20
Jurna l Hok um Respubka No. Vo 2 Tahun 2003 31 250 TEORI BERNEG R D L M PERSPEKTIF ISL M Oleh Eddy snawi bstrak Walaupun secara defenitif konsep negara (dawlah) tidak terdapat dalam Al-Qur an dan As-Sunnah, namun lde kenegaraan dalam lslam dapat dilacak dalam Al-Qur an dan As-Sunnah. Hal in; dapat ditemukannya adanya unsur- unsur esensial yang m enjadi dasar negara yang terkandung di dalam Al-Qur an dan As-Sunnah. Hasil yang telah dicapai dari para pemikir lslam dalam menjelaskan konsep-konsep slam tentang teori bernegara adalah suatu bentuk ijtihad untuk menemukan atau meletakkan kerangka dasar mengenai ketatanegaraan slam yang berlandasan kitab suciAl-Qur an dan Sunnah Rasul. Kata kunci: Negara, pemerintah lslam, syariat A Pendahuluan Dalam tulisan ini membahas teori bernegara ditinjau dari sudut pandang lslam dengan mencoba menelusuri tentang cita negara (staatsidee) berdasarkan lslam itu sendiri dalam membentuk kehidupan kenegaraannya. lstilah cita negara adalah terjemahan dari kata staatsidee . Dal am ha1 ini seorang sarjana Belanda, Bierens de Haan, yang dianggap sebagai sarjana yang paling penting dalam mem berikan konstri busi akade- mis terhadap masalah staatsidee. Bierens de Haa n m engemukakan secara panjang lebar bagaimana teljadinya cita negara pada suatu bangsa. la bertolak dari pendapat, bahwa negara adalah lembaga manusi a, manusia la h y a n g memb ent uk negar a. Manusia me~ p a k a n makhluk perorangan (enkelwezen) da n merup akan ug a makhluk sosial (gemeens chap swe zen). Sebagai yang satu ia tidak menyat u dan terl ebur kepada y an g lain. Secara al amiah terdapat hubungan da n perten tanga n (samenhang en tege ns telling ) antara keduanya. Masing-masing mempunyai sifatny a sen diri-sen diri. Perbedaan keduanya terletak pa da ken yataan sifatny a y an g berhadapan da n diale ktis, dibangun atas kenyataan kej~ w aan an g ber laina n. H a l tersebut mengandung arti yang dalam bagi pemahaman atau konsep tentang negara.

ETIKA POLITIK 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 1/20

Jurnal Hokum Respubka No.4VoL 2 Tahun2003: 31-250

TEORI BERNEGARA

DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh: EddyAsnawi

Abstrak

Walaupun secara defenitif konsep negara (dawlah) tidak terdapat dalamAl-Qur'an dan As-Sunnah, namun ld e kenegaraan dalam lslam dapat dilacakdalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Hal in; dapat ditemukannya adanya unsur-

unsur esensial yang menjadi dasar negara yang terkandung di dalam Al-Qur'anda n As-Sunnah. Hasil yang telah dicapai dari para pem ikir lsla m da lammenjelaskan konsep-konsep slam tentang teori bernegara adalah suatu bentuki j t ihad untuk menemukan atau meletakkan kerangka dasar mengenaiketatanegaraan slam yang berlandasan kitab suciAl-Qur'an dan Sunnah Rasul.

Kata kunci: Negara, pemerintah lslam, syariat

A. Pendahuluan

Dalam tulisan ini membahasteori bernegara ditinjau dari sudutpandang l s lam dengan mencobamene lusu r i t en tang c i t a negara(sta atsid ee ) berdasarkan lslam itusendiri dalam membentuk kehidupankenegaraannya.

l s t i l ah c i t a negara ada lahterjemahan dari kata staatsidee. Dalamha1 ini seorang sarjana Belanda,B ie rens d e Haan , yang d ianggapsebagai sarjana yang paling pentingdalam memberikan konstribusi akade-mis terhadap masalah staatsidee.'

Bierens de Haan mengemukakan secara panjang lebar bagaimana teljadinya citanegara pada suatu bangsa. la bertolak dari pendapat, bahwa negara adalah lembagamanusia, manusialah yang membentuk negara. Manusia m e~pakanmakhluk perorangan(enkelwezen)dan merupakan uga makhluk sosial (gemeenschapswezen).Sebagai yangsatu ia tidak menyatu dan terlebur kepada yang lain. Secara alamiah terdapat hubungandan pertentangan (samenhang en tegenstelling) antara keduanya. Masing-masingmempunyai sifatnya sendiri-sendiri. Perbedaan keduanya terletak pada kenyataan sifatnyayang berhadapan dan dialektis, dibangun atas kenyataan kej~waan ang berlainan. Haltersebut mengandung arti yang dalam bagi pemahaman atau konsep tentang negara.

Page 2: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 2/20

Kernudian o leh S oe p om o d iter-

jernahkan dengan istilah "dasar penger-

tian nega ra" atau "al iran piki ran nega -

ra . " Hamid At t am im i mempopule rkandengan ist i lah "ci ta negara" sebagai

te rje ma ha n d ar i s t a a t ~ i d e e . ~arena

perkataan idee dapat d iterjernahkan

de nga n ci ta. C i ta adalah rnerupakangag asa n, rasa, cipta, da n pikiran.

