26
  Etika Kepemimpi nan Aparatu r  Modul Diklatpim Tingkat IV MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV  Lembaga A dministrasi Negara Republik Indonesia  Jakarta , 2008 Hak Cipta ©  Pada : Lembaga Administrasi Negara Edisi T ahun 2 008 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia  Jl. Veter an No. 10, J akarta, 10110  Telp . (62 21) 386820 1, Fax. (62 21) 38001 88 Etika Kepemimpinan Aparatur  Jakarta - LAN - 2008 xxx hlm : 15 x 21 cm ISBN : 979-8619-xx-x

ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4

Embed Size (px)

Citation preview

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 1/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV 

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHANKEPEMIMPINAN TINGKAT IV

  Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia  Jakarta, 2008

Hak Cipta © Pada : Lembaga Administrasi Negara

Edisi Tahun 2008

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

 Jl. Veteran No. 10, Jakarta, 10110

 Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Etika Kepemimpinan Aparatur

 Jakarta - LAN - 2008

xxx hlm : 15 x 21 cm

ISBN : 979-8619-xx-x

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 2/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

menegaskan bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional,

diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan

tugas secara profesional. Untuk mewujudkan profesionalisme PNS ini,

mutlak diperlukan peningkatan kompetensi, khususnya kompetensi

kepemimpinan bagi para pejabat dan calon pejabat Struktural Eselon

IV baik di lingkungan pemerintah pusat maupun daerah. Sebagai pejabatstruktural yang berada pada posisi paling depan atau ujung tombak,

pejabat struktural eselon IV memainkan peran yang sangat penting karena

bertanggung jawab dalam mensukseskan pelaksanaan kegiatan-kegiatan

secara langsung, sehingga buah karyanya dapat dirasakan secara

langsung oleh masyarakat.

Untuk mempercepat upaya peningkatan kompetensi tersebut, Lembaga

Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi

dalam penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. Dengan

kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan Diklat dapat lebih ditingkatkan

sehingga kebutuhan akan pejabat struktural eselon IV yang profesional

dapat terpenuhi. Agar penyelenggaraan dan alumni tersebut menghasilkan

kualitas yang sama, walaupun diselenggarakan dan diproses oleh

Lembaga Diklat yang berbeda, maka LAN menerapkan kebijakanstandarisasi program Diklat Kepemimpinan Tingkat IV. Proses

standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mul

dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Dikl

dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran sampai pad

pengadministrasian penyelenggaranya. Dengan proses standarisasi in

maka kualitas penyelenggaraan dan alumni dapat lebih terjamin.

Salah satu unsur penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat I

yang mengalami proses standarisasi adalah modul atau bahan ajar untu

para peserta ( participants’ book ). Disadari sejak modul-modul tersebditerbitkan, lingkungan strategis khususnya kebijakan-kebijakan nasion

pemerintah juga terus berkembang secara dinamis. Di samping itu, konse

dan teori yang mendasari substansi modul juga mengalami perkembanga

Kedua hal inilah yang menuntut diperlukannya penyempurnaan seca

menyeluruh terhadap modul-modul Diklat Kepemimpinan Tingkat I

ini.

Oleh karena itu, saya menyambut baik penerbitan modul-modul yan

telah mengalami penyempurnaan ini, dan mengaharapkan agar peser

Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dapat memanfaatkannya secar

optimal, bahkan dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesam

peserta dan para Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajara

selama Diklat berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kamhaturkan terima kasih. Semoga modul hasil perbaikan ini dap

dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 14 Maret 2008

KEPALA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

SUNARNO

iii iv

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 3/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV 

v vi

Lembar Judul. ....................................................................

Lembar Pengesahan ISBN. ..................................................

Kata Pengantar. ....................................................................

Daftar Isi. ...............................................................................

BAB I Pendahuluan. .....................................................

A. Latar Belakang................................................

B. Deskripsi Singkat.............................................

C. Hasil Belajar....................................................

D. Indikator Hasil Belajar.................... ............. .....

E. Materi Pokok ..................................................

F. Manfaat. .........................................................

BAB II Penjelasan ........................................................

A. Tujuan........................................................

B. Sasaran......................................................

C. Latihan....................... .................. ............

D. Rangkuman................................................

BAB III Penjabaran Tema. ..............................................

A. Pengertian....................................................

B. Pembahasan.................................................C. Latihan....................... .................. ............

D. Rangkuman..................................................

BAB IV Proses/Kegiatan Penulisan Kertas Kerja

Kelompok (KKK).........................................

A. Pengorganisasian dan Diskusi Kelompok............

B. Proses Penulisan............................................

C. Sistematika Penulisan.....................................

D.Latihan.........................................................

E. Rangkuman.................................................

BAB V Teknik Penulisan. .......................................

A.Perwajahan. .....................................................

B. Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar.........

C. Latihan......................................... ...............

D .Ran g k u m an . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB VI Presentasi dan Seminar. ...........................

A. Presentasi. .........................................................B. Seminar. ............................................................

C. Latihan...........................................................

D. Rangkuman. ......................................................

BAB VII PenulisanKertas Kerja Angkatan (KKA) .........

A. Diskusi Penyusunan Ringkasan............................

B. Makanisme Presentasi KKA. ..........................

C. Masukan dari Fasilitator dan Narasumber..........

D. Penyempurnaan KKA. ....................................

E. Latihan...........................................................

F. Rangkuman. ............. ............. .............. .............

BAB VIII Penutup. .............................. ...............................A. Simpulan. ........................................................

B. Tindak Lanjut. .................................................

i

ii

iv

1

1

1

1

13

3

4

4

5

6

6

7

7

10

14

14

15

15

16

17

19

19

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 4/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur

vi vii

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 5/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV 

1

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam lingkungan organisasi pemerintahan, seorang aparatur dituntut

untuk bekerja sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

Secara etis, seorang aparatur terpanggil untuk melayani kepentingan

publik secara adil tanpa membedakan kelompok, golongan, suku,

agama serta status sosial. Seorang aparatur harus dapat menjadikan

dirinya sebagai panutan tentang kebaikan dan moralitas

pemerintahan terutama yang berkenaan dengan pelayanan publik.

Pada era demokratisasi dan reformasi dewasa ini perilaku

kepemimpinan kepemerintahan harus mengarahkan orientasi kepada

masyarakat luas dengan meningkatkan kepekaan untuk 

mendengarkan aspirasi yang berkembang termasuk saran,tanggapan, keluhan, bahkan kritik terhadap penyelenggaraan

kepemerintahan publik.

Untuk itu diperlukan pemahaman tentang bagaimana seorang

aparatur khususnya pemimpin kepemerintahan berperilaku.

B. Deskripsi Singkat

Mata pendidikan dan pelatihan ini menjelaskan sistem nilai budaya

dan pola perilaku birokrasi yang ideal yang membentuk pola etika

kepemimpinan birokrasi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan

tugas di instansi masing-masing.

C. Hasil Belajar

Setelah membaca modul Etika Kepemimpinan Aparatur ini, pese

mampu memahami, menjelaskan dan menerapkan pemaham

tentang nilai-nilai budaya yang berpengaruh terhadap birokrasi se

menjadikannya sebagai acuan dalam mewujudkan etik

kepemimpinan aparatur.

D. Indikator Hasil Belajar

Indikator-indikator hasil belajar adalah :

1. Peserta mampu memahami dan menjelaskan nilai-nilai buda

yang berpengaruh terhadap organisasi pemerintah;

2. Peserta mampu memahami dan menjelaskan arti dan pentingn

etika dalam organisasi, pola perilaku kepemimpinan, dan ciri-c

kepemimpinan aparatur yang ideal;

3. Peserta mampu memahami dan menjelaskan etika kepemimpin

aparatur yang ideal.

E. Materi Pokok

Materi pokok yang dibahas pada modul ini adalah :

1. Nilai-nilai budaya yang berpengaruh terhadap organis

pemerintah;

2. Arti dan pentingnya etika dalam organisasi, pola perila

kepemimpinan, dan ciri-ciri kepemimpinan aparatur yang ide

3. Etika kepemimpinan aparatur yang ideal.

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 6/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur3

4

4. Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi,

kolusi dan nepotisme;

5. Etika kehidupan berbangsa.

F. Manfaat

Berbekal hasil belajar pada modul Etika Kepemimpinan Aparatur,peserta diharapkan mampu menerapkan etika kepemimpinan

aparatur yang ideal tersebut guna peningkatan kinerja instansinya.

BAB II

NILAI-NILAI BUDAYA YANG

BERPENGARUH TERHADAP ORGANISAS

PEMERINTAH

Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu

memahami nilai-nilai budaya yang berpengaruh terhadap

organisasi pemerintah.

Pendekatan ekologis dalam studi administrasi negara/publik menekanka

perlu dipahaminya keterkaitan, hubungan yang saling pengaru

mempengaruhi antara administrasi negara dengan faktor fakt

lingkungan. Organisasi dan manajemen pemerintahan yang tidak sesudengan kondisi lingkungan, tidak akan dapat berfungsi dengan efisie

dan efektif, bahkan mungkin gagal sama sekali. Oleh karena it

mengenali faktor-faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi d

yang sebaliknya juga dipengaruhi oleh organsiasi pemerintah, adal

sangat penting.

Faktor lingkungan dapat dibedakan antara faktor lingkungan alami d

faktor lingkungan sosial. Lemhanas dalam rangka konsepsi Ketahan

Nasional telah mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan tersebut, yan

dirumuskan dalam Asta Gatra (Asta = delapan, Gatra = ujud). Asta Gat

terdiri atas :

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 7/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  5 6

1. Tri Gatra, 3 faktor lingkungan alami, yaitu :

a. Geografi;

b. Demografi;

c. Kekayaan alam.

