Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI (Oryza sativa L.),
CABAI (Capsicum annum L.) DAN MELON (Cucumis melo L.) DI KECAMATAN
KUALUH HILIR KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
SKRIPSI
OLEH:
SISKA DIANNITA SIMANUNGKALIT
130301005/ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
2
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PADI (Oryza sativa L.),
CABAI (Capsicum annum L.) DAN MELON (Cucumis melo L.) DI KECAMATAN
KUALUH HILIR KABUPATEN LABUHANBATU UTARA
SKRIPSI
OLEH:
SISKA DIANNITA SIMANUNGKALIT
130301005/ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Menyelesaikan Pendidikan
Di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
3
Judul Penelitian: Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi
(Oryza sativa L.), Cabai (Capsicum annum L.) dan Melon
(Cucumis melo L.) di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
Nama : Siska Diannita Simanungkalit
Nim : 130301005
Prodi : Agroteknologi
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
( Jamilah, SP., MP.) (Ir. Bintang Sitorus, MP. )
NIP. 196904071997032001 NIP.196007031986012001
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRACT
Evaluation of land suitability for rice plants (Oryza sativa L.), chili
(Capsicum annum L.) and melon (Cucumis melo L.) in Kualuh Hilir Subdistrict
North Labuhanbatu District by Siska Diannita Simanungkalit, guided by
chairman of supervising commission Jamilah SP, MP and member of the
supervising commission Ir. Bintang Sitorus, M.P., was implemented in July 2017.
The method used in this research is survey method. With overlay of land type map,
slope slope map, and elevation map, 3 (three) Land Map Units (SPL) are
obtained. By matching climate data, field data, laboratory analysis data and land
suitability criteria data for plant by R & D Center of Bogor Agricultural Land
Resources, the actual and potential land suitability class for rice, chilli and melon
in each SPL is obtained.
The results showed that the actual land suitability class for the rice plant
in SPL 1 was marginal according to the nutrient retention limit factor (nr),
whereas the potential land suitability class for rice crops was sufficient (S2) with
nutrient retention limiting factor. The actual land suitability class for the rice
plant in SPL 2 is the marginal fit (S3) with the sulfidic limiting factor and SPL 3 is
the marginal fit (S3) with the limiting factors ie nutrient retention and sulfidant
hazard. While the potential land suitability class is sufficient (S2) with limiting
factor for SPL 2 (xs) and SPL 3 (nr, xs). The actual land suitability class for the
pepper plant in SPL 1 is marginal according to the nutrient retention limit factor
(nr), whereas its potential land suitability class is sufficiently suitable (S2) with
temperature limiting factors, nutrient retention, and flood hazard (tc, nr, fh). The
actual land suitability class for pepper plant on SPL 2 and SPL 3 is marginal fit
(S3) with nutrient retention limit factor, sulphidate depth and flood hazard (nr, xs,
fh), whereas its potential land suitability class is sufficiently suitable (S2) to
temperature limiting factors, nutrient retention, sulfidic depth, and flood hazard
(tc, nr, xs, fh). The actual land suitability class for melon plants in SPL 1 is
marginalized (S3) with water availability limitation factor, nutrient retention, and
flood hazard (wa, nr, fh), whereas its potential land suitability class is sufficiently
suitable (S2) water availability, nutrient retention, and flood hazard (wa, nr, fh).
The actual land suitability class for melon plants on SPL 2 and SPL 3 is marginal
fit (S3) with limiting factor of water availability, nutrient retention, into sulfidate
and flood hazard (wa, nr, xs, fh), whereas its potential land suitability class is
(S2) by limiting factors of water availability, nutrient retention, sulfidic depth, and
flood hazard (wa, nr, xs, fh).
Keywords: Land suitability, rice, chili, melon, Kualuh Hilir Subdistrict
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRAK
Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi (Oryza sativa L.),
cabai (Capsicum annum L.) dan melon (Cucumis melo L.) di Kecamatan Kualuh
Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara oleh Siska Diannita Simanungkalit,
dibimbing oleh ketua komisi pembimbing Jamilah S.P., M.P dan anggota komisi
pembimbing Ir. Bintang Sitorus, M.P., dilaksanakan pada bulan Juli 2017. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Dengan overlay peta
jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta ketinggian tempat, diperoleh 3 (tiga)
Satuan Peta Lahan (SPL). Dengan pencocokan data iklim, data lapangan, data
analisis laboratorium dan data kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman oleh
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor , maka diperoleh kelas
kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman padi, cabai, dan melon pada
setiap SPL.
Hasil menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman
padi pada SPL 1 adalah sesuai marjinal (S3) dengan faktor pembatas retensi hara
(nr), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya untuk tanaman padi adalah
cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas retensi hara. Kelas kesesuaian lahan
aktual untuk tanaman padi pada SPL 2 adalah sesuai marjinal (S3) dengan faktor
pembatas bahaya sulfidik dan SPL 3 adalah sesuai marjinal (S3) dengan faktor
pembatas yaitu retensi hara dan bahaya sulfidik. Sedangkan kelas kesesuaian
lahan potensialnya adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas untuk SPL 2
(xs) dan SPL 3 (nr, xs). Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman cabai pada
SPL 1 adalah sesuai marjinal (S3) dengan faktor pembatas retensi hara (nr),
sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah cukup sesuai (S2) dengan
faktor pembatas temperatur, retensi hara, dan bahaya banjir (tc, nr, fh). Kelas
kesesuaian lahan aktual untuk tanaman cabai pada SPL 2 dan SPL 3 adalah sesuai
marjinal (S3) dengan faktor pembatas retensi hara, kedalaman sulfidik dan bahaya
banjir (nr, xs, fh), sedangkan kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah cukup
sesuai (S2) dengan faktor pembatas temperatur, retensi hara, kedalaman sulfidik,
dan bahaya banjir (tc, nr, xs, fh). Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman
melon pada SPL 1 adalah sesuai marjinal (S3) dengan faktor pembatas
ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya banjir (wa, nr, fh), sedangkan kelas
kesesuaian lahan potensialnya adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas
ketersediaan air, retensi hara, dan bahaya banjir (wa, nr, fh). Kelas kesesuaian
lahan aktual untuk tanaman melon pada pada SPL 2 dan SPL 3 adalah sesuai
marjinal (S3) dengan faktor pembatas ketersediaan air, retensi hara, kedalama
sulfidik dan bahaya banjir (wa, nr, xs, fh), sedangkan kelas kesesuaian lahan
potensialnya adalah cukup sesuai (S2) dengan faktor pembatas ketersediaan air,
retensi hara, kedalaman sulfidik, dan bahaya banjir (wa, nr, xs, fh).
Kata kunci : Kesesuaian lahan, padi, cabai, melon, Kecamatan Kualuh Hilir
Universitas Sumatera Utara
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cikampak Pekan Kecamatan Torgamba Kabupaten
Labuhanbatu Selatan pada tanggal 01 Maret 1995 dari Ayahanda A.
Simanungkalit dan Ibunda A. Br. Regar. Penulis merupakan putri kedua dari 3
(tiga) bersaudara.
Tahun 2013 Penulis lulus dari SMA Cahaya Medan dan lulus seleksi
masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur SNMPTN undangan.
penulis memilih program studi Agroteknologi minat Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, aktivitas yang pernah diikuti oleh penulis
yaitu sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK)
pada tahun 2013 sampai dengan sekarang dan anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu
Tanah (IMILTA) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016
sampai dengan sekarang. Penulis mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di
PT. Anglo Eastern Plantation (AEP) yang berlokasi di Kecamatan Bukit Tujuh
Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2016. Penulis melaksanakan
penelitian di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan judul
evaluasi kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.), cabai
(Capsicum annum L.) dan melon (Cucumis melo L .) di Kecamatan Kualuh Hilir
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
”Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.), Cabai
(Capsicum annum L.) dan Melon (Cucumis melo L .) di Kecamatan Kualuh
Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara.”
Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya
bantuan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar - besarnya
kepada Ibu Jamilah, S.P., M.P. sebagai ketua komisi pembimbing dan ibu
Ir. Bintang Sitorus, M.P. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan dan kepercayaan kepada
penulis hingga dapat menyelesaikan penelitan dan skripsi ini; almarhum
Ayahanda Anggiat Simanungkalit dan almarhum Ibunda Anna Sulastri br. Regar,
penulis menyampaikan rasa sayang dan terima kasih yang terdalam atas semua
perjuangan yang diberikan kepada penulis, dan kakak, serta adik kandung penulis
yang telah menjadi penyemangat selama masa perkuliahan; seluruh staf pengajar
dan pegawai di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan; Kepada teman-teman: Winda Sari Melati Gurning, Etna
Adriana Silaban, Mei Rito Manurung, Aslan Pasaribu, Feyzar Nur Ichsan, Aji
Kesuma, Kenari Street Family dan teman-teman Fakultas Pertanian yang telah
membantu penulis selama masa perkuliahan, penelitian, dan penyusunan skripsi
ini.
Universitas Sumatera Utara
v
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca untuk perbaikan skripsi ini menjadi yang lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2018
Penulis
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ...................................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian ............................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah .......................................................................................... 4
Evaluasi Lahan ........................................................................................ 5
Metode Evaluasi ...................................................................................... 8
Karakteristik Lahan ................................................................................. 13
Sifat Fisik Tanah ..................................................................................... 16
Drainase tanah ................................................................................. 16
Kedalaman tanah ............................................................................ 18
Tekstur tanah .................................................................................... 19
Bahaya Banjir .................................................................................. 20
Bahan Kasar ..................................................................................... 21
Sifat Kimia Tanah .................................................................................. 22
Kapasitas Tukar Kation (KTK) ........................................................ 22
Kejenuhan Basa (KB)....................................................................... 22
pH Tanah .......................................................................................... 23
C-Organik Tanah .............................................................................. 23
Bahaya Erosi .................................................................................... 25
Syarat Tumbuh Tanaman Padi ( Oryza sativa L. ) ................................. 27
Syarat Tumbuh Cabai (Capsicum annum L.) ......................................... 28
Syarat Tumbuh Melon (Cucumis melo L.) ............................................. 29
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 30
Bahan dan Alat ....................................................................................... 30
Metode Penelitian ................................................................................... 30
Universitas Sumatera Utara
vii
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 31
Tahap Persiapan .......................................................................... 31
Tahap Kegiatan di Lapangan ...................................................... 31
Tahap Analisis di Laboratorium .................................................. 32
Tahap Pengolahan Data ............................................................... 32
Parameter yang Diamati .......................................................................... 32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ..................................................................................................... 35
Pembahasan ............................................................................................. 48
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .............................................................................................. 51
Saran ..................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53
LAMPIRAN ....................................................................................................... 55
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Jenis usaha perbaikan karakteristik lahan aktual (saat ini) untuk
menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya
10
2. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi
potensial menurut tingkat pengelolaannya
12
3. Menentukan kelas tekstur di lapangan
20
4. Kelas bahaya banjir
21
5.
