109
i FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM PERUBAHAN KEBIJAKAN KONTRATERORISME AMERIKA SERIKAT DI AFGHANISTAN PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN DONALD TRUMP Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) oleh: Muhammad Luqmanul Hakim 11151130000104 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

i

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM

PERUBAHAN KEBIJAKAN KONTRATERORISME

AMERIKA SERIKAT

DI AFGHANISTAN PADA MASA PEMERINTAHAN

PRESIDEN DONALD TRUMP

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

oleh:

Muhammad Luqmanul Hakim

11151130000104

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM PERUBAHAN KEBIJAKAN

KONTRATERORISME AMERIKA SERIKAT DI AFGHANISTAN PADA

MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN DONALD TRUMP

1. Merupakan karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil menjiplak hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 3: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

iii

Page 4: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

iv

Page 5: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

v

ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor determinan dalam perubahan

kebijakan kontraterorisme Amerika Serikat (AS) pada masa pemerintahan Presiden

Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua

(2013-2016), AS membuat kebijakan bahwa akan menarik seluruh pasukannya dari

Afghanistan secara bertahap. Namun, hingga masa pemerintahan Obama berakhir,

masih terdapat sejumlah pasukan AS di Afghanistan. Pemerintahan Donald Trump

kemudian mengambil kebijakan dengan menambah sejumlah pasukan di Afghanistan.

Tujuan skripsi ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian “Apa faktor

determinan yang memengaruhi perubahan kebijakan kontraterorisme Amerika Serikat

di Afghanistan pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump?”

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah metode

kualitatif yang bersifat analitis deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara studi pustaka yang didapatkan dari buku, jurnal, artikel, dan dokumen

resmi. Selain itu, juga melakukan metode wawancara dalam pengumpulan data.

Dalam proses analisa, skripsi ini menggunakan Teori Kebijakan Luar Negeri dan

Konsep Kepentingan Nasional sebagai alat analisis. Dari hasil analisis dapat

disimpulkan bahwa bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kebijakan AS, yakni

faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor dari dalam diri Trump

dan pengaruh orang sekitarnya serta struktur pemerintahan AS yang mempengaruhi

kebijakan. Sedangkan faktor eksternal adalah masalah instabilitas kawasan

Afghanistan.

Kata Kunci: Amerika Serikat, Afghanistan, Kontraterorisme, Perubahan

Kebijakan

Page 6: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Segala puji bagi Allah Swt. atas segala nikmat, rahmat dan karunia yang telah

dianugerahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas Skripsi ini.

Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad Saw.

keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis

menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik dari sisi tenaga, pikiran, hingga doa.

Berikut ini saya ucapkan terimakasih kepada:

1. Keluarga penulis, Ayah Baru Pramono dan Ibu Ulil Aidi, serta para adik

Rosyidatul Untsa dan Muhammad Ulil Himam yang telah memberikan doa,

cinta, nasehat, dan dukungan moril maupun materil hingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

2. Bapak Dr. Badrus Sholeh, MA., Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang

telah memberikan arahan, saran, dan ilmunya. Serta tak henti-hentinya

memberikan semangat kepada penulis hingga penulisan skripsi ini

terselesaikan dengan baik. Terimakasih atas kesabaran, perhatian, dan juga

waktu luang di tengah kesibukan.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

vii

3. Bapak Ahmad Alfajri dan Ibu Khoirun Nisa, Ketua dan Sekretaris Prodi

Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif

Hidayatullah. Terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa

perkuliahan.

5. Bapak Siswanto, Ahli Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dan Kepala

Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian Politik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selaku narasumber. Terimakasih

atas ketersediaan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan guna

melengkapi data skripsi penulis.

6. Sahabat seperjuangan Skripsi, Ichsan Nur, Diaz, Musyfiq, Afafa, Hafid, dan

Ijmal yang saling memberikan semangat satu sama lain.

7. Keluarga Besar IRCEXTREME, Arqel, Anita, Afafa, Amel, Agoy, Asti, Alfi,

Bella, Citra, Denis, Diaz, Dila, Ebil, Farhan, Fira, Hafid, Ica, Ichsan, Ilham,

Iqbal, Kharisma, Mala, Muthia, Musyfiq, Nabil, Nabila, Nadim, Najma,

Nuzia, Reni, Ririn, Rifqi, Sarah, Syahnaz, dan Winda. Kelas paling solid dan

selalu heboh serta ceria.

8. Keluarga Mathaliul Falah (KMF) Jakarta, Pak Ketua Sidiq, Yai Iqbal, Mas

Uis, Ustadz Tio, Mas Boy, Syarif, Mas Bro Ahyar, dan semuanya yang tidak

bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih banyak atas suka dan dukanya.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

viii

9. Teruntuk Neng Erina, yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi

kepada penulis.

10. Terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Semoga segala doa, dukungan dan bantuan kalian mendapat balasan

dari Allah SWT dan menjadi amal kebaikan.

Dengan segala kerendahan dan kekhilafan, penulis mohon maaf atas

kekurangan dan kesalahan dari penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis

menerima selebar-lebarnya kritik dan saran demi perbaikan penelitian ini di masa

mendatang. Terimakasih.

Jakarta, 12 Juli 2019

Muhammad Luqmanul Hakim

Page 9: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………………...iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..v

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..viii

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………......x

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………...xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah…………………………………...............1

1.2. Pertanyaan Penelitian…………………………………………7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………..................7

1.4. Tinjauan Pustaka……………………………………...............7

1.5. Kerangka Teoritis……………………………………………13

1.5.1. Teori Kebijakan Luar Negeri 13

1.5.2. Konsep Kepentingan Nasional 16

1.6. Metode Penelitian……………………………………………20

1.7. Sistematika Penulisan………………………………..............21

BAB II PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 DAN KEBIJAKAN

GLOBAL WAR ON TERROR

2.1. Peristiwa 11 September……………………………………..23

2.2. Kebijakan Global War on Terror …………………………..26

2.2.1. The USA Patriot Act 30

2.2.2. Homeland Security Act 35

Page 10: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

x

BAB III KEBIJAKAN KONTRA-TERORISME AMERIKA SERIKAT DI

AFGHANISTAN PERIODE PEMERINTAHAN OBAMA DAN

TRUMP

3.1. Kebijakan Kontra-Terorisme Periode Kedua Barack Obama di

Afghanistan………………………………………………………......38

3.1.1. Pergerakan Amerika Serikat Melawan Terorisme 38

3.1.2. Penarikan Pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan 43

3.1.3. Lahirnya Operasi Sentinel Freedom 46

3.2. Kebijakan Kontra-Terorisme Donald Trump di

Afghanistan…………………………………………………………..51

3.2.1. Kepemimpinan Amerika Serikat dalam Kancah

Internasional 51

3.2.2. Situasi Militer dan Keamanan Afghanistan 54

BAB IV FAKTOR DETERMINAN PENYEBAB PERUBAHAN

KEBIJAKAN KONTRATERORISME PERIODE DONALD

TRUMP DI AFGHANISTAN

4.1. Faktor Internal……………………………………………….59

4.1.1 Faktor Donald Trump dan Pengaruh orang sekitarnya 59

4.1.2. Struktur Pemerintahan Amerika Serikat 65

4.2. Faktor Eksternal………………………..

BAB V KESIMPULAN..................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...............................xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xi

DAFTAR SINGKATAN

ANSF Afghan National Security

AS Amerika Serikat

AUMF Authorization for Use of Military Force

BSA Bilateral Security Agreement

GWOT Global War on Terror

IIRO International Islamic Relief Organization

ISAF International Security Assistance Force

ISI Inter-Services Intelligence

LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

MAK Maktab al Khidmat lil Mujahidin al-Arab

NATO North Atlantic Organization

NCTC National Counter Terrorism Center

OEF Operation Enduring Freedom

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

SIGAR Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction

TPP Trans-Pacific Partnership

Page 12: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xii

USCENTCOM United States Central Command

WTC World Trade Center

Page 13: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip wawancara dengan Siswanto, Ahli Kebijakan Luar

Negeri Amerika Serikat dan Kepala Bidang Pengelolaan dan

Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian Politik Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Page 14: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah

Afghanistan telah menjadi pusat perhatian kebijakan luar negeri Amerika

Serikat (AS) sejak tragedi pemboman World Trade Center (WTC) di AS tahun 2001.

Pasca tragedi tersebut AS merasa keamanan nasionalnya telah terancam. Serangan

yang menghancurkan gedung WTC, mengakibatkan kerusakan dan banyak korban

jelas memicu reaksi keras dari Presiden George W. Bush yang kemudian

mendeklarasikan ‘Global War on Terror’ (GWOT)1 atau dikenal dengan Kontra-

Terorisme. Deklarasi tersebut berisi kesepakatan dan upaya bersama oleh pemerintah

untuk melawan segala tindakan terorisme yang telah menjadi perhatian dunia.2

Presiden Bush mengubah pola politik luar negeri AS terkait isu terorisme

dengan melindungi dan menciptakan rasa aman bagi seluruh warganya ,baik di dalam

maupun luar negeri. Pernyataan Presiden Bush di hadapan Kongres pada 20

September 2001, “either you are with us or you are with the terrorist”, secara hitam

putih menggambarkan dunia yang terbelah dalam sebuah pertarungan antara kekuatan

baik dan kekuatan jahat. Bush juga mengatakan, “If you are not with us, you are

against us”. Pernyataan yang lebih dikenal dengan “Doktrin Bush” telah memaksa

1 Paul D. Williams, Security Studies an Introduction, Routledge, Abingdon. 2008, hlm. 171.

2 Paul D. Williams, Security Studies an Introduction, hlm. 376.

Page 15: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

2

negara di dunia menentukan sikap dalam melawan terorisme.3 Hal inilah yang telah

menjadi legitimasi serangan AS ke Afghanistan dengan dalih menumpas terorisme.

Bush menganggap bahwa al-Qaeda yang paling bertanggung jawab atas tragedi

pemboman tersebut.

Pada tahun 2009 Barack Obama terpilih sebagai Presiden AS menggantikan

George W. Bush. Sejak awal kampanye, sebagai calon presiden, Obama telah

mengenalkan prinsip kebijakan luar negeri AS terhadap al-Qaeda yang berbeda

dengan periode sebelumnya. Hal ini dilihat dari pidato Barrack Obama di depan

Chicago Council on Global Affairs pada 23 April 2007. Obama menekankan, bahwa

salah satu pilar kebijakan luar negeri AS adalah perbaikan dan rekonstruksi sistem

aliansi serta kemitraan global guna menghadapi tantangan dan ancaman. Kebijakan

AS pada masa Obama lebih menekankan diplomasi atau lebih dikenal dengan smart

power, yaitu perpaduan antara hard power dan soft power.4

Pada 20 Januari 2017, Donald Trump menjadi Presiden AS ke-45,

menggantikan Obama. Dalam kampanyenya, Trump mengecam kebijakan perang

pemerintah AS dan berjanji akan menghentikan perang serta lebih fokus pada

penguatan ekonomi dalam negeri. Akan tetapi, tetap saja setelah terpilih, Trump

masih melanjutkan GWOT.5 Selain itu, juga tersebar luas slogan “Make America

3 Micahel Byers, “Terrorism: The Use of Force and International Law After 11 September”,

dalam International Relations Journal, Vol. 6. No. 2, Prentice Hall Inc., New York, 2002, hlm. 155. 4 Joseph S. Nye, Soft Power: the means to success in world politics, Public Affairs, New

York, 2004, hlm. 32. 5 Donald Trump, National Strategy for Counterterrorism of the United States of America, The

White House, Washington DC, 2018, hlm. 1-2.

Page 16: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

3

Great Again” oleh Donald Trump yang dinilai sesuai visi dan misi

kepemimpinannya. Perbaikan sistem dalam negeri dan restorasi kekuatan hegemoni

Amerika Serikat merupakan kunci kampanye Trump untuk menarik banyak masa,

terutama warga Amerika konservatif yang memiliki kekhawatiran terhadap imigrasi

dan terorisme.

Isu-isu tersebut direspons langsung oleh Trump dan menyatakan posisinya

yang kontroversial. Banyak pidato Trump yang mengandung substansi kekerasan dan

rasisme. Pernyataannya mengenai isu terorisme dan Islam “radikal”, misalnya,

direspons negatif oleh kalangan muslim di Amerika Serikat dan dunia internasional.

Trump cenderung vokal terhadap isu Islam “radikal” dan terorisme, bahkan ia sampai

berjanji untuk tidak hanya membatasi, tetapi melarang masuknya imigran yang

berasal dari negara-negara Islam yang diduga menjadi asal terorisme.6

Skripsi ini akan membahas apa saja yang memengaruhi perubahan kebijakan

luar negeri AS di bawah Presiden Donald Trump dalam memerangi terorisme

internasional, khususnya di Afghanistan. Kebijakan Trump dinilai berbeda dengan

pendahulunya, Barack Obama, serta mengandung kontroversi di mata masyarakat

internasional terutama umat muslim.7 Misalnya, kebijakan Trump yang mengatur

perihal pelarangan masuknya imigran muslim ke wilayah AS yang oleh presiden

6 Russell Berman, Donald Trump’s Call to Ban Muslim Immigrants, diakses dari

http://www.theatlantic.com/ politics/archive/2015/12/ donald-trumps-call-to-ban-

muslimimmigrants/419298/, pada 25 Oktober 2018. 7 Clark Mindock, Travel Ban: What is Trump’s major immigration policy, and why is it called

a ‘Muslim ban’? All you need to know, Independent, diakses dari

http://www.independent.co.uk/news/world/americas/us-politics/travel-ban-trump-what-is-it-muslim-

countries-list-restrictions-latest-a8093821.html, pada 20 November 2018.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

4

sebelumnya, Barack Obama, dianggap sangat beresiko. Pada era Obama, AS sangat

peduli dengan multikulturalisme. Trump menegaskan larangan ini diterapakan demi

menjaga keamanan nasional dengan merujuk pada serangan teroris di Paris, London,

Brussels dan Berlin.8

Kebijakan Trump lebih mengedepankan penggunaan militer atau dikenal

dengan hard power. Hal ini dibuktikan dengan keputusannya dalam peningkatan

invasi militer di Afghanistan.9 Presiden Trump mengirim sekitar 3.500 tentara lagi ke

Afghanistan dan membawa total pasukan AS di Afghanistan menjadi sekitar 14.500.10

Kebijakan tersebut tentu berbeda dengan Obama yang sempat menyerukan penarikan

pasukan AS dari Afghanistan.11

Meskipun pada akhirnya telah mengundang sejumlah

kritik karena dapat menimbulkan kekhawatiran bahwa itu adalah tanda bahwa

Washington telah menerima kekalahan, pada gilirannya akan memberikan Al-Qaeda

alat propaganda yang kuat.

Pada masa Obama, kebijakan luar negeri AS dikenal dengan istilah smart

power (perpaduan antara hard power dan soft power)12. Obama telah berkunjung ke

beberapa negara mayoritas muslim, seperti ke Turki dan Mesir pada Juni 2009 serta

8 “Kebijakan Larangan Trump Mulai Dirasakan Dampaknya.” BBC, diakses dari

http:/www.bbc.com/Indonesia/dunia-40453147/, pada 25 Oktober 2018. 9 Colin Robertson, America First: The Global Trump at Six Months, The School of Public

Policy, Calgary, 2017, hlm. 3. 10

Ellen Mitchell, U.S. to Send 3,500 More Troops to Afghanistan: Report, TheHill, diakses

dari http://thehill.com/policy/defense/349486-us-to-send-3500-more-troops-to-afghanistan-report, pada

19 Desember 2018. 11

Jake Tapper, “Obama Announces 34.000 Troops to Come Home”, CNN, diakses pada 28

Juli 2019 dari https://edition.cnn.com/2013/02/12/politics/obama-sotu-afghanistan-troops/index.html 12

Riefqi Muna, Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Soft Power, Pusat Studi

Pertahanan dan Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, 2009, hlm. 86-87.

Page 18: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

5

Indonesia pada November 2009. Selain itu, Obama juga menugaskan Hillary Clinton

untuk melakukan kunjungan ke wilayah Timur Tengah yang sedang dilanda konflik

berkepanjangan.13

Hal tersebut menunjukkan, bahwa AS pada saat itu mencoba merangkul dunia

muslim guna meyakinkan bahwa tujuan Obama adalah membawa misi perdamaian.

Keadaan tersebut tentu berbeda dengan era Trump dimana hanya memokuskan pada

hard power atau intervensi militer dan mengesampingkan upaya-upaya diplomasi

seperti dilakukan Obama. Sehingga AS kembali mendapatkan citra buruk di mata

dunia muslim seperti yang terjadi pada masa George W. Bush.

Trump pertama kali mengemukakan pendapat mengenai kebijakan luar negeri

ketika menghadiri undangan Center for the National Interest di Washington, April

2016, saat ia masih menjadi calon presiden. Trump memokuskan beberapa kebijakan

luar negeri yang menurutnya ideal bagi AS, sesuai dengan slogan kampanyenya yang

bertujuan untuk membuat As disegani di kancah percaturan politik internasional.

Trump juga menjelaskan, bahwa ia akan menggunakan “America First” dalam

kebijakan luar negerinya. “America First” yang dimaksudkan merupakan kebijakan

luar negeri yang dibuat dengan memprioritaskan warga Amerika Serikat. “America

13

Kunjungan Hillary Clinton ke Timteng, BBC, diakses pada 19 Desember 2018 dari

www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2009/09302.shtml

Page 19: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

6

First” dinilai akan menjadi fokus utama dalam pemerintahan Trump dalam

memimpin AS.14

Faktor domestik dan internasional dapat mempengaruhi perumusan kebijakan

luar negeri, tetapi faktor domestik yang lebih diutamakan. Kondisi ekonomi, politik,

sosial serta pengaruh dari dari kelompok-kelompok kepentingan merupakan faktor

domestik, sedangkan faktor internasional adalah kondisi politik internasional yang

berlangsung saat itu. Beberapa faktor domestik dan internasional yang telah

dijelaskan di atas tentu menjadi pertimbangan penting oleh setiap negara untuk

merumuskan kebijakan luar negeri begitu pula dengan AS sebagai negara adikuasa

atau superpower. Sehingga, pada setiap pergantian presiden di AS, hal pertama kali

yang menjadi perhatian oleh negara-negara lainnya adalah bagaimana kebijakan luar

negerinya yang pasti akan berdampak pada dinamika politik internasional.

Oleh karena itu, dibutuhkan penjelasan lebih lanjut terkait faktor-faktor yang

telah disebutkan di atas. Melalui penjelasan secara komprehensif tentunya akan lebih

memudahkan pembaca untuk dapat memahami bahwa setiap perumusan kebijakan

luar negeri dalam suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak hanya

berdasarkan satu aktor, yaitu seorang presiden. Dalam analisis kebijakan luar negeri,

kita tidak hanya melihat dari sosok presiden tetapi harus melihat terlebih dahulu

mengenai siapa dan apa saja yang ada di belakangnya. Selain itu, juga harus melihat

kondisi politik domestik yang terjadi di negaranya. Karena dapat dikatakan bahwa

14

Jeremy Diamond dan Stephen Collinson, Donald Trump’s foreign policy: ‘America first’,

CNN, diakses pada 26 Oktober 2018 dari http:// edition.cnn.com/2016/04/27/politics/donald-trump-

foreign-policyspeech/>

Page 20: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

7

keadaan politik dalam negeri merupakan cerminan dari kebijakan luar negeri suatu

negara.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan dalam pernyataan masalah tersebut, penulis membuat

pertanyaan masalah sebagai berikut :

Faktor-faktor determinan apa saja yang memengaruhi perubahan kebijakan

kontraterorisme Amerika Serikat di Afghanistan pada masa pemerintahan

Presiden Donald Trump?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui faktor-faktor determinan baik

faktor internal dan eksternal yang memengaruhi kebijakan kontraterorisme

Amerika Serikat di Afghanistan periode pemerintahan Presiden Donald

Trump.

2. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti lain yang

mempunyai minat dalam masalah ini.

1.4. Tinjauan Pustaka

Untuk menunjang informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan

skrispi ini, penulis menetapkan beberapa referensi yang berasal dari jurnal dan juga

Tesis. Dalam tinjauan pustaka yang pertama, terdapat jurnal yang berjudul

Page 21: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

8

Afghanistan: Background and U.S. Policy In Brief. Jurnal ini ditulis oleh Clayton

Thomas, seorang analis timur tengah, dan diterbitkan oleh Congressional Research

Service pada 17 September 2018. Congressional Research Service merupakan badan

penelitian kebijakan publik dari Kongres AS.

Jurnal ini memberikan intisari tentang dinamika politik dan militer dengan

fokus pada strategi baru Trump untuk Afghanistan dan Asia Selatan, mitra koalisi

terkait operasi militer Afghanistan, dan perkembangan politik terbaru termasuk

pemilu di Afghanistan. Diawali dengan penjelasan awal terkait situasi politik terkini

di Afghansitan dan dilanjutkan pada analisis mengenai kendala dalam upaya

rekonsiliasi yang dilakukan oleh pemerintah AS dan Afghanistan dengan Taliban.

Clayton menjelaskan bahwa pada 2018, sejumlah perkembangan

menunjukkan potensi kemajuan menuju ke arah pembicaraan perdamaian. Preseiden

Ghani menawarkan pembicaraan atau pertemuan langsung dengan Taliban disertai

juga dengan usulan tindakan membangun kepercayaan seperti pertukaran tahanan.