2. Panca Gatra, 5 faktor lingkungan sosial, yaitu :

a. Ideologi;

b. Politik;

c. Ekonomi;

d. Sosial budaya;

e. Hankam.

(Lemhanas, 1989 Tolok .........., S.Pamudji, 1986:41, 66-141),

Berdasarkan pendekatan ekologis, dalam studi administrasi negara

sebagaimana dikatakan oleh Raphaeli dalam artikelnya “Comparative

Public Administration : An Overview”, bahwa kebudayaan merupakan

variabel yang signifikan, dan ditegaskan bahwa perilaku administrasi(administrative behavior ) adalah hasil interaksi dari ciri-ciri dan nilai-

nilai budaya (cultural traits and values) dengan administrasi. Budaya

administrasi merupakan perpanjangan dari budaya masyarakat (social

culture) yang lebih luas (Raphaeli dalam Raphaeli, ed 1967:21).

Kebudayaan, menurut Kuntjaraningrat (1987:9), berasal dari kata

Sankskerta (buddhayah) (bentuk jamak dari “buddha”), yang berarti :

“budi” atau “akal”. Dengan demikian, kebudayaan dapat diartikan sebagai

“hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal” Kuntjaraningrat juga

mengatakan, bahwa ada pendirian lain yang menyatakan bahwa asal

kata “kebudayaan” itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budi

daya, yang artinya daya dari budi, kekuatan dari akal. Kemudian sebagai

konsep, kebudayaan antara lain diartikannya sebagai “keseluruhan

gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belaja

beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya”. Linton mengemukaka

bahwa “kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan da

masyarakat yang manapun dan tidak hanya mengenai sebagia

dari cara hidup itu, yaitu bagian yang oleh masyarakat diangg

lebih tinggi atau lebih diinginkan” (Johanes Basuki, 1997:21). Eng

Blokwell dan Miniard berpendapat bahwa budaya adalah “ nilai-nil

gagasan-gagasan, artifak dan simbol-simbol bermakna lainn

 yang membantu individu dalam berkomunikasi, memberikan tafsira

dan melakukan evaluasi dalam kedudukannya sebagai anggo

suatu kelompok masyarakat ” (ibid:22). Sedangkan Sir Edwa

Burneth Tylor mendifinisikannya. “culture or civilization is the compl

whole which include knowledge, belief, art, morals, laws, custo

and any other capabilities and habits acquired by man as memb

of society” (Bintoro, Pembahasan dalam artikel Harsya Bachtiar, dala

Alfian, ed, 1985). Sir Edward Tylor juga menyatakan bahwa “Culture

that complex whole of ideas and things produced by men in the

historical experience” (Soerjanto, 1989 ; 219).

Keseluruhan definisi yang ada menurut Soerjanto kiranya dapat secapadat dirangkum dalam kalimat : “Kebudayaan adalah keseluruh

 proses dan hasil perkembangan manusia yang disalurkan da

generasi ke generasi untuk kehidupan manusiawi yang lebih baik

Batasan ini mencakup gagasan-gagasan pokok, bahwa :

1. Kebudayaan mencakup segala perkembangan dan kemaju

masyarakat;

2. Kebudayaan adalah hasil bersama;

3. Kebudayaan pada hakekatnya adalah humanisasi, yaitu pros

peningkatan hidup yang lebih baik dalam lingkungan masyarakat ya

manusiawi (Soeryanto, 219 – 220).

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 8/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur8

A. Kebudayaan Ideel

Wujud pertama adalah wujud ideel dari kebudayaan, bersifat abstrak,

dan lokasinya ada didalam kepala, atau dengan perkataan lain, dalam

alam pikiran dari warga masya rakat tempat kebudayaan itu. Apabila

gagasan dinyatakan dalam tulisan, maka lokasi kebudayaan ideel

sering berada dalam karangan dan buku hasil karya warga

masyarakat yang bersangkutan. Sekarang kebudayaan ideel jugabanyak tersimpan dalam disk, tape, arsip, micro file dan sebagainya.

Kebudayaan ideel dapat disebut adat tata kelakuan , atau secara

singkat adat atau adat istiadat (jamak). Sebutan tata kelakuan itu

untuk menunjukkan bahwa kebudayaan ideel itu biasanya juga

berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan

dan memberi arah kepada kelakukan dan perbuatan manusia dalam

masyarakat, seperti misalnya aturan sopan santun dalam mem-

berikan sumbangan pada waktu kondangan. Adat menurut

Kuntjaraningrat dapat dibagi lebih khusus dalam empat tingkat, yaitu;

a. tingkat nilai budaya;

b. tingkat norma-norma;c. tingkat hukum;

d. tingkat aturan khusus.

a. Tingkat pertama, sistem nilai budaya. Tingkat ini merupakan

lapisan yang paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Sistem

nilai budaya mencakup ide-ide yang mengkonsepkan hal hal yang

paling bernilai dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi-konsepsi

ini biasanya luas dan kabur; tetapi walaupun demikian, atau justru

karena kabur dan tidak rasional, biasanya berakar dalam bagian

emosional dari atau jiwa manusia. Jumlah nilai-nilai budaya tingkat

pertama ini dalam suatu kebudayaan biasanya tidak banyak.

Contoh dari suatu nilai budaya, terutama dalam masyarakat ki

adalah konsepsi bahwa hal yang bernilai tinggi adalah apabi

manusia itu suka bekerja sama dengan sesamanya berdasarka

rasa solidaritas yang besar. Konsepsi ini, yang biasanya kita seb

nilai gotong royong, mempunyai ruang lingkup yang amat lu

karena memang hampir semua karya manusia itu biasanya d

lakukan dalam rangka kerjasama dengan orang lain, dengan pe

kataan lain : konsep tersebut diatas hanya berarti bahwa sem

kelakuan manusia yang bukan bersifat bersaing atau berkela

itu adalah baik. Jelaslah bahwa nilai itu sebenarnya tidak rasion

Contoh lain : Suatu nilai budaya yang penting terutama dala

masyarakat kebudayaan Barat adalah konsepsi bahwa hal yan

bernilai tinggi adalah apabila manusia itu dapat berhasil sam

sekali atas usahanya sendiri. Ideal yang disebut nilai individu

lisme ini, juga kabur dan tak rasional, karena dalam kenyata

 jarang terjadi bahwa manusia itu dapat sesuatu hasil yang sam

sekali terlepas dari usaha atau bantuan orang lain.

b. Tingkat kedua sistem norma. Sitem norma lebih konkrit. Norm

adalah nilai budaya yang sudah terkait kepada peranan-peran

tertentu manusia dalam masyarakat. Dalam kehidupan, peran

manusia adalah banyak, dan manusia sering berubah peranann

dari satu saat ke saat, dari hari ke hari yang lain. Pada sua

saat ia berperan sebagai atasan, sesaat kemudian berper

sebagai bawahan, pada suatu saat ia berperan sebagai guru, pa

saat lain sebagai pimpinan partai. Tiap peranan membawak

baginya sejumlah norma, yang menjadi pedoman ba

kelakuannya dalam memainkan peranan yang bersangkuta

Dalam suatu kebudayaan, jumlah norma lebih banyak dari juml

nilai budayanya.

7

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 9/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  9 10

c. Tingkat ketiga, sistem hukum. Sistem ini lebih konkrit lagi.

Hukum, baik hukum adat maupun hukum tertulis, sudah jelas

pula batas-batas ruang lingkupnya. Jumlah hukum dalam suatu

masyarakat jauh lebih banyak dari pada jumlah norma yang

menjadi pedomannya.

d. Tingkat keempat, aturan khusus. Aturan-aturan khususmengatur aktivitas-aktivitas yang amat jelas dan terbatas ruang

lingkupnya dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, aturan

aturan khusus ini sangat konkrit dan banyak di antaranya terkait

dalam sistem hukum. Contoh aturan khusus yang terkait dengan

sistem hukum adalah peraturan lalu lintas. Contoh aturan khusus

yang tidak tersangkut dengan sistem hukum misalnya adalah

aturan sopan-santun.

B. Sistem Sosial

Wujud kedua dari kebudayaan, sering disebut sistem sosial, mengenai

kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial terdiri dari

aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta

bergaul satu sama lain, yang dari detik ke detik, dari hari ke hari,

dan dari tahun ke tahun, selalu mengikuti pola-pola tertentu yang

berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas

manusia-manusia dalam suatu masyarakat, maka sistem sosial itu

bersifat konkrit, terjadi di sek eliling k ita seh ari-hari, bisa

diobservasi, di foto dan di dokumentasikan, contoh upacara-upacara,

tradisi dalam merayakan Idul Fitri dll (penulis).

C. Kebudayaan Fisik

Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. Kare

merupakan keseluruhan jumlah hasil fisik dari aktivitas, perbuata

dan karya semua manusia dalam masyarakat, maka sifatnya pali

konkrit dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat dirab

dilihat dan di foto; barang bergerak dan barang tidak bergerak, bes

maupun kecil, serta kompleks dan njlimet (sophisticated ) sepe

komputer dan satelit maupun yang sangat sederhana.

Ketiga wujud kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidup

masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan lain. Kebudayaan ide

dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada perbuat

dan karya manusia (Kuntjaraningrat, 1987:5-12).

