105
ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN GENERASI Z DI KASSI KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA (KAJIAN SOSIOPRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh EFY NURHASANAH 105331104516 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

i

ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN GENERASI Z

DI KASSI KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

(KAJIAN SOSIOPRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh

EFY NURHASANAH

105331104516

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

ii

Page 3: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

iii

Page 4: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

iv

Page 5: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

v

Page 6: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

Waktu tidak akan membuat kamu lupa,

tapi waktu akan membuat kamu tumbuh dan mengerti banyak hal.

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada : kedua orang

tuaku, kakak-kakakku, keluarga besar, sahabat, teman, dan semua pihak yang

senantiasa memberikan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan

menjadi kenyataan.

vi

Page 7: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

vii

ABSTRAK

Efy, Nurhasanah. 2020. Etika dan Kesantunan Berbahasa Perempuan

Generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Prodi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Munirah dan Pembimbing II

Wahyuningsih.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan wujud etika berbahasa

perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba dan untuk

mendeskripsikan wujud kesantunan berbahasa perempuan generasi Z di Kassi

Kajang Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Data di ambil dari wujud berbahasa sumber data yaitu perempuan generasi Z di

Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik rekam (audiovisual).

Teknik analisis data dilakukan dengan transkrip data, identifikasi dan klarifikasi

data, menyalin ke dalam kartu data, menganalisis kartu data, lalu menyimpulkan.

Hasil penelitian ini berupa wujud etika berbahasa (bahasa nonverbal

kinesik) yang ditemukan pada interaksi sosial perempuan generasi Z di Kassi

Kajang Kabupaten Bulukumba, terdapat tujuh wujud temuan yaitu 1) gerakan jari

tangan yang menunjukkan simbol sepakat atau setuju, 2) mengacungkan jempol,

3) Appatabe’, 4) jangan atau dilarang ribut, 5) melambaikan tangan, 6) berjabat

atau menjabat tangan, dan 7) gerakan jari telunjuk yang menunjukkan arah.

Wujud kesantunan berbahasa yang ditemukan pada interaksi sosial perempuan

generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba, terdapat 5 data maksim

kebijaksanaan, 4 data maksim kedermawanan, 3 data maksim penghargaan, 3 data

maksim kesederhanaan, 4 data maksim permufakatan, dan 4 data maksim

kesimpatian.

Kata kunci : etika, kesantunan berbahasa, perempuan, bahasa konjo,

sosiopragmatik

vii

Page 8: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi Rabbil Alamiin segala puji bagi Allah swt. Atas rahmat,

karunia, dan hidayah-Nya yang senantiasa dicurahkan kepada penulis dalam

menyusun skripsi dengan judul “Etika dan Kesantunan Berbahasa Perempuan

Generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba” dapat diselesaikan dalam

rangka memenuhi salah satu persyaratan akademik guna memeroleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Salam

dan selawat senantiasa kita kirimkan kepada Nabi Muhammad saw., kepada

keluarga dan sahabat-sahabatnya. Beliaulah Nabi yang menjadi suri teladan bagi

kita semua, Nabi yang membawa umatnya dari zaman jahiliyyah menuju zaman

modern seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Melalui tulisan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga, teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Abdul Gani

dan Ibunda Nurhayati, kakak-kakakku tersayang (Kakak Eka, Kakak Emy, dan

Kakak Ery) serta keluarga besar. Mereka yang selama ini selalu memberikan

perhatian, sumbangsih baik itu berupa pikiran, materi dan finansial, motivasi,

semangat, kasih sayang, pengorbanan, serta doa-doa yang senantiasa dipanjatkan

untuk menggapai cita-cita. Penulis senantiasa memanjatkan doa semoga

senantiasa dilindungi, dikasihi dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt. Amiin

yaa Rabbal Alamiin.

viii

Page 9: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

ix

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang diharapkan, oleh

karena itu, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Unismuh Makassar dan

para pembantu Rektor Unismuh Makassar.

2. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan dan para pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan.

3. Dr. Munirah, M.Pd. selaku ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

4. Dr. Munirah, M.Pd. dan Wahyuningsih, S.Pd., M.Pd. selaku

pembimbing I dan II yang telah memberikan arahan, koreksi dalam

penyusunan skripsi ini dan yang memberikan bimbingan kepada

penulis sampai pada tahap penyelesaian.

5. Para dosen dan karyawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

yang senantiasa memberikan bantuannya.

6. Perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba yang

menjadi informan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Segenap rekan-rekan mahasiswa khususnya Kelas B Squad Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2016, yang tak bisa

penulis sebutkan satu per satu, semoga kebersamaan tersebut

ix

Page 10: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

x

merupakan ibadah dan memberikan hikmah yang berguna bagi kita

semua dalam mengarungi kehidupan ini.

8. Sahabatku (Dani, Indry, Ilo, Indah, Feny, Rahmat) sahabat dari zaman

masih pakai seragam sekolah hingga detik ini yang selalu mendukung

dan menyemangatiku. Sahabat yang kutemui di bangku perkuliahan

(Fira, Irma, Ida, Yuni, Widi) terima kasih atas kerja samanya,

kalianlah penyemangat hidupku saat aku mengenal yang namanya

dunia kampus. Saat kita berpisah nanti, kuharap kebersamaan ini akan

selalu ada, akan selalu kurindukan saat ku jauh, akan menjadi

kenangan saat berpisah, bingkailah itu dengan kasih sayang.

9. Semua pihak yang turut andil dalam penyusunan skripsi ini, terima

kasih atas bantuan dan dukungannya, semoga mendapat balasan yang

setimpal dari Allah Swt.

Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, karena tak ada

ilmu yang sempurna kecuali alquran, untuk itu marilah kita jadikan alquran

sebagai pedoman hidup. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para

pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amiin yaa Rabbal Alamiin.

Makassar, Agustus 2020

Penulis

x

Page 11: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ...................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... iii

SURAT PERJANJIAN ................................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ........................ 9

A. Kajian Teori ................................................................................ 9

1. Penelitian Relevan ................................................................. 9

2. Bahasa ................................................................................... 10

3. Sosiopragmatik ...................................................................... 14

4. Etika Berbahasa ..................................................................... 16

5. Kesantunan Berbahasa .......................................................... 24

6. Kajang .................................................................................. 35

B. Kerangka Pikir ............................................................................ 39

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 42

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 42

B. Definisi Istilah ............................................................................ 42

C. Data dan Sumber Data ................................................................ 43

1. Data ....................................................................................... 43

2. Sumber Data .......................................................................... 44

xi

Page 12: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

xii

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44

1. Teknik Observasi................................................................... 44

2. Teknik Wawancara ................................................................ 45

3. Teknik Audiovisual ............................................................... 45

E. Teknik Analisis Data ................................................................... 45

1. Mentranskrip Data ................................................................. 46

2. Mengidentifikasi dan Mengklasifikasi Data ......................... 46

3. Menyalin ke dalam Kartu Data ............................................. 46

4. Menganalisis Kartu Data ....................................................... 46

5. Menyimpulkan ...................................................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 47

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 47

1. Wujud Etika Berbahasa (kinesik) Perempuan Generasi Z di

Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba ................................... 47

2. Wujud Kesantunan Berbahasa Perempuan Generasi Z di Kassi

Kajang Kabupaten Bulukumba ............................................. 52

B. Pembahasan ................................................................................ 70

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 76

A. Simpulan .................................................................................... 76

B. Saran .......................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 81

RIWAYAT HDUP

xii

Page 13: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusiaoadalah pemakaiobahasa dalam berkomunikasiodengan orang

lain. Ketikaoberkomunikasi, manusiaomemerlukan sarana untukomengungkapkan

ide, gagasan, isiopikiran, maksud, dan realitas. Bahasa merupakan sarana yang

paling penting dalam berkomunikasi. Pentingny obahasa sebagai alatokomunikasi

dapat dilihatodari segi aktivitas manusiaoselalu menggunakan bahasa

sebagaiowahana pokoknya.oBahasa adalahosuatu sistem lambangoberupa bunyi,

bersifatoarbitrer, digunakanooleh suatu masyarakatotutur untuk bekerja sama,

berkomunikasi,odan mengidentifikasikanodiri.

Sejalanodengan itu, Chaer (2010:11) mengatakanobahwa fungsioutama

bahasa adalahosebagai alat komunikasi atauointeraksi yang hanyaodimiliki

manusia. Bahasaosebagai alat komunikasiomampu menimbulkan adanyaorasa

saling mengertioantara penutur danomitra tutur. Selanjutnya olehoPranowo

(2009:3) mengatakanobahwa bahasa merupakanocermin kepribadiaanoseseorang.

Berkomunikasiosebagai salah satuokegiatan utama manusiaodalam

bermasyarakat, adaotiga hal yang harusodiperhatikan agar dapatodisebut sebagai

manusiaoyang beradab. Ketigaohal itu adalahokesantunan berbahasa,okesopanan

berbahasaodan etika dalam berbahasa. Ketiganyaobukan merupakan haloyang

berdiriosendiri-sendiri, melainkan merupakan satuokesatuan tak terpisahkanoyang

harusoada dalam komunikasioatau berinteraksioChaer (2010:6).

1

Page 14: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

2

Sudarsih dkk. (2017:106-110) etika berhubungan dengan tata cara hidup

yang baik, baik kaitannya dengan individu atau masyarakat. Kehidupan yang baik

diwariskanodari satu generasioke generasiolain, kemudian kebiasaan ini dilakukan

dalam suatu kaidah atau norma. Kaidah ini pada dasarnya berkaitan dengan baik

atau buruknya perilaku manusia. Etika dipahami sebagai suatu ajaran yang

memuat aturan mengenai bagaimana manusia hidup dengan cara yang baik. Etika

juga berisi perintah dan larangan mengenai baik atau buruknya perilaku manusia,

perintah yang mestinya dipatuhi dan larangan yang harus dihindari. Etika

berbahasaomerupakan subsistemodari kebudayaan, haloini terbuktiodengan

kemampuan seseorang dalamoberbahasa diukur melaluiopengetahuannya

mengenai suatuobudaya dalamosuatu masyarakat tempatotinggalnya. Melalui

budayaoyang dipelajarioakan dapat denganomudah menggunakan bahasaosesuai

denganotata cara atau etikaoberbahasa yang berlakuodi masyarakatotersebut.

Terkaitodengan kesantunanoberbahasa, kesantunan berbahasaoadalah

bagaimanaokita bertutur danodengan siapa kitaobertutur. Hakikatnya, kesantunan

berbahasaoadalah etika kitaodalam bersosialisasi diomasyarakat dengan

penggunaan, pemilihanokata yang baikoserta memperhatikanodi mana, kapan,

kepadaosiapa, dengan tujuanoapa kita berbicaraosecara santun. Budayaokita

menilai berbicara dengan menggunakan bahasa yang santun

akanomemperlihatkan sejatinya manusiaoyang beretika, berpendidikan,

danoberbudaya. Kesantunanoberbahasa memiliki peranoyang sangat

pentingodalam pembentukan sikapodan karakter seseorang. Kesantunan

Page 15: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

3

berbahasa dapatodijadikan barometer dari kesantunanosikap secara keseluruhan

serta kepribadianodan budi pekertioseseorang.

Perkembanganozaman yang diikuti perkembanganoIPTEK dan sistem

komunikasioserta derasnya arus globalisasioternyata selain memberikanodampak

positif jugaomemberikan dampakonegatif. Berdampak positif jikaomemberikan

kemajuanoserta berdampak negatif jikaodapat memberikan kemunduranobagi

suatu negara. Salahosatu dampak negatifnyaoadalah masyarakat mulaiomelupakan

nilai-nilai budayaoasli yang salah satunyaoadalah bahasa. Bangsa Indonesiaoyang

sejak zaman nenekomoyang kita terkenal dengan lemah lembutnya, sopan

santunnya, kini bangsaoIndonesia telah banyakomendapatkan berbagaiopengaruh

dari luar. Perilakuoyang penuhodengan tata kramaoyang tinggi telahomulai pudar,

karakterosebagai orang timurosemakin samar. Penuturobahasa saat ini

kurangomemperhatikan etika danokesantunan dalamoberbahasanya.

Indonesiaodikenal sebagai negara yangomemiliki beragamobahasa, suku,

budaya, danoagama. Setiap daerah dioIndonesia memiliki budaya danobahasa

yangoberbeda, dan denganoadanya perbedaan budaya akanomemengaruhi

penggunaanobahasa yang digunakanosehingga bahasa yangodigunakan pun

berbeda-beda. Bahasaodan budaya merupakanodua istilah yang tidakodapat

dipisahkan. Bahasaodan budaya berkaitanoerat dengan caraoberpikir, cara

berperilaku, sertaopengaruh perilakuoorang lain. Adanya keberagamanotersebut

menjadikan Indonesiaosebagai salah satuonegara multietnis terbesarodi dunia.

Sulawesi selatanoadalah salah satu provinsi dioIndonesia dengan ragamosuku

yaituoBugis, Makassar, Mandar danoToraja yang menggunakan

Page 16: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

4

bahasaoMakassar, bahasaoBugis, bahasa Toraja, bahasaoMandar, dan bahasa

Konjo.

Perkembanganoglobalisasi dioIndonesia telah berhasilomengubah

sebagian besar kebudayan tradisional Indonesia menjadi kebudayaan modern.

Namun, masih adaobeberapa wilayah yangotetap mempertahankanokebudayaan

lokal mereka. Salahosatu wilayah di Indonesiaodengan integritas

kebudayaanoyang sangatotinggi dan dianggapocukup berhasil „melawan‟oera

globalisasi denganotetap mempertahankanobudaya lokal di tengahomaraknya

budaya modern yangomasuk di Indonesiaoadalah masyarakat Kajangoyang

beradaodi ProvinsioSulawesi Selatan, tepatnyaodi KabupatenoBulukumba.

Kajangomerupakan salahosatu daerah tradisional yangoterletak dioKabupaten

Bulukumba, Sulawesi Selatan, tepatnya sekitar 200 km arah timur

KotaoMakassar. Perluodiketahui, Kajang di bagi duaosecara geografis, yaitu

Kajangodalam (merekaodisebut “tau kajang”) dan Kajang luar (merekaodisebut

“tau lembang”). Penelitiodalam penelitian ini berfokus padaodaerah Kajang luar

tepatnya dioKassi Kajang KabupatenoBulukumba.

Kajang luar juga tentu mengajarkan yang namanya cara beretika dan

bersikap sopan santun kepada para generasinya. Mereka mengajarkan para

generasinya untuk saling menghargai antara sesama, jangan berbicara kasar,

bersikap yang baik terhadap teman sebaya dan orang yang lebih tua, akan tetapi,

berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa karena

daerah Kajang luar ini sudah menerima adanya peradaban yang ada saat ini,

sehingga masyarakatnya menerima pengaruh negatif dari hal tersebut, dalam hal

Page 17: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

5

ini kaitannya dengan etika dan kesantunan berbahasa, Peneliti menemukan adanya

kasus masyarakat daerah Kajang luar yang dalam tuturan komunikasinya tidak

memperhatikan etika dan kesantunan dalam berbahasanya. Observasi awal yang

ditemukan peneliti pada tanggal 20 Oktober 2019 salah satu contohnya adalah ada

seorang anak yang merupakan kelahiran tahun 2005 yang saat itu sedang disuruh

oleh Ibunya menggunakan bahasa konjo.

Ibu : “Elleang sai a rolo hpku ri kamarakku nak.”

(Ambilkan hp Ibu di kamar Nak).

Anak : “Ki elle todo‟mi Ma deh, annontonga.”

(Ambil saja sendiri, saya sedang menonton).

Contoh di atas menunjukkan terjadinya wujud ketidaksantunan seorang

anak yang disuruh oleh Ibunya. Tidak sepantasnya seorang anak, apalagi anak

perempuan melakukan hal seperti itu terhadap orang tuanya, yang dikatakan sang

anak di atas masuk dalam kategori yang tidak beretika dan santun dalam

berbahasa.

Sehubungan dengan penelitianoyang akan dilakukan peneliti, halotersebut

didukung oleh penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, di

antaranya oleh : 1) Prabowo (2016) yang berjudulokesantunan berbahasaodalam

KegiatanoDiskusi KelasoMahasiswa PBSIoUniversitas Sabata Dharma; 2)

Nursyahidah (2017) yang berjudul Representasi Identitas Budaya dalam Etika

berbahasa (Studi Kasus MasyarakatoBima); 3) Manan (2018) yang berjudul Etika

Bahasaodalam Komunikasi MediaoSosial (Studi Kasusopada MahasiswaoPgsd

STKIP MuhammadiyahoKuningan).

Page 18: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

6

Berdasarkanobeberapa hasil penelitianotersebut dapat disimpulkanobahwa

penelitian hanya dilakukan penggunaan etika bahasa budaya dan kesantunan

dalam berkomunikasi ditinjau dari lokasi penelitian cenderung tindak tutur dalam

berbahasa yang digunakan lemah lembut berbedaodengan yang akan ditelitiooleh

peneliti yang tentang etika dan kesantunan berbahasa budaya Kajang yang tindak

tuturnya cenderung keras dalam hal penekanan suara lantang saat berbicara dan

paling menarik suara yang lantang masih dianggap santun sehingga muncul

pertanyaan bagaimana etika dan kesantunan berbahasa perempuan Kajang yang

identik dengan suara keras ketika berbicara. Peneliti meneliti perempuan Kassi

Kajang generasi Z yaitu generasioyang lahir dalamorentang tahun kelahiran 1995

sampai denganotahun 2010.

Generasi Z merupakan generasi peralihan generasi Y dengan teknologi

yang semakin berkembang. Generasi Z adalah generasi yang hidup dengan

kemajuan teknologi yang sangat pesat yang juga telah mengubah pola tingkah

laku ini, tidakosedikit orang menggunakanvbahasa secara bebasotanpa didasari

olehopertimbangan-pertimbangan moral, nilai, maupun agama. Akibat kebebasan

tanpa nilai itu, lahir berbagaiopertentangan dan perselisihanodi kalangan

masyarakatokini seringkali ditemuiocara berbahasa yang tidak lagi

memperhatikanoetika dan kesantunan dalamoberbahasa. Sehubungan dengan itu,

calon peneliti ingin melihat bagaimana wujud etika dan kesantunan berbahasa

perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa penting untuk melakukan

kajian atau penelitian terkait “Etika dan Kesantunan Berbahasa Perempuan

Page 19: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

7

Generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba” dalam upaya mengangkat

kembali eksistensi etika dan kesantunan berbahasa di Indonesia yang sebenarnya

dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi etika, baik dalam berbahasa,

bersikap, maupun dalam bertingkah laku. Hal inilah yang patut dilestarikan

dan diwariskan kepada para generasi penerus bangsa khususnya yang menjadi

objek kajian dalam penelitian ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana wujud etika berbahasa perempuan generasi Z di Kassi Kajang

Kabupaten Bulukumba?