Namun, secara tegas Taliban menolaknya. Selain itu, genjatan senjata selama 3 bulan

yang ditawarkan pemerintah Afghanistan juga gagal terwujud, mengingat

pertempuran masih berlanjut. Hal tersebut yang menurut Clayton merupakan faktor-

faktor yang menjadi kendala dalam menuju upaya rekonsiliasi.

Clayton juga menjelaskan bahwa AS telah meletakkan strategi baru untuk

Afghanistan, hal tersebut disampaikan oleh Trump melalui pidatonya pada Agustus

2017. Presiden Trump menegaskan bahwa penyelesaian politik sebagai hasil dari

upaya militer yang efektif, tetapi tidak merinci secara detail terkait batasan waktu

Page 22: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

9

untuk keterlibatan tentara AS di Afghanistan. Calyton menambahkan mengenai

strategi baru yang akan mencakup pendekatan regional untuk Asia Selatan. AS akan

meningkatkan hubungan bilateral dengan India. Dalam penelitian Trump

mengemukakan bahwa AS akan mengambil sikap lebih tegas terhadap Pakistan

karena telah dianggap memberikan tempat berlindung para teroris.

Jurnal yang ditulis Clayton membantu penelitian skripsi ini untuk

menjelaskan kebijakan baru AS periode Trump terkait konflik Afghanistan. Hal ini

berguna untuk mengetahui secara komprehensif bagaimana kebijakan tersebut

dilakukan. Namun, perbedaannya adalah jurnal ini hanya membahas kebijakan baru

Trump diterapkan di Afghanistan dan Asia Selatan, tidak membahas faktor-faktor

yang mempengaruhi Trump dalam perumusan kebijakan baru tersebut yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.

Tinjauan pustaka yang kedua adalah jurnal diterbitkan oleh The Georgetown

Security Studies Review pada Januari 2017. Jurnal ini ditulis oleh Bruce Hoffman

dengan judul The Evolving Terrorist Threat and Counterterrorism Options of the

Trump Administration. Bruce Hoffman merupakan seorang analis politik yang

mempunyai spesialisasi dalam studi terorisme dan kontraterorisme serta

pemberontakan dan kontra-pemberontakan. Dia adalah profesor tetap di Sekolah

Layanan Luar Negeri Edmund A. Walsh Universitas Georgetown.

Dalam jurnal ini, Hoffman menjelaskan mengenai ancaman terorisme seperti

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan Al Qaeda bagi pemerintahan Trump.

Singkatnya, periode kepemimpinan trump menghadapi situasi keamanan yang paling

Page 23: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

10

berbahaya setelah peristiwa 11 September 2001. Hoffman juga menegaskan bahwa

Strategi Trump harus berjalan efektif jika ingin mengalahkan teroris. Efektivitas

strategi tersebut didasarkan pada kemampuan untuk menganalisa jaringan musuh dan

mengantisipasi bagaimana musuh dapat bertindak dalam berbagai situasi. ISIS

memang menimbulkan ancaman teroris dalam pada akhir-akhir ini, namun Al- Qaeda

telah diam-diam membangun dan mempersiapkan kembali sumber daya sejak lama

untuk menghidupkan kembali perang melawan AS.

Hasil jurnal ini menunjukkan bahwa penyebaran gerakan ISIS dan Al- Qaeda

begitu cepat. National Counter Terrorism Center (NCTC) menyebutkan bahwa

setahun sebelum AS meluncurkan kampanye untuk mengalahkan ISIS, gerakan

teroris ini sudah ada di tujuh negara seluruh dunia. Pada 2015 ketika strategi baru

Obama melawan terorisme diperkenalkan, ISIS sudah tersebar di empat belas negara.

Kemudian pada Agustus 2017, NCTC mencatat bahwa ISIS telah beroperasional di

delapan belas negara. Sementara itu, Al-Qaeda juga hadir di lebih banyak negara saat

ini. Menurut NCTC, pada 2017 Al-Qaeda telah hadir dan beroperasi di dua puluh

empat negara.

Jurnal Hoffman juga membantu penulisan skripsi ini untuk menjelaskan

pergerakan dan ancaman yang dilakukan ISIS dan Al-Qaeda. Dalam jurnal ini juga

ditemukan bahwa pada 2010 Al-Qaeda telah mengembangkan senjata biologi yang

terbuat dari biji jarak yang oleh FBI disebut zat paling beracun ketiga setelah

plutonium dan botulisme. Jika dibiarkan tentu akan berbahaya dan dapat mengancam

stabilitas keamanan global termasuk keamanan nasional AS juga merasa semakin

Page 24: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

11

terancam. Menurut penulis, pergerakan Al-Qaeda secara masif dapat dikategorikan

sebagai salah satu faktor, yaitu faktor eksternal dalam mempengaruhi pembuatan

kebijakan baru AS periode sekarang. Namun, dalam skripsi ini penulis masih

membutuhkan beberapa faktor yang melatarbelakangi perumusan Kebijakan Kontra-

Terorisme pada periode Trump ini.

Selanjutnya, pada tinjauan pustaka yang ketiga adalah Tesis yang ditulis oleh

I Gde Armyn Gita yang berjudul Analisis Smart Power dalam Strategi Militer

Amerika Serikat Melawan Al-Qaeda (2009-2012). Program Studi Kajian Terorisme

dalam Keamanan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Indonesia. Pertanyaan yang diajukan Gita dalam skripsi tersebut adalah mengapa

pemerintah AS periode Barack Obama menerapkan strategi militer yang berlandaskan

prinsip smart power terhadap Al-Qaeda.

Pertanyaan penelitian difokuskan pada Al-Qaeda dan pendukungnya yang

berada di Afghanistan dan Pakistan. Sedangkan tujuan dari Tesis tersebut adalah

untuk menganalisa perubahan strategi militer yang dilakukan pemerintah AS sejak

periode presiden Barack Obama dalam melawan Al-Qaeda, kelompok afiliasi, dan

pendukungnya. Penelitian fokus pada dinamika faktor-faktor pengaruh dalam

perumusan strategi militer AS.

Tesis Gita membahas mengenai penerapan prinsip smart power di dalam

strategi militer AS terhadap Al-Qaeda, kelompok afiliasi, dan pendukungngnya di

Afghanistan dan Pakistan. Dalam tesis tersebut dijelaskan bahwa smart power dalam

perspektif strategi merupakan sebuah rencana aksi dengan yang mengkombinasikan

Page 25: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

12

penggunaan sumber daya hard power dan soft power. Penerapan prinsip tersebut

yang selanjutnya diidentifikasikan dalam empat konteks yang saling bertautan

meliputi wilayah operasi yang lebih spesifik, penerapam strategi militer yang berbeda

di Afghanistan dan Pakistan, kombinasi strategi Counterinsurgency dan

Counterterrorism di Afghanistan, dan menghadirkan kekuatan militer AS melalui dua

jalur, Operation Enduring Freedom (OEF) dan North Atlantic Treaty Organization

(NATO).

Hasil Tesis Gita menemukan beberapa faktor terkait perumusan kebijakan

keamanan nasional yang mempengaruhi perubahan strategi militer AS terhadap Al-

Qaeda. Faktor-faktor tersebut meliputi; perkembangan sistem perumusan kebijakan

keamanan nasional AS, dinamika kekuatan nasional AS, sikap dan kondisi

pemerintah Afghanistan dan Pakistan, dan dukungan internasional.

Gita menjelaskan bahwa ancaman terorisme bagi pemerintah AS, di periode

Barack Obama, mengerucut pada Al-Qaeda, kelompok pendukung, dan pengikutnya.

Hal ini menegaskan target yang spesifik sekaligus fleksibel. Target jangka pendek

adalah Al-Qaeda, khususnya di Afghanistan dan Pakistan telah menjadi target

pelaksanaan strategi perlawanan terhadap terorisme. Sedangkan jangka panjang,

strategi perlawanan terhadap terorisme dapat diperluas kepada obyek apapun yang

dianggap sebagai pendukung maupun pengikut Al-Qaeda.

Tesis Gita membantu penulisan skripsi penulis dalam menjelaskan penerapan

strategi smart power di Afghanistan pada periode Presiden Obama. Penulis akan

membahas perbedaan terkait Kebijakan Kontra-Terorisme periode Obama dengan

Page 26: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

13

Trump dalam satu bab di skripsi. Namun, perbedannya adalah Tesis ini membahas

penerapan prinsip smart power di dalam strategi militer AS terhadap Al-Qaeda,

kelompok afiliasi, dan pendukungngnya di Afghanistan dan Pakistan, sedangkan

skripsi ini lebih fokus pada pembahasan terkait faktor apa yang mempengaruhi

Kebijakan Kontra-Terorisme AS periode Trump beserta implementasinya.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Teori Kebijakan Luar Negeri

Joshua Goldstein menjelaskan bahwa pengertian Kebijakan Luar Negeri

adalah strategi-strategi yang diambil oleh pemerintah dalam menentukan tindakan

mereka di dunia internasional.15 Sedangkan menurut K.J. Holsti, kebijakan luar negeri

merupakan tindakan atau gagasan yang dirancang untuk memecahkan masalah atau

membuat perubahan dalam politik.16 Berdasarkan definisi tersebut, kebijakan luar

negeri dapat dipahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh negara berupa

perilaku dan gagasan yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah serta dalam

rangka memenuhi kepentingan nasional suatu negara dalam politik internasional.

Setiap negara mempunyai tujuan berbeda terkait kebijakan luar negerinya.

Akan tetapi, negara mengeluarkan kebijakannya dalam rangka memenuhi dan

mencapai kepentingan pribadi maupun kolektifnya. Pada umumnya negara

15

Joshua Goldstein, International Relations, Longman, New York, 1999, hlm. 147. 16

K.J. Holsti, International Politics : A Framework for Analysis, Prentice-Hall, New Jersey,

1983, hlm. 107.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

14

melaksanakan kebijakan luar negerinya agar dapat memberikan pengaruh terhadap

negara lain, menjaga keamanan nasional, memiliki prestise, serta keuntungan untuk

negaranya.

Menurut Rosenau, tujuan dari kebijakan luar negeri sebenarnya merupakan

fungsi dari proses di mana tujuan negara disusun. Tujuan tersebut dipengaruhi oleh

sasaran yang dilihat dari masa lalu dan aspirasi untuk masa yang akan datang.17

Sedangkan menurut KJ. Holsti, dua tujuan yang dominan dalam negara melakukan

kebijakan luar negeri adalah, tujuan jangka menengah dan jangka panjang.

Tujuan jangka menengah yaitu meningkatkan prestise suatu negara dalam

sistem internasional, meningkatnya prestise dinilai berdasarkan industri, teknologi,

ekonomi, dan militer. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah tentang rencana,

impian serta pandangan mengenai ideologi dalam sistem internasional, ideologi

tersebut merupakan aturan yang mengatur tindakan negara dalam sistem

internasional.18 Bagi Rosenau tujuan jangka panjang negara melaksanakan kebijakan

luar negeri adalah untuk perdamaian, kekuasaan, dan keamanan.19

Formulasi kebijakan luar negeri harus meliputi kebutuhan politik dalam

negeri dan luar negeri. Selain itu juga melibatkan nilai-nilai sosial, kejadian-kejadian

penting, tingkat ancaman, konsekuensi yang telah diduga, elemen waktu atau tuntutan

17

James N. Rosenau, International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and

Theory, The Free Press, New York, 1969, hlm. 167. 18

K. J. Holsti, , International Politics : A Framework for Analysis, Prentice-Hall, New Jersey,

1983., hlm. 146-147. 19

James N. Rosenau, International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research and

Theory, The Free Press, New York, 1969, hlm. 167.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

15

pada situasi tertentu, keadaan pendapat umum, dan biaya mempersiapkan tindakan-

tindakan.20

Faktor eksternal dan internal dapat memengaruhi kebijakan luar negeri suatu

negara. Faktor eksternal meliputi: (1) Struktur sistem, pengambilan kebijakan luar

negeri suatu negara sangat dipengaruhi oleh struktur dan sistem internasional; (2)

Struktur ekonomi global; (3) Tujuan dan tindakan aktor lain, merupakan respon atas

tindakan aktor lain sehingga negara memiliki tujuan terarah demi mencapai

kepentingan nasionalnya; (4) Masalah regional, jika suatu negara mendapat masalah

dalam satu kawasan maka akan berdampak juga terhadap negara lain.21

Sedangkan faktor internal adalah: (1) Kebijakan sosial-ekonomi dan

keamanan, kebijakan luar negeri sangat bergantung kepada kondisi sosial, ekonomi,

dan keamanan domestik suatu negara; (2) Letak geografis, letak geografis

mempengaruhi citra suatu negara pada dunia internasional, hal ini berkaitan dengan

daya pikat negara tersebut; (3) Struktur pemerintahan, berkaitan dengan bagaimana

pihak pemerintah mengambil suatu kebijakan luarnegeri demi kepentingan

nasionalnya; (4) Birokrasi, berkaitan dengan proses pengambilan kebijakan luar

negeri yang diambil oleh suatu negara; (5) Atribut nasional, berkaitan dengan

20

Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3ES,

Jakarta, 1990, hlm. 184. 21

K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, Prentice Hall. Inc,

Angelwood Clipps, New Jersey, 1997, hlm. 271-287.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

16

karakteristik negara yang meliputi jumlah penduduk, perkembangan ekonomi serta

aktifitasnya dalam dunia internasional.22

Dalam penelitian ini penulis melihat faktor-faktor yang memengaruhi

kebijakan luar negeri AS periode Trump berubah dibandingkan periode Obama.

Penulis akan melihat dan menganalisa pada faktor-faktor yang dijelaskan oleh Holsti,

baik faktor internal maupun eksternal. Akan tetapi, dari semua faktor-faktor tersebut,

penulis hanya akan menganalisa beberapa faktor yang dianggap dominan dalam

memengerahi kebijakan luar negeri AS.

Faktor-faktor yang dimaksud adalah masalah regional/global, kebijakan

sosial-ekonomi/keamanan, struktur pemerintahan, dan birokrasi. Penulis menganggap

bahwa faktor-faktor tersebut paling berpengaruh karena kebijakan kontraterorisme

AS di Afghanistan pada awalnya dipengaruhi oleh peristiwa nine eleven pada periode

G. Bush dan berlanjut pada masifnya gerakan teror seperti yang dilakukan Al Qaeda

pada periode Obama dan Taliban pada periode sekarang. Hal tersebut mengakibatkan

pemerintah AS sekarang yang dipimpin oleh Trump merasa bahwa keamanan

nasional AS terancam.

1.5.2. Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional merupakan salah satu komponen penting dalam

hubungan internasional. Menurut Felix E. Oppenheim, kepentingan nasional

merupakan tujuan sebuah negara atau pemerintahan di tingkat internasional untuk

22

K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, hlm. 271-287.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

17

mencapai kesejahteraan bagi warganya, seperti mempertahankan kemerdekaan dan

kesatuan wilayah negaranya.23 Kepentingan nasional tidak digambarkan sebagai

tujuan khusus saja, tetapi juga sama seperti kebijakan. Sebagai contoh, kebijakan

tentang perdagangan bebas termasuk dalam kepentingan nasional. Selain itu,

kepentingan nasional juga meliputi berbagai bidang selain ekonomi, seperti

keamanan contohnya.24

Beberapa ahli memang memiliki pandangan berbeda dalam mendefinisikan

kepentingan nasional. Hans J. Morgenthau menjelaskan bahwa kepentingan nasional

adalah alat untuk mengejar kekuasaan, karena melalui kekuasaan suatu negara dapat

mengontrol negara lain. Secara spesifik konsep kepentingan nasional merupakan

kemampuan negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik,

dan kultur dari gangguan negara lain.25 Untuk mencapai kepentingan nasional,

kebijakan-kebijakan luar negeri guna mengatur negara menjadi lebih terarah dalam

mengadakan suatu hubungan internasional harus diatur secara benar oleh negara.

Aleksius Jemadu, mengutip Miroslav Nincic menjelaskan tentang tiga asumsi

dasar kepentingan nasional, yaitu pertama kepentingan tersebut bersifat esensial yang

dalam pencapaiannya harus menjadi prioritas utama pemerintah. Kedua kepentingan

nasional juga berkaitan dengan lingkungan atau keadaan internasional, jadi

23

Felix E. Oppenheim (1987), Political Theory: National Interest, Rationality, and Morality,

Vol. 15, No. 3, Sage Publications Inc, California, 1987 hlm. 369. 24

Miroslav Nincic, The review of Politics: The National Interest and Its Interpretation, Vol.

61, No. 1, Cambridge University Press, Cambridge, 1999, hlm. 29. 25

Hans Joachim Morgenthau, Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace,

Alfred A Knopf Inc., 5, New York, 1985, hlm. 265.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

18

pencapaian kepentingan tersebut berkaitan dengan lingkungan internasional saat itu.

Ketiga kepentingan nasional tidak boleh memihak kepada salah satu instansi atau

pihak manapun, melainkan harus mewakili seluruh aspirasi masyarakat.26

Kepentingan nasional secara tidak langsung berfungsi sebagai akses suatu

negara untuk melihat fenomena-fenomena antar batas lintas negara. Aktivitas negara

dalam hubungan internasional juga butuh diperhatikan karena setiap tindakan yang

dilakukan harus melihat kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh negara

tersebut. Kepentingan nasional memengaruhi suatu negara untuk mengambil

keputusan dalam menjalin suatu hubungan internasional.

Thomas W. Robinson mengklasifikasikan kepentingan nasional menjadi 6

kategori, yaitu: (1) Primary Interest, merupakan kepentingan nasional yang permanen

dan negara harus melindunginya dengan segenap tenaga dan tidak dapat

dikompromikan, seperti melindungi keamanan negara dan identitas nasional;

(2) Secondary Interest, muncul jika primary interest telah terpenuhi, misalnya

memastikan kekebalan diplomatik bagi staf diplomatik dan perlindungan warga

negara di luar negeri; (3) Permanent Interest, merujuk pada kepentingan nasional

yang bersifat konsisten dalam periode waktu tertentu; (4) Variable

Interest, kepentingan nasional yang dianggap penting pada suatu keadaan tertentu

berdasarkan opini publik dan keadaan politik dalam negeri; (5) General

Interest, merujuk pada kepentingan nasional yang berkaitan dengan perilaku positif

26

Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008,

hlm. 67.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

19

berdasarkan luas dan letak geografis, jumlah populasi, serta beberapa aspek meliputi

perdagangan dan ekonomi; (6) Specific Interest, yaitu kepentingan yang spesifik

dalam suatu waktu dan tempat tertentu.27

Berdasarkan kategori klasifikasi kepentingan nasional tersebut, maka

kepentingan AS di Afghanistan mengacu pada tipe primary interest dan specific

interest. Primary interest dipahami bahwa masalah terorisme bagi AS merupakan

salah satu bagian dari masalah keamanan nasional, sementara specific interest

dimaksudkan bahwa Kebijakan Kontra-Terorisme AS di Afghanistan didasari atas

waktu dan tempat tertentu. Lebih lanjut kebijakan tersebut didasari atas keinginan AS

untuk melawan dan menghancurkan para teroris dalam hal ini Al Qaeda yang

bermarkas di Afghanistan.

Kepentingan nasional yang telah menjadi tujuan negara harus diaplikasikan

melalui sebuah kebijakan luar negeri. Dalam proses pembuatan sebuah kebijakan luar

negeri, harus melalui pengesahan terlebih dahulu yaitu oleh badan legislatif. Seperti

penyerangan AS ke Afghanistan yang dilakukan setelah Presiden Bush waktu itu

melakukan speech act di depan Kongres untuk memerangi terorisme karena dianggap

telah mengganggu stabilitas keamanan nasional dan mengancam kedaulatan AS.

Penyerangan tersebut telah mendapat dukungan dari Kongres AS.

Oleh karena itu, kepentingan nasional sangat berkaitan dengan kebijakan luar

negeri suatu negara, karena salah satu tujuan dari kebijakan luar negeri adalah untuk

27

W.Thomas Robinson, A National Interest Analysis Of Sino-Soviet Relations, University of

Arizona, Arizona, 1967, hlm. 183.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

20

memberikan rasa aman terhadap warga negaranya, baik di dalam maupun luar negeri.