6.
7.
Tingkat bahaya erosi
Syarat Tumbuh Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai ( Capsicum annum L.)
26
27
28
8. Syarat Tumbuh Tanaman Melon ( Cucumis melo L.)
29
9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.)
pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
36
10. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.)
pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
37
11. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.)
pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
38
12. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
40
13. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
41
14. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
42
15. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Melon (Cucumis melo L .) pada
Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
44
16. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Melon (Cucumis melo L .) pada
Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
45
17. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Melon (Cucumis melo L .) pada
Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
46
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal
1. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.)
39
2. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.)
39
3. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
43
4. Peta Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) 43
5. Peta Kesesuaian Lahan Aktual Tanaman Melon (Cucumis melo L .) 47
6. Peta Kesesuaian Lahan Potensial TanamanMelon (Cucumis melo L .) 47
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Hasil Laboratorium Analisis Tanah
55
2. Data Iklim : Curah Hujan 10 Tahun Terakhir (mm/tahun)
55
3. Data Iklim : Temperatur 10 Tahun Terakhir (0C)
56
4. Data Iklim : Kelembaban 10 Tahun Terakhir (%)
56
5 Rekapitulasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Padi Sawah (Oryza sativa L.)
57
6. Rekapitulasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Cabai (Capsicum annum L.)
57
7. Rekapitulasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Melon (Cucumis melo L .)
57
8. Peta Administrasi Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
58
9. Peta Jenis Tanah Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
58
10. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
59
11. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
59
12. Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
60
13. Peta Pengambilan Sampel Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
60
14. Lampiran Foto Pengambilan Sampel di Lapangan 61
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesesuaian lahan menunjukkan tingkat kecocokan sebidang lahan
terhadap suatu penggunaan tertentu yang lebih spesifik dari kemampuan lahan
tersebut. Tujuan dari pada evaluasi kesesuaian lahan adalah untuk memberikan
penilaian kesesuaian lahan untuk tujuan-tujuan yang telah dipertimbangkan.
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di
lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun
khusus. Dalam evaluasi lahan, suatu daerah yang akan dievaluasi, harus dibagi
kedalam beberapa satuan peta lahan (SPL) yang merupakan daerah yang
dipetakan dengan karakteristik tertentu. Biasanya SPL ini, didasarkan atas satuan
peta tanah (SPT) dari hasil survei tanah.
Kecamatan Kualuh Hilir merupakan salah satu dari 8 Kecamatan yang
memiliki produksi padi sebesar 55.390 ton dan sebagai lumbung padi di
Kabupaten Labuhanbatu Utara. Dengan luas sebesar 385,48 km2, Kecamatan
Kualuh Hilir terbagi atas 6 desa dan 1 kelurahan. Pada tahun 2015 Kecamatan
Kualuh Hilir memiliki luas lahan yang diusahakan untuk tanaman padi sawah
sebesar 12.978 ha. Sebagian besar dari total luas lahan Kecamatan Kualuh Hilir
adalah lahan tanah sawah, namun produksi padi sawah di Kecamatan tersebut
hanya mencapai 42,71 kw/ha, sedangkan produksi nasional padi sawah dapat
mencapai 59,45 kw/ha (Badan Pusat Statistik, 2015).
Luas areal panen di Sumatera Utara 731.811 ha, menghasilkan sebesar
3.868.880 ton padi sawah yang tersebar dalam 33 Kabupaten dan Kota, dengan
produksi padi sawah tertinggi 535.805 ton dan luas panen sebesar 89.541 ha serta
rata-rata produksi 59,84kw/ha terdapat pada Kabupaten Simalungun. Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara
2
diikuti dengan Kabupaten Labuhanbatu Utara dengan luas panen 24.022 ha
dengan total produksi mencapai 102.358 ton dan produksi rata-rata sebesar 42,71
kw/ha (Badan Pusat Statistik, 2015).
Tanaman cabai dan melon merupakan tanaman ekonomi yang memiliki
peluang bisnis yang baik, hal ini dikarenakan kebutuhan cabai untuk kota besar
yang berpenduduk satu juta atau lebih sekitar 800.000 ton/tahun atau 66.000
ton/bulan, dan konsumsi buah melon Indonesia mencapai ± 332.698 ton/ tahun.
Pada tahun 2015, produksi melon di Indonesia hanya sebesar 137.887 ton
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan melon di dalam negeri. Akibatnya
194.811 ton buah melon harus diimpor dari luar negeri. Konsumsi buah melon
yang terus bertambah dari tahun ke tahun sangat mendukung perkembangan
melon di Indonesia. Biasanya masyarakat menanam cabai pada lahan palawija
(rotasi tanaman), sedangkan tanaman melon sudah mulai ditanam di Kecamatan
lain di Labuhanbatu Utara dan cukup potensial pertumbuhannya.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman padi (Oryza sativa L.)
cabai (Capsicum annum L.) dan melon (Cucumis melo L.) di Kecamatan Kualuh
Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara mengingat daerah ini memiliki lahan yang
luas dan berpotensi untuk pengembangan tanaman padi, cabai dan melon.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menetapkan
kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial serta usaha perbaikan yang dapat
dilakukan untuk tanaman padi (Oryza sativa L.), cabai (Capsicum annum L.) dan
Universitas Sumatera Utara
3
melon (Cucumis melo L.) di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu
Utara.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
- Sebagai bahan informasi dalam penanaman dan pengembangan tanaman
padi (Oryza sativa L.) cabai (Capsicum annum L.) dan
melon (Cucumis melo L.) di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara.
Universitas Sumatera Utara
4
TINJAUAN PUSTAKA
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah
teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan
penggunaan lahan sesuai dengan keperluan (Djaenudin, dkk., 2011).
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat
ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan
potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukan–
masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa
karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang
dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau
lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih
memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan
tanaman yang lebih sesuai (Djaenudin, dkk., 2011).
Struktur klasifikasi kesesuaian lahan dikenal 4 kategori yaitu dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah.
Terdapat empat kategori, yaitu:
1. Ordo : Mencerminkan macam kesesuaian
2. Kelas : Mencerminkan tingkat kesesuaian dalam ordo
Universitas Sumatera Utara
5
3. Sub kelas : Mencerminkan macam pembatas/macam perbaikan yang perlu
4. Unit : Mencerminkan perbedaan kecil dalam pengelolaan padasub kelas
Ordo : Menggambarkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan
lahan yang dipilih. Terdapat dua order yaitu:
1. Sesuai (S) : Lahan dapat digunakan secara lestari untuk suatu tujuan
penggunaan tertentu tanpa atau dengan sedikit kerusakan terhadap
sumberdaya alamnya, keuntungan memuaskan setelah diperhitungkan
masukan yang diberikan.
2. Tidak Sesuai (N) : Lahan memiliki pembatas sedemikian rupa sehingga
mencegah penggunaannya untuk tujuan tertentu. Pertimbangan yang dipakai :
a. Penggunaan lahan secara teknis tidak memungkinkan (irigasi, lereng)
b. Ekonomis, input yang diberikan jauh lebih besar dibanding output.
(Siswanto, 2006).
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Untuk kelas
kesesuaian lahan dibagi menjadi 4 yaitu:
Kelas S1 Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti
atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor
pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap
produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2 Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas
ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan
tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi
oleh petani sendiri.
Universitas Sumatera Utara
6
Kelas S3 Sesuai marginal : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan
faktor pembatas ini akan sangat berpengaruh terhadap
produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak
daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas
pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau
campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.
Kelas N Lahan yang tidak sesuaikarena mempunyai faktor pembatas yang sangat
berat dan/atau sulit diatasi.
(Djaenudin, dkk., 2011).
Survei Tanah
Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan
biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan
umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan
proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai
sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei
dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu
dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993 dalam Cibro, 2012).
Tujuan utama survei tanah adalah (1) membuat semua informasi spesifik
yang penting tentang tiap – tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan sifat –
sifat lainnya sehingga dapat di tentukan pengelolaannya, (2) menyajikan uraian
satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat diinterpretasikan oleh orang – orang
yang memerlukan fakta–fakta yang mendasar tentang tanah (Rayes, 2007).
Dalam melakukan survei tanah, terdapat beberapa prinsip dasar yang
harus dipahami yaitu satuan peta tanah dan satuan taksonomi. Satuan peta tanah
Universitas Sumatera Utara
7
merupakan satuan yang dibatasi di lapangan berdasarkan pada kenampakan
bentang alam (landscape) sedangkan satuan taksonomi (satuan tanah) merupakan
satuan yang diperoleh dari menentukan suatu selang sifat (range in characteristic)
tertentu dari sifat – sifat tanah yang didefenisikan oleh suatu sisitem klasifikasi
tanah. Setiap satuan peta tanah bisa berisi satu atau lebih satuan taksonomi tanah
(Rayes, 2007).
Beberapa sistem survei tanah yaitu:
1. Sistem grid dilakukan pada lahan yang datar atau peta dasar kurang lengkap.
2. Sistem bebas dilakukan bila peta dasar dan peta penunjang lengkap
berdasarkan hasil interpretasi foto udara dan atas dasar land sistem.
3. Sistem sistematik dilakukan bila serupa dengan grid tetapi jarak
pengamatannya tidak sama jauh serta peta dasar dan penunjang lengkap.
4. Sistem bebas sistematik dilakukan untuk mengatasi kekurangan waktu
pengamatan di lapangan, peta dasar dan data penunjang lengkap serta
berdasarkan hasil interpretasi foto udara.
(Abdullah, 1993 dalam Toruan, 2005).
Dalam pelaksanaan survei tanah, ada 3 tahap kegiatan yang perlu
dilakukan agar survei tanah dapat berjalan lancar, sistematis, dan efektif yaitu:
(1) Tahap persiapan
(2) Tahap survei lapangan, yang dibedakan atas:
a. Pra – survei
b. Survei utama
(3.) Analisis data dan pembuatan peta dan laporan
(Rayes, 2007).
Universitas Sumatera Utara
8
Metode Evaluasi Lahan
Dalam evaluasi lahan, suatu daerah yang akan dievaluasi, harus dibagi
kedalam beberapa satuan peta lahan (SPL) yang merupakan daerah yang
dipetakan dengan karakteristik tertentu. Biasanya SPL ini, didasarkan atas satuan
peta tanah (SPT) dari hasil survei tanah. Seperti halnya satuan peta tanah, maka
satuan peta lahan (SPL) jarang yang benar – benar homogen, oleh karena itu
dibedakan atas:
- SPL tunggal: mengandung hanya satu jenis lahan.
- SPL majemuk: mengandung lebih dari satu jenis lahan.
( Rayes, 2007).
Prosedur evaluasi lahan meliputi beberapa tahap yaitu:
1. Konsultasi awal, menjabarkan tujuan evaluasi, data yang tersedia sebagai dasar
evaluasi.
