Upload
tranque
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI
PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM
PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA
OLEH
YESIDIAN WAHYUNI
802011130
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Yesidian Wahyuni
Nim : 802011130
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal
bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya berjudul:
FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI
PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM
PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan
mengalihmediakan/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada tanggal : 10 Februari 2015
Yang menyatakan,
Yesidian Wahyuni
Mengetahui,
Pembimbing
Ratriana Y.E. Kusumiati, M.Si., Psi.
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yesidian Wahyuni
Nim : 802011130
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI
PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM
PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA
Yang dibimbing oleh :
1. Ratriana Y.E. Kusumiati, M.Si., Psi.
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian
kalimat atau gambar serta symbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa
memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 10 Februari 2015
Yang memberi pernyataan
Yesidian Wahyuni
LEMBAR PENGESAHAN
FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI
PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM
PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA
Oleh
Yesidian Wahyuni
802011130
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal
Oleh :
Pembimbing
Ratriana Y.E. Kusumiati, M.Si., Psi.
Diketahui oleh,
Kaprogdi
Dr. Ch. Hari Soetjiningsih. M.S.
Disahkan oleh,
Dekan
Prof. Ferdy Samuel Rondonuwu, Ph.D.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
FAKTOR KEPRIBADIAN MODEL “BIG FIVE PERSONALITY” SEBAGAI
PREDIKTOR KREATIVITAS VERBAL SISWA KELAS X PROGRAM
PENGAYAAN DAN AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 SALATIGA
Yesidian Wahyuni
Ratriana Y.E. Kusumiati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara dimensi
kepribadian The Big Five Personality dengan kreativitas verbal dan dimensi
kepribadian mana saja yang dapat dijadikan sebagai predictor kreativitas verbal. Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X program pengayaan dan akselerasi SMA
Negeri 1 Salatiga yang berjumlah 10 kelas. Alat tes yang digunakan adalah adaptasi The
Big Five Inventory dan Tes Kreativitas Verbal.
Korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk melakukan analisis. Hasil
analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
extraversion (r = 0,150, p < 0,05) dengan kreativitas verbal siswa kelas X program
pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga. Dimensi extraversion memberikan
sumbangan pada variasi kreativitas verbal sebesar 2,2% dan 97,8% dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain. Sementara itu, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara
dimensi kepribadian oppeness to experience, conscientiousness, agreeableness dan
neuroticism dengan kreativitas verbal siswa kelas X program pengayaan dan akselerasi
SMA Negeri 1 Salatiga.
Kata kunci: Kreativitas verbal, kepribadian, The Big Five Personality, siswa
pengayakan, siswa akselerasi.
ii
Abstract
This study aims to examine whether there is a relationship between dimensions
of The Big Five Personality with verbal creativity and which personality dimensions can
be used as predictors of verbal creativity. Subjects in this study were students of class X
enrichment program and acceleration of SMA Negeri 1 Salatiga, amounting to 10 class.
Assay used is an adaptation of The Big Five Inventory and Verbal Creativity Test.
Pearson Product Moment Correlation is used to perform the analysis. The
analysis showed that there is a positive and significant relationship between
extraversion (r = 0.150, p <0.05) with verbal creativity class X enrichment program and
acceleration of SMA Negeri 1 Salatiga. The dimensions of extraversion contribute to
verbal creativity variation of 2.2% and 97.8% influenced by other factors. Meanwhile,
there was no significant association between personality dimensions oppeness to
experience, conscientiousness, agreeableness and neuroticism with verbal creativity
class X enrichment program and acceleration of SMA Negeri 1 Salatiga.
Keywords: verbal creativity, personality, The Big Five Personality, enrichment
students, acceleration students.
1
PENDAHULUAN
Setiap periode perkembangan manusia terdapat tugas-tugas perkembangan pada
setiap periode yang harus dipenuhi. Tugas perkembangan tersebut berupa kompetensi
baru, tantangan, dan peluang untuk pertumbuhan pribadi. Setiap periode memiliki tugas
perkembangan yang berbeda-beda dan menuntut individu untuk melewatinya agar
individu tersebut dapat berfungsi dengan baik. Dalam menghadapi tugas perkembangan,
setiap individu mempunyai cara masing-masing dalam memecahkan masalah yang
dialami (Bandura, 2006). Seorang anak remaja yang dalam perjalanan menuju
kedewasaan akan belajar tugas-tugas perkembangannya untuk mempersiapkan dirinya
masuk dalam periode perkembangan dewasa dan membentuk identitas dirinya sendiri.
Masa remaja adalah suatu proses, suatu periode mencapai pertumbuhan, sikap,
keyakinan dan metode yang diinginkan dalam masyarakat sebagai orang dewasa. Cara
seorang remaja mengembangkan dan melaksanakan keberhasilan pribadi mereka selama
masa transisi dapat menjadi kunci dalam menentukan hidup mereka selanjutnya.
Remaja harus mengelola transisi peran biologis, pendidikan, dan sosial yang besar
secara bersamaan (Bandura, 2006). Transisi ke sekolah tingkat menengah melibatkan
perubahan lingkungan utama yang dapat mempengaruhi perkembangan pribadi seorang
remaja.
Ketika seorang individu dalam fase remaja, kreativitas, pencarian identitas diri
dan kepribadian akan dibentuk oleh berbagai faktor. Kreativitas merupakan kemampuan
yang sangat penting untuk dimiliki manusia, karena dengan kreativitas seseorang dapat
meningkatkan adaptasi terhadap lingkungan dan keadaan, dan dapat memungkinkan kita
2
untuk mengubah lingkungan kita (Chavez, Jonathan & Cruz, 2012). Sedangkan menurut
George & Zhou (dalam Naylor, Kim, & Pettijohn, 2013), kreativitas merupakan
kemampuan individu untuk mencari solusi atas permasalahan yang ia hadapi.
Menurut Renzulli (1978) kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru, kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah atau sebagai kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Renzulli,
1978). Torrance (1993, 2004) menjelaskan bahwa kreativitas mengandung sensitifitas
terhadap problematika-problematika dan kesulitan dalam bidang apa pun, kemudian
menyusun sebagian pemikiran atau data teoritis yang digunakan untuk mengatasi
problematika tersebut, dan menguji kebenaran data-data itu, serta menyampaikan hasil-
hasil yang dicapai kepada orang lain.