Dapat dibenarkan bahwa kepentingan nasional memerlukan sebuah kebijakan luar

negeri agar tujuan suatu negara dapat terealisasikan. Jadi kebijakan luar negeri

merupakan sebuah upaya atau cara untuk mencapai kepentingan nasional suatu

negara.28

1.6. Metode Penelitian

Menurut Mohtar Mas’oed, metode penelitian berbicara mengenai bagaiman

cara memperoleh, memahami data dan fakta yang ditempuh melalui pengamatan,

wawancara, penggunaan data dan bahan dokumen. Oleh sebab itu, untuk menguji

suatu penelitian diperlukan suatu metode penelitian.29

Penulis menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analisis dalam

skripsi ini. Menurut Blaxter metode kualitatif adalah metode yang menganalisis

perilaku dan sikap politik yang tidak dapat untuk dikuantifikasikan.30 Sedangkan

dekriptif analisis yaitu dalam melakukan penelitian ini harus melihat dari

permasalahan yang ada kemudian menghubungkan dengan teori dalam Hubungan

Internasional.31

28

“Why Are National Interests Necessary?” diakses pada 28 Juli 2019 dari

https://mgimo.ru/about/news/experts/why-are-national-interests-necessary/ 29

Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta,

1990, hlm. 180. 30

Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik, Kencana prenada Media Grup, Jakarta, 2007,

hlm. 86. 31

Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, LP3ES, Jakarta,

1990, hlm. 223.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

21

Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan Siswanto, Ahli

Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dan juga menjabat sebagai Kepala Bidang

Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sedangkan data sekunder, penulis memperoleh dari

beberapa sumber seperti Perpustakaan Utama Universitas Islam (UIN) Syarif

Hidayatullah, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Ali Alatas Kemlu, jurnal

terakreditasi, dan artikel-artikel dari berbagai situs internet yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Setelah data terkumpul, penulis akan memahami, memaknai, kemudian

mengemukakan data tersebut. Selanjutnya penulis akan menggunakan data tersebut

untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti dengan menggunakan teori-teori

yang relevan. Setelah itu penulis melakukan analisis yang sesuai untuk menjawab

pertanyaan penelitian terkait faktor determinan apa saja yang memengaruhi

perubahan kebijakan kontraterorisme AS di Afghanistan pada masa Presiden Donald

Trump.

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan sistematika penulisan

sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan.

2. BAB II Peristiwa 11 September dan Kebijakan Global War on Terror.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

22

3. BAB III Kebijakan Kontraterorisme Amerika Serikat di Afghanistan Periode

Pemerintahan Obama dan Trump.

4. BAB IV Faktor Determinan Penyebab Perubahan Kebijakan Kontraterorisme

Amerika Serikat Periode Donald Trump di Afghanistan.

5. BAB V Kesimpulan.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

23

BAB II

PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 DAN KEBIJAKAN GLOBAL

WAR ON TERROR

2.1. Peristiwa Serangan 11 September 2001

Amerika Serikat (AS) mengalami sejarah kelam pada 11 September 2001.

Gedung World Trade Center (WTC) dan gedung Pentagon yang merupakan ikon

serta pusat kegiatan di AS runtuh karena serangan oleh kelompok yang disebut

sebagai teroris.32

Serangan tersebut berhasil menyebabkan ketakutan dan ancaman

bagi masyarakat AS dan memakan korban jiwa. Sebanyak 2.977 orang tewas di New

York , Washington, D.C. dan Pennsylvania.33

Peristiwa ini diawali serangkaian serangan yang dilakukan oleh teroris dengan

cara membajak pesawat American Airlines Flight 11 dan United Airlines Flight 175.

Pembajak kemudian menabrak gedung WTC menggunakan pesawat. Pesawat

tersebut diduga membawa bahan bakar penuh sekitar 20 ribu galon sehingga ketika

pesawat menabrak gedung WTC, menimbulkan ledakan besar dan lubang di lantai

80.34

Serangan tersebut dilakukan dalam dua kali tahapan. Serangan pertama dapat

32

Thomas H. Kean, The 9/11 Commission Report: Final Report of the National Commission

on Terrorist Attacks Upon the United States, 2002, Washington D.C. hlm. 285 33

“September 11 Terror Attacks Fast Facts”, CNN, diakses pada 25 Juli 2019 dari

https://edition.cnn.com/2013/07/27/us/september-11-anniversary-fast-facts/index.html 34

Abdul Manan, “Sejumlah Fakta Soal Peringatan Serangan 9/11”, diakses pada 25 Juli 2019

dari https://dunia.tempo.co/read/512516/sejumlah-fakta-soal-peringatan-serangan-911/full&view=ok

Page 37: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

24

menghancurkan gedung di sisi sebelah kanan (utara) yang menyebabkan ratusan

jiwa meninggal dunia baik yang berada di pesawat maupun. Setelah itu, disusul oleh

serangan kedua dengan menabrak sisi gedung sebelah kiri (selatan). Serangan

ttersebut menimbulkan ledakan besar dan menyebabkan gedung lain serta jalan di

bawah gedung WTC dipenuhi puing bangunan.

Peristiwa di WTC menyebabkan 2.753 orang meninggal dunia.35

Sebagian

besar korban adalah penumpang pesawat termasuk pembajak dan para pegawai yang

bekerja serta para pengunjung. Kerusakan yang ditimbulkan atas serangan tersebut

sangatlah besar, gedung WTC yang menjadi ikon bagi AS dan gedung yang

dianggap kokoh serta kuat seketika hancur ketika dua pesawat komersil yang

dibajak para teroris menghantamnya.

Gedung Pentagon juga menjadi sasaran serangan terorisme. Pesawat

American Airlines Flight 77 dibajak yang kemudian menabrak gedung Departemen

Pertahanan AS di Pentagon. Serangan terorisme kedua diduga dilakukan oleh pelaku

yang sama dengan serangan terhadap gedung WTC. Hal tersebut didasarkan pada

pola serangan yang sama yaitu dengan cara menabrakkan pesawat ke arah gedung

yang telah ditargetkan. Sama halnya dengan gedung WTC yang dibangun dengan

kokoh pasca serangan tersebut gedung Pentagon juga mengalami kerusakan yang

cukup parah. Serangan yang dilakukan oleh para teroris di gedung Pentagon

35

Gabriella Borter dan Barbara Goldberg, For families of some 9/11 victims new DNA tools

reopen old wounds, diakses pada 25 Juli 2019 dari https://www.reuters.com/article/us-usa-sept11-

dna/for-families-of-some-9-11-victims-new-dna-tools-reopen-old-wounds-idUSKCN1LQ15P

Page 38: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

25

menyebabkan korban meninggal dunia sekitar 184 orang.36

AS mengalami kerugian secara ekonomi sekitar US$ 123 miliar, perkiraan

kerugian selama 2-4 minggu pasca runtuhnya menara WTC di New York.

Kerusakan situs WTC, termasuk kerusakan bangunan sekitarnya dan infrastruktur

kereta bawah tanah yang ditaksir mencapai US$ 40 miliar. Pembersihan di Ground

Zero (bekas reruntuhan menara WTC) resmi berakhir pada 30 Mei 2002. Total

pembersihan tersebut memakan biaya sekitar US$ 750 juta.37

Presiden Bush dengan cepat membentuk kabinet perang pada 11 September,

termasuk Wakil Presiden Dick Cheney, Penasihat Keamanan Nasional Condoleezza

Rice, Kepala Staf Andy Card, Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, dan Sekretaris

Negara Colin Powell. Target utama intelijen militer AS adalah mengidentifikasi dan

mengatasi sumber serangan. Upaya langsung George Tenet, direktur Central

Intelligence Agency (CIA), berhasil mengidentifikasi Al Qaeda, organisasi teroris

Islam militan, dan pemimpinnya, Osama bin Laden.38

Taliban, rezim Islam ekstremis yang mengendalikan Afghanistan,

menawarkan tempat perlindungan bin Laden, dan al Qaeda melatih ribuan teroris di

kamp-kamp yang berlokasi di negara itu. Sebagai imbalan atas perlindungan, Osama

menggunakan kekayaan pribadi yang luas untuk mendukung Taliban. Para teroris

36

The Washington Post, Remembering the Pentagon Victim, diakses pada 25 Juli 2019 dari

http://www.washingtonpost.com/wp-srv/metro/specials/attacked/victims/viclist.html 37

Abdul Manan, Sejumlah Fakta Soal Peringatan Serangan 9/11, diakses pada 25 Juli 2019

dari https://dunia.tempo.co/read/512516/sejumlah-fakta-soal-peringatan-serangan-911/full&view=ok 38

Gaetano Joe Ilardi, “The 9/11 Attacks – A Study of Al Qaeda’s Use of Intelligence and

Counterintelligence”, Journal Studies in Conflict and Terrorism, Vol. 32. Diakses pada 25 Juli 2019

dari https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10576100802670803

Page 39: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

26

telah melakukan serangan pada serangan 11 September. CIA telah dioperasikan untuk

secara diam-diam menetralisir Osama sebelum peristiwa 11 September, tetapi tidak

pernah dilaksanakan karena tidak dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan

nasional AS.

Tragedi 11 September 2001 merupakan titik balik bagi politik luar negeri AS

terhadap Dunia Islam.39

Politik luar negeri AS menjadi sarana ampuh untuk

melancarkan perang melawan terorisme. Dalam rangka menanggulangi terorisme

yang melanda AS, mantan Presiden George W. Bush kemudian membentuk

kebijakan “War on Terror” sebagai respons terkait peristiwa 11 September.

Kebijakan yang dibentuk oleh George W. Bush diharapkan dapat memberikan rasa

aman bagi warga negara AS serta melindungi keamanan nasional.

2.2. Kebijakan War on Terror

Serangan teroris 11 September segera dalam hitungan jam dipahami oleh

pemerintahan Bush sebagai tindakan perang; konsepsi alternatif adalah memahami

tindakan tersebut sebagai kejahatan internasional terhadap kemanusiaan. Pemahaman

sebelumnya secara logis mengarah pada respons yang dipahami sebagai perang

melawan terorisme. Presiden Bush menyatakan, bahwa serangan yang disengaja dan

39

Simon Jenkins, What impact did 9/11 have on the world?, diakses pada 25 Juli 2019 dari

https://www.theguardian.com/commentisfree/2011/sep/05/9-11-impact-world-al-qaida

Page 40: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

27

mematikan yang dilakukan kemarin terhadap negara AS lebih dari sekadar aksi teror,

itu merupakan tindakan perang.40

Konsepsi perang terhadap terorisme (Global War on Terror) yang dikeluarkan

oleh Presiden AS saat itu, George Walker Bush, merupakan pernyataan AS untuk

memimpin perang global melawan terorisme. Bush tersebut mengungkapkan pada 20

September 2001 melalui pernyataannya, “Every nation in every region now has a

decision to make. Either you are with us, or you are with terrorists” yang selanjutnya

dikenal dengan Doktrin Bush.41

Sehingga, jika tragedi 11 September telah mengubah

wajah AS dengan menelan korban sekitar 3000 jiwa, maka pada 20 September 2001

telah mengubah wajah dunia, yaitu menggambarkan dunia yang terbelah dalam

sebuah pertarungan antara kekuatan baik dan jahat.

Dalam National Security Strategy of United States dinyatakan, bahwa AS

sedang berperang melawan teroris skala global. Musuh bukanlah rezim politik

tunggal atau orang atau agama atau ideologi. Musuhnya adalah terorisme yang

direncanakan sebelumnya, kekerasan bermotivasi politik yang dilakukan terhadap

orang yang tidak bersalah.42

Perang melawan terorisme memiliki dua elemen

tambahan. Pertama, ancaman yang akan datang, terkait dengan ancaman proliferasi

dan potensi penggunaan senjata pemusnah massal, mungkin meningkatkan ancaman

40 George W Bush, Remarks by the President in Photo Opportunity with the National

Security Team, diakses pada 25 Juli dari http://www.whitehouse.gov/news/releases/2001/09/20010912-

4.html. 41

Michael Byers, “Terrorism: The Use of Force and International Law After 11 September”,

International Relations Journal, Vol. 6, No. 2, Prentice Hall Inc., New York, 2002. 42

National Security Council, The National Security Strategy of the United States , The White

House, diakses pada 26 Juli 2019 dari http://www.whitehouse.gov/nsc/nssall.html.,

Page 41: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

28

ke status darurat, mungkin darurat tertinggi di mana keberadaan masyarakat adalah

beresiko, dan kedua dalam hal perjuangan antara yang baik dan jahat.43

Presiden Bush menyatakan, bahwa bahaya paling buruk bagi kebebasan

terletak pada persimpangan radikalisme dan teknologi yang berbahaya. Ketika

penyebaran senjata kimia dan biologi dan nuklir, bersama dengan teknologi rudal

balistik - ketika itu terjadi, bahkan negara-negara yang lemah dan kelompok-

kelompok kecil dapat mencapai kekuatan bencana untuk menyerang negara-negara

besar. Musuh kita telah menyatakan niat ini, dan telah ketahuan mencari senjata

mengerikan ini. Mereka menginginkan kemampuan untuk memeras kami, atau

melukai kami, atau melukai teman-teman kami dan kami akan menentang mereka

dengan semua kekuatan kami.44

Menargetkan pembunuhan kepada warga sipil tak bersalah untuk di mana-

mana merupakan perbuatan salah. Kebrutalan terhadap wanita juga merupakan

perbuatan salah. Tidak ada netralitas antara keadilan dan kekejaman, antara yang

tidak bersalah dan yang bersalah. Kita berada dalam konflik antara kebaikan dan

kejahatan, dan AS akan menyebut kejahatan dengan namanya. Dalam menghadapi

rezim jahat dan tanpa hukum, kami tidak menciptakan masalah, kami

mengungkapkan masalah dan kita akan memimpin dunia dalam menentangnya.45

43

David Hastings Dunn, “Bush, 11 September and the Conflicting Strategies of the War on

Terrorism”, Irish Studies in International Affairs, Vol. 16, hlm. 13. 44

George W Bush, Remarks by the President at 2002 Graduation Exercise of the United States MilitaryAcademy West Point, The White House, diakses pada 26 Juli 2019 dari http://www.whitehouse.gov/news/releases/2002/06/20020601-3.html.,

45 George W Bush, Remarks by the President at 2002 Graduation Exercise of the United

States MilitaryAcademy West Point.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

29

Kombinasi persepsi dan konsepsi ini mengarahkan pemerintahan Bush ke

sebuah doktrin strategis baru yang sentral bagi pelaksanaan perang melawan

terorisme, yaitu tindakan pre-emtif. Mengingat sifat ancaman yang tersembunyi dan

tidak dapat diprediksi, sarana keamanan utama, dan mungkin hanya nyata, adalah

untuk menghilangkan ancaman pada sumbernya sebelum dieksekusi. Preemption

diberikan legitimasi khusus ketika keterkaitan antara terorisme dan proliferasi senjata

pemusnah masal diakui.46

Strategi Keamanan Nasional AS era Presiden Bush menyatakan, bahwa

sejarah akan menghakimi dengan keras mereka yang melihat bahaya ini datang tetapi

gagal bertindak. Pada dunia baru yang telah AS masuki, satu-satunya jalan menuju

perdamaian dan keamanan adalah jalan aksi. Pemerintah akan membela negara,

rakyat, dan kepentingan AS di dalam dan luar negeri dengan mengidentifikasi dan

menghancurkan ancaman sebelum mencapai perbatasan.47

Walaupun Amerika Serikat akan terus berupaya untuk mendapatkan

dukungan dari komunitas internasional, AS tidak ragu untuk bertindak sendiri, jika

diperlukan. AS akan menggunakan hak untuk membela diri dengan bertindak secara

pre-emtif terhadap para teroris semacam itu dan untuk mencegah mereka melakukan

kerusakan terhadap orang-orang dan negara AS sendiri.48

46

“U.S. National Securiry Strategy: Prevent Our Enemies From Threatening Us, Our Allies,

and Our Friends with Weapons of Mass Destruction”, U.S. Department of State, diakses pada 26 Juli

2019 dari https://2001-2009.state.gov/r/pa/ei/wh/15425.htm 47

“U.S. National Securiry Strategy: Prevent Our Enemies From Threatening Us, Our Allies,

and Our Friends with Weapons of Mass Destruction”, U.S. Department of State 48

“U.S. National Securiry Strategy: Prevent Our Enemies From Threatening Us, Our Allies,

and Our Friends with Weapons of Mass Destruction”, U.S. Department of State

Page 43: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

30

Tersirat dalam strategi ini, bahwa hubungan yang sangat penting, yaitu musuh

yang diumumkan tidak hanya teroris tetapi juga siapa saja, termasuk negara yang

membantu mereka. Presiden Bush mengartikulasikan prinsip ini pada 11 September

malam, bahwa AS tidak akan membuat perbedaan antara para teroris yang melakukan

tindakan-tindakan ini dan siapa pun yang menyembunyikannya.49

Doktrin Bush tentang pre-emtif dapat dipahami setidaknya dalam dua cara:

pertama, doktrin itu sendiri merupakan perubahan mendasar dalam kebijakan luar

negeri Amerika - sebuah gerakan mendalam dari tradisi isolasionis tanpa intervensi,

yang mungkin paling mudah ditangkap oleh dictum. Kedua, ekspresi lanjutan dari

keterkaitan implisit antara demokrasi Amerika dan imperialisme.50

Namun, Doktrin

Bush tidak berdiri sendiri; ini terkait dengan perubahan besar dalam filosofi

hubungan internasional. Pada satu tingkat, ini adalah pergeseran dari filosofi

penahanan perang dingin ke filosofi pre-emtif pasca-terorisme. Pada tingkat yang

lebih dalam, ini adalah bagian dari strategi global baru kepemimpinan global AS.

2.2.1. The USA Patriot Act

Pada 26 Oktober 2001, Presiden George W. Bush menandatangani USA

Patriot Act yang merupakan kependekan dari Uniting and Strengthening America by

Providing Appropriate Tools required to Intercept and Obstruct Terrorism Act.

49

George W. Bush, Statement by the President in His Address to the Nation, diakses pada 26

Juli 2019 dari http://www.whitehouse.gov/news/releases/2001/09/20010911-16.html 50

Cornel West Democracy Matters: Winning the Fight Against Imperialism, Penguin Press,

New York, 2004.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

31

Patriot Act disahkan dengan tergesa-gesa dalam keadaan ketakutan, kemarahan,

paranoia, kebencian, dan reaksi emosi yang dapat dipahami setelah peristiwa 11

September. Kongres memberikan suara pada Undang-Undang tersebut ketika keadaan

masih mencekam dan menakutkan. Sebagian besar anggota Kongres dan Senator

kemudian mengakui tidak membaca Rancangan Undang-Undang (RUU) tersebut

sebelum memberikan suaranya.51

Undang-Undang Patriot disahkan dengan suara bulat oleh Senat, dengan

sedikit perlawanan oleh Dewan (The House), dan diselesaikan oleh komite gabungan

rahasia sebelum ditandatangani dengan cepat ke dalam Undang-Undang (UU) oleh

Gedung Putih, UU mengarah ke panggung kejahatan baru, hukuman baru, prosedur

baru, korban baru dan mungkin yang paling penting, pola pikir baru dalam cara polisi

melakukan serta berpikir dan, secara luas, setiap orang yang dengan cara apa pun

memiliki hubungan dengan Amerika Serikat.52

Undang-Undang tersebut melakukan serangan frontal oleh kelompok

konservatif, dan elemen-elemen neokonservatif di dalamnya, terhadap hak-hak sipil

dan kebebasan pada umumnya, dan di sisi lain, penerapan UU yang setara untuk dan

di antara orang Amerika, seperti yang dibuktikan sebagian besar jelas oleh

pemerintah yang tidak terukur dan semakin fanatik mempertanyakan, menangkap,

menahan dan mendeportasi orang-orang yang semata-mata berdasarkan ras, agama,

51

David Cole dan James X. Dempsey, Terrorism and the Constitution, The New Press, New

York, 2002, hlm. 151. 52

Edward C. Liu dan Charles Doyle, “Government Collection of Private Information:

Background and Issues Related to the USA PATRIOT Act Reautharization in Brief”, Congressional

Research Service, hlm. 4.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

32

suku bangsa, atau asal kebangsaan mereka, yaitu mereka adalah orang Arab-Amerika

atau Muslim Amerika.53

Meskipun sejumlah ketentuannya tidak kontroversial, Undang-Undang tetap

menonjol terkesan radikal dalam desainnya. Sampai tingkat yang belum pernah

terjadi sebelumnya, UU tersebut mengorbankan kebebasan politik AS atas nama

keamanan nasional dan membalikkan nilai-nilai demokrasi yang mendefinisikan AS.

Undang-undang ini mengkonsolidasikan kekuatan baru yang luas di cabang eksekutif

pemerintahan dengan meningkatkan kemampuan eksekutif untuk melakukan

pengawasan dan mengumpulkan intelijen, menempatkan serangkaian alat baru yang

dapat digunakan untuk penuntutan, termasuk kejahatan baru, hukuman yang

ditingkatkan, dan statuta pembatasan yang lebih lama.