C j ta n e g a r a m e n u r ut O p p e n -

heim ia lah hakekat yang pal ing dala m

dari suatu negara (de staats d iepste

wezen), suatu daya atau kekuatan yan g

mernbentuk negara (de s ta ten vor -

m e n d e k ra c h t ). D e n g a n d e rn i k ia n

dapat d ikatakan, bahwa ci ta negara

adalah hake kat negara yan g p al ing da-

lam yang dapat rnernbeh ben tuk pada

negara a tau hakekat negara yang rne-netapkan b entuk negara.3 Sedang kan

peng ert ian teori b ernega ra i tu sendir i

rn en uru t P a d m o W a h j o n o m e li pu ti

pe rnbahasan s i fa t hak eka t nega ra ,

pem benaran adanya ne gara, terjadinya

negara, dan tujuan negara. S ingkatnyateori negara (staatsheorie) i tu meng-

ungkapkan tentang apakah negara i tu

dan apa yang menjad i dasarnya (de

beschr ijv ing van wat e en staat is e n

w aa rop deze b e r ~ s t ) . ~

Dilihat dari kejauhan, perorangan itu hilang dan yang nampak adalah kelompok. Namundem ikian, orang perorangan dan kelompok itu keduanya merupakan satuan-satuan yangorisinil dan saling bergantung. Isi kehidupan orang perorangan tidak dapat d iperoleh tanpahubungan kelompok, dan kelompok tidak dapat ada tanpa memperhitungkan orang

perorangan. Selanjutnya menurut Bierens de Haan, pada diri rnanusia dan secara a lamimengandung keinginan untuk berorgan isasi yang timbul karena dorongan dari dalam.Negara adalah bentuk berorganisasinya suatu masyarakat, yaitu masyarakat bangsa.Meskipun masyarakat bangsa terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok, negara membentuksuatu kesatuan yang bulat dan mewakili sebuah cita (een idee ve~egenwoord igt).Citatersebut tidak menghapuskan perbedaan kelornpok, melainkan menjembataninya. Dengandemikian dalam artian yang logis, negara adalah produk dari suatu masyarakat bangsadan bukan kebalikannya. Suatu masyarakat bangsa (volksgemeenschap) mewakilikesatuan cita yang memberikan kadar kepada wawasan bangsa tersebut. Kesatuan cita

yang lebih dahulu berada dalam perasaan bawah sadarnya daripada dalam akalnya yangberfikir itu merupakan cita nasional. Dengan demikian untuk mewujudkan cita nasionalyang menyalurkannya, masyarakat bangsa itu membentuk negara. Cita masyarakatbangsa (volksgerneenschapsidee)ersebut kemudian menjadi cita negara (staatsidee).Pendapat Bierens de Haan dikutip dari Hamid S. Attamimi. Pemnan Keputusan PresidenRepubliklndones ia dalam PenyelenggaraanPemerintahan Negara, Disertasi. (Jakarta:Pasca Sarjana UI, 1990), hlm. 53-54.

Yusril lhza Mahendra, Dinam ika Tatanegara Indonesia, (Jakarta: Gema lnsaniPress, 1996), hlm. 3-4.

Oppenheim dalam Hamid S. Attamimi, Op.cit, hlm. 50.

Padmo Wahjono dalam Hamid S. Attamimi, Ibid., hlm. 19-20.

Page 3: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 3/20

JurnalHukurn RespublicaNo. 4 VoL 2 Tahun2003: 31 -250

Berdasarkan pengertian ersebutdi atas, penulis mencoba mengkajinyatentang teori bernegara dalarn

perspektif Islam skbagairnana dike-rnukakan dalam tulisan di bawah ini.

B. Dasar Terbentuknya Negara

Untuk mengetahui bagaimanaterjadinya atau terbentuknya sebuahnegara atau asal mula timbulnya su-atu negara. Maka suatu ha1 yang lazirn

untuk rnenjelaskan pemikiran-perni-kiran yang berkernbang tentang masa-lah ini yang dikernukakan oleh para ahlipemikir lsiam yang sudah kita kenalselarna ini.

Menurut Al-Farabi, bahwasanyasifat keistimewaan manusia yangterkenal suka bergaul (homo socious)

adalah pendorong yang pertarnaterjadinya rnasyarakat. Manusia ber-kurnpul satu lama lain adalah untuksaling mernenuhi kebutuhan hiduprnereka di dalarn suatu masyarakatkota (Community o f the city) yangkernudian menirnbulkan adanyanegara. Suatu rnasyarakat kota me-nurut Al-Farabi, harus terdiri dari

penduduk yang bersatu hati yang didalarnnya rnemenuhi segala kebutuhanhidupnya terjarnin. Masyarakat iturnerupakan suatu tubuh yang se-luruhnya merasakan senang ataususah apabila salah satu anggota rna-syarakat rnerasakan ha1 yang dernikian

itu. Penderitaan sakit yang ditanggungoleh seorang anggotanya haruslahmenjadi penderitaan seluruh tubuh

rnasyarakat. Begitu pula sebaliknya, ke-senangan yang dirasakan oleh seoranganggota masyarakat, haruslah dinik-mati oleh masyarakat seluruhnya. Bu-kan derita atau senang yang dirasakanperseorangan, etapi seluruhrnasyara-kat yang dijalari oleh iwa yang satu de-ngan imbulnya perasaan yang merata.

Setiap orang haruslah rnenyadari

akan perlunya kerjasarna yang teratur.Masing-masing harus berdiri pada po-sisinya, bekerja dan rnenghasilkan se-suatu menurut kepandaiannya, dengansuatu kesadaran bahwa apa yang diha-silkannya adalah untuk memenuhi ke-butuhan masyarakat, yang tentunya a-kan diganti dengan hasil pekerjaan ang-

gota masyarakat ainnya untuk rnerne-nuhi kebutuhannya. Menurut At-Farabi,tidaklah sempurna kebahagian suatumasyarakat, kalau pekerjaaan tidak ter-bagi rata kepada masing-masing ang-gotanya menurut kepandaiannya de-ngan semangat kerjasarna yang baik.

Disinilah Al-Farabi baru sarnpaikepada perlunya mendirikan negara un-

tuk rnengatur rnasyarakat rnanusia itu.Masyarakat itu harus rnernpunyaiseorang Pemirnpin, yang terarnbil darianggotanya juga, yang bertugas danberwenang mengatur dan rnernbagisegala hasil-hasil untuk rnernenuhisegala kebutuhan anggotanya. Bukan

H.Z.A. Ahrnad, Negara Utama (Madinatul Fadilah) Menurut Al-Farabi, (Jakarta:Djambatan. tanpa tahun). hlm.21-22.

233

Page 4: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 4/20

TwriBernegara Dalam ......(EddyAsnawi)

saja negara berkewajiban mem enuhidan rnengatur kebutuhan manusia,tetapi negara juga berhak memanggil

rakyatnya untuk memenuh;kebutuhan-.nya. Misalnya kalau negara sedangberada dalam ancarnan perang, se-h ingga set iap warga harus meng-angkat senjata m enjaga keselamatannegara.

