Upload
rizka-nurbaiti-lubis
View
56
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
etika
Citation preview
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan mengharapkan
ridha yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjul Kode Etik untuk Profesi Farmasi . Makalah ini disusun
bertujuan untuk memenuhi tugas undang-undang dan etika farmasi. Salawat dan
salam disampaikan kepada junjungan alam nabi muhammad SAW.
Makalah ini ditulis sebagai upaya untuk memberi pengetahuan kepada pembaca
tentang kode etik di profesi farmasi yang meliputi Kode Etik dibagi menjadi lima
bagian, yaitu: hubungan dengan pasien dan masyarakat, tanggung jawab
terhadap profesi, inter-dan intra-profesional hubungan, hubungan dengan
peraturan danotoritas administratif, serta promosi dan iklan.
Penulis menyadari sepenuhnya , bahwa dalam penyelesaian makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr . delina, selaku dosen
Etika dan Perundang-undangan dibidang Farmasi, yang telah memberikan
kesempatan serta arahan selama pendidikan dan penulisan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapatmemberi pengetahuan tentang kode
etik pada farmasi menjadi pedoman bagi apoteker serta teknisi farmasi dalam
berperilaku atau beretika.
Tangerang, Oktober 2013
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
I.3 Perumusan Masalah .................................................................................
I.4 Tujuan ......................................................................................................
I.5 Manfaat ....................................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
BAB IV METODELOGI HASIL DAN PEMBAHASAN....................................
LAMPIRAN –LAMPIRAN ....................................................................................
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kode Etik profesi farmasi menetapkan prinsip-prinsip wajib bagi apoteker dan
teknisi farmasi untuk berperilaku dalam menjalankan profesinya.
Kode Etik diterbitkan oleh Dewan Farmasi sesuai dengan ketentuan yang
dibuat berdasarkan Pasal 16 (d) Health Care Professions Act, 2003 yang
menyatakan bahwa salah satu fungsi dari Dewan Farmasi harus profesional
dalam menentukan dan menegakkan standar etika bagi apoteker dan teknisi
farmasi yang mulai berlaku pada tanggal 21 November 2003.
Prinsip-prinsip tersebut menyatakan tanggung jawab dan nilai-nilai
professional yang fundamental dan melekat pada profesi farmasi. Prinsip
terebut mengreflekasikan dan mendukung perkembangan praktek yang
berpusat pada pasien dan mempertimbangkan hak-hak dan tanggung jawab
pasien.
Prinsip tersebut bertujuan untuk membimbing apoteker , teknisi farmasi
dalam hubungan mereka dengan pasien, kolega, peraturan dan otoritas
administratif dan masyarakat.
Prinsip tersebut merupakan pedoman untuk memberikan layanan berkualitas
tinggi secara konsisten, dimana pelayanan tersebut melindungi dan
memajukan kesejahteraan pasien dan masyarakat dan memelihara kepercayaan
3
masyarakat terhadap profesi farmasi. Prinsip tersebut juga memberi
informasi pasien dan masyarakat standar perilaku yang harus dimiliki dari
apoteker.
Apoteker dan teknisi farmasi harus menjadi prinsip-prinsip ini sebagai
pedoman dalam menjalakan profesi mereka dan dalam berperilaku. Mereka
harus menghindari setiap tindakan atau kelalaian, dalam ruang lingkup yang
menjadi tanggung jawabnya, yang akan merugikan penyediaan jasa layanan
farmasi, atau menyebabkan kerugian bagi pasien atau masyarakat, atau
merusak kepercayaan dan kehormatan profesi.
Kode ini harus dibaca bersama dengan undang-undang tentang profesi
farmasi yang berlaku saat ini baik secara langsung maupun tidak langsung dan
pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Farmasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara apoteker dengan masyarakat dan pasien;
intra dan inter- profesional; serta dengan pihak berwenang dan
administrasi?
2. Apa Saja Yang Menjadi Tanggung Jawab Farmasi?
3. Bagaimana aturan dalam promosi dan periklanan dibidang faramasi?
4
1.3 Tujuan
1 Apoteker dan pelajar dibidang farmasi dapat mengetahui dan memahami
hubungan antara apoteker dengan masyarakat dan pasien; intra dan inter-
profesional; serta dengan pihak berwenang dan administrasi.
2 Apoteker dan pelajar dibidang farmasi dapat mengetahui perkembangan
etika profesi.
3 Apoteker dan pelajar dibidang farmasi Dapat mengetahui dan. memahami
aturan dalam promosi dan periklanan dibidang farmasi.
1.4 Metodelogi
Subkomite yang bertanggung jawab atas penyusunan Kode Etik baru untuk
profesi farmasi membahas masalah secara transparan dan inklusif serta
melibatkan profesi dan masyarakat selama proses berlangsung. Draft pertama
dari Kode etik dikirim ke stakeholder, semua apoteker yang terdaftar dan
teknisi farmasi dan sejumlah organisasi pasien untuk menyatakan komentar
mereka. Selanjutnya, masyarakat umum, melalui siaran pers juga diberitahu
tentang rancangan kode dan diminta untuk berkomentar. Pada bulan
November 2007, Dewan menyetujui bahwa pertemuan dengan stakeholder
untuk membahas draft terbaru dari Kode Etik. Rancangan Kode itu
ditempatkan di situs Apotek Dewan dan menjadikannya perhatian semua
apoteker dan farmasi teknisi. Hal ini dilakukan untuk mendorong
terselenggaranya dialog terbuka.