Sangat meresahkan bahwa pemerintah tidak hanya menggunakan

kekuasaannya yang baru secara terlalu liberal tetapi juga menutupi

penyalahgunaannya dengan menolak memberikan informasi yang tidak rahasia di

bawah Freedom of Information Act (FOIA), seperti siapa yang menjadi sasaran

interogasi dan siapa yang ditahan. Penolakan semacam itu mencegah siapa pun,

termasuk warga negara AS, media, hakim federal, dan bahkan anggota Kongres,

53

“Imbalance of Powers: How Changes to U.S. Law & Policy Since 9/11 Erode Human

Rights and Civil Liberties”, diakses pada 27 Juli 2019 dari

http://www.lchr.org/us_law/loss/imbalance/imbalance.htm.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

33

untuk mengetahui secara obyektif apakah kekuatan baru Administrasi efektif, atau

meminjamkan diri mereka dengan mudah untuk disalahgunakan.54

Peningkatan kerahasiaan yang dipaksakan oleh pemerintah, membuatnya

semakin penting bahwa Kongres mencabut kekuasaan yang tidak beralasan dan tidak

perlu tidak memberikan peningkatan marjinal keamanan sipil tetapi yang jelas

mengancam hak-hak sipil dan kebebasan.55

Laporan internal yang disusun oleh kantor

inspektur jenderal di Departemen Kehakiman AS mengidentifikasi lusinan kasus

selama enam bulan pertama tahun 2003. Lebih dari seribu pengaduan yang diterima

terkait dengan Patriot Act di mana karyawan Departemen Kehakiman telah dituduh

secara serius melanggar hak-hak sipil dan kebebasan sipil orang Arab dan Muslim

sehubungan dengan penegakan UU tersebut.56

Laporan inspektur jenderal mencakup klaim yang dapat dipercaya bahwa

imigran Arab dan Muslim yang ditahan di pusat-pusat penahanan federal yang

dikelola oleh Biro Penjara telah dipukuli. Satu laporan mengutip kesalahan

penanganan dan pelecehan verbal dan fisik oleh personel Federal Bureau of

54

Brett Stohs, Protecting the Homeland by Exemption: Why the Critical Infrastructure

Information Act of 2002 will Degrade the Freedom of Information Act, diakses pada 27 Juli 2019 dari

https://scholarship.law.duke.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=&httpsredir=1&article=1059&context=dr 55

“ACLU Presses for Full Disclosure on Government’s New Snoop Powers,” diakses pada 27

Juli 2019 dari www.aclu.org/NationalSecurity/NationalSecuritylist.cfm?c=107 56

Philip Shenon, “Accusations of Abuse in Report on USA Patriot Act”, New York Times,

diakses pada 27 Juli 2019 dari https://www.nytimes.com/2003/07/21/us/report-on-us-antiterrorism-

law-alleges-violations-of-civil

rights.html?mtrref=www.google.com&gwh=961C6693A54F3DE5AE4C633E1040C33A&gwt=pay

Page 47: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

34

Investigation, the Drug Enforcement Administration and the erstwhile Immigration

and Naturalization Service.57

Laporan lain menemukan bahwa ratusan orang yang keluar dari status hukum

telah dianiaya setelah mereka ditahan setelah 11 September 2001. Seperti yang akan

terjadi pada mereka dalam tahanan rezim totaliter, banyak tahanan di penjara

Departemen Kehakiman mendekam dalam kondisi sangat sulit selama berbulan-

bulan. Sebagian karena pemerintah telah melakukan sedikit upaya untuk

membedakan tersangka teroris yang sah dari yang lain dijemput dalam kumpulan

orang-orang "secara teknis" dari status hukum. Laporan inspektur jenderal tidak

menarik kesimpulan luas tentang tingkat pelanggaran oleh karyawan Departemen

Kehakiman, meskipun laporan tersebut menunjukkan bahwa staf yang relatif kecil

dari kantor inspektur jenderal telah kewalahan oleh tuduhan pelecehan.58

Laporan lain menemukan bahwa ratusan orang yang keluar dari status hukum

telah dianiaya setelah mereka ditahan setelah 11 September 2001. Seperti yang

terjadi pada mereka dalam tahanan rezim totaliter, banyak tahanan di

penjaraDepartemen Kehakiman mendekam dalam kondisi yang sangat sulit selama

berbulan-bulan karena pemerintah telah melakukan sedikit upaya untuk membedakan

tersangka teroris yang sah dari yang lain. Laporan Inspektur Jenderal tidak menarik

kesimpulan luas tentang tingkat pelanggaran oleh karyawan Departemen Kehakiman,

57

“Report to Congress on Implementation of Section 1001 of the USA Patriot Act”, diakses

pada 27 Juli dari http://www.usdoj.gov/oig/special/03-07/. 58

Report to Congress on Implementation of Section 1001 of the USA Patriot Act

Page 48: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

35

meskipun laporan tersebut menunjukkan bahwa staf yang relatif kecil dari kantor

inspektur jenderal telah kewalahan oleh tuduhan pelecehan.59

2.2.2. Homeland Security Act

Kebijakan Homeland Security Act juga merupakan serangkaian dari

penerapan kebijakan Global War on Terror seperti the USA patriot Act yang

dibentuk pada tahun 2001. Homeland Security Act atau undang-undang keamanan

Negara tahun 2002 untuk pertama kalinya secara resmi diperkenalkan kepada publik

Amerika Serikat pada tanggal 25 November 2002, dan didukung oleh 118 anggota

kongres dan ditandatangani oleh Presiden George W. Bush.60

Undang-undang ini dibentuk karena adanya kekhawatiran terhadap

keamanan dalam negeri Amerika Serikat pasca adanya serangan teroris terhadap

gedung World Trade Center yang menyebabkan hampir lebih dari 3000 orang

meninggal dan adanya serangkaian pengiriman paket yang mencurigakan dan

menimbulkan keresahan dalam masyarakat terhadap keamanan dalam negeri

Amerika Serikat.

Setelah disahkannya kebijakan Homeland Security Act, kemudian

dibentuklah departemen baru lengkap dengan jabatan menteri baru dalam kabinet

Amerika Serikat, yaitu United States Departement of Homeland Security dan

Secretary of Homeland Security. Tugas utama dari departemen tersebut adalah untuk

59

Report to Congress on Implementation of Section 1001 of the USA Patriot Act 60

Congress, Homeland Security Act of 2002, diakses pada 28 Juli 2019 dari

https://www.congress.gov/bill/107th-congress/house-bill/5005

Page 49: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

36

mencegah terjadinya kembali serangan terorisme di AS, mengurangi dampak

kerusakan yang ditimbulkan dari adanya serangan terorisme serta memulihkan

kembali kondisi Amerika Serikat baik kondisi psikologis warga negaranya maupun

kondisi Amerika Serikat itu sendiri sebagai negara superpower.61

Homeland Security Act 2002 juga dianggap seperti The USA Patriot Act

2001 sebagai kebijakan yang kontroversional karena dalam penerapannya, kebijakan

tersebut sama-sama memberikan diskriminasi terhadap minoritas muslim di

Amerika Serikat serta mencengkram kebebasan individu serta membatasi gerak

masyarakat muslim baik muslim yang berada di negara-negara mayoritas muslim

maupun muslim yang berada di Amerika Serikat itu sendiri dalam menjalankan

kehidupan mereka.

Walaupun sebenarnya pembentukan kebijakan tersebut dimaksudkan untuk

melindungi warga negaranya serta melindungi keamanan nasional. Menurut Henry

Kissinger yang merupakan mantan menteri luar negeri Amerika Serikat menyatakan

bahwa National Interest suatu negara tidak bisa ditawar-tawar lagi posisinya, kita

bisa memahami bahwa Homeland Security Act tahun 2002 merupakan implementasi

dari keinginan Amerika Serikat untuk melawan terorisme global.62

Misi utama dari Homeland Security Act adalah untuk mencegah serangan

teroris di Amerika Serikat, mengurangi kerentanan Amerika Serikat terhadap

61

Congress, Homeland Security Act of 2002. 62

Steven E. Miller, After the 9/11 Disaster: Washington’s Struggle to Improve Homeland

Security, diakses pada 28 Juli 2019 dari https://www.belfercenter.org/publication/after-911-disaster-

washingtons-struggle-improve-homeland-security

Page 50: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

37

terorisme, dan meminimalkan kerusakan dan membantu dalam pemulihan terkait

serangan teroris yang terjadi di AS. Homeland Security Act memberikan wewenang

kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri untuk mengarahkan dan mengendalikan

investigasi yang memerlukan akses ke informasi yang diperlukan dalam rangka

menyelidiki dan mencegah terorisme.63

Otoritas ini dapat diartikan untuk memasukkan permintaan untuk Protected

Health Information (PHI) dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari pasien atau

wali hukum. Lebih lanjut dinyatakan bahwa PHI dilindungi dari pengungkapan yang

tidak sah dan akan ditangani dan digunakan hanya untuk pelaksanaan tugas resmi.

Oleh karena itu, pengungkapan kembali akan dibatasi untuk mereka yang perlu

mengetahui informasi untuk melakukan pekerjaan mereka, yang kompatibel dengan

aturan privasi Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPAA).

63

Congress, Homeland Security Act of 2002.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

38

BAB III

KEBIJAKAN KONTRATERORISME AMERIKA SERIKAT DI

AFGHANISTAN PERIODE PEMERINTAHAN OBAMA DAN

TRUMP

3.1. Kebijakan Kontraterorisme Periode Kedua Barack Obama di Afghanistan

3.1.1. Pergerakan Amerika Serikat Melawan Terorisme

Pada awal Mei 2012, saat peringatan 1 tahun kematian Osama bin Laden,

Presiden Barack Obama melakukan kunjungan mendadak ke Afghanistan untuk

menandatangani Bilateral Security Agreement (BSA) dengan Presiden Hamid Karzai

yang didirikan untuk mengatur hubungan Afghanistan-Amerika Serikat setelah

kepergian bertahap pasukan Amerika tahun 2014. Obama mengatakan dalam

wawancara salah satu televisi AS bahwa satu tahun yang lalu, dari sebuah pangkalan

di Afghanistan, pasukan AS meluncurkan operasi yang menewaskan Osama bin

Laden. Fokus Obama adalah untuk mengalahkan al-Qaeda, dan menghancurkan

segala kesempatan untuk membangun kembali jaringannya.64

Obama telah menekankan penarikan 33.000 tentara pada September 2014,

meninggalkan sekitar 68.000 tentara AS di sana bergabung dengan hampir 100.000

tentara NATO. Penekanan ini dilakukan untuk menstabilkan kebutuhan Afghanistan,

64

Mark Landler, Obama Signs Pact in Kabul, Turning Page in Afghan War. The New York

Times, diakses pada 1 Mei 2019 dari http://www.nytimes.com/2012/05/02/world/ asia/obama-lands-in-

kabul-on-unannounced-visit.html.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

39

mengalahkan Taliban dan Al Qaeda, membuat kerjasama jangka panjang antara

kedua negara, dan untuk meletakkan dasar bagi Afghanistan untuk mencapai dua

misi keamanan, kontraterorisme dan pelatihan lanjutan.

Pada masa pemerintahan Presiden Obama, Afghanistan telah menjadi

prioritas utama militer dalam perang melawan al-Qaeda. Jumlah pasukan telah

meningkat, dan pemberontakan dan pembangunan bangsa telah menjadi strategi inti

awal. Tujuan utama Obama adalah untuk mempromosikan tata pemerintahan yang

baik dan legitimasi di mata populasi lokal.65

Kebijakan Obama berkaitan dengan penyangkalan tempat berlindung teroris

dengan melatih pasukan keamanan lokal untuk memegang wilayah sehingga teroris

tidak bisa kembali. Selain itu, juga membangun infrastruktur dan menghilangkan

korupsi politik, sehingga memenangkan hati dan pikiran masyarakat, adalah bagian

penting dari rencana awal. Pemerintah daerah harus memimpin strategi jangka

panjang, karena mereka memiliki lebih banyak legitimasi dan akrab dengan bahasa,

budaya, geografi, sejarah, dan peta politiknya.66

Daniel Benjamin dari Biro Kontraterorisme Departemen Luar Negeri AS,

dalam kesaksian di depan Sub-komite Urusan Luar Negeri Badan Legislatif tentang

Terorisme, Nonproliferasi, dan Perdagangan, menegaskan bahwa apa yang penting

bagi strategi kontraterorisme adalah membangun kapasitas mitra untuk membantu

negara mengembangkan penegakan hukum dan lembaga hukum mereka sendiri

65

Robert P Watson, The Obama Presidency. A Preliminary Assessment, New York, Sunny

Press, 2012, hlm. 266– 295. 66

Robert P Watson, The Obama Presidency. A Preliminary Assessment

Page 53: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

40

sehingga dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dengan menangkap, menuntut,

dan memenjarakan teroris.67

Pemerintahan Obama mempersempit tujuannya di Afghanistan sampai

akhirnya dapat menyimpulkan bahwa AS telah mencapai tujuan terbatas dalam

perang yang tidak dapat dimenangkan. Setelah pemindahan 33.000 pasukan

tambahan yang awalnya diperintahkan Presiden Obama untuk menghancurkan

Taliban, pemerintah menyatakan bahwa pasukan tersebut telah menyelesaikan

misinya. Ini membalikkan momentum di medan perang dan secara dramatis

meningkatkan ukuran dan kemampuan Afghan National Security Force (ANSF)

asli, dan bagi Obama, ini dianggap sebagai tonggak penting bagi AS dalam

mencapai tujuannya di sana.

Apa yang tidak ingin dibicarakan pemerintah sebagai akibat dari

mempersempit tujuannya adalah menyerah pada banyak tujuan yang telah

dijanjikan Obama kepada Afghanistan: menjamin bahwa anak perempuan akan

pergi ke sekolah, mendapatkan pendidikan penuh, dan dilindungi dari intervensi apa

pun oleh Taliban; mengamankan semua wilayah dan provinsi negara, bukan hanya

daerah perkotaan utama seperti Kabul; dan merekonstruksi infrastruktur negara dan

seluruh sistem peradilan pemerintah untuk menghilangkan kecurangan dalam proses

tersebut. Sarah Chayes, mantan Asisten Khusus Ketua Kepala Staf Gabungan dari

2010 hingga 2011, menjelaskan bahwa AS tidak memiliki kebijakan apa pun untuk

67

Daniel Benjamin, Assessment of the U.S. Department of State’s Counterterrorism Strategy,

diakses pada 1 Mei 2019 pada http://london.usembassy. gov/terror031.html.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

41

berhadapan dengan korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah

Afghanistan.68

Menurut Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction (SIGAR),

dari tahun 2002 hingga 2013, pemerintah AS mengalokasikan $ 104 miliar untuk

upaya rekonstruksi Afghanistan. Sekitar $ 7 miliar dari $ 10,6 miliar dalam

pengeluaran untuk 2012-2013 diidentifikasi sebagai sampah, termasuk sekolah yang

jatuh, klinik yang tidak memiliki dokter, dan jalan yang berantakan. Ia menambahkan

bahwa temuan tersebut menggambarkan bahwa pemerintah AS menghabiskan banyak

uang terlalu cepat di negara terlalu kecil dengan pengawasan yang longgar.69

Robert Gates, mantan Sekretaris Pertahanan dalam pemerintahan Obama,

dalam tulisannya mempertanyakan komitmen Presiden Obama terhadap kebijakan

perang Afghanistannya, mengkritik bagaimana perhitungan politik memengaruhi

keputusan keamanan nasional, dan mengeluhkan ketidakpercayaan presiden terhadap

komando militer. Selama pertemuan Maret 2011, Obama menyarankan bahwa ia

mungkin sedang dipermainkan oleh militer. Menurut Gates, Obama tidak percaya

pada komandannya Jenderal David Petraeus, tidak tahan dengan Presiden

Afghanistan Hamid Karzai, dan tidak percaya pada strateginya sendiri. 70

Perang AS melawan al-Qaida menjadi perang melawan Taliban dan Pashtun,

suku-suku yang tinggal di Afghanistan dan Pakistan berhasil melawan musuh asing

68

Sarah Chayes, Robert Gates Failure of Duty, Los Angeles Times, diakses pada 1 Mei 2019

dari https://www.latimes.com/opinion/op-ed/la-oe-chayes-gates-book-20140112-story.html. 69

John Sopko, Report of Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction, diakses

pada 1 Mei 2019 dari http://www.sigar.mil/pdf/quarterlyreports/2014-07-30qr.pdf. 70

Robert M. Gates, Duty: Memoirs of a Secretary of War, New York, Alfred A. Knopf, 2014.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

42

selama beberapa abad. Tidak ada yang pernah secara efektif mengalahkan Pashtun

termasuk Inggris, Soviet, atau sekarang, Amerika. Pesan Presiden Obama kepada

warga Afghanistan adalah Washington tidak akan meninggalkan mereka seperti

sebelumnya setelah Soviet dikalahkan, meskipun pemberontakan yang dipimpin

Taliban dan afiliasinya Al-Qaeda menghadirkan tantangan jangka panjang.

Namun, kehadiran dan pengeluaran militer AS dan NATO menurun, akan ada

dampak langsung pada perekonomian Afganistan.. Masih sangat dipertanyakan

apakah pemerintah Afghanistan akan dapat mempertahankannya sendiri mengingat

berkurangnya dukungan Amerika, terutama karena pakta strategis tidak mengandung

komitmen dolar AS. Oleh karena itu, apa yang diperlukan adalah pengalokasian dana

tahunan dan otorisasi pendanaan dari Kongres AS.

Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan bahwa jumlah warga sipil yang

terbunuh atau terluka naik 23% pada tahun 2014 untuk mencapai tingkat tertinggi

dalam 5 tahun menjadi 10.548 korban sipil yang terdokumentasi, termasuk 3699

orang tewas dan 6849 orang yang terluka. Setelah 13 tahun perang yang menewaskan

lebih dari 30.000 jiwa, lebih dari dua pertiga dari mereka adalah warga sipil, dan

hampir $ 1 triliun dihabiskan untuk upaya yang tidak berhasil mengalahkan Taliban

dan al-Qaeda.71

Kontribusi tahunan dari AS ke ANSF setelah transisi sebesar $ 4 - $ 6 miliar,

tidak ada dukungan politik yang kuat di Kongres untuk memberikan bantuan militer

71

Rahim Faiez, Civilian Casualties in Afghanistan Topped 10,000 in 2014, diakses pada 3

Mei 2019 pada http://www.unama.unmissions.org.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

43

Afghanistan pada tingkat berkelanjutan yang sangat penting untuk kelangsungannya.

Selain itu, $ 2 - $ 3 miliar diperlukan untuk bantuan ekonomi ke Afghanistan setiap

tahun, serta pemeliharaan untuk kehadiran penasihat dari AS, yang membutuhkan

biaya $ 8 - $ 12 miliar setahun. Komitmen ini masih jauh lebih kecil dari anggaran

100.000 lebih pasukan AS dan lebih dari $ 100 miliar dihabiskan pada 2011. Namun,

dukungan publik Amerika untuk misi militer Afghanistan telah terkikis dari lebih dari

70% pada Oktober 2001 menjadi kurang dari 50% pada akhir 2014.72

3.1.2. Penarikan Pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan

Perkiraan Intelijen Nasional AS, yang mencakup masukan dari 16 badan

intelijen negara, dilaporkan kepada Presiden Obama tahun 2013 dan mewakili

pertama kalinya komunitas intelijen yang secara resmi memperingatkan bahwa

pemerintah Afghanistan dapat menghadapi lebih serius serangan di Kabul dari

Taliban yang bangkit kembali dalam beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Laporan tersebut memprediksi bahwa Afghanistan akan mengalami kekacauan

dengan cepat jika Washington dan Kabul tidak menandatangani pakta keamanan yang

akan memastikan kehadiran militer internasional setelah 2014.73

72

Andrew Tilghman, “Afghanistan War officially ends,” Military Times, diakses pada 3 Mei

2019 pada http://www.militarytimes.com/story/military/pentagon/2014/12/29/afghanistan-war-

officially-ends/21004589/. 73

Ernesto Londono, Karen DeYoung dan Greg Miller, Afghanistan Gains will be Lost

Quickly After Drawdown, Washington Post, diakses pada 6 Mei 2019 dari.

http://www.washingtonpost.com/world/national security/afghanistan-gains-will-be-lost-quickly-after-

drawdownus-intelligence-estimate-warns/2013/12/28/ac609f90-6f32-11e3-aecc

85cb037b7236_story.html.

Page 57: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

44

Penilaian intelijen juga menyimpulkan bahwa kondisi keamanan akan

memburuk terlepas dari apakah AS tetap mempertahankan pasukan Afganistan.

Komandan pasukan sekutu di Afghanistan, Korps Marinir Jenderal Joseph Dunford,

merekomendasikan menjaga 12.000 tentara di negara itu dengan AS menyumbang

8000 pasukan dan negara-negara sekutu lainnya memberikan kontribusi 4000

pasukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sekitar seperenam dari pasukan,

1800-2000 pasukan operasi khusus, akan secara eksklusif dicadangkan untuk operasi

kontraterorisme. Sisanya akan mendukung, melatih, dan memberi nasihat kepada

komandan Afghanistan dan melindungi fasilitas Amerika, termasuk yang ada di

Afghanistan timur yang merupakan basis drone dan nuklir.

Terdapat beberapa macam tanggapan di antara pejabat keamanan nasional

pemerintahan Obama terkait usulan Jenderal Dunford. Ada mereka yang bersedia

menerima usulan untuk menarik semua pasukan pada akhir 2014. Jika itu terjadi,

pangkalan drone CIA di negara itu harus ditutup karena mereka tidak dapat lagi

secara efektif dilindungi menurut pejabat pemerintahan. Susan Rice, penasihat

Keamanan Nasional Obama, lebih condong ke arah pendekatan Dunford.74

Bahkan sebelum pemilihan putaran kedua untuk menentukan pengganti

Presiden Karzai, Presiden Obama mengumumkan bahwa AS akan berusaha untuk

menjaga 9800 pasukan di Afghanistan pada tahun 2014. Keputusannya pada dasarnya

menegaskan kembali posisi yang diambil oleh komandan militer AS dan bergantung

74

Ernesto Londono, Karen DeYoung dan Greg Miller, Afghanistan Gains will be Lost

Quickly After Drawdown

Page 58: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

45

pada Pemerintah Afghanistan menandatangani BSA setelah hasil pemilu ditentukan.

Strategi presiden adalah memaksa pemerintah Afghanistan untuk memikul tanggung

jawab penuh atas keamanannya sendiri setelah AS secara nyata mengurangi

kehadiran militernya di sana.