Ketiga wujud kebudayaan tersebut berpengaruh terhadap organis

pemerintah. Kebudayaan ideel mempengaruhi visi, misi dan siste

nilai organisasi. Cita-cita terwujudnya masyarakat adil dan makm

 jelas menjadi acuan perumusan visi, misi dan sistem nilai kebanyak

organisasi pemerintah Indonesia. Sistem sosial akan banyak mem

pengaruhi perilaku para anggota organisasi. Berbagai upacara at

acara seremonial bentuk/cara hubungan antar sesama anggo

antara atasan dan bawahan merupakan cerminan pengaruh siste

sosial. Sedangkan kebudayaan fisik juga mempengaruhi perilak

dan cara-cara kerja organisasi. Kebanyakan instansi pemerint

dengan alasan meningkatkan efisiensi kerja, cenderung selalu ing

mengganti perabot dan alat kantor modern dengan produk yan

mutakhir. Carbon copy dan stensil sudah tidak digunakan lagi deng

adanya fotocopy. Sistim nilai budaya, yang merupakan lapis

kebudayaan ideel atau adat yang paling abstrak, dan seperti dikatak

oleh Kuntjaraningrat : “biasanya berakar dalam bagi

emosional dari atau jiwa manusia”, sangat mempengaru

perilaku manusia termasuk anggota organisasi pemerintah dmemerlukan waktu yang lama untuk dapat merubahnya.

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 10/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur1211

Selanjutnya Harsya W. Bachtiar dalam tulisannya “ Birokrasi dan

Kebudayaan” (Alfian,ed, 1985:67-72) menguraikan bahwa dalam

suatu birokrasi (organisasi pemerintah) dapat dijumpai lebih dari

satu sistem budaya. Batasan antara berbagai sistem budaya tersebut

bagi anggota-anggota birokrasi yang bersangkutan dalam berbagai

hal tidak begitu jelas, bahkan adanya berbagai sistem budaya yang

mempengaruhi sikap, pemikiran dan tindakan mereka itu, sering tidak 

disadari, apalagi diketahui. Menurut Harsya Bachtiar, pada umumnya

di suatu birokrasi pemerintah dapat dibedakan adanya paling sedikit

empat, dan biasanya bahkan lima sistem budaya, yaitu :

1. sistem budaya birokrasi yang universal;

2. sistem budaya nasional;

3. sistem budaya daerah;

4. sistem budaya agama;

5. sering pula sistem budaya asing.

1. Sistem Budaya Birokrasi Yang Universal 

Terdapat seperangkat kepercayaan, pengetahuan, nilai-nilai,

aturan-aturan dan simbol-simbol pengungkapan perasaan yang

pada hakekatnya adalah sama dalam birokrasi dari negara mana-

pun. Perangkat simbol-simbol budaya ini yang membentuk dan

mempertahankan struktur-struktur sosial yang bersangkutan

sebagai birokrasi. Tanpa perangkat simbol-simbol itu, suatu

struktur sosial tidak dapat dianggap sebagai birokrasi, mungkin

hanya struktur sistem kekerabatan atau sistem patrimonial; tetapi

 jelas bukan birokrasi.

Max Weber, Bapak teori birokrasi, telah menunjukkan beberapa

unsur sistem budaya birokrasi yang universal itu, antara lain

adalah adanya aturan-aturan tertulis yang mengatur hubungan

antara para pejabat dan bawahan mereka masing-masing; ha

hak dan kewajiban masing-masing, kedudukan; pengangkata

kenaikan pangkat, dan pemberhentian anggota birokrasi; gaji d

bentuk-bentuk balas jasa lain; pemisahan antara pengemba

 jabatan dan jabatannya (seseorang tidak memiliki jabatan) ser

pemisahan antara milik birokrasi dan milik pribadi masing-masin

anggota. Adanya aturan aturan tertulis ini memberikan ciri-c

khas pada semua struktur sosial yang terwujud sebagai birokra

Bahwa dalam kenyataan terjadi penyimpangan-penyimpang

dari aturan-aturan tertulis yang berlaku disebabkan oleh adany

sistem-sistem budaya lain.

  2. Sistem Budaya Nasional 

Pada setiap birokrasi pemerintah tampak jelas kepercayaa

pengetahuan, nilai-nilai dan aturan-aturan, serta simbol-simb

pengungkapan perasaan tertentu yang sebagai satu sistem buday

tersendiri tidak terdapat pada birokrasi pemerintah negara-nega

lain. Sistem budaya yang berintikan Pancasila merupakan polpola arti yang memberikan sifat dan bentuk yang khas pad

birokrasi Pemerintah Republik Indonesia. Bahasa Indonesia jel

digunakan sebagai bahasa resmi. Pengetahuan kognitif yan

memberikan gambaran tentang kenyataan-kenyataan empir

yang dihadapi datam melaksanakan tugas sebagai anggota bir

krasi dalam banyak hal berlainan dari pengetahuan kognit

berkenaan dengan kenyataan kenyataan empiris sejenis sebag

mana diketahui oleh anggota birokrasi pemerintah berbag

negara lain. Berbagai masalah ditanggapi sebagai masalah yan

harus dimusyawarahkan dahulu dalam rapat, seminar atau pe

temuan bentuk lain, meski pun pejabat yang bersangkuta

sebenarnya dapat saja membuat keputusan sendiri ( perlu SurKeputusan bersama atau Surat Edaran Bersama, penulis

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 11/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  13 14

Berbagai nilai dan aturan-aturan tertentu yang dijadikan pedoman

dalam bertindak adalah khas nilai nilai dan aturan-aturan

Indonesia, setidak-tidaknya sebagai suatu perangkat pedoman

tersendiri. Tentu sebagian nilai-nilai dan aturan-aturan ini terdapat

 juga pada birokrasi banyak negara lain yang juga mengalami

proses modernisasi, karena keadaan-keadaan obyektif dan

masyarakat dan negara, termasuk Indonesia, banyak 

persamaannya.

 3. Sistem Budaya Daerah

Anggota-anggota birokrasi pemerintah berasal dari berbagai

masyarakat daerah yang masing-masing mewujudkan

kebudayaan sendiri, warisan dari nenek moyang penduduk 

pribumi daerah yang bersangkutan. Karena biasanya masing-

masing anggota birokrasi dibesarkan dalam lingkungan budaya

daerah asal masing-masing, dan pada umumnya hidup dalam

lingkungan keluarga yang juga mewujudkan kebudayaan daerah

asal, pemikiran para anggota birokrasi sedikit banyak terpengaruh

oleh kebudayaan asal masing-masing, yang dalam keadaan-

keadaan tertentu tercermin juga pada cara berfikir dan tingkah

laku mereka dalam penyelenggaraan pekerjaan dinas.

Banyak anggota birokrasi yang sama-sama berasal dari Jawa

menggunakan bahasa Jawa dalam pembicaraan kedinasan.

Anggota birokrasi yang berasal dari Tapanuli berbicara bahasa

Batak bilamana menghadapi orang lain, sesama anggota biro-

krat atau bukan, (penulis) yang juga berasal dari Tapanuli, supaya

pembicaraan lebih akrab ketimbang menggunakan bahasa

Indonesia. Kadang-kadang penggunaan bahasa daerah memper-

sulit orang lain yang diharapkan ikut serta dalam pembicaraan

yang bersangkutan, karena tidak mengerti bahasa daerah yang

bersangkutan. Secara umum (penulis), anggota birokrasi ya

bekerja di suatu daerah tertentu, perlu memahami budaya daer

yang bersangkutan, paling tidak untuk lebih mengefektifk

komunikasi nya dengan warga masyarakat.

Di birokrasi yang banyak beranggotakan orang orang yang be

asal dari daerah tertentu terdapat kecenderungan didomina

sistem budaya daerah yang bersangkutan, terutama dala

penggunaan bahasa, tetapi sering pula meliputi tata cara pe

gaulan antar anggota birokrasi : cara memberi hormat, ca

menyatakan terima kasih, bahkan juga cara menyatakan ra

tidak puas, kesal, marah. Contoh (penulis), dominasi budaya Jaw

dalam birokrasi Indonesia : “  Ing ngarso sung tulado, i

 madya mangun karsa, tut wuri handayani” telah diucapk

dan dipahami dan diterima sebagai kepemimpinan Pancasila ol

para pejabat pemerintah Indonesia dari semua daerah, “sungka

dan “ewuh pakewuh” telah biasa diucapkan manakala anggo

birokrasi Indonesia membicarakan pengawasan melekat; d

masih banyak lagi istilah-istilah Jawa telah masuk dala

khasanah bahasa Indonesia dan dalam sistem AdministraNegara Indonesia.

Kehadiran sistem budaya daerah di suatu birokrasi terlihat deng

  jelas; pada hubungan-hubungan kekerabatan antara angg

anggota tertentu yang menurut aturan-aturan kebudayaan daer

yang bersangkutan adalah kerabat maupun antara anggot

anggota tertentu dan kerabat-kerabat mereka di luar birokra

Seringkali anggota-anggota yang bersangkutan menyimpang d

aturan-aturan hukum atau aturan lain yang berlaku dala

kedinasan, demi tuntutan kewajiban mereka dalam kekerabat

dengan orang yang di hadapi, misalnya dalam hal pengangkat

kenaikan pangkat mutasi dan pemberian persetujuan (KKN)

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 12/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur16

15

  4. Sistem Budaya Agama

Hari Minggu libur, kita warisi dari kebudayaan agama orang

Belanda yang dahulu menjajah kita. Bagi orang Belanda, yang

beragama Kristen, hari pertama dari setiap pekan merupakan

hari Tuhan; hari yang khusus digunakan untuk mengadakan

kebaktian keagamaan atau misa untuk memperingati kebangkitan

kembali Yesus. Maka, pekerjaan birokrasi pun harus dihentikan

pada hari Minggu itu.

