9
 Faktor Resiko Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Pada Anak Posted on Januari 27, 20 12 Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.  Terdapat tiga pe nyebab keterlamba tan bicara terbanyak diantaran ya ad alah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita dengan keterlambatan ini, kemampuan bicara saat masuk usia sekolah akan normal seperti anak lainnya. Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif. Ciri khas lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya. Faktor Internal

Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada

Embed Size (px)

Citation preview

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

Faktor Resiko Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Pada Anak 

Posted on Januari 27, 2012 

Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua

gangguan mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, ototatau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau

keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara,

retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif,

keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi

lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran

salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena

kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak,

pendengaran dan fungsi motorik lainnya.

Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya

gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri.

Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus

kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga

di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang

mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Bila

penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu

berat.

 Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah

retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi.

Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.

Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami

oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan

keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa.

Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas

(kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi

kemampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering dialami oleh laki-laki

dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini

merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada

umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2

tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita dengan keterlambatan ini,

kemampuan bicara saat masuk usia sekolah akan normal seperti anak lainnya.

Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan

pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya

mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif. Ciri khas lain

adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran,

gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.

Faktor Internal

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor persepsi, kognisi

dan prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab keterlambatan bicara pada

anak.

Persepsi 

Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut persepsi. Persepsi

berkembang dalam 4 aspek : pertumbuhan, termasuk perkembangan sel saraf dan

keseluruhan sistem; stimulasi, berupa masukan dari lingkungan meliputi seluruh

aspek sensori, kebiasaan, yang merupakan hasil dari skema yang sering

terbentuk. Kebiasaan, habituasi, menjadikan bayi mendapat stimulasi baru yang

kemudian akan tersimpan dan selanjutnya dikeluarkan dalam proses belajar

bahasa anak. Secara bertahap anak akan mempelajari stimulasi-stimulasi baru

mulai dari raba, rasa, penciuman kemudian penglihatan dan pendengaran.

Pada usia balita, kemampuan persepsi auditori mulai terbentuk pada usia 6 atau

12 bulan, dapat memprediksi ukuran kosa kata dan kerumitan pembentukan pada

usia 23 bulan.  Telinga sebagai organ sensori auditori berperan penting dalam

perkembangan bahasa. Beberapa studi menemukan gangguan pendengaran

karena otitis media pada anak akan mengganggu perkembangan bahasa.37

Sel saraf bayi baru lahir relatif belum terorganisir dan belum spesifik. Dalam

perkembangannya, anak mulai membangun peta auditori dari fonem, pemetaan

terbentuk saat fonem terdengar. Pengaruh bahasa ucapan berhubungan langsung

terhadap jumlah kata-kata yang didengar anak selama masa awal perkembangan

sampai akhir umur pra sekolah.

Kognisi 

Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam kelompok

umum maupun konsep yang lebih besar. Anak belajar mewakilkan, melambangkan

ide dan konsep. Kemampuan ini merupakan kemampuan kognisi dasar untuk

pemberolehan bahasa anak.

Beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara kognisi dan bahasa :

1. Bahasa berdasarkan dan ditentukan oleh pikiran (cognitive determinism)

2. 2. Kualitas pikiran ditentukan oleh bahasa (linguistic determinism)

3. Pada awalnya pikiran memproses bahasa tapi selanjutnya pikiran

dipengaruhi oleh bahasa.

4. Bahasa dan pikiran adalah faktor bebas tapi kemampuan yang berkaitan.

Sesuai dengan teori-teori tersebut maka kognisi bertanggung jawab pada

pemerolehan bahasa dan pengetahuan kognisi merupakan dasar pemahaman

kata.

Prematuritas

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

Weindrich menemukan adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan

prematuritas yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, seperti berat

badan lahir, Apgar score, lama perawatan di rumah sakit, bayi yang iritatif, dan

kondisi saat keluar rumah sakit.

