21
}if, {.Eftf 'l masalah-masalah etis. Telah didirikan cukup banyak insti- tut, di dalam mauPun di luar kalangan Perguruan tinggi, yang khusus mempelajari persoalan-persoalan moral, kerap icali-dalam kaitan dengan bidang ilmiah tertentu (ilmu ke- dokteran, hukum, ekonomi atau lain-lain). Terutama di Amerika Serikat, etika dalam salah satu bentuk sering kali dimasukkan dalam kurikulum di perguruan tinggi. Ter- dapat suatu banjir publikasi tentang etika terapan yang tidak pernah dapat diduga beberapa dekade yang lalu. Bahkan sudah ada cukup banyak majalah ilrniah yang membahas salah satu aspek etika terapan, semuanya masih berusia muda,2 Adanya majalah khuius selalu menunjuk kan bahwa suatu pendekatan ilmiah sudah mencapai tahap kematangan tertentu. Pentingnya etika terapan sekarang ini tampak juga ka- rena tidak jarang jasa ahli etika diminta untuk mempelajari masalah-masalah yang berimplikasi moral. Hal itu terutama terjadi jika pemerintah suatu negara ingin membuat per- aturan hukum tentang suatu masalah baru atau rnengubah ketentuan hukum yang sedang berlaku. Persiapan yang biasa ditempuh adalah mernbentuk sebuah konrisi yang akan mernpelajari masalahnya dan memberi advis yang beralasan" Selama beberapa dekade terakhir ini sudah be- berapa kali terjadi bahwa ahli-ahli filsafat moral diikutserta- kan dalarn komisi pemerintahan yang ditugasi menyusun laporan tentang masalah berimplikasi moral sebagai per- siapan untuk perundang,undangan baru di bidang itu. Sua- tu contoh adalah kelompok kerja tentang pornografi dan sensor filrn yang dibenruk oleh Kementerian Dalam Negeri 2B"b.rupo contoh tentang majalah-majalah berbahasa Ingris adalah: Philo* phy atd Public Affairy Amerika Serikat, sejak 1971; Journal ol Mdical Ethtc+ Inggris, sejak 1972; lounul of Metbine and Philosophy, Negeri Belanda, sejak 1975; Eruironmental Ethbs, Amerika Serikat, sejak 1978; Iwnul ol Brsiness Efnics, Negeri Belanda, sejak 19E1; Joumal ol Apflien Philosophy, Inggris, selrk 1984; Bblogy and Philoxphy, Negeri Belanda, sejnk 1985; Birrlthia., Ingris, sejak l9E6; Bu:'iws Ethia Quarterl,y, Amerika Serikat, seiak 1991, Inggris di bawah pimpinan filsuf kawakan Bernard Wil- liams.' Contoh yang barangkali menarik paling banyak per- hatian adalah komisi yang didirilkan oleh Kementerian Ke- sehatan Inggris tentang masalah-masalah di sekitar pern- buahan in aitro atau populernya bayi tabung' Komisi ini diketuai oleh filsuf wanita Inggris yanB terkenal, _Y:U Warnock, dan menyerahkan laporannya pada tahun 1984. Di d,merika Serikat beberapa ahli filsafat rnoral ducluk an- tara lain dalam dua komisi penting yang mempelajari ma- salah-masalah mengenai ilmu-ilmu biomedis: The Nittional Commission for the Frotection of Human Subjects of Biornedical and Behaaioral Research (197+-'1978) dan Tfu Presidsnt's Com- mission for the Study of Ethiatl Problems in Medicitte qnd Biomedical and Behouioral Research (1980-1983). Dua komisi terakhir ini menghasilkan banyak laporan yang mernFunyai darnpak besar di bidang etika biomedis, juga di luar negeri asalnya. Gambaran tentang peranan dari keduduk;rn etika tcrapan yang diusahakan di atas tenbu jauh dari lengkap. 'fapi kiranya cukuplah untuk memperlihatkan bahwa dengan orientasi praktis ini etika sekarang tampak dalam cahaya baru. Dan tentu saja penampilan baru ini mempunyar kon- sekuensi juga untuk etika teoretis atau etika umum. Jika etika kini begitu disibukkan di bidang prakris, maka tidak bisa lain teori etika terkena juga. Terdapat pengaruh timbal balik antara etika teoretis dan r:tika terapan. Perdebatan tentang masalah-masalah konkret akhirnya akan menjelas- kan dan mempertajam juga prinsip-prinsip rnoral yang umum. Perjumpaan dengan praktek akan memberikan ba- nyak masukan berharga yang dapat dimanfaatkan oieh re- fleksi etika teoretis. Sebaliknya, etika terapan sangat mern- butuhkan bantuan dari teori etika. Namanya memang etika 3Lupo.unnyur Report ol the Cammittee on Obwnity and Film Censorship, London, Home Office, 1979. aXrprt o1 tlu Conmitlez of Inquiry iilo Human Fertilizatbn and Embryology, London, Department of Health and Social Ser:urity, 1984.

etika profedi

  • Upload
    awria

  • View
    113

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menjelaskan tentang etika,norma,hukum

Citation preview

Page 1: etika profedi

}if, {.Eftf 'l

masalah-masalah etis. Telah didirikan cukup banyak insti-tut, di dalam mauPun di luar kalangan Perguruan tinggi,yang khusus mempelajari persoalan-persoalan moral, kerapicali-dalam kaitan dengan bidang ilmiah tertentu (ilmu ke-

dokteran, hukum, ekonomi atau lain-lain). Terutama diAmerika Serikat, etika dalam salah satu bentuk sering kalidimasukkan dalam kurikulum di perguruan tinggi. Ter-dapat suatu banjir publikasi tentang etika terapan yangtidak pernah dapat diduga beberapa dekade yang lalu.Bahkan sudah ada cukup banyak majalah ilrniah yangmembahas salah satu aspek etika terapan, semuanya masihberusia muda,2 Adanya majalah khuius selalu menunjukkan bahwa suatu pendekatan ilmiah sudah mencapai tahapkematangan tertentu.

Pentingnya etika terapan sekarang ini tampak juga ka-rena tidak jarang jasa ahli etika diminta untuk mempelajarimasalah-masalah yang berimplikasi moral. Hal itu terutamaterjadi jika pemerintah suatu negara ingin membuat per-aturan hukum tentang suatu masalah baru atau rnengubahketentuan hukum yang sedang berlaku. Persiapan yangbiasa ditempuh adalah mernbentuk sebuah konrisi yangakan mernpelajari masalahnya dan memberi advis yangberalasan" Selama beberapa dekade terakhir ini sudah be-berapa kali terjadi bahwa ahli-ahli filsafat moral diikutserta-kan dalarn komisi pemerintahan yang ditugasi menyusunlaporan tentang masalah berimplikasi moral sebagai per-siapan untuk perundang,undangan baru di bidang itu. Sua-tu contoh adalah kelompok kerja tentang pornografi dansensor filrn yang dibenruk oleh Kementerian Dalam Negeri

2B"b.rupo contoh tentang majalah-majalah berbahasa Ingris adalah: Philo*phy atd Public Affairy Amerika Serikat, sejak 1971; Journal ol Mdical Ethtc+Inggris, sejak 1972; lounul of Metbine and Philosophy, Negeri Belanda, sejak1975; Eruironmental Ethbs, Amerika Serikat, sejak 1978; Iwnul ol BrsinessEfnics, Negeri Belanda, sejak 19E1; Joumal ol Apflien Philosophy, Inggris, selrk1984; Bblogy and Philoxphy, Negeri Belanda, sejnk 1985; Birrlthia., Ingris, sejakl9E6; Bu:'iws Ethia Quarterl,y, Amerika Serikat, seiak 1991,

Inggris di bawah pimpinan filsuf kawakan Bernard Wil-liams.' Contoh yang barangkali menarik paling banyak per-hatian adalah komisi yang didirilkan oleh Kementerian Ke-sehatan Inggris tentang masalah-masalah di sekitar pern-buahan in aitro atau populernya bayi tabung' Komisi inidiketuai oleh filsuf wanita Inggris yanB terkenal, _Y:UWarnock, dan menyerahkan laporannya pada tahun 1984.Di d,merika Serikat beberapa ahli filsafat rnoral ducluk an-tara lain dalam dua komisi penting yang mempelajari ma-salah-masalah mengenai ilmu-ilmu biomedis: The NittionalCommission for the Frotection of Human Subjects of Biornedicaland Behaaioral Research (197+-'1978) dan Tfu Presidsnt's Com-mission for the Study of Ethiatl Problems in Medicitte qnd

Biomedical and Behouioral Research (1980-1983). Dua komisiterakhir ini menghasilkan banyak laporan yang mernFunyaidarnpak besar di bidang etika biomedis, juga di luar negeriasalnya.

Gambaran tentang peranan dari keduduk;rn etika tcrapanyang diusahakan di atas tenbu jauh dari lengkap. 'fapikiranya cukuplah untuk memperlihatkan bahwa denganorientasi praktis ini etika sekarang tampak dalam cahayabaru. Dan tentu saja penampilan baru ini mempunyar kon-sekuensi juga untuk etika teoretis atau etika umum. Jikaetika kini begitu disibukkan di bidang prakris, maka tidakbisa lain teori etika terkena juga. Terdapat pengaruh timbalbalik antara etika teoretis dan r:tika terapan. Perdebatantentang masalah-masalah konkret akhirnya akan menjelas-kan dan mempertajam juga prinsip-prinsip rnoral yangumum. Perjumpaan dengan praktek akan memberikan ba-nyak masukan berharga yang dapat dimanfaatkan oieh re-fleksi etika teoretis. Sebaliknya, etika terapan sangat mern-butuhkan bantuan dari teori etika. Namanya memang etika

3Lupo.unnyur Report ol the Cammittee on Obwnity and Film Censorship,London, Home Office, 1979.

aXrprt o1 tlu Conmitlez of Inquiry iilo Human Fertilizatbn and Embryology,London, Department of Health and Social Ser:urity, 1984.

Page 2: etika profedi

BAE SMASALAH-MASALAI-I ETIKA TERA I'AN

DAN TANTANGAI{NJYAEAGI ZAMAN KITA

rAwalan meta'berarri melebihi. Mengenai r,retaetika bandingkan juga Bab I,Pasal 2, n L2.

$ L. Etika Sedang Naik Daun

Jxa dipandolq pug1 skal.a" dunia, selarna kira-kjra riga da_sawarsa terakhir ini wajah filsai,at moral berubah ,:ukupradikal. Tidak bisa disangfrt, aaio* situasi kita sekarangini etika sedang naik dain, Hal iru rerutama kmpak de_ngan penampilannya sebagai etika terap an (applied ethics),

Ifla"g:Ygg lu.ga aisebit firsaiat i"rrpun (apptied t,hitoso_pny)..sekarang dianggap biasa saja, lika erika' **,ir".Lo,1asa.lah.-masalah yang sangat praktis,' sedangkan r;illr*nya ia justru agak,sega.n *enyinggung persoalan krnknerdan akruar' perubahan itu terutarni ,nencorok di karvasan?:.b*u:.u Inggris, khus.usnya United Kingdom d;; ;;_"rika serikat. Di situ pada awar uuao t"-zd*uu Jif .u[i*n-kan sebagai "metaetika". Ariran Jor.* fir.safat mor;rr inimenempatkan diri pada tahap lebih tinggi aoripoJ, ;;";bahas masalah-murilrh eris,r Mereka tiaii *_"1,""irajr,'t_itburuknya perbuatan-perbuatan *anrriu, melainkan,rrpns_arahkan segala perhitiannya kepada ;,;rh;;;',,.'"'r",,1'r*t,

,11tHp:::TIip." kita tentang' baik aon uu.rr "i;;, ;-

11.-:: f".tanyaan pokok.adalah: apa yang kita *rk *r'',itr^,,J:i::1,1^pe-rbu.atan disebut uaik itau biruk? np, ,,,iru,KateSon-kategori seperbi',baik',, "buruk,,,,,layaki, aon'J*-bagainya, bila dipakai dalam t onr=L-*tis? Kiranya sudah