Selama tahun 2015, jumlah pasukan harus dikurangi setengahnya dan

kemudian dikonsolidasikan di ibukota Kabul dan di Lapangan Terbang Bagram,

pangkalan utama di Afghanistan. Sebagian besar pasukan yang tersisa akan ditarik

pada akhir 2016, meninggalkan kelompok kontingensi sekitar 1000 untuk staf kantor

keamanan di Kabul. Sebelum pengumumannya, Presiden Obama membahas

rencananya dan menerima dukungan dari para pemimpin Jerman, Inggris, dan Italia.

Sebuah batu sandungan bagi kelanjutan kehadiran militer AS di Afghanistan

adalah penolakan Presiden Karzai untuk menandatangani Perjanjian Keamanan

Bilateral yang telah dinegosiasikan kedua pihak untuk mengesahkan kehadiran

pasukan AS di Afghanistan. Dia membandingkan pakta dengan Perjanjian

Gandamak, perjanjian sepihak yang menyimpulkan pada tahun 1879 bahwa

menyerahkan tanah perbatasan kepada Pemerintahan Inggris di India dan

memberikannya kontrol diam-diam atas kebijakan luar negeri Afghanistan.

Tuan Karzai dengan teguh berpendapat bahwa ia tidak akan menandatangani

perjanjian kecuali Amerika membantu membawa Taliban ke meja perundingan untuk

pembicaraan damai. Dukungan untuk upaya perang di Kongres telah memburuk pada

awal masa jabatan kedua Obama. Satu hari setelah sumpah resmi Ashraf Ghani,

presiden terpilih kedua Afghanistan dalam sejarahnya, BSA ditandatangani, yang

Page 59: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

46

kemudian menjawab setiap spekulasi tentang kelanjutan kehadiran Amerika dan

Pasukan NATO di Afghanistan setelah misi tempur internasional berakhir pada 2014.

75

Sekretaris Pertahanan pemerintahan Obama, Chuck Hagel, pada Desember

2014, mengumumkan bahwa sebanyak 1000 pasukan tambahan akan disimpan di

Afghanistan hingga awal 2015 untuk menjaga negara, termasuk lapangan terbang

Kandahar. Mulai 1 Januari 2015, pasukan residu dari 13.500 anggota, yang mana

11.000 berasal dari AS, akan dikhususkan untuk melatih dan mendukung 350.000

pasukan keamanan Afghanistan meskipun ada kekhawatiran terkait dengan dukungan

udara yang memadai, sistem evakuasi medis, dan intelijen. Strategi Obama adalah

untuk mengalihkan tanggung jawab pertahanan dan keamanan kepada pemerintah

Afghanistan dan untuk menjalin kemitraan yang berfokus pada penargetan teroris

sambil mendukung struktur pemerintahan Afghanistan yang berdaulat.76

3.1.3. Lahirnnya Operasi Sentinel Freedom

Pada upacara formal di Kabul yang menandai transisi pertempuran dari

pasukan tempur pimpinan AS ke pasukan keamanan Afghanistan pada akhir 2014,

Jenderal AS John Campbell, komandan International Security Assistance Force

(ISAF), memperingati terbunuhnya 3500 tentara internasional dan 2224 tentara

75

Stephen Biddle, Ending the War in Afghanistan. Foreign Affairs, diakses pada 6 Mei 2019

dari https://www.foreignaffairs.com/articles/afghanistan/2013-08-12/ending-war-afghanistan. 76

Stephen Biddle, Ending the War in Afghanistan. Foreign Affairs.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

47

Amerika terbunuh dalam pertempuran di Afghanistan. Operasi Enduring Freedom

menjadi Operasi Sentinel Freedom pada 2015 di mana Pemerintahan Obama

mempertimbangkan misi kontraterorisme dua cabang yang baru. Misi itu melibatkan

pelatihan, memberi nasihat, membantu tentara Afghanistan, dan terus melancarkan

operasi kontraterorisme melawan sisa-sisa Al Qaeda untuk memastikan bahwa

Afghanistan tidak pernah lagi digunakan untuk melancarkan serangan terhadap.77

Sepanjang 2013 dan 2014, pejabat Departemen Pertahanan secara konsisten

memperingatkan bahwa militer Afghanistan mengizinkan Taliban untuk mendapatkan

kembali kekuatan di daerah-daerah kritis di negara itu. Kematian warga sipil, yang

telah menurun pada 2012, naik ke level tertinggi sepanjang masa pada akhir 2014,

dan jumlah orang terlantar di Afghanistan hampir dua kali lipat dari 352.000 pada

2010 menjadi lebih dari 630.000 pada 2013. Selain itu, pada akhir 2014, ekonomi

Afghanistan lumpuh karena pengangguran yang merajalela, kekurangan pendapatan

yang besar, pelarian modal, perluasan penanaman dan perdagangan opium ilegal,

penyelundupan endemik, dan berkurangnya investasi asing, termasuk pengurangan

bantuan yang diberikan oleh AS dan sekutunya NATO.

Sementara 327.000 anggota Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan untuk

tampil lebih efektif, masih membutuhkan pekerjaan besar. Pasukan Afghanistan

menderita sejumlah masalah: gesekan, penyalahgunaan obat-obatan, buta huruf,

77

U.S. NATO mark end of 13 year war in Afghanistan, Military Times, diakses pada 8 Mei

2019 dari https://www.militarytimes.com/news/your-military/2014/12/28/u-s-nato-mark-end-of-13-

year-war-in-afghanistan/

Page 61: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

48

kurangnya keterampilan manajemen dan logistik, kapasitas intelijen yang buruk, dan

kurang optimalnya kerja sama antara polisi dan militer. Investasi sebesar $ 60 miliar

hanya berkaitan dengan pasukan Afghanistan, yaitu untuk membangun, melatih, dan

mempertahankan mereka. Pada kunjungan resminya yang pertama ke AS, Presiden

Ghani, dalam pidatonya di Kongres, mengakui bahwa masih banyak pekerjaan untuk

memastikan keamanan negaranya dan penting bagi AS untuk melanjutkan

kehadirannya untuk memastikan bahwa Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan

jauh lebih terlatih.78

Melakukan serangan terhadap teroris dengan membunuh atau menangkap

target yang bekerja dengan pasukan Afghanistan di daerah-daerah yang dikuasai

Taliban serta menggunakan kendaraan udara tak berawak untuk melakukan intelijen,

pengawasan, dan bantuan rekaman semuanya penting untuk pendekatan yang

diarahkan ini. Pasukan AS masih mengambil peran utama dalam serangan

kontraterorisme dan tidak hanya sebagai penasihat dalam beberapa operasi musim

dingin 2015.

Jenderal Campbell muncul di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat

untuk mengadvokasi fleksibilitas yang lebih besar dalam seberapa cepat dia menarik

pasukan keluar dari Afghanistan dan di mana dia bisa menempatkan mereka di negara

itu dalam beberapa bulan mendatang. Pasukan akan secara efektif dipekerjakan untuk

78

Afghan President Ashraf Ghani addresses U.S. Congress, diakses pada 8 Mei 2019 dari

https://rs.nato.int/news-center/transcripts/afghan-president-ashraf-ghani-addresses-us-congress.aspx

Page 62: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

49

melatih pasukan Afghanistan dan memberikan dukungan untuk lebih banyak misi

kontraterorisme.

Setelah dilantik sebagai Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, dalam perjalanan

pertamanya ke Afghanistan pada Februari 2015, mengindikasikan bahwa Presiden

Obama memikirkan kembali langkah penarikan pasukan untuk tahun 2015 dan 2016

dan mengevaluasi kembali rincian misi kontraterorisme AS di Afghanistan.79

Presiden Ghani secara pribadi meminta perlambatan penghapusan kehadiran militer

AS di negaranya. Dia menginginkan lebih banyak fleksibilitas dalam penarikan

pasukan oleh pemerintahan Obama. Pemerintahan Ghani dan Ketua Eksekutif

Abdullah Abdullah menawarkan harapan baru untuk kemitraan yang jauh lebih

efektif dalam menstabilkan Afghanistan, namun terdapat banyak pertengkaran di

antara mereka

Pada kunjungan pertama Presiden Ghani ke Gedung Putih Maret 2015. Ghani

telah meminta pemerintahan Obama untuk memperlambat penarikan karena pasukan

keamanan Afghanistan bersiap menghadapi musim pertempuran musim semi yang

sulit. Dia menekankan bahwa kepergian 120.000 pasukan internasional tidak

membawa celah keamanan atau keruntuhan militer Afghanistan dan pasukan

keamanan yang sering diprediksi akan terjadi, terlepas dari kenyataan bahwa lebih

dari 2000 tentara Afghanistan, polisi, dan pejuang pro-pemerintah terbunuh dari

79

Joint Press Conference with Secretary Carter and President Ghani at Presidential Palace in

Kabul Afghanistan, U. S. Department of Defense, diakses pada 9 Mei 2019 dari

https://dod.defense.gov/News/Transcripts/Transcript-View/Article/607015/joint-press-conference-

with-secretary-carter-and-president-ghani-at-presidentia/

Page 63: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

50

Januari hingga Juni 2015, lebih dari jumlah total tentara AS yang terbunuh sejak

invasi tahun 2001 pasca 9/11 oleh AS. 80

Sangat menarik untuk dicatat bahwa terlepas dari kenyataan bahwa Presiden

Obama berulang kali menggambarkan perang di Afghanistan berakhir dalam

pidatonya di depan umum, pesawat tak berawak dan pesawat tempur Amerika terus

menembakkan senjata ke gerilyawan yang beroperasi di dekat perbatasan, termasuk

mereka yang mendukung Islamic State of Iraq and Levant (ISIL). Seorang tahanan,

Muktar Yahya Najee al-Warafi, seorang Yaman yang dituduh sebagai pejuang

Taliban yang ditangkap oleh Aliansi Utara dan ditahan di Guantanamo sejak 2002,

membawa gugatan terhadap Presiden Obama dengan alasan bahwa ia tidak bisa lagi

ditahan oleh AS.

Sejak Obama menyatakan konflik bersenjata berakhir. Posisi hukum Warafi

adalah bahwa otoritas penahanan yang dimasukkan sebagai bagian dari Authorization

for Use of Military Force (AUMF) hanya diperpanjang sampai akhir konflik

bersenjata antara AS dan Taliban, dan tidak sampai akhir semua permusuhan,

sebagaimana didalilkan oleh pemerintahan Obama. Hakim Royce Lamberth dari

Pengadilan Distrik Federal untuk Distrik Columbia memutuskan bahwa akan terus

terjadi pertempuran antara AS dan Taliban, dan oleh karena itu, pemerintah memiliki

80

Remarks by President Obama and President Ghani of Afhanistan in Joint Press

Conference, diakses pada 9 Mei 2019 dari https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-

office/2015/03/24/remarks-president-obama-and-president-ghani-afghanistan-joint-press-conf

Page 64: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

51

otoritas hukum untuk menahan pejuang musuh dan mencegah mereka kembali ke

pertempuran.81

3.2. Kebijakan Kontraterorisme Donald Trump di Afghanistan

3.2.1. Kepemimpinan Amerika Serikat dalam Kancah Internasional

Donald Trump dapat memenangkan kursi presiden salah satunya karena

pidato yang menyatakan bahwa AS telah menyebarkan kekuatannya dengan

melibatkan begitu banyak wilayah di seluruh dunia, sehingga sudah saatnya ia lebih

berfokus pada aspek dalam negeri. Pendekatannya adalah pendekatan isolasionis,

tetapi bukan pendekatan yang akan merusak pandangan keistimewaan negara. Hal ini

paling terlihat dalam wacananya terhadap NATO dimana Trump menawarkan

program berbeda dari sebelumnya yang tidak konvensional," Come Home,

America”.82

Beberapa hari sebelum pelantikannya, Donald Trump menggambarkan NATO

sebagai sesuatu yang usang,83

yang kemudian menghasilkan perdebatan tentang

posisi masa depan AS di dalam Aliansi, serta kekhawatiran di antara sekutu Eropa

mengenai apa yang akan dibantu AS di masa depan. Klaimnya bahwa NATO sudah

usang gagal untuk memperhatikan cara di mana NATO telah mengadaptasi instrumen

81

Royce C. Lamberth, Al Warafi v. Obama, diakses pada 9 Mei 2019 dari

https://casetext.com/case/mukhtar-yahia-naji-al-warafi-v-obama 82

Stephen Sestanovich, “The Brilliant Incoherence of Trump’s Foreign Policy”, The Atlantic,

diakses pada 12 Mei 2019 dari https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2017/05/thebrilliant-

incoherence-of-trumps-foreign-policy/521430/ 83

James Masters dan Katie Hunt, “Trump rattles NATO with 'obsolete' blast”, CNN Politics,

diakses pada 12 Mei 2019 dari https://edition.cnn.com/2017/01/16/politics/donaldtrump-times-bild-

interview-takeaways/index.html

Page 65: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

52

dan kebijakannya untuk menanggapi ancaman yang paling beragam, dari terorisme

(pasca 11 September) hingga pertahanan dunia maya dan media sosial.84

Pandangan Trump tentang NATO juga sebelumnya telah diungkapkan

sebelum menerima pencalonannya menjadi calon presiden, ketika ia mengklaim

bahwa bantuan ASdalam NATO mungkin dikondisikan oleh sekutu NATO yang

mematuhi komitmen mereka kepada AS. Terlepas dari kekuatan pasal V Perjanjian

Washington dan fakta bahwa tidak ada pengaruh finansial pada partisipasi dan

dukungan yang diterima dalam NATO, Trump melangkah lebih jauh dan menyatakan

bahwa dukungan NATO di masa depan bergantung pada kemauan negara-negara

anggota membayar lebih untuk mendapatkan perlindungan Amerika.85

Tema terkait "Hutang NATO" juga dibahas dalam pertemuan pertama Trump

dengan sekutu Eropa yaitu Inggris dan Jerman. Trump mengatakan bahwa banyak

negara berhutang uang dalam jumlah besar dari tahun-tahun terakhir, dan itu sangat

tidak adil bagi Amerika Serikat, negara-negara tersebut harus membayar apa yang

harus mereka bayar.86

Dia gagal melihat inti dari aliansi, Pasal V Perjanjian

Washington terkait komitmen pertahanan timbal balik, yang melampaui aspek

keuangan. Perspektif Trump adalah bahwa sekutu AS harus membantu dengan

84

Stanley R. Sloan, “Policy Series: Donald Trump and NATO: Historic Alliance Meets

Ahistoric President”, The International Security Studies Forum, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://issforum.org/roundtables/policy/1-5am-nato 85

Joyce P. Kaufman, ”The US perspective on NATO under Trump: lessons of the past and

prospects for the future”, International Affairs, 2017, hlm. 263. 86

Stanley R. Sloan, “Policy Series: Donald Trump and NATO: Historic Alliance Meets

Ahistoric President”, The International Security Studies Forum, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://issforum.org/roundtables/policy/1-5am-nato

Page 66: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

53

bertindak menuju penyelesaian konflik di wilayah mereka sendiri dan dengan

demikian memastikan bahwa AS terbebas dari beban intervensi.

Kebijakan "America First" dikenalkan oleh Trump dalam pidato

pengukuhannya - Trump melaju menuju kemenangan sebagai kandidat yang berjanji

untuk melakukan lebih banyak daripada Obama. Dia menambahkan bahwa terjadi

masalah dengan kebijakan luar negeri Amerika, dia menjanjian perbaikan dalam hal

tersebut melalui sebuah komitmen. Trump menegaskan bahwa masalah tersebut

adalah hasil dari sesuatu yang tidak menyenangkan: niat buruk teman dan musuh, dan

kesalahan moral para pemimpin kita sendiri. 87

Sementara Obama sedang mencari resep yang sempurna untuk

merekonstruksi citra negara itu di dalam arena internasional (rusak parah oleh

retorika dan pendirian pemerintahan Bush di Irak), wacana Trump tampaknya akan

melemahkan kepercayaan internasional pada kemampuan negara untuk menjadi pusat

kekuatan dan kekuasaan dalam masa-masa yang tidak pasti.88

Saat Trump merasakan

bahwa masyarakat menginginkan pembebasan dari beban kepemimpinan global tanpa

kehilangan penegasan diri sebagai nasionalis. AS dapat mengurangi investasinya

87

Stephen Sestanovich, “The Brilliant Incoherence of Trump’s Foreign Policy”, The Atlantic,

diakses pada 12 Mei 2019 dari https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2017/05/thebrilliant-

incoherence-of-trumps-foreign-policy/521430/ 88

Joyce P. Kaufman, ”The US perspective on NATO under Trump: lessons of the past and

prospects for the future”, International Affairs, 2017, hlm. 264.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

54

dalam tatanan dunia tanpa menghiraukan kemunduran. Trump menyatakan bahwa

terdapat bermacam jenis gaya kepemimpinan AS. 89

Presiden Trump cenderung untuk mentransfer praktik dan cara dunia bisnis ke

kebijakan luar negeri. Kekagumannya terhadap para pemimpin yang kuat, terlepas

dari kebijakan mereka atau sejarah catatan hak asasi manusia, rupanya merupakan

produk dari pengalamannya di dunia bisnis.90

Kebijakan luar negeri tertentu yang saat

ini digunakan Presiden Trump mencakup sikap aneh terhadap Rusia dan Korea Utara.

Dia berkomitmen untuk terlibat dalam hubungan kerja dengan Rusia, mengabaikan

bahaya yang ditimbulkan oleh Rusia ke Eropa Timur.

Perspektif Trump tentang kepentingan dan kedaulatan nasional mirip dengan

yang ada di Moskow, dan kemungkinan akan memastikan penerimaannya dengan

pemimpin Moskow. Berbicara dengan bahasa politik yang sama dapat melunakkan

saluran diskusi di masa depan. Lebih jauh, Trump tampaknya tidak ingin membuat

marah Rusia melalui keterlibatannya di Suriah, karena presiden AS tampaknya

merenungkan Suriah dengan Assad di dalamnya dan ini akan menjadi rezim pro-

Rusia. 91

3.2.2. Situasi Militer dan Keamanan Afghanistan

89

Stephen Sestanovich, “The Brilliant Incoherence of Trump’s Foreign Policy”, The Atlantic,

diakses pada 12 Mei 2019 dari https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2017/05/thebrilliant-

incoherence-of-trumps-foreign-policy/521430/ 90

Stanley R. Sloan, “Policy Series: Donald Trump and NATO: Historic Alliance Meets

Ahistoric President”, The International Security Studies Forum, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://issforum.org/roundtables/policy/1-5am-nato 91

Flemming Splidsboel Hansen, Donald Trump and US -Russian Relations. Geopolitical

bromance or business-as-usual, DIIS Policy Brief, 2016, hlm. 3, diakses pada 12 Mei 2019 dari

http://pure.diis.dk/ws/files/691409/Geopolitical_bromance_for_business_as_usual_WEB.pdf

Page 68: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

55

Pada awal 2018, Afghanistan telah menjadi upaya utama United States

Central Command (USCENTCOM) ketika operasi AS di Irak dan Suriah mereda.

Sementara para komandan AS telah menyatakan bahwa ANDSF berkinerja baik

meskipun memakan banyak korban, pasukan gerilyawan tetap bertahan, dan dengan

beberapa tindakan semakin meningkat, kemampuan mereka untuk bertarung dan

memegang wilayah dan untuk meluncurkan serangan tergolong tinggi. Taliban telah

membuat keuntungan di seluruh selatan, yang dianggap sebagai kubu kelompok itu,

sambil menunjukkan tanda-tanda kekuatan bahkan di luar basis operasi tradisional

mereka.92

Para pejabat AS sering menekankan kegagalan Taliban untuk merebut

kembali ibukota provinsi sejak keberhasilan perebutan mereka selama seminggu di

kota Kunduz di Afghanistan utara pada September 2015. Menteri Pertahanan James

Mattis menggambarkan serangan Taliban terhadap Ghazni, yang menewaskan ratusan

orang, sebagai kegagalan, dengan mengatakan bahwa setiap kali mereka mengambil

sesuatu mereka tidak dapat menahannya. 93

Jenderal John Nicholson, mantan

komandan AS di Afghanistan yang digantikan oleh Jenderal Austin Miller pada

92

Department of Defense Press Briefing By Major General Hecker via Teleconference from

Kabul, US Department of Defense, diakses pada 13 Mei 2019 dari

https://dod.defense.gov/News/Transcripts/Transcript-View/Article/1435192/department-of-defense-

press-briefing-by-major-general-hecker-via-teleconference/

93

Media Availability with Secretary Mattis en route to Bogota Colombia, US Department of

Defense, diakses pada 12 Mei 2019 dari https://dod.defense.gov/News/Transcripts/Transcript-

View/Article/1605986/media-availability-with-secretary-mattis-en-route-to-bogota-colombia/

Page 69: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

56

Agustus 2018, mengatakan pada konferensi pers terakhirnya bulan itu bahwa strategi

tersebut berhasil, memungkinkan proses menuju rekonsiliasi.94

Penilaian dari luar umumnya lebih negatif; pada bulan Februari 2018, mantan

Sekretaris Pertahanan Chuck Hagel menyebut situasi di Afghanistan lebih buruk dari

yang pernah terjadi. pihak lain mempertanyakan alasan yang sangat rasional dari

kelanjutan keterlibatan militer Amerika; Karl Eikenbery, yang menjabat sebagai

komandan pasukan AS di Afghanistan dan kemudian sebagai duta besar AS,

mengatakan pada Agustus 2018 bahwa Amerika Serikat terus bertarung hanya karena

kami ada di sana.95

Penilaian yang bisa dibilang menyulitkan adalah bahwa situasi di Afghanistan

merupakan jalan buntu atau membaik, tingkat wilayah yang dikontrol atau

diperebutkan oleh Taliban telah terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir oleh

sebagian besar tindakan. Dalam laporannya pada 30 Juli 2018, Special Inspector

General for Afghanistan Reconstruction (SIGAR) melaporkan bahwa bagian daerah

di bawah kendali atau pengaruh pemerintah adalah 56%, dengan 14% di bawah

94

Dunford Encouraged by Afghan Coalition Efforts in Afghanistan, US Department of

Defense, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://dod.defense.gov/News/Article/Article/1474837/dunford-encouraged-by-afghan-coalition-

efforts-in-afghanistan/ 95

Aaron Mehta, Interview: Former Pentagon chief Chuck Hagel on Trump, Syria and N

Korea, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://www.defensenews.com/interviews/2018/02/02/interview-former-pentagon-chief-chuck-hagel-

on-trump-syria-and-korea/

Page 70: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

57

kendali atau pengaruh pemberontak, dan sisanya 30% diperebutkan; angka-angka itu

tidak berubah dari dua laporan triwulanan SIGAR yang lalu.96

Sementara Taliban mempertahankan kemampuan untuk melakukan serangan

ke daerah perkotaan, mereka juga menunjukkan kemampuan taktis yang cukup besar.