Selama proses penanggapan, konsultasi dan anggota individu bersikap positif
dan memberi kontribusi untuk membentuk kode etik baru
Dalam menyusunan Kode etik tersebut, sub – komite memiliki beberapa
pertimbangan yaitu sebagi berikut:
5
• FIP Pernyataan Standar Profesional tentang Kode Etik Apoteker , 2004;
• Oviedo Convention , Dewan Eropa ;
• Piagam Manusia Fundamental Hak Uni Eropa . Desember 2000 ;
• Nilai umum Profesi Liberal di Uni Eropa , CEPLIS Jul 2007;
• Vottero LD . Kode Etik Apoteker . Am J Kesehatan – Syst Pharm 1995;
• Ciappara MA . Apoteker –pasien Hubungan : Isu Etis . MPhil dis , 1999;
• Kode Etik , Dewan Farmasi Selandia Baru , 2004;
• Kode Etik Apoteker dan Teknisi Farmasi , Kerajaan Pharmaceutical Society
of Great Britain , Agustus 2007 ;
• Kode Etik Profesional , Pharmaceutical Society of Australia , 1998;
• Pedoman Etika Apoteker , The Pharmaceutical Swedia Association, 1995;
• Kode Etik Apoteker , Amerika Asosiasi Farmasi , 1994;
• Codice Deontologico , Federazione Ordini Farmacisti Italiani ;
• Kode de Deontologie des Pharmaciens , Ordre National des Pharmaciens ,
1995;
• Kode Etik , Alberta Farmasi Asosiasi ;
• Kode Etik berbagai profesi di Malta ;
• Etika dan Profesi Farmasi , Dewan Farmasi , 1974;
• Karta tad - Drittijiet u tar - Responsabilitajiet tal - Pazjent , St Luke Rumah
Sakit , September 2001
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Defisi etika dan farmasi
Etika berasal dari bahasa yunani kuno. Kata yunani ethos dalam bentuk
mepunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang;
kebiasaan, adat; akhlak; watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk
jamak artinya adalah adat kebiasaan. Sehingga etika berarti: ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. (Bertens,1993)
Apoteker adalah praktisi kesehatan yang merupakan bagian dari sistem
rujukan profesional. ( charles,2003 )
Farmasi (bidang kefarmasian) adalah suatu profesi yang concerns, commits,
dan competents tentang obat. Dari definisi tersebut muncul istilah profesi,
yaitu suatu pekerjaan (occupation) yang menunjukkan karakter specialised
knowledge dan diperoleh melalui academic preparation. (Wertheimer dan
Smith, 1989)
Pengertian profesi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu (Wertheimer dan
Smith, 1989):
Pertama, statutory profession, berdasarkan legislative act, profesi yang
didasarkan atas undang-undang.
Kedua, learned profession, merupakan out-put suatu pendidikan tinggi dengan
proses belajar-mengajar yang membutuhkan waktu relatif panjang,
berkesinambungan, dan karakteristik.
Tanggung jawab apoteker dalam pelayanan farmasi
7
Untuk melaksanakan tanggung jawab profesional apoteker dalam pelayanan
farmasi pada umumnya dan di rumah sakit pada khususnya, apoteker wajib
menerapkan empat unsur utama dari pelayanan farmasi, yaitu: (charles, 2003)
1) Pelayanan farmasi yang baik
2) Pelayanan profesi apoteker dalam proses penggunaan obat
3) Praktik dispending yang baik
4) Pelayanan profesional apoteker yang proaktif dalam berbagai kegiatan
dan kepanitiaan yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan
kepada penderita.
Pelayanan farmasi yang luas mencangkup keterlibatan dalam berbagai
kegiatan untuk memastikan kesehatan yang baik dan menghindari kesakitan
dalam populasi. Apabila pengobatan kesehatan yang sakit diperlukan , mutu
dari tiap proses penggunaan obat penderita harus dipastikan untuk mencapai
manfaat terapi maksimal dan menghindari efek samping yang tak
menguntungkan. Hal ini mensyaratkan apoteker menerima tanggungjawab
bersama dengan profesional lain dan dengan penderita untk hasil terapi.
(Charles, 2003)
Istilah pharmaceutical care telah ditetapkan sebagai suatu filosofi praktik,
dengan penderita dan masyarakat sebagai pewaris utama dari kepedulian
apoteker. Ole karena konsep dasar pharmaceutical care dan praktif farmasi
yang baik sebagian besar adalah identik, dapat dikatakan bahwa praktik
farmasi yang baik adalah cara untuk menerapkan pharmaceutical care.