Menurut Munandar (2009) biasanya anak yang kreatif memiliki rasa ingin tahu
yang besar, memiliki minat yang luas dan menyukai aktifitas yang kreatif. Anak dan
remaja kreatif biasanya cukup mandiri, memiliki rasa percaya diri, dan lebih berani
mengambil resiko dengan perhitungan daripada anak-anak pada umumnya. Anak kreatif
melakukan sesuatu yang amat berarti, penting, dan disukai, tanpa menghiraukan kritik
atau ejekan dari orang lain. Remaja kreatif tidak takut untuk membuat kesalahan dan
mengemukakan pendapat walaupun mungkin tidak disetujui orang lain. Remaja kreatif
adalah orang yang inovatif, berani untuk berbeda daripada orang lain, menonjol,
membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan
ketekunan membuat remaja kreatif tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan. Siswa
berbakat kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah
3
dari berbagai sudut pandang, serta memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide atau
konsep.
Kreativitas dapat membuat individu mewujudkan diri dalam menggapai sukses
yang diangan-angankan, dan mampu melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah. Selain itu, kreativitas juga dapat meningkatkan
kualitas hidup dengan menyertakan ide-ide baru, penemuan baru dan teknologi
(Munandar, 2009). Selain itu Munandar (2009) banyak memberikan penjelasan
mengenai pentingnya kreativitas, antara lain: 1) Dengan berkreasi, seseorang dapat
mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat
tertinggi dalam hidup manusia; 2) Dengan kreativitas, seseorang dapat melihat berbagai
kemungkinan penyelesaian masalah, dimana bentuk pemikiran ini masih kurang
mendapat perhatian dalam pendidikan formal; 3) bersibuk diri secara kreatif bukan
hanya memberikan manfaat bagi lingkungan namun juga memberikan kepuasan kepada
individu yang bersangkutan; 4) kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan
kualitashidupnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan betapa
pentingnya kreativitas untuk seseorang terlebih bagi siswa SMA yang dalam masa
transisi.
Salah satu bentuk kreativitas adalah kreativitas verbal. Menurut Thrustone
(dalam Munandar, 2009) verbal adalah pemahaman akan hubungan kata, kosa kata dan
penguasaan komunikasi. Orang yang memiliki kemampuan tersebut akan mampu
membuat pola-pola baru berdasarkan ide-ide yang terbentuk dalam kognitif mereka.
4
Aspek yang diungkap kreativitas verbal Munandar (2009) adalah (1) fluency
ditandai dengan mampu mencetuskan banyak ide, banyak cara menyelesaikan masalah
dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban; (2) flexibility, ketrampilan berpikir
fleksibel atau luwes ditandai dengan mampu memproduksi gagasan, jawaban dengan
berbagai variasi pendekatan bila menemukan masalah, dan mampu melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau
cara pemikiran; (3) originality, seseorang berpikir original bila mampu melahirkan ung-
kapan yang baru dan unik, mampu membuat kombinasi yang unik dan tidak lazim; (4)
elaboration, berarti mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan atau produk dan
mampu menambahkan atau memperinci detil suatu objek, gagasan, atau situasi sehingga
lebih menarik. Keempat aspek yang diungkap kreativitas verbal dapat mencerminkan
kreativitas yang dimiliki soseorang secara keseluruhan.
Penelitian yang dilakukan Sen dan Hagvet (1993) pada 300 siswa dan Prieto et
al. (2006) dengan melibatkan 285 anak, menunjukkan adanya korelasi antara kreativitas
dengan prestasi akademik. Hal tersebut juga didukung oleh Ai (1999); Harris (2004);
Esquivel dan Lo-pez (1988); McCabe (1991) bahwa aspek-aspek pada kreativitas
memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai akademik pada pelajaran tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kreativitas memiliki dampak bagi
peningkatan prestasi belajar siswa.
Sekolah menuntut siswanya memiliki prestasi belajar yang baik. Terlebih pada
sekolah-sekolah unggulan seperti SMA Negeri 1 Salatiga. Sekolah memiliki harapan
yang tinggi pada siswanya untuk mereka mendapatkan hasil belajar yang tinggi. SMA
Negeri 1 Salatiga memiliki kelas khusus, yaitu kelas pengayaan dan kelas akselerasi.
5
Siswa dalam kelas ini memiliki tuntutan hasil belajar yang lebih. Kelas pengayaan
diharapkan memiliki prestasi yang lebih baik daripada kelas reguler dan mereka
nantinya diharapkan akan dapat mewakili sekolah dalam olimpiade/perlombaan. Begitu
pun kelas akselerasi yang telah diseleksi dan dinilai memiliki kemampuan intelegensi
jauh diatas teman-teman yang lainnya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
kreativitas memberikan dampak bagi peningkatan prestasi siswa, sehingga siswa kelas
pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga membutuhkan kreativitas dalam
memenuhi tuntutan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan kelas reguler.
Penelitian yang dilakukan pada siswa di Malaysia menunjukkan bahwa motivasi
intrinsik, pemberdayaan psikologis, dan dukungan untuk inovasi merupakan faktor
penentu kreativitas siswa (Ayoufu, Afshari & Ghavifekr, 2012). Menurut Rogers (dalam
Furnham, 2008), kreativitas seseorang dapat dilihat dari atribut pribadinya, seperti
inteligensi atau kepribadian seseorang. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa faktor
yang memengaruhi kepribadian seseorang mencakup kemampuan kognitif/inteligensi,
faktor kepribadian, motivasi, pengetahuan, dan lingkungan sebagai sumber stimulasi
(Dodds, Smith, & Ward, 2002). Hal ini didukung pula dengan hasil penelitian Esfahani,
Ghafari, Emami, & Amin (2012), yang mengungkapkan bahwa kepribadian seseorang
mempengaruhi kreativitas yang ia miliki. Mahasiswa dengan dimensi kepribadian
extraversion, conscientiousness, dan emotional stability memiliki kreativitas lebih
tinggi dibanding dengan dimensi yang lain. Sedangkan penelitian dari Batey, Premuzic
dan Furnham (2010) dengan subjek mahasiswa di Inggris dan Amerika mengungkapkan
seseorang dengan dimensi openness to experience, egreeableness, dan
conscientiousness yang tinggi dapat dikatakan memiliki kreativitas yang tinggi pula.