265

Page 3: etika profedi

i:||_t.,9:"tan.pendekatan seperti iru mereka justru menjauhiaktualitas di bidang moral. Di negara-negara berbahasa Ing-gris metaetika menjadi aliran filsafat moral yang dominanselama enam dekade pertama dalam abad ke-20."Baru padaakhir tahun 1960-an terlihat suaFu tendensi Iain. s€kitar saatitu etika mulai meminati rnasalah-masalah etis yang kon_kret. Dilihat secara rehospektif, dapat kita katakan iahwaperubahan ini disebabkan karena beberapa faktor yangpada wakLu itu timbul serempak. yang piling penting diantaranya terutama dua faktor berikut ini. perLmu, p"._kembangan pesat di bidang ilmu dan teknorogi -".,i.n-bulkan.banyak persoalan etis yang besar, khususiya dalamsektor ilmu-ilmu biomedis, sebentar Iagi dalam pasal 5 kitakembali pada faktor pertama ini. Kedui, dalam masyarakattahun 1960-an tercipta Bemacam ,,iklim moral', yang seolah-olah mengundang minat baru untuk etika. Sebagal sebuahgejal.a yang menunjukkan iklim baru ini dapat"kita sebutger.akal hak di pelbagai bidang. Di Amerika Serikat paday1k* itu berlangsung puncak perjuangan ciuil rights (hak_hu\ I?rqu negara),. khrlsusnya p*riu*in hak baii goiong_an kulit hitam. Mulai di dunia Barat (tapi tidak tirb"atas iisitu) waktu itu terlihat gerakan kuat yang menunrut per-samaan hak wanita. pada akhir tahun t-qOO_rn dan per_mulaan 1970-an te{adi juga ',revolusi mahasiswa,, di be-b.*.1p-u negara Barat, dengan salah satu puncaknya di pran-cis Mei 1968. "Revolusi" itu bisa dilihat sebagai semacamperjuangan hak juga, terutama hak mahasisvia unruk di_ikutsertakan dalam pengurusan universitas dengan diwakirijrli* organ-organ yang menentukan kebijakai akademis.Sekitar waktu yang samu di banyak tempat dilontarkanprotes-protes keras terhadap keterribatan tentara AmerikaSerikat dalam perang Vietnam, protes_protes itu pun diwar_nai suasana etis, karena yang mengayukannya blrpendapatbahwa Amerika Serikat iatafi aatail'peraninnya di kawa-san Indocina itu. Masyarakat Ameriki serikat sendiri sam-pai mengalarni suatu krisis moral cukup besar akibat avon-

l::, Y,;'11.,*, y1ig. umum diragukan itu. Suatu gejala lain

lagr aclalah ketidaksenangan dan penolakan dalain' banyak

kalangan tentang persenjataan nuklir dan perlornbaan sen-jata yang sedang berlangsung antara dua negara adikuasa,Amerika Serikat dan Uni Soviet,.bersama sekrr, rnasing_

T3tllq. Semua gejala ini menunjukkan bahwa erika rerapandilahirkan di tengah suasana yang jelas dirandai kepeduiianetis yang luas dan mendalam,

Etika terapan merupakan suatu istilah baru, tapi scbetul-nya yang dimaksudkan dengannya sama sekali bukrn halbaru dalam_ sejarah filsafat *orot. Sejak plato dan Aris-toteles sudah ditekankan bahwa erika merupakan firsafatpraktis, artinya, filsafat yang ingin memberikan penyuluhankepada tingkah laku manuiio iengun memperlihattan apayang harus kita lakukan, sifat p.o--ktir itu bertahan selamas.eluruh sejarah filsafat. Dalam Abad pertengahan, ThomasAquinas jelas melanjutkan rradisi firsafat irunti, ini danmenerapkannya di bidang teologi moral. Dajam ilaman mGdern orientasi praktis dari etika berlangsung terus. Iradaawal zaman modern muncul etilka khus"u s lithi"o sT.,eialis)yang membahas masalah etis tentang suatu bidang tententusepe-rti keluarga dan negara. Istirarh "etika khusus" sekarangITih dipakai dalam. arti yang sebcnarnya sarna dengan"."tiku terapan". Sudah kita lihat, bahwa ;"r"*y Benth"arndengan utilitarismenya mempunyqi suatu maksud prakfis,yaitu membaharui kehidupan masyarakat, khususnya hu-kum. Bahkan pada Immanuel Kant yang sangat rnemen*tingkan rigorositas teori daram pernikirannya, s=elaru masihada kesadaran akan sifat prakiis firsafat morar, Iilcr Iatamemandang tradisi- yang begiru panjang dan kuat ini, jus_tru bisa mengherankan bahwa sel,ama unurn dasuwa.so' per-tama dalam abad ke,20 sifat prakris itu hampir dilupaLm,walaupun pada wakru ibu- juga tenLu masih terdafat be_berapa pengarang yang melanjutkin tradisi Iama.

. Bagaimanapun juga, sekarang rfilsafat moral*khusiJsnyadalam benruk etika terapan*mengalarni suatu rnasa kelayia-an. Tanpa berlebih-lebihan dapat dikatakan bahwa telunrpernah dalam sejarah eLika menclapat begitu banyak per_hatian seperti sekarang ini. Di banyak tempat di- seruruhdunia setiap tahun diadakan konlgres dan seminar tenLanry

266)67

Page 4: etika profedi

ter*pan. Ia mempergunakan prinsip-prinsip dan teori moralyang diharapkan sudah mempunyai dasar kukuh. Hasiletika terapan ridak bisa diandalkan, kecuali teori etika yangada di belakangnya berbobot dan bermutu. Kualitas etikaterapan turut ditentukan oleh kualitas teori etika yang di-pergunakannya.

$ 2. Beberapa Bidang Garapan bagi Etika Terapan

Etika terapan berbicara tentang apa? Banyak sekali topikdibahas di dalamnya. Unbuk sekedar menciptakan kejernih_an dalam kerumunan pokok pembicaraan' itu dapit kitabedakan antara dua wilayah besar yang diselidiki dalametika terapan. Etika terapan dapat menyoroti suaEu profesiatau suatu masalah. Sebagai contoh tentang etika terapanyang membahas profesi dapat disebur etika kedokteian,etika politik, etika bisnis, dan sebagainya. Di antaramasalah-masalah yang dibahas oleh eiika

-terapan dapat

disebut: penggunaan tenaga nuklir, pembuatan, pemilikandan penggunaan senjata nukJir, pencemaran lingkungan hi-du_p, diskriminasi dalam segala benruknya (ras, igami, jeniskelamin, dan lain-lain). Mendengar topik-topik ini, sudahjelaslah kiranya bahwa erika terapan dalam masyarakat mo*dern sekarang ini disibukkan dengan banyak persoalanyang penring dan mendesak,

Jika ditanyakan yang mana dari cabang-cabang etika te-

Iapan ini mendapat paiing banyak perhatian dalim zamankita sekarang, barangkali perlu disebut terutama empat ca-bang berikut ini, dua di antaranya menyangkut profesi dandua lagi mengenai masalah: etika kedokteian, etika bisnis,etika,tentang perang dan damai (termasuk di dalamnyamasalah persenjataan nuklir), dan etika lingkungan hidup.Di sini boleh dicatat lagi bahwa etika kedo"ktera"n sekarangsering dimengerti d-eqgan cara lebih luas daripada pem_bahasan pekerjaan dokter saja, sehinggu rn"n.uirp ,.*uumas.alah etis yang berkaitan dengan-[.ehidupan. bakupanlebih luas ini tercermin dalam nima-namu baru untuk'ca-bang etika terapan tersebut, seperti ,,etika biomedis, dan

"bioetika'.s Keempat macam etika terapan yang disebut raciisekarang menarik begitu banyak perhatian, karena dibidang-bidang ini berlangsung lpprkembangan yang palingpesat, sehingga terutama di situ kita berhadapan denganpersoalan-persoalan etis yang prerlu segera ditangani dand icarikan pemeca hannya,

Cara lain untuk membagikan etika terapan adalah mem-bedakan antara makroetika r.lanr mikroetjlu. Kalau begitu,makroetika membahas masalah-masalah moral pada skalabesar, artinya, masalah-masalah ini menl,angkut suatubangsa seluruhnya atau bahkan seluruh umat rnanusia,Ekonomi dan keadilan (misalnya, utang negara-negara sela-tan terhadap negara-negara uLara), lingkungan hidup, danalokasi sarana pelayanan kesehatan dapat dikemukakan se-bagai contoh masalah-rnasalah rnakroetis. Mikroerika rnerr-bicarakan pertanyaan-pertanyaarr etis di mana individur ter-libat, seperti kewajiban dokter t,arhadap pasiennya atau kc-wajiban pengacara terhadap klir:nnya (misalnya, ke.*,ajibaumengatakan yang benar, kewajiban rneny[nrpan rahasia !a-baLan, dan sebagainya). Kadang-kadang di antara makrcretika dan mikroetika disisipkan llagi jenis etika tcraprn yansketiga, yaitu mesoetika (awalan meso- bcrarhi rnadya).5 Ka-lau begitu, mesoetika menyoroti masalah-masalah et.is yangberkaitan dengan suatu kelornpok atau profesi, rnisainya,kelompok ilmuwan, profesi wartawan, dan sebagain-1.2a.

Supaya klasifikasi cabang-cabang etika terapan irri agtrklengkap, akhirnya dapat disebut lagi sebuah pernbagian lain,biarpun relevansinya sekaran6; sering ciiragukan. yangdimaksudkan adalah pembagian etika terapan ke dalam etikaindividual dan etika sosial. Di sini etika individual merurbahas

Lihat misalnya: C. Maertens e.a., Biwt&a. Relleksi Atas Masalah Etka Bio-medis, lakarla, Cramedia, 1990; Kartono Mohamad, Teknologi KedaVteran (Jan

T a nt a nganny a t erh adap B i oet iks, Ja ka rta, G ra nned i a, 1 9926C.A. ,un Peursen, Fakta, Nilai dan Peristiraa. Tentang Hubungan nntqra llmu

Pengetahuun dan Niloi, diterjemahkan oleh A. Sonny Keraf, jakarta, Gramedia,1990, hlm. 79,

210 211

Page 5: etika profedi

kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri, sedangkan eti-ka sosial memandang kewajiban manusia sebagai anggotamasyarakat. Tapi kesulitan tentang pembagian ini adilahbahwa manusia perorangan pun merupakan anggota ma-syarakat. Manusia selalu adalah makhluk sosial, sehinggatidak bisa dibedakan antara etika semata-mata individualdan eHlca yang semaba-nnata sosial, Sebagai rnasalah bagietika individual dulu sering disebuu bunuh diri, Tapi periuditegaskan, perbuatan seperti bunuh diri pun tidak meiibat-kan individu bersangkutan saja, Ini tidak pernah suatumasalah pribadi saja, karena besar sekali pengaruhnya aLaskeluarga, teman-teman, sekolah, lingkungan ke4a, dan se-bagainya. Dan rupanya fidak ada satu masalah'pun yangbisa

-dilepaskan dari konteks sosialnya, sehingga p-embagianke dalam etika individual dan etika sosial t"nitangari re-levansinya.

S 3. Etika Terapan dan Pendekatan Multidisipliner

Salah satu ciri khas etika terapan sekarang ini adalahkerja sarna erat antara etika dan ilmu-ilmu lainlEnka terap-an tidak bisa dijalankan dengan baik tanpa kerja sama ifu,karena ia harus membentuk pertimbangan tentang bidang_bidang yang sama sekali di luar keahiiannya. Kirena iiupelaksanaan etika terapan minta suatu peniekatan multi-disipliner, suatu pendekatan yang melibuikun pelbagai ilmusekaligus.

Di sini kita bisa membedakan antara pendekatan multi_disipliner dan pendekatan interdisipliner. pendekatan multi-disipliner adalah usaha pembahaian tentang tema yangsama oleh pelbagai ilmu, sehingga semua ilmu itu *"m_oerlKan_sumbangannya yang satu di samping yang lain,sekat-sekat pemisah antara ilmu-ilmu iru teta/ dipeitahan-kan. Tentu saja, sefiap ilmu akan berusaha -emteri pen_jelasaa yang dapat dipahami juga oleh ilmuwan-il*u*undari bidang lain, sehingga r.wii pembicaraan para ilmu-wan bersangkutan telah

-menyoroti tema itu daii pelbagai

segi. Tapi perspektif setiap iimu tetap dipertahankan dln

tidak rnelebur dengan perspektif-perspektif iiryiiah yang;lain. Misalnya, kita bisa rnembayangkan permbuatan [:ukutentang etika Iingkungan hidup,.di mana pelbagai ahiimemberi konhibusinya dari sudu t pandang rn;rs;ing-masing. Ada ahli biologi, ahli biokimia, atrli ekonorni, ahlimasalah kependudukan, ahli meteorologi, dan al"rli etikayang masing-masing menulis sebuah bab" Tidak tercapra!,Can tidak dimaksudkan juga suatu pandangan ter'1:a11ru.Yang dihasilkan hanyalatr pentlelkatan clari berbagai arah

{|ng dipusatkan pada tema yang sarna. Pendekatan inter-disipliner jauh lebih sulit unIuk*rlilaksanakan. irende kata*interdisipliner adalah keria sama antara beberapa ilrnr.r ten-tang tema yang sarna dengan maksud mencapai suatru pan_dangan terpadr.r" Pendekatan interdisiplin*. diJolu*kan ele-ngan cara lintas disiplin. Di sini sen-lua ilmu yang ikut sertarneninggalkan sudut pandang yang terbatasi sehinggamelebur ke dalam satu pandangan yang rnenyelu'uh. nif.uyang disusun dengan cara ini dirulis bersama-sama sjaribab..pertama sampai dengan bab terakhir, sehingga rneng_hasilkan urajan yang_ melampaui segi ilmiah rnasirig-musingq:se1ta. Sudah jelaslah kiranya bahwa perrdekain inter_disipliner seperti ini iarang ditemukan dan biasanya tianya

feyerln-a1 sebagai ideal. pendekatan rnultidisipiiner kerapkali adalah usaha yang lebih realistis dan sesungguhnya

:rd:\ cukup sulit unruk dijalankan, Menurut p",r[u"lu*rn,bagi

-banyak ilrnuwan sulit untuk rnengerti dan" bahkanmendengarkan ahli-ahli dari bidanrg ilrnia-h l;r!n. sering kalikita sudah boleh merasa puas, b;iia ada keterbukaari-saruilmu untuk ilmu lain, sarnbil rnembahas tema yang sanla.