2. Bagaimana wujud kesantunan berbahasa perempuan generasi Z di Kassi

Kajang Kabupaten Bulukumba?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan wujud etika berbahasa perempuan generasi Z di Kassi

Kajang Kabupaten Bulukumba;

2. Mendeskripsikan wujud kesantunan berbahasa perempuan generasi Z di Kassi

Kajang Kabupaten Bulukumba.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Page 20: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

8

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan

pengetahuan dalam bidang ilmu sosiopragmatik mengenai etika berbahasa dan

kesantunan berbahasa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca, penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai

tambahan wawasan pembaca dalam bidang sosiopragmatik serta dapat

dijadikan sebagai referensi yang bermanfaat untuk berbagai kepentingan

khususnya di bidang sosiopragmatik.

b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya wawasan kajian

sosiopragmatik dan menambah khazanah penelitian etika dan kesantunan

berbahasa sehingga bermanfaat bagi kesantunan dalam berinteraksi.

Page 21: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan etika berbahasa dan

kesantunan berbahasa. Penelitian relevan yang pertama dengan penelitian ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2016) yang berjudul Kesantunan

Berbahasa dalam Kegiataan Diskusi kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata

Dharma. Hasil penelitian tersebut menemukan bentuk tuturan santun dan tidak

santun berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa pada mahasiswa PBSI

Universitas Sanata Dharma dalam kegiatan diskusi kelas.

Penelitian relevan yang kedua oleh Nursyahidah (2017) yang berjudul

Representasi Identitas Budaya dalam Etika Berbahasa (Studi Kasus Masyarakat

Bima). Hasil dari penelitian tersebut adalah ada beberapa kata sapaan dalam etika

berbahasa budaya Bima dan perubahan penggunaan konsep etika dalam budaya

Bima terjadi karena keakraban, ketidakakraban, dan status sosial.

Penelitian relevanoyang ketiga olehoManan (2018) yangoberjudul Etika

Bahasa dalamoKomunikasi MediaoSosial (Studi Kasus padaoMahasiswa Pgsd

STKIPoMuhammadiyah Kuningan). Hasilodari penelitian tersebutoadalah

ditemukanokecenderungan bahwa dalamomedia facebook ditemukanostatus

penggunaoyang mengandungokesantunan. Bentuk kesantunanoatau etika odalam

menggunakanobahasa diomedia sosial inioditunjukkan dalam ungkapanoyang

mengandungopertanyaan, terimaokasih, rasaosyukur,oharapan, permohonan,

9

Page 22: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

10

penghargaan, ajakan,openawaran, danoinformasi. Bentukokesantunan yang

ditemukanodalam status penggunaofacebook disampaikanodalam bentuk dari

jenisotuturan yang bervariasi. Terjadinyaoperbedaan itu dipengaruhiooleh faktor

penutur (speaker), mitraotutur (hearer dan receiver), pokokopembicaraan (topic),

tempatobicara (setting), suasanaobicara (situasi scene) dan tujuanotuturan.

Berdasarkanotiga penelitian di atas, calonopeneliti dapatomengetahui

bahwaoterdapat penelitianoyang serupa denganopenelitian ini. Penelitianoyang

akanodilakukan calonopeneliti memiliki kesamaanodengan ketigaopenelitian di

atas, yaituosama-samaomenganalisis etikaoberbahasa dan kesantunanoberbahasa.

Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, pada penelitian relevan yang

pertama objeknya adalah Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma, pada

penelitian relevan kedua objeknya adalah masyarakat Bima, dan pada penelitian

relevan ketiga objeknya adalah mahasiswa Pgsd STKIP Muhammadiyah

Kuningan, sedangkan pada penelitian peneliti ini objeknya adalah perempuan

generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba.

2. Bahasa

a. Hakikat Bahasa

Munirah dan Hardian (2016) Bahasaoadalah alat komunikasioyang

digunakanomanusia dengan sesamaianggotaomasyarakat lain pemakai bahasa

itu. Bahasa berisiogagasan, ide, pikiran, keinginan, atauoperasaan yangoada

pada diri siipembicara. Agar apa yangodipikirkan, diinginkan, atauodirasakan

dapatoditerima oleh pembicaraoatau orang yangodiajak bicara, hendaklah

Page 23: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

11

bahasa yangodigunakan dapat mendukungomaksud atau pikiranodan perasaan

pembicaraodengan jelas.

Devianty (2017) semuaomanusia, dari manaopun dia berasalotentu

memunyai bahasa. Begituimendasar berbahasaiini bagi manusia,

samaohalnyaoseperti bernafasoyang begitu mendasar dan perluodalam hidup

manusia. Jikaokita tidak memunyaiobahasa, maka kita akanokehilangan

kemanusiaanokita. Kita tidak lagiodapat berfungsi sebagaiohomo sapiens

(makhluk yangoberpengetahuan).

Syamsuddin (Devianty 2017) bahasaomemiliki duaopengertian.

Pertama, bahasa ialahoalat yang dipakaiountuk membentukopikiran serta

perasaan,okeinginan, danoperbuatan-perbuatan, alatoyang dipakai untuk

mempengaruhi sertaodipengaruhi. Kedua, bahasaoialah tanda yangojelas dari

kepribadian yangobaik ataupun yangoburuk, tanda yangojelas dari keluarga

sertaobangsa, tandaoyang jelas dari budiokemanusiaan.

Pantu dan Luneto (2014) paraoahli sepakat bahwa otidak ada

manusia tanpa bahasa, dan tidak oada bahasa tanpa omanusia,

dimanapun manusiaohidup, pasti merekaomenuturkan bahasa, dengan

bahasa, manusia dapatoberkomunikasi danoberinteraksi satu samaolain.

Lewat bahasa manusiaodapat bertukaroinformasi, salingobertanya, saling

menghargaioatau kurangomenghargai, saling menyapaosehingga terjadilah

hubunganososial. Bahasa tidakoterpisahkan dari kehidupanomanusia setiap

waktu, setiap saat. Sejakobangun pagi, beraktivitas, berinteraksiososial

sampaiodi tempat tidur atauoistirahat pun manusia menggunakanobahasa.

Page 24: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

12

Mungkinohanya waktu tiduromanusia tidak memakaiobahasa, karena tidur

adalahosetengah dari mati. Masihobanyak lagi definisiotentang bahasa yang

dikemukakanooleh para ahli bahasa. Setiapobatasan yangodikemukakan

tersebut, padaoumumnya memiliki konsepoyang sama, meskipunoterdapat

perbedaaan danopenekanannya.

Melihatouraian di atas, penelitiodapat menyimpulkan bahwaobahasa

merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan

sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yangodimaksudkan oleh pembicaraobisa

dipahami oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa

yangodiungkapkan. Bahasa merupakanosarana komunikasiodan interaksi

yang dimilikiomanusia. Bahasa yangoberkembang di tengahomasyarakat

memiliki tugasountuk memenuhi salah satuokebutuhan sosialomanusia,

yaituomenghubungkan manusiaosatu dengan manusiaoyang lain. Hal ini

dapatodibuktikan dengan keberadaanobahasa yangoselalu digunakanosebagai

sarana openyampai tujuan dalam setiap interaksiomanusia. Bahasa

sangatopenting perannya bagiokehidupan manusia serta sangatomendukung

keberlangsungan dalamoberkomunikasi. Bahasa bukan hanyaoalat atau

saranaomenyampaikan informasi, selainoitu, bahasa jugaodigunakan

untukomenjalankan segalaoaktivitas kehidupanomanusia sebagaiomedia

interaksi antara sesamaodan sarana penyampaianoilmu. Seperti

halnyaopenelitian, penyuluhan, pemberitaan, bahkanountuk

menyampaikanopikiran, pandanganoserta masyarakat yangoaktif dalam

Page 25: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

13

kehidupanosehari-hari manusiaosangatlah bergantung padaopenggunaan

bahasa.

b. Fungsi Bahasa

Devianty (2017) bahasa memunyai fungsi yaitu :

1) Tujuan praktis yaitu untuk mengadakan antarhubungan

(interaksi) dalamopergaulanosehari-hari ;

2) Tujuanoartistik yaitu kegiatanomanusia mengolahodan

mengungkapkanobahasa ituodengan seindah-indahnyaoguna

pemuasan rasaoestetis ;

3) Menjadi kunciomempelajariopengetahuan-pengetahuan lain ;

4) Tujuanofilologis yaituomempelajarionaskah-naskahotua untuk

menyelidiki latar belakang sejarah manusia,

sejarahokebudayaan, dan adatoistiadat, sertaoperkembangan

bahasa ituosendiri.

Devianty (2017)ofungsi bahasaoyang palingomendasar ialahountuk

komunikasi, yaituoalat pergaulanodan perhubungan sesamaomanusia.

Komunikasilah yangomemungkinkanoterjadinya suatu sistemososial atau

masyarakat. Tanpaokomunikasi tidak adaomasyarakat. Masyarakatoatau

sistem sosialomanusia bergantungopada komunikasiokebahasaan. Tanpa

bahasa, tidakoadaosistem kemasyarakatanomanusia.

Melihatouraian di atas, penelitiomenyimpulkan bahwaobahasa

berfungsi sebagaiosarana berlangsungnyaointeraksi manusia dalamosuatu

masyarakat yangoberarti di dalamotindak laku berbahasaomanusia

Page 26: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

14

menggunakanobahasa disertai denganonorma-norma yang berlakuodi dalam

budaya itu.

3. Sosiopragmatik

Sosiopragmatik merupakan gabungan dua ilmu yaitu sosiologi dan

pragmatik. Sosiopragmatik meliputi kepercayaan antara penutur dan mitra tutur

yang dibangun atas nilai-nilai budaya dan nilai-nilai sosial tertentu. Nilai

tersebut penting artinya karena berupa pemahaman atas peraturan yang tidak

tertulis dalam suatu budaya tertentu yang bersifat lokal. Nodoushan (Gusnawaty

2011:19) mengemukakan bahwa sosiopragmatik adalah pengguna bahasa yang

di tarik dari situasi sosial tertentu. Istilah bentuk bahasa merujuk pada fonologi

dan karakter gramatikal dari bahasa. Sosiopragmatik adalah telaah mengenai

kondisi-kondisi setempat atau kondisi-kondisi lokal yang lebih khusus mengenai

penggunaan bahasa. Maros dkk. (2010) menyatakan bahwa sosiopragmatik

adalah perantara antara sosiologi dan pragmatik dan ia merupakan kajian

terperinci yang memunyai sifat budaya tertentu.

Paker (Manurung 2010) kajianososiopragmatik merupakanokajian

pragmatikoyang menggunakanopendekatan sosial. Kajianososiopragmatik

menganalisisoaspek-aspek maknaosuatu peristiwa tindakotutur yangoditinjau

dari konteksosituasi pertuturanodan konteks sosialobudaya di manaobahasa itu

digunakan. Sosiopragmatikomempelajari ilmuoyang mengkajiobentuk tuturan

untukomemahamiomaksud penuturosesuai dengan konteksososialnya, misalnya,

konteksojenis kelamin, profesi, latarobudaya, suku, adat-istiadat, perilakuoatau

gayaohidup. Sosiopragmatik merupakanotitik pertemuanoantara sosiologiodan

Page 27: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

15

pragmatik. Sosiopragmatikomerupakan penelitianoyang difokuskanopada

penggunaanobahasa yang dikaitkanodengan sosiologi khususnya sosiolinguistik.

Penelitian ini diaplikasikan dalam mengkaji data dari segiononbahasa. Tarigan

(Asri 2013:86) kata lainnya, sosiopragmatik merupakan titik pertemuan antara

sosiologi dan pragmatik.

Sosiopragmatik dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang membahas

tentang pragmatik yang terjadi dalam sebuah konteks sosial dan konteks budaya

tertentu. Peristiwaokomunikasi selaluoterkait denganodua konteks, yaituikonteks

bahasaodan konteksokebudayaan. Konteks bahasa dalamohal ini mengarahopada

konteksopertuturan atauokonteks situasi yang dapatomencakup aspekoidentitas

partisipan, waktu dan tempatoperistiwa komunikasi, topikopertuturan,

danotujuan pertuturan. Konteksokebudayaan merupakanokonteks yangorelatif

umumoyang berlakuodalam masyarakatobahasa. Konteks kebudayaanoini

mengisyaratkanobahwa setiap pemakaiobahasa dalam mengadakanointeraksi

sosialoatau berkomunikasioselalu terpola olehokebudayaan yangodimilikinya.

Sumarsono (2009:112) menyatakan bahwa sosiopragmatik berkaitan

dengan penggunaan bahasa dalam peristiwa komunikasi oleh kelompok-

kelompok atau masyarakat-masyarakat yang berbeda. Sosiopragmatik berkaitan

dengan penggunaan bahasa oleh kelompok masyarakat untuk menyampaikan

maksud tertentu, oleh karena itu, representasi dalam pandangan sosiolinguistik

melibatkan persoalan siapa penutur dan mitra tuturnya, tujuan bertutur, suasana

tuturan, budaya atau adat istiadat, serta di mana dan kapan tuturan itu terjadi.

Page 28: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

16

Lebih lanjut sosiopragmatikohampir sama ihalnya dengan sosiolinguistik

yang mempelajariobahasa dalam hubungannya dengan masyarakat,

memerlukanodata atau subjek lebih dari satuoorang. Objek sosiologi bukan

bahasa, melainkan masyarakat, dan dengan tujuan mendeskripsikan masyarakat

dan tingkah laku. Objek pragmatik adalah tuturan odengan otujuan menemukan

maksud dibalikotuturan. Objek sosiopragmatik oadalah maksud odari

sebuahotuturan denganomemperhatikan aspek-aspekomasyarakat bahasaoitu.

Permasalahan dalamososiopragmatik tidak hanya berkaitanodengan

maksudodari tuturanoyang ada (pragmatik umum), tetapi jugaoharus

memperhatikanoaspek-aspek sosial yang omelatarbelakangi munculnya

tuturan. Kebudayaanoyang berbeda, tentuosuatu tindak otutur akan memiliki

nilai yang berbeda opula baik dari segiokesantunan atauo tata cara tindak

tuturnya bergantung opada kebudayaan oyang melatari penuturnya.

Permasalahan okebahasaan pada okajian ini dapato juga didasarkan opada

perbedaan osistem sosial o (seperti umur, okasta, pekerjaan, pendidikan)

dengan omemperhatikan omaksud dan situasi odi mana atau obagaimana

tuturan otersebut ada, sebagai opertimbangan ofaktor-faktor yang

memengaruhi munculnya tuturan.

4. Etika Berbahasa

Berbahasa di dalamnya terdapat yang namanya etika, di dalam etika

terdapat moral. Moralomemunyai pengertianoyang sama denganokesusilaan

yangomemuat ajaran tentangobaik dan buruknyaoperbuatan. Etikaoberbahasa

eratokaitannya dengan pemilihanokode bahasa, norma-normaososial, dan sistem

Page 29: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

17

budaya yang berlakuodalam masyarakat. Seseorangobaru dapat

dikatakanopandai berbahasa apabilaodia menguasai tata caraoatau etika

berbahasaoitu.

Menurut Hadiatmaja (2011:9-10) etikaomerupakan ilmuoyang

menyelidikiosesuatu hal perbuatan yangobaik dan yang tidak baikodengan

melihatopada amal perbuatanomanusia sepanjangodapat dirujukkan denganoakal

danopikiran.

Etikaoberbahasa adalahoaspek sosial budayaodalam memilihokata

sapaan, yaituoyang berkaitanodengan siapa yangodisapa (lebihotua, sederajat,

lebihomuda, atauokanak-kanak); statusososialnya (lebihotinggi, sama, atau lebih

rendah); situasinyao (formal atau tidakoformal); keakrabannya (akrab atau tidak

akrab); jenisokelaminnya (wanitaoatau pria);hubungannya (sudahodikenal atau

belum dikenal); danosebagainya.

Chaer (2010:7) berpendapat ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam

komunikasi, yaitu kesantunan berbahasa, kesopanan berbahasa, dan etika dalam

berbahasa. Kesantunan berbahasa mengacu pada unsur-unsur bahasa; sedangkan

kesopanan berbahasa mengacu pada pantas tidaknya suatu tuturan disampaikan

pada lawan tutur. Etika dalam berbahasa berkenaan dengan sikap fisik dan

perilaku ketika bertutur atau berkomunikasi. Etika menetapkan ukuran mengenai

perbuatan manusia dan dinamakan sebagai ilmu pengetahuan yang normatif.

Norma yang dipakai adalah baik dan buruk. Misalnya, dalam berkomunikasi

tidak boleh mudah emosi atau emosional dan penggunaan komunikasi nonverbal

yang baik sesuai budaya yang berlaku. Sesuai dengan budaya di Indonesia,

Page 30: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

18

komunikasi nonverbal dapat memakai cara berjabat tangan, mengangguk,

menunduk, dan sebagainya. Bahasa adalah sarana untuk menyampaikan maksud

atau pesan kepada pendengar. Selama ini, kebanyakan orang memahami bahasa

hanya terdiri atas bahasa verbal (tuturan dan tulisan) sehingga terkesan

mengesampingkan bahasa nonverbal. Bahasa sejatinya terdiri atas dua

komponen, yaitu bahasa verbal dan bahasa nonverbal.

Wang (2009) mengatakan “interpersonal communication is fulfilled

through two forms : one is verbal behaviors, the other one is nonverbal

behaviours”. Berdasarkan pendapat di atas dapat diartikan bahwa pada saat

berkomunikasi, komunikasi tersebut selalu terdiri atas dua susunan yaitu yang

pertama adalah bahasa verbal (tulisan dan lisan) dan yang kedua adalah bahasa

nonverbal.

