalam ekstraksi cunam

hendaknya juga digunakan pada ekstraksi vakum.

3. Ekstraksi vakum tidak boleh dilakukan pada kepala yang masih belum

engage atau diatas station 0.

4. Operator hendaknya memiliki pengalaman yang cukup dalam

menggunakan peralatan ekstraksi vakum.

5. Operator harus segera menghentikan usaha persalinan pervaginam

dengan ekstraksi vakum bila cawan penghisap terlepas sampai 3 kali

saat melakukan traksi.

L. CEDERA PERSALINAN

a. Cedera pada Neonatus

Tidak ada satu tindakan persalinan operatif per vaginam yang tidak

disertai peningkatan resiko ibu dan atau anak. Angka kejadian kematian janin atau

cedera neonatus yang berat akibat EV sangat rendah dan berada pada rentang

0.1 – 3 kasus per 1000 tindakan EV.

Secara klinik, cedera kulit kepala terutama disebabkan oleh sifat fisik

cawan penghisap yang digunakan. Saat diberikan tekanan negatif, kulit kepala

19

Page 20: Ekstraksi Vakum

akan masuk kedalam cawan penghisap sehingga terjadi chignon. Traksi yang

terlalu kuat akan menyebabkan terpisahnya kulit kepala dari dasarnya sehingga

meski jarang namun dapat menyebabkan perdarahan (cephalohematoma dan

hemoragia subgaleal ).

Resiko lain yang dapat terjadi pada tindakan EV adalah :

Laserasi kulit kepala

Hemoragia retina

Fraktura kranium

Perdarahan subarachnoid

Laserasi kulit kepala janin

20

Page 21: Ekstraksi Vakum

Akibat EV sering terjadi ekimosis dan laserasi kulit kepala dan ini

umumnya terjadi bila cawan penghisap dengan tekanan tinggi berada diatas kulit

kepala janin dalam waktu yang relatif lama ( 20 – 30 menit ).

Cawan penghisap bukan suatu alat yang di masksudkan sebagai rotator ;

usaha melakukan rotasi kepala dengan menggunakan EV akan menyebabkan

cedera pada kulit kepala janin. Bila operator menghendaki terjadi rotasi kepala

maka hal itu dilakukan secara manual tanpa paksaan dan bukan dengan

menggunakan cawan penghisap.

Outcome neonatus jangka panjang

Tidak terdapat perbedaan outcome jangka panjang antara anak yang lahir

secara spontan dengan yang dilahirkan melalui EV atau EC.

Pengamatan outcome jangka panjang dalam berbagai penelitian dilakukan

sampai usia 18 tahun dan skoring dibuat atas kemampuan sekolah, berbicara,

perawatan diri sendiri dan status neurologi.

b. Cedera maternal

Resiko cedera ibu pada tindakan ekstraksi vakum lebih rendah dibandingkan

dengan tindakan ekstraksi cunam atau seksio sesar.

Laserasi jalan lahir

Laserasi perineum adalah komplikasi paling sering terjadi pada persalinan

operatif pervaginam. Seringkali terjadi robekan perineum berkaitan dengan

episiotomi. Ruptura perinei tingkat III dan IV pada tindakan EV berkisar antara

5 – 30% .

Angka kejadian ruptura perinei pada tindakan EV lebih rendah

dibandingkan tindakan ekstraksi cunam. Tindakan ekstraksi cunam sering

menyebabkan ruptura perinei totalis. Episiotomi elektif merupakan predisposisi

21

Page 22: Ekstraksi Vakum

terjadinya ruptura perinei tingkat IV dan banyak ahli berpendapat bahwa

episiotomi sebaiknya dikerjakan bila perineum yang tegang mengganggu jalannya

persalinan. Jenis episiotomi sebaiknya dari jenis medio lateral yang meskipun

rekosntruksinya lebih sulit namun jarang meluas sehingga menyebabkan ruptura

perinei tingkat IV ( ruptura perinei totalis ).