Komisi-kornisi dari Inggris dan Amerika'SerTkat yangdisebut sebelumnya

.dala-m pasal 21, bisa dipandang sebagaicontoh usaha multidisipliner, di mana beberupu ihli

"tikuberhasil memberikan kontribusi .yang berarri. Tapi perludisadari bahwa peranan ahli etikl di*sini rnau fidak"mat*sangat terbatas, lebih terbatas daripada banyak ahli lain.Ahli etika tidak bisa berperanan sebagai pot.. yang rne_nunjukkan bagaimana persoaian harus dipecahkan utul upuyang persis harus dilakukan dalarm suatu kasus ko'krbt"

212213

Page 6: etika profedi

Lain halnya dengan ahli teknik atau ahli keuangan yangbisa mengajukan usulan untuk memecahkan suatu problemteknis atau finansial yang konkret' Kita mengundang me-reka sebagai konsultan dari luar untuk mengatasi kesulitanyang kita sendiri tidak mengerti. Tapi di bidang etika se-benarnya tidak ada yang "awam" begitu saja. Filsafat moraltidak mempgnyai monopoli dalam membahas masalah-masalah etis. Sebagai manusia kita semua adalah makhlukmoral, artinya, kita tahu tentang yang baik dan yang bu-ruk, dan keputusan moral selalu harus diambil oleh kitasendiri dan tidak pernah boleh diserahkan kepada oranglain, Ahli etika bisa membantu untuk menilai alasan-alasanyang kita pakai untuk keputusan-keputusan etis kita, tapiia tidak bisa mempersiapkan pemecahan yang melepaskansi pelaku dari tanggung jawabnya.

Peranan etika yang terbatas di tengah ilmu-ilmu lainmempunyai dua efek. Di satu pihak kita lihat bahwa etikaterapan sering dipraktekkan tanpa mengikubertakan etika-wan profesional. Kalangan iimiah yang bersangkutan sen-diri berusaha untuk mencari pemecahan yang memuaskanbagi masalah-masalah etis yang dihadapi. Antara lain haliFu sering terjadi dalam dunia kedokteran. Banyak pekerja-an di bidang etika dalanr komisi-komisi, laporan-laporanatau publikasi, dilakukan oleh dokter-dokter yang tidakmernpunyai pendidikan khusus tentang etika, Jean Bernard,biolog Prancis terkemuka dan anggota akademi ilmu penge-tahuan Prancis, menulis buku bermutu ten_tang masalah-masalah etis di bidang ilmu-ilmu biomedis./ Di tanah airkita sendiri ketua Ikatan Dokter Indonesia menulis bukutentang dampak teknologi kedokteran bagi etika.s Peme-nang Hadiah Nobel bagian ekonomi asal Belanda, ]an Tin-bergen, sepanjang hidupnya mengeluarkan banyak wakru

TJean Bernard, De laHachette, 1991.

6Kartono Mohamad,Jakarta, Crarnedia, 1992

biologie d l'ithique, Nouuesux pwuoirs de la xience, Paris,

Te*nologi Ked*teran dan Tantangannya terhadap Bioetika,

dan tenaga dalam memikirkan keadilan dalam konteks eko-nomi. Antara lain ia berusaha merumuskan sebuah modelmatematis-ekonometris untuk mengukur pemerataan pen..dapatan yang adil.e Dan pasti ada banyak contoh lain ten-tang ilmuwan yang terjun di bidang etika tanpa didam-pingi ahli etika, Di lain pihak dapat kita saksikan bahwaetika semakin terlepas dari konteks akademis yang eks-klusif dan memasuki suatu kawasan yang lebih luas;. Per-gaulan ilmiah mereka tidak terbatas padi rekan,rekan se-profesi saja. Filsafat moral tidak lagi menghuni nlenaragading seperti terjadi di masa lampau, Xetit<a beberapatahun lalu sekelompok ahli etikr Amerika berkunjung kc"Rusia, dokter-dokter Rusia heran karena efikawan ArnJrikaitu mengerti istilah-istilah kedokteran dan dapat berbicaradengan- "bahasa para dokter".l0 Supaya p"..nannyu bergunadalam kerja sama multidisipliner, memang perlu para filsufmoral keluar dari isolemen dan menjadi akrab dengan bi-dang ilmiah Iainnya,

$ 4. Pentingnya Kasuistik

Dengan kasuistik dimaksudkan usaha memecahkankasus-kasus konkret di bidang nnoral dengan menerapkanprinsip-prinsip etis yang umum. Jadi, kasuisrik ini seJalan

fgngarr maksud umum etika terapan, Tidak mengherankanbila dalam suasana etis yang menandai ,r*oi kita se-karang, timbul minat baru untuk kasuistik. Jika kita me-mandang sejarah etika, kasuistik mempunyai suatu tracjisipanjang dan kaya yang sebenarnya sudah dimulai denganpengertian Aristoteles mengenai ,etika sebagai ilmu prukris"

_ ], Tnb.rg"n, "A positive and a normative theory of income distribulion.,Rertia, ol lname and wealth, 16 (1920), hlnr. 'r21.-?i4; "Naar de meerbaarheidvan een reclrtvaardige verdelingn, De Eanombt lzt (1973), hlm. 106-121. Lihatiuga: W, l"eendertz/F. de Jong, Bekrapte inleiding tot t]e ethiek, Devenrer, VanLoghum Slaterus, 1974. hlm. 117-121,.rhobert M. Veatch. "Medical Ethics in the Soviet Union,,, Hastings CenlerReport, volume 19, number 2, Mard.t/ April 1989, hlm. 11.

214 275

Page 7: etika profedi

Kita ingat saja akan, peranan sentral yang dikrikannyakepada keutamaan phronEsis, kebijaksanaui prur.iir-yungmenunjukkan apa yang harus dilakukan kini dan di'sini,Kur:l? sifatnya prak[is, setiap uraian tentang etika densansendirinya disertai contoh-contoh mengenai siruasi r.onr.?"t.Tekanan pada contoh-contoh konkret yang sudah terrihatsejak permulaan sejarah etika itu mudah

"berkembanE kearah kasuistik' Tapi_ daram perkembangannya t asuistrf se-ring-mengalami naik turun. zaman k{uyain r..r"iriit ai-susul zaman kemunduran dan kecurigain, sarah satu-za-

Ian kejayaan adalah Abad pertengihan, ketika *.t"0.kasuistik banyak dipakai dalam teotolgi moral Kristen, khu_susnya dalam kaitan dengan praktek lengakuan aora, pun-cak

- kejayaan kasuistik berlangsung unturu pertengahan

abad, ke-16 dan pertengahan a6ad [e_12, pada waktu iruolterDrrKan banyak ,buku lenjang teologi moral yang di_dasarkan atas rnetode kasuistik. /u^un Jmas bagi Lriirtir.ini berakhir dengan agak rnendadak karenu tiitit nfuir"Pascal (1623-166i). Daiarn b"k;;t;- Surqt-surat proainsial

(1656-1557) filsuf I,rancis ini meloniarkan serangan tajam kearah.teolog-teolog yang rnenurutnya menyalahlunakan ka_suistik untuk mernperrnudah. tingkah IaLu pErmisif baft3trn8;?tllg bangsawan yang kaya-, Mulai denjqan ,"rr*'u'nr-ascat lnl kasuistik mendapat narna kurang bai-k dan .rfuplarna,dianggap- sinonim dengan *"rnrnifft; ;;; *ir;rsambil mengorbankan prinsii-prinsip etis yang p;;;il.i;'"

Dalam etika terapan sekarang iil tasuistik mendudukitempat terhormat lagi. Uraian_uiaian tentang etika terapanke.rap kali disertai Jengan pembahasa; ;;rr.lrr"i'rt"r"cabang di mana kasuii'tik *kurung pallng U."yuf.

-aipu.-

gunakan adalah etika biomedis. D;lram buku pegangan danmajalah tentang etika biomedis sudah men,iaai kJbiuraunagak umum membicarakan kasus-kasus konkret. Malah be-berapa buku diterbitkan yang diisi seluruhnya dengan pem-bahasan kasus. Yang menarik ialah bahwa praktekLsuistikini cocok sekali dengan bidang ke<lokteran itu sendiri, Ilmukedokteran juga mempunyai hadisi panjang menerapkanprinsip-prinsip ilmiahnya pada kasus-kasus klnkret. p*ng"_

llly ,,.n.on8. penyatit-penyakit pun bisa dianggap se-bagai hal abstrak yang perlu diterapkan pada kasris"fasiendengan mengikueerta-kan situasinya yang khusus. seberummenentukan diagnosis, seorang dor<ter yang baik ridak akanlupa membuat anamnesis dulu atau yang dalam bahasaInggris disebur the case history (riwayai kaiusnya), Iu uLnmengajukan- pertanya.an seperti: penyakit apu diiaap pasiensebelumnya? penyakit apa yrng p.rnrt tu4oai dalam ke_Iuarganya? akhir-akhir ini pasien'berada di tempat *unu(di daerah malaria, umpamanya)?, dan lain*lain. Baru se-sudah itu ia akan memastikan

-penyakit pasien. Juga dalam

mendidik dokter-dokter baru ataru meningkatkaX p"ng"_tahuan dan ketrampilan bagi dol<ter_doktJ. lo-u,'r".igdipergunakan metode kasus. yang: mencolok mata adalahiahwl dalam sejarah cepat sekali disadari pararerisme an-tara filsafat morar dan irmu kedokteran ini, Aristoteresja-ngan kita lupa, dia sendiri anak seorang dokter_-_+udah #_P:ypu kali menyebut paralelisme ini,luga dalarn tu.,logiKristen Abad Pertengahan berurang kari d-itekankan bahwaseorang teolog moral harus bertindak seperti ,,seorang

tabibyang berpengalaman" dalam -"ngu*rik n il*rny"u. D"_ngan demikian minat besar untur< kasuistik daram etikabiomedis tidak merupakan hal yang baru, tapi hanya meng_hidupkan kembali suatu metod. y"ong sudah rama dikenardalam ilmu dan praktek kedokteran. "

. .luu, bidang lain di mana kasuisrik sudah lama diprak_tekkan adalah hukum. D situ juga ketentuan_ketentuanyan8 umum diterapkan pada kasur;_kasus konkret. Darr dislru pun situasi khusus si klien memainkan peranan pen_

ll';ik' kitu rnelihat dalam kamus-karnus modern, ternyata masih ada sisa-sisa dari nama buruk itu. W*ster,s New Worlld Didioiry lrliif .""y"I"tsebagai salah satu arti kata "casuistry": "subtre but misreading or false reason-ing esp' about morar issues; sophisiry'', Dan daram oxlord Englistt Didiotwry(1971) antara lain diberi oenjelasan:,,iten 1or;;;;.p, originally) applied ro aquibbling or evasive way of dealing *i,n alin.,lf i ..ses of duty; sophistry,,.

276211

Page 8: etika profedi

bisa dipakai dengan lebih baik, rupanya dalam konteks inikurang relevan. Manusia di atas bulan dan manusia di atasplanet Mars seolah-olah merupakan keniscayaan yang tidakbisa diganggu gugat. Dan hal yang sama berliku untukbanyak proyek ilmiah dan teknologis lainnya,

Cambaran tentang situasi ilmu dan teknologi ini bagibanyak gr?ng barangka,li terlalu pesimistis, Tapilagi o.urigIain setidak-tidaknya ada inti kebenaran di dalimnyi. Kesu-litan yang dialami etika untuk memasuki kawasin ilmiahdan teknologis bisa memperkuat lagi kesan iru, Kita ter-ingat di sini akan pengalaman peneliti Amerika, ThomasCrissom,. ya_ng disebut pada awal Bab 2: hati nuraninyamendesak dia untuk berhenti bekerja dalam proyek pe_ngembangan senjata nuklir, tapi ia insaf juga Uat,wa tem_patnya akan diisi oleh_ orang lain, kareni_lbagaimanapunjuga-proyek itu berjalan terus. Banyak oran[ mendipatk9s-an

-bahwa proses perkembangan ilmu dan teknologi se_olah-olah kebal terhadap tuntutin eris.,e Dan meman[ U"_nar/ memperhatikan segi-segi etis tidak menjadi tugas"ilmupengetahuan sendiri, melainkan tugas manusia di balikilmu dan- teknologi, Jika kemampuin *unusia bertambahbesar berkat.kemajuan ilmiah dan teknologis, maka kebijak_sanaannya daiam menjalankan kemampuin itu harus ber-

lu3blh pula. "Apakah semua yang bisa dikerjakan ilmu danteknologi, pada kenyataannya Uotin aiXe4akin juga?,, tidakrnerupakan pertanyaan yang dapat dijawab oleh-ilmu danteknologi itu sendiri. Fertanyain ini harus dijawab olehmanusia yang berperanan sebagai ilmuwan atau teknikus.lan jglaq jawabannya adatah: tiddk. Tidak semuanya yangbisa.dilakukan dengan kemampuan irmiah aun teknoiogi!boleh dilakukan juga. Itu beiarti bahwa manusia harusmembatasi diri. Batas bagi yang boreh dan yang tidak bolehdilakukan ilmu dan teknologi iuru, ditenrukan berdasarkan

kesadaran moral ma-nusia. Akan tetapi, secara konkret siapayang akan mengambil keputusan? Organisasi profesi ilmu,wan dan teknisi yang harus menentu[an batas-batas moralttu, abau negara, atau masyarakat internasional? ,\tau ke-pufusan moral sebaiknya diserahkan kepacla ilmuwan danteknikus masing-masing? Kita mulai menyadari bahwa da-lam menangani masalih-masalah moral yang ditimbulkanoleh..qerkgmbangan ilmu dan teknologi,