Berdasarkan konsepsi yang d ike-mukakan Af-Farabi mengenai asal-usul negara (Origin of the state) makaprinsip yang penting, bahwa negara la-hir atas persetujuan bersama daripenduduk suatu masyarakat kota yangsaling bertukaran di dalam kebutuhanhidupnya. Mereka m empunyai kepan-daian yang berbeda-beda, tetapi ber-janji akan menyumbangkan hasil-hasilkepandaiannya itu untuk kebutuhan

anggota-anggota masyarakatnya danuntuk menuju suatu cita-cita negarayang dijunjung bersama-sarna ialahkebahagian. Pendapat ini dinamakan-nya theory of the compact for mu tualrenunciation of rights, yaitu segenapwarga negara seca ra i kh las dansukarela berjanji meniadakan hak-hakpr ibadinya rnasmg-rnas ing untuk

menjunjung cita-c~ta ersama. Salingmeniadakan hak-hak pr~bad ianganlahd ia r t i kan bahwa se lu ruh hak -hak

lbid.. hlm. 23.ibid., hlm. 28.ibid.. hlm. 30.

kemanusiaan haruslah dikorbankandan dilenyapkan, sehingga manusiahidup dan diperintah sebagai hewan

be laka yang d isuruh dan d ipuku lmenuru t kemauan Pemimpinnya.Meniadakan hak-hak itu un tuk sua turnaksud dan cita-cita yang lebih luhur,ialah menciptakan ideologi negara,yaitu kebahagian materiil dan spirituiL8Kernudian Al-G haza li rnempunyai teoritentang pembentukan suatu negara. l amengatakan bahwa sesungguhnyamanus ia d i jad ikan t idak lah h idupsendirian tetapi sangat butuh bergauldan berkumpul bersama manus ialainnya. Hal ini disebabkan oleh duahal, yaitu (a) manusia membutuhkanketurunan untuk kelangsungan kehidu-pannya di dunia ini. Karena itu, antaralaki-laki dan perempuan perlu mela-

kukan ikatan perkawinan. (b) manusiaperlu saling tolong rnenolong untukmenyed iakan makanan, paka ian ,pendidikan anak dan lain sebagainya.Pada dasarnya manusia saling bergan-tung antara satu dan lainnya. M erekaharus saling bekerjasama, bergotong-royong satu dan lainnya.=

Al-Ghazali selanjutnya menga-

takan, sudah menjadi sifat istimewamanusia, selain suka bergaul danbekerjasarna, juga suka berlawanan

H. Z.A. Ahmad, KonsepsiNegara BermoralMenorut ACGhazali, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1975),hlm. 25-26.

234

Page 5: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 5/20

JurnalHukum RespublicaNO.4 oL2 Tahun2003: 31-250

dan bermusuhan antara satu danlainnya. Di samping semuanya mem-punyai kebutuhan d?n saling bantu-

membantu dan juga saling berlomba-lomba bersaing untuk memenuhikebutuhannya. Bersaing dan berebutadalah sifat yang istimewa bagi ma-nusia. Sifat-sifat ini tak terdapat padamakhluk hewan manapun. Sesudahberkumpul hingga mendirikan negeri.Mereka lalu berebut dan berkelahi untukmendapatkan kebutuhan masing-masing dan memuaskan nafsunyasendiri-sendiri. Hal ini pastilah menim-bulkan permusuhan, perkelahian, danberbagai tindakan kejahatan yangmembahayakan keselamatan masya-rakat dan masing-masing individu diantara mereka. Masyarakat negerisemacam ini memerlukan adanya

negara, yang mempunyai lembaga-lembaga untuk keselamatan danketentraman masyarakat.l0

lbnu Khaldun menjelaskan pulatentang terbentuknya sebuah negara.Secara ringkas dapat dikatakan, bahwakemampuan setiap orang adalahsangat terbatas untuk memenuhi kebu-tuhan hidupnya sehari-hari. Karena itu

mustahil bagi setiap individu untukmemenuhi kebutuhan sendiri. la me-merlukan bantuan orang lain denganjalan bekerjasama dan bergotongroyong. Masing-masing pihak bekerjamenurut keahliannya. Begitu pula

untuk mempertahankan diri dari setiapgangpan dan ancaman untuk kesela-matannya'manusia memerlukan ban-

tuan orang lain.Untuk mengatur ketentraman dan

keselamatan setiap anggota masyara-kat, baik dalam mewujudkan kepenti-ngan bersama maupun untuk menga-tasi perbedaan dan pertentangan ke-pentingan, diperlukan seorang pemim-pin yang dapat menjadi penengah(wazr')dan pengatur di antara mereka.

Peminpin tersebut harus mempunyaikekuatan, kekuasaan dan keberanian,yang dapat memaksa keputusan demikepentingan bersama. Dengan pemim-pin yang mempunyai kekuatan dankekuasaan yang dipatuhi oleh setiapanggota masyarakat, lahirlah apa yangdisebut negara."

Pendapat lbnu Taimiyah tentangide lahirnya negara, dikatakan bahwaKesejahteraan umat manusia tidakdapat diwujudkan di dunia dan di akhiratkecuaii mereka bergabung menjadisebuah masyarakat, bekerjasama, dansaling tolong-menolong. Kerjasamadan tolong-menolong tersebut perluuntuk menciptakan kesejahteraan dan

mencegah kesengsaraan. Karena ala-san inilah dikatakan bahwa manusiapada dasarnya adalah makhluk sosial.Apabila umat manusia telah ter-organisir maka sudah pasti banyak ha1yang harus mereka lakukan untuk

'O /bid..hlrn. 34-35,

" bnu ~haldun, uqaddimah,(Jakarta:Faizan, 1986).hlrn.86-89.

