19
EKSTRAKSI AGAR Oleh : Nama : Annisa Dwi Septiani NIM : B1J013100 Kelompok : 1 Rombongan : I Asisten : Rendie Prasetyo LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

Ekstrasi Agar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan fikologi Ekstrasi agar

Citation preview

EKSTRAKSI AGAR

Oleh :

Nama: Annisa Dwi SeptianiNIM : B1J013100Kelompok: 1Rombongan: IAsisten: Rendie PrasetyoLAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGIKEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO2015I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya kelautan yang saat ini telah banyak dikembangkan dan merupakan komoditi penting dalam dunia perdagangan khususnya perdagangan hasil-hasil kelautan disamping ikan. Pengolahan rumput laut saat ini menuntun adanya peningkatan hasil penanganan pasca panen baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Rumput laut banyak diproduksi karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Pada umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pada pengeringan saja. Rumput laut kering masih merupakan bahan baku dan harus diolah lagi. Pengolahan rumput laut kering dapat menghasilkan agar-agar, karaginan, atau algin tergantung kandungan yang terdapat dalam rumput laut. Pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh pabrik walaupun sebenarnya dapat juga dilakukan oleh petani. Di kalangan masyarakat umum, khususnya masyarakat nelayan rumput laut sering hanya dikonsumsi langsung tanpa mengalami pengolahan.Agar merupakan polisakarida yang tersusun dari dua fraksi utama, yaitu agaropektin dan agarosa. Agar memiliki sifat yang khas yaitu sifat gelasi (kemampuan membentuk gel), viskositas (kekentalan), dan melting poin (suhu mencairnya gel) yang sangat menguntungkan untuk dipakai dalam dunia industria pangan dan non pangan. Fungsi utama agar adalah sebagai bahan pemantap, bahan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Agar banyak dimanfaatkan dalam beberapa bidang industria, misalnya industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kulit, dan sebagai media pertumbuhan mikroba. Pemanfaatan dalam industria farmasi, agar digunakan sebagai pencahar atau peluntur dan media kultur bakteri. Pemanfaatan dalam industria kosmetika digunakan dalam industria salep, cream, sabun, dan pembersih muka (lotion). B. Tujuan

Tujuan praktikum ekstraksi agar adalah untuk mengetahui nilai rendemen agar dan proses ekstraksi agar dari rumput laut Gracilaria verucosa.C. Tinjauan PustakaRumput laut merupakan golongan makro alga yaitu kelompok tumbuhan berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni. Hidup bersifat bentik di tempat-tempat yang perairannya dangkal dan dasar perairannya berpasir, berlumpur atau berpasir berlumpur. Rumput laut menyenangi daerah pasang surut yang perairannya jernih dan menempel pada karang yang mati, potongan karang maupun substrat keras lainnya, baik yang dibentuk secara alamaiah maupun buatan (Afrianto dan Liviawati, 1998). Spesies-spesies rumput laut yang dewasa ini bernilai ekonomi penting di Indonesia salah satunya adalah anggota rumput laut merah (Rhodophyta) yang berperan dalam dunia perdagangan dan industri. Spesies-spesies komersial dari rumput laut merah ini kebanyakan berasal dari marga Eucheuma, Gelidium, Gelidiella, Gracilaria dan Hypnea. Enteromorpha intestinalis merupakan jenis Rhodophyta yang berfungsi sebagai obat anti jamur, bakteri, sumber asam folat, sumber focoferol, vitamin E, sumber protein dan sebagai obat penurun tekanan darah tinggi / hipertensi (Handayani, 2006).Beberapa rumput laut merah penghasil hidrokoloid, antara lain: agar (dihasilkan dari jenis-jenis agarofit) dan karaginan (dihasilkan dari jenis-jenis karaginofit). Rumput laut yang mengandung karaginan berasal dari marga Eucheuma. Karaginan ada tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal dengan tipe spinosum, kappa karaginan dikenal dengan tipe cottonii dan lambda karaginan. Ketiga macam karaginan ini dibedakan karena sifat jeli yang terbentuk. Iota karaginan berupa jeli lembut dan fleksibel atau lunak. Kappa karaginan jeli bersifat kaku dan getas serta keras. Sedangkan lambda karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi berbentuk cair yang viscsous/kental (Atmadja dan kadi, 1996).