"indj-vidu-individu

sendiri ridak berdaya, Masalah-masalih eris yang begitu

P:.1,.m1mint3 penanganan lebih menyeluruh, DalJnr prak-tek kita lihai bahwa masalah-masarah Ltis y.ng ditimburkairoleh ilmu dan teknologi .ditangani clengan cira yang ber_beda-beda. Masalah-malarah dit,idang hmr"r-ilmu'bicined isbiasanya ditangani oleh seriap negara, setelah dirnintr advi:;dari suatu komisi ahli (fertirisorl i, aitro d,an repr,cruk siartifisial pada umumnya, h.ansp,lantasi organ tuLrul-,, gL.,perimen dengan manusia, dan liain_lain). N4asalah_masalahpersenjataan nuklir dan kimia di.rsahakan untul< diatrrr mr.r-lalu i perjanjian-perja njia n intern,asionar, rr.4asa ra rr - rn;sa ra irlingkungan hidup baru. mulai dipikirkan: ada usah;r paclataraf_ nasional, regiona,l. dan malah globai, tapi h,,silnyarnasih jauh dari yang diharapkan. Biarpun perharian untuksegi etis perkembangan iin"lu dan teknol.,p;i *.*0n11 a.1a,namyn usaha pemikiran etis [<etinggalan

-iauh clari usah;r

untuk mernacu ilmu dan teknoh:gi.'-Jika kita Iihat iretapabanyak dana, tenaga dan perhatiair jikerahlcan untuk mt,-nguasai

-daya-daya alam melalui ilmu dan tekncilogi, periukita akui bahwa hanya sedikit sekari dirakukan n,n'i"pl *"refleksikan serta mengembangka. kualitas etis dari Lrsaha-usaha raksasa itu. siruasi di univr:nsitas-unir,zersitas dan ins-titr-lt-institut penelitian lainnya mencerrninkan keadaan ini;il*y d1: teknologi digalakkin dengan cara rnengagumkan,tapi sedikit sekali- perhatian diberikin kepada st,Idl"*"ng*nai masalah-masalah etisnya.2o

1k. Stuigl"d"r ,'The problems ofPohier, Elhics in the Natural Scimes,19E9, hlm. 79.

Applied Ethics", dalam: D. Mieth and J.(Concilium), Edinburgh, T.& T, Clark Ltd.,

290

'0S, Pfti.tn"r, ,'The Responsibilities of Sciencer AnEthics", dalarn D. Mieth and j. pohier, op.crf., hlm.

Approach to Professionai66, Pengarang Jerman ini

291

Page 9: etika profedi

itulah ia berjumpa dengan nilai-nilai moral. Ilmu dan tekno-logi. bergumul dengan pertanyaan',bagaimana" (bagaimanastruktur materi, bagaimana caranya membuat *uri-n mobilyang irit bahan bakar, dan banyak sekari lagi). Teori ilmiahdan penerapannya dalam teknik memberi yawaban atas per-tanyaan itu. Tapi di samping itu masih ada pertanyuun_pu.tanyaan lain, misalnya, pertanyaan yang sangit p"nting, yuitu'untuk apa?'. Dan sebenarnya pertanyian tErakhi, inirl.urukronologis tidak terpisah dari yang pertama. Konon, ketikaseorang ilmuwan Amerika yang ikut ierta dalam ,'Manhattan

IIE:.1_-f1o,rek l:l^g -"lgembangkan bom atom til;"pada awar tahun 1940-anditanyakan tentang implikisi Iebihlanjut dari proyek ilmiah jtu, ia menjawab: Afier oil, it ;, ,upnb

V{trii:;??trlffi:riig?;,;:t}+,Yxm',:,x',"'*:;P,"T:d,.,meljnggalkan Iingkup perta"nyaan,,bagaimana?,,.I\amun ctemikian, pada kenyataannya pekerjaannya tidakbisa dilef'a-skan dari yang teq;di be#rapa *uktu kemudiandi kota Hiroshima dari Nagasaki. Selarna ilmuwan bisa

l_T:.::t diri pada pertanyian "bagaimana?,,, mungkin iananya mencari kebenaran murni. Tapi secara konkr"et per_tanyaan ini dibarengi pertanyaan ',untuk apa?,, Hal it" Jka-rang jauh Iebih jelas daripada pada awal perkembangu;li;,modern. Dalam situasi.kita, kemampuan rnanusia ying tam_pak dalam ilmu dan.teknologi berta'utan erat dengin klUut_:: :YT_T1 d an pot i tik/ mi [ter. Sa lah sa tu a lasa ri r.rp"n tingaoalan.bahwa penelitian ilmiah yang amat terspesialisasi ituT..ni.qi usaha yang sematin mahai. Ilmuwan dengan cita_cita paling luhur pun ridak bisa berbuat banya( f.ui'ou UJof.tersedia dana yang sangat dibutuhkan. ,,Hampir,"rrir. if.*_wan adalah.?_.ang yang dari segi ekonomi tid;k bebas,, sudahqrKarakan Albert Einstein.t, yang membiayai penelitian il-miah tentu sudah mempunyai miksud dan'harupu" i.il;;.Karena keadaan itu di zaman kita sekarang puikembangun

ilmu dan teknologi hampir tidak bisa dipisahkan lagi darikepentingan bisnis dan politik/m;liter.

3. Teknologi yang Tak Terkendali?

Dalam refleksi filosofis tentang situasi zarnan kiia sudahbeberapa kali dikemukakan bahvia perkembangan ilmr-r danteknologi merupakan proses yang seakan-akari berlangsungsecara otomatis, tak tergantung dari kemauan manusra. Ke_adaan ini bisa mengherinkan, karena teknik sebenarnva di_mulai untuk membentuk manusia. Fungsinya pada dasarnyabersifat instrumental, artinya, **.,y"diukan alat-alat bagrmanusia. Teknik mula.-mutra. dianggap memperpanjang fungsi_fungsi tubuh manusia: kaL, (aiat-alat transportasi), tanga.(mesin-mesin, alat-alat besar), mata (film, ierevisij, teriirga(radio,- telepon) sampai dengan otak (komputer).

'TaF,i apa

yang- dirancang sebagai sarana yang memrr,,gkir.,ku,,., m..,nusiauntuk memperluas

-penguasaannya terhadai dunia ter-nyatamenjadi sukar untuk dikuasai senctiri, marair kadang-kadangtidak bisa dikuasai. Martin Heidegger (7889*19z6), rits,,t je.-man yang dalam hal ini barangkali memplrnyai p.rncl,rnganpaling ekstrem, berpendapat bihr.r,a teknik vang'diciptalanmanusia untuk menguasai dr_rnia, sekarang mula] _ur_,gruru,manusia sendiri.l8 Kesan bahwa p,roses ilm, dan tekiiorogiberkembang otomatis tampaknya slring kari berarasan. ](etik.rastronaut Amerika, Neil Amstrong, sebagai mannsia pertamamenginjakkan kakinya pada pernrukaan br.rlan tanggal Z0Juli 7969, hal ifu merupakan suatu proses yang /r,rrrr.s"i,irl.,tl,walaupun tidak ada orang yang taliu persi.s niaksr_rcirrv,r apa.Sekarang manusia akan menuiu le planet lain, khurs.,s,ryn M'n.,atau Venus. Hal itu merupakan p.ore, y.rng scolair ()1.,h lakterhindarkan. Pertanyaan tentang tujr-rar-rnya apa clar-r aIi,rkarrdana raksasa yang ditanamkan clalam proyek seperti itrr trclak

-^_ITDikrtip oleh E.F. Schumacher, Kecil ltu Indah, Jakarta, Lp3ES, 1979, hlm.135. r8Bandingkan K Bertens,.Fitsafat I)orat KorLtent1torer, JiJirl r(r.gg.s,rt,rnirn)Jakarta, Gramedia pustaka Utarna, c.,taka. ke_,t, lfl,2, hlnr .17()-l7l

288

Page 10: etika profedi

kan di atas kota Hiroshima tanggal 6 Agustus 1945 dantiga hari kemudian di atas kota Nagasaki. Pada ketika itusegera disadari akibat-akibat dahsyat dari kemampuan ma-nusia melalui penguasaan fisika nuklir, Dengan adanyabom nuklir ini ternyata manusia memiliki kemungkinanyang mengerikan untuk memusnahkan kehidupan di se-luruh bumi. UnEuk kedua kalinya kesadaran yang samamenyatakan diri ketika sekitar tahun 1960-an mulai dikenaldan diinsafi dengan jelas masalah ekologi dan lingkunganhidup, Bukan saja bom nukJir, melainkan juga perusakandan pencemaran lingkungan hidup merupakan ancamanbesar bagi kehidupan di planet kita, penggunaan teicnologitanpa batas dalam industri modern- akhirnya membahayi-kan kelangsungan hidup itu sendiri. yang dibawakan oiehilmu dan teknologi modern bukan saja [emajuan, melain-kan juga kemunduran, bahkan kehancuran, jika manusiatidak segera tahu membatasi diri. Dengan demikian adanyapersenjataan nuklir dan perlunya kelestarian lingkunganhidup menghadapi manusia dengan tanggung jawabiyadan karena ibu menjadi masalah-masalah etiJ.

2, Masalah Bebas Nilai

Dari yang dikatakan tadi kiranya sudah jelas bahwa kamimelihat.hubungan Iangsung antara ilmu dan pertimbanganmoratr. Ilrnu dan moral tida.k merupakan dua kawasu., yangsama sekali asing yang satu terhadap yang lain, tapi'adatitik ternu di antaranya. Pada saat-sait iertenru dalarn per-kembangannya ilmu dan teknologi bertemu dengan moral.Dengan itu kami sebenarnya sudah menjawab pertanyaantentang lyb.ungan antara ilmu dan nilai-nilai moral yangdikenal lebih baik dalam bentuk "apakah ilmr.r itu bebainilai?".16 Atas pertanyaan ini sekaran[ agak umurn dijawat

l6Suatu uraian singkat dan jelas tentang masalah iniSudarminta, 'Dimensi Etis Pendidikan Keiimuan',, Basigno. 1, hlm, 2-25, khususnya hlm. I-13.

bahwa ilmu tidak asing terhadap nilai dan rialam artr ittrilmu tidak bebas niiai. Dulu banl,ak ilmuwan merasi'i scganmengakui bahwa ilmu itu tidak bebas nilai, karena rncrekamengkhawatrrkan dengan itu otonorrLj ihnr-r pengetafrr.ran ,rkandirongrong. Tapi kekhawatiran seperti itr-r titlak beral;rsan.Metode ilmu pengetahuan memang otonom dan tidak bolel-rdicampuri oleh pihak lain, entah itu terjadi atrs nornra rril.rimoral, nilai keagamaan, pertimbangan nasional, atar.r alasar"rapa pun juga. Dalam hal ini kita sudah cukup beiajar darisejarah, Kita ingat saja akan "perkara Galilei" yang teqadidalam abad ke-17. Tahun 1633 Gereja Katolik memaksa ilmu-wan Italia, Galileo Galilei, untuk rnenarik kernbali teorinyabahwa bumi mengelilingi matahari. dan ticlak sebali]<nva(heliosentrisme), yang dinilai bertentangan dengan Kitab SuciKristen. Campur tangan agama dalam metode ilmiah tidaksaja merugikan ilmu, iapi merugikan juga agama itu sen-diri, karena kredibilitasnya bisa berkurang. Dalam abad ke-20masih terjadi kasus yang sejenis di Uni Sovret. Ahli biologidan genetika, T.D. Lysenko, berhasil meyakirrkan pemerin-tah Stalin bahwa teori genetika Mendel yang tradisional itubersifat anti-Marxistis dan bahwa teorinya sendiri sesuai de-ngan ajaran komunis dan akan memungkinkan loncatan rnajudi bidang pertanian, Di kemudian hari terbentuk pend apatumum dalam kalangan ilmiah bahwa teori Lysenko itu tidakbenar. Tapi Stalin memenangkan Lysenko dan para pengi-kutnya, sedangkan ilmuwan-ilmuwan yang tidak sependapatdisingkirkan. Ahli genetika terkemuka, N.I. Vavilov, r,angsampai berani mengkritik teori Lys;enko, meninggal dalarnkamp konsentrasi sebagai "martir" demi ilmu pengetahuanyang otonom.

Bahwa ilmu adalah otonom dalam mengembangkan metodedan prosedurnya, kini bisa diterima tanpa keberatan apapun. Tidak ada instansi lain yang berhak menyensor atarrmemerintahkan penelitian ilmiah, "I(ami mencari kebenarandan bukan sesuatu yang 1ain" sudah lama menjadi semboyanuntuk banyak ilmuwan. Akan tetapi, ilmu dan teruiamateknologi-sebagai penerapan ilmu ieoretis-tercantum jugadalam suatu konteks lebih luas. Darr terutama karena alasan

dapat dibaca pada: J.