Beitchman, Hood, & Inglis, 1990; Spitz et al., 1997; Tallal, Ross, & Curtiss, 1989; Tomblin, Smith, & Zhang, 1997, melaporkan bahwa gangguan bahasa sekitar 40%

dan 70% merupakan kecendrungan dalam suatu keluarga. Separuh keluarga yang

memiliki anak dengan gangguan bahasa, minimal satu dari anggota keluarganya

memiliki problem bahasa. Orang tua yang berpengaruh pada keturunan ini

mungkin bertanggung jawab terhadap faktor-faktor genetik. Mungkin sulit

mengetahui berapa banyak transmisi intergenerasi gangguan-gangguan bahasa

tersebut, disebabkan oleh kurangnya dukungan lingkungan terhadap bahasa.

Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan)

Riwayat keluarga

Demikian pula dengan anak dalam keluarga yang mempunyai riwayat

keterlambatan atau gangguan bahasa beresiko mengalami keterlambatan bahasa

pula. Riwayat keluarga yang dimaksud antara lain anggota keluarga yang

mengalami keterlambatan berbicara, memiliki gangguan bahasa, gangguan bicara

atau masalah belajar.

 

Pola asuh

Law dkk juga menemukan bahwa anak yang menerima contoh berbahasa yang

tidak adekuat dari keluarga, yang tidak memiliki pasangan komunikasi yang cukup

dan juga yang kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi akan memiliki

kemampuan bahasa yang rendah.

 

Lingkungan verbal 

Lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa anak. Anak di lingkungan

keluarga profesional akan belajar kata-kata tiga kali lebih banyak dalam seminggudibandingkan anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan kemampuan verbal

lebih rendah.

Pendidikan

Studi lain melaporkan juga ibu dengan tingkat pendidikan rendah merupakan

faktor resiko keterlambatan bahasa pada anaknya.

 Jumlah anak 

Chouhury dan beberapa peneliti lainnya mengungkapkan bahwa jumlah anak

dalam keluarga mempengaruhi perkembangan bahasa seorang anak, berhubugan

dengan intensitas komunikasi antara orang tua dan anak.38,39

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

Kemiskinan menempatkan anak pada resiko meningkatnya problem-problem

rumah tangga (Halpern, 2000). Kemiskinan secara signifikan mempertinggi resiko

terpaparnya masalah kesehatan seperti asma, malnutrisi (Klerman, 1991);

gangguan kesehatan mental (Gore & Eckenrode, 1996; McLoyd, 1990; McLoyd &

Wilson, 1991); kurang perhatian dan ketidak-teraturan perawatan dari orang tua

(Halpern, 1993); dan defisit dalam perkembangan kognisi dan pencapaian

keberhasilan (Duncan, Klebanov, & Brooks-Gunn, 1994; Levin, 1991). Beberapa

penelitian menjelaskan bahwa keluarga yang bermasalah, terpapar lebih besar

faktor-faktor resiko daripada keluarga yang tidak berada dibawah level

kemiskinan, dan konsekuensi dari faktor-faktor resiko ini dapat lebih berat pada

anak-anak dalam keluarga ini (Attar, Guerra, & Tolan, 1994; Brooks-Gunn, Kleba-

nov, & Liaw, 1995; Liaw & Brooks-Gunn, 1994; McLoyd, 1990).

Anak-anak yang terpapar berbagai faktor resiko, maka resiko untuk berkembang

menjadi disabilitas akan meningkat. Salah satu yang termasuk disabilitas adalah

specific language impairment (SLI), yang secara umum dijelaskan sebagaipencapaian yang buruk dalam berbahasa meskipun memiliki pendengaran dan

intelegensi nonverbal normal (Spitz, Tallal, Flax, & Benasich, 1997). Lebih khusus

hal ini dapat diartikan suatu kondisi yang menyebabkan seorang anak memiliki

penilaian spesifik dibawah rata-rata standar tes bahasa, tetapi berada pada level

rata-rata untuk tes intelegensi nonverbal (Fazio, Naremore, & Connell, 1996).

Dengan demikian, pencegahan SLI dapat dengan mengidentifikasi faktor resiko

anak sebelum diagnosis formal dibuat.