Widyadmaka (2018) bahasa verbal adalah bahasa yang terdiri atas lisan

dan tulisan sedangkan bahasa nonverbal bisa dikatakan bahasa selain lisan dan

tulisan. Bahasa nonverbal terdiri atas gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah,

pakaian yang digunakan, penggunaan nada vokal pada saat berbicara, dan

beberapa hal lain yang mampu memberikan pesan atau maksud kepada orang

lain bahkan, jarak kedekatan seseorang dengan pasangannya juga mampu

memberikan pesan tersendiri bagi orang lain yang melihatnya. Orang-orang

kebanyakan menganggap bahasa verbal yang sering digunakan, padahal dalam

kenyataannya bahasa nonverbal juga sering digunakan dalam berkomunikasi

tanpa kita sadari. Misalnya, ketika seseorang menanyakan letak barang orang

yang ditanya tersebut berbicara kemudian diikuti dengan tindakan menunjuk

Page 31: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

19

(menggunakan jari telunjuk menunjuk letak benda yang di cari). Terkadang kita

tidak menyadari bahwa kita sudah menggunakan bahasa nonverbal berupa

gerakan telunjuk untuk menunjuk letak barang yang dimaksud.

a. Bahasa Nonverbal

Widyadmaka (2018) posisi bahasa nonverbal dapat menjadi

pendukung penyampaian pesan bahasa verbal dan juga bisa berdiri sendiri

tanpa hadirnya bahasa verbal. Misalnya, ketika seseorang sedang marah, orang

tersebut cukup menggunakan ekspresi wajah marah (mata melotot, tatapan

mata yang tajam). Hal tersebut sudah bisa memberikan pesan bahwa orang

tersebut sedang marah atau sedang dalam kondisi psikologi yang kurang baik

tanpa perlu menggunakan bahasa verbal. Contoh tersebut adalah bukti bahwa

bahasa nonverbal dapat berdiri sendiri. Sedangkan, dalam beberapa keadaan

lain bahasa nonverbal bisa berdiri berdampingan (berfungsi mendukung

menyampaikan pesan atau memperkuat pesan) bahasa verbal.

Rahkmat (Widyadmaka 2018) mengungkapkan bahasa nonverbal

terbagi menjadi enam jenis diantaranya (1) kinesik, (2) Paralinguistik atau

suara, (3) proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial, (4) olfaksi

atau penciuman, (5) sensitivitas kulit, dan (6) artifaktual, namun dalam

penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada bahasa nonverbal jenis kinesik.

1) Bahasa nonverbal Kinesik

Rahkmat (Widyadmaka 2018) kinesik adalah suatu gerak tubuh

yang menggunakan otot-otot sehingga menimbulkan gerakan-gerakan

yang memuat pesan atau maksud. Gerakan kinesik dapat terdiri atas

Page 32: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

20

anggota tubuh dari kepala sampai kaki. Gerakan kinesik yang biasa

digunakan dalam berkomunikasi adalah bersalaman, mencium pipi atau

kening, melambaikan tangan dan lain sebagainya. Perlu diketahui dan

dimengerti bagaimana gerak tubuh dipergunakan dalam komunikasi non

verbal. Tanpa observasi sekalipun, ternyata setiap gerakan tubuh

mengkomunikasikan fungsi tertentu.

Solihin (2010) menyatakan dalam komunikasi nonverbal, kinesik

atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan

sikap tubuh, namun dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi pada

bahasa nonverbal jenis kinesik pada gerak tubuh.

a. Gestur (gerak tubuh)

Widyadmaka (2018) pada umumnya, gestur atau gerak

tubuh merupakan bentuk perilaku nonverbal pada gerak-gerak

tangan, bahu, dan jari-jari. Kita sering menggunakan gerakan-

gerakan anggota tubuh secara sadar maupun tidak sadar untuk

menekankan suatu pesan.

Sebagai contoh kita berkata : pohon itu tinggi, atau

rumahnya dekat, maka kita pasti menggerakkan tangan untuk

menggambarkan deskripsi verbal. Contoh lainnya saat kita

mengatakan : letakkan barang itu!, lihat pada saya!, maka yang

bergerak adalah gerakan jari-jari telunjuk yang menunjukkan arah.

Liliweri (Widyadmaka 2018) manusia memunyai banyak cara dan

Page 33: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

21

bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan anggota tubuhnya

ketika mereka sedang berbicara.

Ekman dan Friesen (Widyadmaka 2018) penggunaan

bahasa tubuh memunyai fungsi tertentu. Fungsi tersebut yaitu

emblem, ilustrator, dan adaptor.

1. Emblem

Emblem merupakan gerakan yang berbentuk simbol

yang memberikan pesan. Emblem menggantikan kata-kata.

Sebagai contohnya, mengacungkan jempol ke atas sebagai

tanda persetujuan atau pujian.

2. Ilustrator

Ilustrator merupakan tanda-tanda nonverbal dalam

komunikasi. Tanda ini merupakan gerakan anggota tubuh

yang disertai perkataan untuk menciptakan pesan visual

yang mendukung, menjelaskan, atau memperkuat isi pesan.

Tanda Misalnya anggota SFCK (Slank Fans Club Kiran)

yang menyapa anggota SFCK (Slank Fans Club Kiran)

lainnya dijalan dengan kalimat verbal disertai melambaikan

2 jari.

3. Adaptor

Adaptor merupakan gerakan anggota tubuh yang

bersifat spesifik. Pada mulanya, gerakan ini berfungsi untuk

menyebarkan atau membagi ketegangan anggota tubuh.

Page 34: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

22

Misalnya meliuk-liukkan tubuh, memulas tubuh,

menggaruk kepala, atau loncatan kaki. Namun adaptor

kemudian juga berfungsi sebagai indikator suasana hati,

dan kita tidak bisa mengontrolnya secara sadar, karenanya,

adaptor digunakan sebagai alat pengukur terbaik untuk

mengetahui perasaan seseorang yang sebenarnya. Misalnya,

menggaruk-garuk kepala untuk menunjukkan kebingungan.

Solihin (2010) menyatakan bahwa bahasa nonverbal

disampaikan bukan dengan kata-kata tetapi melalui gerakan-gerakan

anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau

body language, selain itu, penggunaan bahasa nonverbal dapat

melalui kontak mata, pakaian, potongan rambut dan lain sebagainya.

Wood Julia (2013) komunikasi nonverbal adalah semua aspek

komunikasi yang bukan berupa kata-kata. Tidak hanya gerakan dan

bahasa tubuh,tetapi juga bagaimana kita mengungkapkan kata-kata :

perubahan nada suara, berhenti, warna suara, volume dan aksen.

Aspek nonverbal ini akan memengaruhi makna dari kata-kata yang

diucapkan. Aspek lingkungan yang memengaruhi interaksi juga

termasuk dalam komunikasi. Benda pribadi seperti perhiasan dan

pakaian, penampakan fisikpun juga mampu memberikan pesan pada

saat kita berkomunikasi.

Bahasa nonverbal tidak bisa lepas dari konteks (Situasi, ruang,

dan waktu) karena dalam menafsirkan maksud harus di ikuti

Page 35: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

23

konteksnya, misalnya menangis pada saat ada anggota keluarga yang

meninggal itu berarti ekspresi kesedihan, kemudian menangis karena

mendapatkan rumah gratis dari pemerintah merupakan ekspresi

kebahagiaan yang tak terbendung sehingga menangis. Kedua contoh

bahasa nonverbal tersebut sama-sama menangis, tetapi berbeda

maksud yang ingin disampaikan, jadi peran konteks dalam bahasa

nonverbal sangat penting dalam pengertian maksud.

Lebih lanjutnya, bahasa nonverbal juga bisa menjadi kekhasan

suatu daerah tertentu. Variasi-variasi bahasa nonverbal dapat

ditemukan terutama di Indonesia yang merupakan negara yang terdiri

atas banyak suku dan budaya. Contohnya saja bahasa nonverbal di

NTT berbeda dengan bahasa nonverbal di Jawa, di NTT terdapat

bahasa nonverbal menggesekkan hidung kepada kerabat atau saudara

sebagai tanda keakraban. Berbeda dengan bahasa nonverbal di

Yogyakarta tradisi “nderek langkung” memiliki arti permisi atau

numpang lewat. Pengucapan nderek langkung sendiri didukung

dengan bahasa nonverbal menundukkan kepala kepada orang yang

disapa (biasa orang yang lebih tua). Berbicara mengenai etika

berbahasa dalam hal ini bahasa nonverbal, di Sulawesi Selatan sendiri

memiliki ciri khas etika berbahasanya yang sudah menjadi identitas

budaya masyarakat Sulawesi Selatan tak terkecuali masyarakat

Kajang. Sulawesi Selatan sendiri dalam hal ini masyarakat Kajang,

bahasa nonverbalnya adalah patabe’ (tabe’). patabe’ (tabe’) ini

Page 36: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

24

memiliki arti permisi yang didukung dengan bahasa nonverbal

dengan posisi tangan kanan lurus dan posisi badan agak menunduk

sedikit sebagai bentuk penghormatan ketika lewat di depan seseorang

(biasa orang yang lebih tua).

5. Kesantunan Berbahasa

Pergaulanosehari-hari, seseorangodapat dikatakan santunoapabila norma

atauonilai sopan santunoyang telah disepakati dalamomasyarakat tersebut

diterapkan, selainoitu, seseorangoyang santun harus menyesuaikanodiri dengan

masyarakat, tempat, danosituasi yangodihadapinya. MenurutoNgalim (2013:78)

menjelaskanobahwa kesantunanoadalah sebagai bentukoperilaku yangodisepakati

dalamohubungan antara personaloyang salingomerasa ada kesesuaianodan

memberikanosesuatu yang memilikiomakna saling menghargai. Kesantunan

berbahasa (languageobehavior) yangodisepakati oleh komunitasopemakai bahasa

tertentuodalam rangkaosaling menghargaiodan menghormati satuodengan yang

lain.

Kesantunan danokesopanan memunyaiomakna yang sedikitoberbeda.

Tuturanoyang benar berkaitanodengan masalah isiotuturan, jikaotuturan yang

santun berkaitanodengan bahasa yangodipergunakan. Chaer (2010: 73)otuturan

yang sopanoberkaitan denganotopik tuturan, konteksosituasi pertuturan,

danojarak hubunganososial antaraopenutur dan lawanotutur.

Rahardi (2005: 35) penelitianokesantunan mengkajiopenggunaan bahasa

(languageouse) dalam suatu masyarakatobahasa tertentu. Masyarakatotutur yang

dimaksudoadalah masyarakatodengan aneka latarobelakang situasi sosialodan

Page 37: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

25

budaya yangomewadahinya, adapunoyang dikaji di dalam penelitianokesantunan

adalah segiomaksud dan fungsiotuturan.

Ricour (Wibowo 2015: 13) menyatakanobahwa bahasa selaluountuk

mengatakan sesuatuoyang dibaluti olehonilai-nilai etis atauokesantunan, sehingga

bahasaoyang santunomerupakan alat yangopaling bermartabat digunakanodalam

berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial karena bahasa

santunomemperhatikanokaidah kebahasaan danotatanan nilai yang berlakuodi

dalam masyarakatopemakainya. Pemakaianobahasa yang santun padaohakikatnya

digunakan denganotujuan agar petuturodan lawan tutur tidakomerasa tertekan,

tersudut, atauotersinggung. Markhamah (2009:153) bahasa yangosantun

digunakan dalamointeraksi antarmanusia denganobaik dan konsisten

akanomenciptakan suatu kondisi yangodamai, tenang, danoharmonis. Pranowo

(2012:1) kesantunan berbahasaomerujuk pada kemampuanoseseorang untuk

bertuturokata secaraohalus dan isi tutur katanyaomemiliki maksud yangojelas,

sehingga dapatomenyejukkan hati, membuatoorang berkenan, danotidak ada

kesalahpahaman dioantara penutur dan lawan tutur, denganodemikian,

terciptaosuasana yang nyamanoketika sedang berkomunikasi. Kesantunan dapat

diartikan sebagai suatu bentuk tidakan atau perilaku pada kelompok masyarakat

tertentu yang dipengarauhi oleh beberapa hal seperti tata cara, kebiasaan, adat

yang berlaku dalam masyarakat, peran orang yang terlibat dalam komunikasi itu

sendiri, serta konteks dalam hal ini meliputi situasi, ruang, dan waktu.

Nursyahidah (2017) maksimomerupakan kaidah kebahasaanodi dalam

interaksiolingual; kaidah-kaidahoyang mengatur tindakannya,openggunaan

Page 38: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

26

bahasanya, danointerpretasi-interpretasinyaoterhadap tindakan dan ucapanolawan

tuturnya. Maksim-maksimotersebut menganjurkan agar kitaomengungkapkan

keyakinan-keyakinan denganosopan dan menghindari ujaranoyang tidak sopan.

Berbahasaoyang baik tentunyaoharus mengikuti aturan-aturanoyang ada. Hal

tersebutoagar setiap tuturan yangodiutarakan dapat menghasilkanobahasa yang

santun.

Leech (Wahidah & Wijaya, 2017) menyatakan bahwa, seseorangodapat

dikatakan sudah memilikiokesantunan berbahasaojika sudah dapatomemenuhi

prinsip-prinsipokesantunan yang dijabarkanomenjadi maksim (ketentuanoatau

ajaran) yaitu :

a. Maksim kebijaksanaan (tact maxim)

Leech (Wahidah & Wijaya, 2017) maksimokebijaksanaan yaitu

maksimoyang menggariskanobahwa setiap peserta pertuturanohendaknya

berpegang pada prinsipountuk selalu mengurangiokeuntungan dirinya sendiri

danomemaksimalkan keuntunganopihak lain dalam kegiatanobertutur. Orang

bertuturoyang berpegangodan melaksanakan maksimokebijaksanaan akan

dapatodikatakan sebagaioorang santun. Jika dalamobertutur, seseorang

berpegang pada maksimokebijaksanaan, ia dapatomenghindarkan sikap

dengki, iriohati, dan sikap yang kurangosantun terhadap mitraotutur, karena

itu, penuturoharus menunjukkanokeikhlasan berkorban terhadapomitra tutur.

Maksimokebijaksanaan adalahobentuk tuturan yangomengutamakan

sikap arif, tidakomemaksakan kehendak dalamomengutarakan maksud-

maksud kepadaolawan tutur agar lawanotutur atau penyimak merasaosenang

Page 39: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

27

denganopembicaraan. Pematuhanomaksim kebijaksanaan ini

ditandaiodengan pemilihan kataomisalnya menggunakan kataomaaf, terima

kasih, silahkan,omohon, dan tolong ketikaoberpendapat, menegur,

mempersilahkan,odan menyuruh. Penuturojuga tidak diperbolehkan

memaksakanopendapatnya pada mitraotutur. Contoh :

A: ”Silakan makan saja dulu, nak! Kami semua sudah

mendahului.”

B: ”Wah, saya jadi tidak enak, Bu.”

Tuturan di atas tampak jelas bahwa apa yang dituturkan oleh tuan

rumah sangat memaksimalkan keuntungan bagi tamu, bahkan sering kali

ditemukan minuman dan makanan yang disajikan kepada tamu diupayakan

agar layak diterima dan dinikmati oleh tamu tersebut. Maksim

kebijaksanaan mengandung prinsip :

1) Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin;

2) Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.

Yusri (2016) Selanjutnya kita akan melihat contoh tuturan yang tidak

sesuai dengan maksim kebijaksanaan seperti pada tuturan di bawah ini :

“Saya sudah mengatakan bahwa saya merasa tidak bersalah,

mungkin anda bisa menanyakan masalah ini kepada orang yang

menyebabkan masalah ini terjadi.”

Tuturan di atas diutarakan oleh seseorang yang menyalahkan orang

lain mengenai permasalahan yang terjadi, dan tuturan tersebut kita dapat

melihat bahwa penutur berusaha untuk memperbesar kerugian orang lain,

Page 40: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

28

maka dari itu, kita dapat menyimpulkan bahwa tuturan tersbut tidak sesuai

ataupun melanggar maksim kebijaksanaan.

b. Maksim kedermawanan (generosity maxim)

Leech (Wahidah & Wijaya, 2017) maksim kedermawanan yaitu

maksim kemurahan hati yang mengharuskan peserta tutur untuk

menghormati orang lain. Penutur atas kesediaannya memberikan sesuatu

yang menjadi miliknya kepada mitra tutur agar mitra tutur menjadi tercukupi

kebutuhannya. Perbedaan mencolok dengan maksim kebijaksanaan bahwa

maksim kedermawanan menawarkan suatu perbuatan atau tingkah laku,

tetapi mitra tutur dimungkinkan untuk menolak apa yang menjadi tawaran

penutur. Maksim kedermawanan mengandung prinsip :

1) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin;

2) Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.

Rahardi (2005:62) memberikan contoh :

A : “ Mari saya cucikan baju kotormu! Pakaianku tidak banyak

kok, yang kotor.”

B : “Tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga,

kok.”

Tuturan yang disampaikan si A di atas, dapat dilihat dengan jelas

bahwa ia berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara

menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Orang yang tidak suka membantu

orang lain, apalagi tidak pernah bekerja bersama dengan orang lain, akan

Page 41: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

29

dapat dikatakan tidak sopan dan biasanya tidak akan mendapatkan banyak

teman di dalam pergaulan keseharian hidupnya.

Yusri (2016) Selanjutnya kita akan melihat contoh tuturan yang tidak

sesuai dengan maksim kedermawanan seperti pada tuturan di bawah ini :

“Sebagai anggota DPR, tentunya saya pantas mendapatkan fasilitas

yang memadai dari negara ini.”

Tuturan tersebut diutarakan oleh salah satu calon anggota DPR yang

menjelaskan bahwa fasilitas-fasilitas yang boleh dikatakan mewah yang dapat

ia nikmati merupakan sebuah hal yang wajar. Berdasarkan konteks tuturan di

atas, kita dapat melihat bahwa penutur berusaha untuk memperbesar

keuntungan bagi dirinya sendiri, maka dari itu kita dapat menyimpulkan

bahwa tuturan tersebut tidak sesuai dengan konsep maksim kedermawanan

yng menjelaskan bahwa konsep tuturan yang santun adalah kurangi

keuntungan bagi diri sendiri dan tambahi pengorbanan bagi diri sendiri.

c. Maksim penghargaan (approbation maxim)

Leech (Wahidah & Wijaya, 2017) maksim penghargaan yaitu

maksim yang membuat orang akan dapat dianggap santun apabila dalam

bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain,

sehingga para peserta tutur tidak saling mengejek atau merendahkan pihak

lain. Contohnya :

Dosen A : ”Pak, tadi saya sudah memulai kuliah perdana dengan

materi puisi.”

Page 42: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

30

Dosen B : ”Oya, tadi saya mendengar pembacaan puisinya jelas

sekali.”

Tuturan di atas, pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap

rekannya dosen B ditanggapi dengan sangat baik, bahkan disertai pujian

atau penghargaan oleh dosen B, maka dalam pertuturan itu dosen B

berperilaku santun terhadap dosen A.