Januari, 1989, vol, 3E,

286 /.6 /

Page 11: etika profedi

$ 5. Etika di Depan IImu dan Teknologi

Di antara faktor-faktor yang mengakibatkan suasana etisdi zaman kita sekarang, perkembarigan pesat dan menak_

i*,fT ,O' bidang itmu dan teknoiogi pasti mempunyaiI(ecrudukan penting._Dengan "irmu" di sini terutama li*ir.-sudkan ilmu aram. Dan dengan "teknorogi" di*"ng".ri"D"-nerapan ilmu alam yang mernungkinkai r.itu mEng;aluidan memanfaatkan dayi_daya alim. Di antara *"l"f"n_masarah etis berat yang dihadapi sekarapg ini tidak sedikitberasal dari hasil-kadang_kadang spektakuler_yans di_capai ilmu dan teknologi modern', OiUanai"gk ri l""n*ungenerasi-generasi sebelumnya, perkembangon" ir;iuh-'Eunteknologis iru mengubah binyak sekati dila* hiJ;p ;._nusia, antara Iain juga menyajikan masalah_masalah erisyang .tidak pernah terduga ,Lb"lr*nyu. Tenru saia, tooikyang begitu luas dan rumit tidak mun[r.in Jiuroit

"'n'oiln,dengan lelqkap dan.menurut segala Ispeknya. Kita harusmembatasi diri pada beberapa catatan saja.

1. Ambiualensi Kemajuon llmiah

,. P"r?Tr-.tama perlu kita sadari bahwa kemajuan yangdicapai berkat ilmu dan teknologi bersifat ambivalen, urtinyu,di samping banyakakibat posif,f terdapat juga akibat-akjbat

negatif. Tidak bisa disangkal, berkat adanya ilmu dan tekno-

l:t::l:' 1 T..*,ry'?l ef, ba nya k r.".n, a u n on d." k";;;; ;;yang ctutu malah tidak.d-iimpikan. Kita ingat saja uf.un ,furi_

li tas.transportasi d an,telekomu n ikasi ya ng sanga t mem uda h_kan komunikasi basi banyak sekali oringlConth y."g htlkalah, p"nllg adiah risiritas-fe;;;;., kesehatan yansmelbu3t hidup kita lebih Uerkualitas dr^ ;k;; ;,j;;:meningkatka n umu r,ha rapa n lid up (life expectaneV) f"f "rn."i3::.1_1p: yrig.-dikatakan rirrri ain saskawan rnggris,bertra nd Russell (lB7Z_1920): "perbaikan dala m bid. "g

??;;_lrlon itu sendiri sudah .r'kup ,n*X'*"*buat zaman inilebih disenangi dibandi.,g *uttr-*ukiu sebelu-"y;;; ki;kadang kaia masih menjadi obyek nostalgia sementaraorang, Secara keselu.rha.,,'-*a,-,rart sayat zaman ini ditandai

oleh perbaikan dan kemajr-r;rn derlam sc-gara hal rlib,rncli.gdengan sebelumnya, kecr-rali bagi yang c1u,l,-,nya sr-rdalr kitr,,rdan memiliki hak-hak istimew,r .,,'y",it ierLr.airr.i lr.r-r ,nrb,rlld:.g?". kemungkinan-kemungkirLan iimiah ciarr tckr.ologisini adalah kemampuan mannsia. Filsr,rf Inggris, Frar-r, is Ba_con (1561-1623) sudah menyadari asperk p",iti,,rg i.i der-rga.menekankan bahwa knouled ;7e i s pou,i r, per-igetai-rr-,a,r,, cl a ia j-,

kr-tasa Tidak Iama kemr-rdiarr filsLrf I)rancis, Re.e Dt::.i:i,rr.tt,s(1596-1650), menr-rlis br-rkr-r kecir e1i nrana ia mengur-.rr<arr P;r,,dangarrrLya tentang meteide ilmlr b.trr_r ).ang serl;rng ber:tLrrriL,,lrlritt-r da^ pada akhir br-ikr_rnya ia mr:ngr_rc.rpka^ k.yakrr-i.rrrr'abahwa dengan demikiarr uimat rnanr-iri. irir.., ,1er)r.itli ,i,irlr.,,set possesseurs de ln natw.c, "pengLlasil clrt. per-,rlik ,rlartr

Mula-mula perkembangan ilmiah dan teknologi itu di,nilai sebagai kemajuan belaka. Orang hanya melih.it ke-mungkinan-kemungkinan baru yang terbuka luas bagi ma-nusia. Pandangan optimistis itu br:rlangsung terus dan mencapai puncaknya dalam abad kr:-19. Ilmu dan tek,rologrdianggap sebagai kunci unfuk memecahkan semua kesulit-an yang mengganggu umat manusia, Kepercayaan akankemajuan itu menjadi kentara seklli dalam pemikiran iilsufPrancis, Auguste Comte (1798*18,.t7), yung memandar\F, za-man ilmiah-yang disebutnya "zaman positif,'-sebagarpuncak dan titik akhir seluruh sejarah. pandangan yangbegrtu optimistis kini tampaknya agak naif. Kita sekarangini jauh lebih modesf dalam menilai ilmu dan teknologi. Kitamenginsafi ambivalensi seluruh proses ilmiah-teknrtlogisitu: ada segi positif tapi ada juga segi negatif. Di sarnpingkemajuan Iuar biasa, ditimbulkan iuga banyak problem dankesulitan baru. Dan tidak bisa dipungkiri, problem dankesulitan ini sering mempunyai konotasi etis. KesaCaranakan aspek-aspek negatif yang merlekat pada ilrnu dan tek-nologi mungkin belum pernah dirrasakan begtu jelas danmeyakinkan seperti pada saat bom atom peitam, diyatuh_

lfuertrand Russell,oleh Irwanto dan R.H.

Dampak llmu Pengetahuan Atas Masyarakat, diterpnrahkanImam, Jakarta, Cramedia, 1992, 111s.,. 44.

2U285

Page 12: etika profedi

hal ini pasien mudah dirugikan, karena obat yang satu ituagaknya lebih mahal dari obat lain, obat generilg um-pamanya. Kesulitan_ moral seperti itu dan keresahan yangdiakibatkannya dalam masyarakat bisa diatasi denganmembuat kode etih yang berlaku bagi profesi dokter, bagiindustri farmasi, atau bagi keduanya. Dalam kasus-kasrlsserupa itu kode etik sudah sering membuktikan kegunaan_nya dalam memberi arah moral yang betul kepada profesidan menjamin kepercayaan masyarakat.

Supaya dapat berfungsi dengan semestinya, salah satusyarar mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat olehprofesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif, kalau didropbegftu saja dari atas-dari instansi pemerintah atau instansilain*, karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalarn kaiangan profesi itu sendiri. Instan-si dari luar bisa menganjurkan mernbuat kode etik danbarangkali bisa mernbanbu jugu dalam rnerumuskannya,tapi pernbuatan itu sendiri harus dirakukan oleh proiesibersangkutan" Supaya bisa berfungs! dengan baik, koie eHkharus rnenjadi hasil sel/*r egwtatiin (pengaturan diri) dariprofesi. Dengan membuat kode etik, prifesi sendiri akanrnenetapkan hitarn atas putih niatnya untuk mewujudkannilai-nilai rnora! yang dianggapnya hakiki. Hal iru tidakp"r.nLh bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yangberisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh p*r"Jiitu sendiri bisa nnendarahdaging dengannya dan menjaditurnpuan harapan unbuk diiaksanakan ,iugi dengan tetundan konsekuen.

- syarat iain yang harus dipenuhi agar kode etik berhasirdengan baik adalah bahwa pelaksanaannya dlawasi terus_menerus, Pada um-u_mnya kode etik akan mengandungsanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode". KasuJ-kasus pelanggaran akan diniiai dan ditindak oleh suatu"dewan kehormatan" atau komisi yang dibentuk khususuntuk itu. Karena tujuannya adalah mencegah terjadinyaperilaku yang tidak eris, sering kali kode etiktrisikan yugaketentuan bahwa profesional berkewajiban melapor, 'biiaketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan ini

merupakan akibat logis dari self-regula{on yang terwr:juddalam kode etik seperti kode ihr berasal dari niat p,rofesimengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan ke-sediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pe-langgar. Namun demikian, dalam praktek sehari-hari kon-trol ini kerap kali tidak berjalan dengan mulus. Karena rasasolidaritas tertanam kuat dalam anggota-anggota profesi,seorang profesional mudah merasa segan melapork;n se-jawat yang melanggar.l{ Tetapi clengan perilaku serracarnitu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas etika profesidan sebetulnya maksud kode etik dengan itu tidak tercapai.Sebab, maksudnya adalah rnenempatkan etika profcsi diatas segala pertimbangan lain.

Sebagai contoh profesl !ang mrernpurryai kebiasaan nre-nyusun kode etik dapat disebut: dokten, perawat, pebugaspelayanan kesehatan lainnya, pengacara/ wartawan/ irisi-nyur, akuntan, perusahaan periklanan, dan lain-lain. Suattrgejala agak baru adalah bahwa sekarang ini bukan sajaprofesi, tapi juga perusahaan-perusahaan cenderul.rg "nem-buat kode etik sendiri. Rasanya, dengan itu mereka inginrnemamerkan mutu etisnya dan seGligus menlngkatf,nrkredibilitasnya. Surat kabar Amerika terlcenal, The Washing-ton Post, yang antara lain mendapat nama karena rrrulairnennbongkar "the Watergate affair" yang aktrirnya memak-sa Presiden Nixon mengundurkrn rJiii, mem6uat suatrLrkode etik terkenal yang berlaku khusus untuk karyawansurat kabar itu. Banyak perusahaan lain, khususnya diAmerika Serikat, rnenyusun kode etik sendiri, su*pri-ru*_pai bisa timbul kesan bahwa pernrilikan kode efik menjadlsemacam rno!e saja, sama seperti rmerniliki logo atau pakai*an seragam. Biarpun bahaya rnode itu memang ada, namunypaya memiliki kode etik bisa sungguh-sungguh menunjuk_kan mutu etis suatu perusahaan din tarena*itu pada prin_sipnya patut dinilai positif.

rhlark S, Frankel, 'Professional Codes: \{hy, How,pacl?n, Jwrnal of Busines Elnirs, E(1989), hlm. it13*I14.

282 283

and with What lrn

Page 13: etika profedi

ral suatu kelompok khusus daram masyarakat merarui ke-tentuan-ketentuan. tertulis yang diharrp-kon akan dipegangteguh 'oleh seruruh kerompok lru, sara'h saru contoh'i3*uadalah 'sumpah Hippokrates-' {alg bisa dipandung ,Juguikode etik perrama unruk profesi aJkter. HippokratEs J"Lndokter Yunani kuno yang digelari "bapa iimu tuAotturon,dan hidup daram abad ki-S i,M, Munurut ahri-ahri seiarahb.lu,T. tenru sumpih iii merupakan buah pena Hi;p;G;.,sendiri, tapi setidak-tida-knya berasar dari'karang.ri *"rra-muridnya dan menerr:Fn semangat profesionil yung'Oi_wariskan dari dokter yunani ini."Walaupun *"i.,fulnyuiriwayat eksistensi yang sudah pinjung, narnrn belrm p,e._nah dalam sejarah kode etik menjadi f!no*"nu yong U"!i,,banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti se_karang ini. Jika sungguh bena*u.nun-kit, diwarnii ,uuru-na etis yang khusus, salah satu buktinya adalah p.rrnundan dampak kode-kode etik ini.

Profesi adalah suatu moral community (masyarak_at moral)yang memiliki cita-cita dan nilai-nila"i tersirr,a.,, M";;1"yang membentuk suatu profesi disatukan juga t rr.nu -tutu,

bef.uls pendidikan yang sama dan bersima_sama me_*iJi! keahtian yang tertui.rp bagi orang lain. Dengin Je-mikian profesi menJadi ,rur, t"Lrnpok"yrng *ffir"y.ikekuasaan tersendirl dan karena iru mempunyai tanggungjawab khusus. Karena memiliki monopoli'atas suatu"["uh-lian tertentu, selalu ada bahaya prof*ii menutup diri baeiorang dari luar dan menjadi- suiru kalangan yunj ,rti,ditembus..Bagi klien yang mempergunakan".lrru pro?r;-;tentu keadaan seperfi itu dapai mingakibatkan kecrrieaan,f:g:,^]1:Fan ia..dipermainkan. Kode etik dapat *.nlirn_:ilql_,r.gi negarif profesi ini. Dengan adanya kode "etik

I:ffr:il1in ma.syarakat akan suatu profesi dapat diper-Kuat, karena setiap klien mempunyai kepastian Lahwa.ke-pentingannya akan terjamin, foae etit< idarat k".p;; il;;

_, __'tr,, F. .

Ca merr isch, Grou nding pro!*sionalNew York" I-Iaven publications,

19E-3, il_. $,

menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekrligusjuga menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakit.

