Upload
rizakyusan
View
47
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
Faktor Resiko Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Pada Anak
Posted on Januari 27, 2012
Penyebab gangguan perkembangan bahasa sangat banyak dan luas, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerusan impuls ke otak, otak, ototatau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau
keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara,
retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif,
keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi
lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran
salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena
kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak,
pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya
gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri.
Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus
kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga
di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang
mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian dua bahasa. Bila
penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu
berat.
Terdapat tiga penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah
retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi.
Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami
oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan
keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa.
Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas
(kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi
kemampuan bicara pada anak. Gangguan seperti ini sering dialami oleh laki-laki
dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini
merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada
umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2
tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita dengan keterlambatan ini,
kemampuan bicara saat masuk usia sekolah akan normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya
mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif. Ciri khas lain
adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran,
gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.
Faktor Internal
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor persepsi, kognisi
dan prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab keterlambatan bicara pada
anak.
Persepsi
Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut persepsi. Persepsi
berkembang dalam 4 aspek : pertumbuhan, termasuk perkembangan sel saraf dan
keseluruhan sistem; stimulasi, berupa masukan dari lingkungan meliputi seluruh
aspek sensori, kebiasaan, yang merupakan hasil dari skema yang sering
terbentuk. Kebiasaan, habituasi, menjadikan bayi mendapat stimulasi baru yang
kemudian akan tersimpan dan selanjutnya dikeluarkan dalam proses belajar
bahasa anak. Secara bertahap anak akan mempelajari stimulasi-stimulasi baru
mulai dari raba, rasa, penciuman kemudian penglihatan dan pendengaran.
Pada usia balita, kemampuan persepsi auditori mulai terbentuk pada usia 6 atau
12 bulan, dapat memprediksi ukuran kosa kata dan kerumitan pembentukan pada
usia 23 bulan. Telinga sebagai organ sensori auditori berperan penting dalam
perkembangan bahasa. Beberapa studi menemukan gangguan pendengaran
karena otitis media pada anak akan mengganggu perkembangan bahasa.37
Sel saraf bayi baru lahir relatif belum terorganisir dan belum spesifik. Dalam
perkembangannya, anak mulai membangun peta auditori dari fonem, pemetaan
terbentuk saat fonem terdengar. Pengaruh bahasa ucapan berhubungan langsung
terhadap jumlah kata-kata yang didengar anak selama masa awal perkembangan
sampai akhir umur pra sekolah.
Kognisi
Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam kelompok
umum maupun konsep yang lebih besar. Anak belajar mewakilkan, melambangkan
ide dan konsep. Kemampuan ini merupakan kemampuan kognisi dasar untuk
pemberolehan bahasa anak.
Beberapa teori yang menjelaskan hubungan antara kognisi dan bahasa :
1. Bahasa berdasarkan dan ditentukan oleh pikiran (cognitive determinism)
2. 2. Kualitas pikiran ditentukan oleh bahasa (linguistic determinism)
3. Pada awalnya pikiran memproses bahasa tapi selanjutnya pikiran
dipengaruhi oleh bahasa.
4. Bahasa dan pikiran adalah faktor bebas tapi kemampuan yang berkaitan.
Sesuai dengan teori-teori tersebut maka kognisi bertanggung jawab pada
pemerolehan bahasa dan pengetahuan kognisi merupakan dasar pemahaman
kata.
Prematuritas
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
Weindrich menemukan adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan
prematuritas yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak, seperti berat
badan lahir, Apgar score, lama perawatan di rumah sakit, bayi yang iritatif, dan
kondisi saat keluar rumah sakit.
Beitchman, Hood, & Inglis, 1990; Spitz et al., 1997; Tallal, Ross, & Curtiss, 1989; Tomblin, Smith, & Zhang, 1997, melaporkan bahwa gangguan bahasa sekitar 40%
dan 70% merupakan kecendrungan dalam suatu keluarga. Separuh keluarga yang
memiliki anak dengan gangguan bahasa, minimal satu dari anggota keluarganya
memiliki problem bahasa. Orang tua yang berpengaruh pada keturunan ini
mungkin bertanggung jawab terhadap faktor-faktor genetik. Mungkin sulit
mengetahui berapa banyak transmisi intergenerasi gangguan-gangguan bahasa
tersebut, disebabkan oleh kurangnya dukungan lingkungan terhadap bahasa.
Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan)
Riwayat keluarga
Demikian pula dengan anak dalam keluarga yang mempunyai riwayat
keterlambatan atau gangguan bahasa beresiko mengalami keterlambatan bahasa
pula. Riwayat keluarga yang dimaksud antara lain anggota keluarga yang
mengalami keterlambatan berbicara, memiliki gangguan bahasa, gangguan bicara
atau masalah belajar.
Pola asuh
Law dkk juga menemukan bahwa anak yang menerima contoh berbahasa yang
tidak adekuat dari keluarga, yang tidak memiliki pasangan komunikasi yang cukup
dan juga yang kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi akan memiliki
kemampuan bahasa yang rendah.
Lingkungan verbal
Lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa anak. Anak di lingkungan
keluarga profesional akan belajar kata-kata tiga kali lebih banyak dalam seminggudibandingkan anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan kemampuan verbal
lebih rendah.
Pendidikan
Studi lain melaporkan juga ibu dengan tingkat pendidikan rendah merupakan
faktor resiko keterlambatan bahasa pada anaknya.
Jumlah anak
Chouhury dan beberapa peneliti lainnya mengungkapkan bahwa jumlah anak
dalam keluarga mempengaruhi perkembangan bahasa seorang anak, berhubugan
dengan intensitas komunikasi antara orang tua dan anak.38,39
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
Kemiskinan menempatkan anak pada resiko meningkatnya problem-problem
rumah tangga (Halpern, 2000). Kemiskinan secara signifikan mempertinggi resiko
terpaparnya masalah kesehatan seperti asma, malnutrisi (Klerman, 1991);
gangguan kesehatan mental (Gore & Eckenrode, 1996; McLoyd, 1990; McLoyd &
Wilson, 1991); kurang perhatian dan ketidak-teraturan perawatan dari orang tua
(Halpern, 1993); dan defisit dalam perkembangan kognisi dan pencapaian
keberhasilan (Duncan, Klebanov, & Brooks-Gunn, 1994; Levin, 1991). Beberapa
penelitian menjelaskan bahwa keluarga yang bermasalah, terpapar lebih besar
faktor-faktor resiko daripada keluarga yang tidak berada dibawah level
kemiskinan, dan konsekuensi dari faktor-faktor resiko ini dapat lebih berat pada
anak-anak dalam keluarga ini (Attar, Guerra, & Tolan, 1994; Brooks-Gunn, Kleba-
nov, & Liaw, 1995; Liaw & Brooks-Gunn, 1994; McLoyd, 1990).
Anak-anak yang terpapar berbagai faktor resiko, maka resiko untuk berkembang
menjadi disabilitas akan meningkat. Salah satu yang termasuk disabilitas adalah
specific language impairment (SLI), yang secara umum dijelaskan sebagaipencapaian yang buruk dalam berbahasa meskipun memiliki pendengaran dan
intelegensi nonverbal normal (Spitz, Tallal, Flax, & Benasich, 1997). Lebih khusus
hal ini dapat diartikan suatu kondisi yang menyebabkan seorang anak memiliki
penilaian spesifik dibawah rata-rata standar tes bahasa, tetapi berada pada level
rata-rata untuk tes intelegensi nonverbal (Fazio, Naremore, & Connell, 1996).
Dengan demikian, pencegahan SLI dapat dengan mengidentifikasi faktor resiko
anak sebelum diagnosis formal dibuat.
Beberapa penelitian meneliti faktor-faktor resiko biologi untuk SLI dan
penempatan-penempatan faktor lain dengan melihat “outcome” anak-anak
sekolah yang ditempatkan di neonatal intensive care units (NICUs) setelah lahir
dengan segera. Anak-anak dari populasi ini diketahui memiliki resiko untuk
keterlambatan kognisi dan kesulitan akademik karena mereka biasanya lahir
prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 g) atau respiratori distres.