235

Page 6: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 6/20

TeoriBernegara Dalarn ......(EddyAsnawi)

mewujudkan kesejahteraan mereka

dan banyak pula hal-ha1yang tidak boleh

mereka lakukan karena akibat-aki-

batnya yang buruk. Mereka harus

mematuhi pemimpin yang menjunjung

tinggi cita-cita tersebut dan orang-

orang yang mencegah perbuatan-

perbuatan yang berakibat buruk itu. Jadi

seluruh umat manusia harus tunduk

kepada pemimpin atau orang-orang

yang mencegah kejahatan tersebut.

lbnu Taimiyah mengemukakan

bahwa seluruh manusia di atas dunia,

baik mereka beragama samawi mau-

pun bukan, bahkan yang tidak beraga-

ma sekalipun, mematuhi raja-raja

dalam masalah yang mendatangkan

kesejahteraan kepada mereka di dunia

ini. Umat manusia di seluruh dunia per-

caya bahwa perbuatan mereka senan-

tiasa disertai konsekuensi moral di

dalam kehidupan ni. l idak seorangpun

di antara mereka meragukan bahwa

kelaliman akan berakhir dengan mala-

petaka dan keadilan akan berakhir

dengan kebaikan. Karena alasan inilah

dikatakan bahwa Allah menolong

pemerintahan yang adil walaupun yang

dimiliki oleh orang-orang kafir dan tidak

menolong pemerintahan yang sewe-

nang-wenang walaupun yang dimiliki

oleh orang-orang rn ~s l im. '~

Berdasarkan pemikiran tentang

dasar terbentuknya suatu negara

menurut kalangan ahli pikir lslam ter-

sebut di atas, dalam pekembangan

sejarahnya tirnbul suatu anggapan,

bahwa teori atau konsep lslam tentang

negara mempunyai sejurnlah kesama-

an (paralelisme) dengan konsep Yunani

yang dikembangkan oleh para filosuf,

seperti Aristoteles dan Plato.13

lZ Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik bnu Taimiyah, (Bandung: Pustaka Salman

ITB, 1983),him.58-59.

*3 Dalam pandangan Yunani klasik, terutama Aristoteles, negara tidak hanya

dipahami sebagai suatu bentuk organisasi sosial yang keberadaannya dapat diterima

atau ditolak tergantung kepada kebutuhan-kebutuhan tetentu dari sebuah masyarakat

tertentu, tetapi negara juga tidak lepas dari sudut pandang yang lebih has, yakni melibatkan

segi-segi ethos dan psikologi manusia. Asumsi yang dianggap sebagai dasar pemikiran

politik Yunani itu merupakan bukti yang ditemukan dalam berbagai tulisan Plato dan

Aristoteles. Menurut Aristoteles, bahwa pemenuhan berbagai kebutuhan biologis, sosial

dan etika manusia hanya dapat terwujud jika ia tergabung dalam aneka asosiasi

(perhimpunan), yang bermula dari keluarga dan berakhir pada negara. Karena segala

sesuatu ditentukan oleh tujuan akhirnya, teleologi Plato dan Aristoteles dan semua ahli

teori klasik mengakui adanya analogi yang erat antara organisasi negara dengan organisasi

manusia itu sendiri. Konsep organik negara dan masyarakatitudilatarbelakangi oleh ide

Yunani tentang perkembangan alamiah asosiasi politik. Dengan kata lain teori klasikmenawarkan tidak ada rujukan pada hak-hak "individu", sebab dalam sebuah negara yang

organik prioritas yang ada tertuju pada keseluruhan, bukan bagian, Meskipun demikian

236

Page 7: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 7/20

Page 8: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 8/20

TeoriBernegaraDalam......(Eddy Asnawi)

Begitu pula halnya dengan Al-

Farabi, walaupun pendapatnya itu

secara tidak langsung dipengaruhi

pendapat para filosuf Yunani, tetapi

harus pula diakui pengaruh yang lebih

besar datang dari agarna Islam yang

di an ~t ny a. '~ ontohnya adalah

pendapatnya tentang perbandingan

antara negara dengan tubuh manusia

sebagaimana yang telah disebutkan di

atas adalah berasal dari sabda Nabi

Muhammad yang mengatakan :"Sesungguhnya orang-orang yang

beriman adalah sebagai tubuh yang

satu, yang semuanya rnerasakan sakit

atau senang kalau salah satu

anggotanya rnenderita sakit atau

rnerasa senang." Dalam sabda Nabi

Muhammad berikutnya: "Perhati-

kanlah, sesungguhnya pada tubuh

rnanusia ada sesuatu anggota, yang

apabila dia baik maka baiklah seluruh

tubuhnya, yang apabila ia ahat maka

jahatlah seluruh tubuhnya, dia itulah

hati"

Bahkan konsep masyarakat kota

Al-Farabi tidaklah sama dengan

pendapat Filosuf Yunani. Ditarnbahkan

dengan konsep "rnasyarakat kota yang

berideologi". Negara yang dicita-

citakannya bukanlah hanya negara

kota (city state), tetapi lebih tinggi lagi

rnenjadi "Negara Utama (Madinatul-

fadilah)."18

Setelah dikernukan secara

panjang lebar tentang konsep atau teori

yang dikernbangkan oleh para pemikir

Islam dalam menjelaskan asal usul

''Sebagaimana halnya lbnu Taimiyah, Al-Farabi menggunakan pendekatan organik.

Disamakannya negara sebagai organisasi sosial dengan tubuh sebagai organis

perseorangan. Jika tubuh mempunyai antung sebagai organ yang tertinggi di daIam tubuh

itu, yang membagi alannya darah ke dalam seluruh sel-selnya. Begitu pula dengan negara

yang mempunyai seorang Kepala Negara yang mengatur seluruh kekuasaan dan

membagikannya kepada segenap aparat negara sampai ke daerah-daerah. Sebagian ciri

organisme ialah sifatnya yang dapat berubah, supel dan elastis. Badan organisme yang

hidupdapat menerima dan mengambil bahan-bahan dan zat dari luar dirinya, lalu diolah

dan dimasak untuk kebutuhan dirinya, dan dipisahkannya mana-mana yang dianggapnyatidak perlu. Juga dalam badan organisme didapati struktur dan hirarkhi, sehingga setiap

bagian mempunyai kedudukan yang tertentu. Selain itu paham organisme menetapkan,

bahwa bukan saja keseluruhan menetapkan bagian-bagiannya, tetapi bagian-bagian tu

menentukan pula keseluruhannya. Teori ini telah dilanjutkan pula oleh pemikir Islam lainnya

Al-Gazali. Lihat dalam H.Z.A. Ahmad, Negara Utama ( Madinatul Fadilah ), Op.Cit.,

hlm. 24.l8bid., hlm 26. Di kota Madinahlah sebenarnya negara ideal yang dicita-citakan

oleh Al-Farabi yang sudah terciptanya negara Islam yang dipimpin oleh seorang Nabi

Muhammad, maka tidaklah mengherankan kalau Al-Farabi selalu menyandarkan segala

teori kenegaraannya kepada Madinah itu.