Dalam konteks ini etika terapanr memegang p.ronon p.n_ting. Kode etik bisa dilihat sebagai produk-erika terapan,sebab dihasilkan berkat p.n.roprn, pemikiran etis atas suatuwilayah tertenLu, yaitu profesi. Tapi setelah kode etik ada,pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak mr..nggan_tikan pemikiran etis, tapi sebalikn,ya selalu didampingi'of"nrefieksi etis. I(ode etik yang sr.L,Ca5 .,.1 ,, ser,r,aktr,r_r.,,rktLrharr-rs dinilai kembali dari, jiha perlr_r, c1ire'isi .l.trdisesr,raikan. Hal itr-r bisa me.cre,sak'karer-r,r srtLrasi varrrberubah. Dalam dekade-dekade terakhir ini rrmbulnva konr-p.uterisasi, misalnya, bagi banyak profesi menciptakan suatusituasi baru Iang menimbulkan implikasi-implikasi erisyang baru pula. Kode etik bisa qliubih juga_atau dibuatbaru, jika sebelumnya tidak ada-, setelah rc4oai pcnyalah_gunaan yang meresahkan masyararkat dan membingungkanprofesi itu sendiri, Ini terbukii suatu.oro o*pri ui.,trkmemulihkan kembali kepercayaan masyarakat ying scdangtergoncang. Sebuah contoh konkret dapat menlelasLn nnak_sudnya. Akhir-akhir ini di beberapa negara hubungan an_tara para dokter dan indusffi farrnasi diatur dengJn kodeetik. Hal iru.dianggap perlu, setelah dalam rangka"promoslobat-obatan indushi farmasi mulai memberika,i hodiot k"-pada dokter (berupa tiket pesawat, personal com1-twter, dansebagainya), bila ia mencanLumkan obat tertentu dalamresep-resep yang ditulisnya bagi pasiennya. Dari sudut ebis,p.raktek seperti itu patut dirafukrn. Sebab, di satu pihak,jika. mau berobat, pasien terganrung pada dokte. yrni *"-nulis resep, Pasien sendiri ridak tafiu-menahrr teniang'obatdan seluk-beluknya' Bagi dia tidar< ada jaran rain daipadamenyerahkan diri sepenuhnya kepada dokter yang me-rupakan profesional di bidang ini. Di lain pihak, justiu atasdasar profesinya dokter harui mengambil'kuprirsrn__j;;,dalam menulis resep--6emata-mati demi kepentingan' p"a-sien dan bukan karena kepentingan rain, Adarah tid-ak etis,jika dokter mengambil. keputusan rremi keunrungan pribadiyang diperolehnya melalui industrl farmasi. Apaiagi,' dalam

280

Ethics in a Pluralixic Srciety,

281

Page 14: etika profedi

ting. Dalam konteks kehakiman sering dibicarakan tentangfaktor-faktor yang meringankan atau memberatkan.

Suatu wilayah yang masih agak baru bagi kasuistik ada-lah etika bisnis, seperti cabang etika terapan itu sendirimasih sesuaru yang baru. Dalam buku pegangan tentangetika bisnis kini tak urung akan ditemukan juga pem-bahasan kasus, Hal ini sejalan dengan ilmu manajemenmodern yang juga banyak dipraktekkan dengan menga-nalisis kasus-kasus konkret, terutama di Amerika Serikat.Tendensi dalam etika terapan sekarang ini rupanya sesuaidengan orientasi dalam ilmu manajemen modern, sehinggahampir diam-diam kasuistik memasuki etika bisnis juga.

Mengapa kasuistik bisa menjadi cara yang begitu populeruntuk menangani masalah-masalah moral? Karena ternyatakasuistik diakui sebagai metode yang efisien unLuk men-capai kesepakatan di bidang moral. Jika orang berangkatdari teori, jauh lebih sulit untuk sampai pada kesepakatanseperti itu, Demikian juga pengalaman dua filsut Albert R.Jonsen dan Stephen Toulmin yang ikut serta dalam peker-jaan komisi Amerika yang meninjau kembali peraturan ten-tang keikutsertaan manusia dalam penelitian ilmiah, Na-tional Commission t'or the Protection oJ Lluman Subjects ofBiomedical snd Behauioral Research, yang sudah disebut se-belumnya, Dalam komisi itu mereka berperanan masing-masing sebagai anggota dan sebagai konsultan. Mereka me-rasa heran mengapa 11 anggota komisi itu dapat mencapaikesepakatan besar tentang rnasalah-masalah etis yang berat,walaupun berasal dari latar belakang teoretis dan ideologisyang sangat berbeda. Usulan-usulan mereka dalam laporanakhir sama sekali tidak didasarkan atas uoting 6 lawan S

suara/ sebagaimana sebelumnya dikhawatirkan akan terjadi.Anggota-anggota komisi mencapai persetujuan karena da-lam melaksanakan tugasnya mereka mulai dengan meman-dang kasus-kasus konkret. Pengalaman menunjukkan bah-wa mereka semua mudah mencapai persetujuan, jika ber-tolak dari kasus, sedangkan tentang prinsip-prinsip etispeleka masing-masing mempunyai pendapat yang cukupberbeda. Pengalaman pribadi kedua filsuf ini men.ladi ataj-

an untuk menulis sebuah studi bagus tentang kasuisHksebagai metode penalaran moral.i2

Kasuistik begitu menarik karena mengungkapkan sesuatutentang kekhususan aqgumentasi dalam etika. Fenalaranmglal ternyata berbeda dengan penalaran rnatematis yangselalu dilakukan dengan cara yang sama, kapan sa.ia rJan dimana saja, tak terpengaruh ok:h faktor-fakton dari luan.Dalarn ilmu,ilmu empiris, khususnya ilmu alam, pada priur-

:ipnyl juga demikian, walaupun tidak rnerupifu^ itm*folnal seperti matematika, Tapi penalaran moial rriempu-nyai sifat lain. Sifat penalaran morai itu menunjukkan dua

l ul. pi sa_tu pihak kasuistik rnengandaikan secara irnplisrtbahwa relativisme moral tidak bisa dipertahankan. Sean-dainya setiap kasus rnempunyai nkebenaran erisn sendiri,maka tidak akan dibutuhkan kasuistik lagi. Kasuistrk tirn-bul karena ada keyakinan bahrara prinsip-prirnsip eiis ber"sifat umum dan tidak relatif sajia terhadap suatrrr keadaarrkonkret. Di lain pihak prinslp-prinsip eris juga ridark ber.-sifat absolut begitu saja, sehingga tidak bisa ciiterapkaur

Fnpu memperhatikan situasi konkret. Sebagairnana ;rrti se-buah kata atau kalimat bisa berrubah karena kontr,ksrrya,demikian juga sifat-si[at suatu ,rnasalah eLis bisa b,:rubahkarena situasi khusus yang menandai kasusnya. yang cii-sebu t dalam ba hasa Inggris circwmst qnces (fa ktor- fa ktor"spe_sifik yang menandai suafu sih.rasi terten tu) bi-ca sangatmempengaruhi penilaian terhadap suatu kasus. Tt,rnyitasemua kasus tidak sama dan keridaksamaan ini perlu di_perhifungkan juga, iika ldta ingin mernbeni penilai,ln etistentang suabu kasus konkret.

$ 5. Kode Etik Frofesi

Kode etik sebetuhlya tidak nrerupakan hal yang banr.Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah iaiu rno.

l2Alburt R' lonsen and stephen Tourmin, 'fhe ALruse ol ctsuisrry. A r!istory rLJ'

Moral Reasoning, Berkeley/Los Angeles, Universiry of California press, 19gg,

278219

Page 15: etika profedi

5. Apakah maksudnya, jika dikatakan bahwa kemajuan yangdicapai berkat ilmu dan teknologi bersifat ambivalen?Bagaimana ambivalensi ini tampak?Jika kita membiarkan pertimbangan moralwilayah ilmu dan teknologi, apakah itu tidakngorbankan otonomi ilmu pengetahuan?Bagaimana metode eiika terapan?

DAFTAR PUSTAKA

B. ALMOND/D. HILL (eds,), Applied Philosophy, London/NervYork, Routiedge, 1991.

ARiSTOTLE, The Politics, translated by T. A. Srnclair, Harmonds-worth, Penguin Books, 1974.

ARTISTOTLE, The I'licomachean Ethics, translatecl by David lloss,Oxford/New York, Oxford University Prcss, 1990.

T.L. BEAUCHAMP, Philosophical Et)ic:;, New York, McGrarr.-Hill,7982,

T. BEAUCHAMP/]. CHILDRESS, Pnnciples of Brontedicnl Uthtcs,New York/Oxford, Oxford University Press, secontl edr-tion, 1983.

J. BERNARD, De la biologie h l'dtltique. Nonueaux pttuuoirs tle lascience, Paris, Hachette, 1991.

K. BERTENS, Filsafat Bsrat Konterfips:"sy, lilid I (lnggris-lermarr),Jakarta, Gramedia Pustaka' Utama, cetakan ke-4, 2Oi)2.

K. BERTENS, Filsat'at Barat Kontenlporer, ]ilid II, (I,rancis), Jararta,Gramedia Pustaka Utama, cetakan ke-4, 2006

K. BERTENS, Sejarah Filsafat Yunant, Yogyakarta, cetakan i<.e-20,2005.

K. BERTENS (Editor dan Penerjernah ), psikonnnlisrs Sr,1 rrrrtrrlFreud, Jakarta, Cramedia Pustaka Utama, 2006.

J. DEMARCO/R. FOX, (eds.), New Directiorts in Ethtcs, tlrt: l-.ltLtl-lenge of Applied Ethics, Nelr, York/London, Rolrtleclse Er

Kegan Paul, 1986,R. DUSKA/M, WHELAN, Perkernbnttgan Mornl, Pttrkennlnn ti,:n{ttrt

Ptaget. dan Kohlberg, diterjemahkarr olel-r l)wija Atmirka,Yogyakarta, Kanisius, 1982,

J, FEINBERG, Social PhiloshoVl, Errglewood Clitfs, Ner,r, jrrrsr\,,Prentice-Hall, 1973

], FINNIS, Fundqmentols of Ethics, War;hu-rgton D C., Ceorge iownUniversity Press, 1983,

PH. FOOT, Virtues ciltd Vices, Oxford,, Basil Blackwell, 197ii.

memasukiberarti me-

304 305

Page 16: etika profedi

Sikap awal, informasi/ norma-norma etis dan penyusunanIogis adalah empat unsur paling penting yang membentuketika terapan. Diskusi yang berlangsung dalam etika terap-an dimungkinkan sebagai buah hasil kerja sama dan inter-aksi antara empat unsur itu, Dengan demikian etikaterapan dapat membantu untuk mengangkat pertimbangandan keputusan moral kita dari suatu taraf subyektif sJrtaemosional ke suatu taraf yang obyektif dan rasibnal, Irulahyang diharapkan dari etika.terapan sebagai ilmu. Memangbenar, dalam hidup moral kita emosi m6mainkan pcrananyang tidak boleh diremehkan. Mengapa? Karena keyakinan-keyakinan moral kita-nirai-nirai "din

norma-norma etisyang Jcita pegang--berkaitan dengan dasar kemanusiaan,kita. Orang tua bisa kecewa seka"li, jika mereka melihatbahwa anak-anaknya menyimpang dari tata nilai cjan tatanorma yang mereka anggap hakiki, Sebaliknya, anak_anakbisa rnemberontak dan meiasa jengker sekari lika merekamengalami bahwa orang tua berpeging pada niiai_nilai dannorma-n_o-rrna yang dianggap sudah kolot dan ketinggalanzarnan. Karena sifat emosional tu hrasalah-masalah"riorarsering rnenjadi obyek perjuangan dalam demonstrasl atauunjuk rasa. Kita g.upo, mnyiksikon unjuk rasa tentangmasa.lah seperti gaji, atau kondisi kerja yang kurung uJii,tapi juga tentang abortus provocatus, perdariaian diiuniaini, pencemaran lingkungan hidup, dan banyak masalahmoral lain lagi, Di sini tidak bisa disangkal dampak besar9r11 perasaan, Bagaimanapun juga, sifit manusia sudahpegiru Tapi masalah,masalah etis !ang dalam hidup ,"noii-lor] kerap kali dililiti emosi yrng irendalam, harus di,hadapi dengan kepala dingin, yilia kita ingin mencapa!suatu solusi yang dapat diterima oleh semia. Dan etikaterapan justru"ingin memberikan konhibusinya ke arah itu.la mengusahakan suatu pandangan obyektif, yang bisa di_terima oleh semua yang berkep-entingin. Obyekt"if berarti,lepas dari faktor-fakio. yong penting Intuk beberapa orangsaja' obyektif berarti juga:"tibak niemihak atau iiaar mel

menangkan kepentingan pihak tertentu saja (kepentrngarrekonomi, misalnya). Obyektif berarti pula: tidak lxrrpra-sangka atau tidak bertolak dari anggapan-anggapan yangtidak bisa dipertanggungjawabkan secara rasional. D:ngandemikian pertimbangan dan keputusan moral kifa akarrbersifat rasional juga,

Akan tetapi, semuanya ini tidak berarti bahwa etika tera-pan dapat menyelesaikan rnasalah-rnasalah moral drngantuntas" Kita sekarang rnenginsafi bahvva mungkin tida,< adabanyak hal yang definitif di bidang etika" Dalarn [r:l in,rkita telah belajar dari sejarah. l)i masa siiam ticlak jrrangada keyakinan bahwa etika satu kali untuk seianlanyarnengambil keputusan tentang apa yang boleh atau ticXal,rboleh dilakukan. Kita sekarang k:bih hati-hari" Waklu i<c-kaisaran Rorna dulu seorang tuan rurnah n-lennpuny;ri kc:wajiban moral rnemperlakukan budak-Lrucai,:nya dr,rr5,;arrbaik. Tapi tidak pernah terlintas di bcnalcnya bairrva pcr,-budakan itu sendiri sebuah lembaga yang tklak ctis;, si.rpertiyang kita pikirkan sekarang. Etika rerap;rft hanya bisamengambil keputusan moralnya untuk saat sekarang ini.dengan risiko bahwa keputusannya bersifat sern*.-ntara saia.Mungkin sesudah sekian lama orang akan nrenilai lair . t-{aiitu tidak menjadi uri,tsan kita sekarang. Kita hilnya rrerripertanggungjawabkan perbuatan-y;erbuatan kita untuk za-man ini.