Sebagian besar literatur menyatakan bahwa meskipun anak-anak dari NICU lebih
beresiko mengalami kesulitan kognisi (seperti retardasi mental dan gangguan
belajar), mereka tidak memiliki resiko yang meningkat untuk masalah spesifik
bahasa, khususnya saat angka penilaian disesuaikan karena prematuritasnya
(Resnick et al., 1998; Rice, Spitz, & O’Brien, 1999; Siegel et al., 1982; Tomblin,
Smith, & Zhang, 1997).
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa gangguan bahasa umumnya terdapat
kecenderungan dalam suatu keluarga berkisar antara 40% dan 70% (Beitchman,
Hood, & Inglis, 1990; Spitz et al., 1997; Tallal, Ross, & Curtiss, 1989; Tomblin,
Smith, & Zhang, 1997). Hampir separuh dari keluarga yang anak-anaknya
mengalami gangguan bahasa, minimal satu dari anggota keluarganya memiliki
problem bahasa. Dengan demikian orang tua yang berpengaruh pada keturunan
ini mungkin bertanggung jawab terhadap faktor-faktor genetik. Mungkin tidak
diketahui berapa banyak transmisi intergenerasi gangguan-gangguan bahasa
tersebut disebabkan oleh kurangnya dukungan lingkungan terhadap bahasa.
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
Kondisi lingkungan merupakan hal yang penting menyangkut hasil perkembangan
seorang anak. Beberapa anak yang datang dari keluarga yang tidak stabil dan
kurangnya perhatian, perawatan, dan kurang memadainya kebutuhan nutrisi dan
perawatan kesehatan, dapat membentuk level stress lingkungan yang merugikan
bagi perkembangan anak termasuk bahasa (Wells, 1980). Untuk alasan ini, resiko
dari problem-problem bahasa dikaitkan dengan faktor sosioekonomi dan
kelemahan ekonomi. Peneliti-peneliti lain mendiskusikan beberapa variabel-
variabel lingkungan yang tampak lebih dapat diprediksi:
1. higher birth order (Hoff-Ginsberg, 1998; Neils & Aram, 1986; Pine, 1995;
Tallal et al., 1989; Tomblin, 1989, 1990; Tomblin, Hardy, & Hein, 1991);
2. Pendidikan ibu yang rendah (Paul, 1991; Rice et al., 1999; Tomblin, Records,
et al., 1997; Tomblin, Smith, & Zhang, 1997); and
3. Orang tua tunggal (Andrews, Goldberg, Wellen, Pittman, & Struening, 1995;
Goldberg, McLaughlin, Grossi, Tytun, & Blum, 1992; Miller & Moore, 1990).
Tersusunnya model resiko perkembangan dapat digunakan untuk memprediksi
dengan lebih akurat, dengan mengkombinasi satu atau lebih faktor-faktor resiko
tersebut (Sameroff, Seifer, Baldwin, & Baldwin, 1993; Sameroff, Seifer, Barocas,
Zax, & Greenspan, 1987). Pernyataan-pernyataan yang diambil ini adalah efek
komulatif dari resiko yang multipel,
Dalam suatu model penelitian dari Sameroff (1993) menunjukkan beberapa faktor
resiko sosial dan keluarga diantaranya adalah : masalah-masalah kesehatan
mental ibu, kecemasan ibu, maternal authoritarian childrearing attitudes,
hubungan ibu-anak yang buruk, pendidikan ibu yang kurang dari menengah atas,
orang tua yang kurang atau tidak memiliki ketrampilan dalam pekerjaan head of
the household has a semiskilled or an unskilled occupation, status etnik minoritas,
tidak ada bapak, beberapa tekanan kehidupan tahun terdahulu, dan ukuran
keluarga yang besar.