Page 9: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 9/20

Page 10: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 10/20

ketatanegaraan (constitutional otoritas, akan tetapi ungkapan-ung-law) ataupun teori politik. Nabi kapan ini hanya bersifat insidental danmemang mendirikan syatu regim t idak ada pengaruhnya bag i teor i

politik , te tap i pendir ian regim p ~ l i t i k . ~tersebut bertalian dengan situasi Berdasarkan pendapat keduakesejarahan, bukan merupakan sa rja na terse bu t, m ak a da pa tla htujuan hakiki dari misi kenabi- d i kemukakan bahwa l s l a rn t i dakannya. Negara merupakan salah meletakan suatu pola baku tentang teorisatu fungsi masyarakat dan tidak negara atau sistem pemerintahan.selalu 'utlak perlu bagi masya-rakat tersebut, karena itu, ma-syarakat lslam dapat berjalandengan ataupun tanpa negara. 21Tidak berbeda halnya dengan

pendapat Muhammad lmara yangmengatakan, bahwa Islam sebagaiagama tidak menentukan suatu sistempemerintahan ter tentu bagi kaurnmuslimin, karena logika tentang kese-suaian agama ini untuk sepanjang

masa dan tempat m enuntut agar soal-soal yang selalu akan berubah olehkekuatan evolusi harus diserahkankepada aka1 manusia, dibentuk me-nurut kepentingan umurn dan dalamkerangka prinsip-prinsip umum yangtelah digariskan agama.22Bahwa istilahnegara (dawlah) pun t idak dapa tditemukan dalam Al-Qur'an. Meskipun

terdapat berbagai ungkapan dalam Al-Qur'an yang merujuk atau seolah-olahrnerujuk kepada kekuasaan politik dan

~ a k u niakui Al-Qur'an mengandungnilai-nilai ajaran yang bersifat etismengenai aktivitas sosial dan politikuma t manus ia . A ja ran -a ja ran i n imencakup pr ins ip-pr ins ip tentangkeadilan, kesamaan, persaudaran dankebebasan. Dalam pandangan in ipembentukan sebuah negara lslarndalam pengertian yang formal danideologis tidaklah begitu penting. Bag imereka yang terpenting adalah negara,

karena posisinya yang bisa menjadiinstrumental dalam rnerealisasikannilai-nilai ajaran agama dan menjamintumbuhnya prinsip- prinsip seperti yangdisebutkan di a ta sz 4

lbnu Taimiyah mencoba men-je laskan pemik i ran-pemik i rannyatentang pendirian sebuah negara yangberbeda halnya dengan pemikiran

sebelumnya. Dalam ha1 ini ia ber-sandarkan pada ad-din (Islam) danargum entasi sosiologis. Dalam ad-din

2' Ibid., hlm. 89-90.Muhammad lrnara dalam Bahtiar Effendy, lslarn dan Negara, (Jakarta, Paramadina.

1998), lm. 13.23 lbid.24 /bid.

Page 11: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 11/20

Page 12: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 12/20

TeoriBernegara Dalam...... (EddyAsnawi)

kekuasaan negara yang bersifat

memaksa, agama berada dalam

bahaya. Tanpa disiplin hukpm wahyu,

negara pasti menjadi sebuah organi-sasi yang tiranik. Penegakan negara

adalah sebagai tugas suci yang dituntut

oleh agama dan rnerupakan salah satu

perangkat untuk mendekatkan ma-

nusia kepada Allah.28

Taqiyuddin an-Nabhani secara

tegas mengatakan, sebagai sebuah

ideologi bagi negara, masyarakat serta

kehidupan, lslam telah menjadikan

negara beserta kekuasaannya sebagai

satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan dari eksistensinya. Di mana

lslam telah memerintahkan kaum

Muslimin agar mendirikan negara dan

pernerintahan, serta memerintah

berdasarkan hukum-hukum

Sama halnya dengan pendapat AbulA'la Al-Maududi, bahwa Al-Qur'an

tidak hanya meletakkan prinsip-prinsip

moralitas dan etika, melainkan juga

memberikan untunan di bidang politik,

sosial, dan ekonomi. Ditetapkan pula

hukum untuk kejahatan-kejahatan

tertentu dan demikian juga ditetapkan

prinsip kebijaksanaan fiskal dan

moneter. Ini semua tidak dapat diprak-

tekkan, kecuali jika ada suatu negara

lslam yang akan rnenegakkannya. Disinilah letaknya kebutuhan akan

adanya suatu negara Dalam

ha1ini ia menyetir ayat Al-Qur'an yang

memberikan pedoman mengenai ha1

ini: "Dan katakanlah: Ya Tuhanku,

masukanlah aku melalui gerbang

kebenaran, dan keluarkanlah aku rne-

lalui gerbang kebenaran pula. Dan

berilah aku otoritas kekuasaan untuk

rnembantuku " (Q.S. 17 : 80).Bahwa Al-Qur'an mengandung

ajaran-ajaran tentang kekuasan politik

dikemukakan pula oleh Abd. Muin

Salam dalam hasil penelitian dan

pembahasan disertasinya. Dalam sa-

lah satu bahagian kesimpulannya

tentang hakekat dan wujud kekuasaanpolitik dikatakan :

Berbeda dengan terminologi yang

telah dikenal dalam kepustakaan

politik, Al- Qur'an memperkenal-

kan istilah-istilah yang relevan

dengan kekuasaan politik, satu

sama lainnya berbeda konotasi

28 Khalid lbrahim Jindan. Op.cit., hlm. 47.

29Taqiyuddin n-Nabhani. SistemPemerintahan slam. (Surabaya: Al lzzah, 1997),

hlm 11. Dalam penjelasannya disebutkanayat-ayat Al-Qur'an yang memerintahkan kaum

rnuslimin agar menjalankan pemerintahan berdasarkan apa yang diturunkan Allah Swt,

misalnya surat Al-Maidah: 44,45,47,48,49 dan surat An-Nisa: 48. 59, 65, dan ayat-

ayat yang membahas tentang hukum perang, politik, pidana, kemasyarakatan, hukum

perdata dan lain-lain, seperti: surat At-Taubah : 103,123; Al-Anfal: 57-58,61; Al-Maidah:

1, 38; Al-Baqarah: 179; 188 dan surat At-Thataq: 6, 7.