6
Penelitian lainnya dari Sung & Choi (2009) dengan subjek penelitian siswa di Amerika
Utara mengungkapkan bahwa dimensi extraversion dan openness to experience dapat
menjadi prediktor dari kreativitas. Ada banyak teori tentang model kepribadian, salah
satunya ialah model kepribadian The Big Five Personality.
Salah satu bentuk karakteristik kepribadian (personality trait) adalah
kepribadian model The Big Five Personality. Dalam dimensi kepribadian model The Big
Five Personality dijelaskan bahwa kepribadian individu terdiri dari lima sifat dasar.
Kelima dimensi dasar tersebut digunakan untuk menggambarkan perbedaan dalam
perilaku kognitif, afektif, dan sosial seorang individu. Kelima dimensi dasar ini
cenderung stabil sepanjang rentang kehidupan (Pervin & John, 2005).
Apabila kita melihat ciri-ciri dari masing-masing dimensi kepribadian dan
dihubungkan dengan kreativitas verbal, maka kita dapat memprediksi dimensi-dimensi
kepribadian yang mana saja yang berkaitan dengan kreativitas verbal pada siswa SMA.
Extraversion mencerminkan kecenderungan individu untuk menjadi energik,
antusias dan ambisius (Raja & Johns, 2004). Individu dengan extraversion rendah
cenderung pendiam dan tenang (Costa & McCrae, 1992). Kreativitas verbal muncul
akibat dari perilaku proaktif seseorang, seperti aktif terlibat dalam tugas, atau mencoba
ide-ide yang berbeda. Untuk alasan ini, individu yang pasif akan menunggu seseorang
untuk menginspirasi dan merangsang mereka untuk menjadi kreatif. Seseorang dengan
extraversion tinggi dapat menyebabkan orang tersebut menjadi penasaran tentang
bahkan peristiwa rutin dan kemudian bereksperimen. Extraversion cenderung mencari
7
cara-cara baru melakukan tugas dan menghadapi masalah, bukan menghindari masalah,
hal ini memungkinkan untuk meningkatkan kreativitasnya.
Agreeableness mengacu pada individu yang sopan, percaya, ramah, berempati,
fleksibel, dan sikap kooperatif (Goldberg, 1990). Orang yang mendapat skor tinggi pada
agreeableness cenderung baik hati, perhatian, dan toleran. Sebaliknya, orang yang
kurang agreeableness cenderung manipulatif, egois, dan curiga (Digman, 1990). Orang
dengan agreeableness tinggi cenderung peduli perasaan orang lain dan menghindari
untuk bertentangan dengan orang lain. Oleh karena itu, mereka cenderung untuk terlibat
dalam kerja tim, berperilaku melayani dengan tujuan menjaga hubungan yang ada.
Mengingat keinginan mereka yang kuat untuk keharmonisan interpersonal, orang
dengan agreeableness tinggi mungkin mengalami kesulitan dalam menghasilkan dan
mengekspresikan ide-ide yang berbeda dari orang lain atau dari yang ada.
Conscientiousness mengacu pada sejauh mana individu memiliki tujuan,
ketelitian, tekun, hati-hati, tegas, tepat waktu, dan sikap yang tradisional (Goldberg,
1990). Individu dengan conscientiousness tinggi mungkin kurang termotivasi untuk
mencari masalah atau kesempatan baru karena mereka cenderung mengunakan cara-
cara yang telah ada (tradisional) dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Selain itu, orang yang teliti mungkin sebagian besar berorientasi melaksanakan tugas
yang diberikan dengan cara yang efisien dan terorganisir daripada mengerjakannya
dengan ide-ide baru. Individu dengan conscientiousness tinggi cenderung untuk
menghindari pengambilan risiko karena ini dapat menyebabkan ketidakpastian dan
penundaan tak terduga dalam pekerjaan mereka (Raja & Johns, 2004).
8
Neuroticism adalah ukuran ketenangan individu dan keamanan. Orang yang
mendapat skor rendah pada neuroticism ditandai sebagai percaya diri dan santai,
sementara mereka dengan neuroticism yang tinggi cenderung cemas, depresi, gelisah,
dan takut (Goldberg, 1990). Individu dengan skor neuroticism yang tinggi akan
menghabiskan energinya untuk menjadi cemas, depresi dan gelisah, sehingga ia
cenderung memiliki sedikit energi untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Selain itu,
mereka cenderung menghindari situasi menakutkan dan kegagalan, dan mereka kurang
percaya diri yang dibutuhkan untuk pengambilan risiko sosial dan tugas yang
berhubungan dalam upaya-upaya kreatif (Raja & Johns, 2004). Individu dengan
neuroticism yang rendah, sebaliknya, santai dan memiliki pandangan positif tentang
tugas-tugas mereka dan orang lain. Kreativitas membutuhkan kemampuan untuk
mengintegrasikan informasi secara efisien dan mencari cara berpikir baru yang dapat
dimunculkan dengan memiliki sikap tenang dan percaya diri. Oleh karena itu, individu
dengan dengan neuroticism yang rendah lebih bersedia dan siap untuk terlibat dalam
proses yang menuntut pemecahan masalah secara kreatif.
Di antara Big Five Factor, openness to experiences yang paling sering diselidiki
dan telah menerima dukungan empiris sebagai prediktor kreativitas (McCrae & Costa,
1992). Individu dengan openness to experiences yang tinggi merupakan individu yang
imajinatif, berwawasan luas, penasaran, dan non-tradisional. Kreativitas biasanya
dimulai dari ide-ide baru dan asing yang terlihat “salah” bagi orang lain. Individu
dengan openness to experiences yang tinggi, lebih fleksibel dalam menciptakan ide-ide
baru meskipun mungkin belum teruji atau terlihat aneh. Openness to experiences
memiliki kecenderungan yang kuat untuk mencari situasi yang baru yang
9
memungkinkan mereka untuk mendapatkan pengalaman dan perspektif baru (Goldberg,
1990). Mereka dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan, perspektif, dan ide-ide.