Pertanyaan untuk latihan:

1. Apa yang dimaksud dengan etil<a ter"rpan? jclirsrkanbahwa etika terapan tlmbul di zaman kita sebagai fcno-mena yang agak bam.

2. Bagaimana perkaitan etika terapan dengan pendekatanmultidisipliner di bidang ilrn iah?

3. Bagaimana kedudukan kasuistik ctalan^r pemiklrar, etis;dewasa ini?

4. Apa yang menjadi peranan kode etik profesi? Syarar-syarat mana harus dipenuhi supaya kode etik tiapatberfungsi dengan baik.?

3WJUJ

Page 17: etika profedi

moral perbudakan tidak bisa diterima, karena semuamanusia berhak atas perlakuan yang sama. Pandangan inimula-mula diperjuangkan oleh beberapa kelompoli kecil,seperti William Wilberforce (1759-1833) dan kawan-kawan-nya yang memperjuangkan penghapusan perbudakandalam koloni-koloni Inggris. Pada awal perjuangannyakelompok seperti itu sering mengalami kesulitan besir. in_tara lain, pandangan etis tentang persamaan martabatmanusia itu mempunyai konsekuensi-konsekuensi besar dibidang ekonomis dan karena itu sering ditentang, Tapilama-kelamaan kelompok kecil iru mendapat aulunginlebih luas dan akhirnya^ pandangan -.r"ko "menarig,,,karena diterima umum, Sekarang tidak ada satu n"giroatau kebudoylo,n pun yang berani terus-terang memprak_tekkan perbudakan. Dalam Dekrarq-si Lrnioersar lentung' Hak-hak Asasi Manusia (7gM), perbudakan dalam bentrik apapul sec-ara eksplisit ditolak, Mungkin secara tersembunyikadang-kadang masih ada praktefprakrek yang mirip dL-ngan perbudakan. Tapi begitu dikeiahui olei umum, lang-sung akan ditentang, karena penolakan perbudakan sudihmerupakan pandangan etis yang umum. Sekarang kita me-nyaksikan kegiatan dari keiompok kecil seperti "Grr*pro",atau kelompok-kelompok yang memperjuangkan pengha_pusan hukuman mati. Mungkin mereia-akai berhasil"da-lam. memenangkan pendirian-pendirian moral tentangIingkungan hidup atau pidana mati yang nanti akan di-terima secara umum.

, Tentu bisa terjadi juga bahwa suatu kelompOk gagaldalam mengusahakan suatu pandangan moral.

'Kalai 6e_

gitu,-pandangan tersebut tidak diterima oleh umum. Mung-\il kegagalan komunisme di Eropa Timur di sini bisadikemukakan sebagai contohnya. Komunisme mulai denganaspiras.i etis yang luhur: mau menentang ',eksploitasi maiu-sia- oleh manusia", konkretnya eksploitasi kaum buruh olehkelompok kapitalis, Mereki bertujuan meletakkan sarana-sarana produksi dalam. tangan kaum pekerja. Hal itu ingindiusahakan melalui diktatir dari pariai komunis, jadi ia-lam bentuk politik-ekonomis yang kita kenal sebagai tota_

litarisme, Tapi cara ini ternyata gagal, Hal iru tentu tidakberarti bahwa memperjuangkan s,tatus yang layak untukkaum buruh tidak merupakan cita-cita etis yang baik. Ha-nya bisa disimpulkan bahwa cita-r:ita seperti iru tidak bisadiwujudkan melalui suatu bentuk politik-ekonomis yangtotaliter.

4. LoSika

Uraian yang diberikan dalam etika terapan harus bersifatlogis juga. Ini tentu tidak merupakan funtutan khusus bagietika saja, sebab berlaku untuk setiap uraian yang mem-punyai pretensi rasional. Logika dapat memperlihatkarr ba_gaimana dalam suatu argumentas,i tentang masalah moralperkaitan kesimpulan etis dengan premis-premisnya danjuga apakah penyimpulan itu tahan uji, jika diperik-ctr se_cara kritis menurut aturan-aturan )logika. Logika dapat me_nunjukkan kesalahan-kesalahan penalaran dan inkonsistensiyang barangkali terjadi dalam argumenLasi. Logika jugamemungkinkan kita untuk menilai definisi dan ktasiiikasiyang dipakai dalam argumentasi. Di sini boleh ditekankansecara khusus pentingnya definisi yang tepat tentang kon_sep yang dibicarakan dalam etika terapan. Diskusi tentangtopik-topik etis sering kali menjcrdi kr.ur, karena ridakdirumuskan dengan jelas apa yang dimaksudkan dengantopik tersebut, sehingga para pc-serta diskusi mungkin me-maksudkan beberapa hal yang berbeda. Kalau begitu. ciis_kusi tidak akan pernah mencapai titik temu. (itu bisaberdiskusi panjang lebar tentang boleh tidaknya perjudian,korupsi, .pornografi, euthanasia, atau topik etis'apa punjuga, tapi diskusi iru tidak ada gunanya sama sekali, likatidak.menjadi jelas dulu apa perii,snya'yang kita makzucl_kan dengan konsep seperti perjudian, koruisi, pornografi,euthanasia, dan sebagainya. Definisi yang jelai dan' me_nurut aturan-aturan logika dapat nnembantu banyak untukmencapai hasil dalam suatu perdebatan moral. Sebab, Cefi_nisi itu menjadi titik tolak yang mengarahka. seluruh dis-kusi,

300301

Page 18: etika profedi

Tetapi apakah ada tempat yang aman untulg misalnya,sampah radioaktif yang bukan main banyaknya yang ditim_bulkan reaktor-reaktor nuklir?"B Juga *"r,yi*pon"reaktoryang sudah tidak dipakai lagi menjadi masalah besar. Se_buah reaktor dapat dipakai 20-J0 tahun dan sesudah itutidak dapat dibongkar atau dipindahkan. "Jadi, reaktor-reaktor itu harus dibiarkan berdiri di tempatnya yans se_mula, mungkin ,ntuk berabad-abad, atau rituan trhunJdandiam-diam rnelepaskan unsur-unsur radioaktif ke udara, ui,9r,.. ,onuhl r/Tg merupakan ancaman besar bagi ,**rukehidupan".^ Data-data ilmiah seperti ibu perlu dikuasaidulu, sebelum kita bisa membeniuk suatu pertimbanganetis tentang dapat dipertanggr:ng_jawabkan atau tiiatmenggunakan energi nuklir dan memUangun pusat-pusattenaga nuklir untuk membangkitkan listrik.. Kiranya sudah jelas bahw-a informasi yang dibutuhkand.rJ3T rnasalah seperti ini hanya bisa diberif,an oleh ahli-ahli di bidang itu dan sebenainya bukan oleh sembarangahli tapi hanya mereka yang berwawasan luas. Sebab, ilmu-,y"n lung ,pandangannya terbatas pada spesialisasi sempithampir tidak akan berguna sebagai penyalur inforrnasi.lengan demikian perlunla informaii mlrupakan salah satu

i,l:i ,,.tryu:Hlg mengapa etika rerapan harus di.iatankanctatam konteks kerja sama multidisipliner"

3, Norma-norma Moral

Unsur berikut dalam metode etika terapan adalah norma_norma moral yang relevan untuk topik atau bidang ber_sangkutan. Norrna-norma moral itu sudah diterima lalamIL:_y".1.Y, fia.di, ridak diciprakan untuk kesempatan ini), taftharus diakui jr.rga sebagai relevan untuk topit atau Uiaa,ig

yang khusus ini. Tidak bisa disangkal, penerapan norma-norma moral ini merupakan unsur terpenting dalam me-tode etika terapan. Di sini suatu contoh-bagus adalah etikabiomed[s. sebagaimana dipraktekkin oleh 1"1_. B"ao.hampdan J. Childress dalam Principles of Biomedicql Ethics, bukue.tika, biomedis yang barangkali paling populer dalarndekade-dekade terakhir. Kedua p,,.rg^rang ini rnernbicara-kan etika biomedis sebagai cabang JtiU ieropan berdasar-kan empat prinsip normatif, yiit" berbuai baik, ridakmerugikan, menghormati otonomi manusia, dan keaclilan,yang mereka terapkan atas seluruh wilayah biomedis,

Akan tetapi, dari situ tidak bisa dita;ik kesimpulan bah_wa penerapan norma-norma merupakan pekerjaan ilam_pang, Penerapan norma-norma di sini tidik berlangiungseperti pe.erapan prinsip-prinsip teori mekanika dala*i tek-nik. Karena itu nama "etika terapan', sebetulnya bisa rne_nyesatkan dan ada etikawan yang tidak begit, senanli dc-ngan nama itu karena alasan tersebut. Tidak boieh dibenrkesan seolah-olah norma sendiri sudah siap sedia da^ tirrg-gal diterapkan saja, Dalam penelit;ian etika ierapan scri^gkali norma itu harus tampak duru atau harus mernbuktika*diri sebagai norma. Bagaimana sebaiknya kita mengerti pro_ses pencrapan norma-norma rnoral i*i? Di sini rrtenjadipenting apa yang sudah dibahas sehelurnnya tentinggeneralisasi norma (lihat Bab q 53, nr. 3). Norma ber_sangkutan harus diterima oxeh semua orang sebagai herrakr.runtuk kasus atau bidang tertentu. pembentulcan peniiaiarumoral sering dim'lai oreh suaru kerompok kecii (dararnsosio.logi kadang-kadang disetru t pressuregroup)_bisa pantaipolitik atau lembaga, swadaya mas,yarakit*_ving **h,p.r_juangkan suatu pandanqal etis yarig terrentu" N.ielalui per_juangan yang sering kali pa"lan[, pandangan,neiekoakhirnya diterima sebagai suatu'pondongon etis yang pg6-laku bagi urnurr. Datrarn sejarah Ltita teitinot bo^yr[ .on-toh. Salah sa tu contoh yang jelas adalah p"ng'hrpurunperbudakan. Berabad-abad limanya perbuciatcarf rJf,ogoiIembaga diterirna begitu saja dala'm Lanyak kebudal,alp.Dalam zaman modern timbul kesadaran bahwa dari'segi

48.F, Schumacher,

Seluruh Bab IV (hlm.cara kritis.

btbid., ht^. tx

Kecil ltu lndah, Jakarta, LP3ES, 1979, hlm. IZB_1?5.1%-138) membahas masalah tenaga nukJir ini dengan

298299

Page 19: etika profedi

Human Genome Research, yang akan melaksanakan penelitianini dalam kerja sama dengan organisasi-organisasi lirn dalamdan luar negeri. Diperkirakan penelitian ini dapat diselesai-kan dalam jangka waktu 15 tahun. The Human i*o*, proiectini telah dinilai proyek ilmiah yang tidak karah ambisiusnyadengan Proyek Apollo dalam tahun 1960-an yang bertuiuanmembawa manusia ke bulan, Tidak mustahir inroimrsi yongdiperoleh melalui penelitian ini akan mengakibattrn ,"u6iuribaru di bidang ilmu-ilmu biomedis unruf masa mendatang.Akan tetapi, penelitian genetis yang sangat kompleks inimempunyai banyak implikasi eris yang Lerat. Bagaimanainformasi yang diperoleh di sini akan dinianfaatkan?leneriti-an seperti ini selalu dibayangi kekhawatiran bahwa manusiatergoda untuk memanipulasi gen_gennya sendiri dan akhir_nya berusaha menciptakan kerurunln yung serba-super. Tupimasih. ada banyak pe.nyalahgunaan lain lag"i yang dimungkiir_kan dengan penelitian cariggih ini, Tid"ak bila disan"gkat,d::g?n memulai penelitian "g"enetis

seperLi itu manusia me-mikr-rl. tanggung jawab rno.il yang berat. Rupanya dalamproyek ini tangg;ung jawab *oroi itu'diakui ,up*nu(nya. Oarlpermulaannya seluruh proyek ini didampin'gr oleh' Ethical,Legal and Social lmpliraiioni program: suafu program yangmenyoroti implikasi moral, yuridis dan sosiil d"ari prlyelpenelitian ini (yang konon diberi jatah 3% Oari setuiuhbudgehya), Dengan demikian rnungkin untuk pertama kalidalarn sejarah suatu .proyek ilrniah besar menyoroti jugaaspek-aspek non-ilmiah, kiususnya aspek-aspek etis. Uri iT,merupakan. tand.a yang rnenggembirakan. Kitu hunya dapatmengharapkan bahwa dengin itu kesulitan_k"suliton eti,llly wilayah

, penelitian yung rawan ini dapar diatasi

denryan memuaskan.

. xE..

Juengst, 'The Human Genome project ando!.E.t,h,io _l*rr-l 1 (tggt), hlm. 7t_24; D.'Mucer,anethta 5 (1991), hlm. tB3-2t1.