- apa tujuan evaluasi
- data dan asumsi yang dipakai sebagai dasar evaluasi
- luas dan batas daerah yang dievaluasi
- macam penggunaan yang direncanakan
- pendekatan yang digunakan
- jenis klasifikasi yang digunakan
- intensitas dan skala penelitian
- pentahapan proses evaluasi
2. Penggunaan lahan (persyaratan dan pembatas), menginventarisir persyaratan
penggunaan lahan yang telah ditetapkan dan mengidentifikasi pembatas
penggunaan lahan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
9
3. Satuan lahan dan kualitas lahan, pada tahap ini ditentukan satuan lahan yang
akan digunakan sebagai batas satuan evaluasi. Satuan lahan ditentukan
berdasarkan karakteristik tanah, produksi, penggunaan saat ini dan lain-lain.
Setelah itu baru diikuti dengan perincian sifat dan kualitas lahan masing-
masing satual evaluasi. Kualitas lahan dan persyaratan penggunaan lahan harus
dalam intensitas atau skala yang sama.
4. Pembandingan Penggunaan Lahan dan Kualitas Lahan, evaluasi lahan pada
dasarnya adalah penggabungan dan pembandingan berbagai data yang
terkumpul dengan persyaratan penggunaan untuk menghasilkan klasifikasi
kesesuaian lahan. Data yang digabungkan adalah:
- Penggunaan lahan, persyaratan dan pembatasnya,
- Satuan lahan dan kualitas lahan
- Kondisi sosial dan ekonominya
5. Penutup, dalam prosedur ini yang dilakukan adalah:
a. Analisa sosial ekonomi (perhitungan sistem usaha tani/studi kelayakan)
b. Klasifikasi kesesuaian lahan
c. Penulisan laporan
(Siswanto, 2006).
Universitas Sumatera Utara
10
Tabel 1. Jenis usaha perbaikan karakteristik lahan aktual (saat ini) untuk menjadi
potensial menurut tingkat pengelolaannya
Kualitas/ Karakteristik Lahan Jenis Usaha Perbaikan Tingkat
Pengelolaan
1. Rezim radiasi
Panjang/lama penyinaran matahari
Tidak dapat dilakuakan perbaikan -
2. Rezim suhu
Suhu rerata tahunan Tidak dapat dilakukan perbaikan -
Suhu rerata bulan terdingin Tidak dapat dilakukan perbaikan -
Suhu rerata bulan terpanas Tidak dapat dilakukan perbaikan -
3. Rezim kelembaban udara
Kelembaban nisbi Tidak dapat dilakukan perbaikan -
4. Ketersediaan air
Bulan kering Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
Curah hujan Sisitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
5. Media perakaran
Drainase Perbaikan sistem drainase, seperti pembuatan saluran drainase
Sedang, tinggi
Tekstur Tidak dapat dilakukan perbaikan -
Kedalaman efektif Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan membongkarnya saat pengolahan
tanah.
Tinggi
6. Retensi hara
KTK Pengapuran atau penambahan bahan organik
Sedang, tinggi
Ph pengapuran
7. Ketersediaan hara Pengapuran
N total Pemupukan Sedang, tinggi
P2O5 tersedia Pemupukan
K2O dapat ditukar Pemupukan
8. Bahaya banjir
Periode frekuensi Pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran drainase untuk
mempercepat pengaturan air
Tinggi
9. Kegaraman
Salinitas Reklamasi Sedang, tinggi
10. Toksisitas
Kejenuhan aluminium Pengapuran Sedang, tinggi
Lapisan pirit Pengaturan sisitem tata air tanah, tinggi permukaan air tanah harus di atas lapisan
bahan sulfidik
Sedang, tinggi
11. Kemudahan pengolahan Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah.
Sedang, tinggi
12. Terrain/potensi mekanisasi Tidak dapat dilakukan perbaikan -
13. Bahaya erosi Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, peneneman sejajajr kontur,
penanaman tanaman penutup tanah.
Sedang, tinggi
Sumber : (Rayes, 2007).
Universitas Sumatera Utara
11
Keterangan:
Tingkat pengelolaan rendah: pengelolaan dapat dilakukan oleh petani
dengan biaya yang relatif rendah.
Tingkat pengelolaan sedang: pengelolaan dapat dilakukan pada tingkat
petani menengah, memerlukan modal yang cukup besar dan teknik
pertanian sedang.
Tingkat pengelolaan tinggi: pengelolaan hanya dilakukan dengan modal
yang relatif besar atau menengah.
Universitas Sumatera Utara
12
Tabel 2. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial
menurut tingkat pengelolaannya
Kualitas/karakteristik lahan Tingkat pengelolaan
Rendah Sedang Tinggi
1. Rezim radiasi - - -
2. Rezim suhu - - -
3. Rezim lengas udara - - -
1. Ketersediaan air
Bulan kering - + ++
Curah hujan - + ++
2. Media perakaran
Drainase - + ++
Tekstur - - -
Kedalaman efektif - - +
Gambut: kematangan - - +
Gambut: ketebalan - - +
3. Retensi hara
KTK - + ++
pH - + ++
4. Ketersediaan hara
N total + ++ +++
P2O5 tersedia + ++ +++
K2Odapat ditukar + ++ +++
5. Bahaya banjir
Periode - + ++
Frekuensi - + ++
6. Kegaraman
Salinitas - + ++
7. Toksisitas
Kejenuhan aluminium - + ++
Lapisan pirit - + ++
8. Kemudahan pengolahan - + ++
12. Terrain/potensi mekanisasi - - +
13. Bahaya Erosi - + ++
Sumber: (Rayes, 2007).
Keterangan:
- tidak dapat dilakukan perbaikan
+ Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan satu kelas
tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)
++ Kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)
+++ Kenaikan kelas tiga tingkat lebih tinggi (N1 menjadi S1)
Universitas Sumatera Utara
13
Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi ada
yang sifatnya tunggal dan ada yang sifatnya lebih dari satu karena mempunyai
interaksi satu sama lainnya. Karakteristik lahan yang digunakan adalah:
temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase,
tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut,
kapasitas tukar kation liat, kejenuhan basa, pH H20, C-organik, salinitas,
alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di
permukaan, dan singkapan batuan.
1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan
dalam °C.
2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan dan dinyatakan dalam
mm.
3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut
dalam setahun dengan jumlah curah hujan kurang dari 60 mm.
4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan
dinyatakan dalam %.
5. Drainase : merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap
aerasi udara dalam tanah.
6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan
ukuran <2 mm.
7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam % dan adanya bahan kasar
dengan ukuran >2 mm.
Universitas Sumatera Utara
14
8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang
dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang
dievaluasi.
9. Ketebalan gambut : digunakan pada tanah gambut dan menyatakan
tebalnya lapisan gambut dalam cm dari permukaan.
10. Kematangan gambut : digunakan pada tanah gambut dan menyatakan
tingkat kandungan seratnya dalam bahan saprik, hemik atau fibrik, makin
banyak seratnya menunjukkan belum matang/mentah (fibrik).
11. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.
12. Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g
contoh tanah.
13. Reaksi tanah (pH) : nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering
dinyatakan dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedang
pada tanah basah diukur di lapangan.
14. C-organik : kandungan karbon organik tanah.
15. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh
daya hantar listrik.
16. Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar.
17. Kedalaman bahan sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari
permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik.
18. Lereng : menyatakan kemiringan lahan diukur dalam %.
19. Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya
erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi
Universitas Sumatera Utara
15
parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang
hilang (rata-rata) per tahun.
20. Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun.
21. Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan
tanah/lapisan olah.
22. Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum
tanah.
23. Sumber air tawar : tersedianya air tawar untuk keperluan tambak guna
mempertahankan pH dan salinitas air tertentu.
24. Amplitudo pasang-surut : perbedaan permukaan air pada waktu pasang
dan surut (dalam meter).
25. Oksigen : ketersediaan oksigen dalam tanah untuk keperluan pertumbuhan
tanaman/ikan.
(Djaenudin, dkk.,2011).
Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan
lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan
uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi. Karakteristik lahan
diuraikan pada setiap satuan peta tanah (SPT) dari peta tanah, yang meliputi:
bentuk wilayah/lereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan
atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas,
kandungan pirit, banjir/genangan dan singkapan permukaan (singkapan batuan di
permukaan tanah). Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan
jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data
iklim juga dapat diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola
Universitas Sumatera Utara
16
curah hujan, peta zona agroklimat. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan
dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk
pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail
(1:25.000-1:50.000) (Djaenudin, dkk.,2011).
Sifat Fisik Tanah
Drainase tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau
keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air
(Sastrohartono, 2011). Parameter kondisi drainase perlu dicatat dalam kaitannya
untuk penentuan klasifikasi baik kemampuan maupun kesesuaian lahan.
Parameter ini dibutuhkan mengingat pengaruhnya yang besar pada pertumbuhan
tanaman. Keterkaitan parameter ini dengan parameter fisik lainnya cukup besar.
Pada daerah aluvial biasanya mempunyal drainase yang relatif jelek daripada pada
daerah miring. Namun demikian pada lereng bukit yang bentuknya kompleks,
dimungkinkan adanya cekungan atau dataran di sepanjang lereng tersebut,
sehingga kondisi drainase di cekungan maupun dataran di lereng akan berbeda
dengan kondisi drainase umum di lereng tersebut. Kondisi drainase pada lahan
dengan batuan induk kapur akan berbeda dengan batuan vulkanik, karena kapur
dapat meloloskan air, sedangkan batuan induk vulkanik umumnya didominasi
oleh tekstur halus yang sulit dilalui air (Siswanto, 2006).
Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut:
1. Sangat terhambat (very poorly drained), tanah dengan konduktivitas hidrolik
sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara
permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke
Universitas Sumatera Utara
17
permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil
tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah
mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.
2. Terhambat (poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah
dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu
yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi
sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau
karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.
3. Agak terhambat (somewhat poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah,
tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah
dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,
yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau
mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥25 cm.
4. Agak baik (moderately well drained), tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah
basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman.
Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa
bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada
lapisan sampai ≥ 50 cm.
5. Baik (well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan
daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan.
Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di
Universitas Sumatera Utara
18
lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi
dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm.
6. Agak cepat (somewhat excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas
hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok
untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di
lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan
aluminium serta warna gley (reduksi).
7. Cepat (excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi
sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak
cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan,
yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium
serta warna gley (reduksi).
(Djaenudin, dkk., 2011).
Kedalaman tanah
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi
pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus
oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithik, lapisan keras,
padat liat, padas rapuh atau lapisan phlintit (Rayes, 2007).
Kedalaman tanah, dibedakan menjadi:
Sangat dangkal : < 20 cm
Dangkal : 20 - 50 cm
Sedang : 50 - 75 cm
Dalam : > 75 cm
(Djaenudin, dkk.,2011).
Universitas Sumatera Utara
19
Tekstur tanah
Tekstur adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat yang
menyusun massa tanah. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah,
berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah.