Yusri (2016) Selanjutnya kita akan melihat contoh tuturan yang tidak

sesuai dengan maksim penghargaan seperti pada tuturan di bawah ini :

“Bagaimana kau mengatakan dirimu hebat, kalau Adipura saja tidak

bisa di raih, tidak bisa dikatakan hebat.”

Penutur di atas mengungkapkan bahwa jangan mengatakan dirimu

hebat jika tidak mendapatkan piala Adipura. Tuturan tersebut dengan jelas

menandakan bahwa penutur sedang melakukan pengecaman yang menjadi

bentuk pelanggaran pada maksim penghargaan.

d. Maksim kesederhanaan (modesty maxim)

Leech (Wahidah & Wijaya, 2017) maksim ini mengandung prinsip

yaitu:

1) Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin;

2) Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.

Memuji diri sendiri merupakan pelanggaran maksim ini. Maksim

kesederhanaan atau kerendahan hati ini, penutur harus mengecam dirinya

sendiri, karena dalam percakapan hal tersebut merupakan tindakan yang

sopan, semakin penutur mengecam dirinya maka semakin sopanlah tuturan

Page 43: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

31

tersebut. Lebih dari itu, sepakat dan mengiyakan pujian orang lain terhadap

diri sendiri juga merupakan pelanggaran pada maksim kerendahan hati ini.

Contohnya :

a) A : “Mereka ramah sekali kepada saya.”

B : “ Iya benar.”

b) A: “Anda ramah sekali kepada saya.”

B : “Iya memang.”

Contoh a) memperlihatkan bahwa mengecam diri sendiri merupakan

tindakan yang sopan, sebaliknya memuji diri sendiri pada contoh b)

merupakan pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati. Menyetujui

pujian terhadap orang lain merupakan tindakan yang sopan, sebaliknya

sependapat dengan pujian yang ditujukan kepada diri sendiri merupakan

pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati.

Yusri (2016) Selanjutnya kita akan melihat contoh tuturan yang tidak

sesuai dengan maksim kesederhanaan seperti pada tuturan di bawah ini :

“Kalau periode ini baik, tahun depan harus lebih baik. Saat ini

Sulsel adalah provinsi yang paling baik di Indonesia. Kita berhasil

meraih 113 penghargaan nasional dan internasional.”

Tururan di atas tidak sesuai dengan maksim kesederhanaan. Tuturan

di atas secara jelas memuji dirinya sendiri dan itu adalah bentuk

pelanggaran dalam maksim kesederhanaan.

Page 44: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

32

e. Maksim Permufakatan (agreement maxim)

Leech (Wahidah & Wijaya, 2017) maksim permufakatan atau

maksim kecocokan, yaitu maksim yang mengharuskan para peserta tutur

dapat saling membina kococokan di dalam kegiatan bertutur, jika terdapat

kecocokan antara keduanya, maka mereka dapat dikatakan bersikap santun,

di sini sikap konfrontasi diupayakan untuk dihindari demi menjaga

keharmonisan dengan mitra tutur. Contohnya :

A : “Nanti malam kita makan bersama ya, Yun!.”

B : “Boleh. Saya tunggu di Bambu Resto.”

Contoh di atas terasa santun karena si A mampu membina

kecocokan dengan si B, dengan memaksimalkan kecocokan di antara

mereka tuturan akan menjadi santun.

Yusri (2016) Selanjutnya kita akan melihat contoh tuturan yang tidak

sesuai dengan maksim permufakatan seperti pada tuturan di bawah ini :

“Agnes, mungkin saya tidak bisa menunggumu. Saya akan berangkat

ke sekolah sendiri saja, soalnya saya takut terlambat nantinya.”

Tuturan di atas di sampaikan oleh seseorang kepada teman

sekolahnya. Berdasarkan tuturan di atas, dapat kita lihat bahwa penutur tidak

berusaha untuk membina kecocokan dengan temannya. Stuturan tersebut

tidak sesuai dengan konsep maksim permufakatanyng berarti kurangilah

ketidaksesuaian pada diri sendiri dengan orang lain dan tingkatkan

persesuaian antardiri sendiri dengan orang lain.

Page 45: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

33

f. Maksim kesimpatian (sympathy maxim)

Leech (Wahidah & Wijaya, 2017) mengatakan di dalam maksim ini

diharapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati

antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah

seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Rahardi

(2005:65) orang yang bersikap antipati terhadap orang lain, apalagi sampai

bersikap sinis terhadap pihak lain, akan dianggap sebagai orang yang tidak

tahu sopan santun di dalam masyarakat. Jika lawan tutur mendapatkan

kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat,

dan jika lawan tutur mendapatkan kesusahan, atau musibah, penutur layak

turut berduka, atau mengutarakan ucapan bela sungkawa sebagai tanda

kesimpatian. Contohnya :

A: “Nenekku meninggal.”

B: “ Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Turut berduka cita.”

Contoh di atas menunjukkan si B menunjukkan rasa simpatinya

kepada si A. Orang yang mampu memaksimalkan rasa simpatinya kepada

orang lain akan dianggap orang yang santun.

Yusri (2016) Selanjutnya kita akan melihat contoh tuturan yang tidak

sesuai dengan maksim kesimpatian seperti pada tuturan di bawah ini :

“Buat apa kita peduli kalau dia tidak lulus ujian nasional, buat apa

dipikirkan, dia juga bukan teman kita.”

Tuturan di atas di sampaikan oleh penutur ketika salah satu siswa di

sekolahnya tidak lulus ujian nasional. Penutur merasa tidak penting

Page 46: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

34

memikirkan ataupun peduli kepada orang yang bukan temannya. Tutran

tersebut tidak sesuai dengan maksim kesimpatian. Shal tersebut disebabkan

karena seperti kita ketahui, konsep maksim kesimpatian adalah kurangi

antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan perbesarlah simpati anatara

diri sendiri dengan orang lain.

Kesantunan berbahasa juga merupakan salah satu nilai budaya yang

sangat dijunjung tinggi di dalam masyarakat Indonesia. Nilai kesantunan bukan

sesuatu yang dibawa lahir, tetapi merupakan hasil proses sosialisasi dan

konstruksi sosial budaya dan sejarah suatu bangsa. Kita tidak mungkin

membayangkan sebuah masyarakat yang tidak mendayagunakan strategi

berkomunikasi untuk menghindari friksi interpersonal, menghindari konflik,

meminimalkan pertentangan serta untuk meningkatkan rasa nyaman dan saling

pengertian.

Berbicara mengenai kesantunan berbahasa, di Sulawesi Selatan sendiri

memiliki ciri khas kesantunan berbahasanya yang sudah menjadi identitas budaya

masyarakat Sulawesi Selatan tak terkecuali masyarakat Kajang. Sebagai contoh,

di daerah Timur seperti Papua, kata kau dan iyo itu termasuk bahasa yang santun.

Berbeda dengan yang ada di Sulawesi Selatan sendiri dalam hal ini masyarakat

Kajang, salah satu bentuk kesantunan berbahasanya adalah dalam penggunakan

kata kita (gitte) dan kata iye yang digunakan sebagai bentuk penghormatan

terhadap orang yang dihormati (orang yang lebih tua).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

kesantunan berbahasa adalah kebiasaan-kebiasaan yang menyangkut perilaku

Page 47: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

35

yang berlaku dalam masyarakat. Situasi kehidupan sehari-hari, sikap yang santun

akan memberi dampak positif terhadap hubungan sosial dengan lingkungan

sekitar sehingga tejadi keharmonisan dalam tindak komunikasi verbal.

6. Kajang

Kajang merupakan satu dari sepuluh keca matan yang ada di Kabupaten

Bulukumba provinsi Sulawesi Selatan. Kajang memiliki luas wilayah 129,06

(Km²) dengan jumlah penduduk 47.467, banyaknya rumah tangga (KK) 10.662

serta kepadatan penduduk 368 (Km²) .

Agus (2018:143-149) Kajang merupakan salah satu daerah pesisir sebagai

sentra pengembangan pariwisata dan perikanan Kabupaten Bulukumba. Kajang

terdiri atas 17 desa yaitu Batu Nilamung, Bonto Baji, Bonto Biraeng, Bonto

Rannu, Lembang, Lembang Lohe, Lembanna, Lolisang, Malleleng,

Mattoanging, Pantama, Pattiroang, Possi Tanah, Sangkala, Sapanang,

Tambangan, dan Tanah Toa serta terdiri dari dua kelurahan yaitu Laikang dan

Tanah Jaya. Penduduk daerah Kajang sebagian besar berprofesi sebagai petani

dan nelayan. Mereka umumnya mengolah lahan pertanian berupa sawah dan

perkebunan. Hasilnya itu berupa jagung, tanaman palawija, karet, dan hasil

Page 48: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

36

perkebunan lainnya, sedangkan nelayan mengusahakan berbagai alat penangkap

ikan, diantaranya pancing dan gae (bahasa Konjo).

Perlu diketahui bahwa secara geografis, Kajang terbagi atas dua yaitu

Kajang dalam (mereka disebut tau Kajang) dan Kajang luar (mereka disebut tau

Lembang). Daerah Kajang luar adalah daerah yang sudah bisa menerima

peradaban teknologi seperti listrik berbeda halnya dengan Kajang dalam yang

tidak dapat menerima peradaban. Peneliti dalam penelitian ini akan mengambil

lokasi penelitian di daerah Kajang luar tepatnya di Kassi Kelurahan Tanah Jaya

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

a. Bahasa Konjo

(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019) bahasa Konjo

dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Bira, Ara, Kecamatan Bonto

Bahari dan Desa Possi Tanah, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba,

Provinsi Sulawesi Selatan. Bahasa Konjo terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek

Bira, dialek Ara, dan dialek Kajang. Bahasa konjo adalah salah satu bahasa

daerah dari 14 bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan. Peneliti dalam

penelitian ini akan melakukan penelitian pada bahasa konjo dialek Kajang.

Bahasa konjo di ujung pembicaraannya biasa mengunakan istilah do.

b. Kassi Kajang

Kajang luar berbeda dengan Kajang dalam. Kajang luar dalam hal ini

Kassi Kajang sudah bisa menerima masuknya teknologi modern. Setiap

aspek kehidupan masyarakat Kassi Kajang sudah tersentuh dengan

modernisasi, baik dari segi pendidikan, budaya, sosial, dan lain sebagainya.

Page 49: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

37

Salah satu contohnya adalah masyarakatnya yang sudah menggunakan media

teknologi modern. Kita ketahui bahwa saat ini dengan berkembangnya

teknologi, tanpa disadari juga sudah memengaruhi pola kehidupan

masyarakatnya, tak terkecuali masyarakat Kassi Kajang.

Peneliti dalam penelitian ini melihat bahwa Kassi Kajang ini sudah

mendapat pengaruh globalisasi dalam hal ini pengaruh perkembangan

IPTEK yang secara tidak langsung memeroleh dampaknya baik yang positif

maupun yang negatifnya. Salah satu dampaknya yaitu dari sisi negatifnya

dalam hal ini penggunaan bahasa. Saat sekarang ini, dalam menggunakan

bahasa, seseorang tidak lagi memerhatikan yang namanya etika dan

kesantunan dalam berbahasa baik kepada teman sebaya, orang yang lebih tua

dari mereka dan lainnya, dan hal tersebut ternyata peneliti temukan pada

observasi awal pada tanggal 20 Oktober 2019 di daerah Kassi Kajang.

c. Perempuan

Peneliti memilih perempuan Kassi Kajang sebagai objek kajian

karena studi dibidang penelitian bahasa dalam kaitannya dengan kehidupan

sosial, politik, budaya masyarakat menunjukkan bahwa bahasa perempuan

berbeda dengan bahasa laki-laki. Kuntjara (2003) perbedaan bahasa mereka

bukan saja terletak pada perbedaan suara laki-laki dan perempuan, bukan

hanya pada pemakaian atau pemilihan kata (leksikal) dan kalimat

(gramatikal), melainkan juga pada cara penyampaiannya (pragmatik).

Munjin (2008:262-274) banyak hasil penelitian tentang kaitan bahasa dan

kehidupan sosial, politik dan budaya yang menunjukkan bahwa bahasa

Page 50: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

38

laki- laki memang berbeda dengan bahasa perempuan. Dari segi jumlah yang

dihasilkan, banyak para ahli yang mengatakan bahwa para wanita lebih

banyak menghabiskan kata-kata dari pada para lelaki. Louann Brizendine

(Zulkarnain & Fitriani, 2018) dalam bukunya Female Brain mengatakan

bahwa seorang perempuan dapat menghabiskan sekitar 20.000 kata per hari

sedangkan seorang laki-laki hanya menghabiskan sekitar 7.000 kata per hari.

Yuliani (2013:47-51) penguasaan bahasa dari gender perempuan itu lebih

banyak kosakata yang dikuasai dibandingkan gender laki-laki, penuturan

perempuan lebih sopan dan perempuan berusaha untuk menjelaskan makna

kandungan pembicaraannya lebih banyak penjelasan secara mendetail untuk

menyakinkan lawan bicaranya.

d. Generasi Z

Putra (2017) Generasi Z juga disebut iGeneration atau generasi

internet. Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995

sampai dengan tahun 2010. Generasi Z adalah generasi setelah Generasi Y,

generasi ini merupakan generasi peralihan Generasi Z dengan teknologi yang

semakin berkembang. Generasi Z adalah generasi yang hidup dengan

kemajuan teknologi yang sangat pesat yang juga telah mengubah pola

tingkah laku generasi tersebut. Sejak kecil generasi ini sudah mengenal

teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang secara tidak langsung

berpengaruh terhadap kepribadian. Saat ini sering kita dengar atau bahkan

melihat banyaknya kasus hukum atau kondisi sosial yang melibatkan

generasi Z, salah satunya adalah kaitannya dengan etika dan kesantunan

Page 51: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

39

berbahasa yang tanpa disadari itu merupakan pengaruh dari penggunaan

teknologi dari segi negatifnya. Maka dari itu, peneliti dalam penelitian ini

akan mendeskripsikan mengenai wujud etika dan kesantunan berbahasa

perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilaksanakan untuk mendeskripsikan etika dan kesantunan

berbahasa perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba.

Sosiopragmatik merupakan kajian pragmatik yang menggunakan pendekatan

sosial. Kajian sosiopragmatik menganalisis aspek-aspek makna suatu peristiwa

tindak tutur yang di tinjau dari konteks situasi pertuturan dan konteks sosial

budaya di mana bahasa itu digunakan. Bahasa yang akan di teliti dalam penelitian

ini adalah bahasa Konjo. Bahasa Konjo terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Bira,

dialek Ara, dan dialek Kajang. Bahasa konjo dialek Kajang adalah salah satu dari

14 bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan. Penelitian dengan menjadikan

perempuan sebagai objek kajian dikarenakan perempuan dapat menghabiskan

sekitar 20.000 kata per hari sedangkan seorang lak-laki hanya dapat

menghabiskan sekitar 7.000 kata per hari, penuturan perempuan lebih sopan dan

perempuan berusaha untuk menjelaskan makna kandungan pembicaraannya lebih

banyak penjelasan secara mendetail untuk menyakinkan lawan bicaranya.

Sumber data pada penelitian ini adalah generasi Z, generasi Z adalah generasi

yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, sejak kecil

generasi ini sudah mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih yang

secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepribadian. Kajian sosiopragmatik

Page 52: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

40

digunakan untuk menganalisis wujud etika berbahasa (bahasa nonverbal kinesik)

serta wujud kesantunan berbahasa (maksim kebijaksanaan, maksim

kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim

permufakatan, dan maksim kesimpatian) yang akan menjadi temuan dalam

penelitian ini. Guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai etika dan

kesantunan berbahasa perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten

Bulukumba, berikut adalah gambaran kerangka pikir :

Page 53: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

41

Bagan Kerangka Pikir

Bahasa Konjo

Dialek Ara Dialek Kajang Dialek Bira

Perempuan Generasi Z Kassi Kajang

Kabupaten Bulukumba

Kesantunan

Berbahasa

Etika

Berbahasa

1. Kinesik

1. Maksim Kebijaksanaan

2. Maksim Kedermawanan

3. Maksim Penghargaan

4. Maksim Kesederhanaan

5. Maksim Permufakatan

6. Maksim Kesimpatian

Temuan

Sosiopragmatik

Page 54: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenisopenelitian yangodigunakan pada penelitianoini adalahopenelitian

deskriptifokualitatif. Moleong (2011:16) penelitianodeskriptif kualitatifo

merupakan jenisopenelitian yang bermaksudountuk memahami fenomenaotentang

apa yang dialamiooleh subjek penelitian, misalnyaoperilaku, persepsi,omotivasi,

tindakan, danolain-lain, dan dengan caraodeskripsi dalam bentukokata-kata dan

bahasa padaosuatu konteks khususoyang alamiah dan denganomemanfaatkan

berbagai metodeoilmiah.

Lebiholanjutnya, penelitian deskriptifokualitatif adalah jenisopenelitian

yang bertujuanountuk mendeskripsikan apaoyang akan diteliti danodatanya tidak

dianalisisomenggunakan rumusostatistik, melainkanomenggunakan dataoberupa

kata-kata. Penelitian deskriptifokualitatif menghasilkan data deskriptifokemudian

dataodigali hingga mendapatkanohipotesis yang konsisten. Penelitiodalam

penelitian ini mendeskripsikan wujudoetika dan kesantunan

berbahasaoperempuan generasioZ di Kassi Kajang KabupatenoBulukumba pada

berbagaiokonteks sosial objekopenelitian.

B. Definisi Istilah

Berdasarkanorumusan masalah penelitian, makaouraian definisioistilah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sosiopragmatik adalahokajian pragmatik yang menggunakanopendekatan

sosial. Kajianososiopragmatik menganalisisoaspek-aspek maknaosuatu

42

Page 55: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

43

peristiwaotindak tutur yang di tinjau dariokonteks situasi pertuturanodan

konteksososial budaya diomana bahasa ituodigunakan.

2. Etika berbahasa adalah berkenaan dengan sikap fisik dan perilaku ketika

bertutur atau berkomunikasi.

3. Kesantunan berbahasa adalah penelitian kesantunan yang mengkaji

penggunaan bahasa (language use) dalam suatu masyarakat bahasa

tertentu. Sikap yang santun akan memberi dampak positif terhadap

hubungaan sosial dengan lingkungan sekitar sehingga tejadi

keharmonisan dalam tindak komunikasi verbal;

4. Bahasa nonverbal adalah terdiri atas gerakan-gerakan tubuh, ekspresi

wajah, pakaian yang digunakan, penggunaan nada vokal pada saat

berbicara, dan beberapa hal lain yang mampu memberikan pesan atau

maksud kepada orang lain bahkan, jarak kedekatan seseorang dengan

pasangannya juga mampu memberikan pesan tersendiri bagi orang lain

yang melihatnya.