Beberapa penelitian meneliti faktor-faktor resiko biologi untuk SLI dan

penempatan-penempatan faktor lain dengan melihat “outcome” anak-anak

sekolah yang ditempatkan di neonatal intensive care units (NICUs) setelah lahir

dengan segera. Anak-anak dari populasi ini diketahui memiliki resiko untuk

keterlambatan kognisi dan kesulitan akademik karena mereka biasanya lahir

prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 g) atau respiratori distres.

Sebagian besar literatur menyatakan bahwa meskipun anak-anak dari NICU lebih

beresiko mengalami kesulitan kognisi (seperti retardasi mental dan gangguan

belajar), mereka tidak memiliki resiko yang meningkat untuk masalah spesifik

bahasa, khususnya saat angka penilaian disesuaikan karena prematuritasnya

(Resnick et al., 1998; Rice, Spitz, & O’Brien, 1999; Siegel et al., 1982; Tomblin,

Smith, & Zhang, 1997).

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa gangguan bahasa umumnya terdapat

kecenderungan dalam suatu keluarga berkisar antara 40% dan 70% (Beitchman,

Hood, & Inglis, 1990; Spitz et al., 1997; Tallal, Ross, & Curtiss, 1989; Tomblin,

Smith, & Zhang, 1997). Hampir separuh dari keluarga yang anak-anaknya

mengalami gangguan bahasa, minimal satu dari anggota keluarganya memiliki

problem bahasa. Dengan demikian orang tua yang berpengaruh pada keturunan

ini mungkin bertanggung jawab terhadap faktor-faktor genetik. Mungkin tidak

diketahui berapa banyak transmisi intergenerasi gangguan-gangguan bahasa

tersebut disebabkan oleh kurangnya dukungan lingkungan terhadap bahasa.

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

Kondisi lingkungan merupakan hal yang penting menyangkut hasil perkembangan

seorang anak. Beberapa anak yang datang dari keluarga yang tidak stabil dan

kurangnya perhatian, perawatan, dan kurang memadainya kebutuhan nutrisi dan

perawatan kesehatan, dapat membentuk level stress lingkungan yang merugikan

bagi perkembangan anak termasuk bahasa (Wells, 1980). Untuk alasan ini, resiko

dari problem-problem bahasa dikaitkan dengan faktor sosioekonomi dan

kelemahan ekonomi. Peneliti-peneliti lain mendiskusikan beberapa variabel-

variabel lingkungan yang tampak lebih dapat diprediksi:

1. higher birth order (Hoff-Ginsberg, 1998; Neils & Aram, 1986; Pine, 1995;

 Tallal et al., 1989; Tomblin, 1989, 1990; Tomblin, Hardy, & Hein, 1991);

2. Pendidikan ibu yang rendah (Paul, 1991; Rice et al., 1999; Tomblin, Records,

et al., 1997; Tomblin, Smith, & Zhang, 1997); and

3. Orang tua tunggal (Andrews, Goldberg, Wellen, Pittman, & Struening, 1995;

Goldberg, McLaughlin, Grossi, Tytun, & Blum, 1992; Miller & Moore, 1990).

 Tersusunnya model resiko perkembangan dapat digunakan untuk memprediksi

dengan lebih akurat, dengan mengkombinasi satu atau lebih faktor-faktor resiko

tersebut (Sameroff, Seifer, Baldwin, & Baldwin, 1993; Sameroff, Seifer, Barocas,

Zax, & Greenspan, 1987). Pernyataan-pernyataan yang diambil ini adalah efek

komulatif dari resiko yang multipel,

Dalam suatu model penelitian dari Sameroff (1993) menunjukkan beberapa faktor

resiko sosial dan keluarga diantaranya adalah : masalah-masalah kesehatan

mental ibu, kecemasan ibu, maternal authoritarian childrearing attitudes,

hubungan ibu-anak yang buruk, pendidikan ibu yang kurang dari menengah atas,

orang tua yang kurang atau tidak memiliki ketrampilan dalam pekerjaan head of 

the household has a semiskilled or an unskilled occupation, status etnik minoritas,

tidak ada bapak, beberapa tekanan kehidupan tahun terdahulu, dan ukuran

keluarga yang besar.