30 Abul A'la Al-Maududi, Sistem Politik Islam, (Bandung: Mizan, 1995), hlm 186-

187.

242

Page 13: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 13/20

secara ta jam. Is t i l ah - i s t i l aht e r s e b u t a d a l a h s u l t h a n ,"kemampuan fiaik untuk meiak-

sanakan penga ruh dan a taupaksaan terhadap orang lain ataumasyarakat, mulk, "kekuasaansebagai obyek hak (pemilikan)",dan hu km "penye lenggaraanketertiban dalam kehidupan umatmanusiadenganpendayagunaanaturan-aturan atau norma hukumbaik yang bersumber dari Allahdan Rasulullah Saw ataupun hasili j t ihad manusia," "aturan atauno rma hukum, " "pembua tankeputusan."

Keputusan Allah berdasar-kan obyeknya dapat dibedakanatas keputusan yang berkenaandengan tertib alam semesta dan

tertib kehidupan manusia. Yangpertama dikenal sebagai hukumalam atau "sunatullah" yang dapatdiketahui dengan penelitian lmiahte rhadap a lam semesta ; dankedua yang dikenal dengan agama(al-din) yang hanya dapat diketahuidengan perantaraan Rasul danNabi . Sebagai tuntutan h idup

(mi l la t ) , agama berd imens ii deo log i s dan sebaga i te r t i bkeh idupan (syari'at), agam a ber-fungsi politis. Selanjutnya, meniliksifatnya dan dipandang dari SangPencipta, keputusan Tuhan dapatdibedakan atas keputusan pen-

ciptaan (amr takwin), keputusanpengaturan terhadap alam se-mesta (amr tadbir) dan terhadap

kehidupan manusia (amr taxi?,dan keputusan penilaian terhadapperbuatan manusia (amr qadha'l).

Al-Qur'an memerintahkanagar hukum-hukum syariat yangterkandung d i dalamnya ditegak-kan dalam kehidupan manusiasebagai tertib individu dan sosial.Per intah tersebut ber impl ikasipember ian wewenang kepadamanus ia un tuk mena ta keh i -dupannya dengan menerapkanhukum Allah tersebut. Dari sinid i pe ro leh penge r t i an bahwahakikat kekuasaan politik adalahkewenangan (o to r i tas ) un tukmenyelenggarakan ertib masya-

rakat berdasarkan hukum Allah.Kekuasaan tersebut bersumberdari Allah dan dilimpahkan me laluifirman-Nya (Al-Qur'an) kepadao rang -o rang yang be r iman .Penyelenggaraan tertib masya-rakat berdasarkan hukum Allahitulah yang merupakan perwu-j udan da r i kekuasaan po l i t i k

tersebut , a tau dapat juga d i -ungkapkan bahwa wu jud ke -kuasaan politik tersebut adalahsebuah s i s tem po l i t i k yangdiselenggarakan berdasarkan danm e n u ru t h uk um A l la h y a wterkandung dalam Al- Q ~ r 'a n. ~ '

31 Abd.Muin Salim, Fiqh Siyasah : Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al-Quran,(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), hlm 292-293.

Page 14: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 14/20

Page 15: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 15/20

JurnalHukurn RespublicaNo.4 Vol.2Tahun2003: 31-250

Kebutuhan manusia akan negara ini

adalah bersifat universal berdasarkanprinsip util itarianisme, tanpa peduli

apakah rnereka menganut agama atautidak sebagairnana dikatakan lbnuTaimiyah.

P e n u l i s s e p a h a m d e n g a npemikiran Al-Fara bi dengan teorinyaapa yang dinamakan theory o f thecompact for mutual renunciat ion ofrights, yang dapat dijadikan sebagai cita

negara dalam ls lam, bahwa padaprinsipnya negara lahir atas perse-tujuan bersama dari penduduk suatumasyarakat kota dalam rangka me-menuhi kebutuhan hidupnya untukmenuju suatu cita-cita negara yangdijunjung bersama, yakni kebahagian.Kebahagian dicari dalam lslam tidak

semata-rnata kebahag ian di dunia saja

tetapi juga kebahagian di akhi rat .Karena bagaimanapun uga pemikiran-pemikiran yang d ilahirkan para pem ikirls lam t idak ter lepas d ar i pengaruhaqidah lslarn. Hal inilah yang mem-bedakan antara pemikir Yunani denganl s l a r n s e b a g a i m a n a t a m p a k d a r ipernikiran seperti yang dikemukakanoleh Al -Farabi c lan lb n u Taimiyahdalarn tulisan ini.

Dalam tataran sosiologis konsepnegara dapat d i rumuskan, bahwa

selain m anusia itu sebagai makh luksosial yang selalu hidup dalam suatupergaulan hidup (man s a social being)

juga sekal igus rnanusia i tu "selaluberorganisasi " (is a po litical being).34Bagaimanapun sederhananya dalamsuatu pergaulan hidup manusia i tuse la lu mengadakan organ isas i d idalamnya. Organisasi di sini berartiadanya pembagian hubungan kerjaatau tugas antara manus ia da lam

suatu pergaulan hidup untuk m encapa itu juan tertentu. Dalam pengert iano r g a n i s a s i, m a k a te r s im p u l p u l aadanya pengakuan dan perlin-dunganterhadap kepribadian dari t iap-t iapindividu manusia dalam pergaulanhidup i tu. Organisasi dalam suatupergaulan h idup manusia yang lebihbesar disebut dengan negara.35

T u j u a n o r g a n i s a s i y a n g d i -nam akan negara i tu adalah untukmengatur ke ten t raman dan kese-lamatan setiap anggota masyarakat,baik dalam mewujudkan kepentinganbersama maupun untuk rnengatasipe rbedaan dan pe r ten tangan ke -pentingan diantara manusia. Dalamkaitan ini, baik Al-farabi, lb nu Kh a ldundan l b n u Taimiyah memandang perluseorang pemimpin yang memiliki tugasuntuk mengatur.

manusia. H.Z.A. Ahmad, Konsepsi Negara Berrnoral Menurut Al-Ghazali,Op.cit., hlm.34.