5. Maksimokesantunan berbahasaoadalah kaidah kebahasaanodi dalam

interaksiilingual; kaidah-kaidahiyang mengaturitindakannya, penggunaan

bahasanya, danointerpretasi-interpretasinya terhadapotindakan dan

ucapan lawanotuturnya.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah wujud berbahasa dalam hal ini etika

berbahasa (kinesik) dan maksim kesantunan berbahasa (maksim

Page 56: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

44

kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim

kesederhanaan, maksim permufakatan, dan maksim kesimpatian).

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini bersumber dari perempuan generasi

Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba dengan jumlah informan 25 orang.

Perempuan sebagai sumber data dalam penelitian ini dikarenakan perempuan

dapat menghabiskan sekitar 20.000 kata per hari dibandingkan dengan laki-

laki yang hanya menghabiskan sekitar 7.000 kata per hari, penuturan

perempuan lebihosopan dan perempuanoberusaha untuk menjelaskanomakna

kandunganopembicaraannyalebih banyakopenjelasan secara mendetailountuk

menyakinkanolawan bicaranya. Perempuan yang masuk pada sumber data

penelitian ini adalah perempuan yang termasuk dalam generasi Z. Generasi Z

adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampai dengan tahun

2010 (usia 10 - 25 tahun) dengan jenjang pendidikan yang masuk dalam

kategori ini adalah mulai siswi SD kelas 5 sampai pada jenjang tingkat

perkuliahan (mahasiswi).

D. Teknik Pengumpulan Data

Beberapaolangkah yang ditempuhountuk mengumpulkan dataopenelitian

yaitu :

1. Teknik Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti tergolong dalam observasi

partisipan yang dengan melakukan hal tersebut peneliti dapat memahami

lebih dalam tentang fenomena (perilaku atau peristiwa). Peneliti terjun

Page 57: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

45

langsung ke lapangan melakukan observasi dengan mendatangi tempat-

tempat yang menurut peneliti terdapat data dalam penelitian ini.

2. Teknik Wawancara

Kegiatan wawancara yang dilakukan tidak terstruktur. Wawancara

tidak menyusun terlebih dahulu draft pertanyaan, namun percakapan antara

pewawancara dan narasumber yang diwawancarai berlangsung santai dan

langsung menuju informasi yang diinginkan. Wawancara terkait dengan yang

menjadi bahan penelitian dalam hal ini etika dan kesantunan berbahasa

perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba. Teknik

wawancara dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui siapa saja

yang masuk dalam kategori objek penelitian untuk selanjutnya dilakukan

teknik lanjutan.

3. Teknik rekam (audiovisual)

Teknik rekam dalam bentuk audiovisual dilakukan tanpa mengganggu

kelancaran proses kegiatan tuturan. Peneliti hanya berperan sebagai pengamat

wujud berbahasa para informannya. Kegiatan merekam dalam bentuk

audiovisual dilakukan tanpa sepengetahuan objek penelitian menggunakan

kamera gawai. Teknik ini digunakan untuk memeroleh data terkait wujud

etika dan kesantunan berbahasa objek penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam menganalisis data yang diperoleh

yaitu:

Page 58: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

46

1. Mentranskrip Data

Setelah peneliti memeroleh data primer berupa wujud berbahasa

perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba, selanjutnya

mentranskripsi, memindahkan data tersebut dengan cara menulis kembali

semua hasil tuturan yang diujarkan.

2. Mengidentifikasiodan MengklarifikasioData

Berdasarkanohasil transkripsi diperolehodata tertulis yangiselanjutnya

siap untukidiidentifikasi. Proses identifikasiiberarti mengenali atauomenandai

dataountuk memisahkanokalimat mana yangodibutuhkan untukotahap

selanjutnya, danomana yang tidakodibutuhkan.

3. Menyalinoke dalam KartuoData

Setelahodata yang diperlukanosudah terkumpul, selanjutnyaoadalah

penyalinanotiap tuturan yangotelah diidentifikasi keodalam kartu data.

Haloitu dimaksudkanoagar mudah untukomengelompokkan tuturanotersebut

menurut karakteristikotertentu.

4. MenganalisisoKartu Data

Data yangodiperoleh kemudianodianalisis untuk memeroleh data

berdasarkan bagian etika berbahasa (kinesik) dan maksim kesantunan

berbahasa perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba.

5. Menyimpulkan

Tahap akhir, hasil analisis akan menghasilkan sebuah temuan

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan.

Page 59: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada penelitian yang sudah dilakukan, peneliti sudah mendapatkan data

yang sudah direduksi dan sampai pada titik jenuh penelitian tersebut, oleh karena

itu data yang menjadi hasil penelitian betul-betul dapat dijadikan sebagai bahan

analisis peneliti. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, berikut

hasil penelitian berupa wujud etika dan kesantunan berbahasa perempuan generasi

Z Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba dalam berbagai konteks sosial.

1. Wujud Etika Berbahasa (Kinesik) Perempuan Generasi Z di Kassi

Kajang Kabupaten Bulukumba

Penelitian terhadap wujud etika berbahasa dalam hal ini bahasa

nonverbal kinesik. Berikut dipaparkan hasil penelitian yang berkaitan dengan

masalah dalam penelitian ini.

a. Kinesik

Bahasa nonverbal kinesik adalah suatu gerak tubuh yang

menggunakan otot-otot sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang

memuat pesan atau maksud. Gerakan kinesik dapat terdiri atas anggota

tubuh dari kepala sampai kaki. Data pada penelitian ini berjenis gerakan

tubuh yang aktif, pada umumnya gerakan aktif atau gestur merupakan

bentuk perilaku nonverbal pada gerak-gerak tangan, bahu dan jari-jari.

Manusia memunyai banyak cara dan bervariasi dalam menggerakkan

47

Page 60: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

48

tubuh dan anggota tubuhnya ketika mereka sedang berbicara. Agar lebih

jelas tuturan di bawah ini dapat dicermati.

Data 1

Konteks : Dua orang perempuan yang bernama Sasa dan Nana

sedang berada dalam kamar sambil bermain gawai

masing-masing. Nana kemudian menawarkan kepada

Sasa untuk pergi ke rumah teman mereka dan Sasa pun

merespon dengan menyetujui hal tersebut memakai

bahasa nonverbal.

Bahasa nonverbal kinesik pada konteks di atas adalah gerakan jari

tangan yang menunjukkan simbol sepakat atau setuju. Gerakan tubuh

pada tangan yang menunjukkan simbol sepakat atau setuju di atas memiliki

fungsi emblem. Emblem menggantikan kata-kata. Gerakan yang

menunjukkan simbol sepakat atau setuju dilakukan oleh Sasa tanpa

mengucapkan kata-kata apapun dan langsung bisa dipahami oleh mitra

tuturnya yaitu Nana.

Data 2

Konteks : Dua orang perempuan berada dalam kamar. Nana yang

duduk santai sambil bermain gawai dan Sasa yang saat

itu terlihat sibuk mengerjakan tugasnya. Melihat Sasa

begitu sibuk mengerjakan tugas, Nana pun mengatakan

Page 61: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

49

bahwa Sasa sangat rajin dengan disertai bahasa

nonverbal.

Bahasa nonverbal kinesik pada konteks di atas adalah

mengacungkan jempol yang bermakna sebagai tanda pujian. Gerakan

tubuh yang mengacungkan jempol sesuai dengan konteks di atas memiliki

fungsi emblem. Emblem menggantikan kata-kata.Gerakan mengacungkan

jempol tersebut ingin menjelaskan bahwa dalam kondisi tersebut Nana

melihat Sasa begitu sibuk dan serius mengerjakan tugasnya kemudian

Nana mengacungkan jempol sebagai tanda pujian untuk ketekunan Sasa.

Data 3

Konteks : Seorang remaja 16 tahun bernama Rini beranjak dari

kursi ruang tamu dengan mengungkapkan dan

melakukan tindakan tabik (Appatabe’) kepada tantenya.

Bahasa nonverbal kinesik pada konteks di atas adalah Appatabe’

(bahasa konjo) yang merupakan perwujudan rasa hormat remaja yang

bernama Rini terhadap tantenya yang saat itu sedang duduk bersamanya di

ruang tamu, dan Rini pun ketika beranjak dari kursi tersebut lewat depan

tantenya sambil mengucap “Tabe’ Tanta” (permisi Tante). Gerakan tubuh

Appatabe’ sesuai dengan konteks di atas memiliki fungsi ilustrator.

Ilustrator menjelaskan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini

merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan

sesuatu. Gerakan Appatabe’ tersebut ingin menjelaskan bahwa Appatabe’

Page 62: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

50

adalah wujud penghormatan terhadap orang yang dianggap lebih tua atau

yang dihormati ketika kita dan orang tersebut berada pada jarak yang dekat

dan ingin permisi lewat atau berjalan di depannya.

Data 4

Konteks : Seorang remaja 15 tahun bernama Azizah menyuruh

kakak perempuan dan sepupunya untuk tidak ribut

karena dia merasa terganggu yang mana saat itu dia

sedang serius mengerjakan tugas sekolahnya.

Bahasa nonverbal kinesik pada konteks di atas adalah jari telunjuk

tangan di letakkan di depan mulut dan kemudian dilanjutkan dengan

mengatakan “Jaki rungkai kak” yang merupakan perwujudan gerak tubuh

yang bermakna jangan atau dilarang ribut. Gerakan tubuh yang

bermakna jangan atau dilarang ribut sesuai dengan konteks di atas

memiliki fungsi ilustrator. Ilustartor menjelaskan tanda-tanda nonverbal

dalam komunikasi. Gerakan yang bermakna jangan atau dilarang ribut

tersebut menjelaskan bahwa dalam kondisi tersebut seseorang melakukan

tindakan menegur karena merasa terganggu dengan volume suara orang

lain di dekatnya.

Data 5

Konteks : Dua orang remaja yang berumur 13 tahun bernama Ima

dan Nisa yang sedang menonton acara televisi pada

Page 63: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

51

malam hari dan kemudian remaja yang bernama Nisa

berpamitan ingin pulang kepada Ima dikarenakan hari

sudah semakin larut.

Bahasa nonverbal kinesik pada konteks di atas adalah

melambaikan tangan yang serangkai dengan perkataan ”dada” yang

bermakna sebagai tanda perpisahan. Gerakan tubuh yang melambaikan

tangan sesuai dengan konteks di atas memiliki fungsi ilustrator. Ilustrator

menjelaskan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini

merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan

sesuatu. Gerakan melambaikan tangan tersebut menjelaskan bahwa dalam

kondisi tersebut Nisa ingin pulang ke rumahnya dan mengucap salam

perpisahan dengan melambaikan tangan sambil berucap “dada” yang

kemudian direspon oleh Ima dengan gerak tubuh dan ucapan yang sama.

Data 6

Konteks : Seorang perempuan bernama Risna datang berkunjung

ke rumah temannya dan disambut oleh Ibu dari temannya

tersebut. Risna pun kemudian mengucap salam dan

menjabat tangan Ibu dari temannya tersebut.

Bahasa nonverbal kinesik pada konteks di atas adalah berjabat

atau menjabat tangan. Gerakan tubuh yang berjabat atau menjabat

tangan sesuai dengan konteks di atas memiliki fungsi ilustrator. Ilustrator

menjelaskan tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Tanda ini

Page 64: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

52

merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan

sesuatu. Gerakan berjabat atau menjabat tangan tersebut menjelaskan

bahwa dalam kondisi tersebut Risna yang datang berkunjung ke rumah

temannya lalu bertemu dengan Ibu dari temannya tersebut langsung

menjabat tangan Ibu temannya dan juga ada seorang perempuan yang saat

itu bersama Ibu dari temannya. Berjabat atau menjabat tangan seseorang

umum dilakukan jika seseorang yang lebih muda bertemu dengan orang

yang dianggap lebih tua dan dihormati dan hal tersebut dilakukan oleh

Risna sebagai wujud penghormatan kepada Ibu temannya.

Data 7

Konteks : Risna yang sebelumnya pergi mengendarai motor milik

temannya yang bernama Ijri telah kembali. Setelah Risna

kembali dia pun ingin memberikan kunci motor Ijri dan

Ijri merespon dengan menunjuk ke arah meja dan berkata

agar Risna meletakkan kunci motor tersebut di atas meja.

Bahasa nonverbal kinesik pada konteks di atas adalah gerakan jari

telunjuk yang menunjukkan arah. Gerakan tubuh menunjuk arah sesuai

dengan konteks di atas memiliki fungsi ilustrator. Ilustrator menjelaskan

tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi. Gerakan jari telunjuk yang

menunjukkan arah yang dilakukan oleh Ijri tentu akan langsung dipahami

oleh Risna karena Ijri menyertakan komunikasi nonverbal dalam bahasa

verbalnya.

Page 65: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

53

2. Wujud Kesantunan Berbahasa Perempuan Generasi Z di Kassi

Kajang Kabupaten Bulukumba

Penelitian terhadap wujud kesantunan berbahasa terdapat enam

prinsip kesantunan yaitu; maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan,

maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan, dan

maksim kesimpatian. Berikut dipaparkan hasil penelitian yang berkaitan

dengan masalah dalam penelitian ini.

a. Maksim Kebijaksanaan

Maksimokebijaksanaanoyaitu maksim yangomenggariskan bahwa

setiapopeserta pertuturanohendaknya berpegangopada prinsip

untukoselalu mengurangiokeuntungan dirinyaosendiri dan

memaksimalkanokeuntunganopihak lain dalam kegiatanobertutur. Orang

bertuturoyang berpegang danomelaksanakan maksimokebijaksanaan akan

dapatodikatakan sebagaioorang santun. Jika dalamobertutur, seseorang

berpegangopada maksimokebijaksanaan, iaodapat menghindarkanosikap

dengki, iri hati, danosikap yang kurangosantun terhadap mitraotutur. Agar

lebihojelas tuturan diobawah ini dapatodicermati.

Data 8

Konteks : Tuturan yang dilakukan Elsa di sebuah kamar di rumah

temannya yang bernama Jusni, yang saat itu merasa

resah karena sebenarnya dia ingin ke rumah guru SDnya

dahulu untuk sebuah keperluan, tapi dia tidak tahu lokasi

Page 66: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

54

rumahnya, yang kemudian mendapat tanggapan dari

Jusni yang ternyata tahu lokasi rumah tersebut dan

berinisiatif untuk menemani Elsa ke lokasi tersebut.

Elsa : “Riek inni nisuroanga bela, lampa riballa’na Ibu

Ati guru SD yya riolo, mingkana tala kusse’i

balla’na.”

(“Sebenarnya saya ini disuruh pergi ke rumahnya

Ibu Ati guru SD kita dulu, tapi saya tidak tahu

rumahnya di mana”)

Jusni : “Nekke kusse’ji, nekkepa angngurangko.”

(“Saya tahu, biar saya yang menemanimu ke

sana”)

Elsa : “Iyo nah”

(“Iya”)

Tuturan “Nekke kusse’ji, nekkepa angngurangko” terlihat bahwa

Jusni memaksimalkan keuntungan untuk Elsa. Kondisi Elsa saat itu tidak

tahu lokasi rumah gurunya, maka dari itu, Jusni dengan bijaksana

memberitahukan kepada Elsa bahwa dia tahu lokasi rumah gurunya

tersebut dan berinisiatif untuk menemani Elsa ke lokasi tersebut. Hal ini

sesuai dengan prinsip maksim kebijaksanaan yang mewajibkan penutur

memaksimalkan keuntungan orang lain.

Data 9

Konteks :Tuturan yang dilakukan Harianti kepada sepupu

perempuannya yang bernama Maya di ruang tamu.

Harianti menyuruh sepupu perempuannya tersebut untuk

segera melaksanakan salat, jangan sampai waktu salatnya

lewat.

Harianti : “Maing mako sumbajang?”

Page 67: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

55

(“Apa kamu sudah salat?”)

Maya : “Sinempe’ rolo deh.”

(“Nanti sebentar.”)

Harianti : “Lampa mako rolo sumbajang allaloa ji hattua”

(“Segeralah pergi salat, nanti waktu salatnya

lewat.”)

Tuturan “Lampa mako rolo sumbajang allaloa ji hattua” terlihat

bahwa Harianti memaksimalkan keuntungan untuk Maya. Saat itu sudah

masuk waktu salat magrib dari setengah jam yang lalu, lantas Harianti

bertanya kepada sepupunya apakah dia sudah salat? dan ternyata

sepupunya belum salat, sehingga Harianti dengan bijaksana dan demi

sesuatu hal yang baik, Harianti menyuruh Maya untuk segera salat agar

waktu salatnya tidak lewat, berhubung waktu salat megrib juga terbilang

tidak terlalu lama. Haloini sesuaiodengan prinsipomaksim kebijaksanaan

yangomewajibkan penuturomemaksimalkan keuntunganoorang lain.

Data 10

Konteks :Tuturan yang dilakukan Qamariah kepada temannya yang

bernama Nana ketika Nana datang berkunjung ke

Qamariah pada malam hari. Qamariah mengatakan jika

Nana merasa lapar, dia bisa langsung masuk ke dapur

untuk makan, di dalam ada nasi goreng yang tadi dibuat

olehnya.

Qamariah : “Tala pa’re jako intu?”

(“Apa kamu tidak lapar?”)

Nana : “Engre’ja”

(“Tidak.”)

Page 68: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

56

Qamariah : “Oh, punna pa’reko, tama’ mamako nganre ri

dapur, riek intu nasi goreng maing kuhaju

sumpade”

(“Oh, kalau kamu lapar, masuk saja ke dapur, di

dalam ada nasi goreng yang saya buat tadi.”)

Tuturan “Oh, kalau kamu lapar, masuk saja ke dapur, di dalam

ada nasi goreng yang saya buat tadi” terlihat bahwa Qamariah

memaksimalkan keuntungan untuk Nana. Saat itu Qamariah tiba-tiba

menyakan apakah Nana merasa lapar atau tidak? Dan Nana menjawab

bahwa dia tidak merasa lapar, lalu direspon kembali oleh Qamariah bahwa

jika nantinya Nana merasa lapar, dia boleh langsung masuk ke dapur untuk

makan, karena tadi dia sudah membuat nasi goreng. Qamariah

memaksimalkan keuntungan untuk Nana yang datang berkunjung ke

rumahnya. Hal ini sesuai dengan prinsip maksim kebijaksanaan yang

mewajibkan penutur memaksimalkan keuntungan orang lain.