Karena tingginya tingkat korban yang ditimbulkan oleh Taliban, Pemerintahan

Trump telah dilaporkan mendesak pasukan Afghanistan untuk menarik keluar dari

beberapa pos terpencil dan daerah pedesaan dalam strategi yang menyerupai

pendekatan yang diambil oleh pemerintahan sebelumnya.97

Pembunuhan pimpinan Taliban, Mullah Mansour, pada Mei 2016 oleh

serangan AS menunjukkan kerentanan Taliban terhadap kecerdasan dan kemampuan

tempur AS, meskipun itu tidak memiliki efek yang terukur pada efektivitas Taliban;

tidak jelas sampai sejauh mana pemimpin saat ini Haibatullah Akhundzada

melakukan kontrol yang efektif atas kelompok dan bagaimana ia dipandang dalam

jajarannya. Secara keseluruhan, jumlah amunisi AS yang digunakan di Afghanistan

telah meningkat, dengan 4.361 senjata dilepaskan pada 2017 (naik dari 1.337 di)

2016), angka tahunan tertinggi sejak 2011; 2018 berada di jalur untuk melampaui

2017 dengan selisih yang cukup besar.98

96

Mujib Mashal, “‘Time for This War in Afghanistan to End,’ Says Departing U.S.

Commander,” New York Times, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://www.nytimes.com/2018/09/02/world/asia/afghan-commander-us-john-nicholson.html 97

Thomas Gibbons-Neff and Helene Cooper, “Newest U.S. Strategy in Afghanistan Mirrors

Past Plans for Retreat,” New York Times, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://www.nytimes.com/2018/07/28/world/asia/trump-afghanistan-strategy-retreat.html 98

AFCENT Airpower Summary, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://www.af.mil/News/Article-Display/Article/1702304/afcent-publishes-october-airpower-

summary/

Page 71: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

58

Bagian signifikan dari operasi AS ditujukan untuk afiliasi Islamic State (IS)

lokal, yang dikenal sebagai Islamic State Khorasan Province (ISKP, juga dikenal

sebagai ISIS-K). Kelompok ini tampaknya menjadi faktor yang berkembang dalam

perencanaan strategis AS dan Afghanistan, meskipun ada perdebatan mengenai

tingkat ancaman yang dimiliki kelompok tersebut. ISKP dan pasukan Taliban

kadang-kadang memperebutkan kontrol atas wilayah karena perbedaan politik. 99

Pada April 2018, serangan udara AS membunuh pemimpin ISKP di provinsi

Jowzjan utara, yang digambarkan NATO sebagai saluran utama untuk dukungan

eksternal dan pejuang asing dari negara-negara Asia Tengah ke Afghanistan. Pejabat

Amerika dilaporkan melacak upaya para pejuang IS untuk memasuki Afghanistan

dan menggunakan wilayah Afghanistan sebagai pangkalan untuk merencanakan dan

melakukan operasi internasional. ISKP juga mengklaim bertanggung jawab atas

sejumlah serangan skala besar, termasuk beberapa pemboman yang menargetkan

minoritas Syiah Afghanistan.100

99

Amira Jadoon, Nakissa Jahanbani, dan Charmaine Willis, “Challenging the ISK Brand in

Afghanistan-Pakistan: Rivalries and Divided Loyalties,” CTC Sentinel, Vol. 11, Issue 4, diakses pada

12 Mei 2019 dari https://ctc.usma.edu/challenging-isk-brand-afghanistan-pakistan-rivalries-divided-

loyalties/ 100

Helene Cooper, “U.S. Braces for Return of Terrorist Safe Havens to Afghanistan,” New

York Times, diakses pada 12 Mei 2019 dari

https://www.nytimes.com/2018/03/12/world/middleeast/military-safe-havens-afghanistan.html

Page 72: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

59

BAB IV

FAKTOR DETERMINAN PENYEBAB PERUBAHAN

KEBIJAKAN KONTRATERORISME PERIODE DONALD

TRUMP DI AFGHANISTAN

4.1. Faktor Internal

4.1.1 Faktor Donald Trump dan Pengaruh Pejabat Pemerintah Sekitarnya

Presiden Donald Trump memfokuskan beberapa bentuk kebijakan luar negeri

yang menurutnya sesuai bagi Amerika Serikat (AS), sesuai slogan yang telah

dilontarkan saat kampanye yang bertujuan untuk menjadikan AS berjaya kembali di

kancah internasional. Slogan “America First” yang digaungkan oleh Trump adalah

untuk memberi prioritas warga AS beserta keamanannya terkait dengan kebijakan

luar negeri. Ahli Kebijakan Luar Negeri AS Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI), Siswanto, mengatakan bahwa warga AS menjadi prioritas utama dalam

setiap pengambilan kebijakan luar negeri AS. “America First” menjadi tema utama

dalam pemerintahan Trump. 101

Donald Trump yang merupakan seorang pengusaha membuat setiap kebijakan

luar negerinya berorientasi pada keuntungan sebanyak mungkin sebagai upayanya

untuk mewujudkan “Make America Great Again”. Di bawah pemerintahan Trump

101

Hasil wawancara dengan Siswanto, Ahli Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dan

menjabat sebagai Kepala Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian Politik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 1 Juli 2019.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

60

Amerika Serikat lebih isolasionis dan proteksionis, berfokus pada pengetatan

pengawasan atas batas-batas negara, menghancurkan terorisme, menerapkan imigrasi

yang lebih selektif dan ketat, dan menempatkan prioritas pada ekonomi domestik.102

Amerika Serikat tidak pernah memiliki presiden seperti Donald Trump. Ia

berlatar belakang investor perkebunan, pengembang lapangan golf, pemilik kasino,

dan berkepribadian tanpa pengalaman sebelumnya dalam bidang pemerintahan. Ia

mencalonkan diri sebagai presiden dengan tiket Partai Republik. Banyak pengamat

mencirikan Trump sebagai populis yang berbicara atas nama warga yang

terpinggirkan, terutama mereka yang status ekonominya sangat parah terkikis selama

beberapa dekade deindustrialisasi dan kehilangan pekerjaan. 103

Banyak anggota kabinet yang diangkat Presiden Trump tidak pernah

mempunyai pengalaman di pemerintahan, termasuk Menteri Luar Negeri AS, Rex

Tillerson. Meskipun Tillerson dan lainnya memiliki pengalaman mendalam di sektor

korporasi dan bisnis internasional, pengambilan keputusan dalam pemerintahan

merupakan proses berbeda yang tidak dapat direduksi menjadi untung rugi seperti

dalam perusahaan. Presiden Trump juga telah menunjuk beberapa veteran perwira

militer menjadi bagian kabinetnya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meskipun

102

Hasil wawancara dengan Siswanto, Ahli Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dan

menjabat sebagai Kepala Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian Politik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI 103

Michael Lind, Donald Trump is the Perfect Populist, diakses pada 13 Juni 2019 dari

https://www.politico.com/magazine/story/2016/03/donald-trump-the-perfect-populist-213697

Page 74: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

61

semua memiliki karir militer yang menonjol, tidak ada di antara mereka yang

memiliki pengalaman eksekutif sebelumnya. 104

Siswanto menambahkan bahwa menurut studi yang membuat kategori

mengenai karakter para Presiden AS, Trump dikategorikan sebagai aktif negatif.

Trump tipikal orang pekerja keras, ulet, dan pantang menyerah, akan tetapi

kontroversi dan inskonsisten. Orang dengan tipikal aktif negatif cenderung menyukai

keramaian. Trump mengangkat lawan bisnisnya untuk menjadi salah satu penasehat

presiden, oleh karena itu pasti akan timbul gejolak. Kebijakan luar negeri AS juga

banyak dipengaruhi oleh orang di sekitar Trump, terutama Penasehat Keamanan AS,

John Bolton.105

Trump telah membangun sebuah kerajaan bisnis dan mengumpulkan banyak

kekayaan melalui publisitas, keberanian, dan kekuatan keinginan semata. Seperti

yang diamati dalam satu penilaian bahwa perusahaan Trump adalah perusahaan yang

relatif kecil dengan jangkauan besar. Perusahaannya adalah bisnis keluarga yang jelas

dibentengi dengan loyalis lama yang beroperasi lebih sedikit pada prosedur standar

dan lebih pada budaya Trump. Penasihat umum Organisasi Trump mengatakan

bahwa perusahaan tersebut bukan perusahaan publik dan mereka bekerja untuk

keluarga Trump.106

104

Philip Charter, Trump is surrounding himself by generals, diakses pada 13 Juni 2019 dari

https://www.washingtonpost.com/opinions/trump-is-surrounding-himself-with-generals-thats-

dangerous/2016/11/30/e6a0a972-b190-11e6-840f-e3ebab6bcdd3_story.html 105

Hasil wawancara dengan Siswanto, Pusat Penelitian Politik LIPI, 1 Juli 2019. 106

Megan Twohey, Russ Buettner, dan Steve Eder, Inside the Trump Organization the

Company That Has Run Trump’s Big World, diakses pada 13 Juni 2019 dari

https://www.nytimes.com/2016/12/25/us/politics/trump-organization-business.html

Page 75: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

62

Para pendukung yang turut mensukseskan kampanye mempunyai andil besar

hingga Trump berhasil menjadi Presiden AS. Dalam kampanye pemilihan presiden

Amerika Serikat 2016 lalu, Donald Trump mengusung beberapa isu terkait imigran

ilegal yang memasuki wilayah AS dengan membuat tembok perbatasan, kemudian

isu mengenai imigran muslim yang juga dilarang masuk, hingga seruan Trump untuk

keluar dari keanggotaan Trans-Pacific Partnership (TPP). Isu-isu yang diutarakan

Trump tersebut cukup menarik perhatian masyarakat luas AS kala itu.

Isu imigran menjadi salah satu isu penting, Donald Trump menentang keras

adanya imigran memasuki wilayah AS bahkan mengancam akan mendeportasinya.

Trump menilai bahwa terorisme dapat masuk ke AS melalui jalur migrasi.107

Isu

imigran yang dibawa Trump ketika kampanye memang menarik banyak perhatian

publik, bukan hanya publik AS, tetapi negara lain pun turut mengomentari isu

tersebut.

Trump berencana membentuk satuan deportasi untuk mengusir warga asing

yang tertangkap kriminal, tanpa proses pengadilan. Selain itu, ia juga akan membatasi

akses warga asing yang bekerja di AS untuk mendapat kewarganegaraan. Trump juga

berjanji untuk membatalkan kebijakan Barack Obama yang memberikan izin kerja

kepada 800.000 imigran muda yang datang ke AS ketika berusia kecil. Bahkan

107

Todd Bensman, Notes on the Trump Administration’s Claim of 3.000-Plus Terrorist

Apprehensions at U.S. Borders, diakses pada 28 Juli 2019 dari https://cis.org/Bensman/Notes-Trump-

Administrations-Claim-3000Plus-Terrorist-Apprehensions-US-Borders

Page 76: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

63

Trump mengatakan akan membangun penjara khusus bagi imigran yang melakukan

tindak kriminal dan tidak akan memberinya ampunan.108

Masuknya imigran sebenarnya turut membantu karena sebagian besar imigran

tersebut bekerja di AS dengan gaji yang relatif rendah dan pemerintah sudah bisa

menikmati hasil atas hal tersebut. Namun banyaknya imigran ilegal yang masuk ke

AS dapat merugikan dan berdampak kepada penduduk asli karena imigran tersebut

dianggap sebagai saingan dalam dunia kerja. Selain itu, dapat dipungkiri bahwa

terorisme dapat masuk ke AS melalui imigran. Setiap negara bagian di AS

mengalami masalah imigran dengan jumlah banyaknya imigran yang berbeda–beda.

Ketika kampanye, Trump telah mengatakan bahwa ia akan melarang masuk

imigran bahkan mendeportasi 11,3 juta imigran ilegal. Trump beranggapan bahwa

para imigran telah merebut pekerjaan penduduk asli AS, menghambat sumber daya

public, dan merupakan ancaman bagi keamanan nasional. Janji Trump saat kampanye

terbukti dapat mempengaruhi pilihan publik terkait pemilihan presiden AS pada 2017

lalu. Negara bagian dengan jumlah imigran banyak terbukti memilih Trump, seperti

Florida, Texas, Georgia, North Carolina, dan Michigan.109

Pada waktu kampanye, Trump juga menjanjikan akan membangun tembok

pembatas antara selatan AS dan Meksiko. Ia mengatakan bahwa tembok tersebut

108

Amy B Wang, Donald Trump plans to immediately deport 2 million to 3 million

undocumented immigrants, diakses pada 15 Juni 2019 dari https://www.washingtonpost.com/news/the-

fix/wp/2016/11/13/donald-trump-plans-to-immediately-deport-2-to-3-million-undocumented-

immigrants/?utm_term=.ebce2bb8e1ac 109

Tim Meko, Denise Lu, dan Lazaro Gamio, How Trump won the presidency with razor-

thin margins in swing states, diakses pada 15 Juni 2019 dari

https://www.washingtonpost.com/graphics/politics/2016-election/swing-state-margins/

Page 77: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

64

bertujuan untuk mengurangi jumlah imigran ilegal yang masuk dari wilayah Amerika

Latin. Pembangunan tembok tersebut juga bertujuan untuk mencegah warga Meksiko

yang mencari pekerjaan musiman di AS. Penguatan kemanan di perbatasan AS-

Meksiko adalah salah satu kunci kemenangan kampanye Trump. 110

Meskipun rencana Trump sempat tidak disetujui oleh Kongres dalam sebuah

perundingan di Gedung Putih pada Januari 2019 lalu. Pasalnya Partai Demokrat yang

berada di Kongres menolak rencana Trump tersebut. Meskipun demikian, ia tetap

bersikeras memperjuangkan apa yang sudah dijanjikan tersebut hingga mengancam

akan memberlakukan keadaan darurat nasional untuk mendanai tembok perbatasan

tanpa persetujuan Kongres. Pada akhirnya, kongres telah mencapai kesepakatan untuk

membiayai pembangunan tembok di sepanjang perbatasan AS-Meksiko.111

Isu mengenai warga Muslim di AS selalu menarik untuk dibahas pada setiap

periode pemerintahan. Begitupun dilakukan oleh Donald Trump selama masa

kampanye. Isu tersebut menarik perhatian masyarakat luas AS. Trump

menyampaikan bahwa banyaknya kejadian teror salah satunya disebabkan oleh

banyaknya imigran masuk AS dengan pandangan muslim radikal. Oleh karena itu,

Trump menyampaikan akan melarang negara–negara yang memiliki sejarah terorisme

masuk ke AS. Ia berjanji saat terpilih menjadi presiden AS akan menggunakan hak

eksekutifnya untuk melindungi warga AS dari serangan teror.

110

Scott Bixby dan David Agren, Trump reveals plan to finance Mexico border wall with

threat to cut off funds, diakses pada 15 Juni 2019 dari https://www.theguardian.com/us-

news/2016/apr/05/donald-trump-mexico-border-wall-plan-remittances 111

Congressional Lawmakers Reach Deal on US-Mexico Border Wall Funding, diakses pada

15 Juni 2019 dari https://www.news18.com/news/world/congressional-lawmakers-reach-deal-on-us-

mexico-border-wall-funding-2033273.html

Page 78: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

65

Pernyataan Trump ketika kampanye yang melarang imigran muslim masuk ke

AS menjawab kekhawatiran masyarakat Amerika yang menganggap Islam sebagai

teroris. Kekhawatiran penduduk AS terhadap muslim tersebut, pada akhirnya

membuat mereka menyematkan pilihan kepada Trump. Trump dinilai memilih isu

yang tepat saat kampanye karena situasi AS sedang panas kala itu dengan kasus yang

melibatkan muslim di dalamnya. Dalam survei terhadap isu penting dan populer di

AS, masyarakat Amerika sebanyak 80% memperhatikan isu terorisme sebagai isu

terpenting kedua, di mana terorisme di AS identik dengan Islam.112

Dari beberapa janji yang telah diucapkan Trump ketika kampanye yang

bertujuan menarik perhatian masyarakat AS agar ia terpilih, maka ketika terpilih

menjadi Presiden AS, hal yang kemudian dilakukan Trump ialah memenuhi janji–

janjinya seperti yang telah diucapkan. Trump tentu tidak ingin menjadi bumerang

terhadap janjinya sendiri di depan masyarakat AS. Hal tersebut yang kemudian

mendorong Trump menghancurkan terorisme sampai ke akarnya, agar memberi

kepuasan terutama kepada pemilihnya serta mencapai tujuan menuju Amerika Serikat

yang berjaya di mata internasional.

4.1.2. Struktur Pemerintahan Amerika Serikat

112

Statement of Steven Emerson to the National Commission on Terrorist Attacks Upon the

United States, diakses pada 18 Juni 2019 dari

https://govinfo.library.unt.edu/911/hearings/hearing3/witness_emerson.htm

Page 79: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

66

Edward S. Corwin menulis, bahwa Konstitusi Amerika Serikat (AS) adalah

“an invitation to struggle for the privilege of directing American foreign policy.”113

Diktum Corwin menyoroti poin penting tentang hubungan eksekutif dan legislatif.

Baik presiden maupun Kongres memiliki kekuatan kebijakan luar negeri yang

signifikan. Kekuatan-kekuatan ini tumpang tindih di mana meletakkan landasan

terjadinya persaingan. 114 Kebanyakan orang AS saat ini dan sebagian besar anggota

Kongres, masih menerima gagasan bahwa presiden harus memimpin kebijakan luar

negeri. Akibatnya, Kongres biasanya bereaksi terhadap Gedung Putih jika

meluncurkan inisiatifnya sendiri.

Kongres memiliki tanggung jawab konstitusional untuk mengeluarkan

anggaran dan meninjau kembali cara lembaga federal beroperasi. Menegur Gedung

Putih terkait kebijakan luar negeri kadang-kadang bisa menjadi strategi pemilihan

yang menang, terutama ketika seorang presiden berasal dari pihak lawan. Bagi

beberapa anggota, kebijakan luar negeri adalah semangat utama dan alasan mereka

untuk mencari kursi di Kongres. 115

Kongres dapat menentukan kebijakan luar negeri dalam tiga cara utama.

Pertama, ia dapat mengeluarkan (atau memblokir) undang-undang yang menentukan

apa kebijakan luar negeri AS nantinya, seperti dengan siapa orang AS dapat

berdagang dengan atau senjata apa yang dapat dibeli Pentagon. Termasuk persetujuan

113

Edwin S. Corwin, The President: Office and Powers, 1787-1957, Edisi ke-5, New York

University Press, New York, 1984, hlm. 201. 114

Edwin S. Corwin, The President: Office and Powers, 1787-1957, hlm. 202. 115

Caulfield, The Role of Congress in the Formation of American Foreign Policy, diakses

pada 29 Juli 2019 dari https://www.albany.edu/honorcollege/files/Caulfieldthesis.doc.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

67

National Strategy for Counterterrorism oleh Kongres, yaitu strategi baru AS dalam

melawan terorisme yang diumumkan Trump pada Oktober 2018.116

Kedua, ia

mengesahkan undang-undang yang menciptakan lembaga-lembaga cabang eksekutif

dan memperbaiki cara cabang eksekutif beroperasi. Di sini Kongres menghitung

bahwa mengubah siapa yang membuat keputusan dan bagaimana mereka dibuat akan

mengubah bagaiman keputusan itu dibuat. Ketiga, Kongres dapat berupaya mengubah

opini publik, dan dengan demikian berpotensi mengubah pilihan yang dibuat

presiden.117

Namun Kongres dapat berusaha untuk menegur presiden terkait dengan

kebijakan yang tidak relevan. Faktor-faktor mulai dari apakah partai presiden

mengontrol Kongres hingga kedalaman komitmen presiden terhadap kebijakan yang

dipertanyakan. Secara paling luas, Kongres kemungkinan besar akan berhasil dalam

memberikan tanda pada kebijakan luar negeri ketika berusaha membatasi tindakan

presiden dan Konstitusi mengharuskan presiden untuk mendapatkan persetujuan

kongres sebelum bertindak.