Setiap hari Jumat, menjelang tengah hari, banyak anggota biro-

krasi yang beragama Islam meninggalkan pekerjaan untuk 

menunaikan ibadah sholat Jum’at di mesjid. Anggota birokrasi

yang tidak beragama Islam pun juga meninggalkan/berhenti

bekerja, karena mayoritas anggota masyarakat/birokrasi

beragama Islam. Bahkan (penulis), dalam sistem 6 hari kerja

dengan 37,5 jam kerja, pada hari Jumat jam kerja birokrasi hanya

sampai jam 11.30.

Karena masing-masing agama mempunyai budayanya sendiri,

maka di negara yang memberi kesempatan berkembangnya

semua agama dan warga negara bebas memeluk agamanya

masing-masing, seperti di Indonesia ini (Islam, Kristen, Hindu

dan Budha), maka dalam birokrasi dijumpai lebih dari satu sistem

budaya agama. Walau pun demikian, harus dicatat, bahwa kita

di Indonesia telah sepakat memisahkan agama dari kebudayaan,

karena agama bukan berasal dari manusia tetapi dari Tuhan.

(penulis).

  5. Sistem Budaya Asing

Unsur-unsur budaya asing terdapat di birokrasi pemerintah kita,

diperlukan dan digunakan oleh anggota birokrasi yang pernah

belajar di luar negeri, berkunjung ke luar negeri, ataupun

memperolehnya melalui pendidikan, pertemuan-pertemuan ataumedia massa di negara kita sendiri.

Generasi tua cenderung mengarahkan perhatian pada kebudaya

Belanda yang banyak mempengaruhi mereka ketika menjadi pelaj

ELS, HIS, MULO, AMS atau HBS atau sebagai mahasiswa

perguruan tinggi dalam zaman Belanda dahulu. Mereka banya

menggunakan bahasa Belanda baik dalam pembicaraan kedinas

maupun di luar kedinasan. Bahasa hukum banyak seka

mengandung istilah-istilah Belanda. Orang yang tidak mampu be

bahasa Belanda dianggap kurang terpelajar. Sebaliknya orang-orasekarang cenderung mengarahkan perhatian pada kebudaya

Amerika, atau orang-orang yang berbahasa Inggris. Mereka bany

menggunakan bahasa Inggris dan bertindak seolah-olah oran

terpelajar kalau mengetahui kebudayaan Amerika. Bahasa Ingg

telah menjadi bahasa internasional. Banyak (penulis) istilah asi

yang telah diadopsi dan dieja menurut ejaan Indonesia, sepe

presiden, direktur, prinsip, norma, akseptabel, kapabel, efisien

efektif, akuntabilitas, produktivitas, sistim/sistem dan lain-lain.

Dari keseluruhan uraian diatas, dapatlah kiranya dinyatakan bahw

pengaruh budaya dalam organisasi pemerintah sangatlah komple

Dilihat dari wujud budayanya maka organisasi pemerintah dipengaruoleh budaya ideel, sistem sosial dan budaya fisik, serta sekaligus pu

dilihat dari asal budayanya dipengaruhi oleh budaya birokrasi univers

budaya nasional, budaya daerah, budaya agama dan budaya asing

D. Latihan

1. Benarkah kebudayaan merupakan variabel yang sangat signifik

dalam studi administrasi suatu negara ?

2. Apakah ujud kebudayaan ideel yang paling mempengaruhi siste

administrasi negara Indonesia ?

3. Berilah contoh perwujudan pengaruh sistem sosial dalaadministrasi negara Indonesia.

15

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 13/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  17

18

4. Apakah pengaruh budaya yang menghambat modernisasi

aparatur di Indonesia ini ?

5. Mengacu kepada pengaruh budaya secara keseluruhan, pada

dasarnya; dapatkah pendekatan dalam modernisasi birokrasi

disamakan dengan di negara lain ?

E. RangkumanEksistensi organisasi Pemerintah tidak dapat terlepas dari

keterkaitannya dengan faktor-faktor lingkungan, yang terdiri atas

faktor-faktor geografi, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik,

ekonomi, sosial-budaya dan hankam. Pengaruh faktor budaya sangat

signifikan. Perilaku administrasi adalah hasil interaksi dari ciri-ciri

dan nilai-nilai budaya dengan administrasi. Budaya administrasi

merupakan perpanjangan dari budaya masyarakat yang lebih jelas.

Kebudayaan dapat diartikan sebagai “keseluruhan gagasan dan

karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta

keseluruhan hasil dan karyanya”. Kebudayaan mempunyai tiga

wujud, yaitu kebudayaan ideel, sistem sosial dan kebudayaan fisik.

Kebudayaan ideel dapat disebut adat istiadat dan terdiri atas tingkatnilai budaya, tingkat norma-norma, tingkat hukum dan tingkat aturan

khusus. Ketiga wujud kebudayaan tersebut berpengaruh terhadap

organisasi pemerintah. Kebudayaan ideel akan banyak mempe-

ngaruhi antara lain visi, misi dan sistem nilai organisasi. Sistem sosial

akan banyak mempengaruhi perilaku anggota organisasi pemerintah,

seperti dalam komunikasi, hubungan kerja, kerjasama dan sistem

kerja. Kebudayaan fisik juga mempengaruhi perilaku, sistem kerja

dan alat-alat kerjanya.

Disamping itu birokrasi sekaligus juga dipengaruhi oleh sistem budaya

birokrasi yang universal, sistem budaya nasional, sistem budaya

daerah, sistem budaya agama dan sistem budaya asing.

BAB III

ARTI DAN PENTINGNYA ETIKA

DALAM ORGANISASI

Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu

memahami arti dan pentingnya etika dalam organisasi.

Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan d

kesanggupan seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norm

kehidupan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat atau sa

organisasi. Etika organisasi menekankan perlunya seperangkat nilai ya

dilaksanakan setiap orang anggota. Nilai nilai tersebut berkaitan deng

pengaturan bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku dengan ba

seperti sikap hormat, kejujuran, keadilan dan tanggung jawa

Seperangkat nilai-nilai tersebut biasanya dijadikan sebagai acuan da

dianggap sebagai prinsip-prinsip etis atau moral.

Dalam kehidupan organisasi terdapat berbagai permasalahan yan

pemecahannya mengandung implikasi moral dan etika. Ada ca

pemecahan yang secara moral dan etika diterima tetapi ada juga yan

tidak dapat dipertanggung jawabkan, cara-cara yang secara moral da

etika dapat diterima merupakan cara-cara yang benar dan sebalikny

cara-cara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan disebut cara ca

yang salah. Dalam praktek kehidupan organisasi tidak ada tolok uk

yang mutlak tentang yang benar dan yang salah. Ini tidak terlepas da

berbagai faktor seperti agama, budaya dan sosial. Pemahaman tentan

yang benar dan yang salah itulah yang mendasari perlunya etika dala

organisasi yaitu untuk membantu memberikan makna yang tepat tenta

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 14/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur19

kehidupan organisasi. Beberapa alasan mengapa norma moral dan etika

itu diperlukan dalam organisasi antara lain :

1. Karena etika berkaitan dengan perilaku manusia. Hal ini menyangkut

aplikasi seperangkat nilai luhur dalam bertindak bagi kehidupan seorang

dan organisasi dan menyangkut berbagai prinsip yang menjadi landasan

bagi perwujudan nilai nilai tersebut dalam berbagai hubungan yang

terjadi antar manusia dan lingkungan hidup.

2. Agar bisa mengikuti kehidupan sosial yang tertib manusia memerlukan

kesepakatan, pemahaman, prinsip dan ketentuan lain yang menyangkut

pola perilaku. Etika memberikan prinsip yang kokoh dalam berperilaku

sehingga kehidupan dalam organisasi semakin bermakna. Setiap bentuk 

kerja sama didasarkan pada kesepakatan yang dicapai bersama.

3. Karena dinamika manusia dengan segala konsekuensinya baik bersifat

norma moral maupun etika perlu dianalisa dan dikaji ulang, hal ini di-

maksudkan agar tetap relevan dalam memperkaya makna kehidupan

seseorang, kelompok, organisasi dan masyarakat luas yang pada

gilirannya memperlancar interaksi antar manusia.

4. Pentingnya etika dalam era modern sekarang ini lebih jelas terlihatbila diingat bahwa etika menunjukkan kepada manusia nilai hakiki

dari kehidupan sesuai dengan keyakinan agama, pandangan hidup

dan sosial. Dapat dikata kan bahwa etika berkaitan langsung dengan

sistem nilai manusia, etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas,

nilai-nilai hidup yang hakiki dan memberi inspirasi kepada manusia

untuk secara bersama-sama menemukan dan menerapkan nilai-nilai

tersebut bagi kesejahteraan dan kedamaian umat manusia. (Sondang

Siagian, 1996, 335-337).