Bioethics", Kennedy lnstitute'Whose Genome Proiect?,',

$ 7. Metode Etika Terapan

Etika terapan merupakan pendckatan ilrniah yang pasrr riilakse'agam. Di sini ridak mau diheri kesan seolah-olah dalarrretika terapan selalu dipakai merode yilng sama. JLrstru unrrrkilmu praktis seperti erika rerapan rldak ;rda meroclc siap pak;rryang bisa dimanfaatkan begiru sala r,leh scrnua orlng yarrgberkecimpung di bidang rni. Dalam errkir rc:rapilnr i,;rrritr.lmetode dan vanasi pendekaran pasti besar st-.k,rli. Di sin, kirurrmenyebut empar unsur yang dcngan salah sarLr cirra sclulLrberperanan dalarn etika terirpen, bctapir pun bcsarr-r\ ir ,v'l.r.ir:il

yang dapar Jiternui di srnr. j Ihrr .t,i-r.n rnl\ 1 L,rr,[;,t ,n ]r lnlmewarnli :Cttap p.'rrrikir;rrr ult., St.trr1. rf rnL \.rl.t* l)r!lr.membentuk suaru pendirian ,vant ltcralitsan rrrntan[ prohlt,nr"problem etis-jLrga di luar kcranck,a etika rcrripan vi111! rcs,,-akan nenjumpai empiir unsur rni. Jaclr, mctr,rlc crili.r ri,r.irpirndalam iral ini sejalan clcngan proscs rerhcrrrLrk.r,. pcr1111l,;11i,,,,,,rnorai pacla ulrumnyir. Ernpat ,lrsur yir.g ,.lirrr.iksu.lklrrr ,lr .i.radalah: sikap ar.val, infi).lirsi, .r)r l*.r-n()nrra .ri,ral, Itrgik. lv'l,rrrkita mcmandang crr-rp,,r Lulsrlr lnl srr-L.l pur srtu

l, Dori Slkap Awal menujw Re/1ek.si

Dalam usaha mcmbenruk sLrirtLr pllndangun [.crallrsi, r( .r,rrr!rnasalah etis erpa pun, kira tidak pernah I.,crr.lrrk tlari rrrrk nt,l.Selalu ada suatu sikap awal, Krra *utrai dcngar-i ,-rcnganrl.il sLr;irrrsikap tertcntu terhadap masirl.h bcrsangkLrran. I)emrkiun 1,e1.\,;Ljugzr dengan orang yang muiai rncnckLrr-ri crikir tcritl-rirn. t1|i,,,,rloral ini bisa pro atau kontrr,r atirrl juga netnrl, nraiir]i lrrr;r rirkacuh' tapi-b:lgairnanapun-mul;i- rn;l l a s ikirp i n r d:r l.r r.r k t.,rrl.Lli.belum direfleksikan. Pada mul.ny. kira bclurn r.crpikir rn(,.g.r[)ir

2rBandrngkan: .J. de Craaf, Ebr,entuir ltp.i;r e41 ir? crlrrck, Llrrr:cIL tj,rlrl

Scheltema en Holkerna, 1976, irlrn. ?2.74

294 295

Page 20: etika profedi

kita.bersikap demikian, Misalnya, di negara yang mem_produksi senjata nukJir, hal itu diterima begitu sila olehkebanyakan warga negara,- Di tempat di mana digunakantenaga nuklir sebagai sumber energi, hal iru bisa saja di_terima tanpa keberatan apa pun. Dalam masyarakat yangagak tertutup, kebiasaan bahwa orahg tua memilih calonteman hidup bagi anaknya bisa berrangsung tanpa kesulitandan orang muda menerima saja rradisi iru. Atau di negarayang dalam hukum pidananya mengenar praktek hukuiranmati, para warga negara tidak berpikir mengapa merekamenyetujui keadaan itu. sikap awal ini terbenruk karenaberrnacam-macam faktor yang memainkan peranan daramhidup- seorang manusia: pendidikan, kebudayaan, agama,pengalaman pribadi, media massa, watak ,"u"orongf do,banyak hal lain lagi. Sikap awal seperti iru dipertatiinkunt-anpa berpikir lebih. panjang sampai saat kita berhadapan

f .ig.r:. suatu peristiwa atau keadian yang menggugah re-

fleksi kita. Atau bisa juga sikap awal itu menjadi"iroil.*o_tis, jika kita bertemu. dengan o.ong yang mempunyai sikapiain. tentang rnasalah yang samal ir*.,iihron'teniang etistidaknya persenjataan nuklir bagi banyak orang dan k"elom_pok baru mulai berkemhang seyik bom atorn yang pertamadiledakkan. Bahwa ounro,rilrn. ororoi .,,Ltii ^:i^,,::.ilnqrikasi

:t,.s yan; illtryiH ;,T}:J:H;-1"#JT#Idari setelah kecelakaan- dgngan reaktoi nuklir dI Chernobyl,Ukraina, pada 26 April 19g2. Demikian juga keinsafan bah_wa orang muda sendiri mempunyai ha[ untuk memilihteman hidupnya, tidak jarang buru- terbentuk setelah keter_tutupan masyarakat tradisional mulai dibuka dan para war-grn{l -semplt bergaul dengan masyarakat lain di mana halitu diakui sebagai hal yang lumrah. peristiwa atau keadaansemacam itu dapat membuka mata kita. pada saat itu sikapawal. menjadi problematis dan pernikiran moral kita ter_gygu.h,Dengan itu refleksi etis mLlai perjalanannyo. Uol irulff-T.t"gsung dalam hidup pribadi seseorang yang ber_

Ill.. *.^ri.ng salah satu masalah eris, Tapi hal-ying"rrrnu

:,:,:lii9]_juga pada skala tebih besar dalam uriku i"rupunyang dr.;alankan dengan cara sistematis,

2. Informasi

, Setelah pemikiran etis tergugah, unsur kedua yang di-butuhkan adalah informasi, H;rl itu terutama mt,ndesakbagi masalah etis yang terkait dengan perkembangan ilmuclan teknologi..Bisa saja terjadi sikap awal yang pro ataukonha itu sebena.nyu.nurih rungit emosionai atau sc-kurang-kurangnya dikuasai oleh falitor subyektif yan,3 tidaksesuai dengan kenyataan obyektif. Melalui infoimasi kitadapat-mengetahui bagaimana keadaan obyektif itu, Misal-nya, diskusi -tentang penggunaan energi nuklir untuk mem_bangkitkan listrik sangat dipengaruhi oleh segi_segi eko_nomis, Dilihat dari sudut pandangan ekonomi,-eneigi nu_klir adalah "l.lgj yang relitif *urih dan karena itu ireng_untungkan, Ifulah sebabnya mengapa segi lain seperti ke,amanan dan penyimpana-n san-rpah nuklii diremehkn saja,supaya pertimbangan ekonomis bisa menang. Jika titamembatasi diri pada masalah penyimpanan sampah nuklin,sampah itu mengandung radioaktivitas selama i:eriodeyang panjang sekali. Selama radioaktivitas itu bertahan,bahan itu menjadi_ancaman terhadap kehidupan rnanusiadan kehidupan pada umumnya di pianet buml ini. Dalanrbuku terkenal Kecil ltu Indah-ahri ekonomi Jerman-rnggris,E. F. Schumacher, menegaskan tentang hal itu: ,'Ma"nisiasekarang sudah bisa mencipta unsur-unlur nadioaktif, tetapibelum bisa mengurangi kadar radioaktivitas unsur_rnru,itu sekali telah tercipta. sekali sudah jadi, kekuatan radiasiitu tidak akan berkurang oleh reaksi kimiawi *u,rprr, .i*-pur tangan fisik. Hanya waktu yang akan dapat me-ngutanginya. Karbon 14, m.isalnya, setengah masa liid,,rpnyaadalah 5.900 tahun, yang berarti bahwi diperlukan *akiuhampir 6.000 tahun-sebelum radioaktivitainya berkurangmenjadi setengah dari semula. Setengah -osi hidup shon_tium 90 adalah 28 tahun, Aka.n tetali ridak peduli berapala.manya panjang setengah hidup ,nrrr_unrur iiu, arJa ra-diasi yang terus berlangsung hampir tanpa batas waktu,dan tidak ada yang dapat kita te4at<ar. I,ecuali rnencobamenfmpan bahan radioaktif itu di tempat yang aman.

296291

Page 21: etika profedi

4, Tanda-tanda yang Menitnbulkan Harapan

Bukan saja sedikit sekali perhafian untuk etika dalammasyarakat, melainkan juga perhatian itu hampir selaluterlambat datang. Pemikiran etis hanya menyusul perkem_bangan ilmiah-teknologis, Baru sesudah problem-problemetis timbul, etika sebagai ilmu mulai diikutsertakan. Reflek_si etis tentang persenjataan nuklir baru dimulai, setelahbom atom pertama diledakkan, Refleksi etis tentang re-produksi artifisial baru dikembangkan, sesudah "ba1ii ta_

!ulq" pertama telah lahir dan eksperimen-eksperimen su_dah lama diadakan. Perkembangan-ilmiah-teknologis selalumendahului pemikiran etis. yang ideal adalah bihwa pe_mikiran etis mendahului dan mengarahkan perkembanfanilmiah-teknologis, tapi cita-cita seperri itu iasanya *iritmustahil untuk diwujudkan, Namun demikian, perlu di_catat bahwa di sini ada beberapa perkembangan yangmenggembirakan dan dapat mem6esuikan hati, Salah-satudi antaranya adalah munculnya komisi-komisi etika. Dibanyak negara modern sudah menjadi kebiasaan luas bah-wa rumah sakit-rumah sakit dan proyek-proyek penelitian

biomedis mempunyai komisi etika yang mendampingi danmengawasi rumah sakit atau piroyek penelitian itu darisudut etis. Komisi etika seperti ifu bisa menjadi senlacarn"hati nurani", agat rumah sakit memberi pelayanan yanusungguh-sungguh manusiawi. Komisi dapat dikonsultasi,jika direksi dan staf medis mengalami keraguan eris dalammenjalankan tugasnya, dan komisi sendiri dapat mengambiiinisiatif juga, jika menurut pendapatnya terjadi perisLiwayang dari segi moral menimbulkan tanda tanya. tr<.ornisietika untuk setiap penelitian ilmiah yang melibatkan rn;r-nusia sudah menjadi rutin di banyak negara. Komisi ituharus menyetujui rancangan penelitian dan akan mendarn-pingi seluruh penelitian selama proyek berlangsung per-hatian untuk segi etis penelitian rnenjadi suatu sektor. pen-ting di antara masalah-masalah etis yang disebabkan ilmudan teknologi. Setelah lebih dulu dibuat eksperimen denganbinatang atau ditempuh cara ekspqrimentasi lain lagi. mautidak mau timbul saatnya bahwa tidak bisa dihindar.i lagimengadakan percobaan langsung dengan manusia ,lniul..mencobai obat baru, prosedur medis baru, atau sebagainya.Percobaan-percobaan ini selalu harus dilakukan denrikianrupa sehingga martabat manusia tetap dihormati. I)alarnhal ini kekejarnan-kekejaman yang dilakukan doktcr-crokternasional-sosialis di Jerman waktu rezirn Hitler meru;:akaruperingatan tetap bagi seluruh urnat manusia" Tidak pernai-ibisa diterima kemajuan ilmiah yang diperoleh d,,ngo*memperkosa martabat manusia"

Suatu gejala lain yang menggernbirakan acialah keikutser-taan etika dalam penelitian genetika tentang gen-ger! rna.nusia. Di Amerika Serikat pada tanggal 1 Okroben 1990 secararesmi dimulai proyek penelitian raksasa ,vang bertujuanmempelajari bentuk dan isi Ben-g{3n manusia. proyek yangdiberi nama resrni The Human Gename project ini akan n"le-metakan dan menentukan runtunan seluruh DNA genornmanusia. Melalui proyek besar ini lokasi rzang tepalr cianruntunan nukleotide yang rnenyus;un sekitar 3 biliun DN,Agenom manusia akan diketahui dan dikatalogkan. Telahdidirikan suatu institut khusus, yaitu Nationil Centtr for

menegaskan lagil "Dalam masyarakat modern kemaiuan di bidang ilmu danteknologi tidak disertai perkembangan d,alam tanggung jawab moral manusia.suatu alasan untuk itu barangkali perlu dicari dl'iam-kenyataan bahwa lem-baEa-lembaga pendidikan yang terpenting pada umumnya menganggap etikasebagai. suatu urusan periferal daram penga.iaran dan penelitiani uJ ii, bu.-laku sekurang-kurangnya. untuk negari-negara Eropa Barat, Misarnya, univer-sitas-universitas dan institut-institui Jerma=n Barat'diselenggarakan iemikianrupa. sehingga etika hanya mendapat tempat di fakultas Lologi. Situasinyakira-kira sama di negara-negara Eropa Barat yang lain, ba.anlkali denganNegeri

.Belanda sebagai pengecuarian. Ketika societis Ethica, sual hi-prian

dosen-dosen etika di universitas-universitas Eropa Barat, pada L9Tr menurissepucuk surat,tentang hal itu kepada semua universitas di Eropa Barat dan

3"ng1" 9:TiH:" mengambil inisiatif untuk menangani kekurarlgan tersebut,hampir tidak ada tanggapan apa pun", lbid.,hlm. TZ,

292293