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis bermaksud melakukan studi lebih
lanjut untuk menganalisis hubungan antara dimensi-dimensi The Big Five Personality
dengan kreativitas verbal dan dimensi-dimensi kepribadian mana saja dari The Big Five
Personality yang dapat memprediksikan secara signifikan kreativitas verbal pada siswa
SMA dengan hipotesis sebagai berikut: (H1) Extraversion berhubungan positif dengan
kreativitas verbal, (H2) Agreeableness berhubungan negatif dengan kreativitas verbal,
(H3) Conscientiousness berhubungan negatif dengan kreativitas verbal, (H4)
Neuroticism berhubungan negatif dengan kreativitas verbal, dan (H5) Openness to
experiences berhubungan positif dengan kreativitas verbal.
METODE
Partisipan
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek maupun subjek yang
memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan melakukan penarikan kesimpulan (Soegiyono, 2009). Populasi target
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA
Negeri 1 Salatiga.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Soegiyono, 2009). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan
adalah siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga yang didapatkan
10
melalui teknik sampling jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel dengan mengambil
semua anggota populasi menjadi sampel penelitian (Soegiyono, 2009).
Pengukuran
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner. Variabel kepribadian diukur dengan menggunakan kuesioner yang sudah
diadaptasi dari The Big Five Inventory (Padmomartono dkk., 2010). Aitem dalam skala
ini berjumlah 44 aitem dengan menggunakan skala Likert 5 poin (sangat tidak setuju –
sangat setuju). Jenis data yang diperoleh ialah data interval. Varibel kreativitas verbal
diukur dengan menggunakan Tes Kreativitas Verbal yang dikembangkan di Indonesia
oleh Utami Munandar.
Uji validitas dilakukan pada 190 subjek dengan menghitung korelasi antara item
pada setiap faktor kepribadian dengan jumlah total dalam masing-masing faktor
kepribadian. Hasil perhitungan menyatakan bahwa validitas kuesioner The Big Five
Inventory bergerak dari 0,273–0,646 dan terdapat 2 item yang tidak memenuhi
persyaratan lebih besar dari 0,25. Item tersebut ialah item nomor 27 dan 35. Sehingga
item tersisa berjumlah 42 item yang memiliki validitas lebih besar dari 0,25. Hal ini
sesuai dengan penjelasan Azwar (2003) yang mengatakan alat tes dianggap valid jika
validitas butir sama atau lebih besar dari 0,25. Sementara itu uji reliabiltas terhadap
variabel yang digunakan dalam penelitian ini memberikan nilai Cronbach Alpha
extraversion sebesar 0.752, agreeableness sebesar 0.717, conscentiousness sebesar
0.746, neuroticism sebesar 0.775, dan openess to experience sebesar 0.802, yang lebih
besar dari 0,6 sehingga kuesioner dapat dinyatakan reliabel (Azwar, 2003).
11
Tes kreativitas verbal telah diuji secara ekstensif oleh Munandar pada tahun
1977 dengan siswa SD dan siswa SMP di Jakarta dan telah dinyatakan valid dan
reliabel. Atas dasar hal ini peneliti tidak perlu melakukan tes uji coba lagi, meskipun
peneliti telah menetapkan skor originalitas dan skor fleksibilitas berdasarkan respon
subyek sesuai dengan kriteria penilaian tes kreativitas verbal.
Desain Penelitian
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner adaptasi The Big Five Inventory untuk mengukur variabel
kepribadian, serta Tes Kreativitas Verbal untuk mengukur variabel kreativitas.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke semua kelas X
Pengayaan dan Akselerasi. Kelas X Pengayaan dan Akselerasi yang menjadi tempat
peneliti dalam menyebarkan kuesioner adalah kelas Akselerasi, kelas MIA 1-6, kelas
IIS 1-2 dan kelas IBB 1. Sebelum kuesioner disebarkan, peneliti memberikan surat
permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada kepala sekolah SMA Negeri 1
Salatiga. Setelah mendapat ijin, peneliti menemui guru BK dan mengatur jadwal masuk
ke kelas guna memberikan kuesioner kepada subjek. Total data yang diperoleh ialah
sejumlah 190.
12
HASIL
Tabel 1
Statistik Deskriptif The Big Five Inventory
Faktor Butir Mean SD Skor
rentang Min Max
Openness 9 33.16 4.751 33 11 44
Conscientiousness 9 29.43 4.573 30 14 44
Extraversion 8 28.30 4.695 24 16 40
Agreeableness 8 30.97 4.138 26 14 40
Neuroticism 8 22.21 5.187 26 11 37
Berdasarkan Tabel di atas perolehan rerata hasil pengisian The Big Five
Inventory siswa sesuai urutan rerata skor tertinggi sampai dengan yang terendah
sebagai berikut: 1) Openness to experience rerata 33,16. 2) Agreeableness rerata 30,97
3) Consciousness rerata 29,43. 4) Extraversion rerata 28,30. 5) Neuriticism rerata
22,21. Dengan demikian, sebagai keseluruhan, openness to experience menduduki
rerata skor faktor kepribadian siswa yang tertinggi dan faktor Neuroticism pada rerata
skor faktor kepribadian siswa yang terendah.
Sebelum melakukan analisis korelasi, peneliti melakukan uji normalitas untuk
membandingkan persebaran data dengan kurva distribusi normal. Apablila signifikansi
lebih besar dari 0,05 atau 5% maka data dapat dikatakan memiliki distribusi yang
normal (Priyatno, 2008). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov pada SPSS 16.0 for windows. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas
O C E A N KV
Kolmogorov-Smirnov Z .705 .912 .788 1.334 .850 .930
Asymp. Sig. (2-tailed) .703 .377 .564 .057 .466 .353
a. Test distribution is Normal.
13
Sebaran data pada variabel dimensi kepribadian memiliki nilai signifikansi
dengan probabilitas (p) sebesar 0,057 - 0,703 atau memiliki probabilitas diatas 0,05 (p >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel dimensi kepribadian
bersifat normal. Sebaran data pada variabel kreativitas verbal memiliki nilai signifikansi
dengan probabilitas sebesar 0,353 atau memiliki probabilitas diatas 0,05 (p > 0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel kreativitas verbal bersifat normal.