Agarofit adalah rumput laut penghasil agar (Atmadja dan kadi, 1996). Agar adalah polisakarida kompleks, terutama yang diambil dari beberapa rumput laut merah seperti Gracilaria sp., Gracilariopsis sp., Gelidium sp., Gelidiella sp., Pterocladia sp. dll Dari yang sedikit genera, Gracilaria dan Gracilariopsis dikenal sebagai Gracilarioids yang berkontribusi terhadap hampir 53% dari total produksi agar dunia (Sahu, 2013).II. MATERI DAN METODEA. MateriAlat-alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, saringan, kertas pH, kain saring 100 mesh, pengaduk, blender, baki, panci, kompor, gelas ukur 100 ml, dan 500 ml.Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah rumput laut Gracilaria verucossa, KOH 10%, H2O2 10% dan air.B. MetodeRumput laut Gracilaria verucossa 100 gramDirendam airDiblenderDimasukan air sebanyak 500 ml dan rumput laut ke dalam panci

Dipanaskan

Ditambah KOH 10% Disaring

Dipanaskan, ditambah H2O2 10% dan 500 ml airDituang ke nampan

DijemurDihitung rendemen agar

Rendemen agar (g) = Produk akhir (g) x 100%

Bobot Bahan Baku (g) Nilai rendemen dihitung

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HasilB. Gambar 3.1 Gracilaria verrucossa

Gambar 3.2 Gracilariaverrucossa setelah pemanasan

setelah ekstraksi

Gambar 3.3 Ekstrak agar

Gambar 3.3 Ekstrak agar sebelum penjemuran

setelah penjemuranRendemen agar (%) = Produk akhir (g) x 100%

Bobot bahan baku (g)

= 14,1 gram x 100%

100 gram

= 14,1 %B. Pembahasan

Agar adalah galaktan sulfat kompleks yang diekstrak dari rumput laut kelas Rhodophyceae (Kennedy, 1988). Galaktan adalah polimer dari galaktosa. Diawali dari penelitian Araki, dapat diketahui bahwa agar memiliki dua komponen utama sebagai zat penyusunnya, yaitu agarosa dan agaropektin. Agarosa merupakan polimer netral, sedangkan agaropektin adalah polimer yang mengandung sulfat. Rasio dari polimer ini sangat bervariasi pada setiap jenis rumput laut. Pada umumnya persentase agarosa dalam agar pada setiap jenis rumput laut berkisar antara 50% dan 90% (Glicksman, 1983).

Fungsi utama agar-agar dalam berbagai industri adalah sebagai bahan pemantap(stabilizer), bahan penolong atau pembuat emulsi(emulsifier), bahan pengental(thickener), bahan pengisi (filler), dan bahan penolong pembuat gel(gelling agent). Agar-agar dipakai untuk berbagai keperluan, seperti dalam pembuatan roti. Selain untuk bahan makanan, agar-agar digunakan pula sebagai bahan pencampur dalam proses pembuatan ice cream, kembang gula, pudding maupun selai (Affrianto dan Liviawati, 1989).Satari (2001) menyatakan bahwa sifat agar-agar antara lain dapat membentuk gel dalam larutan yang sangat encer, misalnya konsentrasi 1% dan konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,04%. Agar-agar membentuk gel yang stabil dalam larutan 1,5% pada suhu 320- 390C dan tidak meleleh pada suhu di bawah 850C. Munaf (2002) menambahkan bahwa beberapa sifat dari agar-agar adalah pada suhu 250C dengan kemurnian tinggi tidak larut dalam air dingin tetapi larut dalam air panas. Agar berbentuk padat pada suhu 32-390C dan mencair pada suhu 60-970C pada konsentrasi 1,5%. Agar-agar dalam keadaan kering sangat stabil pada suhu tinggi dan pada kondisi pH rendah akan mengalami degradasi. Sifat yang paling menonjol dari agar-agar adalah memiliki daya gelasi (kemampuan membentuk gel), viskositas (kekentalan), setting point (suhu pembentukan gel), dan melting point (suhu mencairnya gel) yang sangat menguntungkan untuk dipakai pada dunia industri pangan maupun nonpangan. Rumput laut mempunyai kandungan kimia seperti protein, mineral, trace elements, karbohidrat (Manivannan et al., 2008).

Proses pembuatan agar-agar kertas menurut Afrianto dan Liviawati (1989), dilakukan dengan cara :

1. Rumput laut yang telah dipanen dari laut kemudian dibersihkan dari kotoran yang ada.

2. Setelah bersih kemudian dijemur selama satu sampai tiga hari, tergantung dari keadaan cuaca.

3. Selanjutnya rumput laut tersebut direndam dalam air kapur atau kaporit selama 3x24 jam kemudian direndam dalam air tawar yang bersih selama 1-3 jam.