Pembatasan ketiga fraksi maisng-masing terkstur tanah dapat digambarkan dalam
segitiga tekstur (trianguler texture). Titik sudutnya menunjukkan 100 % salah
satu fraksi, sedangkan tiap sisi mengambarkan % berat masing-masing fraksi
mulai 0 % samapai 100 %. Segitiga ini terbagi atas 13 bidang yang menunjukkan
masing - masing terkstur tanah. Sebagai contoh 35 % liat + 40 % debu + 25 %
pasir termasuk tekstur tanah lempung berliat, sedangkan 10 % liat + 5 % debu +
85 % pasir termasuk pasir berlempung (Mega, dkk., 2010).
Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan pada adalah:
Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu
Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu
Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,
debu
Agak kasar (ak) : Lempung berpasir
Kasar (k) : Pasir, pasir berlempung
Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1)
(Djaenudin, dkk.,2011).
Tekstur adalah merupakan gabungan komposisi fraksi tanah halus
(diameter ≤ 2 mm) yaitu pasir, debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan
seperti disajikan pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
20
Tabel 3. Menentukan kelas tekstur di lapangan
No. Kelas Tekstur Sifat Tanah
1 Pasir (S) Sangat kasar sekali, tidak membentuk bola dan
gulungan, serta tidak melekat
2 Pasir berlempung
(LS)
Sangat kasar, membentuk bola yang mudah sekali
hancur, serta agak melekat.
3 Lempung berpasir
(SL)
Agak kasar, membentuk bola agak kuat tapi mudah
hancur, serta agak melekat.
4 Lempung (L) Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola
teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat, dan melekat.
5 Lempung berdebu
(SiL)
Licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung
dengan permukaan mengkilat, serta agak melekat.
6 Debu (Si) Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit
digulung dengan permukaan mengkilat, serta agak
melekat.
7 Lempung berliat
(CL)
Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh
(lembab), membentuk gulungan tapi mudah hancur,
serta agak melekat.
8
Lempung liat
berpasir (SCL)
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh
(lembab), membentuk gulungan tetapi mudah hancur,
serta melekat.
9
Lempung
liatberdebu
(SiCL)
Rasa licin jelas, membentuk bola teguh, gulungan
mengkilat, melekat.
10 Liat berpasir (SC) Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan
kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.
11 Liat berdebu
(SiC)
Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan
kering sukar dipilin, mudah digulung, serta melekat.
12 Liat (C)
Rasa berat, membentuk bola sempurna, bila kering
sangat keras, basah sangat melekat.
Sumber : (Djaenudin, dkk., 2011).
Bahaya banjir
Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X)
dan lamanya banjir (Y). kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara
Universitas Sumatera Utara
21
dengan penduduk setempat lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y.
(Djaenudin, dkk., 2011).
Tabel 4. Kelas bahaya banjir
Simbol Kelas bahaya
banjir
Kedalaman banjir (x)
(cm)
Lama banjir (y)
(bulan/tahun)
F0 Tidak ada Dapat diabaikan Dapat diabaikan
F1 Ringan
<25
25 – 50
50 - 150
<1
<1
<1
F2 Sedang
<25
25 – 50
50 - 150
>150
1 – 3
1 – 3
1 – 3
<1
F3 Agak berat <25
25 – 50
50 - 150
3 – 6
3 – 6
3 – 6
F4 Berat
<25
25 – 50
50 – 150
>150
>150
>150
>6
>6
>6
1 – 3
3 – 6
>6
Sumber : (Djaenudin, dkk., 2011).
Bahan kasar
Bahan kasar adalah merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh
jumlah persentasi kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah,
dibedakan menjadi:
sedikit : < 15%
sedang : 15 - 35%
banyak : 35 - 60%
sangat banyak : > 60%
(Djaenudin, dkk., 2011)
Universitas Sumatera Utara
22
Sifat Kimia Tanah
Kapasitas tukar kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) atau Cation Exchange Capacity (CEC)
adalah kemampuan suatu koloid tanah untuk mengadsorbsi kation dan
mempertukarkanya. Pada hakikatnya KTK merupakan jumlah muatan negatif
pada koloid tanah serta jumlah kation yang dapat diadsorbsi dan dipertukarkan
(Mukhlis, dkk., 2011).
Nilai KTK suatu tanah dipengaruhi oleh sifat dan jumlah fraksi liat dan
bahan organik disamping pH larutan pengekstrasinya. Tanah yang bertekstur
halus mempunyai nilai KTK nisbi lebih besar daripada yang bertekstur kasar.
Demikian juga tanah yang banyak mengandung mineral liat tipe 2 : 1, mempunyai
nilai KTK yang lebih besar daripada tanah yang mengandung mineral liat tipe
1 : 1. Umumnya nilai KTK mineral liat tipe 1 : 1 berlisar antara 10 – 20 me/100g;
tipe 2 : 1 berkisar antara 40 – 80 me/100 g; dan koloid organik mempunyai nilai
KTK antara 100 – 200 me/100 g atau lebih besar dari nilai tersebut
(Damanik, dkk., 2010).
Kejenuhan basa (KB)
Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK.
Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya,
terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering
dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation
terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah
dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika
Universitas Sumatera Utara
23
kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤
50% (Tan, 1998).
pH tanah
pH tanah didefenisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu
bahan. Skala pH mencakup dari nilai 0 (nol) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan
netral. Dibawah nilai pH 7 dikatakan asam, sedangkan diatas 7 dikatakan basa
(Winarso, 2005). Penentuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah
diperlukan untuk menaksir lanjut tidaknya perkembangan tanah, respon tanah
terhadap pemupukan, kebutuhan kapur dan lain-lainnya. Penentuan pH tanah
dapat dikerjakan secara ekeltrometrik dan kolorimetrik. Pengukuran pH tanah di
lapang biasanya digunakan cara yang sederhana yaitu dengan lakmus atau pH
stick (Mega, dkk., 2010).
Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut :
pH < 4,5 (sangat masam)
pH 4,5 – 5,5 (masam)
pH 5,6 – 6,5 (agak masam)
pH 6,6 – 7,5 (netral)
pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis)
pH > 8,5 (alkalis)
(Djaenudin, dkk., 2011).
C-organik Tanah
Bahan organik tanah dapat didefinisikan sebagai sisa – sisa tanaman dan
hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup
maupun mati. Di dalam tanah dapat berfungsi atau dapat memperbaiki baik sifat
Universitas Sumatera Utara
24
fisika, kimia, dan biologi tanah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan bahan organic kedalam tanah lebih kuat pengaruhnya kearah
perbaikan sifat – sifat tanah, dan bukan khususnya untuk meningkatkan unsur hara
di dalam tanah. Sebagai contoh Urea kadar N 46% sedangkan bahan organik
mempunyai kadar N < 3%, sangat jauh perbedaan kadar unsur N. Akan tetapi
urea hanya menyumbangkan 1 unsur hara yaitu N sedangkan bahan organik
memberikan hampir semua unsur yang dibutuhkan tanaman dalam perbandingan
yang relatif seimbang, walaupun kadarnya sangat kecil (Winarso, 2005).
Beberapa keuntungan bahan organik tanah berikut ini bagi pertanian tanpa
pupuk:
1. Bahan organik menyediakan sebagian besar nitrogen dan belerang serta
setengah dari fosfor diserap oleh tanaman yang tidak diberi pupuk. Pola laju–
bebas lambat dari pemineralan nitrogen dan belerang memberikan keuntungan
yang pasti, melebihi pupuk yang melarut.
2. Bahan organik menyediakan sebagian besar daya tukar kation tanah sangat
lapuk yang asam.
3. Dengan membentuk gabungan dengan bahan organik, oksida amorf tidak
mengkristal. Penambahan fosfor oleh oksida ini turun karena radikal organik
yang menghalangi muatan tambatan.
4. Bahan organik membantu pengagregatan tanah, dengan demikian
memperbaiki sifat fisika tanah dan mengurangi kerentanan terhadap
pengikisan pada tanah pasiran.
Universitas Sumatera Utara
25
5. Bahan organik mengubah sifat menambat air, terutama pada tanah pasiran.
Ghana daya tanah untuk menambat air menurun dari 57 menjadi 37 persen
apabila bahan organik menurun dari 5 menjadi 3 persen.
6. Bahan organik dapat membentuk gabungan dengan unsur hara mikro yang
mencegah pencucian unsur tersebut.
(Sanchez, 1992).
Bahaya Erosi
Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari pelepasan partikel individu dari
massa tanah dan mengangkut mereka karena disebabkan oleh air dan angin.
Ketika energi yang cukup tidak lagi tersedia untuk mengangkut partikel fase
ketiga, pengendapan terjadi. Keparahan erosi tergantung pada jumlah bahan
penyebab erosi yang dilepaskan dan kekuatan mengangkutnya yang menyebabkan
longsor (Morgan, 1986).
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) adalah perkiraan jumlah tanah yang hilang
maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan, bila pengelolaan tanaman dan
tindakan konservasi tanah tidak mengalami perubahan. Analisis TBE secara
kuantitatif dapat menggunakan formula yang dirumuskan oleh Wischmeier dan
Smith (1978) berupa rumus Universal Soil Loss Equation (USLE)
(Herawati, 2010).
Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu
dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi
alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk
memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah
dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun,
Universitas Sumatera Utara
26
dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon
A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung
bahan organik yang cukup banyak (Djaenudin dkk., 2011).
Tabel 5. Tingkat bahaya erosi
Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun)
Sangat ringan (sr)
Ringan (r)
Sedang (s)
Berat (b)
Sangat berat (sb)
< 0,15
0,15 - 0,9
0,9 - 1,8
1,8 - 4,8
> 4,8
Sumber : (Djaenudin, dkk., 2011).
Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air
“waterplant”, sebagai tanaman air bukan berarti bahwa tanaman padi itu hanya
bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan
itu terjadi secara alamiah sebagaimana yang terjadi pada tanah rawa-rawa,
maupun penggenangan itu disengaja sebagaimana yang terjadi pada tanah-tanah
sawah. Tanaman padi itu dapat tumbuh ditanah daratan atau tanah kering, asalkan
curahan hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air (Andoko, 2002).
Padi tumbuh baik di daerah “tropis” maupun “sub tropis”, ketersediaan air
yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Tanaman
padi cocok untuk dibudidayakan di daerah pantai sampai ketinggian 2400 meter
diatas permukaan laut, mulai dari posisi 530 lintang utara sampai 35 s.d. 400
lintang selatan. Sebelum tahun 1965, padi diusahakan secara konvensional. Padi
ditanam di ladang atau sawah tadah hujan dengan pemeliharan yang sederhana.
Varietas padi yang ditanam adalah varietas lokal, berumur panjang, anakan
Universitas Sumatera Utara
27
sedikit, daya hasil rendah, dan umumnya di tanam hanya sekali dalam setahun. 8
Varietas padi pada periode ini antara lain, BB-5, PB-8, Pelita I-1, Pelita I-2, PB-
26, PB-28, dan si ampat (Istiyastuti dan Yanuharso, 1996).