Didalam lingkungan organisasi pemerintahan seorang aparatur dituntut

untuk bekerja sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Secara etis

seorang aparatur merasa terpanggil untuk melayani kepentingan publik 

secara adil tanpa membedakan kelompok, golongan, suku, agama serta

status sosial. Menurut etika organisasi pemerintahan RI seorang aparat

harus dapat menjadikan dirinya sebagai model panutan tentang kebaik

dan moralitas pemerintahan terutama yang berkenaan dengan pelayan

kepada publik. Dia akan senantiasa menjaga kewibawaan dan cit

pemerintahan melalui kinerja dan perilaku sehari hari denga

menghindarkan diri dari perbuatan yang tercela yang dapat merugik

masyarakat dan negara. Jadi etika pada dasarnya merupakan upay

menjadikan moralitas sebagai landasan bertindak dan berperilaku dalakehidupan bersama termasuk di lingkungan profesi administrasi. (Rya

Rasyid, 1996, 43-44).

Profesi dimaksudkan sebagai pekerjaan untuk mencari nafkah hidu

dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan sesuai dengan tuntuta

dan persyaratan organisasi pemerintahan, dengan melibatkan komitme

pribadi (moral) yang mendalam atas pekerjaannya itu. Ia melibatk

seluruh kepribadiannya sehingga mendorong untuk menjalankan tugasn

dengan tekun, giat serius untuk melayani kepentingan publik. Ia tid

mengerjakan pekerjaannya sekedar sebagai hobi, sebagai sambil

apalagi asal-asalan, komitmen pribadi inilah yang melahirkan tanggu

 jawab yang besar atas tugas yang diembannya.

Dari pemahaman ini diharapkan bahkan dituntut bahwa seorang pegaw

negeri, seorang aparatur haruslah memiliki persyaratan seoran

profesional yang mendapat kepercayaan publik atau masyarakat yan

dilayani. Dia dipercayai dan diandalkan memiliki keahlian dan keterampil

yang dibutuhkan masyarakat. Lebih dari itu seorang aparatur yan

profesional dipercaya masyarakat karena mempunyai komitmen mora

etis, serta bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya kepada publ

( public accountability).

Dari analisis tersebut di atas dapatlah ditarik beberapa manfaat nil

etika bagi organisasi sebagai berikut :

1.  Kebersamaan, bekerja dalam semangat kebersamaan dan pesahabatan lebih baik dari bekerja sendiri sendiri.

20

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 15/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  21 22

2.  Empati, memahami dan dapat menyelami dan merasakan masalah

yang dihadapi orang lain.

3.  Kepedulian, kesediaan untuk memberikan bantuan secara ikhlas.

4.  Kedewasaan, kematangan dalam mengatasi permasalahan

bersama.

5. Orientasi Organisasi, perilaku yang diatur dalam organisasi dalam

memecahkan masalah.

6.  Respect, saling menghormati dan menghargai sesama mitra kerja.

7.  Kebajikan, berperilaku santun, rendah hati serta memberikan

kedamaian dalam setiap pertemuan.

8.  Integritas, mengutamakan kepribadian yang utuh.

9.  Inovatif , kreatif dalam menciptakan gagasan dan tindakan yang baru

dan memberikan nilai tambah serta bermanfaat bagi organisasi.

10. Keunggulan, tampil dengan gagasan dan karya yang lebih baik dari

yang terbaik.

11. Keluwesan, Sikap dan tindakan yang luwes, tidak kaku sepanjangtidak bertentangan dengan prinsip dan hati nurani.

12. Kearifan, sikap dan perilaku yang berorientasi pada prinsip

keseimbangan antara rasionalitas dan moralitas.

A. Pola Perilaku Kepemimpinan Aparatur

Nilai-nilai etika yang dikembangkan bukan hanya sekedar untuk 

menjadi keyakinan pribadi para anggota pegawai negeri ( personal

values) tetapi diterima dan disepakati menjadi seperangkat norma

organisasi (share values). Etika menjadi acuan atau pedoman

dalam bersikap dan bertindak dari seluruh jajaran organisasi

pemerintahan dan pelanggaran atasnya membawa konsekuensi

moral. Setiap anggota aparatur dituntut untuk mentaatinya deng

sadar dan penuh disiplin. Yang melanggar disiplin dapat dikenak

sanksi adminstratif sesuai dengan jenis dan sifat pelanggara

(penurunan pangkat dan sejenisnya). Pegawai yang taat atas eti

mendapat ganjaran (tanda penghargaan dan sebagainya).

Nilai-nilai etika yang disepakati bersama sebagai pola perilaku d

dirumuskan dalam apa yang dikenal dengan kode etik. Kode et

ini dijadikan pedoman bagi setiap anggota dalam bersikap d

berperilaku untuk menentukan mana yang baik atau tidak bai

benar atau salah.

Sebagai contoh Kode etik dari suatu perusahaan antara lain memu

1. Pengaturan mengenai keselamatan kerja, kesehatan d

keamanan;

2. Rasa hormat, kejujuran, kesopanan, dan keadilan;

3. Kehadiran karyawan yang tepat waktu;

4. Penggunaan bahasa yang baik dan benar;

5. Tidak menerima atau menawarkan suap;

6. Menjaga kerahasiaan informasi perusahaan;

7. Tidak menyalahgunakan sarana organisasi untujk kepenting

pribadi;

8. Mematuhi ketentuan dan keamanan masyarakat.

Pada tahun 1981,  American Society for Public Administrati

( ASPA) merumuskan kode etik administrasi publik sebagai berik

1. Pelayanan kepada masyarakat adalah pelayanan di at

pelayanan kepada diri sendiri;

2. Rakyat adalah berdaulat dan mereka yang bekerja dalam insta

pemerintah pada akhirnya bertanggung jawab kepada rakya

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 16/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur2423

3. Hukum mengatur semua tindakan dari instansi pemerintah.

Apabila hukum atau peraturan dirasa bermakna ganda, tidak 

bijaksana, atau perlu perubahan, kita akan mengacu kepada

sebesar-besarnya kepentingan rakyat sebagai patokan;

4. Manajemen yang efektif dan efisien adalah dasar bagi adminis-

trasi negara. Subversi melalui penyalahgunaan pengaruh,

penggelapan, pemborosan atau penyelewengan tidak dapat

dibenarkan. Para pegawai bertanggung jawab untuk melaporkan jika ada tindak penyimpangan;

5. Sistem penilaian kecakapan, kesempatan yang sama, dan asas-

asas itikad baik akan didukung, dijalankan, dan dikembangkan;

6. Perlindungan terhadap kepercayaan rakyat adalah sangat

penting. Konflik kepentingan, penyuapan, hadiah, atau favoritisme

yang merendahkan jabatan publik untuk keuntungan pribadi tidak 

dapat diterima;

7. Pelayanan kepada masyarakat menuntut kepekaan khusus

dengan ciri-ciri keadilan, keberanian, kejujuran, persamaan,

kompetensi, dan kasih sayang. Kita menghargai sifat-sifat seperti

ini dan secara aktif mengembangkannya;

8. Hati nurani memegang peranan penting dalam memilih arah

tindakan. Ini memerlukan kesadaran akan makna ganda moral

dan kehidupan, dan pengkajian tentang prioritas nilai; tujuan yang

baik tidak pernah membenarkan cara yang tidak bermoral ( good 

ends never justify immoral means).

9. Para administrator negara tidak hanya terlibat untuk mencegah

hal yang salah, tetapi juga untuk mengusahakan hal yang benar

melalui pelaksanaan tanggung jawab dengan penuh semangat

dan tepat pada waktunya. (Wahyudi Kumorotomo, 1992, 337-

338).

Demikianlah, kode etik berusaha merumuskan nilai-nilai etis ke

dalam bidang tugas administrasi negara. Mengenai pelaksanaannya

dalam perilaku nyata, tergantung pada niat baik dan kepekaan ha

nurani aparatur itu sendiri. Kode etik dirumuskan dalam rangk

upaya pencegahan terhadap kemungkinan perilaku yang tid

santun, dan demi kepentingan organisasi. Setiap aparatur diharapk

mentaatinya dengan kesadaran penuh. Ini didasarkan kepada asum

bahwa pada dasar nya setiap manusia adalah baik dan suka ha

hal yang baik. Apabila ada orang-orang yang menyimpang da

kebaikan, itu semata-mata karena dia tidak tahu norma untu

bertindak dengan baik atau tidak tahu cara-cara bertindak yan

menuju ke arah kebaikan.

Kode etik organisasi pemerintah Rl memuat pokok-pokok rumus

sebagai berikut (UU Nomor 8/1974 Pasal 28) :

1. Pegawai Negeri sipil adalah warga negara kesatuan Republ

Indonesia yang berdasarkan Pancasila, yang bertaqwa kepad

Tuhan Yang Maha Esa, dan bersikap hormat menghorma

antara sesama warga negara yang memeluk agama/kepercay

an yang berlainan.

2. Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara, ab

negara, dan abdi masyarakat, setia dan taat sepenuhnya kepa

Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerint

serta meng-utamakan kepentingan negara di atas kepentinga

diri sendiri, seseorang atau golongan.

3. Pegawai Negeri Sipil penjunjung tinggi kehormatan Negar

Pemerintah, dan martabat Pegawai Negeri Sipil serta menta

segala peraturan kedinasan dan perintah-perintah atasan deng

penuh kesadaran, pengabdian dan tanggungjawab.

4. Pegawai Negeri Sipil memberikan pelayanan terhadap masyarak

sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 17/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  25 26

5. Pegawai Negeri Sipil tetap memelihara keutuhan,

kekompakan, persatuan, dan kesatuan Negara dan Bangsa

Indonesia serta Korps Pegawai Negeri Sipil.