4. Proses selanjutnya adalah perendaman rumput laut di dalam bak yang telah diisi asam sulfat (H2SO4) sambil diaduk selama 15 menit dan setelah itu dicuci dengan air tawar yang bersih selama 15 menit kemudian ditiriskan.

5. Proses selanjutnya, masukkan rumput laut ke dalam sebuah wadah aluminium yang telah diisi air. Volume air berkisar antara 20-25 kali berat rumput laut. Tambahkan asam cuka ke dalam wadah kemudian panaskan selama kurang lebih 2-3 jam. Setelah air mendidih, cairan yang ada kemudian dituangkan ke dalam suatu wadah sedangkan rumput laut yang ada dipadatkan atau dipres dengan alat khusus. Cairan yang keluar dari mesin tersebut segera disaring dan dimasukkan ke dalam cetakan-cetakan kecil yang terbuat dari bahan seng.

6. Biarkan beberapa saat hingga airnya dingin dan mulai membeku. Ampas hasil pengepresan tadi dapat dipergunakan untuk makanan ternak maupun pupuk.

7. Proses selanjutnya adalah memasukkan cetakan-cetakan tadi ke dalam ruang pendingin khusus selama 6-8 hari. Usahakan agar temperatur ruangan tetap berkisar antara -630C. Setelah membeku, lepaskan agar-agar dari cetakan dan irislah dengan alat pengiris khusus sehingga masing-masing mempunyai ketebalan 1 cm. Irisan ini kemudian direndam dalam larutan kaporit dan dijemur hingga kering. Perendaman ke dalam kaporit mempunyai tujuan untuk menghasilkan agar-agar yang lebih putih. Jumlah agar-agar kertas yang terbentuk adalah kurang lebih 10 % dari berat total bahan.

Fungsi beberapa larutan yang dipakai dalam ekstraksi agar adalah KOH 10% berfungsi untuk meningkatkan gel agar. H2O2 10% berfungsi untuk memecahkan thalus dan mencerahkan warna rumput laut. Air juga dibutuhkan dalam proses ini yaitu sebagai pelarut. Selain fungsi larutan, beberapa perlakuan juga memiliki tujuan masing-masing. Berikut adalah fungsi dari masing-masing perlakuan:1. Pemblenderan dilakukan untuk mempermudah pembentukan serat agar.

2. Pemanasan dilakukan untuk melunakkan dinding sel dari Gracilaria verrucossa.3. Perendaman memiliki tujuan sebagai berikut: Membuat rumput laut menjadi lunak dan komponen agar yang larut dalam air dapat larut dalam bahan perendam sehingga menyebabkan hasil baik jumlah rata-rata berat kering, tekstur, maupun warna.

Menarik protein dan bahan lain seperti NaCl, kalium, yodium, dan tidak menutup kemungkinan sama halnya dengan zat warna.

Rumput laut menjadi elastis dan tidak mudah pecah.

Menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika kimia yang mengarah pada denaturasi dinding sel dari rumput laut tersebut. Perubahan komponen internal dalam proses perendaman menyebabkan rendemen agar yang diekstrak meningkat (Darmawan et al., 2004)Pada praktikum acara ekstrsi agar ini, rumput laut yang digunakan merupakan jenis Gracilaria verrucosa. Rumput laut Gracilaria verrucosa merupakan jenis rumput laut yang mudah dibudidayakan dan banyak tersebar terutama di daerah tropis. Jenis ini banyak ditemukan di daerah pesisir dangkal, kedalaman 2-5 m (Ariyanti, 2012). Gracilaria verrucosa merupakan jenis rumput laut yang berpotensi dikembangkan untuk ekspor karena mengandug agar-agar yang sangat tinggi dan bermanfaat untuk berbagai keperluan. Rumput laut Gracilaria umumnya mengandung agar, atau disebut juga agarofit sebagai hasil metabolisme primernya. Gracillaria verrucosa memiliki ciri-ciri thalus berbentuk silindris dan permukaannya licin. Thalus tersusun oleh jaringan yang kuat, bercabang-cabang dengan panjang kurang lebih 250 mm, garis tengah cabang antara 0,5 2,0 mm. percabangan alternate yaitu posisi tegak percabangan berbeda dengan tingginya, bersebelahan, atau pada jarak tertentu berbeda satu dengan yang lain, kadang-kadang hamper dichotomous dengan pertulangan lateral yang memanjang menyerupai rumput. Bentuk cabang silindris dan meruncing di ujung cabang (Sinulingga, 2006).Klasifikasi Gracilaria verrucosa menurut Anggadiredja et al. (2006) yaitu:

Divisio

: Rhodophyta

Classis

: Rhodophyceae

Ordo

: Gigartinales

Familia: Gracilariaceae

Genus

: GracilariaSpesies: Gracilaria verrucosa Berdasakan hasil yang diperoleh pada praktikum esktraksi agar dengan bobot kering rumput laut sebesar 100 gram diperoleh rendemen agar sebesar 14,1% atau hanya diperoleh senyawa agar seberat 14,1 gram. Kandungan agar dari Gracilaria ini sangat bervariasi tergantung dari spesies dan lokasi pertumbuhannya yang umumnya berkisar antara 16%-45% (Aslan, 1991). Standar mutu agar-agar di Indonesia menurut FAO dalam Indriani dan Suminarsih (1999) adalah kadar air sebesar 15-21%, kadar abu maksimal 4%, kadar karbohidrat sebagai galakton minimal 30%, logam berbahaya (arsen) tidak ada, zat warna tambahan sesuai yang diinginkan untuk makanan dan minumanHasil ekstraksi yang mendekati standar namun masih minimal ini terjadi karena proses ekstraksi agar tidak dilakukan secara sempurna (adanya pengurangan waktu pada tiap tahapnya) (Winarno, 1990). Faktor lain dapat disebabkan karena penggunaan rumput laut masih terlalu muda untuk dibuat ekstraksi, jenis rumput laut yang digunakan, lama perendaman, lama ekstraksi, serta konsentrasi zat yang digunakan dalam perendaman dan pelembutan (Fateha, 2009). Skala produksi juga mempengaruhi rendemen, di mana skala produksi yang besar akan menghasilkan rendemen yang besar pula. Besar kecilnya rendemen agar dipengaruhi oleh suhu, pada suhu yang maksimum struktur agar tidak stabil dan mudah rusak (Munaf, 2002)IV. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan1. Persentase rendemen agar dari Gracilaria verrucosa adalah 14,1 %.2. Tahapan ekstraksi agar adalah pencucian dan pembersihan, pengeringan, perendaman dan pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan (ekstraksi), pengepresan, pendinginan, pengeringan, dan perhitungan rendemen agar.

B. SaranSaran untuk praktikum ini adalah nyala api kompornya terlalu kecil sehingga pemasakan agar kurang optimal.DAFTAR REFERENSIAfrianto, E. dan E. Liviawati. 1989. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Bhatara. Jakarta.Ariyanti, D. dan Nurcahyani, I. 2012. Studi Karakteristik Biopolimer Gracilaria verrucosa sebagai Bahan Penjerap. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol.10(2):85-88.

Anggadiredja, J. T., Zatnika A., Purwoto H, Istiani S. 2006. Rumput Laut Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta.Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.Atmadja, W.S., A. Kadi, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanografi-LIPI, Jakarta. Darmawan, M., Tazwir dan H. E. Irianto. 2004. Fortifikasi Kue Keik menggunakan Bubuk Gracilaria sp dan Sargassum filipendula Sebagai Sumber Asam Lemak Omega-3 dan Iodium. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.10(3):85-93.Fateha . 2009. Teknik Penanganan Pasca Panen Rumput Laut Coklat, Sargassum filipendula Sebagai Bahan Baku Alginat. Teknisi Litkayasa Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Jakarta.Handayani, T. 2006. Protein pada Rumput Laut. Oseania, Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta, 4: 23-30.Indriani, H dan Suminarsih. 1999. Budidaya, Pengelolaan serta Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.Manivannan, K., Thirumanan, G., Devi, G. Karthikai., Hemalatha, A., Anantharaman, P. 2008. Biochemical Composition of Seaweeds from Mandapam Coastal Regions along Southeast Coast of India. American-Eurasian Journal of Botani, 1 (2) : 32-37.Munaf, D.J. 2002. Rumput Laut Komoditi Unggulan. PT Grasindo. Jakarta.

Satari, R. 2001. Karakterisai Polisakarida Agar dari Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Kumpulan Makalah Seminar Maritim Indonesia, Perikanan: 227-245.Sinulingga. M., dan Sri Darmanti. 2006. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir : 32-38.Suhu, Nivedita., and Dinabandhu Sahoo. 2013. Study of morphology and Agar Contents in Some important Gracilaria Species of Indian Coast. American journal of Plant Sciences. 4: 52-59.Winarno, F.G . 1990 . Teknologi Pengolahan Rumput Laut . Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Nilai rendemen dihitung