Sebuah studi oleh Hooper, Burchinal, Roberts, Zeisel, and Neebe (1998) juga
menyajikan fakta-fakta yang menggunakan model resiko komulatif untuk
memprediksi kemampuan kognitif dan bahasa pada bayi yang lebih dipengaruhi
oleh status sosioekonomi yang rendah pada populasi Afrika Amerika. Hooper
mengidentifikasi satu perangkat dari 10 faktor-faktor resiko sosial dan keluargaberdasarkan pada model resiko dari Sameroff berupa status kemiskinan,
pendidikan ibu kurang dari sekolah menengah atas, ukuran keluarga yang besar,
ibu yang tidak menikah, hidup yang penuh tekanan, dampak dari ibu yang depresi,
interaksi ibu-anak yang buruk, IQ ibu, kualitas lingkungan rumah, dan kualitas
perawatan sehari-hari.
Seluruh faktor resiko sosial dan keluarga dimasukkan ke dalam studi, saat bayi
berusia 6 sampai 12 bulan. Peneliti-peneliti menemukan bahwa 9 dari 10 faktor-
faktor resiko (tekanan hidup merupakan pengecualian) terkait dengan
keberhasilan kognisi dan bahasa dari infan-infan. Komulatif indeks resiko
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
dihubungkan dengan pengukuran bahasa (sekitar 12% sampai 17% dari varian)
tetapi bukan pengukuran kognisi
Evans dan English (2002) menyajikan fakta-fakta bahwa anak-anak dengan orang
tua berpenghasilan rendah terpapar faktor-faktor resiko lingkungan dalam jumlah
yang lebih besar daripada yang berpenghasilan menengah. Merekamemperkenalkan tiga penyebab stress psikososial (kekerasan, pertengkaran
keluarga, perpisahan anak dengan keluarga) dan tiga penyebab stress fisik
(kekacauan, kegaduhan, kualitas rumah yang rendah) merupakan faktor resiko
yang memberikan pengaruh negatif. Dalam penelitiannya tentang lingkungan
yang miskin, mereka menemukan hanya 20% anak-anak yang hidup dalam
keluarga dengan penghasilan yang rendah tidak terpapar satupun faktor resiko.
Sebaliknya, 61% keluarga dengan penghasilan menengah tidak terpapar faktor
resiko. Temuan ini menyatakan bahwa mayoritas anak-anak dari keluarga
berpenghasilan rendah terpapar lebih banyak masalah kemelaratan daripada
kelompok berpenghasilan menengah dan disfungsi kognitif, prilaku, atau sosialakan meningkat.
Sampai saat ini penelitian-penelitian terus mempelajari tentang perbedaan
perkembangan bahasa anak yang diambil dari kultur dan latar-belakang
sosioekonomi yang berbeda dan pengaruh dari perbedaan-perbedaan ini terhadap
pencapaian akademik selajutnya. Robertson (1998) membandingkan kemampuan
fonologi anak TK dari keluarga dengan SES tinggi dan rendah dan menemukan
bahwa anak-anak dari SES rendah secara signifikan lebih buruk pada rangkaian
pengukuran kognisi, linguistik, pra-baca. Dua tahun pemantauan terlihat bahwa
anak-anak ini tidak mengejar anak-anak dari keluarga high-SES. Burt, Holm, and
Dodd (1999) juga menemukan hubungan antara prestasi yang buruk dengan SES
yang rendah dengan menilai prestasi anak-anak pada beberapa tugas-tugas
fonologi. Suatu usaha untuk menjelaskan keterkaitan antara kelemahan dan
kegagalan sekolah, In an attempt to explain the link between disadvantage and
school failure, maka Hart and Risley (1995) mempelajari perbedaan antara
kualitas bahasa ditujukan pada anak-anak dengan latar belakang SES yang
berbeda pada 21/2 tahun pertama kehidupan mereka. Mereka melaporkan bahwa
anak-anak dari latar belakang SES yang rendah berada dalamkelemahan karena
orang tua mereka atau pengasuh sangat jarang mengajak berbicara; akibatnya
mereka miskin perbendaharaan kata dan kemampuan komunikasi dibanding
kelompok SES yang lebih tinggi.