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa data penelitian
bersifat normal sehingga analisis korelasi dapat dilanjutkan.
Peneliti membedakan kategori dari masing-masing dimensi kepribadian dengan
menggunakan rumus rentangan berdasarkan standar deviasi dan mean empiris dilihat
dari kurva normal (Azwar, 2008). Kategorisasi yang dilakukan oleh peneliti terbagi ke
dalam 5 kategori, yaitu kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
Berdasarkan rumus pengkategorian skor dari Azwar (2008), peneliti kemudian
mengkategorikan variabel penyesuaian diri dan kelima dimensi dalam The Big Five
Personality ke dalam lima kategori. Pengkategorian skor variabel kepribadian dan
kreativitas beserta frekuensi dan persentasenya akan dicantumkan dalam tabel-tabel
dibawah ini:
Tabel 3
Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Openness to Experience
Kategori Interval Frekuensi %
Tinggi 37,8 ≤ x ≤ 45 34 17.9
Agak Tinggi 30,6 ≤ x < 37,8 104 54.7
Cukup 23,4 ≤ x < 30,6 49 25.8
Agak rendah 16,2 ≤ x < 23,4 2 1.1
Rendah 9 ≤ x < 16,2 1 0.5 Total 190
14
Pada dimensi kepribadian Openness to Experience¸ subjek penelitian sebanyak
54,7% berada pada kategori agak tinggi. Kemudian diikuti dengan 25,8% berada pada
kategori cukup dan 17,9% pada kategori tinggi. Berarti sebagian besar siswa kelas X
pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga (187 siswa/98,4%) berada pada
kategori cukup sampai dengan tinggi pada faktor Openness to Experience, artinya siswa
memiliki wawasan dan sikap yang cukup terbuka dan bersedia menyesuaikan diri pada ga-
gasan atau situasi baru, cenderung menjadi “original”, banyak ketertarikan, punya dorong-
an dan berani ambil resiko.
Tabel 4
Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Conscientiousness
Kategori Interval Frekuensi %
Tinggi 37,8 ≤ x ≤ 45 8 4.2
Agak Tinggi 30,6 ≤ x < 37,8 66 34.7
Cukup 23,4 ≤ x < 30,6 103 54.2
Agak rendah 16,2 ≤ x < 23,4 12 6.3
Rendah 9 ≤ x < 16,2 1 0.5 Total 190
Pada dimensi kepribadian conscientiousness¸ subjek penelitian sebanyak 54,2%
berada pada kategori cukup. Selanjutnya ada sebesar 34,7% berkategori agak tinggi.
Berarti sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga
(169 siswa/ 88,9%) berada pada kategori cukup sampai dengan agak tinggi pada faktor
conscientiousness, artinya siswa cenderung mengendalikan lingkungan sosial, berpikir
sebelum bertindak, cakap kendalikan dorongan nafsu, ikuti aturan/norma, terencana, ter-
organisir dan memprioritaskan tugas, hati-hati, cermat dan tekun, dapat dipercaya dan
berkehendak kuat akan prestasi.
15
Tabel 5
Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Extraversion
Kategori Interval Frekuensi %
Tinggi 33,6 ≤ x ≤ 40 26 13.7
Agak Tinggi 27,2 ≤ x < 33,6 82 43.2
Cukup 20,8 ≤ x < 27,2 71 37.4
Agak rendah 14,4 ≤ x < 20,8 11 5.8
Rendah 8 ≤ x < 14,4 0 0.0 Total 190
Pada dimensi kepribadian extraversion¸ subjek penelitian sebanyak 43,2%
berada pada kategori agak tinggi. Selanjutnya ada sebesar 37,4% berkategori cukup.
Berarti sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga
(153 siswa/ 80,6%) berada pada kategori cukup sampai dengan agak tinggi pada faktor
extraversion, artinya siswa cenderung memegang kendali, akrab dan intim dalam
bergaul, cenderung cerewet dan mengalami “good mood”.
Tabel 6
Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Agreeableness
Kategori Interval Frekuensi %
Tinggi 33,6 ≤ x ≤ 40 49 25.8
Agak Tinggi 27,2 ≤ x < 33,6 110 57.9
Cukup 20,8 ≤ x < 27,2 27 14.2
Agak rendah 14,4 ≤ x < 20,8 3 1.6
Rendah 8 ≤ x < 14,4 1 0.5 Total 190
Pada dimensi kepribadian agreeableness¸ subjek penelitian sebanyak 57,9%
berada pada kategori agak tinggi. Selanjutnya ada sebesar 25,8% berkategori tinggi.
Berarti sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga
(159 siswa/ 83,7%) berada pada kategori agak tinggi sampai dengan tinggi pada faktor
agreeableness, artinya siswa cenderung berdaya adaptasi sosial, simpatik, ramah, suka
16
mengalah, menghindari konflik, lebih cenderung mengikuti orang lain dan mudah akrab
dengan orang lain.
Tabel 7
Kategorisasi Skor Dimensi Kepribadian Neuroticism
Kategori Interval Frekuensi %
Tinggi 33,6 ≤ x ≤ 40 3 1.6
Agak Tinggi 27,2 ≤ x < 33,6 28 14.7
Cukup 20,8 ≤ x < 27,2 86 45.3
Agak rendah 14,4 ≤ x < 20,8 57 30.0
Rendah 8 ≤ x < 14,4 16 8.4 Total 190
Pada dimensi kepribadian neuroticism¸ subjek penelitian sebanyak 45,3% berada
pada kategori cukup. Selanjutnya ada sebesar 30% berkategori agak rendah. Berarti
sebagian besar siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga (143
siswa/ 75,3%) berada pada kategori agak rendah sampai dengan cukup pada faktor
neuroticism, artinya siswa cenderung jarang mengalami emosi negatif dan “bad mood”,
lebih optimistik, lebih bergembira dan puas pada hidupnya.
Kepribadian subjek penelitian apabila dilihat dari masing-masing dimensi The
Big Five Personaliy mengungkapkan bahwa kebanyakan subjek penelitian memiliki
tingkat openness to experience yang agak tinggi (54,7%), tingkat conscientiousness
yang cukup (54,2%), tingkat extraversion yang agak tinggi (43,2%), tingkat
agreeableness yang agak tinggi (57,9%), serta tingkat neuroticism yang cukup (45,3%).