(Charles, 2003)
Beberapa persyaratan pelayanan farmasi yang baik (PFB) yang dirumuskan
oleh WHO sebagai berikut. (World health organization, 1996)
1. PFB mensyaratkan bahwa perhatian pertama dari seorang apoteker
haruslah kesejahteraan/keselamatan penderita di rumah sakit.
8
2. PFB mensyaratkan bahwa inti dari kegiatan IFRS adalah penyediaan
obata-obatan dan produk perawatan kesehatan lainnya dengan mutu
terjamin, informasi, dan nasehat yang tepat bagi penderita dan
pemantauan efek dari penggunaannya.
3. PFB mensyratkan bahwa suatu bagian terpadu dari kontribusi apoteker
adalah penyempurnaan penulisan order/resep yang rasional dan
ekonomis serta ketetapan penggunaan obat
4. PFB mensyratkan bahwa tujuan tiap unsur drai pelayanan farmasi adalah
relevan dengan individu, secara jelas ditetapkan dan secra efektif
dikomunikasikan kepada semua yang terlibat
Kode Etik Apoteker Terhadap Pasien
Kode etik apoteker Indonesia pasal 9 menyatakan “ seorang apoteker dalam
melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat.
Menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insane.
Implementasi-jabaran kode etik ini adalah: (anonim,2010)
1. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari
seorang apoteker.
2. Setiap tindakan dan keputusan professional dari apoteker harus bepihak
kepada kepentingan pasien dan masyarakat
3. Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam
keputusan pengobatan mereka
4. Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga
kesehatan pasien khususnya janin, bayi anak-anak serta orang yang dalam
kondisi lemah.
5. Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien
adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pakai
obat yang tepat
6. Seorang apoteker harus menjaga kerahasian pasien, rahasia kefarmasian,
dan rahasia kedokteran dengan baik.
9
7. Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah
ditetapkan oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya.
8. Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda
dengan permintaan seorang dokter, maka apoteker harus melakukan
komunikasi denga dokter tersebut, kecuali peraturan perundangan
membolehkan apoteker mengambil keputusan demi kepentingan pasien.
Pemasaran Dan Periklanan Di Industri Farmasi
Pemasaran sangat penting untuk kesuksesan semua perusahaan. Di industri
farmasi, bentuk pemasaran dapat disebutkan sebagai berikut. (James, 2010)
1. Tim penjualan (detailers)
2. Pengiriman lewat pos (direct mail)
3. Sampel yang diberikan kepada para dokter (samples)
4. Iklan dalam jurnal kedokteran (advertisements)
5. Menjadi sponsor kegiatan kependidikan lanjutan para dokter (continuing
education programs).
6. Iklan dalam media massa (public media advertising).
Di Indonesia banyak kecurigaan tentang kemungkinan kerja sama antara
dokter dan perusahaan farmasi. Untuk meperbaiki citra professional dari
dokter medis Indonesia, indonesi doctors association (IDI) menandatangani
persetujuan dengan Indonesian assosiaciation of pharmaceutical
manufacturers (GP farmasi) pada tahun 2007. Kedua pihak akan menghormati
kode-kode etika yang berlaku dibidang masing-masing. Para dokter tidak
boleh mengarahkan pasien ke produk-produk tertentu. Pada maret 2007 IPMG
merevisi kode etika untuk pemasaran. Revisi tersebut bukan hanya bereaksi
pada tingkah laku kolusi antara para dokter dan sales rep. pada dasarnya revisi
meyakinkan kesejahteraan pasien. Kode etika IPMG jauh lebih ketat daripada
kode etika yang lama. Kode etika IPMG baru menekankan penjelasan-
penjelasan yang ketat dan lebih jelas dari bahan-bahan promosi serta
10
pertanggungjawaban (accountability) dari perusahaan perusahaan farmasi. Hal
penting lain termasuk keterbatasan-keterbatasan dalam pemberian kepada para
dokter contoh-contoh obat baru (free samples), perjalanan-perjalanan, hadiah-
hadiah atau penanggung jawab untuk pertemuaan ilmiah. (James, 2010)
Advertising adalah semua usaha untuk mempromosikan produk obat dan
disponsori atau dibayar oleh produsen obat. (James, 2010)
Pada tahun 1981, FDA menetapkan peraturan bahwa periklanan untuk obat
harus mencakup pernyataan yang benar mengenai efek samping, kontra
indicator, dan keefektifan obat tersebut. Yang dilarang adalah iklan
palsu,kurang seimbang (lacking in fair balance), atau menipu.(James, 2010)
Dapus
1. Anonim. 2010. Kode Etik Apoteker Indonesia Dan Implementasi-Jabaran
Kode Etik. Ikatanan Apoteker Indonesia
2. Bertens,k. 1993. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
3. Charles. 2003. Famasi Rumah Sakit. Jakarta: EGC
4. Spilane, James J. 2009. Ekonomi Farmasi. Jakarta: Grasindo
5. Anonim. 1996. Good Pharmacy Practice (GPP) In Community And
Hospital Pharmacy Settings : World Health Organization
11