Genetik
Laporan-laporan kasus sering memperlihatkan riwayat keluarga positif pada
gangguan komunikasi. Antara 28% and 60% dari anak-anak dengan gangguan
bicara dan bahasa mempunyai saudara kandung dan/atau orang tua yang juga
mengalami kesulitan bicara dan bahasa. (e.g. Bishop and Edmundson 1986, Tallal
et al. 1989, Whitehurst et al. 1991, Lewis 1992). Anggota keluarga laki-laki lebih
berpengaruh dari pada wanita (Tallal et al. 1989, Lewis and Freebairn 1997).
Bagaimanapun, data terbanyak memperlihatkan anak-anak dengan hanyagangguan bahasa saja dan tidak pada anak dengan gangguan bicara terpisah
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
(isolated speech disorders). Lewis and Freebairn (1997) berhipotesa bahwa anak-
anak dengan riwayat keluarga positif terhadap gangguan bicara akan membentuk
grup spesifik ke dalam populasi gangguan bicara. Penemuan mereka tidak
mendukung hipotesa karena tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan pada
pengukuran artikulasi, fonologi, bahasa, kemampuan-kemampuan oral-motor atau
kemampuan membaca dan menulis diantara anak-anak yang memiliki riwayat
keluarga dengan gangguan bicara dibanding yang bukan. Akan tetapi disimpulkan
bahwa riwayat keluarga yang positif masih bisa “dipertimbangkan sebagai faktor
resiko yang bisa digunakan untuk identifikasi awal sehingga memungkinkan
dilakukan intervensi dini bagi anak-anak yang keluarganya memperlihatkan
gangguan ini (Lewis and Freebairn 1997: 398).
Otitis media
Sekitar 80% dari seluruh anak prasekolah mengalami satu atau lebih episode otitis
media Akut (OMA) atau otitis media effusion (OME) (Grievink et al. 1993). Selama
episode ini, anak-anak mengalami fluktuasi kehilangan pendengaran, biasanya
antara 20 dB dan 50 dB (Gravel and Nozza 1997 for a review), mempengaruhi
jumlah dan kualitas bicara dan bahasa yang didengar. Banyak studi yang
melaporkan kemungkinan ada hubungan antara otitis media dengan atau tanpa
efusi dan keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa. Lima artikel
membahas khusus tentang hal ini (Roberts et al. 1991, 1997, Pagel Paden 1994,
Roberts and Clarke-Klein 1994, Schwartz et al. 1997). Artikel-artikel ini
menyimpulkan bahwa banyak, tetapi tidak semua anak yang mengalami episode
infeksi telinga tengah mempunyai gangguan bicara dan bahasa, dan tidak semua
anak yang mempunyai gangguan bicara dan bahasa mengalami infeksi telinga
tengah.
Pre dan perinatal
Penyebab spesifik berhubungan antara kesulitan pre dan perinatal dengan
gangguan bicara dan bahasa juga telah dibuktikan. Infeksi selama kehamilan,
imaturitas dan berat badan lahir rendah dilaporkan mempunyai efek negatif pada
perkembangan bicara dan bahasa (Byers-Brown and Edwards 1989, Tomblin et al.
1991, 1997, Peters et al. 1997, Gerber 1998). Bagaimanapun, Bax and Stevenson
(1982) and Menyuk et al. (1986) menemukan perbedaan yang tidak signifikan
sejumlah kejadian antara imaturitas dan berat badan lahir rendah anak dankontrolnya. Saat paling banyak studi-studi terfokus pada anak-anak dengan
gangguan bahasa, Byers-Brown et al. (1986) melaporkan secara signifikan
keterlambatan proses pengeluaran suara dalam bicara pada anak imatur. Lebih
jauh diperlukan penelitian yang mengkhususkan pada anak-anak dengan
gangguan bicara terpisah.
Sucking habits
Gangguan bicara mungkin dihubungkan dengan kebiasaan-kebiasan mengisap
pada anak. Dianggap bahwa mengisap yang berlebihan dengan menggunakan
jempol dan botol berperan sebagai pengaman ( pacifier ) pada gangguanmyofunction, menurunnya oral awareness, menurunnya kemampuan motorik oral
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
(Garliner 1971, Hahn 1988, Hensel and Splieth 1998). Gangguan fungsi otot sering
dihubungkan dengan kesulitan-kesulitan bicara. Terpisah dari ditegakkannya
hubungan antara /s/ distorsi dan gangguan fungsi otot (e.g. Hahn 1988, Hensel
and Splieth 1998) ada fakta-fakta yang tidak memperlihatkan adanya hubungan
antara kebiasaan mengisap, kemampuan motorik oral dan gangguan bicara.