Namun kode etik yang memuat isi dan semangat sebagaimana

tersebut di atas sampai kini belum dapat diterapkan secara penuh

dan konsisten mengingat berbagai kendala yang bersifat sistemik,

struktural mulai dari pendekatan, sumber daya dan sistem insentif 

dalam arti luas. Melalui kode etik tersebut setiap aparatur terikat

untuk berperilaku sebagai pendukung moral sekaligus pelaksana

nilai-nilai pemerintahan tersebut secara nyata. Didalam melaksana-

kan tugasnya setiap aparatur harus memperhatikan nilai-nilai etis

dalam mengambil keputusan demi kepentingan publik. Dia

melakukan pertimbangan teknis dan ketentuan yang melekat kepada

kedudukannya sebagai pembuat keputusan dengan senantiasa

berpedoman kepada nilai nilai kejujuran, kearifan, tanggung jawab.

Disamping kode etik, dilingkungan jajaran birokrasi pemerintah

ditetapkan berbagai peraturan kepegawaian yang menyangkut disiplin

kerja, sumpah jabatan dan daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan

(DP-3) yang berisi unsur-unsur kesetiaan, prestasi kerja, tanggung

 jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan.

Kode etik yang berlaku selama ini dilingkungan administrasi

pemerintahan RI terasa verbalistik dan kaku dan memuat daftar

keharusan dan larangan tanpa disertai alasan yang mendasarinya,

sehingga kurang menyentuh hati nurani dan kesadaran.

Didalam pelaksanaan tugas-tugas administrasi negara, terutama

yang terkait dengan pelayanan kepada masyarakat yang majemuk 

dituntut kehati-hatian, kecermatan. Kewenangan yang dimiliki

seorang aparatur jangan sampai tergelincir pada kesewenangan-

kewenangan. Kelengahan terhadap nilai moral dan kode etik serta

ketentuan lain dapat membawa dampak dan konsekuensi moral,

rasa keadilan dan nasib manusia.

Beberapa tindakan untuk mencegah kecenderungan kepada hal h

yang negatif oleh seorang aparatur pemerintah telah dituangka

dalam ketentuan yang membuat rambu-rambu peringatan, larang

dan sanksi terhadap pelanggaran atas ketentuan tersebut. Dala

organisasi pemerintahan ada ketentuan yang melarang aparat

untuk melakukan tindakan sebagai berikut (Paul H. Douglas, dala

Wahyudi Kumorotomo, 1992, 345-346) :

a. lkut serta dalam transaksi bisnis pribadi atas perusahaan swas

untuk keuntungan pribadi dengan mengatasnamakan jabat

kedinasan.

b. Menerima segala bentuk imbalan dari pihak swasta pada saat

melaksanakan transaksi untuk kepentingan kedinasan at

pemerintah.

c. Membicarakan masa depan peluang kerja di luar instansi pa

saat ia berada dalam tugas sebagai pejabat pemerintah.

d. Membocorkan informasi komersial atau ekonomis yang bersi

rahasia kepada pihak yang tak berhak.

e. Terlalu erat berurusan dengan orang di luar instansi pemerintyang dalam menjalankan bisnis pokoknya tergantung dari ij

pemerintah.

Di lingkungan organisasi Pemerintahan RI juga telah diatur ketentu

yang mengikat setiap Pegawai Negeri untuk senantiasa waspad

terhadap godaan yang cenderung untuk menyalahgunakan jabata

memperkaya diri dan perilaku yang merugikan negara. Semuan

tercakup dalam kode etik, disiplin kerja, sumpah jabatan dan DP-

dan diperkukuh dengan peraturan perundang-undangan. Ini semu

dimaksudkan agar aparatur dapat diminta pertanggungjawabann

kepada publik sesuai dengan hati nurani dalam rangka mengemb

kedaulatan rakyat dan menjunjung tinggi kehormatan negara.

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 18/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur2827

lingkungan yang makin longgar bahkan tanpa batas sehing

pemahaman tentang loyalitas menjadi makin sul

diindetifikasikan.

3. Kekuatan dan daya tahan emosi untuk mengelola kecemas

dirinya dan orang lain berbarengan dengan berlangsungn

pembelajaran dan perubahan menjadi kebutuhan dan cara ker

(way of life).

3. Keterampilan baru dalam mengkaji berbagai asumsi buday

menentukan asumsi yang fungsional dan proses yang berjal

yang memperluas budaya melalui pembangunan kekuatann

dan unsur-unsur fungsional.

4. Kesanggupan dan kesediaan untuk menyertakan pihak la

menggalakkan peran serta mereka. Ini disebabkan tugas d

tanggung jawab yang terlalu kompleks dan informasi menja

semakin meluas disebarkan bagi pemimpin untuk menyelesaik

permasalahan secara mandiri.

5. Kesanggupan dan kesediaan untuk berbagi kekuasaan sesu

dengan keterampilan dan kemampuan. Ini berarti untumemungkinkan dan menggalakkan kepemimpinan untu

bertumbuh subur di seluruh organisasi. (Frances Hesselbein,

al; 1996; 66-69).

Kepemimpinan aparatur dituntut untuk mampu menghada

perubahan paradigma kepemerintahan (governance) atau yan

kini dikenal dengan istilah good governance (Kepemerintah

yang amanah). Pemahaman atas konsep pengelolaa

kepemerintahan yang amanah kini terus berkembang. Adapu

prinsip-prinsipnya adalah :

1. Akuntabilitas, Tanggung Gugat (accountability). Aku

tabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertangungjawaban atas kinerja dan tindakan pimpinan sua

Seorang aparatur harus senantiasa mawas diri, peka dan tanggap

terhadap aspirasi masyarakat dengan membuka diri secara lapang

dada terhadap berbagai keluhan sehat dan saran yang membangun

dari masyarakat serta waspada terhadap berbagai godaan atau

pengaruh yang bisa berakibat serius terhadap integritas kepe-

mimpinannya.

Mungkin yang perlu mendapat perhatian adalah, peringatan,

pengawasan, penyadaran dan sentuhan rohani yang terus menerus

untuk menggugah kesadaran mereka dan kepekaan etis untuk 

melestarikan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan dan interaksi

para warga anggota pemerintah dengan lingkungan masyarakat yang

lebih luas.

B. Ciri-Ciri Kepemimpinan Aparatur yang Ideal

Organisasi pemerintahan berkembang pesat mengikuti perubahan

yang cepat dan bersifat global dari lingkungan strategis yang

mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan militer. Hal

ini menyebabkan sistem dan lembaga pemerintah yang lampaumungkin menjadi kuno dan bentuk-bentuk baru kepemerintahan dan

kepemimpinan tersebut perlu dikaji ulang. Sederap dengan dinamika

perubahan tersebut pengkajian perlu dilakukan secara terus menerus.

Kepemimpinan aparatur dituntut memiliki kompetensi yang

diperlukan untuk secara kreatif mampu menyelesaikan berbagai

permasalahan dan tantangan akibat dari perubahan yang cepat dan

penuh ketidakpastian, sebagai berikut:

1. Persepsi dan pemahaman terhadap kenyataan dunia dan tentang

kepemimpinan itu sendiri.

2. Tingkat motivasi yang tinggi memungkinkan pemimpin aparatur

untuk sanggup bertahan menghadapi perubahan terutama dalam

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 19/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  29 30

organisasi kepada publik yang memiliki hak meminta

pertanggungjawaban. Kalau salah pemerintah dapat digugat

oleh rakyat penerima pelayanan masyarakat.

2. Transparansi  (Transparency). Dapat diketahui oleh pihak 

yang berkepentingan mengenai kebijakan pemerintah,

organisasi, badan usaha. Seleksi jabatan berdasarkan  fit and 

 proper test , tender pelelangan, pemberian izin dilakukan secara

transparan.

3. Keterbukaan (Openess). Pemberian informasi secara terbuka,

terbuka terhadap saran dan kritik yang dianggap sebagai

partisipasi masyarakat untuk perbaikan.

4.  Berdasarkan  Hukum  (Rule  of   Law). Keputusan, kebijakan

pemerintah, organisasi, badan usaha yang menyangkut

kepentingan publik/masyarakat dilakukan berdasarkan hukum

(peraturan perundangan yang berlaku). Jaminan kepastian

hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan

publik yang ditempuh. Conflict Resolution (Penyelesaian

Konflik) berdasarkan hukum (termasuk abritase dan Out of 

Court Settlement ).

5.  Jaminan  Fairness,  a  level  playing  field   (perlakuan  yang

adil/perlakuan  kesetaraan). Ini berlaku bagi pemerintah

kepada masyarakat dalam pelayanan publik, perusahaan kepada

pelanggan dan sebagainya. (Bintoro; 2001, 75-78).

Salah satu hal yang mendasar adalah perubahan dari government 

ke governance. Konsep good governance yang melibatkan

interaksi antara ketiga domain (unsur pemerintah, unsur swasta,

dan unsur masyarakat) yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip

tersebut di atas akan mengasilkan transaksional output yang efisien,

ekonomis. Good governance mungkin sudah berjalan di negara

maju tertentu seperti Skandinavia, Belanda, Jepang. Tetapi di banyak 

negara lain, terutama negara berkembang, hal ini masih merupak

suatu proses. Di Indonesia tekad dan komitmen pemerintah unt

melaksanakangood governance perlu terus ditingkatkan. Sudah mu

dilakukan tindakan perampingan organisasi administrasi publik d

desentralisasi (otonomi) serta debirokratisasi. Itu semua merupak

bagian dari proses good governance. (Ibid, 2001, 75-81).

Menurut Bintoro ada lima hal yang perlu mendapat perhatian ya

aparatur publik yang ramping, efisien dan efektif, birokrasi yan

netral dari organisasi/partai politik, pengembangan meritrokasi at

dasar profesionalisme yang fair, pendidikan dan pelatihan pegaw

Clean Government yaitu pemerintahan yang bebas KKN.