Kongres jauh lebih kecil kemungkinannya untuk membatasi presiden ketika

mereka bebas untuk bertindak kecuali dan sampai Kongres menghentikannya.

Kongres berada pada titik terlemahnya ketika mencoba memaksakan daripada

membatasi Gedung Putih. Presiden memiliki banyak cara untuk menggagalkan dan

116

Monica Jackson, Trump Issues New Strategy for Counterterrorism, diakses pada 29 Juli 2019 dari

https://www.executivegov.com/2018/10/trump-issues-new-strategy-for-counterterrorism/ 117

James M. Lindsay, The Domestic Sources of American Foreign Policy: Insights and

Evidence, Rowman and Littlefield, 2012,

hlm. 223.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

68

mengabaikan seruan kongres untuk mengejar inisiatif baru atau berbeda, sebuah

realitas politik yang digambarkan oleh presiden Donald Trump secara khusus.118

Potensi presiden dan Kongres untuk memperjuangkan arah kebijakan luar negeri

memperumit hubungan eksekutif dan legislstif. Pada demokrasi parlementer, perdana

menteri dapat mengatur kebijakan pemerintah dengan percaya diri. Namun, dalam

sistem politik AS, Kongres dapat memblokir atau menolak presiden.

Dengan legislasi substantif, Kongres menentukan isi kebijakan luar negeri

Amerika Serikat. Kendaraan paling umum yang digunakan Kongres untuk

melakukannya adalah apropriasi. Dolar adalah kebijakan, dan presiden tidak dapat

membelanjakan uang kecuali Kongres menyetujuinya. Dengan demikian, dengan

mendanai beberapa program dan bukan yang lain, Kongres dapat memaksakan

preferensinya. Kongres juga dapat memengaruhi kebijakan luar negeri dengan

mengeluarkan atau menolak hukum yang menciptakan atau menghapus kantor dan

lembaga pemerintah dan yang menentukan prosedur yang digunakan cabang

eksekutif untuk membuat keputusan.

Upaya untuk meloloskan undang-undang prosedural semacam itu bertumpu

pada premis bahwa mengubah siapa yang membuat keputusan dan bagaimana

keputusan itu dicapai akan mengubah keputusan apa yang diambil. Cara ketiga

Kongres dapat memengaruhi kebijakan luar negeri adalah dengan mengubah opini

118

Brett M. Decker dan James Renne, Donald Trump can fund the border wall without

congressional approval, diakses pada 29 Juli 2019 dari

https://www.usatoday.com/story/opinion/2018/12/24/donald-trump-shutdown-congress-approval-

build-border-wall-spending-column/2402442002/

Page 82: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

69

publik. Ketika opini publik berubah, kebijakan presidensial juga sering dilakukan. Di

sini Kongres, atau lebih tepatnya anggota individu Kongres, berupaya membentuk

kebijakan dengan menekan presiden untuk mengubah arah.

4.2. Faktor Eksternal

Faktor lain yang mempengaruhi perubahan kebijakan kontra-terorisme

periode Trump adalah alasan instabilitas kawasan di Afghanistan. Keadaan keamanan

yang tidak menentu akan memungkinkan terjadinya perang sipil di kawasan tersebut.

AS pertama kali memasuki Afghanistan pada masa Bush dengan menggulingkan

pemerintahan Taliban dan mengangkat pemerintah baru dengan dukungan negara

adidaya tersebut. Dr. Siswanto mengatakan bahwa saat ini Taliban semakin kuat

sehingga menjadikan rezim pemerintahan Afghanistan yang didukung AS semakin

terancam. Oleh karena itu, Trump melaksanakan kebijakan dengan menambahkan

pasukan di Afghanistan.119

Menurut Holsti, faktor eksternal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri

suatu Negara meliputi: (1) Struktur sistem, pengambilan kebijakan luar negeri suatu

negara sangat dipengaruhi oleh struktur dan sistem internasional; (2) Struktur

ekonomi global; (3) Tujuan dan tindakan aktor lain, merupakan respon atas tindakan

aktor lain sehingga negara memiliki tujuan terarah demi mencapai kepentingan

nasionalnya; (4) Masalah regional, jika suatu negara mendapat masalah dalam satu

119

Hasil wawancara dengan Siswanto, Ahli Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dan

menjabat sebagai Kepala Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian Politik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 1 Juli 2019.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

70

kawasan maka akan berdampak juga terhadap negara lain.120

Jadi, AS melalui

pemerintahan Trump telah merespon tindakan aktor lain yaitu Taliban melalui

kebijakan luar negerinya.

Dinamika regional dan keterlibatan kekuatan luar juga merupakan pendorong

terjadinya konflik di Afghanistan. Negara tetangga yang secara luas dianggap paling

penting dalam hal ini adalah Pakistan, yang telah memainkan peran aktif dalam

urusan Afghanistan selama beberapa dekade. Presiden Trump secara langsung

menuduh Pakistan telah menampung teroris yang telah AS lawan.121

Para pemimpin

Afghanistan, bersama dengan komandan militer AS, mengaitkan banyak kekuatan

pemberontakan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Pakistan.

Para ahli memperdebatkan sejauh mana Pakistan berkomitmen untuk stabilitas

Afghanistan atau berusaha untuk melakukan kontrol di Afghanistan melalui

hubungan dengan kelompok-kelompok pemberontak, terutama Jaringan Haqqani,

sebuah Organisasi Teroris Asing yang telah menjadi komponen resmi atau semi-

otonom dari Taliban. Pejabat AS telah berulang kali mengidentifikasi tempat

perlindungan militan di Pakistan sebagai ancaman bagi keamanan Afghanistan,

meskipun beberapa pengamat mempertanyakan validitas tuduhan itu sehubungan

dengan meningkatnya kontrol wilayah Taliban di Afghanistan sendiri. 122

120

K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, Prentice Hall. Inc,

Angelwood Clipps, New Jersey, 1997, hlm. 271-287 121

Remarks by President Trump on the Strategy in Afghanistan and South Asia, diakses pada

18 Juni 2019 dari https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-president-trump-strategy-

afghanistan-south-asia/ 122

Clayton Thomas, Al Qaeda and Islamic State Affiliates in Afghanistan, Congressional

Research Service, Washington D.C., 2018, hlm. 2.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

71

Pakistan memandang Afghanistan yang lemah dan tidak stabil lebih disukai

daripada negara Afghanistan yang kuat dan bersatu (terutama yang dipimpin oleh

pemerintah yang didominasi Pashtun di Kabul; Pakistan memiliki minoritas Pashtun

yang besar). Namun, setidaknya beberapa pemimpin Pakistan telah menyatakan

bahwa ketidakstabilan di Afghanistan dapat pulih kembali sehingga tidak lagi

merugikan Pakistan; Pakistan telah berjuang dengan militan Islam asli sendiri.123

Hubungan Afghanistan-Pakistan semakin diperumit oleh populasi besar pengungsi

Afghanistan di Pakistan dan pertikaian perbatasan yang telah lama terjadi mengenai

kekerasan yang terjadi pada beberapa kesempatan.

Pakistan melihat Afghanistan berpotensi memberikan kedalaman strategis

terhadap India, tetapi juga dapat mengantisipasi bahwa peningkatan hubungan dengan

kepemimpinan Afghanistan dapat membatasi pengaruh India di Afghanistan.

Ketertarikan India pada Afghanistan sebagian besar berasal dari persaingan regional

India yang lebih luas dengan Pakistan, yang menghambat upaya India untuk

membangun hubungan komersial dan politik yang lebih kuat dan langsung dengan

Asia Tengah.

Dalam pidatonya pada Agustus 2017, Presiden Trump mengumumkan apa

yang dicirikannya sebagai pendekatan baru ke Pakistan, dengan mengatakan bahwa

AS tidak bisa lagi diam mengenai tempat perlindungan yang aman bagi organisasi

teroris, Taliban, dan kelompok-kelompok lain yang menimbulkan ancaman bagi

123

Jon Boone, Musharraf: Pakistan and India’s Backing for ‘Proxies’ in Afghanistan Must

Stop, diakses pada 18 Juni 2019 dari https://www.theguardian.com/world/2015/feb/13/pervez-

musharraf-pakistan-india-proxies-afghanistan-ghani-taliban

Page 85: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

72

kawasan.124

Namun, ia juga memuji Pakistan sebagai mitra berharga terkait hubungan

militer AS-Pakistan yang erat.

Pada Januari 2018, pemerintahan Trump mengumumkan rencana untuk

menangguhkan bantuan keamanan ke Pakistan, sebuah keputusan yang telah

mempengaruhi miliaran dolar dalam bantuan.125

Pada Februari 2019, Komandan

CENTCOM. Jenderal Joseph Votel menyatakan bahwa Pakistan belum mengambil

tindakan konkrit terhadap tempat aman organisasi ekstremis brutal di dalam

perbatasannya, tetapi memuji Pakistan untuk beberapa langkah positif dalam

membantu upaya rekonsiliasi perwakilan Khalilzad.126

Afghanistan sebagian besar mempertahankan hubungan baik dengan tetangga-

tetangganya yang lain, termasuk negara-negara Asia Tengah pecahan Soviet,

meskipun beberapa memperingatkan bahwa ketidakstabilan yang meningkat di

Afghanistan dapat memperumit hubungan mereka. Dalam dua tahun terakhir, banyak

komandan AS telah memperingatkan Taliban terakit peningkatan tingkat bantuan dan

dukungan material dari Rusia dan Iran, keduanya mengutip kehadiran Islamic State di

Afghanistan untuk membenarkan kegiatan mereka.127

124

Remarks by President Trump on the Strategy in Afghanistan and South Asia, diakses pada

18 Juni 2019 dari https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-president-trump-strategy-

afghanistan-south-asia/ 125

Mark Landler dan Gardiner Harris, “Trump, Citing Pakistan as a ‘Safe Heaven’ for

Terrorist, Freezes Aid, diakses pada 15 Juni 2019 dari

https://www.nytimes.com/2018/01/04/us/politics/trump-pakistan-aid.html 126

Statement of General Joseph L. Votel, Commander, U.S. Central Command before the

Senate Armed Services Committee on the Posture of U.S. Central Command, diakses pada 18 Juni

2019 dari https://docs.house.gov/meetings/AS/AS00/20180227/106870/HHRG-115-AS00-Wstate-

VotelJ-20180227.pdf 127

U.S. Department of the Treasury, Treasury and the Terrorist Financing Targeting Center

Partners Sanction Taliban Facilitators and their Iranian Supporters, diakses pada 19 Juni 2019 dari

Page 86: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

73

Kedua negara menentang pemerintah Taliban pada akhir 1990-an, tetapi

dilaporkan melihat Taliban sebagai titik yang bermanfaat untuk meningkatkan vis-a-

vis Amerika Serikat. Presiden Trump tidak menyebut Iran atau Rusia dalam

pidatonya Agustus 2017, dan tidak jelas bagaimana, pendekatan AS terhadap mereka

mungkin telah berubah sebagai bagian dari strategi baru. Afghanistan juga dapat

mewakili prioritas yang semakin besar bagi Tiongkok dalam konteks aspirasi Cina

yang lebih luas di Asia dan global.128

Dalam pidatonya, Presiden Trump memang mendorong India untuk

memainkan peran yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi Afghanistan;

bersama dengan pesan-pesan lainnya, telah menambah kekhawatiran Pakistan atas

aktivitas India di Afghanistan.129

India telah menjadi kontributor regional terbesar

untuk rekonstruksi Afghanistan, tetapi New Delhi belum menunjukkan

kecenderungan untuk mengejar hubungan pertahanan yang lebih dalam dengan

Kabul.

https://home.treasury.gov/news/featured-stories/treasury-and-the-terrorist-financing-targeting-center-

partners-sanction 128

Michael Martina, “Afghan Troops to Train in China, Ambassador Says”, diakses pada 19

Juni 2019 dari https://www.reuters.com/article/us-china-afghanistan/afghan-troops-to-train-in-china-

ambassador-says-idUSKCN1LM1MR 129

Gopal Misra, India’s increasing assertion in Afghanistan worries Pakistan, diakses pada

19 Juni 2019 dari http://tehelka.com/indias-increasing-assertion-in-afghanistan-worries-pakistan/

Page 87: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

74

BAB V

KESIMPULAN

Perang Afghanistan merupakan perang terlama dalam sejarah Amerika Serikat

(AS). Afghanistan telah menjadi pusat perhatian kebijakan luar negeri AS sejak

tragedi nine eleven tahun 2001. Pada era kepemimpinan Barack Obama, Afghanistan

telah menjadi prioritas utama militer dengan berperang melawan Al Qaeda. Tujuan

utama Obama adalah untuk mengalahkan Al Qaeda dan menghancurkan segala

kesempatan untuk membangun kembali jaringannya serta mempromosikan tata

pemerintahan yang baik dan legitimasi di mata masyarakat lokal.

Kebijakan Obama berkaitan dengan penyangkalan tempat berlindung teroris

dengan melatih pasukan keamanan lokal untuk memegang wilayah sehingga teroris

tidak bisa kembali. Selain itu, juga membangun infrastruktur dan menghilangkan

korupsi politik, sehingga memenangkan hati dan pikiran masyarakat, adalah bagian

penting dari rencana awal. Pada akhirnya, Osama bin Laden terbunuh pada 2011 lalu

yang menjadikan eksistensi Al Qaeda semakin melemah.

Sedangkan Presiden Donald Trump memfokuskan beberapa bentuk kebijakan

luar negeri yang menurutnya sesuai bagi Amerika Serikat (AS), sesuai slogan yang

dilontarkan saat kampanye yaitu “America First” adalah untuk memberi prioritas

warga AS beserta keamanannya terkait dengan kebijakan luar negeri. Trump

Page 88: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

75

menjadikan warga AS sebagai prioritas utama dalam setiap pengambilan kebijakan

luar negerinya. Di bawah pemerintahan Trump AS cenderung lebih isolasionis dan

proteksionis, berfokus pada pengetatan pengawasan batas-batas negara,

menghancurkan terorisme, menerapkan imigrasi yang lebih selektif dan ketat, dan

menempatkan prioritas pada ekonomi domestik.

Dari beberapa janji yang telah diucapkan Trump ketika kampanye yang

bertujuan menarik perhatian masyarakat AS agar ia terpilih, maka ketika terpilih

menjadi Presiden AS, hal yang dilakukan Trump adalah memenuhi janji–janjinya

seperti yang telah diucapkan. Hal tersebut yang mendorong Trump menghancurkan

terorisme sampai ke akarnya, agar memberi kepuasan terutama kepada pemilihnya

serta mencapai tujuan menuju Amerika Serikat yang berjaya di mata internasional.

Faktor internal, yaitu faktor dalam diri Trump dan pengaruh orang sekitarnya,

serta faktor eksternal instabilitas kawasan di Afghanistan merupakan faktor

determinan penyebab perubahan kebijakan kontraterorisme AS periode pemerintahan

Trump. AS pertama kali memasuki Afghanistan pada masa pemerintahan Bush

dengan menggulingkan pemerintahan Taliban dan mengangkat pemerintahan baru

dengan dukungan negara adidaya tersebut. Sedangkan pada periode pemerintahan

Trump, Taliban semakin kuat sehingga menjadikan rezim pemerintahan Afghanistan

yang didukung AS menjadi terancam. Oleh karena itu, pemerintahan Trump

melaksanakan kebijakan dengan menambah jumlah pasukan di Afghanistan.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Baldwin, David Allen. Neorealism and Neoliberalism: The Contemporary Debate,

New York: Columbia University Press, New York, 1993.

Cole, David dan James X. Dempsey, Terrorism and the Constitution, New York: The

New Press, 2002.

Gates, Robert M. Duty: Memoirs of a Secretary of War, New York: Alfred A. Knopf,

2014.

Goldstein, Joshua. International Relations, New York: Longman, 1999.

Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik, Jakarta: Kencana prenada Media Grup,

2007.

Holsti, Kalevi J. International Politics : A Framework for Analysis, New Jersey:

Prentice-Hall, 1983.

Jackson, Robert, dan Georg Sorensen. Introduction to International Relations, Fifth

Edition, Oxford: Oxford University Press, 2013.

Jemadu, Aleksius. Politik Global dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu,

2008.

Kagan, Frederick W. Kagan, 'A Case for Staying the Course', in Hy Rothstein and

John Arquilla (eds) 'Afghan Endgame: Strategy and Policy Choice for

Page 90: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xiv

America's Longest War, Washington DC: Georgetown University Press,

2013.

Kean, Thomas H., The 9/11 Commission Report: Final Report of the National

Commission on Terrorist Attacks Upon the United States, Washington D.C.

2002

Lamy, Steven. Contemporary Mainstream Approaches Neo-realism and Neo-

Liberalism, Oxford: Oxford University Press, 2001.

Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta:

LP3ES, 1990.

Morgenthau, Hans Joachim. Politics Among Nations: The Struggle for Power and

Peace, New York: Alfred A Knopf Inc, 1985.

Nye, Josph. Soft Power: the means to success in world politics, New York: Public

Affairs, 2004.

Peters, Gretchen. The Seeds of Terror: The Taliban, the ISI and the New Opium

Wars, New York: Hachette, 2009.

Rosenau, James N. International Politics and Foreign Policy: A Reader in Research

and Theory, New York: The Free Press, 1969.

Watson, Robert P. The Obama Presidency. A Preliminary Assessment, New York:

Sunny Press, 2012.

West, Cornel. Democracy Matters: Winning the Fight Against Imperialism, New

York: Penguin Press, 2004.

Williams, Paul D. Security Studies an Introduction. Abingdon: Routledge, 2008.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xv

Sumber Jurnal

Bouchaib Silm, Osama and Azzarqawi: Rivals or Allies, 2004.

Byers, Michael. “Terrorism: The Use of Force and International Law After 11

September.” International Relations Journal, Vol. 6, No. 2, (Agustus 2002).

Dunn, David Hastings. “Bush, 11 September and the Conflicting Strategies of the

War on Terrorism”, Irish Studies in International Affairs, Vol. 16.

Grossman, March. “Seven Cities and Two Years: The Diplomatic Campaign in

Afghanistan and Pakistan.” Yale Journal of International Affairs, 2013.

Grover, Verinder. “Aghanistan: An Introduction.” Dalam Verinder Grover,

Government and politics of Asian Countries 1: Afghanistan, 2002.

Ilardi, Gaetano Joe, “The 9/11 Attacks – A Study of Al Qaeda’s Use of Intelligence

and Counterintelligence”, Journal Studies in Conflict and Terrorism, Vol.

32.

Livingston, Ian S. dan Michael O’Hanlon, Afghanistan Index, 2017, tersedia di

https://www.brookings.edu/afghanistan-index/

Muna, Riefqi. “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Soft Power.” Jurnal

Pertahanan dan Perdamaian Vol. 5 No. 1, (April 2009).

Nincic, Miroslav. The review of Politics: The National Interest and Its Interpretation,

Vol. 61, No. 1, (Agustus 2009).

Page 92: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xvi

Oppenheim, Felix E. Political Theory: National Interest, Rationality, and Morality,

Vol. 15, No. 3, (Agustus 1987).

P. Kaufman, Joyce. ”The US perspective on NATO under Trump: lessons of the past

and prospects for the future.” International Affairs, (Maret 2017).

Robertson, Colin. America First: The Global Trump at Six Months, The School of

Public Policy, (Juli 2017).

Splidsboel Hansen, Flemming. “Donald Trump and US -Russian Relations.

Geopolitical bromance or business-as-usual.” DIIS Policy Brief, 2016,

tersedia di

http://pure.diis.dk/ws/files/691409/Geopolitical_bromance_for_business_as_

usual_WEB.pdf

Thomas, Clayton. Afghanistan: Background and US Policy in Brief, (September

2018).

Thomas, Clayton. Al Qaeda and Islamic State Affiliates in Afghanistan, (Agustus

2018).

Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism, 2004.

Dokumen Resmi Amerika Serikat

Congress, Homeland Security Act of 2002, tersedia di

https://www.congress.gov/bill/107th-congress/house-bill/5005 diakses pada

28 Juli 2019.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xvii

“Department of Defense Press Briefing By Major General Hecker via

Teleconference from Kabul.” Diakses dari

https://dod.defense.gov/News/Transcripts/Transcript-

View/Article/1435192/department-of-defense-press-briefing-by-major-

general-hecker-via-teleconference/

“Dunford Encouraged by Afghan Coalition Efforts in Afghanistan.” Diakses dari

https://dod.defense.gov/News/Article/Article/1474837/dunford-encouraged-

by-afghan-coalition-efforts-in-afghanistan/

“Joint Press Conference with Secretary Carter and President Ghani at Presidential

Palace in Kabul Afghanistan.” Diakses dari

https://dod.defense.gov/News/Transcripts/Transcript-

View/Article/607015/joint-press-conference-with-secretary-carter-and-

president-ghani-at-presidentia/

“Media Availability with Secretary Mattis en route to Bogota Colombia.” Diakses

dari https://dod.defense.gov/News/Transcripts/Transcript-

View/Article/1605986/media-availability-with-secretary-mattis-en-route-to-

bogota-colombia/

“National Strategy for Counterterrorism of the United States of America.” Diakses

dari https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2018/10/NSCT.pdf

“Remarks by President Obama and President Ghani of Afhanistan in Joint Press

Conference.” Diakses dari https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-

Page 94: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xviii

office/2015/03/24/remarks-president-obama-and-president-ghani-

afghanistan-joint-press-conf

“Remarks by President Trump on the Strategy in Afghanistan and South Asia.”