Tabel 6. Kriteria Karakteristik Lahan untuk Tanaman Padi Sawah Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
24 - 29 22 - 24
29 – 32
18 - 22
32 - 35
< 18
>35
Ketersediaan air (wa)
Kelembaban (%) 33 - 90 30 – 33 < 30 ;> 90
Media perakaran (rc) Drainase
Agak terhambat,
sedang
Terhambat, baik
Sangat terhambat, agak cepat
cepat
Tekstur Halus, agak
halus
sedang Agak kasar kasar
Bahan kasar (%) <3 3 - 15 15 - 35 >35
Kedalaman tanah (cm) > 50 40 - 50 20 - 40 <25
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
< 140 140 - 200 200 - 400 > 400
Kematangan saprik+ saprik, hemik, Fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
> 16 ≤ 16 -
-
Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 < 35
pH H2O 5,6 –8,2 4,5–5,5
8,2 – 8,5
< 4,5
>8,5 -
C-organik (%) > 1,5 0,8 - 1,5 < 0,8 -
Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)
<2
2 – 4
4 - 6
>6 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)
< 20 20 - 30 30 - 40 >40
Bahaya Sulfidik (xs)
Kedalaman Sulfidik (cm)
>100
75 - 100
40 - 75
< 40
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
<3 3 - 5 5 - 8 >8
Bahaya erosi sangat
rendah
rendah sedang berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan
F0,F11,F12,
F21,F23,F31,F32
F13,F22,F33,
F41,F42,F43
F14,F24,F34,F44
F15,F25,F35,F45
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
< 5
5 - 15
15 - 40
> 40
Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25
Universitas Sumatera Utara
28
Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman hortikultura
yang banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan. Menurut Rukmana dan
Oesman (2006), pemanfaatannya dalam industri menjadikan cabai sebagai
komoditas bernilai ekonomi tinggi. Kebutuhan cabai yang tinggi tidak diimbangi
dengan produksi cabai yang mencukupi, sehingga upaya untuk menutupi
kebutuhan cabai dilakukan melalui perluasan lahan pertanian (ekstensifikasi).
Tabel 7. Kriteria Karakteristik Lahan untuk Tanaman Cabai Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
21 - 27 27 - 28
16 - 21
28 -
30
14 - 16
> 30
<14
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 600 – 1.200 500 – 600
1.200 – 1.400
400 – 500
>1.400
< 400
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
Baik, agak terhambat
Agak cepat, sedang
terhambat
Sangat terhambat, cepat
Media perakaran (rc) Tekstur
Halus, agak
halus, sedang
-
Agak kasar
Kasar
Bahan kasar (%) <15 15 - 35 35 - 55 >55
Kedalaman tanah (cm) > 50 50 - 75 30 - 50 <30
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada sisipan
bahan mineral/pengkayaan < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
Kematangan saprik+ saprik, hemik, Fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
> 16 ≤ 16
-
-
Kejenuhan basa (%) >35 20 - 35 <20 -
pH H2O 6,0–7,6 5,5–6,0
7,6 – 8,0
< 5,5
>8,0 -
C-organik (%) >0,8 ≤ 0,8 -
Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)
<3
3 – 5
5 - 7
>7 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 - 20 20 - 25 > 25
Bahaya Sulfidik (xs)
Kedalaman Sulfidik (cm) >100
75 - 100
40 - 75 < 40
Bahaya erosi (eh) Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah -
sedang
berat Sangat Berat
Bahaya banjir (fh) Genangan F0
- F1 >F1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25
Universitas Sumatera Utara
29
Tanaman Melon (Cucumis melo L.)
Buah melon banyak digemari oleh masyarakat karena buahnya yang
berasa manis dan mengandung banyak air. Tanaman melon memiliki arti penting
bagi perkembangan sosial ekonomi masyarakat karena dirasa buah melon
memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dianggap sebagai perbaikan gizi masyarakat
dan perluasan kesempatan kerja. Tanaman melon merupakan tanaman tumbuh
baik pada ketinggian 300-1000 meter diatas permukaan laut (Soedarya, 2010).
Tabel 8. Kriteria Karakteristik Lahan untuk Tanaman Melon (Cucumis meloL.) Persyaratan penggunaan/
karakteristik lahan Kelas kesesuaian lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (tc) Temperatur rerata (°C)
22 – 30 30 - 32
20 – 22
32 - 35
18 - 20
> 35
<18
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 400 – 700 700 – 1.000 300 –
.400
>1.000
200 - 300
< 200
Kelembaban udara (%) 24 – 80 20 – 24
80 – 90
<20
>90
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase Baik, agak terhambat Agak cepat,sedang terhambat
Sangat terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur
Sedang, agak halus,
halus -
Agak kasar
Kasar
Bahan kasar (%) <15 15 – 35 35 - 55 >55
Kedalaman tanah (cm) > 50 >50 30 - 50 <30
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 – 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada sisipan
bahan mineral/ pengkayaan < 140 140 – 200 200 - 400 > 400
Kematangan saprik+ saprik, hemik, Fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
> 16 ≤ 16
-
-
Kejenuhan basa (%) >35 20 - 35 <20
pH H2O 5,8 –7,6 5,5–5,8 7,6 –
8,0
< 5,5
>8,0 -
C-organik (%) >1,2 0,8 – 1,2 < 0,8 -
Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)
<4
4 – 6
6 - 8
>8
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
< 15 15 - 20 20 - 25 > 25
Bahaya Sulfidik (xs)
Kedalaman Sulfidik (cm)
>100 75 -
100
40 - 75
< 40
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
<8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat Sangat Berat
Bahaya banjir (fh) Genangan
F0 -
F1
>F1
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
< 5
5 - 15
15 - 40
> 40
Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25
Universitas Sumatera Utara
30
BAHAN DAN METODE
Tempat danWaktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara (1058’00’’ – 2
050’00’’ LU dan 99
025’00’’ – 100
005’00’’ BT)
yang memiliki luas sekitar 385,48 km2dengan ketinggian tempat 5 mdpl, yang
dilaksanakan dari bulan Juli 2017 sampai dengan Januari 2018. Analisis tanah
dilaksanakan di Laboratorium PT. Socfin Indonesia.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah
yang diambil dari setiap Satuan Peta Lahan (SPL), serta bahan – bahan yang
digunakan untuk analisis di laboratorium.
Alat yang digunakan adalah Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan
Kualuh Hilir skala 1 : 50.000 yang dihasilkan dari overlay antara Peta Jenis Tanah
skala 1 : 50.000, Peta Kemiringan Lereng skala 1 : 50.000 dan Peta Ketinggian
Tempat skala 1 : 50.000, GPS (Global Positioning System), bor tanah, kertas
label, kantong plastik, karet gelang, kamera untuk mendokumentasi kegiatan,
spidol, alat tulis, serta alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium.
Metode Penelitian
Metode evaluasi lahan yang dilakukan adalah metode pembandingan
(matching) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kemampuan lahan
dengan cara mencocokkan serta membandingkan antara karakteristik lahan
dengan kriteria kelas kemampuan lahan sehingga diperoleh potensi di setiap
satuan lahan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
31
Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi, cabai dan
melon di Kecamatan Kualuh Hilir , maka data iklim, data lapangan dan data hasil
analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian
lahan untuk tanaman oleh Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian
Bogor (BBLSLP, 2010) sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual. Setelah
mempertimbangkan usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan pada faktor-
faktor penghambatnya, maka selanjutnya diperolehlah kelas kesesuaian lahan
potensial untuk tanaman di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu
Utara.
Pelaksanaan Penelitian
Tahap Persiapan
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan
rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka,
penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, mengadakan
pra survey ke lapangan dan persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian ini.
Tahap Kegiatan di Lapangan
- Daerah penelitian dan perolehan Satuan Peta Lahan (SPL) ditentukan
berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian
tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 50.000,
kemudian dilakukan overlay peta kemiringan lereng dengan peta
ketinggian tempat dan peta jenis tanah dengan skala yang sama yaitu
1 : 50.000.
Universitas Sumatera Utara
32
- Jenis tanah yang tersebar di Kecamatan Kualuh Hilir yaitu Inseptisol,
Entisol dan Histosol yang tersebar di 7 desa. Jenis tanah Histosol terdapat
di desa Kuala bangka, Sungai Apung, Sungai Sentang. Jenis tanah
Inseptisol terdapat di desa Kampung Mesjid, Teluk Piai, Tanjung
Mangedar. Jenis tanah Entisol terdapat di desa Sungai Apung, Kuala
Bangka, Teluk Piai, Teluk Binjai, Sungai Sentang, tanjung Mangedar.
- Pemboran tanah pada setiap SPL yang dianggap mewakili karakter tanah
utama didaerah penelitian secara zig-zag dan setelah dikompositkan tanah
pada kedalaman 0-20 cm, dari beberapa lokasi pada Satuan Peta Lahan
(SPL) yang sama dimasukkan sampel tanah tersebut kedalam plastik
dengan berat tanah 2 kg serta diberi label lapangan; kantongan sampel
tempat plastik diberi label.
- Data iklim untuk Kecamatan Kualuh Hilir selama 10 tahun
(tahun 2007-2016) di peroleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) meliputi data : suhu udara rata-rata, curah hujan, dan
kelembaban udara untuk Kecamatan Kualuh Hilir.
Tahap Analisis di Laboratorium
Sampel tanah setiap SPL dari lapangan dijemur hingga kering udara untuk
diteliti di laboratorium yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah.
Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan metode Matching yaitu
membandingkan karakteristik lahan pada setiap SPL dengan kriteria kelas
kesesuaian lahan tanaman padi, cabai, dan melon menurut Balai Besar Litbang
Sumber Daya Lahan Pertanian Bogor (2010).
Universitas Sumatera Utara
33
Parameter yang Diamati
Berdasarkan karakteristik lahan yang telah disebutkan maka parameter
yang diukur dalam penelitian ini adalah :
1. Temperatur (tc)
Temperatur rata-rata (oC).
2. Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Kelembaban udara (%)
3. Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase
4. Media Perakaran (rc)
Tekstur
Bahan kasar (%)
Kedalam tanah (cm)
5. Gambut
Ketebalan (cm)
Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral/ pengkayaan
Kematangan
6. Retensi Hara (nr)
KTK (me/100 g) metode ekstraksi NH4Oac pH 7
pH H2O metode elektrometri (1 : 5)
Kejenuhan basa (%) NH4 Asetat 1 N pH 7
C-organik (%) metode Walkey and Black
7. Toksisitas (xc)
Universitas Sumatera Utara
34
Salinitas
8. Sodisitas (xn)
Alkalinitas
9. Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
10. Bahaya Erosi (eh)
Lereng (%)
Bahaya erosi
11. Bahaya Banjir (fh)
Genangan
12. Penyiapan Lahan (lp)
Batuan di permukaan (%)
Singkapan batuan (%)
Universitas Sumatera Utara
35
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data Iklim
Data iklim selama 10 tahun terakhir (2007-2016) diperoleh dari BMKG
Stasiun Deli Serdang meliputi data : curah hujan, suhu dan kelembaban udara
pada pos pengamatan/stasiun terdekat yaitu Stasiun Unit BPP Kampung Mesjid
dianggap dapat mewakili data iklim di Kecamatan Kualuh Hilir.