Sebuah studi oleh Hooper, Burchinal, Roberts, Zeisel, and Neebe (1998) juga

menyajikan fakta-fakta yang menggunakan model resiko komulatif untuk

memprediksi kemampuan kognitif dan bahasa pada bayi yang lebih dipengaruhi

oleh status sosioekonomi yang rendah pada populasi Afrika Amerika. Hooper

mengidentifikasi satu perangkat dari 10 faktor-faktor resiko sosial dan keluargaberdasarkan pada model resiko dari Sameroff berupa status kemiskinan,

pendidikan ibu kurang dari sekolah menengah atas, ukuran keluarga yang besar,

ibu yang tidak menikah, hidup yang penuh tekanan, dampak dari ibu yang depresi,

interaksi ibu-anak yang buruk, IQ ibu, kualitas lingkungan rumah, dan kualitas

perawatan sehari-hari.

Seluruh faktor resiko sosial dan keluarga dimasukkan ke dalam studi, saat bayi

berusia 6 sampai 12 bulan. Peneliti-peneliti menemukan bahwa 9 dari 10 faktor-

faktor resiko (tekanan hidup merupakan pengecualian) terkait dengan

keberhasilan kognisi dan bahasa dari infan-infan. Komulatif indeks resiko

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

dihubungkan dengan pengukuran bahasa (sekitar 12% sampai 17% dari varian)

tetapi bukan pengukuran kognisi

Evans dan English (2002) menyajikan fakta-fakta bahwa anak-anak dengan orang

tua berpenghasilan rendah terpapar faktor-faktor resiko lingkungan dalam jumlah

yang lebih besar daripada yang berpenghasilan menengah. Merekamemperkenalkan tiga penyebab stress psikososial (kekerasan, pertengkaran

keluarga, perpisahan anak dengan keluarga) dan tiga penyebab stress fisik

(kekacauan, kegaduhan, kualitas rumah yang rendah) merupakan faktor resiko

yang memberikan pengaruh negatif. Dalam penelitiannya tentang lingkungan

yang miskin, mereka menemukan hanya 20% anak-anak yang hidup dalam

keluarga dengan penghasilan yang rendah tidak terpapar satupun faktor resiko.

Sebaliknya, 61% keluarga dengan penghasilan menengah tidak terpapar faktor

resiko. Temuan ini menyatakan bahwa mayoritas anak-anak dari keluarga

berpenghasilan rendah terpapar lebih banyak masalah kemelaratan daripada

kelompok berpenghasilan menengah dan disfungsi kognitif, prilaku, atau sosialakan meningkat.

Sampai saat ini penelitian-penelitian terus mempelajari tentang perbedaan

perkembangan bahasa anak yang diambil dari kultur dan latar-belakang

sosioekonomi yang berbeda dan pengaruh dari perbedaan-perbedaan ini terhadap

pencapaian akademik selajutnya. Robertson (1998) membandingkan kemampuan

fonologi anak TK dari keluarga dengan SES tinggi dan rendah dan menemukan

bahwa anak-anak dari SES rendah secara signifikan lebih buruk pada rangkaian

pengukuran kognisi, linguistik, pra-baca. Dua tahun pemantauan terlihat bahwa

anak-anak ini tidak mengejar anak-anak dari keluarga high-SES. Burt, Holm, and

Dodd (1999) juga menemukan hubungan antara prestasi yang buruk dengan SES

yang rendah dengan menilai prestasi anak-anak pada beberapa tugas-tugas

fonologi. Suatu usaha untuk menjelaskan keterkaitan antara kelemahan dan

kegagalan sekolah, In an attempt to explain the link between disadvantage and

school failure, maka Hart and Risley (1995) mempelajari perbedaan antara

kualitas bahasa ditujukan pada anak-anak dengan latar belakang SES yang

berbeda pada 21/2 tahun pertama kehidupan mereka. Mereka melaporkan bahwa

anak-anak dari latar belakang SES yang rendah berada dalamkelemahan karena

orang tua mereka atau pengasuh sangat jarang mengajak berbicara; akibatnya

mereka miskin perbendaharaan kata dan kemampuan komunikasi dibanding

kelompok SES yang lebih tinggi.