34 Dalam bahasa Yunani : Man is a social and politicalbeing disebut dengan Zoon

Politikon yang diterjemahkan dengan manusia adalah makhluk sosial dan politik,sebagaimana yang diperkenalkan oleh Aristoteles.

Page 16: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 16/20

Page 17: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 17/20

JurnaIHuku RespublicaNo. 4 Vol. 2 Tahun2003: 31 -250

Penguasa i tu adalah imam ataukhalifah.

3. Keadilanyangrnenyeluruh. Dengankeadilan akan tercipta keakrabanan ta ra sesama warga negara ,men imbu lkan rasa hormat danketaatan kepada pimpinan. Ke-adilan itu hendaknya dimulai darisikap adil pada diri sendiri tercerm inpada s ikap senang melakukanperbuatan yang baik dan segan me-

ngerjakan perbuatan yang keji.4. Keamanan yang merata. Dengankeamanan rakyat dapat menikmatiketenangan batin dan dengan tidakadanya rasa takut . M eratanyakeamanan adalah akibat menye-luruhnya keadilan.

5. K e s u b u r a n ta n a h y a n g b e r k e -sinambungan. Dengan kesuburan

tanah, kebutuhan rakyat akan bahanmakanan dan kebutuhan materi laindapat dipenuhi.

6. Harapan ke langsungan hidup.

Dalam kehidupan manusia terdapatkaitan yang e rat antara satu gene-ras i dengan generas i la innya .Generasi yang sekarang adalahpewaris dari generasi yang lalu danyang mem persiapkan sarana danwahana hidup bagi generasi yangakan datang.38

Nampak di sini bahwa cita negarayang dilahirkan dari kalangan pemikirls lam dalam mencar i hakekat dar i

sebuah negara selalu dilekatkan ajaranIslam, yakni Al Quran dan As-Sunnah.

Dalam pandangan penulis, apa

yang telah dilakukan pemikir lslamuntuk menjelaskan konsep-konseplslam dalam teori ketatanegaraannyaadalah suatu bentuk i j t ihad untukmenemukan atau meletakkan kerangkaacuan dasar dalam sistem ketatane-garaan yang berlandasan kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah R asul. Bagaima-

pun juga, w alaupun konsep nega ra(dawlah) tidak ditemukan dalam Al-Qur'an, namun unsur-unsur pokokyang menjadi dasar negara dapatd i temukan da lam k i tab suc i i t u .Sehingga dari sini kita dapat diru-muskan bahwa cita negara menurutIslam tidak hanya dilihat dalam ta taranhubungan antar manusia (hablum-

minannas), te tap i juga hub ung andengan Tuhan (hab lummina l l ah )berdasarkan apa yang telah diturunkandalam Al-Qur'an dan ajaran Rasul.lni lah yang menurut hemat penuliskenapa ide atau gagasan kenegaraandari pemikir lslam tidak terlepas daripengaruh aqidah lslam.

Meletakkan hubungan antaranegara dan agama dalam perspektifIs lam, haruslah d idudukan bahwakeinginan bernegara itu merupakanrefleksi yang muncul dari dalarn dirimanusia itu sendiri sebagai makhluksosial, dan sekaligus keinginan untuk

36 Deliar Noer, Pengantarke Pemikiran Politik, (Medan: Dwipa, 1965), hlm. 41.37 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI-Press, 1993),hlm. 45.

Page 18: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 18/20

berorganisasi. Jadi negara pada da-sa rnya ada lah sua tu ben tukberorga-n isas inya masyarakat .Masyarakat itu sendiri terbagi-bagidalarn susunan kelornpok, suku, dangolongan. Dalarn ha1 ini negararnernbentuk suatu kesatuan yangbulat untuk rnewakili sebuah citayang dibentuk rnasyarakat. Citate rsebut t idak rnenghapuskanperbedaan ke lo rnpok , suku ,

golongan dan hak-hak indiv idurnanusia di dalarn rnasyarakat.Pada prinsipnya negara itu adalahproduk dar i suatu rnasyara-katbangsa yang lahir atas persetujuandan keinginan bersarna. Sebagaisebuah organisasi, negara dapatme- rnaksakan kekuasaannyasecara sah terhadap kekuasaan

lainnya yang ada dalarn rnasyarakatdengan alan rnela-kukan penerapanhukurn.

Konsep agarna (ad-din) dalarnhubungannya dengan negara haruslahdilihat dari terrninologi hukm sebagaipenye lenggara ketertiban dalarn kehi-dupan rnasyarakat. Tertib kehidupanyang dirnaksud adalah syari'at, yakniaturan-aturan atau hukurn yang ber-surnber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.Al-Qur'an rnernerintahkan agar hukurn-hukurn syari 'at yang terkandung didalarnnya ditegakkan dalarn kehidupanrnanusia sebagai tertib individu dan

sos ial (baca: negara). Perintah terse-but rnernberikan irnpl ikasi adanyakekuasaan untuk rnenegakkan hukurnAllah dalarn penye lenggaraan keterti-ba n dan kehidupan rnasyarakat. Per-wujudan kekuasaan ini tercerrnin dariwewenang otoritas yang dirniliki se-seorang atau sekelornpok orang yangdiorganisirdalarn bentuk sebuah nega-ra, karena pada hakekatnya negara ituadalah organisasi kekuasaan.