Adapun data iklim yang diperoleh dengan data rata-rata berikut:
a. Suhu udara rata-rata tahunan : 27,30 C
b. Curah hujan rata-rata tahunan : 1277,5 mm/tahun
c. Kelembaban rata-rata tahunan : 83,3%
Karakteristik Lahan
Berdasarkan overlay peta kemiringan lereng, peta ketinggian tempat dan
peta jenis tanah, maka diperoleh 3 satuan peta lahan yang dilampirkan di
Lampiran 11.
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman padi sawah
pada Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) terdapat pada Tabel 9 berikut :
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 9. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) pada
Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
Persyaratan
penggunaan lahan/
karakteristik lahan
Nilai Data
Kelas Kes.
Lahan
Aktual
Usaha
Perbaikan
Kelas Kes.
Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Kelembaban (%)
27, 3
83,3
S1
S1
S1
S1
Media perakaran (rc) Drainase
Agak
Terhambat
S1
S1
Bahan kasar (%) <3 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 100 S1 S1
Gambut:
Ketebalan (cm) 40 S1 S1
Kematangan Saprik S1 S1
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
30,42
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 16,37 S3 Pengapuran S2
pH H2O 3,89 S3 Pengapuran S2
C-organik (%) 25,87 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00029
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
2,66
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik
(cm)
40
S3
Pengaturan
sistem tata
air tanah
S2
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat
Rendah
S1 S1
Bahaya banjir (fh) Genangan
F12
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan
(%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan: S3 (nr,xs) S2 (nr,xs)
Berdasarkan data yang diperoleh, kelas kesesuaian lahan aktual untuk
tanaman padi sawah pada Tabel 9 adalah S3 ( nr, xs ) dengan faktor pembatas
retensi hara yaitu kejenuhan basa, pH dan bahaya sufidik dapat dilakukan usaha
perbaikan, yaitu dengan pengapuran atau penambahan bahan organik serta
Universitas Sumatera Utara
37
pengaturan sistem tata air tanah sehingga kelas kesesuian lahan potensialnya
adalah S2 (nr, xs).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman padi pada
Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) terdapat pada Tabel 10 berikut:
Tabel 10. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) pada
Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
Persyaratan
penggunaan lahan/
karakteristik lahan
Nilai Data
Kes.
Lahan
Aktual
Usaha
Perbaikan
Kes. Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Kelembaban (%)
27, 3
83,3
S1
S1
S1
S1
Media perakaran (rc) Drainase
Agak
Terhambat
S1
S1
Tekstur Agak Halus
(Lempung Liat
Berpasir)
S1 S1
Bahan kasar (%) <3 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 60 S1 S1
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
34,87
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 34,8 S2 Penambahan
bahan organik
S1
pH H2O 5,0 S2 Pengapuran S1
C-organik (%) 2,365 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00069
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
10,9
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik
(cm)
40
S3
Pengaturan
sistem tata air
tanah
S2
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
<3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan
F12
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan
(%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan: S3 (xs) S2 (xs)
Universitas Sumatera Utara
38
Berdasarkan data yang diperoleh, kelas kesesuaian lahan aktual untuk
tanaman padi pada Tabel 10 adalah S3 (xs) dengan faktor pembatas kedalaman
sulfidik dapat diperbaiki dengan pengaturan sistem tata air tanah, sehingga kelas
kesesuian lahan potensialnya adalah S2 (xs).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman padi sawah
pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3) terdapat pada Tabel 11 berikut :
Tabel 11. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) pada
Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
Persyaratan
penggunaan lahan/
karakteristik lahan
Nilai Data
Kes.
Lahan
Aktual
Usaha Perbaikan Kes.
Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Kelembaban (%)
27, 3
83,3
S1
S1
S1
S1
Media perakaran (rc) Drainase
Agak Terhambat
S1
S1
Tekstur Agak Halus
(Lempung Liat
Berpasir)
S1
S1
Bahan kasar (%) <3 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 60 S1 S1
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
30,2
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 19,47 S3 Penambahan
bahan organik
S2
pH H2O 3,87 S3 Pengapuran S2
C-organik (%) 2,05 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00017
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
2,85
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik (cm)
40
S3
Pengaturan sistem
tata air tanah
S2
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh) Genangan
F12
S1
S1
Penyiapan lahan (lp) Batuan dipermukaan (%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan: S3(nr,xs) S2(nr,xs)
Universitas Sumatera Utara
39
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas
kesesuaian lahan aktual untuk tanaman padi sawah pada Tabel 11 adalah sesuai
marjinal / S3 ( nr, xs ) dengan faktor pembatas retensi hara yaitu kejenuhan basa,
pH dan bahaya sulfidik, dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik dan
pengaturan sistem tata air tanah sehingga kelas kesesuian lahan potensialnya
adalah cukup sesuai / S2 (nr, xs).
Gambar 1. Peta kesesuaian lahan aktual tanaman padi (Oryza sativa L.).
Gambar 2. Peta kesesuaian lahan potensial tanaman padi (Oryza sativa L.)
Universitas Sumatera Utara
40
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman cabai pada
Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) terdapat pada Tabel 12 berikut:
Tabel 12. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) pada
Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
Persyaratan penggunaan
lahan/ karakteristik
lahan
Nilai Data
Kes.
Lahan
Aktual
Usaha
Perbaikan
Kes.
Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
27, 3
1277,5
S2
S2
Sistem irigasi
S2
S1
Ketersediaan oksigen
(oa) Drainase
Agak
terhambat
S1
S1
Media perakaran (rc)
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 100 S1 S1
Gambut:
Ketebalan (cm) 40 S1 S1
Kematangan Saprik S1 S1
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
30,42
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 16,37 S3 Pengapuran S2
pH H2O 3,89 S3 Pengapuran S2
C-organik (%) 25,87 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00029
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
2,66
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik
(cm)
40
S3
Pengaturan sistem tata
air tanah
S2
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%)
3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh) Genangan
F1
S3
Pembuatan
saluran drainase
S2
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan
(%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan : S3 (nr, xs, fh) S2 (tc, nr, fh)
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 12 memiliki kesesuaian lahan
aktual adalah S3 (nr, xs, fh) dengan faktor pembatas retensi hara yaitu kejenuhan
basa, dan pH, kedalaman sulfidik, dan bahaya banjir dapat diperbaiki dengan
Universitas Sumatera Utara
41
penambahan bahan organik dan pengelolaan sistem tata air tanah sehingga kelas
kesesuian lahan potensialnya adalah S2 (tc, nr, xs, fh).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman cabai pada
Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) terdapat pada Tabel 13. berikut :
Tabel 13. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) pada
Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
Persyaratan
penggunaan lahan/
karakteristik lahan
Nilai Data
Kes.
Lahan
Aktual
Usaha Perbaikan Kes.
Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
27, 3
1277,5
S2
S2
Sistem irigasi
S2
S1
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Agak
terhambat
S1
S1
Media perakaran (rc) Tekstur
Agak Halus
S1
S1
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 60 S1 S1
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
63,3
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 16 S3 Pemberian
bahan organik
S2
pH H2O 4,66 S3 Pengapuran S2
C-organik (%) 0,77 S2 Pemberian
bahan organik
S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00069
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
10,9
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik (cm)
40
S3
Pengaturan sistem
tata air tanah
S2
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh) Genangan
F1
S3
Pembuatan
saluran drainase
S2
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan: S3(nr, xs, fh) S2 (tc, nr, xs, fh)
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 13 kesesuaian lahan
aktualnya adalah S3 (nr,xs,fh) dengan faktor pembatas : retensi hara yaitu
Universitas Sumatera Utara
42
kejenuhan basa, pH, C-organik, bahaya sulfidik, dan bahaya banjir dapat
diperbaiki dengan penambahan bahan organik dan pengelolaan sistem tata air
tanah sehingga kelas kesesuian lahan potensialnya adalah S2 (tc,nr,xs,fh).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman cabai pada
Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3) terdapat pada Tabel 14 berikut :
Tabel 14. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) pada
Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
Persyaratan
penggunaan lahan/
karakteristik lahan
Nilai Data
Kes.
Lahan
Aktual
Usaha
Perbaikan
Kes. Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
27, 3
1277,5
S2
S2
Sistem irigasi
S2
S1
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Agak
terhambat
S1
S1
Media perakaran (rc) Tekstur
Agak Halus
S1
S1
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 60 S1 S1
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
30,2
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 19,47 S3 Penambahan
bahan organik
S2
pH H2O 3,87 S3 Pengapuran S2
C-organik (%) 2,05 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00017
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
2,85
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik
(cm)
40
S3
Pengaturan
sistem tata air
tanah
S2
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan
F1
S3
Pembuatan
saluran drainase
S2
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan: S3(nr,xs,fh) S2(tc,nr,xs,fh)
Universitas Sumatera Utara
43
Berdasarkan data yang diperoleh, pada Tabel 14 kesesuaian lahan aktual
S3 (nr, xs, fh) dengan faktor pembatas adalah retensi hara yaitu: kejenuhan basa,
pH, bahaya sulfidik, dan bahaya banjir dapat diperbaiki dengan penambahan
bahan organik dan pengelolaan sistem tata air tanah, sehingga kelas kesesuian
lahan potensialnya adalah S2 (tc,nr,xs,fh).
Gambar 3. Peta kesesuaian lahan aktual tanaman cabai (Capsicum annum L.)
Gambar 4. Peta kesesuaian lahan potensial tanaman cabai (Capsicum annum L.)