Data 11

Konteks : Tuturan yang dilakukan oleh Mila dan Iis di ruang tamu

rumah Iis. Mila (Penutur) yang mengingatkan mitra tutur

(Iis) untuk tidak lupa mengerjakan tugas matematikanya,

berhubung besok pagi tugas tersebut sudah harus dikirim

ke guru yang bersangkutan.

Mila : “Maingmi pale nujama tugas matematika nu?”

(“Apa kamu sudah mengerjakan tugas

Matematikamu?”)

Iis : “Astaga, riek pale tugas di’, siki’dimi injo

kukaluppai.” (ekspresi kaget)

(“Astaga, ternyata ada tugas yah, saya hampir lupa”)

Page 69: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

57

Mila : “Nassami yya riek. U’rangi injo jamai, muko intu

di kirimmi di Pak punna ele’ bela.”

(“Jelaslah ada. Kamu harus ingat untuk

mengerjakannya, besok pagi tugas itu sudah

harus dikirim ke Pak”)

Iis : “Ahhsiiiappp”

(“Ahsiap”)

Tuturan “U’rangi injo jamai, muko intu di kirimmi di Pak punna

ele’ bela” terlihat bahwa Mila memaksimalkan keuntungan untuk Iis.

Kondisi Iis saat itu yang hampir lupa bahwa dia memiliki tugas yang

belum dikerjakannya, untung saja terlebih dahulu Mila menanyakan

mengenai tugas tersebut dan dengan bijaksana Mila pun mengingatkan Iis

untuk mengerjakan tugasnya karena tugas itu besok pagi harus segera di

kirim ke guru yang bersangkutan. Hal tersebut memenuhi prinsip maksim

kebijaksanaan yang mana penutur memaksimalkan keuntungan orang lain.

Data 12

Konteks : Tuturan terjadi pada siang hari ketika Eca datang

terlambat ke rumah Jusni untuk mengerjakan tugas

sekolahnya. Eca kemudian mengucapkan maaf kepada

teman-temannya.

Eca : “Assalamualaikum. Sorry gais, sallo a riek.”

(“Assalamualaikum. Maaf teman, saya datangnya

lama.”

Jusni : “Battu tekko mae kah?

(“Memangya kamu dari mana?”)

Eca : “Para’rasa a rolo nampa lampa mae.”

(“Tadi saya membersihkan terlebih dahulu baru

datang ke sini”)

Page 70: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

58

Tuturan “Sorry gais, sallo a riek.” termasuk santun karena

mematuhi maksim kebijaksanaan yang mana penutur memaksimalkan

keuntungan pada mitra tutur. Hal ini terlihat pada pemilihan kata yang

halus seperti menggunakan kata maaf. Penggunaan kata maaf dituturkan

oleh Eca karena datangnya lama. Peminimalan kerugian dilakukan oleh

Eca agar teman-temannya tidak merasa sakit hati ataupun marah karena

dia yang datang terlambat.

b. Maksim Kedermawanan

Maksimokedermawanan yaituomaksim kemurahanohati yang

mengharuskanopeserta tutur untuk menghormatioorang lain. Penuturoatas

kesediaannyaomemberikan sesuatuoyang menjadi miliknyaokepada mitra

tuturoagar mitraotutur menjadi tercukupiokebutuhannya. Maksim

kedermawananomenawarkan suatuoperbuatan atau tingkaholaku, tetapi

mitra tuturodimungkinkan untuk menolakoapa yang menjadiotawaran

penutur. Agarolebih jelas tuturanodi bawah ini dapatodicermati.

Data 13

Konteks : Tuturan yang dilakukan oleh Elsa di teras rumah Jusni

yang menawarkan diri untuk dia saja yang memfoto

temannya (Jusni).

Elsa : “Eh susah pako intu yya, mae nekke fotoko.”

(“Saya lihat kamu sedang kesusahan, sini biar

saya yang foto kamu.”)

Jusni : “Akomo macca, nekke todopa.”

Page 71: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

59

(“Tidak usah pintar, biar saya sendiri.”)

Tuturan ” Eh susah pako intu yya, mae nekke fotoko” termasuk

pematuhan maksim kedermawanan. Terlihat bahwa Elsa memaksimalkan

keuntungan untuk Jusni dengan cara menambahkan beban bagi dirinya

sendiri. Pemaksimalan kerugian terjadi karena Elsa ingin memfoto Jusni

yang terlihat sedang kesulitan dalam mengambil foto dirinya yang sudah

berkali-kali foto, namun belum ada yang hasilnya memuaskan.

Data 14

Konteks : Tuturan yang dilakukan oleh Qamariah yang hendak

keluar rumah, dan sebelumnya dia sudah tahu bahwa

temannya yang bernama Nana ingin membeli kuota,

lantas Qamariah berinisiatif untuk sekalian membelikan

Nana kuota.

Qamariah : “Arakko ammalli kuota toh? mae nekke lampa

halliangko, ka langsulu’ja inni.”

(“Kamu mau beli kuota kan? Mari biar saya yang

pergi membelikanmu berhubung saya akan

keluar”)

Nana : “Akomo ka langsulu’ todo’ja sinempe.”

(“Tidak usah. Saya juga akan keluar sebentar”)

Tuturan ” mae nekke lampa halliangko, ka langsulu’ja inni”

termasuk pematuhan maksim kedermawanan. Terlihat bahwa Qamariah

memaksimalkan keuntungan untuk Nana dengan cara menambahkan

beban bagi dirinya sendiri. Pemaksimalan kerugian terjadi karena

Qamariah menawarkan kepada Nana bahwa dia ingin membelikan Nana

kuota berhubung dia juga akan keluar rumah.

Page 72: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

60

Data 15

Konteks : Tuturan yang dilakukan oleh sekumpulan remaja

perempuan di pekarangan rumah yang mana mereka

hendak pergi bersama dengan mengendarai sepeda motor

dan saling berboncengan.

Elsa : “Nai nekke langgandenga?”

(“Saya di bonceng sama siapa?”)

Nadia : “Nekkepa gandengko. Passang maki sigandeng

tallu.”

(“Sini biar saya yang memboncengmu, biarlah

kita boncengan tiga”)

Ema : “Iyo, mae mako.”

(“Iya, ayo kemari”)

Tuturan “Nekkepa gandengko. Passang maki sigandeng tallu”

termasuk pematuhan maksim kedermawanan. Terlihat bahwa Nadia

memaksimalkan keuntungan untuk Elsa dengan cara menambahkan beban

bagi dirinya sendiri. Pemaksimalan kerugian terjadi karena Nadia tidak

hanya akan membonceng Ema, tapi dia juga akan membonceng dua orang

sekaligus. Nadia menunjukkan bentuk solidaritas kepada teman-temanya.

Data 16

Konteks : Tuturan yang dilakukan oleh Maya yang mengeluhkan

jaringannya yang jelek padahal dia akan mengerjakan

tugas. Harianti yang saat itu bersama Maya mengatakan

dia akan membiarkan Maya menggunakan jaringan

datanya.

Maya : “Kodina pole jaringanku do’, na lanjamaki rolo

tugas.”

Page 73: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

61

(“Jaringanku jelek, padahal saya mau mengerjakan

tugas”)

Harianti : “Kuhotspot pako do’, aktifkanmi wifi nu.”

(“Biar saya menghotspotmu. Aktifkan saja wifi

mu”)

Tuturan ” Kuhotspot pako do’, aktifkanmi wifi nu” termasuk

pematuhan maksim kedermawanan. Terlihat bahwa Harianti

memaksimalkan keuntungan untuk Maya yang saat itu ingin mengerjakan

tugas, tetapi jaringannya sedang jelek. Mendengar hal itu, Harianti lantas

mengatakan bahwa dia akan membiarkan Maya menggunakan data

jaringannya sehingga dengan begitu Maya bisa mengerjakan tugasnya, hal

itu merupakan bentuk pemaksimalan kerugian bagi Harianti, dan sesuai

dengan prinsip maksim kedermawanan.

c. MaksimoPenghargaan

Maksimopenghargaan yaituomaksim yang membuatoorang akan

dapatodianggap santun apabilaodalam bertutur selaluoberusaha

memberikanopenghargaan kepadaopihak lain, sehinggaopara peserta tutur

tidak saling mengejekoatau merendahkanopihak lain. Agar lebih jelas

tuturanodi bawah ini dapatodicermati.

Data 17

Konteks : Tuturan terjadi pada malam hari yang dilakukan oleh

Nisa di rumah tantenya yang bernama Tante Helda, yang

mana saat itu Tante Helda mendapat pujian dari Nisa.

Page 74: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

62

Nisa : “Ballona bajung ta tanta, baju beruki kapang

bela.”

(“Baju Tante bagus, sepertinya itu baju baru”)

Tante Helda : “Iyo, ruang ngallo laloa nakuhalli”

(“Iya, dua hari yang lalu saya membelinya”)

Tuturan “Ballona bajung ta tanta” termasuk pematuhan maksim

penghargaan. Terlihat bahwa Nisa memaksimalkan keuntungan untuk

tantenya. Pemaksimalan keuntungan terjadi karena Nisa memuji baju

baru yang dipakai oleh tantenya.

Data 18

Konteks : Tuturan terjadi pada malam hari ketika Nana mengatakan

bahwa Qamariah wajahnya semakin mulus saja.

Nana : “Pela’ mulus i inni rupannu bela.”

(“Wajahmu terlihat tambah mulus”)

Qamariah : “Iya, ka tutturuki perawatan toh.”

(“Iya, karena saya rajin perawatan”)

Tuturan “Pela’ mulus i inni rupannu bela” termasuk pematuhan

maksim penghargaan. Terlihat bahwa Nana memaksimalkan keuntungan

untuk Qamariah. Pemaksimalan keuntungan terjadi karena Nana memuji

bahwa wajah Qamariah semakin mulus saja dan ternyata itu efek dari

seringnya Qamariah melakukan berbagai perawatan wajah.

Data 19

Konteks : Tuturan yang dilakukan seorang anak SD kelas 5 yang

bernama Tasya yang memuji adik laki-lakinya yang

masih balita dan saat itu sedang berada di pangkuan

Ibunya.

Page 75: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

63

Tasya : “Gammara’nu pole dek (melihat wajah bayi dengan

ekspresi gemes)”

(“Kamu gagah sekali dik (melihat wajah bayi

dengan ekspresi gemes”)

Ibu : (Tersenyum)

Tuturan “Gammara’nu pole dek (melihat wajah bayi dengan

ekspresi gemes)” termasuk pematuhan maksim penghargaan. Terlihat

bahwa anak perempuan yang masih duduk di bangku SD kelas 5 itu

memaksimalkan keuntungan untuk sang bayi dan juga Ibunya karena

telah memuji kegagahan atau ketampanan adiknya dan Ibunya pun

merespon tuturan Tasya dengan tersenyum.

d. MaksimoKesederhanaan

Maksimokesederhanaan atauokerendahan hatioini yaituopenutur

harus mengecamodirinya sendiri, karenaodalam percakapan halotersebut

merupakanotindakan yang sopan, semakinopenutur mengecamodirinya

makaosemakin sopanlah tuturanotersebut. Maksim ini menuntutosetiap

pesertaotutur untuk menghindariokata-kata yang meninggikanodiri sendiri

atauomengurangi pujianoterhadap dirinyaosendiri. Agar lebihojelas

tuturanodi bawah ini odicermati.

Data 20

Konteks : Tuturan terjadi pada siang hari di sebuah kamar. Peserta

tuturan yaitu Elsa dan Jusni yang mana Jusni saat itu

sedang asyik bermain game Free Fire. Elsa lantas

mengatakan bahwa Jusni semakin pintar bermain game

Page 76: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

64

Free Fire dan direspon oleh Jusni dengan sikap rendah

hati.

Elsa : “Tambah maccako bela kugitte karena Free Fire.”

(“Saya lihat kamu tambah pintar bermain game Free

Fire.”)

Jusni : “Beru todo paki endeke’ pilajara he.”

(“Saya juga baru belajar.”)

Tuturan “Beru todo paki endeke’ pilajara he” tuturan Jusni kepada

Elsa di atas termasuk santun dengan mematuhi maksim kesederhanaan.

Peminimalan sikap angkuh oleh Jusni terlihat pada tuturan tersebut,

walaupun Jusni semakin pintar bermain game Free Fire, tetapi dia tidak

menyombongkan diri.

Data 21

Konteks : Tuturan terjadi pada malam hari ketika Mantang dan

Nini yang kuliah di salah satu perguruan tinggi yang

sama dan jurusan yang sama pula bertemu. Mantang

membahas mengenai nilai Nini pada semester ini yang

bagus, kemudian di respon oleh Nini dengan

menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang biasa saja.

Mantang : “Pasti engre’ja bermasalah kau nilainu semester

inni, katutturu jako, macca jako pole”

(“Pasti semester ini tidak ada nilaimu yang

bermasalah, kamu kan rajin dan juga pintar.”)

Nini : “Biasaji injo do’.”

(“Itu hanyalah hal biasa”)

Tuturan “Biasaji injo do’” tuturan Nini kepada Mantang di atas

termasuk santun dengan mematuhi maksim kesederhanaan. Peminimalan

sikap angkuh Nini terlihat pada tuturan tersebut, walaupun semester ini

nilai Nini bagus semua, tidak ada yang bermasalah, tetapi dia tidak

Page 77: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

65

menyombongkan diri dan hanya merespon perkataan Mantang bahwa itu

hanyalah hal biasa.

Data 22

Konteks :Tuturan terjadi pada malam hari ketika Sisi

mengomentari sambal buatan Sasa kemarin yang

menurutnya sangatlah enak dan direspon oleh Sasa

dengan sikap rendah hati

Sisi : “Nyamanna injo pole cobe’-cobe’ nu nuhaju

sikariek bela, jagonu pole”

(“Sambal buatanmu yang kemarin sangatlah enak.

Kamu sangat pandai membuat sambal”)

Sasa : “Ekedenge, ka manna injo kau kulle jako a’baju,

kanu gampangji.”

(“Ekedenge, kamu juga bisa membuatnya, karena

caranya juga sangatlah mudah”)

Tuturan “ka manna injo kau kulle jako a’baju, kanu gampangji”

tuturan Sasa kepada Sisi di atas termasuk santun dengan mematuhi

maksim kesederhanaan. Peminimalan sikap angkuh Sasa terlihat pada

tuturan tersebut, walaupun Sasa mendapat pujian dari Sisi bahwa sambal

buatannya sangatlah enak dan dia dianggap pandai membuat sambal,

Sasa lantas tidak menyombongkan dirinya.

e. MaksimoPermufakatan

Maksimopermufakatan atauomaksim kecocokan, yaituomaksim

yang mengharuskanopara peserta tuturodapat saling membinaokococokan

di dalam kegiatanobertutur, jika terdapatokecocokan antaraokeduanya,

makaomereka dapat dikatakanobersikap santun, di sini sikapokonfrontasi

diupayakanountuk dihindari demiomenjaga keharmonisanodengan mitra

tutur. Agarolebih jelasotuturan diobawah ini dapatodicermati.

Page 78: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

66

Data 23

Konteks : Tuturan terjadi pada siang hari di dalam kamar Nina.

Nina dan sepupunya yang bernama Evi berencana

membuat sebuah acara pada malam hari.

Nina : “ Eh bajuki sinempe acara punna banggi, gitte

todo’mo do’, manna intu mae pisang peppe’ ja ”

(“Mari kita buat acara untuk sebentar malam. Cukup

kita saja, walaupun hanya pisang peppe yang kita

buat”)

Evi : “Iye deh. Malling mintodo’ma inni tala nganre

pisang peppe”

(“Iya. Saya memang sudah lama tidak makan

pisang peppe”)

Tuturan “Iye deh. Malling mintodo’ma inni tala nganre pisang

peppe” sudah mematuhi maksim permufakatan karena penutur mampu

membina kecocokan pendapat dengan mitra tutur. Tuturan Nina yang

mengajak Evi membuat acara untuk malam nanti dan Evi sebagai mitra

tutur langsung mengiyakan yang berarti menyetujui hal tersebut.

Data 24

Konteks : Tuturan terjadi pada malam hari di ruang tamu rumah

Ima yang saat itu sedang bersama teman sekaligus

tetangganya yang bernama Nisa membahas mengenai

cuaca pada siang hari saat itu.

Ima : “ Oh hambang pa alloa yya kodong sumpade’”

(“Oh tadi matahari terasa sangatlah panas”)

Nisa : “Iyo ja, nekke intu kukua todo’, tala mampangi

kusa’ring kipas a”

Page 79: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

67

(“Iya, saya pun berpendapat demikian, kipas

angin saja rasanya tidak mempan”)

Tuturan “Iyo ja, nekke intu kukua todo’, tala mampangi

kusa’ring kipas a” sudah mematuhi maksim permufakatan karena

penutur mampu membina kecocokan pendapat dengan mitra tutur.

Tuturan Ima yang mengatakan bahwa tadi cuacanya sangatlah panas

lantas Nisa sebagai mitra tutur pun langsung merespon bahwa apa yang

dikatakan Ima itu benar, Nisa juga menambahkan bahwa saking

panasnya, memakai kipas saja tidak membantu mengurangi rasa

panasnya.

Data 25

Konteks : Tuturan terjadi di kamar Ima yang saat itu berencana

pergi ke warkop bersama Nisa untuk mengerjakan tugas

mereka di sana.

Ima : “ Ri warkop maki sinempe’ anjama tugas deh.”

(“sebentar kita mengerjakan tugasnya di warkop

saja”)

Nisa : “Iyo, ka lohe mintodo’ inni tugas lanijama ka

biasa kodi todo’i jaringan a”

(“Iya,karena memang juga banyak tugas yang

akan kita kerjakan, dan jaringan juga biasanya

jelek”)

Tuturan “Iyo, ka lohe mintodo’ inni tugas lanijama ka biasa kodi

todo’i jaringan a” sudah mematuhi maksim permufakatan karena

penutur mampu membina kecocokan pendapat dengan mitra tutur.

Tuturan Nisa yang mengatakan bahwa lebih baik jika mereka ke warkop

Page 80: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

68

saja untuk mengerjakan tugas sekolahnya mereka dan sebagai mitra tutur

Ima pun langsung merespon dengan menganggap itu adalah ide yang

baik, Ima sependapat dengan Nisa karena jika mereka mengerjakan tugas

di Warkop tentu jaringannya akan selalu bagus.

Data 26

Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga Harianti. Harianti dan

Maya yang saat itu merencanakan akan pergi ke pasar

pada hari Minggu nanti.