Jadi di sini jelas, bahwa dalarnpenerapan hukurn syari'at rnernerlukansuatu kekuasaan untuk rnelaksana-kannya. Tanpa adanya kekuasaan,pelaksanaan hukurn di rnasyarakatakan rnengalarni hambatan-hambatan.Sehingga dapat dilukiskan hubunganhukurn dengan kekuasaan adalah"Hukurn tanpa kekuasaan adalah

angan-angan dan kekuasaan anpa hu-kurn adalah kelalirnan." 39

Berdasarkan penjelasan di atas,rnaka rnenurut hernat penulis dapatlahdirurnuskan hubungan antara negaradan agarna adalah, bahwa antaranegaradan agarna rnerupakan dua ha1yang tidak dapat dipisahkan. D i rnanah t i k rnelaksanakan perin tah a taunilai-nilai ajaran yang terkandung didalarn agarna (Islam) rnernerlukanadanya tatanan rnasyarakat yangteratur dan terorganisir yang disebutnegara. Karena agarna baru dapatberfungsi sebagairnana rnestinya

38 /bid., hlrn 61-62.39 Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996),

hlrn. 79.

Page 19: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 19/20

Jurna/Hukum espub/icaNo.4VoL 2 Tahun 2003:.31 -250

bag i segala lapisan masyarakat, dani tu akan terwujud dengan adanyanegara sebagai seiwah organisasi

kekuasaan (daya paksa) yang lebihbesar daripada individu atau ke lompokyang hidup di dalam masyarakat .Sehingga tegaknya agama tanpa ke -kuasaan adalah angan-angan, begitujuga sebaliknya tegaknya (kekuasaan)negara tanpa dilandasi agama akanmem buahkan kehancuran.

Pada akhirnya penulis menyata-kan bahwa pembentukan atau pendi-rian negara Islam dalam pengertianformal dan ideologis bukanlah ha1 yangsubstansial, akan tetapi yang terpen-ting adalah cita negara yang berlan-daskan lslam.

E. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang telahdiuraikan sebelumnya dalam mern-bahas teori bernegara dalam perspektiflslam, maka dapat ditarik beberapakesirnpulan sebagai berikut:1. Konsep atau teor i yang dikem-

bangkan oleh para pemikir lslamdalarn menjelaskan asal usul ne-

gara atau terbentuknya sebua hnegara tidak terlepas dari nilai-nilaiyang telah diajarkan menurut lslam.

2. Gagasan mendirikan negara ataupemerintahan yang di dalamnyamem iliki kewenangan atau kekua-saan untuk rnenegakkan hukumAllah dalam kehidupan rnasyarakat

dipengaruhi oleh pemikiran yang

berakar pada landaskan keagarna-an, yakni Al-Qur'an dan As-Sunnah.Ide-ide kenegaraan dalam lslam

dapat dilacak dalam Al-Qur'an danAs -Sunnah . Wa laupun seca radefenitif konsep negara (dawlah)tidak terdapat dalam Al-Qur'an danAs -Sunnah. Na mu n dapa t d i -buktikan unsur-unsur esensial yangmen jad i dasa r negara dapa tditemukan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

3. Cita negara menurut lslam tidakhanya d i l i ha t da lam ta ta ranhubungan antar rnanusia (hablum-minannas), tetapi juga hubungandengan Tuhan (hablumminallah)be rdasa rkan apa yang t e lahditurunkan dalam Al-Qur'an danSunnah Rasul. Hal ini mernper-

lihatkan ide atau gagasan kenega-raan dari pemikir lslam tidak terle-pas dari pengaruh aqidah lslam.

4. H u b u n g a n a n t a r a n e g a r a d a nagama merupakan dua ha1 yangtidak dapat dipisahkan. Di manauntuk me laksanakan perintah ataunilai-nilai ajaran yang terkandung didalam agama (Islam) rnemeriukan

adanya tatanan rnasyarakat yangteratur dan terorganisir yang disebutnegara. Karena agama baru dapatbedungsi sebagaimana mestinyaapabila ada otoritas atau kekuasaanyang mernpunyai daya paksa un tukmelaksanakan hukurn-hukum lslambagi segala lapisan masyarakat,

dan i t u akan t e rwu jud dengan

Page 20: ETIKA POLITIK 2

5/10/2018 ETIKA POLITIK 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etika-politik-2 20/20

adanya negara sebagai sebuah

organisasi kekuasaan (daya paksa)

yang lebih besar dari pada individu

atau kelompok yang hidup di dalam

masyarakat.

5. Pembentukan atau pendirian negara

Islam dalam pengertian formal dan

ideologis bukanlah ha1 yang

substansial, akan tetapi yang

terpenting adalah cita negara yang

berlandaskan lslam.

Daftar Pustaka

M. Al-Mubarak, Sistem Pemerintahan

dalam Perspektif Islam, Solo:

Pustaka Mantiq, 1995.

Munawir Sjadzali, lslam dan Tata

Negara, Jakarta: UI-Press, 1993.

M. Yusuf Musa, Politik dan Negara

dalam lslam, Surabaya: Al-

Ikhlas, 1990.

Qomaruddm Khan, Pemikiran Politik

lbnu Taimiyah, Bandung :Pustaka Salrnan ITB, 1983.------ Tentang Teori Politik Islam,

Bandung, Pustaka Salman ITB,

1987.

Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar

Tata Hokum di Indonesia,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.

Taqiyuddin an-Nabhani, Sistem

Pemerintahan lslam, Surabaya:

Al Izzah, 1997.

Yusril lhza Mahendra, DinamikaTafanegara Indonesia, Jakarta:

Gema lnsani Press, 1996.

Z.A. Ahmad, Negara Utama (Madinatu'i

Fadillah) Menurut Al-Farabi,

Jakarta: Djambatan, Tanpa

tahun.------, Konsepsi Negara Berrnoral

Menurut Al-Ghazali, Jakarta:

Bulan Bintang, 1975.

Abd. Muin Salim, Fiqh Siyasah :Konsepsi Kekuasaan Politik

dalam A1 Quran, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 1995.

Abul A'la Al-Maududi, Sistem Politik

Islam, Bandung: Mizan, 1995.

Bahtiar Effendy, lslam dan Negara,Jakarta: Paramadina, 1998.

Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran

Politik, Medan: Dwipa, 1965.

Hamid S. Attamimi, Peranan Kepu-

tusan Presiden Republik

Indonesia dalam Penyeleng-

garaan Pemerintahan Negara,

Jakarta: Pasca sarjana UI, 1990.

lbnu Khaldun, Muqaddimah, Jakarta:

Faizan, 1986.

Khalid lbrahim Jindan, Teori Politik

Islam, Surabaya: Risalah Gusti,

1995.

Lili Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat

Hukum, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 1996.