Genetik 

Laporan-laporan kasus sering memperlihatkan riwayat keluarga positif pada

gangguan komunikasi. Antara 28% and 60% dari anak-anak dengan gangguan

bicara dan bahasa mempunyai saudara kandung dan/atau orang tua yang juga

mengalami kesulitan bicara dan bahasa. (e.g. Bishop and Edmundson 1986, Tallal

et al. 1989, Whitehurst et al. 1991, Lewis 1992). Anggota keluarga laki-laki lebih

berpengaruh dari pada wanita (Tallal et al. 1989, Lewis and Freebairn 1997).

Bagaimanapun, data terbanyak memperlihatkan anak-anak dengan hanyagangguan bahasa saja dan tidak pada anak dengan gangguan bicara terpisah

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

(isolated speech disorders). Lewis and Freebairn (1997) berhipotesa bahwa anak-

anak dengan riwayat keluarga positif terhadap gangguan bicara akan membentuk

grup spesifik ke dalam populasi gangguan bicara. Penemuan mereka tidak

mendukung hipotesa karena tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan pada

pengukuran artikulasi, fonologi, bahasa, kemampuan-kemampuan oral-motor atau

kemampuan membaca dan menulis diantara anak-anak yang memiliki riwayat

keluarga dengan gangguan bicara dibanding yang bukan. Akan tetapi disimpulkan

bahwa riwayat keluarga yang positif masih bisa “dipertimbangkan sebagai faktor

resiko yang bisa digunakan untuk identifikasi awal sehingga memungkinkan

dilakukan intervensi dini bagi anak-anak yang keluarganya memperlihatkan

gangguan ini (Lewis and Freebairn 1997: 398).

Otitis media

Sekitar 80% dari seluruh anak prasekolah mengalami satu atau lebih episode otitis

media Akut (OMA) atau otitis media effusion (OME) (Grievink et al. 1993). Selama

episode ini, anak-anak mengalami fluktuasi kehilangan pendengaran, biasanya

antara 20 dB dan 50 dB (Gravel and Nozza 1997 for a review), mempengaruhi

 jumlah dan kualitas bicara dan bahasa yang didengar. Banyak studi yang

melaporkan kemungkinan ada hubungan antara otitis media dengan atau tanpa

efusi dan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Lima artikel

membahas khusus tentang hal ini (Roberts et al. 1991, 1997, Pagel Paden 1994,

Roberts and Clarke-Klein 1994, Schwartz et al. 1997). Artikel-artikel ini

menyimpulkan bahwa banyak, tetapi tidak semua anak yang mengalami episode

infeksi telinga tengah mempunyai gangguan bicara dan bahasa, dan tidak semua

anak yang mempunyai gangguan bicara dan bahasa mengalami infeksi telinga

tengah.

Pre dan perinatal 

Penyebab spesifik berhubungan antara kesulitan pre dan perinatal dengan

gangguan bicara dan bahasa juga telah dibuktikan. Infeksi selama kehamilan,

imaturitas dan berat badan lahir rendah dilaporkan mempunyai efek negatif pada

perkembangan bicara dan bahasa (Byers-Brown and Edwards 1989, Tomblin et al.

1991, 1997, Peters et al. 1997, Gerber 1998). Bagaimanapun, Bax and Stevenson

(1982) and Menyuk et al. (1986) menemukan perbedaan yang tidak signifikan

sejumlah kejadian antara imaturitas dan berat badan lahir rendah anak dankontrolnya. Saat paling banyak studi-studi terfokus pada anak-anak dengan

gangguan bahasa, Byers-Brown et al. (1986) melaporkan secara signifikan

keterlambatan proses pengeluaran suara dalam bicara pada anak imatur. Lebih

 jauh diperlukan penelitian yang mengkhususkan pada anak-anak dengan

gangguan bicara terpisah.