Sedangkan subjek penelitian dengan jumlah paling sedikit berada dalam kategorisasi
ekstrim yaitu 0,5% openness to experience, 0,5% conscientiousness, 5,8% extraversion,
0,5% agreeableness, serta 1,6% neuroticism
17
Kategorisasi skor kreativitas verbal akan dijabarkan secara lebih terperinci pada
tabel 8 di bawah ini:
Tabel 8
Kategorisasi Skor Kreativitas Verbal
Kategori Interval Frekuensi %
Sangat Tinggi x ≥131 21 11.1
Tinggi 121 ≤ x < 131 43 22.6
Agak Tinggi 111 ≤ x < 121 48 25.3
Cukup 100 ≤ x < 111 45 23.7
Agak Rendah 90 ≤ x < 100 18 9.5
Rendah 80 ≤ x < 90 5 2.6
Sangat Rendah x ≤ 79 10 5.3
Total 190
Dari kategorisasi skor kreativitas verbal yang dilakukan peneliti, persentase
paling besar ditemukan pada kategori skor agak tinggi, yang berarti bahwa sebanyak
25,3% subjek penelitian berada pada kategori agak tinggi. Sedangkan persentase paling
kecil ditemukan pada kategori skor sangat tinggi, yang berarti bahwa sebanyak 0,5%
subjek penelitian berada pada kategori sangat tinggi. Tingkat kreativitas verbal subjek
tergolong tinggi yaitu sejumlah 61,1% subjek berada dalam kategori cukup sampai
dengan kategori tinggi.
Analisis korelasi digunakan karena peneliti ingin mengetahui hubungan masing-
masing dimensi kepribadian The Big Five Personality terhadap kreativitas verbal. Hasil
analisis korelasi parsial dijabarkan dalam tabel 9:
18
Tabel 9
Korelasi Kreativitas Verbal dengan Big Five Personality
Big Five Personality Kreativitas Verbal
r Sig.
Openness .097 .182
Conscientiousness .085 .242
Extraversion .150* .039
Agreeableness .048 .514
Neuroticism .042 .569
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil analisis korelasi yang dilakukan peneliti, didapatkan hasil
bahwa dimensi kepribadian yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan
kreativitas verbal ialah dimensi extraversion. Dimensi kepribadian lainnya yakni
dimensi openness to experience, conscientiousness, agreeableness, dan neuroticism
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kreativitas verbal siswa kelas X
pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga karena memiliki probabilitas di atas
0,05.
Dimensi extraversion memiliki koefisien korelasi sebesar 0,150 dan signifikansi
sebesar 0,039 (p < 0,05) dengan kreativitas verbal, yang berarti bahwa dimensi
extraversion memiliki hubungan yang signifikan searah dengan kreativitas verbal.
Hubungan yang searah berarti semakin tinggi tingkat extraversion yang dimiliki oleh
siswa, maka kreativitas verbal juga akan semakin tinggi.
Dimensi openness to experience (r = 0,097, p > 0,05), conscientiousness (r =
0,085, p > 0,05), agreeableness (r = 0,048, p > 0,05), dan neuroticism (r = 0,042, p >
0,05) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kreativitas verbal siswa. Hal ini
berarti bahwa dimensi kepribadian openness to experience, conscientiousness,
19
agreeableness, dan neuroticism tidak dapat mempengaruhi kreativitas verbal siswa
SMA. Dari nilai koefisien determinasi (r2=0,022), dapat disimpulkan bahwa 2,2%
kreativitas verbal dipengaruhi oleh dimensi kepribadian extraversion dan 97,8%
ditentukan oleh faktor-faktor lain.
PEMBAHASAN
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dimensi kepribadian extraversion
dengan kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA N 1 Salatiga.
Sedangkan dimensi kepribadian openness to experience, conscientiousness,
agreeableness dan neuroticism tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA N 1 Salatiga.
Mayoritas subjek penelitian (43,2%) memiliki skor dalam kategori agak tinggi
pada dimensi kepribadian extraversion. Dari hasil analisis korelasi didapatkan bahwa
hubungan antara dimensi kepribadian extraversion dengan kreativitas verbal sangat
lemah (r = 0,150).
Hubungan antara dimensi extraversion dengan kreativitas verbal siswa sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Esfahani, dkk. (2012), penelitian ini
mengungkapkan bahwa mahasiswa dengan dimensi kepribadian extraversion memiliki
kreativitas lebih tinggi dibanding dengan dimensi yang lain. Dimensi extraversion
memiliki hubungan yang positif dengan kreativitas verbal siswa dan dapat dijadikan
sebagai predictor kreativitas verbal siswa. Temuan ini sejalam dengan temuan penelitian
sebelumnya oleh Sung & Choi (2009). Hal ini dapat dijelaskan karena individu dengan
extraversion yang tinggi memiliki banyak energi dan cenderung antusias, aktif mencari
20
penyelesai masalah, yang mampu mendorong individu berpikir kreatif (Costa &
McCrae, 1992; Zhao & Seibert, 2006).
Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil bahwa
2,2% kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga
diprediksi oleh dimensi kepribadian extraversion. Sedangkan sisanya sebesar 97,8%
kreativitas verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga
diprediksi oleh faktor lain. Memang faktor kepribadian pada extraversion tidak secara
mutlak memprediksi kreativitas verbal hal ini dikarenakan kreativitas verbal tidak hanya
dipengaruhi oleh 1 faktor tunggal kepribadian melainkan banyak faktor yang
mempengaruhi kreativitas verbal tersebut.
Lebih lanjut, penelitian yang sudah dilakukan peneliti hanya menemukan 1
faktor kepribadian extraversion saja yang signifikan dalam memprediksi kreativitas
verbal siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga. Temuan ini
tidak sesuai dengan penelitian Sung & Choi (2009) yang mengemukakan bahwa
kreativitas diprediksi oleh 2 faktor kepribadian, yaitu openness to experience (r = 0,26,
p < 0,01) dan extraversion (r = 0,30, p < 0,01). Esfahani, dkk. (2012) juga
mengemukakan temuan yang berbeda dari peneliti. Esfahani, dkk. mengungkapkan
antara lima dimensi kepribadian, tiga dimensi memiliki pengaruh terhadap kreativitas
yaitu, extraversion, conscientiousness, dan emotional stability (neuroticism rendah).