Kepemimpinan aparatur mendatang dihadapkan kepada pe

masalahan global yang makin kompleks, berat dan luas. Ini menunt

karakteristik kompetensi kepemimpinan yang kreatif dan kompeti

di arena persaingan global yang makin tajam. Kepemimpinan form

dalam jajaran administrasi publik diharapkan memahami dan men

amalkan kepemimpinan non formal dan dunia usaha. Hal ini diseba

kan keberhasilan kepemimpinan aparatur mendatang akan bany

berkaitan dengan stakeholders yang sebagian besar berada di areluar administrasi publik.

Peran kepemimpinan aparatur adalah seperti yang digambark

oleh Burt Nanus. Yaitu sebagai Coach atau pelatih yang senantia

mampu melatih, mendidik, membina dan memberdayakan apar

atau pegawai yang dipimpinnya. Dikaitkan dengan kepemimpin

yang strategis, maka seorang pemimpin haruslah berperan sebag

spokesman atau juru bicara yang mampu menjelaskan visi, mi

tujuan dan program-program kerja kepada stakeholders yang bera

diluar organisasi. Kemampuan berkomunikasi, dialog, lobb

mendengar secara aktif sangat diperlukan. Ke dalam organisa

seorang pemimpin aparatur hendaknya mampu membawa pe

ubahan baru, gagasan dan terobosan baru dan pemikiran yang mem

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 20/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur3231

bawa nilai tambah produktivitas dan efisiensi organisasi. Disamping

itu keluar, pemimpin aparatur hendaknya mampu berperan sebagai

direction setter yakni suatu kemampuan untuk memberikan arah

yang tepat dalam rangka perwujudan visi, misi, tujuan dan program-

program kerja organisasi.

Ciri ciri kepemimpinan dari segi kompetensi dapat dikemukakan

antara lain (Frances Hasselbein et. Al, editor, 1996, 67-69).

Ciri pertama adalah kesadaran diri, seorang pemimpin harus

mempunyai pemahaman tentang jati dirinya yang tercermin dari

sikap sabar, teguh pendirian, memiliki integritas tinggi. Seseorang

yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan

emosional.

Ciri kedua adalah kemampuan mengelola dan atau menangani

perubahan, ketidakpastian (uncertainty), ketidakteraturan

(chaos) dan keserbabertentangan ( paradoxal). Hal ini disebab

kan pengaruh globalisasi dan untuk itu dibutuhkan keluwesan

dan kemampuan untuk mengatasi setiap keadaan, termasuk 

mengelola kendala menjadi peluang.

Ciri ketiga adalah mempunyai visi ke depan. la harus mampumenggerakkan seluruh jajaran organisasi agar mempunyai per-

samaan persepsi terhadap apa yang akan dicapai bersama,

sehingga mampu menggerakkan organisasi sebagai organisasi

pembelajaran yang dapat terus berkembang ( learning

organization).

Ciri keempat mempunyai kejelasan sistem nilai (value system)

yang dikembangkan bersama seluruh jajarannya sebagai

pembentuk budaya organisasi (organization culture) yang akan

mengembangkan jiwa, karsa, disiplin dan etos kerja.

Ciri kelima mempunyai orientasi kepada pengguna jasa atau

masyarakat yang seharusnya dilayani dan atau mendapat

pelayanan dari organisasi yang dipimpinnya.

Ciri keenam adalah keterbukaan (openness), keterbuka

terhadap kritik dan saran sehingga akan dapat terus meningkatk

dan memperbaiki diri dan produktivitas organisasi.

Ciri ketujuh adalah kepercayaan (trust ) yaitu deng

memberikan kepercayaan kepada yang dipimpinnya. Deng

mengasumsikan bahwa setiap orang mempunyai nilai positif yan

perlu dipupuk dan diberikan kepercayaan untuk terus dikemban

kan, dengan demikian masing masing jajaran dibawahnya ak

mengembangkan potensinya yang terbaik.

Ciri kedelapan adalah kemampuan menggunakan kekuasa

secara arif dan bijaksana sehingga tidak terjadi penyalahguna

 jabatan dan penyimpangan dari amanah dan kekuasaan yan

diemban. Bijaksana adalah puncak dari semua pemahama

karena itu untuk melaksanakan kepemimpinan yang bijak m

merlukan pemahaman tentang banyak hal dengan lengkap da

baik.

C. Etika Kepemimpinan Aparatur yang IdealDalam era demokratisasi dan reformasi dewasa ini pengembang

perilaku kepemimpinan kepemerintahan menuntut kelincahan dala

mengembangkan pendekatan yang bebas dan kecenderunga

dominasi, serta berusaha mengarahkan orientasi kepada masyarak

luas dengan meningkatkan kepekaan untuk mendengarkan aspira

yang berkembang termasuk saran, tanggapan, keluhan bahkan krit

terhadap penyelenggaraan kepemerintahan publik.

Untuk itu diperlukan peningkatan seperangkat kapasitas kompeten

aparatur sebagai berikut :

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 21/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  33 34

1. Kepekaan Terhadap Situasi Lingkungan

Yaitu kemampuan untuk mengamati perkembangan yang terjadi

di tengah masyarakat, sehingga bisa secara tepat mengantisipasi

kecenderungan perubahan yang akan dihadapi. Untuk maksud

itu seorang pemimpin harus terus berusaha menghimpun data dan

informasi dalam rangka proses belajar untuk memperluas

wawasan dalam berbagai bidang permasalahan kepemerintahan

secara obyektif dan aktual. Dengan demikian seorang pemimpin

aparatur selalu berada pada posisi yang tepat dalam semua situasi

dan memberi respons sesuai dengan tantangan yang dihadapi.

Kepekaan dari segi kepemimpinan dapat dianggap sebagai unsur

utama yang menentukan kualitas dari suatu pemerintahan.

  2. Pengayom dan Pelindung atas Moral Masyarakat

Yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri agar tidak terjebak 

melakukan sesuatu yang dapat menciptakan atau meningkatkan

keresahan dalam masyarakat. Seorang pemimpin yang demo-

kratis tidak akan menghasut masyarakat untuk melakukan

tindakan dengan cara-cara yang tidak etis melanggar HAM atau

dengan kekerasan yang akan menimbulkan keresahan, kerusakan

moral dalam masyarakat demi melaksanakan kebijakan

perubahan. Tanggung jawab menjaga kepercayaan masyarakat

atas sis tem ketertiban dan keamanan yang berlaku, terletak 

pada setiap pemimpin yang demokratis.

  3. Keterbukaan Pikiran

Kemampuan untuk memahami bahwa dalam kehidupan

pemerintahan khususnya dalam pertarungan kepentingan, tidak 

ada “kebenaran” yang bersifat tunggal, dan tidak ada suatu

kelompok yang memil iki hak dan monopoli a tas dasar

kebenaran. Dalam kehidupan pemerintahan, apa yang disebut

kebenaran bersifat relatif, dan karena itu tidak mungkin di-

monopoli oleh suatu kelompok. Kapasitas untuk melihat sega

sesuatu dengan pikiran terbuka merupakan jalan lurus menu

toleransi atas perbedaan pendapat yang menjadi salah satu c

dari praktek demokrasi. Ia juga menjadi modal untuk bersik

 jujur menerima pendapat pihak lain jika ternyata lebih rasion

dan tepat. Perilaku kepemimpinan aparatur yang tidak mam

menampung berbagai pendapat pihak lain dan tidak toler

terhadap perilaku yang menegaskan adanya oposisi adalah wujudari sikap kesewenang-wenangan atau otoritarianisme.

 4. Memperhatikan Aspirasi Masyarakat.

Yaitu kemampuan untuk dekat bersedia memperhatik

kepentingan orang banyak. Dalam demokrasi dukungan ora

banyak merupakan salah satu kunci pokok bagi keberhasil

seseorang pemimpin aparatur. Seorang pemimpin aparat

bersedia untuk mendengar suara, mempelajari harapan d

aspirasi mereka serta menerjemahkannya ke dalam serangkai

tindakan dan kebijakan publik. Di lingkungan pemerintahan ya

demokratis efektifitas kepemimpinan selalu diukur melal

keberhasilan seseorang membawakan fungsi-fungsi utampemerintahan itu sendiri yakni : pelayanan atau service, pembe

dayaan atau empowerment dan pembangunan atau developme

Dalam fungsi pemberdayaan terkandung tujuan untuk mencipt

kan masyarakat mandiri dan dalam fungsi pembangun

terkandung tujuan untuk menciptakan kesejahteraan raky

(Ryaas Rasyid; 1996, 98-104) bagi kehidupan seseorang d

organisasi dan menyangkut berbagai prinsip yang menja

landasan bagi perwujudan nilai-nilai tersebut dalam berbag

hubungan yang terjadi antar manusia dan lingkungan hidup.

35

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 22/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur

36

D. Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan etika organisasi ?

2. Mengapa seorang pemimpin perlu memahami etika dalam

berorganisasi?

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kode etik ?

4. Jelaskan ciri-ciri kepemimpinan yang ideal ?

E. Rangkuman

Etika organisasi menekankan perlunya seperangkat nilai yang

dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Nilai-nilai tersebut berkaitan

dengan pengaturan bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku

dengan baik. Dalam praktek kehidupan organisasi tak ada tolok 

ukur yang mutlak tentang yang benar dan yang salah. Pemahaman

tentang yang benar dan yang salah itulah yang mendasari perlunya

etika dalam organisasi.