Maya : “ Eh, allo aha’pi nalampaki ri pasara toh?”)

(“Eh, nanti hari Minggu baru kita ke pasar kan?”)

Harianti : “Iyo, tette karuapi ni’ lampa sallo”

(“Iya, pukul 8 nanti baru kita pergi”)

Tuturan “Iyo, tette karuapi ni’ lampa sallo” sudah mematuhi

maksim permufakatan karena penutur mampu membina kecocokan

dengan mitra tutur. Tuturan Maya yang saat itu ingin memperjelas

kembali rencananya dengan Harianti yang akan pergi ke pasar nantinya,

dan sebagai mitra tutur Harianti pun langsung merespon dengan

mengatakan bahwa benar nanti hari Minggu mereka ke pasar dan

tepatnya pukul 8 nanti mereka akan pergi.

f. Maksim Kesimpatian

Maksimokesimpatian ini diharapkanoagar para pesertaotutur dapat

memaksimalkanosikap simpati antaraopihak yang satu denganopihak

lainnya. Jikaolawan tutur mendapatkanokesuksesan atauokebahagiaan,

penutur wajibomemberikan ucapanoselamat, dan jikaolawan tutur

Page 81: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

69

mendapatkanokesusahan, atau musibah, penuturolayak turutoberduka,

atauomengutarakan ucapan belaosungkawa sebagai tandaokesimpatian.

Agar lebih jelas tuturan di bawah ini dapat dicermati.

Data 27

Konteks : Tuturan terjadi di ruang tamu rumah Jusni. Nadia dan

Elsa yang saat itu sedang bermain game sambil

bercengkrama. Nadia mengatakan bahwa pacarnya

sedang sakit.

Nadia : “Garringi inni Wawan do.”

(“Wawan sedang sakit.”)

Elsa : “Garring apai kodong?”

(“Memangnya dia sedang sakit apa?”)

Nadia : “Tallu ngallo mi hambang”

(“Sudah tiga hari dia demam”)

Elsa : “Kamasena intu pole kodong, rupa’na ita’mi

sehat”)

(“Kasihannya itu. Semoga dia cepat sembuh”)

Nadia : “Iyo do”

(“Iya”)

Tuturan “Kamasena intu pole kodong, rupa’na ita’mi sehat”

menunjukkan bahwa tuturan Elsa kepada Nadia dianggap santun karena

mematuhi maksim kesimpatian. Elsa menunjukkan kesimpatian kepada

orang lain yang sedang sakit dengan mendoakannya agar segera sembuh

diwujudkan dengan tuturan yang sangat sopan dan didasari sikap

persaudaraan.

Page 82: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

70

Data 28

Konteks : Tuturan terjadi antara Mantang dan Nini. Mantang

mengatakan kepada Nini bahwa anak dari temannya

yang bernama Ayu yang juga dikenal oleh Nini telah

meninggal.

Mantang : “Matei kodong anakna i Ayu di’?”

(“Anak Ayu meninggal”)

Nini : “Iyokah? Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Kamasena intu kodong. Anak pertama todo’mo

yya”

(“Iyakah? Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

Kasihan, padahal itu adalah anak pertamanya. ”)

Tuturan “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kamasena intu

kodong” menunjukkan bahwa tuturan Nini yang menanggapi perkataan

Mantang sebelumnya dianggap santun karena mematuhi maksim

kesimpatian. Nini menunjukkan kesimpatian kepada orang lain (Ayu)

yang mendapat musibah karena anaknya telah meninggal dunia.

Data 29

Konteks : Tuturan terjadi antara Sisi dan Mantang. Sisi

mengatakan kepada Mantang bahwa temannya yang

bernama Rika akan segera dilamar oleh pacarnya.

Sisi : “Na chat a inni Rika. La riekmi bede’ muko twwa

cwe’na lampa duta riballana”

(“Saya dapat chat dari Rika. Katanya, besok

pacarnya sudah mau datang ke rumah untuk

melamarnya secara resmi”)

Mantang : “Iyo twwa, akhirnya. Kua ko selamat, lancar

sampai hari H”

Page 83: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

71

(“Akhirnya. Katakan padanya selamat, semoga

lancar sampai hari H”)

Tuturan “Kua ko selamat, lancar sampai hari H” menunjukkan

bahwa tuturan Mantang yang menanggapi perkataan Sisi sebelumnya

dianggap santun karena mematuhi maksim kesimpatian. Mantang

menunjukkan kesimpatian kepada orang lain (Rika) yang merasa turut

bahagia dan megucapkan selamat atas dirinya (Rika) yang sebentar lagi

akan dilamar oleh pacarnya.

Data 30

Konteks : Tuturan terjadi antara Sisi dan Mantang. Sisi

menayakan kepada Mantang ke mana dia tadi pagi dan

ternyata dia dari Puskesmas mengantar Ibunya periksa

kesehatan.

Sisi : “Battu tekko mae sumpade’ rielekna?”

(“Tadi pagi kamu dari mana?”)

Mantang : “Battu a ri Puskesmas”

(“Saya dari Puskesmas”)

Sisi : “Apa nuhaju?”

(“Apa yang kamu lakukan ?”)

Mantang : “Ammakku kuurang lampa paressa ka gassing

lippui”

(“Saya menemani Ibu saya periksa kesehatan karena

dia sering merasa pusing”)

Sisi : “Jari kodong, haji’-haji’mi?”

(“Jadi, sekarang Ibumu sudah merasa baik?”)

Mantang : “Iyo, haji’-haji’mi

(“Iya, dia sudah merasa agak baik”)

Sisi : “Rupa’na intu he’beremi ammari lippuna”

(“Semoga rasa pusingnya cepat berhenti

sepenuhnya”)

Page 84: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

72

Tuturan “Rupa’na intu he’beremi ammari lippuna” menunjukkan

bahwa tuturan Sisi yang menanggapi perkataan Mantang tentang Ibunya

yang sedang kurang sehat dianggap santun karena mematuhi maksim

kesimpatian. Sisi menunjukkan kesimpatian kepada Ibu Mantang dengan

mendoakannya agar segera sehat kembali, rasa pusingnya berhenti

sepenuhnya.

B. Pembahasan

Hasil dari analisis data di atas diperoleh dari wujud berbahasa perempuan

generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba pada bulan Juni 2020. Setelah

dilakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa data terkait wujud etika dan

kesantunan berbahasa perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten

Bulukumba dalam berbagai interaksi sosialnya. Hal ini sejalan dengan rumusan

masalah peneliti yaitu : 1) Bagaimana wujud etika berbahasa perempuan

generasi Z Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba ; dan 2) Bagaimana wujud

kesantunan berbahasa perempuan generasi Z Kassi Kajang Kabupaten

Bulukumba. Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan penelitian yaitu, 1)

Mendeskripsikan wujud etika berbahasa perempuan generasi Z Kassi Kajang

Kabupaten Bulukumba ; dan 2) Mendeskripsikan wujud kesantunan berbahasa

perempuan generasi Z Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba. Data yang terkumpul

berjumlah 30 data, terdiri dari 7 data wujud etika berbahasa dan 23 data terkait

wujud kesantunan berbahasa. Data tersebut diambil mulai dari tanggal 15 – 17

Juni 2020.

Page 85: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

73

Analisis data pada rumusan masalah pertama dalam penelitian ini adalah

wujud etika berbahasa (bahasa nonverbal kinesik). Chaer (2010) mendefinisikan

etika dalam berbahasa berkenaan dengan sikap fisik dan perilaku ketika bertutur

atau berkomunikasi. Widyadmaka (2018) posisi bahasa nonverbal dapat menjadi

pendukung penyampaian pesan bahasa verbal dan juga bisa berdiri sendiri tanpa

hadirnya bahasa verbal. Rahkmat (Widyadmaka 2018) kelompok bahasa

nonverbal kinesik adalah suatu gerak tubuh yang menggunakan otot-otot sehingga

menimbulkan gerakan-gerakan yang memuat pesan atau maksud. Gerakan kinesik

dapat terdiri atas anggota tubuh dari kepala sampai kaki. Solihin (2010)

menyatakan dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi

kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh, dan sikap tubuh. Wujud temuan data

bahasa nonverbal kinesik pada perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten

Bulukumba berupa data pada jenis gerakan tubuh yang aktif. Umumnya, gerakan

aktif atau gestur merupakan bentuk perilaku nonverbal pada gerak-gerak tangan,

bahu, dan jari-jari. Liliweri (Widyadmaka 2018) mengungkapkan manusia

memunyai banyak cara dan bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan anggota

tubuhnya ketika mereka sedang berbicara. Peneliti menemukan tujuh wujud

temuan data yaitu 1) gerakan jari tangan yang menunjukkan simbol sepakat atau

setuju, 2) mengacungkan jempol, 3) Appatabe’, 4) jangan atau dilarang ribut, 5)

melambaikan tangan, 6) berjabat atau menjabat tangan, dan 7) gerakan jari

telunjuk yang menunjukkan arah. Wujud bahasa nonverbal pada temuan ini

adalah gerak tubuh. Gerak tubuh memiliki fungsi khusus pada setiap gerakannya.

Ekman dan Friesen (Widyadmaka 2018) mengungkapkan tiga fungsi khusus yang

Page 86: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

74

dimiliki gerak tubuh, yaitu 1) emblem, 2) ilustrator, 3) adaptor. Emblem adalah

gerakan yang berbentuk simbol yang memberikan pesan. Emblem menggantikan

kata-kata. Ilustrator adalah tanda-tanda nonverbal dalam komunikasi, tanda ini

merupakan gerakan anggota tubuh yang disertai perkataan untuk menciptakan

pesan visual yang mendukung, menjelaskan atau memperkuat isi pesan. Adaptor

merupakan gerakan anggota tubuh yang bersifat spesifik. Berdasarkan temuan

data yang ditemukan peneliti, dari tujuh data yang ada, dua data memunyai fungsi

khusus gerakan nonverbal kinesik sebagai emblem dan lima data memunyai

fungsi khusus gerakan nonverbal kinesik sebagai ilustrator.

Analisis data pada rumusan masalah kedua dalam penelitian ini adalah

wujud kesantunan berbahasa. Leech (Wahidah & Wijaya, 2017) menyatakan

bahwa seseorang dapat dikatakan sudah memiliki kesantunan berbahasa jika

sudah dapat memenuhi prinsip-prinsip kesantunan. Rahardi (2005 : 35) penelitian

kesantunan mengkaji penggunaan bahasa (language use) dalam suatu masyarakat

bahasa tertentu. Masyarakat tutur yang dimaksud adalah masyarakat dengan aneka

latar belakang situasi sosial dan budaya yang mewadahiya, adapun yang dikaji di

dalam penelitian kesantunan adalah segi maksud dan fungsi tuturan. Berdasarkan

temuan data yang ditemukan peneliti, dari 23 data yang ada, terdapat 5 data

maksim kebijaksanaan, 4 data maksim kedermawanan, 3 data maksim

penghargaan, 3 data maksim kesederhanaan, 4 data maksim permufakatan, dan 4

maksim kesimpatian.

Data yang telah peneliti kumpulkan dapat dipahami bahwa dalam

berkomunikasi disadari atau tidak penutur bahasa melakukan komunikasi tidak

Page 87: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

75

hanya dalam bentuk verbal melainkan komunikasi juga dapat terjadi hanya

dengan menggunakan komunikasi nonverbal yang mampu memberikan pesan, tak

terkecuali oleh perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba.

Terkait dengan kesantunan berbahasa oleh perempuan generasi Z di Kassi Kajang

Kabupaten Bulukumba dapat dilihat dari berbagai segi dalam pergaulan sehari-

hari. Kesantunan merupakan norma atau aturan perilaku yang ditetapkan, dan

disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu yang dipengaruhi oleh tata

cara, adat, ataupun kebiasaaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan

dipengaruhi oleh adanya konteks serta peran yang terlibat dalam komunikasi itu

sendiri. Konteks berkaitan dengan tempat, waktu, atau suasana yang melatar

belakangi terjadinya komunikasi. Peran berkaitan dengan usia, kedudukan , atau

status sosial dari penutur dan mitra tutur selama berlangsungnya proses

komunikasi. Kesantunan berbahasa yang diperoleh oleh peneliti hanya terdapat

wujud tuturan yang santun, peneliti tidak menemukan data terkait wujud

ketidaksantunan berbahasa yang melanggar maksim kesantunan berbahasa, hal

tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Yuliani (2013:47-51) bahwa

penuturan perempuan lebih sopan dan perempuan berusaha untuk menjelaskan

makna kandungan pembicaraannya lebih banyak penjelasan secara mendetail

untuk menyakinkan lawan bicaranya.

Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Prabowo (2016) yang berjudul Kesantunan Berbahasa dalam Kegiataan Diskusi

kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma. Hasil penelitian tersebut

menemukan bentuk tuturan santun dan tidak santun berdasarkan prinsip

Page 88: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

76

kesantunan berbahasa pada mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma dalam

kegiatan diskusi kelas. Persamaannya dengan hasil penelitian peneliti dan

Prabowo (2016) adalah sama-sama meneliti kesantunan berbahasa, sedangkan

perbedaannya adalah terletak pada objek penelitiannya dan juga hasil

penelitiannya juga berbeda, jika pada penelitian Prabowo (2016) menemukan

bentuk tuturan santun dan tidak santun berdasarkan prinsip kesantunan

berbahasa, pada hasil penelitian peneliti hanya menemukan wujud tuturan santun

berdasarkan maksim kesantunan berbahasa.

Penelitian relevan yang kedua dengan penelitian peneliti yaitu yang

dilakukan oleh Nursyahidah (2017) yang berjudul Representasi Identitas Budaya

dalam Etika Berbahasa (Studi Kasus Masyarakat Bima). Hasil dari penelitian

tersebut adalah ada beberapa kata sapaan dalam etika berbahasa budaya Bima dan

perubahan penggunaan konsep etika dalam budaya Bima terjadi karena

keakraban, ketidakakraban, dan status sosial. Persamaan dengan penelitian

peneliti dengan penelitian relevan yang kedua ini adalah sama-sama meneliti

kaitannya dengan etika berbahasa, sedangkan perbedaannya terletak pada objek

penelitiannya dan juga terletak pada konsep etikanya, penelitian ini menemukan

hasil terkait etika berbahasa dalam hal ini bahasa nonverbal kinesik.

Penelitian relevanoyang ketiga dengan penelitian peneliti yaitu

olehoManan (2018) yangoberjudul Etika Bahasa dalamoKomunikasi

MediaoSosial (Studi Kasus padaoMahasiswa Pgsd STKIPoMuhammadiyah

Kuningan). Hasilodari penelitian tersebutoadalah ditemukanokecenderungan

bahwa dalamomedia facebook ditemukanostatus penggunaoyang

Page 89: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

77

mengandungokesantunan. Bentuk kesantunanoatau etika odalam

menggunakanobahasa diomedia sosial inioditunjukkan dalam ungkapanoyang

mengandungopertanyaan, terimaokasih, rasaosyukur,oharapan, permohonan,

penghargaan, ajakan,openawaran, danoinformasi. Bentukokesantunan yang

ditemukanodalam status penggunaofacebook disampaikanodalam bentuk dari

jenisotuturan yang bervariasi. Terjadinyaoperbedaan itu dipengaruhiooleh faktor

penutur (speaker), mitraotutur (hearer dan receiver), pokokopembicaraan (topic),

tempatobicara (setting), suasanaobicara (situasi scene) dan tujuanotuturan.

Persamaan penelitiaan relevan ketiga dengan penelitian peneliti yaitu sama-sama

meneliti etika berbahasa, namun dalam penelitian relevan ketiga ini, penelitinya

memaknai etika dan kesantunannya itu sama sedangkan penelitian peneliti

menjadikan etika dan kesantunan itu menjadi dua pembahasan yang berbeda.

Penelitian relevan ketiga ini memperoleh data dalam ungkapanoyang

mengandungopertanyaan, terimaokasih, rasaosyukur,oharapan, permohonan,

penghargaan, ajakan,openawaran, danoinformasi. Hal tersebut juga ditemukan

oleh penelitian peneliti seperti data yang mengandung ungkapan pertanyaan,

harapan, penghargaan, ajakan, informasi, dan penawaran.

Page 90: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

78

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Wujud etika berbahasa (bahasa nonverbal kinesik) yang ditemukan

pada interaksi sosial perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten

Bulukumba, peneliti menemukan tujuh wujud temuan yaitu 1) gerakan

jari tangan yang menunjukkan simbol sepakat atau setuju, 2)

mengacungkan jempol, 3) Appatabe’, 4) jangan atau dilarang ribut, 5)

melambaikan tangan, 6) berjabat atau menjabat tangan, dan 7) gerakan

jari telunjuk yang menunjukkan arah. Wujud bahasa nonverbal pada

temuan ini adalah gerak tubuh. Gerak tubuh memiliki fungsi khusus

pada setiap gerakannya, dari 7 data yang ada, terdapat 2 data yang

memunyai fungsi khusus gerakan nonverbal kinesik sebagai emblem

dan 5 data memunyai fungsi khusus gerakan nonverbal kinesik sebagai

ilustrator.

2. Wujud kesantunan berbahasa yang ditemukan pada interaksi sosial

perempuan generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba, dari

dua 23 data yang ada, terdapat 5 data maksim kebijaksanaan, 4 data

maksim kedermawanan, 3 data maksim penghargaan, 3 data maksim

kesederhanaan, 4 data maksim permufakatan, dan 4 maksim

kesimpatian.

76

Page 91: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

79

B. Saran

Dalam penyusunan skripsi ini, disadari sepenuhnya bahwa apa yang

diuraikan dalam skripsi ini masih sangat kurang. Uraian mengenai etika dan

kesantunan berbahasa masih sangat sederhana, walaupun sudah diusahakan

semaksimal mungkin, dengan demikian, ada beberapa saran yang dapat

diberikan:

1. Peneliti (mahasiswa) khususnya yang bergelut di bidang

kebahasaan, dalam melakukan penelitian hendaklah dilakukan

secara menyeluruh dan menganalisis lebih mendalam.

2. Penelitian yang nantinya akan dilakukan oleh beberapa pene l i t i

(mahasiswa) yang berkenan dengan permasalahan ini, sangat

mendukung munculnya temuan-temuan baru yang dapat

meningkatkan kualitas dan memperbaharui temuan sebelumnya.

Akhirnya penulis mengharapkan ide dan sumbangsi pemikiran yang

positif dari rekan-rekan atau dari segenap civitas akademik, demi pengembangan

dan penyempurnaan skripsi ini.