Ketiga dimensi menjelaskan 43% dari variasi kreativitas.
Faktor kepribadian agreeableness tidak terbukti memiliki hubungan yang positif
dan signifikan terhadap kreativitas verbal siswa. Mengingat bahwa individu dengan
agreeableness peduli orang lain dan cenderung lebih suka setuju dengan pendapat orang
21
lain untuk menjaga perdamaian, kinerja kreatif mereka akan lebih menurun saat mereka
khawatir tentang upah, kompensasi, atau evaluasi orang lain tentang kinerja mereka
(Sung & Choi, 2012). Sikap yang mereka miliki tidak mendorong mereka untuk
mengembangkan kreativitas yang mereka miliki. Kreativitas berkembang saat individu
tidak ragu untuk mengungkapkan pendapat mereka walaupun bertentangan dengan
pendapat orang lain, sedangkan individu dengan agreeableness cenderung untuk setuju
dengan pendapat orang lain. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan siswa memiliki
neuroticism yang cukup, hal ini menunjukkan siswa cukup sering merasakan cemas,
depresi, gelisah, dan takut. Seperti individu dengan agreeableness yang tinggi, individu
dengan skor neuroticism yang tinggi akan cenderung menghindari situasi menakutkan
dan kegagalan, dan mereka kurang percaya diri yang dibutuhkan untuk pengambilan
risiko sosial dan tugas yang berhubungan dalam upaya-upaya kreatif (Raja & Johns,
2004).
Individu dengan faktor conscientiousness yang tinggi cenderung tujuan,
ketelitian, tekun, hati-hati, tegas, tepat waktu, dan sikap yang tradisional (Goldberg,
1990). Mereka lebih menyuka kepastian sehingga lebih memilih untuk menghindari
perubahan. Kreativitas dapat berkembang dalam situasi yang baru dan dinamis,
sedangkan individu dengan conscientiousness yang tinggi cenderung lebih memilih
rutinitas.
Dengan didasarkan penelitian yang sudah dilakukan, faktor kepribadian
openness to experience yang mengukur intelektualitas, imajinatif, rasa ingin tahu dan
wawasan pada siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga
berhubungan positif tapi tidak signifikan dengan prestasi akademik. Hal ini berbeda
22
dengan penelitian sebelumnya (Batey, dkk., 2010; Sung & Choi, 2012) yang
mengatakan ada hubungan yang positif tapi cukup kuat. Sung & Choi (2012)
mengatakan seseorang yang imajinatif, terbuka akan pengalaman baru dan berwawasan
luas meningkatkan kreativitas individu tersebut.
Penelitian-penelitian terdahulu yang sudah dilakukan memberikan hasil yang
berbeda dengan peneliti. Hal ini dikarenakan terjadi perbedaan karakteristik populasi
dan banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian Sung & Choi
(2009), menggunakan sampel yang besar (n = 430), dan subjek penelitiannya ialah
mahasiswa dari sekolah bisnis Amerika Utara sehingga mempunyai hasil penelitian
yang berbeda dengan peneliti yang hanya menggunakan sampel sebanyak 190 siswa,
dan mengambil siswa kelas X program pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1
Salatiga yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan subjek penelitian Sung &
Choi (2009).
Lebih lanjut, pada instrumen penelitian yang digunakan oleh Sung & Choi
(2009) pun berbeda dengan peneliti. Pada Sung & Choi menggunakan item skala yang
dikembangkan dari teori Goldberg dengan aitem yang berjumlah 22 dengan skala antara
1-7, sedangkan peneliti menggunakan Inventori BFI milik Oliver (1991) dengan item
yang berjumlah 44 dengan skala antara 1-5. Dengan Inventori kepribadian yang berbeda
akan memberikan hasil penelitian yang berbeda pula.
Kreativitas verbal subjek dalam penelitian ini tergolong tinggi yaitu sebesar
61,1% yang tersebar dari kategori cukup sampai dengan kategori tinggi. Selain itu,
setiap dimensi kepribadian pada subjek penelitian juga tergolong memiliki skor yang
cukup tinggi dan berada di kategori skor cukup sampai dengan agak tinggi. Berdasarkan
23
seluruh hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dimensi kepribadian yang
memiliki hubungan dengan kreativitas verbal siswa ialah dimensi kepribadian
extraversion. Semakin tinggi skor individu pada dimensi kepribadian extraversion maka
semakin tinggi pula skor kreativitas verbal.
Dimensi kepribadian The Big Five Personality bukan satu-satunya variabel yang
dapat mempengaruhi kreativitas verbal siswa. Terdapat pula variabel lain yang dapat
mempengaruhi kreativitas verbal siswa, yaitu lingkungan, tantangan, dukungan orang
tua dan guru, ketersediaan fasilitas yang mendorong munculnya kreativitas, pola asuh,
serta motivasi untuk berprestasi (Munandar, 2009). Hurlock (1997) menyatakan bahwa
ada banyak faktor yang bisa berpengaruh terhadap kreativitas seperti: jenis kelamin,
besarnya keluarga, status sosial ekonomi, lingkungan kota versus lingkungan pedesaan,
urutan kelahiran dan inteligensi. Hurlock (1997) juga menyatakan bahwa anak dari
lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan. Anak-anak di
pedesaan lebih umum dididik secara otoriter dan lingkungan pedesaan kurang
merangsang kreativitas dibandingkanlingkungan kota dan sekitarnya.
KESIMPULAN dan SARAN
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, data ini dikumpulkan
dari siswa kelas X pengayaan dan akselerasi SMA Negeri 1 Salatiga, oleh karena itu,
tidak mungkin digeneralisasikan untuk populasi lainnya. Bagi penelitian selanjutnya
dapat memperluas cakupan populasi agar jumlah subjek penelitian semakin banyak dan
meningkatkan kemampuan generalisasi hasil penelitian. Kedua, faktor-faktor lain yang
tidak dikontrol oleh peneliti, seperti lingkungan, pola asuh, inteligensi, jenis kelamin,
yang mungkin memiliki pengaruh terhadap kreativitas. Oleh karena itu untuk penelitian
24
selanjutnya perlu menambahkan faktor-faktor tersebut sebagai variabel atau dapat
menggunakan mix-methods research untuk meneliti variabel lain yang mungkin
memiliki hubungan dengan kreativitas verbal siswa.