Nilai-nilai etika yang dikembangkan diterima dan disepakati menjadi

seperangkat norma organisasi dan menjadi acuan atau pedoman

dalam bersikap dan bertindak dari seluruh jajaran organisasi

pemerintahan.

Seiring dengankemajuan zaman, kepemimpinan seorang aparatur

dituntut untuk memiliki kompetensi dalam memecahkan berbagai

persoalan dan perubahan paradigma serta berperan sebagai direction

 setter atau memberikan arah.

BAB IV

PENYELENGGARAAN NEGARA YANG

BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI,

KOLUSI DAN NEPOTISME

Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu

memahami, menjelaskan serta menerapkan penyelenggaraan

negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

A. Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Beba

Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Dalam UU Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Nega

yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotism

dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan Penyelengga

Negara yang mampu menjalankan tugasnya secara sunggu

sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-as

penyelenggaraan negara. Adapun yang dimaksud denga

penyelenggaraan negara adalah pejabat negara yang menjalank

fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang fung

dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesu

dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

35

3837

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 23/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV 

37

38

1. Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara

Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional

sesuai dengan tuntutan reformasi diperlukan kesamaan visi,

persepsi dan misi dari seluruh penyelenggaraan negara dan

masyarakat. Persamaan visi. persepsi dan misi tersebut harus

sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki

terwujudnya penyelenggaraan negara yang mampu menjalankan

tugas dan fungsinya secara sungguh-sunguh penuh tanggung  jawab, yang dilaksanakan secara efektif, efisien, bebas dari

korupsi, kolusi dan nepotisme sebagaimana diamanatkan oleh

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia Nomor

XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Sehubungan dengan hal tersebut dengan UU Nomor 28 Tahun

1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas

KKN telah ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara

yang mencakup asas kepastian hukum, asas tertib penyeleng-

garaan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas

proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas.

 a. Asas Kepastian Hukum

Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah asas

dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan

perundang-undangan, keputusan dan keadilan dalam setiap

kebijakan penyelenggaraan negara.

  b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

Yang dimaksud dengan asas tertib penyelenggaraan negara

adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian,

dan keseimbangan dalam pengabdian penyelenggaraan

negara.

 c. Asas Kepentingan Umum

Yang dimaksud asas kepentingan umum adalah asas yan

mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yan

aspiratif, akomodatif, dan kolektif.

  d. Asas Keterbukaan

Yang dimaksud asas keterbukaan adalah asas yang membu

diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informayang benar, jujur, dan tidak diskriminatif terhadap penyelen

gara negara dengan tetap memperhatikan perlindungan at

hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.

e. Asas Proporsionalitas

Yang dimaksud dengan asas proporsionalitas adalah asas yan

mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajib

penyelenggaraan negara.

 f. Asas Profesionalitas

Yang dimaksud dengan asas profesionalitas adalah asas yan

mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik d

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  a. Asas Akuntabilitas

Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah asas ya

menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir da

kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggun

 jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegan

kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentua

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

37

M d l Dikl i Ti k IV E ik K i i A39

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 24/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur

40

39

B. Latihan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyelenggaraan negara?

2. Penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Jelaskan asas umum pemerintahan negara ?

C. Rangkuman

Penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan

fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif. Penyelenggaraan negara

harus bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,

Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang seperti tersebut

di atas, penyelenggara negara harus mampu menjalankan tugasnya

secara bersungguh-sungguh dan penuh tanggungjawab serta

menjunjung tinggi azas -azas umum pemerintahan negara.

BAB V

P E N U T U P

A. Simpulan

Etika memainkan peranan penting dalam organisasi pemerinta

karena setiap kebijakan publik mengandung pertimbangan da

keputusan etis yang berkaitan langsung dengan sistem nilai manusi

mendorong tumbuhnya naluri moralitas, untuk melakukan piliha

pilihan yang baik dan benar demi kepentingan publik.

Di dalam lingkungan organisasi pemerintahan, aparatur dituntut untu

menjaga citra pemerintahan melalui kinerja dan perilaku dala

menjalankan tugasnya sehari-hari dengan menghindarkan diri da

perbuatan yang tercela yang dapat merugikan masyarakat da

negara.

Kode etik merupakan pedoman bagi setiap aparatur untuk bersika

dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang telah disepaka

bersama untuk mencapai tujuan organisasi.

Pelanggaran terhadap kode etik membawa dampak dan konsekuen

moral, rasa keadilan dan nasib anggota organisasi.

Seorang pemimpin aparatur harus senantiasa mawas diri da

tanggap terhadap berbagai aspirasi yang berkembang dala

masyarakat dan senantiasa menjaga integritas kepemimpinanny

Kepemimpinan aparatur menuntut kompetensi yang mamp

menyelesaikan berbagai permasalahan dan tantangan yan

disebabkan oleh perubahan yang cepat bersifat global dan penu

ketidakpastian.

Etika Kepemimpinan AparModul Diklatpim Tingkat IV 41 42

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 25/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV  41 42

Paradigma kepemerintahan berubah dari  government kepada good 

 governance, dimana melibatkan interaksi antara ketiga domain unsur

pemerintah, unsur swasta dan unsur masyarakat. Ciri utama dari good 

 governanceadalah akuntabilitas, transparansi, keterbukaan, supremasi

hukum dan jaminan fairness.Ciri-ciri kepemimpinan rnendatang harus

menunjukkan kemampuan untuk ke dalam memberdayakan anggota

organisasi dan keluar menunjukkan kepekaan terhadap lingkungan

strategis melalui dialog dan komunikasi dengan seluruh unsur yang terkait

dan kepada anggota organisasi pemimpin aparatur dapat berperan

sebagai pemberi arah yang tepat ke mana organisasi ini berkembang

sesuai dengan visi, misi dan tujan organisasi.

Etika kepemimpinan aparatur yang ideal dicirikan dengan

seperangkat kapasitas dan kompetensi yang meliputi kepekaan

terhadap lingkungan strategis, pengayoman atas moral masyarakat,

keterbukaan pikiran serta perhatian terhadap aspirasi masyarakat.

B. Tindak Lanjut

Berbekal dari pemahaman tentang etika kepemimpinan aparatur,

peserta diharapkan dapat menerapkan pemahaman tersebut gunapeningkatan kinerja instansinya. Pemahaman mengenai

penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dapat menunjang

penerapan ketentuan-ketentuan yang ada pada modul ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian. (1985). ed. Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan. P

Gramedia. Jakarta.

Bachtiar, Harsya, W., Mattulada, Haryati Soebadio. (1987).  Buda

  Dan Manusia Indonesia. PT. Hanindita Graha Widy

Yogyakarta.

Basuki, Johanes., Drs, M.Psi. (1997).   Budaya Organisasi (Kons

dan Terapan). Yayasan Pembina Manajemen. Jakarta.

Block, Peter. (1993). Stewardship. Berret Koehler Publishers. S

Francisco. USA.

Fredericson, H. George. (1997). The Spirit of Public Administratio

Jossey. Boss Publishers. San Francisco.

Hesselbein, Frances.(1996). et al. The Leader Of The Future. Yossey

Bass Publishers. San Francisco. USA.

Howard, Ann, P.hD. Wellins S Richard, P.hD.  High-Involveme

 Leadership. Leadership Research Institute New Jersey. US

Kerof A, Sonny. (1998). Etika Bisnis. Kanisius. Yogyakarta.

Kumarotomo, Wahyudi. (1992).  Etika Administrsi Negara. Rajaw

Pers. Jakarta.

Kuntjaraningrat. (1997). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembanguna

P.T Gramedia. Jakarta.

Lemhanas. (1987). Tolok Ukur Kondisi Ketahanan Nasional. P

Aries Lima. Jakarta.

Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur43 4

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 26/27

 Modul Diklatpim Tingkat IV Etika Kepemimpinan Aparatur

Musanef, Drs. (1984).   Manajemen Kepegawaian di Indonesia.

Gunung Agung. Jakarta.

Osborne, David & Ted Gaebler. (1992).   Reinventing Government ,

Addeson-Wesley Publishing Company. Inc. Reading.

Massachusets.

Raphaeli, Nimrod. (1967).   Reading In Comparative Public

 Administration. Alleign and Bacon. Inc. Boston.Rasyid Muhammad, Ryaas, Prof, Dr. (1996).  Makna Pemerintahan

(Tinjauan dari Segi Etika dan Kepemimpinan). PT. Yasrif 

Watampone. Jakarta.

Rubinstein, Moshe, F dan Iris R Frinstenberg. (1999). The Minding

Organization. John Willey & Sons. New York. USA.

Siagian, Sondang, DR, MPA, Prof. (1996).  Etika Bisnis. PT. Pustaka

Binaman Pressindo. Jakarta.

Sugianto, Ir. (1987).  Norma dan etika Pengawasan. Dunia Rafika.

Jakarta.

Suseno, Franz Magnis. (1987). Etika Dasar, Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Kanisius. Yogyakarta.

Tim Hindle. (2000). Guide to Management Ideas. Profile Books Ltd.

London. Great Britain.

Tjokroamidjojo, Bintoro, Prof, MA. (1997). Good Governance

(Paradigmna Baru Manajemen Pembangunan). Jakarta.

43 4

Etika Kepemimpinan AparModul Diklatpim Tingkat IV

5/14/2018 ETIKAKEPEMIMPINANAPARATURpim4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/etikakepemimpinanaparaturpim4 27/27

 Etika Kepemimpinan Apar  Modul Diklatpim Tingkat IV