Diakses dari https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-

president-trump-strategy-afghanistan-south-asia/

“Remarks by the President on the Way Forward in Afghanistan.” Diakses dari

https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2011/06/22/remarks-

president-way-forward-afghanistan

“Statement by the President on the End of the Combat Mission in Afghanistan.”

Diakses dari https://www.whitehouse.gov/the-

pressoffice/2014/12/28/statement-president-end-combat-mission-afghanistan

“Statement of Steven Emerson to the National Commission on Terrorist Attacks

Upon the United States.” Diakses dari

https://govinfo.library.unt.edu/911/hearings/hearing3/witness_emerson.htm

“Treasury and the Terrorist Financing Targeting Center Partners Sanction Taliban

Facilitators and their Iranian Supporters, U.S. Department of the Treasury.”

Diakses dari https://home.treasury.gov/news/featured-stories/treasury-and-

the-terrorist-financing-targeting-center-partners-sanction

“U.S. National Securiry Strategy: Prevent Our Enemies From Threatening Us, Our

Allies, and Our Friends with Weapons of Mass Destruction”, U.S.

Department of State, tersedia di https://2001-

2009.state.gov/r/pa/ei/wh/15425.htm diakses pada 26 Juli 2019.

Page 95: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xix

“U.S. Relations with Afghanistan.” Diakses dari https://www.state.gov/u-s-relations-

with-afghanistan/

Benjamin, Daniel. “Assessment of the U.S. Department of State’s Counterterrorism

Strategy.” Diakses dari http://london.usembassy. gov/terror031.html.

Bush, George W. Remarks by the President in Photo Opportunity with the National

Security Team , tersedia di

http://www.whitehouse.gov/news/releases/2001/09/20010912-4.html.

diakses pada 25 Juli.

Sumber Artikel Internet

“2015 Revision of World Population Prospects.” United Nations, tersedia di

https://population.un.org/wpp/ diakses pada 18 Juni 2019.

“AFCENT Airpower Summary.” Tersedia di https://www.af.mil/News/Article-

Display/Article/1702304/afcent-publishes-october-airpower-summary/

diakses pada 12 Mei 2019.

“Afghan President Ashraf Ghani addresses U.S. Congress.” Tersedia di

https://rs.nato.int/news-center/transcripts/afghan-president-ashraf-ghani-

addresses-us-congress.aspx diakses pada 8 Mei 2019.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xx

“Afghanistan Opium Production Up 43 Percent – UN Drugs Watchdog.” BBC,

tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-37743433 diakses pada 18

Juni 2019.

“Imbalance of Powers: How Changes to U.S. Law & Policy Since 9/11 Erode Human

Rights and Civil Liberties”, tersedia di

http://www.lchr.org/us_law/loss/imbalance/imbalance.htm. diakses pada 27

Juli 2019.

“Kebijakan Larangan Trump Mulai Dirasakan Dampaknya.” BBC, tersedia di

http:/www.bbc.com/Indonesia/dunia-40453147/ diakses pada 25 Oktober

2018

“Kunjungan Hillary Clinton ke Timteng.” BBC, tersedia di

www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2009/09302.shtml diakses pada 19

Desember 2018

“NATO-Afghanistan Relations.” Tersedia di

https://www.nato.int/nato_static_fl2014/assets/pdf/pdf_2017_11/20171106_

171101-Media-Backgrounder-Afghanistan_en.pdf diakses pada 26 Juni

2019.

“Remembering the Pentagon Victim”, The Washington Post, tersedia di

http://www.washingtonpost.com/wpsrv/metro/specials/attacked/victims/vicli

st.html diakses pada 25 Juli 2019.

Page 97: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxi

“September 11 Terror Attacks Fast Facts”, CNN, tersedia di

https://edition.cnn.com/2013/07/27/us/september-11-anniversary-fast-

facts/index.html diakses pada 25 Juli 2019

“The State of the World’s Children 2016 Statistical Tables.” UNICEF, tersedia di

https://data.unicef.org/resources/state-worlds-children-2016-statistical-tables/

diakses pada 18 Juni 2019.

“U.S. NATO mark end of 13 year war in Afghanistan.” Military Times, tersedia di

https://www.militarytimes.com/news/your-military/2014/12/28/u-s-nato-

mark-end-of-13-year-war-in-afghanistan/ diakses pada 8 Mei 2019.

“Worldwide Governance Indicators.” World Bank, tersedia di

http://info.worldbank.org/governance/wgi/index.aspx#home diakses pada 18

Juni 2019.

Berman, Russell. “Donald Trump’s Call to Ban Muslim Immigrants.” The Atlantic,

tersedia di http://www.theatlantic.com/politics/archive/2015/12/donald-

trumps-call-to-ban muslimimmigrants/419298/ diakses pada 25 Oktober

2018

Biddle, Stephen. “Ending the War in Afghanistan.” Foreign Affairs, tersedia di

https://www.foreignaffairs.com/articles/afghanistan/2013-08-12/ending-war-

afghanistan diakses pada 6 Mei 2019.

Bixby, Scott dan David Agren, Trump reveals plan to finance Mexico border wall

with threat to cut off funds, tersedia di https://www.theguardian.com/us-

Page 98: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxii

news/2016/apr/05/donald-trump-mexico-border-wall-plan-remittances

diakses pada 15 Juni 2019.

Boone, Jon. “Musharraf: Pakistan and India’s Backing for ‘Proxies’ in Afghanistan

Must Stop.” The Guardian, tersedia di

https://www.theguardian.com/world/2015/feb/13/pervez-musharraf-

pakistan-india-proxies-afghanistan-ghani-taliban diakses pada 15 Juni 2019.

Borter, Gabriella dan Barbara Goldberg, For families of some 9/11 victims new DNA

tools reopen old wounds, tersedia di https://www.reuters.com/article/us-usa-

sept11-dna/for-families-of-some-9-11-victims-new-dna-tools-reopen-old-

wounds-idUSKCN1LQ15P diakses pada 25 Juli 2019.

Brown, Velbab. “Forging an Enduring Partnership with Afghanistan.” Tersedia di

https://nationalinterest.org/feature/forging-enduring-partnership-afghanistan-

17708?page=0%2C3 diakses pada 23 Juni 2019.

Charter, Philip. Trump is surrounding himself by generals, tersedia di

https://www.washingtonpost.com/opinions/trump-is-surrounding-himself-

with-generals-thats-dangerous/2016/11/30/e6a0a972-b190-11e6-840f-

e3ebab6bcdd3_story.html diakses pada 13 Juni 2019.

Chayes, Sarah. “Robert Gates Failure of Duty.” Los Angeles Times, tersedia di

https://www.latimes.com/opinion/op-ed/la-oe-chayes-gates-book-20140112-

story.html diakses pada 1 Mei 2019.

Cooper, Helene. “U.S. Braces for Return of Terrorist Safe Havens to Afghanistan.”

New York Times, tersedia di

Page 99: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxiii

https://www.nytimes.com/2018/03/12/world/middleeast/military-safe-

havens-afghanistan.html diakses pada 12 Mei 2019.

Copp, Tata. “Mattis Signs Orders to Send about 3.500 More US Troops to

Afghanistan.” Tersedia di https://www.militarytimes.com/news/your-

military/2017/09/11/mattis-signs-orders-to-send-about-3500-more-us-troops-

to-afghanistan/ diakses pada 29 Juni 2019.

Diamond, Jeremy dan Stephen Collinson, “Donald Trump’s foreign policy: ‘America

first’,.” CNN, tersedia di http:// edition.cnn.com/2016/04/27/politics/donald-

trump-foreign-policyspeech/> diakses pada 26 Oktober 2018

Faiez, Rahim. Civilian Casualties in Afghanistan Topped 10,000 in 2014, tersedia di

http://www.unama.unmissions.org diakses pada 3 Mei 2019 pada

Gibbons-Neff, Thomas dan Helene Cooper, “Newest U.S. Strategy in Afghanistan

Mirrors Past Plans for Retreat.” New York Times, tersedia di

https://www.nytimes.com/2018/07/28/world/asia/trump-afghanistan-

strategy-retreat.html diakses pada 12 Mei 2019.

Greenblatt, Alan. Trump’s Speech Short on Domestic Policy Specifics, tersedia di

https://www.governing.com/topics/politics/gov-trump-speech-states.html

diakses pada 23 Juni 2019.

Jenkins, Simon, What impact did 9/11 have on the world?, tersedia di

https://www.theguardian.com/commentisfree/2011/sep/05/9-11-impact-

world-al-qaida diakses pada 25 Juli 2019.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxiv

Kaura, Vinay. US-Pakistan relations in the Trump era: Resetting the terms of

engagement in Afghanistan, tersedia di

https://www.orfonline.org/research/us-pakistan-relations-trump-era-

resetting-terms-engagement-afghanistan/ diakses pada 23 Juni 2019.

Landler, Mark. “Obama Signs Pact in Kabul, Turning Page in Afghan War.” The New

York Times, tersedia di http://www.nytimes.com/2012/05/02/world/

asia/obama-lands-in-kabul-on-unannounced-visit.html. diakses pada 1 Mei

2019.

Landler, Mark. “The Afghan War and the Evolution of Obama.” New York Times,

tersedia di https://www.nytimes.com/2017/01/01/world/asia/obama-

afghanistan-war.html diakses pada 2 Juli 2019.

Lind, Michael. “Donald Trump is the Perfect Populist.” Politico, tersedia di

https://www.politico.com/magazine/story/2016/03/donald-trump-the-perfect-

populist-213697 diakses pada 13 Juni 2019.

Londono, Ernesto, DeYoung, Karen, dan Greg Miller. “Afghanistan Gains will be

Lost Quickly After Drawdown.” Washington Post, tersedia di

http://www.washingtonpost.com/world/national security/afghanistan-gains-

will-be-lost-quickly-after-drawdownus-intelligence-estimate-

warns/2013/12/28/ac609f90-6f32-11e3-aecc 85cb037b7236_story.html

diakses pada 6 Mei 2019.

Page 101: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxv

Mashal, Mujib. “Time for This War in Afghanistan to End,’ Says Departing U.S.

Commander.” New York Times, tersedia di

https://www.nytimes.com/2018/09/02/world/asia/afghan-commander-us-

john-nicholson.html diakses pada 12 Mei 2019.

Masters, James dan Katie Hunt, “Trump rattles NATO with 'obsolete' blast.” CNN

Politics, tersedia di

https://edition.cnn.com/2017/01/16/politics/donaldtrump-times-bild-

interview-takeaways/index.html diakses pada 12 Mei 2019.

Mehta, Aaron. Interview: Former Pentagon chief Chuck Hagel on Trump, Syria and

N Korea, tersedia di

https://www.defensenews.com/interviews/2018/02/02/interview-former-

pentagon-chief-chuck-hagel-on-trump-syria-and-korea/ diakses pada 12 Mei

2019.

Miller, Steven E. After the 9/11 Disaster: Washington’s Struggle to Improve

Homeland Security, tersedia di

https://www.belfercenter.org/publication/after-911-disaster-washingtons-

struggle-improve-homeland-security diakses pada 28 Juli 2019.

Mindock, Clark. “Travel Ban: What is Trump’s major immigration policy, and why is

it called a ‘Muslim ban’? All you need to know.” Independent, tersedia di

http://www.independent.co.uk/news/world/americas/us-politics/travel-ban-

trump-what-is-it-muslim-countries-list-restrictions-latest-a8093821.html

diakses pada 20 November 2018.

Page 102: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxvi

Mitchell, Ellen. “U.S. to Send 3,500 More Troops to Afghanistan.” TheHill, tersedia

di http://thehill.com/policy/defense/349486-us-to-send-3500-more-troops-to-

afghanistan-report, diakses pada 19 Desember 2018.

Sestanovich, Stephen.“The Brilliant Incoherence of Trump’s Foreign Policy.” The

Atlantic, tersedia di

https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2017/05/thebrilliant-

incoherence-of-trumps-foreign-policy/521430/ diakses pada 12 Mei 2019.

Sloan, Stanley R. “Policy Series: Donald Trump and NATO: Historic Alliance Meets

Ahistoric President.” The International Security Studies Forum, tersedia di

https://issforum.org/roundtables/policy/1-5am-nato diakses pada 12 Mei

2019.

Sopko, John. Report of Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction,

tersedia di http://www.sigar.mil/pdf/quarterlyreports/2014-07-30qr.pdf

diakses pada 1 Mei 2019.

Tilghman, Andrew. “Afghanistan War officially ends”. Military Times, tersedia di

http://www.militarytimes.com/story/military/pentagon/2014/12/29/afghanist

an-war-officially-ends/21004589/ diakses pada 3 Mei 2019.

Twohey, Megan, Buettner, Russ dan Steve Eder, Inside the Trump Organization the

Company That Has Run Trump’s Big World, tersedia di

https://www.nytimes.com/2016/12/25/us/politics/trump-organization-

business.html diakses pada 13 Juni 2019.

Page 103: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxvii

Wang, Amy B. Donald Trump plans to immediately deport 2 million to 3 million

undocumented immigrants, tersedia di

https://www.washingtonpost.com/news/the-fix/wp/2016/11/13/donald-

trump-plans-to-immediately-deport-2-to-3-million-undocumented-

immigrants/?utm_term=.ebce2bb8e1ac diakses pada 15 Juni 2019.

Zawahiri, Ayman, Knights Under the Prophet's Banner, tersedia di

https://scholarship.tricolib.brynmawr.edu/bitstream/handle/10066/4690/ZA

W20011202.pdf?sequence=4 diakses pada 5 April 2019 dari

Wawancara

Wawancara dengan Siswanto, Ahli Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dan

Kepala Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian

Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 1 Juli 2019.

Page 104: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxviii

Lampiran 1

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Siswanto

Jabatan : Kepala Bidang Pengelolaan dan Diseminasi Hasil Penelitian

Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Ahli

Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat.

Tempat dan Waktu : Gedung Widya Graha, Jl. Gatot Subroto Jakarta Selatan, 1

Juli 2019 Pukul 14.00 WIB

Pertanyaan Wawancara di LIPI:

1. Bagaimana pandangan bapak mengenai kebijakan kebijakan luar negeri

Amerika Serikat periode Trump dalam memerangi terorisme di

Afghanistan?

Jawab: Doktrin Bush merupakan awal mula AS melakukan serangan

Afghanistan, atas reaksi terhadap peristiwa nine eleven lalu AS membelah

dunia menjadi dua bagian ‘kami atau mereka’ kami adalah sekutunya dan

mereka adalah teroris.Antara Obama dengan Trump,kita lihat mereka

berangkat dari kedua partai yang berbeda. Obama mengeluarkan kebijakan

Page 105: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxix

dengan menarik seluruh pasukan AS dari Afghanistan. Jika kebijakan tersebut

diterapkan, maka yang terjadi adalah instabilitas kawasan dan akan

memungkinkan terjadinya perang sipil di sana. AS masuk di Afghanistan pada

masa Bush dengan menggulingkan pemerintahan Taliban dan mengangkat

pemerintah yang didukung AS.

Jika melihat dari garis seorang Trump, sebenarnya ingin menarik seluruh

pasukan AS dari keterlibatan konflik negara lain. Karena dengan latar

belakang pebisnis, Trump mempertimbangkan untung dan rugi. Padahal di

sisi lain membutuhkan biaya untuk membangun ekonomi AS. Kemudian yg

terjadi jutru penambahan pasukan, dikarenakan masalah stabilitas kawasan.

Taliban semakin kuat, rezim pemerintah Afghanistan yg didukung AS

terancam. Jika itu terjadi, maka akan sia-sia operasi militer AS, oleh karena

itu diperlukan penambahan pasukan.

Pada dasarnya, kebijakan LN Trump lebih dipengaruhi oleh orang-orang

sekitarnya (penasehat) yg memberi masukan. Seperti penasehat keamanan,

John Bolton, Trump sangat mendengarkan masukannya. Bolton ini sangat

kuat pengaruhnya. Faktor-fakor yang mempengaruhi penambahan pasukan:

Pertimbangan keamanan dan stabilitas kawasan karena Taliban semakin kuat

dan pengaruh orang di sekitar Trump seperti Penasehat Keamanan AS, John

Bolton.

Page 106: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxx

2. Bagaimana faktor dari dalam diri Trump mempengaruhi perumusan

Kebijakan LN AS?

Jawab: Terdapat sebuah studi di Amerika yg membuat kategori tentang

karakter para Presiden AS:

1. Aktif Positif

Karakter ini dimiliki oleh John F. Kenedy. Orang-orang yang berfikirnya

negarawan seperti John F. Kenedy, Woodrow Wilson. Ciri2 menghargai

orang lain, terbuka terhadap ide orang lain, kerja keras.

2. Aktif Negatif

Orangnya inkonsisten, tetapi pekerja keras, tempramen, sentimental.

3. Pasif Positif

Ambisi dengan power, Ronald Reagen. Bagusnya konsen dengan nilai-nilai

sosial, nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai kemanusiaan.

Trump ini saya kategorikan pada aktif negatif. Trump tipikal orang pekerja

keras, ulet,dan pantang menyerah, akan tetapi kontroversi dan inskonsisten.

Orang dengan tipikal aktif negatif cenderung menyukai keramaian. Trump

mengangkat lawan bisnisnya untuk menjadi salah satu penasehat presiden,

oleh karena itu pasti akan timbul gejolak. Trump di awal kepemimpinannya

memecat 35 Duta Besar yang tidak pernah terjadi pada periode presiden AS

Page 107: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxxi

sebeumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena Trump merupakan sosok

kontroversi.

Trump mengakui Yerussalem sebagai ibukota Israel, Obama tidak berani

melakukannya. Trump berani karena ia kontroversi. Pada saat kampanye,

Trump menemukan ibu dengan membawa anak yang menangis kemudian

Trump mengusirnya keluar. Hal seperti ini tidak pernah terjadi pasa masa

presiden sebelumnya.

Trump mengemukakan ‘America First’ ketika pidato pertamanya atau pidato

kemenangan menjadi Presiden, Hal tersebut dibuktikan Trump melalui

pembuatan tembok pembatas Meksiko dan perang dagang melawan China.

Selain itu, Trump juga mengemukakan slogan ‘Make America Great Again’

ketika berpidato di depan Kongres. Hal ini menunjukkan bahwa Trump ingin

membawa AS berjaya kembali di kancah internasional. Jadi, dalam politik

luar negeri Trump ingin menyampaikan 2 hal. Pertama, mengembangkan

kebijakan yang protektif seperti melindungi warga AS dari pekerja-pekerja

illegal dari perbatasan. Kedua, ingin membangun AS menjadi negara besar

3. Jadi dapat dikatakan bahwa Trump berhasil atau kuat dalam kebijakan

terkait ekonomi?

Jawab: Sebenarnya Trump tidak peduli apakah negara lain akan bermusuhan

dengan AS atau tidak. Permaslahannya adalah Trump menggunakan cara atau

Page 108: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxxii

pengalamannya mengelola perusahaan dijadikan untuk mengelola negara. Ini

managernya tidak bisa bekerja ganti, ini menterinya tidak bisa ganti. Trump

memang gemar mengganti menteri seenaknya.

Dalam konteks politik luar negeri, kebijakan AS mengarah pada American

First terbukti dengan pembuatan tembok perbatasan meksiko, perang dagang

dengan China untuk melindungi ekonomi domestik AS. Kemudian Make

America Great Again yaitu masuk pada kebijakan terhadap Afghanistan,

Syuriah, kemudian bermusuhan dengan Korea Utara, diplomasi dengan Korea

Utara. Tapi saya tidak yakin jika Trump bersungguh-sungguh dalam

membangun perdamaian dengan Korea Utara. Karena itu sebenarnya hanya

permainan diplomasi AS, jiwa Trump bukan ke arah sana. Ia hanya ingin

menunjukkan kepada public AS jika ia telah melakukan diplomasi dengan

Korea Utara dalam rangka melaksanakan perdamaian. Politik Luar Negeri

merupakan salah satu indicator penting karena AS merupakan negara super

power. Jika politik luar negerinya kurang bagus, maka akan menjadi

pertimbangan jika mencalonkan kembali periode depan.

4. Jika dibandingkan dengan kebijakan kontra-terorisme periode Obama

di Afghanistan, manakah yang lebih efektif?

Jawab: Dapat saya katakan lebih efektif Obama karena ia berhasil membunuh

Osama bin Laden. Kunci pergerakan Al Qaeda berada pada Osama, jika

Page 109: FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49294...Donald Trump (2017-2018). Pada periode pemerintahan Barack Obama yang kedua (2013-2016),

xxxiii

Osama telah tiada Al Qaeda semakin melemah. Kalau Trump berhasil

mengalahkan ISIS di Syuriah. Akan tetapi secara keseluruhan lebih berhasil

Obama. Taliban semakin kuat sekarang, itu menandakan bahwa Trump

lengah.

5. Faktor apa yang menjadikan Taliban semakin kuat?

Jawab: Karena sebelumnya Taliban kurang diperhatikan oleh Amerika Serikat

sehingga dapat mengkonsolidasikan kekuatan dan mengancam pemerintah

yang berkuasa. Seharusnya pasukan ditambah lagi, mau tidak mau supaya

tidak kehilangan pengaruh di sana. Akan tetapi untuk menambah pasukan

dibutuhkan cost yang banyak.