Universitas Sumatera Utara
44
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman melon pada
Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1) terdapat pada Tabel 15 berikut :
Tabel 15. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Melon (Cucumis melo L .) pada
Satuan Peta Lahan 1 (SPL 1)
Persyaratan penggunaan
lahan/ karakteristik
lahan
Nilai Data
Kes. Lahan
Aktual
Usaha
Perbaikan
Kes. Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Kelembaban udara (%)
27, 3
1277,5
83,3
S1
S3
S2
Sistem irigasi
S1
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Agak
terhambat
S1
S1
Media perakaran (rc)
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 100 S1 S1
Gambut:
Ketebalan (cm) 40 S1 S1
Kematangan Saprik S1 S1
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol)
30,42
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 16,37 S3 Pengapuran S2
pH H2O 3,89 S3 Pengapuran S2
C-organik (%) 25,87 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00029
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
2,66
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik
(cm)
40
S3
Pengaturan
sistem tata air
tanah
S2
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat
Rendah
S1 S1
Bahaya banjir (fh) Genangan
F1
S3
Pembuatan
sistem irigasi
S2
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan: S3(wa,nr,xs,fh) S2(wa,nr,xs,fh)
Berdasarkan data yang diperoleh, pada Tabel 15 kelas kesesuaian lahan
aktual adalah S3 (wa,nr,xs,fh) dengan faktor pembatas curah hujan, kejenuhan
Universitas Sumatera Utara
45
basa, pH, bahaya sulfidik dan bahaya banjir dapat diperbaiki dengan pembuatan
sistem irigasi (pengelolaan sistem air tanah) dan pengapuran, sehingga kelas
kesesuian lahan potensialnya adalah S2 (wa,nr,xs,fh).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman melon pada
Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2) terdapat pada Tabel 16 berikut:
Tabel 16. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tanaman Melon (Cucumis melo L .)
pada Satuan Peta Lahan 2 (SPL 2)
Persyaratan
penggunaan lahan/
karakteristik lahan
Nilai Data
Kes. Lahan
Aktual
Usaha
Perbaikan
Kes. Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm)
Kelembaban udara (%)
27, 3
1277,5
83,3
S1
S3
S2
Sistem irigasi
S1
S2
S2
Ketersediaan oksigen(oa) Drainase
Agak
terhambat
S1
S1
Media perakaran (rc) Tekstur
Agak Halus
S1
S1
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 60 S1 S1
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
63,3
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 16 S3 Penambahan bahan
organik
S2
pH H2O 4,66 S3 Pengapuran S2
C-organik (%) 0,77 S3 Penambahan bahan
organik
S2
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00069
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
10,9
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik (cm)
40
S3
Pengaturan sistem
tata air tanah
S2
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh)
Genangan
F1
S3
Pembuatan
saluran drainase
S2
Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kesesuaian Lahan: S3(wa,nr,xs,fh) S2 (wa,nr,xs,fh)
Universitas Sumatera Utara
46
Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 16 kesesuaian lahan aktual:
S3 (wa,nr,xs,fh) dengan faktor pembatas: curah hujan, kejenuhan basa, pH, C-
organik, bahaya sulfidik, dan bahaya banjir; dapat diperbaiki dengan pembuatan
saluran irigasi dan drainase, penambahan organik dan pengapuran, sehingga kelas
kesesuian lahan potensialnya adalah S2 (wa,nr,xs,fh).
Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman melon pada
Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3) terdapat pada Tabel 17 berikut :
Tabel 17. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tanaman Melon (Cucumis melo L .)
pada Satuan Peta Lahan 3 (SPL 3)
Karakteristik lahan Nilai Data
Kes. Lahan
Aktual
Usaha
Perbaikan
Kes. Lahan
Potensial
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C)
Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm)
Kelembaban udara (%)
27, 3
1277,5
83,3
S1
S3
S2
Sistem irigasi
S1
S2
S2
Ketersediaan oksigen (oa) Drainase
Agak
terhambat
S1
S1
Media perakaran (rc) Tekstur
Agak Halus
S1
S1
Bahan kasar (%) < 15 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 60 S1 S1
Retensi hara (nr) KTK liat (cmol)
30,2
S1
S1
Kejenuhan basa (%) 19,47 S3 Penambahan
bahan organik
S2
pH H2O 3,87 S3 Pengapuran S2
C-organik (%) 2,05 S1 S1
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m)
0,00017
S1
S1
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
2,85
S1
S1
Bahaya Sulfidik ( xs)
Kedalaman Sulfidik (cm)
40
S3
Pengaturan sistem
tata air tanah
S2
Bahaya erosi (eh) Lereng (%)
3
S1
S1
Bahaya erosi Sangat Rendah S1 S1
Bahaya banjir (fh) Genangan
F1
S3
Pembuatan saluran
drainase
S2
Penyiapan lahan (lp) Batuan permukaan (%)
< 5
S1
S1
Singkapan batuan (%) < 5 S1 S1
Kelas Kes. Lahan: S3(wa,nr,xs,fh) S2(wa,nr,xs,fh)
Universitas Sumatera Utara
47
Berdasarkan data yang diperoleh, pada Tabel 17 kesesuaian lahan aktual
adalah S3 (wa, nr, xs, fh ) faktor pembatas: curah hujan, kejenuhan basa, pH, C-
organik, bahaya sulfidik, dan bahaya banjir; dapat diperbaiki dengan pembuatan
saluran irigasi dan drainase, penambahan organik dan pengapuran, sehingga kelas
kesesuian lahan potensialnya adalah S2 (wa,nr,xs,fh).
Gambar 5. Peta kesesuaian lahan aktual tanaman melon (Cucumis melo L .)
Gambar 6. Peta kesesuaian lahan potensial tanaman melon (Cucumis melo L .)
Universitas Sumatera Utara
48
Pembahasan
Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman
padi sawah maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 1 adalah
sesuai marginal / S3 (nr, xs) dengan faktor pembatas retensi hara yaitu kejenuhan
basa dan pH dan bahaya sulfidik. Permasalahan pada faktor pembatas tersebut
dapat diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial. Permasalahan pada faktor
pembatas retensi hara yaitu kejenuhan basa dan pH dapat dilakukan upaya
perbaikan seperti penambahan bahan organik, dimana dengan penambahan bahan
organik dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kima dan biologi tanah. Hal ini
didukung oleh Winarso (2005) yang menyatakan bahwa penambahan bahan
organik lebih kuat pengaruhnya kearah perbaikan sifat-sifat tanah baik sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Sehingga diperoleh kelas kesesuian lahan potensial pada
SPL 1 adalah cukup sesuai /S2 (nr, xs).
Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman
melon maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 1 adalah
S3 (wa,nr,xs,fh) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah hujan,
retensi hara, kedalaman sulfidik, dan bahaya banjir. Permasalahan pada faktor
pembatas tersebut dapat diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial yaitu
dengan sistem irigasi/ pengairan, pengapuran atau penambahan bahan organik,
pembuatan saluran drainase. Namun pada kesesuaian lahan potensial ada faktor
pembatas yang tidak dapat diperbaiki yaitu kelembaban udara, sehingga diperoleh
kelas kesesuaian lahan potensial SPL 1 adalah S2 ( wa, nr, fh ). Hal ini sesuai
dengan literatur Rayes ( 2007 ) yang menyatakan bahwa dalama evaluasi lahan ,
Universitas Sumatera Utara
49
karakteristik lahan jenis usaha yang tidak dapat diperbaiki yaitu kelembaban
udara ditingkat pengolahan tinggi, sedang dan rendah.
Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanaman padi maka
diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 2 adalah sesuai marjinal / S3
(xs) dengan faktor pembatas bahaya sulfidik. Permasalahan pada faktor pembatas
tersebut dapat diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial. Keracunan
sulfidik dapat dilakukan usaha perbaikan pengaturan sistem tata air tanah. Hal ini
sesuai literatur Rayes (2007) yang menyatakan bahwa dalam evaluasi lahan
dengan karakteristik lahan retensi hara, kedalam sulfidik (lapisan pirit) dapat
diperbaiki oleh tingkat pengolahan sedang dan tinggi. Sehingga diperoleh kelas
kesesuian lahan potensial padi sawah pada SPL 2 adalah cukup sesuai/ S2 (xs).
Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanaman padi sawah
maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 3 adalah sesuai marjinal/
S3 ( nr, xs ) dengan faktor pembatas retensi hara yaitu kejenuhan basa dan pH, dan
kedalaman sulfidik. Permasalahan pada faktor pembatas tersebut dapat diperbaiki
pada kelas kesesuaian lahan potensial. Retensi hara dapat dilakukan usaha
perbaikan dengan pemberian kapur, bahan organik, dan pemupukan, sedangkan
keracunan sulfidik dapat dilakukan usaha perbaikan dengan pengaturan sistem
tata air tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Rayes ( 2007 ) yang menyatakan
bahwa tingkat pengelolaan sedang dapat dilakukan pada tingkat petani menengah,
memerlukan modal yang cukup besar dan teknik pertanian sedang, sedangkan
tingkat pengelolaan tinggi pengelolaan hanya dilakukan dengan modal yang
relatif besar atau menengah. Sehingga diperoleh kelas kesesuian lahan potensial
padi sawah pada SPL 3 adalah cukup sesuai/ S2 (nr, xs).
Universitas Sumatera Utara
50
Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman
cabai maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 2 dan SPL 3 adalah
sesuai marjinal / S3 (nr, xs, fh) dengan faktor pembatas retensi hara yaitu
kejenuhan basa, pH, kedalaman sulfidik dan bahaya banjir dapat diperbaiki
dengan sistem irigasi/ pengairan, pengapuran atau penambahan bahan organik,
pengaturan sistem tata air tanah, dan pembuatan saluran drainase. Sehingga
diperoleh kelas kesesuian lahan potensial pada SPL 2 dan SPL 3 adalah, S2 ( tc,
nr, xs, fh ), dengan faktor pembatas yang tidak dapat diperbaiki yaitu temperatur.
Hal ini sesuai dengan literatur Rayes (2007) yang menyatakan bahwa dalam
evaluasi lahan, karakteristik lahan berupa temperatur jenis usaha perbaikan tidak
dapat dilakukan.
Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dengan tanaman
melon maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual pada SPL 2 dan SPL 3
adalah sesuai marjinal / S3 (wa, nr, xs, fh ) dengan faktor pembatas ketersediaan
air yaitu curah hujan, retensi hara yaitu kejenuhan basa dan pH, kedalaman
sulfidik, dan bahaya banjir. Permasalahan pada faktor pembatas tersebut dapat
diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial dengan sistem irigasi/ pengairan,
pengapuran atau penambahan bahan organik, pengaturan sistem tata air tanah,
pembuatan saluran drainase. Dengan faktor pembatas kelembaban udara yang
tidak dapat dilakukan usaha perbaikan sehingga diperoleh kelas kesesuian lahan
potensial pada SPL 2 dan SPL 3 adalah S2 (wa, nr, xs, fh ). Hal ini sesuai dengan
literature Rayes ( 2007 ) yang menyatakan bahwa asumsi tingkat perbaikan
kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya
dapat menaikkan kelas satu kelas tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2).
Universitas Sumatera Utara
51
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kelas kesesuaian lahan aktual tanaman padi sawah pada SPL 1 dan SPL 3
sesuai marginal/S3 (nr,xs) dengan faktor pembatas retensi hara yaitu
kejenuhan basa, pH dan bahaya sufidik. Usaha perbaikan dapat dilakukan
dengan pengapuran atau penambahan bahan organik serta pengaturan sistem
tata air tanah sehingga kelas kesesuian lahan potensialnya menjadi S2 (nr,
xs); SPL 2 sesuai marjinal /S3 (xs), faktor pembatas kedalaman sulfidik dapat
diperbaiki dengan pengaturan sistem tata air tanah, sehingga kelas kesesuian
lahan potensialnya menjadi S2 (xs).