Sucking habits

Gangguan bicara mungkin dihubungkan dengan kebiasaan-kebiasan mengisap

pada anak. Dianggap bahwa mengisap yang berlebihan dengan menggunakan

 jempol dan botol berperan sebagai pengaman ( pacifier ) pada gangguanmyofunction, menurunnya oral awareness, menurunnya kemampuan motorik oral

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

(Garliner 1971, Hahn 1988, Hensel and Splieth 1998). Gangguan fungsi otot sering

dihubungkan dengan kesulitan-kesulitan bicara. Terpisah dari ditegakkannya

hubungan antara /s/ distorsi dan gangguan fungsi otot (e.g. Hahn 1988, Hensel

and Splieth 1998) ada fakta-fakta yang tidak memperlihatkan adanya hubungan

antara kebiasaan mengisap, kemampuan motorik oral dan gangguan bicara.

Ringkasnya, hubungan antara faktor-faktor resiko dengan perkembangan bicara

dan bahasa masih belum jelas. Terbanyak studi-studi focus pada anak-anak

dengan kombinasi bicara dan bahasa atau hanya gangguan bahasa terpisah yang

mungkin tidak menggambarkan anak-anak dengan gangguan bicara terpisah.

Daftar Pustaka

1. Delgado, Christine E. F. ; Vagi, Sara J.; Scott, Keith G.Early Risk Factors for

Speech and Language Impairments. Exceptionality, v13 n3 p173-191 2005

2. Margaret Snowlinga1c1

, D. V. M. Bishopa2

and Susan E. Stotharda3

IsPreschool Language Impairment a Risk Factor for Dyslexia in Adolescence?

 Journal of Child Psychology and Psychiatry (2000), 41:5:587-600

3. Fox A. V.1; Dodd B.1; Howard D.1Risk factors for speech disorders in children.

International Journal of Language & Communication Disorders, Volume 37,

Number 2, 1 April 2002 , pp. 117-131(15)

4. J. G. Barry*,†  , I. Yasin † D. V. M. Bishop Heritable risk factors associated with

language impairments

5. Brant LJ , Gordon-Salant S, Pearson JD, Klein LL, Morrell CH, Metter EJ, Fozard JL. Risk factors related to age-associated hearing loss in the speech

frequencies. J Am Acad Audiol. 1996 Jun;7(3):152-60

6. Fox A V; Dodd Barbara; Howard David. Risk factors for speech disorders in

children. International journal of language & communication disorders /

Royal College of Speech & Language Therapists 2002;37(2):117-31.

7. McGrath Lauren M; Hutaff-Lee Christa; Scott Ashley; Boada Richard;

Shriberg Lawrence D; Pennington Bruce F. Children with comorbid speech

sound disorder and specific language impairment are at increased risk for

attention-deficit/hyperactivity disorder.Journal of abnormal child psychology2008;36(2):151-63.

8. Salameh E.1; Nettelbladt U.1; Gullberg B.1Risk factors for language

impairment in Swedish bilingual and monolingual children relative to

severity. Acta Paediatrica, Volume 91, Number 12, 2002 , pp. 1379-1384(6)

9. Kisilevsky BS, Hains SM, Brown CA, Lee CT, Cowperthwaite B, Stutzman SS,

Swansburg ML, Lee K , Xie X, Huang H, Ye HH, Zhang K , Wang Z. Fetal

sensitivity to properties of maternal speech and language. Infant Behav

Dev. 2009 Jan;32(1):59-71. Epub 2008 Dec 5.

5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada

10.von Kries R, von Suchodoletz W, Stränger J, Toschke AM. Television in a

child’s bedroom–a possible risk factor for expressive language impairment

in 5- and 6-year-old children. Gesundheitswesen. 2006 Oct;68(10):613-7

11.O’Callaghan, Michael , Williams, Gail M. Andersen, Margaret J.  Bor, William 

Najman, Jake M. Social and Biological Risk Factors for Mild and BorderlineImpairment of Language Comprehension in a Cohort of Five-Year-Old

Children. Developmental Medicine and Child Neurology. 1995-01-

01;37,12,1051-1061

12.Tina L. Stanton-Chapman, Derek A. Chapman, Ann P. Kaiser, Terry

B. Hancock .Cumulative Risk and Low-Income Children’s Language

Development. Topics in Early Childhood Special Education, Vol. 24, No. 4,

227-237 (2004)

Sumber : http://childspeechclinic.wordpress.com/2012/01/27/faktor-resiko-

gangguan-perkembangan-bicara-dan-bahasa-pada-anak/