c. Inkontinensia urine dan inkontinensia alvi

Predisposisi genetik, distosia, persalinan spontan pervaginam, laserasi

obstetrik, multiparitas dan cara persalinan dapat menyebabkan cedera permanen

atau reversibel pada jaringan ikat panggul. Cedera pada struktur penyangga pelvik

merupakan resiko tak terhindarkan pada persalinan spontan per vaginam atau

persalinan operatif pervaginam.Organ visera panggul bergantung dari atas dan

disangga dari bawah. Keutuhan struktur penyangga tersebut tergantung pada

faktor intergritas otot, fascia dan persyarafan dari struktur terkait.

Struktur penggantung merupakan struktur pseudoligamen longgar yang

dinamakan ligamentum panggul. Jaringan ikat yang loggar tersebut bersama

dengan struktur pembuluh darah berada disekitar servik. Struktur penyangga

uterus adalah struktur komplek muskulofascial berupa diafrgama pelvik dan

diafragma urogenital. Diafragma pelvik terutaja terbentuk dari muskulevator ani.

Diafragma urogenitalis terdiri dari berbagai otot kecil dan jaringan ikat yang

terbentang dari “central perineal body” menyebar secara radial dan melekat pada

berbagai tulang dan ligamentum pada dinding lateral panggul.

Perjalanan janin melalui jalan lahir akan menyebabkan distorsi dan cedera

jaringan panggul. Selama proses persalinan per vaginam, ligamentum dan otot

panggul mengalami robekan kecil yang juga menyebabkan trauma syaraf.

Berbagai laserasi spontan atau ekstensi dari luka episiotomi dapat menyebabkan

cedera lebih lanjut antara lain cedera sfingter rektum.

22

Page 23: Ekstraksi Vakum

BAB III

KESIMPULAN

EV merupakan persalinan operatif pervagina, yang efektif dan aman. Operator

harus menggunakan peralatan ini dengan hati hati untuk membatasi terjadinya

cedera maternal atau fetal. Penggunaan instrumen vakum untuk persalinan

operatif per vaginam harus dilakukan oleh operator yang berpengalaman dan

kompeten.

1. Persiapkan informed consent

2. Batasi traksi sampai maksimal 5 kali

3. Batasi lepasnya vakum sampai 3 kali

4. Traksi pertama sudah disertai dengan penurunan bagian terendah janin

5. Tindakan jangan melampaui waktu 20 menit

6. Hindari tindakan ekstraksi vakum pasca tindakan cunam yang gagal

7. Jangan paksakan tindakan bila terasa sulit

8. Catat semua prosedur tindakan dengan baik.

23

Page 24: Ekstraksi Vakum

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Acuan Nasional. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

2. Benson RC, Pernoll ML.1994. Hand book of Obstetric & Gynaecology.

Mc Graw-Hill.

3. Cunningham FG, Mac Donald PC, Gan NF et al. 1997. Williams

Obstetrics, 20 th ed. Appleton and Lange.

4. Widjanarko,Bambang, 2010. Ekstraksi Vakum.

File:///G:/ekstraksi vakum/INFORMASI REPRODUKSI EKSTRAKSI VAKUM.htm . .

Diakses tanggal 28 Maret 2012. Jam 21.20

5. Soni,2010. Ekstraksi Vakum.

http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc/2010/02/ekstraksi

vakum.html.

Diakses tanggal 28 Maret. Jam 21.40

6. Marzanie, Hanifa dan Desy Kurniawati. 2009. Obgynacea.Yogyakarta,

Indonesia.

7. Wiknjosastro H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

8. Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

9. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

10. Supono. 1983. Ilmu Kebidanan Bagian Tindakan. Palembang: Bagian

Obgyn RSMH FK Unsri.

24

Page 25: Ekstraksi Vakum

25