2. Kelas kesesuaian lahan aktual tanaman cabai pada SPL 1 adalah sesuai
marjinal/S3 (nr,xs,fh), faktor pembatas retensi hara (kejenuhan basa, pH),
bahaya sulfidik dan bahaya banjir. Usaha perbaikan dengan penambahan
bahan organik dan pengelolaan sistem tata air tanah sehingga kelas kesesuian
lahan potensialnya menjadi S2 (tc, nr, xs, fh); SPL 2 dan SPL 3 sesuai
marjinal / S3 (nr, xs, fh) dengan faktor pembatas retensi hara (kejenuhan basa,
pH, C-organik), bahaya sulfidik dan bahaya banjir. Tindakan usaha perbaikan
dengan penambahan bahan organik dan pengelolaan sistem tata air tanah
sehingga kelas kesesuian lahan potensialnya menjadi S2 (tc,nr,xs,fh).
3. Kelas kesesuaian lahan aktual tanaman melon pada SPL 1 dan SPL 3
termasuk sesuai marjinal/S3 (wa,nr,xs,fh) dengan faktor pembatas curah
hujan, retensi hara (kejenuhan basa, pH), bahaya sulfidik dan bahaya banjir.
Tindakan usaha perbaikan dengan pembuatan sistem irigasi (pengelolaan
sistem air tanah) dan pengapuran, sehingga kelas kesesuian lahan
Universitas Sumatera Utara
52
potensialnya menjadi S2 (wa,nr,xs,fh); SPL 2 termasuk sesuai marjinal / S3
(wa, nr, xs, fh) dengan faktor pembatas curah hujan, retensi hara (kejenuhan
basa, pH, C-organik), bahaya sulfidik dan bahaya banjir. Tindakan usaha
perbaikan dengan pembuatan saluran irigasi dan drainase, penambahan bahan
organik dan pengapuran, sehingga kelas kesesuian lahan potensialnya
meningkat menjadi S2 (wa,nr,xs,fh)
Saran
Sebaiknya menanam padi di Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhabatu
Utara menggunakan pengembangan teknik pengairan atau irigasi, pemberian
bahan organik yang cukup, serta pengelolaaan sistem tata air,
diperlukan penelitian lebih lanjut tentang komoditi lain yang juga cocok
dibudidayakan di Kecamatana Kualuh Hilir, Kabupatan Labuhanbatu Utara.
Universitas Sumatera Utara
53
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A. 2002. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor., 2010. Kriteria
Kesesuaian lahan Tanaman Padi (Oryza sativaL.)
Cabai (Capsicum annumL.) dan Melon (Cucumis meloL.). Diakses
melalui situs resmi litbang.deptan.go.id pada tanggal 17 Maret 2017.
BPS Kabupaten Labuhanbatu Utara. 2015. Statistik Daerah Kabupaten
Labuhanbatu Utara. BPS dan BPPD Kabupaten Labuhanbatu Utara.
____________________ . 2015. Kualuh Hilir Dalam Angka. BPS dan BPPD
Kabupaten Labuhanbatu Utara.
BPS Provinsi Sumatera Utara. 2015. Statistik Daerah Provinsi Sumatera Utara.
BPS dan BPPD Provinsi Sumatera Utara.
Cibro, G.F., 2012. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) Dan
Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten
Pakpak Bharat. Sripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Damanik, M.M.B., B.E,Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., H.Hanum. 2010.
Kesuburan Tanah Dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., dan A. Hidayat. 2011. Petunjuk Teknis
Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
Herawati,T., 2010. Analisis Spasial Tingkat Bahaya Erosi di Wilayah DAS
Cisadane Kabupaten Bogor. J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
7(4): 413-424.
Istiyastuti, dan T. Yanuharso. 1996. Berbudi Daya Aneka Tanaman Pangan.
Trigenda Karya. Bandung. 108 Hal.
Mega, I.M., Dibia, I.N., Adi, I.G.P.R., dan T.B. Kusmiyarti., 2010. Klasifikasi
Tanah dan Kesesuaian Lahan. Universitas Udayana. Denpasar.
Morgan, R.P.C., 1986. Soil Erosion and Conservation. Longman Scientific &
Technical. England.
Mukhlis., Sarifuddin., dan H, Hanum., 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi.
USU Press, Medan.
Rayes, M.L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
54
Rukmana, R., Y.Y. Oesman. 2006. Bertanam cabai dalam pot. Kanisius,
Yogyakarta.
Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Sastrohartono, H., 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Dengan
Aplikasi Extensi Artificil Neural Network (Ann.Avx) Dalam Acrview-
Gis. INSTIPER. Yogyakarta.
Siswanto., 2006. Evaluasi Sumber Daya Lahan. UPN Press. Surabaya.
Soedarya, A. 2010. Agribisnis Melon. Pustaka Grafika. Bandung
Tan , K , H , 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah , Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Toruan, E I. 2005. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika
(Coffea arabica) di Dusun Similir Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai
Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Winarso., 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media. Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil Laboratorium Analisis Tanah
(Sertifikat Hasil Analisis Tanah di Laboratorium PT. Socfin Indonesia, 2017)
Lampiran 2. Data Iklim : Curah Hujan Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara pada 10 Tahun Terakhir (mm/tahun)
Tahun
BULAN
Jan
Fe
b Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nop Des Jlh
2007 93 60 76 166 157 106 436 560 135 314 245 119 2467
2008 69 15 191 74 97 52 304 276 - 57 - - 1135
2009 57 30 215 200 132 38 99 175 - 180 455 259 1840
2010 443 90 255 265 68 139 122 86 - 69 412 101 2050
2011 263 16 123 - - - - 85 105 317 38 - 947
2012 124 89 96 111 - 63 139 63 - - - - 685
2013 18 19 9 70 13 36 50 33 108 97 99 145 697
2014 63 63 7 186 76 119 126 223 133 131 113 104 1344
2015 18 13 12 5 32 64 14 87 40 48 150 40 523
2016 87 280 11 26 109 51 57 70 50 148 91 107 1087
Rata-rata 1277,5
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Stasiun
Klimatologi Deli Serdang
Lokasi Pengamatan : Stasiun BPP Kampung Mesjid
No. No.
SPL
Tekstur DHL
ds/m
Nilai Tukar Kation
KTK KB
% Pasir Debu Liat Ca Mg K Na
….. % ….. ….. cmol/kg …..
1 SPL 1 - - - 0,00029 1,24 2,51 0,42 0,81 30,42 16,37
2 SPL 2 46,1 21,5 32,3 0,00069 5,57 1,82 0,93 3,82 34,87 34,8
3 SPL 3 44,1 23,8 32,1 0,00067 1,94 2,6 0,48 0,86 30,20 19,47
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Data Iklim : Suhu udara Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara pada 10 Tahun Terakhir (0C)
TAHUN BULAN (
0C)
Rata-
rata
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2007 26,3 26,6 27,5 27,6 27,7 27,7 27,1 27,1 27 26,6 26,4 26,2 27,0
2008 26,9 26,6 26,5 27,3 27,5 27,5 26,8 26,9 26,8 26,6 26,7 26,1 26,9
2009 26 26,6 26,9 27,7 27,7 28,1 27,6 27,2 27 - 26,7 26,9 27,1
2010 26,8 27,8 28,5 28,6 29 27,5 27,3 27,4 27,2 27,5 26,7 26,3 27,6
2011 26,2 26,9 26,8 27,2 27,9 28 27,8 27 27,1 27 26,7 26,4 27,1
2012 26,7 27,3 27,4 27,4 27,7 28,2 27,5 27,4 27,4 27 27,3 27,3 27,4
2013 27,1 26,8 28,3 28,1 28,6 28,6 27,7 27,2 26,7 26,9 26,9 26,3 27,4
2014 26 26,8 27,7 28 28,3 29 28,8 27,2 27,1 27,1 27 26,6 27,5
2015 26,6 26,6 28 27,8 28,3 28,7 28 27,5 27,7 27,4 27,2 27,4 27,6
2016 27,8 27,3 28,8 29,4 28,2 27,5 27,5 27,8 27,5 27 26,9 26,9 27,7
Rata-rata(0C) 27,3
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Lokasi Pengamatan : Stasiun Klimatologi Deli Serdang
Lampiran 4. Data Iklim : Kelembaban udara Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara 10 Tahun Terakhir (%)
TAHUN BULAN (%) Rata-rata
% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
2007 86 83 80 82 86 83 85 83 85 86 87 86 84,3
2008 83 82 85 83 83 83 85 84 85 86 87 87 84,4
2009 85 83 83 84 84 81 82 85 85 - 85 85 83,8
2010 85 83 80 81 80 84 84 84 84 83 86 86 83,3
2011 85 84 84 84 83 82 82 84 84 84 86 86 84,0
2012 84 82 80 83 83 79 80 82 83 85 84 84 82,4
2013 83 84 82 80 80 78 81 84 84 85 86 89 83,0
2014 85 82 83 83 84 81 79 85 86 87 87 87 84,1
2015 84 82 78 80 80 78 81 82 82 85 85 84 81,8
2016 83 83 79 78 82 80 81 81 83 86 86 84 82,2
Rata-rata 83,3
Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
Lokasi Pengamatan : BMKG Sampali
Universitas Sumatera Utara
Lampiran5. Rekapitulasi Kesesuaian untuk Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Tanaman Padi
Satuan Peta Lahan (SPL)
1 2 3
Kesesuaian Lahan
Aktual
S3 (nr,xs) S3 (xs) S3 (nr, xs)
Kesesuaian Lahan
Potensial
S2 (nr,xs) S2 (xs) S2 (nr, xs)
Lampiran6. Rekapitulasi Kesesuaian Untuk Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)
Tanaman Cabai
Satuan Peta Lahan (SPL)
1 2 3
Kesesuaian Lahan
Aktual
S3 (nr,xs, fh) S3 (nr, xs, fh) S3 (nr, xs, fh)
Kesesuaian Lahan
Potensial
S2 (tc, nr, xs, fh) S2 (tc, nr, xs, fh) S2 (tc, nr, xs, fh)
Lampiran 7. Rekapitulasi Kesesuaian Untuk Tanaman Melon (Cucumis melo L .)
Tanaman Melon
Satuan Peta Lahan (SPL)
1 2 3
Kesesuaian Lahan
Aktual
S3 (wa, nr, xs, fh) S3 (wa, nr, xs, fh) S3 (wa, nr, xs, fh)
Kesesuaian Lahan
Potensial
S2 (wa, nr, xs, fh) S2 (wa, nr, xs, fh) S2 (wa, nr, xs, fh)
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Peta Administrasi Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu
Utara
Lampiran 8. Peta administrasi kecamatan kualuh hilir kabupaten labuhanbatu utara
Lampiran 9. Peta Jenis Tanah Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
Lampiran 11. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Peta Satuan Peta Lahan (SPL) Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
Lampiran 13. Peta Pengambilan Sampel Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten
Labuhanbatu Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14 . Lampiran Foto Pengambilan Sampel di Lapangan
Universitas Sumatera Utara