Saran yang dapat peneliti berikan yaitu bagi siswa agar meningkatkan kreativitas
verbalnya dengan mambaca, menulis dan bersosialisasi dengan orang lain baik dalam
kegiatan akademis maupun non-akademis. Bagi pihak sekolah agar mengembangkan
program-program pendidikan yang merangsang kreativitas siswa, kemampuan
berkomunikasi, budaya membaca dan menulis.
25
DAFTAR PUSTAKA
Ai, X. (1999). Creativity and academic achievement: An in-vestigation of gender
differences. Creativity Research Journal, 12 (4), 329.
Ayoufu, W., Afshari, M., & Ghavifekr, S. (2012). Factors Contributing Students’
Creativity. 2nd International Conference on Management.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas (Edisi 3). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________ (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. 2006. Adolescent development from an agentic perspective. Self-efficacy
Beliefs of Adolescents. Vol. 5, 1–43: Chapter 1. Greenwich, CT: IAP –
Information Age Publishing.
Batey, M., Premuzic, T.C., & Furnham, A. (2010). Individual Differences in Ideational
Behavior: Can the Big Five and Psychometric Intelligence Predict Creativity
Scores?. Creativity Research Journal, 22(1), 90–97.
Chávez, R. A., Jonathan, A. & Cruz, C. (2012). The Multiple Relations Between
Creativity and Personality. Creativity Research Journal, Volume 24, Issue 1,
page 76-82).
Costa, P. T., Jr.& McCrae, R. R. (1992). Revised NEO Personality Inventory (NEO PI-
R) and NEO Five-Factor Inventory (NEO-FFI) professional manual. Odessa,
FL: Psychological Assessment Resources.
________ (2003). Personality in Adulthood: A Five-Factor Theory Perspective (2nd
Ed.). London: The Guilford Press.
Digman, J. M. (1990). Personality structure: Emergence of the five-factor model.
Annual Review of Psychology, Volume 41, page 417-440).
Dodds, R. A., Smith, S. M.& Ward, T. B. (2002). The use of environmental clues
during incubation. Creativity Research Journal, Volume 14, page 287–304).
Esfahani, A.N., Ghafari, M., Emami, A.R. & Amin, T.B. (2012). Studying Impacts of
Personality Traits on Creativity (Case Study: University of Isfahan’s Students).
Journal of Basic and Applied Scientific Research, Volume 2(4), page 3457-
3460.
Esquivel, G. B., & Lopez, E. (1988). Correlations among measures of cognitive ability,
creativity, and academic achievement for gifted minority children. Perceptual
and Motor Skills, 67 (2), 395-398.
26
Furnham, A. (2008). Personality and intelligence as predictors of creativity. Elsevier,
Volume 45, Issue 7, pages 613–617.
Goldberg, L. R. (1990). An alternative description of personality: The Big Five factor
structure. Journal of Personality and Social Psychology, Volume 59, page 1216-
1229.
Harris, J. A. (2004). Measured intelligence, achievement, openness to experience, and
creativity. Personality and Individual Differences, 36 (4), 913-929.
Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan. Jilid II Edisi ke 6. Penerjemah:
Tjandrasa, M. M. Jakarta : Erlangga.
John, O. & Srivastava, S. (1999). The Big Five Trait Taxonomy: History, Measurement,
and Theoretical Perspectives. University of California, Berkeley, Institute of
Personality and Social Research.
McCabe, M. P. (1991). Influence of creativity and intelligence on academic
performance. Journal of Creative Behavior, 25, 116-122.
Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
________ (2000). Kreativitas Anak dan Strategi Pengembanganya. Anima. Indonesian
Psychological Journal. 15: 390-394.
________ (1997). Mengembangkan Inisiatif dan Kreativitas Anak. Psikologika. 2: 31-
41.
Naylor, P.D., Kim, J. &Pettijohn, T. F. (2013). The role of mood and Personality type
on creativity. Psi Chi Journal of Psychological Research, Volume 18(4), page
148-156.
Padmomartono, S., Widrawanto, Y., Danny, Y., Nur, Nanda. & Yuliana, D. (2010).
Telaah The Five Factor Model of Personality. Salatiga: Widya Sari Press.
Pervin, L.A., & John, O.P. (2005). Personality; Theory and research. 8ed. New York:
Guilford Press.
Prieto, M. D., Parra, J., Ferrándo, M., Ferrándiz, C., Ber-mejo, M. R., & Sánchez, C.
(2006). Creative abilities in early childhood. Journal of Early Childhood
Research, 4 (3), 277-290.
Priyatno, D. (2008). Mandiri Belajar SPSS. MediaKom : Yogyakarta.
Raja, U. & Johns, G. (2004). The impact of personality on psychological contracts.
Academy of Management Journal, Volume 47, page 350-367.
27
Renzulli, J. S. (1978). What makes giftedness: Re examining a definition. Phi Delta
Kappan, 60 (3), 180-184.
Sen, A. K., & Hagtvet, K. A. (1993). Correlations among creativity, intelligence,
personality, and academic achievement. Perceptual & Motor Skills, 77, 497-498.
Soegiyono (2009). Penelitian kuantitatif, kualitatif dan HRD. Bandung: CV. Alfabeta.
Sung, S. Y., & Choi, J. N. (2009). Do Big Five Personality Factors Affect Individual
Ccreativity? The Moderating Role of Extrinsic Motivation. Social Behavior and
Personality, 37(7), 941-956.
Torrance, E. P. (1993). Understanding creativity: Where to start?. Psychological
Inquiry, 4 (3), 232-234.
________ (2004). Great expectations: Creative achieve-ments of the sociometric stars in
a 30 year study. The Journal of Secondary Gifted Education. 16 (1), 5-13.
Zhao, H., & Seibert, S. E. (2006). The Big Five personality dimensions and
entrepreneurial status: A meta-analytical review. Journal of Applied Psychology,
91, 259-271.