Page 92: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

80

DAFTAR PUSTAKA

Agus,oA.o2018. GambaranoSosial EkonomioMasyarakat Pesisirodi Sulawesi

Selatan. Techno: jurnalopenelitian, (01), 143–149.

https://doi.org/10.33387/tk.v7i01592o

Asri. 2013. HumoroSeksualitas dalam BahasaoSMS (ShortoMessage Service):

KajianoSosiopragmatikoBerdasarkan KesantunanoBerbahasa. Gramatika:

JurnaloIlmiah Kebahasaan danoKesastraan. SulawesioTengah:

BalaioBahasa SulawesioTengah.

Chaer, Abdul.o2010. Kesantunao Berbahasa. Jakarta : RinekaoCipta.

Devianty, R.o2017. BahasaoSebagai CerminoKebudayaan. JurnaloTarbiyah,

24(2). https://doi.org/10.30829/tar.v24i2.167o

Emzir. 2010. AnalisisoData. Jakarta: RajawalioPers. o

Gusnawaty. 2011. PerilakuoKesantunan dalamoBahasa Bugis:oAnalisis

Sosiopragmatik. (Disertasi).oMakassar: UniversitasoHasanuddin.

Hadiatmaja,oSarjana. 2011. EtikaoJawa. Yogyakarta: GrafikaoIndah.

KementerianoPendidikan danoKebudayaan. (2019). Bahasaodan Peta Bahasaodi

Indonesia. https://petabahasa.kemdikbud.go.id. o

Kuntjara, E. 2003.oGender, Bahasa, danoKekuasaan. BPK GunungoMulia.

Manan, NananoAbdul. 2018. EtikaoBahasa dalamoKomunikasi MediaoSosial

padaoMahasiswa PgsdoSTKIP Muhammadiyah Kuningano (Skripsi).

STKIPoMuhammadiyah Kuningan. o

Manurung, R. T.o2010. Model GayaoBertutur Penghuniidi Apartemen

Bersubsidi: Suatu KajianoSosiopragmatik “AlihoKode.” Jurnal

Sosioteknologi, o9(20), 923-933–933.

Markhamah, dkk.o2009. AnalisisoKesalahan dan KesantunanoBerbahasa.

Surakarta: Muhammadiyah UniversitasoPress.

Maros, M., oJohn, A., &oMydin, M. B.o2010. PolaoSapaan PelajaroLelaki dan

Perempuanodi Sebuah InstitusioPengajian Tinggi: SuatuoKajian

Sosiopragmatik. GEMAoOnline® Journal ofoLanguage Studies, 10(2).

http://ejournals.ukm.my/gema/article/view/110o

80

Page 93: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

81

Moleong, Lexy J. o2011. MetodeoPenelitian Kualitatif. Bandung: PToRemaja

Rosdakarya. o

Munirah, M., &oHardian, H. 2016. PengaruhoKemampuan Kosakataodan

StrukturoKalimat TerhadapoKemampuan Menulis ParagrafoDeskripsi

SiswaoSMA. Jurnal PendidikanoBahasa danoSastra, 16 (1), 78-87.

https://doi.org/10.17509/bs_jpbsp.v16i1.3064. o

Munjin, oM. 2008. oEkspresi Bahasaodan Gender: SebuahiKajian

Sosiolinguistik. Yinyang:oJurnal StudioIslam Gender danoAnak, 3(2),

262–274.

Ngalim, Abdul. 2013. SosiolinguistikoSuatu KajianoFungsional danoAnalisisnya.

Surakarta:oPBSID FKIPoUMS.

Nursyahidah. 2017.oRepresentasi IdentitasoBudaya dalam EtikaoBerbahasa

(Studi Kasus MasyarakatoBima). ProceedingsoEducation and

LanguageoInternationaloConference, o1(1). http://jurnal.unissula.

c.id/ index.php/ELIC/article/view/1277. o

Pantu, A., & Luneto, B.o2014. PendidikanoKarakter danoBahasa. Al-Ulum,

14(1), 153–170. o

Prabowo, Fendi Eko. o2016. KesantunanoBerbahasa dalamoKegiataan Diskusi

kelasoMahasiswa Pbsi UniversitasoSanata Dharma. Yogyakartao:

UniversitasoYogyakarta.

Pranowo. 2009. BerbahasaoSecara Santun.oYogyakarta : Pustaka Pelajar. o

Pranowo. 2012. BerbahasaoSecara Santun.oYogyakarta : PustakaoPelajar.

Putra, Y. S. 2017. TheoriticaloReview : Teori PerbedaanoGenerasi. Among

Makarti,9(18). https.//jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/view/142.

Rahardi, KunjanaoR. 2005. Pragmatik:oKesantunan Imperatif BahasaoIndonesia.

Jakarta:oErlangga.

Solihin, Olih. 2010.oMakna KomunikasioNon Verbal dalamoTradisi Sarunganodi

PondokoPesantren Tradisional di KotaoBandung. Bandung: Program

StudioIlmu Komunikasi, Fakultas IlmuoSosial dan IlmuoPolitik.

UniversitasoKomputeroIndonesia.

Sudarsih, S., Widisuseno, I., Wiyatasari,oR., Mulyadi, B., & Rahmah, Y. 2017.

Etika BerkomunikasioBagi Pengemudi BecakoSebagai PelakuoPariwisata

Page 94: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

82

di Yogyakarta. Harmoni: JurnaloPengabdian KepadaoMasyarakat, 1(1),

106–110.

Sumarsono. 2009.oSosiolinguistik.oYogyakarta: PustakaoPelajar.

Wahidah, Y. lailatul, & Wijaya, H. 2017. Anaslisis Kesantunan Berbahasa

Menurut Leech pada Tuturan Berbahasa Arab Guru Pondok Pesantren

Ibnul Qoyyim Putra Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 (Kajian

Prgmatik). Jurnal Al-Bayan: Jurnal Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, 9(1),

1–16. https://doi.org/10.24042/albayan.v9i1.1239.

Wang, Haiyang. 2009. Nonverbal Communication and the Effect on Interpersonal

Communication. Qingdao : University of Science and Technologi Qingdao

266061, China.

Wibowo, Wahyu. 2015. Konsep Tindak Tutur Komunikasi. Jakarta : PT. Bumi

Aksara.

Widyadmaka, R. G. A. A. 2018. Maksud Bahasa Nonverbal Jenis Kinesik pada

Masyarakat Etnis Jawa dalam Upacara Adat Pernikahan di Wonosari 30

November 2017-08 Mret 2018: Suatu Kajian Pragmatik.

https://repository.usd.ac.id/31635/2/141224013_full.pdf.

Wood Julia, T. 2013. Komunikasi Interpersonal : Interkasi Keseharian Edisi 6.

Jakarta : Salemba Humanika.

Yuliani, S. 2013. Perbedaan Gender dalam Penguasaan Bahasa di Pandang dari

Persfektif Psikologi Pendidikan. Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 13(1),

47–51.

Yusri. 2016. Ilmu Pragmatik dalam Perspektif Kesopanan Berbahasa.

Yogyakarta : Deepublish.

Zulkarnain, S. I., & Fitriani, N. 2018. perbedaan gaya bahasa laki-laki dan

perempuan pada penutur bahasa indonesia.

Page 95: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

83

L

A

M

P

I

R

A

N

83

Page 96: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

84

Tabel Korpus Data Etika Berbahasa

Perempuan Generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba

Etika Berbahasa

Data Jenis Kinesik Konteks Keterangan

Data 1 Gestur Dua orang perempuan yang

bernama Sasa dan Nana

sedang berada dalam kamar

sambil bermain gawai

masing-masing. Nana

kemudian menawarkan

kepada Sasa untuk pergi ke

rumah teman mereka dan

Sasa pun merespon dengan

menyetujui hal tersebut

memakai bahasa nonverbal.

Gerakan jari

tangan yang

menunjukkan

simbol sepakat

atau setuju

Data 2 Gestur Dua orang perempuan berada

dalam kamar. Nana yang

duduk santai sambil bermain

gawai dan Sasa yang saat itu

terlihat sibuk mengerjakan

tugasnya. Melihat Sasa begitu

sibuk mengerjakan tugas,

Nana pun mengatakan bahwa

Sasa sangat rajin dengan

Mengacungkan

jempol sebagai

tanda pujian

Page 97: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

85

disertai bahasa nonverbal.

Data 3 Gestur Seorang remaja 16 tahun

bernama Rini beranjak dari

kursi ruang tamu dengan

mengungkapkan dan

melakukan tindakan tabik

(Appatabe’) kepada tantenya

Appatabe’

Data 4 Gestur Seorang remaja 15 tahun

bernama Azizah menyuruh

kakak perempuan dan

sepupunya untuk tidak ribut

karena dia merasa terganggu

yang mana saat itu dia sedang

serius mengerjakan tugas

sekolahnya

Jangan atau

dilarang ribut

Data 5 Gestur Dua orang remaja yang

berumur 13 tahun bernama

Ima dan Nisa yang sedang

menonton acara televisi pada

malam hari dan kemudian

remaja yang bernama Nisa

berpamitan ingin pulang

kepada Ima dikarenakan hari

sudah semakin larut.

Melambaikan

tangan

Data 6 Gestur Seorang perempuan bernama

Risna datang berkunjung ke

rumah temannya dan

disambut oleh Ibu dari

temannya tersebut. Risna pun

kemudian mengucap salam

Berjabat atau

menjabat

tangan

Page 98: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

86

dan menjabat tangan Ibu dari

temannya tersebut

Data 7 Gestur Risna yang sebelumnya pergi

mengendarai motor milik

temannya yang bernama Ijri

telah kembali. Setelah Risna

kembali dia pun ingin

memberikan kunci motor Ijri

dan Ijri merespon dengan

menunjuk ke arah meja dan

berkata agar Risna

meletakkan kunci motor

tersebut di atas meja

Gerakan jari

telunjuk yang

menunjukkan

arah

Page 99: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

87

Tabel Korpus Data Kesantunan Berbahasa

Perempuan Generasi Z di Kassi Kajang Kabupaten Bulukumba

Data Konteks Jenis Maksim

Data 8 Tuturan yang dilakukan Elsa di

sebuah kamar di rumah temannya

yang bernama Jusni, yang saat itu

merasa resah karena sebenarnya dia

ingin ke rumah guru SDnya dahulu

untuk sebuah keperluan, tapi dia

tidak tahu lokasi rumahnya, yang

kemudian mendapat tanggapan dari

Jusni yang ternyata tahu lokasi rumah

tersebut dan berinisiatif untuk

menemani Elsa ke lokasi tersebut.

Maksim kebijaksanaan

Data 9 Tuturan yang dilakukan Harianti kepada

sepupu perempuannya yang bernama

Maya di ruang tamu. Harianti menyuruh

sepupu perempuannya tersebut untuk

segera melaksanakan salat, jangan sampai

waktu salatnya lewat.

Maksim kebijaksanaan

Data 10 Tuturan yang dilakukan Qamariah

kepada temannya yang bernama Nana

ketika Nana datang berkunjung ke

Qamariah pada malam hari. Qamariah

mengatakan jika Nana merasa lapar, dia

bisa langsung masuk ke dapur untuk

makan, di dalam ada nasi goreng yang

tadi dibuat olehnya.

Maksim kebijaksanaan

Data 11 Tuturan yang dilakukan oleh Mila dan Iis

di ruang tamu rumah Iis. Mila (Penutur)

Maksim kebijaksanaan

Page 100: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

88

yang mengingatkan mitra tutur (Iis) untuk

tidak lupa mengerjakan tugas

matematikanya, berhubung besok pagi

tugas tersebut sudah harus dikirim ke

guru yang bersangkutan

Data 12 Tuturan terjadi pada siang hari ketika Eca

datang terlambat ke rumah Jusni untuk

mengerjakan tugas sekolahnya. Eca

kemudian mengucapkan maaf kepada

teman-temannya.

Maksim kebijaksanaan

Data 13 Tuturan yang dilakukan oleh Elsa di teras

rumah Jusni yang menawarkan diri untuk

dia saja yang memfoto temannya (Jusni).

Maksim kedermawanan

Data 14 Tuturan yang dilakukan oleh Qamariah

yang hendak keluar rumah, dan

sebelumnya dia sudah tahu bahwa

temannya yang bernama Nana ingin

membeli kuota, lantas Qamariah

berinisiatif untuk sekalian membelikan

Nana kuota.

Maksim kedermawanan

Data 15 Tuturan yang dilakukan oleh sekumpulan

remaja perempuan di pekarangan rumah

yang mana mereka hendak pergi

bersama dengan mengendarai sepeda

motor dan saling berboncengan.

Maksim kedermawanan

Data 16 Tuturan yang dilakukan oleh Maya yang

mengeluhkan jaringannya yang jelek

padahal dia akan mengerjakan tugas.

Harianti yang saat itu bersama Maya

mengatakan dia akan membiarkan Maya

Maksim kedermawanan

Page 101: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

89

menggunakan jaringan datanya.

Data 17 Tuturan terjadi pada malam hari yang

dilakukan oleh Nisa di rumah tantenya

yang bernama Tante Helda, yang mana

saat itu Tante Helda mendapat pujian dari

Nisa.

Maksim penghargaan

Data 18 Tuturan terjadi pada malam hari ketika

Nana mengatakan bahwa Qamariah

wajahnya semakin mulus saja.

Maksim penghargaan

Data 19 Tuturan yang dilakukan seorang anak SD

kelas 5 yang bernama Tasya yang

memuji adik laki-lakinya yang masih

balita dan saat itu sedang berada di

pangkuan Ibunya.

Maksim penghargaan

Data 20 Tuturan terjadi pada siang hari di sebuah

kamar. Peserta tuturan yaitu Elsa dan

Jusni yang mana Jusni saat itu sedang

asyik bermain game Free Fire. Elsa

lantas mengatakan bahwa Jusni semakin

pintar bermain game Free Fire dan

direspon oleh Jusni dengan sikap rendah

hati.

Maksim kesederhanaan

Data 21 Tuturan terjadi pada malam hari ketika

Mantang dan Nini yang kuliah di salah

satu perguruan tinggi yang sama dan

jurusan yang sama pula bertemu.

Mantang membahas mengenai nilai Nini

pada semester ini yang bagus, kemudian

di respon oleh Nini dengan menganggap

hal tersebut adalah sesuatu yang biasa

Maksim kesederhanaan

Page 102: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

90

saja.

Data 22 Tuturan terjadi pada malam hari ketika

Sisi mengomentari sambal buatan Sasa

kemarin yang menurutnya sangatlah enak

dan direspon oleh Sasa dengan sikap

rendah hati

Maksim kesederhanaan

Data 23 Tuturan terjadi pada siang hari di dalam

kamar Nina. Nina dan sepupunya yang

bernama Evi berencana membuat sebuah

acara pada malam hari.

Maksim permufakatan

Data 24 Tuturan terjadi pada malam hari di ruang

tamu rumah Ima yang saat itu sedang

bersama teman sekaligus tetangganya

yang bernama Nisa membahas mengenai

cuaca pada siang hari saat itu.

Maksim permufakatan

Data 25 Tuturan terjadi di kamar Ima yang saat

itu berencana pergi ke warkop bersama

Nisa untuk mengerjakan tugas mereka di

sana

Maksim permufakatan

Data 26 Tuturan terjadi di ruang keluarga

Harianti. Harianti dan Maya yang saat

itu merencanakan akan pergi ke pasar

pada hari Minggu nanti

Maksim permufakatan

Data 27 Tuturan terjadi di ruang tamu rumah

Jusni. Nadia dan Elsa yang saat itu

sedang bermain game sambil

bercengkrama. Nadia mengatakan bahwa

pacarnya sedang sakit.

Maksim kesimpatian

Data 28 Tuturan terjadi antara Mantang dan Nini.

Mantang mengatakan kepada Nini bahwa

Maksim kesimpatian

Page 103: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

91

anak dari temannya yang bernama Ayu

yang juga dikenal oleh Nini telah

meninggal.

Data 29 Tuturan terjadi antara Sisi dan Mantang.

Sisi mengatakan kepada Mantang bahwa

temannya yang bernama Rika akan

segera dilamar oleh pacarnya.

Maksim kesimpatian

Data 30 Tuturan terjadi antara Sisi dan Mantang.

Sisi menayakan kepada Mantang ke mana

dia tadi pagi dan ternyata dia dari

Puskesmas mengantar Ibunya periksa

kesehatan.

Maksim kesimpatian

Page 104: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

92

Tabel Korpus Data Informan

Nomor Nama Umur Pendidikan

Terakhir

Lama Domisili

1. Ijri 20 tahun Mahasiswi 20 tahun

2. Risna 20 tahun SMA 10 tahun

3. Eca 16 tahun SMA 16 tahun

4. Rini 16 tahun SMA 16 tahun

5. Azizah 15 tahun SMA 15 tahun

6. Ima 13 tahun SMP 13 tahun

7. Nisa 13 tahun SMP 13 tahun

8. Elsa 16 tahun SMA 16 tahun

9. Jusni 16 tahun SMA 10 tahun

10. Harianti 15 tahun SMA 15 tahun

11. Maya 15 tahun SMA 15 tahun

12. Qamariah 21 tahun Mahasiswi 21 tahun

13. Nana 21 tahun Mahasiswi 21 tahun

14. Iis 17 tahun SMA 15 tahun

15. Mila 17 tahun SMA 17 tahun

16. Nadia 16 tahun SMA 16 tahun

17. Ema 16 tahun SMA 16 tahun

18. Tasya 10 tahun SD 10 tahun

19. Mantang 21 tahun Mahasiswi 21 tahun

20. Nini 21 tahun Mahasiswi 21 tahun

21. Sisi 21 tahun Mahasiswi 21 tahun

22. Sasa 21 tahun Mahasiswi 15 tahun

23. Nina 25 tahun Sarjana 25 tahun

24. Evi 18 tahun Mahasiswi 15 tahun

Page 105: ETIKA DAN KESANTUNAN BERBAHASA PEREMPUAN …

93

RIWAYAT HIDUP

Efy Nurhasanah di lahirkan di Bulukumba 26 Mei 1996,

dari pasangan Ayahanda Abdul Gani dan Ibunda

Nurhayati. Penulis memulai pendidikannya masuk

sekolah dasar pada tahun 2001 di SD Negeri 262 Tanah

Lemo dan tamat tahun 2007. Melanjutkan pendidikan ke

SMP Negeri 1 Bontobahari dan tamat tahun 2010, dan

melanjutkan lagi ke jenjang berikutnya di SMA Negeri 3 Bulukumba, tamat tahun

2013. Tahun 2016 penulis baru melanjutkan pendidikan pada program studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

di Universitas Muhammadiyah Makassar.