Ringkasnya, hubungan antara faktor-faktor resiko dengan perkembangan bicara
dan bahasa masih belum jelas. Terbanyak studi-studi focus pada anak-anak
dengan kombinasi bicara dan bahasa atau hanya gangguan bahasa terpisah yang
mungkin tidak menggambarkan anak-anak dengan gangguan bicara terpisah.
Daftar Pustaka
1. Delgado, Christine E. F. ; Vagi, Sara J.; Scott, Keith G.Early Risk Factors for
Speech and Language Impairments. Exceptionality, v13 n3 p173-191 2005
2. Margaret Snowlinga1c1
, D. V. M. Bishopa2
and Susan E. Stotharda3
IsPreschool Language Impairment a Risk Factor for Dyslexia in Adolescence?
Journal of Child Psychology and Psychiatry (2000), 41:5:587-600
3. Fox A. V.1; Dodd B.1; Howard D.1Risk factors for speech disorders in children.
International Journal of Language & Communication Disorders, Volume 37,
Number 2, 1 April 2002 , pp. 117-131(15)
4. J. G. Barry*,† , I. Yasin † D. V. M. Bishop Heritable risk factors associated with
language impairments
5. Brant LJ , Gordon-Salant S, Pearson JD, Klein LL, Morrell CH, Metter EJ, Fozard JL. Risk factors related to age-associated hearing loss in the speech
frequencies. J Am Acad Audiol. 1996 Jun;7(3):152-60
6. Fox A V; Dodd Barbara; Howard David. Risk factors for speech disorders in
children. International journal of language & communication disorders /
Royal College of Speech & Language Therapists 2002;37(2):117-31.
7. McGrath Lauren M; Hutaff-Lee Christa; Scott Ashley; Boada Richard;
Shriberg Lawrence D; Pennington Bruce F. Children with comorbid speech
sound disorder and specific language impairment are at increased risk for
attention-deficit/hyperactivity disorder.Journal of abnormal child psychology2008;36(2):151-63.
8. Salameh E.1; Nettelbladt U.1; Gullberg B.1Risk factors for language
impairment in Swedish bilingual and monolingual children relative to
severity. Acta Paediatrica, Volume 91, Number 12, 2002 , pp. 1379-1384(6)
9. Kisilevsky BS, Hains SM, Brown CA, Lee CT, Cowperthwaite B, Stutzman SS,
Swansburg ML, Lee K , Xie X, Huang H, Ye HH, Zhang K , Wang Z. Fetal
sensitivity to properties of maternal speech and language. Infant Behav
Dev. 2009 Jan;32(1):59-71. Epub 2008 Dec 5.
5/16/2018 Faktor Resiko Gangguan an Bicara Dan Bahasa Pada - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/faktor-resiko-gangguan-an-bicara-dan-bahasa-pada
10.von Kries R, von Suchodoletz W, Stränger J, Toschke AM. Television in a
child’s bedroom–a possible risk factor for expressive language impairment
in 5- and 6-year-old children. Gesundheitswesen. 2006 Oct;68(10):613-7
11.O’Callaghan, Michael , Williams, Gail M. Andersen, Margaret J. Bor, William
Najman, Jake M. Social and Biological Risk Factors for Mild and BorderlineImpairment of Language Comprehension in a Cohort of Five-Year-Old
Children. Developmental Medicine and Child Neurology. 1995-01-
01;37,12,1051-1061
12.Tina L. Stanton-Chapman, Derek A. Chapman, Ann P. Kaiser, Terry
B. Hancock .Cumulative Risk and Low-Income Children’s Language
Development. Topics in Early Childhood Special Education, Vol. 24, No. 4,
227-237 (2004)
Sumber : http://childspeechclinic.wordpress.com/2012/01/27/faktor-resiko-
gangguan-perkembangan-bicara-dan-bahasa-pada-anak/